Edisi 3/Oktober 2015
LAPORAN UTAMA Geofisika di Tengah Lesunya Harga Minyak Dunia
HMGI NEWS HMGI Bangkit Bersatu
EDITOR’S PICK Krakatau: Sang Legendaris Abad 19
LECTURE Metode Magnetotellurik dengan Remote Reference
H A J A L JE
A K I S I F O GE
Redaksi Pusat Pimpinan Redaksi Hendra Guna Wijaya Sekretaris Irrel Andriesta Myasa Bendahara Erza Ismi Lariza Divisi Finansial Widya Putri Pratami Muhammad Adis Suryo Wicaksono Ketua Divisi Editorial Erina Prastyani Anggota Divisi Editorial Aulia Safitri Puspita Asri Bagas Rizki Wibowo Diva Alfiansyah Mohammad Reza Rizki Wardana Novita Triswi Handayani Ketua Divisi Kreatif Setyo Wahyu Nurdian Anggota Divisi Kreatif Arif Fakhri Radena Asprila Naren Bintoro Heryudanto Nur Arasyi Adithea Geovandi Agra Adipta Arief Khoiruddin Adetia Lita Agustina Harahap
Redaksi Wilayah Institut Teknologi Bandung: Dea Vallerie Oemaiya. Institut Teknologi Sepuluh November (Fisika): Deviana Ambarsari. Institut Teknologi Sepuluh November (Teknik): Muhammad Fikri Putra Pramata. Institut Teknologi Sumatera: Riyan Gahasa. Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika: Asyer Octhav. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang: Zahra Annisa. UIN Sunan Gunung Djati Bandung: Dini Fauziah Gufron. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Rizky Bayu Pradana. Universitas Brawijaya: Suhendra Vebrianto. Universitas Diponegoro: Maisyita Azizah Oetomo. Universitas Gadjah Mada: Novita Triswi Handayani. Universitas Halu Oleo: Muhammad Ichsanul Akbar N. Universitas Hasanuddin: Nurul Mifta Sari. Universitas Indonesia: Pelangi Wiyantika. Universitas Jember: Himmah Khasanah. Universitas Jenderal Soedirman: Diva Fathinova. Universitas Lampung: Yasrifa Fitri Aufia. Universitas Negeri Semarang: Herdita Suciati Febrina. Universitas Negeri Yogyakarta: Adetia Lita Agustina Harahap. Universitas Padjadjaran: Nurin Amalina Widityani. Universitas Pendidikan Indonesia: Siti Azizah Sutisna. Universitas Sebelas Maret: Kidura Wildan. Universitas Sriwijaya: Ferdian. Universitas Syiah Kuala: Lukmanul Hakim. Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta: M. Reza Rizki Wardana.
Regional I Regional II Regional III Regional IV Regional V
Nur Sya’bana Santoso Sabrina Hikmah Ramadianti Ridhotul Ghiaz Hadhary Kholifatus Sa’diyah Asraf
Daftar Isi Salam Redaksi HMGI News Laporan Utama Artikel Lensa Geofisika Informasi Laporan Kegiatan Travelling Editor’s Pick Paper Coming Soon Lecture
2 4 8 13 19 23 26 29 30 34 41 44
Salam Redaksi
Sapa Redaksi dari Pimpinan Redaksi Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirobbil 'alamiin, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan nikmat kepada kita semua. Himpunan Mahasiswa Geosika Indonesia melalui tim satuan penugasan majalahnya kembali menyajikan ragam karya mahasiswa geosika Indonesia dalam majalah edisi ketiga kali ini. Mudah-mudahan dengan adanya edisi ketiga ini dapat menginspirasi keberlanjutan majalah HMGZine di masa-masa selanjutnya. Tim satuan penugasan majalah dari seluruh Indonesia juga mengucapkan 'Selamat Berkarya' kepada kepengurusan HMGI periode 2015/2016 di bawah Ketua HMGI, Raysita Galuh Dwi Jayanti, semoga tetap amanah dan selalu memberikan inspirasi bagi geosika Indonesia. Edisi ketiga kali ini mengangkat pokok bahasan yang mengajak pembaca untuk menjelajahi geosika yang memiliki keragaman dalam hal keilmuan. Di lain pihak juga bermaksud untuk membuka jendela wawasan kita bahwa banyak kegiatan di segala penjuru Indonesia yang bergerak di bawah bendera geosika. Simak juga foto-foto karya mahasiswa geosika Indonesia yang akan bercerita lewat paduan gradasi warna dan obyeknya yang menawan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi, dari HAGI, HMGI pusat, HMGI regional, serta tim satuan penugasan majalah dari seluruh Indonesia.Kritik dan saran dari pembaca adalah pembangun majalah kita agar lebih baik. Selamat menjelajahi majalah kita! Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hendra Guna Wijaya Pimpinan Redaksi HMGZine
2
Salam Redaksi
Kata Pengantar dari Ketua HMGI Pusat 2015/2016 Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakaatuh, Salam Geosika Indonesia, Puji syukur atas segala limpahan rahmat dan karunia dari Allah SWT sehingga kita semua dalam keadaan sehat, bahagia dan semoga sukses selalu dalam menjalani setiap aktivitas. Majalah Himpunan Mahasiswa Geosika Zone (HMGZine) adalah salah satu wadah kami mahasiswa Geosika seluruh Indonesia untuk membagikan informasi dari seluruh universitas di Indonesia tentang ILMU kegeosikaan. Selain itu juga majalah ini berisi kegiatan atau program kerja Himpunan Mahasiswa Geosika Indonesia. Saya mewakili pengurus Himpunan Mahasiswa Geosika Indonesia Periode 2015 – 2016 mengucapkan terimakasih atas kerja keras semua pihak yang telah berkontribusi baik materi dan juga pikiran sehingga terbitlah Majalah HMGZine Edisi Ketiga ini. Melalui majalah HMGZine ini kami berharap dapat memberikan manfaat dan menambah informasi maupun pengetahuanmengenai kegeosikaan. Saya sangat menyambut baik dengan adanya majalah HMGZine edisi ketiga ini, melalui wadah seperti inilah mahasiswa dapat mengeluarkan kreatitasnya masing-masing. Selain kreativitas yang dikemas sedemikian rupa, majalah ini dapat diharapkan menjadi ajang pembelajaran dan latihan menulis bagi seluruh mahasiswa geosika Indonesia. Dan untuk kedepannya, saya selaku Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Geosika Indonesia berharap akan adanya lebih banyak karya – karya yang dapat dimuat dalam majalah edisi selanjutnya. Khusus untuk Tim Satuan Penugasan HMGZine, saya ucapkan selamat dan sukses , semoga pada penerbitan majalah HMGZine yang akan datang dapat lebih baik, bermakna dan professional. Akhir kata, selamat membaca dan saya mewakili teman – teman redaksi dan juga pengurus HMGI mohon maaf apabila dalam penyajian HMGZine ini masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan, dan kami sangat terbuka bagi yang akan memberikan masukan dan saran kepada kami. Sebaik – baiknya waktu adalah untuk menuntut ilmu dan sebaik – baiknya pengalaman adalah saling membagi. Semoga Bermanfaat. Yogyakarta 17 September 2015, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia Periode 2015 - 2016
3
HMGI News
Ulasan Beberapa Kegiatan
HMGI Bismillahirahmanirahim, Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakaatuh Salam Geofisika Indonesia. Salam HMGI Bangkit Bersatu. Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia atau yang biasa disebut HMGI merupakan organisasi yang telah ada pada tahun 1993. HMGI yang awal mulanya hanya terdiri dari 3 universitas sebagai anggotanya, saat ini HMGI telah berhasil menghimpun 26 universitas di Indonesia dan tidak menutup kemungkinan untuk terus melebarkan sayapnya lagi. Dengan adanya artikel ini, kami berharap teman – teman pembaca juga dapat mengenal HMGI lebih dekat. Untuk kepengurusan saat ini, HMGI periode 2015/2016 mempunyai 4 divisi utama yaitu divisi Eksternal, Internal, Kewirausahaan, dan Multimedia. Divisi Internal mempunyai 4 program utama dalam satu tahun kepengurusan. Untuk pendataan Himpunan Geofisika anggota HMGI di seluruh Indonesia baik yang penjurusan ataupun peminatan agar mempermudah hubungan antara Himpunan kami mempunyai program Pengumpulan Database Anggota HMGI. Hubungan baik antara HMGI dengan Himpunan Ahli Geofisika Indonesia dimaksudkan untuk menjembatani rekan – rekan mahasiswa yang ingin bekerja sama dengan HAGI, yang kami contohkan dengan program Pengumpulan proposal Guest Lecture dan sponsorship ke HAGI. Untuk meningkatkan kinerja HMGI, kami menerima semua kritik dan saran yang kemudian akan kami bawa sebagai koreksi dari keberlangsungannya cara kerja kami. Oleh karena itu kami mengadakan EvaluasiKerja tiga kali dalam 1 tahun kepengurusan. Selain itu, untuk memberikan apresiasi bagi HMGI Regional yang memiliki semangat dan pencapaian program kerja yang baik kami memiliki program HMGI award. Salah satu program unggulan HMGI yaitu E-Lecture (Electronic Lecture). E-Lecture adalah program yang bertujuan untuk saling membagikan ilmu baik berupa paper, artikel dan video melalui media informasi. ELecture akan membuat video tentang Geofisika & Geologi, dengan harapan mahasiswa Geofisika akan lebih memahami ilmu tentang Geofisika dan Geologi. Dari divisi eksternal program unggulan yang akan dijalankan adalah Geophysics Goes to School (GGTS), Seminar Nasional, dan Musyawarah Nasional. GGTS sendiri merupakan sosialisasi mengenai jurusan Teknik Geofisika/Geofisika ke Sekolah Mengengah Atas yang ditargetkan dapat terlaksana di seluruh regional HMGI, seperti Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Program terbaru dari divisi eksternal adalah HMGI Tanggap Bencana. Program ini dimaksudkan untuk membantu para korban bencana alam dengan memberikan bantuan dana. HMGI Tanggap Bencana dikonsepkan sebagai suatu rekening siaga bencana, dimana ketika suatu bencana terjadi, HMGI siap menghimpun dana dan memberikannya kepada yang berhak. Sebagai program yang HMGI lakukan untuk tiap tahunnya yaitu Seminar dan Musyawarah Nasional. Program ini adalah satu – satunya program yang menyatukan seluruh anggota HMGI. Program yang ditawarkan oleh divisi Multimedia adalah web HMGI yang dapat diakses di http://www.hmgi.or.id/ dan majalah HMGZine terbaru sebagai program unggulan. Divisi multimedia juga mempunyai program dimana kami sangat menghargai setiap momen–momen berharga seperti hari jadi suatu himpunan, hari – hari besar, hari nasional, danlainnya yang kami kemas dalam sebuah kartu ucapan yang kami sebarkan melalui media social, program kami yaitu Kartu Ucapan HMGI Untuk mempermudah kami dalam penyampaian informasi kami kepada seluruh anggota kami yang
4
HMGI News
tersebar di seluruh Indonesia, kami cukup aktif dalam social media yang kami himpun dalam program Media Social Hitz. Kami memiliki beberapa social media yaitu, Facebook : Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia, Twitter : @HMGIndo , Instagram : @Hmgindonesia , Fan Page : Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia , Web : hmgi.or.id ,dan Forum : Forum HMGI. Selain social media kami menawarkan sebuah aplikasi berbasis OS Android untuk HMGI, yaitu HMGI for Android. HMGI for Android ini di buat untuk memudahkan pengaksesan segala macam informasi tentang HMGI. Yang terakhir yaitu divisi Kewirausahaan, selain penjualan PDL dan Korsa HMGI, program yang ditawarkan adalah penjualan field tools dan beberapa new items lainnya. Kami mencoba menawarkan produk kami dengan sistem penjualan yang terbaru dengan harapan akan meningkatkan efiensiensi transaksi. HMGI mencoba menghadirkan penjualan secara Online ( HMGIStore.or.id) . Walaupun sistem ini termasuk baru, tetapi kami mencoba untuk membuat sistem ini pas dengan customer – customer kami. Kami juga berusaha meningkatkan layanan kami dengan membuka penjualan yang bersifat custom atau dapat dipesan sesuai dengan permintaan customer. Demikianlah penjabaran tentang Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia. Tiga pilar yang selalu dipegang teguh oleh HMGI adalah profesionalitas, solidaritas dan transparansi. Dengan tiga hal tersebut satu mimpi yang ingin kami wujudkan yaitu HMGI yang SATU.
HMGI bangkit bersatu!
