Kompilasi Tugas Akhir 120

Page 1

Kompilasi Tugas Akhir 120

Departemen Arsitektur - FADP - ITS


2

Kompilasi Tugas Akhir 120

Untuk Sahabat Kita, Nisrina Arrifda Salma


Kompilasi Tugas Akhir 120

Kompilasi Tugas Akhir 120

Departemen Arsitektur - FADP - ITS

2019

3


4

Kompilasi Tugas Akhir 120

Orphin Putra Gunawan


Kompilasi Tugas Akhir 120

Contents

08

10

Sambutan Wisudawan 120

120th Graduates Greeting

Compilation 120

Compilation 120

12

22

78

132

180

5


6

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

7


8

Kompilasi Tugas Akhir 120

02 Sambutan Pak Defry Mr. Defry’s Greeting

Pencapaian Belajar Learning Achievement Defry Agatha Ardianta, ST. MT. Kaprodi Sarjana Departemen Arsitektur ITS Head of Undergraduate Program, Department of Architecture ITS

Pendidikan ditujukan bukan untuk persoalan transaksional ataupun yang bersifat untung-rugi. Meskipun paradigma ini cenderung disepakati oleh masyarakat, tapi kecenderungan bersikap sebaliknya bisa jadi masih tersisa dalam benak masing-masing orang. Ketika berpikir memutuskan kuliah supaya nanti mendapatkan jaminan pekerjaan tertentu, atau mengerjakan sebuah tugas untuk dapat memperoleh nilai terbaik, sangat mungkin masih menjadi pertimbangan ketika seseorang sekolah/belajar. Kondisi tersebut tidak sepenuhnya dapat diposisikan sebagai hal yang keliru, meskipun tentunya ada usaha memposisikan yang mungkin lebih tepat. Pemikiran kritis tentang esensi pendidikan sudah banyak dilontarkan para pakar, termasuk tentang bagaimana seharusnya pendidikan tidak berbasis pragmatisme. Pragmatisme akan berbasis pada ideologi pasar semacam "untung-rugi', "kalahmenang". Hal ini akan membuat cara pandang kompetisi menjadi dasar praksis pendidikan, yang antara lain akan melahirkan pemenang dan pecundang. Dan juga orientasi pendidikan akan cenderung hanya pada aspek praktis yang berkaitan dengan seberapa cepat orang mendapatkan pekerjaan.

Education is not meant to be a transactional matter or anything related to prot-and -loss. Although this paradigm tends to be agreed upon by society, but the tendency to act otherwise might still linger on one's judgement. Thinking on deciding college to gain certain employment assurance, or doing an assignment to achieve the best grade, such still become matters of concern on why a person should study. Those conditions are not to be positioned entirely wrong, though obviously there should be an attempt to position them more properly. Seminal views on education have been mentioned by many experts, including how education should not be based on pragmatism. Pragmatism is built on market ideology, which brings the terms “prot-and-loss”, or “winning-and-losing” onto education. This will create a competition as the fundamental of educational praxis, of which gives birth the notion of winner and loser. Hence the purpose of education will merely take practical matters relating to how fast one gets a job. Instead, education should be based on ethicshumanistic that focuses on curiosity, dialogue, questioning, adaptive, conrmative, and so on. There are many simple questions to reect on how far have we focused on the core of learning. For example, if


Kompilasi Tugas Akhir 120

Sebaliknya, pendidikan sebaiknya berbasis etishumanistik yang berfokus pada curiosity, berdialog, bertanya, adaptif, konrmatif, dan sebagainya. Banyak timbul pertanyaan sederhana untuk mengkritisi sejauh apa kita berfokus pada inti pembelajaran/ pendidikan. Salah satunya semisal jika tidak ada atribut nilai E sampai A, apakah mahasiswa akan tetap bekerja dengan sebaik-baiknya untuk m dapat menggali pengetahuan sekaligus mendemonstrasikan pengetahuannya? Tentunya keberadaan nilai bukanlah hal yang buruk, karena dia akan berperan untuk mengukur hasil pembelajaran seseorang. Namun cara pandang terhadapnya lah yang perlu dipikirkan dan dikritisi terus menerus. Buku kompilasi karya Tugas Akhir ini menyajikan banyak informasi tentang apa yang dipikirkan, dirancang, dan dikomunikasikan oleh mahasiswa, kecuali satu hal: nilai apa yang mereka dapatkan. Hal ini menarik untuk kita pikirkan, karena dengan dilepasnya atribut nilai dari sebuah karya tersebut, pembaca akan diajak untuk mencermati setiap sajian dengan lebih obyektif dan berfokus pada substansi yang dibicarakan oleh karya tersebut. Dan juga akan berdampak pada pembuat karya itu sendiri untuk senantiasa mencermati ulang tentang pencapaian belajarnya: apakah memang berubah lebih baik secara signikan dalam 4 tahun terakhir ini? ataukah sebenarnya tidak begitu dapat diungkap karena tersamarkan oleh topeng nilai yang sejauh ini sudah didapatkan?

9

there weren't any scoring attributes from E to A, would students still work their best to obtain and demonstrate their knowledge? Obviously scoring is not a bad instrument, since it has a role to measure one's learning result. Rather, it is the way of seeing score that should be constantly criticized and think upon. The nal projects compilation book presents many informations on what has been thought, designed, and communicated by students, but one thing : what score did they get. This is worth to be reected, by removing scores, readers are invited to investigate every works more objectively and focusing on the substance of what the work conveys. Furthermore, this affects the students themselves to constantly evaluate their learning achievement : Has it changed better signicantly during the four years? or is it hard to unveil since it was obscured by the scores that have been obtained so far?


10

Kompilasi Tugas Akhir 120

01 Sambutan Pak Ngurah Mr. Ngurah’s Greeting

Sintesis Synthesis Ir.I Gusti Ngurah Antaryama Ph.D. Kepala Departemen Arsitektur FADP-ITS Head of Department of Architecture FADP-ITS

Merancang (design) adalah inti utama kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah arsitektur baik di Indonesia maupun di tempat-tempat lainnya di dunia. Ia dikenalkan sejak mahasiswa berada di tahun pertama di mana dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan merancang menjadi fokus pembelajaran, hingga di tahun terakhir pada saat mahasiswa mengerjakan Tugas Akhir (TA) di mana berbagai isu teoritis dan praktis menjadi titik awal perancangan. Pengetahuan dan keterampilan merancang ini lah yang akan mengantarkan mereka ke jenjang awal keprofesian arsitek yang tidak saja akan berkutat pada tujuan untuk menghasilkan sebuah karya tetapi juga berkontribusi pada permasalahan-permasalahan masyarakat dan lingkungan. Tugas Akhir di Departemen Arsitektur adalah kulminasi dari keseluruhan proses pendidikan program sarjana. Karya rancang arsitektur yang dihasilkan merupakan representasi berbagai keterampilan dan kemampuan yang didapat mahasiswa selama proses belajar. Selain berlatih keterampilan merancang, dalam Tugas Akhir mahasiswa didorong untuk mengembangkan lebih jauh kemampuan berpikir, baik berpikir kritis (critical thinking), kreatif (creative thinking) maupun

Design is a core learning activity in every architecture school in Indonesia and everywhere in the world. It is introduced since the beginning of their study, where the fundamentals of design become the learning focus, until at the nal year, when students are conducting their nal projects, where many theoretical and practical issues become the starting point of the design. The design knowledge and skills will lead the students to the rst stage of architectural profession that not only ends at making creations, but to contribute on many social and environmental problems. The nal projects is a culmination from every learning process during undergraduate level. The works are the representation from many knowledge and skills, achieved along the learning process. Aside from drilling the design skills, during nal projects the students are encouraged to develop further their thinking : critical thinking, creative thinking, and design thinking. Another potentials that are being polished are the independency to organize the design works and decision making. A thoroughly design iterations, creative jumps, experimentations on thinking and design methods, and the condence during decision making are what make nal projects become distinct from the previous design studios. Such are expected


Kompilasi Tugas Akhir 120

merancang (design thinking). Kemampuan lain yang juga diasah adalah kemandirian dalam mengorganisasi pekerjaan perancangan dan pengambilan keputusan (decision making). Iterasi perancangan yang mendalam dan menyeluruh, lompatan kreativitas, eksperimentasi dalam berpikir dan metode merancang, serta kepercayaan diri dalam mengambil keputusan merupakan pembeda proses dan capaian (outcomes) studio Tugas Akhir terhadap studio perancangan arsitektur sebelumnya. Pembeda ini diharapkan dapat mengantar karya tugas menjadi karya yang inovatif. Tugas Akhir bukan saja berisikan pengasahan kompetensi merancang, tetapi juga bentuk nyata penyadaran mahasiswa terhadap permasalahanpermasalahan yang ada di sekeliling mereka, seperti permasalahan sosial, psikologi, budaya, ekonomi, politik, lingkungan dan teknologi. Keinginan untuk berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahanpermasalahan dalam wujud karya rancang arsitektur membawa karya tugas akhir menjadi karya yang tidak saja inovatif tetapi juga membumi serta memungkinkan memenuhi unsur praktis. Hal yang disebut terakhir ini merupakan komponen penting dalam keprofesian arsitek. Pada periode Tugas Akhir di semester genap 2018/2019, berbagai isu lingkungan, teknologi, psikologi, sosial, budaya, dan kongurasi rancang ditelaah dan diajukan sebagai proposisi, yang kemudian dieksplorasi melalui berbagai proses dan metode perancangan. Karya-karya yang dihasilkan sebagian berhasil memposisikan diri sebagai karya inovatif, sebagian lagi berusaha mengaplikasikan proses dan metode perancangan tertentu pada kasus yang berbeda, dan sebagian kecil sisanya masih berkutat pada penyelesaian-penyelesaian yang bersifat programatis dan tipologis. Karya Tugas Akhir adalah sintesis kemampuan akademik, keprofesian dan kehidupan di jenjang pendidikan sarjana. Ia adalah pengantar bagi setiap lulusan untuk memasuki dunia keprofesian arsitek, media bercermin tentang kemampuan berarsitektur, serta media kepedulian lulusan pada masyarakat dan lingkungan. Tetaplah belajar dan menghasilkan karyakarya yang inovatif dan bermanfaat bagi kehidupan.

11

to bring out innovation from nal projects. Final projects not only represent design competence, but also an embodiment of students' awareness on their surrounding phenomenons, such as social, psychological, cultural, economics, politics, environmental, and technological problems. The yearn to solve many problems through architectural works brings nal projects to be not only innovative but also to become grounded, while at the same time still fulll practical constraints. The latter is an important aspect to enter architectural profession. The second term 2018/2019 Final Projects generate propositions through many environmental, technology, psychology, social, cultural, and innerdomain issues, and then explore them through many design process and methods. Some works are exercising the notion of being innovative, some works situated themselves to apply certain design process and method to a novel context, and the rest pursuit on the pragmatic and typological problems. Final projects are the synthesize between academic, professional, and life skills during undergraduate stage. They are a guide for every graduate to enter professional stage, a media to reect upon the architectural capability, and a representation of students' understanding of environmental and societal problems. Keep learning and creating innovative and valuable works.


12

Kompilasi Tugas Akhir 120

03 Sambutan Wisudawan 120 120th Graduates greeting

Titik Koma Semicolon I Gusti Ngurah Andracana, S.Ars. 08111540000019

Tugas akhir. Bagi sebagian besar mahasiswa arsitektur dapat dikatakan sebagai fase yang menampar segala titik equilibrium diri masingmasing. Segala yang didapat selama sebelum fase ini seakan-seakan tidak cukup untuk memenuhi tuntutan yang ada. Dinamika dalam diri pun tidak dapat dielakkan sehingga segala permasalahan hidup yang tidak ada hubungannya dengan proses penyelesaian Tugas Akhir pun turut menghampiri. Memang akan berbeda-beda cerita yang akan diutarakan. Namun, itu dapat dimaknai sebagai pengalaman yang akan melekat di setiap insan mahasiswa arsitektur, dan juga sebagai awal proses pendewasaan diri. Bagi pribadi yang menganggap diri belum terlalu ahli bahkan menguasai bidang arsitektur ini, tugas akhir ini menjadi tembok raksasa yang mau tidak mau harus dilewati. Dengan segala pengambilan tanggung jawab non-akademis yang dijalani, bukan hal yang mudah untuk membagi waktu dengan tugas akhir ini. Sempat tugas akhir menjadi hal yang kesekian untuk dilakukan karena masih mengandalkan mekanisme hidup berupa menyelesaikan satu hal dulu sampai selesai baru menyelesaikan hal lain. Namun, pada akhirnya pribadi pun tersadar bahwa harus dapat memprioritaskan sesuatu. Pembagian waktu yang matang pun harus dengan bijak dilakukan sebagai

For many architecture students, nal projects could be said as a phase which breaks every oneself's equilibrium points. as if everything that had been learned and gained until now is not sufcient to satisfy the demands. Not to mention our quarter life-crisis, which might not be unrelated with nal projects, could happen anytime. Indeed, the stories will be vary. But they could be remembered as a phase that eventually be part of every students, and also to be the beginning of our maturity. For myself, whom i could say still inexperienced in architecture, the nal project was a giant wall that like it or not, eventually should be faced. With many responsibility outside the campus, it was not an easy way to manage time for my nal project. There was a time when nal project was at my bottom list, for my coping mechanism to nish one thing before moving onto another thing. But, nally i realised that i need to prioritise. Managing time should be done thoroughly since it was a consequence for having circumstances during nal project. It is difcult, but process never betray result. And it paid off, the nal project could be nished with me holding my head high. Final project will haunt everyone. But on the other side, it is a process that leads to a much bigger path. It is as if


Kompilasi Tugas Akhir 120

bentuk konsukuensi atas adanya hal lain yang dilakukan selain tugas akhir. Terlihat berat. Namun yang dapat diyakini adalah hasil tidak akan mengkhianati proses. Tugas akhir dimaknai sebagai proses yang membukakan jalan ke hal yang lebih besar di luar sana. Dapat dikatakan seperti itu karena tugas akhir seakan-akan menjadi masterpiece dari setiap insan mahasiswa arsitektur. Menjadi hal yang sangat personalize yang menjadi identitas diri. Sehingga, tak salah kalau tugas akhir harusnya menjadi titik balik yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya sebagai citra diri di fase setelah pendidikan sarjana. Menjadi proses dimana dapat mengetahui sejauh mana bidang yang dipilih telah dimaknai dan dipahami. Sebuah pembelajaran yang intens karena konsep pembimbingan yang diterapkan mampu membuat mahasiswa menerima ilmu sebanyak-banyaknya. Dan tentu diskusi-diskusi yang dapat mengasah kekritisan dalam melihat kembali tugas akhir yang dibuat. Memang belum sempurna. Namun, tidak ada salahnya proses pembimbingan tidak dianggap sebelah mata bagi kedua belah pihak (mahasiswa dan dosen pembimbing). Buku kompilasi Tugas Akhir 120 adalah sebagai bentuk persembahan dari kami mahasiswa arsitektur yang sedikitnya telah berhasil melewati salah satu dinamika kehidupan. Sebuah cerita yang tersembunyi namun tidak dapat dipisahkan dari entitas tugas akhir. Khalayak umum mungkin akan melihat ini sebatas karya tugas akhir. Tapi bagi kami yang melahirkannya, ini adalah sebuah cerita, pengalaman, ekspresi, pernyataan, kebanggaan, kesedihan, epilog, dan segala bentuk hal lain yang mencerminkan keberagaman pemikiran dan perasaan kami. Sebuah identitas yang melekat pada masing-masing kami yang dapat merepresentasikan kami di fase selanjutnya. Dan tentu sebagai bentuk pembelajaran bagi generasi berikutnya. Harapannya, tugas akhir ini tidak hanya menjadi sebatas konsep. Namun dapat dimaknai untuk kemajuan almamater ITS, masyarakat, hingga bangsa Indonesia. Memang tidak akan luput dari kekurangan, karena kami adalah insan yang baru saja menetas untuk menghadapi dunia di luar sana. Terima kasih untuk semua pihak yang dapat mewujudkan mimpi dan cerita kami. Selamat menyelami dan mengenal kami lebih jauh. Salam.

13

the nal project is a masterpiece for every architecture students. It becomes a very personal matter that represents one's identity. Thus, i believe it is no exaggeration that nal project supposed to be turning point that could be helpful to build one's image after graduation. Final project becomes process to understand how far a preferred subject has been understood and learned. It is such an intense learning process, since the consultation system could make students gain knowledge as much as possible. The discussions honed students' critical thinking to reect their own nal projects. Indeed, it was not perfect, but consultation process should not be underestimated, for both student and advisor. This process has to become the essence of nal project, not merely as a mandatory administration to be able to proceed review sessions and nal trial. The 120th Final Projects compilation book is a tribute from us, who have walked a tiny step of life journey. Underneath were stories, that could not be separated from nal projects. People might see our process as it is. But for us, the book is a story, experiences, expressions, statements, joys, regrets, epilogue, and many forms that represents the complication that happen in our minds and feelings. It will become an identity that weights and represents every of us in the next phase, and to be something that should be reect upon for the future graduates. Hopefully the nal projects will not end merely as a concept, but to become a token for the alma mater, society, and nation. Flaws are inevitable, since we are just people who barely hatched, then to face a bigger world. We welcome you to dive in and understand us further. Best regards.


14

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

15


16

Kompilasi Tugas Akhir 120

Persebaran Tapak Tugas Akhir 120 Site Distributons Final Projects 120

02 Aceh 01 Banda Aceh 01 Sabang 01 Kepulauan Riau 01 Batam 01 Riau 01 Pekanbaru

01 Banten 01 Cilegon 12 DKI Jakarta 12 Jakarta 07 Jawa Barat 03 Bandung 04 Bogor

01 02 01 01 01

Jawa Tengah Semarang Pati Pekalongan Sragen

07 DI Yogyakarta 07 Yogyakarta

53 37 03 02 02 02 02 01 01 01 01 01

Jawa Timur Surabaya Sidoarjo Gresik Malang Pasuruan Tuban Blitar Bojonegoro Kediri Lamongan Ponorogo

04 Bali 03 Bali 01 Buleleng 01 NTB 01 Lombok

01 Kalteng 01 Palangkaraya

01 Kalsel 01 Banjarmasin

01 Kaltim 01 Kutai Kertanegara


Kompilasi Tugas Akhir 120

Persentase Tugas Akhir 120

Cluster Based on Issues

Percentage Final Projects 120

Behaviour & Cognition

Urbanism & Community

Science & Ecology

Semiotics & Collective Identity

17


Persentase Tugas Akhir 120 Percentage Final Projects 120

Cluster Based on Building Function




Kompilasi Tugas Akhir 120

21


22

Kompilasi Tugas Akhir 120

URBANISME & KOMUNITAS Jika diumpamakan, kota adalah sapuan ombak yang besar: ia tidak terkendali, kompleks, dan penuh ketidakpastian. Sementara itu, di dalam sebuah kota adalah sekumpulan arsitektur. Mereka menjadi sebuah jangkar: melahirkan tatanan, denisi, batas, keteraturan, dan strategi. Baik arsitek, penguasa, ataupun penghuni kota sama-sama berupaya untuk memberikan keteraturan, mencari relungnya masing-masing pada kekacauan kota. Karya-karya pada bagian ini berupaya untuk melakukan berbagai macam bentuk perlawanan terhadap kecarut-marutan: beberapa karya mencoba menarik keteraturan dari mobilisasi dan kehidupan masyarakat kota, beberapa berusaha menata kembali ruang-ruang kota yang bersengkarut, mati, atau disfungsi, dan lainnya mencoba mengangkat kembali ruang dan masyarakat yang saat ini menjadi subordinat.

City is a sweeping of giant waves: it is uncontrollable, complex, and full of uncertainties. Meanwhile, a city is a collection of architecture. They act as an anchor: giving birth to orders, denitions, boundaries, and strategies. Architects, rulers, and the citizens are all try to seek orders, their niche amidst the chaos. The works on this chapter reect an attempt that conducts many forms of resistance against the city's complexity: Some works try to nd the order in the speculative ground of mobility and life of the city, some try to reorganize spaces that are in chaos, dead, or disfunctional, while the other are investigating to advocate subordinated spaces or communities.

A


Kompilasi Tugas Akhir 120

01 Redevelopment: Stasiun

Kota Bogor Sebagai Simpul Transportasi 08111540000021 Muhamad Himawan Luthď€ llah mhluthď€ llah@gmail.com

02 Stasiun LRT: Simpul Transit

Intermodal Dalam Pengelolaan Kawasan TOD Bertema Hijau-Futuristik 08111540000023 Indah Tiara Ningrum indatiar@gmail.com

03 Bioklimatik Transit Oriented Development Kawasan Pasar Senen 08111540000020 Auliya Sholekhah auliyaleha@gmail.com

04 Craftscape:

The-Event Based Architecture 08111540000074 Sabita Thifal Amani sabitathifala@gmail.com

05 Paradoks Komunal-HUB:

Arsitektur sebagai Kontrol Kriminalitas 08111540000004 Wisnu Retno Kartika Sari wisnuretno@gmail.com

06 Tarik Riverside City:

Area Rekreasi di Tepi Sungai Brantas 08111540000033 Luluk Khuzaimah gluluk97@gmail.com

07 Hybrid : Ruang Ludruk Surabaya

08111440000084 Nabilah Zuhrah Azis zuhrah28@yahoo.co.id

08 Vandalisme Ruang Publik: Ruang Publik Vandalisme 08111540000064 Hukma Syarifah hukmasy@gmail.com

09 Taman Kebudayaan Jawa Timur :

Optimalisasi Pengembangan Kawasan Bekas TPA 08111540000053 Nisrina Aulia Rahma nisrinaauliarhmaa@yahoo.co.id

10 Open Mall Center dengan Pendekatan

City Walk dan Replacement Space: Menghidupkan Kembali Ruang Terbuka Hijau di Kota Malang

08111540000009 Ibrahim Imamun Hanif boim.hanif16@gmail.com

23


24

Kompilasi Tugas Akhir 120

11 Arsitektur Simbiosis: Juktstaposisi Area Komersial Dengan Kawasan Makam Bung Karno 08111540000058 Rizal Bagus Kusuma rizalbkusuma@gmail.com

12 Revitalisasi “Pasar” Tunjungan

08111540000002 Murwani Nadya Hermianto mnadyahermianto@gmail.com

13 Arsitektur Sebagai Katalis :

Sentra Sneakers Tunjungan 08111540000111 Zahra Nur Nadhira zahra.nurnadhira@gmail.com

14 Surabaya Cinema Center A Hybrid Architecture

08111140000015 Aida Lia FItriati aidalia.triati@gmail.com

15 Persepsi Visual: Pusat

Belanja Mode sebagai Perpaduan Belanja Daring dan Luring 08111540000057 Berliani Ghea Ghassani berlianighea97@gmail.com

16 Visual Hibrida -

Perpustakaan Kafé 08111240000059 Dika Praditya dika.praditya0905@gmail.com

17 Startup Center:

Collaborative Space 08111540000080 Akhmad Dani Prasetya dadaniakhmad@gmail.com

18 Desain Museum sebagai Stimulan Berjalan Kaki dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku 08111540000106 Ilham Fryzendio Jamlean ilhamfjamlean@gmail.com

19 Rumah Sewa

Pekerja Pendatang

08111540000022 Eva Yuliana yulianaeva581@gmail.com

20 Hunian Vertikal Bagi Pekerja di Kawasan overhaul

by residents Industri Dengan Pendekatan Ekokultur (Studi Kasus: Kawasan PIER Pasuruan) 08111540000105 Dimas Yudha Pratama dypratama97@gmail.com


Kompilasi Tugas Akhir 120

21 Pasar Terapung Berkelanjutan Untuk

Mendorong Pembangunan Ekonomi Yang Berkesinambungan Bagi Masyarakat 08111440000070 M Ridha Tantowi ridhatantowi@gmail.com

22 Rumah Susun Keputih : Hunian Vertikal dengan Pendekatan Inklusif 08111540000003 Himmatul Azizah Almina himmazimi@gmail.com

23 Re-Development

Kampung Nelayan Bulak dengan Konsep Waterfront City 08111540000109 Rahadian Aryo rahadianaryo97@gmail.com

24 Pemukiman Pringgomukti: Living with Disaster

08111540000007 Lili Kurnia Farhana lilifarhana07@gmail.com

25 Rumah Siaga:

Hunian Temporer Kampung Kota 08111540000091 Vina Alď€ a Nikmatul Azizah alď€ avina@gmail.com

25


26

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

27


28

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 A02

Stasiun LRT: Simpul Transit Intermodal Dalam Pengelolaan Kawasan TOD Bertema Hijau-Futuristik LRT Station: Intermodal Transit Nodes In TOD Area Management Based On Green-Futuristic Theme

A02

Indah Tiara Ningrum

Dosen Pembimbing

Irvansyah, ST., MT.

Luas Lahan

16.500 m2

Luas Bangunan

24.845 m2

08111540000023

indatiar@gmail.com

Jakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3

29

Perubahan kawasan Halim Perdanakusuma menjadi sebuah kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan Transit Oriented Development (TOD) memiliki dampak besar dalam penyediaan saranan dan prasarana dengan sebaran jangkauan pelayanan yang dapat dan mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat. Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan, dibutuhkan sebuah respon arsitektural yang dapat mengakomodasi perubahan kawasan Halim Perdanakusuma di bidang transportasi yaitu stasiun LRT, sebagai simpul transit intermodal dan penghubung untuk mendukung mobilitas penduduk untuk masuk dan keluar kawasan ini dengan acuan konsep hijau-futuristik. Sumber data referensi dan konsep acuan yang digunakan ini diharapkan dapat memfasilitasi dan melayani seluruh masyarakat, serta menjadikan kawasan TOD Halim Perdakusuma menjadi lebih fungsional dan interaktif.

Halim Perdanakusuma changes into an area that was developed as the region’s Transit Oriented Development (TOD), this chang ehas a major impact in the provision of infrastructure and facility with a range of services that can be and is easy to reach by the whole community. Based on the phenomenon that has been described above, it requires an architectural response in accommodating Halim Perdanakusuma’s change in transportation sector i.e LRT Station, as an intermodal transt node and a liaison to support citizens mobility with green-futuristic concept references. Reference data sources and concept used in this project is expected to facilitate and serve the whole community, and to render TOD’s Halim Perdanakusuma region to be more functional and attractive.

A02

Indah Tiara Ningrum

08111540000023

indatiar@gmail.com


30

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

31


32

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

33


34

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 A05

Paradoks Komunal-HUB: Arsitektur sebagai Kontrol Kriminalitas Paradox Community-HUB: Architecture as Crime Control

A05

Dosen Pembimbing

Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, Ph.D.

Luas Lahan

9.495 m2

Luas Bangunan

5.562 m2

Wisnu Retno Kartika Sari

08111540000004

wisnuretno@gmail.com

Yogyakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

35

Rancangan ruang publik yang hadir sebagai respon dari isu kriminalitas di ruang publik yang disebabkan oleh ruang yang tidak dirancang dengan baik. Menerapkan prinsip Crime Prevention Through Environmental Design dan Defensible Space dalam rancangan arsitektur sebagai upaya menekan resiko terjadinya tindak kejahatan di ruang publik.

2

Peripheral vision, permutasi bentuk interaksi, modiď€ kasi sirkulasi dan hirarki ruang digunakan sebagai dasar dalam eksplorasi tatanan ruang. Eksplorasi tersebut menghasilkan sebuah desain yang memiliki kedalaman ruang yang setara, akses ruang yang saling terhubung dan kemampuan ruang untuk saling mengawasi (dapat terlihat dari berbagai titik dan mampu melihat ke berbagai titik). Hasil eksplorasi tersebut menghasilkan sebuah arsitektur yang membantu mewujudkan kondisi kontrol sosial yang memungkinkan setiap penggunanya bisa saling berinteraksi dan saling mengawasi.

3

This is a design of public space as a response to criminal issues in a public area, which is caused by not well or poorly designed public spaces. Applying the principles of Crime Prevention Through Environmental Design and Defensible Space in architectural design as an effort to reduce the risk of criminal acts in public spaces.

