SALAM REDAKSI Salam semangat untuk para pembaca NOTUS! Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat serta karunia-Nya kepada kita sehingga kami dapat menerbitkan majalah NOTUS untuk yang ketiga kalinya. Tagline Spread the Atmosphere kali ini dipilih dengan tujuan agar ‘atmosfer’ suasana kajian dan keilmuan meteorologi dikenal oleh masyarakat luas, baik dalam kampus maupun luar kampus ITB. Pada edisi NOTUS #3 kali ini terdapat kajian tentang hujan ekstrim yang terjadi di Bandung. Selain itu juga terdapat artikel – artikel keilmuan meteorologi yang ternyata terdapat di sekitar kita. Berbagai pengalaman kerja praktik mahasiswa meteorologi di beberapa perusahaan yang ada Indonesia juga kembali disajikan di edisi ini. Pada akhirnya tim redaksi mengucapkan terima kasih kepada para narasumber dan semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan majalah NOTUS edisi ketiga kali ini. Semoga dengan terbitnya majalah NOTUS dapat membuat kita semua dapat menumbuhkan semangat rasa ingin tahu serta menambah wawasan pembaca tentang Meteorologi kedepannya, sehingga tumbuh kepekaan terkait fenomena – fenomena meteorology di sekitar kita. Selamat membaca! Salam, Tim Redaksi
1 • Spread The Atmosphare | Notus
Spread The Atmosphare | Notus •
2
Transportasi Udara Udara & & Transportasi Perubahan Iklim Iklim Perubahan
“Perubahan “Perubahan Iklim” Iklim”
P
erubahan
Iklim merupakan perubahan kondisi rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang relatif lama. Perubahan iklim diantaranya disebabkan oleh bertambahnya gas rumah kaca atau yang selanjutnya disebut Efek Rumah Kaca (ERK) dan emisi buang yang terlepas ke atmosfer. Gas rumah kaca terdiri atas H2O, CO2, CH4, dan N2O sedangkan emisi buang bisa berupa CO2, NOx dan lain sebagainya bergantung sumber dari emisi tersebut. Perubahan iklim berlangsung pada berbagai skala waktu dengan kisaran yang sangat lebar, yaitu dari skala waktu geologis, ialah jutaan tahun sampai skala waktu yang lebih kecil, yaitu skala waktu historis, ribuan tahun dan skala waktu abad, ratusan tahun. Perubahan iklim yang berdampak besar terhadap kehidupan manusia dan perekonomian negara, akan terus berlangsung sepanjang masa di seluruh muka bumi. Terjadinya ragam ekstrim dari curah hujan di beberapa bagian dunia menyebabkan banjir yang menimbulkan penderitaan dan korban jiwa yang tidak sedikit. Sampai sekarang peran manusia dalam perubahan iklim hanya sebatas skala lokal, namun akibat pertambahan konsentrasi karbon dioksida di dalam atmosfer yang dihasilkan oleh aktivitas manusia mampu menyebabkan perubahan iklim global. Jika hal ini benar-benar terjadi maka pertama kali dalam sejarah mausia menjadi penyebab perubahan iklim global.
oleh Siti Nur Faizah K A
Pada tahun 2016 suhu udara meningkat 1,3 derajat Celsius di atas rata-rata. Hal itu tentunya berbahaya, karena akan membawa kita mendekat pada 1,5 derajat Celsius, batas yang ditentukan oleh pembuat kebijakan internasional untuk pemanasan global. Ada banyak penyebab meningkatnya suhu udara yaitu semakin meningkatnya kebutuhan energi. Kebutuhan energi tersebut diperlukan untuk menunjang setiap aspek kebutuhan manusia termasuk transportasi. .