5
“The poetry of the earth is never dead” -John Keats
Gunung Kelud, Jawa Timur ©Nur Arasy
7
Laporan Utama
PROSPEK KERJA LULUSAN GEOFISIKA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN GLOBAL DI BIDANG NON MIGAS
A
njloknya harga minyak dunia yang cukup signifikan membuat banyak perusahaan migas atau kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) membatasi lowongan kerja bahkan tidak akan menambah pegawai baru pada tahun ini. Banyak dari kita yang mengincar karir di O&G atau istilah keren dari industri migas dikarenakan salary yang menggiurkan. Namun karena permasalahan ini membuat kita sebagai calon ahli geofisika berpikir kembali untuk bekerja di bidang migas. Lalu pertanyaannya apa saja prospek kerja kita sebagai ahli geofisika untuk berkarya memajukan bangsa di bidang selain migas?, Berikut ini adalah jawaban bagi kita semua :
“ Saat ini semua KKKS sedang mengajukan revisi program kerja dan anggaran 2015. Setiap program kerjanya, proyek-proyek, sampai kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) direvisi” (di lansir detik.com) —Ketua Hubungan Masyarakat SKK MIGAS
Sumber : www.mining.com
MINING INDUSTRY Industri pertambangan di era modern kini membutuhkan para ahli geofisika, dikarenakan hingga saat ini eksplorasi mineral padat hanya terbatas pada kedalaman yang dangkal. Hal ini merupakan tantangan bagi para geophysicist untuk menguasai beberapa metode eksplorasi yang cocok di bidang pertambangan. Metode metode pada eksplorasi di bidang pertambangan bergantung pada jenis endapan dan lingkungan pengendapannya. Metode yang dapat diterapkan antara lain Metode IP dan Metode Geomagnetik yang bagus untuk mineral logam tipe porfiri, kemudian Metode Gravity yang cocok untuk penyelidikan struktur struktur bawah permukaan tipe mineralisasi epithermal sulfur tinggi serta digunakan untuk indikasi cekungan yang mencakup daerah yang luas pada eksplorasi batubara, dan Metode Resistivity yang menggunakan kombinasi dipole-pole dan schlumberger yang dapat diterapkan pada eksplorasi mineral logam tipe placer.
GEOTECHNICAL ENGINEERING Indonesia masih melakukan pembangunan infrastruktur secara berkelanjutan sehingga pada ilmu geoteknik terus berkembang. Seiring berkembangnya
Sumber : www.engineersconstruction.com teknologi pada, kini geofisika juga berperan dalam kajian geoteknik. Disini Geophysicist berperan dalam analisa bawah permukaan , jenis bahannya, dan sifat fisik. Pembangunan infrastruktur seperti pembangunan gedung bertingkat, pembuatan jalan raya dan jembatan memerlukan informasi bawah permukaan dari data geofisika. Contoh dalam pembangunan gedung bertingkat dimana pondasi yang kuat merupakan hal utama, geofisika dapat mengetahui kedalaman lapisan lapuk , tingkat kekerasan batuan dan struktur bawah permukaannya. Dimana batuan dibawah lapisan lapuk dapat diketahui sehingga dapat di perkirakan seberapa dalam akan dilakukannya pemboran untuk pondasi bangunan tersebut.
GEOTHERMAL ENERGY Pada bidang Panas Bumi Geofisika berperan pada eksplorasi dan monitori sistem reservoir. Sebagai energi terbarukan panas bumi Indonesia berpotensi sebagai energi masa depan sehingga peluang berkarir
8
Laporan Utama
Sumber : https://www.climate-eval.org di bidang ini sangatlah banyak. Pada eksplorasi panasbumi geophysicist dituntut untuk menguasai berbagai metode non seismik seperti Gravitasi, Geolistrik , CSAMT, MT dan Geomagnetik, semua bergantung pada target yang diinginkan. Target target utama eksplorasi panasbumi adalah Batas prospek panasbumi, Geometri prospek, Heatsource, struktur bawah permukaan dan pola thermal ow.
Begitu banyak metode geoďŹ sika yang dapat dilakukan pada eksplorasi panasbumi sehingga tidak ada teknik khusus dalam studi geothermal ini. Keberhasilan eksplorasi panas bumi menggunakan metode geoďŹ sika seluruhnya berganung pada kondisi geologi dimana daerah prospek itu berada. -(Bagas Rizki Wibowo, Redaksi Pusat)
9
Laporan Utama
GEOFISIKA DI TENGAH LESUNYA HARGA MINYAK DUNIA
T
urunnya harga minyak dunia menjadi berita antagonis yang tak kunjung membaik sejak beberapa waktu terakhir. Seperti diketahui, sebagai geofisikawan bidang oil and gas menjadi primadona penyerap terbanyak dan menjadi lapangan pekerjaan yang sangat menjanjikan diantara bidang lainnya. Turunnya harga minyak dunia tentu saja berimbas pada recruitment perusahaan oil and gas yang akan membatasi kegiatan-kegiatan tanpa profit langsung seperti kegiatan eksplorasi. Bukan hanya pada recruitment saja, bahkan banyak geofisikawan yang dirumahkan atau di bebastugaskan selama beberapa waktu hingga harga minyak membaik. Dikutip dari CNN Indonesia pada saat topik ini ditulis, harga minyak mentah nasional untuk penjualan Agustus 2015 hanya berada pada nilai US$ 42.81 per barel, dimana harga ini anjlok sebesar 17.3 % dari harga sebelumnya yang berada pada nilai US$ 51.81 per barel. Selengkapnya perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Agustus 2015 sebagai berikut :
1. WTI (Nymex) mencapai US$ 42,89 per barel, turun sebesar US$ 8,04 per barel dari US$ 50,93 per barel pada Juli 2015. 2. Brent (ICE) mencapai US$ 48,21 per barel, turun sebesar US$ 8,56 per barel dari US$ 5,76 per barel pada Juli 2015. 3. Basket OPEC mencapai US$ 45,38 per barel, turun sebesar US$ 8,80 per barel dari US$ 54,19 per barel pada Juli 2015. Hingga saat ini, proyeksi harga minyak dunia sampai dengan beberapa tahun ke depan diprediksi tidak akan mengalami perubahan positif berarti akibat faktor-faktor yang diduga mempengaruhi penurunan harganya akan terus terjadi. Lalu apa saja faktornya? Dua tahun yang lalu, Pangeran Arab Saudi memperingatkan negaranya untuk mendiversifikasi pendapatan negara dari ketergantungan terhadap ekspor minyak. Ia juga memprediksikan bagaimana harga minyak yang akan terus mengalami penurunan hingga beberapa dekade ke depan akibat adanya pengembangan shale gas di AS. Seperti dilansir dari www.oil-price.net dari dasarforex.com, para ahli memprediksi keberadaan gas alam cair (LNG) akan memberikan porsi sebesar 50% pada perdagangan gas internasional di 2025. Namun, dengan penemuan shale gas di Amerika, Inggris dan China, perkiraan tersebut telah berubah karena dihasilkan triliunan kaki kubik gas dari sumber-sumber bawah tanah di daerah tersebut. Di Amerika Utara saja dapat dihasilkan shale gas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar daerah tersebut setidaknya untuk 40 tahun berikutnya. Eropa juga diperkirakan memiliki jumlah sumber daya shale gas yang besar untuk digunakan di wilayah tersebut. Kekhawatiran ini telah terbukti setidaknya hingga saat ini (September 2015) dimana tren harga minyak dunia menurun dengan signiikan dan belum mengalami kenaikan yang berarti sejak 2013. Lalu bagaimana kita sebagai mahasiswa geofisika menanggapinya? Dengan fakta-fakta yang ada, tentunya perlu bagi kita untuk membuka wawasan mengenai lapangan pekerjaan geofisikawan selain di bidang oil and gas. Dikutip dari berbagai sumber, beberapa bidang geofisika di bawah ini mungkin dapat menjadi rujukan dalam “mendiversifikasi” minat karir kita.: 1.Pekerjaan di bidang eksplorasi dan engineering memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran elastic wave di bumi menggunakan seismogram untuk menemukan bijih mineral, survei arkeologi maupun survei environmentalist.
2.Pekerjaan di bidang vulkanologi. 3.Pekerjaan di bidang energi terbarukan seperti tenaga angin dan tenaga panas bumi (geotermal). 4.Pekerjaan di bidang survei geologi yang memonitori faktor fisika bumi seperti proyek geomagnetik yang mengamati medan magnet bumi dimana medan magnet tersebut berubah secara konstan. Badai medan yang dipengaruhi oleh arus listrik bawah tanah, sabuk radiasi an Allen dan angin surya dapat mengganggu operasi pembangkit listrik, radio komunikasi, satelit, dan sistem GPS. Semuanya dapat menjadi prospek karir lulusan geofisika. 5.Pekerjaan di bidang ilmu keatmosfiran yang mempelajari meteorologi, klimatologi, elektrisitas atmosfir, dan ionosfer. Studi mengenai petir yang terjadi saat badai dan elektrifikasi kontinu di udara, dan peran ionosfer dalam elektrisitas atmosfer menjadi beberapa hal-hal yang akan dijumpai pada bidang karir ini. 6.Pekerjaan di bidang mitigasi bencana yang akan selalu dibutuhkan selama perjalanan bumi dan peradaban manusia menjadi karir yang stabil di masa mendatang. 7.Pekerjaan di bidang hidrologi, physical oceanograpy, dan glasiologi juga menjadi bidang karir yang dapat ditekuni oleh lulusan geofisika. Hidrologi adalah studi mengenai siklus air dan sumbernya. Physical oceanograpymempelajari temperatur, salinitas, densitas laut, ombak, arus laut, tsunami, dan gelombang permukaan. Selain itu masih banyak lagi bidang karir yang dapat ditekuni oleh seorang lulusan geofisika. Dengan membuka wawasan dan open-minded, kita dapat m e m p e r l u a s ke m a m p u a n d a n p e n g e t a h u a n kegeofisikaan dan tidak perlu cemas dengan melesunya bidang oil and gas. -(Novita Triswi, Redaksi Pusat)
10
Artikel
Pentingnya Seismisitas dalam Mitigasi Bencana Gempabumi
I
ndonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik yang aktif yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng PasiďŹ k. Ketiga lempeng tersebut saling berinteraksi satu sama lain dengan kelajuan yang berbeda-beda. Suatu saat Lempeng Indo-Australia ini akan mengalami gesekan atau benturan sehingga sebagian tubuh Lempeng Eurasia retak atau patah. Akibatnya terjadi gempabumi yang sering disertai tsunami, serta naiknya magma ke permukaan. Tatanan keseismotektonikan ini juga disebabkan adanya patahan-patahan aktif yang merupakan lajur sumber gempabumi yang sangat potensial. Penunjaman mengakibatkan terjadinya evolusi tatanan kerak bumi dan terbentuknya zona rawan gempa. Rekaman seismograf menunjukkan bahwa gempabumi sering terjadi di Pulau Jawa. Bahkan apabila gempabumi dengan intensitas kecil diperhitungkan, maka hampir setiap hari terjadi gempa. Gempabumi dideďŹ nisikan peristiwa bergetarnya permukaan bumi yang ditimbulkan oleh pelepasan energi dalam bentuk gelombang pada lapisan kerak bumi seperti patahan permukaan, gerakan tanah, goncangan tanah, dan bentuk lain dari retakan tanah. Menurut teori Elastisic Rebound, menyatakan bahwa gempabumi merupakan gejala alam yang disebabkan adanya deformasi batuan yang terjadi di Lithosfera (Reid 1911). Deformasi batuan terjadi akibat adanya tekanan (stress) dan tarikan (strain) pada lapisan bumi. Tekanan dan tarikan terus-menerus, menyebabkan daya dukung pada batuan akan mencapai batas maksimum, kemudian mulai terjadi pergeseran dan akhirnya terjadi patahan. Parameterparameter gempa yang dihasilkan adalah hiposenter, episenter, origin time, dan magnitudo. Berdasarkan kondisi seismotektonik dengan tingkat resiko gempabumi yang cukup tinggi, sangat diperlukan usaha mitigasi bencana gempabumi. Resiko bencana diusahakan bisa diminimalkan. Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan ďŹ sik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi resiko bencana.
