HMGZine Edisi 2

Page 1

Edisi 2/Juni 2014

ARTIKEL UTAMA Riset dan Mahasiswa

HMGI 2014/2015 ProямБl Ketua dan Visi Misi

PAPERS Geohazard and Energy Resource

GEOPHYSICS HIGHLIGHTS

RISET

DI KALANGAN MAHASISWA


REDAKSI HMGZINE Chief Execituve OďŹƒcer Hendra Kurniawan Putra Secretary Irrel Andriesta Myasa Chief of Production Yonathan Bagus Adi Putra Chief of Finance Aisyah Yohanella Chief of Editor Fahmi Anwari Vice Editor Irfan Mustafa Hidayat Chief of Art Ikhwan Nur Dluhri Rasyid Bisatya S Team of Production Setyo Wahyu Nurdian Team of Finance Erza Ismi Lariza Team Editorial Regional 1 Abdul Razaq Lili Suherlina M. Satria Maulana Anugrah Lestari Team Editorial Regional 2 Adi Wijayanto Team Editorial Regional 3 Theodorus Bayu Pratama Hendra Guna Wijaya Krisna Hanjar Kevin Maulana Frian Ismail Soleh Mohammad Deli Yusuf Saputra Rian Rahmawan Elis N Team Editorial Regional 4 Fatma Nuril Masitah Fikri Fadhilla Team of Art & Layout Heri Kurniawan


Daftar Isi

2

SALAM EDITOR

6

PROFIL HMGI 2014/2015

8 TIPS & TRIK

10 20

ARTIKEL UTAMA

GEOPHYSICS HIGHLIGHTS

14

PROFIL HIMPUNAN

21 EVENT REGIONAL

24 PAPER

1


Salam Editor No innovation no invention no industry no economy, Itulah yang disampaikan Sekjen HAGI Bapak Mailendra dalam peluncuran perdana majalah HMGZine. Saya menyadari tidak adanya inovasi akan menghilangkan daya saing bangsa ini tentunya berujung pada memburuknya ekonomi. Dimana posisi mahasiswa yang dikenal sebagai kaum intelektual? Tentu saja saya tidak akan berbicara akan urusan industri atau ekonomi. Ya,riset dan penelitian menjadi bukti dari mahasiswa yang mengaplikasian disiplin ilmu dan pengembangan inovasi. Semangat komunitas Pioneer di UGM melaksanakan beberapa penelitian geoďŹ sika , merupakan salah satu bukti pula dari inovasi mahasiswa generasi sekarang. Begitu juga dengan perusahaan yang berkembang dimulai dari sebuah penelitian pada masa mahasiswanya. Dalam edisi ini HMGZine mengapresiasi kawan-kawan mahasiswa yang telah melakukan penelitian , riset dan menghasilkan jurnal. Juga akan disampaikan kiat untuk memulai sebuah karya ilmiah. Hambatan berinovasi tentu terjadi ketika akan memulai dan saat menemui kegagalan, jangan menyerah kawan sebenarnya banyak orang yang gagal tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan ketika mereka menyerah.

Theodorus Bayu Pratama Editor in Chief HMGZine

2


Seorang mahasiswa Geoď€ sika sedang memberikan sinyal seismik dengan hantaman palu, berat palu mencapai 30 kg. Sebagai salah satu bagian dari akuisisi seismik refraksi. Theodorus Bayu Pratama - Bayat, Jawa Tengah


Survey arkeologi, di kawasan Gampong Pande, Banda Aceh 18-19 Maret 2014 untuk menemukan fondasi peninggalan Kerajaan Pande menggunakan metode magnetik gradiometer. Rizka Hikmah, Universitas Syiah Kuala



Profil Ketua HMGI Mengapa memilih jurusan geofisika untuk studi kamu? Awalnya orangtua yang memberi saran ke geofisika, walau sebenarnya tidak tahu geofisika itu apa, prospek kerjanya, dan sejarahnya. Awalnya tergabung dalam HMGI? Awalnya diminta oleh senior untuk membaca AD/ART, saat itu juga berminat gabung dengan HMGI. Sebenarnya saya tidak ikut open recruitment tapi saya coba untuk aktif di kegiatan HMGI. Terakhir ikut menjadi panitia Munas 2014 di Bandung. Selain kuliah, adakah hobi yang diminati Aya? Selain berorganisasi di himpunan dan HMGI, saya juga gemar olahraga renang dan golf. Kok Aya bersedia mencalonkan diri jadi Ketua HMGI? Awalnya teringat cita–cita untuk membuat sebuah perusahaan dan tentunya tidak cukup hanya dengan kegiatan akademis saja. Relasi dan kemampian organisasi tentu dibutuhkan. Ketika ada tawaran dari senior tergugah untuk menjalankan HMGI ini. Aya baru studi tahun kedua, selain itu juga perempuan, apakah itu kan menjadi kendala untuk menjalnkan tanggung jawab jadi ketua HMGI ini? Tentunya ada kendala, tapi saya mencoba untuk menghadapinya dengan sepenuh hati dan enjoy. Saya yakin dimulai dengan komunikasi yang baik tentu akan banyak yang membantu. Perubahan yang akan dilakukan dalam kepengurusan kali ini? Tidak ada perubahan yang terlalu ekstrim, tapi lebih membangun komunikasi yang baik antara himpunan. Harapannya meningkatkan solidaritas dan rasa memiliki HMGI ini karena semua mahasiswa geofisika merupakan anggota HMGI. Salah satu program dari HMGI adalah akan berkeliling ke himpunan geofisika di indonesia untuk lebih memperkenalkan HMGI. Bagaimana tanggapan Aya dengan bertambahnya jumlah program studi geofisika di indonesia? Setiap program studi geofisika harus mempunyai ciri khas sehingga memiliki speseialisasi khusus. Tentunya geofisika bukan hanya ESDM saja, masih banyak lapangan kerja yang membutuhkan disiplin ilmu geofisika.

Ladaya Azizah Rahmawati Pesan Aya untuk seluruh mahasiswa geofisika Indonesia? Jangan mau jadi ikan yang dipotong sama dan dimasukkan ke kaleng sarden. Jadilah mahasiswa yang punya inovasi, kepribadian yang baik, dan punya kemampuan yang berbeda tentunya untuk menghadapi persaingan global sekarang.

Bandung, 14 Desember 1994 Anak ke-1 dari 3 bersaudara Geofisika 2012, Universitas Padjajaran

6


VISI Membuat HMGI menjadi himpunan yang memiliki solidaritas tinggi MISI

§ Meningkatkan komunikasi diantara seluruh anggota HMGI

4. Majalah HMGI Deskripsi: Berisikan berbagai karya dari seluruh anggota HMGI dengan tujuan sebagai wadah untuk menyatukan karya dari seluruh anggota HMGI dalam bentuk karya fisik.

§ Menanamkan rasa kepemilikan HMGI kepada seluruh anggota HMGI

§ Berpartisipasi aktif dalam kemajuan di bidang kegeofisikaan

§ Menegaskan kembali sistem organisasi HMGI agar sesuai dengan AD/ART PROGRAM KERJA 1. Website resmi HMGI Deskripsi: Website resmi HMGI berisi tentang profil HMGI, kegiatankegiatan yang diadakan oleh HMGI, dan mempublikasikan karya-karya di bidang kegeofisikaan. Tujuan dari program kerja ini adalah untuk memudahkan akses dan memperbarui segala informasi yang berkaitan dengan HMGI maupun bidang geofisika lainnya. 2. Geophysics Goes To School Deskripsi: Mengenalkan geofisika kepada masyarakat umum khususnya pelajar SMA di berbagai wilayah di Indonesia dengan tujuan memberikan gambaran mengenai bidang geofisika serta prospek kerjanya. 3. Bagi kartu HMGI Deskripsi: Membagikan kartu ucapan untuk hari jadi himpunan anggota HMGI dan hari besar lainnya, sebagai bentuk apresiasi HMGI kepada anggota HMGI yang telah berpartisipasi untuk kemajuan dan perkembangan HMGI.

5. Seminar Nasional Deskripsi: Acara seminar dalam skala nasional yang melibatkan berbagai universitas anggota HMGI di suatu wilayah dengan tujuan sebagai sarana berbagi dan belajar, sebagai tempat bersosialisasi, serta mendapatkan inspirasi. 6. Musyawarah Nasional Deskripsi: Acara yang wajib dilakukan pada setiap akhir kepengurusan dengan agenda inti pembahasan AD/ART dan pemilihan ketua HMGI periode berikutnya. 7. Pengadaan Atribut Deskripsi: Adanya pengadaan atribut dapat mempermudah seluruh anggota HMGI untuk mendapatkan atribut HMGI dan pengadaan atribut ini dapat menjadi salah satu sumber pemasukan HMGI. 8. Road Show HMGI Deskripsi: Pengurus pusat mengunjungi beberapa wilayah pembagian HMGI minimal 3 wilayah dengan tujuan menanamkan rasa kepemilikan serta meningkatkan komunikasi diantara anggota HMGI seluruh Indonesia.

7


Geophysics Highlights

Tsunami Early Warning System (TEWS) 1. Tim Peneliti Tsunami UB Ciptakan Tsunami Early Warning System (TEWS) Tim penelitian tsunami yang terdiri dari beberapa orang dosen dari berbagai fakultas Universitas Brawijaya dan dibantu oleh 4 asisten yang berasal dari civitas akademisi dan Mahasiswa UB serta bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang menciptakan sebuah 'Alat Pendeteksi Tsunami' yang bernama Tsunami Early Warning System (TEWS). Meskipun masih prototype, TEWS ciptaan milik Tim Peneliti Tsunami UB ini sudah dipatenkan. Pengembangan proyeknya kelak akan disebar di pantai selatan Jawa Timur. 2. Teknologi foto Matrix untuk Menciptakan Peta Tiga Dimensi Jika peta konvensional menggunakan warna yang berbeda untuk menggambarkan tinggi rendahnya suatu daratan, peta dengan teknologi matkrix ini menggambarkan tinggi rendah yang nyata seperti sedang melihat pemandangan secara langsung. Seperti dikatakan Tama, fotografer Badan Informasi Geospasial (BIG) yang menggunakan teknologi foto matrix, untuk menciptakan foto 3D diperlukan kamera matrix yang dapat merekam ketinggian kontur tanah melalui garis x, y, dan z. Foto matrix berbeda dengan Google Map yang dicitrakan melalui kamera dari satelit. Untuk membuat peta 3D digunakan kamera matrix yang difoto menggunakan pesawat pada ketinggian 2600 meter di atas tanah. Kehebatan kamera matrix ini berada pada resolusi yang sangat tinggi. Bayangkan, resolusinya bisa mencapai 16 cm per piksel. Yang artinya dari tiap piksel yang ada pada sebuah foto matrix mewakili 16 cm gambaran asli. Hingga saat ini BIG sudah membuat peta 3D skala 5.000 di seluruh wilayah Bandung Utara. Sedangkan untuk skala 10.000 sudah melingkupi Kota Palu, Bengkulu, Bandung, dan lain lagi. 3. Pertamina Meluncurkan Software Bisnis Hulu Migas Karya Anak Bangsa Seluruh perangkat lunak ini merupakan perangkat lunak hasil putra-putri Indonesia yang tergabung dalam Pertamina EPTC (Exploration & Production Technology Center). Perangkat lunak ini meliputi aplikasi geologi, geoďŹ sika, surface facilities dan data geomatika, untuk memperkuat bisnis hulu Pertamina dalam meningkatkan produksi dan memperbesar cadangan.