4

Peripheral vision, a permutation of interaction conď€ guration, modiď€ cation of circulation and hierarchy of space are used as a basis in the exploration of spaces. The exploration produces a design with an equivalent depth of space, interconnected access of spaces and the ability of space to keep an eye on one another (must be visible from various points and must be enabled to see various points). The result of explorations produces an architectural quality that able to improve conditions of social control and allow users to interact and keep an eye on each other. A05

Wisnu Retno Kartika Sari

08111540000004

wisnuretno@gmail.com


36

Kompilasi Tugas Akhir 120

A06

Tarik Riverside City: Area Rekreasi di Tepi Sungai Brantas Tarik Riverside City: Recreational Area in Brantas Riverside

A06

Luluk Khuzaimah

Dosen Pembimbing

Dr. Dewi Septanti, S.Pd., S.T., M.T

Luas Lahan

16.000 m2

Luas Bangunan

9.000 m2

08111540000033

gluluk97@gmail.com

Sidoarjo, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

37

Kebutuhan fasilitas rekreasi menjadi salah satu hal penting dalam hidup manusia. Area rekreasi dapat menjadi ruang bagi tubuh untuk mengembalikan ke kondisi bugar dan rileks. Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo merupakan kawasan industri dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh pabrik. Dengan rutinitas bekerja setiap hari, mereka membutuhkan fasilitas hiburan yaitu area rekreasi di sekitar tempat tinggalnya. Dengan letak geografis Kecamatan Tarik yang berada di tepi Sungai Brantas, kawasan ini memiliki potensi menjadi area rekreasi jika dikembangkan dengan baik. Tarik Riverside City, direncanakan akan menjadi area rekreasi yang berorientasi pada sungai Brantas dan dikembangkan dengan konsep Waterfront Architecture. Ruang terbuka publik dan atraktif, dapat mewadahi berbagai macam aktivitas rekreasi. Area rekreasi ini diharapkan dapat menjadi solusi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan citra kawasan. The demand of recreational facilities has been one of the important things in human life. The recreational area can be a space for turning body to be fit and relaxed. Tarik District, Sidoarjo is an industrial area with the majority of the population working as factory laborers. With the routine work every day, they need entertainment facilities such as recreational areas around their homes. With the geographical location of Tarik District which is on the banks of the Brantas River, this area has the potential to become a recreational area when it is well developed. Tarik Riverside City, planned to be a recreation area oriented to the Brantas river, and developed with the concept of Waterfront Architecture. Public and attractive open spaces can accommodate various kind of recreational activities. This recreation area is expected to be a solution to people's needs and improve the image of the region.

A06

Luluk Khuzaimah

08111540000033

gluluk97@gmail.com


38

Kompilasi Tugas Akhir 120

A07

Hybrid: Ruang Ludruk Surabaya Hybrid : Ludruk Space in Surabaya

A07

Nabilah Zuhrah Azis

Dosen Pembimbing

Ir. Erwin Sudarma, M.T.

Luas Lahan

10000 m

Luas Bangunan

5000 m2

08111440000084

2

zuhrah28@yahoo.co.id

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

39

Rendahnya minat dan kepedulian generasi muda golongan milenial terhadap budaya lokal saat ini jelas terlihat. Salah satunya apa yang terjadi di kebudayaan Ludruk yang ada di Surabaya. Ludruk Surabaya mulai menurun eksistensinya. Hal ini tentu saja disebabkan oleh berbagai faktor, selain karena rendahnya minat generasi millennial untuk menonton pertunjukan Ludruk, fasilitas yang ada pun belum maksimal dalam mewadahi budaya Ludruk itu sendiri. Generasi milenium lebih suka menyukai hal baru yang modern dan kebarat-baratan dibandingkan dengan budaya lokal Indonesia. Sementara dari segi fasilitas, gedung pertunjukan Ludruk lama di Surabaya pun terkesan kumuh dan tidak terawat sehingga menjadi tidak menarik. Maka dari itu ruang hybrid Ludruk Surabaya terhadap generasi millennial saat ini diharapkan mampu meningkatkan kepedulian dan minat generasi millennial untuk melestarikan teater tradisional, Ludruk, Surabaya.

The low interest and concern of the young generation of millennial groups towards local culture is now clearly visible. One of them is what happened in the Ludruk culture in Surabaya. Ludruk Surabaya began to decrease its existence. This is of course caused by various factors, other than because of the low interest of the millennial generation to watch the Ludruk show, the facilities are not yet optimal in accommodating the culture of Ludruk itself. Millennials prefer modern and westernized new things compared to Indonesian local culture. Meanwhile, in terms of facilities, the old Ludruk performance building in Surabaya also looked dirty and unkempt, making it unattractive. Therefore, the Ludruk Surabaya hybrid space towards the millennial generation is expected to be able to increase the awareness and interest of the millennial generation to preserve the traditional theater, Ludruk, Surabaya. A07

Nabilah Zuhrah Azis

08111440000084

zuhrah28@yahoo.co.id


40

Kompilasi Tugas Akhir 120

A08

Vandalisme Ruang Publik: Ruang Publik Vandalisme Vandalism of Pubic Space: Public Space for Vandalism

A08

Hukma Syarifah

Dosen Pembimbing

Wawan Ardiyan Suryawan S.T, M.T.

Luas Lahan

8.900 m

Luas Bangunan

6.900 m2

08111540000062

hukmasy@gmail.com

2

Bogor, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

41

Ruang Publik Vandalisme merupakan sebuah objek arsitektural yang merespon isu tentang Vandalisme Ruang Publik dengan pendekatan arsitektur perilaku. Mengacu pada aktivitas, karakteristik, serta kebiasaan dari para pelaku vandalisme itu sendiri. Dengan sangat mempertimbangkan kebiasaan mereka, ruang publik ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi para pelaku untuk melakukan aksi dan menuangkan kreativitasnya secara legal, di dindingdinding yang telah disediakan. Bangunan ini juga sekaligus menjadi perantara karya mereka untuk ditunjukan kepada masyarakat maupun elemen pemerintahan, baik dalam bentuk aktif pada event pameran atau panggung, maupun pasif melalui fasad terluar bangunan.

Public Space for Vandalism is an architectural object that responds to the issue of Public Space Vandalism with a behavioral architecture approach. Refers to the activities, characteristics and habits of the vandalists themselves. Considering their habits, this public space is expected to be a place for actors to take action and pour their creativity legally, on the walls that have been provided. This building also serves as an intermediary for their work to be shown to the community and government elements, both in the form of active exhibitions or stage events, and passively through the building's outer facade.

A08

Hukma Syarifah

08111540000062

hukmasy@gmail.com


42

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 A09

Taman Kebudayaan Jawa Timur: Optimalisasi Pengembangan Kawasan Bekas TPA Taman Kebudayaan Jawa Timur : Optimization of The Development of Former Landď€ ll Areas

A09

Nisrina Aulia Rahma

Dosen Pembimbing

Ir. Rullan Nirwansjah, M.T.

Luas Lahan

14.674,89 m

Luas Bangunan

6.250 m2

08111540000053

2

nisrinaauliarhmaa@yahoo.co.id

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

43

Secara alami perkotaan tumbuh dengan kecepatan yang jauh meninggalkan wilayah sekitarnya. Dalam elemen perkotaan, kualitas ruang kota yang bagus adalah terciptanya masyarakat yang sejahtera dan dengan perkembangan masyarakat, dimana hanya mungkin terjadi jika kualitas tinggi seperti hidup yang disediakan dan jika nilai-nilai alam, budaya, dan sosial dari kota-kota tetap dipertahankan. Tak bisa disangkal bahwa budaya mempengaruhi perkembangan kota.

2

Misalnya, Kota Surabaya merupakan daerah yang memiliki ragam kebudayaan di dalamnya. Pada masyarakat perkotaan di Surabaya sering kali budaya-budaya tradisional yang ada sering ditiadakan atau juga sudah tidak ada lagi, maka dari itu pentingnya mengetahui suatu budaya dalam masyarakat perkotaan dengan melalui mengetahui aspek dan juga elemen masyarakat perkotaan.

3

Naturally, the growth of urban area is much faster than the surrounding areas. In urban elements, a good quality of urban space is characterized by the life of a prosperous society and the development of society, which is only possible to occur if the high quality of life is provided and if the natural, cultural, and social values of the cities are maintained. It’s undeniable that cultures give impacts to urban’s development.

4

For example, Surabaya is an urban area that has variety of cultures in it. However, these traditional cultures are often forgotten by the citizen, even some of them no longer exist. Therefore, this shows the importance of knowing cultures in urban society by knowing the aspects and also the elements of urban society.

A09

Nisrina Aulia Rahma

08111540000053

nisrinaauliarhmaa@yahoo.co.id


44

Kompilasi Tugas Akhir 120

A10

Open Mall Center dengan Pendekatan Malang, Indonesia City Walk dan Replacement Space: Menghidupkan Kembali Ruang Terbuka Hijau di Kota Malang Open Mall Center with City Walk and Replacement Space Approach: Reviving Green Open Space in Malang City

A10

Ibrahim Imamun Hanif

Dosen Pembimbing

Dr. Dewi Septanti, S.Pd.,ST.,MT

Luas Lahan

14.000 m2

Luas Bangunan

25.000 m2

08111540000009

boim.hanif16@gmail.com


Kompilasi Tugas Akhir 120

45

Banyaknya pengunjung yang berwisata di daerah Malang menyebabkan kemajuan pesat bagi perekonomian Kota Malang pada bidang industri. Hal ini menyebabkan mulai banyak berdirinya pusat perbelanjaan yang menjadi pusat komersial dan sarana rekreasi kota. Namun seiring pembangunan gedung – gedung komersial yang tidak memperhatikan kebutuhan ruang terbuka hijau. Pusat Perbelanjaan dengan konsep City Walk ini dapat menyediakan kembali ruang terbuka namun masih memperhatikan kebutuhan kegiatan komersialnya. Pe n a t a a n r u a n g d e n g a n m e m p e r h a t i k a n keberadaan Ruang Terbuka Hijau dan perannya sebagai elemen ekologis dapat membantu menghidupkan kembali fungsi Ruang Terbuka Hijau yang sebelumnya hilang. Sehingga pusat perbelanjaan yang baru mampu menyediakan fasilitas rekreasi terbuka dan mampu menyediakan kebutuhan sebagai area komersial.

A large number of visitors who traveled in the Malang area led to rapid progress for the economy of Malang in the industrial sector. This caused a lot of shopping centers to become commercial centers and city recreation facilities. But along with the construction of commercial buildings that do not pay attention to the need for green open space. Shopping centers with the concept of City Walk can provide open space but still, pay attention to the needs of commercial activities. Spatial planning by paying attention to the existence of Green Open Space and its role as an ecological element can help revive the previously lost green space function. So that the new shopping center can provide open recreational facilities and be able to provide necessities as a commercial area.

A10

Ibrahim Imamun Hanif

08111540000009

boim.hanif16@gmail.com


46

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 A11

Arsitektur Simbiosis: Juktstaposisi Area Komersial Dengan Kawasan Makam Bung Karno Symbiotic Architeture: Juxtaposition Commercial Area With Bung Karno Cemetery Complex Dosen Pembimbing Luas Lahan Luas Bangunan

A11

Rizal Bagus Kusuma

08111540000058

Irvansyah, ST., MT. 9.100 m2 6.850 m2

rizalbkusuma@gmail.com

Blitar, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

47

Kompleks Perpustakaan dan Makam Bung Karno merupakan salah satu objek wisata sejarah yang tidak pernah sepi dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Kharisma dari seorang tokoh revolusioner mampu menarik jumlah wisatawan lebih dari 660.000 pada tahun 2016 dan terus naik seiring dengan gencarnya publikasi baik oleh pihak pengelola maupun wisatawan itu sendiri. Melihat begitu besarnya dampak Kompleks Perpustakaan dan Makam Bung Karno bagi Kota Blitar dan masyarakat sekitarnya, sudah seharusnya area disekitar Kompleks Perpustakaan dan Makam ini lebih diperhatikan. Melihat fenomena diatas, dibutuhkan respon arsitektur yang mampu mewadahi berbagai macam kegiatan yang terjadi di sekitar Kompleks Perpustakaan dan Makam Bung Karno, khususnya kegiatan ekonomi dan budaya masyarakat di sekitarnya sehingga terjadi hubungan yang mengikat antara objek arsitektur dengan Kompleks Makam Bung Karno itu sendiri. The Bung Karno Library and Graveyard Complex is one of the historical attractions that has been visited by tourists, both domestic and foreign tourists. Charisma from a revolutionary ď€ gure was able to attract more than 660,00 tourists in 2016 and continues to rise along with the massive publication by both the management and the tourists themselves. Seeing the enormous impact of the Bung Karno Library and Graveyard Complex for the City of Blitar and the surrounding community, the area around the Library and Graveyard Complex should be considered more. The area around the Bung Karno Library and Graveyard Complex still tends to be unorganized. Looking at the phenomenon above, it takes an architectural response that is able to accommodate various kind activities that occur around the the Bung Karno Library and Graveyard Complex, especially the economic activities and culture of the surrounding communities so that there is a binding relationship between the architectural object and the Bung Karno Cemetery Complex. A11

Rizal Bagus Kusuma

08111540000058

rizalbkusuma@gmail.com


48

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 A12

Revitalisasi “Pasar” Tunjungan

“Pasar” Tunjungan Revitalization

A12

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Murni Rachmawati, MT.

Luas Lahan

5.000 m2

Luas Bangunan

14.287 m2

Murwani Nadya Hermianto

08111540000002

mnadyahermianto@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

49

Arsitektur harus membentuk dan mempengaruhi seluruh spektrum masyarakat melalui pesan yang diartikulasikan yang diciptakan oleh arsitek. Arsitektur tidak lagi tentang menemukan solusi untuk tujuan utopis atau sekadar cerminan dari gaya estetika.

2

Mengambil permasalahan tapak pada Pasar Tunjungan yang memiliki masalah kompleks yang menyebabkan pasar tersebut tidak lagi digunakan. Diawali dengan menggunakan pendekatan sosiokultural untuk mengetahui bagaimana pengembangan revitalisasi pasar, yang kemudian dirancang dengan metode arsitektur hybrid yang mempertemukan keberagaman yang ada pada kawasan Tunjungan. Perancangan Revitalisasi “Pasar� Tunjungan ini diharapkan mampu menghadirkan dua hal yang saling memberi nilai, dengan adanya dua program berbeda. Sehingga pasar menjadi suatu jembatan dengan masyarakat sekitar yang mejadikan Pasar Tunjungan dapat hidup kembali.

3

Architecture must shape and influence the entire spectrum of society through articulated messages created by architects. Architecture is no longer about finding solutions for utopian purposes or merely a reflection of aesthetic styles. Taking site issues at Pasar Tunjungan which have complex problems that cause the market to no longer be used. Beginning by using a socio-cultural approach to find out how to develop market revitalization, which was then designed with a hybrid architecture method that brought together diversity that existed in the Tunjungan area. The design of “Pasar" Tunjungan Revitalization is expected to be able to present two points of mutual value, with two different programs. So that the market becomes a bridge with the surrounding community which makes Tunjungan Market able to live again.

4 A12

Murwani Nadya Hermianto

08111540000002

mnadyahermianto@gmail.com


50

Kompilasi Tugas Akhir 120

A13

Arsitektur Sebagai Katalis : Sentra Sneakers Tunjungan Architecture as Catalyst : Tunjungan Sneakers Hub Dosen Pembimbing Luas Lahan Luas Bangunan

A13

Zahra Nur Nadhira

08111540000111

Angger Sukma Mahendra, S.T., M.T. 6900 m2 5260 m2

zahra.nurnadhira@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

51

Perbaikan fasilitas trotoar dan pemugaran bangunan cagar budaya yang ada di Jl. Tunjungan nyatanya kurang berhasil mendatangkan keramaian pada kawasan tersebut seperti dulu. Ketidakcocokan fungsi bangunan dengan warga Surabaya khususnya pengguna trotoar yang ada di sana berdampak pada minimnya aktivitas yang terjadi, baik di sekitar trotoar maupun di dalam bangunan, kecuali pada saat perhelatan event oleh Pemkot Surabaya, meski bangunan yang ada disana tidak ikut ramai dikunjungi pula. Peran arsitektur adalah sebagai katalisator keramaian pada kawasan ini, bertujuan untuk meningkatkan keramaian pada trotoar serta membangkitkan nilai historis bangunan konservasi dan citra kawasan, melalui perubahan fungsi dan penambahan massa arsitektur baru yang dipadukan dengan bangunan konservasi dengan konsep desain yang atraktif, kontekstual, dan aktif, menambah dan meperkuat identitas sehingga semakin diingat.

The repairment of sidewalks’ facilities and historical building restoration in Tunjungan Street in fact did not work out to bring in the crowds like the past days. The unsuitable function of the building with Surabaya’s people expecially the pedestrian have impact on the minimum activies occured there, except if there was a big event held by the City Government, even though it did not make the buildings getting the crowd too. The role of architecture is as a catalyst for crowds in this region, aiming to increase the crowds on the sidewalks and generate historical values of conservation buildings and regional imagery, through functional changes and the addition of new architecture masses that combined with conservation buildings with attractive, contextual, and active design concepts, adding and strengthen identity so that it will become more memorable. A13

Zahra Nur Nadhira

08111540000111

zahra.nurnadhira@gmail.com


52

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 A14

Surabaya Cinema Center: A Hybrid Architecture Pusat Sinematograď€ Surabaya: A Hybrid Architecture

A14

Aida Lia FItriati

Dosen Pembimbing

Ir. Purwanita Setijanti, M. Sc., Ph.D

Luas Lahan

5.200 m

Luas Bangunan

10.000 m2

08111140000015

2

aidalia.ď€ triati@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

53

Sebuah ruang publik yang memberikan fasilitas kepada para pelaku lm independen/ nonkomersil/festival. Proyek ini mencoba mengajukan ruang yang mewadahi kebutuhan aktitas perlman, sejak pra produksi hingga presentasi. Berada pada lahan cagar budaya, desain yang dihadirkan bertujuan untuk revitalisasi bangunan cagar budaya yang saat ini tidak berfungsi. Titik 'vital' yang ingin dimunculkan kembali dari bangunan cagar budaya ini adalah pada aspek kesejarahannya yang pernah menjadi sebuah ikon ruang bioskop dan hiburan masyarakat kota pada masanya. Hybrid architecture memberikan konsep dan metode rencang yang eksibel serta teatur sehingga memudahkan proses perancangan kembali bangunan cagar budaya yang dapat menarik secara ekonomis dan estetis, namun tetap mempertahankan nilai-nilai sejarah dan keunikannya.

A public space that provides facilities to independent / non-commercial/ festival lm actors. This project tries to propose a space that accommodates the needs of lm activities, from pre-production to presentation. Located on cultural heritage area, the design presented is aiming at revitalizing cultural heritage buildings that are currently not functioning. The 'vital' point that wants to be revived from this cultural heritage building is the historical aspect which was once an icon of the cinema hall and the entertainment of the urban community of its time. Hybrid architecture provide exible and systematic concepts and methods to facilitate the process of redesigning cultural heritage buildings that can be economically and aesthetically attractive, but still retain their historical values and uniqueness.

A14

Aida Lia FItriati

08111140000015

aidalia.triati@gmail.com


54

Kompilasi Tugas Akhir 120

A15

Persepsi Visual: Pusat Belanja Mode sebagai Perpaduan Belanja Daring dan Luring Visual Perception: Fashion Shopping Center as A Combination of Online and Ofine Shopping

A15

Berliani Ghea Ghassani

Dosen Pembimbing

Collinthia Erwindi, ST., MT.

Luas Lahan

22.000 m

Luas Bangunan

10.324,62 m2

08111540000057

2

berlianighea97@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

55

Saat ini, sistem berbelanja secara daring bukanlah hal asing lagi bagi masyarakat. Kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan memberikan daya tarik bagi masyarakat, karena di zaman ini masyarakat membutuhkan sesuatu yang lebih praktis. Maka dari itu, munculah sebuah ide untuk mendesain sebuah pusat perbelanjaan yang memadukan sistem daring dan luring. Beberapa fasilitas khusus dalam mal ini dihadirkan agar pengunjung mal dapat berbelanja dengan mudah sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya saat itu, seperti adanya fasilitas untuk berbelanja tanpa harus turun dari kendaraan, pengambilan barang pesanan dengan sistem drive thru, belanja diruang yang lebih privat, dan menikmati beberapa teknologi khusus untuk memudahkan pengunjung dalam berbelanja. Persepsi visual dihadirkan sebagai pendekatan dalam mendesain mal ini, karena dari dulu hingga sekarang, hal inilah yang mempunyai pengaruh besar untuk menarik pengunjung agar berbelanja baik dalam toko daring maupun luring.

At present, the online shopping system is not a stranger to the community. The ease and practicality offered offers an attraction for the community. Nowadays people are interested and need something more practical, easy and fast. Therefore, there was an idea to design a shopping center that integrates online and ofine system. Some special facilities in this mall are presented so that mall visitors can shop easily according to their needs and conditions at that time, such as the facility to shop without having to get off the vehicle, picking up ordered items with drive thru systems, spending more privacy in the room, and enjoying some special technology to make it easier for visitors to shop. Visual perspectives were presented as an approach in designing this mall, because from the past until now, this has a great inuence to attract visitors to shop both online and ofine. A15

Berliani Ghea Ghassani

08111540000057

berlianighea97@gmail.com


56

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 A16

Visual Hibrida Perpustakaan Kafé

Visual Hybrid - Café Library

A16

Dika Praditya

Dosen Pembimbing

Collinthia Erwindi, ST., MT.

Luas Lahan

5.400 m

Luas Bangunan

±2.600 m2

08111240000059

2

dika.praditya0905@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

57

Perpustakaan kafe merupakan perpustakaan yang menggabungkan desain antara perpustakaan dengan kafe dengan tetap mengedepankan tujuan dan peranan perpustakaan. Tujuan pengembangan perpustakaan kafe ini adalah untuk dapat memberikan kesan baru pada perpustakaan berupa tempat yang nyaman, menyenangkan sehingga dapat menarik minat masyarakat untuk berkunjung, membaca koleksi yang tersedia sehingga mampu meningkatkan minat baca. Ruangan perpustakaan didesain seperti kafe dengan mengutamakan kenyamanan pengunjung serta penyediaan koleksi yang dapat menarik perhatian masyarakat untuk membacanya. Dengan metode hybrid dan analogi metafora, perpustakaan kafe ini perlu memperhatikan desain, lokasi, koleksi, ukuran dan bentuk ď€ sik bangunan. Pengembangan perpustakaan ini merupakan upaya untuk mengoptimalkan tugas pokok dan fungsi dari perpustakaan, meningkatkan minat baca masyarakat serta sebagai media interaksi sosial masyarakat. Library cafe is a library that combines the design of a library with a cafĂŠ while still promoting the purpose and role of the library. The purpose of developing a cafe library is to give a new impression of a library as a comfortable and fun place to attract people to visit and read the available collections so as to increase their reading interest, which will take effect in improving national intelligence. Library room is designed like a cafe which emphasizes comfort for visitor as well as provision of a collection that can attract people to read it. With the hybrid method and the metaphorical analogy, the cafe library needs to pay attention to the design, location, collection, size and physical shape of the building. The development of this library is an attempt to optimize the duties and functions of the library, to increase public interest as well as to serve as a social media of interaction.

A16

Dika Praditya

08111240000059

dika.praditya0905@gmail.com


58

Kompilasi Tugas Akhir 120

A17

Startup Center: Collaborative Space Startup Center: Collaborative Space

A17

Akhmad Dani Prasetya

Dosen Pembimbing

Irvansyah S.T., M.T.

Luas Lahan

10.000 m2

Luas Bangunan

5.000 m2

08111540000080

dadaniakhmad@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

59

Coworking space merupakan tempat strategis dalam memulai sebuah bisnis startup, hal ini dikarenakan tempat tersebut memiliki eksibilitas dalam hal ekonomi dan esien dalam memenuhi kebutuhan. Dari banyaknya pengguna coworking spcae maka terdapat potensi yang sebenarnya bisa dikembangkan sebagai ruang kerja komunal, yaitu coworking space memiliki pengguna dengan beragam latar belakang dengan keahlian masingmasing dan kolaborasi merupakan potensi yang mungkin terjadi dalam proses perkembangan startup.

2

Bangunan merupakan coworking space dengan konsep collaborative space, dengan meningkatkan intensitas interaksi yang terjadi antar individu yang dibentuk dengan cara membuat setting lingkungan dengan pendekatan Teori of Affordace dan dengan mencari hubungan setting lingkungan sik terhadap perilaku manusia. Dari perancangan ini diharapkan coworking space dapat melakukan kolaborasi untuk sebuah kartya inovatif. Coworking space is a strategic place in starting a startup business, this is because the place has exibility in economic terms and is efcient in meeting needs. Of the many coworking space user. there is a potential that can actually be developed as a communal workspace, namely coworking space has users with various backgrounds with their respective expertise and collaboration is a potential that may occur in the process of startup development. The Building is a coworking space with the concept of collaborative space, by increasing the intensity of interaction that occurs between individuals in a coworking formed by making environmental settings with the Theory of Affordance approach and by looking for the relantionship of physical environment settings to human behavior. From this design it is hoped that coworking space can collaborate for an innovative work

A17

Akhmad Dani Prasetya

08111540000080

dadaniakhmad@gmail.com


60

Kompilasi Tugas Akhir 120

A18

Desain Museum sebagai Stimulan Berjalan Kaki dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Museum Design as a Walking Stimulan with an Acrhitectural Behavior Approach

A18

Ilham Fryzendio Jamlean

Dosen Pembimbing

Dr. Dewi Septanti, S.Pd, ST, MT.

Luas Lahan

15.000 m

Luas Bangunan

10.000 m2

08111540000106

2

ilhamfjamlean@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

61

Konsep kota hijau merupakan sebuah jawaban dari menurunnya kualitas alam pasca revolusi industri. Kota-kota besar di dunia berlomba-lomba membangun peradabannya tanpa memikirkan efek samping yang dihasilkan, yakni berupa limbah partikulat karbon. Solusi untuk mengurangi emisi karbon yang berlebihan ialah menerapkan konsep transportasi hijau, salah satunya berjalan kaki. Kebergantungan pada kendaraan bermotor harus direduksi dan diganti dengan berjalan kaki. Namun, masyarakat Indonesia masih menganggap berjalan kaki sebagai suatu olahraga dari pada suatu kebutuhan untuk mengakses titik tertentu. Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu kebiasaan berjalan kaki, dirancanglah sebuah museum sebagai sarana untuk menstimulasi orang berjalan. Cara stimulasi yang dilakukan ialah dengan memanipulasi proksemik pengunjung dan menabrakkan antar proksemik tersebut.

The concept of a green city is an answer to the decline in the quality of nature after the industrial revolution. Big cities in the world are competing to build their civilization without thinking of the side effects that are produced, namely in the form of carbon particulate waste. The solution to reducing excessive carbon emissions is to apply the concept of green transportation, one of which is walking. Reliance on motorized vehicles must be reduced and replaced on foot. However, Indonesian people still consider walking as a sport rather than a need to access certain points. Therefore, to create a habit of walking, a museum is designed as a means to stimulate people to walk. The way stimulation is done by manipulating the proxemic visitors and crashing between the proxemics.

A18

Ilham Fryzendio Jamlean

08111540000106

ilhamfjamlean@gmail.com


62

Kompilasi Tugas Akhir 120

A19

Rumah Sewa Pekerja Pendatang Communal Housing of Migrant Workers

A19

Eva Yuliana

Dosen Pembimbing

Sarah Cahyadini, S.T., M.T., Ph.D.

Luas Lahan

5.000 m

Luas Bangunan

5.100 m2

08111540000022

yulianaeva581@gmail.com

2

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

63

Pe n i n g k a t a n e k o n o m i k o t a p a r a l e l d e n g a n meningkatnya arus urbanisasi. Pandangan bahwa kota sebagai satu-satunya tempat pengubah nasib menjadikan fenomena tersebut semakin kuat. Menyebabkan kota kian padat dan tergerusnya eksistensi pedesaan karena bergesernya SDM yang berkualitas ke arah kota serta desa sebagai rumah untuk tempat kembali. Sebuah permasalahan yang besar namun di sisi lain juga dapat memberikan keuntungan yang tidak kalah besarnya untuk kota. Pendekatan Perilaku digunakan dalam menemukan titik seimbang dimana manusia dapat membedakan antara ruang kerja dan ruang bertempat tinggal. Sehingga siklus dari desa ke kota kembali ke desa berjalan. Salah satu hal yang sangat dekat dengan kehidupan dari pendatang yaitu hunian. Bagaimana hunian dirancang dapat memberikan efek bagi para pekerja, untuk bekerja secara maksimal dan menjauhkan pekerja dari niatan untuk menetap di Kota. Maka objek yang dirancang adalah Hunian Komunal.

