Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi

Page 1

SBC010319

J ur na l I l muL i ngkunga n da nGeogr a ďŹ Vol ume1T a hun2019

Ber ba ga i Ha l y a ngMeny er a ngAi r L a ngi t : Pa r uPa r uBumi Sebua hKel ua r ga , Sebua hBenua


KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, kami, siswa dan siswi HighScope Indonesia dapat menyelesaikan proses penulisan Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi, sebagai tugas akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 3 SMA pada kuartal tiga. Jurnal ini dilengkapi dengan 14 artikel yang berbeda. Artikel-artikel tersebut membahas berbagai macam informasi yang sedang hangat, berdasarkan sumber-sumber yang terpercaya, data yang akurat, visual yang mendukung, serta melalui penyampaian berupa analogi yang menarik. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua dari para penulis yang senantiasa memberikan dukungan baik di luar maupun di dalam sekolah. Kemudian, Ibu Niken Juwita selaku guru Bahasa Indonesia yang membimbing arah proses penulisan, membantu merevisi, dan memberi saran sehingga jurnal ini selesai dengan kualitas yang memuaskan. Kami juga tak lupa untuk berterima kasih kepada Ibu Rizky Malihah selaku guru mata pelajaran Environmental Science, dan Ibu Ani Apriani selaku guru mata pelajaran Geografi yang selalu bersemangat saat mengajar dan berbagi ilmu di saat kami membutuhkannya. Kami berharap bahwa jurnal ilmiah ini dapat memperluas dan membuka pengetahuan Anda. Jurnal ini dapat digunakan sebagai bagian dari penelitian karya lain dengan mencantumkan sumber yang sesuai. Namun, berhubung dengan keterbatasan pemahaman serta pengalaman kami, kami menyadari ketidaksempurnaan jurnal ilmiah ini. Oleh karena itu, kami terbuka terhadap kritik dan saran oleh pembaca dari berbagai pihak, baik mengenai isi hingga tampilan jurnal untuk membangun kesempurnaan jurnal ini.

1–3 4–7 8 – 12 13 – 16 17 – 18

19 – 23 24 – 27 28 – 32

33 – 37

38 – 41 42 – 45 46 – 49 50 – 53

54 – 57 58 – 62 63 – 66

Hidrosfer: Siklus Air Adolffina Prihasanti Pemahaman Air Berjalan Alif Hokuto Abe Tenaga Pengukir Bumi Ardianto Indra Kusuma Perencanaan Kota yang Tidak Baik Bryan Rasyiidyan Tata Kota: Beradaptasi pada Situasi Geografis David D. Aditya Berbagai Hal yang Menyerang Air Jeihan Ivan Hadar Langit: Paru-paru Bumi Kita Khadiza Refry Penerapan Konsep Kota Berkelanjutan di Indonesia Muhamad Fasya Gani Menuju Kota Ideal: Kota Berkelanjutan M. Fathurrahman P. Aradea Terbakarnya Paru-paru Bumi Muhammad Ridho Perencanaan Kota yang Baik M. Sauqi Daffa Riyadi Bencana Alam: Tsunami Raden Mas Satyo Apakah Anda Tahu Apa itu “Gelombang Badai?” Reihan A. Millaudy Polusi Air di Indonesia Riefqi R. Prianda Sebuah Keluarga, Sebuah Benua Rojwa L. Rachmiadi Efek Pencemaran Udara Terhadap Dunia Viko Rayhan W.


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 1-3

Hidrosfer: Siklus Air Adolffina Prihasanti “D

ialah yang meniupkan angin (sebagai)

pembawa kabar gembira, dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan). Kami turunkan air yang amat bersih dari langit.� Surah Al-Furqan ayat 48- 49. Hujan merupakan salah satu fenomena yang cukup sering terjadi di bumi. Dalam firman-Nya, Allah menurunkan hujan dalam kadar yang telah ditetapkan-Nya. Air yang melimpah sebagai sumber air minum sebagai wilayah yang pastinya mendukung kehidupan makhluk hidup. Ayat yang di atas menjelaskan bahwa hujan telah disebutkan sebagai sumber kehidupan yang mendukung habitat makhluk hidup. Air merupakan salah satu komponen abiotik yang ada di bumi.dan keberadaannya sangat penting bagi seluruh makhluk hidup yang ada. Air merupakan 80 persen pengisi tubuh manusia, sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia membutuhkan air setiap harinya, sama halnya dengan hewan yang membutuhkan air untuk tetap hidup. Tumbuhan membutuhkan air sebagai salah satu proses pembuatan makanannya, fotosintesis. Tumbuhan membutuhkan klorofil, sinar matahari, dan pastinya air juga. Oleh karena itu, air yang memiliki peran yang penting dalam kelangsungan kehidupan, harus selalu ada sehingga adanya siklus air atau siklus hidrologi. Sebelum membahas lebih lanjut, sebuah siklus merupakan putaran waktu yang di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan teratur. Pada lain hal, air merupakan cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen. Dapat disimpulkan bahwa siklus air

merupakan sebuah proses di mana sebuah cairan mengalami proses perputaran yang terus menerus terjadi. Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting. Singh(1992), menyatakan bahwa hidrologi adalah ilmu yang membahas karakteristik menurut waktu dan ruang tentang kuantitas dan kualitas air bumi, termasuk di dalamnya kejadian, pergerakan, penyebaran, sirkulasi tampungan, eksplorasi, pengembangan dan manajemen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siklus air atau yang biasa disebut siklus hidrologi merupakan sebuah sirkulasi air dari atmosfer menuju bumi yang kemudian kembali lagi ke atmosfer. Ilmu hidrologi juga mempelajari kualitas air yang baik dikonsumsi dan juga mempelajari distribusi air di bumi. Ilmu hidrologi terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya: Geohidrologi, hidrometeorologi, potamologi, limnologi, dan kriologi. Geohidrologi merupakan ilmu hidrologi yang membahas mengenai air yang berada di dalam tanah. Hidrometeorologi adalah ilmu hidrologi yang membahas tentang air berwujud gas yang letaknya di udara. Potamologi merupakan ilmu yang membahas tentang aliran air,khususnya aliran di permukaan bumi. Kemudian, Limnologi merupakan ilmu yang mempelajari permukaan air yang tenang seperti di danau. Lalu yang terakhir adalah kriologi yang merupakan ilmu yang mempelajari air pada salju dan es. Siklus hidrologi pertama kali dikemukakan oleh filsuf Yunani yang bernama Thales sekitar 3000 tahun yang lalu. Salah satu pemikiran yang diungkap oleh ilmuwan tersebut adalah bahwa air laut menuju sungai tidak masuk akal. Sehingga pada tuhan 1500 di negara