8


Sejumlah perguruan tinggi terlibat langsung dalam pembuatan software ini. Sepuluh software tersebut adalah GravFluid Technology, PetroGen, Tomo Depth, PF Design, AI Chem Amine TS, Pertamina Geodatabase & Web GIS, 3D Cross Resistivity Technology, PertaGama, TopoSeis Bixend, Knowledge Management Hulu. Software yang merupakan karya anak bangsa ini juga telah didaftarkan untuk dipatenkan dan siap diaplikasikan untuk mendukung langkah agresif Pertamina dalam peningkatan produksi dan menambah jumlah cadangan migas. 4. Teknologi EOR Meningkatkan Produksi Minyak Mentah Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) merupakan teknik peningkatan perolehan minyak dengan melakukan injeksi material, yang secara normal material tersebut tidak berada di reservoir dalam rangka untuk meningkatkan crude oil pada lapangan minyak. Dengan teknologi ini, lifting sumur minyak Indonesia yang sudah mulai menua bisa dilakukan pada lapisan sekunder bahkan tersier. Pasalnya, cadangan minyak pada lapisan primer sudah mulai menipis. Beberapa pelaku usaha migas, seperti PT. Pertamina dan PT. Chevron PaciďŹ c Indonesia telah melakukan teknologi ini untuk meningkatkan perolehan crude oil. 5. Geoscanner Hasil Pengembangan Memiliki Banyak Keunggulan Geoscanner 1803 AT merupakan instrumen hasil pengembangan BPPT untuk peralatan resistivitymeter 2D yang digunakan untuk menafsirkan keberadaan mineral, batubara, kondisi geoteknik dan hidrogeologi. Selain itu, alat ini juga dapat digunakan untuk karakterisasi dan deliniasi daerah yang terkontaminasi bahan pencemar. Geoscanner ini memiliki kelebihan kompatible dengan semua resistivitymeter yang ada di pasaran. Sementara produk geoscanner yang selama ini ada hanya kompatible dengan satu resistivitymeter saja. Alat geoscanner hasil rekayasa tersebut memiliki keunggulan dapat mempersingkat waktu dalam akuisisi data untuk mengidentiďŹ kasi sebaran mineral baik vertikal maupun horizontal sehingga akan dapat diperoleh jumlah cadangan yang lebih akurat, serta dapat membantu mengurangi kesalahan dalam penentuan lokasi titik pengeboran.

9


Riset dan Mahasiswa

N

i Wayan Erly S.D., Deni Hari Setiawan, Bambang Trio S, Ekrar Winata, Siti Fauziah, Satrio Amrullah, Nur Fitrianto, Mutiara Pramudya Ningtyas, Hanas Subakti, Angga Putra, Vicko Gentatyo Anugraha, Arya Sulaeman, Ade Yuly Harizca, Alfain Suhuda, Titus Febrianto Adi, M. Alfi Zahwanul, Fahad Arwani, dll.

mengatakan bahwa APK untuk mahasiswa (perguruan tinggi) pada tahun 2014 ditargetkan mencapai 30% dari total penduduk Indonesia yang berada pada usia mahasiswa (19-23 tahun) yang semulanya sekitar 20%, sehingga apakah dari kesempatan yang hanya 30% itu anda sia-siakan dengan berdiam diri saja?

Mungkin sekilas hal di atas hanyalah nama-nama yang tidak berarti dan tidak anda kenal, tetapi cobalah search di mbah google barulah anda akan mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang patut dicontoh dikarenakan kemauan mereka untuk memulai berfikir secara terbuka (berfikir kritis) kemudian menuangkan fikiran mereka dalam bentuk tulisan dengan melakukan riset terlebih dahulu yang pastinya menggunakan teori-teori relevan yang ada, melakukan sebuah riset.

Rata-rata kebanyakan mahasiswa saat ini takut untuk percaya terhadap terhadap diri sendiri atau yang sering terjadi di duina perkampusan adalah sifat malas yang menggerogoti para mahasiswa sehingga hal yang justru baik baginya malah dibuang begitu saja, mereka malah memilih untuk berdiam diri asik dengan PES-nya atau film Lee Min Hoo-nya yang taukah anda bahwa Korea Selatan sendiri memiliki APK perguruan tinggi sebesar 90%, jauh 60% diatas Inndonesa.

Indikator paling sederhana terhadap orang yang mendapatkan pendidikan dengan seusianya yang tidak mendapatkan pendidikan adalah APK (Angka Partisipasi Kasar). M. Nuh selaku menteri pendidikan nasional

Sadar atau tidak bahwa dari APK perguruan tinggi Indonesia yang 30%, 70% sisanya ingin menggantikan bagian 30% yang anda tempati jika mengetahui kelakuan anda seperti halnya contoh


penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Kunci dari kalimat diatas adalah “investigasi� sehingga segala bentuk pengamatan yang anda lakukan sehari-hari baik mengamati warung bakso di dekat rumah anda yang paling enak, mengamati kendaraan yang dipakai teman anda, mencari harga makanan murah di dekat kos-an anda, dan lain sebagainya sudah mulai mencerminkan “sifat� peneliti anda, hanya saja sifat tersebut perlu dikembangkan lagi menjadi sebuah “jiwa� dimana cinta dan kemauan telah hadir didalamnya.

Perkembangan riset saat ini tersebut. Mungkin dalam kesehariannya diri ada tidaklah terlalu sibuk hanya saja dikarenakan kebiasaan-kebiasaan buruk atau tidak penting yang anda miliki menjadikan anda seolah-olah sibuk, padahal sebenarnya anda memiliki banyak waktu luang. Sibukkanlah diri anda dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk anda kedepannya dan bukan kegiatan yang justru mengekang anda dan hanya menghabiskan waktu yang anda miliki sehingga justru dapat mengembalikan kebiasaan buruk anda.Anda dapat mempertahankan bagian 30% dengan mengurangi atau bahkan sayonara dengan rasa malas dan kebiasaan buruk yang anda punyai bersamaan dengan menimbulkan perasaan peka terhadap lingkungan sekitar anda. Resapi dan pikirkan bahwa anda telah masuk pada tahap mahasiswa atau mahanya dari siswa sehingga bersikaplah lebih dewasa dan cobalah untuk berkenalan dengan dunia orang-orang yang telah disebutkan di awal artikel ini. Kunci dari keberhasilan mereka adalah memulai dan kemauan dikarenakan banyak orang dari bagian 30% ini begitu lemah untuk melakukannya sehingga berusaha keras untuk mengabaikannya, bagaimana tidak, mendengarkan kata “riset� saja sudah banyak orang malas dan takut untuk berurusan dengannya. Namun tidakkah anda mengetahui bahwa riset dapat dimulai dengan hal sederhana? Riset dapat dimulai dengan melihat lingkungan sekitar anda, apakah ada yang kurang, apakah ada yang salah dengan perilaku atau sistem yang terjadi, apakah ada suatu yang perlu ditambahkan, dan lain sebagainya. Riset dapat dikembangkan melalui pure penelitian pada laboratorium tetapi jangan lupakan the power of reading karena dengan membaca ideide akan bermunculan tanpa anda paksa sekalipun.

Apa itu riset dan bagaimana pemahaman yang beredar mengenai riset? Sebenarnya apa itu riset? Menurut wikipedia.com, riset atau

Miris jika melihat bahwa minat riset dikalangan mahasiswa menuju 2014 ini justru semakin menurun hal tersebut dapat diindikasikan karena semakin maraknya komunitas-komunitas hobi yang cenderung tidak memperhatikan keadaan sekitar, mereka hanya fokus kepada “barangâ€? yang mereka gunakan untuk bermain dan bahkan terlalu fokus hingga mereka buta bahwa sebenarnya banyak peluang yang dapat mereka riset atau teliti untuk dikembangkan demi kelangsungan hidup ataupun hobinya itu sendiri. Pemahaman mahasiswa (khususnya tingkat akhir) mengenai metode riset juga kurang padahal deadline skripsi sudah di depan mata. Mahasiswa tingkat akhir masih bingung bagaimana memilih research question dari judul yang mereka pilih untuk skripsi. Realita pahit tersebut dapat anda hindari apabila sejak dini anda membiasakan untuk membacabaca, berďŹ kir, atau bahkan melakukan riset, tidak perlu dalam skala besar.

Problematika riset dikalangan mahasiswa Siapa yang berhak untuk melakukan riset? Masalah pertama yang sering timbul yaitu pemikiran bahwa saya tidak berhak untuk melakukan riset karena disamping karena tidak cukup ilmu, riset cenderung buang-buang waktu. Perlu anda ketahui bahwa dalam melakukan sebuah riset anda tidak perlu memiliki ilmu yang spesiďŹ k dahulu tentang tema yang anda gunakan, ilmu tersebut akan anda peroleh selama anda melakukan riset dan bahkan anda dapat mengaplikasikan langsung serta memilih ilmu yang paling tepat untuk anda pelajari selama proses riset yang anda jalani. Anda justru tidak akan melangkah maju apabila terus-menerus hanya terpaku pada

11


materi dalam kelas atau bahkan tidak melakukan apa-apa padahal perlu digaris bawahi bahwa semua orang berhak untuk melakukan sebuah penelitian, penelitian apa saja, dan terlebih lagi anda yang notabene adalah mahasiswa.

Mengapa riset harus menjadi bagian dari kehidupan mahasiswa? Masalah selanjutnya adalah sifat atau respon acuh-tak acuh dari kalangan mahasiswa terhadap riset itu sendiri, “kenapa saya harus melakukan riset? toh sudah banyak barang-barang yang membantu saat ini, ngapain ngelakuin hal yang repotrepot, biarkanlah orang lain aja yang mikirin�. Siapa bilang riset harus menghasilkan barang konkret?. Riset dapat berupa statement dari hal yang anda observasi dan tidak perlu dalam bentuk barang yang konkret akantetapi dalam bentuk data dan perubahan yang konkret semisal riset tentang pengaruh waktu tidur terhadap psikomotorik anak (bahwa anak membutuhkan waktu tidur minimal 8 jam per hari agar psikomotoriknya tidak terganggu), riset tentang keunggulan rumah dominan kayu terhadap rumah dominan semen (bahwa tingkat elastisitas rumah kayu lebih besar dari rumah semen sehingga lebih tahan dari gempa pada skala tertentu), riset tentang penyebab rusaknya jalan aspal ibukota (bahwa faktor terdapatnya rongga di dalam aspal atau pengaspalan yang tidak sempurna merupakan faktor utama penyebab kerusakan pada jalan), dan lain sebagainya. Riset memanglah repot, riset memanglah melelahkan, tetapi apabila jiwa peneliti telah masuk dalam diri anda maka hal yang repot, hal yang melelahkan, hal yang membuat anda jengkel akan berubah menjadi hal yang biasa saja atau bahkan kesenangan sendiri untuk anda. Jika anda masih susah untuk menumbuhkan jiwa peneliti maka sugestilah diri anda, pikirkan hal yang anda senangi akan anda dapatkan jika anda

melakukan riset tersebut, pikirkanlah riset tersebut akan berdampak baik untuk anda kedepannya, pikirkanlah untuk suatu perubahan, bukan perubahan oranglain, bukan perubahan lingkungan, tetapi perubahan diri anda sendiri. Jika anda tidak cukup kuat mensugesti diri anda sendiri maka mintalah teman atau orang lain untuk mensugesti anda agar semangat dalam melakukan riset. Pemikiran “biarkanlah orang lain saja yang mikirin� sama halnya dengan menunggu upload-an jawaban PR kalkulus di group FB prodi anda. Membebankan pekerjaan kepada orang lain yang sebenarnya anda sendiri mampu melakukannya bahkan lebih baik. Cobalah untuk berinovasi mengenai suatu hal dan kerjakanlah sendiri, apabila tidak mampu sendiri maka ajak satu-dua temanmu, apabila tidak cukup ajaklah tiga-empat temanmu, apabila tidak cukup ajaklah temanmu yang lain hingga ditemukan penyelesaian dan kesimpulannya. Secara tersirat, intinya adalah cobalah untuk menjadi warna dalam suatu sistem, seberapa besar sistem yang ada, partisipasikanlah diri anda dan jangan menyerahkannya kepada orang lain dengan begitu mentalitas anda akan terbentuk. Riset yang baik adalah riset yang tidak banyak bergantung pada orang lain tetapi bergantung kepada kerjasama dengan orang lain. Banyak sekali keuntungan jika anda melakukan riset, namun keuntungan terbesar jika suatu riset dilakukan dengan benar yaitu berupa perubahan pola pikir yang susah anda peroleh pada aktivitas lain. Sedangkan apabila anda melihat secara seksama maka anda akan mendapatkan bahwa tidak ada kerugian sama sekali jika anda melakukan riset. Kalaupun ada, kerugian tersebut hanyalah perasaan yang anda lebih-lebihkan