The economy of the city increases parallelly with the increasing of urbanization ow. The perception of the city as the only place to improve people’s quality of life makes the phenomenon stronger. Causing the city to become more crowded and the erosion of rural existence due to the shifting of human quality resources towards cities and villages as a home for a place to return to. A big problem but on the other hand could also provide beneď€ ts that are not less big for the city. The Behavior approach is used to ď€ nd a balanced point where humans can distinguish between work space and living space. So that the cycle from village to city returns to the village proceed. One case that is crucial to the lives of immigrants is housing. The way housing is designed can cause an effect on workers. This design is aimed to keep workers work optimally and stay in the village rather than living in the city. Then the object designed is Communal Housing.

A19

Eva Yuliana

08111540000022

yulianaeva581@gmail.com


64

Kompilasi Tugas Akhir 120

A20

Hunian Vertikal Bagi Pekerja di Kawasan Industri Dengan Pendekatan Ekokultur (Studi Kasus: Kawasan PIER Pasuruan) Vertical Occupancy for Workers in Industrial Estate with an Ecocultur Approach (Case Study: Pasuruan Pier Area)

A20

Dimas Yudha Pratama

Dosen Pembimbing

Dr. Dewi Septanti, S.Pd, S.T, M.T.

Luas Lahan

15.000 m2

Luas Bangunan

22.000 m2

08111540000105

dypratama97@gmail.com

Pasuruan, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

65

Perancangan bangunan rusun yang lebih memperhatikan kuantitas dan kurangnya perhatian terhadap pengguna sebagai objek rancang utama dalam desain, menyebabkan terjadinya cultural shock oleh penghuni dikarenakan terjadinya perbedaan pola lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan lamanya Pendekatan secara ekokultur dalam perancangan rusunawa merupakan langkah untuk mendesain bangunan lebih mengutamakan kenyaman dan fleksibitas pengguna, dalam konsep Ekokultur menekankan dua aspek yakni aspek ekologi dan kultur. Dimana mengutamakan potensi alam terhadap bangunan dan melihat perilaku dan kebiasaan budaya pada lingkungan awal. Sehingga bangunan dapat memberikan lingkungan yang lebih nyaman, sehat bagi pengguna dan dapat mengurangi cultural shock dikarenakan perbedaan lingkugan yang dari kebiasaaan masyrakat sebelumnya.

The design of flat buildings that pay more attention to the considerations of the users is the main of the design, causing a cultural overhaul by residents According to the arrangement in the rusunawa design, it is a step to design a building that prioritizes the comfort and flexibility of the user, in the concept of Ecoculture emphasizes two aspects that govern the ecological and cultural aspects. Where prioritizing the natural potential of buildings and seeing habits and culture in the initial environment. Allows buildings to provide a more comfortable, healthy environment for users and can reduce cultural shock due to environmental differences from previous community habits.

A20

Dimas Yudha Pratama

08111540000105

dypratama97@gmail.com


66

Kompilasi Tugas Akhir 120

A21

Banjarmasin, Indonesia Pasar Terapung Berkelanjutan untuk Mendorong Pembangunan Ekonomi yang Berkesinambungan Bagi Masyarakat Sustainable Floating Market to Foster Sustained Economic Development for the Community

A21

M Ridha Tantowi

Dosen Pembimbing

Wawan Ardiyan Suryawan, ST., MT.

Luas Lahan

20.000 m

Luas Bangunan

20.000 m2

08111440000070

2

ridhatantowi@gmail.com


Kompilasi Tugas Akhir 120

67

Banyak wisatawan baik nasional maupun internasional tertarik pada tujuan wisata yang unik. Karena jumlah wisatawan meningkat, kemudian ada masalah besar yang muncul yang berkaitan dengan keberlanjutan sebuah destinasi wisata, seperti dampak lingkungan, masalah sosial, atau hingga tentang bagaimana masyarakat lokal dapat memperoleh manfaat dari pasar terapung ini. Tugas akhir ini bertujuan untuk membantu menjadikan satu-satunya pasar terapung di Indonesia ini menjadi berkelanjutan yang melibatkan faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi. Lebih khusus lagi, solusi yang dapat mengarahkan destinasi ekowisata ini menjadi salah satu yang dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan bagi masyarakat lokal melalui arsitektur.

Many tourists both national and international are interested in this unique tourism destination. As the number of tourist is increasing, there is an important issue that arise which is regarding the sustainability of the tourism destination, such as environmental impacts, social issues, or particularly on how local community could benet from this oating market that is being the main focus of this nal project. This nal project aims to help making the one and only oating market in Indonesia to be sustainable one that involve environmental, social, and economics factor. More specically, the solution that can lead this eco-tourism destination into the one that can generate more income for local community through architecture.

A21

M Ridha Tantowi

08111440000070

ridhatantowi@gmail.com


68

Kompilasi Tugas Akhir 120

A22

Rumah Susun Keputih : Hunian Vertikal dengan Pendekatan Inklusif Rumah Susun Keputih : Vertical Housing with Inclusive Approach

A22

Himmatul Azizah Almina

Dosen Pembimbing

Dr. Eng. Ir. Sri Nastiti N.E, M.T.

Luas Lahan

15.000 m

Luas Bangunan

19.500 m2

08111540000003

2

himmazimi@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

69

Penggusuran seringkali terjadi pada masyarakat marginal yang tinggal di wilayah pengembangan non-permukiman, yang kemudian mereka diberikan solusi untuk pindah ke rusun milik pemerintah. Namun banyak dari mereka menolak untuk dipindah ke rusun karena harus beradaptasi dengan lingkungan yang vertikal dan keresahan akan terancamnya akses ekonomi. Untuk itu perlu perbaikan dalam pembangunan rusun agar tetap mendukung akses ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat yang akan dipindahkan dengan cara menciptakan lingkungan yang inklusif. Rumah susun Keputih diperuntukkan untuk MBR dan dirancang dengan memperhatikan 4 aspek, yaitu responsive, adaptable, accessible, dan secure. Kriteria tersebut diwujudkan dengan menyesuaikan ruang gerak tanpa terkecuali kelompok berkebutuhan khusus seperti difable dan lansia. Menyediakan ramp pada setiap gedung dan handrails dibeberapa unit khusus dan menyediakan ruuang ekonomi untuk memberikan akses ekonomi para penghuni rusun Eviction often occur in marginalized communities that living in non-residential development areas. which they give a solution to move to the government at. But many of them refused to moved to the at because they had to adapt to the vertical environment and anxiety would threaten to improve the development of ats to keep supporting economic, social, and cultural community that is moved by creating and inclusive environment. Keputih Flats are reserved for low income communities and designed with intend to 4 aspects, those are responsive, adaptable, accessible, and secure. The criteria are realized for adapt the space of various groups no exception for special needs groups such as peoplr with disabilities and elderly people. Providing ramps in each building and handrails in some of units and providing economic space to provide economic access for at users. A22

Himmatul Azizah Almina

08111540000003

himmazimi@gmail.com


70

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 A23

Re-Development Kampung Nelayan Bulak dengan Konsep Waterfront City Re-Development Kampung Nelayan Bulak with Waterfront City Concept

A23

Rahadian Aryo

Dosen Pembimbing

Ir. Rullan Nirwansjah, M.T.

Luas Lahan

Âą 17.000 m

Luas Bangunan

Âą25.000 m2

08111540000109

2

rahadianaryo97@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

71

Permukiman kumuh merupakan sebuah permasahalan yang kerap terjadi pada kota-kota besar tidak terkecuali di Kecamatan Bulak Surabaya. Permukiman kumuh merupakan kawasan hunian masyarakat yang tidak memenuhi standar minimum kelayakan dari sebuah hunian. Daerah pesisir merupakan salah satu lokasi sering ditemukannya permukiman kumuh. Penyebabnya adalah karena merupakan area pinggiran kota, dekat dengan peraiaran, dan tingkat kepadatan bangunan yang sangat tinggi, terutama bangunan hunian.

2

Dengan konsep Re-Development dan Waterfront City, kawasan permukiman yang kumuh dapat ditata ulang kembali sehingga dapat membuka lahan baru untuk memenuhi kurangya ruang beraktivitas masyarakat setempat. Menggunakan pendekatan Human Behavior, ruang dan bangunan yang terbentuk pada penataan lahan yang baru merupakan jawaban dari setiap aktivitas yang biasa dilakukan masyarakat sekitar sebagai warga pesisir.

3

Slums are a problem that often occurs in big cities, including in Kampung Bulak, Surabaya. Slum settlement is a residential area that does not meet the minimum standards of feasibility of a dwelling. The coastal area is one of the locations where slums are often found. The reason is because it is a suburban area, close to the sea, and a very high level of building density, especially residential buildings.

4

With the concept of Re-Development and Waterfront City, slum settlements can be rearranged so that they can open up new land to meet the lack of space for the activities of the local community. Using the Human Behavior approach, the space and buildings formed in the new land arrangement are the answers to every activity commonly carried out by the surrounding community as coastal residents. A23

Rahadian Aryo

08111540000109

rahadianaryo97@gmail.com


72

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 A24

Pemukiman Pringgomukti: Living with Disaster Pringgomukti Setttlement : Living with Disaster

A24

Lili Kurnia Farhana

Dosen Pembimbing

Ir. Purwanita Setijanti, M.Sc., Ph.D.

Luas Lahan

8.000 m

Luas Bangunan

3.765 m2

08111540000007

2

lilifarhana07@gmail.com

Yogyakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

73

Memperoleh keamanan bermukim merupakan hak setiap masyarakat.Namun bagi kalangan masyarakat kota yang tinggal “menumpangâ€? di tanah milik orang lain akan sangat rentan terhadap penggusuran seperti yang terjadi pada masyarakat Paguyuban Pringgomukti. Masyarakat yang terkena penggusuran membutuhkan tempat baru untuk bermukim kemudian mendapatkan lahan di daerah yang memiliki potensi terjadinya bencana. Perancangan permukiman tanggap bencana dalam hal ini diperlukan agar timbul rasa aman dalam bermukim bagi masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan sosial, ekonomi, budaya serta keadaan lahan tempat pemukiman baru akan dirancang. Pendekatan perilaku manusia diterapkan dalam objek rancang. Dalam pembentukan permukiman baru hal yang paling utama untuk dipertimbangkan adalah penghuninya sehingga segala kebutuhan dapat terpenuhi baik kebutuhan ď€ sik maupun psikis. Security of living is the right of every community, but for urban people who occupy land owned by others, they are vulnerable to eviction as happened in the community of Paguyuban Pringgomukti. The people affected by eviction need a new place to settle and then get land in disaster-prone areas. Designing disaster response settlements in this case is needed in order to create a sense of security in settling in the community. In moving the community there are several things that need to be considered such as the social, economic, and cultural conditions that already exist in the community. In addition, another thing that must be considered is the condition of the land where the new settlement will be formed.Disaster response settlements are designed with human behavior approach that considers users in resettlements the most important thing is the occupants so that all needs are met with both physical and psychological needs.

A24

Lili Kurnia Farhana

08111540000007

lilifarhana07@gmail.com


74

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 A25

Rumah Siaga: Hunian Temporer Kampung Kota

Jakarta, Indonesia

Rumah Siaga: Temporary Dwelling in Urban Squatter

A25

Dosen Pembimbing

Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, Ph.D.

Luas Lahan

16.900 m (termasuk lahan ilegal sebesar 5.872 m )

Luas Bangunan

7.500 m2 (sebelum); 1.500 m2 (setelah)

Vina Alď€ a Nikmatul Azizah

08111540000091

2

alď€ avina@gmail.com

2


Kompilasi Tugas Akhir 120

75

Lonjakan penduduk yang tidak terkendali akibat urbanisasi, meningkatkan angka kebutuhan tempat tinggal di perkotaan. Minimnya aksesibilitas ke perumahan formal memaksa masyarakat berpenghasilan rendah untuk tinggal di permukiman kumuh dan liar. Terkait dengan permasalahan waktu menetap, arsitektur, khususnya rumah tinggal, berpengaruh terhadap seberapa lama penghuni dapat menetap.

2

Didasari pada perubahan tipologi arsitektur sebagai optimalisasi waktu huni di perkotaan, arsitektur Rumah Siaga menjadi hunian temporer yang terikat dengan skenario waktu. Hidup sebagai hunian selama 8 tahun, dan hidup kembali sebagai urban sculpture setelahnya. Eksperimentasi berupa kolase material; sistem mekanis; struktur ketukangan khusus; serta program yang minim potensi ekspansi ruang menjadi respon dalam menentukan umur arsitektur ini.

3

Uncontrolled population surge due to urbanization, increases the number of housing needs in urban areas. The lack of accessibility to formal housing forces low-income people to live in slums and squatters. Regarding the problem of time to live, architecture, especially dwelling, affects how long architecture can be inhabited.

4

Based on changes in architectural typology as an optimization of occupancy time in urban areas, Rumah Siaga becomes temporary dwelling that is bound by the time scenario. Live as a dwelling for 8 years, and revive as an urban sculpture afterwards and so on. Experiments in the form of material collages; mechanical systems; special craftsmanship structures; and programs that have minimal potential of expansion space are responses in determining the age of this architecture.

A25

Vina Alď€ a Nikmatul Azizah

08111540000091

alď€ avina@gmail.com


76

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

77


78

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

02 Biophilic Transitional Spaces Environment pada Apartemen Anti-Asmagen

08111540000061 Hana Muthiara Sari hanamuthiara@ymail.com

03 Peranan Arsitektur dalam

Mengatur Ritme Sirkadian Tubuh Manusia 08111540000069 Lazuardi Istiqlal lazuardistiqlal@gmail.com

79


80

Kompilasi Tugas Akhir 120

18 Re-desain Pasar Ikan Nelayan

Juwana, Pati, Jawa Tengah: Sebagai Tempat Komunikasi Konservasi Perairan 08111540000038 Ning Miranti rantining@gmail.com


Kompilasi Tugas Akhir 120

81


82

Kompilasi Tugas Akhir 120

B01

Visualisasi Elemen Waktu dengan Kinetic Facade pada Kantor Sewa Visualisasi Elemen Waktu dengan Kinetic Facade pada Kantor Sewa

B01

Lucretia Debora

Dosen Pebimbing

Rabbani Kharismawan, S.T., M.T.

Luas Lahan

12.200 m

Luas Bangunan

57.600 m2

08111540000063

2

lucretiadeb@gmail.com

Jakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

83

Pegawai kantor seringkali tidak sadar akan berjalannya waktu saat bekerja di dalam ruang kerja, sehingga experience of time dari pegawai kantor merupakan isu utama pada rancangan ini. Elemen penanda waktu berupa cahaya maupun aktivitas luar objek rancang (aktivitas lingkungan sekitar tapak) yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menunjukan waktu saat itu, dijadikan pertimbangan utama dan dihadirkan pada ruang kantor melalui visualisasi. Visualisasi cahaya sebagai penanda waktu pada objek rancang salah satunya adalah dengan penggunaan kinetic facade yang responsif terhadap posisi dan perpindahan matahari, sedangkan aktivitas luar divisualisasikan dengan orientasi dan gubahan bentuk yang mengacu pada titik-titik aktivitas di sekitar tapak yang menggambarkan waktu seperti y over, pedestrian way, dan pelican crossing atau penyebrangan, sehingga pengguna dapat menyaksikan aktivitas di titik-titik tersebut.

There are times when ofď€ ce workers don't realize how the time pass when they are working in the room, so that experience of time is the main issue of the design.

4

Time elements in the form of daylight and outside activities, that directly or even indirectly presents the time, be the main consideration of the design and being presented in the room trough visualization. The visualization of the daylight as the time presenter is the kinetic facade application, which responds to the sun postion and movement, while the outside activities being presented with the orientation also massing and shaping that oriented to the outside activities points that presents the time such as the activity on the y over, pedestrian way, and the pelican crossing, so that users can see the activities on those places.

B01

Lucretia Debora

08111540000063

lucretiadeb@gmail.com


84

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 B02

Biophilic Transitional Spaces pada Apartemen Anti-Asmagen Biophilic Transitional Spaces in Anti-Asthmagen Apartment

B02

Hana Muthiara Sari

Dosen Pebimbing

Dr. Ir. Asri Dinapradipta, M.B.Env

Luas Lahan

15.000 m

Luas Bangunan

67.500 m2

08111540000061

2

hanamuthiara@ymail.com

Jakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

85

Faktor lingkungan penyebab asma (asmagen) pada apartemen dari segi sik yaitu kualitas udara yang buruk karena polutan dan debu serta ventilasi dan paparan sinar matahari yang kurang. Sedangkan dari segi psikis yaitu dimensi ruang, pencahayaan alami, dan outdoor & communal space yang kurang yang menyebabkan stres. Pendekatan yang digunakan adalah biolik, yang mampu meningkatkan health & well-being pengguna dengan menghadirkan unsur alam pada apartemen. Biolik diterapkan melalui transitional spaces yang merupakan area transisi yang dibutuhkan terutama untuk penderita asma. Penerapan biolik dalam desain berupa sirkulasi terpusat, green façade, cross ventilation, tipe hunian dupleks, dan interior dari objek rancang. Dan biophilic transitional spaces yang dihadirkan berupa taman, atrium, skygarden, skywalk, dan balkon. tetap terjaga.

Environmental factors of asthma triggers in apartment physically are bad air quality which caused by pollutants, dusts, and the lack of sunlight. And the psychological factor are small dimension of such spaces and the lack of natural light, outdoor and communal space, which create stressful environment. The approach used is biophilic, which can improve users’ health and well-being by adding natural elements in the apartment. Biophilic is applied through the play of transitional spaces, which are the transitional areas needed especially for asthmatics. The application of biophilic in design such as centralized circulation, green façade, cross ventilation, duplex unit type, and interior of the apartment. And the biophilic transitional spaces proposed are park, atrium, skygarden, skywalk, and balcony.

B02

Hana Muthiara Sari

08111540000061

hanamuthiara@ymail.com


86

Kompilasi Tugas Akhir 120

B03

Peranan Arsitektur Dalam Mengatur Ritme Sirkadian Tubuh Manusia The Role of Architeture in the Process of Circadian Rhytms of the Human Body

B03

Lazuardi Istiqlal

Dosen Pembimbing

Johanes Krisdianto, S.T., M.T.

Luas Lahan

6.640 m

Luas Bangunan

7.218 m2

08111540000069

2

lazuardistiqlal@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

87

Objek arsitektur yang diusung adalah hunian yang berorientasi penuh pada pergerakan matahari. Dengan memanfaatkan pergerakan matahari dan bayangan yang dihasilkan, arsitektur mampu mengendalikan aktivitas yang dilakukan oleh para pengguna. Sehingga keuntungan dari fasilitas ini dapat bermanfaat bagi para penghuninya dan bisa menjadi tren arsitektur baru. Arsitektur ini diharapkan menjadi sebuah fasilitas alternatif bagi pekerja. Dengan mengatur pola tidur sehingga sekresi hormon menjadi normal. Dampak yang akan dirasakan bagi pengguna arsitektur adalah keteraturan jadwal hidup.

The architectural object that is carried is a residential that is fully oriented to the movement of the sun. By utilizing the movements of the sun and shadows produced, the architecture is able to control the activities carried out by the users. So that the beneď€ ts of this facility can be beneď€ cial for its residents and can become a new architectural trend. This architecture is expected to be an alternative facility for workers. By regulating sleep patterns so that hormone secretions become normal. The impact that will be felt for architectural users is the regularity of life schedules.

B03

Lazuardi Istiqlal

08111540000069

lazuardistiqlal@gmail.com


88

Kompilasi Tugas Akhir 120

B04

Amphibious House Sebagai Solusi Permukiman Terdampak Banjir Rob Pekalongan Amphibious House as a Solution for Residential Area Affected of Rob Flood Pekalongan

B04

Salsabila Adelia Putri

Dosen Pembimbing

Wahyu Setyawan, ST., MT.

Luas Lahan

15.780 m

Luas Bangunan

7.235 m2

08111540000036

2

salsabilaadelia@gmail.com

Pekalongan, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

89

Banjir rob yang melanda Kota Pekalongan setiap tahunnya menyebabkan kerusakan pada rumah w a r g a . Ke r u s a k a n i n i j u g a m e n y e b a b k a n kekumuhan pada lingkungan perumahan. Dengan sifat banjir rob yang memiliki ketinggian dan durasi genangan yang tidak pasti, didesainlah penyelesaian berupa rumah yang dapat bertahan ketika banjir melanda. Rumah ambi dibangun menggunakan material yang ringan serta ramah lingkungan, serta terinsulasi, sehingga bagian dalam tidak akan terasa panas di siang hari. Pada bagian bawah bangunan, dipasangkan sistem pengapung, dan terdapat bak penampung air banjir, dan bangunan diikatkan pada tiang penahan agar bangunan tidak terbawa arus air ketika terapung. Pada sehari-harinya, rumah berdiri diatas tanah, namun ketika banjir datang dan air sudah menggenang cukup tinggi, rumah akan mulai terapung.

Rob ooding hits Pekalongan City every year, thus causing casualties on residential housings. Other than personal casualties, damaged houses would cause the affected area to look like slums. With the rob ood's unpredictable elevation and duration, a design for houses that could withstand those challenges must be made. Amphibious house is built from lightweight and ecofriendly materials, also insulated, making the house stays cool even in a hot day. A oating system is installed beneath the house, and a room to contain the ood water is made. The houses are xed on posts so that when the building oats, it would not get swayed by the water's ow. On daily basis, the house lies on the ground as usual, but when water starts ooding, the house would oat according to the water's height.

B04

Salsabila Adelia Putri

08111540000036

salsabilaadelia@gmail.com


90

Kompilasi Tugas Akhir 120

B05

Dynamic Site: Merekam Siklus Erupsi

Yogyakarta, Indonesia

Dynamic Site: Recording Eruption Cycle

B05

Pandu Ramadan

Dosen Pembimbing

FX Teddy Badai Samodra, ST., MT. Ph.D.

Luas Lahan

9.932,5 m

Luas Bangunan

4.693 m2

08111540000070

2

ket.ketpandu@gmail.com


Kompilasi Tugas Akhir 120

91

Sebagai salah satu gunung api teraktif di dunia, Merapi memiliki waktu tidur berkisar 1 hingga 2 tahun. Di tengah risiko erupsi yang mengancam, berkembang jenis pariwisata dengan perubahan kondisi lingkungan pra dan pasca erupsi sebagai daya tarik utama. Maka dari itu, perlu adanya fasilitas yang dapat menunjang potensi pariwisata tesebut yang dapat memberikan pengalaman perubahan kondisi praketika-pasca erupsi dengan tetap memperhatikan keselamatan penggunanya. Fungsi hotel dipilih karena sesuai dengan permasalah yang ada. Dengan menganalisis aspek ď€ sik dan sosial yang ada, terutama perubahan kondisi pra-ketikaerupsi, sehingga dapat direspon untuk menghasilkan desain yang dapat merekam ketiga kondisi tersebut dan memberikan pengalaman baru bagi penggunanya.

As one of the most active volcano in the world, Merapi have sleeping time around 1 to 2 years. Although volcano hazard around it, the new kind of tourism has been developed with environment change in between, before and after eruption as the main interest. And by that, the facility that can support the tourism potential and also can give new experience of environment’s condition change around pre-eruption-post while still considers the user safety is needed. Hotel function chosen because of it relation with the problem. By analyzing of physical and social aspect on it, mainly environment change around preeruption-post, so that can response to make design that can according the three conditions before and give the new experience for users.

B05

Pandu Ramadan

08111540000070

ket.ketpandu@gmail.com


92

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 B06

Arsitektur Sebagai Wadah Edukasi Terhadap Alam Melalui Order Bakteri Fermentasi Architecture As A Place For Nature Education Though of Order Bacteria Fermentation

B06

Attiya Arrum Sari

Dosen Pembimbing

Ir. Purwanita Setijanti M.Sc. Ph.D

Luas Lahan

14.000 m2

Luas Bangunan

6.035 m2

08111540000086

attiya.arrum@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

93

Perancangan arsitektur pada umumnya mengunakan analogi bentuk untuk menyusun bagunan berdasarkan alam. Dalam proyek ini penyusunan ruang dan bentuk mengunakan order (tatanan) terbentuknya bakteri pada keadaan fermentasi. Order dan tatanan bakteri ini di experimentasi mengunakan Cellular automata. Cellular automata memungkinkan untuk membentuk susunan satu sel untuk hidup dan untuk mati bedasarkan aturan tumbuh dan berkembangnya bakteri tersebut. Dalam hal ini aturan yang di dapatkan merupakan hasil experiment bakteri fermentasi (probiotik) selama 4 minggu. Kemudian dianalisis patern yang merupakan fase lonliness, birth, dan overpopulate. Metode cellular automata sendiri merupakan metode yang terus berulang sehingga untuk mencapai suatu titik maka metode pengulangan ini harus memiliki parameter. Sehingga metode ini memiliki 2 plaform yang dapat di gabungkan yaitu parametrik dan pergantian reklusif.

In general arcitecture design which use a nature in design with analogi form. This project trieda as use an nature as an implementer of order performing the bacterian in fermentasion process. The order of bacterian was exprimented in Cellular automata method. Cellular automata is a method to perform of order the growth and death a cell that collerate with their neighborhood based on the rule of that bacteria. The rules of bacteria was obtained by the experiment of bacteria fermentation (probiotic) for 4 week. After that, the experiment was analayzed patern and grouped in 3 fase that is; lonliness, birth, and overpopulate. Cellular automata nethod is a method that always recur perfoming of the patern over and over, until the patern was stopped by a parameter. As result, this method was inculded by 2 platfrom of method that can be combine that is; parametrik method and reclusive change method. B06

Attiya Arrum Sari

08111540000086

attiya.arrum@gmail.com


94

Kompilasi Tugas Akhir 120

B07

Bandar Udara Kargo Buleleng dengan Pendekatan Ekologi Buleleng Cargo Airport with Ecology Approach

B07

Prayogo Widyarangga

Dosen Pembimbing

Dr. Eng. Ir. Sri Nastiti N.E, M.T.

Luas Lahan

25.000 m

Luas Bangunan

7.270 m2

08111540000052

2

widyarangga20@gmail.com

Buleleng, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

95

Kabupaten Buleleng, Bali bagian utara memiliki potensi dari segi agriculture yang dapat dikembangkan sebagai kekuatan ekonomi daerah. Namun distribusi tersebut tidak dilakukan secara maksimal karena keterjangkauan yang cukup jauh dari pusat perekonomian di Kota Denpasar, Bali bagian selatan. Pendekatan ekologi dipilih karena untuk menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan sekitar dan memperhatikan aspek kebutuhan ď€ siologis dan psikologis penggunanya.

2

Konsep utama perancangan ini berfokus pada 2 hal yaitu bangunan yang ramah lingkungan dan selaras dengan alam. Penerapan bukaan dari kisi-kisi pada setiap sisi terminal sebagai penghawaan alami, penggunaan pencahayaan alami dari konsep direct daylight pada atap, penyisipan unsur tanaman pada desain interior, dan kolam air yang mengelilingi terminal terintegrasi dengan berbagai fungsi menjadi hal yang ditonjolkan bandar udara kargo .

3

Buleleng District in North Bali has potential in terms of agriculture that could cultivated as regional economic strength. However, that distribution was not optimally carried out because it is located quite far from the central business district in Denpasar, South Bali. The ecology approach had been chosen because it aims to maintain the balance of the surrounding ecosystem environment and pay attention to the aspects of the physiological and psychological needs of users.

4

The main concept in this design focus on two things; the building should be eco-friendly and in harmony with nature. The application of open grating on each side of the terminal become a natural ventilation, the use of natural lighting from direct daylight concept on the roof, plant element insertion in the interior design, and the pool around the terminal which is integrated with many functions are becoming a highlight in the design of cargo airport.

B07

Prayogo Widyarangga

08111540000052

widyarangga20@gmail.com


96

Kompilasi Tugas Akhir 120

B08

Kamarahayu: Arsitektur Sebagai Sarana Kesehatan Kamarahayu: Architecture as Wellness Facility

B08

Dosen Pembimbing

Nur Endah Nufď€ da S.T., M.T.