1


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 1-3

perancis, De Vinci mengatakan bahwa air sungai berasal dari hujan yang turun. Pada tahun 1670 sampai 1680-an, Pierre Perault dan Edme Marriote merilis sebuah data yang berhubungan dengan curah hujan. Data tersebut mengungkapkan bahwa perhitungan dari curah hujan merupakan salah satu pemasok air yang ada di sungai. Perkembangan siklus hidrologi terus berlanjut sehingga pada tahun 1750 muncul seorang ilmuwan, fisikawan dan kimiawan, John Dalton. Ia berpikiran bahwa istilah hidrologi, dan akhirnya menguatkan gagasan mengenai siklus hidrologi dari gagasan sebelumnya. Kemudian pada tahun 1904, Daniel Mead merilis suatu text berbahasa inggris yang membahas mengenai gagasan hidrologi beserta siklusnya. Hingga pada abad ke-21 muncul berbagai teori baru dan berkaitan dengan berbagai teori yang lain. Siklus air merupakan perputaran air secara terus menerus dari bumi ke atmosfirdan kembali lagi ke bumi. Siklus air dibagi menjadi tiga jenis, yaitu siklus pendek, sedang, dan panjang. Siklus hidrologi pendek ini merupakan siklus yang paling sederhana karena hanya mengalami beberapa tahapan saja. Pertama-tama, sinar matahari menyinari sumber-sumber air di bumi dan akan mengakibatkan penguapan. Setelah terjadinya penguapan, maka air akan melalui proses kondensasi sehingga membentuk awan yang mengandung uap. Awan yang mengandung uap itu kemudian menjadi semakin berat sehingga turunlah hujan di permukaan bumi. Dalam siklus sedang tentunya terjadi proses yang sedikit lebih rumit dari pada siklus hidrologi pendek. Siklus hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi membawa awan yang terbentuk ke atas daratan. Siklus ini terjadi di wilayah daratan yang di dekatnya terdapat laut atau wilayah tropis. Proses ini dimulai pada saat matahari menyinari permukaan bumi, termasuk sumber-sumber air seperti laut, samudra dan lainnya sehingga terjadilah penguapan. Uap air yang telah terbentuk pun bergerak karena tertiupnya angin ke barat dan terbentuknya awan. Hujan yang turun di atas permukaan daratan bumi kemudian mengalir ke sungai, lalu ke laut untuk kembali mengalami siklus hidrologi. Siklus hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya terjadi di daerah beriklim subtropis atau daerah pegunungan. Siklus ini terjadi di daerah yang sangat luas,

sehingga air tersebut mampu berubah menjadi hujan salju dan mengalir melalui sungai dan akan kembali ke laut. Dalam siklus ini, awan tidak langsung diubah wujud menjadi air, melainkan terlebih dahulu turun sebagai salju dan membentuk gletser. Proses terjadinya dimulai pada saat air laut yang terkena panasnya sinar matahari lalu mengalami penguapan dan uap menjadi air. Lalu, uap air tersebut akan mengalami proses sublimasi yang nantinya terbentuk dengan mengandung kristal-kristal es. Awan yang mengalami proses adveksi kemudian bergerak ke daratan. Awan tersebut akan mengalami presipitasi yang kemudian turun sebagai salju. Salju yang terakumulasi menjadi gletser akan mencair karena adanya pengaruh suhu udara yang membentuk aliran sungai. Air yang berasal dari gletser akan mengalir di sungai tersebut,kemudian akan kembali ke laut. Siklus air ini dapat dianalogikan sebagai perjalanan hidup manusia. Kehidupan manusia yang dianalogikan sebagai air yang ada di lautan yang kemudian mengalami evaporasi akibat panasnya matahari. Butir-butiran uap tersebut yang berkondensasi kemudian menjadi awan yang terbentuk di cakrawala. Sehingga, siklus ini mengabaikan lingkaran di mana manusia lahir dan tumbuh seiring berjalannya waktu hingga menggapai masa depan. Masa depan tersebut pastinya akan seimbang dan sesuai dengan usaha dan pengorbanannya masing-masing. Terbentuknya awan merupakan takdir kehidupan yang kemudian dihembus ke dataran yang jauh lebih tinggi. Semakin tinggi awan itu naik ke atas, maka semakin tinggi kesuksesan atau kejayaan yang didapatkan. Tentunya, kedudukan kejayaan tersebut tidak selamanya. Terjadinya kondensasi awan pun merubahnya kembali menjadi butiran-butiran air yang turun sedikit demi sedikit. Dalam proses penurunan ini terjadi beberapa tipe hujan. Terdapat tipe hujan orografik, zenithal dan frontal. Tipe-tipe ini berdasarkan seberapa banyak manusia tersebut mendapatkan karma dari pembalasan atas perbuatannya. Setelah butiran-butiran air tersebut turun, mereka langsung mengalir menyusuri lereng dari dataran yang tinggi menuju ke yang rendah mengikuti gaya gravitasinya. Tidak semuanya langsung menuju ke laut, ada yang tertampung di danau yang terbentuk dari alam atau buatan, danau bekas gempa tektonik, vulkanik, karst, dan glasial. Manusia meninggal dengan caranya masing-masing, dengan cara yang sudah ditakdirkannya untuk kembali ke wujud 2


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 1-3

asal penyusunan tubuhnya, kembali ke Sang Pencipta. Jasad manusia yang meninggal akan melebur dan kembali lagi bagaikan siklus hidrologi. Sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan ciptaan lainnya, manusia memiliki yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yaitu kemampuan untuk berpikir. Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya untuk menjadi seseorang yang berguna di kemudian hari. Setiap orang pastinya mempunyai pilihan, bahkan hidup merupakan sebuah pilihan. Contohnya, ketika bangun di pagi hari, kita diberikan pilihan untuk bermalas-malasan dan tertidur lagi atau segera bangun dan memulai hari itu. Sama halnya dengan sebuah sikap yang menjadi sebuah pilihan setiap individu. Ada yang memilih untuk melakukan hal yang baik ataupun sebaliknya. Semuanya pasti akan ada karmanya. Karma dari sikap yang baik atau karma dari sikap buruk yang telah diambil orang tersebut. Hidup akan selalu berputar maka lakukan hal yang baik, maka hal yang baik tersebut akan kembali kepadamu.

kehidupan-101769). Diakses pada 12 Februari 2019 Saddoen, Arifin. “Siklus Hidrologi, Pengertian, Proses Terjadinya, Macam-macam, Dan Penjelasan”. 31 Oktober 2018. moondoggiesmusic.com (https://moondoggiesmusic.com/siklushidrologi/). Diakses pada 18 Februari 2019 “Tipe Hujan: Orografik, Zenithal, dan Frontal”. 22 Januari 2017. Gurugeografi.co.id. (https://www.gurugeografi.id/2017/01/ tipe-hujan-orografik-zenithal-dan.html). Diakses pada 19 Februari 2019 Youtube. “Siklus Air Panjang - Animasi Edukasi interaktif”. 8 Mei 2017, Web, 12 Februari 2019.

Daftar Pustaka Geost, Flyst. “Macam-macam siklus air dan tahapannya”. 21 Desember 2017. Geologinesia.com (https://www.geologinesia.com/2017/1 2/siklus-air-dan-tahapannya.html). Diakses pada 15 Februari 2019 Nurlita, Shafira. “Pengertian Siklus Hidrologi Lengkap dengan Proses dan Gambarnya!”. Thegorbalsla.com (https://thegorbalsla.com/siklushidrologi/). Diakses pada 20 Februari 2019 “Penjelasan Al-Qur’an Tentang Hujan Sebagai Sumber Kehidupan”. 15 Februari 2017. edunews.id. (https://www.edunews.id/khasanah/dun ia-islam/penjelasan-al-quran-hujansumber-kehidupan). Diakses pada 20 Februari 2019 Rahadian, Aldi. “Bagaimana Al-Quran Jelaskan Air sebagai Sumber Kehidupan”. Agustus 2018. Islampos.com (https://www.islampos.com/bagaimanaal-quran-jelaskan-air-sebagai-sumber-

