2
APA ITU SEISMIK
4D?
Gambar 1. Monitoring reservoir time lapse (geoexpro.com)
P
erkembangan teknologi yang begitu pesat telah membuat manusia berada dalam peradaban yang tinggi. Kemajuan teknologi dalam suatu negara dapat menggambarkan kemajuan dari negara tersebut. Sejatinya teknologi diciptakan untuk mempermudah kehidupan manusia. Tak terkecuali dalam dunia perminyakan, kebutuhan umat manusia yang semakin besar akan energy fosil ini telah membuat para ahli memutar kepalanya untuk mengembangkan teknologi-teknologi baru yang dapat memetakan letak dari suatu reservoir migas dengan tingkat ketidakpastian yang minimal. Metode seismic merupakan primadona dalam eksplorasi migas baik onshore maupun offshore. Untuk eksplorasi awal di suatu lapangan migas biasanya cukup digunakan seismic 3D. Namun dalam tahap pengembangan monitoring reservoir dan peningkatan recovery minyak bumi dibutuhkan teknologi seismic 3D yang juga memperhitungkan dimensi waktu. Teknologi inilah yang dikenal sebagai seismic 4D atau seismic time lapse dengan waktu sebagai dimensi keemapat. Metode seismic time-lapse meliputi akuisisi, pengolahan, dan interpretasi. Aktifitas produksi dan EOR (Enhanced Oil Recovery) menyebabkan perubahan sifat fisis pada reservoir seperti saturasi fluida, tekanan, dan temperatur yang pada akhirnya akan menyebabkan perubahan impedansi akustik dari reservoir, tetapi mungkin juga terjadi efek AVO, pergeseran waktu, atau aspek lain dari data seismik.
Kombinasi dari respon-respon ini juga dapat terjadi. Seismic time lapse berguna untuk melihat perbedaan respon seismik (waktu dan amplitudo) akibat perubahan sifat fisis ini. Dengan seismik 4D ini, maka penempatan sumur baru dalam rangka recovery akan lebih akurat sehingga bisa menaikkan produksi minyak dan gas. Contoh perbedaan sifat seismik antara survey monitor dengan survey awal (base case survey) dapat dilihat pada gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan perubahan reservoir yang signifikan. Perubahan respon seismik dapat berbeda-beda dari satu lapangan dengan lapangan lainnya. Adanya depletion dapat mengakibatkan tekanan menurun dan menghasilkan amplitudo yang semakin bright atau sebaliknya semakin dim. Dengan ketelitian yang sangat tinggi ini tentu biaya survei seismic 4D tidaklah murah, sehingga tidak semua lapangan akan ekonomis menutupi biayanya. Sebagai contoh di lapangan Gullfaks, data time lapse seismic memiliki peran yang signifikan dalam manajemen produksi. Data ini mampu meningkatkan pengertian dari sifat-sifat HMGZine 3 static dan perilaku dinamis di suatu lapangan, persaingan strategi produksi, serta penentuan keputusan terkait management reservoir. Data seismic 4D telah berkontribusi secara langsung lebih dari 19 sumur, dan mampu menghasilkan keuntungan bersih sekitar US$ 1 milyar, sementara total biaya survey seismic 4D sekitar US$ 60 juta. Oleh karena itu, meskipun mahal, teknologi seismik 4D ini merupakan teknologi yang menjanjikan. Sehingga sangat dimungkinkan dalam kurun waktu ke depan akan semakin banyak lagi oil company yang tertarik untuk melakukan survey seismik 4D. Di Indonesia sendiri teknologi seismic 4D ini belum banyak dikembangkan, khususnya offshore sementara untuk onshore salah satu perusahaan Amerika di Indonesia telah melakukannya. Negara yang paling sering melakukan survey seismic 4D adalah Norwegia dan England (Statoil Hydro, Norsk Hydro, dan Shell). By: Hasibatul Farida Rismayanti (Teknik Geofisika, ITS)
3
4
If you can dream it, you can do it. -Walt Disney
Credit Photo - Nur Arasyi
5
It always seems impossible until its done. - Nelson Mandela
Credit Photo - Putra Marendra
8
9
10
Credit Photo: Nur Arasyi 11
12
13
14
15
EXPAT & EXPERT GO TO CAMPUS
K
unjungan para ahli dari lembaga pemerintahan maupun perusahaan ke kampus kerap dilakukan. Selain untuk berbagi ilmu pengetahuan yang tentu sangat bermanfaat bagi para mahasiswa, kunjungan ini tak lain adalah sebagai bentuk kegiatan yang bertujuan untuk menyelaraskan kebutuhan dunia kerja dengan dunia kampus. Salah satu kunjungan tersebut dilakukan oleh SKK migas, HCML (Huusky-Cnooc Madura Limited), dan PETRONAS di kampus ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya. Kunjungan yang bertajuk “Expat & Expert Go to Campus” ini berlangsung pada hari Kamis, 19 Mei 2016 bertempat di ruang sidang utama rektorat ITS. Acara ini terdiri dari tiga sesi yaitu sesi I “Integrated Subsurface Geoscience Evaluation”, sesi II “Oil and Gas Prospect and Maturation”, dan sesi III “Drilling Completion and Operation”.