Luas Lahan

121.347 m2

Luas Bangunan

14.592 m2

Josephin Dian Agaprilianis Manao

08111540000100

dianmanao@gmail.com

Bali, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

97

Po la hi dup sehat perl u di la kuk an denga n pendekatan yang menarik untuk mempermudah masyarakat dalam memulainya. Salah satu cara yaitu dengan menerapkan pendekatan pola hidup sehat dalam suatu konsep wisata, berupa wisata minat khusus. Wisata minat khusus merupakan program yang tengah dikembangkan pemerintah, salah satunya berupa wisata kesehatan dan kebugaran (Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2015). Respon arsitektur yang dihadirkan berupa Hotel Resort and Spa dengan pendekatan fenomenologi. Hasil akhir dari perancangan ini diharapkan menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam perencanaan tata ruang kawasan wisata yang mampu mendorong pengembangan wilayah sekaligus sebagai alat pemacu pertumbuhan wilayah dan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.

A healthy lifestyle needs to be done with an interesting approach to make it easier for the community to start. One way is to apply a healthy lifestyle approach in a tourism concept, in the form of special interest tours. Special interest tourism is a program being developed by the government, one of which is health and ď€ tness tourism (Ministry of Internal Affairs of the Republic of Indonesia, 2015). The response of the architecture presented is in the form of Resort and Spa Hotels with a phenomenology approach. The ď€ nal results of this design are expected to be one of the basic considerations in spatial planning of tourism areas that are able to encourage regional development as well as a tool to support the regional growth and improving socio-economic welfare. B08

Josephin Dian Agaprilianis Manao

08111540000100

dianmanao@gmail.com


98

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 B09

Musical Architecture as a Composer of Noise: Menggubah Kebisingan Pinggir Rel Kereta Api Musical Architecture as a Composer of Noise: Composing Railway Side Noise Dosen Pembimbing FX Teddy Badai Samodra, S.T., M.T., Ph.D.

B09

Imelda Gita

2

Luas Lahan

5.000 m

Luas Bangunan

4.200 m2

08111540000030

imelda.gitan@gmail.com

Malang, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

99

Kebisingan merupakan salah satu hal umum yang selalu dihadapi oleh masyarakat kota, sebagai contoh Kota Malang yang memiliki banyak daerah kumuh yang dibangun di bantaran rel kereta api. Penduduk daerah tersebut tentu berpotensi mendapatkan paparan kebisingan yang dihasilkan oleh pergerakan kereta dan moda transportasi darat. Intensitas tinggi ini dapat meningkatkan potensi tuna rungu hingga permanen. Memertimbangkan hal ini, arsitektur mampu membantu menjembatani antara kebutuhan ruang penghuni dan kebisingan yang tidak dapat dipindahkan. Desain ini berusaha menyusun kebisingan tinggi ke dalam white noise dengan menggunakan metode musical architecture, rancangan ini mencoba untuk membuat permukiman dapat tetap ditempatkan di sisi area radiasi suara yang tinggi, dan membuat jalan kereta api menjadi memungkinkan untuk menjadi daya tarik masyarakat dan wisatawan di Malang.

Noise is a general thing that people always face. In several cities like Malang, there are many kind of slums built on the railroad tracks. The people in that area have the potential to receive the noise radiation that was built from the rail road and the train wheels friction, the bell train. High intensity from this occurrence can lead to temporary deaf or permanently deaf. Consider to this, architecture will help to minimize the radiation caused by noise, and its risk to the people by composing noise to reach human comfort noise. The Design is trying to manage noise with high intensity into the white noise. The design is trying to built a suitable settlement although the area has a high intensity of noise, and make the wailroad to become an attracting area at Malang using the musical architecture method.

B09

Imelda Gita

08111540000030

imelda.gitan@gmail.com


100

Kompilasi Tugas Akhir 120

B10

Para-Aves Tower: Kemampuan Spasial dalam Ruang Anti-Gravitasi Para-Aves Tower: Spatial Ability in Anti-Gravity Space

B10

Sanders Budiman Husein

Dosen Pembimbing

Wahyu Setyawan, ST., MT.

Luas Lahan

19.473 m

Luas Bangunan

Undeď€ ned

08111540000095

2

sanders7800@gmail.com

Jakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

101

Pada dasarnya manusia telah digariskan untuk selalu berjalan di daratan, bukan bebas seperti burung. Hal ini berhubungan dengan adanya gaya gravitasi pada permukaan bumi. Berkembangnya teknologi menjadikan manusia berlomba-lomba untuk melawan gaya gravitasi tersebut dengan berbagai cara. Namun, dari semua usaha tersebut terlihat jika arsitektur tidak memiliki peran yang lebih dari sebuah wadah mesin raksasa, padahal arsitektur memiliki peran dalam menstimulasi kondisi antigravitasi itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam proposal ini mengangkat isu, yaitu Kemampuan Spasial Dalam Ruang Anti-Gravitasi. Isu ini akan ditranslasikan dalam arsitektur, dengan hasil akhir berupa stimulan PARAllax dan PARAlyzed, stimulan dalam kondisi anti-gravitasi.

Basically humans have been outlined to always walk on land, not free like birds. This is related to the presence of gravitational forces on the surface of the earth. The development of technology makes people compete to ď€ ght the gravitational force in various ways. However, from all these efforts it can be seen that architecture does not have a role that is more than a giant engine container, even though architecture has a role in stimulating the anti-gravity conditions themselves. Therefore, this proposal raises the issue, namely Spatial Ability in Anti-Gravity Space. This issue will be translated into architecture, with the end result being PARAllax stimulants and PARAlyzed, stimulants under anti-gravity conditions.

B10

Sanders Budiman Husein

08111540000095

sanders7800@gmail.com


102

Kompilasi Tugas Akhir 120

B11

Fluida Kolam Interaksi Air

Surabaya, Indonesia

Fluid of Water Interaction Pool

B11

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Totok Noerwasito, MT

Luas Lahan

19.500 m

Luas Bangunan

14.000 m2

Raihan Haitsam Jatmika Pureta

08111540000112

2

raihanhjp@gmail.com


Kompilasi Tugas Akhir 120

103

Pada Waterpark, air yang merupakan komoditas utama dari arsitektur ini dapat dimanfaatkan potensinya dengan mengeksplor kemungkinan dari karakter air. Tujuan untuk memenuhi kebutuhan sensasional pada pengunjung dapat kembali terarah tertuju pada air, tidak lagi bergeser pada Slides/ Attractions furniture. Ruang yang kontinyu dapat membentuk ruang gerak yang dinamis pada pengunjung Waterpark. Explorasi mengenai bagaimana interaksi terjadi dan cara mencapai interaksi dilakukan guna mengembangkan ‘Arsitektur Air’ tercipta. Interaksi antar keduanya dibagi menjadi tiga jenis yakni interaksi sik, non sik dan sik tidak langsung. Tiga jenis interaksi tersebut menjadi pertimbangan pembentukan program ruang yang dibutuhkan. Rancangan ini selanjutnya memberikan bukti posibilitas arsitektur dalam mengimbangi potensi interaksi Air dan Manusia melalui sirkulasi gerak yang dinamis.

On Waterpark, water which is the main commodity of this architecture can be exploited by its potential by exploring the possibilities of water character. The aim to meet sensational needs for visitors can be directed towards water, no longer shifting to the Slides / Attractions furniture. Continuous space can form a dynamic space for visitors in the Waterpark. Exploration of how interactions occur and how to achieve interactions is done to develop the 'Water Architecture' created. Interactions between the two are divided into three types, namely physical, non-physical and indirect physical interactions. The three types of interactions are considered as the formation of the required space program. This design further provides evidence of architectural reliability in offsetting the potential of Water and Human interactions through dynamic circulation of motion.

B11

Raihan Haitsam Jatmika Pureta

08111540000112

raihanhjp@gmail.com


104

Kompilasi Tugas Akhir 120

B12

AGRITECTURE : Desain Agropolis untuk Ketahanan Pangan Perkotaan AGRITECTURE : Agropolis Desain for City Food Defense

B12

Diana Celia Putri

Dosen Pembimbing

Wahyu Setyawan, ST., MT.

Luas Lahan

10.000 m

Luas Bangunan

16.971 m2

08111540000083

2

dianaceliaputri@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

105

Bangunan ini adalah bangunan agrikultur di tengah kota yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon yang diakibatkan oleh distribusi yang tidak efektif dari desa kekota. Selain itu, bangunan ini juga bertujuan untuk menarik minat untuk bertani bagi masyarakat karena Indonesia sudah mulai kehilangan ciri agrarisnya. Lokasi yang dipilih adalah Jalan Tunjungan di sebelah Majapahit. Lokasi ini dipilih karena eksposurnya yang luas dan berada di jalan utama. Dengan menggunakan pendekatan arsitektur hijau, bangunan ini mengikuti enam prinsip yang diusung oleh Robert dan Brenda Vale. Mempertimbangkan human experience sebagai basis desain agar bangunan dapat mengedukasi masyarakat bagaimana bercocok tanam di perkotaan melalui alur yang didesain pada bangunan.

This building is an agricultural building in the middle of the city that aims to reduce carbon emissions caused by ineffective distribution of villages in the city. In addition, this building also aims to attract interest in farming for the community because Ind on e si a has b egun to l o se it s ag ra rian characteristics. The chosen location i s the Tunjungan road next to Majapahit. This location was chosen because of its extensive exposure and on the main road. Using a green architecture approach, this building follows the six principles promoted by Robert and Brenda Vale. Consider human experience as a design basis so that buildings can educate the public how to grow crops in cities through sequence designed in buildings.

B12

Diana Celia Putri

08111540000083

dianaceliaputri@gmail.com


106

Kompilasi Tugas Akhir 120

B13

Ekshibisi Agrikultur Urban: Sebuah Model Ruang Pertanian dalam Kota Urban Agriculture Exhibition: A Model of Agricultural Space in the City Dosen Pembimbing Luas Lahan Luas Bangunan

B13

Rizaldi Miftahul Firdausi

08111540000071

Angger Sukma Mahendra, S.T., M.T. 15.000 m2 13.271 m2

rizalarchiits@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

107

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian masyarakat terhadap permasalahan agrikultural kian meningkat. Masyarakat semakin sadar bahwa makanan yang tersaji di atas meja makan mereka tidak eksis secara instan. Di sisi lain, mereka pun sadar area sumber makanan mereka semakin mengecil. Dari sana lah kemudian muncul konsep tipologi arsitektur-agrikultur baru, vertical farm. Permasalahannya adalah saat ini masih belum cukup teknologi yang memungkinkan tipologi ini untuk eksis. Namun bagaimana jika yang terbentuk adalah sebuah tipologi transisi yang bertujuan memperkenalkan konsep pertanian modern ini Ide perancangan muncul dari kebutuhan bagi masyarakat kota untuk mengenal kembali sistem pertanian melalui arsitektur. Dengan begitu sebuah konsep baru ekshibisi pertanian terwujud. Dengan menggunakan metode ‘alienasi iklim’, tipologi ini dapat menjadi tolok ukur vertical farm masa depan.

In recent years, public concern about agricultural problems has increased. People are increasingly aware that the food served on their table does not exist instantly. On the other hand, they also realized their area of food source is getting smaller. From there came new concept of architecture-agriculture typology, vertical farm. The problem is that currently the technology that can make this typology to be existance is not sufď€ cient just yet. But what is formed is a transitional typology that aims to introduce the concept of that particular modern agriculture. The design idea came from the need for urban communities to understand the agricultural system through architecture. Thus a new concept of agricultural exhibition is formed. By using the 'climate alienation' method, this typology can be a benchmark for the future of vertical farms.

B13

Rizaldi Miftahul Firdausi

08111540000071

rizalarchiits@gmail.com


108

Kompilasi Tugas Akhir 120

B14

Arsitektur Ekologi: Kebun Organik Bogor Ecological Architecture: Bogor Organic Farm

B14

Annisa Dian Widyasari

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Asri Dinapradipta, M.B.Env

Luas Lahan

9.300 m2

Luas Bangunan

2.208,75 m2

08111540000006

widwidyasari@gmail.com

Bogor, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

109

Agrikultur ramah lingkungan, yang berkebalikan dengan agrikultur destruktif, mampu menjadi solusi pertanian yang memanfaatkan potensi alami dan ramah lingkungan. Pada rancangan arsitektur, upaya untuk menyelaraskan rancangan dengan alam yaitu dengan memahami perilaku alam dan merancang sesuai konteks lingkungan. Keselarasan dengan alam dicapai melalui upaya pengelolaan dan menjaga kualitas tanah, air dan udara terhadap berbagai kegiatan manusia, agar siklus-siklus tertutup yang ada pada setiap ekosistem tetap berjalan untuk menghasilkan sumber daya alam. Pendekatan arsitektur ekologi digunakan agar tercipta hubungan timbal balik antara lingkungan dengan pengguna. Dengan pendekatan ekologi tersebut maka desain menerapkan konsep arsitektur kontekstual, yaitu pengolahan perancangan tapak dan bangunan yang sesuai potensi setempat (topograď€ , vegetasi dan kondisi alam lainnya).

4

Environmentally friendly agriculture is the opposite of destructive agriculture, capable of being an agricultural solution that utilizes natural and its environment potential. In architecture, efforts to harmonize design with nature, namely through understanding natural behavior, and designing according to environmental context. Harmony with nature is an effort to manage and maintain the quality of soil, water and air from various human activities, so that the closed cycles that exist in each ecosystem continue to run to produce natural resources. The ecological architecture approach is used to create a reciprocal relationship between the environment and the user. With this ecological approach, the design applies the concept of contextual architecture, namely site design and building processing that matches local potential (topography, vegetation and other natural conditions). B14

Annisa Dian Widyasari

08111540000006

widwidyasari@gmail.com


110

Kompilasi Tugas Akhir 120

B15

Katarsis Museum: Sarana Edukasi di Lahan Bekas Tambang Kapur Gresik Catharsis Museum: Educational Facilities in The Ex-Limestone Mining Land Gresik

B15

Mahdi Faiq

Dosen Pembimbing

Ir. Erwin Sudarma, M.T.

Luas Lahan

65.000 m

Luas Bangunan

12.000 m2

08111440000066

mahdifaiq7@gmail.com

2

Gresik, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

111

Studi bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan lahan yang terus menerus mengalami penurunan kualitas di kawasan bekas tambang kapur Kabupaten Gresik. Demi meningkatkan nilai lahan dan produktivitas masyarakat terhadap area ini, maka diterapkan konsep katarsis museum. Melihat kembali sejarah masyarakat yang hilang dari area bekas tambang karena penyalahgunaan lahan, maka digunakan metode naratif dan disprogramming. Kedua metode ini kemudian dikembangkan dalam proses desain dan menghasilkan desain yang skematik. Hasil dari studi ini adalah katarsis museum yang dapat mengembalikan pemahaman masyarakat tentang lahan bekas tambang kapur.

This study aims to solve land problems that continue to experience a decline in value in quality at the former Kapur farm in Gresik Regency. In order to improve the quality of ex-mining land and the productivity of the former limestone quarries, the implementation of the museum catharsis concept was carried out. By looking back at the lost history of ex-mining land from the community which is the main problem of misuse of ex-mining land, narrative and disprogramming methods are used which will then be developed in the design process and produce schematic designs. The results of this study are museum catharsis which can restore people's understanding of former limestone quarries.

B15

Mahdi Faiq

08111440000066

mahdifaiq7@gmail.com


112

Kompilasi Tugas Akhir 120

B16

Bioď€ lik: Museum Palimpsest sebagai Sarana Interpretasi Lingkungan Biophilic: The Palimpsest Museum as an Environmental Interpretation

B16

Kirana Ayu Nurmita Sari

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Asri Dinapradipta, M.B.Env

Luas Lahan

10.000 m

Luas Bangunan

10.820 m2

08111540000073

2

knurmita@gmail.com

Tuban, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

113

Proses penyerapan persepsi sampai menjadi sebuah pola pikir pada setiap individu terstimulus dari respon yang diperoleh indera dari peristiwa maupun pengalaman yang masih diingat. Persepsi manusia terhadap lingkungan dan bagaimana manusia mengelola sumber daya berbeda-beda tergantung dengan konteks latar belakang dan kondisi lingkungan. Ide perancangan muncul dari sebuah pemikiran tentang bagaimana arsitektur mampu menjadikan elemen lansekap menjadi suatu media untuk interpretasi manusia terhadap konteks sekitar. Melalui implementasi dan dokumentasi aktivitas, museum mampu menjadi salah satu sarana edukasi bagi masyarakat sekitar mengenai interpretasi manusia terhadap equilibrium manusia dengan alam.

The absorption process of perception becomes a mindset for individual stimulus response which received by sense from the experiment and experiences that still remembered. Human perception of the environment and how humans manage resources vary depends on the context of the background and environmental conditions.

4

The design idea merged from the thought about how architecture makes landscape elements to be a medium for human interpretation of the surrounding context. Through the implementation and documentation of activities, the museum is able to become one of the means to educate for the surrounding community regarding to human interpretation about human equilibrium with nature.

B16

Kirana Ayu Nurmita Sari

08111540000073

knurmita@gmail.com


114

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 B17

TEX-ED: Edukasi Siklus Tekstil TEX-ED: Textile Cycle Education

B17

Rizki Utami Merindya

Dosen Pembimbing

Collinthia Erwindi, ST., MT.

Luas Lahan

6.000 m

Luas Bangunan

5.439,6 m2

08111540000034

2

rimindya@gmail.com

Bandung, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

115

Limbah kain merupakan sisa kain hasil tekstil dengan jumlah yang cukup tinggi hingga 200 ton /hari dikirimkan ke Bandung. Limbah tersebut hanya sebagian dari limbah yang tertolong, dan sisanya terbuang di TPA, TPU, sungai maupun berakhir di pembakaran. Hal tersebut terjadi karena kurangnya tempat pengolahan sampah kain serta kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak dan cara penanganan pada limbah kain. Dalam konteks ini arsitektur berperan sebagai penggerak bagi masyarakat agar sadar akan limbah kain dan mengurangi pembuangan kain dengan memberikan edukasi. Arsitektur yang terbentuk sebaiknya berada di lokasi yang dapat menarik user agar teredukasi. Metode metafora kombinasi digunakan untuk menghadirkan bentuk yang bertujuan sebagai daya tarik terhadap user dan sebagai media edukasi. Komposisi bentuk yang dihadirkan menggambarkan limbah kain melalui simbol kain jatuh yang didapatkan dengan simulasi kain jatuh, serta penghadiran makna melalui narasi daur limbah kain dari sudut pandang limbah kain. Fabric waste is a textile waste that is produced in a high amount, reaching 200 tons/ day and sent to Bandung. This large amount is only a part of wastes that can be saved, and the rest is wasted in garbage dumps, rivers, or end up burned. This problem is caused by a lack of knowledge of the community about the impact of it, about methods of handling cloth wastes, and the lack of fabric wastes processing facilities. In this context, architecture acts as a driver for the community to be aware of the waste of cloths. This architecture should be located in a location that can attract users to be educated. Combined metaphor method is used to create a form that is intended to attract the users and as an educational media. The composition of the shape represents cloth wastes through a symbol of a falling cloth obtained by simulations of a falling cloth, as well as presenting the meaning through a narrative of fabric wastes cycles from the perspective of fabric wastes.

B17

Rizki Utami Merindya

08111540000034

rimindya@gmail.com


116

Kompilasi Tugas Akhir 120

B18

Re-desain Pasar Ikan Nelayan Juwana, Pati, Jawa Tengah: Sebagai Tempat Komunikasi Konservasi Perairan Redesign of Fish Market in Juwana, Pati, Central Java: as a Place for Aquatic Conservation Communication

B18

Ning Miranti

Dosen Pembimbing

Wahyu Setyawan, ST., MT.

Luas Lahan

10.000 m

Luas Bangunan

7.500 m2

08111540000038

rantining@gmail.com

2

Pati, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

117

Edukasi mengenai konservasi di Indonesia sendiri masih kurang. Konservasi sendiri dapat terwujud dengan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah respon arsitektur pada elemenelemen arsitekturnya sehingga di dalamnya dapat mengkomunikasikan konservasi. Objek rancangan merupakan re-desain pasar ikan nelayan di Juwana, Jawa Tengah dimana memperbaiki TPI yang sebelumnya hanya sebagai tempat melelang ikan. Tahun 2018, pendapatan ikannya berkurang dan sepi pengunjung karena sistem dari TPI tersebut. Pendekatan Perilaku akan diterapkan pada rancangan guna mempertimbangkan komunikasi mengenai konservasi dapat terwujud. Sirkulasi yang akan dilalui nelayan dari menangkap sampai mendapatkan ikan, kebutuhan pengunjung pada objek rancangan. Rancangan menggunakan pendekatan analogi ikan untuk diterapkan pada bentuk dan denahnya. Force Based Framework dipakai untuk menentukan force yang mempengaruhi sistem pada rancangan.

Education about conservation in Indonesia itself is still lacking. Conservation itself can be realized with the help of many parties. Therefore, it takes an architectural response to the elements of the architecture so that it can communicate conservation. The design object is a re-design of the shery sh market in Juwana, Central Java where improving TPI was previously only a place to auction sh. In 2018, the income of the sh was reduced and not many visitors came because of the system of the TPI. The Behavior Approach will be applied to the design to consider of communication about conservation can be realized. The design uses a sh analogy approach to be applied to the shape and plan. The Force Based Framework is used to determine the force that affects the system in the design.

B18

Ning Miranti

08111540000038

rantining@gmail.com


118

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

119

Kawasan Industri Pengolahan Sampah Anorganik Terintegrasi adalah respon desain terhadap isu & konteks desain pada wilayah perancangan. Desain dilatarbelakangi dengan fenomena aktivitas Komunitas Pemulung Keputih, Surabaya yang menghabiskan waktu sekitar 5-8 jam untuk mengumpulkan dan mengelola sampah anorganik. Para pekerja banyak yang berasal dari luar Surabaya sehingga banyak yang mendirikan hunian-hunian yang secara regulasi dapat dikatakan ilegal. Melalui studi kasus dan observasi terhadap konteks perancangan, beberapa pendekatan desain seperti pendekatan behaviour setting, sustainability, dan circular economy pun diterapkan. Pendekatan behaviour setting digunakan untuk menghasilkan program desain yang sesuai dengan kebutuhan desain. Pendekatan sustainability digunakan untuk memaksimalkan potensi eď€ siensi energi pada objek rancangan dan dampak positif terhadap lingkungan sekitar. Pendekatan circular economy mendukung esensi yang dibawa dalam objek rancangan yaitu 'recycling'. The Integrated Green Recycle Factory is a design response to the issue and design context. The design was born by a phenomenon which involves the local central scavenger community in Keputih, Surabaya who work for 5-8 hours everyday to collect and select inorganic waste. Many of them came from outside Surabaya. They built their own units as a place to work and to live in, that are categorized into informal-settlement as the units does not follow the local regulation. Based on case studies and researches on the design context, several design approaches such as behavior setting, sustainability, and circular economy are applied. Behavior setting is used to analyze users' activities and their experiences which resulted in design program. Sustainability principles choose the right design actions that correspond well to building needs and is appropriate to local climate and resources. The circular economy principles emphasize the essence of the design object: recycling.


120

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 B20

Pusat Studi Gempa Syiah Kuala Syiah Kuala Earthquake Research Centre Dosen Pembimbing Luas Lahan Luas Bangunan

B20

Muhammad Hayqal

08111540000011

Irvansyah, ST, MT. 2

9.460 m

3.550 m2

m.hayqal27@gmail.com

Banda Aceh, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

121

Permasalahan yang akan diangkat pada tugas akhir ini adalah bagaimana menghadirkan sebuah arsitektur yang bisa memberikan dampak positif kepada masyarakat sekitar di daerah rawan bencana. Dimana isu bencana yang difokuskan kepada dampak yang terjadi seperti korban jiwa. Dalam upaya untuk mengurangi resiko tersebut, perlu adanya sebuah wadah edukasi bagi masyarakat seperti wawasan mitigasi bencana. Dengan menggunakan sebuah pendekatan yang berfokus pada karakteristik daerah dan menjadi acuan perancangan. Pada hasil tugas akhir ini diharapkan objek rancang dapat membentuk karakteristik masyarakat yang lebih waspada terhadap daerah rawan bencana. Untuk membentuk karakteristik tersebut perlu adanya program dari objek yang direalisasikan kepada masyarakat. Program dari objek berdasarkan dari nilai-nliai lokalitas (karakter daerah) lalu ditransformasikan ke bentuk yang baru.

The issue that will be raised in this ď€ nal project is how to present an architecture that can have a positive impact for surrounding communities in disasterprone area. The issue would be focused on the impacts that occur such as fatalities for the victims. In an effort to reduce the risk, it is necessary to have a community education forum such as an insight into disaster mitigation by using an approach that focus on regional characteristics and becomes a design reference. This ď€ nal project is expected that the design object can shape the characteristic of a more vigilant community towards disaster-prone areas. To shape these characteristics, there is a need for programs from objects realized to the community. The program of the object is based on the values of locality (regional character) and then being transformed into a new form.

B20

Muhammad Hayqal

08111540000011

m.hayqal27@gmail.com


122

Kompilasi Tugas Akhir 120

B21

Ekowisata Gesik Cemandi sebagai Tempat Konservasi Bakau untuk Meningkatkan Potensi Daerah Sidoarjo Gesik Cemandi Ecotourism as a Place for Mangrove Conservation to Increase The Potential of Sidoarjo

B21

Qurrotun A’yun

Dosen Pembimbing

Ir. Andy Mappa Jaya, M.T

Luas Lahan

Âą40000 m2

Luas Bangunan

6477.73 m2

08111540000042

qurrotunayun20@gmail.com

Sidoarjo, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

123

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Sidoarjo kecamatan Sedati memiliki beberapa rencana pengembangan yaitu, pelestarian kawasan lindung, pengembangan kawasan budidaya, kawasan agropolitan dan kawasan strategis pesisir. Pemerintah Sidoarjo telah berupaya untuk meningkatkan potensi daerah Sidoarjo namun, belum mencapai hasil yang maksimal. Pelestarian kawasan lindung khususnya konservasi bakau sudah berjalan sejak tahapan lima tahun pertama (2009-2014) namun, pada tahun 2015 sebuah artikel dari Surabaya.co menyatakan bahwa hutan mangrove Sidoarjo semakin kritis. Oleh karena itu, respon arsitektural dari isu tersebut yaitu sebuah desain ekowisata konservasi bakau sebagai sarana rekreasi dan edukasi dengan pendekatan ekologi. Metode rancang yang digunakan metode context analysis dan ecological architecture.

Based on the Sidoarjo Regional Spatial Plan, Sedati has several development plans, there are preservation of protected areas, development of cultivation areas, agropolitan areas and coastal strategic areas. The Sidoarjo government has tried to increase the potential of the Sidoarjo region but, has not achieved maximum results. Preservation of protected areas especially mangrove conservation has been running since the ď€ rst ď€ ve years (2009-2014) but in 2015 an article from Surabaya.co stated that the Sidoarjo mangrove forest was increasingly critical. Therefore, the architectural response of the issue is a mangrove conservation ecotourism design as a means of recreation and education with an ecological approach. The design method is context analysis and ecological architecture methods.

B21

Qurrotun A’yun

08111540000042

qurrotunayun20@gmail.com


124

Kompilasi Tugas Akhir 120

B22

Resor Ekologis di KM 0 Indonesia

Sabang, Indonesia

Ecological Resort in Indonesia's Zero Poin

B22

Muhammad Iman trisna

Dosen Pembimbing

Ir. Andy Mappa Jaya, M.T

Luas Lahan

16000 m

Luas Bangunan

8000 m2

08111440000035

2

imantrisna796@gmail.com


Kompilasi Tugas Akhir 120

125

Resor ini merupakan sebuah Objek Arsitektural yang merespon isu tentang keadaan pariwisata di Pulau Sabang, khususnya di Pantai Gapang. Dengan pendekatan Ekologis yang menjadikan bangunan ikut berperan aktif baik kepada lingkungan maupun penggunanya, resor ini diharapkan dapat memberikan persepsi positif bagi penggunanya serta mampu mewadahi aktivitas wisata yang terdapat di Pantai Gapang.

