CREMONA 2022

Page 1

1


2


KATA PENGANTAR

Misbahuddin (HMS 18)

Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Sipil ITB 2021/2022

A

lhamdulillah, Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karenanya pada tahun 2022 ini Cremona Volume ke 20 kembali terbit sebagai majalah jurnalistik kebanggaan HMS ITB. Cremona HMS ITB merupakan buah pemikiran, ide dan gagasan yang diprakarsai oleh Massa HMS ITB. Cremona HMS ITB merupakan bentuk konsistensi dari HMS ITB untuk terus dapat menghasilkan karya tulis yang dapat bermanfaat untuk masyarakat luas. Cremona HMS ITB berisi tentang wawasan-wawasan ketekniksipilan, isu ketekniksipilan, serta apresiasi dan ekskalasi karya dari Massa HMS ITB. Cremona HMS ITB 2022 mengambil tema “Peran Teknik Sipil dalam Pembangunan Berkelanjutan”. Dengan tema ini, diharapkan pembaca majalah terutama Massa HMS ITB sebagai Insinyur Teknik Sipil masa depan Indonesia dapat lebih menyadari pentingnya aspek keberlanjutan dalam bidang konstruksi. Selain itu, Cremona HMS ITB juga berisi karya dari Massa HMS ITB sebagai bentuk apresiasi dan inspirasi bagi seluruh Massa HMS ITB untuk bisa berkarya sebagaimana yang telah dilakukan oleh

HMS ITB saat ini. Dengan tema yang sangat menarik tersebut, harapannya Cremona dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Harapannya, Cremona HMS ITB dapat menjadi pembakar semangat bagi seluruh pembacanya untuk bisa berdampak bagi masyarakat sekitar dan tentunya untuk pemuda masa depan penerus bangsa agar dapat memajukan negeri kita tercinta, Indonesia. Terakhir, saya ingin mengucapkan Terima Kasih sebesar-besarnya kepada seluruh Kontributor yang telah menyumbangkan pemikirannya dalam tulisan pada Majalah Cremona HMS ITB 2022. Saya juga mengucapkan Terima Kasih kepada Departemen Keprofesian HMS ITB yang telah merealisasikan terbitnya Majalah Cremona HMS ITB 2022. Selamat Membaca, Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua!

3


DAFTAR ISI Sustainability in Civil Engineering Dasar Keberlanjutan Dalam Teknik Sipil

6

Structural Sustainability Translucent Concrete : Beton Tembus Pandang Yang Ramah Lingkungan Steel Diagrids : Elegansi dan Efisiensi Sistem Struktur Industri Semen Dari Perspektif Keberlanjutan Konsep Genetika Dalam Optimasi Struktur Penggunaan Timbercrete Sebagai Alternatif Material Ramah Lingkungan

10 14 18 20 22

Transportation Sustainability Intelligent Transportation System : Solusi Kemacetan Di Indonesia 24 Mobility as a Service (MaaS) : Adaptasi Model Bisnis Netflix dalam 28 Transportasi Perkotaan yang Berkelanjutan

Geotechnical Sustainability Geofoam : Material Timbunan Ramah Lingkungan 30 Bioengineering Slope Sebagai Retaining Wall Masa Kini 34

Construction Sustainability Lean Construction Sebagai Salah Satu Solusi Meningkatkan Produktivitas Konstruksi di Lapangan

4

36


Teknologi Konstruksi 38 31 44 48 50 52

Resilience Studies of Modular and Pre-Fabricated Based Buildings Graphene Dalam Konstruksi : Masa Depan Pembaruan Beton Ferrocement : Sang Penyelamat Bumi Dan Masyarakat Di Tengah Pandemi Covid-19 Sandwich Panel : Inovasi Ramah Lingkungan Di Stasiun LRT Jabodebek Peran Artificial Intelligence Dalam Bidang Teknik Sipil Mengungkap Rahasia Rekayasa Katedral St. Paul Dengan Laser Scanners

Isu Ketekniksipilan 56 60 62 66

Konstruksi bersama Pandemi : Transisi & Konstruksi di Masa Pandemi New Era 5.0 : Siapkah Konstruksi Indonesia? Dibalik Eksistensi Robot Dalam Konstruksi : Ancaman Atau Kesempatan? Integrasi Transportasi Umum : Efektifkah Mengurangi Kemacetan Di Kota Metropolitan?

Kilas Proyek 69 72

Proyek Pelabuhan Patimban : Mega Infrastruktur Laut Masa Depan Penyelesaian Banjir Ibukota Melalui Proyek National Capital Integrated Coastal Development

Kuya Kajian Klub 75

Kuya Kajian Klub : Seberapa Berdosa Bidang Kita?

Halo Karya 81 83

Kuya From Home : Juara 1 Call for Innovation CENS UI 18th Kuya Kuya Ninja : Juara 1 National Bridge Competition CEIC Undip 2020

5


Sustainability in Civil Engineering

DASAR KEBERLANJUTAN DALAM TEKNIK SIPIL Oleh Maulana Nur Fazri Abdillah (HMS 18) dan Mohammad Khairul Rijal (HMS 18)

LATAR BELAKANG

P

emanasan global dan perubahan iklim terus berlangsung dan melaju dalam kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Dampak langsung maupun tidak langsung perlahan-lahan semakin mudah ditemukan. Frekuensi dan skala bencana terkait perubahan iklim juga kian meningkat dan masif. Penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi adalah emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Berbagai sektor terkait industri dan kegiatan konstruksi menjadi salah satu penyumbang utama emisi gas CO2 global. Di dalam sektor industri dan manufaktur, termasuk di dalamnya proses produksi semen dan baja struktural, menyumbangkan 7% dari total emisi global (± 4 Gigaton CO2 di tahun 2019). Sementara itu, sektor transportasi menyumbangkan emisi yang lebih besar lagi, memberikan proporsi 14% dari emisi gas CO2 global. Besarnya emisi ini belum termasuk emisi yang disumbangkan oleh penggunaan energi tak ramah lingkungan di dalam aktivitas konstruksi dan operasional infrastruktur. Emisi-emisi ini di dalam sektor konstruksi dan bangunan telah mencapai rekor tertingginya di tahun 2019, menyumbang 38% emisi gas global terkait penggunaan energi. Salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas CO2 global tersebut adalah dengan menerapkan pembangunan yang berkelanjutan.

6

Gambar 1 Kegiatan Konstruksi

Sumber : iPortret (canva.com)

Gambar 2 Pilar Keberlanjutan

Sumber : Fundamentals of Sustainability of Civil Engineering, A. Braham (2017) Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa mengorbankan generasi masa mendatang. Menurut American Society of Civil Engineering (ASCE) berkelanjutan didefinisikan sebagai

seperangkat kondisi lingkungan, ekonomi, dan sosial dimana seluruh masyarakat memiliki kapasitas dan kesempatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya tanpa batas waktu tanpa menurunkan kuantitas, kualitas,


atau ketersediaan sumber daya alam, ekonomi, dan sosial. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keberlanjutan terdiri dari 3 pilar penting yaitu keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan keberlanjutan sosial. Bagian berikutnya akan berisi pembahasan mengenai ketiga pilar tersebut.

KEBERLANJUTAN EKONOMI

Dalam konteks berkelanjutan secara ekonomi, maka keberlanjutan bisa diterapkan melalui beberapa hal berikut. 1. Efisiensi dalam desain dan material agar tidak menimbulkan sisa material yang berlebihan 2. Fleksibilitas atau kemampuan bangunan untuk beradaptasi dengan berbagai kebutuhan atau fungsi sehingga di masa

datang bangunan bisa bertumbuh tanpa harus dibongkar secara total 3. Efisiensi biaya operasional 4.Bangunan hendaknya memiliki nilai kebermanfaatan bagi lingkungan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Untuk mencapai keberlanjutan ekonomi juga perlu dilakukan Analisis Biaya Siklus Hidup atau Life Cycle Cost Analysis (LCCA). Analisis biaya siklus hidup atau Life Cycle Cost Analysis (LCCA) adalah suatu penilaian ekonomi terhadap suatu lingkup, area, sistem dan fasilitas dengan menggunakan berbagai desain alternatif sehingga menghasilkan biaya yang paling efektif dan efisien. Berikut adalah Life Cycle Cost Analysis (LCCA) dalam konstruksi sebuah bangunan atau

infrastruktur: site development. manufacturing of infrastructure, infrastructure delivery and construction, infrastructure use end of life, dan reuse of infrastructure. Dengan demikian proyek bangunan yang dihasilkan tidak hanya memiliki nilai investasi jangka panjang, tetapi juga memiliki nilai berkelanjutan dengan merangsang pertumbuhan ekonomi lokal.

KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN

Keberlanjutan lingkungan dapat diartikan sebagai sistem berkelanjutan secara lingkungan yang harus mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, diakui adanya hubungan antara aktivitas perusahaan dengan

7


lingkungan hidup yang menegaskan bahwa dalam rangka pendayagunaan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai kebahagiaan hidup perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Penerapan keberlanjutan lingkungan hidup dapat berupa Life Cycle Assessment (LCA) yaitu sebuah mekanisme untuk menganalisis dan menghitung total dampak lingkungan dari suatu

8

produk dalam setiap tahapan siklus hidupnya. Setiap langkah LCA dijelaskan dalam standar internasional (ISO 14040:2006). Terdapat empat tahapan LCA berdasarkan ISO 14040:2006 sebagai berikut. 1. Goal and Scope Goal and Scope adalah mendefinisikan tujuan dan ruang lingkup untuk menunjukkan hubungan sistem produk dengan unit fungsi dan sistem pembatas.


Gambar 3 Ilustrasi Green Building Sumber : piranka (canva.com)

2. Life Cycle Inventory

4. Interpretation

Dilakukan pengumpulan semua data mengenai emisi yang berpotensi timbul, konsumsi bahan baku, energi, dan limbah pada proses produksi.

Kombinasi hasil dari life cycle inventory dan life cycle impact assessment digunakan untuk menginterpretasikan, menarik kesimpulan dari goal and scope yang telah diidentifikasikan sebelumnya.

3. Life Cycle Impact Assessment Dilakukan untuk mengevaluasi dampak selama proses produksi dengan tahapan yaitu characterization, damage assessment, normalization, weighting dan single score.

KEBERLANJUTAN SOSIAL

Dari sudut pandang sosial, konstruksi berkelanjutan diimplementasikan dengan bangunan yang mampu merespon kebutuhan sosial,

emosional, dan psikologis penggunanya. Sudah menjadi fitrah manusia untuk memiliki kebutuhan sosial, seperti berkomunikasi dengan sesama, kebutuhan akan pendidikan, dan kegiatan bersama lainnya. Untuk kepentingan itu, setiap bangunan hendaknya juga menyediakan lingkungan yang inklusif yang dapat menjadi wadah interaksi penggunanya dengan lingkungan sekitar. Faktor kenyamanan bangunan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi kondisi emosional dan psikologis penghuninya. Kenyamanan tersebut tidak hanya dari segi desain, tetapi juga dari segi fasilitas, ruang publik, akses menuju lokasi bangunan, dan kemudahan lainnya yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan efektivitas penggunanya dalam beraktivitas.

REFERENSI

Braham, Andrew. 2017. Fundamentals of Sustainability in Civil Engineering. London : CRC Press.

9


TRANSLUCENT CONCRETE :

BETON TEMBUS PANDANG YANG RAMAH LINGKUNGAN Oleh Gallend Susanto (HMS 19), Keane Christopher (HMS 19), Mirna Dwi Lestari Salamah (HMS 19), dan Nicholas Emanuel (HMS 19)

LATAR BELAKANG

S

eiring dengan perkembangan teknologi, nampaknya dunia konstruksi pun tidak tertinggal dalam hal kemajuan teknologinya. Perkembangan tersebut juga terjadi pada material konstruksi. Seperti yang diketahui, kini ternyata telah ditemukan beton yang memiliki karakteristik tembus cahaya atau bisa disebut sebagai beton translucent. Perkembangan material di dunia konstruksi ini tampaknya didorong oleh kebutuhan aspek artistik suatu bangunan dan juga kebutuhan konsep struktur yang ramah lingkungan.

PENEMUAN

Beton translucent ini awalnya muncul pada tahun 1935 tetapi karena keterbatasan teknologi serat optik pada masanya, beton translucent baru benar-benar ada pada tahun 2001, seorang arsitek bernama Aron Losonczi mengusung konsep

10

beton translucent dan pada tahun 2003, Beliau berhasil memproduksi beton translucent pertama.

MATERIAL DAN PROSES PEMBUATAN

Secara keseluruhan, material beton transparan ini terdiri dari serat optik, semen, air, dan agregat halus. Serat optik digunakan sebagai material yang berfungsi untuk mentransmisi cahaya. Beton translucent ini menggunakan agregat halus (berkisar 1,18 mm), bukan agregat kasar seperti beton pada umumnya. Kemudian, air yang digunakan dengan kualitas seperti air minum dan volume air totalnya tidak melebihi 50% dari total komposisi, agregat harus bebas dari kotoran, dan serat optik yang digunakan berukuran 2 μm hingga 2 mm disesuaikan dengan kebutuhan transmisi cahaya (Serat optik dapat diganti dengan serat kaca). Pada umumnya, beton translucent diklasifikasikan sebagai beton

Gambar 1 Penggunaan Translucent Concrete pada Ruangan Kantor

Sumber : zdnet.com

pre-fabricated. Proses pembuatan beton translucent ini dimulai dengan membuat bekisting. Selanjutnya campuran semen, agregat halus, dan air dituangkan ke dalam cetakan dalam jumlah yang sedikit. Setelah itu, serat optik dimasukkan secara merata. Langkah penuangan campuran dan serat optik dilakukan secara bertahap tiap layer sampai memenuhi cetakan.

APLIKASI

Beton translucent yang dapat meneruskan sebagian besar cahaya dapat digunakan sebagai dinding eksterior bangunan umum seperti pusat perbelanjaan atau high rise building karena dapat memanfaatkan penerangan alami dari matahari dan mengurangi penggunaan penerangan artifisial. Beton translucent juga dapat menguntungkan apabila digunakan sebagai dinding eksterior pada perimeter atau pagar kawasan bangunan. Beton ini tidak direkomendasikan penggunaannya


Structural Sustainability

untuk dinding suatu bangunan yang digunakan untuk aktivitas pribadi seperti ruangan khusus (toilet). Aplikasi lainnya yaitu penggunaan beton translucent sebagai struktur interior bangunan. Plafon dan lantai yang disinari dengan kuat dan rapi dapat menimbulkan kesan terhadap ruangan yang segar, terbuka, dan luas. Aplikasi yang dapat menguntungkan juga terdapat pada penggunaan beton translucent sebagai trotoar yang disinari dari bawah dengan energi yang berasal dari panel surya terpasang. Sebagai alternatif lampu penerangan jalan, trotoar ini dapat memberikan pencahayaan lebih bagi pejalan kaki maupun pengemudi kendaraan.

Gambar 2 Translucent Concrete pada Dinding Perimeter Kawasan Bangunan

Sumber : nda.ac.uk

Gambar 3 Aktivitas Seseorang di balik Dinding Translucent Concrete dapat terlihat

Sumber : skyfilabs.com

11


Gambar 4 Kesan Beton yang Segar, Terbuka, dan Luas

Sumber : id.pinterest.com

12


KELEBIHAN & KEKURANGAN

Keuntungan dari Beton translucent ini dapat meneruskan cahaya dari luar sehingga penggunaan penerangan buatan seperti lampu dapat dikurangi di siang hari. Selain itu, beton translucent juga efektif untuk bangunan di kawasan beriklim dingin berkat adanya serat optik yang bekerja sebagai heat insulator. Dari segi estetika, beton translucent juga menambah nilai estetika yang baik. Beton translucent memang menyajikan keuntungan-keuntungan yang sangat menarik dan tidak bisa diberikan oleh beton pada umumnya. Sayangnya, biaya produksi beton translucent lima kali lebih mahal dibandingkan beton pada umumnya akibat harga serat optik yang masih tinggi. Beton translucent juga masih cukup jarang diproduksi di dunia konstruksi karena pembuatan beton translucent ini membutuhkan tenaga ahli dan supervisi secara khusus untuk proses casting.

3 PILLARS

Sesuai dengan prinsip keberlanjutan, ada tiga pilar utama yang saling berkesinambungan. Tiga pilar tersebut antara lain keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Dari segi sosial, beton ini tampak sangat estetik karena serat optik di dalam beton membuat pola seolah-olah serat pada kayu. Pola pada beton ini biasanya menimbulkan kesan mewah dan elegan kepada orang yang mengamatinya. Dari segi lingkungan, beton translucent ini bisa meneruskan cahaya matahari dari luar ke dalam ruangan. Hal ini dapat berfungsi se-

bagai penerangan alami yang tidak membutuhkan energi listrik dan mengurangi emisi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan beton translucent bisa mengurangi efek pemanasan global. Dilihat dari segi ekonomi, beton translucent memang tergolong mahal karena harga bahan-bahannya yang tinggi. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa material beton ini yang berupa serat serat optik akan menjadi lebih murah karena kebutuhan serat optik yang makin besar ke depannya.

KESIMPULAN

Seperti teknologi baru pada umumnya, beton translucent memiliki harga pasaran yang tinggi. Perlu dilakukan eksperimen yang lebih beragam lagi untuk membuat penggunaan dan aplikasi beton translucent menjadi lebih umum. Pemanfaatan sifat meneruskan cahaya, fungsi insulasi, dan estetika perlu ditempatkan dengan pas sehingga manfaatnya dapat lebih terasa dan popularitasnya meningkat. Dengan demikian, penggunaan beton translucent akan kian umum dijumpai dengan harga yang berangsur-angsur berkurang berkat peningkatan skala produksi.

REFERENSI

Gahrana, Siddesh, Vivek Raj, Sudhanshu Chouhan, and Snesh Krishnia. 2018. "Application Of Transparent Concrete In Green." INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH VOLUME 7 119-122. Travelers Coffe. 2021. Travelers Coffe. Accessed 2021. https:// travelerscoffee.ru/id/pomidory/ prozrachnyi-beton-sostav-svoistva-primenenie-izgotovlenie-svoimi-rukami-kak-poyavilsya-prozrachnyi/.

13


Structural Sustainability

STEEL DIAGRIDS :

ELEGANSI DAN EFISIENSI SISTEM STRUKTUR oleh Alexander Julio Manurung (HMS 19), Derick Sufendy (HMS 19), Harum Kurnia Jayanti (HMS 19), Octaviani Nur Rahmawati (HMS 19), dan Romi Putra Radiansyah (HMS 19)

Gambar 1 (Kiri ke Kanan) Poly International Plaza (Beijing), 30 St Mary Axe (The Gherkin) (London), Hearst Tower (New York). Sumber : architizer.com

PENDAHULUAN

A

pa yang akan terlintas di pikiran Anda ketika mendengar struktur bermaterial baja? Mahal? Unik? Kompleks? Sebagian besar orang akan memikirkan hal itu, karena pada realitanya material baja merupakan salah satu material dengan harga mahal dan fluktuatif. Namun, baja memiliki suatu keuntungan lain selain sifatnya yang ductile, rasio kekuatan-volume yang tinggi, dan durabilitas tinggi, yaitu baja dapat didaur ulang. Proses daur ulang baja yang menyebabkan material ini memiliki bentuk yang beragam dan dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan. Jika ditinjau dari penggunaan baja sebagai material utama konstruksi, maka dengan sistem struktur rangka tradisional akan mematok biaya yang jauh

14

lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan material beton. Namun, kendala ini sudah mulai teratasi dengan gebrakan baru pada sistem struktur diagrids. Sistem struktur diagrids ini sangat umum dan cocok digunakan pada material baja untuk bangunan pencakar langit. Beberapa kota di dunia mulai menerapkan sistem struktur steel diagrids untuk landmark building di kotanya. Beberapa diantaranya adalah The Capital Gate atau Leaning Tower di Abu Dhabi, The Gherkin di London, dan CCTV Tower di Beijing.

SISTEM DAN TUJUAN UTAMA

Sistem struktur diagrids merupakan sistem rangka yang terdiri dari struktur segitiga dengan balok pendukung berbentuk diagonal. Sistem

ini merupakan sistem balok triangulasi, lurus atau melengkung, dengan cincin horizontal. Tujuan dari sistem struktur diagrids ini adalah mengoptimalkan setiap elemen strukturnya. Dalam sistem ini, kolom digunakan untuk menyediakan kapasitas support vertical loads dan diagonal atau bracing memberikan stabilitas dan ketahanan terhadap beban besar seperti angin dan beban gempa atau seismic load. Diagonal grids (diagrids) menjadi perimeter lateral pengganti kolom perimeter yang memberikan support lateral. Simpul pada sistem ini didesain untuk menahan dua tipe beban, beban vertikal dan geser horizontal. Sambungan pada simpul menggunakan engsel atau pin, baik dengan cara dilas ataupun menggunakan baut.