Hal ini diharapkan agar korban jiwa dan kerusakan materi dapat dikurangi sekecil mungkin. Salah satu upaya mitigasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan peta yang menggambarkan tingkat kerawanan ataupun resiko suatu wilayah terhadap bencana gempabumi. BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan GeoďŹ sika) adalah sebuah instansi pemerintah yang memiliki fungsi dalam pengolahan data dan informasi di bidang kebumian dan cuaca, contohnya gempabumi. Dalam hal ini, semua informasi mengenai gempabumi yang terjadi di Indonesia sudah tercatat dalam seismograf yang diletakkan di stasiun pencatat dan tersebar di dunia, misalnya BMKG, USGS, EMSC dll. Data gempabumi dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan Peta Seismisitas Gempabumi di Indonesia, khususnya di sepanjang lintasan Ring of Fire seperti Pulau Sumatra, Pulau Jawa Pulau Nusa-Bali dan Pulau Sulawesi. DeďŹ nisi seismisitas antara lain sebagai aktivitas gempa, penjalaran gempabumi pada setiap titik, distribusi gempa secara global atau lokal suatu tempat tertentu, dan suatu studi tentang lokasi, frekuensi dan magnitudo gempa. Untuk memahami seismisitas, maka diperlukan pengetahuan mengenai tatanan tektoniknya dan sejarah kegempaan di pulaupulau tersebut. Berdasarkan data gempabumi dari BMKG dan USGS (United State Geological Survey) tercatat nilai kedalaman dan magnitude di setiap lokasi, sehingga penggambaran peta seismisitas akan lebih jelas. Dengan demikian penggunaan peta Seismisitas sebagai acuan penggambaran peta gempabumi akan memberikan peran dala menganalisis adanya pergerakan lempeng setiap tahun, yang mana menimbulkan efek yang disebut gempabumi. Seismisitas kedepannya lebih dititikberatkan pada bagaimana penanggulangan atau mitigasi bencana terhadap gempabumi. -(Dhiva Fathinova, Universitas Jendral Soedirman)
Sumber : https://inatews.bmkg.go.id
11
©Nur Arasy
“Nature does not hurry, yet everything is accomplished.” -Lao Zu
Kali Opak, Berbah, Daerah Istimewa Yogyakarta ©Nur Arasy
13
Artikel
Ulasan Beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi di Indonesia
P
anas bumi sebagai sumber energi terbarukan memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan penggunaan minyak bumi dan gas. Keunggulan yang paling terlihat adalah penggunaan energi yang ramah lingkungan dan tidak akan habis karena memanfaatkan panas bumi. Panas bumi sendiri telah menyumbang 40 % pemakaian listrik di wilayah Sumatera Utara (sumber: BBC Indonesia). Hal ini sama dengan menyumbang daya listrik sebesar 60 MW dari tiga pembangkit listrik. Saat ini, potensi panas bumi yang tersebar di Indonesia adalah sebanyak 215 titik yang dapat menghasilkan energi listrik sebanyak 27.140 MW, dan yang telah terpasang telah menghasilkan energi listrik dengan daya sebesar 1.194 MW. Beberapa daerah yang memiliki potensi panas bumi yang telah dioptimalkan di Indonesia, akan diulas sebagai berikut :
1. Ulubelu, Lampung Saat ini, terdapat dua pembangkit listrik yang masing-masing dapat memasok 55 MW listrik di Ulubelu. Dengan adanya PLTP ini, wilayah Lampung terpasok 40 % kebutuhan listriknya. Saat ini, masih dilakukan pembangunan untuk pembangkit listrik di wilayah tersebut, diperkirakan potensi total panas bumi di wilayah ini mampu menghasilkan daya listrik sebesar 2.687 MW. 2. Sibayak, Sumatera Utara Area PLTP ini terletak di wilayah Sumatera Utara. Terdapat dua turbin pembangkit listrik yang dapat memasok daya litrik sebesar 12 MW. Potensi panas bumi di wilayah ini sendiri dapat menghasilkan daya listrik sebesar 120 MW.
Sumber : www.energytoday.com
14
Artikel
3. Gunung Salak, Bogor Pembangkit listrik di wilayah tersebut dapat memasok kapasitas listrik sebesar 377 MWe dari 6 unit pembangkit listrik. Kemampuan ini dapat menyuplai listrik di wilayah Jawa – Bali. PLTP di Gunung Salak ini cakupannya cukup luas yakni luasnya sebesar 9.960 ha. 4. Kamojang, Jawa Barat Pembangkit listrik Kamojang telah berdiri sejak tahun 1982. Kapasitas daya listrik total yang dihasilkan sebanyak 220 MW dari 3 unit pembangkit listrik. 5. Dieng, Jawa Tengah PLTP Dieng di Jawa Tengah menyuplai masing-masing 60 MW daya listrik dari 3 unit power plant. Potensial total dari panas bumi di Dieng diestimasikan sebanyak 300 MWe. 6. Lahendong, Sulawesi PLTP Lahendong terletak di Kota Tomohon, memiliki 2 unit dan 1 unit yang masih dalam tahap pembangunan. Nantinya, PLTP ini akan memasok listrik sebesar 60 MW. Ini mampu menyuplai sekitar 60 % kebutuhan listrik di Sulawesi Utara. -(Pelangi Wiyantika, Universitas Indonesia)
15
Artikel
Memantau Aktivitas Sistem Panasbumi dengan metode Mikroseismik
I
ndonesia merupakan negara yang memiliki potensi energi panasbumi terbesar di dunia. Seperti dikatakan oleh ahli panasbumi, Abadi Purnomo (Presiden INAGA) bahwa jumlah potensi panasbumi Indonesia mencapai 29 GW. Hingga tahun 2014, ESDM menyatakan bahwa energi panasbumi Indonesia yang telah terinstal adalah sebesar 1343,5 MW. Dalam tahap pengembangannya, produksi energi panasbumi ini harus ditangani dan dimonitor dengan baik untuk memaksimalkan produksinya. Dan untuk menunjang kegiatan tersebut dibutuhkanlah metode geoďŹ sika. Metode geoďŹ sika sangat penting dalam setiap tahapan pengembangan energi panasbumi, mulai dari tahapan eksplorasi hingga utilisasi. Salah satu metode yang hingga kini masih terus dikembangkan adalah metode mikroseismik. Metode ini cukup efektif melihat aktivitas bawah permukaan pada lapangan panasbumi. Namun sayangnya, masih banyak masyarakat – dalam hal ini mahasiswa geoďŹ sika– yang masih belum paham betul bagaimana metode mikroseismik dimanfaatkan untuk panasbumi. Pemanfaatan metode ini pun belum benar-benar dimaksimalkan di lapangan, sehingga metode ini terlihat sebagai metode pelengkap saja dalam proses monitoring. Energi panasbumi sendiri diklasiďŹ kasikan sebagai energi yang berkelanjutan (sustainable energy). Dikatakan berkelanjutan karena satu lapangan panasbumi dapat dimanfaatkan seumur hidup (long life), sementara energi fosil memiliki batas waktu produksi. Meski begitu, jika eksploitasi tidak dilakukan dengan baik, maka bukan tidak mungkin jika pemanfaatan energi natural ini menjadi lebih singkat. Aktivitas produksi bisa turun sangat drastis yang mengakibatkan kerugian tersendiri bagi perusahaan pengelola panasbumi. Untuk mencegah hal ini maka strategi- strategi pengembangan akan sangat diperlukan. Seperti pembatasan produksi uap per tahun, penentuan lokasi sumur produksi-injeksi yang tepat, dan lain sebagainya. Berbagai strategi tersebut bisa dirumuskan dengan melakukan monitoring yang teratur dan berkelanjutan. Dapat dikatakan, proses monitoring adalah proses terpenting dalam panasbumi, karena sangat bermanfaat untuk menjaga kelangsungan hidup sistem panasbumi itu sendiri. Seperti yang telah dijelaskan pada awal tulisan ini, metode mikroseismik sangat berperan penting dalam proses monitoring.
Metode seismik pasif ini sebenarnya telah lama digunakan, diantaranya untuk monitoring aktivitas gunungapi, monitoring patahan aktif (Suryanto, 2008), studi struktur dekat permukaan, dan baru-baru ini juga digunakan dalam monitoring pada lapangan minyak dan gas (Hidayat, 2011). M e t o d e i n i m e n g g u n a k a n s u m b e r p e n g u k u ra n gelombang seismik natural yang memiliki frekuensi rendah.Konsep pengukuran mikroseismik sama dengan metode seismik, yaitu dengan menangkap gelombang getar yang berasal dari sumber getar atau sumber gempa. Mikroseismik merekam gempa-gempa atau gerakangerakan kecil (≤ 3 SR), mencari frekuensi gempa yang dominan dan terbentuk akibat induksi yang disebabkan oleh simulasi hidraulik, produksi/injeksi, pengeboran dan kegiatan lainnya pada reservoir dan juga untuk karakterisasi reservoir panasbumi maupun monitoring penambangan bawah permukaan. Metode yang juga sering disebut dengan microearthquake (MEQ) ini sangat sensitif mendeteksi aktivitas gempa mikro. Foulger dan Long (1984) menyatakan bahwa lapangan panasbumi sangat erat kaitannya dengan aktivitas gempa mikro, dan gempa jenis ini dapat digunakan untuk mempelajari lebih dalam mengenai sistem panasbumi, yang sudah ataupun belum tereksploitasi. Pengembangan metode gempa mikro akan sangat membantu dalam penentuan rencana pengembangan reservoir panasbumi. Terjadinya gempa mikro pada lapangan panasbumi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama, karena adanya zona lemah yang terbuka atau bergeser akibat injeksi air dan meningkatnya tekanan dalam batuan, sehingga menghasilkan intensitas gempa yang semakin tinggi dengan bertambahnya tekanan dan volume injeksi. Faktor kedua adalah karena adanya kontak antara air dingin dengan batuan beku panas yang menjadi heat source (sumber panas) dalam sistem panasbumi. Hal ini menyebabkan terjadinya letupan-letupan di sekitar heat sorce yang menjadi sumber gempa mikro. Faktor ketiga, akibat berkurangnya tekanan pori yang mengakibatkan menutupnya pori batuan reservoir karena hilangnya uida pengisi pori batuan (akibat produksi uida). Dan fakor lainnya adalah akibat adanya aktivitas sesar di sekitar sistem panasbumi, baik akibat proses alami maupun karena proses produksi-injeksi di lapangan panasbumi.
16
Artikel
Faktor kedua adalah karena adanya kontak antara air dingin dengan batuan beku panas yang menjadi heat source (sumber panas) dalam sistem panasbumi. Hal ini menyebabkan terjadinya letupan-letupan di sekitar heat sorce yang menjadi sumber gempa mikro. Faktor ketiga, akibat berkurangnya tekanan pori yang mengakibatkan menutupnya pori batuan reservoir karena hilangnya uida pengisi pori batuan (akibat produksi uida). Dan fakor lainnya adalah akibat adanya aktivitas sesar di sekitar sistem panasbumi, baik akibat proses alami maupun karena proses produksi-injeksi di lapangan panasbumi.
Lokasi akurat persebaran pusat-pusat gempa sangat berhubungan dengan kedalaman dan jalur sesar, digunakan untuk mendelineasi sesar aktif yang merepresentasikan zona-zona lemah yang permeabel dan target-target yang diperlukan untuk sumur produksi yang baru. Dari pola kejadian gempa mikro yang dipantau dan diambah dari informasi mengenai reinjeksi air, akan dapat ditarik kesimpulan mengenai karakteristik pengisian recharge retakan-retakan besar yang sangat mempengaruhi pengisian reservoir secara keseluruhan. Dari sini dapat diketahui efekiďŹ tas proses reinjeksi air ke dalam reservoir.
Akivitas hidrothermal – jenis sistem panasbumi yang dimanfaatkan di Indonesia – sangat dipengaruhi oleh aktivitas struktur patahan di sekitar sistem panasbuminya. Karakter serta mekanisme gempa mikro yang terjadi pada area panasbumi dapat dideteksi dengan baik menggunakan mikroseismik. Metode gempa mikro ini dapat memberikan hasil serta gambaran yang sangat rinci untuk produksi panasbumi. Seidaknya, ada tiga fungsi dari metode mikroseismik yang hingga saat ini juga masih terus dikembangkan, yaitu menentukan Timedependent tomography, mengetahui lokasi akurat hiposenter gempa mikro, dan mengidentiďŹ kasi momen tensor gempa mikro (Foulger dan Julian, 2009).
Fungsi ketiga adalah dapat mengidentiďŹ kasi momen tensor gempa mikro. Momen tensor digunakan untuk mendapatkan mekanisme fokal dari terjadinya gempa mikro tersebut. Pada awal pembahasan essai ini, telah disebutkan bahwa gempa mikro di lapangan panasbumi terjadi akibat beberapa hal. Dengan mengetahui mekanisme fokal dari gempa mikro, maka dapat diidentiďŹ kasi sebab terjadinya event gempa mikro. Mengkombinasikan momen tensor dari gempa mikro dengan informasi orientasi patahan dari teknik relokasi yang akurat, digunakan untuk mendapatkan informasi detail mengenai lokasi dan model dari patahan dari struktur geologi (Julian dkk, 2009).
Fungsi pertama adalah menentukan Time-dependent tomography. Aktivitas seismik dari area panasbumi sangat cocok digunakan untuk mengetahi tomograďŹ gempa lokal. Hal ini disebabkan karena gempa seringkali terdistribusi diseluruh area reservoir dan zona produksi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli seperti Gunasekera (2003) yang mencakup daerah panasbumi yang belum ataupun sedang aktif dieksplorasi memperlihatkan bahwa rasio Vp/Vs yang didapat dari gempa mikro secara khusus sangat berguna dalam menggambarkan zona uida yang tereksploitasi. Dengan menggunakan tomograďŹ berulang setiap beberapa tahun, dapat dilihat tingkat penurunan produksi pada reservoir. Dengan mengetahui tingkat penurunan produksi ini, maka dapat dibuat sistem manajemen produksi untuk mengantisipasi penurunan produksi yang drastic. Jika dilihat pertumbuhan yang negatif dari nilai Vp/Vs, maka hal itu berkorelasi dengan penurunan jumlah uida pada reservoir akibat eksploitasi yang berlebihan. Fungsi kedua adalah untuk mengetahui lokasi akurat hiposenter gempa mikro. Aktivitas gempa mikro yang terdeteksi oleh geophone dan dibaca oleh seismometer dapat ditentukan posisi hiposenternya dengan cara manual ataupun menggunakan software.