3


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 4-7

Pemahaman Air Berjalan Alif Hokuto Abe K

etika kita memikirkan lingkungan, sebagian

dari kita memikirkan sesuatu yang berada di sekitar kita seperti kota, desa, dan bisa juga dalam rumah. Ada juga yang memikirkan keindahan lingkungan seperti pemandangan air terjun di tengah-tengah kanopi hutan Indonesia, keindahan laut biru yang bisa dilihat dari daerah pantai atau bisa juga bunga-bunga di kebun. Tetapi, lingkungan mencakup semua hal dari alam sampai makhluk hidup, ada yang bisa dilihat dengan mata telanjang maupun dengan bantuan teknologi yang canggih. Pada artikel ini, Anda akan membaca salah satu bagian dari lingkungan alam yang sulit Anda lihat secara kasat mata yaitu siklus air. Tujuan artikel ini adalah untuk memberi ilmu kepada pembaca. Artikel ini juga memberi tahu kepada pembaca bahwa siklus air adalah siklus yang besar dan panjang, tidak hanya tentang air yang mengalir dan hujan yang turun. Siklus air atau siklus hidrologi yang kita kenal dalam pembelajaran sekarang pernah ditanyakan oleh filsuf-filsuf terkenal pada zaman dahulu. Sebelum tahun 1000 S.M., banyak yang bertanya-tanya dari mana air muncul dan mengapa air di muka bumi ini tidak habis-habis. Majalah Creation halaman 18 menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dulu dianggap rumit ternyata dijawab oleh filsuf-filsuf terkenal yaitu Homer, Thales, Plato, dan Aristoteles. Tetapi, mereka menganggap bahwa jawaban mereka pada masa itu masih tidak memuaskan. Pada akhirnya, Ilmuwan bernama Pierre Perrault menjelaskan kebenaran tentang siklus air pada tahun 1674. Buku Environmental Science menyatakan bahwa siklus air adalah siklus di mana molekul-

molekul air berjalan mengelilingi di antara permukaan bumi dan atmosfer bumi. Siklus air ini adalah salah satu proses biogeokimia yang berada di bumi yang tidak pernah berhenti. Dan ini salah satu sebab mengapa air adalah salah satu sumber daya alam yang bisa diperbaharui. Sarana transportasi di aliran-aliran air, tingkat kelembaban atmosfer dan litosfer, terbentuknya musim, pergerakan angin dan penyebaran mikroorganisme adalah hal-hal yang terjadi karena siklus air. Dengan teknologi masa kini, kita bisa mempelajari siklus air lebih mudah dibandingkan ilmuwan-ilmuwan masa lalu yang bergantung dengan hasil kerja lapangan mereka. Siklus air hanya memiliki tahap-tahap yang mudah seperti evaporasi, transpirasi, sublimasi, adveksi, kondensasi, run-off dan infiltrasi. Tetapi mereka dibedakan dengan tempat dimana mereka bekerja, yaitu sirkulasi di permukaan bumi dan atmosfer.

Gambar 1. Siklus Air Ada lima tahap sirkulasi air yang terjadi di permukaan bumi. Ada tahap evaporasi air yang terjadi di sumber-sumber air, tahap transpirasi yang terjadi pada makhluk-makhluk hidup di permukaan bumi, tahap run-off yang biasanya 4


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 4-7

terjadi di pengaliran air, tahap infiltrasi yang terjadi di dalam tanah-tanah di daerah permukaan bumi mana pun, dan terakhir tahap sublimasi. Tahap-tahap siklus air di permukaan bumi lebih menggunakan fisik dari alamnya sendiri dibandingkan siklus air yang terjadi di atmosfer. Tahap evaporasi yang terjadi dalam siklus air adalah salah satu tahap dasar yang kita bisa contohkan setiap harinya. Evaporasi adalah tahap ketika terjadinya penguapan air yang ada di permukaan bumi. Penguapan ini bisa terjadi di sumber-sumber air seperti sungai, danau, laut, waduk, bendungan maupun air yang berada di dalam permukaan tanah. Tahap evaporasi ini adalah proses yang mengubah air dalam wujud cair menjadi air dalam wujud gas, untuk memungkinkan partikel-partikel ini sampai ke atmosfer bumi. Tentu saja tahap ini memerlukan sinar matahari untuk mengubah wujudnya dari cair ke gas.

Grafik 1. Perubahan Wujud Air Berbeda dengan evaporasi, transpirasi adalah proses penguapan air yang diambil dari makhluk hidup seperti binatang dan tumbuhan. Penguapan air ini terjadi di dalam jaringan mereka, mengubah air yang berwujud cair menjadi air yang berwujud uap dan membawanya ke atmosfer. Pengembalian air dari permukaan bumi ke atmosfer pastinya bisa berjumlah banyak karena proses evaporasi dan juga transpirasi. Maka dari itu, jumlah pengembalian ini bisa ditentukan dengan proses evapotranspirasi. Dalam skripsi yang ditulis oleh Fazlurrahman, ia menyatakan bahwa proses evapotranspirasi adalah jumlah total air yang dikembalikan ke atmosfer dari permukaan tanah. Di Indonesia, total evapotranspirasi ini dihitung oleh badan air dan vegetasi menggunakan data lapangan.

Sublimasi, tahap yang memiliki persamaan dengan transpirasi dan evaporasi tetap terjadi di daerah yang berbeda. Sublimasi adalah proses penguapan air yang diambil dari air yang berwujud padat, seperti es. Sublimasi biasanya terjadi di daerah pegunungan es atau di puncak gunung, sehingga mereka bisa mengubah es di daerah tersebut menjadi air berwujud uap. Tetapi, sublimasi tidak menghasilkan uap air sebanyak evaporasi maupun transpirasi, dikarenakan proses perubahan dari wujud padat ke wujud uap memakan waktu sangat banyak. Namun, sublimasi juga salah satu proses penting untuk pengembalian air ke atmosfer. Hasil air yang diturunkan ke atmosfer pastinya akan mendarat di permukaan bumi. Tahap run-off adalah tahap yang bertanggung jawab atas pengaliran air di permukaan bumi dari daerah tinggi ke daerah rendah. Biasanya proses run-off ini terjadi di pengaliran seperti sungai, danau, gorong-gorong atau got, dan muara yang pada akhirnya akan menuju ke laut. Tidak hanya untuk proses run-off, tetapi air yang diturunkan dari atmosfer juga digunakan untuk proses infiltrasi. Infiltrasi adalah proses ketika air yang mendarat ke tanah akan bergerak menuju pori-pori yang ada di tanah yang akan menjadi air tanah. Rembesan ini lalu akan bergerak ke arah laut dan berkumpul untuk menjalani tahap evaporasi untuk siklus air yang selanjutnya. Tahap-tahap siklus air yang terjadi di atmosfer bumi hanya terjadi dalam 3 tahap. Tahap kondensasi yang mengubah uap evaporasi menjadi es, tahap adveksi yang mengubah posisi awan dari satu titik ke titik lain, dan tahap presipitasi atau yang biasa kita sebut hujan. Tahap pertama adalah kondensasi. Kondensasi adalah proses saat uap air yang telah diambil dari permukaan bumi diubah menjadi partikel-partikel es yang sangat kecil. Terjadinya proses ini disebabkan oleh uap air yang naik ke atmosfer telah melewati titik ketinggian tertentu yang memiliki suhu yang sangat rendah sehingga uap air tersebut membeku. Karena kuantitas partikel-partikel uap yang membeku sangat banyak, mereka akan bersatu dengan sesama yang akhirnya menghasilkan awan. Semakin banyak partikel es yang bersatu semakin tebal dan hitam kualitas awan di langit.