Gambar 3 Hearst Tower, New York, USA

Sumber : Council on Tall Building and Urban Habitat

Gambar 2. Elemen Struktur

Sumber : Fundamentals of Sustainability of Civil Engineering, A. Braham (2017)

Pada struktur dengan sistem rangka tradisional, kolom akan menahan buckling dengan tahanan tekan. Sementara dalam mendesain struktur dengan sistem diagrids, struktur akan dibagi menjadi bagian web dan flange. Bidang web akan sejajar dengan bidang dengan arah angin paling dominan, sedangkan bidang flange akan tegak lurus dengan arah angin paling dominan. Struktur diagrids akan membutuhkan jumlah baja yang lebih sedikit dibandingkan dengan struktur rangka tradisional. Seperti halnya pada desain struktur Hearst Tower di Kota New York yang menggunakan sistem diagrids, dilaporkan menggunakan 20% lebih sedikit baja (2000 ton) dibandingkan ketika menggunakan desain struktur rangka tradisional (Boniface, 2006). Sistem struktur diagrids ini banyak diaplikasikan pada struktur high rise building di berbagai belahan dunia. Pada struktur dengan sistem rangka tradisional, kolom akan menahan buckling dengan tahanan tekan. Sementara dalam mendesain struktur dengan sistem diagrids, struktur akan dibagi menjadi bagian web dan flange. Bidang web akan sejajar dengan bidang dengan arah angin paling dominan, sedangkan bidang flange akan tegak lurus dengan arah angin paling dominan. Struktur diagrids akan

Gambar 5 Persimpangan Hearst Tower, New York, USA

Sumber : Council on Tall Building and Urban Habitat

Gambar 4 Tampak Dalam Hearst Tower, New York, USA

Sumber : Council on Tall Building and Urban Habitat membutuhkan jumlah baja yang lebih sedikit dibandingkan dengan struktur rangka tradisional. Seperti halnya pada desain struktur Hearst Tower di Kota New York yang menggunakan sistem diagrids, dilaporkan menggunakan 20% lebih sedikit

baja (2000 ton) dibandingkan ketika menggunakan desain struktur rangka tradisional (Boniface, 2006). Sistem struktur diagrids ini banyak diaplikasikan pada struktur high rise building di berbagai belahan dunia.

15


16


Gambar 6 Tampak Depan Hearst Tower, New York, USA

Sumber : Council on Tall Building and Urban Habitat

bagai salah satu logam yang paling sustainable akibat kemudahannya untuk dikonstruksi, tidak menghasilkan limbah dan dapat digunakan berulang kali melalui aksi recycle. Sehingga, sistem struktur ini telah memenuhi prinsip-prinsip keberlanjutan dari perspektif ekonomi serta lingkungan. Selain itu, fleksibilitas arsitektural sistem struktur ini dinilai dapat mencapai rupa-rupa geometri kompleks yang tidak dapat dicapai oleh sistem rangka konvensional. Dengan demikian, penggunaan sistem struktur ini dinilai dapat memberi ruang-ruang inovasi yang baru dalam desain untuk mencapai nilai-nilai estetika tertentu.

REFERENSI

PARADIGMA KEBERLANJUTAN

Saat ini, steel diagrids telah menarik perhatian para rekayasawan melalui kaitannya dengan tiga pilar penyokong keberlanjutan. Sebagaimana seperti yang telah dise-

butkan sebelumnya, elemen struktur diagrids yang diposisikan diagonal sedemikian rupa sangat efektif dalam menanggung beban lateral. Hal ini berkonsekuensi kepada reduksi beban mati struktur, kebutuhan material dan emisi karbon. Material baja yang digunakan dalam konstruksi diagrids juga dapat dinilai se-

Braham, A., 2017. Fundamentals of Sustainability in Civil Engineering. 1st ed. Boca Raton: CRS Press Taylor and Francis Group, pp.117–121.

Korsavi S, Maqhareh MR. 2014. The Evolutionary Process of Diagrid Structure Towards Architectural, Structural and Sustainability Concepts: Reviewing Case Studies. J Archit Eng Tech 3:121. doi:10.4172/2168– 9717.1000121

17


Structural Sustainability

INDUSTRI SEMEN DARI

PERSPEKTIF KEBERLANJUTAN oleh Zaki Anwar Farizan (HMS 18)

INDUSTRI SEMEN SECARA UMUM

Semen merupakan salah satu bahan baku krusial yang menjadi bahan dasar bagi pembuatan beton dan berbagai material infrastruktur lainnya. Tinggi rendahnya konsumsi semen menunjukkan tingkat pembangunan infrastruktur di suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang dimana pembangunan infrastruktur dari tahun ke tahun semakin digencarkan. Maka seiring dengan hal tersebut, kebutuhan semen diprediksi terus meningkat. Secara umum, semua aktivitas pada produksi semen terbagi menjadi dua macam, yaitu produksi dan rantai pasok. Rantai pasok didefinisikan sebagai integrasi aktivitas-aktivitas yang berawal dari pengadaan barang dan jasa, mengubah bahan baku menjadi barang dalam proses dan barang jadi, dan mengantarkan barang-barang tersebut kepada para pelanggannya dengan cara yang efisien. Sedangkan sistem produksi semen meliputi proses pembuatan semen mulai dari bahan mentah hingga jadi dengan tahapan sebagai berikut. Aktivitas ini akan terus menunjang berjalannya pabrik semen.

PERMASALAHAN

Dengan tingkat permintaan semen yang diprediksi akan terus meningkat beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa industri semen ini akan sangat dibutuhkan hingga bertahun-tahun sampai berpuluh-puluh tahun mendatang. Namun, industri semen memiliki dampak negatif bagi lingkungan, utamanya pada emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas pabrik semen. Tercatat bahwa industri semen berkontribusi terhadap 5-7% emisi CO2 (uru-

18

Gambar 1 Industrial Cement Plant

Sumber : Gilles Rivest (canva.com)

Gambar 2 Perkembangan Pasar Industri Semen

Sumber : Laporan Tahunan Indocement, 2021 tan kedua setelah industri besi dan baja) dengan rincian 40% emisi berasal dari pembakaran sosial, 50% dari pembakaran limestone, dan 5-10% dari listrik dan transportasi. Lalu apakah efek dari emisi karbon yang dihasilkan oleh industri? Tentunya sangat banyak! Emisi karbon yang dihasilkan merupakan bentuk utama dari gas rumah kaca yang mana memiliki kadar sebesar ¾ dari emisi udara global. Meningkatnya gas rumah kaca dapat mengakibatkan perubahan iklim. Gas rumah kaca dapat membuat “selaput” yang menjebak panas di dalam bumi sehingga suhu atmosfer akan semakit meningkat dan berpengaruh buruk bagi lingkungan.

SOLUSI

Berbagai macam cara dilakukan untuk mengatasi masalah ini baik oleh para pemilik pabrik, peneliti, hingga para pemangku kepentingan. Solusi-solusi tersebut dilakukan untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dengan tetap menjaga stabilitas finansial pabrik semen. Salah satu diantaranya adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) dalam konferensinya (COP/Conference of The Parties) yaitu carbon tax atau pajak karbon. Pajak karbon merupakan pajak yang dikenakan terhadap pemakaian bahan bakar berdasarkan kadar karbonnya. Solusi ini diterapkan dalam rangka mencapai visi menurunkan emisi karbon hingga 29%. Pajak karbon berpotensi menjadi cara ¬cost-effective untuk mengurangi gas rumah kaca.


Beberapa inovasi juga dikembangkan untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan, terutama pada sistem produksi dan rantai pasok. Salah satunya adalah implementasi Carbon Capture Storage (CCS) pada sistem produksi. CO2 yang ditangkap dapat disimpan atau digunakan, misalnya, untuk membuat bahan bakar atau untuk menyembuhkan (mengeraskan) beton yang menghilangkan CO2 secara permanen. Carbon Capture Storage (CCS) juga berpotensi untuk mereduksi emisi karbon sekitar 35% dari total emisi karbon yang dihasilkan industri semen. Pada sistem rantai pasok industri semen, diperlukan transformasi sistem dari sistem BTS (Built-ToStock¬) ke GTO (Grind-To-Order). Perbedaan antara kedua sistem ini adalah pada sistem BTS semua permintaan semen akan langsung dipenuhi dari gudang sehingga akan berdampak terhadap penumpukan kapasitas pabrik, sedangkan pada sistem GTO semen dalam bentuk klinker baru akan digiling ketika ada permintaan sehingga akan mengurangi penumpukan kapasitas pada gudang pabrik. Dengan digunakannya sistem GTO, keberlangsungan pabrik akan lebih terjaga karena sumber daya yang dilakukan akan semakin efisien sehingga secara tidak langsung akan mengurangi emisi yang dikeluarkan.

Gambar 4 Sistem Rantai Pasok BTS

Sumber : Zaki Anwar Farizan (2022)

Gambar 5 Sistem Rantai Pasok GTO

Sumber : Zaki Anwar Farizan (2022)

KESIMPULAN

Dengan permintaan semen yang akan terus meningkat hingga beberapa tahun mendatang, maka industri semen menjadi salah satu industri yang harus terus berjalan. Namun, keberadaan industri semen memberikan dampak buruk dengan emisi yang dihasilkannya. Oleh karena itu, perlu dilakukannya transformasi besar-besaran pada industri semen untuk meningkatkan efisiensi sumber daya yang digunakan. Terutama negara kita sendiri, Indonesia, yang saat ini sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur dengan dicanangkannya proyek-proyek strategis nasional bahkan dibangunnya ibukota baru. Pertanyaannya adalah apakah pemerintah siap melaksanakannya?

REFERENSI

Braham, Andrew. 2017. Fundamentals of Sustainability in Civil Engineering. London: CRC Press. Guritno, Adi Joko, and Meirani Harsasi. 2014. “Manajamen Rantai Pasokan.” (Universitas Terbuka) 1-35.

Jose Luis Blanco, Hauke Engel, Focko Imhorst, Maria Joao Ribeirinho, and Erik Sjodin. 2021. Call for action: Seizing the decarbonization opportunity in construction. July 14. Accessed 01 9, 2022. https://www.mckinsey.com/industries/engineering-construction-and-building-materials/our-insights/ call-for-action-seizing-the-decarbonization-opportunity-in-construction. Sridharan, Visvesh. 2020. Future of Cement: Low-Carbon Technologies and Sustainable Alternatives. May 15. Accessed January 8, 2022. https:// www.sustainalytics.com/esg-research/resource/investors-esg-blog/future-of-cement-low-carbon-technologies-and-sustainable-alternatives.

19


Structural Sustainability

Gambar 1 Genetic Engineering Sumber : AlexRaths (canva.com)

KONSEP GENETIKA DALAM OPTIMASI STRUKTUR

oleh Andika Ary Saputra (HMS 18)

LATAR BELAKANG

K

ata “pembangunan berkelanjutan” tentunya sudah tidak asing di telinga kita. Kata ini menjadi cukup popular dikarenakan banyaknya kerusakan yang ditimbulkan akibat ingin tercapainya tujuan tertentu tanpa mempertimbangkan variabel-variabel lain yang berpengaruh pada kehidupan di massa mendatang. Terdapat tiga faktor yang dapat digunakan sebagai indikator pembangunan berkelanjutan, yaitu environmental, social, dan economic. Untuk menekan aspek ekonomi, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan optimasi struktur. Optimasi struktur merupakan proses meminimalkan suatu variabel dependen, dalam hal ini adalah cost, dengan cara mengatur variabel independen, seperti dimensi penampang dan mutu material, tanpa mengesampingkan persyaratan kekuatan dari struktur yang didesain.

Salah satu algoritma yang dapat digunakan dalam optimasi struktur adalah algoritma genetika. Algoritma genetika terinspirasi dari Charles Darwin (1809) dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species. Konsep tersebut memiliki gagasan adanya proses seleksi alam sehingga individu yang tidak sesuai dengan lingkungannya akan digantikan oleh individu lain yang lebih mampu beradaptasi. Dari gagasan ini kemudian dicetuskan algoritma genetika dengan menggunakan konsep gen, populasi, seleksi, kawin silang (crossover), dan mutasi agar terciptanya satu solusi yang paling optimum.

GEN

Sama seperti pada makhluk hidup, dalam algoritma genetika, gen merupakan materi genetik yang berisikan informasi yang dapat direpresentasikan sebagai set bilangan desimal, biner, simbol, atau string yang menyatakan identitas dari tiap individu. Sebagai ilustrasi, tinjau struktur rangka batang yang terdiri dari tujuh batang sebagai berikut. Apabila luas penampang batang 1 hingga 7 berturut-turut sebesar 3, 5, 2, 7, 1, 5, dan 6 satuan luas, maka gen dari individu ini dapat dituliskan sebagai berikut.

3

5

2

7

1

5

6

Tabel 1

Gambar 2 Three Key Elements of Sustainability

Sumber : jmburchall.wordpress.com

Gambar 3 Struktur Rangka Batang

Sumber : Fundamental Optimalisasi dalam Rekayasa Struktur, Mohammad Sahari Besari (2021) 20


POPULASI

Populasi merupakan sekumpulan individu yang memiliki gen yang tiap kolomnya telah diberikan informasi. Jumlah anggota populasi dalam algoritma genetika sangat bergantung pada kompleksitas permasalahan yang ditinjau. Dalam optimasi struktur, umumnya dipilih 30 individu atau lebih sebagai bagian dari populasi awal.

SELEKSI ALAMIAH

Tiap individu dari populasi yang telah didefinisikan kemudian akan dinilai “kecakapannya”. Sesuai filsafat dasar dari seleksi alamiah adalah bahwa individu yang “cakap” akan terus berkembang biak sedangkan individu yang tidak/kurang “cakap” akan mengalami kepunahan. Penilaian kecakapan dapat dilakukan dengan menentukan tegangan dalam di tiap batang, defleksi, serta volume struktur yang dibutuhkan. Dua faktor awal merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi, sedangkan faktor ketiga digunakan sebagai pembanding “kecakapan” (fitness value) tiap individu. Individu yang tidak memenuhi persyaratan tegangan dan defleksi akan dihilangkan. Kemudian, dua individu yang membutuhkan volume struktur paling sedikit akan dikawinsilangkan.

MUTASI DAN INVERSI

Mutasi dan invers merupakan perubahan yang terjadi pada gen dari suatu individu. Pada mutasi terjadi perubahan satu atau lebih digit gen, sedangkan pada inversi terjadi pertukaran tempat dari dua atau lebih digit gen. Perubahan ini terjadi secara acak sesuai dengan probabilitas terjadinya mutasi dan inversi.

ITERASI

Individu baru yang tercipta kemudian dimasukkan ke dalam populasi. Pada tahap ini dilakukan kembali seleksi alamiah dengan penilaian yang sama. Individu dengan fitness value terbaik akan dikawinsilangkan sehingga menghasilkan individu baru kembali. Proses ini dilakukan terus menerus hingga fitness value bernilai konvergen. Untuk optimasi struktur iterasi ini akan berhenti apabila hampir seluruh populasi telah memiliki gen yang sama. Dapat dilihat pada grafik disamping bahwa volume struktur yang diperlukan terus mengalami penurunan seiring bertambahnya proses iterasi. Dengan mengurangi kebutuhan material, maka aspek ekonomi secara tidak langsung juga dapat ditekan sehingga dapat tercipta salah satu pilar pembangunan berkelanjutan.

KAWIN SILANG (CROSSOVER)

Kawin silang dilakukan dengan cara memotong gen kedua individu orang tua yang terbaik pada proses sebelumnya kemudian dilakukan pertukaran antar gen tersebut sehingga tercipta dua anak dengan gen tertentu. Tempat kedudukan pemotongan (crossover-point) dilakukan secara acak sesuai probabilitas perkawinan. Berikut merupakan contoh crossover.

Tabel 2

Grafik 1. Grafik Volume Elemen Struktur terhadap Proses Iterasi Sumber : Fundamental Optimalisasi dalam Rekayasa Struktur, Mohammad Sahari Besari (2021)

REFERENSI

Besari, Mohamad Sahari. 2021. Fundamental Optimalisasi dalam Rekayasa Struktur, Pemrograman Matematik dan Metaheuristik. Bandung: ITB Press. Gandomi, A.H., Yang X.S., Talatahari, S., Alavi, A.H. 2013. Metaheuristic Application in Structures and Infrastructures. Springer.

21


Gambar 1 Proses Konstruksi Rumah dengan Timbercrete

Sumber : artikel.rumah123.com

LATAR BELAKANG

I Gambar 2 Timbercrete

Sumber : timbercrete.wordpress.com

PENGGUNAAN TIMBERCRETE SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN oleh Kevin Khaedar Nuridwan Putra (HMS 19)

22

nfrastruktur merupakan komponen penting bagi keberjalanan suatu negara. Salah satu indikator kemajuan suatu negara dapat diukur dari seberapa baik kondisi infrastrukturnya. Melihat hal tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang tengah melakukan pembangunan secara masif. Berbagai jenis bangunan didirikan guna menunjang aktivitas masyarakat, yang mana berujung kepada meningkatkan kemakmuran masyarakat itu sendiri. Namun di sisi lain, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan menjadi aspek yang perlu diwaspadai. Seiring berjalannya waktu, manusia semakin sadar bahwa keberlanjutan lingkungan merupakan komponen yang perlu dilibatkan dalam dunia konstruksi. Kesadaran tersebut melahirkan berbagai inovasi yang diciptakan belakangan ini. Salah satu inovasi yang dilakukan yaitu mengolah kembali limbah menjadi bahan yang memiliki nilai lebih. Contoh produk yang telah dilahirkan atas inovasi tersebut adalah timbercrete.

APA ITU TIMBERCRETE?

Timbercrete secara garis besar memiliki kemiripan dengan beton pada umumnya. Bedanya, timbercrete menggunakan serbuk kayu sebagai komposisi tambahan pada campuran beton. Menurut


Structural Sustainability

Gambar 3 Balok Timbercrete

Sumber : timbercrete.com.au

Balaguru, P. Shah (1992), serbuk kayu merupakan salah satu serat alami yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran pada beton. Material kayu tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa sendiri merupakan zat yang berperan sebagai perangkap karbon yang dihasilkan dari beton, sehingga dapat meminimalisir efek rumah kaca.

PROSES PEMBUATAN TIMBERCRETE

Proses pembuatan timbercrete dapat dikatakan mudah karena tidak berbeda jauh dengan pembuatan beton secara umum. Hanya saja, serbuk kayu yang digunakan perlu dicampurkan terlebih dahulu dengan pasir. Kemudian ditambahkan dengan semen dan juga air sembari diaduk. Setelah merata, adukan timbercrete tersebut didiamkan beberapa saat lalu dicetak sesuai kebutuhan. Timbercrete yang telah dicetak dibiarkan hingga mengering. Umumnya, timbercrete dipasarkan dalam bentuk balok, batu bata, dan pavers. Embodied energy yang digunakan oleh material ini lebih rendah karena tidak perlu pembakaran dalam proses pembuatannya, pemasangan dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengeluarkan banyak energi, serta bahan baku yang diperlukan mudah

untuk didapat.

PENGGUNAAN TIMBERCRETE

Jika dilihat dari berat jenisnya, timbercrete memiliki berat jenis berkisar antara 900-1500 kg/m3 sedangkan beton biasa memiliki berat jenis sebesar 2200 kg/m3. Karena memiliki berat jenis yang lebih ringan, material ini sangat cocok digunakan pada bangunan lebih dari satu lantai karena dapat mengurangi beban pada elemen struktur. Tidak hanya itu, karena cukup ringan, timbercrete dapat memudahkan dalam hal transportasi material dalam proses konstruksi. Timbercrete merupakan material yang mudah dipotong, dipaku, dan disekrup tanpa harus dilakukan pengeboran. Meskipun demikian, timbercrete memiliki daya tahan dan kekuatan yang baik. Selain itu, material ini juga memiliki tekstur dan warna yang khas sehingga menambah estetika dari bangunan itu sendiri. Keuntungan lain yang dimiliki oleh timbercrete yaitu kedap air, tahan api, dan juga kedap suara.

KESIMPULAN

Pengguna timbercrete masih dapat dikatakan jarang, sehingga material ini cukup sulit ditemui dan membuat harga satuannya terbil-

ang lebih mahal. Namun dengan harga yang diperoleh, kita tidak perlu melakukan pekerjaan lain seperti finishing ataupun melapisi permukaan dinding agar kedap air, tahan api, dan kedap suara. Kepraktisan sekaligus kontribusi baik terhadap lingkungan dapat kita peroleh dengan menggunakan material yang satu ini.

REFERENSI

Amiruddin, Sukarman. n.d. Beton Ringan : Pembuatan Timbercrete Berbahan Selulosa yang Ramah Lingkungan. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Kharrazi. n.d. Timbercrete dan Kelebihannya. https://steemit.com/ indo-steem/@kharrazi/timbercrete-dan-kelebihannya. Kusumaningtyas, Indah Putri. 2014. "Kajian Beton Ringan Dengan Menggunakan Serbuk Kayu Sebagai Pengganti Agregat Halus (Timber Crete)." Thesis, Politeknik Negeri Sriwijaya. Timbercrete Pty. Ltd. 2015. Timbercrete : An Introduction Version 3. Timbercrete Pty. Ltd.

23


Gambar 1 Intelligent Transportation System

Sumber : metamorworks (canva.com)

INTELLIGENT TRANSPORTATION SYSTEM : SOLUSI KEMACETAN DI INDONESIA

oleh Keane Christopher (HMS 19), Maudy Anisa Fanani (HMS 19), dan Nicholas Emanuel (HMS 19)

LATAR BELAKANG

K

emacetan menimbulkan kerugian multidimensi yakni kerugian waktu dan ekonomi, penyakit pernapasan, dan meningkatnya emisi karbon yang memperparah perubahan iklim. Jika diuangkan, kerugian akibat kemacetan di kota besar di Indonesia diperkirakan 50-60 triliun per tahun. Salah satu penyebab kemacetan adalah banyaknya volume kendaraan seiring bertambahnya penduduk suatu kawasan. Pada 2020, hampir seluruh ibukota provinsi di Indonesia memiliki lebih dari 2 juta penduduk. Sementara, diperkirakan pada 2025 bahwa sekitar 60% penduduk akan tinggal di daerah perkotaan. Dengan tren seperti itu, bagaimana upaya

24

optimasi sistem transportasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi fenomena kemacetan dan masalah yang berkaitan dengan transportasi lainnya di masa depan?