Jamin Jamil
Acara diawali dengan sambutan oleh Ibu Purwanita (Dekan FTSP) dan Ibu Diana (SKK Migas). Dalam sambutannya beliau menyampaikan pengenalan strategi SKK migas dalam industry dan pendidikan. Sesi pertama dimulai pukul 08.20 dengan pemateri Kian Han (Senior Head Geophysicist-HCML) dan Li Bin (Geophysical Specialist-HCML). Dalam pemaparannya Bapak Kian Han banyak bercerita mengenai kegiatan eksplorasi di Selat Madura. Kontak PSC (Production Sharing Contract) lapangan eksplorasi Madura telah berlangsung selama 20 (1982 – 2012), kemudian perpanjangan kontrak selama 20 tahun mendatang (2012 – 2032). Beliau juga menayangkan video alur kegiatan dalam suatu industry migas yaitu dari proses eksplorasi hingga produksi.
16
Sementara Bapak Li Bin menyampaikan materi tentang metode geofisika yang sering digunakan dalam eksplorasi migas yaitu metode seismic. Beliau menjelaskan peran seismic (2D, 3D, 4D time lapse) dalam eksplorasi dan eksploitasi yaitu mengidentifikasi batas perlapisan bawah permukaan berdasarkan sifat fisik batuan. Selain itu beliau juga menyampaikan materi seismic attributes analysis, reservoir characterization via seismic attributes (direct hydrocarbon indication), serta alur kerja inversi seismic. Usai penyampaian materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan Coffe Break. Sesi kedua dimulai pukul 10.36 dengan pemateri Jamin Jamil B Mohd Idris (Senior Manager Exploration-HCML/PETRONAS) dan Haryono Haryanto (Senior Geophysicist-HCML/PETRONAS). Dalam pemaparannya Bapak Jamin Jamil menyampaikan materi pentingnya oil & gas and maturation dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, depositional environtment dalam petroleum system, dan pentingnya logging tool untuk mengetahui sifat-sifat fisis formasi bawah permukaan, terutama log gamma ray yang merekam natural radiation yang dipancarkan oleh unsur radioaktif Uranium, Potassium, dan Thorium. Sesi ketiga diisi oleh Syaiful Nurain (Senior Petroleum Engineer-HCML) dan Michael Etuhoko (Head of Completion-HCML). Bapak Syaiful Nurain menyampaikan tentang kegiatan di hulu dan hilir migas, perbedaan oil company dan service company, serta sistem PSC (Production Sharing Contract) di Indonesia. Dilanjutkan dengan materi oleh Bapak Michael Etuhoko yang menyampaikan tentang kegiatan teknis dalam pengeboran migas, beliau menjelaskan tipe-tipe drilling rig mulai dari onshore hingga offshore dan komponen dari drilling rig system yang terdiri dari hoisting system, rotating system, circulating system, power and prime movers system, dan blowout prevention system.