Pengaruh Transportasi Udara Terhadap Kondisi Atmosfer Transportasi udara atau yang biasa digunakan oleh manusia yakni pesawat terbang ternyata memberikan sumbangsih terhadap perubahan iklim. Pesawat terbang menghasilkan 2 % total produksi emisi karbon dioksida (CO2) per tahun,atau sebanyak 13 % dari emisi CO2 yang dihasilkan dari seluruh kendaraan. Emisi tersebut diproyeksikan naik menjadi 3 % sampai tahun 2050. CO2 akan tetap berada di lingkungan atmosfir selama setidaknya 150 tahun sehingga efeknya kumulatif. Bahan bakar pesawat terbang yaitu kerosin memiliki komposisi yang terdiri dari 86 persen karbon dan 14 persen hidrogen. Pada pembakaran kerosin di mesin pesawat, ter-
3 • Spread The Atmosphare | Notus jadi reaksi kimiawi unsur karbon dengan oksigen. Setiap kilogram kerosin yang dibakar dihasilkan gas buang berupa karbon dioksida sebanyak 3,15 kilogram. Meskipun hanya menyumbang sekitar 3% dari total polusi udara dunia tapi dengan banyaknya pesawat terbang komersial yang operasional dari hari ke hari bisa jadi angka persentase tersebut semakin meningkat
SOLUSI Masalah tersebut tidak dapat dibiarkan terus menerus tanpa mencari solusi apapun. Saat ini sebanyak 23 negara telah sepakat untuk mengambil langkah pengaturan kadar emisi karbon dioksida internasional untuk buangan pesawat terbang. Kesepakatan ini berkaitan dengan tujuan mengurangi perubahan iklim yang tercipta akibat gas buang kendaraan. Aturan baru ini rencananya akan mulai diberlakukan tahun 2020. Penerapan aturan gas buangan pesawat udara ini diperkirakan dapat memotong lebih dari 650 juta ton emisi karbon dioksida mulai tahun 2020 hingga 2040. Atau hasil pengurangan polusi ini setara dengan menghentikan pergerakan 140 juta mobil dalam satu tahun.
“
Peningkatan penggunaan transportasi udara tentunya tidak dapat dihindari. Namun, sebagai pengguna moda transportasi udara kita secara tidak langsung dapat menciptakan dan mengelola ruang udara menjadi “Langit Biru� dengan dana lingkungan yang tercakup dalam tiket pesawat serta mengurangi penggunaan zat yang berbahaya bagi ozon.
Spread The Atmosphare | Notus •
4
Hujan Es Melanda Bandung
oleh Irfans Maulana F Pada tanggal 19 April 2017, wilayah Bandung mengalami hujan deras disertai angin kencang bahkanterdapat sejumlah wilayah mengalami hujan es. Hujan es yang sempat melanda wilayah Kota Bandung merupakan peristiwa yang istimewa. Mengapa bisa disebut istimewa? Karena Kota Bandung berada di sekitar khatulistiwa yang beriklim tropis. Hujan es yang menyerupai salju ini biasanya terjadi di daerah lintang tinggi seperti Jepang, Korea, dan Eropa. Prakirawan BMKG Kota Bandung Neneng Sugianto menjelaskan hujan es yang terjadi di Kota Bandung disebabkan adanya proses kondensasi yang terlalu dingin. Sehingga air yang menguap berubah bentuk menjadi butiran es. Proses kondensasi tersebut mencapai titik freezing dengan suhu -44â °C. Hujan es di Bandung terjadi di sekitar wilayah Lapangan Gasibu, Dago, Jalan Suci, Cihampelas, dan Sekeloa. Bahkan di daerah Sekeloa, hujan es membuat timbunan es setebal 15 cm. Hujan deras disertai angin kencang tersebut menyebabkan 10 pohon tumbang dan merusak sejumlah fasilitas di beberapa ruas jalan. Bahkan hujan tersebut menyebabkan pohon tumbang yang menimpa dua buah mobil yang sedang terparkir di samping Kantor Pengadilan Tata Usaha Kota Bandung. Papan reklame yang ada di Jalan Terusan Jakarta, Antapani juga tumbang diakibatkan oleh hujan ini.
Kerusasakan akibat hujan es di alan Diponogoro Bandung, Rabu (19/04/2017)
Apa itu hujan es ?