TENTANG ITS

Intelligent Transportation System yang biasanya disingkat ITS adalah pengendalian suatu sistem informasi yang menggunakan teknologi pemrosesan data untuk memperbaiki pergerakan barang dan orang, meningkatkan keamanan, mengurangi kemacetan, manajemen kecelakaan, sistem tanggap darurat, serta sistem pemeliharaan jalan. Secara sederhana, ITS mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan data pergerakan barang dan orang. Prinsip In-

telligent Transportation System (ITS) cukup sederhana. Dengan bantuan teknologi, ITS menunjukkan informasi perjalanan real-time (terkini) dan menunjukkan model pengelolaan seluruh moda transportasi. Secara khusus, terdapat beberapa tujuan (goal) dari Intelligent Transportation System (ITS). Pertama, ITS bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan keandalan untuk mobilitas individu dan membantu operator sistem transportasi tertentu untuk mengambil keputusan yang efektif dan pengoperasian sistem transportasi yang efektif. Kedua, ITS bertujuan untuk memberikan keuntungan secara ekonomis pada praktik bisnis di sektor publik atau swasta. Ketiga, ITS bertujuan untuk mempermudah penyelesaian masalah dan


Transportation Sustainability

Gambar 2 Penggunaan Rambu Petunjuk Digital

Sumber: MichiganDOT

menjadi alternatif ketika pendekatan tradisional seperti membangun jalan tambahan atau menambah kapasitas fisik lainnya tidak dapat digunakan. Penyelesaian masalah menggunakan ITS dilakukan dengan menyajikan pendekatan yang lebih fleksibel dengan penekanan pada penggunaan informasi (data), pengambilan keputusan yang optimal,

dan tingkat kemampuan beradaptasi sistem yang tinggi. Keempat, ITS bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, keberlanjutan, dan ketahanan operasi jaringan jika terjadi kondisi yang tak terduga seperti bencana dengan menggunakan teknologi canggih yang terintegrasi.

3 PILAR KEBERLANJUTAN

Sesuai dengan tujuan dari Intelligent Transportation System (ITS), secara tidak langsung ITS juga merupakan suatu upaya untuk mencapai 3 pilar keberlanjutan. ITS berusaha mengoptimasi sistem transportasi, salah satunya seperti penggunaan electronic road pricing (ERP) untuk mengurangi antrean yang menyebabkan kemacetan dan

25


kemacetan sendiri setiap tahunnya menyebabkan kerugian ekonomi negara hingga 50-60 triliun rupiah dan emisi gas buang kendaraan yang timbul berkontribusi sebesar 80% dari seluruh polusi udara di Jakarta. Jadi, penggunaan ITS bersesuaian dengan prinsip keberlanjutan ekonomi dan prinsip keberlanjutan lingkungan. ITS juga berfungsi meningkatkan efisiensi dan keamanan penggunanya, salah satunya seperti penggunaan rambu petunjuk digital yang menunjukkan batas kecepatan minimal/maksimal dan menunjukkan adanya bahaya di depan sehingga harus melakukan merging, sehingga penggunaan ITS yang berfungsi untuk meningkatkan keamanan untuk menghindari korban jiwa dan kecelakaan bersesuaian dengan prinsip keberlanjutan sosial.

26

Gambar 3 Adopsi ITS di Indonesia

Sumber : fokusjabar.id dan awsimages.detik.net.id


APLIKASI

Aplikasi atau fitur Intelligent Transportation System (ITS) mencakup beberapa aspek transportasi (tidak dibahas lebih lanjut kali ini), yaitu sebagai berikut. • Traffic and Road Network Management • Traveller Information Systems • Public Transport Systems • Commercial Vehicle Applications • Vehicle Safety Applications • Maintenance And Construction Management Applications • Emergency Management • Archived Data Management

PERKEMBANGAN TERKINI

Adopsi ITS di Indonesia tengah dikembangkan. Peneliti Balitbanghub, Hasriwan Putra, mengatakan bahwa belum ada standar penerapan ITS di Indonesia, sehingga perlu dirumuskan strategi utama untuk meningkatkan kualitas sistem transportasi di Indonesia. Berdasarkan penelitian mereka, ada 11 strategi ITS yang diusulkan untuk kemudian digarap dalam skala nasional, yakni Advanced Traffic Management System, Electronic Payment Systems, Advanced Travel Demand Management Systems, Advanced Rural Transportation Systems, Advanced Parking Management Systems, Commercial Vehicle Operation Systems, Emergency Management Systems, Autonomous Driving Systems, Advanced Vehicle Control and Safety Systems, Advanced Traveller Information Systems, dan Advanced Transportation Systems. Aplikasi ITS yang telah diterapkan sebagian oleh Kementerian Perhubungan di Indonesia antara lain Advanced Traffic Signal Control Systems (ATSCS), Electronic Toll Collection System (ETCS), Bus Rapid Transit (BRT), Bus Information Management System (BIMS), Automatic Fare Collection (AFC), serta Integrated Traffic Management Centre (ITMC). Standardisasi akan terus dilakukan melalui pengintegrasian sistem transportasi pada skala Nasional.

KESIMPULAN

Sebagai penutup, Intelligent Transportation System (ITS) adalah suatu terobosan yang dapat mengatasi berbagai permasalahan di sektor transportasi dan menambah efisiensi di berbagai moda transportasi. Namun, penerapannya masih kurang meluas dan belum merata di Indonesia. Pemanfaatan ITS ini harus segera diakselerasi demi menjawab permasalahan-permasalahan transportasi di Indonesia yang cukup parah mulai dari kemacetan, polusi udara, hingga kondisi lingkungan. Bertambahnya penerapan ITS diharapkan dapat membangun sistem transportasi Indonesia yang cerdas, bersih, dan berkelanjutan.

REFERENSI

Bagaskara Katon. (n.d.). Intelligent Transport System Diharapkan Menjadi Solusi Transportasi Indonesia - Website Balitbang Kementerian Perhubungan. Retrieved August 12, 2021, from https://balitbanghub.dephub.go.id/berita/intelligent-transport-system-diharapkan-menjadi-solusi-transportasi-indonesia Traffic and Road Network Management | RNO/ITS - PIARC (World Road Association). (n.d.). Retrieved August 12, 2021, from https://rno-its. piarc.org/en/its-basics-what-itsits-applications-and-services/traffic-and-road-network-management Chowdhury, M., & Sadek, A. (n.d.). What is ITS? | RNO/ITS - PIARC (World Road Association). Retrieved August 12, 2021, from https://rno-its.piarc. org/en/intelligent-transport-systems/what-its Tamin, O. Z. (2007). Menuju Terciptanya Sistem Transportasi Berkelanjutan di Kota-Kota Besar di Indonesia. Jurnal Transportasi, 7(2), 87–104. Engineering Adventures: Intelligent Transportation Systems - YouTube. (n.d.). Retrieved August 12, 2021, from https://www.youtube.com/ watch?v=leR36ousKL0&ab_channel=MichiganDOT Braham, A. (n.d.). Braham, Andrew - Fundamentals of sustainability in civil engineering-CRC Press (2018)

27


Transportation Sustainability Gambar 1 Mobility as a Service (MaaS) Sumber : RRice1981 (canva.com)

MOBILITY AS A SERVICE (MAAS) :

ADAPTASI MODEL BISNIS NETFLIX DALAM TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN oleh Radhean Algibran Suwite (HMS 18)

B

ayangkan jika kita bisa menggunakan moda transportasi apapun dengan hanya satu kali pembayaran. Mekanisme yang sama seperti kita menonton film di Netflix, hanya dengan berlangganan setiap bulan kita bisa menonton film sepuasnya. Streaming film seperti pada Netflix membawa perubahan dari perilaku seseorang tentang cara mereka mencari, mengonsumsi serta membayar suatu media. Lantas bagaimana jika mekanisme tersebut terjadi pada dunia transportasi masa kini. Belakangan ini sektor transportasi mulai dinilai sebagai sebuah layanan pergerakan dengan fokus utama terdapat pada orang yang bergerak. Konsep ini disebut sebagai Mobility as a Service (MaaS) atau mobilitas sebagai sebuah layanan.

KONSEP MOBILITY AS A SERVICE

Lebih luasnya mobility as a service adalah sebuah konsep pengelolaan transportasi dengan menghubungkan seluruh jenis moda transportasi dalam suatu sistem berbasis layanan yang mudah diakses dan terintegrasi dalam sebuah platform. Konsep ini tidak terbatas

28

Gambar 2 Konsep Mobility as a Service (MaaS)

Sumber : gov.uk

pada penggunaan moda transportasi terintegrasi melainkan juga end-to-end proses pergerakan mulai dari rencana perjalanan sampai mekanisme pembayaran. Aplikasi perencanaan perjalanan yang membantu pengguna mengidentifikasi dan membandingkan pilihan moda untuk mencapai tujuan mereka mungkin sudah tidak asing selayaknya beragam start-up transportasi yang bermunculan di Indonesia seperti Go-Jek, Grab, Maxim. Namun, apa yang ditawarkan oleh konsep MaaS sepenuhnya adalah menyatukan semua opsi moda transportasi pada platform yang sama. Hal ini akan memungkinkan pengguna dalam merencanakan perjalanan dengan berbagai moda transportasi, memberikan penawaran sistem pembayaran yang fleksibel serta personalisasi berdasarkan preferensi waktu, kenyamanan, biaya, serta kemudahan. Dengan lebih banyak pilihan yang tersedia, pelanggan memiliki kebe-

basan dalam merencanakan serta membayar layanan dengan lancar saat mereka bepergian. Seiring dengan kepadatan perkotaan yang terus tumbuh, MaaS menyediakan cara alternatif untuk memindahkan lebih banyak orang dan barang dengan cara yang lebih cepat, lebih bersih, dan lebih murah daripada opsi saat ini. Tentunya dengan memanfaatkan sistem transportasi umum yang dapat mengangkut banyak orang. Di sisi lain, MaaS juga menyediakan cara alternatif yaitu transportasi dengan sistem sharing menggunakan moda seperti halnya sepeda, elektrik skuter, dan juga kendaraan mobil. Secara bersamaan hal tersebut dapat mengurangi permasalahan transportasi yang umumnya terjadi yaitu gas hasil buangan kendaraan berlebih. Sehingga dapat mengurangi polusi dan lebih ramah lingkungan. Terdapat manifestasi besar yang ditawarkan dari sistem ini yaitu big data transportasi. Transformasi


Gambar 1 Mobility as a Service (MaaS)

Sumber : RRice1981 (canva.com)

diikutsertakan. Seperti halnya bus dan kereta api yang melayani warga saat ini. Seringkali logis untuk memanfaatkan sistem pembayaran untuk bus dan kereta api yang sudah ada. Di tahun 2016, Helsinki, Finlandia telah mengaplikasikan konsep Mobility as a Service (MaaS) dengan pengelolaan oleh pemerintah pusat. Sampai saat ini penerapan konsep tersebut diakui dapat berkontribusi dalam mengurangi waktu perjalanan serta meningkatkan efisiensi transportasi umum dalam menjawab akan transportasi berkelanjutan. Tentunya implementasi dari konsep ini dalam suatu perkotaan perlu melalui analisis kondisi perkotaan setempat agar nantinya dapat menjawab akan permasalahan yang ada serta menciptakan transportasi yang berkelanjutan. Gambar 3 Konsep Mobility as a Service (MaaS)

Sumber : Mulley, Corinne, et al (2020) yang terjadi di perkotaan membuat pergerakan yang terjadi sulit untuk diprediksi. Dengan kata lain sistem ini menawarkan data pergerakan yang dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan di masa depan melalui pemodelan transportasi.

MOBILITY AS A SERVICE EKOSISTEM

Dalam menjalankan konsep mobility as a service dibutuhkan beberapa aktor yang menjalankan peran dari berbagai lembaga yang akan membentuk suatu ekosistem MaaS. Berikut adalah komponen yang diperlukan.

TANTANGAN SERTA LANGKAH AWAL

Setiap kota memiliki keadaan yang berbeda, hal ini menjadikan konsep MaaS tidak dapat diterapkan secara universal melainkan perlu ada penyesuaian sesuai dengan visi strategis dari masing-masing kota.

Visi sistem transportasi perkotaan akan membantu dalam memandu sistem MaaS serta meningkatkan kemitraan dalam kelembagaan transportasi. Di samping itu, juga untuk memastikan bahwa sistem MaaS cocok untuk kebijakan dalam wilayah tinjauan. Adapun langkah awal untuk memulai konsep ini adalah sebagai berikut. 1. Kemitraan publik-swasta harus dibangun dan saling terbuka. Tidak sedikit kota yang akan menolak satu atau sejumlah pemain swasta besar untuk memberikan solusi terpadu, tetapi di sisi lain modal dan kemampuan inovasi dari sektor swasta sangat penting. 2. Pengembangan lanskap dan arsitektur harus disepakati. Kota harus menciptakan arsitektur terbuka yang dapat diintegrasikan oleh mitra swasta, tetapi tetap memenuhi kebutuhan warganya.

REFERENSI

Mulley, Corinne, et al. “Mobility as a service in community transport in Australia: Can it provide a sustainable future?.” Transportation Research Part A: Policy and Practice 131 (2020): 107-122.

Mugion, Roberta Guglielmetti, et al. “Does the service quality of urban public transport enhance sustainable mobility?.” Journal of Cleaner Production 174 (2018): 1566-1587. Cruz, Carlos Oliveira, and Joaquim Miranda Sarmento. ““Mobility as a service” platforms: A critical path towards increasing the sustainability of transportation systems.” Sustainability 12.16 (2020): 6368. Europe, ERTICO–ITS. “Mobility As a Service (Maas) and Sustainable Urban Mobility Planning.” (2019). Goodall, Warwick, et al. “The rise of mobility as a service.” Deloitte Rev 20 (2017): 112-129. MaaS Lab: MaaS Dictionary docs. wixstatic.com Accessed 03 January 2022

3. Seluruh transportasi kota harus

29


Geotechnical Sustainability

Gambar 1 Material Geofoam Sumber: indiamart.com

uap air yang bertekanan pada butirbutir resin berisikan sel mikroskopik mengandung zat pengembang (pentanes atau butanes). Saat terpapar uap air bertekanan, zat pengembang akan memuai 40 kali volume awal kemudian dituangkan ke dalam cetakan berbentuk balok. Di Eropa, hampir 70% material geofoam digunakan untuk kebutuhan proyek bangunan karena keunggulan dan manfaatnya. Berikut merupakan beberapa keunggulan material geofoam sebagai pengganti timbunan.

Material Geofoam Sangat Ringan

GEOFOAM :

MATERIAL TIMBUNAN RAMAH LINGKUNGAN oleh Maulana Nur Fazri Abdillah (HMS 18)

S

eiring dengan meningkatnya kegiatan di sektor konstruksi maka emisi gas CO2 yang dihasilkan akan semakin besar. Jika dibiarkan terus menerus, emisi gas CO2 akan menyebabkan pemanasan global serta perubahan iklim yang tak menentu. Oleh karena itu, harus ada upaya serius guna menurunkan emisi gas CO2 dalam proses konstruksi dengan menerapkan kegiatan konstruksi ramah lingkungan termasuk dalam pekerjaan tanah. Pekerjaan tanah yang akan dibahas yaitu pekerjaan timbunan tanah. Selain masalah emisi gas CO2 yang dihasilkan dari pekerjaan timbunan, masalah utama lainnya yang sering muncul yaitu membuat timbunan diatas tanah dasar yang memiliki daya dukung

30

tanah dasar yang rendah seperti tanah lunak yang akan menyebabkan terjadinya penurunan tanah yang berlebihan. Untuk itu, material timbunan yang digunakan harus mempunyai kriteria yang ringan agar tidak memberikan beban yang besar pada tanah dasar dan tentunya harus ramah lingkungan. Material yang bisa memenuhi kriteria diatas yaitu material geofoam.

Pengenalan Material Geofoam beserta Keunggulannya

Geofoam merupakan salah satu material geosintetik yang terbuat dari Expanded Polystyrene (EPS) dan Xtruded Polystyrene (XPS). Balok EPS dibuat dengan cara memberikan

Material geofoam yang diproduksi di pasaran memiliki berat jenis antara 20 hingga 45 kg/m^3. Jika dibandingkan dengan berat jenis tanah timbunan kisaran 1000 hingga 2500 kg/m^3, material geofoam berkali-kali lipat lebih ringan dibandingkan tanah timbunan. Oleh karena itu, material tersebut dapat mengurangi beban yang ditanggung oleh tanah dasar sehingga akan mengurangi proses penurunan (settlement) pada tanah lunak.

Material Geofoam Memiliki Kekuatan dan Ketahanan Tinggi

Material geofoam memiliki kekuatan tekan yang tinggi untuk beratnya (excellent strength to weight ratio) sehingga cocok digunakan untuk konstruksi yang menanggung beban berat. Nilai kekuatan tekan material geofoam antara 15 – 128 KPa (1,5 – 12,8 ton/ m^3). Selain itu, material geofoam memiliki ketahanan yang tinggi ditunjukkan dengan umur pemakaian geofoam (service life) yang sangat panjang karena tidak dapat membusuk akibat oksidasi oleh udara, air, maupun unsur alam lainnya.

Mempersingkat Waktu Kerja dan Hemat Biaya

Pekerjaan timbunan menggunakan material geofoam tidak memerlukan banyak waktu karena


prosesnya yang mudah yaitu hanya menyusun material geofoam saja sedangkan pada pekerjaan timbunan tanah memerlukan proses penghamparan tanah dan pemadatan tanah. Oleh karena itu, penggunaan material geofoam dapat menghemat biaya karena waktu pekerjaan yang lebih cepat.

Material Geofoam Lebih Ramah Lingkungan

Material geofoam yang ringan akan membuat proses pengangkutan material lebih mudah dan tidak membutuhkan truk yang berukuran besar sehingga dapat mengurangi emisi gas CO2 yang dihasilkan dari bahan bakar. Selain itu, material geofoam dapat melindungi alam dari pengerukan tanah yang digunakan untuk kebutuhan konstruksi. Keunggulan lainnya dari material geofoam adalah material yang dapat di daur ulang tanpa memerlukan proses kimia.

Penerapan Material Geofoam

Di negara-negara maju, material geofoam sudah banyak digunakan di berbagai proyek-proyek besar. Namun, di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, penggunaan material geofoam merupakan suatu inovasi baru di bidang geoteknik dan diperkirakan akan menggantikan metode timbunan konvensional karena manfaat dan keunggulannya yang jelas. Berikut merupakan macam-macam aplikasi material geofoam yang sudah diterapkan di beberapa negara. 1.

Geofoam sebagai Material Timbunan

Material geofoam sangat cocok untuk menjadi material timbunan tanah lunak yang memiliki daya dukung yang lemah. Karakteristik material geofoam yang ringan dan memiliki kekuatan yang tinggi dapat menjadi solusi untuk mengurangi penurunan tanah lunak dan meningkatkan kestabilan tanah.

Gambar 2 Material Geofoam sebagai Timbunan Sumber : geofoam.org

31


2.

Geofoam untuk Mengatasi Stabilitas Lereng

Material geofoam dapat digunakan untuk mengatasi tanah yang tidak stabil dengan cara memasang material geofoam di sekitar daerah lereng. Dengan material geofoam yang lebih ringan akan mengurangi beban geser pada lereng yang menyebabkan kelongsoran.

Gambar 3 Material Geofoam Mengatasi Kestabilan Tanah Sumber : geofoam.org

3.

Geofoam sebagai Dinding Penahan Tanah

Material geofoam tidak memberikan gaya dorong pada dinding penahan tanah dan mereduksi gaya dorong tanah ke dinding penahan tanah. Berbeda dengan tanah yang memiliki berat dan tekanan air pori yang akan dapat mendorong dinding penahan tanah sehingga material geofoam sangat efektif untuk mencegah terjadinya kerusakan pada dinding penahan tanah akibat gaya lateral tanah yang berlebihan.

Gambar 4 Material Geofoam sebagai Dinding Penahan Tanah Sumber : geofoam.org

32


KESIMPULAN

Material geofoam selain ramah lingkungan memiliki keunggulan untuk dijadikan material timbunan diatas tanah lunak. Di negara-negara maju, material geofoam sudah banyak digunakan diberbagai proyek-proyek besar. Namun, di Asia Tenggara termasuk di Indonesia, penggunaan material geofoam merupakan suatu inovasi baru di bidang geoteknik yang akan berkembang pesat kedepannya.

REFERENSI

Braham, Andrew. 2017. “Fundamentals of Sustainability in Civil Engineering, 1st ed.” 92-94. Boca Raton: CRS Press Taylor and Francis Group. Irpan, Hidayat, and Suhendra Andryan. 2011. Aplikasi Geofoam sebagai Material Timbunan di Atas Tanah Lunak. http://eprints.binus.ac.id/13445/.

33


Geotechnical Sustainability

BIOENGINEERING SLOPE SEBAGAI RETAINING WALL MASA KINI

oleh Azka Syarifa Amani (HMS 19), Gallend Susanto (HMS 19), Mirna Dwi Lestari Salamah (HMS 19), dan Yehezkiel Andreas (HMS 19) Gambar 1 Retaining Wall Sumber : eurodrop.eu

seperti potongan tanaman, batang, dan sebagainya pada permukaan tanah atau ke dalam tanah yang dapat dikombinasikan juga dengan material lain seperti batuan, kayu, bahan geosintetik, geokomposit ataupun produk pabrikan lainnya. Selain itu, secara prosedural pembuatan bioengineering ini melalui beberapa langkah diantaranya sebagai berikut.

