TUGAS AKHIR – DA. 184801
REDEVELOPMENT: STASIUN BESAR KOTA BOGOR SEBAGAI SIMPUL TRANSPORTASI
MUHAMAD HIMAWAN LUTHFILLAH 08111540000021
Dosen Pembimbing Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono
Departemen Arsitektur Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2019
TUGAS AKHIR – DA. 184801
REDEVELOPMENT: STASIUN BESAR KOTA BOGOR SEBAGAI SIMPUL TRANSPORTASI
MUHAMAD HIMAWAN LUTHFILLAH 08111540000021
Dosen Pembimbing Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono
Departemen Arsitektur Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2019
Scanned by CamScanner
ii
iv
KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “Redevelopment: Stasiun Besar Kota Bogor sebagai Simpul Transportasi� pada mata kuliah Tugas Akhir di Departemen Arsitektur FADP ITS tahun ajaran 2018/2019 ini. Penulisan tugas akhir ini menjelaskan sebuah pemikiran tentang pengembangan kembali Stasiun Besar Kota Bogor dengan mengangkat isu image, sirkulasi, dan konteks kota. Objek desain merupakan stasiun sebagai titik transportasi kota yang memiliki nilai lebih dari sekedar aktivitas naik dan turunya penumpang, tapi juga sebagai infrastruktur sosial di tengah kota. Tulisan ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan dari banyak pihak, sehingga penulis ingin berterimakasih kepada: 1. Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono selaku dosen pembimbing mata kulliah proposal dan tugas akhir yang telah memberikan ilmu, nasehat, dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Angger Sukma Mahendra, S.T., M.T. dan Defry Agatha Ardianta, S.T., M.T. selaku dosen koordinator mata kuliah Tugas Akhir yang telah memberikan ilmu, nasihat, dan pengarahan kepada penulis. 3. Kedua orangtua dan saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat dan mengirimkan doa kepada penulis untuk kelancaran penyusunan tugas akhir. 4. Teman-teman dan rekan yang membantu memberikan saran, dukungan serta doanya. Semoga hasil Tugas Akhir ini dapat berguna dan bermanfaat. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan di dalam penulisan Tugas Akhir ini.
Surabaya, Agustus 2019
Penulis
v
vi
REDEVELOPMENT : STASIUN BESAR KOTA BOGOR SEBAGAI SIMPUL TRANSPORTASI Nama Mahasiswa NRP Dosen Pembimbing
: Muhamad Himawan Luthfillah : 08111540000021 : Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono
ABSTRAK Transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara, serta memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha mencapai tujuan nasional. Namun apabila jumlah transportasi dalam suatu kota tidak dapat dikendalikan, maka beban sistem transportasi kota akan semakin meningkat. Hal ini menuntut diadakannya suatu pemecahan, terutama berkaitan dengan sistem transportasi massal yaitu kereta api. Hal tersebut bukan halnya dampak dari globalisasi itu sendiri melainkan pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak dapat diimbangi oleh pemerataan pembangunan infrastruktur, sarana, dan prasarana kota bagi masyarakatnya. Stasiun telah menjadi infrastruktur wajib di kota-kota besar Indonesia. Hal tersebut menjadi peluang bagi stasiun-stasiun tersebut dapat dikembangkan eksistensinya untuk menjadi tujuan, titik temu baru, dan simpul transportasi (transportation node). Dampaknya adalah dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan sosial, identitas kota, dan fungsinya sebagai bangunan untuk keberlanjutan sosial. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor jumlah penduduk Kota Bogor secara keseluruhan berada di kisaran 6.745.729 jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk yaitu 2,41% tiap tahun. Pertumbuhan penduduk seharusnya dapat diimbangi dengan pembangunan infrastruktur kota agar tidak terjadi ketimpangan antara manusia dan ekosistem, salah satunya pada infrastruktur stasiun kereta api berupa jalur, stasiun, dan fasilitas pendukung lainnya. Sifat simulasi adalah merancang kembali (redevelopment) Stasiun Kota Bogor dengan mengangkat isu image dan sirkulasi berdasarkan konteks kota. Dalam rancangan stasiun ini lokasi lahan dan nilai historis bangunan menjadi tantangan tersendiri yang harus diselesaikan agar menjadi daya dukung bagi lingkungan sekitar dan nilai historis yang dimiliki stasiun lama tetap terjaga.
Kata kunci: image, redevelopment, simpul transportasi, sirkulasi, Stasiun Kota Bogor
vii
viii
REDEVELOPMENT : BOGOR RAILWAY STATION AS TRANSPORTATION NODE Student’s Name Student’s ID Supervisor
: Muhamad Himawan Luthfillah : 08111540000021 : Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono
ABSTRACT Transportation has an important role for supporting economic growth, developing the district and unifying the territory of the Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) in order to realize the insight of the archipelago, as well as strengthening national security in an effort to reach national goals. But if the total number of transportations in a city cannot be controlled, then the burden of the city transportation system will be increased. This issue can make a demand of a solution, especially related to the mass transportation system like a train. This issue is not the impact of globalization itself, but rather the growth in population, which cannot be balanced by equitable development of infrastructure, facilities, and urban infrastructure for society. The station has become required for an infrastructure in major cities of Indonesia. This becomes an opportunity for these stations to be able to develop their existence and become the intention, new meeting points, and transportation nodes. The impact from that opportunity can contribute the social development, the city identity, and its function as a building for social sustainability. The Bogor District Central Bureau of Statistics said that, the population of the Bogor City overall is in the range of 6,745,729 people with an average population growth rate of 2.41% per year. Population growth should be balanced with the construction of urban infrastructure so as not to occur inequality between humans and ecosystems, which is the railway station infrastructure like a railway, stations and the other supporting facilities. Simulation properties is the redevelopment of the Bogor City Station by raising the issue of image and circulation based on the city context. Location for this station design and the historical value of the building become a separate challenge that must be resolved in order to become the carrying capacity for the surrounding environment and the historical value of the old station is maintained.
Keywords: Bogor Station, circulation, image, redevelopment , transportation nodes
ix
x
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... v ABSTRAK .......................................................................................................... vii ABSTRACT ........................................................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Isu Perancangan ........................................................................................ 1 1.1.1 Circulation System for High Density ............................................ 2 1.1.2 Station’s Relation to Its Urban Context ........................................ 3 1.2 Konteks Perancangan ................................................................................ 5 1.2.1 Fenomena Stasiun Besar Kota Bogor ........................................... 5 1.2.2 Lingkup Perancangan .................................................................... 5 1.3 Data Pendukung ........................................................................................ 6 1.3.1 Tinjauan Umum ............................................................................ 6 1.3.2 Karakteristik Kawasan .................................................................. 7 1.3.3 Karakteristik Pengguna ................................................................. 7 1.4 Permasalahan Perancangan ....................................................................... 8 BAB 2 PROGRAM DESAIN ............................................................................... 9 2.1 Kajian Teori .............................................................................................. 9 2.1.1 Tinjauan Stasiun Keteta Api ......................................................... 9 2.1.2 Tinjauan Redevelopment ............................................................... 9 2.1.3 Tinjauan Transportation Nodes .................................................. 12 2.2 Pendekatan dan Metode Rancang ........................................................... 14 2.2.1 Pendekatan .................................................................................. 14 2.2.2 Metode Rancang ......................................................................... 16 2.2.3 Ide Perancangan .......................................................................... 16 2.2.4 Analisis dan Identifikasi ............................................................. 17 2.2.5 Lokasi Perancangan Objek.......................................................... 17 2.2.6 Jenis Perancangan ....................................................................... 17 2.2.7 Subjek dan Objek Penelitian ....................................................... 17 2.2.8 Architectural Programming ........................................................ 18 2.3 Data Pendukung ...................................................................................... 19 2.3.1 Lokasi dan Konteks Lahan .......................................................... 19 2.3.2 Peta Kondisi Fisik ....................................................................... 20 2.3.3 Analisa Site ................................................................................. 23 2.4 Kajian Tapak dan Lingkungan ................................................................ 26 2.4.1 Peruntukan Tapak ....................................................................... 26 2.4.2 Garis Sepadan Bangunan (GSB) ................................................. 27 2.4.3 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ............................................. 28 2.4.4 Koefisien Lantai Banguna (KLB) ............................................... 28 2.4.5 Koefisien Dasar Hijau (KDH) .................................................... 28
xi
2.4.6 Bangunan Cagar Budaya ............................................................ 29 2.4.7 Data Terkait Stasiun ................................................................... 30 2.4.8 Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api ..................... 32 2.4.9 Persyaratan Operasi Stasiun Kereta Api ..................................... 34 2.4.10 Persyaratan Teknis Instalasi Pendukung Stasiun Kereta Api ..... 35 2.4.11 Persyaratan Peron Stasiun Kereta Api ........................................ 36 BAB 3 PENDEKATAN DAN METODE DESAIN .......................................... 39 3.1 Program Aktivitas & Fungsi Bangunan ................................................. 39 3.1.1 Deskripsi Objek .......................................................................... 39 3.1.2 Fungsi Bangunan ....................................................................... 39 3.1.3 Pelaku Aktivitas .......................................................................... 40 3.1.4 Konsep Pelaku Kegiatan ............................................................. 41 3.1.5 Organisasi Ruang ........................................................................ 42 3.2 Kebutuhan Jumlah & Besaran Ruang ..................................................... 43 3.2.1 Kebutuhan Ruang Dalam............................................................ 43 3.2.2 Zonasi Ruang .............................................................................. 46 3.3 Persyaratan terkait Aktivitas & Ruang ................................................... 47 3.3.1 Proyeksi Kebutuhan Ruang ........................................................ 47 3.3.2 Standar Ruang Stasiun ................................................................ 49 3.3.3 Besaran Ruang ............................................................................ 49 3.3.4 Kelompok Kegiatan Pengelola ................................................... 50 3.3.5 Kelompok Kegiatan Pelayanan dan Publik ................................ 55 3.3.6 Kelompok Kegiatan Teknis Pelayanan dan Publik .................... 59 3.3.7 Kelompok Kegiatan Servis ......................................................... 61 3.3.8 Kelompok Kegiatan Parkir ......................................................... 64 3.3.9 Kelompok Kegiatan Ruang Luar ................................................ 66 3.3.10 Property Size Stasiun Besar Kota Bogor .................................... 67 BAB 4 IDE ARSITEKTUR ............................................................................... 69 4.1 Ide Arsitektur .......................................................................................... 69 4.1.1 Sirkulasi ...................................................................................... 69 4.1.2 Tata Massa .................................................................................. 70 4.1.3 Zonasi Bangunan ........................................................................ 73 BAB 5 DESAIN ................................................................................................. 75 5.1 Eksplorasi Formal ................................................................................... 75 5.2 Eksplorasi Teknis ................................................................................... 82 BAB 6 KESIMPULAN ...................................................................................... 93 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 95
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kepadatan Penumpang Stasiun Besar Kota Bogor ............................. 3 Gambar 1.2 Stasiun Besar Kota Bogor Lama ......................................................... 4 Gambar 1.3 Eksisting Stasiun Kota Bogor ............................................................. 4 Gambar 1.4 Letak Stasiun Kota Bogor ................................................................... 5 Gambar 1.5 Foto Udara Stasiun Kota Bogor .......................................................... 6 Gambar 2.1 Flow Diagram of Functional Elements within Railway.................... 11 Gambar 2.2 Pengembangan Ruang dan Kawasan Stasiun .................................... 12 Gambar 2.3 Diagram Alir Donna P. Duerk .......................................................... 18 Gambar 2.4 Rencana Struktur Ruang ................................................................... 19 Gambar 2.5 Diagram Lintasan Kereta Stasiun Besar Kota Bogor ........................ 20 Gambar 2.6 Peta Makro Kawasan Stasiun Besar Kota Bogor .............................. 20 Gambar 2.7 Peta Mikro Kawasan Jalan Dramaga-Bogor ..................................... 21 Gambar 2.8 Peta Makro Kawasan Jalan Nyi Raja Permas ................................... 22 Gambar 2.9 Peta Makro Kawasan Mayor Oking .................................................. 22 Gambar 2.10 Peta Makro Kawasan Jalan Dewi Sartika ....................................... 23 Gambar 2.11 Rute Sirkulasi Kendaraan dan Pedestrian ....................................... 24 Gambar 2.12 View from Site ................................................................................. 24 Gambar 2.13 View to Site ...................................................................................... 24 Gambar 2.14 Arah Angin ...................................................................................... 25 Gambar 2.15 Sunpath ............................................................................................ 25 Gambar 2.16 Noise ................................................................................................ 25 Gambar 2.17 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor Tahun 2011-2013........ 27 Gambar 2.18 Stasiun Besar Kota Bogor Tempo Dulu .......................................... 29 Gambar 2.19 Perumusan Perhitungan Gedung Pokok .......................................... 34 Gambar 2.20 Perumusan Perhitungan Lebar Peron .............................................. 37 Gambar 3.1 Organisasi Ruang Stasiun Secara Umum.......................................... 42 Gambar 3.2 Organisasi Ruang Stasiun Besar Kota Bogor (Baru) ........................ 43 Gambar 3.3 Organisasi Ruang Stasiun Besar Kota Bogor (Lama) ....................... 43 Gambar 3.4 Alur Penumpang Naik Kereta ........................................................... 44 Gambar 3.5 Alur Penumpang Turun Kereta ......................................................... 44 Gambar 3.6 Alur Pengantar .................................................................................. 44 Gambar 3.7 Alur Pengelola................................................................................... 45 Gambar 3.8 Alur Karyawan .................................................................................. 45 Gambar 3.9 Alur Ekspedisi Barang ...................................................................... 45 Gambar 4.1 Posisi Core ........................................................................................ 69 Gambar 4.2 Struktur dan Ruang dalam Core........................................................ 70 Gambar 4.3 Tatanan Massa Sebelum Redevelopment .......................................... 71 Gambar 4.4 Tatanan Massa Setelah Redevelopment ............................................ 71 Gambar 4.5 Site Plan ............................................................................................ 72 Gambar 4.6 Zona Stasiun Lama terhadap Stasiun Baru ....................................... 74 Gambar 4.7 Area Peron......................................................................................... 74 Gambar 5.1 Suasana Pintu Timur ......................................................................... 75 Gambar 5.2 Suasana Pintu Barat .......................................................................... 75 Gambar 5.3 Suasana Pintu Selatan ....................................................................... 76 Gambar 5.4 Suasana Ruang Tunggu ..................................................................... 76 xiii