Hujan es ini dalam ilmu meteorologi disebut juga dengan hail. Hail atau hujan es ini adalah presipitasi yang terdiri atas bola-bola es. Slah satu pembentukan dari bola- bola es ini adalah melalui kondensasi uap air lewat proses pendinginan di atmosfer pada sebuah lapisan yang terdapat di atas level beku. Biasanya, hanya es yang berukuran besar saja yang terjadi dengan proses seperti ini. Karena ukurannya yang besar, sehingga meski es sudah turun ke suhu yang lebih hangat dan daerah lebih rendah, tidak semua es ini menjadi cair (mencair). Perlu diketahui, hujan es ini tidak hanya bisa tirun di daerah subtropis saja, namun hujan es ini juga dapat terjadi di daerah sekitar garis ekuator atau daerah pemba-
5 • Spread The Atmosphare | Notus gian musim tropis, termasuk di Indonesia. Hujan es ini biasanya terjadinya tidak terlalu kelihatan, dan terjadinya hujan es ini disertai dengan hujan air. Hujan es ini biasanya terjadi hanya sekitar beberapa menit saja, kemudian setelah itu akan
kembali ke hujan air normal seperti biasanya. Hailstone terbesar yang pernah tercatat terjadi di Aurora, Nebraska, Amerika Serikat pada bulan Juni 2003. Hailstone ini memiliki diameter 17,8 cm (7 inci) dan keliling 47,6 cm (18,7 inci).
Butiran es terbesar di dunia (kiri) dan butiran es saat terjadi hujan es di Bandung (kanan), Rabu (19/04/17)
Bagaimana hujan es bisa terjadi ?
Hujan es diproduksi di awan cumulonimbus — biasanya di saat thunderstorm kuat — ketika tetesan hujan beku yang besar atau partikel (bahkan serangga) menjadi “embrio” yang tumbuh berkembang oleh “supercooled liquid droplets”. Hal ini membutuhkan jutaan tetes awan untuk membentuk satu tetes hujan, tetapi untuk membentuk hailstones sebesar bola golf dibutuhkan sekitar 10 miliar tetes awan. Untuk hailstones seukuran ini, hailstones harus tetap tinggal di dalam awan sekitar 5 - 10 menit. Hailstones terbentuk ketika adanya aliran udara yang naik membawa partikel es kecil ke atas “freezing level” dimana partikel es tumbuh dengan cara bertumbukan dengan “supercooled liquid cloud droplets”. Di saat partikel es tumbuh bergerak, partikel es di sekitarnya akan ikut melapisi dan hal ini menyebabkan partikel es semakin besar. Ketika hailstones mencapai ukuran tertentu, hailstones menjadi berat untuk ditahan oleh udara, maka hailstones akan jatuh.
Proses Pembentukan Hail
Spread The Atmosphare | Notus •
Oleh Ireneu Rakhmah Fauziah
6
7 • Spread The Atmosphare | Notus
Spread The Atmosphare | Notus •
8
9 • Spread The Atmosphare | Notus
Kuliah Lapangan Energi Angin dan Matahari
oleh Mohammad Tio Faizin
Mata Kuliah Energi Angin dan Matahari
P
roses pembelajaran di program studi Meteorologi ITB tidak hanya dilakukan di dalam ruang kelas melainkan juga di luar kelas. Salah satu kegiatan kuliah yang dilaksanakan di luar ruang kelas adalah kuliah lapangan. Ada beberapa mata kuliah di program studi Meteorologi yang menjadikan kuliah lapangan sebagai salah satu rangkaian perkuliahannya dalam satu semester. Seperti mata kuliah Energi Angin dan Matahari atau para mahasiswa sering menyebutnya EAM. Puji Rosita Sibuea (Meteorologi 2014) atau yang disapa Puji menjadi narasumber kami kali ini dan menceritakan sedikit pengalaman seru dan asyiknya kuliah lapangan EAM yang merupakan mata kuliah pilihan blok instrumentasi di meteorologi. Di dalam kuliah ini, mahasiswa
mempelajari bagaimana sistem dan mekanisme dari konversi angin dan matahari menjadi energi yang dapat bermanfaat bagi banyak orang. Dosen EAM yaitu Bapak I Dewa Gede Junaeddhi atau yang biasa disapa Pak Jun banyak mengajarkan mahasiswanya tentang instrumentasi meteorologi. Mahasiswa dituntut dapat memahami cara membuat dan menggunakan instrument-instumen meteorologi. Puji menceritakan bahwa dia ditugaskan untuk membuat alat yang bernama wattmeter. Alat ini digunakan untuk mengukur daya yang dihasilkan dari konversi energi angin dan matahari. Pada akhir semester, Pak Jun menginginkan mahasiswanya agar lebih mengetahui secara langsung cara kerja dari alat-alat yang beliau perkenalkan di kelas. Karena itu, Pak Jun mengadakan sesi kuliah lapangan yang berlangsung selama tujuh hari dari tanggal 19 s/d 25 Mei 2017. Kuliah lapangan ini berlangsung di Desa Ciheras,
Spread The Atmosphare | Notus •
10