5


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 4-7

Setelah partikel-partikel es bersatu dan menjadi awan, awan ini akan pindah dari satu titik ke titik lain, dan proses ini dinamakan proses adveksi. Perpindahan ini disebabkan oleh angin yang menggerakkannya dan juga tekanan udara yang membuat mereka harus berpindah tempat. Awan-awan ini akan berpindah dari daerah laut atau daerah yang memiliki sumber air banyak ke daerah daratan dan bisa dibilang proses ini bertujuan untuk memberi air atau mengembalikannya ke makhluk hidup maupun benda mati yang berada di permukaan bumi. Siklus air memiliki macam-macam tersendiri dan mereka dibedakan menjadi 3 siklus. Yang pertama adalah siklus air pendek, kedua siklus air sedang dan terakhir siklus air panjang. Setiap siklus-siklus ini mempunyai ciri-ciri masing-masing dan juga melalui tahap-tahap tertentu. Masing-masing siklus ini juga bisa dibedakan dengan daerah yang mereka lalui. Perbedaan siklus air pendek dengan yang lain yaitu adalah siklus air ini tidak melakukan tahap adveksi. Air yang melalui tahap evaporasi langsung diturunkan melalui tahap presipitasi dan awan yang terbuat dari proses evaporasi tidak berjalan ke arah daratan, melainkan diam di atas sumber air tersebut. Siklus air ini sering sekali terjadi di laut, air yang ditarik dari laut langsung diturunkan lagi ke laut tersebut. Siklus sedang adalah siklus yang sering terjadi di Asia karena tahapnya yang sangat mudah diketahui dan dipelajari. Siklus ini hanya terjadi dengan adanya evaporasi air, kondensasi air, lalu awan yang sudah terbentuk akan berpindah ke daratan dan terjadilah hujan. Seperti biasa, air yang sudah turun ke daratan akan mencari jalan untuk kembali ke laut melalui aliran air maupun pori-pori tanah untuk melakukan siklus hidrologi selanjutnya. Siklus ini lebih sering ditemukan di daerah dataran tropis seperti Indonesia ini. Siklus air yang terakhir adalah siklus air panjang. Siklus air panjang ini tidak jauh berbeda dengan siklus air sedang sebelumnya. Seperti biasa, siklus ini melakukan evaporasi dari air laut maupun sumber air lainnya dengan bantuan matahari. Selanjutnya, hasil evaporasi tersebut akan melewati proses kondensasi untuk menghasilkan awan, yang kemudian dilanjutkan dengan proses adveksi yang mampu menebalkan awan dan menggerakkannya ke arah daratan.

Tahap yang cukup berbeda dari yang lain adalah tahap presipitasi. Ketika hujan diturunkan dari awan, hasil dari partikel kondensasi tersebut tidak langsung menjadi air seperti hujan biasa, melainkan menjadi kristal-kristal kecil yang biasa kita lihat sebagai salju. Salju ini pada akhirnya akan mencair dan seperti biasa, mengalir ke arah laut untuk melakukan proses hidrologi selanjutnya. Siklus ini sangat bermanfaat bagi manusia karena tanpa siklus air yang berjalan, kita tidak mungkin hidup di bumi ini. Karena siklus air tidak pernah habis, siklus air ini bertujuan untuk menyediakan sumber air untuk konsumsi manusia tiap harinya. Sumber-sumber air yang berada di bumi seperti air mata gunung, air sungai maupun air yang berada di dalam tanah, adalah hasil dari siklus air yang terjadi. Skripsi yang dibuat oleh Andriani menyatakan bahwa hujan tidak hanya sebagai manfaat, siklus air juga bisa menyebabkan musibah kepada manusia seperti banjir, kekeringan dan longsor. Selain mempunyai manfaat untuk manusia, siklus air juga penting untuk kehidupan makhluk hidup lain seperti tumbuhan dan binatang. Di dalam buku Biology yang ditulis oleh Stephen, ia menyatakan bahwa siklus air sangat penting bagi ekosistem makhluk hidup di margasatwa karena ekosistem tidak hanya melingkupi makhluk hidup tetapi mereka juga melingkup iklim, tanah, air, batu-batuan, dan benda mati lainnya. Wahyono menyatakan di skripsinya bahwa konsentrasi fosfat dan juga pola geografis nitrat di bagian bawah dikendalikan sirkulasi air bagian laut bawah. Siklus air ini sesuatu yang sangat menarik dari segi sains, namun kadang terkesan rumit bagi masyarakat awam. Padahal, siklus ini memiliki nilai falsafah yang sangat mendalam untuk kita renungkan sebagai manusia. Seperti siklus air, manusia juga mempunyai siklus yang tidak jauh berbeda. Jika dilihat dalam perspektif agama, manusia diciptakan dan diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menghuni bumi ini. Setelah beberapa lama mereka menghuni bumi, mereka pasti akan bertemu ajalnya. Tuhan akan mengangkat nyawa manusia yang sudah bertemu dengan ajalnya. Untuk menyeimbangkan manusia di bumi, lalu Tuhan menurunkan nyawa baru untuk menjalani kehidupan di bumi. Maka dari itu, siklus kematian dan kelahiran mempunyai 6


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 4-7

persamaan dengan siklus air. Tujuan mereka jelas untuk menyeimbangkan permukaan bumi ini. Manusia sebagai makhluk yang hidup berdampingan dengan alam harus menjaga sesama, jangan sampai manusia merusaknya. Jika alam selama ini memberi kita keuntungan, jangan sampai manusia memberi alam kerusakan dan penghancuran. Manusia telah merusak banyak sekali alam yang berada di muka bumi ini dari makhluk hidup lain sampai benda mati, terutama air. Sebagai makhluk hidup di bumi ini, manusia harus mencoba berhenti membuang sampah dan limbah ke laut atau sungai, karena mereka adalah kepentingan bagi konsumsi manusia. Jika kita merusaknya dan tidak ada lagi sumber air bersih, manusia tidak akan hidup lama.

Wahyono, Ikhsan Budi. Skripsi: “Kajian Biogeokimia Perairan Selat Sunda dan Barat Sumatera Ditinjau Dari Pertukaran Gas Karbon Dioksida (Co2) Antara Laut dan Udara”. Depok: Universitas Indonesia, 2011.

Daftar Pustaka Andriani, Prasanti Silvia. Skripsi: “Analisa Distribusi Curah Hujan Di Area Merapi Menggunakan Metode Aritmatika atau Rata-Rata Aljabar dan Isohyet”. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2016. Gambar 1. Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tahan dan Air. Grafik 1. Mahmudah, Putri. 2019. Kalor: Rumus, Grafik Perubahan Wujud Zat. Heithaus, Michael R. dan Karen Arms. Environmental Science. Amerika Serikat: Houghton Mifflin Harcourt, 2001. Neller, Ron. 2016. The Water Cycle. Creation Magazine. Nowicki, Stephen. Biology. Amerika Serikat: Houghton Mifflin Harcourt, 2012. Shomat, Fazlurrahman. Jurnal: “Landsat 8 Sebagai Data Untuk Estimasi Evapotranspirasi Dengan Model Keseimbangan Energi”. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2015.