Selain pemaparan materi di akhir acara juga diadakan sharing session tentang Kerja Praktik (KP), internship, dan Tugas Akhir (TA) di HCML dan PETRONAS. Acara yang dihadiri oleh mayoritas mahasiswa teknik geofisika dan sebagian mahasiswa teknik kelautan ini berakhir pada pukul 15.45 dan ditutup dengan pemberian sertifikat serta cinderamata oleh Bapak Dr. Widya Utama, DEA, ketua jurusan teknik geofisika ITS kepada pihak HCML/PETRONAS. Sebagai penutup beliau berpesan kepada para mahasiswa, “Mumpung masih mahasiswa berusahalah untuk fit dalam kemampuan dengan yang dibutuhkan perusahaan�. Acara semacam ini tentu sangat bermanfaat dalam membangun koneksi yang baik antara pihak kampus dan perusahaan. Dengan acara ini diharapkan mahasiswa dapat menyerap sebanyak-banyaknya ilmu maupun informasi terkait dunia kerja yang disampaikan langsung oleh para ahli dan ikut berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Semoga. -- By: Hasibatul Farida Rismayanti, teknik geofisika ITS
Foto bersama para peserta dan pembicara
Penyerahan sertifikat oleh ketua jurusan teknik geofisika (kanan) kepada perwakilan pihak HCML/PETRONAS (kiri) 17
18
IDENTIFIKASI KEBERADAAN HEAT SOURCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAVITASI PADA DAERAH PARANGKUSUMO - PARANGWEDANG, PARANGTRITIS, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Fauzia Rizky Wijaya, Goldison Aldama, Gunadi Suryo Jatmiko, Muhamad Kurnia Oktavianto, Muhammad Bagus Nur Haekal, Putra Marenda Aldhisa Wijaya, Yanuar Dian Pertiwi Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Jalan SWK 104 Con-
ABSTRAK Metode gravitasi merupakan salah satu metode dalam geofisika yang berkonsep dari Hukum Gravitasi Newton. Hasil yang didapatkan dari metode ini merupakan gambaran distribusi nilai dari kerapatan batuan di setiap titik pengukuran. Ada beberapa konversi dan koreksi yang dilalukan pada metode ini untuk menghasilkan nilai anomali Bouguer dan dapat diinterpretasikan sesuai dengan target yang ingin dicapai. Telah dilalukan penelitian mengenai identifikasi salah satu dari unsur pembentukan sistem geotermal, yaitu sumber panas dan sturkur berupa sesar di daerah Parangkusumo – Parangwedang, Parangtritis, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilalukan pada tanggal 4 hingga 8 Mei 2016 dengan menggunakan metode gravitasi. Alat yang digunakan pada penelitian kali ini adalah Gravitimeter tipe LaCoste & Romberg seri G 1053. Hasil yang didapatan dari alat adalah nilai skala pembacaan setiap titik pengukuran. Hasil yang didapatkan dari pengukuran pada daerah penelitian kali ini adalah ditemukan heat source pada daerah utara pengukuran. Heat source ini berupa intrusi andesit yang berasal dari batuan gunungapi tersier. Sesar ditemukan juga pada bagian timur laut daerah pengukuran. Diperkirakan jenis sistem geothermalnya adalah jenis entalphi rendah. Kata Kunci: Metode gravitasi, gravitimeter, anomali Bouguer, sistem geotermal, densitas batuan.
1. PENDAHULUAN Akhir-akhir ini sedang gencarnya pencarian sumber energi alternatif untuk mengganti energi yang sulit untuk diperbaharui. Salah satu energi alternatif tersebut adalah energi panas bumi. Energi ini cukup banyak berada di Indonesia dan Indonesia salah satu negara yang mempunyai cadangan geothermal terbesar di dunia. Pembentukan panas bumi dibangun dari beberapa unsur, yaitu harus adanya heat source, reservoar, batu penudung, aliran fluida, dan struktur geologi. Untuk mencari beberapa unsur tersebut, metode geofisika dapat mencari unsur tersebut. salah satu metode geofisika yang dapat mendeteksi unsur-unsur panas bumi adalah metode gravitasi. Penelitian kali ini bertempat pada Parangkusumo dan Parangwedang, Parangtritis, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian menggunakan metode gravitasi. Tempat ini dijadikan tempat penelitian disebabkan adanya kenampakan
manifestasi panas bumi di tempat tersebut, yaitu berupa mata air panas. Ada beberapa hal yang akan dicari dalam penelitian kali ini adalah batuan sebagai heat source dan adanya sesar sebagai struktur.
2. TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Bantul berlokasi pada tempat yang didominasi oleh struktur geologi Gunung Merapi Muda di bagian tengah dan Volcanic (Miosen dab Oligo-Misen) pada bagian timur. Keduanya telah berumur tua (0,8 – 2,85 juta tahun yang lalu). Secara umum, struktural daerah Kabupaten Bantul bermacam-macam, yaitu dari patahan yang berada pada apitan, wilayah transisi asal lahan fluvial, wilayah transisi lahan marin, wilayah transisi asal dataran berupa aktivitas vulkanisme, dan adanya sistem fluvial.
19
Gambar 1 Peta Geologi Lokal Kabupaten
pengukuran di bukit dan lembah. d. Pasang surut Pasang surut yang disebabkan oleh perubahan kedudukan matahari terhadap bumi juga berpengaruh terhadap nilai gravitasi. Bumi akan mengalami tarikan dan dorongan. e. Variasi rapat massa batuan Perbedaan nilai gravitasi pada permukaan juga dapat diakibatkan dari adanya massa yang berbeda di bawah permukaan. Anomali Bouguer Lengkap
3. DASAR TEORI Metode Gravity Metode gravitasi merupakan salah satu metode dalam geofisika yang berkonsep dari Hukum Gravitasi Newton. Hasil yang didapatkan dari metode ini merupakan gambaran distribusi nilai dari kerapatan batuan di setiap titik pengukuran. Biasanya, sama seperti metode geomagnetik, metode gravity digunakan sebagai eksplorasi awal untuk mencari target yang dituju. Pengukuran menggunakan metode gravity adalah dengan cara mengukur titik-titik pengukuran di lapangan yang telah ditentukan di suatu wilayah yang akan dijadikan target. Hasil pengukuran yang didapat dengan menggunakan metode gravity berupa skala pembacaan yang nantinya akan dikoreksi dan dikonversi untuk mendapatkan nilai anomali Bouguer di setiap titik pengukuran. Faktor yang Mempengaruhi Gravitasi Ada beberapa hal faktor yang akan mempengaruhi nilai gravitasi pada saat dilakukan pengukuran, antara lain: a. Elevasi Perbedaan nilai ketinggian akan berpengaruh terhadap elevasi. Semakin besar nilai elevasi, seperti daerah perbukitan atau pegunungan, nilai gravitasi akan lebih kecil. b. Posisi Garis Lintang Posisi garis lintang berpengaruh pada nilai gravitasi yang dihasilkan. Nilai gravitasi di kutub akan lebih besar daripada nilai gravitasi di ekuator karena adanya perbedaan penyebaran distribusi massa, pepat di kutubnya. c. Topografi Nilai gravitasi juga dipengaruhi oleh bentuk topografi di tempat mengambilan data. Contoh dari penyebab perbedaan nilai yang disebabkan oleh topografi adalah 20
Nilai anomali Bouguer lengkap dapat diperoleh dari nilai anomali Bouguer sederhana yang telah terkoreksi medan, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
absolut (Anomali Bouger Lengkap) hanya berbeda dalam hal magnitude anomali sebesar suatu faktor yang relatif konstan. Sedangkan anomali yang akan diinterpretasikan sebagai efek kondisi geologi adalah anomali Bouger yang telah dikurangi dengan efek regional yang ditentunkan dari kecenderungan anomali Bouger, sehingga dapat dianggap bahwa anomali Bouger absolut dan relatif akan menghasilkan pola dan magnitude yang sama. Upward Continuation Upward Continuation merupakan salah satu filter pada metode gravitasi yang memisahkan anomali pada hasil akhir pengolahan data (nilai ABL). Pemisahan bertujuan untuk menghilangkan anomali residual yang diakibatkan oleh pengaruh lokal daerah pengukuran. Teori dasar dari upward continuation adalah perhitungan dengan menggunakan metode deret Taylor. Jika peta ABL di-filter dengan kenaikan tertentu, kontur yang tercipka akan lebih halus dibandingan sebelum di-filter karena yang sudah dijelaskan tadi, yaitu hilangnya dominasi efek lokal dari daerah pengukuran.