2

Konsep rancangan Hotel Resor mengacu pada prinsip Arsitektur Ekologis guna menjaga keberlanjutan dalam memelihara kelestarian lingkungan alam di Pantai Gapang. Pemandangan dan alam pepohonan yang dimiliki Pantai Gapang merupakan daya tarik utama wisatawan di Kota ini. Terdapat empat prinsip Arsitektur Ekologis yang diterapkan dalam desain Hotel Resor, antara lain yaitu: 1. Ramah Lingkungan. 2. Hemat Energi. 3. Pemeliharaan Sumber Lingkungan. 4. Menggunakan Teknologi Sederhana.

3

This resort is an architectural object that responds to issues about the state of tourism on Sabang Island, especially at Gapang Beach. With the Ecological approach that makes buildings play an active role both for the environment and its users, the Resort is expected to provide positive perceptions for its users and be able to accommodate tourism activities at Gapang Beach.

4

The design concept of Resort Hotels refers to the principle of Ecological Architecture to maintain sustainability in maintaining the preservation of the natural environment at Gapang beach. There are four principles of Ecological Architecture that are applied in the design of the Resort, including: 1. Environmentally Friendly. 2. Save Energy. 3. Maintenance of Environmental Sources. 4. Using Simple Technology. B22

Muhammad Iman trisna

08111440000035

imantrisna796@gmail.com


126

Kompilasi Tugas Akhir 120

B23

Arboretum Orangutan

Arboretum for Orangutan

B23

Annisa Sulistyorini

Dosen Pembimbing

Nur Endah Nufď€ da S.T., M.T.

Luas Lahan

66.500 m2

Luas Bangunan

Âą 5000 m2

08111540000029

annisasulistyorini7@gmail.com

Palangkaraya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

127

Orangutan terancam punah, maka diperlukan sebuah upaya penanganan orangutan secara menyeluruh untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya. Orangutan yang mengalami keterancaman hidup membutuhkan perawatan agar bisa dilepasliarkan kembali ke alam bebas. Untuk mendukung upaya tersebut, dibutuhkan sebuah bangunan sebagai pusat rehabilitasi. Namun, permasalahan lain yang dihadapi ialah orangutan rentan stres dan berpotensi memiliki penyimpangan perilaku ketika berdampingan dengan manusia. Oleh sebab itu, perancangan bangunan rehabilitasi memerlukan strategi desain yang tepat. Dengan menggunakan pendekatan etologi, diharapkan bangunan rehabilitasi dapat bekerja secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan ruang antar orangutan dan manusia. Strategi desain yang digunakan perancang diharapkan mampu menambah kesuksesan proses pelepasliaran orangutan dan pelestarian orangutan.

Orangutan are endangered, it is necessary to make a move to save the survival of orangutans. Orangutans who has going through conicts need a treatment so they can back into the wild to support this effort, an architectural building as a rehabilitation center is needed. Rehabilitation centers with suitable architectural design are built to deal with conicts in orangutans, both conicts with their and conicts in the wildlife. After receiving intensive care, orangutans can be put back into their natural habitat. We can't stop here, there are some problems awaits, the stress-prone orangutans and the potential for behavioral irregularities they're living side by side with humans. Therefore, the construction of the rehabilitation center requires an appropriate architectural design strategy with an ethology approach. By using this architectural design, it will be able to improve the success of the orangutan's rehabilitation process. B23

Annisa Sulistyorini

08111540000029

annisasulistyorini7@gmail.com


128

Kompilasi Tugas Akhir 120

B24

Bojonegoro Superdune : Arsitektur Teritorial Bengawan Solo Bojonegoro Superdune : Teritorial Architecture of Bengawan Solo Dosen Pembimbing Luas Lahan Luas Bangunan

B24

Adi Iman Wicaksono

08111540000025

Angger Sukma Mahendra, S.T., M.T. 2

21.500 m

10.000 m2

adi.wicaksono0501@gmail.com

Bojonegoro, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

129

Terdapat konik sedimen yang terjadi pada Sungai Bengawan Solo. Terjadi erosi berlebih pada daerah hulu karena kegiatan agraris. Dampak dari kejadian tersebut adalah endapan sedimen yang berlebih pada hilir, seperti Bojonegoro. Endapan tersebut mendangkalkan sungai sehingga Bojonegoro terkena banjir musiman. Pendekatan teritorial digunakan untuk membaca masalah. Selain memunculkan desain yang tanggap banjir, ia juga merespons persoalan konik sedimen. Sedimen yang ada di sungai digali, ditimbun menjadi tanggul/dunes, dan kemudian ditata sebagai arsitektur. Penataan ditentukan agar ia bisa mengatur banjir dan agar ruang di antara dunes tersebut memiliki dimensi yang proporsional sebagai ruang publik, melalui pendekatan placemaking. Bojonegoro Superdune adalah sebuah arsitektur yang dirancang untuk tidak hanya merespons sebuah site, melainkan pada skala teritorial.

There is a sediment conict happening on Bengawan Solo River. The upstream is mostly exploited for agriculture, causing excessive erosion. While the impact is happening on downstream, such as Bojonegoro, where the excessive sediments shallowing the riverbed and causing seasonal ood. Territorial is used to build the framework. Aside from designing that responds to the ood, it has to respond the sediment conict. The sediment on the riverbed is excavated, mounded into dunes, and then compositioned to become architecture.The composition is designed to manage the ood and so as to the spaces between dunes are dimensionallyproportioned to be a public space through placemaking approach. Bojonegoro Superdune is an architecture which purpose is to respond beyond site, at territorial scale.

B24

Adi Iman Wicaksono

08111540000025

adi.wicaksono0501@gmail.com


130

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

131


132

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

05 Animate the Residual Space

in The Corridor of Kembang Jepun 08111540000046 David Islamuddin davidislamuddin@gmail.com

10 Redesain Pantai Boom Tuban sebagai Museum Sejarah Pelabuhan Tuban

08111540000039 Saputra Dyan Efendy saputradyanefendy@gmail.com

133


134

Kompilasi Tugas Akhir 120

11 Taman Demokrasi: Arsitektur sebagai sebuah Simbol dari Demonstrasi Publik

16 Pusat Pengembangan Budaya Surabaya

08111540000019 I Gusti Ngurah Andracana andracanangurah@gmail.com

08111540000097 Henriansah Wahyu Utomo henriansah@gmail.com

12 Re-Intepretasi Alun-Alun sebagai

17 Pusat Kebudayaan dan Seni

Sarana Publik Kegiatan Islami di Kota Pasuruan

08111540000049 Eny Suryani Sugiarto enysssugiarto@gmail.com

13 Redesain

Pelabuhan Tanjung Emas Semarang 08111540000050 Denta Ananta Wiharta dentawiharta77@gmail.com

14 Arsitektur Kontekstual: Taman Budaya Pesisir Gresik

08111540000027 Tita Aditya Rahmah titadityar@gmail.com

15 Rest Area dengan

Pendekatan Perilaku dan Regionalisme 08111540000103 Fena Cantika Putri fenacantika@gmail.com

Kontemporer Bali dengan Pendekatan Ekokultur

08111540000093 Ananta Wicaksana Wiryagian ananta.wicak11@gmail.com

18 Perancangan Hotel Resort

dengan Pendekatan Lokalitas dalam Arsitektur Dusun Sade di Lombok 08111540000041 Farah Fadila Haniman farahfadillah65@gmail.com

19 Desa Wisata Budaya Menang dengan Pendekatan Lokalitas

08111540000040 Windy Mukhsiana Dewi windymukhsianadewi@gmail.com

20 Hotel

Kampung Nelayan Kenjeran 08111540000099 Joshua Alexandre Pratasik pratasik.joshua@gmail.com


Kompilasi Tugas Akhir 120

21 Notopia: Hybrid Tower

08111540000075 Tahani Bamazroek tahanimaze@gmail.com

135


136

Kompilasi Tugas Akhir 120

C01

Urban Cinemascape: Arsitektur dengan Konstruksi Sinematik Ruang Kota Urban Cinemascape: Architecture with Cinematic Construction of Urban Space

C01

Dosen Pembimbing

Defry Agatha Ardianta, S.T., M.T.

Luas Lahan

11.000 m2

Luas Bangunan

Âą6.000 m2

Fikri Sulaiman Kurnia Akbar

08111540000085

fikri.sulaiman97@gmail.com

Bandung, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

137

Narasi sinematik dapat diterjemahkan menggunakan isyarat spasial. Memahami proses pengisahan narasi sinematik dengan membedah bahasa yang digunakan untuk proses naratif dalam film, perancang dapat menarik kemiripan dalam proses penerjemahan narasi dalam arsitektur. Hal ini dapat digunakan untuk mengembangkan cara baru di mana arsitektur dan film berkolaborasi sebagai alat untuk menerjemahkan pemikiran dan gagasan perancangan.

2

Bandung Urban Cinemascape merupakan sebuah mixed use cultural space yang ditujukan untuk menarik komunitas kreatif di Kota Bandung dan bertindak sebagai laboratorium kultural. Dengan mengambil pusat Kota Bandung sebagai tapak dalam perancangan ini, penerapan teori film dieksperimentasikan guna memunculkan diskusi mengenai arsitektur dan ruang kota.

3

Cinematic narratives could be translated using spatial representation. Understanding the process of delivering cinematic narratives by dissecting the language used for narrative processes in films, designers can draw similarities in the process of translating narratives into architecture. This can be used to develop new ways in which architecture and film collaborate as a tool to formulate design ideas. Bandung Urban Cinemascape is a mixed use cultural space designed to attract creative communities in the city of Bandung and also acting as a cultural laboratory. By taking the center of the city of Bandung as a site in this design project, the application of film theory was experimented to bring up discussions about architecture and urban space. For more design works of Fikri Sulaiman, kindly visit: issuu.com/fikrisulaiman97 or scan the QR code.

C01

Fikri Sulaiman Kurnia Akbar

08111540000085

fikri.sulaiman97@gmail.com


138

Kompilasi Tugas Akhir 120

C02

Against Narcissism: Architecture and Its Existence Against Narcissism: Architecture and Its Existence Dosen Pembimbing

Endy Yudho Prasetyo, ST., MT.

Luas Lahan

10.000 m

Luas Bangunan

C02

‘Aya ‘Afwa Layli

08111540000065

ayafwal@gmail.com

2

7.200 m2

Bandung, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

139

Berkembangnya media pada beberapa tahun belakangan mengakibatkan arsitektur kehilangan eksistensinya secara utuh. Tersorotnya wujud secara terus-menerus mengakibatkan arsitektur saat ini cenderung hanya mengedepankan aspek visual atau estetika. Akibat visual dominan, arsitektur hadir sebagai sebuah gur yang stand out atau latar belakang yang atraktif sekaligus tematik, menjadikan arsitektur hanya dijadikan sebagai medium orang mengeksiskan diri mereka. Tak hanya dilakukan oleh pengguna, penggunan arsitektur sebagai medium mengeksiskan diri juga dliakukan perancang. Fenomena ini disebut dengan narsisme arsitektur. Untuk dapat bertahan melewati fenomena narsisme, arsitektur harus hadir sebagai entitas yang substansial secara utuh. Arsitektur perlu didenisikan secara fundamental, yaitu terdiri dari building dan art (fungsional dan visual). Kedua aspek tersebut perlu diseimbangkan eksistensi arsitektur dapat hadir secara utuh.

The development of media in past recent years made architecture losing their existance. With the high exposure of visual elements, architecture focused on its aesthetic state only. Domination of visual aspects made architecture either appear as a stands out gure or an attractive yet thematic background, which made them used as medium used as a medium for people showing their existance. The usages of architecture as a medium were done by their designers too. This phenomenon is called architecture narcissism. In order to pass through narcissism phenomenon, architecture should appear as substantial entity. Architecture need to be dened fundamentally, which consists of building and art (functional and visual). Both visual and functional aspects need to be in a balance state so that architecture's existances appear as whole.

C02

‘Aya ‘Afwa Layli

08111540000065

ayafwal@gmail.com


140

Kompilasi Tugas Akhir 120

C03

Museum Kota Bogor: Arsitektur sebagai Katalis Waktu Museum of Bogor City: Architecture as Catalyst of Time

C03

Lalu Fatih Azzam

Dosen Pembimbing

Dr. Arina Hayati, S.T, M.T

Luas Lahan

8.850 m

Luas Bangunan

5.000 m2

08111540000054

2

lalufatihazzam@gmail.com

Bogor, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

0

2

0

5

10

2

141

20

5

10

20

C03

Lalu Fatih Azzam

08111540000054

lalufatihazzam@gmail.com


142

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 C04

Senayan Hypernarrative: Arsitektur Rekonsiliasi Mei 1998 Senayan Hypernarrative: Reconciliation Architecture of May 1998

C04

Orphin Putra Gunawan

Dosen Pembimbing

Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, Ph.D.

Luas Lahan

105.000 m

Luas Bangunan

9.566 m2

08111540000043

2

orphin.gunawan@gmail.com

Jakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

143

Tragedi Mei 1998 merupakan cuplikan sejarah bangsa yang seakan dilupakan. Indonesia hingga saat ini masih belum menemukan sebuah gestur untuk merespon sejarah yang terjadi. Beberapa aktivitas komemorasi dilakukan sekelompok masyarakat sebagai upaya rekonsiliasi.

2

Karena bukti ď€ sik yang hampir tidak meninggalkan bekas dan bersifat intangible dengan arsitektur, Tragedi Mei 1998 diabstraksikan ke dalam sebuah proposisi arsitektur yang mana menghasilkan susunan cerita dan gubahan ruang yang abstrak serta literal. Arsitektur Rekonsiliasi Mei 1998 adalah tempat di mana pengunjung dapat merasakan pengalaman ruang yang dapat membangkitkan memori untuk diinterpretasi menggunakan konsep hypernarrative sehingga peristiwa ini dimaknai sebagai sejarah yang kebenarannya tidak pernah mutlak.

3

The May 1998 tragedy was a snapshot of a national history that seemed to be forgotten. Indonesia has yet to ď€ nd a gesture to respond to the history that occurred. Some community activities are carried out by a group of people as an effort to reconcile. The fact that physical evidences are hardly found and intangible with architecture itself, the May 1998 tragedy is abstracted into an architectural proposition which produces both abstract and literal arrangement of stories and spatial compositions.

4

Reconciliation Architecture of May 1998 is a place where visitors can experience architectural space that can generate memory to be interpreted with hypernarrative concept so that this tragedy was interpreted as a history whose truth was never absolute.

C04

Orphin Putra Gunawan

08111540000043

orphin.gunawan@gmail.com


144

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 C05

Animate the Residual Space in The Corridor of Kembang Jepun Animate the Residual Space pada Koridor Kembang Jepun

C05

David Islamuddin

Dosen Pembimbing

FX Teddy Badai Samodra, S.T., M.T., Ph.D.

Luas Lahan

15.000 m

Luas Bangunan

7.000 m2

08111540000046

2

davidislamuddin@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

145

Sebuah koridor merupakan salah satu media urban yang memiliki cakupan lebih besar dan intervensi yang lebih kompleks dari sekadar single building. Permasalahn koridor yang berusaha diselesaikan adalah mengenai isu residual space. Dimana residual space merupakan lahan sisa yang tidak memiliki manfaat bagi sekitar. Pada Koridor Kembang Jepun, residual space menjadi salah satu faktor degradasi nilai kawasan. Kerangka konsep yang berusaha diusulkan adalah dengan cara mengintervensi menggunakan metode sequence narrative, dimana ruang sisa ini deskenariokan secara holistik, sehingga memiliki kesatuan cerita dalam satu koridor, dalam hal ini heritage tourism. Sequence narrative merupakan ď€ rst principle dari konsepsi mengenai animasi. Big idea ini ditujukan guna menggerakkan sesuatu yang mati. Mekanisme tersebut diasosiasikan kepada Kembang Jepun yang tengah mengalami degradasi kawasan. Harapannya dapat membangkitkan spirit of place yang dulu ada.

A corridor is one of the urban media which has greater coverage and more complex interventions than just single building. The problem with the corridor that is trying to be resolved is the issue of residual space. Which residual space is leftover land that has no beneď€ ts for the surrounding area. In the Corridor of Kembang Jepun, the residual space is a factor in the degradation of regional values. The conceptual framework that is trying to be proposed is by intervening using the sequence narrative method, where the remaining space is structured holistically, so that it has a uniď€ ed story in one corridor, in this case heritage tourism. Sequence narrative is the ď€ rst principle of the conception of animation. This big idea is intended to move something that is dead. The mechanism is associated with Corridor of Kembang Jepun wich is experiencing regional degradation. The hope is to awaken the spirit of place that ever exist. C05

David Islamuddin

08111540000046

davidislamuddin@gmail.com


146

Kompilasi Tugas Akhir 120

C06

Intensi Ruang dalam Arsitektur Intensity of Space in Architecture

C06

Zulď€ kar Ibrahim Fadillah

Dosen Pembimbing

Endy Yudho Prasetyo, ST., MT.

Luas Lahan

17.000 m2

Luas Bangunan

22.500 m2

08111440000083

ibrahimfad@yahoo.com

Jakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

147

Dalam proses rancang arsitektur seorang arsitek akan memiliki intensi tertentu dalam mendesain. Riset ini bertujuan untuk menunjukan bagaimana sebuah intensi sebuah ruang dapat tersampaikan dan dipahami oleh pengguna bangunan. Dalam konteks ini, perancang menggunakan Stasiun Ta n a h a b a n g s e b a g a i k o n t e k s b a n g u n a n . Metodologi rancang dilakukan dalam bentuk pembacaan pola terhadap preseden. Proses pencarian dan pembacaan terhadap atribut pada bangunan preseden akan menempatkan penulis pada keterkaitan dari kriteria bangunan. Perspektif pembacaan penulis dalam menentukan atribut meliputi pembacaan terhadap; tingkat ke taktilan, skala dan proporsi, intensitas cahaya, transparansi, bentuk bukaan, letak bukaan, orientasi pandangan dalam bangunan, serta material bangunan. Pe m b a c a a n d a n p o l a y a n g s e r u p a n a k a n mengarahkan penulis kepada kriteria rancang yang akan menjadi acuan rancang pada bangunan.

In the architectural design process, an architect will have certain intentions in designing. This research aims to show how a room's intention can be conveyed and understood by building users. The author uses Tanahabang Station as a building context. The design methodology is carried out in the form of reading patterns against precedents. The attributes of the precedent building will place on the criteria of the building. The author's reading perspective in determining attributes includes reading of; level of tactility, scale and proportion, light intensity, transparency, openings, location of openings, view inside the buildings and materials. The reading and pattern that is absorbed will direct the writer to the design criteria that will be the design reference for the building.

C06

Zulď€ kar Ibrahim Fadillah

08111440000083

ibrahimfad@yahoo.com


148

Kompilasi Tugas Akhir 120

C07

Eksperimentasi Metode Desain Folding Peter Eisenman pada Amusement Park Experimentation of Peter Eisenman's Folding Design Method on Amusement Park

C07

Linggar Surya Mahendra

Dosen Pembimbing

Endy Yudho Prasetyo, ST., MT.

Luas Lahan

14.600 m

Luas Bangunan

28.200 m2

081115400000107

2

linggarsm@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

149

Folding ialah metode desain yang digunakan Peter Eisenman sebagai conceptual tool pada beberapa rancangannya. Berawal dari teori Monadology oleh Gottfried Willhelm Leibniz, teks The Fold: Leibniz and the Baroque oleh Gillez Deleuze dan rumus Catasthrope Theory oleh Rene Thom, Peter Eisenman menginterpretasikan folding sebagai usaha mengkaburkan dua entitas berlawan, terlipat bersama hingga kabur batas antar keduanya. Pada rancangannya Frankfurt Rebstockpark, Peter Eisenman berusaha mengkaburkan batas ď€ gureground, komersil-hunian, positive-negative space, eksterior-interior, dll. Rancangan menggunakan conceptual tool folding oleh Peter Eisenman yang telah direduksi. Parameter dan formal tool yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tipologi bangunan terpilih.

Folding is a design method which was developed by Peter Eisenman as conceptual tool on few of his projects. Starting from The Monadology theory by Gottfried Willhelm Leibniz, Gillez Deleuze's text called The Fold: Leibniz and the Baroque, and Rene Thom's catasthrope theory formula. Peter Eisenman saw folding as a way to blur two distinct entities together, folded together until their boundaries are blurred. In Frankfurt Rebstockpark, Peter Eisenman tried to blur boundaries between ď€ gure-ground, commercial-housing, positive-negative spaces, exterior-interior, etc. This project implements Peter Eisenman's folding as conceptual tool which has been reduced. Parameters and formal tools are chosen suitable with needs and typology.

C07

Linggar Surya Mahendra

081115400000107

linggarsm@gmail.com


150

Kompilasi Tugas Akhir 120

C08

Regenerasi Aspek Pembentuk Kota Surabaya, Indonesia Surabaya dalam Semiotika Desain “Surabaya International Student Dormitory” Regeneration of City Former Aspect of Surabaya City through Semiotics Approach in “Surabaya International Student Dormitory”

C08

Dosen Pembimbing

Ir. Erwin Sudarma, M.T.

Luas Lahan

7.000 m

Luas Bangunan

17.000 m2

Christian Yudho Arjunanto

08111540000017

2

arjunanto13@gmail.com


Kompilasi Tugas Akhir 120

151

Hunian yang mampu memberikan perlindungandan kenyamanan mungkin sudah biasa ditemui, namun bagaimana jika hunian mampu bertindak sebagai katalis yang mengeksplor keunikan karakter penghuninya? Muncul dari pemikiran bahwa setiap orang bebas berekspresi lewat karakter atau latar belakangnya, rancangan asrama ini merangsang pembacaan semiotika atau pemaknaan akan suatu elemen bangunan sehingga dapat menggambarkan karakter individu tersebut yang unik. Tribun, railing, kolom dan elemen lainnya diintegrasikan dengan ruang komunal yang menghasilkan fungsi khusus dan interaksi yang personal maupun komunal. Ekspresi keberagaman hadir dari simbolisasi sidik jari manusia yang unik pada fasad bangunan sementara kebebasan berekspresi dari mahasiswa internasional terungkap lewat ornamen mural popculture yang mengalir lewat strukturnya.

A residence that is able to provide protection and comfort may be common, but what if the residential place is able to act as a catalyst that explores the unique character of its inhabitants? Emerging from the idea that everyone is free to express their character or background, this dormitory design stimulates semiotic reading or the meaning process of a building element so that it can describe the individual's unique character. Tribune, railing, columns and other elements are integrated with communal space that produces special f un cti o n s a n d i n p e r s o n a l a nd co mmun a l interactions. Diversity expression comes from the symbolization of unique human ď€ ngerprints on the building facades while freedom of expression from international students is revealed through popculture mural ornaments that ow through its structure.

C08

Christian Yudho Arjunanto

08111540000017

arjunanto13@gmail.com


152

Kompilasi Tugas Akhir 120

C09

Metafora Musik dalam Arsitektur pada Venue Konser Metaphor of Music on Architecture in Concert Venue

C09

Savira Maharani Dewi

Dosen Pembimbing

Collinthia Erwindi, ST., MT.

Luas Lahan

30.000 m2

Luas Bangunan

56.309 m2

08111540000035

saviramaharanidewi@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

153

Antusiasme masyarakat Surabaya terhadap musik dapat dilihat dari banyaknya penonton konser di Surabaya. Penyelenggara acara musik pun terus menyelenggarakan konser di setiap tahun. Sehingga, di Surabaya dibutuhkan venue konser yang dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan pengguna agar dapat memberikan listening experience, performing experience, dan viewing experience dengan maksimal. Pendekatan yang digunakan pada perancangan desain ini adalah music and performance (musik dan penampilan). Musik dan arsitektur sama-sama memiliki kemampuan untuk memengaruhi kondisi emosional manusia dan memberikan suatu experience tersendiri kepada suatu individu. Maka dari itu, metode yang digunakan adalah metafora musik yang tergolong intangible metaphor. Musik yang dimetaforakan dalam rancangan adalah lagu “Bohemian Rhapsody” milik Queen. Musik dimetaforakan ke dalam rancangan arsitektur untuk memberikan suatu experience kepada pengguna, terutama performer dan penonton.

Surabaya’s people enthusiasm for music can be seen in how many concert goers in Surabaya. This makes event organizers and music promoters to keep holding concerts and music festivals every year. Therefore, Surabaya needs a concert venue that can accommodate the needs of the users so that it can give a listening experience, a performing experience, and a viewing experience optimally to the users. The approach used in this design is music and performance. Both music and architecture have the ability to affect human’s emotional condition and give particular experiences to an individual. Therefore, the method used in this design is metaphor of music that is categorized as intangible metaphor. The music that is used as a metaphor in this design is “Bohemian Rhapsody” by Queen. Music is used as a metaphor in this design to give experiences to the users, especially the performers and audiences. C09

Savira Maharani Dewi

08111540000035

saviramaharanidewi@gmail.com


154

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 C10

Re-Desain Pantai Boom Tuban sebagai Museum Sejarah Pelabuhan Tuban Redesign of Boom Tuban Beach as a Museum History Tuban Port

C10

Saputra Dyan Efendy

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT.

Luas Lahan

10.000 m

Luas Bangunan

4.500 m2

08111540000039

2

saputradyanefendy@gmail.com

Tuban, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

155

Permasalahan yang akan diangkat adalah bagaimana menghadirkan sebuah arsitektur yang bisa menceritakan masa kejayaan Tuban melalui metode metafora. Dimana isu histori mengenai masa kejayaan pelabuhan Tuban dan lokasi lahan berada di kawasan wisata Pantai Boom Tuban yang mempunyai karakteristik lahan menyerupahi pelabuhan, maka dapat di buat sebagai acuan perancangan yang memanfaatkan tanjung sebagai objek visual museum yang di gunakan sebagai perumpamaan pelabuhan Tuban di zaman dulu.

2

Pada hasil tugas akhir ini dari fungsi lama yang hanya pantai di tambah fungsi baru berupa museum dengan desain bangunan menyerupahi bentuk kapal namun pemaknaan bentuk hanya terlihat seperti siluet kapal dari samping. Di dalam museum terdapat frame untuk melihat perumpamaan kapal yang bersandar dan terdapat beberapa replika kapal yang menjelaskan kapal apa saja dulu yang pernah bersandar di Tuban.

3

The problem that will be raised is how to present an architecture that can tell the heyday of Tuban through metaphorical methods. Where the issue is the history of the heyday of Tuban port and the location of the land in the Boom Tuban beach area that has the characteristics of harboring land, it can be used as a design reference that utilizes the promontory as a visual museum object that was used as a parable of the ancient port of Tuban.

4

In the results of this ď€ nal assignment from the old function that only the beach added a new function in the form of a museum with building design sipping the shape of the ship but the meaning of the form only looks like a ship's silhouette from the side. Inside the museum there is a frame to see the parable of a leaning boat and there are several replicas of the ship explaining what ships have ever leaned back in Tuban.

C10

Saputra Dyan Efendy

08111540000039

saputradyanefendy@gmail.com


156

Kompilasi Tugas Akhir 120

C11

Taman Demokrasi: Arsitektur sebagai sebuah Simbol dari Demonstrasi Publik Democracy Park: Architecture as a Symbol of Public Demonstration

C11

Dosen Pebimbing

Dr. Eng. Ir. Sri Nastiti N.E, M.T.

Luas Lahan

6.100 m

Luas Bangunan

12.500 m2

I Gusti Ngurah Andracana 08111540000019

2

andracanangurah@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

157

Simbol di arsitektur dihadirkan sebagai elemen aktif dalam rangka menjawab urgensitas dari penghadiran tempat yang layak untuk demonstrasi publik. Pendekatan simbolisme dan spasial memainkan peran penting dalam menghadirkan elemen simbol berdasarkan pengolahan garis sumbu. Di samping itu, pengolahan geometri juga dihadirkan untuk merespon bangunan cagar budaya di sekitar lokasi proyek. Persimpangan Pemuda sebagai salah satu pusat tempat pemerintahan di Surabaya menjadi lokasi dari proyek ini. Pemilihan lokasi ini pun memiliki konsekuensi akan pemunculan dari simbol kekuasaan, pendudukan, dan harmoni. Simbolsimbol ini dapat ditemukan di setiap elemen arsitektur dan juga sebagai satu kesatuan arsitektur berupa monumen lansekap. Taman demokrasi pun hadir sebagai arsitektur simbolis sehingga pada akhirnya representasi baru dari demonstrasi publik dapat dicapai dalam bentuk Taman Demokrasi.