Ilustrasi: Kemalasan

12


dalam menghadapi riset yang anda jalani, tidak sebanding dengan hasil proses yang anda dapatkan. Kapan waktu yang tepat untuk memulai suatu riset? Bahwa jika anda menunggu waktu yang tepat untuk memulai suatu riset maka anda tidak akan pernah memulainya bahkan anda hanya mendapatkan waktu menunda yang semakin panjang, namun jika anda langsung memulai suatu riset maka saat itulah waktu yang tepat untuk anda. Waktu tidak dapat dibeli jadi gunakanlah waktu semaksimal mungkin. Banyak hal memang yang dapat menyebabkan terhambatnya kemauan dalam memulai atau menjalankan suatu riset, hambatan tersebut berupa a. Hambatan dari diri sendiri b. Hambatan dari lingkungan c. Hambatan dari pihak lain Anda lebih mengetahui bagaimana karekteristik hambatan-hambatan tersebut, dikarenakan pendapat dan pengalaman orang berbeda-beda mengenainya. Dimana riset dapat dilakukan? Riset dapat dilakukan dimana saja, tidak ada yang mengharuskan suatu riset dilakukan di dalam laboratorium. Riset dilakukan sesuai dengan metode yang digunakan, metode memang berpengaruh besar terhadap alat dan lokasi yang anda pilih, tetapi bukan berarti metode membatasi anda

untuk melakukan riset di tempat yang anda inginkan, masih banyak tempat dan alat yang dapat anda pinjam, masih ada metode yang lain jika alat dan tempat tidak anda peroleh. Jadi buatlah nuansa riset anda menjadi nuansa yang anda senangi sehingga anda akan merasa nyaman dalam melakukan riset. Bagaimana suatu riset dapat berhasil? Sukses atau berhasilnya suatu riset tidak mutlak bergantung pada hasil yang didapatkan tetapi prosesnyalah yang paling berpengaruh. Bayangkan saja walaupun hasil yang baik tetap diperolehi dengan mencuri dari sumber atau hanya sekedar copy-paste dan tidak ada perwujudan nyata dari apa yang dilakukan maka hal tersebut sama halnya dengan tidak melakukan riset sama sekali. Orientasikanlah bahwa hasil bukanlah bagian yang terlalu penting tetapi proses yang dijalani oleh anda yang membuat anda semakin berkembang. Gagal bukanlah alasan untuk anda berhenti. Jadi tumbuhkanlah jiwa asli dari mahasiswa, mulailah amati keadaan sekitar, risetlah segala hal yang merut anda layak untuk diriset. Banyak kesempatan dan peluang mudah mengenai riset di Indonesia hanya saja kita tidak sadar dan malah berusaha menutup peluang tersebut. Try try try and error is better than didn't try at all.

13


Tips dan Trik MENULIS PAPER Mahasiswa adalah calon saintis dan ilmuan muda. Banyak karya ilmiah yang telah dihasilkan dan diteliti oleh kalangan muda hari ini. Namun, banyak pula mahasiswa mengalami kesulitan dalam membuat karya tulis ilmiah dalam suatu penelitian. HMGine edisi kali ini akan membahas tips dan trik pembuatan paper karya ilmiah. Istilah paper merupakan atikel ilmiah memuat pembahasan suatu tema tertentu dengan dukungan data/argumen yang valid dan benar serta ditulis dalam format tertentu. Sebelum kita membuat paper, sebaiknya kita mengetahui jenis paper apa yang akan kita buat. Ada beberapa jenis paper seperti paper penelitian, paper evaluasi dan lain sebagainya. Ada pula paper yang merupakan review dari penelitian yang sudah ada sebelumnya. Setelah kita menentukan jenisnya, mari kita mulai menulis paper. Berikut adalah tips dan trik yang layak untuk dicoba: 1. Menentukan Ide/Tema Hal pertama yang akan kita dicari adalah sebuah ide, apasih yang akan kita tulis, apasih yang akan kita ulas dan bahas dalam paper kita ? Untuk seorang pemula, mendapatkan ide bukanlah hal yang mudah. Well, teman-teman cukup memikirkan suatu topik sederhana atau masalah baru yang ada. Topik tersebut dapat dianalisis menggunakan referensi/literatur yang ada sesuai dengan bidang ilmu masing-masing. Jika masih kesulitan, banyak membaca adalah jawabannya karena suatu ide sebenarnya datang dari diri kita sendiri baik kita menyadari melalui lingkungan atau hal lainya. Nah, Setelah itu kita akan menentukan tema. Tema disini haruslah lebih spesiďŹ k agar mudah dan spesiďŹ k dalam mencari literatur. Selain terkait permasalahan yang akan diangkat dari ide, tema juga bisa dari sesuatu yang kamu sukai atau topik yang paing dikuasai. 2. Cari paper referensi/literatur terkait tema/topik bahasan 3. Baca bagian abstrak dari literatur dan lakukan seleksi Di tahap ini kita akan menyeleksi paper mana saja yang sesuai dan tepat untuk tema yang akan kamu bahas nantinya dan tentu saja akan dijadikan referensi. Kenapa hanya abstrak? karena abstrak akan menggambarkan keseluruhan garis besar dari isi paper tersebut baik tema permasalahan, metode maupun hasil kesimpulan. 4. Baca semua paper yang ada yang tentukan kamu mau berkontribusi apa Pada tahap ini, kita akan dihadapkan dengan banyak bacaan. Untuk itu pembaca harus lebih sabar dan cermat dalam menelaah setiap bagian dari paper.

Gunanya buat apa ? Selain sebagai studi literatur untuk memperdalam tema permasalahan yang kita angkat, dengan membaca banyak literatur kita akan menemukan celah dari suatu paper yang belum dibahas atau yang akan kita kaji ulang. Dengan begitu, kita akan menemukan ruang kontribusi kita dan mendapatkan garis besar tema masalah yang akan kita bahas. 5. Eksplorasi dan mulai meneliti Eksplorasi dan penelitian dilakukan untuk paper yang memerlukan suatu data yang kemudian diolah. Ada pula paper yang hanya menggunakan studi literatur. 6. Pelajari tata cara menulis paper yang baik dan benar You know, setiap karya ilmiah memiliki struktur tertentu dan menggunakan bahasa yang baku dalam artian baik dan benar. Well, this is the structure of paper: a. Halaman Judul b. Abstrak Abstrak menggambarkan isi paper kita secara garis besar bukan keseluruhan. Abstrak yang baik memberitahu kita untuk apa kita membaca paper ini. Dapat berupa penjabaran masalah, alasan pengkajian, solusi yang anda bahas dan dampak dari solusi yang anda tawarkan (Kent Beck). c. Introduction (Pendahuluan) d. Related work e. Methodology f. Eksperiment and result g. Discussion h. Referency Selain mengetahui struktur kerangka paper, hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan tata bahasa maupun kata yang tepat sesuai dengan kaidah baku. 7. Mulai menulis Jangan pernah takut untuk mencoba. Dalam menulis, tidak ada yang sempurna tapi tidak ada salahnya mencoba menjadi sempurna. Itulah tips dan trik bagaimana membuat paper. Hal yang terpenting adalah niat untuk mecoba dan pelajari hal-hal yang diperlukan. Bertanya kepada dosen maupun senior yang lebih ahli dalam membuat paper akan mempermudah kita dalam penyusunannya itu sendiri. That's it. Selamat mencoba!

14


Tuban, Jawa Timur

Š Nur Arasyi

Geophysics is the best answer for all questions about earth.


Š2015 | Hendra GW

Sebuah Karya Ilmiah, Seribu Pembaca, Sejuta Cara Mudah Membuatnya

ebagai seorang mahasiswa, tentunya kita sangat akrab dengan kegiatan membaca dan menulis. Apalagi bagi seorang mahasiswa teknik yang pelajarannya bersifat sangat ilmiah. Menulis adalah salah satu cara untuk dapat membagikan ilmu pengetahuan yang kita miliki kepada orang lain. Bahkan dengan menulis, kita dapat meningkatkan pemahaman kita tentang tema tersebut dan belajar bagaimana menulis secara sistematis. Karena dengan menulis berarti kita mengingat kembali hal-hal yang telah kita simpan didalam memori otak untuk kemudian dituangkan kedalam tulisan dan dibagikan kepada orang lain. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk ibadah, jadi selain mendapat keuntungan duniawi kita juga mendapatkan keuntungan untuk di akhirat kelak. Dalam dunia pendidikan, Anda tentunya sering mendengar istilah karya ilmiah bukan? Karya ilmiah adalah tulisan yang bersifat formal (memenuhi kaidah EYD dan kriteria penulisan karya ilmiah) yang menjelaskan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh seorang atau beberapa peneliti yang dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai referensi untuk penelitian berikutnya. Tertarik untuk membuat sebuah karya ilmiah? Berikut adalah beberapa tips dan trik untuk membuat sebuah karya ilmiah dengan mudah dan banyak menarik minat pembaca.

S

Perbanyak Membaca dan Mencatat Hal-hal Penting Untuk dapat menulis sebuah karya ilmiah tentunya Anda harus mempunyai pengetahuan mengenai hal yang ingin Anda tulis, bukan? Maka membaca adalah salah satu cara agar Anda mendapatkan pengetahuan tersebut. Perpustakaan adalah salah satu tempat terbaik untuk memperoleh bahan bacaan. Pilihlah bahan bacaan yang sesuai dengan topik karya ilmiah yang ingin Anda buat. Bacalah secara selektif dan kritis, lalu catatlah hal-hal penting dan menarik yang Anda temukan, sesuai dengan kebutuhan Anda dalam menulis karya ilmiah Anda tentunya. Anda juga dapat mengutip beberapa pernyataan dengan persis dan apa adanya pada bahan bacaan tersebut. Hal ini diperbolehkan jika pernyataan tersebut merupakan pandangan mendasar dari penulis yang jika Anda tulis menggunakan gaya bahasa Anda sendiri akan membuat arti sesungguhnya dari pernyataan ini menjadi tidak jelas. Namun kutiplah seperlunya saja, jangan berlebihan karena jika berlebihan akan terlihat seperti plagiat. Jangan lupa untuk mencantumkan identitas orang yang membuat pernyataan tersebut.

Aturlah Format Penulisan sesuai Ketentuan Sebelum menilai isi dari sebuah karya ilmiah, hal pertama yang akan dilihat adalah format tulisan. Jika karya ilmiah tersebut diperuntukkan untuk mengikuti lomba dan format yang digunakan tidak sesuai dengan yang telah ditentukan, maka kemungkinan besar karya tulis tersebut akan langsung dilempar ke keranjang sampah. Selain format penulisan, penggunaan kata, tanda baca, penulisan catatan kaki, daftar pustaka, dan hal-hal lainnya juga penting untuk diperhatikan.

Pilihlah Topik yang Memenuhi Empat Syarat Banyak penulis yang masih sering bingung menentukan topik apa yang akan diangkat untuk karya ilmiah yang akan dibuatnya. Jika Anda menulis karya ilmiah untuk suatu kompetisi, biasanya topik dari karya ilmiah Anda akan ditentukan. Namun, apabila Anda menulis karya ilmiah secara mandiri maka Tim HMGZINE punya saran untuk Anda. Sebaiknya Anda memilih topik yang memenuhi empat syarat berikut ini : penguasaan materi, ketersediaan bahan,

16


kemenarikan, dan kemanfaatan. Penguasaan materi sangat penting karena jika Anda saja sebagai penulis tidak mengerti dan memahami apa yang Anda tulis, bagaimana bisa orang lain (pembaca) mengerti dan memahami apa yang Anda tulis? Selain itu, jika Anda menguasai materi tersebut Anda lebih mudah menuangkan pemikiran dan pengetahuan Anda dalam bentuk tulisan (karya ilmiah). Studi pustaka juga diperlukan untuk dapat mengumpulkan materi-materi penunjang pembuatan karya ilmiah. Jika Anda merasa materi-materi yang ada kurang menunjang karya ilmiah Anda dan usaha Anda sudah maksimal untuk mencarinya namun tidak kunjung bersua, maka sebaiknya Anda mengganti topik karya ilmiah Anda. Karena kekurangan materi penunjang dapat membuat karya ilmiah Anda terlihat kurang berdasar. Topik yang dipilih juga haruslah topik yang menarik bagi pembaca. Jika topik yang dipilih kurang atau bahkan tidak menarik sama sekali, dikhawatirkan hanya akan menarik sedikit pembaca. Tujuan membuat karya ilmiah untuk berbagi ilmu kepada rang lain menjadi kurang maksimal karena hal ini. Pertimbangkan juga untuk memilih topik dengan manfaat yang banyak, agar karya ilmiah Anda tidak hanya akan menjadi salah satu koleksi di perpustakaan tanpa pembaca dan berdebu. Gunakan Gaya Menulis Anda Sendiri Gaya yang dimaksudkan disini adalah cara seseorang menulis, hal ini dapat dilihat dari pilihan kata yang digunakan dan cara penulis tersebut menyampaikan maksudnya. Hal penting dalam pengaplikasikasian gaya bahasa ini adalah setiap kalimat yang ditulis haruslah jelas maksudnya, namun harus tetap menarik dan indah. Anda sebaiknya juga harus bisa menyenangkan pembaca dengan bahasa yang menggugah, metafora, berirama, ataupun kiasan.