B

anyak insinyur geoteknik yang mengatakan bahwa tanah adalah fondasi dari segalanya. Hal tersebut dapat dikatakan benar, karena sebagian besar struktur dibangun di darat yang umumnya terdiri dari beberapa jenis tanah. Segala bentuk perancangan dan pembangunan hampir selalu melibatkan tanah. Berbagai kondisi topografi seperti stabilisasi tanah, lereng, dan erosi menjadi salah satu tantangan. Inovasi dan metode baru ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Retaining wall menjadi solusi yang sering digunakan dengan memanfaatkan beton atau balok yang disusun secara vertikal untuk revegetasi lereng yang curam guna menangani zona rembesan dan untuk mengendalikan erosi permukaan. Lalu, apakah masih ada alternatif lain untuk menjawab permasalahan tersebut ? Bagaimana hubungannya dengan pilar sustainability ?

34

DEFINISI BIOENGINEERING SLOPE

Bioengineering slope merupakan sebuah solusi alternatif untuk menangani kondisi topografi lapangan yang tidak stabil. Bahan pembuatan bioengineering slope merupakan bentuk vegetasi baik satu tanaman maupun beberapa jenis tanaman atau juga kombinasi dengan bahan tanaman yang telah mati dan/atau konstruksi teknik sipil. Akar tanaman digunakan untuk meningkatkan stabilitas lereng dengan menahan partikel tanah bersama-sama, sehingga mengurangi erosi tanah. Kuat tarik akar merupakan faktor penting dalam perkuatan tanah dan stabilisasi lereng (Lewis et al. 2001, Zhang et al, 2014).

PROSEDUR PEMBUATAN BIOENGINEERING SLOPE

Bioengineering slope dibuat dengan meletakkan material tanaman

1. Pembuatan sistem pemerataan longsoran dan lereng rawan longsor 2. Analisis kestabilan lereng 3. Simulasi rancang bangun lereng stabil 4. Pembuatan arahan manajemen lingkungan 5. Monitoring lingkungan serta perawatan

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Salah satu kelebihan yang didapat dari penggunaan bioengineering untuk retaining wall ini adalah keramahan terhadap lingkungan. Penggunaan bioengineering ini tentunya dapat dikatakan lebih ramah lingkungan karena bahan yang digunakan adalah bahan alami yang memang berasal dari lingkungan. Dibandingkan dengan penggunaan beton sebagai bahan retaining wall, bioengineering ini dapat memberikan lebih banyak oksigen untuk suatu kawasan seh-


Gambar 2 Bioengineering Slope Sumber : sotir.com

ingga lingkungan sekitarnya semakin asri dan segar. Akar tanaman yang menembus masuk ke dalam tanahnya pun dapat meningkatkan unsur hara tanah sehingga tanah menjadi lebih subur. Selain dari segi lingkungan, efektivitas kekuatannya pun bisa dibilang lebih baik karena seiring dengan pertumbuhan tanaman, kekuatan dari tanaman yang dipakai untuk menahan dinding tanah juga akan semakin besar. Berbeda dengan beton yang kekuatannya selalu sama bahkan akan menurun seiring dengan waktu. Dari segi pembuatannya pun, penggunaan bioengineering ini dapat dikatakan lebih murah dibandingkan concrete wall. Dibalik seluruh kelebihan tersebut, penggunaan bioengineering ini ternyata dari segi perawatannya lebih mahal. Menurut jurnal dari Aristotle University, pada tiga tahun pertama biaya perawatan dari bioengineering ini terhitung 50% lebih mahal dibandingkan concrete wall. Namun hal tersebut memiliki benefit yang sepadan dimana untuk periode waktu selanjutnya bioengineering ini biayanya lebih stabil. Selain dari aspek biaya, kesulitan perawatan bioengineering ini terletak juga pada faktor yang perlu ditinjau. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang memang perlu kita perhatikan untuk menjaga tanaman tersebut tetap stabil dan bertumbuh lebih baik.

Gambar 3 Concrete Retaining Wall pada Perumahan Sumber : customconcrete.biz

SUSTAINABILITY

Berdasarkan prinsip keberlanjutan, bioengineering slope juga sudah memenuhi tiga pilar keberlanjutan. Jika dilihat dari segi lingkungan, bioengineering slope memiliki potensi pemanasan global yang cukup rendah dibandingkan concrete wall. Ini dikarenakan proses konstruksinya lebih melibatkan penanaman tanaman di permukaan lereng sehingga bersifat ramah lingkungan. Dari segi ekonomi, biaya untuk konstruksi bioengineering slope lebih murah dibandingkan biaya konstruksi concrete wall. Akan tetapi, biaya operation dan maintenance untuk menjaga slope tersebut cukup mahal dibandingkan concrete wall sehingga keseluruhan totalnya adalah 1.5 kali dari biaya total concrete wall. Dari segi sosial, bioengineering slope tampak lebih estetik dan juga lebih nyaman karena berada di sekitar tanaman hijau (rumput) biasanya terasa lebih sejuk. Biasanya tempat tersebut juga bisa menjadi salah satu objek di tempat rekreasi karena nilai estetikanya yang tinggi. Secara keseluruhan, bioengineering merupakan salah satu bentuk retaining wall yang mendukung keberlanjutan dikarenakan secara garis besar sudah memenuhi tiga pilar keberlanjutan.

KESIMPULAN

Sebagai penutup, bioengineering slope merupakan salah satu alternatif yang sudah lama digunakan sebagai perkuatan tanah

dan penahan lereng agar tidak terjadi longsor. Selain lebih ramah lingkungan, bioengineering slope juga dapat meningkatkan aspek estetika suatu proyek. Namun, kontrol yang terbatas pada sifat-sifat tanaman dan interaksi kompleks akar tanaman dengan tanah dan bahan lainnya menimbulkan tantangan untuk desain bioengineering slope yang lebih efektif. Walaupun demikian, bioengineering slope sebagai retaining wall bisa berfungsi semestinya apabila dirawat dengan baik dan sangat direkomendasikan untuk mendukung infrastruktur yang lebih ramah lingkungan.

REFERENSI

Braham, Andrew. 2018. Fundamentals of Sustainability in Civil Engineering. CRC Press. Georgi, N. J., and J. E. Stathakopoulos. 2005, January 1. "Bioengineering techniques for soil erosion protection and slope stabilization." 1-6. Tejakusuma, Iwan G. 2016. "Soil Bioengineering dan Peranannya dalam Geologi Lingkungan." Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana (JSTMB) - BPPT. Zakaria, Zufialdi. 2013. Bio-engineering, melalui pemanfaatan tanaman Kaliandra (Caliandra Calothyrsus) di Wilayah Zona Rawan Longsor Jawa Barat. Bandung: Universitas Padjajaran.

35


Gambar 1 Problems at Construction Site Sumber : AzmanJaka (canva.com)

LEAN CONSTRUCTION SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI DI LAPANGAN

oleh Elfachrian Widi Santosa (HMS 18) dan Muhammad Sultoni (HMS 18)

LATAR BELAKANG

D

alam konstruksi di lapangan sering kita jumpai berbagai macam permasalahan mulai dari proyek yang tidak selesai tepat waktu, biaya yang semakin membengkak dan mutu konstruksi yang tidak sesuai. Kemudian, banyak terjadi pemborosan pada sektor konstruksi terutama pada setiap kegiatan yang menggunakan sumber daya tapi tidak menciptakan value seperti material yang berlebih, ke-

36

salahan yang menimbulkan perbaikan, pergerakan pekerja dan perpindahan barang tanpa tujuan yang jelas. Menurut Lean Construction Institute, sektor konstruksi memiliki persentase jumlah waste sebanyak 57% dengan value added sebesar 10% dan sektor manufaktur memiliki persentase waste sebanyak 26% dengan value added sebesar 62%. Hal tersebut menunjukkan efisiensi dari sektor manufaktur lebih besar dibanding sektor konstruksi dikarenakan menerapkan prinsip yang

bernama Lean Thinking.

LEAN THINKING

Lean Thinking adalah metodologi yang berbasiskan pada kepuasan pelanggan atas produk yang dihasilkan dengan penggunaan sumber daya yang efektif dan perbaikan berkelanjutan, Orang yang pertama menerapkan prinsip ini adalah Kiichiro Toyoda sebagai founder Toyota (1894-1952). Kemudian mulai dijadikan sebuah penelitian


Construction Sustainability

Gambar 2 Prinsip Lean Construction

Sumber : A Conseptual Model Of Lean Construction, M. S Bajjou A. C (2018)

dan dikenalkan pada tahun 1980 oleh James Womack. Dalam sektor konstruksi dikenalkan oleh Lauri J. Koskela pada tahun 1992 dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja industry konstruksi yang mengacu pada industry manufaktur dengan pendekatan Lean Production-nya. Adapun penggunaan prinsip Lean dalam sektor konstruksi yaitu dengan menciptakan nilai tambah yang dapat memuaskan pemilik atau owner dan menciptakan efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi.

PENERAPAN PRINSIP LEAN

Penerapan prinsip Lean dalam sektor konstruksi berfokus pada sistem produksi dimana setiap aktivitas yang dilakukan selalu mengusahakan peningkatan value added dan meminimalkan waste, setiap pekerja baik pada struktur bawah terlibat dalam pengambilan keputusan struktur atas sebab para pekerja yang mengetahui kondisi eksisting lapangan, semua tahapan dalam siklus produksi selalu mengacu pada desain, aktivitas konstruksi dilaksanakan berdasarkan keputusan terakhir yang bertanggung jawab, melakukan kegiatan secara sistematis guna mereduksi durasi rantai pasok dan setiap aktivitas yang dilakukan selalu menerapkan prinsip pembelajar dimana selalu memperbaiki setiap waktu.

Teknik-teknik konstruksi ramping tersebut ditujukan untuk menciptakan dukungan terhadap kegiatan pengulangan dengan hal-hal positif dan mereduksi pengulangan negatif selama proses konstruksi, memaksimalkan value dan meminimumkan waste selama penyelenggaraan konstruksi dan perbaikan performa proyek konstruksi secara keseluruhan. Dengan menerapkan prinsip Lean dalam sektor konstuksi akan meningkatkan tingkat efektivitas dan efisiensi pekerjaan di lapangan sehingga protduktivitas akan semakin besar. Dengan meningkatnya produktivitas maka setiap stakeholder akan mendapatkan manfaat yang besar seperti kontraktor menyelesaikan proyek dengan tepat waktu dan biaya dapat ditekan sehingga keuntungan semakin besar serta owner akan mendapatkan objek konstruksi yang sesuai dengan keinginannya.

REFERENSI

Abduh, M. (2021). Pengenalan Lean Construction. Presentasi Perkuliahan S2 ITB.

M.S. Bajjou, A. C. (2018). A Conseptual Model Of Lean Constructon: A Theoretical Framework. Malaysian Construction Research.

37


Teknologi Konstruksi

Figure 1 Prefabricated Modular Office Source : Bruno Giuliani (canva.com)

RESILIENCE STUDIES OF MODULAR AND PREFABRICATED BASED BUILDINGS by Muhammad Ilham Widiyantoko (HMS 17)

I

n recent year, Indonesia has implemented numerous record-breaking modular buildings and pre-fabricated based constructions. Starting from the constituent elements of a mass public infrastructures, to a fully modular buildings such as low-rise hospitals and offices. Although using pre-fabricated based construction enhances pro-

38

ductivity and sustainability, the feasibility of using this technology is still in the area of unknown for Indonesia. The first question that needs to be addressed before contemplating the implementation of this technology, is how will the modular-based buildings promote resilience to the Indonesian communities. Therefore, it’s crucial to recognize the structur-

al robustness of a modular-based building to compensate Indonesia’s natural as well as man-made disaster. In this article, brief discussions are presented around the structural integrity issues as well as its potential to be the state-of-the-art solution to vanquish dynamic (real-time) adversities.

MODULAR CONSTRUCTION

Modular construction is a cutting-edge construction method in terms of productivity and sustainability. With the Design for Manufacturing and Assembly (DFMA) concept, most of the work will be done off-site, making it more quality assured. Decrease in manpower and duration needed to complete the project allow for safer working sites with less impact to the environment. Although Indonesia has not developed much code/standard regarding modular construction, such technology is near-at-hand. The strictness of load and design consideration of Indonesia’s infrastruc-


Figure 2 Typical Failure Mode of SHSS Modular Elements Source : E.-F. Deng, et al. 2018

ceiling beams are made of hollow structural sections (HSS) attributable to their excellent compression, torsion, bending behavior and high strength-to-weight ratio. However, utilizing hollow section comes a variety of challenges. Starting from the limitation of Indonesia’s structural steel producers, up to susceptibility of a local buckling failure mode. The strategy to overcome this challenge is to hybridize modular frames with other lateral-resisting structures in a way that modular frames only support the gravitational loads (DL, SIDL and Service load). Modular’s global behavior are bound within its inter-module connections. Although dual structural system commonly used for highrise modular buildings, inter-module connections are still the key to guarantee structural integrity and prevent progressive collapse of one’s module failure resulting in total building collapse. Variety of post-tension interlocking, bolted and welded connection are being experimented to discover its superiority in terms of suitability to meets its global behavior demand. Like any other conventional-based construction, modular buildings must also comply with SNI 2847 concerning its global behaviors (mode, regularities, drift, P-∆ effect, etc.). ture standard make it difficult to implement on complex installments but this makes for potential usage on the smaller and temporary scale with less design restrictions. The lack of industries focused on developing modular construction makes it hard to meet its growing demand but with the help of government bureaucracies and further studies and research; it is expected to create a spark of interest in developing this technology.

STRUCTURAL INTEGRITY AND RESILIENCE

Structural integrity come handto-hand with the resilience aspect of a building. To be considered resilient, a modular-based building must be able to withstand its demand stresses locally, exhibit a stable global behavior, and governed in ductile failure mode. The most common structural members including columns, floor beams and

The foremost consideration to acquire proper modular-based design it’s to account for its discretization. Using modular-based construction means having more discrete component, likewise more effort needs to be done to ensure its integrity both in planning and assembly phase. The ideal numerical modelling of inter-module connection is needed to attained the proper failure mode and dissipate energy in a stable manner. Therefore, by knowing the elastic-inelastic perfor-

39


Figure 3 Parametric studies conducted in various modular system with response spectrum analysis and linear time history analysis. The study concluded that according to Indonesia code, modularbased building’s failure mode governed by either its strength or inter-story drift

Source : Widiyantoko, 2021

mance of its connection, it is safely to expect “Strong-Column-Weak-Beam”type mechanism occur at the joint or any other ductile mode of failure. Not all strategies and considerations come from the structural aspect. Many of the strategies that are needed to achieve resilience and sustainability derive from our unique challenges and demands. For example, well-insulated homes that will keep their occupants safe if the power goes out, fast-procured connection for dynamic and-or emergency installments, and don’t forget the potential of sustainable material integration within the modular elements. The inspiration behind this innovation is, not only enhances life-safety (resilient construction), but also to promote a better and more sustainable future of the construction industry.

CONCLUSION AND RECOMMENDATION

In conclusion, Indonesia needs to start applying advanced technology to generate infrastructure procurement efforts more effective and efficient. Due to the systematic complexities of modular construction procurement, Indonesia must also consider its complementary systems such as; fabrication, transportation and module assembly. It is crucial to allow the integration and involvement of local and international stakeholders for this technology to be successfully implemented. Because this technology is still new, not only for Indonesia, implementation on a smaller scale can lead to initiating a larger scale movement and possible world’s recognition. Indonesia with its complex yet unique challenges should not be perceived as obstacles, but as an example and reference for the implementation of modular construction technologies.

References

Widiyantoko, Muhammad. “Desain Sistem Modul Rangka Baja Berbasis Kinerja Dalam Inovasi Konstruksi Modular Berkelanjutan Tahan Gempa Di Indonesia”. Bandung Institute of Technology Library, 2021. https://digilib.itb.ac.id/ index.php/gdl/view/55969 Widiyantoko, Muhammad. “Potential Use of Prefabricated Modular Construction for Fast-Response Disaster Relief in Indonesia”. Submitted as Student Essay at International Conference on Disaster Resilient Infrastructure (ICDRI) India, 2021

40


Teknologi Konstruksi

GRAPHENE DALAM KONSTRUKSI : MASA DEPAN PEMBARUAN BETON oleh Azzam Zaki Nahdi (HMS 18)

LATAR BELAKANG

J

ika dibandingkan dengan berbagai industri, kecepatan inovasi industri konstruksi sangatlah lambat. Seperti material beton yang tidak banyak berubah semenjak ditemukannya material tersebut. Namun, belakangan ini, terdapat beberapa inovasi baru yang dapat memberikan nilai tambah pada beton, seperti bakteri yang dapat memperbaiki beton, geopolymer concrete yang tidak menggunakan semen sebagai elemen pengikat, dan beton penyerap CO2. Baru-baru ini, material yang ditemukan pada 2004 dan disebut-sebut sebagai material of 21st century dan berumor akan mendisrupsi hampir seluruh industri, dari industri elektronik, otomotif, penerbangan, sampai industri biomedis, juga akan mendisrupsi industri konstruksi. Material tersebut adalah graphene. Material ini memiliki beberapa properti yang sangat unggul karena selain masanya yang ringan dan luar biasa kuat (mencapai E=1 TPa dan kuat tarik mencapai 130 GPa), ia juga fleksibel dan konduktor yang baik. Aplikasi material ini dapat menghadirkan lembaran filem konduktor yang transparan, badan pesawat yang sangat ringan, dan armor anti peluru yang sangat tipis (S.K. Tiwari, S. Sahoo, N. Wang, A. Huczko, 2020).

APA ITU GRAPHENE?

Graphene adalah material berupa lapisan tunggal sekala atomik dari grafit yang membentuk alotrop senyawa karbon dengan struktur heksagon. Ini adalah bentuk paling sederhana dari alotrop karbon. Bentuk ini memiliki ikatan antar atom karbon (C-C) sependek 0,142 nm yang menjadikannya sangat kuat (S.K. Tiwari, S. Sahoo, N. Wang, A. Huczko, 2020). Joseph Meany, seo-

Gambar 1 (Kiri ke Kanan) Grafit, Struktur Atom Grafit, Struktur Atom Graphene Sumber : S.K. Tiwari, S. Sahoo, N. Wang, A. Huczko (2020)

Gambar 2 Logo University of Manchester dan GEIC Sumber: ca.catax.com

rang peneliti graphene dan nano material 2D, menjelaskan kekuatan graphene secara sederhana. Ujarnya, “selembaran yang cukup dari graphene setipis satu lembar senyawa atom dengan struktur 2 dimensi jika dibentangkan akan dapat menahan sebuah bola sepak” Dalam bidang konstruksi, graphene dapat diaplikasikan dalam beton berupa admixture atau aditif dalam bentuk nanofiller. Dengan menambahkan aditif tersebut, hasil uji tes kuat tarik lentur dapat meningkat sampai 25% dan kuat tekan meningkat sampai 65% (S. Polverino, R. Morbiducci, A. Del Rio Castillo, F. Bonaccorso, 2021).

SEJARAH PENEMUAN GRAPHENE

The Graphene Engineering Innovation Centre atau GEIC adalah pusat inovasi universitas Manchester

adalah salah satu institusi terdepan dalam pengembangan inovasi berbasis graphene. Dr. Lisa Scullion, salah satu manajer aplikasi dalam GEIC menjelaskan bahwa temuan yang mereka dapatkan dalam pencampuran graphene ke dalam campuran beton adalah meningkatnya kekuatan beton yang dapat menurunkan volume beton yang diperlukan secara signifikan. Selain itu, mereka juga menemukan kuat tekan beton awal yang tinggi, menurunnya retak beton secara signifikan pada umur awal beton. Dengan menurunnya jumlah retak beton, risiko masuknya air dan bahan korosif ke dalam beton (Tomorrow's Build, 2021). Bersamaan dengan GEIC, Nationwide Engineering, firma dalam bidang konstruksi, berhasil menghasilkan produk admixture berbasis graphene bernama “Concreten” yang dapat meningkatkan kekuatan

41


beton sampai 30%. Hal ini menurunkan jumlah besar dari volume beton tulangan yang dibutuhkan. Pada bulan Mei 2021, Nationwide Engineering dan GEIC berhasil melaksanakan konstruksi pelat salah satu gym di Amesbury, Wiltshire, Inggris menggunakan admixture concreten. Hasil yang didapat adalah pelat tanpa tulangan ditambah dengan penurunan kebutuhan ketebalan sebesar 30% (Terrance Barkan, 2021). Selain GEIC, Italcementi, perusahaan pemroduksi semen asal Italia juga melakukan riset terhadap aplikasi graphene dalam konstruksi. Sejak bergabungnya Italcementi dengan Graphene Flagship, inisiatif penelitian ilmiah berskala besar Uni Eropa dengan anggaran €1 miliar, pada tahun 2014, berbagai inovasi telah dihasilkan. Salah satunya adalah electrically conductive smart concrete, beton pintar yang konduktif terhadap listrik dari campuran beton dan graphene (E. Borgarello, 2020).

Gambar 3 Pekerja Lapangan Konstruksi Pelat Gym Sumber : Terrance Barkan (2021

APLIKASI GRAPHENE PADA BETON PINTAR

Dengan ini, beton pintar dapat menghasilkan panas dengan mengubah energi listrik menjadi termal dengan beton sendiri yang berlaku sebagai konduktor dan menjadi sumber panas. Hal ini dapat diaplikasikan sebagai penghangat ruangan dan bisa juga sebagai lapisan mortar anti salju untuk bagian luar rumah pada musim dingin (E. Borgarello, 2020). Karena sifat konduktivitas elektrik dan termal beton pintar, maka beton juga akan memiliki sifat piezoresistif, perubahan resistif listrik material konduktor ketika tekanan mekanik diterapkan padanya, maka beton dapat memberikan sinyal elektrik ketika mengalami tegangan pada baton. Dengan ini, beton dapat memonitor dirinya secara langsung tanpa alat tertentu. Temuan ini disebut, Self-Sensing concrete (S. Polverino, R. Morbiducci, A. Del Rio Castillo, F. Bonaccorso, 2021).