Gambar 5.5 Tampak Barat..................................................................................... 77 Gambar 5.6 Tampak Timur ................................................................................... 77 Gambar 5.7 Site Plan ............................................................................................. 78 Gambar 5.8 Layout Plan ........................................................................................ 79 Gambar 5.9 Tampak Suasana pada Peron ............................................................. 80 Gambar 5.10 Gerbang keluar Kendaraan .............................................................. 80 Gambar 5.11 Pintu Barat ....................................................................................... 80 Gambar 5.12 Pintu Selatan .................................................................................... 81 Gambar 5.13 Emplasemen dan Peron.................................................................... 81 Gambar 5.14 Pespektif Sisi Utara.......................................................................... 81 Gambar 5.15 Denah Lantai 1 ................................................................................. 82 Gambar 5.16 Denah Lantai 2 ................................................................................. 83 Gambar 5.17 Denah Parkir Roda 4 ........................................................................ 84 Gambar 5.18 Denah Toilet .................................................................................... 85 Gambar 5.19 Utilitas Listrik Core ......................................................................... 86 Gambar 5.20 Utilitas Kebakaran Core .................................................................. 87 Gambar 5.21 Utilitas Listrik Pintu Barat ............................................................... 88 Gambar 5.22 Utilitas Kebakaran Pintu Barat ........................................................ 89 Gambar 5.23 Utilitas Air Bersih dan Air Kotor .................................................... 90 Gambar 5.24 Potongan B-B................................................................................... 91 Gambar 5.25 Potongan C-C................................................................................... 91 Gambar 5.26 Perspektif Zonasi ............................................................................. 92
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah Penumpang Jarak Jauh Menurut Moda Transportasi ................. 1 Tabel 1.2 Jumlah Penumpang Stasiun Bogor ......................................................... 6 Tabel 2.1 Penelitian Terkait .................................................................................. 15 Tabel 2.2 Garis Sepadan Bangunan (GSB) Stasiun Bogor ................................... 27 Tabel 2.3 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Stasiun Bogor................................ 28 Tabel 2.4 Koefisien Lantai Banguna (KLB) ......................................................... 28 Tabel 2.5 Koefisien Dasar Hijau (KDH) Stasiun Besar Kota Bogor .................... 29 Tabel 2.6 Klasifikasi Stasiun Bogor Sebagai Bangunan Cagar Budaya ............... 30 Tabel 2.7 Perumusan Perhitungan Lebar Peron Minimal ..................................... 37 Tabel 3.1 Uraian Kegiatan Berdasarkan Kelompok Kegiatan .............................. 41 Tabel 3.2 Kelompok Kegiatan Pengelola ............................................................. 46 Tabel 3.3 Kelompok Pelayanan dan Publik .......................................................... 46 Tabel 3.4 Kelompok Kegiatan Teknis Pelayanan dan Publik ............................... 46 Tabel 3.5 Kelompok Kegiatan Servis ................................................................... 47 Tabel 3.6 Kelompok Kegiatan Parkir ................................................................... 47 Tabel 3.7 Kelompok Kegiatan Ruang Luar .......................................................... 47 Tabel 3.8 Jumlah Penumpang Stasiun Bogor ....................................................... 48 Tabel 3.9 Transportation Enginering Planning & Design ................................... 49 Tabel 3.10 Persyaratan Ruang Kepala Stasiun ..................................................... 50 Tabel 3.11 Persyaratan Ruang Wakil Kepala Stasiun........................................... 50 Tabel 3.12 Persyaratan Ruang Wakil Kepala Stasiun........................................... 51 Tabel 3.13 Persyaratan Ruang PPKA (Pimpinan perjalanan kereta api) .............. 51 Tabel 3.14 Persyaratan Ruang PAP (Pengawas Peron) ........................................ 51 Tabel 3.15 Persyaratan Ruang Serbaguna ............................................................ 52 Tabel 3.16 Persyaratan Ruang Gudang Peralatan ................................................. 52 Tabel 3.17 Persyaratan Ruang Petugas Keamanan ............................................... 53 Tabel 3.18 Persyaratan Ruang Kebersihan ........................................................... 53 Tabel 3.19 Persyaratan Ruang Teknisi ................................................................. 53 Tabel 3.20 Persyaratan Ruang Istirahat ................................................................ 54 Tabel 3.21 Persyaratan Ruang POLSUSKA ......................................................... 54 Tabel 3.22 Persyaratan Hall .................................................................................. 55 Tabel 3.23 Persyaratan Ruang Tiket ..................................................................... 55 Tabel 3.24 Persyaratan Ruang Tunggu ................................................................. 55 Tabel 3.25 Persyaratan Ruang Informasi .............................................................. 56 Tabel 3.26 Persyaratan Ruang Kesehatan ............................................................. 56 Tabel 3.27 Persyaratan Ruang Ibu dan Anak ........................................................ 57 Tabel 3.28 Persyaratan Lavatory .......................................................................... 57 Tabel 3.29 Persyaratan Retail Resto/Cafe............................................................. 58 Tabel 3.30 ATM Center ........................................................................................ 58 Tabel 3.31 Ruang Tunggu Difable........................................................................ 58 Tabel 3.32 Persyaratan Ticketing Vending Machine ............................................. 59 Tabel 3.33 Ruang Antrean TVM .......................................................................... 59 Tabel 3.34 Persyaratan Area Ticket Checking ...................................................... 60 Tabel 3.35 Persyaratan Area Peron ....................................................................... 60 Tabel 3.36 Persyaratan Area Emplasemen ........................................................... 60
xv
Tabel 3.37 Persyaratan Ruang Genset ................................................................... 61 Tabel 3.38 Persyaratan R. Panel Listrik ................................................................ 61 Tabel 3.39 Persyaratan R. Pompa .......................................................................... 62 Tabel 3.40 Persyaratan R. Reservoir ..................................................................... 62 Tabel 3.41 Persyaratan (TPS) Tempat Pembuangan Sementara ........................... 63 Tabel 3.42 Persyaratan Area Loading Dock .......................................................... 63 Tabel 3.43 Persyaratan Parkir Mobil .................................................................... 64 Tabel 3.44 Parkir Motor ........................................................................................ 64 Tabel 3.45 Parkir Mobil (Pengelola) ..................................................................... 65 Tabel 3.46 Parkir Motor (pengelola) ..................................................................... 65 Tabel 3.47 Parkir Mobil Taksi ............................................................................... 66 Tabel 3.48 Persyaratan Plaza ................................................................................. 66 Tabel 3.49 Persyaratan Ruang Hijau dan Taman .................................................. 67 Tabel 3.50 Property Size Stasiun Besar Kota Bogor ............................................. 67
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A ........................................................................................................... 97
xvii
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas mengenai hal-hal yang menjadi permasalahan utama pada Tugas Akhir ini. Kemudian dijabarkan ke dalam isu perancangan dan data pendukung dalam penulisan Tugas Akhir yang akan dikerjakan.
1.1
Isu Perancangan Globalisasi memiliki dampak pada peningkatan mobilitas penduduk dalam
melintasi batas-batas wilayah kota bahkan negara. Teknologi transportasi dan informasi berkembang pesat memungkinkan setiap orang bergerak dari satu kota ke kota lain dalam waktu singkat. Berbagai macam moda transportasi sekarang ini merupakan bukti nyata efek dari globalisasi. Berdasarkan data yang ditunjukan pada Tabel 1.1 sebagian masyarakat Indonesia lebih memilih bepergian menggunakan kereta api daripada pesawat atau kapal laut karena lebih murah, nyaman, dan cepat. Kereta api seakan sudah menjadi transportasi bagi sebagian masyarakat Indonesia karena sudah dari zaman penjajahan dulu, kereta api telah digunakan sebagai alat transportasi. Tabel 1.1 Jumlah Penumpang Jarak Jauh Menurut Moda Transportasi
(Sumber: databoks.katadata.co.id)
Menurut UU nomor 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian disebutkan bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara, serta
1
memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19451. Fungsi transportasi memiliki peranan vital bagi suatu kota, namun apabila jumlah transportasi dalam kota tersebut tidak dapat dikendalikan, maka beban sistem transportasi kota akan semakin meningkat. Hal ini menuntut diadakannya suatu pemecahan, terutama berkaitan dengan sistem transportasi massal yaitu kereta api. Stasiun merupakan titik pusat perhatian orang-orang di suatu kawasan. Hal ini dapat menjadi keuntungan apabila di kawasan itu dibangun fasilitas seperti pasar, perumahan, kantor, dan fasilitas lain yang berguna bagi orang-orang sekitar kawasan stasiun. Pada 2017 menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor jumlah penduduk Kota Bogor secara keseluruhan berada di kisaran 6.745.729 jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk yaitu 2,41% tiap tahun. Pertumbuhan penduduk seharusnya dapat diimbangi dengan pembangunan infrastruktur kota agar tidak terjadi ketimpangan antara manusia dan ekosistem, salah satunya pada infrastruktur stasiun kereta api berupa jalur, stasiun, dan fasilitas pendukung lainnya.
1.1.1
Circulation System for High Density Arsitektur erat kaitannya dengan program dan aktivitas seputar pergerakan
dan perpindahan elemen-elemen di dalamnya. Konfigurasi ruang pada bangunan dapat mempengaruhi bagaimana perilaku dan aktivitas manusia. Hal itu yang membuat manusia dapat menggambarkan seluruh pola-pola pergerakan barang, kendaraan, dan pejalan kaki di dalam dan keluar masuk tapak. Dalam arsitektur, sirkulasi merupakan elemen esensial sebagai prasarana penghubung vital berbagai aktivitas pengguna dalam sebuah tapak. Selain berperan penting dalam menyusun program ruang, sirkulasi juga harus memperhatikan akses kendaraan, barang, dan para pejalan kaki khususnya kaum distabilitas. Stasiun Besar Kota Bogor memiliki satu buah pintu utama yaitu di bagian selatan yang
1
Undang-undang nomor 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian
2
menjadi akses utama penumpang menuju stasiun dan keluar stasiun. Sehingga sering terjadi penumpakan massa penumpang di jam-jam sibuk stasiun, Gambar 1.1 merupakan suasana kepadatan penumpang Stasiun Besar Kota Bogor di akhir pekan.
Gambar 1.1 Kepadatan Penumpang Stasiun Besar Kota Bogor (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Oleh karena itu, sirkulasi seakan menjadi masalah klasik dalam fasilitas publik, mulai dari kepadatan penumpang, alur penumpang, alur pengantur dan lainlain. Sehingga perlu adanya perhatian mengenai dimensi ruang, jumlah kapasitas manusia, aspek keberlanjutan pembangunan, kemudahan akses, maupun transportasi yang harus ditampung.
1.1.2
Station’s Relation to Its Urban Context Sejak jaringan perkereta apian di Jawa dibangun antara tahun 1870 sampai
dengan 1920, penempatan stasiun di kota-kota provinsi jawa pada masa lalu umumnya berhasil dengan baik. Keberhasilan penempatan ini didukung oleh sosok bangunannya sendiri yang berhasil menunjukkan eksistensinya ke seluruh penjuru kota sesuai dengan misi stasiun itu sendiri. Pada Gambar 1.2 nampak dahulu stasiun ini begitu besar dibandingkan dengan ukuran dan jarak antar bangunan yang ada disekitarnya. Jumlah masyarakat pengguna kereta api pada waktu itu tidak banyak ditambah aktivitas stasiun ketika itu hanya sebagai tempat naik dan turun penumpang, sehingga penempatan stasiun di tengah kota tidak menjadi soal pada saat itu.
3
Gambar 1.2 Stasiun Besar Kota Bogor Lama (Sumber: Tropenmuseum Amsterdam)
Seiring dengan perkembangan zaman timbul masalah-masalah baru pada perletakkan stasiun lama sebagai penghubung antar kota tersebut, penyebabnya adalah perkembangan kota yang tidak terkontrol, sehingga kehadiran stasiun lama sekarang ini seakan tidak relevan dengan kondisi eksistingnya bahkan cenderung menjadi masalah bagi kota itu sendiri3. Pada Gambar 1.3 perletakkan Stasiun Besar Kota Bogor sangat strategis dipandang dari tata ruang kota, karena: 1. Berada pada pusat kota, tepatnya di Cibogor, Bogor Tengah sehingga mudah dicapai dari seluruh penjuru kota. 2. Berada pada area komersial, gedung pemerintahan, dan landmark Kebun Raya Bogor. 3. Menjadi titik simpul transportasi umum Kota Bogor.
Gambar 1.3 Eksisting Stasiun Kota Bogor (Sumber: Citra Satelit Google Maps)
3
Handinoto.1999.Perletakkan Stasiun Keteta Api dalam Tata Ruang Kota-Kota Di Jawa (Khususnya Jawa Timur) Pada Masa Kolonial. Dimensi Arsitektur Vol. 27 No. 2 Halalaman 49
4
1.2
Konteks Perancangan
1.2.1
Fenomena Stasiun Besar Kota Bogor Stasiun yang dibangun pada tahun 1881 ini menjadi stasiun untuk
perjalanan KRL komuter yang melayani kawasan Jabodetabek. Pada Gambar 1.4 dapat dilihat letak Stasiun Bogor yang cukup strategis menjadi sumber kemacetan. Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tidak teratur, pangkalan liar kendaraan online, akses stasiun yang terbatas hingga keluhan dari banyak penumpang. Permasalahan selanjutnya yaitu, tempat sarana, prasarana transportasi yang jauh dari nyaman, pedestrian yang tidak layak, perparkiran yang tidak teratur.
Gambar 1.4 Letak Stasiun Kota Bogor (Sumber: www.earth.google.com)
1.2.2
Lingkup Perancangan Lingkup perancangan dalam Tugas Akhir ini memilih studi kasus tentang
dinamika Stasiun Besar Kota Bogor yang berlokasi di Cibogor, Bogor Tengah, Bogor. Pada Gambar 1.5 menunjukkan luasan lahan yang tersedia yaitu Âą 95.000 m2 . Sifat simulasi adalah merancang kembali Stasiun Besar Kota Bogor dengan mengangkat isu image dan sirkulasi berdasarkan konteks kota. Dalam rancangan stasiun ini lokasi lahan dan nilai historis bangunan menjadi tantangan tersendiri yang harus diselesaikan agar menjadi daya dukung bagi lingkungan sekitar dan nilai historis yang dimiliki stasiun lama tetap terjaga.