Hindari Repetisi Jika seseorang sudah terbiasa menulis dan sering membaca buku-buku sebagai referensi penulisannya, maka ia akan mempunyai banyak ide pilihan kata yang akan digunakannya. Hal ini juga akan menghindarkan dari pengulangan kata-kata dengan maksud yang sama. Repetisi seperti ini tidak akan menggambarkan kepandaian seseorang dalam menulis, melainkan menunjukkan bahwa ia belum mempunyai pengalaman yang cukup dalam menulis dan dapat membuat pembaca menjadi bingung. Sebaiknya gunakan kata-kata yang ringkas, berbobot, jelas, dan sesuai dengan maksud penulis. Jangan Meniru Hasil Karya Orang Lain Meniru disini maksudnya adalah menjiplak hasil karya orang lain atau mengakui karya orang lain sebagai karya sendiri. Perilaku ini merupakan perilaku yang sangat tidak terpuji, karena dengan melakukan hal ini sama saja dengan meremehkan karya orang lain dan Anda telah membuktikan bahwa diri Anda tidak mampu membuat sebuah karya ilmiah. Namun, replikasi diperbolehkan. Replikasi adalah membuat karya ilmiah berdasarkan karya ilmiah yang telah ada dengan alur penelitian yang sama, tapi objek dan masalah penelitinnya berbeda. Tujuan replikasi adalah untuk memudahkan penulis untuk memahami alur yang logis. Karya ilmiah yang ada tersebut hanya digunakan sebagai rujukan.

Aplikasikan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Untuk dapat menulis karya ilmiah dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seorang penulis hanya perlu berpedoman kepada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Bahasa sebagai sarana komunikasi haruslah menyampaikan pesan penulis ke pembaca dengan jelas, untuk itulah diperlukan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tulisan dengan ejaan yang jelas dan mempunyai tanda baca akan lebih cepat dipahami.

Biasakan Diri untuk Menulis Tips paling mujarab untuk dapat membuat karya ilmiah yang baik dan menarik adalah harus sering latihan menulis. Kualitas tulisan yang baik didapat dengan kerja keras. Anda harus terus mengasah kemampuan menulis Anda, menulis apa saja. Perbedaan antara penulis yang sering menulis dan tidak sering menulis sangat terlihat jelas. Hasil karya penulis yang jarang menulis akan terlihat kaku, kering, serta memiliki kohesiďŹ tas dan koherensi lemah, kurang mengalir, dan sebagainya. Sebaliknya, orang yang telah terbiasa menulis, tulisannya akan enak dibaca, mengalir, segar, kaya akan pilihan kata, serta luwes.

Gunakan Perumpamaan Penggunaan kata-kata yang rumit dan sulit dipahami tidak akan membuat karya ilmiah Anda menjadi semakin berkualitas. Karya ilmiah yang Anda buat haruslah mudah dimengerti dan dapat dinikmati oleh pembaca, sehingga dapat menambah pengetahuan pembaca. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang sudah tahu menjadi lebih memahami dan dapat mengaplikasikan ilmunya. Untuk menyiasati katakata yang rumit ini, Anda dapat memberikan padanan bahasa untuk kata tersebut. Dapat pula dijelaskan melalui contoh atau perumpamaan nyata dari kehidupan sehari-hari, sehingga karya ilmiah Anda dapat lebih mudah ditangkap oleh pembaca yang memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan karya ilmiah Anda, maupun pembaca awam.

Temukanlah Solusi dan Aplikasinya Anda harus mengingat bahwa tujuan dari karya ilmiah adalah untuk menyelesaikan suatu masalah. Karya ilmiah yang merupakan publikasi dari suatu penelitian, harus dapat memberikan solusi untuk masalah tersebut dan tentu saja harus bersifat aplikatif. Karya ilmiah Anda akan sangat bermanfaat apabila dibaca oleh orang lain apalagi sampai dipublikasikan. Bukankah berbagi itu indah? Jadi mulailah memikirkan topik apa yang akan Anda pilih untuk karya ilmiah Anda. “It does not matter how slowly you go as long as you do not stop.� - Confucius.

17


The great and beautiful mudcracks found over motocross racing track in East Billiton.

Š Hendra GW

Belitung Timur



Eksistensi Peminatan Geofisika Universitas Diponegoro

G

eofisika merupakan salah satu bidang peminatan dalam jurusan Fisika Universitas Diponegoro. Setiap tahunnya jumlah mahasiswa yang memilih bidang peminatan geofisika semakin meningkat. Seiring meningkatnya kuantitas mahasiswa diperlukan suatu wadah untuk mendukung minat mahasiswa geofisika. Dimana wadah tersebut adalah Kelompok Studi Geofisika UNDIP. Kelompok Studi Geofisika (KSGF) UNDIP dibentuk sebagai sarana untuk menunjang minat mahasiswa dalam bidang geofisika. Berbeda dengan Universitas lain, KSGF UNDIP merupakan satu kesatuan dengan Society of Exploration Geophysicists SC UNDIP. Penyatuan tersebut disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia untuk mengelola organisasi tersebut. Disisi lain keberadaan KSGF UNDIP hingga saat ini masih berada dibawah naungan Himpunan Mahasiswa Fisika. Sesuai dengan dasar terbentuknya KSGF UNDIP yang merupakan perangkat dalam memperluas kerangka berpikir mahasiswa dalam bidang geofisika. KSGF UNDIP memiliki serangkaian kegiatan yang dapat mengembangkan minat mahasiswa geofisika. Adapun kegiatan yang menjadi program kerja KSGF UNDIP setiap tahunnya adalah belajar bersama, workshop, short course, guest lecture, dan field camp. Belajar bersama merupakan suatu kegiatan rutin yang dilakukan KSGF UNDIP. Kegiatan belajar bersama bertujuan untuk mempertajam kemampuan mahasiswa dalam ilmu geofisika. Kegiatan ini biasanya dalam bentuk diskusi antar

mahasiswa mengenai ilmu geofisika. Tidak hanya diskusi mengenai ilmu geofisika, dalam belajar bersama juga bisa menjalin komunikasi antar mahasiswa dalam berbagi pengetahuan. Pada tahun 2012-2013 kegiatan yang sudah dilaksanakan KSGF UNDIP adalah workshop, short course, guest lecture dan field camp. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja besar KSGF UNDIP. Dimana kegiatan ini dapat membangun wawasan mahasiswa dalam memahami prinsip ilmu geofisika. Kegiatan ini biasanya melibatkan kerjasama antara KSGF UNDIP dan Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi UNDIP. Sehingga kegiatan ini juga dapat meningkatkan jalinan komunikasi dalam berbagi ilmu geofisika dan geologi. Tidak hanya keterlibatan mahasiswa, KSGF UNDIP mendapat dukungan penuh dari dosen-dosen. Sehingga diperlukan hubungan yang baik antar mahasiswa dengan dosen untuk mencapai keberhasilan kegiatan KSGF UNDIP. Sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga HMF 2014 pada pasal 42 ayat 1 berisi bahwa Kelompok Studi yang selanjutnya dinamakan KS merupakan suatu badan yang berfungsi untuk menjalin silaturahmi, konsolidasi, dan wadah penyaluran keilmuan fisika terapan ataupun bidang keilmuan lain mahasiswa Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro.

20


Mitigasi Bencana Tsunami & PELATIHAN GEOLOGI 2014

M

itigasi Bencana dan Pelatihan Geologi 2014 adalah kegiatan sosialisasi dalam bentuk pelatihan Geologi dan

mitigasi bencana alam kepada masyarakat yang tinggal di daerah yang rawan terhadap bencana alam gempa

bumi dan tsunami, kegiatan ini memiliki rangakaian acara berupa pengenalan kepada masyarakat Desa

Pujiharjo tentang pengenalan bencana alam yang mungkin terjadi di Desa Pujiharjo di Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang bagian Selatan. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari yang diselenggarakan pada hari Sabtu - Minggu, 15- 16 Maret 2014. Kegiatan ini melibatkan beberapa kalangan mahasiswa dari berbagai universitas dari HMGI Regional IV yaitu Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Maliki Malang, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Negeri Jember, Universitas Udayana, dan Universitas Negeri Mataram. Pengenalan ini dapat berupa pengenalan daerah rawan bancana dan kondisi geologi sekitar, pengenalan tandatanda akan terjadinya tsunami (apa yang akan diwaspadai), pengenalan dalam tindakan yang dilakukan ketika terjadi bencana dan berupa pengenalan jalur evakuasi bagi warga sekitar. Selain itu pengenalan tentang mitigasi bencana ini bukannya diperuntukkan bagi masyarakat namun juga untuk peserta pelatihan geologi yang ada disekitar desa pujiharjo tersebut.

Pada tanggal 15 Maret 2014 semua peserta mendapatkan materi pertama yang di sampaikan oleh instansi BPPD dan BMKG tentang “Pengenalan Bencana Alam Tsunami di desa Pujiharjo”, dengan sasaran pemateri adalah masyarakat Desa Pujiharjo. Dimana pengenalan tersebut dapat berupa pengenalan daerah rawan bancana dan kondisi geologi sekitar, tanda-tanda akan terjadinya tsunami (apa yang akan diwaspadai), tindakan yang dilakukan ketika terjadi bencana dan jalur evakuasi. Serta pada malam harinya suasana kegiatan sangat rileks dan kekeluargaan yaitu pemberian materi tentang pengenalan tatanan dan siklus tektonik, serta pelatihan dan pengenalan alat riley warning system (pendeteksi tsunami) yang disampaikan oleh pemateri dari bapak Arif selaku dosen Teknik Universitas Brawijaya. Pada tanggal 16 Maret 2014 peserta dibimbing oleh bapak Adi Susilo melakukan fieldtrip singkat mengenai geologi struktur daerah sekitar. Mulai dari tatanan geologinya hingga struktur batuan yang terbentuk didaerah tersebut. Setelah peserta melakukan fieldtrip singkat dengan dibekali ilmu tentang mitigasi bencana tsunami maka dilanjutakan dengan aplikasi mitigasinya, dimana sasaran dari meteri ini adalah peserta pelatihan geologi, adapun aplikasi mitigasi tersebut berupa alat early warning system (pendeteksi tsunami), konsep mitigasi, kegiatan yg dilakukan ketika mitigasi (kegiatan BPPD), dan prosedur mitigasi. Sementara itu pemateri terakhir berasal dari Instansi BPPD dimana isi materi tersebut adalah tentang jalur evakuasi bencana alam dan pemasangan rambu – rambu disetiap titik, sasaran dari materi ini adalah peserta pelatihan geologi.

21


Pantai Boom, Jawa Timur

Get out your dream and develop a backbone

not a wishbone.


HMGI Goes to

SMA Aisyiyah Palembang

G

eophysics Goes to School adalah salah satu kegiatan yang direncanakankan oleh HMGI atau Himpunan

Mahasiswa Geofisika Indonesia dengan tujuan untuk memperkenalkan ilmu Geofisika untuk siswa siswa SMA di

Indonesia. Dan, kebetulan HMGF Unsri berkesempatan untuk mengadakan kegiatan sosialisasi tentang

Geofisika di 2 SMA yakni SMA Aisyiyah dan SMA Nurul Iman Palembang. Kegiatan Geophysics goes To SMA Aisyiyah ini diselenggarakan oleh HMGF Unsri pada tanggal 15 Februari 2014. Semua peserta diberi penjelasan mengenai pengenalan dan pemanfaatan dari Ilmu Geofisika. Selain itu juga, para peserta diberi sedikit pengenalan terhadap ilmu Fisika yang merupakan sub bagian dari ilmu Geofisika. Terlihat, beberapa peserta sangat antusias sekali dalam pemaparan yang disampaikan oleh Nita Susanti sebagai pembawa acara. Selain diberi bekal tentang ilmu Geofisika dan aplikasinya, para siswa/I juga diberi pengenalan tentang beberapa program beasiswa yang ditawarkan di Unsri, sehingga kelak nanti para siswa tidak takut lagi jika tidak ada biaya untuk kuliah. Muizzadin selaku presenter kedua yang bertugas untuk menjelaskan tentang program beasiswa ini. Para siswa diberi juga latihan tentang ilmu geofisika yang sudah dipaparkan oleh pemateri. Pemaparan tentang ilmu Geofisika ini diberikan ke adik-adik SMA Aisyiyah selama 1 jam. Terlihat, adik-adik SMA Aisyiyah serius mengerjakan exercise yang diberikan oleh panitia. Akhirnya, acara ini berakhir pada pukul 13.00 dan ditutup dengan pemberian cinderamata oleh Panitia yang dalam hal ini diberikan oleh Ketua dan Wakil Ketua HMGF Unsri. Setelah itu, para panitia foto bersama dengan guru pamong SMA Aisyiyah sebagai foto kenang-kenangan.