Event yang terjadi akibat aktivias patahan dan event yang terjadi akibat akiďŹ tas uida akan berbeda jenis mekanisme fokalnya. Dengan diketahuinya informasi ini tentu penentuan lokasi sumur akan lebih akurat dan dapat mengurangi resiko serta biaya produksi. Berbagai aktivitas sistem panasbumi dapat dideteksi oleh meode mikroseismik. Dapat dikatakan bahwa mikroseimik merupakan “paket lengkapâ€? untuk monitoring sistem panasbumi. Biaya operasional yang relatif lebih ringan daripada metode lain, kemudahan dalam pengambilan data, serta banyaknya informasi bawah permukaan yang bisa didapat dari metode mikroseimik ini menjadi poin positif yang besar dari metode mikroseimik. Dan dengan lengkapnya informasi yang bisa didapatkan dari gempa mikro yang terdeteksi menjadikan proses monitoring menjadi lebih optimal. -(Yasrifa Fitri, Universitas Lampung)
17
Lensa Geofisika
Lensa GEOFISIKA
©Panitia Fieldcamp SEG UGM
Audio Magnetotelluric Method
18
Lensa GeoďŹ sika
Lensa GEOFISIKA
Resistivity Method in Karst Tuban, Surface electrical resistivity surveying is based on the principle that the distribution of electrical potential in the ground around a current-carrying electrode depends on the electrical resistivities and distribution of the surrounding soils and rocks. This picture was taken in GeoTerpadu, big event of Geophysics Laboratory on June 8 - 13th 2015 in Rengel village, Tuban East Java
19
Lensa Alam
“Look deep into nature, and then you will understand everything better.” -Albert Einstein
Turgo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ©Nur Arasy
20
Profil HIMA
HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK GEOFISIKA HALUOLEO UNIVERSITAS HALU OLEO HIMA TG ‘HELUOLEO’ UHO
LATAR BELAKANG Untuk merealisasikan visi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITK) Universitas Halu Oleo sebagai Fakultas yang menjadi salah satu Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian terbaik di Indonesia yang dikenal di Asia Pasifik ,tidak saja berasal dari kontribusi pengelola Universitas dan Fakultas saja melainkan juga mendapat dukungan dan kontribusi yang nyata dari gerakan mahasiswanya Dalam rangka mengembangkan Pembinaan Mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian UHO, perlu adanya wadah kegiatan organisasi Kemahasiswaan. Selain Kegiatan yang dilakukann Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ditingkat fakultas, perlu juga adanya Kegiatan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa pada tiap Jurusan Untuk itu selaku Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (HIMA TG) Haluoleo UHO telah membuat Program Kerja HIMA TG Haluoleo UHO peiode 2014/2015.
STRUKTUR KEPENGURUSAN
VISI dan MISI Visi : Mewujudkan HIMA TG Haluoleo UHO yang progresif, komunikatif, dan professional.
Misi: 1.Meningkatkan minat dan motivasi berorganisasi mahasiswa TG Haluoleo UHO 2. Meningkatkan intensitas komunikasi dengan setiap elemen yang ada di dalam HIMA TG Haluoleo UHO 3. Meningkatkan dan memegang teguh nilai nilai solidaritas Sebagian landasan dalam pengoptimalan kinerja HIMA TGHaluoleo UHO 4. Memajukan peran HIMA TG Haluoleo UHO yang aktif dan fungsional serta efektif bagi Teknik Geofisika dan masyarakat
PROGRAM KERJA 1. PMTG (Pengenalan Medan Teknik Geofisika) 2. Visit Me 3. Pembuatan CAS (Catatan Akhir Semester) 4. Pelatihan Software 5. Bazar 6. Pembuatan Skrap 7. Media Informasi 8. Magang Geofisika 9. Bakti Sosial
21
Informasi
Metode Klasik vs Metode Modern dalam Menentukan Air Tanah Bawah Permukaan
A
ir adalah sumber kehidupan yang sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan hidup semua bentuk kehidupan yang ada di bumi baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan. Ketersediaan air dimuka bumi sangat berlimpah yakni menutupi sekitar 71% permukaan bumi (1,4 triliun kilometer kubik). Jumlah air terbanyak yang ada dipermukaan bumi adalah di laut. Namun di beberapa tempat terdapat daerah yang masih kekurangan air. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi topografi dan lingkungan misalnya daerah gurun. Selain di permukaan, air juga terdapat di bawah permukaan. Keberadaan air di bawah permukaan terdapat pada batuan yang memiliki pori-pori (porous) misalnya batu pasir. Batuan yang menyimpan air tanah disebut akuifer. Pada mulanya masyarakat menggunakan air sungai dan air hujan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kemudian mereka menggali sumur di samping rumah mereka dan sekarang kabanyakan masyarakat menggunakan sumur bor. Dalam perkembangannya manusia terus mengembangkan metode dalam menentukan letak akuifer yang ada dibawa permukaan. Pada zaman dahulu nenek moyang kita menggunakan cara tradisional dalam menentukan keberadaan air tanah yang ada dibawah permukaan. Cara yang digunakan cukup unik yakni dengan menggunakan bantuan tempurung kelapa. Tempurung kelapa yang digunakan adalah tempurung kelapa yang berbentuk setengah lingkaran. Mereka menjejer beberapa tempurung kelapa secara terlungkup pada sore hari di area yang akan digali. Keesokan harinya dibukalah tempurung-tempurung kelapa tersebut. Letak tempurung kelapa dengan jumlah tetesan air terbanyak didalamnya akan menjadi tempat untuk digalinya sumur. Metode ini terlihat aneh di zaman sekarang namun terbilang sukses di zamannya. Kelemahannya adalah kita tidak tahu seberapa dalam sumur yang harus digali untuk mendapatkan air tanah. Pada zaman sekarang, manusia tidak perlu lagi menggunakan metode seperti itu. Terdapat metode geofisika yang dapat digunakan untuk melihat penyebaran akuifer yang ada di bawah permukaan dan menentukan lokasi yang prospek untuk menggali sumur atau menentukan titik bor. Metode ini adalah metode geolistrik tahanan jenis. Metode ini memanfaatkan aliran arus listrik yang disuntikkan ke bawah permukaan melalui rangkaian elektroda yang disusun dengan konfigurasi (letak) tertentu dan membaca respon yang diberikan oleh bumi. Respon ini berupa potensial listrik. Jika potensialnya besar menandakan material yang ada dibawah permukaan sulit menghantarkan arus listrik (kapasitor), sebaliknya, jika nilai potensialnya rendah maka material yang ada dibawah permukaan mudah mengalirkan arus listrik (konduktor). Jenis konfigurasi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan. Jika kita ingin memetakan letak akuifer secara luas maka di gunakan konfigurasi wener (mapping) dan jika kita ingin memetakan kedalaman akuifer maka digunakan konfigurasi sclumberger (sonding), kekurangan dari metode ini adalah pada biaya yang masih sangat mahal. -(Asraf Asnas, Regional V)
22
Informasi
Pemanasan Global: Siapa yang Seharusnya BERTANGGUNG JAWAB ? Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan pemanasan global. Mengenai apa itu pemanasan global, penyebabnya, cara menanganinya, dan masih banyak lagi. Ditambah dengan semakin parahnya kerusakan yang ditunjukkan oleh alam membuat pemanasan global menjadi isu besar yang tak pernah pergi dari peredaran Top News. Saya ingin mengatakan bahwa terkadang apa yang membawa kita kepada suatu masalah bukanlah sesuatu yang tidak kita ketahui, tetapi sesuatu yang tidak kita ketahui dengan pasti. Ini menjadi sangat penting karena ada asumsi lain yang sangat jauh berbeda yang dimiliki sebagian besar manusia mengenai pemanasan global dan kerusakan alam yang diakibatkan olehnya. Contoh asumsinya adalah seperti berikut, �Bumi kita sangatlah besar, kita tidak mungkin bisa menyebabkan efek berbahaya kepada lingkungan hanya karena membakar sampah di belakang rumah, atau tidak mematikan satu lampu, atau menggunakan botol plastik�. Hal itu mungkin benar, di suatu waktu. Tetapi kini tidak lagi. Dan satu dari alasan yang membuat asumsi tersebut tidak benar adalah bagian terapuh dari sistem ekologi bumi kita, atmosfer. Bagaimana mungkin atmosfer sangat rapuh sedang ia memiliki tebal hingga ratusan kilometer? Atmosfer sangat rapuh karena ia sangat tipis. Bayangkan anda memiliki bola globe dengan lapisan politur. Ketebalan dari lapisan politur tersebut sama dengan ketebalan atmosfer dibandingkan bumi itu sendiri. Itu sangatlah tipis, sehingga cukup memberikan kesempatan b a g i m a n u s i a u n t u k b e r p e ra n d a l a m m e r u b a h komposisinya. Dan hal tersebut menjadi dasar terjadinya pemanasan global. mi dibandingkan dengan suhu bumi dari waktu ke waktu. Jadi, bagaimana pemanasan global terjadi di bumi kita? Dimulai dari radiasi sinar matahari yang memasuki atmosfer bumi dalam bentuk gelombang cahaya. Sebagian dari radiasi tersebut diserap oleh permukaan bumi dan menghangatkannya. Sebagian lagi di radiasikan kembali ke luar angkasa dalam bentuk radiasi sinar inframerah. Sebagian dari sinar inframerah tersebut terperangkap oleh lapisan atmosfer dan tertahan didalamnya.
Sebenarnya hal tersebut merupakan hal yang baik, karena radiasi inframerah yag terperangkap menjaga temperatur permukaan bumi relatif konstan dan dapat ditinggali manusia. Tetapi masalahnya adalah lapisan tipis atmosfer semakin tebal oleh polutan yang dilepaskan oleh aktivitas di permukaan bumi. Sebagai akibatnya, atmosfer yang menebal akan memerangkap lebih banyak radiasi inframerah, dan atmosfer akan lebih memanaskan bumi. Itu adalah penjelasan kuno mengenai pemanasan global. Hal selanjutnya yang ingin saya tunjukkan adalah graďŹ k mengenai data situasi bumi kita. Seperti penjelasan sebelumnya mengenai atmosfer yang menebal sehingga makin banyak inframerah yang terperangkap dan membuat meningkatnya suhu bumi kita, berikut adalah graďŹ k keberadaan atau kadar karbondioksida di permukaan bumi sebagai salah satu polutan utama di atmosfer yang menahan panas di bumi dibandingkan dengan suhu bumi dari waktu ke waktu.
Dari data yang diperoleh dari IPCC (Intergovenmental Panel OF Climate Change) tersebut, dapat dilihat bahwa kenaikan kadar CO2 berbanding lurus dengan kenaikan temperatur global. Dari sumber yang sama, dikatakan pula bahwa dalam kurun waktu 650.000 tahun, kadar CO2 tidak pernah melebihi 300 ppm (part per million) dan dapat dilihat dari graďŹ k tersebut, level karbondioksida telah mencapai lebih dari 350 ppm.
23
Informasi
Ini adalah waktu kita untuk memperbaiki keadaan tersebut atau setidaknya menjaga agar hal tersebut tidak semakin memburuk. Krisis iklim ini dapat kita pecahkan dan kita masih memiliki harapan. Menurut Mr Al Gore, dengan melakukan beberapa hal dibawah ini akan membantu kita mengembalikan kadar karbondioksida di bumi seperti sebelum tahun 1970 dan menjaga lingkungan agar dapat dinikmati generasi manusia selanjutnya. -(Novita Triswi, Universitas Gajah Mada)
24
Laporan Kegiatan
Geophysics Short Course
K
elompok Studi Geofisika Universitas Negeri Semarang mengadakan acara short course geofisika pada tanggal 13 – 14 Juni 2015 di Ruang Pertemuan LP2M Unnes. Nama acara ini adalah “ Short Course Seismik Refraksi dan Geomagnetik “, dengan tema acara “ Desain Survei Pengolahan dan Interpretasi Data Seismik Refraksi dan Geomagnetik Untuk Eksplorasi Sumber Daya Alam “. Pembicara dalam acara ini adalah Bapak Aryono Adhi Wibowo, M.Si. Acara ini terdiri dari 3 sesi. Sesi pertama diawali dengan penjelasan teori dasar metode seismik refraksi dan geomagnetik oleh dosen pembicara, dilanjutkan dengan pelatihan olah data dan diakhiri dengan sesi pengaplikasian metode seismik refraksi dan geomagnetik berupa contoh-contoh interpretasi data. Acara Short Course ini akan diakhiri pada tanggal 14 Juni 2015 sekitar pukul 12.00 WIB. Peserta dalam acara ini adalah mahasiswa/i dari berbagai Universitas yakni Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPN Yogya), Universitas Islam Negeri Yogyakarta (UIN Sunan Kalijaga), dan Universitas Negeri Semarang (Unnes). Acara pertama pada tanggal 13 Juni 2015 dimulai pada pukul 08.00 WIB dimulai dengan pembukaan, lalu Sambutan oleh Ketua Panitia, Ketua KSGF dan Pendamping KSGF yang sekaligus membuka acara tersebut. Setelah itu dilanjutkan dengan materi mengenai teori dasar metode seismik refraksi dan geomagnetik. Lalu dilanjutkan pengolahan data metode seismik refraksi sekaligus diskusi tentang teori dasar seismik refraksi dan geomagnetic dan selesai pada pukul 12.30 WIB.