In order to respond the urgency of proper place for better public demonstration, symbol in architecture is proposed as active element. Symbolism and spatiality approaches has big role in producing symbolic element based on axis line arrangement. Both of this approaches, along with geometry based design are also presented to respecting the existing heritage building surrounding this project site. Taking place in Pemuda Junction as one of the center of governmental places in Surabaya, Democracy Park presents symbol of power, occupancy, and harmony as whole complete meaning. It can be seen in each speciď€ c architectural element and also in the whole project as landscape sculpture. In the end, these architectural symbols present as the new representation of public demonstration.

D21

I Gusti Ngurah Andracana

08111540000019

andracanangurah@gmail.com


158

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 C12

Re-Intepretasi Alun-Alun sebagai Sarana Publik Kegiatan Islami di Kota Pasuruan Re-Intepretation of Square Park as a Public Islamic Facility in Pasuruan City

C12

Eny Suryani Sugiarto

Dosen Pembimbing

Ir. Andy Mappa Jaya, M.T

Luas Lahan

14000 m

Luas Bangunan

7000 m2

08111540000049

2

enysssugiarto@gmail.com

Pasuruan, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

159

Pasuruan dikenal sebagai “kota santri� yang terbentuk dari pola tradisi Islam, di cirikan dengan adanya alun-alun dan masjid sebagai titik pusat kegiatan islami. Integrasi alun-alun terhadap aktvitas sekitar menjadi permasalahan yang diambil dalam perancangan ini. Dengan mengintepretasikan kembali alun-alun sebagai respon integrasi aktivitas islami di kota Pasuruan. Penerapan konsep islamic garden melalui metode sense untuk membentuk suasana ruang yang dihadirkan dengan perwujudan sungai surga, vegetasi, bentuk islami, menara islami dan bentuk lansekap pattern islami. Konsep islamic garden juga diwujudkan dengan adanya inovasi pada tugu kota yang ditenggelamkan untuk menghadirkan suasana pada ruang bawah tanah. Dengan adanya cahaya dan air pada tugu kota yang membentuk suasana ruang berkesan islami. Sehingga dapat memperkuat intepretasi masyarakat dan memperkenalkan kota sebagai kota santri. Pasuruan is known as the "city of santri" which is formed from the pattern of Islamic tradition, characterized by the existence of squares and mosques as central points of Islamic activity. The integration of the square into surrounding activities is a problem taken in this design. By reinterpreting the square as a response to the integration of Islamic activities in the city of Pasuruan. The application of Islamic garden concepts through the sense method to shape the atmosphere of the space presented with the embodiment of the river of heaven, vegetation, Islamic forms, Islamic towers and the shape of Islamic pattern landscapes. The Islamic garden concept is also manifested by the innovation in the city monument which is drowned to bring an Islamic atmosphere to the basement. With the presence of light and water in the city monument that forms the atmosphere of a memorable Islamic space. So that it can strengthen community interpretation and introduce the city as a city of santri.

C12

Eny Suryani Sugiarto

08111540000049

enysssugiarto@gmail.com


160

Kompilasi Tugas Akhir 120

C13

Redesain Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Redesign of Port Tanjung Emas Semarang

C13

Denta Ananta Wiharta

Dosen Pebimbing

Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono

Luas Lahan

27.500 m

Luas Bangunan

3.750 m2

08111540000050

2

dentawiharta77@gmail.com

Semarang, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

161

Pelabuhan adalah salah satu fasilitas transportasi melalui laut yang mana sangat banyak di Indonesia. Hal ini yang menjadi latar belakang program Indonesia sebagai poros maritim dunia. Untuk mewujud hal tersebut penulis memiliki ide untuk meredesain Pelabuhan Tanjung Emas Semarang guna mendukung program pemerintah. Dalam redesain ini penulis ingin membuat image baru yang membuat pelabuhan ini menjadi ikon Kota Semarang. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan yang dimiliki oleh Donna P. Duerk, lalu menggunakan Teori Gestalt untuk memunculkan image. Bentuk lengkung pada atap terinspirasi dari alam sekitar, yaitu gelombang air laut. Pada ruang dalam memiliki perubahan dengan mengurangi beberapa ruang untuk kesan yang lebih luas. dengan segala bentuk redesain ini penulis berharap dapat menjadi jawaban dan membantu progam pemerintah.

The port is one of the transportation facilities by sea which is very much in Indonesia. This is the background of the Indonesian program as the world's maritime axis. To make this happen, the author has the idea to redesign the Port of Tanjung Emas in Semarang to support government programs. In this redesign, the author wants to create a new image that makes this port an icon of Semarang City. In this case the author uses the approach owned by Donna P. Duerk, then uses Gestalt Theory to bring up the image. The curved shape of the roof is inspired by the surrounding environment, the sea wave. In space in having change by reducing some space for a broader impression. with all forms of redesign, the authors hope to be the answer and help the government program.

C13

Denta Ananta Wiharta

08111540000050

dentawiharta77@gmail.com


162

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 C14

Arsitektur Kontekstual: Taman Budaya Pesisir Gresik Contextual Architecture: Gresik Coastal Cultural Park

C14

Tita Aditya Rahmah

Dosen Pembimbing

Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono

Luas Lahan

Âą9.500 m

Luas Bangunan

4.739 m2

08111540000027

2

titadityar@gmail.com

Gresik, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

163

Hubungan arsitektur dengan seni dan budaya, yaitu bagaimana arsitektur dapat membentuk ikatan antara budaya dengan masyarakat itu sendiri. Pe rwu ju da n w ada h b eru pa ta ma n b uda ya mendukung pelestarian dan pengembangan seni dan budaya pesisir Lumpur, Gresik. Pendekatan yang digunakan dalam perancangan ini adalah arsitektur kontekstual yang lebih fokus pada cultural respect. Pengembangkan isu dan permasalahan pada perancangan ini mengacu pada Architectural Programming oleh Donna P. Duerk. Berdasarkan fakta-fakta dalam permasalahan, perancangan dengan issue-based programming fokus pada dua hal yaitu image dan sirkulasi. Obyek bangunan, taman budaya, dirancang untuk menjadi identitas wilayah setempat yaitu Kelurahan Lumpur (pesisir Gresik). Taman budaya dengan konsep yang mengutamakan akses visual dan keragaman aktivitas. Dan juga dapat menimbulkan kenyamanan bagi pejalan kaki, ramah, dan terbuka. The relationship between architecture and art and culture is how architecture can form a bond between culture and society itself. The embodiment of the facility is a cultural park that will support the preservation and development of the arts and culture of the coastal of Lumpur. The approach used in this design is contextual architecture which is more focus on cultural respect. Developing the issues and problems in this design refers to Architectural Programming by Donna P. Duerk. Based on the facts in the problem, designing with issue-based programming focuses on two things: image and circulation. Architectural objects, cultural parks, are designed to be the identity of the local area ,Lumpur village. Cultural park with a concept that prioritizes visual access and diversity of activities. And also can provide comfort for pedestrians, friendly, and open.

C14

Tita Aditya Rahmah

08111540000027

titadityar@gmail.com


164

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 C15

Rest Area dengan Pendekatan Perilaku dan Regionalisme Rest Area with Behavioral and Regionalism Approaches

C15

Fena Cantika Putri

Dosen Pembimbing

Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono

Luas Lahan

36.978 m

Luas Bangunan

5708 m2

08111540000103

2

fenacantika@gmail.com

Sragen, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

165

Keberadaan Rest Area sangat diperlukan untuk menunjang mobilitas manusia yang selalu berkembang. Rest area tidak hanya ditunjukan untuk beristirahat pengendara namun juga kendaraannya. Rest area KM 519 Solo-Ngawi dirancang dengan menggunakan pendekatan perilaku dan regionalisme yang mana pendekatan perilaku banyak diterapkan pada konsep sirkulasi sedangkan pendekatan regionalism dapat terlihat pada fasad dan material yang digunakan pada bangunan. Selain untuk tempat peristirahatan, obyek bangunan juga dirancang sebagai identitas lokalitas daerah setempat yaitu Solo, Jawa Tengah yang mengutamakan fasilitas dan kenyamanan bagi pengunjung rest area. The existence of Rest Area is very necessary to support human mobility which is always developing. The rest area is not only shown to rest the driver but also the vehicle. The KM 519 Solo-Ngawi rest area was designed using a behavioral and regionalism approach where behavioral approach was applied to the concept of circulation while regionalism approach could be seen in facades and materials used in buildings. In addition to the resting place, the object of the building was also designed as an identity for the local area, namely Solo, Central Java, which prioritized facilities and comfort for visitors to the rest area

C15

Fena Cantika Putri

08111540000103

fenacantika@gmail.com


166

Kompilasi Tugas Akhir 120

C16

Pusat Pengembangan Budaya Surabaya Surabaya Cultural Development Center

C16

Dosen Pembimbing

Rabbani Kharismawan, ST., MT.

Luas Lahan

10.000 m

Luas Bangunan

5.000 m2

Henriansah Wahyu Utomo

08111540000097

2

henriansah@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

167

Kemajuan teknologi yang semakin berkembang di jaman globalisasi saat ini dapat mengakibatkan dampak positif dan juga negatif bagi kebudayaan di sebuah daerah. Pada saat ini muncul berbagai macam kebudayaan baru yang dihasilkan oleh jaman globalisasi. Dengan seiring jalannya waktu, budaya lama tetap ada dan beralih pada budaya baru, sehingga berkurangnya minat dan keinginan untuk melestarikan budaya lama dan beralih pada budaya baru. Untuk meningkatkan minat belajar budaya lama penggunaan sense pada setiap pengunjung yang datang akan sangat membantu belajar merekam kejadian apa saja ketika berkunjung pada obyek arsitektural nanti. Dengan menerapkan metode trans-programming pada ruang bangunan, pusat kebudayaan ini diharapkan mampu meningkatkan lokalitas di daerah kota yang dulunya kental dengan kebudayaan masa lalu.

Technological advances that are increasingly developing in the current era of globalization can have positive and negative impacts on culture in an area. At this time a variety of new cultures emerged which were produced by the era of globalization. As time goes on, the old culture still exists and turn to new cultures, resulting in a lack of interest and a desire to preserve the old culture and turn to a new culture. To increase the interest in learning the old culture, the sense used by every visitor who comes will greatly help learning to record any event when visiting architectural objects later. By applying the transprogramming method to building space, this cultural center is expected to be able to improve locality in urban areas that were once viscous with past culture.

C16

Henriansah Wahyu Utomo

08111540000097

henriansah@gmail.com


168

Kompilasi Tugas Akhir 120

C17

Pusat Kebudayaan dan Seni Kontemporer Bali dengan Pendekatan Ekokultur Bali Contemporary Culture and Art Center with the Ecoculture Approachs

C17

Dosen Pembimbing

Dr. Dewi Septanti.S.Pd.ST.MT.

Luas Lahan

13.500 m2

Luas Bangunan

7.500 m2

Ananta Wicaksana Wiryagian

08111540000093

ananta.wicak11@gmail.com

Bali, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

169

Bali adalah salah satu tujuan wisata di Indonesia yang menawarkan keberagaman budaya dan keindahan alam. Namun, memiliki kunjungan wisata yang tinggi tidak berarti semua daerah di Bali dapat menikmati buah manis dari pariwisata. Maka dari itu, dibutuhkan pusat kebudayaan yang mewadahi dan mengeksplorasi keunikan-keunikan budaya yang belum terekpos oleh wisatawan. Area ini dapat menjadi alternatif wisata di tengah banyaknya pembangunan hotel. Maka, konsep perancangan harus dapat mewadahi kebutuhan-kebutuhan dalam memperkenalkan budaya dan memiliki karakteristik lingkungan sekitar yang menyesuaikan fungsi. Objek rancang ini mengambil prinsip-prinsip dalam arsitektur Bali, material yang terdapat di lingkungan, dan tipologi bangunan di sekitar lingkungan perancangan. Konsep desain ini akan menghasilkan hubungan yang berkelanjutan antara aspek kebudayaan, lingkungan, dan penggunanya.

Bali is one of the tourist destinations in Indonesia that offers a diversity of cultures and natural beauty, having high tourist visits but not all regions in Bali can enjoy sweet fruit from tourism.The cultural center as a place to explore the uniqueness of culture that has not been exposed by tourists can be a tourist alternative amidst many hotel developments. Then the design concept must be able to accommodate the needs in introducing culture and having the characteristics of the surrounding environment with the function adjusted. The object of design takes the principles in Balinese architecture, the material contained in the environment and typology of buildings around the design environment. This design concept will produce an ongoing relationship between aspects of culture, the environment, and its users.

C17

Ananta Wicaksana Wiryagian

08111540000093

ananta.wicak11@gmail.com


170

Kompilasi Tugas Akhir 120

C18

Perancangan Hotel Resort dengan Pendekatan Lokalitas dalam Arsitektur Dusun Sade di Lombok Designing Resort Hotel with Locality Approaches in the Architecture of Sade Village in Lombok

C18

Farah Fadila Haniman

Dosen Pembimbing

Tjahja Tribinuka, ST, MT.

Luas Lahan

30.000 m

Luas Bangunan

14.052 m2

08111540000041

2

farahfadillah65@gmail.com

Lombok, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

171

Lombok merupakan salah satu tempat destinasi wisata yang sangat menarik untuk didatangi oleh wisatawan. Banyak penginapan dari hotel hingga resort yang ada di daerah tersebut, namun sedikit yang dapat tertampung untuk inap sedangkan saat ini banyaknya peningkatan wisatawan yang akan datang. Dengan adanya resort ini menjadi fasilitas wisata di Lombok bertambah lagi karena konsep yang ditawarkan layaknya seperti Desa Sade dari massa fasad bangunan menyerupai rumah adat Suku Sasak. Pengunjung bisa merasakan sama seperti berada pada kawasan Desa Sade dan merasakan atmosď€ r yang sama ketika menginap di Resort ini. Lokalitas menjadi pedekatan utama yang diterapkan dalam desain perancangan Resort Lombok ini. Pendekatan tersebut dilakukan untuk memunculkan kembali tradisi adat Desa Sade yang masih ada dan diterapkan pada perancangan resort ini. Metode yang di gunakan adalah kontekstualisme dengan mengaitkan Desa Sade dari Suku Sasak untuk perluasan area agar adat istiadat terjaga dari tergerusnya zaman saat ini.

Lombok is one of the most attractive tourist destinations to be visited by tourist. Many accomodation from hotels to resort are here, but few can accomodate a temporary stay while the number of tourist is increasing. With this resort a tourist facility in Lombok adds more because the concept offered is like the Sade Village from the masses to the facade of the building in accordance with the traditional Sasak Tribe House. Visitors can feel the same as being in the Sade Village area and feel same atmosphere of compilation staying at this resort. Local desain applied in the design of Lombok Resort design. Needed to bring back the tradition of Sade Village that still exists and is applied to the design of this resort. The methode used is constextualism by linking the village of Sade from the Sasak tribe to seize the area so that customs are recovered from the erosion of the present age. C18

Farah Fadila Haniman

08111540000041

farahfadillah65@gmail.com


172

Kompilasi Tugas Akhir 120

C19

Desa Wisata Budaya Menang dengan Pendekatan Lokalitas Village Tourism Menang with a Locality Approach

C19

Windy Mukhsiana Dewi

Dosen Pembimbing

Ir. Andy Mappa Jaya, M.T

Luas Lahan

10000 m

Luas Bangunan

3064.7 m2

08111540000040

2

windymukhsianadewi@gmail.com

Kediri, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

173

Desa Wisata Budaya merupakan sebuah objek arsitektural yang merespon tentang lokalitas. Lokalitas merupakan sesuatu yang berkaitan dengan budaya etnis tertentu (budaya lokal /setempat), dan dicerminkan pada kehidupan masyarakat tertentu (setempat).

2

Filosoď€ tertinggi dari lokalitas arsitektur adalah tidak merusak alam. Pada dasarnya ada 3 komponen, yaitu manusia, budaya, dan alam. Lokal atau lokalitas mununjukkan ruang interaksi tempat peristiwa atau situasi. Lokalitas arsitektur merupakan aset budaya yang harus dipertahankan dan dikembangkan keberadaannya mengingat aset tersebut menunjukkan peradaban kehidupan berbudaya suatu bangsa.

3

Dengan menghadirkan objek yaitu sebuah desa wisata budaya yang masih mempertahankan lokalitas serta budaya dirasa mampu untuk menjawab permasalahan bagaimana memperthankan lokalitas suatu tempat. Cultural Tourism Village is an architectural object that responds to locality. Locality is something that is related to a particular ethnic culture (local / local culture), and is reected in the lives of certain (local) communities. The highest philosophy of architectural locality is not to destroy nature. Basically there are 3 components, namely human, culture, and nature. Local or locality indicates the space for interaction in the event or situation. Architectural locality is a cultural asset that must be maintained and developed because its existence shows the civilization of a nation's cultural life.

4

By presenting the object of a cultural tourism village that still maintains locality and culture it is felt capable of answering the problem of how to maintain the locality of a place.

C19

Windy Mukhsiana Dewi

08111540000040

windymukhsianadewi@gmail.com


174

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 C20

Hotel Kampung Nelayan Kenjeran

Surabaya, Indonesia

Kenjeran Fisherman Village Hotel

C20

Dosen Pembimbing

Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, Ph.D.

Luas Lahan

29.000 m

Luas Bangunan

8.850 m2

Joshua Alexandre Pratasik

08111540000099

2

pratasik.joshua@gmail.com


Kompilasi Tugas Akhir 120

175

Kemajuan teknologi memudahkan kehidupan manusia di berbagai aspek. Dalam arsitektur, kemajuan teknologi berpengaruh negatif berupa replikasi arsitektur, berdampak pada wilayah tempat arsitektur berdiri. Arsitektur hadir untuk merespon identitas wilayah tersebut, memposisikannya sebagai konteks rancangan. Kehadirannya tidak mampu merespon konteks sekitar dengan optimal dan menjadi benda asing di lingkungan tersebut dan m e m b u r a m k a n i d e n t i t a s w i l a y a h s e k i t a r, mengakibatkan placelessness.

2

Critical regionalism merespon kondisi placelessness tersebut dengan menguatkan jiwa tempat di kawasan Kenjeran. Critical regionalism berangkat dari kehidupan masyarakat kampung nelayan Kenjeran. Dengan metode interpretasi ulang dengan idiom kontemporer, Hotel Kampung Nelayan Kenjeran merupakan hotel dengan konsep shifting sebagai jawaban dari permasalahan yang diangkat. Berfokus pada elemen sirkulasi yang diintegrasikan dengan permainan elevasi dan material, didukung dengan permainan penghawaan dan penerangan dalam desain.

3

Technological advances help humans in various aspects. In architecture, it brings negative effect such as architecture replication, affecting the surrounding region. Architecture must respond to regional identity by placing it as design context, but it won't be able to respond optimally; it becomes a foreign object and blurs the region's identity, causing placelessness. Critical regionalism responds by strengthening the spirit of place of Kenjeran region. It departs from the local ď€ sherman community. By using reinterpretation with contemporary as the method, the Kenjeran Fisherman Village Hotel is a hotel with a concept called shifting, as a solution of the issue. It focuses on circulation that are integrated with the playful elevation and materiality, also with ventilation and illumination in the design.

4 C20

Joshua Alexandre Pratasik

08111540000099

pratasik.joshua@gmail.com


176

Kompilasi Tugas Akhir 120

C21

Notopia: Hybrid Tower

Notopia: Hybrid Tower

C21

Tahani Bamazroek

Dosen Pembimbing

Endy Yudho Prasetyo, ST., MT.

Luas Lahan

17.000 m

Luas Bangunan

45.000 m2

08111540000075

2

tahanimaze@gmail.com

Jakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

177

Notopia pertama kali dikenalkan oleh The Architectural Review. Notopia adalah hilangnya identitas dan semangat budaya akibat munculnya fenomena arsitektur generik secara global. Desain yang diajukan bertujuan sebagai kritik akan notopia. Desain berusaha melawan fenomena notopia dengan membawa kembali unsur lokal dan budaya ke dalam arsitektur tanpa menutup mata pada perkembangan zaman. Ide desain diterapkan pada bangunan kantor sewa karena bangunan kantor sewa sering kali menjadi korban dari arsitektur generik. Secara garis besar, desain diwujudkan dengan menghibridisasi elemen-elemen arsitektur dalam konteks regional dan elemen-elemen arsitektur dalam konteks internasional. Hibridisasi dari tiap elemen menghasilkan sesuatu yang baru tanpa menghilangkan nilai budaya setempat.

Notopia was ď€ rst introduced by The Architectural Review. Notopia is the loss of identity and cultural vibrancy – a global pandemic of generic buildings. The design proposed was intended as a criticism of notopia. Design seeks to counter the phenomenon of notopia by bringing back local elements and culture into architecture without ignoring the present technology. The design idea is applied to ofď€ ce buildings because ofď€ ce buildings are buildings that are often victims of generic architecture. Broadly speaking, the design is realized by hybridizing architectural elements in regional contexts and architectural elements in an international context. Hybridization of each element creates something new without losing the local cultural value.

C21

Tahani Bamazroek

08111540000075

tahanimaze@gmail.com


178

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

179


180

Kompilasi Tugas Akhir 120

PERILAKU & KOGNISI Relasi antara manusia dengan arsitektur dideskripsikan sebagai sebuah siklus, oleh pernyataan yang terkenal dari Winston Churchill : “We shape our buildings, thereafter the buildings shape us,” Hingga saat ini, tidak ada yang pernah menyanggah pernyataan tersebut. Kesadaran bahwa arsitektur dapat mengubah atau membentuk persepsi penggunanya menjadikan arsitektur lebih membumi, menjadikan manusia sebagai subjek utamanya. Bagian ini membahas berbagai macam fenomena dan kondisi yang berhubungan dengan mental manusia, dan bagaimana arsitektur kemudian diposisikan sama seperti yang disebutkan oleh Churchill : ia didesain sebagai respons kondisi manusianya, dan di saat yang sama didesain untuk mengubah kondisi manusianya pula.

The relations between human and architecture is dened as a cycle, infamously stated by Winston Churchill : “We shape our buildings, thereafter the buildings shape us,” Until now, no one ever disapprove the notion. The understanding that architecture could change or form the perception of its users causes architecture becomes more grounded, making human as the central subject. The chapter expresses many phenomenons and conditions that relate to the human's consciousness, and how then architecture is positioned, just exactly as Churchill said : It is designed as a response to its human condition, while at the same time also designed to change the human condition.

D


Kompilasi Tugas Akhir 120

01 Toward Better Life:

Sekolah untuk Anak Autisme dan Tuna Grahita 08111540000024 Adviza Rindang Cahyaning advizarindang110@gmail.com

02 Perpustakaan Umum

dengan Konsep Knowledge Experience 08111540000102 Ghina Rizki Hanifa ghinahanifa@gmail.com

03 Arsitektur dan Insekuritas pada Tempat: Fasilitas Olahraga Ponorogo

08111540000015 Bela Pravitasari bela.pravitasari@gmail.com

04 Kompleksitas Mood Bipolar sebagai Sarana Eksplorasi Taman Hiburan 08111540000059 Maulina Nur Saidah nsmaulinans@gmail.com

05 Behaviour Setting: Permukiman Vertikal Pekerja Perempuan 08111540000016 Rani Primatiwi raniprimatiwi23@gmail.com

06 Fasilitas Olahraga Ramah Disabilitas sebagai Bentuk Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas 08111540000101 Amalia Nur Sabrina amalianursabrina@gmail.com

07 Coworking Space

dengan Konsep Fleksibilitas 08111540000010 Zahrotur Rahmania Firliani ď€ rly08101997@gmail.com

08 Rehabilitasi Stres Melalui Relaksasi Panca Indera 08111540000108 Krisa Rizky Satriawan krisnars17@gmail.com

09 Klinik Paliatif Pediatrik

dengan Pendekatan Biophilic 08111540000051 Karina Santosa karinasantosa18@gmail.com

10 Sanaetoria : Arsitektur sebagai Pengubah Stigma Kesehatan Mental 08111540000113 Quinsha Jasmine Haq quinsha@gmail.com

181


182

Kompilasi Tugas Akhir 120

11 Pusat Rehabilitasi PTSD Gempa Lombok

08111540000001 Yohanes Redi Baskoro redigones@gmail.com

12 Therapeutic Space untuk

Rehabilitasi Trauma Bencana 08111540000056 Yusuf Sambada yusuf.sambada15@gmail.com

13 Pusat Perawatan Depresi

Residensial : Pendekatan Psikososial dalam Desain 08111540000045 Cleodora Ratih Mavida cleoraram2@gmail.com

14 Griya Alzheimer : Arsitektur

Berbasis Perilaku dan Lingkungan 08111540000090 Alia Ghinantatia Thahir ghinantatialia@gmail.com

16 The Unsane : Place(bo) for Wellness

08111540000032 Alnda Rizka Permatasari alndarizkap@gmail.com

17 Penerapan Healing Environment pada Pusat Rehabilitasi Cedera Tulang dan Trauma Pasca Mengalami Kecelakaan

08111540000044 Devy Sagita Ikawanti Haryono sagita.devy@gmail.com

18 Redenisi Penjara sebagai Fasilitas Rehabilitasi Mental

08111540000076 Fachri Abidzar fachri.abidzar97@gmail.com

19 Konektitas dan Desain Terapeutik:

Rumah Rehabilitasi bagi Anak Pelaku Kriminal 08111540000064 Desca Tri Widyaningrum dscatri@gmail.com

15 Re-Connect : Rumah Terapi

20 Pusat Informasi dan Edukasi

08111540000018 Aurelia Dewi aureliadw99@gmail.com

08111540000077 Zakiyatur Rohma lkim.zakibias@gmail.com

Untuk Korban Kekerasan (psikis) dalam Keluarga

untuk Pencegaha Human Trafcking


Kompilasi Tugas Akhir 120

21 Pusat Krisis Wanita : Rumah

26 Ruang Publik dan Rekreasi

08111540000094 Litani Evitasari katarinalitani@gmail.com

08111540000037 Fadel Dzahabi dzahabi007@gmail.com

Konseling dan Pengembangan Ketrampilan di Surabaya

22 Redesain Kampung Anak Negeri Wonorejo dengan Pendekatan Behavior Setting 08111540000098 Raiza Azalia Dewi raizaazalia@gmail.com

23 Galeri Literasi : Arsitektur Interaktif dengan Pendekatan Perilaku Anak 08111540000104 Nadirah Dinda Andriany R dindadhirany@gmail.com

24 Sekolah Dasar Kalibaru : Sarana Pendidikan dengan Pendekatan Kontekstual 08111440000028 Faris Aufarhan Raziky farisaufarhan92@gmail.com

25 Taman Dolanan Anak Surabaya

08111540000081 Gita Khoirin Nisa gitaknisa@gmail.com

Sebagai Pembuka Potensi Diri

27 Ruang Kerja Bersama Gen Z

dengan Pendekatan Desain Aktif dan Kinetis 08111540000055 Khodijah Mustofa kmustofa997@gmail.com

28 Community Center: Mengeksplor dan Mengembangkan Potensi Generasi Muda Kabupaten Lamongan 08111540000048 Wakhidiyah wakhidiyah88@gmail.com

183


184

Kompilasi Tugas Akhir 120

D01

Toward Better Life: Sekolah untuk Anak Autisme dan Tuna Grahita Toward Better Life: School for Autism and Intellectual Disabilities

D01

Dosen Pembimbing

Sarah Cahyadini, S.T., M.T., Ph.D.

Luas Lahan

10.000 m2

Luas Bangunan

7.688 m2

Adviza Rindang Cahyaning

08111540000024

advizarindang110@gmail.com

Semarang, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

185

Fasilitas pendidikan anak berkebutuhan khusus yang berada dalam ranah Sekolah Luar Biasa seringkali kurang mendapatkan perhatian khusus. Anak autisme dan tuna grahita yang sama sama memiliki hambatan dalam melakukan komunikasi dan interaksi pada lingkungan sekitar juga menimbulkan kebingungan tersendiri dalam menerjemahkan lingkungan tempat mereka belajar. Metode Evidence Based Design (EBD) digunakan untuk membantu menciptakan sebuah kualitas lingkungan terbangun berdasarkan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh disiplin ilmu arsitektur maupun disiplin ilmu lain, sehingga dapat menciptakan fasilitas pendidikan yang tidak hanya digunakan sebagai wadah anak Autisme dan Tuna Grahita dalam melakukan kegiatan pendidikan, namun juga bagaimana ruang, cahaya, sirkulasi dan elemen arsitektur lainnya dapat berperan sebagai media pembelajaran .