22


LOCAL SITE EFFECT IDENTIFICATION IN ASSOCIATION WITH DIORITE INTRUSION AND METAMORPHIC ROCKS EXPOSURE USING MICROTREMOR METHOD IN BAYAT, CENTRAL JAVA Muhamad Wildan Perdana Geophysics Laboratory, Universitas Gadjah Mada, m.wildan.perdana@gmail.com Abstract Bayat is one of complex geology sites in Java where many studies were accomplished in this location. One of the most interesting study object is the East Jiwo hills where the exposure of metamorphic rocks such as Schist, Phyllite, Gneiss and also the presence of Diorite intrusion make this area is very interesting to be studied. In the other case, Bayat is also an area with a high vulnerability of earthquake. On 27 May 2006, 6.3 SR earthquake occurred in Yogyakarta Province and its surrounding area, Bayat subdistrict is one of area with high impact of destroyed and damaged house. A number of 7951 houses were damaged and destroyed. The damaged building as an impact of an earthquake is related to the Local Site Effect of the occured area, which is depend on the site parameters such as predominant frequency (fo) and HVSR peak ratio(A). Those parameters can be obtained by microtremor measurement. In this research the Microtremor measurement was carried out by using 3 components seismometer with sampling frequency of 100 Hz to obtain the seismic vulnerability index (Kg) which indicates the damaged level as a result of ground motions. This research also obtain weathered layer thickness, which is an important parameter that affect the local site effect. The data was processed and analyzed by using Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) method. The result shows that the fo range value is 1.2 – 27.7 Hz. The range of HVSR peak ratio is 1.28 – 8.54. The Kg value is of about 0.08 – 36.6 and the soil thickness varies from 3 – 35 m. Both, the Kg index and soil thickness have good correlation with the presence of diorite intrusion and metamorphic outcrops zones, where the Kg value is relatively low in that area, otherwise, the Kg has relatively high value in area where the lithology is consist of alluvium which the value varies from 8 - 36. In case of soil thickness, the diorite and metamorphic zones have a relatively thin layer, and most of alluvium zone has thicker layer of soil than the other zone which varies from 14 to 35 m. Keywords: Local Site Effect, Kg Index, Soil Thickness, Microtremor, HVSR, Diorite Intrusion, Metamorphic Rocks Introduction One of the most interesting geologic site to be studied located in Bayat subdistrict, Central Java. Exposure of Diorite intrusion found in east Jiwo hills and its surrounding area. East Jiwo hills is an isolated hills surrounded by low-lying area. Another attractive object is the presence of pre-tertiary metamorphic rocks exposed in many areas, which is strongly suspected as the basement rock of the Java island. The metamorphic rocks unit consists of several lithologies such as schist, phyllite, gneiss, etc. The unit is identical to the discovery of metamorphic rocks in Ciletuh, West Java and Karangsambung, Central Java. Geological map of the East Jiwo hills are shown in Figure 1.

Figure 1. Geological Map of East Jiwo Hills, Bayat

Figure 2. The amount of damages caused by 2006 earthquake in Bayat subdistrict and its surrounding area

24


In the other case, Bayat is also an area with a high vulnerability of earthquake. On 27 May 2006, 6.3 SR earthquake occurred in Yogyakarta Province and its surrounding area, Bayat subdistrict is an area with high impact of destroyed and damaged house. A number of 7951 houses were damaged and destroyed (Indonesian Government Assesment Data, February 2007). The purpose of this research is to determine the relation between the lithology composition and the local site effect of the East Jiwo hills and the adjacent area. This research uses microtremor method to obtain HVSR peak ratio (A) and predominant frequency (fo). The two parameters are used to calculate the seismic vulnerability index (Kg), which indicates damaged level due to ground motion, soil thickness is also calculated as one the most of affecting factor of local site effect. The data of damages caused by 2006 earthquake are shown in the following picture. Methodology The research covered the East Jiwo hills and the adjacent area in the south of the hills. This survey area includes the lithology contact zones between diorite intrusion, metamorphic rocks unit, limestone unit, and quarter alluvial deposits. Data acquisition was carried out in 45 points of measurement with the total covered area of 9 km2 by using three-component seismometer. The sampling frequency of the instrument is 100 Hz. The data was recorded of about 40 – 60 minutes for each point. Figure 3 shows the microtremor measurement points map.

In this equation, A2/fo is called seismic vulnerability index (Kg), a is the ground acceleration and Vb is the shear wave velocity of bedrock. On the other hand, this research also tries to obtain the soil thickness, this mean determining the depth of the bedrock beneath the point of measurement. The following equation has been used to obtain the bed rock depth: (2) where the term fo is the same parameter as equation (1), Vs is the soil shear velocity and H is the soil thickness. By equation (2), it is easy to determine the soil thickness H by replacing the fo, so the soil thickness can be obtained by this equation : H = Vs/4fo. The soil shear velocity was obtained by refraction seismic measurement in the regarding area. Result and Analysis At present, using the HVSR peak ratio (A) as site amplification parameter is still a hot debate among the experts. There is no strong correlation between the A and the maximum spectral amplification of the site from strong motion. There might be some local relationships for a limited area and should only be regarded as a relative indicator of local site amplification since applied instruments or instrumental settings may also exert influence. Reference explained that amplitude or amplification factor depends mainly on the impedance contrast and HVSR also does not provide any estimate of the actual bandwidth over which the ground motion is amplified. On the other hand, it is widely accepted in the scientific community that the predominant frequency (fo) reflects the fundamental frequency of the site. However, this research tries to obtain the correlation between the HVSR peak ratio and the local geological condition. Distribution of soil thickness The 'soft' sediment of such area is one of the local geology effect that can modify the characteristics of the incoming seismic wave resulting in an amplification. Soft soil layer almost always amplify ground shaking. Determining the soil thickness overlying bedrock of the site can be an effective method to predict the susceptibility of amplification. The figure 4 shows the geological map overlaid by the distribution of soil thickness.

Figure 3. Microtremor measurement points

The microtremor data then processed by using Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) method to obtain the HVSR peak ratio (A) and the predominant frequency (fo). To estimate seismic vulnerability index (Kg), the value of shear strain (g) need to be considered. According to Ishihara (1978) ground soil becomes plastic at about g ≈1000 x 10-6, and for g > 10,000 x 10-6 liquefaction or large deformation will be occured. The formula can be written as follows:

(1)

The result of soil thickness distribution in figure 4 shows that there is a specific pattern of the soil thickness for the certain lithology. In the zone of Diorite intrusion, the soil is relatively thin ranging from 2 m – 10 m. The similar pattern raises in the area covered by metamorphic rocks, the soil thickness varies in the same value of about 2 – 10 m, whereas in the alluvial deposits zone (green contour), the entire soil are thicker than the overlying bedrock of metamorphic rocks and diorite intrusion ranging from 14 m to 34 m. In the zone of lithology contact between the intrusion, metamorphic, and the alluvial, the soil thickness of the quarter alluvial varies from 14 m to 18 m, on the other hand, furthermore to the south, the soil thickness become thicker, up to 30 m (shown by

25


the south-east of the hills, this mean much of the zone of alluvial deposits have relatively high value of Kg index. The identical circumstance of the Kg index pattern to the distribution of the soil thickness as its relationship with the diorite and metamorphic rocks show that the presence of those lithologies can affect the site parameter. The results shown in figure 4 and 5 can be used as an evidence that the condition of local geology can strongly affect the site character due to incoming seismic wave. Reference explained that several conditions can behave as factor to increase the liquefaction possibility, such as young deposit s e di m e nt , s a t ura t e d l o o s e s a nd wi t h a hi gh groundwater table, and more angular particle shape. It has been known that the alluvial deposits over Bayat subdistrict are almost young deposits as a product of volcanic eruption, on the other hand, the high level of soil thickness potentially made the zone becomes good acquifer. Those conditions make the alluvial zone in the south of East Jiwo hills becomes an area with a high susceptibility of large ground motion.

Figure 4. distribution of soil thickness over the survey area

yellow-red contour). In the middle part of the southern area, the closure shows relatively thin layer (2 – 8 m), it is associated with the presence of the igneous rock convinced as a basaltic lava as the member of Kebo Butak formation. Distribution of seismic vulnerability index (Kg)

Conclusion Distribution of soil thickness and seismic vulnerability index (Kg), which correlate well with the lithology over the study area in the East Jiwo hills which are composed of metamorphic rocks, diorite intrusive and alluvial deposits show a strong relationship between the lithological composition and the potential damage caused by earthquake. Local geological conditions as affecting factor to the characteristics of an area as a result of occurrence of earthquake can be studied more deeply with microtremor method. The results of surface geological mapping and studies of the local site effect using microtremor survey can be used as a method to map the distribution of the potential vulnerability of earthquakes. Acknowledgement The author is thankful to team of 2008 Geophysics study program Gadjah Mada University for giving permission to use the microtremor data of Field Camp 2012, so this research can be accomplished successfully.

Figure 5. Distribution map of seismic vulnerability index, Kg.

Figure 5 shows the distribution of seismic vulnerability index (Kg). Seismic vulnerability index Kg, having value ranging from 0.08 to 36.6. The Kg index distribution over diorite intrusion and metamorphic rocks are almost lower than the value over the low-lying area which are mostly composed by alluvial deposits, the value varies from 0.08 – 10. In addition, the high value of Kg index emerges on several places in the south and

References [1] Daryono et al, "Efek Tapak Lokal (Local Site effect) di G ra b e n B a n t u l B e rd a s a r k a n P e n g u k u ra n Mikrotremor", International Conference Earth Science And Technology, Yogyakarta, 2009. [2] Government of Indonesia Asseessment, 2007. [3] Husein, S., Geology of Bayat: an overview, Geological Engineering Departement, Gadjah Mada University. [4] Nakamura, Y., "On The H/V Spectrum", The 14th World Conference on Earthquake Engineering, Beijing, China, 2008. [5] SESAME, Guidelines for the implementation of the H/V spectral ratio technique on ambient vibrations: measurements, processing and interpretation. [6] Slob, S., "Micro Seismic Hazard Analysis", International Institute For Geo-Information Science And Earth Observation. [7] Warnana, D.D. et al, "Application of Microtremor HVSR Method for Assessing Site Effect in Residual Soil Slope", International Journal of Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS Vol: 11 No: 04, 2011.

26


“Jika airnya berwarna biru, artinya tak ada makhluk hidup yang hidup di ‘kolong’ itu,” ujar seorang warga asli desa ini. Istilah ‘kolong’ bagi warga Belitung sendiri merupakan cekungan bekas lahan tambang yang ditinggalkan dan telah terisi oleh air.