Turbin angin di LAN berfungsi untuk mengonversi energi angin menjadi energi listrik. Mahasiswa diperintahkan oleh Pak Jun untuk membawa AWS (Automatic Weather Station) yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Dengan AWS, mereka diberi tugas untuk mengukur kecepatan angin dan memperhitungkan daya listrik yang dihasilkan dari angin tersebut. Setelah itu mereka membandingkannya dengan daya yang dihasilkan oleh turbin. Selain melakukan perhitungan konversi, mahasiswa juga diajak berkeliling LAN dan melihat alat-alat yang ada disana. Ada pula bincang-bincang bersama Ricky Elson. Menurut Puji, kuliah lapangan EAM ini sangat berkesan dan banyak memberikan ilmu apalagi dapat bertemu seseorang yang berhati mulia seperti Ricky Elson. Beliau bersedia mengembangkan ilmunya dan mengabdikannya ke masyarakat. Selama satu minggu di LAN, Puji dan mahasiswa lainnya tinggal di dalam mess. Selain belajar, mahasiswa juga sering berjalan-jalan sebab letak LAN sendiri berada di pesisir pantai. Kuliah lapangan bukan hal yang jarang di program studi Meteorologi. Banyak sekali mata kuliah yang mengadakan kuliah lapangan. Selain menambah ilmu tentang lapangan, kuliah ini juga secara langsung dapat menjadi ajang liburan dan mempererat hubungan antar mahasiswa. Kecamatan Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa Barat. Menariknya, lokasi ini merupakan tempat dimana Ricky Elson mencetuskan LAN (Lentera Angin Nusantara). Di sini banyak terdapat instrumen meteorologi yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh mahasiswa saat di kampus, salah satunya adalah turbin angin.
11 • Spread The Atmosphare | Notus
Oleh Ahmad Wiranto Aji N.
Spread The Atmosphare | Notus •
12
13 • Spread The Atmosphare | Notus
Spread The Atmosphare | Notus •
14
15 • Spread The Atmosphare | Notus
Oleh Hernanti Arikani
Spread The Atmosphare | Notus •
16
17 • Spread The Atmosphare | Notus
Oleh Riggita Putri Damayanti
Spread The Atmosphare | Notus •
18
19 • Spread The Atmosphare | Notus
Kerja Kerja Praktek Praktek
Oleh Bayu Retna T. A.
PT. Pertamina & PT. Timah
P
engetahuan, pengalaman, dan skill memang diperlukan mahasiswa, terutama untuk persiapan menjalani dunia kerja kedepannya. Salah satu bentuk persiapan tersebut adalah mengenal dunia kerja, dengan melakukan kegiatan kerja praktik di akhir semester ganjil maupun genap, seperti yang dilakukan oleh Widiyani Rachmawati Iskandar. Mahasiswa meteorologi angkatan 2013 yang lebih akrab dipanggil Widi ini memiliki kesempatan melakukan kerja praktik di dua tempat perusahaan yang berbeda. Perusahaan pertama tempat kerja praktik Widi yaitu di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Widi mendapatkan informasi kerja praktik ini dari teman – temannya dan beberapa dari angkatan atasnya. Di Pertamina, Widi masuk di bagian
Environment di bawah HSE (Health, Safety and Environment). Termasuk pengalaman kerja praktik yang pertama, Widi memodelkan persebaran SO2, CO2, dan NOx dari proses pengolahan minyak mentah sampai menjadi bahan bakar siap pakai menggunakan model gaussian sehingga menghasilkan output berupa peta sebaran. Sebelum memulai kerja praktik, Widi dan beberapa rekan satu angkatannya Lilik Bayyinah, Huwaida N. A., dan Setianingsih datang beberapa hari sebelum kegiatan kerja praktik mengurusi beberapa hal seperti perizinan masuk kilang, pembuatan id card, pelatihan safety induction dan mengambil seragam serta safety kit yang dipakai selama kerja praktik. Minggu pertama mereka diisi dengan perkenalan terkait perusahaan serta bagaimana cara kerja kilang minyak. Kemudian di minggu se-
Spread The Atmosphare | Notus • lanjutnya mereka mulai membaca beberapa buku laporan kerja praktik yang memiliki tema yang berkesinambungan dengan tema mereka. Setelah itu mulailah proses pengerjaan tema kerja praktik, dari pengolahan data hingga pengerjaan laporan. Kemudian di minggu terakhir ditutup dengan presentasi hasil kerja praktik yang tentunya disaksikan oleh para staff divisi di sana. Ternyata tidak hanya di PT Pertamina. Pada bulan Januari 2017, Widi berkesempatan melakukan kerja praktik di PT Timah Unit Metalurgi Muntok, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Tidak jauh berbeda dengan di PT Pertamina, pada hari pertama di PT Timah, Widi dan rekannya, Kms Mohd Immanuddin A., datang ke kantor pusat di Pangkal Pinang. Disana mereka membaca beberapa laporan perusahaan seperti RKL, RPL dan laporan tahunan serta pembua-
