KATA PENGANTAR
Kami segenap tim redaksi mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat-Nya, kami dapat mener bitkan Silver Buletin edisi ke #2 ini.
Silver Buletin edisi ke #2 ini membahas mengenai beberapa isu atau permasalahan sosial keprofesian Teknik Material dan Metalur gi yang akhir-akhir ini menjadi topik hangat.
Seluruh tim redaksi mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungannya dalam penyusunan Silver Buletin edisi ke #2 ini.
Akhir kata, kami berharap buletin ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses pembuatan maupun pem baca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Selamat membaca!
Surabaya, 29 Oktober 2022
Tim Penyusun
PEMBANGUNAN SMELTER FREEPORT
GRESIK : Capai 35 Persen Target Rampung 2023
Kunjungan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada jumat 29 Juli yang lalu memperoleh hasil terang mengenai proyek smelter baru PT Freeport Indonesia (PTFI), di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur. Hal ini lantaran proyek pembangunan tersebut sudah mencapai 34,9% dengan biaya yang dikeluarkan lebih dari US$ 1,15 miliar dan saat ini sudah ada 12.000 pilling dengan perkembangan yang cepat untuk mencapai target sebanyak 15.000 pilling di bulan September nanti.
Nantinya smelter baru yang dibangun PTFI ini akan memiliki kapasitas 1,7 juta DMT konsentrat tembaga per tahun dengan investasi sekitar US$ 3 miliar (sekitar Rp 43 triliun). Ini merupakan smelter kedua PTFI, dimana smelter pertama telah dibangun sejak 1996 bersama dengan Mitsubishi membentuk perusahaan PT Smelting. Selain membangun smelter baru, saat ini kapasitas PT Smelting juga sedang diekspansi agar memiliki tambahan kapasitas sebesar 300 ribu DMT konsentrat tembaga per tahun.
PEKTIN SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU BIOSORBEN LOGAM BERAT
Berbagai kegiatan manusia seperti penambangan logam, pelapisan dan pencampuran logam, industri minyak dan pigmen, pembua tan pestisida dan industri penyamakan kulit sangat berpotensi menghasilkan limbah yang mengandung logam berat Oleh karena itu pengolahan dan penghilangan logam berat dari perairan sangatlah diperlukan. Beberapa proses pengambilan logam berat yang telah ada diantaranya adalah pengendapan secara kimia, ion exchange, pemisahan dengan membran, elektrolisa dan ekstraksi dengan solvent . Salah satu alternatif lain dalam pengolahan limbah yang mengandung logam berat adalah penggunaan bahan-bahan biologis sebagai adsorben. Proses ini kemudian disebut sebagai biosorption.
Alternatif bahan biologis lain yang dapat digunakan sebagai bahan baku biosorben adalah limbah produk-produk pertanian. Limbah produk pertanian merupakan limbah organik yang tentunya akan sangat mudah ditemukan dalam jumlah besar. Salah satunya adalah pektin. Pektin merupakan polimer dari asam D-galakturo nat yang dihubungkan oleh ikatan 1,4 glikosidik dan banyak terdapat pada lamella tengah dinding sel tumbuhan. Dan menurut penelitian yang dilakukan didapatkan data bahwa penggunaan pektin sebagai alternatif bahan baku adsorben logam berat mem punyai potensi yang cukup baik. Terlebih lagi alternatif bahan-ba han limbah yang mengandung pektin cukup banyak, sehingga penyediaan bahan baku tidak menjadi kendala. Hanya saja, pektin yang terdapat pada limbah organik umumnya adalah jenis HMP sehingga untuk dapat diaplikasikan sebagai logam berat, pektin harus didemetilasi atau dimodifikasi terlebih dahulu.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan pihaknya bekerja sama dengan sejumlah perusahaan Australia untuk meninjau teknologi pengolahan logam tanah jarang yang banyak ditemukan di sejumlah wilayah Indonesia. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono menyampaikan bahwa logam tanah jarang di Indonesia berpotensi digunakan untuk bahan baku bate rai dan lapisan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) kendaraan tempur, tank, dan senjata. Logam ini juga dapat digunakan terma suk untuk turbin yang memiliki keterkaitan dengan transisi energi.
Direktur
Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin men gungkapkan, dari tahapan eksplorasi, logam tanah jarang terindikasi terdapat di 7 lokasi, kemudian ada keterdapatan di 9 lokasi, dan sudah terpetakan sebagai sumber daya di 8 lokasi. Harapannya, nanti pada 2024 eksplorasi detail akan dilakukan di Ketapang, Sibolga, Pegunungan Tiga Puluh, dan Papua. Ini adalah tahapan awal dalam rangka memperoleh manfaat dari mineral logam langka ini.
KEMENTERIAN ESDM DAN PERUSAHAAN AUSTRALIA TINJAU PENGOLAHAN LOGAM TANAH JARANG
Kementerian Investasi mencabut 2.065 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan total luas area lahan mencapai 3.107.708,2 hektar sejak Februari hingga Agustus 2022. Jumlah itu tercatat 98,4% dari total 2.078 IUP pada periode yang sama. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menga takan, lahan yang berdiri di atas IUP yang dicabut akan dikemba likan ke negara untuk selanjutnya didistribusikan kembali melalui mekanisme yang ditentukan.
Berdasarkan jumlah IUP yang dicabut, Provinsi Bangka Belitung menjadi yang terbanyak. Disusul Kalimantan Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Bahlil menyebut, IUP yang dicabut oleh pemerintah sebagian besar karena penambang melakukan praktik 'menaruh izin di bawah bantal'. Ungkapan tersebut mengacu pada izin pertambangan yang diga daikan ke bank oleh perusa haan pemegang IUP. Pemerintah melakukan ini untuk pemerataan sehingga distribusi lahan untuk kepentingan banyak orang, tidak ada satu kelompok yang menguasai.
RIBUAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN DICABUT PEMERINTAH