5
Gambar 1.5 Foto Udara Stasiun Kota Bogor (Sumber: Olahan dari www.earth.google.com)
1.3
Data Pendukung
1.3.1 Tinjauan Umum Stasiun Besar Kota Bogor pertama didirikan pada 1881 yang masuk ke dalam 15 stasiun tertua di Indonesia. Meningkatnya jumlah penumpang dari tahun ke tahun menjadi salah satu faktor yang membuat stasiun bangunan lama tidak dapat lagi melayani aktivitas stasiun secara optimal. Pada Tabel 1.2 menunjukkan data jumlah penumpang Stasiun Besar Kota Bogor. Tahun 2010-2014 jumlah penumpang terus mengalami lonjakan hingga 25%. Dari data tersebut diprediksikan jumlah pengguna kereta api akan terus bertambah. Tabel 1.2 Jumlah Penumpang Stasiun Bogor
(Sumber: https://bogorkota.bps.go.id)
6
1.3.2
Karakteristik Kawasan
Letak koordinat
: 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS
Luas Wilayah
: 95.000 m2
Ketinggian
: 190-330 mdpl
Suhu
: 21,8’ C-30,4’ C
Kelembaban
: 70%
Curah hujan
: 3.500-4.000 mm
Lokasi site
: Stasiun Besar Kota Bogor, Jalan Mayor Oking
Luas site
: 6.5 Ha
Kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan ibu kota negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata.
1.3.3
Karakteristik Pengguna Berikut beberapa variabel yang berkaitan dengan karakteristik pengguna
kereta komuter (Alan Black, 1995)4: 1. Tujuan perjalanan, untuk daerah perkotaan kota sebagian besar tujuan perjalanan adalah untuk bekerja, sekolah, rekreasi, belanja dan lain-lain. 2. Waktu perjalanan, jumlah perjalanan terbesar biasanya terjadi pada saat jam puncak (peak hour), yaitu pada saat jam kerja. 3. Lokasi stasiun/shelter, arah perjalanan berpengaruh terhadap operasional KA Komuter. 4. Jadwal keberangkatan dan kedatangan, pengaturan jadwal adalah salah satu hal penting dalam pengoperasian KA Komuter sehingga harus mampu mengakomodasi kebutuhan penggunanya. 5. Tingkat pendapatan, sangat berhubungan dengan karakteristik pengguna kereta komuter karena biasanya semakin tinggi tingkat pendapatan
Rudy Setiawan. 2005. Karakteristik Pengguna Kereta Api Komuter Surabaya – Sidoarjo. Seminar Nasional Rekayasa Perencanaan V Halaman 2 4
7
seseorang semakin kecil minat mereka untuk menggunakan angkutan umum. 6. Usia, faktor usia juga mempengaruhi karakteristik pengguna kereta komuter, karena biasanya dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin sedikit yang menggunakan angkutan umum; 7. Jenis Kelamin, menurut Nationwide Personal Transportation Survey (NPTS) 46.5% dari pengguna kereta komuter adalah wanita. Hal ini bisa disebabkan karena peran sosial seorang wanita; wanita lebih suka bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga, wanita cenderung mendapatkan gaji yang lebih rendah daripada pria dan juga kebanyakan dari mereka tidak bisa mengemudi. 8. Jenis Pekerjaan, dengan mengetahui jenis pekerjaan pengguna KA Komuter maka bisa diketahui apakah mayoritas pengguna berasal dari golongan pelajar, mahasiswa, pegawai negeri sipil, ibu rumah tangga dan lain-lain.
1.4
Permasalahan Perancangan Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, permasalahan yang akan
diangkat dalam proposal ini adalah bagaimanakah metode pengaturan sirkulasi pada sebuah stasiun tipe A yang berada di pusat Kota Bogor dengan situasi kepadatan yang tinggi disekitar eksisting. Permasalahan kedua yang akan diangkat adalah bagaimanakah melakukan upaya pengembangan kembali (redevelopment ) Stasiun Besar Kota Bogor melalui isu image menyangkut sirkulasi, fasilitas, program, aktivitas, dan sebagainya dengan tetap memperhatikan eksisting stasiun lama agar nilai hostorisnya tetap terjaga.
8
BAB 2 PROGRAM DESAIN Pada bab ini dibahas mengenai kajian teori yang menjadi pendukung pada Tugas Akhir ini. Kemudian dijabarkan ke dalam pendekatan dan metode rancang berdasarkan kajian tapak dan lingkungan dalam penulisan Tugas Akhir yang akan dikerjakan.
2.1
Kajian Teori
2.1.1
Tinjauan Stasiun Keteta Api Stasiun kereta api (KA) menurut Pick (1930) adalah ‘A railway station is a
place at which passenger join or leave trains. It is a place of arrival and departure, for trains as well as passengers, two somewhat diverse units, causing a railway station to fall into two distinct parts: the passenger concourse and the train shed, to each of which a different measure must be applied if they are to be apt and fit for their purpose’. Berdasarkan uraian tersebut Stasiun Kereta Api (Stasiun KA) memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu: 1. Tempat dimana penumpang naik atau turun meninggalkan KA. 2. Tempat dimana penumpang naik atau turun meninggalkan KA, stasiun harus mampu menyediakan pelayanan penyambutan bagi penumpang yang akan berangkat dan memberikan kesan bagi penumpang yang telah mengakhiri perjalanannya dengan KA. Stasiun kereta api memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai “transportation nodes�. Dalam konteks tersebut Penyelenggaraan transportasi kereta api berperan dalam upaya pemaduan jaringan pelayanan KA dengan jaringan pelayanan moda lainnya sehingga proses pertukaran moda yang terjadi dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dalam perencanaannya
2.1.2
Tinjauan Redevelopment Dalam proses pembaruan suatu kawasan, dikenal beberapa cara pendekatan
atau metode perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi atau sifat permasalahan
9
yang dihadapi kawasan tersebut. Etikawati Triyosoputri5 mengamati pendekatan berikut6: 1. Pembangunan kembali (redevelopment) atau peremajaan menyeluruh, yakni upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana atau prasarana dari sebagian atau seluruh kawasan kota tersebut. 2. Revitalisasi, yakni upaya peningkatan vitalitas suatu kawasan kota melalui upaya peningkatan kualitas lingkungannya tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan tersebut. 3. Konservasi, yakni upaya untuk memelihara suatu tempat (lahan, kawasan, gedung, atau kelompok gedung beserta lingkungannya) sedemikian rupa sehingga makna (arti sejarah, budaya tradisi, ekologi, dan sebagainya) dari tempat tersebut dapat dipertahankan. 4. Rehabilitasi, yakni upaya untuk mengembalikan kondisi suatu bangunan atau unsur-unsur kawasan kota yang telah mengalami kerusakan, kemunduran, atau degradasi kepada kondisi aslinya sehingga dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya. Bentuk kegiatan ini banyak dipakai dalam proses gentrifikasi dan konsevasi. 5. Preservasi, yakni upaya memelihara dan melestarikan monumen, bangunan, atau lingkungan pada kondisinya dan mencegah terjadinya proses kerusakan. 6. Renovasi, yakni upaya untuk mengubah sebagian atau beberapa bagian dari bangunan/kompleks tua dengan tujuan agar bangunan/kompleks tersebut dapat diadaptasikan untuk menampung fungsi baru ataupun fungsi yang sama dengan persyaratan-persyaratan yang sesuai kebutuhan baru/ modern. Metode yang paling relevan dengan Stasiun Besar Kota Bogor ini adalah redevelopment mengingat bangunan stasiun yang sekarang memerlukan peremajaan secara menyeluruh guna menunjang kegiatan stasiun yang dimana untuk saat ini daya tampung stasiun masih sangat kurang. Namun di satu sisi
5
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang Etikawati Triyoso Putri. ‘Tinjauan Aspek Teori Perancangan Kota’. Aspek Pengendalian Dalam Mengantisipasi Pengembangan Arsitektur Kota Malang. 1995. Halaman 3 6
10
redevelopment ini dihadapkan pada bangunan heritage yang telah ada, sehingga dalam pengembangan kawasan stasiun perlu memperhatikan keberadaan dan aturan terkait bangunan heritage tersebut. Dalam Kandee (2001) dinyatakan bahwa perkembangan kota yang terjadi semakin memunculkan kebutuhan akan pusat-pusat intermoda. Hal ini juga berlaku bagi pengembangan stasiun kereta api, yang pada awalnya hanya melayani satu moda, menjadi koneksi antar moda transportasi (lihat Gambar 2.1). Dalam pengembangannya desain sebuah stasiun memiliki 4 aspek utama7: 1) Core areas focus on processing passengers. Conceptually, they can be considered as a circle surrounded by closely related areas that includes ticketing, information, baggage handling, reclaiming, and waiting. 2) Transit areas connect transit facilities in the core areas to the transportation modes. They usually include secondary, but often-essential facilities such as, restrooms, telephones, and commercial spaces. 3) Peripheral areas support circulation outside the main buildings. They often include platforms, tracks, and vehicle service spaces. 4) Administrative area control both traffic and station management. Found only in some station types that provide complex arrangements for handling a large number of passengers. These areas can be isolated from other facilities or inserted among them.
Gambar 2.1 Flow Diagram of Functional Elements within Railway (Sumber: Kandee, 2001) 7
Somruedee Kandee. ‘Intermodal Concept in Railway Station Design’. 2001. Halaman 4
11
Pengembangan ruang dan kawasan stasiun secara garis besar dapat terbagi menjadi tiga zona yaitu: zona bangunan stasiun, zona emplasemen dan zona kawasan di sekitar stasiun, yang dapat digambarkan sebagai berikut, (Gambar 2.2)8.
Gambar 2.2 Pengembangan Ruang dan Kawasan Stasiun (Sumber: Studi Optimalisasi Bangunan Stasiun dengan Pendekatan Bussiness Oriented, 2014)
Zona bangunan stasiun yaitu pengembangan area terbatas pada stasiun sebagai sebuah bangunan. Aspek yang dikembangkan sebatas pada ruang-ruang dalam bangunan stasiun. Zona emplasemen yaitu pengembangan pada lahan kepemilikan operator stasiun, dalam hal ini PT. KAI, sedangkan zona kawasan stasiun adalah kawasan dalam radius tertentu dengan stasiun sebagai pusatnya. 2.1.3 Tinjauan Transportation Nodes Nodes are primarily created by The convergence of paths into a focal point. Paths are lines of travel used by people, and nodes therefore become areas of concentration and places where development start. Dalam konteks tersebut, stasiun merupakan titik pusat perhatian orang-orang di kawasan tersebut. Hal ini dapat menjadi keuntungan apabila di kawasan itu dibangun fasilitas seperti pasar, perumahan, kantor, dan fasilitas lain yang berguna bagi orang-orang sekitar kawasan itu. Terdapat 4 komponen penting penyusun simpul transportasi, antara lain9: 1. Path (jalur)
Yok Suprobo dan Ikaputra. ‘Pengembangan Bangunan Stasiun Untuk Meningkatkan Pendapatan Nonoperasi Pt. Kereta Api Indonesia (Persero) (Studi Kasus Pada Stasiun Bogor)’.2015. Halaman 121 9 Choudhary and Pipralia. ‘Architectural Perception for Redevelopment of Railway Termini’. 2017. Halaman 7-8 8
12
2. Transportation Station (terminal angkutan) 3. Supporting Facilities (fasilitas pendukung) 4. Public Open Space (ruang luar) Path (jalur) merupakan garis berupa jalan, trotoar, atau rel kereta api yang digunakan atau dirancang untuk mengarahkan orang-orang bergerak dari satu titik ke titik lain (Lynch, 1960). Jalur pejalan kaki yang menghubungkan moda transportasi yang berbeda sangat penting dalam memfasilitasi sirkulasi pejalan kaki. Alexander (1983) menyatakan jarak ideal antara titik moda transportasi yang berbeda yaitu sekitar 90 meter, dan jarak maksimum 180 meter. Transportation terminal (terminal angkutan) disediakan untuk melayani orang-orang yang ingin naik dan turun dari kendaraan. Terminal sebagai titik pertemuan jalur dan moda transportasi dapat memiliki simpul aktivitasnya sendiri. Sebagai ruang publik kota maupun tempat komersial. Ide ini jelas bahwa stasiun bukan hanya untuk perjalanan kereta saja. Namun mencakup rancangan ruang luar, sirkulasi, dan fasilitas pendukung lain. Supporting facilities (fasilitas pendukung) merupakan perkembangan yang telah dilewati dari stasiun itu sendiri. Saat ini stasiun tidak hanya sebagai tempat untuk turun atau naik kereta. Tetapi orang-orang dapat datang ke stasiun bukan untuk naik kereta, tapi untuk mengunjungi restoran atau fasilitas komersial yang dewasa ini menjadi bagian utama pada bangunan stasiun kereta api. Open public space (ruang luar) dapat berupa plaza atau taman yang terdapat di antara bangunan atau stasiun. Ruang luar adalah elemen kunci dalam sebuah “node” sebagai titik kedatangan untuk pejalan kaki dan titik pusat orientasi. Ruang luar dapat didefinisikan melalui bangunan yang mengelilinginya, sebagai batas tepi ruang. Kesimpulannya, simpul transportasi terdiri dari elemen-elemen berbeda mencakup jenis aktivitas, ruang indoor, ruang outdoor, dan sirkulasi. Oleh karena itu peran ruang luar sebagai bagian dari “node” harus dapat memudahkan gerakan pejalan kaki di dalamnya. Apabila 4 (empat) poin diatas dimiliki oleh sebuah stasiun maka dalam pengembanganya stasiun dapat berperan sebagai10:
Yok Suprobo dan Ikaputra, ‘Pengembangan Bangunan Stasiun Untuk Meningkatkan Pendapatan Non-Operasi Pt. Kereta Api Indonesia (Persero) (Studi Kasus Pada Stasiun Bogor)’. 2015. Halaman 124-125 10
13
1. Transit, stasiun kereta api merupakan prasarana kereta api sebagai tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api untuk melayani kegiatan naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan keperluan operasi kereta api seperti kesempatan untuk bersilangan dan bersusulan demi kenyamanan dan keamanan operasi kereta api. Hal ini senada dengan UndangUndang Perkeretaapian Nomor 23 Tahun 2007. 2. Pergantian Moda, stasiun kereta api sebagai prasarana untuk tempat pergantian moda transportasi dari kereta api ke moda lainnya dan sebaliknya. Pergantian moda akan membentuk node atau simpul kawasan dan memberi aliran aktivitas yang dinamis bagi kawasan. 3. Generator Kawasan,secara lebih luas stasiun kereta api sebagai titik awal pergerakan penumpang dan barang dapat menjadi katalis bagi aktivitas perekonomian, sosial, dan budaya kawasan. Katalis ini berkembang lebih luas dan berkelanjutan menjadi generator pergerakan bagi kawasan sekitarnya. Pentingnya peran stasiun membuka peluang bisnis bagi kawasan sekitarnya.