42

Gambar 4 Logo Perusahaan Italcementi Sumber: italcementi.it

Selain itu, tim riset juga menemukan beton anti polutan yang dibentuk dengan semen yang dicampur dengan graphene dan Titanium dioksida (TiO2). TiO2, yang memiliki sifat fotokatalis, hanya dapat menyerap sinar UV dan menimbulkan oksidasi pada polutan. Penambahan graphene akan memperlebar spektrum cahaya yang dapat diserap TiO2 dan mempercepat oksidasi (S. Polverino, R. Morbiducci, A. Del Rio Castillo, F. Bonaccorso, 2021).

KESIMPULAN

Seluruh inovasi di atas dapat terjadi dengan penerapan yang lebih fisibel diakibatkan oleh situasi yang mendukung dengan bermunculnya berbagai perusahaan yang dapat memproduksi graphene dalam sekala besar seperti CUMI Grafino, Graphenea, dan AdNano Technologies. Di beberapa negara maju, telah banyak inovasi yang dilakukan, tidak perlu menunggu lama sampai penerapan dalam sekala besar terlaksana, bagaimana dengan Indonesia?


Gambar 5 Aplikasi Beton Pintar Pada Rumah Sumber : S. Polverino, R. Morbiducci, A. Del Rio Castillo, F. Bonaccorso (2021)

REFERENSI

S.K. Tiwari, S. Sahoo, N. Wang, A. Huczko. (Maret 2020). Graphene research and their outputs: Status and prospect. Journal of Science: Advanced Materials and Devices. Vol 5-1. hal 10–29. doi: https://doi.org/10.1016/j. jsamd.2020.01.006. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/ S246821792030006X#bib1. diakses pada 7 januari 2022. S. Polverino, R. Morbiducci, A. Del Rio Castillo, F. Bonaccorso. (2021) TEMA Vol. 7. hal 107-115. doi: 10.30682/tema0701l. https://www.researchgate.net/ publication/349611802_Innovative_construction_materials_graphenebased_smart_composites/citations. diakses pada 7 januari 2022. Tomorrow's Build. (September 2021). Construction's Graphene Revolution Has (Finally) Begun.Youtube. diakses pada 8 januari 2022. Terrance Barkan. (Mei 2021), Greener and cheaper: graphene@manchester solves concrete's big problem. The Graphene Council. https://www.thegraphenecouncil.org/blogpost/1501180/Graphene-Updates?tag=Alex+McDermott. diakses pada 8 januari 2022. Terrance Barkan. (November 2021) How can we make concrete greener (and cheaper)? https://www.thegraphenecouncil.org/blogpost/1501180/ Graphene-Updates?tag=Alex+McDermott. diakses pada 8 januari 2022. E. Borgarello. (Mei 2020). Intelligent concrete that conducts electricity the revolution of graphene reaches the construction sector. Heidelbergcement Group Blog. https://blog.heidelbergcement.com/en/intelligent-concrete-that-conducts-electricity-the-revolution-of-graphene-reaches-the-construction-sector. diakses pada 8 januari 2022.

43


Gambar 1 Ferrocement Sumber : theconstructor.org

FERROCEMENT :

SANG PENYELAMAT BUMI DAN MASYARAKAT DI TENGAH PANDEMI COVID-19 oleh Hanan Fadhilah (HMS 19)

LATAR BELAKANG

I

ndonesia dikelilingi oleh cincin api (ring of fire) sehingga negara ini sering mengalami gempa bumi. Kekuatan gempa bumi yang terjadi beragam, dari yang kecil hingga besar. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan meruntuhkan bangunan-bangunan yang berdiri di atas dataran. Dengan demikian, perlu adanya rekayasa untuk merencanakan bangunan yang resistan terhadap gelombang gempa yang datang.

INOVASI FERROCEMENT

Salah satu inovasi rekayasa ini adalah dengan menggunakan ferosemen (ferrocement). Ferrocement merupakan salah satu jenis dari beton bertulang. Jenis beton bertulang ini memiliki komposisi matriks mortar semen dengan spasi yang rapat. Beberapa lapisan batang halus (mesh) diresapi seluruhnya oleh mortar semen. Ferosemen memiliki karakteristik yang berbeda dengan beton

44


Teknologi Konstruksi

bertulang dan beton prategang dalam hal pengaturan dan penyebaran elemen penguat di dalamnya. Penulangannya tersebar di seluruh struktur. Hal ini menjadikan struktur tipis sehingga mudah dibentuk. Dengan demikian, nilai estetika dan keunikannya tidak perlu diragukan lagi.

yang telah menggunakan ferosemen adalah menara masjid di Jalan Cisitu Lama, Bandung, Jawa Barat. Bangunan ini dibangun pada tahun 1980. Tren penggunaan ferosemen di Indonesia tetap berlanjut, seperti pembangunan kubah Masjid Bagus Kuning Palembang yang dibangun pada tahun 1985.

Penggunaan ferosemen di Indonesia sebetulnya bukan hal yang baru. Selain untuk bangunan konstruksi, ferosemen dapat digunakan untuk membuat pot bunga, taman artifisial, tangki air, saluran air, hingga bahan baku pembuatan perahu. Di Indonesia, bangunan pertama

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN FEROSEMEN

Struktur bangunan yang menggunakan ferosemen lebih kuat dan memiliki umur desain yang lebih lama daripada bangunan konven-

sional. Secara ekonomi, penggunaan ferosemen dapat menguntungkan proyek pembangunan karena proses konstruksi lebih cepat. Selain itu, ferosemen menjadikan berat sendiri suatu bangunan lebih ringan. Biaya pemeliharaannya pun relatif lebih rendah. Namun, teknologi ini tergolong pekerjaan padat karya sehingga cenderung mahal jika diimplementasikan di dunia barat. Akan tetapi, jika harga tenaga kerja murah, biaya proyek lebih rendah. Anggaran untuk tenaga kerja dapat terus berputar daripada dialokasikan untuk material.

Gambar 2 Kubah Masjid Bagus Kuning Palembang yang Telah Menggunakan Ferosemen dengan Bentang 38 meter

45


TINJAUAN TERHADAP PENGARUH GELOMBANG GEMPA

Tabel 1 Kapasitas Maksimum Gempa dan Jenis Tanah di Indonesia Sumber : Tambunan (2012)

Di India, ferosemen menjadi material untuk bangunan tahan gempa. Namun, apakah ferosemen benar-benar menjadi kunci utama kokohnya bangunan yang terimbas gelombang gempa? Analisis terhadap performa dari ferosemen telah banyak dilakukan oleh peneliti di dunia. Tambunan (2012) melakukan perbandingan kinerja antara penggunaan infill frame non-horizontal bar (IFNHB) dan infill frame non-horizontal bar with ferrocement (IFNHBWF). Struktur yang menjadi objek penelitian dikenai pembeban dengan model yang mengacu pada ASTM E212602a (Standard Test Methods for Cyclic (Reserved) Load Test for Shear Resistance of Walls for Buildings) berdasarkan Metode B. Berdasarkan pengujian ini, didapatkan hasil IFNBWF aman untuk diterapkan di seluruh wilayah Indonesia dengan potensi gempa I – IV. Berikut adalah tabulasi besar kapasitas maksimum dinding di wilayah gempa dan jenis tanah di Indonesia. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Guri, Vesho, dan Marku (2020) dengan objek sebuah sekolah di Albania. Hasil pemodelan menunjukkan adanya perbaikan dalam hal daya dukung dan perpindahan. Peningkatan bearing capacity dapat dijelaskan melalui redistribusi kekuatan di pasangan batu bata yang dipasang kembali. Selain itu, distribusi kekuatan geser juga mengalami peningkatan.

ASPEK KEBERLANJUTAN

Prosedur pelaksanaan konstruksi dengan menggunakan ferosemen tidak rumit dan tidak membutuhkan lahan yang luas serta kebutuhan mesin yang kompleks. Hal ini sangat menghemat waktu dan biaya. Ferosemen tidak memerlukan semen terlalu banyak dan termasuk material pracetak sehingga mudah digabung, dipotong, dan dibor. Kondisi ini tidak menghasilkan emisi karbon yang berlebihan. Inovasi material ini memungkinkan untuk menghasilkan material masif dengan harga yang relative lebih rendah. Hal ini sangat terjangkau untuk masyarakat yang tidak

46

Grafik 1 Pushover Curve Setelah Intervensi Titik Performa Sumber : Guri, Vesho, dan Marku (2020)

Grafik 2 Perbandingan Emisi Karbon dari Beberapa Material Sumber: Londhe dan Midhe (2021)


Tabel 2. Jumlah Karbon di Berbagai Material Sumber : Tambunan (2012)

memiliki anggaran terlalu besar. Manajemen seperti ini cocok untuk diterapkan saat ini di tengah kondisi pandemic Covid-19 yang cenderung mengubah perekonomian masyarakat di seluruh dunia.

REFERENSI

Basuki, Kelik Hendro. 2016. "Struktur Alternatif dalam Arsitektur dengan Menggunakan Teknologi Ferosemen." Jurnal Ilmiah Teknologi FST Universitas Nusa Cendana Volume 07 Nomor 02 Edisi September 2016. Guri, Merita, Nikolla Vesho, and Aguljeln Marku. 2020. "Ferrocement Composites for Strengthening of Existing School." International Journal of Scientific Research in Civil Engineering Volume 4 Issue 5. Londhe, Chetana, and Pravin Minde. 2021. "Ferrocement : Cost Effective & Sustainable Construction Material for Low Cost Urban Housing in India." GIS Science Journal Volume 8 Issue 3. Shaheen, Yousry B. I., Hala M. Refat, and Ashraf M. Mahmoud. 2021. "Structural Behavior of Concrete Walls Reinforced with Ferrocement Laminates." Structural Engineering and Mechanics Vol. 78 No. 4 455-471. Tambunan, Teddy. 2012. "Perkuatan Dinding Bata Merah yang Dibebankan Secara Bolak-balik Menggunakan Ferosemen." Jurnal Dimensi Universitas Riau Kepulauan Batam Vol. 1 No. 12 .

47


Teknologi Konstruksi

SANDWICH PANEL :

INOVASI RAMAH LINGKUNGAN DI STASIUN LRT JABODEBEK oleh Kevin Khaedar Nuridwan Putra (HMS 19), Rania Alifah (HMS 19), dan Romi Putra Radiansyah (HMS 19)

Gambar 1 Ilustrasi Stasiun LRT Jabodebek dengan Sandwich Panel Sumber: lrtjabodebek.adhi.co.id

LATAR BELAKANG

B

eton yang biasa dipakai sebagai material konstruksi dinilai kurang ramah lingkungan. Pasalnya menurut Chatham House, semen yang merupakan bahan utama dalam beton menyumbang sekitar 8% emisi karbon dioksida dunia. Oleh karena itu, inovasi material konstruksi ramah lingkungan sangatlah diperlukan untuk mengurangi penggunaan beton. Salah satu inovasi

48

material konstruksi ramah lingkungan adalah sandwich panel.

INOVASI SANDWICH PANEL

Sandwich Panel merupakan inovasi berkonsep ramah lingkungan. Teknologi ini memiliki lapisan logam sebagai bahan konstruksi untuk menghubungkan bangunan. Salah satu penggunaan Sandwich Panel adalah pada Stasiun LRT Jabodebek.

Sebenarnya, nama sandwich panel sendiri berasal dari bentuk materialnya yang menyerupai sandwich. Sandwich panel atau dikenal juga dengan nama insulated panel merupakan material yang terdiri dari tiga lapisan, dengan dua lapisan kulit atau penutup dan satu lapisan inti atau core. Dalam aplikasinya, sandwich panel dapat digunakan sebagai bangunan struktural maupun non struktural. Dalam lingkup


Gambar 3 Stasiun LRT Jabodebek Sumber : lrtjabodebek.adhi.co.id

Gambar 2 Komponen Penyusun Sandwich Panel Sumber: s. Rajkumar, et al (2018)

struktural, material komposit ini biasanya digunakan sebagai dinding ataupun atap. Sandwich panel merupakan material komposit yang terbuat dari dari beberapa bahan penyusun. Lapisan kulit biasanya terbuat dari pelat tipis berbahan dasar baja galvanis. Namun, pelat berbahan keras lain seperti PVC, piring magnesit, atau logam lainnya juga dapat digunakan sebagai penutup lapisan inti. Sedangkan, lapisan inti umumnya terbuat dari wol mineral, styrofoam, Polystyrene, Polyurethane (PU), dan Polyisocyanurate (PIR). Setiap bahan memiliki spesifikasinya masing — masing. Sebagai contoh, Polystyrene memiliki beban yang lebih ringan dibandingkan dengan jenis lainnya, serta harganya yang lebih ekonomis. Namun, styrofoam memiliki kekuatan tahanan yang lebih besar dibandingkan Polystyrene.

KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN

Sandwich panel merupakan material yang menyuguhkan banyak kelebihan. Sandwich panel merupakan material yang ramah lingkungan. Karena panel ini menggunakan bahan yang aman dari zat perusak lapisan ozon. Lalu jika dilihat dari pemasangannya, konstruksi dengan sandwich panel dapat dilakukan setiap saat dengan waktu yang

relatif singkat. Karena umumnya pemasangan sandwich panel dalam konstruksi terbilang mudah. Selain itu, material ini tidak memerlukan finishing sebagai pekerjaan tambahan. Kemudahan dalam pemasangan serta tanpa perlunya finishing dalam konstruksinya membuat biaya pembangunan menjadi lebih hemat Kemudian dari segi kekuatan, material komposit ini memiliki kemampuan untuk meredam getaran suara serta panas dengan sangat baik. Kelebihan tersebut membuat temperatur dan ketenangan di dalam bangunan dapat terjaga. Tidak hanya itu, sandwich panel juga memiliki ketahanan terhadap suhu, zat kimia agresif, serta faktor biologis yang biasanya menjadi kekurangan material lain. Disamping banyaknya kelebihan yang akan didapat, sandwich panel juga memiliki beberapa kelemahan. Sandwich panel merupakan material yang dapat mengalami susut sehingga berpengaruh pada struktur bangunan. Sandwich panel juga kurang mampu menahan beban tambahan yang signifikan. Selain itu, material ini rentan terjadi kerusakan pada bingkai dan pengencang di persimpangan panel karena “titik embun” dan kondensat yang melimpah. Di area sambungan juga sering terjadi pembekuan atau “jembatan dingin” panel karena kurangnya isolasi.

KESIMPULAN

Sandwich panel merupakan teknologi modern yang dapat menjadi alternatif dalam hal pemilihan material. Terbuat dari bahan-bahan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan proyek, membuat sandwich panel cukup fleksibel digunakan sebagai material utama. Selama memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan, material ini dapat menjadi solusi yang tepat dalam mendukung pembangunan yang berorientasi kepada lingkungan yang berkelanjutan. Hal ini, membuat sandwich panel semakin marak digunakan dalam berbagai proyek infrastruktur. Mari kita dukung perkembangan infrastruktur berkelanjutan dengan terus mengembangkan dan menciptakan temuan-temuan baru di bidang teknik sipil.

REFERENSI

Rodgers, Lucy. 2018. “Perubahan Iklim: Inilah Penghasil Emisi CO2 terbesar yang Mungkin Tak Anda Sadari”. https://www.bbc.com/indonesia/majalah-46591036 diakses pada 15 September 2021 Anonim. (2018). Apa Itu Sandwich Panel? Sejarah, Karakteristik & Kelebihan. Diakses dari : https://panellantaiaac.com/sandwich-panel/

49


Teknologi Konstruksi

PERAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM BIDANG TEKNIK SIPIL oleh Syidiq Mulya (HMS 18)

PENDAHULUAN

T

ahukah kamu bahwa teknologi kecerdasan buatan atau istilah kerennya AI (Artificial Intelligence) saat ini sudah banyak diterapkan di berbagai bidang kehidupan? Contohnya dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada Google Assistant, software buatan Google. Kecerdasan buatan bukan hal yang baru, namun perkembangannya selalu menarik perhatian. Kecerdasan buatan adalah simulasi dari kecerdasan yang dimiliki oleh manusia yang dimodelkan dalam mesin dan diprogram agar bisa berpikir seperti halnya manusia. Tujuan kecerdasan buatan adalah untuk menganalisis dan memahami informasi yang diperoleh dan kemudian melakukan tugas eksplisit. Teknologi kecerdasan buatan dalam industri konstruksi sangat baik untuk diaplikasikan karena adanya tiga kemajuan teknologi, yaitu Machine Learning, Deep Learning, dan pemrosesan bahasa alami. Dengan peningkatan teknologi tersebut, dapat meningkatkan algoritma yang telah digunakan dan memungkinkan komputer untuk belajar dari data melalui beberapa pengalaman, pola studi, dan membuat keputusan di bidang pengenalan gambar, teks, suara robot otomatis.

ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM PERENCANAAN KONSTRUKSI

Kecerdasan buatan dibidang teknik sipil termasuk dalam perencanaan desain bangunan. Tahapan perencanaan ini dilakukan melalui Building Information Modelling (BIM). BIM didefinisikan sebagai sistem, manajemen, metode atau runutan pengerjaan suatu proyek yang ditetapkan berdasarkan informasi

50

Gambar 1 Artificial Intelligence dalam Konstruksi Sumber : theconstructor.org

terkait dari keseluruhan proyek yang kemudian di proyeksikan dalam model 3 dimensi.

ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM MANAJEMEN KONSTRUKSI

Dalam hal manajemen konstruksi, kecerdasan buatan digunakan

Gambar 2 AI dalam Perencanaan Konstruksi Sumber : webuildvalue.com


Gambar 3 AI dalam Manajemen Konstruksi Sumber : novade.net

dalam optimasi penggunaan peralatan pada kegiatan konstruksi. Optimasi ini akan menghasilkan produktivitas pekerjaan yang lebih efisien.

ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM REKAYASA GEOTEKNIK

Kecerdasan buatan dalam rekayasa geoteknik digunakan dalam penentuan karakteristik tanah secara real time, prediksi kapasitas geser pada fondasi, estimasi penurunan fondasi, pengecekan likuifaksi, dan analisis stabilitas lereng.

ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM MANAJEMEN TRANSPORTASI

Kecerdasan buatan dalam manajemen transportasi digunakan dalam optimasi waktu dan sinyal lalu lintas, prediksi short time traffic, prediksi kemacetan dan alternatif jalan yang digunakan. Kecerdasan buatan ini akan mengolah dan mempelajari kemacetan dan mengarahkan pengendara ke jalan alternatif agar tidak terjebak macet.

KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN

Secara umum, penggunaan Artificial Intelligence dalam bidang Teknik Sipil memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut. 1.

Menghemat Biaya Konstruksi

Kecerdasan buatan akan membantu memprediksi penggunaan biaya yang berlebih sesuai dengan ukuran proyek dan jenis kontrak yang digunakan. 2.

Mengurangi Risiko Kecelakaan

Kecerdasan buatan memungkinkan kontraktor dan manajer proyek untuk melakukan monitoring dan memprioritaskan risiko di lokasi kerja.

3. Meningkatkan Pekerjaan

Produktivitas

Kecerdasan buatan dengan menggunakan mesin self-driving untuk melakukan kegiatan berulang seperti menuangkan beton, pengelasan, pembongkaran, dan briclaying lebih efisien dibandingkan dengan tenaga manusia. Selain itu juga penggunaan gawai pengenalan wajah, kamera di tempat akan membantu manajer proyek dalam melakukan monitoring pekerjaan secara real-time sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Adapun kekurangan penggunaan Artificial Intelligence dalam bidang Teknik Sipil ialah sebagai berikut. 1.

Harganya Mahal

Kecerdasan buatan digunakan oleh organisasi yang mampu membayar biaya implementasi dan pemeliharaannya. Penggabungan robot dan mesin akan menggunakan biaya yang besar. 2. Berpotensi Meningkatkan Pengangguran Penggunaan kecerdasan buatan pada kegiatan konstruksi akan membutuhkan penggunaan sumber daya manusia yang lebih sedikit, sehingga berdampak negatif pada pasar kerja.

REFERENSI

Neenu S K. n.d. "Artificial Intelligence (AI) Techniques in Civil Engineering." The Constructor. theconstructor.org/ artificial-intelligence/artificial-intelligence-techniques-civil-engineering/553331/. Novade. 2021. "Artificial intelligence in construction management: the ethical imperative." Novade. 31 May. novade. net/ai-in-construction-management-the-ethical-imperative/. We Build Have. 2018. "The promise of artificial intelligence." We Build Have - Digital Magazine. 26 April. webuildvalue.com/en/megatrends/the-promise-of-artificial-intelligence.html.

51


Teknologi Konstruksi

MENGUNGKAP RAHASIA REKAYASA KATEDRAL ST. PAUL DENGAN LASER SCANNERS oleh Harum Kurnia Jayanti (HMS 19)

PENDAHULUAN

P

ada tahun 2014, tayangan televisi berjudul Time Scanners oleh National Geographic menyajikan rahasia di balik konstruksi struktur masif dan bersejarah di dunia dengan memanfaatkan suatu teknologi terobosan sains yaitu Mobile Laser Scanners yang dapat mengungkap dan mengeksplorasi bangunan yang tidak dapat dilakukan oleh mata manusia. Perolehan data dianalisis melalui perspektif salah satu ahli struktur terbaik di dunia yaitu Steve Burrows, seorang pakar struktur modern yang telah menciptakan stadion-stadion ikonik di dunia.