© Hendra GW

Lokasi bekas tambang kaolin Belitung Timur


ANALISA DATA GEOMAGNETIK DALAM INTERPRETASI TUBUH INTRUSI DI PERBUKITAN JIWO TIMUR, BAYAT, KLATEN, JAWA TENGAH Ridho Destawan Laboratorium Geomagnetik, Program Studi Teknik Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta INTISARI Secara geologi perbukitan jiwo timur sangat menarik untuk dilakukan suatu penelitian, baik kenampakan permukaan maupun bawah permukaan. Salah satu kompleks perbukitan jiwo timur, yang seluruhnya disusun oleh batuan beku, diinterpretasikan sebagai suatu intrusi. Diperkirakan gunung pendul merupakan suatu intrusi yang menerobos satuan batuan metamorf pra tersier dan formasi batugamping wungkal. Namun keterbatasan data permukaan, diperlukan suatu pendekatan untuk mengetahui konfigurasi bawah permukaan salah satunya melalui analisa data geomagnetik. Penelitian dilakukan di daerah Perbukitan Jiwo Timur, Bayat, Jawa Tengah, dengan koordinat UTM 463800 – 464800 (Easting) dan 9141150 – 9142250 (Northing) dengan luasan 1,1 km2. Penelitian ini menggunakan seperangkat alat PPM (proton precission magnetometer) dan double sensor gradient vertical, yang diakuisisikan dengan teknik Satu Alat Dari hasil interpretasi peta-peta kemagnetan berupa peta anomali medan magnet total, peta reduce to pole, serta peta upward continuation anomali magnet dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu anomali tinggi (230,6 nT - 800,6nT ) sebagai satuan batuan beku (gabro), anomali sedang (105,8 nT - 230,6 nT) sebagai akumulasi satuan batugamping nonklastik dan batuan beku, serta anomali rendah (18,8 nT - 105,8 nT,nT) sebagai satuan batuan metamorf dan batugamping tuffan/kalkarenit, juga batugamping non-klastik. Sedangkan berdasarkan hasil pemodelan menggunakan Oasis Montaj, nilai kontras suseptibilitas sebesar 0,009 diinterpretasikan sebagai tubuh intrusi berupa litodem gabro. Kata kunci: Intrusi, Oasis Montaj 6.4.2, Suseptibilitas, Reduce to Pole, Upward Continuation

Pendahuluan Bayat merupakan salah satu daerah yang sangat kompleks secara tektonik dan geologi sehingga sangat menarik untuk dilakukan penelitian. Kompleksitas yang ada pada daerah ini berupa struktur geologi dan berbagai jenis batuan yang ditemukan, serta tersingkapnya basement pulau jawa yang berupa batuan metamorf berumur Pra - Tersier pada daerah

Maksud dari penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisa data magnetik. Melalui analisa dan respon data magnetik dihasilkan suatu interpretasi dari kondisi bawah permukaan. Sedangkan Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan model bawah permukaan melalui analisa dan interpretasi data magnetik serta informasi geologi daerah penelitian.

telitian. Disamping itu terdapat batugamping berfosil, batupasir, serta intrusi batuan beku. Salah satu daerah yang menarik adalah perbukitan Jiwo Timur yang memilki satuan

Geologi Penelitian

batuan metamorf, satuan batugamping Formasi Oyo, intrusi batuan beku gabro-diorit, dan Formasi Wungkal - Gamping. Secara geologi perbukitan jiwo timur sangat menarik untuk dilakukan suatu penelitian, baik kenampakan permukaan maupun bawah permukaan. Salah satu kompleks perbukitan jiwo timur, yang seluruhnya disusun oleh batuan beku, diinterpretasikan sebagai suatu intrusi. Diperkirakan gunung pendul merupakan suatu intrusi yang menerobos satuan batuan metamorf pra tersier dan formasi batugamping wungkal. Namun keterbatasan data permukaan, diperlukan suatu pendekatan untuk mengetahui konfigurasi bawah permukaan salah satunya melalui analisa data geomagnetik.

Perbukitan Jiwo tersingkap batuan tertua berupa satuan batuan metamorf yang diduga berumur Pra Tersier dengan lithologi penyusun utama berupa filit, calc schist, marmer. Sebaran batuan pra tersier di perbukitan Jiwo terbagi dua oleh aliran sungai Dengkeng, daerah sebelah timur sungai Dengkeng disebut Jiwo Timur dan di sebelah baratnya disebut Jiwo Barat (Prasetyadi,2007). Kompleks Batuan ini merupakan basement dari cekungan sedimen Paleogen, dan merupakan salah satu batuan yang tertua di Jawa, serupa yang dijumpai di daerah Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah dan Ciletuh di Jawa Barat.

28


Pada Perbukitan Jiwo terdapat kontak ketidakselarasan dengan batuan eosen (Formasi Wungkal-Gamping) yang menumpang di atasnya. Di daerah Jiwo Timur, Formasi Wungkal - Gamping tersingkap di desa Padasan - Watuprau dan di daerah sebelah selatannya, di desa Gamping, di lereng tenggara Gunung Pendul. Di desa Padasan dijumpai singkapan penting yang menunjukkan kontak antara satuan filit dengan batuan gamping foram. Kontak ketidakselarasan antara dua jenis batuan ini ditandai dengan terdapatnya lapisan tipis konglomerat yang terdiri dari fragmen filit, sekis, dan kuarsit di bawah lapisan batugamping foram yang terdiri dari Assilina spira, Numulites javanus, Discocyclina dispansa. Hubungan yang sama antara satuan batuan filit dengan satuan batuan eosen juga dijumpai di daerah watuprau. Disini dijumpai kontak langsung secara tidak selaras antara batugamping foram yang menumpang di atas filit. Di atas batugamping terdapat batupasir kuarsa, berlaminasi sejajar, agak lapuk dengan kedudukan perlapisannya miring ke selatan 420. Urutan batuan ini diterobos oleh intrusi gabro berupa dike yang mempunyai ketebalan lebih dari 25 meter. Sedangkan daerah Jiwo barat intrusi berupa dike basalt dengan ketebalan beberapa meter, umumnya memotong filit atau sekis.

Metodologi Penelitian dilakukan di daerah Perbukitan Jiwo Timur, Bayat, Jawa Tengah, dengan koordinat UTM 463800 – 464800 (Easting) dan 9141150 – 9142250 (Northing) dengan luasan 1,1 km2.

Setelah diperoleh data lapangan, langkah selanjutnya dilakukan koreksi IGRF dan variasi harian sehingga dihasilkan nilai anomali medan magnet total. Tahap selanjutnya software surfer dan magpick, digunakan untuk membuat peta TMI, reduce to pole, dan upward continuation. Berikutnya melakukan interpretasi berdasarkan peta yang diperoleh dan informasi geologi untuk selanjutnya dilakukan pemodelan.

Gambar II. Diagram alir pengolahan

Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, peta anomali medan magnet memiliki range nilai intensitas antara 18,8 hingga 800,8 nT. Nilai anomali rendah dengan kisaran antara 18,8 nT sampai 105,8 nT, mendominasi peta persebaran anomali di bagian utara.

Gambar I. Desain Survei Akuisisi data Penelitian ini menggunakan seprangat alat PPM (proton precission magnetometer) dan double sensor gradient vertical, yang diakuisisikan dengan teknik Satu Alat. Adapun alat-alat yang digunakan dalam akuisis data dengan menggunakan metode geomagnetik, yaitu : · · · · ·

PPM (Proton Precission Meter) Double Sensor Gradient Vertikal Meteran Kompas GPS (Global Positioning System)

Sedangkan perangkat lunak yang digunakan untuk pengolahan data adalah: 1. Ms. Excel 2. Oasis Montaj 6.4.2

Gambar II. Peta anomali Medan Magnet Daerah tersebut diintrepetasi sebagai satuan batuan metamorf pada bagian barat daya dan satuan batugamping tuffan dan kalkarenit yang berada di sebelah timur.

29


Sedang, di bagian selatan merupakan satuan batugamping non-klastik. Nilai anomali sedang dengan kisaran antara 105,8 nT sampai 230,6 nT, mendominasi peta persebaran anomali di bagian selatan. Daerah tersebut diintrepetasi sebagai satuan batugamping non-klastik dan dominasi batuan beku yang berakumulasi dengan kalakarenit. Daerah anomali tinggi memiliki range nilai antara 230,6 hingga 800,6nT yang disimbolkan dengan warna kuning hingga merah muda dan diinterpretasikan sebagai intrusi yang mendominasi wilayah selatan. Sedangkan nodul dibagian utara, dapat diindikasikan akibat adanya noise magnetik di daerah pemukiman. Pada peta reduce to pole, secara teori mengasumsikan benda berada pada posisi sebenarnya atau searah dengan kutub utara magnetik. Dari ďŹ ltering yang dilakukan, daerah telitian memiliki rentang nilai anomali medan magnet antara 437,9 nT sampai dengan 951 ,9 nT. Daerah dengan range nilai, 437,9 nT sampai dengan 87,3 nT merupakan daerah anomali rendah disimbolkan dengan warna biru tua hingga hijau muda.

Gambar IV. Peta Upward Continuation

Gambar III. Peta reduce to pole range nilai antara 87,3 nT sampai dengan 205,3 nT sebagai daerah anomali sedang dan ditunjukan dengan area berwarna hijau muda hingga kuning, dan range nilai antara 205,3 hingga 951,9 nT merupakan daerah anomali tinggi kan dan range nilai antara 205,3 hingga 951,9 nT merupakan daerah anomali tinggi. Daerah dengan range nilai, -437,9 nT sampai dengan 87,3 nT merupakan daerah anomali rendah dan ditunjukan Keberadaan intrusi ditunjukkan dengan nilai intensitas kemagnetan yang tinggi dan terletak pada wilayah bagian selatan.

Pada prinsipnya, upward continuation dilakukan untuk menghilangkan efek anomali lokal, sehingga akan memperjelas anomali regional yang lebih dalam dan luas. Pada peta upward continuation pengangkatan dengan elevasi 50 m, menunjukkan daerah dengan intensitas kemagnetan tinggi mendominasi wilayah selatan dan menunjukkan keberadaan intrusi. Melalui sayatan AA' pada peta upward regional 50 dengan azimuth N0500E dilakukan untuk membuat suatu pemodelan yang menggambarkan kondisi bawah permukaan. Berdasarkan informasi geologi yang ada, sayatan tersebut memotong satuan batugamping wungkal,litodem gabro, dan batugamping oyo. Pada pemodelan tersebut nilai kontras suseptibilitas batuan intrusi sebesar 0,009 yang ditandai dengan tubuh berwarna merah, batuan metamorf sebesar 0,001 yang ditandai dengan tubuh berwarna ungu yang kontak dengan tubuh intrusi dan batugamping wungkal, batugamping oyo -0,001 ditandai dengan warna biru , batugamping wungkal 0,009 yang ditandai dengan warna biru.

30


DAFTAR PUSTAKA

Gambar V. Peta Sayatan

Santoso, Joko (2002), Pengantar Teknik Geofisika, Bandung: Penerbit ITB Telford, W.M, Geldart L.P, Sheriff R.E, Applied Geophysics, Australia: Press Syndicate of The University of Cambridge. Darmawan, Sigit, dkk. 2012. Interpretasi Data Anomali Medan Magnetik Total Untuk Permodelan Struktur Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Mud Vulcano(Studi K a s u s B l e d u g K u w u G ro b o g a n ) . Semarang: Universitas Diponegoro. Anonim. (2014). Buku Panduan Praktikum Geomagnetik. Yogyakarta: Laboratorium Geofisika Eksplorasi Program Studi Teknik Geofisika UPN “veteran” Yogyakarta Daniel, Patuan S, dkk. 2013. Identifikasi Intrusi Batuan Beku pada Satuan Metamorf dan Satuan Batugamping Formasi Gamping-Wungkal Menggunakan Integrasi Metode Gravity dan Magnetik pada Daerah Bayat, Jawa Tengah, I n d o n e s i a . Yo g y a k a r t a : U n i v e r s i t a s Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Gambar VI. Pemodelan

PENUTUP Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain: 1. Nilai anomali tinggi memiliki range nilai antara 230,6 nT 800,6nT 600, diinterpretasi sebagai satuan batuan beku Gabro. 2. Nilai anomali sedang memiliki range nilai antara 105,8 nT 230,6 nT, diintrepetasi sebagai satuan batugamping nonklastik dan dominasi batuan beku yang berakumulasi dengan kalakarenit. 3. Nilai anomali rendah memiliki range nilai antara 18,8 nT 105,8 nT,nT,. Daerah tersebut diintrepetasi sebagai satuan batuan metamorf pada bagian barat daya dan satuan batugamping tuffan dan kalkarenit yang berada di sebelah timur. Sedang, di bagian selatan merupakan satuan batugamping non-klastik. 4. Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan, tersebut nilai kontras suseptibilitas batuan intrusi sebesar 0,009, batuan metamorf sebesar 0,001, batugamping oyo -0,001, batugamping wungkal -0,009.

31


Its too late to sit around and waiting for somebody to do something someday someday is now and that somebody is you.