2.2
Pendekatan dan Metode Rancang
2.2.1
Pendekatan Seiring pertumbuhan kota, stasiun menjadi pusat yang dibangun atau diubah
menjadi struktur yang lebih besar dengan berbagai fasilitas tambahan hingga memenuhi fungsi komersial utama. Schaer, C. (2010) dalam “The challenge of making Hafen City feel neighborly� Spiege Online, 26 August menyatakan bahwa: “...planning for the hard infrastructure alone would never build a community...We are doing something very ambitious here. Yes, we are building buildings. But we are also producing social and cultural en vironments for the next century. After all, a city is not only a commercial product, but also a public good...You can’t have a totally structured place and then just expect people to fit
14
in. But nor will it work if everything is totally open to interpretation...The goal is to find a balance between structures and freedoms and opportunities�.11 Stasiun telah menjadi infrastruktur wajib di kota-kota besar No.. Hal tersebut menjadi peluang bagi stasiun-stasiun tersebut dapat dikembangkan eksistensinya untuk menjadi tujuan dan titik temu baru. Dampaknya adalah dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan sosial, identitas kota, dan fungsinya sebagai bangunan untuk keberlanjutan sosial. Dalam proses perancangan Stasiun Besar Kota Bogor, yang dilakukan selama proses perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site dan mengumpulkan penelitian dan perencanaan hasil studi ilmiah terkait stasiun yang yang bersumber dari institusi dalam maupun luar negeri yang sudah dilakukan oleh penulis lain sebelumnya yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Penelitian Terkait
(Sumber: Penulis, 2018)
Fenomena hasil pengamatan di lapangan mengenai hal apa sajakan yang perlu memerlukan perbaikan dan perluasan bangunan yang ditinjau dari jumlah penumpang stasiun, tingkah laku pengguna, dan kelayakan bangunan yang bersifat
Olga Borfiliva. ‘Thinking Beyond The Train Station New Concept Of Train Station as A Part Of Social Insfrastructure’ 2014. Halaman 1 11
15
sebagai bangunan publik melalui studi pustaka dan terkait dengan objek studi. Dari data diatas nantinya akan menjdi acuan dalam perancangan terkait dengan hal apa saja yang perlu di rancang. Pendekatan yang dipilih untuk permasalahan perancangan adalah tema kontekstualisme. Kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai dengan konteks dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara bangunan lama dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek kohesif (menyatu)12. Hakekatnya pendekatan ini merupakan persoalan keserasian dan kesinambungan visual, memori, makna, dan urban fabric. Deskripsi analisis dilakukan dalam mengidentifikasi banguan, kondisi bangunan, serta masalah pelestarian bangunan. Dari data tersebut nantinya diolah dan dianalisis sehingga akan menghasilakan berupa pedoman dalam redevelopment Stasiun Besar Kota Bogor.
2.2.2 Metode Rancang Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan redevelopment Stasiun Besar Kota Bogor ini menggunakan berbagai penelitian, juga pengumpulan data dari kawasan setempat, dan didukung oleh teori yang sudah ada seperti transprogramming dan architectural programming. Dalam proses rancangan tersebut terdapat beberapa langkah antara lain:
2.2.3 Ide Perancangan 1. Ide perancangan muncul dari sebuah pemikiran tentang keinginan mengubah image sNo. Indonesia khususnya Stasiun Besar Kota Bogor agar menjadi suatu objek arsitektur yang bernilai lebih dari sekedar tempat moda transportasi dan transit tapi stasiun sebagai tempat yang dapat menjadi magnet tempat destinasi bagi masyarakat, infrastruktur sosial, dan menghubungkan titik-titik antara pusat kota dan pinggiran kota.
Titiani Widati Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur Frank Lloyd Wright’, 2015, Halaman 39 12
16
2. Pematangan ide perancangan ini melalui penelusuran informasi dan datadata arsitektural maupun non-arsietktural dari segala pustaka, jurnal, dan media bahan perbandingan pemecahan masalah.
2.2.4
Analisis dan Identifikasi Bogor memiliki stasiun yang telah ditetapkan menjadi cagar budaya pada
tahun 2007 silam. Dalam pencana penataan dan pengembangan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor 2011-2031, pemerintah kota akan melakukan penataan kawasan sekitar stasiun dan pengembangan kembali (redevelopment ). Disatu sisi redevelopment ini dihadapkan pada permasalahan bangunan heritage yang telah ada, sehingga mengharuskan adanya upaya untuk mempertahankan bangunan tersebut, dan mempertimbangkan keharmonisan.
2.2.5 Lokasi Perancangan Objek Lokasi Perancangan objek terdapat di Kota Bogor yang merupakan lokasi dari Stasiun Besar Kota Bogor
2.2.6
Jenis Perancangan Perancangan yang dilakukan merupakan konsep redevelopment untuk
Stasiun Besar Kota Bogor yang dilatar belakangi oleh fenomena lingkungan sekitar dan stasiun itu sendiri juga dalam upaya pemerintah dalam mengembangkan ulang Stasiun Besar Kota Bogor.
2.2.7
Subjek dan Objek Penelitian Ada beberapa kegiatan dan pelaku kegiatan yang ada di stasiun yaitu
sebagai berikut: 1. Pengelola, pengelola stasiun dan tenaga kerja yang melayani seluruh aktivitas. •
Kegiatan Administrasi
•
Kegiatan servis / meliputi kegiatan tiketing, mekanikal elektrikal, informasi, mushola, kafetaria, dan restoran.
17
2. Penumpang dan Pengantar (Penjemput), sedangkan untuk Pengunjung dibedakan menjadi dua aktifitas yakni sebagai berikut: •
Penumpang / orang yang akan menggunakan alat transportasi kereta api.
•
Pengantar / Penjemput orang yang tidak menggunakan alat transportasi kereta api, dalam hal ini yaiyu orang yang hanya mengantar atau menpenumpang.
2.2.8 Architectural Programming Metode desain yang digunakan dalam rancangan adalah metode Architectural Programming milik Donna P. Duerk. Adapun dipilihnya metode tersebut adalah karena metode tersebut dirasa tepat sesuai tema yang diangkat yaitu konstekstualitas, dengan menggunakan fakta sebagai awal dari mendesain yang kemudian mendefinisikan isu permasalahan dan tujuan rancangan hingga mengacu pada konsep. Architectural Programming is gathering information and making recommendations for the performance of building.13 Metode desain ini memiliki fokusan utama pada dua area, yaitu Existing State, yang berisikan data-data fakta, dan Future State, yang berisikan penyusunan isu, goal/tujuan, performance requirement, dan konsep, (Gambar 2.4). Penjelasan dari Gambar 2.3 ditunjukkan pada Lampiran A Penerapan Metode Architectural Programming.
Gambar 2.3 Diagram Alir Donna P. Duerk (Sumber: Architecturalramming)
Donna P. Duerk. Architectural Programming Information Managemet for Design’. 1993. Halaman 11. Chapter 1 13
18
2.3
Data Pendukung
2.3.1
Lokasi dan Konteks Lahan
Nama Bangunan
: Stasiun Besar Kota Bogor
Lokasi site
: Stasiun Besar Kota Bogor, Jalan Mayor Oking (pintu masuk sebelah barat, akses untuk umum)
Fungsi bangunan
: Sebagai tempat pemberhentian akhir dan pemberangkatan awal kereta komuter line Jabodetabek
Luas Lahan
: 95.000 m2
Letak koordinat
: 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS
Ketinggian
: 190-330 mdpl.
Suhu
: 21,8’ C-30,4’ C
Kelembaban
: 70%
Curah hujan
: 3.500-4.000 mm
1. Struktur Ruang Stasiun Besar Kota Bogor (lihat Gambar 2.4)
Gambar 2.4 Rencana Struktur Ruang (Sumber: Penulis, 2018)
19
2. Diagram Lintasan Kereta Stasiun Besar Kota Bogor (li hat Gambar 2.5)
Gambar 2.5 Diagram Lintasan Kereta Stasiun Besar Kota Bogor (Sumbnulis, 2018)
2.3.2 Peta Kondisi Fisik 1. Peta Makro Kawasan Stasiun Besar Kota Bogor (lihat Gambar 2.6)
Gambar 2.6 Peta Makro Kawasan Stasiun Besar Kota Bogor (Sumber: Penulis, 2018)
20
2. Peta Mikro Kawasan Stasiun Besar Kota Bogor a) Jalan Dramaga-Bogor Jalan ini lebih dikenal dengan Jalan Kapten Muslihat yang membentang hingga Terminal Laladon, dengan lebar 18 meter dan memiliki medium jalan. Pada Gambar 2.7 menunjukkan Jalan Kapten Muslihat merupakan jalan utama penghubung wilayah Kabupaten dengan Kota Bogor dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi. Bila diidentifikasi berdasarkan letaknya jalan ini menjadi garis penghubung (path) kawasan Kebun Raya Bogor (nodes) dengan distrik kawasan stasiun sehingga jalan ini memiliki tingkat mobilitas tinggi.
Gambar 2.7 Peta Mikro Kawasan Jalan Dramaga-Bogor (Sumber: Penulis, 2018)
b) Jalan Nyi Raja Permas Mobilitas kendaraan bermotor pada jalan ini sudah ditiadakan terhitung sejak bulan Oktober 2012, wajah baru Jalan Nyi Raja Permas ditunjukkan pada Gambar 2.8. Pada tahun 2016 Jalan Nyi Raja Permas tidak menjadi akses utama menuju stasiun, karena pintu utama stasiun dipindahkan ke Jalan Mayor Oking. Hasil dari pembenahan ini, stasiun lama sudah tidak digunakan untuk pintu masuk dan keluar penumpang. Kini, bangunan lama stasiun dipergunakan hanya untuk kantor pengelola stasiun dan gerai-gerai penjual makanan.
21
Gambar 2.8 Peta Makro Kawasan Jalan Nyi Raja Permas (Sumber: Penulis, 2018)
c) Jalan Mayor Oking Jalan ini terletak di sebelah timur stasiun yang juga digunakan sebagai akses utama dan pintu masuk stasiun. Di jalan ini dibangun tempat pemberhentian angkutan umum, konsepnya adalah untuk mengantrekan angkutan untuk menaikkan penumpang sebelum menuju Jalan Kapten Muslihat namun pada praktiknya angkutan umum yang antre dapat mencapai 200 meter dan harus menunggu 1-2 jam untuk dapat penumpang penuh yang ditunjukkan pad Gambar 2.9. Keberadaan jalur khusus tersebut maka otomatis setengah jalan akan terpakai dan kemungkinan timbul permasalahan baru.
Gambar 2.9 Peta Makro Kawasan Mayor Oking (Sumber: Penulis, 2018)
22
d) Jalan Dewi Sartika Jalan Dewi Sartika adalah sebuah lokasi di mana aktivitas perdagangan merupakan bagian darinya. Dapat dilihat dari jejeran toko-toko di sepanjang jalan. Pedagang kaki lima menjamur menguasai badan jalan terutama di area menuju arah Jalan Sawojajar. Terdapat sedikit perbedaan dengan paruh jalan Dewi Sartika yang mengarah ke jalan Kapten Muslihat. Disini penyempitan disebabkan banyaknya parkir yang menghabiskan lahan jalan. Semuanya memberikan kesan yang sangat ketidakteraturan di Jalan Dewi Sartika yang ditunjukkan pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Peta Makro Kawasan Jalan Dewi Sartika (Sumbeulis, 2018)
1.4.10 2.3.3
Analisa Site Kawasan Stasiun Besar Kota Bogor sangat mudah diakses karena berada di
pusat kota dan jalan raya. Selain menggunakan angkutan pribadi juga dapat diakses menggunakan sepeda motor, dan kendaraan pribadi. Namun akses bagi difabel masih belum memadai karena kondisi yang tidak layak dan fasilitas yang belum memadai.
23
Gambar 2.11 Rute Sirkulasi Kendaraan dan Pedestrian (Sumber: Penulis, 2018)
Gambar 2.12 View from Site (Sumber: Penulis, 2018)
Gambar 2.13 View to Site (Sumber: Penulis, 2018)
24
Gambar 2.14 Arah Angin (Sumber: Penulis, 2018)
Gambar 2.15 Sunpath (Sumber: Penulis, 2018)
Gambar 2.16 Noise (Sumber: Penulis, 2018)
25
2.4
Kajian Tapak dan Lingkungan
2.4.1 Peruntukan Tapak Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor tahun 2011-2013 yang ditunjukkan pada Gambar 2.17. Dalam peta rencana struktur ruang Kota Bogor, pemetaan wilayah di bagi ke dalam 4 (empat) wilayah pelayanan (lihat Gambar 2.17, di antaranya: 1. Wilayah Pelayanan A kawasan Bogor Tengah yang meliputi: • Pengendalian perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa. • Revitalisasi kawasan Stasiun bogor dan sekitarnya. • Peremajaan kawasan Permukiman. 2. Wilayah Pelayanan A kawasan Bogor Selatan yang meliputi: • Kegiatan perdagangan. • Kegiatan perkantoran. • Kegiatan meeting. • Insentif, convention, exibhition. • Pengembangan terminal agribisnis. 3. Wilayah Pelayanan B yang meliputi: • Perdagangan regional. • Hotel dan sarana akomodasi. • Rumah sakit regional. • Pengembangan kawasan wisata. • Perumahan kepadatan rendah. 4. Wilayah Pelayanan C yang meliputi: • Pengembangan pasar induk. • Pembangunan sentra elektronik. • Pengemabngan perumahan. 5. Wilayah Pelayanan D yang meliputi: • Kegiatan perdagangan.