Educational facilities for children with special needs that are in the realm of the Extraordinary School often lack special attention. Autistic and intellectual disabilities children who share the same obstacles in communicating and interacting in the surrounding environment also create their own confusion in translating the environment in which they are studying. The Evidence Based Design (EBD) method is used to create a built environment quality based on research that has been done by architectural disciplines and other disciplines, so it is able to make education facilities either accommodating the education activities or how space, light, circulation, and other architectural elements could have roles in the learning process of children with ASD and ID as well.

D01

Adviza Rindang Cahyaning

08111540000024

advizarindang110@gmail.com


186

Kompilasi Tugas Akhir 120

D02

Perpustakaan Umum dengan Konsep Knowledge Experience Public Library with Knowledge Experience Concept Dosen Pembimbing Luas Lahan Luas Bangunan

D02

Ghina Rizki Hanifa

08111540000102

Dr. Arina Hayati, S.T, M.T 2

9.500 m

5.700 m2

ghinahanifa@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

187

Rendahnya minat baca yang sedang terjadi di Indonesia merupakan permasalahan serius yang harus diselesaikan. Salah satu hal yang mempengaruhi budaya minat baca masyarakat Indonesia adalah penyediaan fasilitas penunjang seperti perpustakaan. Sayangnya banyak bangunan perpustakaan di Indonesia yang masih menerapkan konsep konvensional, kurang memperhatikan penataan ruangan dan konsep arsitektural yang menarik minat baca pengunjung. Padahal, penyediaan fasilitas pendukung dan penataan ruangan yang ada di perpustakaan juga sangat berpengaruh untuk kenyamanan membaca, agar pengunjung nyaman dan betah untuk membaca lebih lama di perpustakaan. Perancangan ini menggunakan pendekatan Architecture Behaviorology dan metoda rancang concept-based framework dengan menggunakan konsep DunningKrueger Effect, yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan rasa semangat dalam mencari ilmu pengetahuan.

The low interest in reading happens in Indonesia is a serious problem that must be resolved. One of the things that affects the culture of reading interest in Indonesian society is the provision of supporting facilities such as libraries. Unfortunately, many library buildings in Indonesia still apply conventional concepts, pay less attention to the arrangement of rooms and architectural concepts that attract visitors to read. In fact, the provision of supporting facilities and the arrangement of rooms in the library are also very essential for the convenience of reading, so that visitors are comfortable and willing to read longer in library. This design uses the Architecture Behaviorology approach and the concept-based framework design method using the DunningKrueger Effect concept, which aims to increase reading interest and sense of enthusiasm in seeking knowledge. D02

Ghina Rizki Hanifa

08111540000102

ghinahanifa@gmail.com


188

Kompilasi Tugas Akhir 120

D03

Arsitektur dan Insekuritas pada Tempat : Fasilitas Olahraga Ponorogo Architecture and Insecurity of Place : Sport Facility in Ponorogo

D03

Bela Pravitasari

Dosen Pembimbing

Defry Agatha Ardianta S.T., M.T.

Luas Lahan

42.000 m

Luas Bangunan

34.000 m2

08111540000015

2

bela.pravitasari@gmail.com

Ponorogo, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

189

Insecurity diartikan sebagai perasaaan menduga akan adanya bahaya bagi diri seseorang. Walaupun terkadang insecurity bisa menginspirasi beberapa orang untuk lebih baik menjalani hidup, lebih banyak lagi orang yang menerima pengaruh negatif dari rasa insecure ini. Sebuah fenomena di Stadion Batoro Katong Ponorogo menjadi bukti bahwa persepsi manusia terhadap suatu tempat bisa menimbulkan rasa insecure dan akhirnya mempengaruhi perilaku manusia pada suatu tempat dimana area stadion dianggap berbahaya dan mulai ditinggalkan. Dengan menggunakan metode Desain Rasional dari Nigel Cross stadion ini dirancang kembali dengan memperhatikan isu insekuritas dan elemen desain yang mempengaruhinya. Jika dilihat dari fisik bangunan, faktor yang paling berpengaruh pada persepsi insecurity adalah faktor visual. Sehingga untuk mengurangi rasa insecurity, mengubah persepsi manusia terhadap stadion, dan menciptakan interaksi manusia di dalam stadion ini adalah dengan membuat fasilitas olahraga yang dapat menarik user untuk beraktifitas didalam stadion. Konsep desain yang diinginkan adalah visual clarity yaitu sebuah konsep yang berfokus pada indra penglihatan manusia sehingga tercipta rasa aman, nyaman, dan menyenangkan

Insecurity is interpretted as feeling that there is danger to someone.Although sometimes insecurity can inspire some people to do better in their lives,there are more people accept the negative effects of this sense of insecure. A phenomenon in Ponorogo as a proof that human perception affect human behaviour of one place where the area of a stadium seen as a dangerous place and left behind. By using Rational Method from Nigel Cross as design method, this stadium redesigned paying attention on insecurity issue and design elements that affects it. The biggest impact is from visual factor. So, the concept is visual clarity where focused on human sense of visuality. D03

Bela Pravitasari

08111540000015

bela.pravitasari@gmail.com


190

Kompilasi Tugas Akhir 120

D04

Kompleksitas Mood Bipolar sebagai Sarana Eksplorasi Taman Hiburan The Complexity of Bipolar’s Mood as an Exploration Means of Amusement Park Dosen Pembimbing Luas Lahan Luas Bangunan

D04

Maulina Nur Saidah

08111540000059

Dr. Arina Hayati, S.T, M.T 2

8.000 m

4.800 m2

nsmaulinans@gmail.com

Yogyakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

191

Pengalaman eksplorasi arsitektur tidak lepas dari penggunaan panca indera, khususnya indera penglihatan. Pengalaman visual mampu menciptakan persepsi bagi pengamat, namun persepsi yang timbul berbeda di masing-masing individu yang disebut sebagai perceptual design. Bipolar merupakan sebuah fenomena yang menarik mengenai penyandang bipolar yang memiliki suatu keadaan yaitu titik depresi dan titik mania terjadi secara ekstrim dalam waktu yang singkat. Hal ini biasa disebut sebagai mood swing. Bagaimanapun, uktuasi mood swing dapat menjadi suatu konsep yang menarik untuk diangkat dalam rancangan arsitektur, khususnya taman hiburan. Rancangan memiliki tujuan untuk mengadopsi pengalaman mood swing yang menerapkan metode persepsi visual sebagai media penyampai pesan kepada pengunjung seperti penggunaan warna, skala, dan proporsi yang berbeda. Architectural exploration is inseparable from the ď€ ve senses, especially the sense of sight. Visual experience is able to create perceptions to the observer, but perceptions arise differently in each person which is called perceptual design. Bipolar is an interesting phenomenon related to people with bipolar disorder who have a situation with two opposing points, depression and mania, in extremely short of time. It is commonly known as mood swing. However, mood swing's uctuation can be used as creative concept in architectural design, especially amusement park design. The design aims to accommodate the concept of mood swing experience that applies visual perception methods as a means of delivering messages to visitors. For examples, different colors, scale, and proportion are applied to architectural elements for giving different spatial experience.

D04

Maulina Nur Saidah

08111540000059

nsmaulinans@gmail.com


192

Kompilasi Tugas Akhir 120

D05

Behaviour Setting: Permukiman Vertikal Pekerja Perempuan Behaviour Setting: Vertical Housing for Female Workers

D05

Rani Primatiwi

Dosen Pembimbing

Johanes Krisdianto, S.T., M.T.

Luas Lahan

8.800 m

Luas Bangunan

5.280 m2

08111540000016

2

raniprimatiwi23@gmail.com

Batam, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

193

Pekerja industri di kawasan industri Muka Kuning sebagian besar merupakan pendatang dari luar Batam, dan didominasi oleh pekerja perempuan. Sebagian besar perusahaan industri menerapkan tiga sistem jam kerja, yaitu shift pagi, sore, dan malam. Pembagian sistem kerja itu memiliki resiko bagi pekerja perempuan pada shift malam, karena cenderung terjadi tindakan kriminal pada malam hari dalam keadaan sepi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirancang permukiman vertikal yang terintegrasi dengan kawasan industri sehingga memudahkan aksesibilitas dan mobilitas pekerja perempuan. Rancangan arsitektur ini menggunakan pendekatan Behaviour Setting ,yaitu berkaitan dengan hubungan perilaku pekerja perempuan dengan keadaan lingkungan sekitar kawasan industri. Permukiman vertikal ini akan dirancang berdasarkan dari beberapa golongan pekerja perempuan, baik yang sudah menikah maupun yang masih single.

Most industrial workers in Muka Kuning industrial area are migrants from outside Batam, and they are dominated by female workers. Most industrial companies apply three shifts, morning, evening and night. The shift system has a risk, especially for female workers on the night shift, because crime tends to occur at night in a dead street. Based on this background, vertical settlements are designed integrated with industrial estates to facilitate accessibility and mobility of female workers. The design of this architecture uses Behavior Setting approach, which is related to the relationship between the behavior of female workers and the environment around the industrial estate. These vertical settlements will be designed based on several groups of women workers, both married and single.

D05

Rani Primatiwi

08111540000016

raniprimatiwi23@gmail.com


194

Kompilasi Tugas Akhir 120

D06

Fasilitas Olahraga Ramah Disabilitas sebagai Bentuk Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas Disabled-friendly Sport Facilities as a Rights Fulď€ llment for People with Disabilities

D06

Amalia Nur Sabrina

Dosen Pembimbing

Wawan Ardiyan Suryawan, ST., MT.

Luas Lahan

11.000 m

Luas Bangunan

8.734 m2

08111540000101

2

amalianursabrina@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

195

Penyandang disabilitas lebih tinggi risikonya terkena obesitas dan depresi. Depresi dapat disebabkan oleh stres yang berlebihan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan adalah dengan berolahraga. Selain itu, olahraga juga dapat meningkatkan kepercayaan diri. Hal ini penting untuk penyandang disabilitas. Namun kenyataanya, Surabaya masih belum memiliki fasilitas khususnya di bidang olahraga yang ramah bagi penyandang disabilitas. Oleh karena itu, diperlukan adanya fasilitas olahraga yang dapat digunakan oleh penyandang disabilitas dengan baik melalui pendekatan perilaku menekankan pada hubungan antara ruang dengan manusia yang memanfaatkan atau menggunakan ruang tersebut, melalui penggunaan ukuran ruang dalam desain yang dilakukan melalui pendekatan pada postur, ukuran dan pergerakan pengguna.

People with disabilities have a higher risk of obesity and depression. Depression can be caused by excessive stress. An effort to improve health is by doing sports. In addition, doing sports can also increase self-conď€ dence. This is important for people with disabilities. But in fact, Surabaya still does not have facilities speciď€ cally in the ď€ eld of sports that are friendly to persons with disabilities. Therefore, it is necessary to have sports facilities that can be used by person with disabilities through a behavioral approach emphasizing the relationship between space and humans who use the space, through the use of space measurements in the design through posture, size and movement of user.

D06

Amalia Nur Sabrina

08111540000101

amalianursabrina@gmail.com


196

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 D07

Coworking Space dengan Konsep Fleksibilitas Coworking Space with Flexibility Concept

D07

Dosen Pembimbing

Ir. Rullan Nirwansjah, M.T.

Luas Lahan

8.000 m

Luas Bangunan

4.800 m2

Zahrotur Rahmania Firliani

08111540000010

2

ď€ rly08101997@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

197

Pada era digital sekarang, teknologi berkembang pesat, hampir semua orang telah menggunakan internet. Kemudahan akses tersebut berdampak pada cara bekerja manusia yang semakin eksibel. Sedangkan eksibilitas ruang kerja yang dimaksud yakni manusia tidak perlu mendenisikan bentuk ruang kerjanya sehingga memungkinkan adanya perubahan tata atur pada ruang, sehingga saat seseorang bekerja akan timbul presepsi ruang kerjanya sendiri dimana dia tidak terikat akan tatanan ruang yang kaku dan formal. Untuk merespon hal tersebut penerapan konsep eksibilitas pada coworking space dirasa merupakan pilihan yang tepat, karena bekerja di coworking space membuat seseorang tidak perlu datang ke kantor dari pagi hingga sore. Konsep tersebut juga dihubungkan dengan pendekatan behavior architecture dan metafora alam dari honeycomb menggunakan metode force based framework untuk meningkatkan produktivitas kerja.

2 3

In digital era, technology is growing rapidly, everyone has used the internet. The ease of access has an impact on the increasingly exible way of working humans. Whereas the exibility of the workspace in question is that humans do not need to dene the form of their work space that there is a change in the arrangement of space, so that when someone works, the perception of his own work space will arise where he is not bound to a formal and rigid space. To respond to this, the application of the concept of exibility on coworking space is considered the right choice, because working on coworking space makes it impossible for someone to come to the ofce from morning to evening. The concept is also related to the behavior architecture approach and the natural metaphor of the honeycomb using the force based framework method to increase work productivity.

4 D07

Zahrotur Rahmania Firliani

08111540000010

rly08101997@gmail.com


198

Kompilasi Tugas Akhir 120

D08

Healing Architecture: Rehabilitasi Stress Sensori Panca Indera Healing Architecture: Stress Rehabilitation Sensory Relaxation (Visual and Aural)

D08

Krisna Rizky Satriawan

Dosen Pembimbing

Collinthia Erwindi, ST., MT.

Luas Lahan

10.000 m

Luas Bangunan

7.000 m2

08111540000108

2

krisnars17@gmail.com

Jakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

199

Stress merupakan keadaan dimana manusia merasa tidak mampu mengendalikan emosinya karena tekanan dari berbagai faktor yang ada. Banyak penderita stress terutama pada usia produktif membutuhkan penanganan khusus secara tepat agar tidak berlanjut menuju penyakit mental yang lebih serius. Fenomena yang dilihat adalah para karyawan kantor di DKI Jakarta yang memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan pekerjaan lain karena faktor gaji, waktu, dan tekanan dari berbagai pihak. Pengurangan rasa stress yang dialami oleh para karyawan pada masyarakat usia produktif dapat dikurangi dengan cara rehabilitas. Tempat rehabilitasi yang dimaksud bukanlah tempat yang mengisolasi penggunanya agar tidak dapat berinteraksi dengan masyarakat luar, namun tempat rehabilitasi yang mampu menangani para penggunanya sesuai tingkat stress yang dimiliki. Dengan pendekatan sensori panca indera yaitu visual dan aural yang diyakini mampu memberikan dampak signikan pada penderita stress diharapkan mampu menjadi solusi bagi karyawan kantor di DKI Jakarta dalam mengurangi stress-nya. Stress is a condition where human feel unable to control their emotions due to pressures from various factors. Many sufferers from stress, especially in the productive age, need to be specially handled appropriately so they won’t go further to more serious mental illness. The phenomenon seen is how ofce workers in DKI Jakarta have higher stress levels than other jobs due to salary, time, and pressure from various parties. Reducing the sense of stress experienced by employees or the productive age society can be reduced by rehabilitation. The intended rehabilitation site is not a place that isolates users so they cannot interact with the community, but a rehabilitation place that is able to handle its users according to the level of stress they have. With the sensory approach, visual and aural, which are capable to have a signicant impact on stress sufferers, this place hoped can be a solution for DKI Jakarta ofce employees in reducing their stress.

D08

Krisna Rizky Satriawan

08111540000108

krisnars17@gmail.com


200

Kompilasi Tugas Akhir 120

D09

Klinik Paliatif Pediatrik dengan Pendekatan Biophilik Palliative Pediatric Clinic Using Biophilik Approach

D09

Karina Santosa

Dosen Pembimbing

Wawan Ardiyan Suryawan, ST., MT.

Luas Lahan

11.450 m

Luas Bangunan

12.780 m2

08111440000051

2

karinasantosa18@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

201

Pen y aki t ka n ke r pa da a n ak m eny ebab ka n penurunan kualitas hidup yang dapat mengurangi masa hidup pasien pediatric. Objek rancang merupakan klinik paliatif yang mana merupakan suatu klinik yang berproses pada kesembuhan pasien pediatric dari sisi kesehatan mental untuk menunjang peningkatan kualitas hidup. Dalam objek rancang, pengaplikasian pendekatan arsitektur biophilik dapat dikorelasikan sebagai usaha peningkatan kualitas hidup pasien pediatric penderita kanker dengan adanya 14 prinsip yang berhubungan dengan stress reduction dan berpengaruh terhadap cognitive performance. Pengaplikasian aspek-aspek arsitektur biophilik yang digabungkan dengan user-centered design dapat menciptakan ruang yang mewadahi dan mengakomodasi kebutuhan psikologi, psikomotorik, psikososial pasien pediatric penderita kanker dan keluarga, serta tenaga ahli untuk membantu meningkatkan kualitas hidup pasien dan menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien.

Cancer in children could causes a decrease of quality of life that could reduce the life span of pediatric patients. Designed object is a palliative clinic which is a clinic that processes the healing of pediatric patients in terms of mental health to support improvement of quality of life. In designed objects, the application of biophilic architecture approach would be correlated as an effort to improve the quality of life of pediatric patients with cancer with 14 principles related to stress reduction and inuence cognitive performance. The application of aspects of biophilic architecture combined with user-centered design would create a space that accommodates and accommodates the needs of psychology, psychomotor, psychosocial pediatric patients with cancer and families, and experts to help improve patients’s quality of life and create a comfortable atmosphere for the patients.

D09

Karina Santosa

08111440000051

karinasantosa18@gmail.com


202

Kompilasi Tugas Akhir 120

D10

Sanaetoria: Arsitektur Sebagai Pengubah Stigma Kesehatan Mental Sanaetoria: Eliminating Mental Health Stigma with Architecture

D10

Quinsha Jasmine Haq

Dosen Pembimbing

Defry Agatha Ardianta, S.T., M.T.

Luas Lahan

5.950 m2

Luas Bangunan

Âą1500 m2

08111540000113

quinsha@gmail.com

Jakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

203

Di masa sekarang ini masih ada beberapa pandangan di beberapa kalangan masyarakat yang melihat gejala psikopatologi sebagai hal yang tidak nyaman untuk dibicarakan, hal tersebut yang akhirnya menimbulkan sebuah stigma dan diskriminasi kepada orang-orang yang memiliki permasalahan mental. Di Indonesia, kesehatan mental hampir dianggap tidak ada, hal ini karena masih adanya stigma yang sangat kuat. Arsitektur berperan sebagai wadah pemulihan kesehatan mental dan juga membuat persepsi sendiri pada masyarakat dan individu yang memiliki permasalahan mental. Maka respon arsitektural untuk fenomena ini adalah membuat sebuah arsitektur yang bertujuan untuk menghilangkan stigma dan juga dengan memiliki aktivitas yang dapat memulihkan penyakit mental. Menggunakan pendekatan fungsionalitas, dimana arsitektur ini harus berfungsi dan memenuhi kebutuhannya sedangkan untuk metodenya menggunakan research-based method dimana setiap keputusan dalam mendesain merujuk kepada data yang sudah ada. Now days there is still some perspective and responses from society that see mental health issue as something that uncommon and uncomfortable to talk. This thing generates a stigma and discrimination to people who’s dealing with mental illness. In Indonesia unfortunately mental health is almost not existed, this is because the strong stigma a b o u t m e n t a l h e a lt h i t s e l f. A r c h i t e c t u r e accommodates mental health treatment, which also generates its own perception in society as well as the individual who has this problem. So the architectural response for this phenomenon is making architecture that aims to eliminate the stigma and also accommodates some activities that could cure the illness itself. Using a functionalism approach, where this architecture should meet the user needs. For the design method, a research-based method is used, where every design decision refers to data that already existed.

D10

Quinsha Jasmine Haq

08111540000113

quinsha@gmail.com


204

Kompilasi Tugas Akhir 120

D11

Rehabilitasi Korban PTSD Gempa Lombok Rehabilitation for Lombok Earthquake PTSD Victims

D11

Yohanes Redi Baskoro

Dosen Pembimbing

Rabbani Kharismawan, S.T., M.T.

Luas Lahan

10194.9 m

Luas Bangunan

3096.75 m2

08111540000001

2

red.baskoro@gmail.com

Lombok, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

205

Pusat rehabilitasi mental merupakan fasilitas penting dalam menangani trauma maupun gejala psikis lainnya, dimana para pasien menerima perawatan intensif serta diikutkan dalam kegiatan-kegiatan komunal untuk melawan rasa trauma mereka. Gempa Lombok pada tahun 2018 merupakan salah satu fenomena yang membuat para korban berpotensi menderita trauma/Post Traumatic Post Disorder (PTSD). Ide desain berawal dari kejadian tersebut, dimana setelah gempa terjadi para korban merasa takut berada dalam bangunan terutama bangunan tinggi. Desain ini merespon isu tersebut dengan konsep courtyard design dimana pada pusat bangunan diberi softscape untuk kegiatan rehabilitasi sekaligus sebagai kontrol terhadap penghawaan. Bangunan juga didesain berlantai rendah dan tidak menggunakan kantilever untuk menghindari keruntuhan bangunan apabila suatu saat terjadi gempa lagi.

The mental rehabilitation center is an important facility in dealing with trauma and other psychological symptoms, where patients receive intensive care and are included in communal activities to cure their trauma. Lombok earthquake in the middle of 2018 was one of the phenomena that made the victims potentially suffer from trauma / Post Traumatic Post Disorder (PTSD). The design idea originated from that incident, where after the earthquake occurred the victims felt afraid to be inside the buildings, especially tall buildings. This design responds to the issue with the concept of courtyard design where the center of the building is given a softscape for rehabilitation activities as well as control of air condition. Buildings are also designed with low floors and not using cantilever to avoid building collapse when an earthquake occurs again.

D11

Yohanes Redi Baskoro

08111540000001

red.baskoro@gmail.com


206

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 D12

Therapeutic Space untuk Rehabilitasi Trauma Bencana Therapeutic Space for Disaster Trauma Rehabilitation Dosen Pembimbing Luas Lahan Luas Bangunan

D12

Yusuf Sambada

08111540000056

Irvansyah, ST., MT. 2

11.120 m 4.551 m2

yusuf.sambada15@gmail.com

Yogyakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

207

Provinsi Yogyakarta tak asing lagi dengan peristiwa bencana alam disebabkan oleh faktor geograď€ s daerah tersebut. Dibalik hancurnya ď€ sik bangunan, material, dan infrastruktur lainnya, persitiwa ini juga mengakibatkan efek kejiwaan dan luka psikologis seorang individu yang seharusnya menjadi perhatian penting. Berdasarkan peristiwa diatas diperlukan fasilitas rehabilitasi kesehatan yang berkontribusi secara aktif baik dengan aktivitas ď€ sik maupun non ď€ sik dalam proses penyembuhan. Aspek tersebut dirasakan oleh pengguna melalui kenyamanan fasilitasnya yang menstimulasi kesadaran positif mengenai dirinya dan mendorong agar memperbanyak interaksi dengan lingkungan, alam, dan orang-orang di sekitar. Konsep rancang didasari oleh pemetaan perilaku pengguna, karakteristik iklim lingkungan, dan atribut healing environment sebagai upaya treatment pada trauma pasca bencana.

Province of Yogyakarta is familiar to disaster events caused by geographical factors in the area. Behind the destruction of physical buildings, materials, and other infrastructures, this event also causes psychological effects and psychological injuries to an individual that should be an important concern. Based on these events, health facilities are needed that actively contribute both to relaxation and stimulation in the healing process. This aspect is felt by the user through the comfort of these facilities which stimulates a positive awareness about themselves and encourages to increase relations with space, nature, and the people around. The design concept is based on the mapping of user behavior, characteristics of the environmental climate, and attributes of the healing environment as an effort to treat disaster trauma. D12

Yusuf Sambada

08111540000056

yusuf.sambada15@gmail.com


208

Kompilasi Tugas Akhir 120

TREATMENT MALL

D13

Pusat Perawatan Depresi Residensial: Pendekatan Psikososial dalam Desain Residential Depression Treatment Center: Psychosocial Approach in Design

D13

Cleodora Ratih Mavida

Dosen Pembimbing

Sarah Cahyadini, S.T., M.T., Ph.D.

Luas Lahan

10.500 m2

Luas Bangunan

7.150 m2

08111540000045

cleoraram2@gmail.com

Yogyakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

209

Treatment Mall merupakan trend model rehabilitas psikososial di fasilitas psikiatri yang telah banyak diterapkan pada Rumah Sakit Jiwa di seluruh Amerika Serikat. Jika fasilitas ini umumnya terletak di kawasan yang jauh dari keramaian, bagaimana jika fasilitas ini berada di tengah-tengah kawasan perdagangan dan jasa? Dalam obyek rancang ini, Treatment Mall, salah satu pendekatan yang mengusung konsep patiencentered, diaplikasikan sebagai fasilitas utama sebuah pusat perawatan bagi penderita depresi. Bersama dengan fasilitas residensial dan administrasi, obyek rancang ini dapat menjadi tipologi baru dalam fasilitas kesehatan di Indonesia yang menggunakan interaksi pasien dengan masyarakat secara langsung sebagai salah satu jenis perawatannya. Sehingga dengan adanya rancangan ini dapat mengurangi stigma masyarakat bahwa fasiltas perawatan kesehatan jiwa, khususnya depresi, terlihat tidak ramah dan menakutkan.

R. TERAPI KELOMPOK

R. TERAPI INDIVIDU

4 R. SKILL-DEVELOPMENT

R. SKILL-DEVELOPMENT

Treatment Mall is a trend in nowadays Psychosocial Rehabilitation models in psychiatric facilities that have been widely applied to Mental Hospitals throughout the United States. If this facility is generally located in an area away from the crowd, how will it be different if it is in the middle of a trade and service area? In this design object, Treatment Mall, approach that carries the concept of patiencecentered, is applied as the main facility of a treatment center for sufferers of d e p r e s s i o n . To g e t h e r w i t h r e s i d e n t i a l a n d administrative facilities, this design object can become a new typology in health facilities in Indonesia that directly uses patient and community interactions as one of its treatments. Therefore that this design can reduce the stigma of the community that mental health facilities, especially depression, look unfriendly and frightening.

D13

Cleodora Ratih Mavida

08111540000045

cleoraram2@gmail.com


210

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 D14

Griya Alzheimer : Arsitektur Berbasis Perilaku dan Lingkungan Alzheimer’s Home : Architecture Based on Behaviour and Environment

D14

Dosen Pembimbing

Ir. Purwanita Setijanti, M.Sc., Ph.D.

Luas Lahan

13.000 m

Luas Bangunan

7.800 m2

Alia Ghinantatia Thahir

08111540000090

2

ghinantatialia@gmail.com

Yogyakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

211

Alzheimer merupakan salah satu penyakit paliatif yang mengakibatkan penderita mengalami perubahan perilaku karena kerusakan jaringan otak. Di Indonesia tiap tahunnya, tingkat Alzheimer terus meningkat terutama pada Kota Yogyakarta. Perubahan perilaku mengakibatkan penderita kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari - hari. Perubahan tersebut dapat direspon dengan arsitektur. Pendekatan arsitektur perilaku dapat digunakan sebagai Behaviour Setting dalam membantu penderita dapat beradaptasi dengan perubahan perilakunya. Fasilitas perawatan paliatif yang dirancang adalah hunian selaku objek yang memiliki waktu interaksi yang panjang dengan manusia dengan berbagai terapi serta fasilitas penunjang. Metode Biomimikri dijadikan acuan konsep perancangan ini. Biomimikri yang diambil yaitu Otak Penderita Alzheimer.

Alzheimer's is one of the palliative diseases that causes patients to experience behavior changes due to damage to brain tissue. In Indonesia each year, Alzheimer's rates continue to increase, especially in Yogyakarta. Changes in behavior result in sufferers having difď€ culty in carrying out daily activities. These changes can be responded with Architecture. Behavioral Architecture approach can be used as Behavior Setting to help sufferers to adapt to changes in behavior. The palliative care facilities designed are residential as objects that have a long interaction time with humans with various therapies and supporting facilities. The Biomimicry method is used as a reference for this design concept. Biomimicry taken is the Brain of Alzheimer's Patients. D14

Alia Ghinantatia Thahir

08111540000090

ghinantatialia@gmail.com


212

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 D15

Re-Connect: Rumah Terapi Untuk Korban Kekerasan (Psikis) Dalam Keluarga Re-Connect : House Of Therapy For Psychic Victims In Domestic Violence

D15

Aurelia Dewi

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Murni Rachmawati, MT.