RAHASIA KEMEGAHAN KATEDRAL ST. PAUL DI LONDON

Salah satu bangunan yang berhasil dikupas rahasia dibalik kemegahan strukturnya adalah Katedral St. Paul di London. Pada masa English Civil Wars (1642-1651), bangunan katedral ini rusak berat sehingga pada tahun 1660 Christopher Wren, seorang profesor astronomi di University of Oxford, ditunjuk untuk memperbaikinya. Namun sebelum ia memulai pengerjaannya, katedral ini hancur karena Great Fire of London. Akhirnya pada tahun 1675 desain Christopher Wren untuk katedral ini disetujui dan pembangunan pun dimulai. Kubah katedral ini merupakan sebuah ilusi optik yang menyembunyikan rahasia karena apa yang dilihat dari dalam katedral bukan objek yang sama jika dilihat dari luarnya. Kubah ini terdiri dari 3 lapis bagian di dalamnya, yaitu kubah paling bawah, kerucut di bagian tengah, dan kubah paling luar. Kubah paling bawah adalah kubah yang terlihat dari dalam katedral. Di luarnya terdapat kerucut bata setebal 2 lapis setinggi 25meter yang merupakan struktur utama yang menopang semua beban hingga ke bagian kubah paling bawah yang ditahan oleh 32 buttress. Kerucut ini lah yang menjadi rahasia utama Gambar 1 Katedral St. Paul di Malam Hari Sumber : McLeodPhotographyLondon (canva.com) 52


Gambar 2 Katedral St. Paul Sumber : Menaiki Dome di Katedral St Paul dan Jelajahi Galeri, Artikel (g-switch.org)

yang disembunyikan Christopher Wren dari masyarakat London. Buttress yang menerima beban dari kerucut kemudian diteruskan ke pondasi dengan 8 pilar besar yang berkamuflase. Wren sengaja mendesain buttress dan kolom dalam bentuk peristyle untuk menciptakan atmosfer spasial yang luas tanpa pilar - pilar yang mengganggu keindahan kubah dan kemegahan katedralnya. Jika dilihat pada gambar, pilar yang ada hanya mencapai arch pada level pertama, namun hasil pemindaian oleh Tim Time Scanners menunjukkan bahwa pilar yang menopang keseluruhan beban kubah ini menjulang dari pondasi hingga ke dasar kubah. Wren berhasil menciptakan penyamaran untuk pilar-pilar masif dan membuat keseluruhan katedral menjadi sangat luas.

PERMASALAHAN PONDASI KATEDRAL ST. PAUL

Gambar 3 Kubah Katedral Sumber : Penn State University Libraries Architecture

Selain rahasia pada kubah raksasanya, di balik permukaan bangunan Renaisans ini tersimpan sebuah rahasia lainnya. Dalam proses pembangunan katedral, Wren menghadapi sebuah masalah besar karena kesalahannya dalam memilih material untuk alas pondasi. Wren memilih material lempung sebagai alas pondasinya sehingga dalam proses konstruksi, beban dari struktur yang telah dibangun menyebabkan terjadinya konsolidasi dan settlement yang menyebabkan keseluruhan katedral ini amblas selama proses konstruksi. Situasi ini menyebabkan kubah raksasanya juga dalam kondisi yang berbahaya dan dapat mengakibatkan kubahnya tidak tegak sehingga menjadi

53


“The Leaning Dome of St. Paul’s Cathedral”. Permasalahan ini ditunjukkan dari adanya keretakan dan kemiringan pada dinding bata di katedral. Burrows mencoba memastikan besar penurunan pada struktur luarnya dan pergeseran pada kubahnya. Hasil pemindaian laser dianalisis dengan mengukur jarak antara garis horizontal maya di suatu ketinggian struktur dengan suatu level di bawahnya di sepanjang katedral. Didapatkan bahwa jarak setiap titik berbeda-beda dengan perbedaan terbesar senilai 7.5 cm dan hal ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan panjang fasad katedral. Wren berhasil mengatasi settlement yang terjadi melalui penguatan pondasi dan tembok di bawahnya dengan memperbaiki dan menyesuaikan tiap susunan batu saat proses konstruksi sehingga proses konsolidasi berhenti. Pada saat Wren membangun puncak dari bagian utama katedral, ia berhasil membuat kubahnya berdiri dengan tegak sempurna. Hasil pemindaian laser scanners juga mengekspos detail sejarah yang pernah dialami katedral ini, yaitu serangan bom oleh Jerman pada Perang Dunia II.

54


Gambar 5 Pilar Peristyle Sumber : “Time Scanners: St. Paul’s Cathedral” oleh National Geographic Channel

Gambar 4 Kubah Katedral St. Paul Sumber : Victorburnside (canva.com)

PENGGUNAAN LASER SCANNER

Kegunaan laser scanner pada dunia konstruksi membantu rekayasawan dalam mengungkapkan sejarah konsturksi struktur-struktur tua bersejarah yang masih berdiri hingga saat ini. Dari teknologi ini, diharapkan rekayasawan dapat mengambil ilmu dan inspirasi dari teknik konstruksi masa lalu. Keberadaan teknologi ini juga dapat membantu dokumentasi dan restorasi situs-situs bersejarah yang menyimpan nilai-nilai berharga bagi peradaban manusia tanpa mengurangi orisinalitasnya. Dengan mempelajari teknik-teknik masa lampau, diharapkan dapat melahirkan inovasi-inovasi konstruksi dan infrastruktur yang berkelanjutan di masa yang akan datang.

REFERENSI

Acaster, L. National Geographic. “Time Scanners: St. Paul’s Cathedral”. National Geographic Channel. 2014. Britannica, T. Editors of Encyclopaedia. "Saint Paul's Cathedral." Encyclopedia Britannica, October 15, 2019. https://www.britannica.com/topic/ Saint-Pauls-Cathedral-London.

55


Isu Ketekniksipilan

Gambar 1 Pekerja Konstruksi di Masa Pandemi Sumber : World Bank Blogs

KONSTRUKSI BERSAMA PANDEMI : TRANSISI & KONSTRUKSI DI MASA PANDEMI oleh Azka Syarifa Amani (HMS 19), Maudy Anisa Fanani (HMS 19), dan Yehezkiel Andreas (HMS 19)

56


LATAR BELAKANG

P

andemi telah menjadi bagian baru dari hidup kita sejak Maret 2020 silam, berbagai aspek kehidupan masih terus berusaha menyesuaikan diri. Keadaan makin menjauh dari kata baik. Jumlah kasus positif di Indonesia terus meningkat tanpa kendali. Angka kematian juga beriringan bersamanya. Kehidupan jauh dari kata normal, sesuatu yang sempat kita kira pernah begitu dekat kala itu. Transisi harus dilakukan demi keberlanjutan. Konstruksi merupakan satu dari sekian yang harus bergerak menyesuaikan keadaan ini. Pandemi mengharuskan kita untuk

memahami pentingnya jarak demi rasa aman. Pembatasan interaksi sosial dan perkumpulan manusia di tempat umum membuat berbagai pekerjaan termasuk pekerjaan konstruksi harus ditunda sementara bahkan dihentikan. Menanggapi perubahan ini, berbagai kebijakan harus diperbarui agar sektor konstruksi tetap berjalan, mengingat perannya yang esensial bagi keberlangsungan negeri ini. Segala yang selalu semudah bertatap muka perlu dibatasi dengan kegiatan daring, banyak regulasi yang berubah demi menyesuaikan. Sejauh mana pandemi menarik kita menuju perubahan? Apakah dampaknya justru baik? Atau lebih buruk?

PERUBAHAN REGULASI

Keterlambatan pembangunan infrastruktur menjadi salah satu dampak dari pandemi Covid-19 di Indonesia. Namun, Kementerian PUPR tetap berkomitmen agar sektor konstruksi tetap berjalan karena memiliki peran yang penting dalam pergerakan ekonomi rakyat. Dalam rangka penyelenggaraan konstruksi, muncul regulasi baru yang dikeluarkan untuk memberikan perlindungan terhadap para tenaga kerja konstruksi. Pada 27 Maret 2020 diterbitkan Instruksi Menteri No. 02/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Coronavirus Disease (Covid-19) dalam penyelenggaraan

57


Gambar 2 Pekerja Konstruksi Menggunakan Masker saat Bekerja Sumber : cavanimages (canva.com)

jasa konstruksi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan mayoritas pelaku usaha yang disurvei menyatakan mengalami penurunan pendapatan sejak pandemi Covid-19. Di sektor konstruksi penurunan yang terjadi cukup besar yaitu 87,94 %, angka tersebut membuat sektor konstruksi berada pada peringkat ke-4 sebagai sektor yang terkena dampak pandemi paling besar. Aktivitas ekonomi juga terus berkurang sejak pandemi, sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal 1 tahun 2020 turun menjadi 2,97 %. Konstruksi yang memberi kontribusi sebesar 10,7 % terhadap PDB, pertumbuhannya pun menurun menjadi 2,9 % di

58

kuartal 1 tahun 2020. Kebijakan prioritas Kementerian PUPR mengalami perubahan sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden RI No. 4 tahun 2020 yang memberikan instruksi kepada Menteri PUPR, untuk melakukan percepatan penyiapan dan pembangunan infrastruktur yang diperlukan dalam rangka penanganan Covid-19. Dari besaran awal DIPA sebesar Rp120,2 triliun, mengalami realokasi anggaran Rp44,58 triliun sehingga menjadi Rp75,63 triliun. Realokasi anggaran juga dilakukan dengan mengubah paket-paket Single Years (SYC) 2020 menjadi paket-paket Tahun Jamak (MYC). Untuk mendukung percepatan penanganan Covid-19, Kementerian PUPR juga melakukan

refocusing kegiatan dengan anggaran sebesar Rp1,829 triliun. Anggaran tersebut dimanfaatkan untuk pekerjaan yang bersifat mendesak seperti pembangunan Fasilitas Penampungan/Observasi/Karantina di Pulau Galang, Kota Batam.

PENGARUH PELAKSANAAN UMUM DAN SITE MANAGEMENT

Pelaksanaan konstruksi secara umum harus dilakukan dengan protokol kesehatan. Mulai dari menjaga jarak, menggunakan masker, hingga mencuci tangan. Pembatasan sumber daya manusia juga perlu dilakukan untuk memaksimalkan hal ini. Kementerian PUPR mengeluarkan Instruksi Menteri yang merupakan


Gambar 3 Dampak Pandemi terhadap Lapangan Usaha Sumber : ekonomi.bisnis.com

keuangan yang cukup baik sehingga dapat melaksanakan proyek konstruksi dengan baik.

KESIMPULAN

langkah awal untuk memberikan perlindungan terhadap penyelenggaraan jasa konstruksi yang tengah berlangsung. Kebijakan ini tentunya berdampak banyak kepada jumlah tim yang diperbolehkan terlibat dalam konstruksi di site. Pemanfaatan data dan teknologi dalam keberjalanan konstruksi dapat membantu menanggulangi reduksi pekerja. Kegiatan yang selalu dilakukan dengan offline dapat dimaksimalkan dengan pemanfaatan teknologi atau mode kerja hybrid.

STRATEGIC PLANNING

Pandemi Covid-19 menjadi tantangan baru dalam penyeimbangan sumber daya (tenaga kerja dan pendanaan) di sektor infrastruktur. Tingginya target pemerintah serta ekspektasi masyarakat atas layanan infrastruktur yang berkualitas tentunya harus terpenuhi. Hal yang perlu dilakukan dengan menerapkan pendekatan terstruktur yang mencakup industri (makro) dan lokasi (mikro), baik dari faktor eksternal maupun internal. Sebagai penunjang dan juga untuk kegiatan pemantauan dan evaluasi di lapangan diperlukan data informasi tenaga kerja dari seluruh kategori yang teregistrasi dengan profil data tenaga kerja yang lengkap. Strategi ini dapat diaktualisasikan melalui program-program kerja berbasis penerapan teknologi digital seperti pelatihan dan sert-

ifikasi tenaga kerja jarak jauh untuk seluruh kategori tenaga kerja yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.

COST

Sektor konstruksi merupakan salah satu penyumbang PDB terbesar bagi perekonomian Indonesia. Namun, saat ini sektor konstruksi sedang mengalami tantangan untuk bertahan di tengah PDB yang sedang mengalami kontraksi akibat Covid-19. "Cita-cita awalnya adalah melalui konstruksi dapat menghubungkan suatu kegiatan yang ekonomis dari satu tempat ke tempat yang lain, namun karena pandemi menjadi tertunda pengerjaan proyeknya," kata Lucky Bayu Purnomo dari lembaga riset LBP Institute. Lucky menyarankan agar perusahaan konstruksi untuk mengatur ulang dana belanja modal (capital expenditure/capex) dan belanja operasional (operational expenditure/ opex). Sementara itu secara terpisah, lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings dalam rilis laporannya mengenai BUMN konstruksi menyatakan realisasi anggaran untuk sektor infrastruktur menjadi kunci pemulihan sektor konstruksi yang sempat terkena dampak sangat parah dari pandemi COVID-19. Beberapa memiliki kemampuan

Pandemi Covid-19 telah memberikan banyak dampak dalam sektor konstruksi, mulai dari regulasi, perekonomian, pelaksanaannya, hingga strategi yang perlu dilakukan. Perubahan tidak selalu buruk, selain transisi demi penyesuaian, perubahan juga menyadarkan kita akan potensi yang mampu dimanfaatkan lebih jauh dalam pengembangan dan pelaksanaan konstruksi. Dengan adanya kebijakan untuk membantu menyesuaikan, diharapkan sektor konstruksi tetap dapat terus bergerak dengan optimis dan bertahan di masa pandemi agar selalu menjadi salah satu pendongkrak perekonomian Indonesia.

REFERENSI

pwc.co.uk.How construction organisations can begin to "build back better, build back greener, build back faster". Diakses pada 19 Juli 2021 dari https://www.pwc.co.uk/industries/engineering-construction/ insights/how-construction-organisations-can-begin-to-build.html Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.2020.Buletin Konstruksi. Edisi 4 Tahun 2020. Jakarta. http://binakonstruksi.pu.go.id/ jdownloads/Buletin/Buletin_2020/ Buletin_Konstruksi_4_20.pdf Timorria, Lim Fathimah. 2020. Survei BPS : Covid-19 Tekan Semua Sektor Usaha. Diakses pada 19 Juli 2021 dari Survei BPS : Covid-19 Tekan Semua Sektor Usaha - Ekonomi Bisnis.com Syarif, Mohar. 2020. Ekonom: Sektor Konstruksi Jadi Prioritas Topang Ekonomi. Diakses pada 19 Juli 2021 dari Ekonom: Sektor Konstruksi Jadi Prioritas Topang Ekonomi | Neraca. co.id Fauzian, Rizkie. 2020. Proyek Tertunda karena Covid-19 Capai Rp44,58 Triliun. Diakses pada 19 Juli 2021 dari Proyek Tertunda karena Covid-19 Capai Rp44,58 Triliun Medcom.id

59


Isu Ketekniksipilan

Gambar 1 Ilustrasi Proses Konstruksi Sumber : globalcstorefocus.com

NEW ERA 5.0: SIAPKAH KONSTRUKSI INDONESIA?

oleh Kevin Khaedar Nuridwan Putra (HMS 19), Rania Alifah (HMS 19), dan Romi Putra Radiansyah (HMS 19)

PENDAHULUAN

I

ndonesia merupakan salah satu negara yang masih berada dalam tahap transisi menuju modernisasi. Penyesuaian di berbagai sektor tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Namun di samping itu, dunia terus mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Belum lama ini, Jepang telah mencetuskan konsep era baru bernama society 5.0. Secara sederhana, era society 5.0 merupakan sebuah konsep pemanfaatan teknologi modern yang mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya. Dengan adanya era baru tersebut, siapkah konstruksi Indonesia? Sudah menjadi keharusan bagi kita semua untuk beradaptasi dan berubah menghadapi era New Normal 5.0 ke depan. Hal ini disebabkan oleh persaingan global yang mengharuskan kita untuk menanggapi perkembangan teknologi dengan cepat dan sigap. Berbagai persiapan telah dan sedang dilakukan oleh pihak-pihak pemangku jabatan. Meningkatkan konektivitas dalam menghadapi New Normal menjadi kunci penting dan harus dilaksanakan dari hulu sampai hilir yang melibatkan banyak pemangku jabatan.

KONDISI SEBELUM PANDEMI

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, Indonesia sudah cukup

60

baik dalam menghadapi revolusi industri 4.0 khususnya dalam sektor konstruksi hal ini terbukti secara masif dalam penerapan Building Information Modelling (BIM) pada berbagai tahapan pekerjaan sektor konstruksi. Begitu juga dalam sisi pengembangan dan pembangunan Sumber Daya Manusia sektor konstruksi sudah mengimplementasikan perkembangan revolusi industri 4.0 seperti penggunaan Distance Learning. Dengan kondisi sebelumnya di sektor konstruksi yang sudah berkembang menggunakan teknologi dari revolusi industri 4.0 seharusnya Indonesia memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan optimis dalam menghadapi Era New Normal 5.0. Kondisi ini juga sejalan dengan rencana pemerintah untuk menghadapi dan memasuki era new normal pasca pandemi Covid-19.

TARGET PEMERINTAH

Sebagai regulator dan penentu kebijakan pemerintah menjadi pemeran utama dalam kesiapan Indonesia menghadapi era new normal. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) harus tampil terdepan serta berkomitmen dengan segala kebijakan dan program yang disusun untuk mempersiapkan konstruksi era new normal. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 2 Ta-


Informasi (TI) akan dibangun Base Transceiver Station (BTS) di 5.053 lokasi di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) serta Palapa Ring di Indonesia bagian barat 40%, tengah 30%, dan timur 30%. (nr/ds) Dengan terjadinya pandemi Covid-19 tidak bisa dipungkiri bahwa target dari pembangunan pemerintah tertunda dan tidak bisa mencapai target. Maka dari itu diperlukan strategi dan katalisator demi tercapainya pembangunan yang efektif dan efisien dalam implementasinya.

KONDISI SEKARANG

Industri 4.0 dan new normal telah mendorong kita untuk lebih cepat, lebih kreatif, dan lebih inovatif menanggapi keadaan dan mengambil kebijakan. Digitalisasi sektor konstruksi menjadi langkah strategis dalam menghadapi era new normal, digitalisasi perlu dilakukan secara komprehensif dari mulai pembangunan sumber daya manusia sampai kepada sistem rantai pasok konstruksi. Digitalisasi juga harus dilakukan dari hulu ke hilir dengan mengandalkan konektivitas. Pada sektor hulu, digitalisasi dapat dilakukan untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan memiliki nilai jual yang tinggi. Pada sektor hilir, digitalisasi dapat menghasilkan tenaga kerja yang produktif karena memiliki kualitas yang tinggi. Strategi ini sedang dan telah dilaksanakan oleh berbagai lembaga melalui berbagai program kerja seperti pelatihan dan sertifikasi jarak jauh untuk seluruh kategori ketenagakerjaan.

Gambar 2 Target Output Strategis 2021 Sumber: kemenkeu,go.id

hun 2017 tentang Jasa Konstruksi, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi memiliki tugas dan fungsi pembinaan jasa konstruksi. Perlu disadari juga bahwa konstruksi memiliki peran penting untuk pembangunan di Indonesia karena mampu menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang. Maka dari itu, pengembangan dan persiapan bagi jasa konstruksi harus dipersiapkan secara matang dan dilaksanakan secara masif. Adapun target output strategis 2021 untuk pelayanan dasar adalah pembangunan rumah susun dan rumah khusus sebesar 10.706 unit, bendungan sebanyak 53 unit dimana 43 unit sedang dibangun dan 10

bendungan baru. Kemudian, akses sanitasi dan persampahan untuk melayani 1.643.844 Kepala Keluarga (KK), jaringan irigasi dibangun sepanjang 600 km, yang direhabilitasi sepanjang 3.900 km, dan jaringan irigasi tanah sepanjang 100 km. Sedangkan untuk konektivitas akan dibangun jalan sepanjang 965,4 km, jembatan sepanjang 26,9km, jalur kereta api 446,56 kilometer spoor (km’sp), dan bandara 10 unit/lokasi. Untuk bidang energi dan ketenagalistrikan yaitu pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga sebanyak 120.776 Sambungan Rumah Tangga (SR), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rooftop & PLTS Cold Storage sebesar 11,8 MegaWatt-peak (MWp). Untuk Teknologi

REFERENSI

Media Informasi dan Komunikasi Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 17 Desember 2020, “Pemerintah siapkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur tahun 2021 sebesar Rp417,8 triliun”, Diakses dari kemenkeu.go.id, Media Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Edisi 4 Tahun 2020, “Kebijakan dan Perubahan di Sektor Jasa konstruksi di Masa Pandemi”

61


Isu Ketekniksipilan

DIBALIK EKSISTENSI ROBOT DALAM KONSTRUKSI: ANCAMAN ATAU KESEMPATAN? oleh Nur Rama Adamas (HMS 20)

LATAR BELAKANG

F

akta bahwa teknologi terus berkembang tidak dapat dielakkan. Dalam 4 dekade, lanskap teknologi yang dimiliki umat manusia telah berubah menjadi sangat canggih melebihi bagian manapun dari sejarah (Simonite, 2016). Meskipun tidak semasif disiplin ilmu lain, perkembangan teknologi juga menyentuh dunia konstruksi. Kemunculan teknologi ini memberikan banyak kemudahan dalam membangun sebuah bangunan. Efektivitas dan efisien yang selama ini dipermasalahkan dalam bidang ini tidak akan lagi menjadi hambatan besar. Hasil yang diberikan pun akan memberikan tingkat presisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produk kerja tenaga manusia.