26
Gambar 2.17 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor Tahun 2011-2013 (Sumber: Pemerintah Kgor, 2012)
2.4.2
Garis Sepadan Bangunan (GSB) Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bogor Nomor 40 Tahun 2017 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Rangka Pendirian Bangunan Di Kota Bogor. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah Garis Sempadan Pagar yang ditetapkan dalam rencana kota (Tabel 2.3). Adapun Stasiun Bogor berada di Jalan Mayor Oking, Jalan Kapten Muslihat dan Jalan Nyi Raja Permas. Masing-masing jalan memiliki peraturan Garis Sepadan Bangunan (GSB) sebagai berikut: Tabel 2.2 Garis Sepadan Bangunan (GSB) Stasiun Bogor
(Sumber : Peraturan Wali gor, 2017)
27
2.4.3
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bogor Nomor 40 Tahun 2017 tentang
Pedoman Teknis Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Rangka Pendirian Bangunan Di Kota Bogor. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan terhadap luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. Adapun Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada Stasiun Besar Kota Bogor yang ditunjukkan pada Tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Stasiun Bogor
(Sumber: Peraturan Wali gor, 2017)
2.4.4 Koefisien Lantai Banguna (KLB) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan terhadap luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. Adapun Koefisien Lantai Bangunan (KLB) pada Stasiun Besar Kota Bogor (Tabel 2.4), berikut: Tabel 2.4 Koefisien Lantai Banguna (KLB)
(Sumber : Peraturan Wali Kota Bogor, 2017)
2.4.5 Koefisien Dasar Hijau (KDH) Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bogor Nomor 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Rangka Pendirian
28
Bangunan Di Kota Bogor. Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan yang diperuntukkan
bagi
pertamanan/penghijauan
terhadap
luas
lahan/tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. Adapun Koefisien Dasar Hijau (KDH) Stasiun Besar Kota Bogor yang ditunjukkan pada Tabel 2.5 sebagai berikut: Tabel 2.5 Koefisien Dasar Hijau (KDH) Stasiun Besar Kota Bogor
(Sumber: Peraturan Wali Kota Bogor, 2017)
2.4.6
Bangunan Cagar Budaya Stasiun Bogor yang ditunjukkan pada Gambar 2.18 merupakan terminal
pemberhentian terakhir untuk jalur –ereta api Batavia - Buitenzorg (sebutan kota Bogor pada masa itu) yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) dan dioperasikan sejak tahun 1872. Stasiun Bogor telah ditetapkan sebagai Bangunan Stasiun Cagar Budaya berdasarkan SK Menbudpar No: PM. 26/PW.007/MKP/2007, 26 Maret 2007 yang ditunjukkan pada Tabel 2.6.
Gambar 2.18 Stasiun Besar Kota Bogor Tempo Dulu (Sumber: kujangbogor.com)
29
Tabel 2.6 Klasifikasi Stasiun Bogor Sebagai Bangunan Cagar Budaya
(Sumber: Heritage.kai.id)
2.4.7
Data Terkait Stasiun Menurut (Ross, 2000) stasiun dapat diklasifikasian menurut fungsi dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah: 1. City center terminals Stasiun jenis ini terletak di pusat kota. Beberapa stasiun jenis ini adalah bangunan-bangunan bersejarah dan melayani transportasi intermoda. Para penumpang dapat berganti moda transportasi dari kereta ke taksi atau bus. Di dalam stasiun ini juga biasanya terdapat toko-toko, restoran dan fasilitas-fasilitas lainnya. Stasiun ini juga bisa saja melayani rute internasional, dan mempunyai fasilitas city check-in. Contoh Stasiun City Center Terminal adalah Union Station di Kansas City, dan Grand Central terminal di New York City, Amerika Serikat. 2. Stations within commercial developments Stasiun jenis ini sedang banyak dikembangkan di seluruh dunia. Fungsi komersial dimasukkan ke dalam stasiun membuat daya tarik yang baru untuk stasiun. Tapi arsitektur stasiun itu menjad tidak terlihat, karena biasanya lebih terlihat seperti bangunan komersial. 3. Suburban stations Stasiun jenis ini adalah jenis stasiun yang terletak di dalam kota dan biasanya melayani kereta komuter: 1. Ruang dalam stasiun Stasiun
sebagai
sebuah
tempat
prasarana
dari
pemberhentian
dan
pemberangkatan kereta api memiliki berbagai fasilitas tuang dalam yang berbeda-beda sesuai dengan pengelompokan jenis maupun kapasitas stasiun tersebut. Ruang dalam stasiun menurut (Honing, 1981) terbagi menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut :
30
A. Stasiun Kecil •
Ruang kepala stasiun.
•
Ruang tunggu.
•
Emperan penumpang/Peron.
•
Ruang tiket.
•
Gudang barang.
•
Toilet.
B. Stasiun Sedang •
Ruang kepala stasiun.
•
Ruang tiket.
•
Restoran (tempat Makan).
•
Ruang tunggu kelas 1,2 dan 3.
•
Toilet.
•
Gudang barang.
•
Emperan penumpang/Peron.
C. Stasiun Besar •
Ruang kepala stasiun.
•
Ruang wakil kepala stasiun.
•
Ruang staff stasiun.
•
Reservasi tiket.
•
PPKA (Pimpinan perjalanan kereta api).
•
POLSUSKA.
•
Ruang tiket.
•
Restoran (tempat Makan).
•
Ruang tunggu kelas 1 dan 2.
•
Ruang tersendiri kelas 3.
•
Toilet.
•
Gudang barang.
•
Emperan penumpang.
Menurut (Handinoto, 1999) dan (Triwinarto, 1997) bangunan stasiun pada umumnya terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut : 1. Halaman Depan/Front Area. 31
Halaman depan berfungsi sebagai perpindahan dari sistem transportasi jalan rail. ke sistem transportasi jalan raya atau sebaliknya. Adapun halaman depan stasiun adalah sebagai berikut : A. Terminal kendaraan umum. B. Parkir kendaraan. C. Bongkar muat barang.
Adapun bangunan stasiun pada umumnya terdiri dari : A. Ruang depan (hall atau vestibule). B. Loket. C. Fasilitas administratif (kantor kepala stasiun & staf). D. Fasilitas operasional (ruang sinyal, ruang teknik). E. Kantin dan toilet umum. 2. Peron Peron pada umumnya terdiri dari : A. Tempat tunggu. B. Tempat bongkar muat barang. 3. Emplasemen Emplasemen pada umumnya terdiri dari : A. Sepur lurus dan Seok. B. Peron. 2.4.8
Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api Pembangunan stasiun kereta api memiliki beberapa persyaratan mendasar
yang sudah diatur do.am Permen Perhub No.29 Tahun 2011, 47 di antaranya adalah tentang persyaratan umum pembangunan stasiun kereta api lokasinya harus sesuai dengan pola operasi perjalanan kereta api, menunjang operasional sistem perkeretaapian, tidak mengganggu lingkungan, memiliki tingkat keselamatan dan keamanan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Perancangan gedung pokok stasiun memiliki standarisasi tersendiri yang sudah diatur pemerintah untuk optimalisasi kinerja stasiun. Beberapa persyaratan gedung pokok stasiun adalah: A. Lokasi sesuai dengan pola operasi perjalanan kereta api. B. Menunjang operasional sistem perkeretaapian. 32
C. Tata letak ruang sesuai dengan alur proses kedatangan dan keberangkatan penumpang kereta api serta tidak mengganggu pengaturan perjalanan kereta api. D. Tidak mengganggu lingkungan. E. Terjamin keselamatan dan keamanan operasi kereta api. Untuk melengkapi kinerja sebuah stasiun maka dibutuhkan gedung penunjang. Gedung ini berfungsi untuk menunjang kegiatan usaha penunjang di stasiun. Gedung untuk kegiatan penunjang stasiun kereta api, yang terdiri atas: A. Restoran. B. Perkantoran. C. Perparkiran. D. Perhotelan. E. Pertokokan. F. Ruang lain yang menunjang langsung kegiatan stasiun kereta api. Gedung pelayanan khusus ini berfungsi untuk menunjang kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun. Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus di stasiun kereta api, yang terdiri atas: A. Ruang tunggu penumpang. B. Bongkar muat barang. C. Pergudangan. D. Parkir kendaraan. E. Penitipan barang. F. Ruang ATM. G. Ruang lain yang menunjang baik secara langsung maupun tidak langsung kegiatan stasiun kereta api. Menjamin terselenggaranya pembangunan stasiun yang sesuai dengan kebutuhan maka disusun beberapa standarisasi teknis, operasi dan instalasi pendukung yang harus dipenuhi sebuah stasiun kereta api di antaranya mengatur tentang persyaratan teknis sebuah bangunan stasiun di antaranya adalah: A. Konstruksi, material, desain, ukuran dan kapasitas bangunan sesuai dengan standar kelayakan, keselamatan dan keamanan serta kelancaran sehingga seluruh bangunan stasiun dapat berfungsi secara handal. 33
B. Memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan gedung dari bahaya banjir, bahaya petir, bahaya kelistrikan dan bahaya kekuatan konstruksi. C. Instalasi pendukung gedung sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang bangunan, mekanikal elektrik, dan pemipaan gedung (plumbing) bangunan yang berlaku. D. Luas bangunan ditetapkan untuk gedung kegiatan pokok dihitung dengan formula yang ditunjukkan pada Gambar 2.19 sebagai berikut:
Gambar 2.19 Perumusan Perhitungan Gedung Pokok (Sumber: Dinas Perhubungan, 2011)
Gedung kegiatan penunjang dan gedung jasa pelayanan khusus di stasiun kereta api, ditetapkan berdasarkan kebutuhan antara lain: 1. Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi tata letak ruang gedung stasiun, sehingga pengoperasian sarana perkeretaapian dapat dilakukan secara nyaman. 2. Komponen gedung meliputi: A. Gedung atau ruangan. B. Media informasi (papan informasi atau audio). C. Fasilitas umum. D. Ruang ibadah. E. Toilet. F. Tempat sampah. G. Ruang ibu menyusui. H. Fasilitas keselamatan. I. Fasilitas keamanan. J. Fasilitas penyandang cacat atau lansia. K. Fa kesehatan. 2.4.9
Persyaratan Operasi Stasiun Kereta Api
Terdapat 2 (dua) persyaratan operasi stasiun antara lain sebagai berikut: 2.
Gedung kegiatan pokok
34
A. Pengoperasian gedung stasiun harus sesuai dengan alur proses kedatangan dan keberangkatan penumpang kereta api serta tidak mengganggu pengaturan perjalanan kereta api. B. Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi tata letak ruang gedung stasiun, sehingga pengoperasian sarana perkeretaapian dapat dilakukan secara nyaman. C. Pengoperasian gedung stasiun sesuai dengan jam operasional kereta api dan ketersediaan sumber daya manusia. 3.
Gedung Kegiatan Penunjang Stasiun Kereta Api dan Gedung Jasa A. Pelayanan khusus di stasiun kereta api. B. Tidak mengganggu pergerakan kereta api. C. Tidak mengganggu pergerakan penumpang dan/atau barang. D. Menjaga ketertiban dan keamanan. E. Menjaga kebersihan lingkungan. F. Tidak mengganggu bangunan dan lingkungan sekitar stasiun serta disesuaikan dengan daya tamp kebutuhan.
2.4.10 Persyaratan Teknis Instalasi Pendukung Stasiun Kereta Api Persyaratan teknis instalasi pendukung sebuah bangunan stasiun di antaranya adalah: 1. Instalasi listrik Instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi listrik yang berfungsi untuk menyuplai dan mendistribusi tenaga listrik dalam memenuhi kebutuhan operasional stasiun dan kereta api. Terdapat beberapa komponen dan peralatan yang harus tersedia, di antaranya: A. Catu daya utama. B. Catu daya cadangan. C. Panel listrik. D. Peralatan listrik lainnya. 2. Instalasi Air
35
Instalasi air merupakan peralatan, komponen dan instalasi air yang berfungsi untuk menyuplai dan mendistribusi air dalam memenuhi kebutuhan operasional stasiun dan kereta api. 3. Pemadam Kebakaran Fasilitas pemadam kebakaran berguna sebagai fasilitas pemadam kebakaran jika terjadi gejala atau kebakaran di gedung stasiun kereta api. Standar yang harus ada adalah pelayanan hidron dengan selang dan/atau tabung dan Sprinkle dengan persyaratan ditempatkan di area yang strategis dan terjangkau jika terjadi kebakaran.
2.4.11 Persyaratan Peron Stasiun Kereta Api Persyaratan peron sebuah bangunan stasiun diantaranya adalah : 1. Persyaratan Teknis A. Tinggi •
Peron tinggi, tinggi peron 1000 mm, diukur dari kepala rel,
•
Peron sedang, tinggi peron 430 mm, diukur dari kepala rel,
•
Peron rendah, tinggi peron 180 mm, diukur dari kepala rel.
B. Jarak tepi peron ke as jalan reI •
Peron tinggi, 1600 mm (untuk jalan rel lurusan) dan 1650 mm (untuk jalan rel lengkungan),
•
Peron sedang, 1350 mm,
•
Peron rendah, 1200 mm.
C. Panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang kereta api penumpang yang beroperasi. D. Lantai peron tidak menggunakan material yang licin. E. Lebar peron dihitung berdasarkan jumlah penumpang dengan menggunakan formula yang ditunjukkan pada Gambar 2.20 sebagai berikut:
36
Gambar 2.20 Perumusan Perhitungan Lebar Peron (Sumber: Perhubungan, 2011)
• Hasil penghitungan lebar peron menggunakan formula di atas tidak boleh kurang dari ketentuan lebar peron minimal yang ditunjukkan pada Tabel 2.7 sebagai berikut: Tabel 2.7 Perumusan Perhitungan Lebar Peron Minimal
(Sumber: Dinas Perhubungan, 2011)
• Peron sekurang-kurangnya dilengkapi dengan: a) Lampu. b) Papan petunjuk jalur. c) Papan petunjuk arah. d) Patas aman peron. 2. Persyaratan Operasi Hanya digunakan sebagai tempat naik turun penumpang dari kereta api Dilengkapi dengan garis batas aman peron a) Peron tinggi, minimal 350 mm dari sisi tepi luar ke as peron. b) Peron sedang, minimal 600 mm dari sisi tepi luar ke as peron. c) Peron rendah, minimal 750 mm dari sisi tepi luar ke as peron.
37
(halaman ini sengaja dikosongkan)
38
BAB 3 PENDEKATAN DAN METODE DESAIN Pada bab ini dibahas program rancang yang menjadi konteks pada Tugas Akhir ini. Bererdasarkan Program aktivitas dan fungsi, kebutuhan jumlah dan besaran ruang dan persyaratan terkait aktivitas dan ruang dalam penulisan Tugas Akhir yang akan dikerjakan.
3.1
Program Aktivitas & Fungsi Bangunan
3.1.1 Deskripsi Objek Stasiun telah menjadi infrastruktur wajib di kota-kota besar Indonesia. Hal tersebut menjadi peluang bagi stasiun-stasiun tersebut dapat dikembangkan eksistensinya untuk menjadi tujuan dan titik temu baru. Dampaknya adalah dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan sosial, identitas kota, dan fungsinya sebagai bangunan untuk keberlanjutan sosial.