Analisis Derivative Penggunaan analisis derivative di metode gravitasi bertujuan untuk menentukan batas kontak patahan atau sesar. Analisis derivative yang dapat menentukan batas kontak patahan adalah FHD atau First Horizontal Derivative. Konsep dasar FHD adalah dari deret Taylor Forward Space. Untuk mencari nilai FHD, persamaan yang digunakan adalah:
4. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian Gambar 3 Lokasi Penelitian Dengan cuaca yang cukup cerah, pada hari Rabu hingga Minggu, Tanggal 4 hingga 8 Mei 2016 dilakukan pengambilan data di Parangkusumo – Parangwedang, Parangtritis, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu pengukuran dimulai dari pukul 6.00 hinggal pukul 19.00 WIB setiap harinya. Pengukuran kali ini dilalukan oleh lima belas kelompok dengan menggunakan lintasan yang berbeda. Pengukuran dilaksanakan selama lima hari dengan tiga kelompok setiap harinya. Untuk kelompok pertama dan terakhir pada satu hari yang sama harus mengukur pada titik base sebagai salah satu cara untuk mengkoreksi kelelahan alat. Peta Geologi
Gambar 2 Nilai Gradien Horizontal pada Model Tabular (Blakely, 1996)
Permodelan
Ada dua jenis permodelan yang biasanya dilakukan, yaitu permodelan ke depan (forward modelling) yang berguna untuk mencari data di lapangan dan permodelan ke belakang (inverse modelling) yang bertujuan untuk mencari model geologi. Perbedaannya berada pada konsep dasar. Permodelan ke depan berasal dari model menjadi data dan permodelan ke belakang berasal dari data ke model. Selain permodelan dengan jenis tersebut, ada permodelan yang digolongkan berdasarkan dimensi, yaitu permodelan satu dimensi, dua dimensi, 2,5 dimensi, tiga dimensi, dan empat dimensi. Perbedaan, berasal dari banyaknya fungsi yang dipakai seperti X, Y, Z, dan waktu. Untuk permodelan 2,5 dimensi, fungsi Z atau kedalaman berupa estimasi kedalaman terhadap pusat massa.
Gambar 4 Peta Geologi Pada peta, Gambar 4, tersebut telihat adanya endapan aluvial yang ditandai dengan warna abu-abu menyebar pada bagian barat peta. Endapan aluvial merupakan litologi yang terluas di daerah penelitian dengan persentase sebesar 65% dari luas daerah pengukuran. Di tengah endapan aluvial ada singkapan berupa batuan beku andesit yang ditandai dengan warna merah. Warna jingga menggambarkan persebaran dari bresi vulkanik yang menyebar pada bagian timur daerah pengukuran. Breksi vulkanik ini berasal dari batuan gunungapi Tersier. Batugamping yang dilambangkan dengan warna biru berada pada bagian timur paling tepi di daerah penelitian. Jika melihat tinjauan geologi, batugamping yang berada pada daeah tersebut adalah satuan Batugamping Terumbu dan Batugamping Pasiran. 21
Alat dan Penglengkapan
Gambar 5 Alat dan Perlengkapan Gambar 5 Menunjukkan alat dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode gravitasi. Alat dan perlengkapan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1. Gravitimeter 2. Penggaris 3. Tabulasi Data 4. GPS 5. Kompas 6. Jam 7. Payung
Diagram Alir Pengambilan Data
Gambar 6 Diagram Alir Pengambilan Data
Diagram Alir Pengolahan Data
22
Gambar 7 Diagram Alir Pengolahan Data 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 8 Peta Elevasi Titik elevasi tertinggi berada di koordinat (426571, 9113701) dengan tinggi elevasi sebesar 130 m. Titik elevasi terendah berada di koordinat (425227, 9113193) dengan nilai elevasi sebesar 16 m. Jika dilihat peta elevasi dengan seksama, daerah penelitian dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu daerah bukit dan daerah relatif datar. Daerah dengan relief bukit ditandai dengan warna merah hingga merah muda dan daerah denga relief dataran ditandai dengan warna hijau hingga biru. Warna merah hingga merah muda berada pada bagian timur laut. Bukit ini mempunyai lereng yang ditandai dengan warna jingga hingga kuning. Bukit ini terbentuk karena ada intrusi diorit. Daerah yang cukup datar berada pada bagian barat dan sebagian tenggara daerah pengukuran. wilayah yang cukup datar sangat mendominasi daerah pengukuran dengan persentase sekitar 40% dari daerah pengukuran. Daerah yang relatif datar di lapangan berupa gumuk pasir yang berada di sebelah barat dan jalan yang berada bagian timur.