Acara Kedua pada tanggal 14 Juni 2015 dimulai pada pukul 08.00 WIB dimulai dengan pembahasan permasalahan pada hari pertama. Lalu dilanjutkan pengolahan data metode geomagnetik, setelah itu dilanjutkan pembahasan pengaplikasian metode seismik refraksi dan geomagnetik berupa contoh-contoh interpretasi data, disela-sela pembahasan tersebut beberapa peserta ada yang bertanya kepada pembicara sehingga pemahaman peserta semakin bertambah baik. Dan dilanjutkan dengan penyerahan kenang-kenangan oleh Ketua KSGF kepada pembicara.dan dilanjutkan dengan foto bersama oleh pembicara dan para peserta short course. Acara Short Course Seismik Refraksi dan Geomagnetik Universitas Negeri Semarang tahun 2015 diakhiri pukul 12.30 WIB. -(Herdita Suciati, Universitas Negeri Semarang)
25
Laporan Kegiatan
Seminar Nasional dan Geofisika Lapangan
H
impunan Mahasiswa Teknik Geofisika (HIMA-TG) Universitas Syiah Kuala bersama GDA Consulting dan HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia) melaksanakan acara seminar nasional dan geofisika lapangan dengan tema “Potensi Shale Gas dalam Meningkatkan Energi Masa Depan Aceh dan Indonesia”. Acara ini dilangsungkan pada tanggal 2 sampai 3 Mei 2015. Agenda acara hari pertama tepatnya tanggal 4 Mei adalah seminar nasional yang diisi oleh pemateri yang luar biasa yaitu Bapak Dr. Ir. Andang Bachtiar, M.Sc (Dewan Energi Nasional) dan Bapak Ir. Faizal Adriansyah, M.Si (Ketua IAGI Aceh). Pembukaan acara dimeriahkan oleh Sanggar Aneuk Bumoe Teknik Geofisika Universitas Syiah Kuala dengan tarian likok pulo yang luar biasa menarik. Kegiatan seminar nasional ini diikuti oleh seluruh mahasiswa/i jurusan Teknik Geofisika, seluruh mahasiswa/i Jurusan Teknik Geologi, undangan delegasi sebanyak tiga orang dari setiap Jurusan di Fakultas Teknik, Mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas MIPA, Dosen dan Peneliti, Mahasiswa Pascasarjana Kebencanaan, dan Pihak Pemerintah Daerah Aceh serta
pemerhati eksplorasi dan pemanfaatan sumberdaya energi. Hari kedua dilangsungkan kegiatan geofisika lapangan yang bertempat di sepanjang jalan Calang-Banda Aceh. Kegiatan ini hanya diikuti oleh mahasiswa/i dan dosen dari Jurusan Teknik Geofisika dan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Kegiatan geofisika lapangan menempuh perjalanan dari Calang kembali ke Banda Aceh dengan 5 titik pemberhentian. Pada setiap titik dijelaskan kondisi geologi daerah oleh Bapak Dr. Ir. Andang Bachtiar beserta anggota GDA yang lain. Titik yang telah diamati menjelaskan hal-hal yang berbeda dengan kemungkinan yang sama. Inti dari perjalanan geofisika lapangan adalah jalur Calang sampai ke Banda Aceh menunjukkan adanya potensi shale gas dengan banyaknya unsurunsur pembentuk shale gas yang ditemukan di sepanjang perjalanan. Tapi dibutuhkan juga pengamatan dan penelitian mendalam untuk memastikannya.-(Narasi, Universitas Syiah Kuala)
26
Lensa Alam
“Life is either a daring adventure or nothing” -Helen Keller
Pantai Wediombo, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta ©Nur Arasy
27
Travelling
Geopark Ciletuh: Menyambangi Situs Wisata Geologi
S
atu dari banyak hal yang menjadi bidang kajian atau penelitian di bidang Geofisika adalah Geopark. Geopark menjadi situs yang sangat umum untuk para Geofisika atau peneliti yang sedang mengkaji Geofisika. Bukan hanya itu saja Geopark tidak hanya dikenal di kalangan orang yang berkecimpung di dunia Geofisika tetapi masyarakat juga sangat tertarik dengan Geopark ini. Banyak di antaranya kawasan Geopark menjadi situs wisata untuk umum karena memberikan pemandangan yang sangat indah sehingga masyarakat lebih tertarik untuk mengunjungi Geopark. Salah satunya yaitu Geopark yang ada di Sukabumi Jawa Barat yang lebih dikenal dengan sebutan Geopark Ciletuh, Geopark Ciletuh ini memberikan banyak situs yang dapat dikunjungi oleh para peneliti yang berkecimpung di bidangnya dan masyarakat umum. Situs Geopark Ciletuh diantaranya ada banyak curug atau air terjun alami yang sering disebut dengan Curug Awang, Curug Cimarinjung, dan Curug Cikanteh. Bukan hanya curug saja di Geopark ini ada juga situs geologi yang mencakup kawasan daratan dan laut seperti beberapa pulau kecil yang ada di laut Palangpang yaitu Pulau Mandra, Pulau Kunti, dan Pulau Manuk. Pulau-pulau ini
terbentuk secara alami. Setelah Curug dan Pulau situs yang sering dikunjungi adalah Rock Garden yaitu situs dengan banyak batuan yang proses terbentuknya secara alami. Situs tersebut banyak dikenal dengan batu batik, dan batu lava bantalnya, yang terdapat disepanjang garis pantai menuju pulau yang tidak berpenghuni. Namun indahnya Geopark ini berlawanan dengan medan perjalanan yang harus ditempuh. Hal yang sangat penting yaitu kita memerlukan banyak waktu untuk sampai di tujuan, lokasi yang sangat jauh sehingga tidak mudah untuk sampai. Dan medan jalan yang sangat sulit dikarenakan ada beberapa bagian jalan yang rusak sehingga menjadi kesulitan untuk ditempuh. Sangat dianjurkan untuk seseorang yang suka dengan petualangan dan pemandangan yang indah juga untuk mengkaji bidang Geofisika, karena sudah banyak yang memfasilitasi seperti transportasi darat dan laut serta ada yang menyediakan paket wisata. - (Siti Azizah, Universitas Pendidikan Indonesia)
Panorama Geopark Ciletuh
28
Editor’s Pick
Krakatau: Sang Legendaris Abad 19 Selat Sunda
U Pulau Anak Krakatau
Pulau Sertung Pulau Panjang
S
enin, 27 Agustus 1883: Dunia digemparkan dengan berita mengenai letusan di Selat Sunda, Hindia Belanda. Seorang ilmuwan terkemuka dari Utrecht–yang merangkap sebagai direktur Observatorium Meteorologi dan Magnetik Hindia Belanda yang berpusat di Batavia kala itu, Dr. J. P. van der Stok menyadari keanehan yang terjadi sehari sebelumnya. Jarum-jarum dan pena-pena yang tergantung pada benang kokon di atas deklinometer magnetiknya tengah bergetar dan mengetuk-ngetuk hebat – bukan dengan sapuan kanan-kiri yang biasanya diharapkan akibat gempa bumi, melainkan dalam serangkaian gerakan naik-turun yang tidak tercatat dengan benar pada kertas yang berputar pada gulungan mesin itu. Getaran-getaran itu ia rasakan di udara, bukan melalui kaki-kakinya sebagaimana getaran gempa bumi berasal. Getaran khas semacam itu merupakan pertanda adanya letusan gunung berapi, bukan getaran gempa jauh di permukaan bumi. Ternyata, getaran-getaran itu disebabkan oleh adanya ledakan dari sebuah gunung berapi yang telah menggeram 99 hari sebelumnya hingga lenyap dari muka bumi ini. Krakatau atau Krakatoa, begitulah orang-orang lokal menyebutnya, pada dasarnya berasal dari salah satu dari tiga kata, karta-karkata, kar-kataka, atau rakata, yang merupakan kata-kata Sanskerta, dan menurut beberapa orang, Jawa Kuno yang berarti “udang” atau “kepiting”. Kemudian ada sebuah kata Melayu, kelakatoe, yang berarti “semut putih yang bisa terbang”, meskipun teori ini sulit diterima melihat bahwa semut putih hanya bisa ditemukan di bagian timur kepulauan Indonesia. Krakatau lahir dan berkembang akibat zona subduksi di sepanjang Pulau Jawa. Zona subduksi merupakan kawasan dimana pelat-pelat tektonik saling bertabrakan, dengan salah satu pelat menggelincir di bawah pelat yang lain dan mulai berbalik arah untuk turun lagi ke bawah dan menciptakan materi-materi litosferik baru di sambungansambungan lautan (pematang samudra). Subduksi yang
Topogra pulau-pulau di sekitar Gunung Anak Krakatau saat ini.