ROBOTIK DALAM DUNIA KONSTRUKSI

Robotik merupakan salah satu bagian teknologi yang digunakan dalam dunia konstruksi. Sejak tahun 1960-an, para ilmuwan telah mengeksplorasi potensi teknologi ini untuk dapat diaplikasikan dalam proses pembangunan infrastruktur. Berikut merupakan beberapa produksi robot yang dinilai berhasil diterapkan dalam bidang konstruksi.

JEMBATAN CETAK 3D

Tahun 2018, Belanda berhasil menciptakan jembatan yang dibangun oleh empat robot MX3D selama enam bulan. Pembangunan jembatan yang memiliki panjang 12.5 meter dan lebar 6.3 meter ini akhirnya mendapatkan penghargaan dari Pioneers Challenge, Dutch Design Awards and STARTS

62


Gambar 1 Ilustrasi Robot dalam Proses Konstruksi Sumber : nikifour.co.id

63


Prize 2018 karena berhasil menciptakan jembatan yang pertama kali dibangun oleh tenaga robot. Disebutkan dalam laman warstek.com, proses pembangunan jembatan menggunakan kinerja robot industri yang diprogram untuk membuat jembatan lapis demi lapis. Robot ini akan mencetak jembatan dalam bagian-bagian besar berukuran 1 meter. Kemudian, tiap bagian tersebut akan dirangkai bersama sehingga membetuk suatu struktur logam yang kompleks dan kuat untuk menopang beban berat, serta memiliki bentuk yang indah.

ROBOT PEMBUAT SERAT KOMPOSIT

Gambar 2 Jembatan Cetak 3D di Belanda Sumber: tek.id

Para arsitek dan insinyur di Politecnico di Milano’s Lab mengembangkan teknologi yang bernama Atropos sebagai robot pembuat serat komposit. Mereka menyebutkan, inspirasi pembuatan robot ini datang dari perilaku laba-laba dan ulat sutra yang berbasis serat serta perilaku sistem kerja serat otot dan tendon pada manusia. Dari penemuan ide tersebut, Atropos dirancang sebagai robot berlengan enam sumbu yang dapat mencetak serat komposit secara terus-menerus dan diharapkan mampu menciptakan bangunan struktur yang lebih besar.

ANCAMAN ATAU KESEMPATAN?

Klaim bahwa robot-robot dapat bekerja lebih baik daripada manusia diyakini akan menjadi ancaman bagi lahan mata pencaharian mereka. Walaupun peran manusia masih penting dalam mengoperasikan robot, jumlah penggunaan tenaga kerja di dunia konstruksi tetap akan dikurangi secara keseluruhan (Sklar, 2015). Kekhawatiran ini semakin menguat ketika data menunjukkan tingkat partisipasi pekerja dari tahun ke tahun terus menurun sejak tahun 1990-an (Pew Research Center, 2014). Namun, apakah benar teknologi robot ini adalah ancaman? Proses otomatisasi robot memang mampu mengubah lanskap profesi di masa depan. Akan tetapi, manusia akan selalu menemukan cara kreatifnya sendiri untuk menggunakan keahlian dan keterampilannya demi mendapatkan sebuah pekerjaan (Wagner, 2011). Bahkan, munculnya teknologi yang dianggap mengacaukan tatanan, pada gilirannya akan benar-benar menghancurkan pekerjaan yang lama dan pada saat yang sama akan menciptakan pula pekerjaan yang baru (Tucker, 2011). Berdasarkan paparan tersebut, jawaban perihal apakah robot dapat menjadi ancaman ataukah tidak bergantung pada sikap dan

64


Gambar 3 Robot Atropos Sumber: archdaily.com

kemampuan manusia itu sendiri. Jika mereka mampu mengembangkan keterampilan dan kemampuannya, keberadaan robot ini akan menjadi kesempatan yang baik untuk menciptakan kolaborasi sehingga mampu menghasilkan produk konstruksi yang sangat berkualitas. Sebaliknya, jika manusia tetap diam dan tidak melakukan pengembangan diri, posisi mereka dalam dunia pekerjaan manapun akan sepenuhnya dihapuskan dan digantikan oleh teknologi robot. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan manusia untuk menjadikan teknologi robot ini sebuah kesempatan adalah dengan menambahkan keahlian baru pada pekerjaan yang sudah ada (retrofitting), menggabungkan keterampilan dan kegunaan dari pekerjaan atau industri yang berbeda demi menciptakan spesialisasi baru (blending), serta membantu penyelesaian masalah yang dihadapi pada kondisi masa depan sebagai akibat munculnya kebutuhan-kebutuhan baru (problem solving) (Wagner, 2011). Dengan demikian, jika cara ini berhasil dilakukan, perkembangan dunia konstruksi di Indonesia dalam membangun fasilitas infrastruktur negara akan berjalan sangat cepat karena berhasil menggabungkan dukungan dari dua sektor penting, yaitu teknologi dan manusia.

REFERENSI

Alfimansyah, Muhammad. 2020. warstek.com. Desember 12. Accessed Januari 3, 2022. https:// warstek.com/robotik-konstruksi/. Center, Pew Research. 2014. “AI, robotics, and the Future of Jobs.” AI, robotics, and the Future of Jobs 7. M. Galieh Gunagama, Nur Fitri Lathifa. 2017. “Automatictecture : Otomatisasi Penuh dalam Arsitektur Masa Depan.” Jurnal Arsitektur NALARs Volume 16 1-18. Simonite, T. 2016. Moore’s Law Is Dead. Now What? Mei 13. Accessed Januari 3, 2022. https:// www.technologyreview.com/s/601441/mooreslawisdeadnowwhat/1/5. Sklar, J. 2015. Robots Lay Three Times as Many Bricks as Construction Workers. September 2. Accessed Januari 3, 2022. https://www.technologyreview.com/s/540916/robots-lay-threetimes-as-many-bricks-as-construction-workers/. Tucker, P. 2011. “A Clash of Ideas and Ideals.” The Futurist: 70 Jobs for 2030. Wagner, C. G. 2011. “Emerging Careers and How to Create Them.” The Futurist: 70 Jobs for 2030.

65


Isu Ketekniksipilan

INTEGRASI TRANSPORTASI UMUM:

EFEKTIFKAH MENGURANGI KEMACETAN DI KOTA METROPOLITAN? oleh Fauzan Rizki Muharam (HMS 19)

Gambar 1 Integrasi Antarmoda di Stasiun MRT Fatmawati, Jakarta Sumber : jakartamrt.co.id

66


Gambar 2 Jaringan Transportasi Kereta di Tokyo, Jepang Sumber : matcha-jp.com

LATAR BELAKANG

B

anyak masalah transportasi yang erat kaitannya dengan negara berkembang, salah satunya kemacetan lalu lintas. Hal ini biasa terjadi di daerah perkotaan padat penduduk dengan kurang tertatanya perencanaan tata ruang, serta tidak teraturnya transportasi umum. Tentunya hal ini menjadi masalah yang cukup sering terjadi di kota-kota besar di dunia. Melansir dari merdeka.com, kerugian akibat kemacetan di salah satu kota metropolitan di Indonesia, Jakarta, ditaksir mencapai Rp. 65 triliun. Angka tersebut bukanlah nilai yang kecil jika seandainya kerugian tersebut dapat dipakai untuk membangun infrastruktur penunjang transportasi umum lainnya. Selain kerugian material dan waktu, kemacetan dapat meningkatkan emisi karbon akibat pembuangan gas kendaraan bermotor yang berlebihan. Tentunya hal ini bukan hal yang baik bagi lingkungan.

SISTEM TRANSPORTASI TERINTEGRASI

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kemacetan yang terjadi di kota-kota metropolitan di Indonesia. Akan tetapi, penanggulangan kemacetan tersebut tidak dibarengi dengan pengendalian pertumbuhan kendaraan. Dampaknya, usaha yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi masalah kemacetan di Indonesia masih belum dika-

takan optimal. Berkaca pada masalah kurang teraturnya tata ruang di kota metropolitan, alternatif solusi yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah melakukan integrasi transportasi umum/publik dengan baik. Berdasarkan Murray (2001), transportasi publik merupakan komponen penting dalam pengelolaan sistem perkotaan. Transportasi publik dianggap dapat memperbaiki dan meningkatkan bentuk kota. Tamin (2000) turut memberikan pendapat, transportasi umum yang terintegrasi dapat menyelesaikan permasalahan transportasi yang umumnya terjadi di perkotaan. Salah satu negara yang sukses menerapkan sistem transportasi terintegrasi ini adalah Jepang. Kota Tokyo, digadang-gadang menjadi pusat kegiatan masyarakat Jepang, sukses mengembangkan transportasi umum yang terintegrasi secara baik. Jaringan angkutan antarkota di Jepang pada umumnya menggunakan kereta api cepat dan jaringan bus berhubungan. Kedua sarana transportasi ini mampu menjangkau setiap bagian strategis di Kota Tokyo. Berikut ini adalah gambar jaringan transportasi kereta di Kota Tokyo. Gambar di atas menunjukkan betapa rumitnya sistem jaringan transportasi di Kota Tokyo. Sistem yang dipakai inilah yang sedang dikembangkan di beberapa kota metropolitan Indonesia, khususnya kota Jakarta. Di Kota Jakarta saat ini tengah dilakukan pembangunan infrastruktur terintegrasi, seperti pembangunan jarin-

67


Gambar 3 Jaringan Transportasi Umum Jabodetabek Sumber : transportforjakarta.com gan KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Line, MRT (Mass Rapid Transit), dan LRT (Light Rail Transit). Selain itu, dilakukan perbaikan sistem jaringan bus Trans Jakarta dan angkutan umum sehingga terintegrasi pada Jaringan Transportasi Jabodetabek. Saat ini, di Kota Jakarta telah ada peta jaringan transportasi umum untuk setiap moda yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.

KEBERLANJUTAN SISTEM TRANSPORTASI TERINTEGRASI DI INDONESIA

Kesuksesan pembentukan transportasi umum terintegrasi ini mampu mengeluarkan Kota Jakarta dan sekitarnya dari daftar 10 kota termacet di dunia pada tahun 2020. Prestasi ini berhasil dicapai dengan menurunkan angka kemacetan dari 53% ke 36%. Pencapaian lainnya yaitu mendapatkan penghargaan sebagai kota dengan perubahan transportasi terbaik di dunia berdasarkan STAward.org. Pencapaian ini tentunya menjadi suatu asa dan harapan baru bagi kota-kota metropolitan lain di Indonesia. Harapannya, kota lainnya dapat berbenah mengelola masalah kemacetannya masing-masing. Jadi, apakah kota-kota lainnya siap menerapkan sistem integrasi transportasi umum untuk mengatasi masalah kemacetannya?

68

REFERENSI

Saliara, K. (2014). Public transport integration: the case study of Thessaloniki, Greece. Transportation Research Procedia, 4, 535-552. Ramadhan, G. R., & Buchori, I. (2018). Strategi Integrasi Sistem Transportasi Umum Dalam Menunjang Pariwisata Kota Yogyakarta. Jurnal Pengembangan Kota, 6(1), 84-95. Rosada, R. A., Purnomo, A. B., & Rahma, N. (2017, October). INTEGRASI ANTAR-MODA PADA STASIUN UNIVERSITAS INDONESIA DI DEPOK. In Prosiding Seminar Nasional Cendekiawan (pp. 173-182).


Kilas Proyek

Gambar 1 Ilustrasi Negara Kepulauan Sumber : insanpelajar.com

Gambar 2 Suasana Bongkar Muat Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok Sumber : ekonomi.bisnis.com

PROYEK PELABUHAN PATIMBAN: MEGA INFRASTRUKTUR LAUT MASA DEPAN oleh Mohammad Khairul Rijal (HMS 18)

LATAR BELAKANG

I

ndonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan dua pertiga luas wilayahnya berupa lautan. Konektivitas antar pulau menjadi tantangan tersendiri bagi pemerataan perekonomian di Indonesia. Jalur laut dinilai sebagai jalur transportasi paling ekonomis dan praktis karena membutuhkan biaya yang paling murah. Berbicara tentang transportasi laut tentunya tidak lepas dari infrastruktur pen-

dukungnya, yaitu pelabuhan. Sebagai negara kepulauan, ternyata performa transportasi laut Indonesia tidak bisa dibilang cukup baik. Lebih dari 50% arus logistik nasional hanya ditangani oleh satu pelabuhan, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok. Kondisi ini menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan tersibuk di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 menetapkan untuk

69


Gambar 3 Integrasi Pelabuhan Patimban Sumber : Port of Patimban (facebook. com/portofpatimban)

membangun Pelabuhan Patimban yang berlokasi di Subang, Jawa Barat.

KURANGI KEPADATAN DI TANJUNG PRIOK

Pembangunan Pelabuhan Patimban merupakan strategi pemerintah untuk menurunkan biaya logistik secara umum dan mengurangi kepadatan logistik di Pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan ini berada di lokasi strategis, yaitu berada di antara Bandara Kertajati dan kawasan industri di Karawang, Bekasi, serta Purwakarta. Saat ini, waktu tempuh dari kawasan industri di Jawa Barat ke Pelabuhan Tanjung Priok dapat mencapai 4 – 5 jam. Namun, jika Pelabuhan Patimban dan konektivitasnya melalui jalan tol sudah rampung, waktu tempuh yang dibutuhkan hanya sekitar satu jam. Pertimbangan lainnya ialah untuk memperlancar arus barang dan mengurangi beban kendaraan di jalan raya, khususnya wilayah Jabodetabek.

DATA UMUM PROYEK

Proyek yang bernama “Pembangunan Pelabuhan Patimban” ini berlokasi di Desa Patimban, Kecamatan Pusakanegara, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemerintah menetapkan proyek ini sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) pada tanggal 25 Mei 2016 yang menggantikan “calon” pelabuhan sebelumnya, yaitu Pelabuhan Cilamaya di Karawang. Proyek pembangunan Pelabuhan Cilamaya gagal direalisasikan karena lokasinya bersinggungan dengan jalur pipa minyak

70

dan gas milik PT Pertamina (Persero). Pemilik proyek ini ialah Kementerian Perhubungan dan bekerja sama dengan Badan Usaha Pelabuhan selama pengoperasiannya. Proyek dengan nilai investasi sebesar Rp43,2 triliun ini memiliki sumber dana yang berasal dari APBN, APBD, serta Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Proyek ini dimulai pada tahun 2018 di atas lahan seluas 654 hektar. Kemudian, proyek ini direncanakan rampung pada tahun 2027 dengan perkiraan kapasitas mencapai 7,5 juta TEUs kontainer. Pembangunan Pelabuhan Patimban dilakukan melalui Sinergi BUMN Konstruksi, yaitu PT Wijaya Karya (Persero), Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero), Tbk., dan PT Adhi Karya (Persero), Tbk., serta berkolaborasi dengan Toyo Construction Co., Ltd dan Wakachiku Construction Co., Ltd.

Gambar 4 Pengembangan Pelabuhan Patimban Sumber : Port of Patimban (facebook.com/ portofpatimban)


Gambar 5 Proyek Pelabuhan Patimban Tahap 1 Sumber : kppip.go.id

PROGRESS PROYEK DAN ASPEK SUSTAINABILITY

Proyek Pelabuhan Patimban direncanakan akan dibangun dalam tiga tahap pembangunan. Tahap pertama terdiri atas tiga paket pekerjaan, yaitu Konstruksi Paket 1 (dermaga dan reklamasi), Konstruksi Paket 2 (breakwater dan seawall), dan Konstruksi Paket 3 (access road). Pembangunan tahap 1 telah rampung dan telah dilaksanakan soft launching oleh Presiden Jokowi pada 20 Desember 2020. Peluncuran ini menandakan Pelabuhan Patimban siap untuk beroperasi sebagian. Setelah tahap pertama rampung, pembangunan pelabuhan akan dilanjutkan ke tahap 2 pada tahun 2024 – 2025 dengan target kapasitas pelabuhan menjadi 5,5 juta TEUs container. Lalu, dilanjutkan tahap 3 pada tahun 2026 – 2027 dengan target kapasitas kumulatif pelabuhan mencapai 7,5 juta TEUs kontainer. Pada masa operasinya, Pelabuhan Patimban akan memanfaatkan sistem teknologi informasi berbasis IoT (Internet of Things) atau smart port. Sistem ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan informasi real time terkait posisi tiap kontainer dan lokasi bongkar muat kapal. Informasi ini berguna untuk mengantisipasi kemacetan dan penumpukan barang. Teknologi serupa telah digunakan pada Hamburg Port Authority (HPA) di Jerman sejak tahun 2018. HPA memanfaatkan 10 unit BTS (Base Transceiver Station) untuk mengontrol kapal yang lalu lalang serta teknologi 5G untuk mengendalikan drone dalam memberikan informasi real time mengenai posisi setiap kontainer.

KESIMPULAN

Sebagai proyek dengan nilai fantastis, tentunya manfaat yang besar ditunggu oleh seluruh masyarakat Indonesia. Proyek ini membawa harapan untuk dapat mewujudkan biaya logistik yang murah dan meningkatkan kualitas transportasi laut di Indonesia.

Gambar 6 Hamburg Port Sumber : golero (canva.com)

REFERENSI

Aldila, Nindya. 2020. Mengenal Pelabuhan Patimban, Mega Proyek Jokowi Bernilai Puluhan Triliun. Desember 20. Accessed Januari 3, 2022. https://ekonomi.bisnis.com/ read/20201220/98/1333375/mengenal-pelabuhan-patimban-mega-proyek-jokowi-bernilai-puluhan-triliun. CNN Indonesia. 2021. Fakta Pelabuhan Patimban yang Akan Diresmikan Jokowi Hari Ini. Desember 20. Accessed Januari 3, 2022. https://www.cnnindonesia.com/eko nomi/20201220082628-532-584328/ fakta-pelabuhan-patim-

ban-yang-akan-diresmikan-jokowi-hari-ini. Idris, Muhammad. 2021. Mengenal Pelabuhan Patimban, Megaproyek Jokowi Pesaing Tanjung Priok. Desember 20. Accessed Januari 3, 2022. https://money.kompas.com/ read/2020/12/20/202458526/ mengenal-pelabuhan-patimban-megaproyek-jokowi-pesaing-tanjung-priok?page=all. KPPIP. n.d. Pembangunan Pelabuhan Patimban. Accessed Januari 3, 2022. https://kppip.go.id/proyek-prioritas/pelabuhan/pembangunan-pelabuhan-patimban/.

71


Kilas Proyek

PENYELESAIAN BANJIR IBUKOTA MELALUI PROYEK NATIONAL CAPITAL INTEGRATED COASTAL DEVELOPMENT

Gambar 1 National Capital Integrated Coastal Development Sumber : kppip.go.id

oleh Gallend Susanto (HMS 19) dan Handi Halim (HMS 19)

LATAR BELAKANG

L

ebih dari separuh penduduk Jakarta tinggal di area pesisir dan aktivitas perekonomian utama perkotaan juga banyak berkembang di kawasan pesisir. Kawasan ini dialiri 13 sungai besar yang bermuara di Teluk Jakarta. 40% wilayahnya merupakan dataran rendah yang berada di bawah muka air laut pasang. Banjir di kawasan pesisir Jakarta diperburuk oleh penurunan muka tanah akibat ekstraksi pemanfaatan air tanah dalam yang berlebihan. Jenis banjir yang biasanya terjadi di pesisir adalah banjir rob. Banjir rob memiliki pola fluktuasi muka air laut yang dipengaruhi oleh gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari, terhadap massa air laut di bumi.

APAKAH ITU NCICD?

Dengan adanya ancaman yang ada saat ini, diperlukan sebuah megaproyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang akan dilakukan dalam tiga tahap. NCICD mencakup pembangunan sebuah tanggul raksasa di bagian utara Teluk Jakarta sebagai upaya untuk

72


melindungi ibukota dari banjir rob. Pada tahap pertama akan dilakukan peninggian tanggul-tanggul eksisting.

si pada tahun 2018. Meskipun demikian, saat artikel ini ditulis pun megaproyek tersebut masih dalam tahap konstruksi.

Megaproyek yang bernilai Rp. 600 triliun (untuk keseluruhan fase) ini didanai melalui skema pendanaan APBN dan APBD. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bertanggung jawab atas megaproyek NCICD yang berlokasi di Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten. Konstruksi tanggul laut dimulai pada tahun 2016 dan direncanakan beropera-

PROSES KONSTRUKSI NCICD

Pembangunan megaproyek NCICD terbagi menjadi tiga fase yaitu fase A, fase B, dan fase C. Fase A difokuskan untuk meningkatkan perlindungan pantai yang telah tersedia. Kegiatan yang dilakukan pada fase pertama ini, antara lain penguatan dan pengembangan tanggul-tanggul pantai sepanjang 30 ki-

Gambar 2 Gambaran Lokasi Proyek NCICD Sumber : wartakota.tribunnews.com

Gambar 3 Detail Lokasi Proyek NCICD Sumber : reklamasi-pantura.com

73


lometer serta membangun 17 pulau buatan di Teluk Jakarta. Proses pencanangan ini dimulai sejak awal September 2014. Pelaksanaan konstruksi direncanakan akan dilaksanakan pada awal tahun 2016. Fase B berfokus pada upaya pembangunan tanggul laut luar barat dan waduk besar yang diperkirakan akan dibangun dalam kurun tahun 2018 hingga 2022. Fase C difokuskan untuk membangun tanggul luar timur yang akan dibangun setelah tahun 2023. Beberapa pengembangan jangka panjang di sisi timur Teluk Jakarta dilakukan dengan menutup bagian teluk. Aksi ini dilakukan sebagai antisipasi menerusnya penurunan muka tanah di Jakarta bagian timur. Dalam pelaksanaannya, bagian tanggul timur dengan jalan tol akses Tangerang-Bekasi akan disediakan untuk mengurangi dampak atas penutupan ini. Dari ketiga fase tersebut, hanya fase A yang menjadi prioritas Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). “Intinya sama, tapi lebih dikembangkan. Kalau cuma giant sea wall itu gunanya bikin tanggul saja. Tapi kalau ini (NCICD) ‘kan tidak. Di atas tanggul itu akan ada macam-macam nanti, ada tanggul baru, ada jalur kereta api, ada jalan tol, ada perumahan nelayan, dan ada penampungan nelayan,” kata Firdaus Ali, Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Air dan Sumber Daya Air.