20
tan timeline kerja praktik disana. Kemudian di hari kedua mereka mulai dikirim ke unit metalurgi di Muntok, Bangka Barat dilanjut dengan saling berkenalan antar staff perusahaan, safety induction, dan pengambilan safety kit. Di hari selanjutnya, mulailah Widi melakukan pengambilan data dam pengerjaan tema KP. Kali ini Widi memodelkan sebaran SO2, CO¬2, dan NO dari proses pengolahan pasir timah hingga menjadi tin timah (logam) yang kemudian dipakai untuk berbagai jenis industri. Tidak lagi meggunakan model gaussian, kini Widi menggunakan model Hisplit, dimana output peta dapat berupa dalam format .gif dan bisa dilihat arah dan ketinggian pergerakan emisinya. Kemudian setelah pengambilan dan pengolahan data, Widi melakukan presentasi di depan semua kepala direksi PT Timah. Untuk laporan kerja praktik, Widi dapat mengerjakannya saat kembali ke Bandung.
“Kerja praktik artinya kita mencoba masuk ke lingkungan kerja. Otomatis lingkungannya lebih serius daripada lingkungan kampus sehari – hari. Ilmu meteorologi saja tidak cukup untuk bekerja. Kita juga membutuhkan ilmu dari jurusan lain. Saat kita bekerja nantinya kita tidak selalu ditempatkan sesuai dengan jurusan tempat kita kuliah. Misalnya di bagian lingkungan, ternyata yang memegang bagian tersebut bukan dari orang yang memiliki latar belakang jurusan Teknik Lingkungan, melainkan Teknik Mesin. Siapkan semuanya. Siapkan fisik dan mental. Buat link, karena dengan kerja praktik kalian akan mendapatkan banyak relasi untuk informasi pengerjaan tugas akhir ataupun kerja.” Begitu pesan Widi pada akhir perbincangan kami dengannya.
21 • Spread The Atmosphare | Notus
Spread The Atmosphare | Notus •
22
Oleh Hana Camelia
23 • Spread The Atmosphare | Notus
Spread The Atmosphare | Notus •
24
25 • Spread The Atmosphare | Notus
Zephyrus Zephyrus
Spread The Atmosphare | Notus •
Oleh Panji Nugraha
P
ada kesempatan ini akan dibahas mengenai sebuah program Himpunan Mahasiswa Meteorologi ‘Atmosphaira’ (HMME Atmosphaira) ITB yang bernama Zephyrus. Zephyrus adalah sebuah sistem pengantar pesan cuaca serta ketinggian air sungai berbasis android serta sms satelit sebagai antisipasi bencana banjir. Yang melatar belakangi adanya program ini adalah adanya bencana banjir, bencana banjir merupakan bencana hidrometeorologi terbesar yang ada di dunia. Sampai saat ini belum ada penaganan optimal untuk mengantisipasi banjir. Hal tersebut disebabkan karena perangkat yang mahal dan output informasi yang masih belum bisa tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Ditambah lagi di wilayah Bandung Raya sendiri setiap tahunnya selalu terjadi banjir, salah satunya di Bandung Selatan. Seringnya banjir yang terjadi di Bandung Selatan ini seharusnya menjadi perhatian khusus pemerintah daerah, sayangnya early warning system yang ada masih belum memadai. Untuk mengantisipasi hal itu, dibutuhkan sekali sebuah sistem untuk mengantisipasi banjir lebih dini agar kerugian diminimalkan. Salah satu program yang dicanangkan HMME Atmosphaira
26
& PIMNAS 2017
ITB yaitu Zephyrus adalah sebuah usaha untuk mengantisipasi banjir lebih dini. Untuk mengenalkannya kepada dunia luar IT, dua orang mahasiswa jurusan Meteorologi yang tergabung sebagai anggota HMME Atmosphaira ITB yaitu Ahmad Wirantoaji Nugroho dan Aufa Zalfarani serta tiga orang temannya dari jurusan lain mengikuti sebuah program yang diadakan oleh Kemenristek Dikti yang bernama PIMNAS. Untuk dapat masuk ke PIMNAS beberapa tahapan dan perjuangan panjang pun harus dilewati terlebih dahulu. Pertama adalah tahap seleksi proposal dengan proposal saingan yang masuk dari seluruh Indonesia sekitar 70.000an. Ketika lolos seleksi proposal, tim Zephyrusdiberi dana oleh Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti). Jumlah peserta yang lolos tahap proposal sejumlah 4000 tim. Setelah lolos tahap pendanaan/proposal ini ada tahapan monitoring dan evaluasi. Di ITB sendiri kegiatan monitoring dan evaluasi tim PKM internal itu diadakan sebanyak 4 kali. Dilanjut terakhir oleh dikti, jadi total kegiatan monitoring dan evaluasi itu sebanyak 5 kali. selama tahapan tersebut progress kami sangat di pantau.