Luas Lahan

6.743 m2

Luas Bangunan

2.169 m2

08111540000018

aureliadw99@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

213

Kekerasan dalam keluarga karena sifatnya yang sensitif dan pribadi banyak korban yang tidak melaporkan kekerasan tersebut kepada pihak berwenang. Faktor ini juga bisa terjadi karena masyarakat yang menganggap biasa suatu kekerasan dalam keluarga. Begitu juga dengan dampaknya, banyak korban yang menghiraukan luka psikologis yang dapat terjadi. Luka psikologis tersebut dapat mengarahkan korban terhadap halhal yang lebih buruk kedepannya. Dengan menggunakan metode Evidance-Based Design sebagai acuan dan menerapkan konsep rancang Arsitektur Therapeutic objek perancangan didefinisikan sebagai tempat penyembuhan dan terapi bagi keluarga yang mengalami kekerasan dalam keluarga. Sebuah tempat singgah keluarga, anak – anak dan orang tua dengan tujuan memberikan perlindungan terhadap tindak kekerasan dalam keluarga sebelum mereka siap untuk kembali lagi ke lingkungan luar.

Domestic violence because of its sensitive and personal many victims do not report the violence to the authorities. This factor can also occur because people consider violence in the family is something ordinary. Likewise with the impact, many victims ignore psychological injuries that can occur. These psychological injuries can lead the victims to do things that are worse in the future. By using the Evidance-Based Design method as a reference and applying the design concept of Therapeutic Architecture, object design is defined as a place of healing and therapy for families who experience domestic violence. A family haven, children and parents with the aim of providing protection against acts of violence in the family before they are ready to return to the outside environment.

D15

Aurelia Dewi

08111540000018

aureliadw99@gmail.com


214

Kompilasi Tugas Akhir 120

D16

Rumah Sehat Jiwa: Place(bo) untuk Kesejahteraan Healthpital: Place(bo) for Wellness

D16

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Asri Dinapradipta, M.B.Env.

Luas Lahan

7.200 m

Luas Bangunan

6.100 m2

Alď€ nda Rizka Permatasari

08111540000032

2

alď€ ndarizkap@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

215

Kesehatan mental yang baik ditandai dengan mampunya individu memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, sehingga muncul kondisi sejahtera (well-being). Depresi dan kecemasan merupakan gangguan jiwa terbanyak yang diderita masyarakat perkotaan dan membutuhkan penanganan khusus. Pendekatan perilaku digunakan untuk membuat sebuah arsitektur plasebo. Rancangan berupa wellness center berusaha memunculkan kesan ramah, eksibel, dan nyaman. Dengan memasukkan berbagai pelayanan yang mendukung kesehatan jiwa dan memperbesar kesempatan tiap user dalam menggunakan ruang berdasarkan teori proksemik, akan tercipta efek plasebo yang kemudian akan membantu dalam proses peneriman diri serta penyembuhan pasien.

A good mental health state is characterized by the ability of individuals to utilize their cognitive and emotional abilities, functioning in the social communities, and fulll their daily needs, so that a well-being condition is also achieved. Depression and anxiety are the most mental disorders suffered by city dwellers, therefore they require specic care and treatment.

4

Behavioral approach is used to design a placebo architecture. The proposal of the wellness center seeks to create a friendly, exible and comfortable atmosphere. By incorporating various services supporting mental health awareness and increasing the opportunity for each user in using their space based on the proxemic theory, a placebo effect will be created which will help in the process of selfacceptance and healing.

D16

Alnda Rizka Permatasari

08111540000032

alndarizkap@gmail.com


216

Kompilasi Tugas Akhir 120

D17

Penerapan Healing Environment pada Pusat Rehabilitasi Cedera dan Trauma Pasca Mengalami Kecelakaan Application of Healing Environment in the Rehabilitation Center of Bone and Traumatic Injuries Post-Accident

D17

Devy Sagita I. Haryono

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT.

Luas Lahan

23.200 m2

Luas Bangunan

14.400 m2

08111540000044

sagita.devy@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

217

Kesadaran akan pentingnya menangani gangguan stres pasca-trauma (PTSD) akibat mengalami kejadian traumatis berupa kecelakaan cukup kurang dikalangan masyarakat perkotaan. Hal tersebut dapat membahayakan dan menimbulkan kerusakan pada kesehatan ď€ sik dan psikis seseorang. Rehabilitasi Cedera Tulang dan Trauma Pasca Kecelakaan yang menerapkan Healing Environment ini adalah hasil pemikiran dari apa yang dibutuhkan oleh penderita PTSD. Rehabilitasi ini menyuguhkan lingkungan dan suasana yang aman, nyaman, dan menyehatkan bagi pasien penderita PTSD. Hal tersebut diwujudkan dalam arsitektur yang membantu pemulihan cedera tulang dan trauma, seperti penggunaan skala ruang dan sirkulasi yang mementingkan kenyamanan pasien, penggunaan struktur dan warna yang memotivasi dan memberikan efek psikologis dan nyaman, serta fasilitas-fasilitas yang dapat membantu pengoptimalan pemulihan pasien.

Awareness of the importance of treating posttraumatic stress disorder (PTSD) due to experiencing a traumatic incident which is trafď€ c accident is quite lacking among urban communities. This can endanger and cause damage to physical and psycical health of someone. Rehabilitation of Bone and Traumatic Injuries Post-Accident that applies the Healing Environment is an architecture design based on what patients with PTSD problem needs. This rehabilitation presents a safe, comfortable and healthy environment for patients with PTSD problem. Those manifested in the architecture which helps recover bone and traumatic injuries, such as using space and circulation scales that emphasize patients comfort, the use of structures and colors that motivate and provide psychological effect and comforts, and facilities that can help patients recovery optimalization.

D17

Devy Sagita I. Haryono

08111540000044

sagita.devy@gmail.com


218

Kompilasi Tugas Akhir 120

D18

Redeď€ nisi Penjara sebagai Fasilitas Rehabilitasi Mental Redeď€ ning Prison as a Mental Rehabilitation Facility

D18

Fachri Abidzar

Dosen Pembimbing

Rabbani Kharismawan, S.T., M.T.

Luas Lahan

17.180 m2

Luas Bangunan

8385 m2

08111540000076

fachri.abidzar97@gmail.com

Kutai Kartanegara, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

219

Penjara merupakan sebuah sistem penghukuman kepada manusia yang melakukan kesalahan, yang berakhir dari mulai penahanan hingga eksekusi yang tentunya telah dilindungi oleh hukum yang berlaku pada wilayah tersebut. Namun seiring berjalanya waktu, kehadiran penjara dianggap tidak menyelesaikan masalah, ia malah meciptakan masalah-masalah sosial baru yang lebih rumit. Redeď€ nisi penjara merupakan sebuah gagasan tentang bagaimana penjara dapat menjadi sebuah bangunan yang mampu menjadi sarana yang tidak menekankan pada hukuman, namun lebih pada merehabilitasi pengguna yang berada di dalamya. Pada desain bangunan ini, pendekatan yang digunakan adalah melalui transformasi program ruang yang didapatkan melalui studi mengenai tipologi penjara yang berada di Indonesia. Desain kemudian menekankan pada sirkulasi bangunan, ruang luar, serta pencahayaan dan penghawaan alami.

Prison is a system of punishment for human who have done a crime, which ended from detention to execution, which of course has been supported by the law that applies to those region. But overtime, the presence of prisons is considered not to solve the problem, it instead creates a new social problems that are more complicated to solve. Prison redeď€ nition is an idea of how prison can be a building that capable of being a tool that does not emphasize punisment, but rather to rehabilate the users in it. In this building design, the approach used is through the transformation of spatial programs that obtained though studies on prison typologies in Indonesia. The design then emphasizes on building circulation, exterior, and natural lighting and air circulation D18

Fachri Abidzar

08111540000076

fachri.abidzar97@gmail.com


220

Kompilasi Tugas Akhir 120

D19

Konektivitas dan Desain Terapeutik: Rumah Rehabilitasi Bagi Anak Pelaku Kriminal Connectivity & Therapeutic Design : Rehabilitation House for Children as Criminal Perpetrator

D19

Desca Tri Widyaningrum

Dosen Pembimbing

Nur Endah Nufď€ da S.T., M.T.

Luas Lahan

12.000 m

Luas Bangunan

Âą 8.000 m2

08111540000064

2

dscatri@gmail.com

Batu, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

221

Anak pelaku kriminal merupakan korban dari situasi sosial yang abai terhadap pemenuhan hak anak akan kasih sayang dan bimbingan. Tak jarang mereka juga mengalami peristiwa traumatik dan hal tersebut menjadi titik balik perubahan perilaku dan kepribadian anak. Karena itu perlu dihadirkan wadah arsitektural dalam bentuk Rumah Rehabilitasi dengan pendekatan Environmental Psychology serta penerapan metode theurapeutic design. Dimana rancangan berfokus pada interaksi serta hubungan antara anak-anak yang bermasalah dengan lingkungannya, baik lingkungan ď€ sik (lingkungan-sense) maupun lingkungan sosial. Diharapkan objek rancangan ini mampu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas diri pada anak pelaku kriminal. Agar selepas dari waktu rehabilitasi, mereka mampu menjalani kehidupan yang lebih baik di dunia luar.

Children as perpetrator are victims of social situations that neglect the fulď€ llment of children's rights for love and guidance. Most of them, also run into traumatic experiences and this events often becomes a turning point for changes in a child's behavior and personality. Therefore it is necessary to present an architectural solution in the form of a Rehabilitation House with the approach of Environmental Psychology and the application of theurapeutic design method. Where the design focuses on interactions between children who have problems with their environment. Both the physical environment (environment-sense) and the social environment. It is expected that this design object can improve the well-being and quality of children as criminal offenders. So, after they get -be released from the rehabilitation, they were able to live a better life in the outside world.

D19

Desca Tri Widyaningrum

08111540000064

dscatri@gmail.com


222

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 D20

Pusat Edukasi dan Informasi untuk Pencegahan Human Trafficking Education and Information Center for Prevention of Human Trafficking

D27

Zakiyatur Rohma

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Murni Rachmawati, MT.

Luas Lahan

10.000 m2

Luas Bangunan

8.800 m2

08111540000077

Lkim.zakibias@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

223

Human Trafficking merupakan satu kejahatan yang tidak ada selesainya. Dimana praktiknya terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Human trafficking bukan hanya tindak kejahatan kriminalitas semata, namun juga menyangkut pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Ide yang dihadirkan dalam merespon permasalahan di atas, yaitu dengan membuat sebuah objek arsitektur yang dapat menkomunikasikan tentang pencegahan human trafficking. Dengan menggunakan pendekatan analogi linguistik dan metode narasi, diharapkan arsitektur dapat menjadi media untuk merepresentasikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Objesk arsitektur ini berupa Pusat Edukasi dan Informasi yang ditujukan untuk memberi pemahaman tentang bahaya human trafficking kepada masyarakat. Melalui objek arsitektur ini, diharapkan dapat membuat seseorang lebih waspada agar tidak terjebak menjadi korban kejahatan human trafficking.

Human trafficking is one crime that never stops. Where the practice continues to grow along with the times. Human trafficking is not only a criminal act of crime, but also involves violations of Human Rights. The idea was presented in responding to the above problems, namely by creating an architectural object that could communicate about the prevention of human trafficking. Using the linguistic analogy approach and the narrative method to represent things related to the problem. The architectural object is an Education and Information Centre aimed at providing an understanding of the dangers of human trafficking to the public. Through this architectural object, it is hoped that it can make someone more vigilant so that they are not trapped into victims of human trafficking crimes.

D27

Zakiyatur Rohma

08111540000077

Lkim.zakibias@gmail.com


224

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 D21

Pusat Krisis Wanita : Rumah Konseling dan Pengembangan Ketrampilan di Surabaya Women's Crisis Center : Counseling House and Skills Development in Surabaya

D28

Litani Evitasari

Dosen Pebimbing

Dr. Ir. Murni Rachmawati, MT.

Luas Lahan

5.300 m2

Luas Bangunan

6.800 m2

08111540000094

Katarinalitani@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

225

Kekerasan pada wanita di Indonesia semakin hari semakin bertambah. Bentuknya pun bermacammacam, mulai dari kekerasan fisik, psikis, maupun seksual, dan mayoritas disebabkan oleh kondisi ekonomi yang buruk. Oleh karena itu, perancangan Women Crisis Center ini diharapkan dapat menjawab permasalahan wanita ini. Perancangan ini bertujuan untuk mewadahi korban kekerasan pada wanita dan memberi edukasi, baik secara spiritual, pendidikan, dan juga psikologis. Perancangan ini juga bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan sarana untuk mengembangkan bisnis (UKM) sesuai dengan minat yang dimiliki, guna meningkatkan kondisi ekonomi dalam rumah tangga. Perancangan ini menggunakan konsep metafora bunga mawar, dan penerapannya dapat terlihat dalam eksterior, bentuk, maupun fasad bangunan.

Violence against women in Indonesia is increasing every day. The forms vary, from physical, psychological, and sexual violence, and the majority are caused by poor economic conditions. Therefore, the design of the Women Crisis Center is expected to be able to answer these women's problems. This design aims to accommodate victims of violence against women and provide education, both spiritually, education, and also psychologically. This design also aims to create new jobs and means to develop businesses (SMEs) in accordance with their interests, in order to improve economic conditions in the household. This design uses the metaphorical concept of roses, and its application can be seen in the exterior, shape, and facade of buildings.

D28

Litani Evitasari

08111540000094

Katarinalitani@gmail.com


226

Kompilasi Tugas Akhir 120

D22

Redesain Kampung Anak Negeri Wonorejo dengan Pendekatan Behavior Setting Kampung Anak Negeri Wonorejo Redesign with Behavior Setting Approaches Dosen Pembimbing Luas Lahan Luas Bangunan

D20

Raiza Azalia Dewi

08111540000098

Angger Sukma Mahendra, ST., MT. 5.330 m2 5.700 m2

raizaazalia@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

227

Dalam upaya mengatasi permasalahan anak jalanan, pemerintah mendirikan rumah singgah berupa UPTD Kampung Anak Negeri. Namun kenyataannya, bentuk pembinaan dan pemberdayaan yang ada masih belum bisa memberikan dampak yang maksimal. Oleh karena itu, diperlukan adanya redesain untuk memaksimalkan penanganan anak jalanan. Rumah singgah sangat berkaitan erat dengan pengguna di dalamnya. Pendekatan behavior setting merupakan konsep yang menggambarkan suatu hubungan antara perilaku dan lingkungan bagi perancangan arsitektur. Dengan menganalisis karakter, pola perilaku, dan kebutuhan dari pengguna, maka dapat ditentukan pula bentuk arsitektural yang sesuai, sehingga perancangan bangunan tersebut dapat memberikan penanganan yang lebih optimal kepada anak jalanan.

In order to resolve the problems of street children, the government build an UPTD Kampung Anak Negeri as rehabilitation center for street children. But in reality, the existing forms of coaching and empowerment still cannot give good impact to the users. Therefore, redesign is needed to maximize the handling of street children. The rehabilitation center is related to the users in it. Behavior setting approach is a concept that describes a relationship between behavior and environment for architectural design. By analyzing the character, behavior patterns, and needs of users, it can be determined the architectural form that is in accordance with the character of street children so that the design of the building can provide more optimal handling of street children.

D20

Raiza Azalia Dewi

08111540000098

raizaazalia@gmail.com


228

Kompilasi Tugas Akhir 120

D23

Galeri Literasi: Arsitektur Interaktif dengan Pendekatan Perilaku Anak Literation Gallery: Interactive Architecture with Children Behavior Approach

D21

Dosen Pembimbing

Johanes Krisdianto, S.T., M.T.

Luas Lahan

10.200 m2

Luas Bangunan

7.150 m2

Nadhirah Dinda Andriany R.

08111540000104

dindadhirany@gmail.com

Cilegon, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

229

Literasi dalam hal ini yaitu kegiatan membaca sangatlah esensial karena membaca adalah kegiatan yang terpenting dalam kehidupan dan aktiď€ tas anak-anak. Rendahnya minat baca anak akhir-akhir ini membuat keingintahuan anak rendah pula. Respon arsitektur yang dihadirkan adalah sebuah Galeri Literasi, yang diharapkan dapat mengakomodasi peningkatan minat baca di kalangan anak khususnya anak usia dini umur 5-10 tahun. Arsitektur interaktif, merupakan salah satu pendekatan yang diterapkan dalam Galeri Literasi ini. Karena pada dasarnya anak-anak sangat senang berinteraksi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya dalam belajar dan bermain. Dengan menerapkan konsep ruang interaktif, diharapkan mampu meningkatkan budaya literasi khususnya pada anak-anak dengan arsitektur sebagai medianya.

Literacy- which means reading activity- is essential because it is important for the lives of children. Unfortunately, lack of interest in reading, make lower sense of curiosity in golden age children. The architectural response presented is a Literation G a l l e r y, w h i c h i s e x p e c t e d t o b e a b l e t o accommodate increasing of children interest in reading, especially children between 5-10 years. Interactive architecture, is one of the approaches applied in this Literation Gallery. Because, basically, children like to interact with the environment around them to learn and play. By applying the concept of interactive space, it is expected to improve cultural literacy, especially for children, with architecture as a medium.

D21

Nadhirah Dinda Andriany R.

08111540000104

dindadhirany@gmail.com


230

Kompilasi Tugas Akhir 120

D24

Sekolah Dasar Kali Baru: Sarana Pendidikan dengan Pendidikan Kontekstual Kali Baru Primary School: an Educational Facility with a Contextual Approach

D22

Faris Aufarhan Raziky

Dosen Pembimbing

Defry Agatha Ardianta, S.T, M.T.

Luas Lahan

4.400 m2

Luas Bangunan

2.000 m2

08111540000028

farisaufarhan92@gmail.com

Jakarta, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

231

Berdasarkan data dari Bank Dunia, kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Rendahnya kualitas pendidikan salah satunya disebabkan oleh tidak tepatnya pembelajaran. Pembelajaran yang baik merelasikan pembelajaran dengan konteks lingkungan sehingga pelajaran akan mudah diserap dan dimaknai. Konsep pembelajaran kontekstual membantu mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa. Sarana pendidikan berperan penting dalam pembelajaran. Arsitektur sarana pendidikan harus dapat menghubungkan pembelajaran dengan konteks lingkungan untuk mendukung pembelajaran kontekstual. Keterhubungan akan menciptakan kesadaran terhadap kualitas pendidikan di lingkungan. Rancangan menggunakan pendekatan kontekstual untuk merespon konteks lingkungan baik manusia maupun fisik. Sehingga sarana pendidikan akan unik tergantung bagaimana konteks lingkungan. According to the data from The World Bank, educational quality in Indonesia is still low. This low quality of education is caused by one of the factors, which is inaccurate learning process. A good learning process relates the learning process with its environmental context so that knowledge will be easy to be learned and interpreted. Contextual learning concept helps to relate knowledge with the authentic situation. Educational facilities have an important role in the learning process. Architecture as educational facilities need to relate the learning process with its context to support contextual learning. The connection will also create educational awareness in its surroundings. In this case the design uses a contextual approach to respond to both human and physical environmental context. So that educational facilities will possibly be different and unique to the other depending on where and how the context is.

D22

Faris Aufarhan Raziky

08111540000028

farisaufarhan92@gmail.com


232

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 D25

Taman Dolanan Anak Surabaya Children Dolanan Park Surabaya

D23

Gita Khoirin Nisa

Dosen Pembimbing

Ir. Rullan Nirwansjah, M.T.

Luas Lahan

13.000 m2

Luas Bangunan

5.000 m2

08111540000081

gitaknisa@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

233

Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat, pendidikan sendiri dapat dibedakan menjadi pendidikan formal dan juga pendidikan nonformal. Salah satu pendidikan non-formal yang dapat diaplikasikan di rumah contohnya adalah dengan cara bermain. Permainan tradisional yang telah lahir sejak ribuan tahun yang lalu memiliki peran edukasi yang mampu menstimulasi berbagai aspek-aspek perkembangan anak yaitu: motorik, kognitif, emosi, bahasa, sosial, spiritual, ekologis, dan nilai-nilai/ moral, terutama anak-anak.

2

Respon arsitektural mengenai isu menunjukkan arsitek juga dapat berperan dalam merancang sebuah arsitektur yang memiliki fungsi untuk mempromosikan permainan tradisional, dan memiliki desain yang edukatif sekaligus rekreatif. Perancangan bangunan pada Tugas Akhir ini dihubungkan juga dengan penggunaan pendekatan perilaku anak serta pendekatan desain metafora berupa kembang api dan akan dihadirkan dengan menggunakan metode deskriptik analitik.

3

Play is one form of non-formal learning for children. Traditional games that have been born since thousands of years ago have the role of education that can stimulate various aspects of child development, namely: motoric, cognitive, emotional, linguistic, social, spiritual, ecological, and values/morals, especially children.

4

The architectural response to the issue shows that architects can also play a role in designing an architecture that has a function to promote traditional games, and has an educative and recreational design. The design of the building in this Final Project is also connected with the use of a child behavior approach and a metaphorical design approach in the form of ď€ reworks and will be presented using an analytic descriptive method.

D23

Gita Khoirin Nisa

08111540000081

gitaknisa@gmail.com


234

Kompilasi Tugas Akhir 120

D26

Ruang Publik dan Rekreasi sebagai Pembuka Potensi Diri Public and Recreation Space as Opener of Self-Potential

D21

Fadel Dzahabi

Dosen Pembimbing

Ir. Andy Mappa Jaya, M.T

Luas Lahan

15000 m

Luas Bangunan

16000 m2

08111540000037

dzahabi007@gmail.com

2

Pekanbaru, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

2 3 4

235

Manusia terlahir dengan beragam potensi. Permasalahannya, potensi tersebut tertutup oleh lingkungan sosial yang mempersulit individu meraih impiannya. Untuk membukanya, perlu mengetahui kode/makna tertentu. Dalam membuka diri untuk potensi diri membutuhkan pengalaman dan interaksi. Dengan mengenali potensi diri, manusia dapat berkompetensi dengan baik. Penyelesaian berupa pemberian pengalaman untuk pembelajaran individu dengan penciptaan nuansa sebagai bahan untuk berinteraksi dengan saling membuka diri agar menyadari potensi dirinya. Ruang tepat guna untuk aktualisasi diri untuk mempengaruhi seseorang menjadi lebih baik. Konsep yaitu metafora mencakup batasan ruang, skala, luasan, dsb untuk mempengaruhi psikologi pengunjung. Ruang yang dihadirkan : visualisasi kebingungan diri; ruang kontemplasi; ruang harapan; ruang keseimbangan; pengembangan diri; ruang konsultasi; dan family gathering. Potensi yang dibuka bertujuan untuk mempersiapkan diri sebagai SDM berkualitas. Humans were born with a variety of potential. The problem is that potential was being covered by social environment that makes it difď€ cult for individuals to achieve their dreams. To open it, need to know a certain code / meaning. It requires experience and interaction. By recognizing self potential, humans can be competent well. The project provides experience for individual learning with the creation of nuances as material to interact with each other to realize their potential. Space for self-actualization to inuence someone to be better. The concept of metaphor includes the boundaries of space, scale, area, etc. to inuence the psychiatric. The space presented: visualization of self-confusion; contemplation; space of hope; balancing; self-development; consulting room; and family gathering. The opened potential aims to prepare itself as a quality human resource.

D21

Fadel Dzahabi

08111540000037

dzahabi007@gmail.com


236

Kompilasi Tugas Akhir 120

D27

Ruang Kerja Bersama Generasi Z dengan Pendekatan Arsitektur Berkelanjutan & Desain Aktif Gen Z Co-Working Space with Sustainable Architecture and Active Design Approach Dosen Pembimbing Luas Lahan Luas Bangunan

D25

Khodijah Mustofa

08111540000055

Dr. Arina Hayati, S.T, M.T 10.011 m2 3.184 m2

kamustofa997@gmail.com

Surabaya, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

237

Generasi Z bersifat cenderung tenggelam dalam dunia maya dan individualis, sehingga diperlukan tempat kerja yang dapat mendorong mereka lebih aktif bergerak serta bersosialisasi. Hal ini berpen garuh pada bagaimana merancang bangunan arsitektural yang dapat mewadahi gabungan aktivitas ď€ sik dalam kegiatan sehari-hari di dalam maupun dari luar bangunan. Tugas Akhir ini memaparkan perancangan coworking space dengan merespon sifat kerja Generasi Z. Proses rancang menggunakan Arsitektur Berkelanjutan dan Design Active sebagai pendekatan serta metode context analysis dalam kerangka berpikir force-based. Rancangan bangunan berfokus pada penyediaan ruang kerja bersama yang dapat memperbaiki perilaku pengguna untuk hidup lebih sehat selama bekerja. Tugas Akhir ini juga menjelaskan implementasi desain aktif dan green building dalam rancangan coworking space dengan menguraikan parameter serta kriteria rancangan berbasis force-based framework. To be immersed in cyberspace and individualistic are Generation Z's characteristic, so a workplace that encourages them to be more active and social is needed. This affects on how to design architectural building that can accommodate a combination of physical activity in daily routines inside and outside the building. This project describes coworking space design according to Generation Z's work style. Sustainable Architecture and Active Design approach are used in design process, along with context analysis method in force-based framework. Building design focuses on providing shared work spaces that improve user's behavior to live healthier while working. The implementation of green coworking space concept driven by outlining the parameters and criteria for design based on force-based framework. D25

Khodijah Mustofa

08111540000055

kamustofa997@gmail.com


238

Kompilasi Tugas Akhir 120

1 D28

Pusat Komunitas Mengeksplorasi dan Mengembangkan Potensi Generasi Muda Kabupaten Lamongan Community Center Explore and Develop the Young Generation Potential of Lamongan Regency

D26

Wakhidiyah

Dosen Pembimbing

Ir. Rullan Nirwansjah, M.T.

Luas Lahan

6.200 m2

Luas Bangunan

4.300 m2

08111540000048

wakhidiyah88@yahoo.com

Lamongan, Indonesia


Kompilasi Tugas Akhir 120

239

Indonesia diperkirakan akan menuju mejadi negara maju pada tahun 2035 salah satunya dalam Bidang Ekonomi dimana satu tokohnya adalah para generasi muda berusia 15-29 tahun. Namun pada kenyataannya banyak dari mereka belum bisa memberikan kontribusinya dalam negara, bahkan ada yang belum memahami bakat dan potensi yang mereka miliki.

2

Lamongan termasuk Kabupaten yang tertinggal terutama dalam hal pembinaan generasi mudanya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pemasalahan seperti tingginya tingkat pengangguran. Dibutuhkan sebuah wadah yang dapat menampung aktivitas pemuda dalam mengeksplor dan mengembangkan potensi mereka berupa Community Center.

3

Visibility menjadi metode yang mengarahan desain Community Center yang diterapkan pada penggunaan material dan program ruang, tujuannya adalah untuk memberikan akses visual secara penuh baik diluar maupun dialam bangunan.

Indonesia is expected to become a developed country in 2035, one of which is in the economic sector where one ď€ gure is the young generation who will enjoy 15-29 years. But most of them have not been able to contribute in the country, and some have not even know the talent and potential they have.

4

Lamongan is a lagging district, especially in terms of fostering its young generation. This is proofed by the number of problems such as the high level of unemployment. A place is needed to help youth activities in exploring and developing their potential that is Community Centers. Visibility is a method that drives the design of Community Centers that are applied to material use and space programs, the purpose is to provide complete visual access and from inside the building. D26

Wakhidiyah

08111540000048

wakhidiyah88@yahoo.com


240

Kompilasi Tugas Akhir 120


Kompilasi Tugas Akhir 120

241


242

Kompilasi Tugas Akhir 120

Kompilasi Tugas Akhir 120 A Catalogue of nal Project by 120th Bachelor Degree Graduate Copyright © 2019 Arsitektur ITS

daftar dosen Faculty


Kompilasi Tugas Akhir 120

243


244

Kompilasi Tugas Akhir 120

th

A Catalogue of Final Project by 120 Bachelor Degree Graduate Copyright © 2019 Arsitektur ITS


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.