TIGA PILAR ASPEK KEBERLANJUTAN

Sebuah proyek sebaiknya berprinsip pada aspek keberlanjutan. Ada tiga pilar utama pada aspek keberlanjutan, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari sisi ekonomi, pembangunan tanggul ini sebaiknya memperhatikan APBN negara Indonesia yang sedang terbebani oleh kebutuhan penanganan pandemi Covid-19. Jangan sampai proyek ini justru membebani APBN secara berlebihan dan menyebabkan kebutuhan negara yang lain tidak dapat terpenuhi. Dari segi sosial, tanggul ini memiliki potensi untuk relokasi keluarga nelayan yang tinggal di sekitar pembangunan tanggul. Sampai saat ini, tak ada perencanaan pemerintah men-

74

genai nasib nelayan. Opsi relokasi nelayan ke rumah susun sama sekali tidak sesuai karena mengganggu mata pencaharian mereka. Di sisi lain, pembangunan tanggul ini dapat mencegah banjir sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari segi lingkungan, pembangunan tanggul mengganggu ekosistem, terutama ekosistem laut (hutan mangrove dan terumbu karang). Kerusakan hutan mangrove dan terumbu karang akan menyebabkan bencana ekologis lebih besar. Sebagai contoh, musnahnya ikan di perairan utara Jakarta dan abrasi di pesisir Teluk Banten serta Pantai Utara Jawa akibat tambang pasir yang digunakan untuk pembuatan pulau buatan.

KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan, megaproyek NCICD ini diharapkan bisa menjadi solusi bagi masyarakat DKI Jakarta untuk mengatasi permasalahan banjir yang ada. Proyek ini perlu dilakukan walaupun tidak mudah dijalankan dari segi finansial.

REFERENSI

KPPIP. “National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Tahap A.” Diakses 2 Januari 2022. https://kppip.go.id/ proyek-strategis-nasional/o-proyek-pembangunan-tanggul-penahan-banjir/national-capital-integrated-coastal-development-ncicd-tahap-a/. KPPIP. “Tanggul Laut.” Diakses 2 Januari 2022. https://kppip.go.id/proyek-prioritas/ air-dan-sanitasi/tanggul-laut/. Sabran, Ahmad. “Kementerian PUPR: Pembangunan Tanggul Laut Raksasa Tetap Jalan.” Wartakota, 2018. Diakses 2 Januari 2022 https://wartakota.tribunnews.com/2018/12/10/ kementerian-pupr-pembangunan-tanggul-laut-raksasa-tetap-jalan. Saturi, Sapariah. “Giant Sea Wall, Berikut Dampak Bagi Lingkungan Dan Nelayan.” Mongabay, 2018. Diakses 2 Januari 2022 https://www.mongabay.co.id/2014/10/18/giant-sea-wall-berikut-dampak-bagi-lingkungan-dan-nelayan/.


Kuya Kajian Klub

Gambar 1 Construction and Pollution Sumber : beijingstory (canva.com)

KUYA KAJIAN KLUB:

SEBERAPA BERDOSA BIDANG KITA? oleh Maulana Nur Fazri Abdillah (HMS 18)

75


Gambar 2 Siklus Hidup Bangunan Sumber : pngdownload.id

LATAR BELAKANG

S

ektor konstruksi mengalami kemajuan permintaan diiringi dengan perkembangan teknologi yang semakin tinggi. Hal ini dibuktikan oleh data bahwa sektor konstruksi bertanggung jawab atas penggunaan 60% energi listrik, 40% energi global, 40% sumber daya alam, 30% emisi gas rumah kaca, dan 25% penggunaan air. Dari besarnya penggunaan energi tersebut, sektor konstruksi berkontribusi terhadap 30% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan menjadi salah satu penyumbang utama emisi gas CO2 global.

BAGAIMANA KONSTRUKSI MENYUMBANG EMISI?

Banyak sekali energi yang dibutuhkan dan emisi yang dikeluarkan pada satu siklus hidup proyek konstruksi. Tahap desain dan manajemen menghasilkan emisi yang relatif sedikit, namun keputusan yang diambil dapat menentukan pengeluaran emisi yang timbul pada tahap-tahap konstruksi selanjutnya. Desain dan manajemen yang buruk pada awal konstruksi dapat menghasilkan generasi limbah konstruksi yang berlebihan. Selanjutn-

76

ya, tahap pelaksanaan konstruksi, menghasilkan direct dan indirect emission. Direct emission disebabkan oleh konsumsi energi dari penggunaan peralatan, transportasi dalam proyek, kebutuhan listrik di lapangan, pekerjaan pemasangan elemen struktural, aktivitas pekerja lapangan sedangkan indirect emission disebabkan oleh konsumsi energi dari fabrikasi dan transportasi material, transportasi peralatan proyek, aktivitas pekerja diluar lapangan. Tahap ini berkontribusi sebesar 22% dari emisi karbon dunia. Sekitar 55% dari energi pengadaan (embodied energy) berada pada bagian inti struktur dan sub-struktur (struktur bawah). Tahap operasional infrastruktur mengeluarkan emisi yang disebabkan oleh konsumsi energi terhadap penggunaan infrastruktur. United Nations Environment Programme (NNEP) melaporkan konsumsi energi keseluruhan bangunan di dunia sebesar 86 miliar ton CO2 dan akan bertambah 153 juta ton pada akhir tahun 2030. Tahap demolisi merupakan tahap terakhir dalam siklus hidup konstruksi. Pada tahap ini dilakukan pengelolaan dan transportasi limbah konstruksi. Sektor industri konstruksi berkontribusi atas 36% dari total limbah di dunia.


BAGAIMANA DAMPAKNYA?

Emisi yang dihasilkan oleh sektor konstruksi memiliki dampak secara global dan lokal. Dampak secara lokal akibat emisi yang berlebihan dalam suatu konstruksi yaitu sebagai berikut. 1. Cost overrun, yaitu biaya konstruksi suatu proyek yang pada saat tahap pelaksanaan, melebihi (budget) anggaran proyek yang ditetapkan di tahap awal, sehingga menimbulkan kerugian. 2. Produk pengadaan konstruksi dengan kualitas rendah. 3. Time overrun, yaitu waktu pelaksanaan konstruksi melebihi dari waktu yang ditetapkan di tahap awal, sehingga menimbulkan kerugian. Sedangkan dampak secara global akibat emisi yang berlebihan dalam suatu konstruksi yaitu sebagai berikut. 1. Berkontribusi terhadap krisis iklim. 2. Disintegrasi dengan lingkungan sekitar. 3. Penggunaan energi berlebih dan ketergantungan akan sumber tidak terbarukan.

AKAR PERMASALAHAN

Lantas, apa yang menjadi akar permasalahan dari tingginya emisi yang ditimbulkan dari aktivitas yang berhubungan dengan bidang ketekniksipilan? Emisi yang dikeluarkan terpusat pada penggunaan energi baik pengadaan, konstruksi, dan operasional. Sudah banyak kegiatan untuk mengurangi emisi, seperti pengurangan emisi, manajemen rekayasa konstruksi biaya mutu dan waktu. Dan yang menjadi fokus utama dari masalah ini yaitu bagaimana biaya tidak terlalu besar dan bagaimana mengurangi limbah yang dihasilkan oleh kegiatan konstruksi. Limbah yang dihasilkan dari tulangan bisa lebih dari 100 ton. Apakah kita sudah sadar dengan isu ini di dunia konstruksi? Di Indonesia sudah ada inisiasi bagaimana infrastruktur hijau dijalankan, namun terlihat masih cukup jauh dari infrastruktur hijau. Perencanaan yang diajarkan se-

lalu menggunakan prinsip konservatif. Kita cenderung bersifat boros dalam merancang sehingga bisa menghasilkan limbah yang masif namun masih dapat di daur ulang seperti baja. Baja dapat di daur ulang dan menghasilkan baja lain namun hal tersebut memerlukan emisi dan energi yang besar. Selain itu, proses pelaksanaan konstruksi yang terjadi sekarang kebanyakan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutan diantaranya aspek keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan social, dan keberlanjutan lingkungan.

SOLUSI

Kemudian dari akar-akar permasalahan di atas, usaha dan langkah strategi apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki bidang ketekniksipilan yang lebih ramah lingkungan? Beberapa contoh aksi dan komitmen Indonesia dalam menanggapi emisi yang dihasilkan dari sektor industri konstruksi adalah sebagai berikut. 1. Regulasi Pemerintah membuat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/ PRT/M/2015 Tentang Bangunan Hijau. Hal hal yang dibahas pada PP PUPR 02/PRT/M/2015 prinsip bangunan gedung hijau; b. bangunan gedung yang dikenakan persyaratan bangunan gedung hijau; c. persyaratan bangunan gedung hijau; d. penyelenggaraan bangunan gedung hijau; e. sertifikasi; f. pemberian insentif pada penyelenggaraan bangunan gedung hijau; g. pembinaan; dan h. peran masyarakat. Selain itu, dibuatkan beberapa SNI perencanaan struktur. 2. Aksi Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional merencanakan Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca (RADGRK-2011). 3. Komunitas Pembentukan Green Building Council Indonesia pada tahun 2009

KONSTRUKSI MODULAR

Selain yang telah disebutkan diatas, ada solusi lainnya untuk memperbaiki bidang ketekniksipilan yang lebih ramah lingkungan yaitu dengan Modular Construction. Konsep

77


dasar dari Modular Construction yaitu sebagai berikut. 1. Praktik konstruksi moderen yang berkelanjutan dengan menggunakan teknologi konstruksi berbasis modular, memilki keuntungan dalam hal produktivitas dan keberlanjutan. 2. Dengan konsep Design for Manufacturing and Assembly (DfMA), sebagian besar pekerjaan akan dilakukan di luar lokasi, memungkinkan kualitas elemen konstruksi yang lebih terjamin dan terkontrol, penurunan tenaga kerja dan durasi pengerjaan, dan pengurangan terhadap limbah dan disrupsi lingkungan yang dihasilkan. Gambar 3 Modular Construction Sumber : brizmaker (canva.com)

78

3. Meski demikian, struktur menjadi lebih diskrit dan menambah titik sambungan pada bangunan. Dari konsep diatas, Modular Con-

struction sangat efektif untuk menjadi solusi keberlanjutan dalam teknik sipil. Namun, Modular Construction ini kurang cocok diterapkan di Indonesia karena beberapa hal sebagai berikut. 1. Modular Construction merupakan teknologi baru yang memiliki nilai investasi yang tinggi. Dari analisis harga satuan untuk pekerjaan struktur, pekerjaan modular membutuhkan biaya yang lebih besar. 2. Harus mempersiapkan regulasi lingkungan karena metode ini adalah metode baru. 3. Dari aspek struktural, Modular Construction memakai modul menambahkan titik sambungan dan harus meyakinkan titik sambungan kuat untuk menghomogenkan titik di gedung.


79


80


Halo Karya

KUYA FROM HOME:

JUARA 1 CALL FOR INNOVATION CENS UI 18TH Oleh Anju David Turedo Sianipar (HMS 19) dan Kevin Pratama (HMS 19)

T

im Kuya From Home beranggotakan Marshal Akbar, Radhean Algibran, dan Terance Lim dari HMS ‘18 menjadi juara 1 pada lomba inovasi lingkungan terhadap adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada CENS UI 18th yang merupakan agenda tahunan yang diselenggarakasn oleh mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Indonesia. Alasan yang mendasari keikutsertaan tim Kuya From Home pada lomba ini berbeda-beda dari masing-masing anggotanya, diantaranya Marshal beralasan karena lomba ini relate dengan ketertarikannya terhadap konsep konstruksi yang ramah lingkungan karena stigma masyarakat bahwa Teknik Sipil itu merusak lingkungan. Radhean mengaku sebagai orang yang suka belajar bagaimana cara mendesain suatu sistem/konsep yang bisa diaplikasikan dan bermanfaat bagi banyak orang sehingga dalam lomba inovasi yang cakupannya cukup luas ini, dia bisa meng-explore banyak hal. Sedangkan Terrance mengaku senang mendiskusikan ide-ide baru yang bisa menghasilkan inovasi di berbagai bidang dan ingin mengikuti lomba selama kuliah. Masalah utama yang harus diselesaikan dalam lomba ini yaitu karena saat ini Jakarta sedang mengalami urban heat island yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan kenyamanan manusia,

meningkatkan konsumsi energi, dan perubahan tren curah hujan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pertama-tama Kuya From Home menentukan fokus utama permasalahannya terlebih dahulu. Kemudian merumuskan desire state dan current state. dan terakhir brainstorming berbagai macam alternatif solusi dan analisis solusi tersebut dengan berbagai framework seperti SWOT. Dari situ bisa ditentukan base solusition yang akan didetailkan termasuk dengan rumusan perencanaan implementasi dan keuangannya. Solusi yang ditawarkan tim Kuya From Home untuk masalah yang diberikan dalam lomba ini yaitu ECORTA, suatu inovasi untuk menyelesaikan permasalahan urban di Jakarta yang mana terdiri dari 3 produk inovasi dan 2 pihak kolaborasi. Secara umum, ECORTA merupakan konsep berbasis alam, dimana kita memanfaatkan komponen alam sebagai pendingin alami di Jakarta. Inovasi utamanya terletak di fasilitas-fasilitas publik yang dibangun untuk mengintervensi pemanasan urban. Selain itu, dilakukan juga mapping dan monitoring melalui ECORTA platform. Dalam pengerjaan lomba ini, tim Kuya From Home sempat mengalami beberapa kendala, diantaranya demotivasi di tengah pengerjaan lomba karena ide inovasi yang dimiliki sudah pernah dilakukan sebelumnya, sehingga dibuatlah well planned system yang berkolaborasi dengan berbagai pihak. Selain itu, karena pengerjaan lomba ini bera-

da ditengah ke-chaos-an akademik sehingga sebagai solusinya kami mengadakan meeting sambil ngobrol santai dan mengerjakan tugas besar bersama. Tips yang diberikan tim Kuya From Home untuk mengikuti lomba serupa yaitu membuat alur perencanaan karena sangat membantu dalam perumusan solusi, lakukan menajemen waktu yang baik dengan mengatur timeline untuk belajar mandiri dan persiapan lomba, pilih subtema yang cocok dan kuasai, serta banyak research dan brainstorming bersama tim. Adapun pesan dari Kuya From Home untuk seluruh massa HMS dalam berkarya, yaitu: “Jangan takut untuk mulai berkarya, jangan pernah ragu dengan kapasitas diri kita masing-masing. Mulai saja dulu. Sebenarnya, lomba inovasi seperti ini bisa banget untuk diikuti oleh semua mahasiswa, karena semua orang bisa berinovasi. Lomba ini tidak butuh hard skill atau ilmu sipil yang terlalu mendalam.” Terance “Dalam berkarya itu jangan malu-malu untuk melepas ide liar di kepala, karena siapa tahu ide liar tersebut benar-benar menjadi penemuan baru.” - Marshal “Yang pasti dalam berkarya jangan pernah membatasi diri dan jangan takut untuk gagal karena sebenarnya hasil bukanlah yang terpenting, tetapi proses yang nantinya akan membuat diri kita menjadi lebih baik lagi.” – Radhean

81


82


Halo Karya

KUYA KUYA NINJA:

JUARA 1 NATIONAL BRIDGE COMPETITION CEIC UNDIP 2020 Oleh Anju David Turedo Sianipar (HMS 19) dan Mochammad Haekal Syah Pahlevi (HMS 19)

T

im Kuya Kuya Ninja beranggotakan Andika Ary, Zakiy Hanafi, dan Nathanael Beta HMS ‘18 menjadi juara 1 lomba desain jembatan dengan tema perancangan jembatan yang efisien dan ekonomis, tanpa mengesampingkan keindahan dalam rangka pembangunan nasional yang lebih baik pada CEIC Undip 2020 yang merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil Universitas Diponegoro. Langkah pengerjaan lomba ini yaitu diawali dengan membaca TOR lomba secara menyeluruh, pahami batasan data geometri jembatan, data material, dan data pembebanan yang diberikan. Perhatikan pula kriteria penilaiannya, karena dalam lomba ini persentase penilaian terbesar yaitu pada desain jembatan yang ringan dan lendutan kecil, oleh karena itu desain jembatan yang dibuat pun difokuskan agar ringan dan lendutannya kecil. Desain jembatan dibuat berdasarkan model-model jembatan yang sudah ada, kemudian dipilih berdasarkan parameter terbaik dengan menentukan kekuatan jembatan, mengecek sambungan dan gelagar. Setelah desain jembatan dipilih, kemudian perbaiki parameter yang sekiranya bisa dimaksimalkan lagi. Setelah desain jembatan selesai, baru mulai menyusun proposal dan membuat video. Kendala yang dihadapi Kuya Kuya Ninja dalam pengerjaan lomba ini yaitu banyaknya materi jembatan yang belum dimengerti serta adanya studi kasus real yang belum diketahui basic-nya, sehingga untuk mengatasi hal tersebut Kuya Kuya Ninja sudah mulai belajar mengenai jembatan sejak 2 bulan sebelum lomba dimulai. Selain itu, ada pula kendala biaya dimana dalam lomba ini harus mengirimkan dokumen hard copy yang meliputi proposal 3 rangkap dan gambar A3 yang mana biaya pencetakan dan pengiriman dokumen tersebut cukup mahal. Masalah waktu pun sempat menjadi kendala yang dihadapi dimana Kuya Kuya Ninja sempat beberapa kali mundur dari timeline yang direncanakan, bahkan saat final didapati adanya masalah dalam desain yang mengharuskan dilakukan pendesainan ulang dalam waktu yang terbatas. Namun demikian, dalam waktu yang sempit Kuya Kuya Ninja tetap berusaha menyelesaikan lombanya dengan baik sehingga mendapat juara 1. Adapun pesan yang ingin disampaikan Kuya Kuya Ninja kepada seluruh massa HMS dalam berkarya, yaitu: “Kalo mau ikut lomba jangan berharap juara dulu, tunjukan untuk belajar dan jangan takut. Soal menang hanyalah bonus. Selagi masih ada waktu menjadi mahasiswa, cari pengalaman sebanyak-banyaknya” - Andika

“Jangan takut! Kita harus memanfaatkan literatur dosen dan hal-hal lainnya. Jangan takut terlambat, bahkan tingkat 4 pun masih sangat bisa untuk ikut lomba, jadi intinya ‘Boleh Dicoba!’” - Zakiy “Kendala orang susah ikut lomba itu karena merasa takut dan tidak mampu. Keinginan untuk memulai akan mampu memecahkan masalah lainnya satu per satu. Baca-baca materi terkait dan proposal lomba kating bisa mendapat bayangan mengenai proposal yang baik, mengetahui apa yang belum diketahui, dan tahu apa yang harus dicari tahu. Jadi, yang terpenting adalah mulai aja dulu dan gausah takut atau minder” -Beta

83


84


85


86


87


D

ampak akibat pemanasan global dan perubahan iklim kian mudah ditemukan. Mulai dari kebakaran hutan, suhu rata-rata bumi yang meningkat, hingga kenaikan permukaan air laut. Penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi adalah emisi gas CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Berbagai sektor terkait industri dan kegiatan konstruksi bertanggung jawab sebagai penyumbang utama emisi gas CO2 global. Di dalam sektor industri dan manufaktur, termasuk di dalamnya proses produksi semen dan baja struktural, menyumbangkan 7% dari total emisi global (± 4 Gigaton CO2 di tahun 2019). Sementara itu, sektor transportasi menyumbangkan emisi yang lebih besar lagi, memberikan proporsi 14% dari emisi gas CO2 global. Emisi-emisi ini di dalam sektor konstruksi dan bangunan telah mencapai rekor tertingginya di tahun 2019, menyumbang 38% emisi gas global terkait penggunaan energi. Pekerjaan konstruksi yang tidak ramah lingkungan menyebabkan bidang ini menjadi penyumbang utama emisi gas CO2. Hal tersebut disebabkan oleh minimnya penerapan aspek keberlanjutan dalam teknik sipil. Mahasiswa sebagai kaum terpelajar dan calon rekayasawan teknik sipil di masa depan memiliki peran yang sangat penting untuk menjadi inisiator pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut, Majalah Cremona HMS ITB 2022 mengambil tema “Peran Teknik Sipil dalam Pembangunan Berkelanjutan”. Dengan tema ini, diharapkan pembaca majalah terutama massa HMS ITB sebagai calon rekayasawan teknik sipil dapat lebih menyadari pentingnya aspek keberlanjutan dalam bidang konstruksi. Majalah Cremona HMS ITB 2022 disusun atas beberapa rubrik dengan merujuk kepada tema yang dibawa. Rubrik-rubrik tersebut antara lain Sustainability in Civil Engineering, Teknologi Konstruksi, Isu Ketekniksipilan, Kilas Proyek, Kuya Kajian Klub, dan Halo Karya.

88


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.