Š Nur Arasyi

Pantai Parangtritis, Yogyakarta


FAULTS ANALYSIS USING INTEGRATION OF GRAVITY-GPS METHOD AND AUDIOMAGNETOTELLURIC METHOD IN KASIHAN VILLAGE, TEGALOMBO SUBDISTRICT, PACITAN DISTRICT, EAST JAVA Dwi Noviyanto (1), Mochammad Husni Rizal (2) (1) Geophysics Subdepartment, Physics Department, Faculty of Mathematics and Natural Science University of Gadjah Mada, Sekip Utara III BLS 21 55281, dwi.novi@mail.ugm.ac.id (2) Geophysics Subdepartment, Physics Department, Faculty of Mathematics and Natural Science University of Gadjah Mada, Sekip Utara III BLS 21 55281, m.husni.r@mail.ugm.ac.id April 14th 2014 ABSTRACT Pacitan district,East Java is known as area with complex geological features,such as karst landscape and faults. However, faults in this area is considered less researched. Therefore,geophysical surveys have been conducted from September 6th12th 2013 using Gravity (accompanied with GPS measurement) method and audiomagnetotellurics (AMT) method. Survey was aimed for a more comprehensive analysis about the presence of geological structures which are not exposed in the subsurface. With gravity field and resistivity measurement, it is expected to obtain result such as anomaly variation in density and resistivity contrast associated with fault. Gravity data acquisition was designed in 4 survey lines parallel with 2 survey lines of AMT. Those survey lines are perpendicular to suspected fault zones. However, this two methods have its own drawbacks. Gravity modelling contains ambiguity, while AMT data rely on strength of EM waves from natural sources which fluctuate against time and also acquisition is limited to two magnetic field sensors. Therefore, to enhance the subsurface interpretation, we utilize gravity method as a structural shape control which have been imaged in inversed resistivity section. Important role of modelling provides a geological interpretation which suggests that local topography is developed by faults. Inversed resistivity section shows presence of minor faults which cannot be shown in geological map from survey area. To enhance fault assumption from inversed resistivity section, we conducted forward modelling from gravity anomaly from CBA map after reduction-to-plane, where the section is parallel with AMT survey lines. As result, suitability between inversed resistivity section and model from gravity anomaly was obtained. This research concludes that analysis about geological structure presence which is not exposed on the subsurface will be more powerful and comprehensive if the gravity anomaly and resistivity section is compiled. Keyword: fault, gravity, AMT, modelling INTRODUCTION Subsurface geology is one of the most interesting object in the study of earth science, especially in exploration geophysics. Geological structure below surface is much researched in the issue of natural resource exploration, e.g. in oil and gas exploration. The morphology of sedimentary basin in the scope of oil and gas exploration is an important thing to discover before exploration phase proceed with acquisition phase from other methods such as reflection seismic (which is known to be relatively expensive). Gravity method and Magnetotelluric method are two among other geophysics exploration methods that possess good subsurface imaging, especially in imaging subsurface structure both in local and regional. This research aims to correlate result of Audiomagnetotelluric survey with gravity anomaly response within the same area. REGIONAL GEOLOGY Regional geology of Kasihan, Tegalombo, Pacitan have been mapped by Hardjono (1979). In his research, Hardjono stated

that the regional geology of Kasihan, Tegalombo generally consists of hills with steep slope. Rocks in this area are volcanic rocks and sedimentary rocks. From Hamid (1992), oldest lithology unit in Kasihan area is volcanic sandstones alternated with siltstones. The thickness of this layer is about 685 meters. The outcrop for this layer is mostly exposed along River Dadap. Above it, unconformity contact between sandy conglomerate unit and andesite-dacite unit is deposited. This unit thickness is about 187 meters and mostly exposed locally around Pringapus River and Dadap River. In this unit, many shear joints and several igneous rock intrusion remains present itself. The youngest unit is andesite-dacite rock intrusion which intrude two rock units above it. This intrusion rock is mostly exposed along Dadap River, Mt. Pengajaran slopes, Mt. Dringo, and hills around Kasihan Village. Geological structures that control this area are suspected fault zones, which lies northeast - southwest (Tumpak Pengilon – Bunder) and another fault zones which lies north-south following Dadap River flow

34


(Nukman, 2001). Other structures present are intensive joints and fractures. In some marl-sandstone and sandy conglomerate outcrops, there are groundwater seepage going through gap between layers and fractures as a good example for reservoir condition in oil field or geothermal field (indicates high permeability).

Maxwell's Equations The electromagnetic fields within a material of a nonaccelerated reference frame can be described by Maxwell's equations. These can be expressed in differential form with the International system of Units (SI) as :

PRINCIPLES OF MT The magnetotelluric method or magnetotellurics (MT) is an electromagnetic geophysical exploration technique that images the electrical properties (distribution) of earth at subsurface depths. The energy for the magnetotelluric technique is from natural source of external origin. When this external energy, known as primary electromagnetic field, r , reaches the earth's surface, part of it is reflected back and remaining part penetrates into the earth. Earth acts as a good conductor, thus electricity currents (known as telluric currents or eddy currents) are induced in turn produce a secondary magnetic field.

Figure 1. Simple scheme of EM wave propagation from transmitter to receiver (Hendra Grandis, 2010)

The low frequencies (down to 0.001 Hz) used in MT work advanced the MT method as a means of achieving penetration depths to hundreds of kilometers. Spurred by major advances in instrumentation and data processing capabilities, MT has developed into an important tool for evaluating deep structure in petroleum and geothermal exploration. Audio-frequency magnetotellurics (AMT), an extension of MT to the audio-frequency range (10 Hz to 10 kHz), developed during the 1960s as a shallower penetration tool. With its erratic signal strength as a primary drawback, AMT signals are acquired faster than MT because it measures higher frequencies. But, variability of local thunderstorm sources and signal attenuation around 1 Hz and 2 kHz can compromise data quality.

Impedance Impedance is ratio between electrical field (E) and magnetic field (H), and it depends on medium resistivity. Impedance can show information about medium resistivity as a function of depth. Impedance between electrical field component and magnetic field component which is perpendicular to each other can be obtained from equation :

35


By adding the value of electrical field (E) and magnetic field (H), resistivity value of medium at particular depths can be identified, with regards of frequency used as EM waves penetrates deep into medium below surface. This resistivity is known as apparent resistivity or Cagniard resistivity. The equation for Cagniard resistivity is:

Gravitational Attraction and Potential Newton's law of gravitational attraction stated that the magnitude of the gravitational force between two masses is proportional to each mass and inversely proportional to the square of their separation. The equation for gravitational force is:

If we let mass mo be a test particle with unit magnitude, then dividing the force of gravity by mo provides the gravitational attraction procuded by mass m at the location of the test particle:

RESEARCH METHODOLOGY Gravity and AMT data acquisition was conducted in September 2013, located at Kasihan Village, Tegalombo, Pacitan, East Java Province. Gravity data acquisition was conducted by utilizing Gravimeter LaCoste&Romberg on 4 lines along 2.7 to 3 kilometers consist of 13 to 15 stations with 200 meters of spacing. On the other hand, AMT data acquisition was conducted on 2 lines along 3 kilometers consist of 12 stations with 250 meters of spacing. All of survey lines were perpendicular with main target, which is estimated local fault where the strike is parallel with Dadap River and the dip is westward. Gravity data processing is conducted by correcting gravity data starting from tidal correction, drift correction and theoretical gravity correction including: normal gravity, free-air gravity, simple Bouguer correction and terrain correction. For AMT data processing, inversion of 1D data is correlated by using Imagem software which is installed in AMT acquisition device, Stratagem 26716-01 REV.F. Then, contour map of resistivity value (the map is included in attachment) about the subsurface features is made using Surfer 10. The result of gravity data processing is presented in a corrected-to-plane Complete Bouguer Anomaly map (included in attachment) with height of observation point at 850 meters from equivalent center mass point (0 meter above sea level). The map is interpreted by making 2D model (included in attachment) with the reference from Talwani (1959) by utilizing one program package GM-SYS which is included in the Oasis Montaj v.6.4.2 software. Measurement Points Measurement points of both gravity and AMT survey is displayed as a map included in attachment. RESULT AND DISCUSSION From the corrected-to-plane Complete Bouguer Anomaly map, positive anomaly closure is visible with maximum value for 144 mgal and minimum value for 123 mgal. From the subsurface resistivity profile in AMT survey lines there is 3 layers consist of low resistivity layer (resistivity log 1-2.2 Ohm.meter), intermediate resistivity layer (resistivity log 2.2-3.6 Ohm.meter), and high resistivity layer (resistivity log 3.6-4 Ohm.meter).

36


Two 2D models with 3 layers (A-A' and B-B' slices) is constructed from Complete Bouguer Anomaly map. Both 2D models is constructed by cutting through Dadap River where the fault zone is estimated, as shown by resistivity profile along AMT survey lines. From A-A' slice, which parallel with AMT survey lines, a 2D model is constructed from its gravity response. The 2D model indicates normal fault with strike direction to northwest. Another model from B-B' slice is similar with the fault in A-A' slice model. CONCLUSION AMT interpretation result still indicates low resolution in the section, but it has shown a good correlation with 2D modelling from gravity anomaly. From 2D modelling of gravity anomaly, there is 3 layers with density value of 2.4 gr/cc, 2.5 gr/cc, and 2.67 gr/cc. Those 3 layers is correlated respectively with low resistivity layer (soil/weathered rock), intermediate resistivity layer (sandy conglomerate rocks), and high resistivity layer (volcanic sandstones).

Map 1.Gravity and AMT measurement stations map

ACKNOWLEDGEMENTS To Drs. Imam Suyanto, M.Si. for the discussion and guidance, and to colleagues of Geophysics class 2010 for its permission to use Non-Seismic 2013 data and also for the support. REFERENCES Naidu, G. D., Deep Crustal Structure of the Son–Narmada–Tapti Lineament, Central India, Springer Theses, DOI: 10.1007/978-3-642-28442-7_2, Berlin: Springer-Verlag Heidelberg, 2012. Blakely, R..J., Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications, Cambridge: Cambridge University Press, 1995. Talwani, M., Worzel, J.L. and Landisman, M., Rapid Gravity Computations for Two-Dimesional Bodies with Application to the Mendocino Submarine Fracture Zone, New York: Lamont Geological Observatory, Columbia University, 1959. Hamid, M., Geologi daerah Tulakan dan sekitarnya serta Tinjauan Andesit G.Sepang sebagai bahan agregat perkerasan jalan raya Kec.Tulakan, Kab.Pacitan, Jawa Timur, Skripsi S-1, Jogjakarta: Geological Engineering FT-UGM, 2001.

Map 2.Complete Bouguer Anomaly (CBA) map

Nukman, M., Catatan Lapangan Survei Geologi Daerah Kasihan, Kec.Tegalombo, Kab.Pacitan, Jawa Timur, Jogjakarta: Geophysics Study Program FMIPA-UGM, 2001.