Pulau Rakata
membentuk Krakatau terjadi ketika dua pelat yang berbeda tipe bertabrakan –ketika sebuah pelat yang terdiri atas basalt oseanik bertabrakan dengan pelat yang terdiri atas kerak kontinental. Yang terjadi ketika dua pelat yang berbeda komposisi saling bertabrakan adalah pelat yang lebih berat, yaitu pelat basalt oseanik menyuruk di bawah pelat kontinental yang lebih ringan. Ketika pelat basalt mulai tenggelam memasuki bumi, ia menyeret sebagian dari pelat kontinental itu ke bawah, dan dengan demikian mengakibatkan suatu takikan yang membentuk palung di dasar lautan. Dalam kasus Jawa, Palung Jawa yang dalamnya lima mil itu, dua ratus mil di lepas pantai, memberikan bukti yang gamblang mengenai pelat basalt oseanik yang menyuruk di bawah pelat kontinental. Di depan pelat
29
Editor’s Pick
Perkiraan evolusi geologis Kepulauan Krakatau (Sumber : “Krakatau” karya Simon Winchester)
yang tengah tersuruk itu, sederetan pulau-pulau lepas pantai dan kemudian Jawa dan Sumatra terbentuk –salah satu dari pasangan pulau paling vulkanik dan tak stabil di dunia ini. Ketidakstabilan pasangan pulau vulkanik ini terjadi akibat surukan pelat basalt oseanik yang menyeret milyaran ton materi lain– dan yang terpenting adalah air. Sekali material yang terikat oleh air ini tercampur dan mencapai kedalaman yang kritis, ia mulai meleleh– meleleh karena tambahan air ini menurunkan titik leleh campuran material tadi. Jadi, apa yang di dasar laut tadi berangkat sebagai benda padat yang dingin kemudian bergerak turun menuju mantel bumi, lalu berubah menjadi kental dan komponenkomponennya mulai “berkeringat” –tiba-tiba mengeluarkan gelembung, busa, buih, dan karena merasa ringan, naik ke atas menerobos mantel solid. Ketika mereka naik ke atas, materi ini juga mulai meleleh dan menciptakan magma mahabesar yang mendidih, mengeluarkan banyak gas yang sangat panas serta dipenuhi dengan gelembung, energi, dan kekuatan yang menggelegak, mengeram dalam ruang-ruang dan kamar-kamar besar dan panas. Materi-materi itu tak henti-hentinya mencari titik lemah dalam kerak bumi di atasnya. Sekali ia dapat menemukan titik lemah– suatu rekahan atau patahan, dan kemudian mendesak ke atas lagi ke dalam ruang penampung yang besar. Tak lama kemudian, tekanan yang berakumulasi dari materi yang naik ke atas itu menjadi terlalu besar dan suhunya terlalu tinggi, dengan proporsi gas terlarut menjadi terlalu besar, dan meledaklah ia di udara terbuka dengan mahadahsyat. Sebuah gunung berapi yang, karena posisinya berada di pinggiran zona subduksi, jauh lebih eksplosif dan berbahaya daripada jenisjenis gunung berapi lain di dunia ini. Sebelum Krakatau lahir, ada bukti yang menunjukkan bahwa sekitar 60.000 tahun lalu atau sebelum itu, ada sebuah gunung yang jauh lebih besar yang oleh beberapa geolog disebut sebagai Krakatau Purba. Mereka meyakini bahwa Krakatau Purba memiliki tinggi 6.000 kaki dan terpusat di sebuah pulau yang nyaris bundar sempurna, dengan
diameter 9 mil. Tetapi sebuah letusan dahsyat sudah meluluh-lantakkan pulau itu beserta puncaknya, mengembuskan hampir semua yang ada di atasnya ke segala penjuru. Setelah debu mengendap, apa yang tersisa dari Krakatau Purba adalah sebuah gugus yang terdiri atas empat buah pulau kecil yang tampak stabil. Di ujung utara kelompok tersebut, ada dua buah pulau karang yang rendah dan berbentuk bulan sabit –yang di timur disebut Panjang (Lang), yang panjangnya sekitar tiga mil, dan yang di barat lebih besar lagi, disebut Sertung (Verlaten), dengan panjang empat mil. Di dalam lingkaran yang dibentuk oleh kedua pulau tadi ada Polish Hat, sebuah potongan kecil dari batuan andesit, dan di ujung utara pulau itulah yang seharusnya dianggap sebagai Krakatau yang sebenarnya dengan panjang enam mil dan lebar dua mil, serta berketinggian setengah mil. Puncak selatannya disebut Rakata; di utaranya terdapat sepasang puncak kawah yang lebih kecil. Puncak yang pertama, yang kurang lebih berada di tengah-tengah pulau itu, disebut Danan dengan ketinggian 1.496 kaki; yang kedua, yang lebih rendah dan berada di utara yang pertama, disebut Perboewatan dengan ketinggian 399 kaki. Berita mengenai letusan Krakatau cukup menggegerkan dunia. Pasalnya, pada 1844, Samuel Morse telah menemukan teknologi telegram yang pada akhirnya mampu menyebarluaskan berita mengenai letusan Krakatau 1883 melalui sambungan bawah laut. Sekaratnya Krakatau berlangsung selama 20 jam 56 menit terhitung dari satu hari sebelumnya dan berlangsung dalam beberapa fase. Fase pertama sampai pukul 19.00 ditandai dengan serentetan letusan dan letupan dengan frekuensi dan kekuatan yang semakin meningkat, kemudian disusul dengan hujan abu dan batu apung. Fase kedua terjadi mulai pukul 20.00 hingga tengah malam yang ditandai dengan munculnya serangkaian gelombang udara–
30
Editor’s Pick getaran-getaran frekuensi rendah yang dikirimkan oleh letusan gunung itu –yang getarannya dapat terdengar dari Singapura. Kemudian, sekitar pukul 04.00 di hari berikutnya, sifat letusan berubah menjadi kurang kontinu namun lebih eksplosif. Fase berikutnya mengawali rentetan letusanletusan mahadahsyat Krakatau. Letusan pertama berhasil dicatat pada pukul 05.30, sedangkan letusan kedua terjadi pada pukul 06.44 yang dibarengi dengan turunnya hujan abu di Batavia. Kemudian letusan ketiga menyusul pada pukul 08.20, banyak bangunan yang sudah mulai retak, hingga akhirnya datanglah letusan keempat yang menjadi letusan ďŹ nal paling membahana pada pukul 10.02.Letusan itu menjadi letusan terbesar yang dapat didengar hingga ribuan mil jauhnya dan sampai sekarang masih dikatakan sebagai letusan paling dahsyat yang pernah dicatat dan dialami oleh manusia modern. Awan gas, dan batu apung putih panas, api, dan asap sebanyak lebih dari 10 km3dilontarkan ke langit sampai setinggi 24 mil. Sejarah mencatat, letusan Krakatau ini masuk ke dalam skala VEI 6 dengan jenis erupsi yang bersifat eksplosif. Empat puluh lima tahun setelah letusan 1883 itu– tepatnya pada tanggal 26 Januari 1928, seorang ahli geoďŹ sika Rusia bernama W. A. Petroeschevsky sedang menyaksikan kelahiran real estate terbaru di dunia ini, yang diawali dengan munculnya gelembung-gelembung gas yang menyembul ke permukaan laut di perairan kepulauan Krakatau. Gelembunggelembung itu adalah indikasi pertama di permukaan bahwa sebuah gunung berapi baru, yang mengintai jauh di dasar laut yang secara bathimetris belum dipetakan itu, sedang berusaha untuk membangun dirinya kembali. Gelembunggelembung gas itu berubah mnejadi ganas, pancuranpancuran besar berupa buih hitam, abu, dan batu apung mulai bermunculan di permukaan laut. Kerucut-kerucut air mulai menyembur ke udara sampai setinggi 60 kaki, dengan semburan-semburan kecil materi magmatik yang berwarna hitam naik 50 kaki lebih tinggi. Kubah-kubah air berdiameter setengah mil muncul dari laut dengan campuran materi
vulkanik di dalamnya, kemudian nyala api mulai bermunculan di permukaan laut dan menyembur keluar dalam semburan-semburan kuning raksasa dan gumpalan-gumpalan api.Rentetan peristiwa inilah yang mengantarkan kelahiran Anak Krakatau. Sayangnya, Anak Krakatau yang baru lahir ini melorot ke dalam laut lagi dihancurkan oleh ombak-ombak yang tak kenal ampun. Meskipun terkadang gunung berapi dapat menghancurkan diri mereka sendiri dan lenyap dari permukaan bumi ini, kekuatan dari zona subduksi yang bekerja di bawahnya dapat menciptakan mereka kembali. Baru pada tanggal 11 Agustus 1930, muncullah sebuah pulau berbentuk cincin akibat adanya rekahanrekahan dasar laut. Selama dua hari berikutnya, pulau tersebut dihujani letusan phreatomagmatic yang muncul akibat bercampurnya lava panas dan gas-gas panas dengan air laut yang dingin kemudian menyembur ke langit sampai setinggi hampir satu mil dan menjatuhkan sejumlah besar puing-puing vulkanik ke atas onggokan pulau ringkih tersebut. Puing-puing vulkanik yang jatuh memberikan efek kestabilan pada pulau tersebut. Abu dan batuan baru yang menumpuk di permukaan pulau baru itu akhirnya mampu mengalahkan erosi di pinggiran pulau yang diakibatkan oleh ombak yang tak kenal henti. Sejak saat itu, Anak Krakatau lahir sepenuhnya dan menjadi bagian dari wilayah Hindia Belanda (saat ini Indonesia). Bayi Krakatau lahir dengan ketinggian awal 20 kaki, berkembang setinggi 500 kaki dan sepanjang satu mil pada 1950, dan sekarang sudah menjadi pulau monster setinggi 1500 kaki dan berkawah dua. Hingga saat ini, Krakatau tidak akan pernah kehilangan kharismanya yang melegenda. - (Erina Prastyani, Redaksi Pusat HMGZine) Disarikan dari buku Krakatoa: The Day The World Exploded, karya Simon Winchester.
31
Editor’s Pick
Fakta Ilmiah Mengungkap Misteri Segitiga Bermuda
S
egitiga Bermuda adalah wilayah lautan yang memiliki kedalaman yang dalam dan berada di Samudra Atlantik. Segitiga bermuda memiliki luas wilayah 1,5 juta mil persegi atau 4 juta km persegi. Wilayah Segitiga Bermuda menyerupai bentuk segitiga samasisi yang tiap-tiap sisi pembatasnya yaitu Bermuda (Britania Raya) sebagai titik di sebelah utara dan Puerto Riko (Amerika Serikat) sebagai titik di sebelah selatan serta Florida (Amerika Serikat) sebagai titik di sebelah barat. Segitiga Bermuda memiliki keadaan laut yang tenang dan memiliki kecepatan angin sekitar 5 m/det. Keadaan lautan yang tenang dan kecepatan angin yang relatif lambat membuat lautan Segitiga Bermuda memiliki banyak aktivitas penerbangan. Namun aktivitas manusia di Segitiga Bermuda seringkali membawa maut. Peristiwa-peristiwa maut membuat Segitiga Bermuda menjadi lautan yang memiliki misteri. Terdapat berbagai teori untuk menjelaskan misteri di Segitiga Bermuda mulai dari lubang hitam, lorong waktu dll. Namun ada yang mengatakan bahwa Segitiga Bermuda merupakan lautan biasa. Profesor R. Jhon Parkes dari Universitas Cardi membenarkan peristiwa langka di Segitiga Bermuda. Dalam penelitiannya, Profesor R. Jhon Parkes meminta bantuan para penyelam untuk mengambil sampel di dasar laut untuk diteliti. Dasar laut Segitiga Bermuda mengandung gas hidrat dalam bentuk es. Gas hidrat tersebut memiliki kenampakan seperti lapisan batuan yang memiliki warna putih mengkilap dan berada di kedalaman 5411 m di lantai Hatteras. Gas hidrat tersebut menempel di dasar laut dan tidak bisa pergi ke permukaan karena pengaruh tekanan hidrostatis yang kuat akibat air laut di atasnya. Dalam penelitian Profesor R. Jhon Parkes, para penyelam mendapati gas hidrat membeku dan menyelimuti seluruh dasar lautan Segitiga Bermuda. Gas hidrat tersebut terbentukdari aktivitas mikroorganisme yang hidup di dasar laut Segitiga Bermuda. Mikroorganisme tersebut dapat menghasilkan gas metana di dasar laut dan merupakan salah satu bakteri metanogen berjenis luar biasa purba dari 50 jenis bakteri metanogen lainnya. Segitiga Bermuda merupakan wilayah lautan yang sering terjadi bencana. Bencana tersebut sebenarnya merupakan fenomena alam biasa yang disebabkan oleh gas metana, hanya saja gas metana adalah gas yang tidak memiliki aroma dan tidak memiliki warna serta dapat meledak jika gas tersebut bertemu dengan oksigen. Sesuai dengan sifat gas dalam cairan, semakin ke atas gelembung gas metana
Peta Medan Magnet USGS
U
Peta lokasi Segitiga Bermuda. akan semakin membesar dan memiliki kepadatan yang cukup. Sehingga ledakan gas metana tersebut dapat membuat air laut di sekitarnya menjadi mendidih dan sisa gas metananya dapat membakar mesin perahu atau pesawat terbang yang melintas di atas laut Segitiga Bermuda. Terlebih lagi gas hidrat yang telah menuju ke permukaan meninggalkan bekas di dasar laut sehingga perahu atau pesawat terbang dapat tenggelam dan mengisi bekas es hidrat yang telah ke permukaan dan terkubur oleh pasir di dasar samudra Atlantik. Keadaan inilah yang memungkinkan kegiatan pencarian korban di Segitiga Bermuda seringkali tidak berhasil dan memunculkan misteri. Di lain hal, kemungkinan Segitiga Bermuda memiliki anomali medan magnet yang besar. Hal ini dapat dibuktikan melalui gambar peta medan magnet USGS seluruh dunia. Terdapat beragam teori untuk memecahkan misteri Segitiga Bermuda. Tetapi Segitiga Bermuda merupakan wilayah lautan yang kaya gas hidrat di dasarnya yang dibuat oleh bakteri sedimen laut yaitu metanogen yang berjenis luar biasa purba. Di lain hal, kemungkinan lautan ini memiliki medan magnet yang besar dan dapat mempengaruhi kompas ataupun sinyal. Sehingga perahu atau pesawat terbang dapat tenggelam dan terkubur di dasar Segitiga Bermuda. - (Suhendra Vebrianto, Universitas Brawijaya) Diolah dari berbagai sumber.
32
Paper CSR : GEOTHERMAL ENERGY APPLICATIONS AS A COFFEE DRYING TECHNOLOGY TO INCREASE COFFEE PRODUCTION IN ULUBELU GEOTHERMAL FIELD, LAMPUNG Taufiq (1), Farkhan Raflesia (1), Nur Sya'bana Santoso (1) (1) Geophysical Engineering Department, Engineering Faculty University of Lampung Soemantri Street No.1, Bandar Lampung Email : taufiqgeophysics76@gmail.com
ABSTRACT Geothermal is a source of heat generated in the earth as a result of the process of geology and geophysics. As a result of the process, forming a geothermal system that is likened to a boiler, heat source is obtained from the movement of magma under the earth or magma in volcanoes, the heat then radiates into the rock to the aquifer and then heated through the process of convection. As the cooking water, boiling water vapor can form directly to the surface because of the covering which was prevented by an impermeable layer (caprock) so that vapor exists at high temperatures and pressures pushed up to the surface through faults and fractures in the rock lead to the manifestation of the surface. The energy generated from the heat source is called geothermal energy. The application of geothermal energy is generally used as the driving force in power plants, but the steam produced can also be used directly as a result of agricultural drying technology. Using case studies, literature, and comparative studies that we try to apply in Ulubelu geothermal field, Lampung, which is one of the coffee-producing areas and the areas with geothermal potential in Indonesia, coffee drying technology obtained by passing steam or brine from geothermal wells to heat exchangers and heat is passed to the drying room. With a temperature of 125ºC - 250ºC, geothermal energy capable of drying coffee within 2-4 days, 5x faster than conventional drying (10-14 days with temperature 60-80ºC). From this study we concluded that the use of geothermal energy as a coffee drying technology in Lampung Province has several advantages such as quality and hygienic product, land drainage is relatively small, and ease labor and relatively easy. It certainly can help increase the production of coffee farmers and can boost the economy in Lampung Province.