7


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 8-12

Tenaga Pengukir Bumi Ardianto Indra Kusuma

S

eperti yang kita ketahui, bumi memiliki bentuk

yang bulat seperti planet-planet lain di tata surya. Namun, bumi bukanlah planet dengan bentuk bulat yang sempurna, melainkan planet dengan banyak struktur geologis naik-turun yang menyeluruh di seluruh muka bumi. Struktur-struktur bumi ini bisa kita lihat di lingkungan sekitar kita seperti gunung, ngarai, dataran tinggi atau rendah, basin, dan masih banyak lagi. Setiap wilayah daratan bumi pasti memiliki salah satu dari struktur geologis tersebut. Bentuk struktur geologis ini terbentuk di bumi selama ratusan hingga milyaran tahun lamanya. Akan tetapi, sebagian dapat terbentuk dalam waktu yang singkat. Proses pembentukan struktur geologis ini bisa terjadi karena adanya tenaga endogen atau eksogen. Tenaga endogen dan eksogen dapat mengubah dan membentuk sebuah struktur geologis di bumi. Dengan tenaga ini, berbagai struktur geologis yang ada di bumi dapat dibentuk layaknya ukiran-ukiran karya seni penghuni bumi sendiri, seperti yang dicontohkan pada gambar 1.

Gambar 1: Bentuk-bentuk lahan utama di bumi. Tenaga endogen dan eksogen memiliki peran yang berbeda dalam pembentukan struktur geologis di bumi. Masing-masing memiliki prosesnya sendiri dan dapat menghasilkan pembentukan struktur geologis secara terpisah. Tetapi, banyak struktur geologis yang terbentuk karena sinergi antara kedua tenaga tersebut. Eksogen dan endogen bukan hanya tenaga yang dapat mengukir struktur geologis bumi, tetapi juga penghancurnya. Fenomenafenomena alam seperti longsor, pengikisan, tektonisme, dan vulkanisme juga merupakan ulah dari eksogen dan endogen. Segala sesuatu yang mengubah struktur/fisik bumi secara internal (bagian dalam) adalah proses endogen, sedangkan yang merubah struktur/fisik secara eksternal (bagian luar) adalah proses eksogen. Endogen Tenaga endogen adalah istilah geologis yang menggambarkan proses perubahan/pengukiran struktur geologis internal bumi, contohnya seperti perubahan lempeng tektonik. Karena itu, bencana alam yang 8


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 8-12

berhubungan dengan fenomena-fenomena internal seperti gerakan lempeng benua dapat diklasifikasikan sebagai proses endogen pengukiran bumi.

Gambar 2: Rangkaian proses endogen sesuai dengan jenisya yang terbagi menjadi dua Diagram terlampir diatas menunjukan berbagai tipe proses endogen. Proses endogen memiliki 2 tipe utama, yakni slow movement (gerakan pelan) dan sudden movement (gerakan tibatiba). Kedua tipe utama proses ini memiliki efek geologis yang berbeda dengan proses yang berbeda pula. Fenomena seperti vulkanisme dan gempa bumi adalah bagian dari tipe endogen sudden movement (gerakan tiba-tiba). Hal ini terjadi karena ada gerakan yang terjadi dalam lempeng bumi sehingga mengeluarkan tenaga besar yang tiba-tiba dikeluarkan. Di lain hal, proses endogen slow movement (gerakan pelan) adalah proses gerakan lempeng bumi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama. Kejadian seperti ini berbeda dengan sudden movement dimana kita dapat merasakan dan melihatnya saat terjadi, slow movement tidak dapat kita rasakan dan lihat gerakanya dengan mata telanjang. Namun, kita bisa melihat hasil ukiran yang ditinggalkan proses slow movement. Dalam slow movement, formasi bentuk-tanah tergantung pada arah gerak lempeng, baik itu secara vertikal ataupun horizontal. Pergerakan vertikal lempeng membentuk gunung di permukaan bumi sedangkan gerakan horizontal menghasilkan pembentukan bidang dan dataran tinggi. Eksogen Berbeda dari tenaga endogen, eksogen adalah tenaga yang berasal dari bagian luar bumi. Fenomena-fenomena alam seperti pengikisan,

erosi, dan banjir termasuk dari proses eksogen. Tenaga eksogen dapat mengukir bumi dengan faktor-faktor luar seperti pengaliran air yang lama-kelamaan akan mengubah struktur geologis yang terdampak, seperti peninsula yang terbentuk karena terkena gelombang air terus-menerus.

Gambar 3: Rangkaian proses eksogen sesuai dengan jenisnya yang terbagi menjadi empat Eksogen memiliki tipe proses yang berbeda-beda, yaitu proses weathering (pengikisan), mass movement (gerakan massal), erosion (erosi), dan deposition (deposisi). Pengikisan Pengikisan adalah proses penghancuran batuan berbentuk besar (gumpalan) menjadi butiran yang lebih kecil, bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses ini adalah proses penghancuran massa seperti batuan melalui berbagai tipe metode. Tipe-tipe penghancuran ini berupa fisik, kimiawi, dan organisme. Pengikisan kimia merupakan proses pelapukan yang diakibatkan perubahan struktur kimiawi pada batuan melalui reaksi tertentu. Dalam pelapukan kimia, reaksi yang terjadi pada proses ini dibedakan menjadi tiga macam. Tiga macam reaksi yang terjadi pada pelapukan kimia ini antara lain adalah larutan, hidrolisis, dan oksidasi. Dalam lain hal, proses organisme (hewan, tumbuhan, manusia) merupakan suatu proses yang terjadi pada hewan yang mengalami pelapukan seperti cacing tanah dan serangga. "Batuan pantai sering memiliki lubang yang dibuat oleh hewan. Pengaruh yang disebabkan oleh pertumbuhan tanaman dapat bersifat mekanis atau kimia. Efek dari sifat mekanik 9


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 8-12

adalah berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah di sekitarnya. Pengaruh 3at kimiawi yaitu berupa 3at asam yang dikeluarkan oleh akar-akar serat makanan menghisap garam makanan. 4at asamini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktivitas penebangan pohon, pembangunan, maupun penambangan." Batubatu karang daerah pantai sering terdapat lubanglubang yang dibuat oleh binatang. Pelapukan mekanik fisik adalah proses pengikisan dan penghancuran bongkahan batu menjadi bongkahan yang lebih kecil, tetapi tidak mengubah kimianya. Proses ini disebabkan oleh sinar matahari, perubahan suhu tiba-tiba, dan pembekuan udara pada celah batu. Gerakan Massal Gerakan massal adalah sebuah proses penghancuran struktur yang diakibatkan adanya gerakan massal yang merusak, seperti longsor, aliran lumpur, longsor salju, dan lain-lain. Gerakan massal bisa terjadi disekitar kita, apalagi di dataran tinggi yang memiliki banyak kemiringan tanah. Dengan adanya gerakan massal, banyak lokasi-lokasi yang berubah struktur geologisnya karena longsor tanah. Longsor tanah termasuk dari bagian rapid mass movement, karena kejadian yang terjadi secara cepat dan massal. Bebatuan dan puing-puing tanah akan terbawa oleh arus gerakan yang jatuh kebawah karena gravitasi. Ada juga gerakan massal yang pelan seperti sebuah creep. Creep adalah gerakan tanah atau batuan pembentuk lereng yang terlihat lambat dan tak terlihat. Gerakan disebabkan oleh tegangan geser yang cukup untuk menghasilkan deformasi permanen, tetapi terlalu kecil untuk menghasilkan perubahan yang besar. Erosi Erosi juga merupakan salah satu proses penghancur yang mirip dengan proses pengikisan, tetapi proses ini terjadi karena adanya media bergerak seperti angin, ombak laut, air sungai, atau glister. Semua media bergerak ini