3.1.2 Fungsi Bangunan Stasiun dalam konteks terminal pemberangkatan dan pemberhentian kereta api dalam kaitannya sebagai angkutan manusia maupun barang dapat didefinisikan menjadi beberapa pengertian di antaranya: 1. Stasiun adalah tempat kereta api berangkat dan berhenti untuk melayani naik dan turunnya penumpang dan/atau bongkar muat barang dan/atau untuk keperluan operasi kereta api. (UU No.13 Tahun 1992 Pasal 19). 2. Stasiun kereta api adalah tempat menunggu bagi calon penumpang kereta api dan sebagainya tempat perhentian kereta api dan sebagainya. (Depdiknas, 2008) 3. Stasiun sebagai tempat kereta api berangkat, mengangkut penumpang (manusia atau bisa juga hewan) dan barang (Handinoto, 1999). 4. Stasiun sebagai tempat kereta api bersilang, menyusul atau disusul (Handinoto, 1999). Fungsi utama stasiun yang disebutkan dalam UU No.23 Tahun 2007 stasiun berfungsi sebagai tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani:
39
1. Naik turun penumpang. 2. Bongkar muat barang. 3. Keperluan operasi kereta api. Selain memenuhi kebutuhan fungsi utama sebagai tempat naik atau turunnya penumpang dan/atau bongkar muat barang, di stasiun dapat dilakukan kegiatan usaha penunjang angkutan kereta api seperti usaha pertokoan, restoran, perkantoran, perhotelan (UU No.13 Tahun 1992). Kebijakan ini mengundang timbulnya fungsi komersial dalam stasiun. Stasiun Kereta Api menjadi kebutuhan utama yang diperlukan dalam pengadaan moda transportasi kereta api. Stasiun juga memiliki berbagai fungsi yang menjadi bagian dari keberadaannya sebagai fasilitas umum. Menurut Alamsyah (2003) fungsi stasiun adalah sebagai berikut: 1. Sebagai alat angkutan umum untuk penumpang dan barang. 2. Sebagai penghubung satu tempat ke tempat lainnya yang sulit dijangkau oleh alat transportasi lain. 3. Tempat untuk memuat dan membongkar barang hantaran. 4. Tempat pengisian bahan bakar. 5. Tempat penitipan barang sementara untuk penumpang. 6. Tempat untuk memberikan kesempatan kepada kereta lainnya untuk saling menyusul dan bersilang.
3.1.3 Pelaku Aktivitas 1. Pengelola Menurut KBBI arti dari pengelola (/pe·nge·lo·la/ nomina) adalah orang yang mengelola, atau yang dimaksud disini adalah orang/ karyawan/pekerja/ tenaga kerja yang melayani seluruh aktivitas, kegiatan administrasi, kegiatan servis meliputi kegiatan tiketing, mekanikal elektrikal, informasi, mushola, kafetaria, dan restoran pada sebuah stasiun. 2. Penumpang Menurut KBBI arti dari penumpang (/pe·num·pang/ nomina) adalah orang yang menumpang atau orang yang naik (kereta, kapal, atau sebagainya). Dalam
40
hal ini penumpang yang dimaksud adalah orang yang menggunakan alat transportasi kereta api untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. 3. Pengantar Menurut KBBI arti dari pengantar (/peng·an·tar/ nomina) adala (1) orang yang mengantar(kan); (2) alat untuk mengantar(kan); (3) pembimbing. Dalam hal ini pengatar yang dimaksud adalah orang yang mengantarkan orang lain ke stasiun dan dirinya tidak menggunakan alat transportasi kereta api, dalam hal ini yaitu orang yang hanya mengantar atau menjemput penumpang.
3.1.4
Konsep Pelaku Kegiatan Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada poin sebelumnya, maka
didapatkan konsep pelaku dan kegiatan pada Stasiun Kota Bogor sebagai berikut: 1. Jenis pelaku berdasarkan aktivitas yang dilakukan di stasiun antara lain: •
Penumpang (berangkat, tiba, transit).
•
Pengantar dan Penjemput.
•
Pengelola dan Pegawai Pedagang.
2. Kegiatan menaikkan dan menurunkan penumpang merupakan aktivitas utama di stasiun sehingga fasilitas-fasilitas pendukung aktivitas menaikkan dan menurunkan penumpang perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini berdampak pada kebutuhan ruang penunjang aktivitas penumpang lebih diutamakan. Tabel 3.1 menunjukkan aktivitas kegiatan berdasarkan pelaku dikelompokkan menjadi: Tabel 3.1 Uraian Kegiatan Berdasarkan Kelompok Kegiatan
No.
Kelompok Kegiatan •
1
•
Utama
•
2
• •
Tambahan
•
41
Uraian Kegiatan Kegiatan menaikkan dan menurunkan penumpang dan barang. Kegiatan membeli tiket dan menunggu keberangkatan. Kegiatan pengiriman barang Makan dan minum Pergudangan Pemeliharaan dan inventarisasi Penjualan souvenir
3
4
5
•
Ibadah
•
•
Memarkir kendaraan roda dua atau empat Menerima kedatangan pengunjung Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) Jual beli barang dan jasa
• • • •
Kegiatan Manajemen Kegiatan Adiministratif Kegiatan Pengawasan Kegiatan Operasional Kegiatan Keamanan
• • • • • •
Kegiatan Pengawasan Kegiatan Pemeliharaan Kegiatan Perawatan dan Kebersihan Kegiatan Plumbing dan Sanitasi
• •
Pelayanan
Pengelolaan
Teknikal
3.1.5 Organisasi Ruang Organisasi Ruang diperoleh dari pertimbangan ukuran site yang memiliki luasan yang cukup besar dan besaran luasan ruang yang dibutuhkan untuk memaksimalkan fungsi bangunan Stasiun Besar Kota Bogor. Pada Gambar 3.1 menunjukkan organisasi ruang yang dibuat adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Organisasi Ruang Stasiun Secara Umum (Sumber: Data Arsitek Jilid II, Erst Neufert)
42
1) Lantai 1 (stasiun baru)
Gambar 3.2 Organisasi Ruang Stasiun Besar Kota Bogor (Baru) (Sumber: Analisa Penulis, 2018)
2) Lantai 1 (stasiun lama)
Gambar 3.3 Organisasi Ruang Stasiun Besar Kota Bogor (Lama) (Sumber: Analisa Penulis, 2018)
3.2
Kebutuhan Jumlah & Besaran Ruang
3.2.1
Kebutuhan Ruang Dalam Kebutuhan ruang ditentukan dengan melakukan analisis terhadap aktifitas-
aktifitas yang dilakukan dalam stasiun. Dengan begitu dapat teridentifikasi ruang-
43
ruang apa saja yang dibutuhkan guna mewadahi kegiatan dalam stasiun. Alur kegiatan yang sesuai dengan analisis pengguna stasiun diperlukan guna untuk sebuah perencanaan yang tepat guna sesuai dengan perilaku aktifitas penggunan. Berikut skema alur pengunjung stasiun: 1) Alur Penumpang naik kereta
Gambar 3.4 Alur Penumpang Naik Kereta (Sumber: Analisis penulis, 2018)
2) Penumpang turun dari kereta
Gambar 3.5 Alur Penumpang Turun Kereta (Sumber: Analisis penulis, 2018)
3) Pengantar
Gambar 3.6 Alur Pengantar (Sumber: Analisis penulis, 2018)
44
4) Pengelola
Gambar 3.7 Alur Pengelola (Sumber: Analisis penulis, 2018)
5) Karyawan
Gambar 3.8 Alur Karyawan (Sumber: Analisis penulis, 2018)
6) Ekspedisi Barang
Gambar 3.9 Alur Ekspedisi Barang (Sumber: Analisis penulis, 2018)
45
3.2.2 Zonasi Ruang 1) Gedung Stasiun Kereta Api, untuk kelompok kegiatan pengelola Tabel 3.2 Kelompok Kegiatan Pengelola No 1 2 3 4
Nama Ruang R. Kepala stasiun R. Wakil kepala stasiun R. Staff stasiun R. PPKA (Pimpinan perjalanan kereta api)
5
R. PAP (Pengawas peron)
6 7 8 9 10 11 13
R. Serbaguna R. Gundang peralatan R. Petugas keamanan R. Petugas kebersihan R. Teknisi R. Istirahat POLSUSKA
Jenis Ruang Privat Privat Privat Privat
Pelaku Pengguna
Privat
Kelompok kegiatan pengelola
Semi Publik Privat Privat Privat Privat Privat Privat
2) Gedung Stasiun Kereta Api, untuk kelompok kegiatan pelayanan dan publik Tabel 3.3 Kelompok Pelayanan dan Publik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Hall Ruang tiket R. Tunggu kelas 1 dan 2 R. Tunggu kelas 3 R. Informasi R. Kesehatan Ruang ibu dan anak Lavatory Retail Resto/ Cafe ATM center Musholla R. Tunggu difable
Publik Servis publik Publik Publik Servis publik Servis publik Servis publik Servis Publik Publik Publik Servis publik Publik
Kelompok Kegiatan Pelayanan dan Publik
3) Gedung stasiun kereta api, untuk kelompok kegiatan teknis pelayanan dan publik. Tabel 3.4 Kelompok Kegiatan Teknis Pelayanan dan Publik 1 2 3 4 5
Ticket vending R. Antrean TVM Ticket checking Peron Emplasemen
Publik Publik Publik Publik Publik
Kelompok kegiatan teknis pelayanan dan publik
4) Gedung Stasiun Kereta Api, untuk kelompok kegiatan servis
46
Tabel 3.5 Kelompok Kegiatan Servis 1 2 3 4 5 6 7
R. Genset Panel listrik R. Pompa Reservoir Gudang TPS Loading dock
Privat Privat Privat Privat Privat Privat Privat
Kelompok kegiatan servis
5) Gedung Stasiun Kereta Api, untuk kelompok kegiatan parkir Tabel 3.6 Kelompok Kegiatan Parkir 1 2 3 4 5
Parkir mobil Parkir motor Parkir mobil (pengelola) Parkir motor (pengelola) Parkir taksi
Publik Publik Semi publik Semi publik Publik
Kelompok kegiatan parkir
6) Gedung Stasiun Kereta Api, untuk kelompok kegiatan ruang luar Tabel 3.7 Kelompok Kegiatan Ruang Luar 1
Area hijau dan taman
Ruang hijau
3.3
Persyaratan terkait Aktivitas & Ruang
3.3.1
Proyeksi Kebutuhan Ruang
Kelompok Kegiatan Ruang Luar
Proyeksi pengunjung sangat dibutuhkan karena hal tersebut sangat terkait dengan jumlah pengunjung yang akan ditampung dalam stasiun dengan mengkombinasikan hasil analisis pengunjung dengan proyeksi pengunjung, maka akan didapatkan besaran ruang yang dibutuhkan. Adapun dalam penentuan proyeksi pengunjung yang didapatkan dengan melakukan spekulasi terhadap jumlah kunjungan tertinggi selama beberapa tahun terakhir. Tabel 3.8 menunjukkan jumlah kunjungan penumpang pada 2014-2016 yaitu sebagai berikut:
47
Tabel 3.8 Jumlah Penumpang Stasiun Bogor (Sumber: https://bogorkota.bps.go.id)
Dimana setiap tahunnya menampung lebih dari 1 juta penumpang, maka dengan prediksi peningkatan pertahunnya 1.76% pertahun, dapat dihitung perkembangan nya 20 tahun mendatang. Guna sebagai tolok ukur pengembangan redevelopment Stasiun Besar Kota Bogor dengan perhitungan dengan Persamaan (berapa) sebagai berikut: 14 P = Po (T + r) P = Jumlah penumpang pada tahun T = Kurun Waktu Penumpang Po = Jumlah penumpang awal tahun r = Presentase Penumpang
14
pertumbuhan eksponensil (exponential growth)
48
maka, Proyeksi pengunjung tahun 2038 = 15.253.945 (1+1.17)20 = 15.253.945 (1.26) = 19.219.970 orang Maka dari perhitungan diatas perkiraan per harinya pada tahun 2038, stasiun Bogor per harinya akan menampung paling sedikitnya 53.388 penumpang. Perjamnya melayani penumpang sebanyak 2,669 pengunjung krl jabodetabek.
3.3.2 Standar Ruang Stasiun Berikut tabel standar ruang bangunan stasiun Tabel 3.9 Transportation Enginering Planning & Design No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Ruang Standar Minimum Area tunggu 80% Kapasitas KA + 0.929 m2 /orang Sirkulasi Luas ruangan + 15% luas ruangan Panjang Jalur Antrian 4,57 m penumpang 0.929 m2 /orang Coffe shop 0,2787 m2 – 74,32 m2 Area Sirkulasi 1,4 m2 x 1,4 m2 + 20 % nya Mobil pribadi 2,5 mx 5 m Sepeda motor 1,2 m x 2 m Parkir Jangka pendek (3jam) 15 – 20 % Kapasitas KA Parkir Jangka panjang (>3jam) 15 – 20 % Kapasitas KA Sumber: Data Arsitek Jilid II, Erst Neufert, Keterangan: EN = Erst Beufert
Acuan EN EN EN EN EN EN EN EN EN EN
3.3.3 Besaran Ruang Dari perhitungan proyeksi pengunjung stasiun Besar Kota Bogor sebelumnya, telah didapatkan angka penumpang pada tahun 2038 paling minimal penumpang per tahunnya adalah 53.388 orang, dan perjam nya menampung paling sedikit 2,669 orang. Angka tesebut belum ditambah dengan angka pengantar penumpang dan batas maksimal penumpang yang datang. Maka dapat diasumsikan: Jumlah penumpang naik / turun = 2669 x 2 = 5338 (penumpang maksimal) Jumlah pengantar / penjemput = 70% x 2669 = 1868 (pengantar maksimal), maka total = 7206 pengunjung Maka dapat diperkirakan dengan dilihat dari jadwal kedatangan dan keberangkatan dapat diketahui frekuensi keberangkatan dalam satu jamnya
49
sehingga kepadatan masksimal dapat dijadikan patokan untuk besaran ruang dalam setasiun. 3.3.4 Kelompok Kegiatan Pengelola Tabel 3.10 Persyaratan Ruang Kepala Stasiun Nama Ruang
Luas (m2)
R. Kepala 35 Stasiun Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Pengguna Aktivitas
Kapasitas
Pakaian Kemeja, celana 5-7 orang Bekerja, menerima tamu panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi Ditempatkan di dekat area stasiun lama Layout Ruang
Sumber: (DK. Putri, 2016)15 Tabel 3.11 Persyaratan Ruang Wakil Kepala Stasiun Nama Ruang
Luas (m2)
R. Wakil Kepala 24.5 Stasiun Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Pengguna Aktivitas
Kapasitas 3-5 orang
Bekerja, menerima tamu
Pakaian Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi Berdekatan dengan ruang kepala stasiun Layout Ruang
Sumber: (DK. Putri, 2016)
15
DK, Putri. (2016). Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang Di Kabupaten Pemalang. Surakarta. Digilab.uns.ac.id.