Keywords: geothermal, coffee drying technology, CSR
I.
INTRODUCTION
Geothermal is a heat source of generated in the earth as a result of the process of geology and geophysics. As a result of the process, forming a geothermal system that is liked to a boiler, heat source is obtained from the magma movement under the earth or magma in volcanoes, the heat then radiates into the rock to the aquifer and then heated through the process of convection. Energy produced from this process is called geothermal energy. The application of geothermal energy is generally used as the driving force in power plants, but the steam or brine produced can also be used as a drying agricultural technology. In Ulubelu Geothermal Field, Lampung, using a steam to run the turbines of geothermal power plant, but the brine is used as coffe drying technology. This can help to increase the production and economy of coffee farmers in Lampung Province.
II. THEORY 2.1. Geothermal Systems Geothermal energy is the heat stored in the rock beneath the earth's surface and the fluid contained therein. Geothermal system consists of elements that make up the system. Essential elements constituent geothermal system consists of three, namely: the presence of a heat source, the presence of permeable reservoir rock and the presence of fluid that bring heat flow (Goff and Cathy, 2000).
White (1967) argues that the geothermal fluid contained in hydrothermal reservoir comes from surface water, such as rainwater (meteoric water) which penetrates the subsurface and heated by a heat source (Figure 1). This water will enter through cracks into permeable rocks. If there are rocks around the heat source, the heat will be propagated through the rock (by conduction) and through the fluid (by convection). Heat transfer by convection occurs because buoyancy. Gravity make the water always has a tendency to move down. But, if the water is in contact with a heat source, the heat transfer will occur so that the water temperature becomes higher and the water becomes lighter. This causes more hot water moves upward and cooler water moves down to the bottom, make the water in circulation or convection currents. The temperature of reservoir depends on the intensity of the heat that goes from the heat source rock, characteristic of rock thermal, such as the ability to spread out the hot rocks and store heat (conductivity and heat capacity of rocks), the ability of the fluid drain rock (rock permeability). Because of the diversity of rock properties, of course, the temperature from one place to another is not the same, unique, within the reservoir temperature is not homogeneous, and different from one reservoir to another reservoir. Based on the
Paper 2. Artificial Drying. Artificial drying is usually done when the weather tends cloudy. Artificial drying kiln requires that only takes about 18 hours depending on the type of appliance. Drying is done in two stages. The first stage, heating at a temperature of 65-100° C to lower the moisture content of 54% to 30%. The second stage of heating at a temperature of 50-60° C to reduce the moisture content to 8-10% (Najiyati and Danarti, 2004).
Figure 1: Geothermal system (Putohari, 2009). magnitude of temperature, Hochstein (1990) classifies geothermal system into three, namely: 1. System/high temperature reservoirs, i.e a system containing fluid reservoir temperatures above 225ºC. 2. The system / reservoir temperature being, i.e a system containing fluid reservoir temperatures between 125ºC and 225ºC. 3. The low-temperature geothermal system, i.e a system containing a fluid reservoir with a smaller temperature of 125ºC. 2.2. Drying Technique of Agricultural Products Drying is a process-water discharge from agricultural materials to the equilibrium moisture content of the surrounding air or the water content level where the quality of agricultural materials can be prevented from fungal attack, enzymes, and insect activity (Henderson and Perry, 1976). Drying is one of the ways in food technology that is done with the purpose of preservation. Another benefit of drying is to reduce the volume and weight of material than the initial conditions before drying, thus saving space (Rahman and Yuyun, 2005).
A key part of the production process is the roasting of coffee powder. This process is the stage of the formation of a distinctive aroma and flavor of coffee from the coffee beans with heat treatment. Coffee beans naturally contain enough organic compounds candidates forming a distinctive flavor and aroma of coffee. The time is determined based on the color of roasted coffee beans roasted or often-called degree roaster. The longer the roasting time, the color of roasted coffee beans closer to brown-black (Mulato, 2002). Roasting the coffee bean roasting process that depends on the time and temperature are characterized by a significant chemical change. Dry weight loss occurs mainly gas and other volatile pyrolysis products. Most of the pyrolysis products is crucial to the flavor of coffee. Dry weight loss is closely related to temperature roasting. Based on the temperature used roasted coffee roasting divided into three groups, namely light roast temperature used 193°C to 199°C, medium roast temperature used 204°C and used dark roast temperature 213°C to 221°C. Light roast eliminate moisture content of 3-5%, 5-8% eliminates medium roast and dark roast eliminates 8-14% moisture content (Varnam and Sutherland, 1994).
III. RESEARCH METHODOLOGY
The greater the temperature difference between the heating medium with food faster heat transfer to the food and the faster the evaporation of water from food. In the drying process, water is removed from the food can be water vapor. The water vapor must be removed from the atmosphere around the dried foodstuffs. If you do not get out, the air around the food will be saturated by water vapor thus slowing the evaporation of water from the food that slows the drying process (Estiasih, 2009). Drying the coffee is usually done in two ways, namely drying natural, artificial, and a combination of natural and artificial. 1. Natural Drying Natural drying only during the dry season due to drying during the rainy season will not be perfect. Drying is not perfect result in coffee brown, moldy and smelly. Naturally drying should be done cement floor, bamboo, or mat. The habit of drying coffee on the ground will cause the coffee to be dirty and infected fungus. When the blazing sun drying usually lasts for 10-14 days but when overcast usually lasts 3 weeks (Najiyati and Danarti, 2004).
34
Paper IV. DISCUSSION Principally, the utilization of geothermal energy directly is the process of extracting heat energy from geothermal fluid to be used directly as energy in process heating, drying, pickling, and others. Geothermal energy including site specific types of energy, which is the source of energy generated from one location (field) to other locations are often different (Hasan, 2009). The difference concerns the nature of physics, chemistry, and the phase (liquid or gas) from the medium in which geothermal energy transferred. The differences are very varied character requires a special study of the material or equipment used to convert geothermal energy into other forms. In general, the characteristics of geothermal energy in Indonesia are located in the surrounding mountainous area with farms, plantations, forestry, animal husbandry including fisheries, and tourist attractions. In areas like this, geothermal energy can be used for example for the process of drying and preservation of agricultural products (cocoa, coffee, copra, tea, grains) (Hasan, 2009).
Design of heat exchanger equipment made together in dryer room and exhaust fan complete with heat sensors and monitoring control. In this study used the scheme heat exchanger (Figure 3) with a length of pipe to the heat exchanger 80 cm by 12 cm indentation and 100-160 cm tall which will then be channeled brine from the pipe separator assuming brine temperature reaches 100-200ºC. The heat is then channeled into the heating process/dryer room for drying coffee. Components dryer room equipment (Figure 4) consists of four parts, namely: fin heat exchanger pipe, chamber dryer, drying rack, and exhaust fan. Fin heat exchanger pipe work for transfer/radiated heat contained in geothermal water into the pipe and fins are then propagated to the air convection to raise the room temperature dryers. Type of fin heat exchanger pipe is a combination of heat pipe and copper fins.
Ulubelu Geothermal Field, Lampung Province is located in the mountainous areas of Bukin Barisan Sumatera, which is flanked by three volcanoes that Rindingan mountain, Datarajan mountain, and Kukusan mountain who has the type is water dominated reservoir. Utilization of geothermal energy in the area has been conducted since 2012 by Pertamina Geothermal Energy. In addition to a power plant, geothermal utilization in cooperation with local farmer groups as coffee drying technology. As seen in Figure 2, where the extraction of geothermal entry through the separator, then separated between steam and brine. Steam will move to the turbine power plant, while the brine will flow into the heat exchanger.
Figure 3: Heat exchanger model (Hasan, 2009). Design drying chamber shaped like a rectangle and made with ingredients multiplex with exterior is coated with a thin aluminum plate and plastic material to protect the room in humid conditions. As for the inside is lined with foam, glass wool and a thin aluminum plate to reduce the heat loss due to both these materials are heat reflector (Hasan, 2009).
Figure 2: Drying cofee technology system To release the heat contained in the geothermal fluid needed a tool heat transfer (heat exchanger). This tool utilizes geothermal fluid as a heat source where heat transfer occurs through two mechanisms namely conduction and convection processes. The process occurs when the conduction heat transfer from the geothermal fluid to circle stainless steel pipe or series of pipes and copper fins. While the process of convection occurs when heat is released from the cycle of steel pipes and copper fins into the air.
The use copper as the main material of heat exchanger because copper has a thermal conductivity and high bending power, so it is not easily broken during cooling. Welding is done by using the fuel asetelin gas, oxygen, and silver as an adhesive. (Hasan, 2009). And then brine will flow back to the ponds to be injected back into the injection wells. For areas that have the potential of geothermal energy in the rainy season, the heat transfer tool is very useful to help people in the process of drying of agricultural and fishery products. Downhole Heat Exchanger and Heat Exchanger is a means of heat transfer, and is one of the application of the Direct Use of technology in the utilization of geothermal energy (Hasan, 2009).
35
Paper content of around 30-40% within 24 hours. So the coffee drying process takes 10-14 days on a conventional drying process can be speeded up the process into 2-4 days. With this result can certainly increase the income of coffee farmers and help boost the economy in the province of Lampung.
V. CONCLUSION
Figure 4: Heat drying room model side view (Modied from Hasan, 2009). Conventional drying (natural, dried under the sun) generally has a temperature between 60° C to 100° C, this temperature can lower the water content of about 24% from the previous level of 54% water. In the next stage, conventional heating requires a temperature of 50° C to 60° C to lower the moisture content of up to 8% to 10% require a drying time of 10 to 14 days. In drying by using geothermal energy, the flow of brine in a closed space (room dryers) produces a temperature between 100ºC to 200ºC. With this relatively hot temperatures, can reduce the water content of about 38% from the previous 65% moisture content, and constant temperature situation in the drying room, then it will be a constant decrease in the water
The conclusions derived from this paper are: 1. Utilization of geothermal energy as the driving force in addition to the power plant also can be used as a coffee drying technology. 2. Technology drying through geothermal wells is done by passing steam into the heat exchanger and then forwarded to the drying room. 3. Drying conventionally takes for 10-14 days with a temperature of 60-80ºC and the use of geothermal energy takes 2-4 days with a temperature of 125ºC 250ºC. From these data, it can be concluded that the use of geothermal energy as a coffee dryer technology that requires less time. 4. Applying the technology of geothermal energy as a coffee dryer has several advantages such as quality and hygienic product, land production slightly, and the ease and relatively easy labor. 5. Applying the coffee drying technology through geothermal energy can help boost the economy in the province of Lampung.
ACKNOWLEDGMENT We would like to thanks PT Pertamina Geothermal Energy area Ulubelu for study geothermal production, field operation, and geothermal power plant. Thanks to Ulubelu coffe farmer give we learn conventional coffe drying technique.
Table 1: Comparison between conventional drying techniques with drying technique using geothermal energy. Parameter
Drying Method Conventional Drying
Time
Quality and Hygiene
Depending on time and weather. It can’t be done at night and during the rainy season Product quality is difficult to control, are easily contaminated various kinds of dirt.
Ease and Labor
Relatively easy when the weather is stable, but very busy during the changeable weather or sudden change, as must secure the product if it rains. As a result, labor costs increased.
Drying Field
Require more extensive drying field
Drying with Geothermal Can be done during the production of geothermal energy is still ongoing (not depending on the weather and time). Quality and hygiene products are much better as to avoid contamination of dust, mold, and flies. The dried product does not need to be removed from the drying room, despite the rain, so do not bother and reduce the risk of damage and shrinkage products, as well as reduce the cost of labor Does not require large drying area, only requires 1/3 of the area of the drying capacity.
36
Paper REFERENCES Estiasih, Teti, and Kgs Ahmadi, (2009), “Teknologi Pengolahan Pangan”, Bumi Aksara, Malang. Goff, F. and Cathy J.J. (2000), “Encyclopedia of Volcanoes : Geothermal system”, Academic Press, 817-834 pp. Hasan, Ahmad, (2009), “Mesin Pengering Produk Pertanian Bertenaga Panas Bumi”, Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi. Jurnal Teknik Lingkungan v.10 No.2 Hal.153-160. Henderson, S. M. and R. L. Perry (1976), “Agricultural Process Engineering”, 3rd ed, The AVI publ. Co., Inc, Wesport, Connecticut, USA. Honstein (1990), “Introduction of Geothermal Prospecting”, Geothermal Institute, University of Auckland, New Zealand. Mulato, Sri (2002), “Simposium Kopi 2002 dengan tema Mewujudkan perkopian Nasional Yang Tangguh melalui Diversifikasi Usaha Berwawasan Lingkungan dalam Pengembangan Industri Kopi Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani Kopi
Rakyat”, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia : Denpasar. Najiyati, S. dan Danarti, (2004), “Kopi budidaya dan penanganan lepas panen”, Edisi Ketiga PT.Raja Grafindo Persada Jakarta. P u t o h a r i , R . D. , ( 2 0 0 9 ) , “ L i m b a h P a n a s B u m i mengandung emas”, http://rovicky. wordpress.com/, akses tgl. 4 Desember 2014. Rahman and Yuyun (2005), “Penanganan Pascapanen Cabai Merah”, Kanisius: Yogyakarta. Sri Najiyati and Danarti (2004), “Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca Panen”, Penebar Swadaya. Jakarta. Varnam, H.A. and Sutherland, J.P. (1994), “Beverages (Technology, Chemestry and Microbiology)”, Chapman and Hall, London. White, D.E., (1967), “Some Principle of Geyser activity, mainly from steambot spring, Nevada”, Am. J. Sci. 265, 641-684.