ATTACHMENTS

Section 1.Resistivity section of AMT line 1

Model 1.Gravity anomaly model A-A' slice

37


Dieng, Wonosobo

START BEHAVING LIKE A RESPONSIBLE PERSON

YOU ARE IMPORTANT AND YOU ARE NEEDED



INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK DI DAERAH GARUT JAWA BARAT 1

1

Didi heryanto , Sorja Koesuma , Agus Pajrin Jaman

2

1

Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2

PT. Aneka Tambang, Tbk., Jakarta. Abstrak

Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode magnetik di area eksplorasi PT. Aneka Tambang, Tbk di Garut, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur bawah permukaan yang berpotensi sebagai daerah prospek untuk penelitian lanjutan berdasarkan hasil pemodelan 2D dan data geologi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Proton precission Magnetometer (PPM) G-856 AX dan GPS garmin. Pengambilan data dilakukan selama 28 hari di area seluas 13 km x 7 km, dengan spasi antar titik pengukuran 10 m sehingga didapatkan data sebanyak 12569 data. Interpretasi kualitatif dilakukan dengan menganalisis peta anomali magnetik total dan hasil proses kontinuasi ke atas dengan menggunakan Oasis montaj. Interpretasi kuantitatif dilakukan dengan menganalisis hasil pemodelan 2D dengan menggunakan GM-SYS. Jumlah pemodelan sebanyak 4 buah penampang yaitu penampang AA’, penampang BB’, penampang CC’ dan penampang DD’. Hasil keempat pemodelan didapatkan struktur geologi bawah permukaan yaitu batuan tuf dengan nilai suseptibilitas 1,26 x 10-5 dalam sistem SI dan 3,77 x 10-5 dalam -4

sistem SI, batuan breksi dengan nilai suseptibilitas 3,77 x 10 dalam sistem SI, batuan breksi -5

tuf dengan nilai suseptibilitas 2,51 x 10 dalam sistem SI, kuarsa dengan nilai suseptibilitas -5

2,51 x 10 dalam sistem SI, batuan intrusif dengan nilai suseptibilitas sistem SI batuan sedimen dengan nilai suseptibilitas

-4

2,51 x 10 , dalam

-5

1,26 x 10 dalam sistem SI, Calsite

-5

-5

dengan nilai suseptibilitas -1,26 x 10 dalam sistem SI dan 0,5 x 10 dalam sistem SI. Daerah yang memiliki prospek untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu pada lintasan CC’. kata kunci : magnetik, intrusi, suseptibilitas, Garut, GM-SYS, Oasis Montaj. PENDAHULUAN Wilayah

Indonesia

magmatic merupakan

wilayah yang memiliki potensi kandungan

memiliki

arc

(Artadana.

potensi

2011)

kandungan

yang

mineral

terutama kandungan emas dan tembaga.

mineral yang melimpah karena berada

Metode

magnetik

merupakan

pada daerah pembentukan mineral South

salah satu metode geofisika yang sering

Pacific rim (Corbett. 2002) yaitu suatu

digunakan

daerah

karena

pada eksplorasi minyak bumi (Odunaike,

berada pada jalur gunung berapi pasifik,

et. al. 2009), gas bumi dan penyelidikan

dimana banyak terdapat gunung berapi

kandungan

dan jalur vulkanik yang berasosiasi dengan

Metode magnetik penting dilakukan dalam

daerah pembentukan mineral. Daerah

ekplorasi mineral terutama emas karena

garut merupakan daerah yang berada di

sebagai langkah awal untuk menentukan

selatan pulau jawa bagian barat

area

pembentukan

mineral

yang

dalam

survai

mineral

pendahuluan

(Johnson.

2009).

berada pada zona mineralisasi utama prospek yang nantinya akan dilakukan survei lanjutan untuk memastikan adanya sumber emas pada area tersebut.

40


dipole magnetk. Interpretasi tersebut tidak cukup hanya dengan melakukan intepretasi berdasarkan anomali medan magnet dari peta intensitas magnetik (interpretasi kualitatif), tetapi juga diperlukan interpretasi secara kuantitatif yaitu interpretasi dengan melakukan pemodelan pada daerah target. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas Medan Magnetik Total Intensitas medan magnet total adalah harga medan magnet di suatu titik yang dihasilkan oleh batuan di bawah permukaan bumi. yang menjadi target dari pengukuran metode magnetik. Intensitas medan magnet total dihasilkan dengan melakukan beberapa reduksi terhadap data hasil pengukuran di lapangan. Reduksi yang dilakukan adalah koreksi IGRF, dan koreksi variasi harian (KahďŹ dan Yuli.2008). Gambar di bawah ini menunjukkan peta Intensitas magnetik total:

Gambar 4. Peta Intensitas medan magnetik total skala 1:50000. Interpretasi Kualitatif Peta Anomali medan magnetik total (gambar 4) pada daerah penelitian menunjukkan bahwa daerah anomali medan magnetik tinggi (warna putih) menunjukkan bahwa pada daerah tersebut terdapat batuan yang bersifat ferromagnetik sehingga intensitas magnet pada daerah tersebut tinggi, yaitu batuan basalt, lava andesit dan batuan breksi. Anomali medan magnet rendah (warna biru) menunjukkan bahwa pada area tersebut terdapat batuan yang bersifat diamagnetik, dimana batuan yang bersifat diamagnetik yaitu abu gunung api, lava, dan sedimen piroklastik. Hasil proses kontinuasi ke atas yang telah dilakukan yaitu pada ketinggian 100 meter di atas sferoida referensi, (gambar 5) menunjukkan pada daerah tersebut intensitas magnetiknya masih stabil. Hal ini selain di daerah tersebut terdapat batuan yang bersifat feromagnetik dan dalam volume yang besar.

Gambar 5. Peta Anomali medan magnetik setelah dilakukan proses pengangkatan ke atas pada ketinggian 100 m di atas atas sferoida referensi.

41


Hasil proses reduksi ke kutub (gambar 6)

permukaan. Ada sekitar 6 jenis batuan dan mineral

membuat Pergeseran area dengan intensitas magnetik

yang didapatkan dari hasil pemodelan dengan nilai

tinggi (lingkaran merah), hal

ini menunjukkan letak

suseptibilitas magnetik yang beragam, yaitu pada

benda yang sebenarnya di bawah permukaan (Cooper

lapisan atas dengan nilai suseptibilitas 6,28 x 10-4 dalam

dan Cowan. 2005) yang nantinya akan dilakukan

sistem SI dan 3,77 x 10-4 dalam sistem SI termasuk

pemodelan

dalam batuan breksi tufa, serta batuan tuf dengan nilai

sehingga

diketahui

jenis

dan

posisi

suseptibilitas 2,513 x 10-4 dalam sistem SI. lapisan kedua

batuannya.

pada kedalaman sekitar 290 m terdapat batuan dengan nilai suseptibilitas 1,26 x 10-5 dalam sistem SI yaitu batuan sedimen pirolastik, pada kedalaman sekitar 100 m, terdapat batuan dengan nilai suseptibilitas -2,51 x 10-5 dalam sistem SI merupakan batuan andesit yang teralterasi mineral kuarsa, pada kedalaman sekitar 100 m juga terdapat batuan basaltik. Pada lapisan paling bawah yaitu terdapat batuan dengan nilai suseptiblitas 1,26 dengan kedalaman 500 m-750 m dari permukaan. Ada 3 lapisan yang didapatkan pada hasil pemodelan ini.

lapisan pertama terdiri dari batuan dengan nilai

suseptibilitas -7,54 x 10-5 dalam sistem SI yang termasuk dalam

golongan

batuan

Andesit

yang

teralterasi

mineral kuarsa, 6,28 x 10-4 dalam sistem SI yang digolongkan dalam batuan breksi tufa, dan 1,26 x 10-5 Gambar 6. Peta intensitas magnetik setelah dilakukan

dalam sistem SI yang digolongkan dalam jenis batuan

proses reduksi ke kutub.

tuf. Pada lapisan kedua terdapat beberapa jenis batuan

Interpretasi Kuantitatif Interpretasi

yang digolongkan dalam batuan breksi tuf dengan

dilakukan dengan

kedalaman x 10-5 dalam sistem SI merupakan batuan

pemodelan benda anomali menggunakan metode 2D

andesit yang teralterasi mineral calcite yang terdapat

yang

pada kedalaman 250 m dari permukaan.

dibuat dalam

kuantitatif

dengan nilai suseptibilitas 1,26 x 10-5 dalam sistem SI

suatu

program GM-SYS. Ada 4

buah pemodelan yang dibuat berdasarkan interpretasi

Pada gambar 7(b). merupakan hasil pemodelan

kualitatif, yaitu sayatan AA’, sayatan BB’, sayatan CC’ dan

sayatan BB’ yang telah dibuat yaitu sekitar 35 m, batuan

sayatan DD’.

dengan nilai suseptibilitas -2,51 x 10-5 dalam sistem SI

Hasil pemodelan sayatan AA’ seperti yang

yang digolongkan kedalaman batuan Andesit yang

terlihat pada gambar 7a, menunjukkan terdapat 2

teralterasi kuarsa yaitu pada kedalaman sekitar 50 m

lapisan yaitu dengan kedalaman 550 m - 600 m dari

dan 100 m,

42


(a )

(b )

(c )

Breksi tufa

Sedimen piroklastik

Tufa

Kuarsa

Calcite

Breksi

Intrusif

Gambar 7. (a) Sayatan AA么.(b) sayatan BB么. (c) sayatan CC么dan (d) sayatan DD么.

batuan dengan nilai suseptibilitas 2,51 x 10-5 merupakan batuan basalt pada kedalaman sekitar 220 m, dan batuan dengan nilai suseptibiltas -7,5 x 10-6 dalam sistem SI digolongkkan dalam batuan basalt teralterasi mineral Calsite pada kedalaman sekitar 160 m. lapisan ketiga terdapat 3 jenis batuan yaitu dengan nilai suseptibilitas -3,77 x 10-5 dalam sistem SI yang termasuk dalam batuan andesit yang teralterasi mineral kuarsa yang terdapat pada kedalaman 300 m, batuan dengan nilai suseptibilitas 1,3 x 10-5 dan 0,5 x 10-5 dalam sistem SI termasuk dalam batuan sedimen piroklastik pada kedalaman 500 m.

43


Pada gambar 7c. Hasil pemodelan pada

pertama terdapat batuan dengan nilai suseptibilitas 1

sayatan CC’ menunjukkan hasil pemodelan yang telah

x 10-5 dalam sistem SI yang termasuk dalam batuan

dibuat yaitu dengan kedalaman 450 m - 700 m dari

tufa. Lapisan kedua yaitu pada kedalaman 80 m

permukaan. Hasil pemodelan didapatkan 3 lapisan,

dengan nilai suseptibilitas

yaitu pada lapisan pertama terdapat 2 jenis batuan.

merupakan kuarsa mulai kedalaman 30 m, batuan

-4

dengan nilai suseptibilitas 1 x 10-4 dalam sistem SI

dalam sistem SI yang termasuk dalam batuan breksi,

yaitu batuan basalt pada kedalaman 10 m. lapisan

kemudian batuan dengan nilai suseptibilitas 1,26 x

ketiga terdiri dari batuan dengan nilai suseptibilitas 1

10-5 dalam sistem SI dan 3,77 x 10-5 dalam sistem SI

x 10-6 dalam sistem SI yang termasuk dalam batuan

yang termasuk dalam batuan tufa. lapisan kedua

sedimen piroklastik pada kedalaman 250 m.

batuan pertama dengan nilai suseptibilitas 3,77 x 10

yaitu

pada

kedalaman

80

m

dengan

nilai

suseptibilitas 2,51 x 10-5 dalam sistem SI yang termasuk dalam batuan breksi tufa, batuan dengan nilai suseptibilitas

-2,51 x 10-5

yaitu kuarsa pada

kedalaman 30 m. Batuan dengan nilai suseptibilitas

-3 x 10-5 dalam sistem SI

KESIMPULAN Berdasarkan

hasil

penelitian

yang

dilakukan di daerah , Garut Jawa Barat, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

2,51 x 10-4 dalam sistem SI yang termasuk dalam batuan intrusif mulai kedalaman 60 m, dan batuan

1.Struktur geologi bawah permukaan di daerah

dengan nilai suseptibilitas -2,51 x 10-5 dalam sistem SI

penelitian yaitu batuan tufa , batuan breksi, batuan

merupakan kuarsa mulai kedalaman 60 m. lapisan

breksi tuf, kuarsa, batuan intrusif , batuan sedimen

ketiga terdiri dari batuan dengan nilai suseptibilitas

pirolastik, Calsite.

1,26 x 10-5 dalam sistem SI yang termasuk dalam

2.Lokasi prospek adanya indikasi daerah mineralisasi

batuan sedimen piroklastik pada kedalaman 350 m,

dari hasil pemodelan terdapat pada lintasan CC’ yang

juga terdapat batuan dengan nilai suseptibiltas -1,26

ditandai dengan adanya batuan intrusif.

x 10-5 dalam sistem SI dan 0,5 x 10-5 dalam sistem SI digolongkkan dalam batuan basalt teralterasi mineral Calsite pada kedalaman sekitar 350. Hasil

pemodelan

pada

sayatan

CC’

merupakan daerah indikasi mineralisasi, hal ini ditandai

dengan

adanya

batuan

intusif

yang

merupakan batuan pembawa mineral. Hasil pemodelan pada sayatan DD’ seperti ditunjukkan pada gambar 7(d). menunjukkan hasil pemodelan

yang

telah

dibuat

yaitu

dengan

kedalaman 100 m - 450 m dari permukaan. Hasil pemodelan didapatkan 3 lapisan, yaitu pada lapisan

44


Š Hendra GW



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.