peta dengan kenaikan sebesar 25 meter. Kesimpulan dari peta Upward Continuation Regional dengan kenaikan setiap 25 m adalah menunkkan bahwa nilai ABL pada daerah utara pengukuran mempunyai nilai yang tetap, yaitu nilai ABL yang sangat tinggi. Sama seperti daerah utara, daerah barat daya pengukuran menunjukkan nilai ABL yang relatif konstan dengan nilai yang sangat rendah jika dibandingkan dengan daerah pengukuran yang lain. Daerah timur laut yang merupakan sebagian berwarna biru lama-lama menghilang yang menunjukkan bahwa nilai ABL rendah di Gambar 9 menggambarkan nilai ABL di setiap titik daerah tersebut hanya berada pada permukaan saja. pengukuran. Nilai maksimal ABL yang diperoleh di Untuk interpretasi, peta Upward Continuation Redaerah pengamatan kali ini sebesar 141,0732 mGal dan gional menunjukkan ada identifikas heat source yang nilai minimal yang didapat dari pengukuran sebesar ditunjukkan warna merah. Ketika difilter, warna mer135,1835 mGal. Pada bagian utara daerah pengukuran, ah tetap ada dan menunjukkan bahwa nilai ABL tinggi terlihat nilai ABL yang tinggi dengan ditandai dengan bukan termasuk anomali permukaan. Warna merah warna jingga hingga merah muda. Nilai ABL yang semakin kuat yang ditandai dengan nilai tinggi ABL tinggi ini mendominasi daerah pengukuran dengan yang makin menyebar dan meluas. persentase 60% dari luas daerah pengamatan. Nilai ABL yang rendah berada pada daerah selatan dan sebagian daerah barat pengamatan yang ditandai dengan warna hijau hingga biru. Range nilai ABL di pegukuran kali ini tidak terlalu beragam. Nilai ABL yang tidak begitu beragam ditandai dengan nilai maksimun dan minimum yang tidak terlalu berbeda jauh. Daerah penelitian ini diindikasikan adanya heat source berupa intrusi batuan vulkanik andesit. Heat source ini berada pada daerah yang berwarna merah. Jenis dari heat source pada daerah penelitian adalah berjenis entalpi rendah dengan suhu di bawah 125°C dengan adanya kontaminasi dari air laut. Adanya heat source ditandai juga dengan adanya manifestasi air panas di Gambar 11 Peta Upward Continuation Lokal daerah tersebut dan dikendalikan dengan sesar. Gambar 11 merupakan gambar pemisahan anomali antara anomali lokal dengan anomali Bouguer Lengkap di tempat pengamatan. Pemisahan anomali lokal dengan anomali Bouguer Lengkap dengan cara mengurangi peta ABL dengan peta upward continuation regional. Ada empat peta yang mempunyai kelipatan kenaikan setiap 25 meter. Jika peta Upward Continuation Lokal diinterpretasikan, diidentifikasi adanya sesar pada daerah yang mempunyai gradasi warna. Gradasi warna ini menunjukkan adanya perbedaan nilai ABL. Perbedaan nilai ABL ini dapat diidentifikasikan sebagai adanya batas Gambar 10 Peta Upward Continuation kontak sesar di daerah tersebut. Gambar 10 menggambarkan peta ABL yang dilakukan filter dengan upwarc continuation filter. Ada empat 23
daerah kontak keberadaan sesar. Ciri-ciri keberadaan kontak sesar adalah pada saat nilai ABL berubah, baik perubahan kenaikan maupun penurunan nilai ABL, nilai FDH langsung menunjukkan perubahan yang sangat drastis.