37
Lensa Alam
“Develop a passion for learning. If you do, you will never cease to grow.” -Anthony J. D'Angelo
©Geofisika UNPAD
39
Coming Soon Event
Coming Soon Event
S
ebagai seorang Geofisikawan muda, tentunya kita membutuhkan bekal dasar tentang kebumian serta metode – metode geofisika yang nantinya akan sering digunakan dalam eksplorasi sumber daya alam. Melihat dari kemampuan yang harus terpenuhi tersebut, maka sebagai mahasiswa Geofisika kita perlu memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dalam bidang Geofisika. Oleh karena itu beberapa kegiatan HMGI Regional 3 bertujuan untuk menampung rasa keingintahuan, serta memfasilitasi semangat belajar mahasiswa tentang dunia Geofisika. Yang telah bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa untuk mengadakan berbagai seminar di setiap Universitas, seperti UNS (Solo), UNNES - UNDIP (Semarang), dan UNSOED (Purwokerto). Beberapa diantaranya adalah seminar dengan tema “Disiplin Ilmu Bumi Untuk Mitigasi Bencana Guna Keberlangsungan Hidup Dunia” yang akan dilaksanakan pada bulan Oktoberdi Universitas Negeri Semarang
( U N N E S ) d e n g a n p e m b i c a ra M b a h R o n o (BPPTKG), BPBD, serta Bpk. Supriyadi (Dosen UNNES). Selain itu pada bulan November akan diadakan seminar dengan “Metode Geofisika dalam Eksplorasi Sumber Daya Alam Indonesia” yang dilaksanakan di Aula Gedung B Lt. 4 FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS, Solo) dengan pembicaranya yaitu salah satu Dosen UNS. Dan masih banyak lagi acara HMGI Regional 3 yang mewadahi kita dalam mencari hal – hal baru baik akademik dan non akademik. Selain seminar, ada pula One Day Course serta Fieldtrip Geologi dan Geofisika yang menjadi eventpaling dinantikan oleh sebagian besar anggota HMGI Regional 3. Jadi tunggu apalagi? Ikuti terus kegiatannya, tambah pengetahuannya, dan dapatkan pengalamannya! - (Ridhotul Ghiaz Hadhary, HMGI Regional III)
40
Coming Soon Event
Coming Soon Event Geofisika Ngariung atau yang biasa disebut dengan Gaung merupakan sebuah acara yang dilaksanakan untuk merayakan hari jadi Program Studi Geofisika Universitas Padjadjaran. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama antara pihak jadi Program Studi Geofisika Universitas Padjadjaran dengan Himpunan Mahasiswa Geofisika “PEDRA” Universitas Padjadjaran. Kegiatan ini berisi penampilan kesenian dari masing-masing angkatan maupun dari pihak dosen. Tidak hanya diisi dengan hiburan, acara ini juga diisi dengan pemberian nasihat ataupun cerita pengalaman dari alumni-alumni Geofisika UNPAD maupun dosen Geofisika UNPAD yang sudah pensiun. Acara ini juga terdapat makan malam bersama untuk menambah keakraban antar jadi Program Studi Geofisika Universitas Padjadjaran dengan Himpunan Mahasiswa Geofisika “PEDRA” Universitas Padjadjaran. - (Nurin Amalina Widityani, Universitas Padjadjaran)
41
Lensa Alam
“ Three great actions; explore, experiment and experience.” - Lailah Gifty Akita
©M. Ichsanul
42
Lecture
Amazing Fault
Gunung Batu, Lembang
P
atahan atau sesar adalah adalah celah pada kerak bumi yang berada di perbatasan antara dua lempeng tektonik. Gempa sangat dipengaruhi oleh pergerakan batuan dan lempeng pada sesar ini. Bila batuan yang menumpu merosot ke bawah akibat batuan penumpu di kedua sisinya bergerak saling menjauh, sesarnya dinamakan normal fault. Akan tetapi, bila batuan yang menumpu terangkat ke atas akibat batuan penumpu di kedua sisinya bergerak saling mendorong, sesarnya dinamakan reverse fault. Dan bila kedua batuan pada sesar bergerak saling menggelangsar, sesarnya dinamakan strike sIip fault. Sesar normal dan sesar terbalik, keduanya menghasilkan perpindahan vertikal (vertical displacement). Sedangkan sesar geseran jurus menghasilkan perpindahan horizontal (horizontal displacement). Patahan merupakan salah satu penyebab terjadinya gempa, para peneliti gempa memperkirakan 60 persen wilayah Indonesia termasuk beberapa kota besar berada di wilayah patahan rawan gempa, seperti Patahan Lembang dan Patahan Opak. Banyak patahan yang terlihat menakjubkan, menjadi panorama alam yang indah. Namun dibalik keindahan panorama patahan tersimpan bahaya yang cukup menakutkan.
Gunung Batu ini yang terletak di Patahan Lembang menjadi salah satu tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi karena keindahan panoramanya. Keunikan lainnya jika kamu berada di puncak Gunung Batu ini maka kamu akan bisa melihat pemandangan gunung lain seperti Gunung Burangrang, Gunung Tangkuban Parahu, dan Gunung Putri yang berada di utara dan jika kamu melihat ke arah timur maka kamu akan melihat Gunung Bukittunggul & Gunung Palasari. Gunung Batu ini terletak di Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang. Menurut Brian Atwater, paleoseismolog dari United States Geological Survey (USGS), ancaman bencana Patahan Lembang termasuk kategori kelas dunia karena patahan itu berada di dekat kawasan kota yang sangat padat. Hal yang jarang terjadi di dunia. Di lokasi terlihat, di sekitar patahan itu telah berdiri banyak perumahan dan vila mewah. Kawasan Observatorium Bosscha yang menjadi warisan astronomi dunia juga dilintasi patahan ini. Jika patahan sepanjang 22 km ini bergerak sekaligus, gempa yang dihasilkan bisa mencapai 6,7 – 7 skala Richter.
Sumber : www.jalanpendaki.com
43
Lecture
Sumber : www.thetravelearn.com
Sumber : Yudha Prawira Di luar Indonesia juga terdapat patahan menarik lainnya yaitu San Andreas Fault yang merupakan patahan transformyang berarti bahwa lempeng-lempeng bergeser di sepanjang patahan. Lempeng-lempeng saling mendahului satu sama lainpada tingkat sekitar 1,5 inci per tahun, tapi gerakan ini bukan gerak yangberkesinambungan, tapi gerak rata-rata. Selama bertahun-tahun lempeng akan terkunci tanpa gerakan sama sekali karena mereka mendorong terhadap satu sama lain. Bagian patahan yang terjebak ini menyimpan energi seperti pegas perlahan-lahan memba-
ngun ketegangan hingga bebatuan sepanjang patahan pecah atau patah dan lempeng tergelincir beberapa meter sekaligus. Patahnya bebatuan mengirimkan gelombang kejut ke segala arah dan itu adalah gelombang yang kita rasakan sebagai gempa bumi. Saat gempa bumi 1906 di San Francisco, jalan, pagar, dan deretan pohon-pohon dan semak-semak yang melintasi patahan berpindah beberapa meter. Di Carrizo Plain, patahan San Andreas terlihat seperti palung yang terlihat spektakuler dari udara. Dilihat dari tanah, ďŹ tur ini tidak terlalu nampak. Pada beberapa bagian patahan yang tidak bergerak bertahun-tahun ditutupi dengan alluvium, atau ditumbuhi dengan semak. Di San Bernardino dan Los Angeles Counties, banyak jalan yang membentang sepanjang patahan dan melalui palung. Di Palmdale Highway 14, terlihat lapisan batuan keriput dan melengkung berdekatan dengan San Andreas. California menderita ribuan gempa kecil setiap tahun, tetapi yang utama terjadi hanya setelah interval waktu yang panjang. Gempa besar terakhir terjadi di sepanjang patahan San Andreas adalah gempa San Francisco tahun 1906 yang berkekuatan 7,8. Sulit untuk memprediksi kapan gempa besar berikutnya akan menyerang, namun mungkin saja dalam waktu dekat. Sebuah studi baru oleh US Geological Survey menunjukkan bahwa California akan mengalami gempabumi berkekuatan 8 atau gempa bumi besar dalam 30 tahun ke depan. Patahan aktif yang tersebar hampir di seluruh pulau di Indonesia menyebabkan Indonesia mempunyai potensi bahaya gempa yang besar. Namun tidak semua patahan menimbulkan gempa. Patahan yang dapat menimbulkan gempa hanya patahan yang besar dan masih aktif. -(Zahra Annisa, UIN Maulana Malik Ibrahim)
44
Lecture
Metode Magnetotelluric dengan Metode Remote Reference
M
etode Magnetotelluric adalah salah satu metode yang digunakan dalam mencari potensi geothermal. Metode ini menggunakan gelombang elektromagnetik dan merupakan metode geoďŹ sika pasif. Pasif disini maksudnya adalah metode magnetotelluric ini menggunakan sumber alami. Sumber tersebut, yaitu solar wind dan lightning activity. Noise dalam setiap akuisisi dalam metode geoďŹ sika, terkadang memang tidak bisa dihindarkan. Yang menjadi sumber adanya noise dalam eksplorasi MT ini antara lain berasal dari alat MT itu sendiri, ataupun sumber yang berasal dari lingkungan di mana dilakukan pengukuran misalnya saja alat-alat elektronik, tegangan tinggi, jaringan listrik, radio, dan ground motion. Oleh sebab itu, dibutuhkannya koreksi, dalam hal ini tahap pengolahan data adalah tahapan yang penting. Noise-noise tersebut harus dihilangkan guna untuk mendapatkan hasil terbaik pada interpretasi nantinya.
Kurva resistivity semu dan fase dengan single channel Remote reference adalah salah satu cara dalam mengurangi noise. Metode ini dilakukan dengan melakukan penambanan stasiun pengukuan MT. Di mana letak remote reference haruslah yang terhindar dari noise. Jarak seberapa jauh remote reference belum ada satu paper yang bisa benarbenar memastikan jarak remote reference secara mutlak, karena jarak ini tergantung situasi kondisi dilapangan, tergantung seberapa besar noise tersebut berpengaruh. Namun jauhnya letak tersebut tetap dipertimbangkan dari dengan daerah geologinya. Pengukuran di dua tempat yang berbeda ini diatur dengan tepat disatu waktu yang sama, waktu tersebut nantinya akan diatur dengan GPS karena dalam pengukurannya harus bahkan tepat pada detik yang sama. Pada pengukuran remote reference hanya dilakukan pengukuran medan magnetnya saja. Kenapa demikian? karena medan magnetik memiliki nilai regional sehingga dapat menjadi acuan untuk nilai medan magnetik lokal. Konsep remote reference dapat menghilangkan noise adalah dimana kurva resistivitas semu dan fase dengan membentuk suatu trend garis yang baru. Karena medan magnet bersifat regional sehingga pada titik letak remote reference pun dicari
Kurva resistivity semu dan fase dengan metode Remote Reference yang daerah medan magnetnya sama, sehingga daerah yang medan magnet regional itu akan mencerminkan daerah medan magnet lokal. Apabila membandingkan antara pengolahan data MT tanpa remote reference dengan yang menggunakan remote reference maka kurva resistivitas semu dan fase yang menggunakan remote reference terlihat lebih teratur dengan error yang lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak menggunakan remote re f e re n c e . Ha l t e r s e but m e m bukt i ka n ba hwa pengolahan data MT dengan menggunakan remote reference dapat mengurangi noise dan dapat mempermudah pengeditan hasil kurva resistivitas semu dan fase. Berikut ini disajikan gambar hasil kerja praktek di Pertamina Geothermal Energi. -(Sabrina Hikmah, Regional I)
45
Beriklan di efektif, harga terjangkau dan tersampaikan
HARGA IKLAN 2015/2016 1 halaman 1 halaman 1 halaman 1 halaman 1/2 halaman
Halaman Belakang (Back cover) Halaman Belakang Bagian Dalam Halaman Depan Bagian Dalam Halaman Isi Halaman Isi
Rp3.500.000 Rp3.000.000 Rp3.000.000 Rp2.000.000 Rp1.000.000
Dusun Tanah Tebok, Belitung Timur Menambang timah di TK (Tambang Karya) Mini Š Gharin PY
Leran, Tuban, Jawa Timur ŠNur Arasy
Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah ŠAgra Adipta