dapat merubah sebuah struktur geologis menjadi hal baru, kita dapat melihat hasil ukiran erosi dimana-mana, seperti batu jamur yang terbentuk karena adanya media angina yang terus menghantam batu untuk waktu yang lama. Hal ini mengakibatkan batu tersebut terkikiskan dan menjadi batu jamur. Gua plantain juga menjadi penyebab dari media gerak ombak/gelombang laut yang terus menerus menghantam bebatuan di pantai. Karena kejadian ini terjadi dalam waktu yang lama, batu pun akan terkikis dan melemah, mengakibatkan terbentuknya gua pantai. Pengaruh Manusia Jika diperhatikan lebih dalam, tenaga endogen dan eksogen tampaknya memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap keberhasilan dan kegagalan kehidupan kita. Kehidupan kita sangat terpengaruh oleh struktur geologis bumi, setiap struktur geologis membantu kita dengan caranya masing-masing. Kita sebagai manusia dan makhluk hidup sangat tergantung dengan lingkungan sekitar, tetapi lingkungan kita juga terpengaruh oleh makhluk hidup. Dari semua makhluk hidup yang ada di bumi, saat ini manusia adalah makhluk hidup yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan kita. Manusia adalah makhluk hidup yang terus berkembang dan dapat berkompetisi dengan tenaga pengukir bumi. Terbukti dari kemampuan dalam membuat infrastruktur yang diperlukan untuk membantu kehidupan seharihari. Proses pembentukan struktur geologis manusia memang termasuk dalam tenaga eksogen secara organisme. Namun saat ini, manusia sudah mampu mengubah struktur geologis bumi dengan bantuan alat-alat berat, sehingga dapat mengubah struktur geologis dalam kurun waktu yang singkat. Berbeda jika dibandingkan dengan perubahan geologis tenaga eksogen yang memerlukan waktu untuk merubah struktur geologis secara alami. Dengan perkembangan manusia yang berjalan secara konstan, perubahan struktur geologis lebih cepat terjadi dibandingkan tahun10


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 8-12

tahun sebelumnya. Dalam jangka waktu yang pendek, manusia telah membuat banyak perubahan terhadap lingkungan dengan banyaknya perubahan geologis karena berlangsungnya perkembangan infrastruktur. Sejak zaman dahulu kala, manusia telah bergantung pada infrastruktur sebagai alat untuk mempermudah kehidupan. Manusia bertengger jauh di atas organisme lain sebagai kontribusi terbesar bagi tenaga eksogen karena percepatan infrastruktur di bumi. Kehidupan Bumi sulit untuk dibayangkan tanpa adanya infrastruktur yang kita miliki sekarang. Walaupun pembangunan adalah hal penting untuk mengembangkan kehidupan manusia, masih banyak pembangunan yang tidak baik untuk lingkungan dan kehidupan sekitar yang terganggu. Hal ini dapat dilihat melalui konsekuensi yang timbul dari aktivitas-aktivitas yang melibatkan pembangunan. Merealisasikan target pembangunan umumnya membutuhkan penebangan dan pemindahan halangan alam sekitar agar proses pembangunan bisa dimulai. Ini dilakukan untuk membuat ruang bagi pembangunan. Dengan pembuatan ruang, maka organisme sekitar pasti akan terganggu kehidupannya. Sebagai bukti, banyak hewanhewan hutan yang kehilangan habitatnya karena kebutuhan lahan. Selain itu, penggunaan alat berat, seperti buldozer yang mampu merubah struktur geologis merubah persepsi tenaga eksogen secara organisme, karena cepatnya alat berat ini merubah struktur geologis bumi. Walaupun pembangunan penting untuk kehidupan kita, tetapi kita harus tetap berhati-hati dalam melakukannya demi kepentingan lingkungan sekitar. Dampak lingkungan dari infrastruktur ada yang positif dan ada pula yang negatif. Kemunculannya dapat terjadi selama konstruksi, operasi, peningkatan, dan penonaktifan atau pembuangan infrastruktur. Sementara dampak lingkungan yang serupa seperti penggunaan sumber daya alam, perubahan penggunaan lahan dan gangguan di lingkungan manusia dapat terjadi pada tahap konstruksi dan operasional sebagian besar jenis

infrastruktur, beberapa sektor dapat membawa dampak yang berbeda. Beberapa contoh dampak infrastruktur tertulis dibawah ini: - Infrastruktur air dapat menyebabkan penggunaan sumber daya air yang berlebihan atau polusi air (kebocoran, pengolahan limbah yang tidak memadai, dll.); - Infrastruktur jalan dapat memecah habitat atau memotong rute migrasi hewan - Penambangan dapat menyebabkan penurunan tingkat air tanah, limbah penambangan dan kebisingan yang disebabkan oleh ledakan; - Produksi energi dari bahan bakar fosil dapat dikaitkan dengan berbagai emisi (gas rumah kaca, SO2, NOx, debu) dari pembakaran bahan bakar fosil serta produksi abu. Daftar Pustaka Barabai, A. “Makalah Geografi Tenaga Eksogen.” Academia.edu - Share Research, (www.academia.edu/12284418/Makalah _geografi_tenaga_eksogen). Diakses pada 16 Februari 2019 “Pelapukan Kimia : Pengertian, Faktor Dan Contohnya.”. 14 Oktober 2016. IlmuGeografi.com (ilmugeografi.com/ilmu bumi/meteorologi/pelapukan-kimia). Diakses pada 17 februari 2019 “Human Geography”. aqa.com (www.aqa.org.uk/subjects/geography/as -and-a-level/geography-7036/subjectcontent/human-geography). Diakses pada 18 Februari 2019 “Landform.” 9 Oktober 2012, National Geographic.org (www.nationalgeographic.org/encylopedi a/landform/). Diakses pada 12 Februari 2019

11


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 8-12

Geost, Flysh. “Pembentukan Bumi Dari Tenaga Endogen Dan Eksogen.”. geologinesia.com (www.geologinesia.com/2018/01/pemb entukan-bumi-dari-tenaga-endogen-daneksogen.html). Diakses pada 15 Februari 2019 Gambar 2 & 3: “Endogenic and Exogenic processes”. clearias.com (https://www.clearias.com/endogenicexogenic-forces/). Diakses pada 16 Februari 2019

12


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 13-16

Perencanaan Kota yang Tidak Baik Bryan Rasyiidyan Bovanantoo

A

pa yang membuat sebuah kota bisa dianggap

sebagai kota yang ‘baik’? Tentunya, pertanyaan ini sangat sulit untuk dijawab, sebab faktor baik sangatlah berbeda untuk setiap orang. Sebagian besar orang memiliki pendapat bahwa kota yang baik adalah kota yang memiliki sistem infrastruktur yang manusiawi dan layak, seperti kota-kota besar yakni New York, Tokyo, Seoul, dan kota-kota lainnya. Ada juga orang yang memiliki pendapat bahwa kota yang baik adalah kota yang dapat menjaga keseimbangan dalam pembagian lahan antara lahan hijau dan lahan untuk pembangunan, salah satu contohnya adalah kota Singapura. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa kota yang baik adalah kota yang memiliki puluhan gedung-gedung pencakar langit, seperti kota yang terletak di Timur Tengah, antara lain Dubai, Qatar, Abu Dhabi, dan sebagainya. Intinya, kota yang baik adalah kota di mana penduduknya dapat melangsungkan hidup dengan aman, nyaman, dan tentram. Walaupun begitu, tidak sedikit juga kota yang memiliki predikat sebagai kota yang tidak baik. Melainkan, jika kita pikirkan, jumlah kota yang memiliki predikat kota yang buruk melampaui jumlah kota yang memiliki predikat kota yang baik. Lalu, apa yang dimaksud oleh kota yang tidak baik ini? Seperti kota yang baik, faktor-faktor dari kota yang tidak baik juga sangatlah berbeda dari perspektif setiap orang. Namun, seperti sifat manusia yang mudah untuk berpikir secara negatif dibandingkan dengan berpikir secara positif, sifat-sifat dari kota yang tidak baik terkesan lebih detil dan lebih mudah untuk dipahami. Ada yang menganggap bahwa