Gambar 12 Peta Upward Continuation Regional 50 Gambar 12 adalah peta Upward Contiuation Lokal kenaikan 50 m. peta Upward Continuation Lokal 50 dipakai sebagai analisis derivative karena nilai dan range nilai ABL pada peta tersebut cukup stabil dibandingkan dengan peta Upward Continuation Lokal yang lain. Di dalam peta tersebut diindikasikan ada sesar di bagian timur laut. Bagian tersebut terlihat adanya gradasi warna yang menunjukkan perubahan nilai ABL tinggi ke rendah. Biasanya, gradasi nilai tersebut diindikasikan adanya sesar di daerah tersebut.
Gambar 13 Grafik Analisis Derivative Gambar 13 merupakan grafik analisis derivative yang terdiri dari dua garis berbeda warna. Grafik berwarna merah merupakan grafik FHD sepanjang sayatan A – A’ dan grafik berwarna biru merupakan grafik ABL pada daerah yang disayat. Nilai interval yang dipakai pada sayatan ini adalah 10 dan banyaknya titik yang terbentuk sebanyak 56 titik sepanjang sayatan A –A’. Terlihat jelas pada grafik bahwa grafik FHD pada saat nilai ABL naik langsung berubah drastis yang asalnya nialinya tinggi menjadi rendah. Ini menunjukkan bahwa pada saat adanya perubahan nilai ABL yang signifikan, daerah tersebut dapat diindikasikan sebagai 24
Gambar 14 Permodelan 2,5 Dimensi Gambar 14 menggambarkan permodelan 2,5 dimensi yang menunjukkan kenampaka bawah permukaan di daerah Paragkusumo – Parangwedang, Parangtritis, Kabupaten Gunugkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Estimasi kedalaman pada permodelan ini adalah 122 meter. Estimasi kedalaman ini berdasarkan nilai kedalaman regional yang didapatkan dari perhitungan Fast Fourier Transform. Error yang didapatkan dari permodelan 2,5 dimensi adalah 1,756. Dengan mengacu nilai ABL yang disayat, permodelan ini memperkirakan ada batu tuf dengan densitas sebesar 2,5 gram/cc yang ditandai dengan warna merah muda. Batu tuf ini berasal dari Formasi Semilir. Jika mengacu pada geologi regional, batu tuf ini mempunyai permeabilitas yang rendah. Di atas lapisan batu tuf, ada breksi di bagian bawah dengan densitas sebesar 2,9 gram/cc. Batuan breksi ini sesuai dengan geologi regional daerah setempat, yaitu breksi andesit yang tergolong dari batuan gunungapi tersier. Di sebelah kanan bawah, ada intrusi andesit yang disimbolkan dengan warna merah dengan tanda (+). Intrusi andesit mempunyai densitas sebesar 2,99 gram/cc. Lapisan paling luar dan di atas ada endapan eolian di sebelah barat dan endapan aluvium di bagian timur dengan besar masing masing lapisan sebesar 2,4 gram/cc dan 2,5 gram/cc. Endapan elioan ini merupakan gumuk pasir yang berada pada daerah penelitian. Endapan aluvium yang ditandai dengan warna abu-abu. Endapan aluvium
ini jika berkiblat terhadap geologi regional merupakan Satuan Aluvium yang terdiri dari material berukuran lempung hingga krakal dari hasil rombakan pelapukan dari batuan di sekitar daerah.