50
Tabel 3.12 Persyaratan Ruang Wakil Kepala Stasiun Nama Ruang
Luas (m2)
Pengguna Aktivitas
Kapasitas
Pakaian Kemeja, celana 20 Bekerja panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, Nyaman Ditempatkan di dekat area stasiun lama Layout Ruang
R. Staff 105 Stasiun Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Sumber: archizone.org Tabel 3.13 Persyaratan Ruang PPKA (Pimpinan perjalanan kereta api) Nama Ruang
Luas (m2)
R. PPKA (Pimpinan 35 perjalanan kereta api) Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Pengguna Aktivitas
Kapasitas 2 orang
Bekerja, Kontrol
Pakaian Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, Nyaman Ditempatkan di dekat area stasiun lama, menghadap ke rel kereta Layout Ruang
Sumber: (DK. Putri, 2016) Tabel 3.14 Persyaratan Ruang PAP (Pengawas Peron) Nama Ruang
Luas (m2)
R. PAP (Pengawas 37 Peron) Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Dimensi P (m) L (m)
Pengguna Aktivitas Pakaian Bekerja, Kemeja, 7 5.2 7 tempat celana istirahat panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, Ditempatkan di dekat area stasiun lama dan dekat dengan peron Layout Ruang
51
Kapasitas
Sumber: (DK. Putri, 2016)
Tabel 3.15 Persyaratan Ruang Serbaguna Nama Ruang
Luas (m2)
R. Serbaguna
568
Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Pengguna Aktivitas
Kapasitas
Pakaian Kemeja, celana 200 Rapat bersama, Apel panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, Ditempatkan di dekat area stasiun lama dan dekat dengan kantor utama Layout Ruang
Sumber: desakumembangun.wordpress.com Tabel 3.16 Persyaratan Ruang Gudang Peralatan Nama Ruang
Luas (m2)
R. Peralatan
263.7
Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Pengguna Aktivitas Pakaian Peyimpanan Kemeja, celana peralatan panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Ditempatkan di sudut bangunan kantor Layout Ruang
Kapasitas Peralatan stasiun
Sumber: desakumembangun.wordpress.com
52
Tabel 3.17 Persyaratan Ruang Petugas Keamanan Nama Ruang
Luas (m2)
R. Petugas 35 Keamanan Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Pengguna Aktivitas
Kapasitas
Pakaian Kemeja, celana 8 orang Bekerja, tempat Kontorl panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, Ditempatkan di dekat area stasiun baru, dekat dengan keramaian Layout Ruang
Sumber: healthfacilityguidelines.com.au
Tabel 3.18 Persyaratan Ruang Kebersihan Nama Ruang
Luas (m2)
R. Kebersihan
27
Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Pengguna Kapasitas Aktivitas Pakaian Peralatan Menyimpan Kemeja, celana Kebersihan peralatan panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Ditempatkan di area stasiun lama dan baru dan disembunyikan dari akses utama sirkulasi manusia Layout Ruang
Sumber: healthfacilityguidelines.com.au
Tabel 3.19 Persyaratan Ruang Teknisi Luas (m2) R. Teknisi 37 Waktu Digunakan Nama Ruang
04.00 s.d. 24.00
Pengguna Aktivitas Pakaian Bekerja, Kontrol Kemeja, celana panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, Ditempatkan di dekat area stasiun lama dan dekat dengan emplasemen Layout Ruang
Kapasitas 7
53
Sumber: CASA Indonesia
Tabel 3.20 Persyaratan Ruang Istirahat Nama Ruang R. Istirahat
Pengguna
Luas (m2)
Kapasitas
Aktivitas
Pakaian
105
30 orang
istirahat
Kemeja, celana panjang
Waktu Digunakan
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Ruangan bersifat terbuka
04.00 s.d. 24.00
Ditempatkan di dekat area stasiun lama dan keberadaan disembunyikan dari sirkulasi utama manusia Layout Ruang
(Sumber: DK. Putri, 2016)
Tabel 3.21 Persyaratan Ruang POLSUSKA Nama Ruang
Luas (m2)
POLSUSKA
37.8
Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Pengguna Aktivitas
Kapasitas
Pakaian Kemeja, celana Maks. 12 orang Bekerja, Kontrol panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, Ditempatkan di dekat area stasiun lama Layout Ruang
Sumber: Romtec Floor Plan of Gatehouse with Office Space and ADA Restroom
54
3.3.5 Kelompok Kegiatan Pelayanan dan Publik Tabel 3.22 Persyaratan Hall Nama Ruang Hall
Pengguna Kapasitas Aktivitas Pakaian 1200 orang/ ½ Akses, zona Kemeja, celana jam transfering panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, Struktur dengan bentang lebar Layout Ruang
Luas (m2) 2500
Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Sumber: ResearchGate Tabel 3.23 Persyaratan Ruang Tiket Nama Ruang
Luas (m2)
Ruang Tiket
72
Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Pengguna Aktivitas Pakaian Melayani calon penumpang Kemeja, celana 12 titik (pengembalian uang panjang jaminan) Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, Struktur dengan bentang lebar Layout Ruang
Kapasitas
Sumber: sadokisen.co.jp Tabel 3.24 Persyaratan Ruang Tunggu Nama Ruang
Luas (m2)
Pengguna Kapasitas
Aktivitas
55
Pakaian
R. Tunggu Kelas 1 dan 2400 2 Waktu Digunakan
1600
Menunggu
Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, nyaman struktuk bentang lebar, meminimalkan kolom Layout Ruang
04.00 s.d. 24.00
Sumber: (DK. Putri, 2016) Tabel 3.25 Persyaratan Ruang Informasi Nama Ruang
Luas (m2)
R. Informasi
144
Waktu Digunakan
04.00 s.d. 24.00
Pengguna Kapasitas Aktivitas Pakaian Melayani, memberi Kemeja, celana 4 titik informasi panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat 2 jenis ruang informasi yang pertama berkonsep keruangan (lebih tertutup) untuk memperoleh informasi dengan jenis aduan, pelanggaran, dan lainlain. Yang ke-dua ruang terbuka dengan konsep frontdesk terdapat disekitar keramaian Layout Ruang
Sumber: Arcbazar Tabel 3.26 Persyaratan Ruang Kesehatan Luas (m2) R. Kesehatan 32 Waktu Digunakan Nama Ruang
04.00 s.d. 24.00
Pengguna Aktivitas Pakaian Melayani kesehatan Kemeja, celana panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Ruang steril, Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, nyaman serta tertutup
Kapasitas 8
56
Layout Ruang
Sumber: Medcor Tabel 3.27 Persyaratan Ruang Ibu dan Anak Nama Ruang
Pengguna Kapasitas Aktivitas Pakaian Melayani kebutuhan Kemeja, celana 8 ibu dan anak panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Ruang steril, Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, nyaman serta tertutup Terdapat di dalam ruang tunggu kelas 3
Luas (m2)
Ruang Ibu 34.8 dan Anak Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Layout Ruang
Sumber: Pinterest Nursing Home Room Design Tabel 3.28 Persyaratan Lavatory Nama Ruang Lavatory
Luas (m2) 434
Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Kapasitas
Pengguna Aktivitas
Pakaian Kemeja, celana 144 Buang air panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Ruang steril, Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, nyaman serta terjangkau dari sirkulasi utama user Layout Ruang
Sumber: Duravit Favorietenlijst
57
Tabel 3.29 Persyaratan Retail Resto/Cafe Nama Ruang
Luas (m2)
Retail
2616
Pengguna Aktivitas
Kapasitas
Pakaian Kemeja, celana 12 retail Jual beli panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, nyaman, bersih serta terjangkau dari sirkulasi utama user Layout Ruang
Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Sumber: (DK. Putri, 2016) Tabel 3.30 ATM Center Nama Ruang
Luas (m2)
ATM Center
42.3
Pengguna Aktivitas Pakaian Penarikan uang Kemeja, celana 10 tunai panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Ruang tertutup ber-AC tanpa adanya ventilasi Ditempatkan pada area stasiun baru Layout Ruang
Kapasitas
Waktu Digunakan 24 jam
Sumber: Bajo Work-Shop Design and Contruction Tabel 3.31 Ruang Tunggu Difable Nama Ruang
Luas (m2)
Ruang Tunggu 13,5 Difable Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Dimensi P (m) L (m) 5
2,7
Kapasitas
Pengguna Aktivitas
15
Menunggu
Pakaian Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Ruang tertutup ber-AC, Terdapat ventilasi dan pencahayaan tercukupi, nyaman, di tempatkan pada samping area ruang tunggu kelas 1 dan 2 Layout Ruang
58
Sumber: (DK. Putri, 2016)
3.3.6 Kelompok Kegiatan Teknis Pelayanan dan Publik Tabel 3.32 Persyaratan Ticketing Vending Machine Nama Ruang
Luas (m2)
Area Ticketing 211.5 Vending Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Kapasitas 68 TVM
Pengguna Aktivitas
Pakaian
Membeli tiket
Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Area vending terdapat pada hall stasiun baru dengan pencahayaan tercukupi, nyaman Layout Ruang
Sumber: Ticket Vending Machine User Manual. Hal. 9 Tabel 3.33 Ruang Antrean TVM Nama Ruang
Luas (m2)
R. Antrean 3780 TVM Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Kapasitas
Pengguna Aktivitas
Pakaian Kemeja, celana 2000 orang antrean panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Area tunggu TVM terdapat pada hall stasiun baru dengan pencahayaan tercukupi, nyaman Layout Ruang
Sumber: JamesRobertWatson.com
59
Tabel 3.34 Persyaratan Area Ticket Checking Nama Ruang
Luas (m2)
Area Ticket Checking
50
Kapasitas 50 gate ticketing
Waktu Digunakan
Pengguna Aktivitas Check-in
Pakaian Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Area check-in tiket terdapat pada hall stasiun baru dengan pencahayaan tercukupi, nyaman Layout Ruang
04.00 s.d. 24.00
Sumber: Goosafe Security Control Co., Ltd. Tabel 3.35 Persyaratan Area Peron Nama Ruang
Luas (m2)
Area Peron
7788
Waktu Digunakan 04.00 s.d. 24.00
Pengguna Kapasitas Aktivitas Pakaian Lalu lalang Kemeja, penumpang 8 Peron celana di stasiun panjang kereta api Persyaratan Teknik/ Arsitektur Peron sejajar dengan bangunan lama stasiun dan terdapat shelter untuk melindungi user dari iklim Layout Ruang
Sumber: Data Arsitek 2012 Tabel 3.36 Persyaratan Area Emplasemen Nama Ruang
Luas (m2)
Area Emplasemen
16056
Waktu Digunakan
Kapasitas
8000
Pengguna Aktivitas menunggu datangnya kereta api sampai naik ke kereta api melalui peron
Pakaian Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur
60
Peron sejajar dengan bangunan lama stasiun dan terdapat shelter untuk melindungi user dari iklim Layout Ruang
04.00 s.d. 24.00
Sumber: (Philip P.J., 2016)
3.3.7 Kelompok Kegiatan Servis Tabel 3.37 Persyaratan Ruang Genset Nama Ruang
Luas (m2)
R. Genset
270
Waktu Digunakan 24 jam
Pengguna Aktivitas
Kapasitas 4 genset 1500 kVA
Pakaian Kemeja, celana Konrol genset panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Ruangan genset harus terlindung dari hujan, cahaya matahari dan angin, serta menjaga ruang tetap harus kering dan steril Layout Ruang
Sumber: rebanas.com Tabel 3.38 Persyaratan R. Panel Listrik Nama Ruang R. Panel Listrik
Luas (m2)
Kapasitas
26.7
6 Panel
Pengguna Aktivitas Lalu lalang penumpang di stasiun kereta api
61
Pakaian Kemeja, celana panjang
Waktu Digunakan
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Ruangan panel listrik harus terlindung dari hujan, cahaya matahari dan angin, serta menjaga ruang tetap harus kering dan steril Layout Ruang
24 jam
Sumber: seputarbanjarpatroman.blogspot.com
Tabel 3.39 Persyaratan R. Pompa Nama Ruang
Luas (m2)
R. Pompa 26.7 Waktu Digunakan 24 jam
Kapasitas
Pengguna Aktivitas
Pakaian
1 instalasi pipa hydrant
Lalu lalang penumpang di stasiun kereta api
Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Ruangan Pompa harus terlindung dari hujan, cahaya matahari dan angin, serta menjaga ruang tetap harus kering dan steril Layout Ruang
Sumber: intermediainfotama.blogspot.com
Tabel 3.40 Persyaratan R. Reservoir Nama Ruang
Luas (m2)
R. Pompa 2,25 Waktu Digunakan 24 jam
Dimensi P (m) L (m)
Pengguna Kapasitas Aktivitas Pakaian 1 instalasi Penyimpan Kemeja, 1,5 1,5 pipa cadangan celana hydrant air panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Reservoir harus tertutup rapat, dan mudah terjangkau untuk di kontrol Layout Ruang
62
Sumber: Jurnal Sipil Statik Vol.117 Tabel 3.41 Persyaratan (TPS) Tempat Pembuangan Sementara Nama Ruang
Pengguna Aktivitas
Luas (m2)
Kapasitas
7,56
Tempat Sampah
TPS
Waktu Digunakan
Pembuangan Sampah Sementara
Pakaian Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Gudang harus terlindung dari hujan, angin, ventilasi cukup serta menjaga ruang tetap harus kering, Layout Ruang
24 jam
Sumber: pergudanganmakassar.wordpress.com
Tabel 3.42 Persyaratan Area Loading Dock Nama Ruang
Luas (m2)
Area Loading Dock
450
Waktu Digunakan 24 jam
Kapasitas 6 truk
Pengguna Aktivitas Penyimpanan baranag
Pakaian Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Loading dock terletak pada area servis yang tersembunyi dari sirkulasi utama user Layout Ruang
17
Sibula, Brainer, dkk. (2013). Prencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Rinondoran Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Manado. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.1
63
Sumber: logistikindonesia.blogspot.com
3.3.8 Kelompok Kegiatan Parkir Tabel 3.43 Persyaratan Parkir Mobil Luas (m2)
Nama Ruang Parkir Mobil
Kapasitas
Pengguna Aktivitas
Pakaian Kemeja, 453 Parkir celana mobil panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Letak jalan masuk dan keluar ditempatkan sejauh mungkin dari persimpangan, parkiran mobil ternaungi agar terhindar dari iklim
25024 Waktu Digunakan 24 jam Layout Ruang
Sumber: Neufert Data Parking Tabel 3.44 Parkir Motor Nama Ruang
Luas (m2)
Kapasitas
Pengguna Aktivitas