kota yang buruk adalah kota yang sulit untuk dijelajahi dengan berjalan kaki. Seakan-akan, setiap penduduknya harus menggunakan kendaraan untuk pergi ke suatu tempat yang jauh maupun tempat yang dekat, seperti kota tercinta kita semua, Jakarta. Selain itu, ada juga yang memberi pendapat bahwa kota yang tidak baik adalah kota yang tidak aman bagi penduduk, terutama bagi para pejalan kaki yang berkeliaran di malam hari, seperti di kota impian kita semua, Jakarta. Dapat kita simpulkan bahwa kota yang tidak baik adalah kota yang di mana penduduknya tidak hidup dengan aman, nyaman, dan tentram. Seakan-akan penduduknya harus berjuang untuk bertahan hidup setiap hari. Oleh karena itu, mari kita mendalami konsep dasar dari kota yang tidak baik. Kota yang tidak baik tidak dapat didefinisikan dalam satu kalimat. Namun, terdapat berbagai macam kriteria untuk sebuah kota yang tidak baik, diantaranya adalah kota yang tidak mampu memfasilitasi masyarakatnya dengan transportasi yang baik, lahan hijau yang cukup, dan jalur yang ramah bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda. Selain itu, kota yang tidak baik memiliki tingkat kriminal yang cukup tinggi, tidak aman bagi masyarakat untuk berkeliaran di malam hari, lingkungan yang tidak bersih serta tidak sedap, dan yang terpenting, fasilitas umum yang tidak terjaga dengan baik. Kriteria-kriteria ini hanyalah sebagian kecil dari sifat-sifat yang dimiliki oleh kota yang tidak baik. Mari kita ambil contoh dari ibu kota kesayangan kita semua, Jakarta. Apabila kita menganalisa Jakarta secara menyeluruh, kita dapat memastikan bahwa Jakarta merupakan kota yang tidak baik. Memang, saat ini pemerintah kota 13


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 13-16

sedang melakukan berbagai upaya penting agar Jakarta menjadi kota yang maju dan baik, seperti pembangunan kereta masal atau yang biasa disebut MRT, penyatuan dan integrasi transportasi umum, pemerataan median jalan di jalanan protokol, dan berbagai hal lainnya yang berhubungan dengan infrastruktur. Namun, hal ini bukanlah sesuatu yang baru-baru saja dicanangkan, akan tetapi sudah disiapkan sekitar 30 tahun lalu. Tetapi, sebuah rencana hanyalah rencana, dan apa yang direncanakan hanya akan diwujudkan jika pemerintah sekarang dapat mengeksekusi proyek-proyek dengan baik. Faktor-faktor yang memperburuk pembangunan pada suatu kota adalah tidak adanya kerjasama antara pemerintah dengan pihak-pihak yang terkait. Namun, jika ada kerjasama yang dijalani dan visi yang tepat, maka suatu kota itu dapat berubah menjadi lebih baik, dimulai dari hal-hal yang kecil menjadi hal yang sangat signifikan. Salah satu contoh yang sudah diwujudkan adalah di Malang, Pemerintah Kota Malang sendiri telah membuktikan keseriusannya dalam penanganan masalah sampah. Tak hanya itu, Kota Malang pun sudah menduduki peringkat ke 2 dari 10 penerima Dana Insentif Daerah dalam bidang pengelolaan sampah. Mengenai anggaran daerah untuk pengelolaan sampah, “Kota Balikpapan sebesar Rp 11.056 miliar, Kota Malang sebesar Rp 9,6 miliar, Kota Banjarmasin sebesar 9,33 miliar, Kota Cimahi sebesar Rp 9,32 miliar Kota Surabaya sebesar Rp 9.326, milar Kota Padang sebesar Rp 9,1 miliar, Kota Depok sebesar Rp 9,117 miliar, Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp 9,01 miliar Kota Bogor sebesar Rp 8,9 miliar dan terakhir Kota Makassar sebesar Rp 8,8 miliar.� (Tribun Jatim, 2019)

Gambar 1. Data Anggaran Pengelolaan Sampah Dari data tersebut, dapat dinyatakan bahwa komitmen dan kinerja penanganan sampah oleh Kota Malang sudah dinilai baik oleh pemerintah pusat. Oleh sebab itu, Kota Malang telah menerima dana pengelolaan yang lebih dari kota lainnya. Bahkan, dana tersebut lebih besar dari kota-kota seperti Jakarta, Makasar, dan lain lainnya. Maka, muncul sebuah pertanyaan yang baru, apa yang sebenarnya menghambat sebuah kota untuk maju? Jika sebenarnya sebuah kota itu mampu untuk berubah, kita harus mendalami pola pikir para masyarakat penghuni kota tersebut. Kota yang tidak maju akan memiliki pusat ekonomi dan pusat perbisnisan yang tidak teratur, dan juga kawasan perumahan yang tersebar di segala sudut hingga tengah kota. Sumber masalahnya? Masyarakat yang tidak peduli dengan aturan dan dengan seenaknya menggunakan lahan tersebut untuk membangun sesuatu di dalam kawasan yang tidak semestinya. Namun, kita tidak bisa juga menyalahkan masyarakat. Walau pada zaman dahulu sudah pernah direncanakan secara kawasan demi kawasan, akan tetapi hal tersebut tetap menjadi sebuah tanggung jawab pemerintah setempat untuk membenahi dan menindak agar masyarakat tertib dalam membangun. Kembali lagi kepada faktor-faktor yang membuat sebuah kota menjadi kota ideal. Kawasan yang ditata dengan benar akan menghasilkan penataan bangunan yang baik, yang juga berdampak pada sirkulasi kendaraan dan pergerakan masyarakat yang teratur. Kembali pada contoh kota Jakarta, kota tercinta kita ini tidak mencentang kategori tersebut, karena masih adanya bangunan liar dan pusat bisnis komersial yang mengundang keramaian pada suatu titik saja. Selanjutnya adalah permasalahan pengelolaan utilitas, tak sulit untuk kita menyadari betapa tak teraturnya kabel-kabel fiber optik, kabel telepon dan juga aliran listrik yang bergantungan di pinggir-pinggir jalan merusak estetika ruang kota. Akses keluar dan masuk kota pun bisa dikatakan cukup sulit dalam arti padat dan tak efisien secara hitungan waktu. Kurangnya sarana dan prasarana publik yang memadai dan tidak sesuai dengan standar internasional, dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi para penghuni kota.