TIM ZEPHYRUS ITB
27 • Spread The Atmosphare | Notus Beberapa hal yang dilakukan pada rentang waktu menuju monev dikti itu dimulai dari perancangan desain, perakitan alat, pembuatan aplikasi android, integrasi alat dan aplikasi android dan terakhir adalah implementasi alat yang dipasang di Teras Cikapundung sebagai uji coba final. setelah itu kami melakukan sosialisasi mengenai sistem ini ke daerah Bandung Selatan. Tepatnya ke masyarakat yang ada di Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah. Banyak sekali tokoh masyarakat yang berada di tempat itu, mulai dari komunitas, pihak kelurahan, sampai dari Militer yaitu Babinsa. Setelah melewati tahap monev disaring lagi menjadi 400 tim untuk mengikuti kegiatan PIMNAS di Makassar. Semua akomodasi PIMNAS dibiayai, mulai dari pesawat, hotel, makan itu gratis, ditambah dikasih uang saku juga untuk jalan-jalan. Suasana disana itu sangat terasa, rupa-rupa warna jaket almamater, berasa sedang merasakan hampir seluruh perwakilan dari univ yang di indonesia ngumpul disana. Ada dua kegiatan di PIMNAS, yaitu presentasi dan pameran poster. Kegiatan presentasi dan pameran poster dilaksanakan selama dua hari. Saat siang hari di hari ketiga kontingen ITB berjalan-jalan menyusuri beberapa tempat wisata yang ada di
sana, yaitu ke Rammang-rammang dan Taman Prasejarah Leang-leang. Pada malam harinya adalah kegiatan yang sangat ditunggu-tunggu yaitu pengumuman. “disitu atmosfernya bener-bener kerasa tegang. tiap univ bawa panjinya masing-masing dan menyerukan jargonnya masing-masing. paling haru itu ketika tim dari ITB naik ke podium untuk penyerahan medali dan kontingen ITB kompak meneriakan salam Ganesha ditengah lautan massa mahasiswa seluruh Indonesia, ‘ Bakti kami untukmu, Tuhan, Bangsa, dan Almamater! Merdeka!’ Alhamdulillah tim zephyrus berhasil naik podium 2 kali, yaitu juara 3 presentasi setara perunggu untuk PKM KC dan juara favorit poster.” Tutur Ahmad Wirantoaji N. yang biasa disapa aji. “Sangat berharap besar untuk keberlanjutan zephyrus ini. Karena sejatinya lomba PKM ini hanya jembatan untuk menjadikan zephyrus ini benar-benar memberikan manfaat untuk masyarakat.” Pesan Aji. Harapannya zephyrus ini akan dapat berkolaborasi dengan himpunan meteorologi tentunya karena sangat linier keilmuannya. dan juga memang pada awalnya sistem Zephyrus yang dibuat juga merupakan cita-cita dari mulai dibentuknya Zephyrus pada beberapa tahun silam di HMME Atmosphaira. (Panji Nugraha)
Spread The Atmosphare | Notus •
28
29 • Spread The Atmosphare | Notus
Spread The Atmosphare | Notus •
30