Gambar 15 Permodelan Tiga Dimensi Gambar 15 merupakan visualisasi bawah permukaan pada daerah Parangkusumo – Parangwedang, Parangtritis, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan metode gravitasi. Visualisasi tersebut menggunakan permodelan tiga dimensi yang dibuat memakai software Rockwork 15. Iterasi yang dilakukan pada permodelan tiga dimensi adalah sebanyak tiga kali. Pada permodelan tiga dimensi berikut ini yang divisualisasi adalah intrusi andesit yang ditandai dengan warna merah. Densitas batuan pada intrusi batuan tersebut diperkirakan dari nilai 3,2 hingga 3,3 gram/cc. Persebaran intrusi tersebut berada pada daerah utara dan barat laut daerah pengukuran. Jika mengacu pada geologi regional dan lokal, batuan tersebut merupakan berasal dari batuan gunungapi tersier. Nampak pada peta tiga dimensi, intrusi menerus ke bawah hingga kedalaman 122,9596 meter yang didapatkan dari estimasi kedalaman Fast Fourier Transform. Ini menandakan bahwa intrusi yang muncul ke permukaan menerus dan merupakan satu tubuh hingga ke bagian bawah. Semakin ke bawah, semakin meluas daerah intrusi. Jadi, persebaran intrusi ini dapat dikorelasikan kepada penyebaran heat source di bawah permukaan.
6. KESIMPULAN
pengolahan data menggunakan metode gravitasi, yaitu: • Penelitian dilakukan di daerah Parangkusumo – Parangwedang, Parangtritis, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. • Titik elevasi tertinggi dan terendah pada daerah penelitian berada di koordinat (426571, 9113701) dan (425227, 9113193) dengan tinggi elevasi sebesar 130 dan 16 m. Daerah penelitian dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu daerah bukit dan daerah relatif datar. • Nilai maksimal dan minimun ABL yang diperoleh di daerah pengamatan kali ini sebesar 141,0732 mGal dan 135,1835 mGal. Warna merah pada peta penyebaran ABL diidentifikasi adanya heat source yang merupakan salah satu unsur sistem geothermal yang bersifat enthalpi rendah. • Peta Upward Continuation Regional dan Lokal memakai kenaikan 25 meter dan dibuat masing-masing empat buah. Nilai ABL di peta Upward Continuation Regional pada daerah utara pengukuran mempunyai nilai yang tetap, yaitu nilai ABL yang sangat tinggi. Peta Upward Continuation Regional menunjukkan ada identifikas heat source yang ditunjukkan warna merah. Ketika difilter, warna merah tetap ada dan menunjukkan bahwa nilai ABL tinggi bukan termasuk anomali permukaan. Peta Upward Continuation Lokal dapat diinterpretasikan sebagai adanya identifikasi sesar. • Pada analisis derivative, Grafik FHD pada saat nilai ABL naik langsung berubah drastis yang asalnya nialinya tinggi menjadi rendah. Ini menunjukkan bahwa pada saat adanya perubahan nilai ABL yang signifikan, daerah tersebut dapat diindikasikan sebagai daerah kontak keberadaan sesar. • Pada permodelan 2,5 dimensi, ada beberapa jenis lapisan yang berada pada penampang permodelan, yaitu batu tuf, breksi, endapan elioan, dan endapan aluvium dengan estimasi kedalaman 122 meter. Intrusi breksi erada pada bagian timur permodelan. • Intrusi andesit digambarkan menerus ke bawah dan makin melebar pada permodelan tiga dimensi. Densitas intrusi andesit berkisar 3,2 hingga 3,3 gram/ cc. • Diperkirakan jenis heat source tersebut adalah entalphi rendah dengan temperatur di bawah 125°C. Heat source terlihat menerus pada permodelan tiga dimensi yang berupa batuan andesit.
Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari semua kegiatan yang dilakukan dari akuisisi hingga 25
DAFTAR PUSTAKA
26
HMGZine 27
27
28
Credit Photo: Putra Marendra 29
30
31
e w s g n i h t e h t l l a d i d e w If , f o e l b a p a c are
Credit Photo - Putra Marendra
we would literally astound ourselves. -Thomas A. Edison