Pakaian Kemeja, Parkir Motor 6.256 m2 792 motor Parkir celana panjang Waktu Digunakan Persyaratan Teknik/ Arsitektur Letak jalan masuk dan keluar ditempatkan sejauh mungkin dari 24 jam persimpangan, parkiran mobil ternaungi agar terhindar dari iklim Layout Ruang
64
Sumber: Neufert Data Parking Tabel 3.45 Parkir Mobil (Pengelola) Nama Ruang
Luas (m2)
Kapasitas
Asumsi jumlah pengelola adalah 100 orang, asumsi berkendara mobil yaitu Parkir Mobil 30% maka 30 orang. (pengelola) Mobil isi 4 orang sehingga terdapat 8 mobil @15 m2 yaitu 120 m2 Waktu Digunakan
@8 mobil
Pengguna Aktivitas
Parkir
Pakaian
Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Letak jalan masuk dan keluar ditempatkan sejauh mungkin dari persimpangan, parkiran mobil ternaungi agar terhindar dari iklim Layout Ruang
24 jam
Sumber: Neufert Data Parking Tabel 3.46 Parkir Motor (pengelola) Nama Ruang
Luas (m2)
Asumsi jumlah pengelola adalah 100 orang, asumsi berkendara motor yaitu Parkir Motor 60% maka 60 orang. (pengelola) Motor isi 2 orang sehingga terdapat 60 mobil @3 m2 yaitu 180 m2 Waktu Digunakan
Kapasitas
Pengguna Aktivitas
60 motor
Parkir
Pakaian
Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur
65
Letak jalan masuk dan keluar ditempatkan sejauh mungkin dari persimpangan, parkiran mobil ternaungi agar terhindar dari iklim Layout Ruang
24 jam
Sumber: Neufert Data Parking Tabel 3.47 Parkir Mobil Taksi Nama Ruang
Luas (m2)
Kapasitas
Pengguna Aktivitas
Pakaian Kemeja, celana @10 mobil Parkir panjang Persyaratan Teknik/ Arsitektur Letak jalan masuk dan keluar ditempatkan sejauh mungkin dari persimpangan, parkiran mobil ternaungi agar terhindar dari iklim Layout Ruang
Parkir Mobil 150 (pengelola) Waktu Digunakan 24 jam
Sumber: Neufert Data Parking
3.3.9 Kelompok Kegiatan Ruang Luar Tabel 3.48 Persyaratan Plaza Nama Ruang
Luas (m2)
1724+(sirkula si 20%) maka 2155 Waktu Digunakan
Teater dan Hall Konser
04.00-24.00
Kapasitas
Pengguna Aktivitas
300
Menonton, perform
Pakaian Kemeja, celana panjang
Persyaratan Teknik/ Arsitektur Konfigurasi melingkar, di beberapa bagian ditempatkan shelter, terkoneksi dengan exit gate stasiun Layout Ruang
66
Sumber: Hong Kong Cyberport Management Company Limited Tabel 3.49 Persyaratan Ruang Hijau dan Taman Nama Ruang
Luas (m2)
Ruang Hijau dan Taman
1000+(sirkula si 20%) maka 12000
Waktu Digunakan 04.00-24.00
Pengguna Kapasitas Aktivitas Pakaian Tanaman, Ruang Hijau, jalan, Kemeja, celana sirkulasi, santai, properti panjang berbincang lanskap Persyaratan Teknik/ Arsitektur Terdapat shelter di beberapa titik taman, ditempatkan bersebelahan dengan hall teater Layout Ruang
Sumber: Landscape Design Project Over İtü Ayazağa Metro Station
3.3.10 Property Size Stasiun Besar Kota Bogor Tabel 3.50 Property Size Stasiun Besar Kota Bogor No . 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Ruang
Jumlah
R. Kepala Stasiun R. Wakil kepala stasiun R. Staff Stasiun R. PPKA (Pimpinan perjalanan kereta api) R. PAP (Pengawas Peron) R. Serbaguna R. Peralatan R. Petugas Keamanan R. Petugas Kebersihan
67
Luas/unit (@...m2)
Luas (m2) 24 15 98 18 4 40 40 10 10,5
10 11 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
R. Teknisi R. Istirahat POLSUSKA Ticket Vending Machine R. Antrean TVM Ticket Checking Peron Emplasemen Hall Ruang Tiket R. Tunggu Kelas 1 dan 2 R. Tunggu Kelas 3 R. Informasi R. Kesehatan Ruang Ibu dan Anak Lavatory Retail Resto/ Cafe ATM Center Musholla R. Tunggu Difable R. Genset Panel Listrik R. Pompa Reservoir Gudang TPS Loading Dock Parkir Mobil Parkir Motor Parkir Mobil (pengelola) Parkir Motor (pengelola) Parkir Taksi Teater dan Hall Konser Area Hijau dan Taman
18 unit 11 buah
0,96 500
8 unit
3
20 unit 1 unit 10 unit
9 67,5 3
1 buah
2,25
2 buah 226 unit 1361 unit 8 unit 60 unit 10 unit
15 3 15 3 15
Jumlah (Sumber: Penulis, 2018)
68
15 30 48 36 1800 18 5533 6500 1441 24 1500 900 6 16 18 72 180 67,5 30 60 13,5 200 18 20 2,25 450 7,56 450 3590 4083 120 180 150 288 1200 29326,31
BAB 4 KONSEP DESAIN Pada bab ini dibahas ide arsitektur yang diterapkan pada desain Stasiun Besar Kota Bogor yang dijabarkan kedalam konsep sirkulasi yang dibentuk, pengaturan tatanan massa pada kondisi sebelum dan setelah dilakukan perkembangan, dan pembagian zonasi bangunan.
4.1
Ide Arsitektur Setelah melakukan analisis mengenai kondisi fisik yang berada di site Stasiun
Besar Kota Bogor, maka dapat diperoleh kesimpulan berupa program baik arsitektural, ataupun fungsional dari rancangan, meliputi: 4.1.1
Sirkulasi Konsep hubungan ruang dengan pola menembus ruang melalui penghubung
(HUB) yang bernama core (lihat Gambar 4.1).Core merupakan program utama pada stasiun ini, berupa ruang hasil elevasi zona emplasemen yang berfungsi sebagai ruang yang mengintegrasikan zona pintu barat, zona pintu timur, dan zona pintu selatan karena mengingat ruangan eksisting yang ada tidak terpusat pada satu titik saja melainkan tersebar.
Gambar 4.1 Posisi Core (Sumber: Dokumen penulis, 2019)
Core dapat mempermudah akses penumpang yang berasal dari pintu barat ke tiap-tiap peron. Selain itu untuk mengutamakan ketertiban dan keselamatan bersama perpindahan peron juga dapat diakses melalui core. Core yang ditunjukkan
69
pada Gambar 4.2 ini difasilitasi dengan ruang tunggu utama penumpang, dilengkapi dengan 10 eskalator dan 5 elevator sebagai akses vertikal ke tiap peron maupun gate stasiun. Fasad dari core ini merupakan kaca struktural system truss tiang,
Gambar 4.2 Struktur dan Ruang dalam Core (Sumber: Dokumen penulis, 2019)
Core sendiri berfungsi sebagai ruang pintas bagi dan penghubung dari satu ruang ke ruang lainnya tanpa harus berputar ke ruang lain. Core memiliki leveling yang dimana orang yang berada core tersebut dapat merasakan suasana stasiun dari level yang berbeda. Selain itu pula memudahkan untuk pihak keamanan stasiun untuk melakukan kontroling dan pengawasan. 4.1.2 Tata Massa Penataan layout massa bangunan sebagian besar mirip dengan bangunanbangunan eksistingnya. Konfigurasi antar masa saling menyebar dan berjauhan, hal tersebut bertujuan untuk memudahkan secara visual pengguna sirkulasi untuk menuju ruangan tertentu. Jumlah kepadatan penumpang pada satu pintu masuk dan keluar dapat diurai dengan membuka satu pintu baru disebelah barat agar massa penumpang tidak tertumpuk pada satu titik. Terdapat penambahan sebagai penghubung antar ruang juga untuk mengurai kepadatan sirkulasi. Dibawah ini
70
merupakan perbandingan tananan massa bangunan sebelum dan sesudah redevelopment yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 ,4.4, dan 4.5).
Gambar 4.3 Tatanan Massa Sebelum Redevelopment (Sumber: Dokumen penulis, 2019)
Gambar 4.4 Tatanan Massa Setelah Redevelopment (Sumber: Analisis penulis, 2019)
71
Gambar 4.5 Site Plan (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
72
4.1.3
Zonasi Bangunan
1. Zona Stasiun Lama terhadap Stasiun Baru Padaa Gambar 4.6 menunjukkan zona dibagi ke dalam 3 bagian antara lain: A. Pintu Barat Merupakan pintu kedatangan dan keberangkatan penumpang yang dapat diakses dari Jl. Mayor Oking. Pintu Barat merupakan yang baru di stasiun ini. Posisinya bersebelahan dengan gedung parkir sehingga memudahkan pernumpang untuk mengakses, karena lebih dekat daripada pintu selatan. Pintu barat difasilitasi dengan ticket vending machine, gate card reader, 2 eskalator, dan 2 elevator. B. Pintu Selatan Merupakan massa eksisting yang dicoba dikembangkan dengan mengubah akses berpindah peron yang tadinya harus lewat rel kereta api, diubah menjadi lewat underpass. Hal tersebut demi keamanan dan ketertiban penumpang dari akses pintu selatan. C. Pintu Timur Merupakan berfungsi hanya sebagai pintu kedatangan penumpang, untuk memecah penumpukan massa yang keluar dari stasiun. Penganktifan kembali stasiun lama ini pula sebagai bentuk usaha dalam pengembangan kembali Stasiun Lama Kota Bogor dengan tetap menjaga karakteristik bangunan lama sebagai bangunan cagar budaya. Pada pintu timur pula mencoba menciptakan sosial infrastruktur berupa taman dan hall theater sebagai tempat yang ramah untuk dikunjungi oleh beragam usia. Stasiun Besar Kota Bogor sebagai destinasi yang menarik di tengah pusat kota bogor maka value dari stasiun perlu ditingkatkan.
73
Gambar 4.6 Zona Stasiun Lama terhadap Stasiun Baru (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
2. Zona Penghubung Zona peron merupakan area yang mewadahi kegiatan penurunan dan pemberangkatan penumpang. Jumlah peron yang terdapat di Stasiun Besar Kota Bogor adalah 8 peron.
Gambar 4.7 Area Peron (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
74
BAB 5 DESAIN Pada bab ini dibahas desain hasil perkembangan kembali Stasiun Besar Kota Bogor yang dijabarkan kedalam eksplorasi formal dan eksplorasi teknis yang di dilamnya mencakup gambar gambar denah, tempak, potongan, perspektif, interior, aksonometri bangunan dan utilitas.
5.1
Eksplorasi Formal
Gambar 5.1 Suasana Pintu Timur (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Gambar 5.2 Suasana Pintu Barat (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
75
Gambar 5.3 Suasana Pintu Selatan (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Gambar 5.4 Suasana Ruang Tunggu (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
76
Gambar 5.5 Tampak Barat (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Gambar 5.6 Tampak Timur (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
77
Gambar 5.7 Site Plan (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
78
Gambar 5.8 Layout Plan (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
79
Gambar 5.9 Tampak Suasana pada Peron (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Gambar 5.10 Gerbang keluar Kendaraan (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Gambar 5.11 Pintu Barat (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
80
Gambar 5.12 Pintu Selatan (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Gambar 5.13 Emplasemen dan Peron (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Gambar 5.14 Pespektif Sisi Utara (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
81
5.2
Eksplorasi Teknis
Gambar 5.15 Denah Lantai 1 (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
82
Gambar 5.16 Denah Lantai 2 (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
83
Gambar 5.17 Denah Parkir Roda 4 (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
84
Gambar 5.18 Denah Toilet (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
85
Gambar 5.19 Utilitas Listrik Core (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
86
Gambar 5.20 Utilitas Kebakaran Core (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
87
Gambar 5.21 Utilitas Listrik Pintu Barat (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
88
Gambar 5.22 Utilitas Kebakaran Pintu Barat (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
89
Gambar 5.23 Utilitas Air Bersih dan Air Kotor (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
90
Gambar 5.24 Potongan B-B (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
Gambar 5.25 Potongan C-C (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
91
Gambar 5.26 Perspektif Zonasi (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019)
92
BAB 6 KESIMPULAN Redevelopment Stasiun Besar Kota Bogor dirancang berdasarkan isu image, sirkulasi, dan konteks kota. Hasil perancangan merupakan bentuk representasi ide berdasarkan alur permasalahan isu, fakta-fakta yang ada dilapangan, sejarah bangunan, dan konteks sekitar kawasan. Dalam proses perancanganya stasiun ini memfokuskan integrasi dari massa-massa eksisting dan mengkaitkanya dengan peristiwa, kejadian, dan permasalahan yang ada disana. Sehingga menghasilkan inetgrasi tiga zona sebagai bentuk jawaban atas permasalahan sirkulasi. Isu image dijawab dengan adanya ruang terbuka hijau dan value lebih yang dimiliki oleh stasiun bogor sebagai infrastruktur sosial kota.
93
(halaman ini sengaja dikosongkan)
94
DAFTAR PUSTAKA Duerk. Donna P. (1993). “Architectural Programming Information Managemet for Design”, New York, Willey. Ikaputra dan Yok Suprobo. (2015). “Pengembangan Bangunan Stasiun Untuk Meningkatkan Pendapatan Nonoperasi Pt. Kereta Api Indonesia (Persero) (Studi Kasus Pada Stasiun Bogor)”, Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 17, Nomor 2, September 2015: 119-136.
Maher, Raymond & Peter Skinner. (2011).” An architect's view of the station user experience”. Adelaide. Petrec.org. Maria Margareta, Teshanda Rizki, & Adi Sasmito. (2015). ”Perancangan Stasiun Kereta Api Terpadu Dengan Terminal Bus Di Semarang (Dengan pendekatan arsitektur strukturalisme)”. Jurnal unpand.ac.id Vol. 1. 3-5, 25 September 2017. Neufert, Ernst. 1986. “Data Arsitek Jilid 2”. Sjamsu Amril (penerjemah). Erlangga: Jakarta Neufert, Ernst. 1986. “Data Arsitek Jilid 3”. Sjamsu Amril (penerjemah). Erlangga: Jakarta Setiawan, Rudy. (2005). “Karakteristik Pengguna Kereta Api KomuterSurabaya – Sidoarjo”. The Role of Civil Engineering SciencesIn The Usefulness of Natural Resources SupportingThe Enhancement of National Economy, 2, 25 September 2017 Widati, Titiani. (2015). “Pendekatan Kontekstual dalam Arsitektur Frank Lloyd Wright”, Volume 10, No.1, Juli 2015:39
95
Lampiran A Penerapan Metode Architectural Programming
96
Lampiran A Lanjutan
97