14


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 13-16

Maka dari itulah muncul sebuah undangundang mengenai pola struktur tata ruang yang berkaitan dengan pengembangan wilayah di Indonesia. Pada era 1980-an, Ruslan Diwiryo memperkenalkan Konsep Pola dan Struktur ruang yang menjadi inspirasi lahirnya UndangUndang No. 24/1992 tentang penataan ruang. Tujuan dari Undang-Undang tersebut adalah untuk menuntun pengembangan wilayah dalam jangka panjang, dan juga untuk menghasilkan sebuah wilayah investasi yang seimbang dan terpadu kedepannya. Kini, rencana yang sudah diciptakan pada sekitar 30 tahun yang lalu sudah telat diimplementasikan, dan kota-kota metropolitan lainnya sudah memikirkan bagaimana menghadapi revolusi industri 4.0 yang mengedepankan kota Smart City. Dalam Bahasa Indonesia, Smart City berarti kota pintar, sebuah kota yang terintegrasi secara transportasi, ekonomi, dan komunikasi dalam satu jangkauan basis, yakni teknologi internet. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun sudah menjadikan ini sebuah solusi permasalahan kota. “Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi yang begitu pesat. Sejatinya membuka peluang munculnya solusi-solusi yang inovatif dan kreatif di berbagai sektor kehidupan serta mengurangi disparitas, meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Kementerian PUPR sangat mendukung terwujudnya smart city di Indonesia, yakni melalui pengembangan infrastruktur cerdas (smart infrastructure) yang menerapkan unsur-unsur teknologi sehingga dapat termonitor secara langsung. unsur-unsur, antara lain kehidupan cerdas berkelanjutan (smart living), ekonomi dan mobilitas cerdas berkelanjutan (smart economy & mobility), lingkungan ekologi cerdas berkelanjutan (smart ecological environment) serta tata kelola dan komunitas cerdas berkelanjutan (smart governance & community). Akan lebih berguna jika masyarakatnya juga memiliki budaya yang baik, seperti: tidak merusak lingkungan, tidak boros energi, pola konsumsi yg sesuai, dan sebagainya.” (PUPR) Pemerintah Pusat pun kini sudah menunjukan komitmen untuk merubah persepsi pembangunan menjadi lebih kepada orientasi masa depan. Visi seperti ini dapat merubah kotakota yang sedang ada pembangunan maupun

kota-kota dan yang belum memiliki pembangunan. Kemudian, visi tersebut dapat diimplementasikan di Kota Jakarta. Sebagai kota metropolitan yang sudah berdiri, cukup sulit untuk merubah Jakarta menjadi sebuah kota ideal, dan lebih mudah untuk kota yang belum sempat terbangun untuk didahulukan. Tentu saja dampak positif yang didapatkan dari terjadinya pembangunan Smart City akan datangnya kualitas hidup masyarakat. Kota pintar akan memiliki orientasi untuk memudahkan setiap orang yang dilingkupinya. Hal tersebut terjadi karena adanya infrastruktur yang baik untuk memudahkan setiap masyarakatnya dalam berbagai hal. Masyarakat pun menjadi lebih aktif dan produktif akibat kemudahan yang sudah disediakan, dan munculnya transparansi dalam segala aspek akibat catatan yang disimpan oleh teknologi kota pintar tersebut. Dari semua yang telah dibahas, kita dapat menyimpulkan beberapa hal dari berbagai aspek. Namun secara singkat, kita bisa melihat bahwa perencanaan tata kota tidak dapat dianggap sebagai sesuatu yang ringan. Nyatanya, perencanaan tata kota dapat mempengaruhi pola hidup, serta sirkulasi ekonomi, gaya hidup, pertumbuhan, dan pertumbuhan di dalam kota itu sendiri. Sebuah perencanaan kota yang tidak baik pun juga tidak bisa kita kritik dengan menyebutnya ‘tidak baik’, karena ada aspek perbandingan yang harus kita centang sesuai dengan ketentuan kategori sebuah kota yang baik. Saran yang terbaik bagi para pemerintah pun juga sudah ditindak sebagai gerakan kota pintar untuk memajukan kota-kota yang berkebutuhan. Daftar Pustaka Indo, Benni. “Manajemen Sampah Baik, Malang Jadi Contoh Kota Gerakan Indonesia Bersih Kementerian Lingkungan Hidup”. 22 Februari 2019. jatim.tribunnews.com (jatim.tribunnews.com/2019/02/22/ma najemen-sampah-baik-malang-jadicontoh-kota-gerakan-indonesia-bersihkementerian-lingkungan-hidup). Diakses 27 Februari 2019.

15


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 13-16

Kusumawanto, Arif, and Zulaikha Budi Astuti. Arsitektur Hijau Dalam Inovasi Kota. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press “Manajemen Perkotaan Yang Inovatif Dan Smart Solusi Permasalahan Kota.” bpiw.pu.go.id (bpiw.pu.go.id/article/detail/manajemen -perkotaan-yang-inovatif-dan-smartsolusi-permasalahan-kota). Diakses 27 Februari 2019. Marisa, Okta. “Tata Ruang.” academia.edu (www.academia.edu/15218277/7.TATA _RUANG). Diakses 27 Februari 2019. Nugroho, Satrio. “4 Tolok Ukur Kota Yang Baik”. 1 Maret 2013. intisari.grid.id (intisari.grid.id/read/0374454/4-tolokukur-kota-yang-baik?page=all). Diakses 27 Februari 2019. Wirawan, Bayu. Menata Kota Melalui Rencana Detail Tata Ruang. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2015. Zahnd, Markus. Model Baru Perancangan Kota yang Kontekstual. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2008.

16


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 17-18

Tata Kota: Beradaptasi pada Situasi Geografis David D. Aditya

T

ak jarang suatu kesamaan yang serupa dari

sesuatu yang berbeda secara tidak sengaja mempunyai relasi yang mengaitkan keduanya. Tidak jarang sebuah keseharian manusia yang sangat kasat mata begitu serupa dengan pelajaran kehidupan. Seperti adanya kesamaan terhadap sebuah pembangunan kota dengan perilaku manusia. Artikel ini akan membahas mengenai perencanaan kota yang menjadi suatu visi untuk merancang kota yang layak. Kondisi geografis yang dipengaruhi oleh suhu, ketinggian, lokasi dan lingkungan sekitarnya akan menentukan struktur kota yang seperti apa. Dengan mengetahui situasi geografis, kota dapat disusun secara sistematis dan berkoperasi dengan situasi cuaca dan geografis. Adanya penerapan teknik dan hukum dasar terhadap penataan kota ternyata justru persamaan yang tak kasat mata terhadap perilaku manusia yang selalu dilakukan untuk bertahan. Bayangkan seorang manusia baru saja menempati situasi baru dimana manusia harus mengikuti hukum yang berlaku pada lokasi tersebut. Sama seperti kota yang direncanakan. Kota yang direncanakan tidak hanya menyediakan kebutuhan manusia yang menempati kota tersebut, Melainkan menyesuaikan kebutuhan dengan kondisi geografis yang menjadi hukum alam dalam sebuah ruang yang ditempati oleh kota yang direncanakan.

Membangun, merancang dan mengeksekusi proses pembangunan kota memiliki berbagai aturan dasar untuk menjadikan kota yang sangat sistematis untuk manusia bisa memiliki akses kebutuhan yang secara hukum alam mereka inginkan. Hukum dasar ini tidak dirancang, namun memang menjadi suatu yang seharusnya ada sehingga manusia terus melakukan kegiatanya secara alami. Para ahli mendefinisikan dan mengkategorikan sebuah pengertian mengenai penataan ruang dan kota. Yunus Wahid, Seorang profesor dan doktor dalam bidang perancangan h“Ruang adalah uku dasar tata ruang mendefinisikan ruang dengan kutipan: “Wujud fisik lingkungan di sekitar kita dalam dimensi geografis dan geometris. Ruang adalah adalah wadah yang meliputi: ruang darat, laut, dan udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan aktivitas.” Dapat disebut bahwa ruang adalah wadah dimana manusia akan membagun sebuah infrastruktur yang berkepentingan sebagai fungsi. Dalam sebuah penelitian penataan ruang terhadap kota Surakarta yang ditulis oleh mahasiswa lulusan Universitas Gajah Mada, dapat dikutip terhadap pendahuluan skripsi bahwa: “Penataan ruang merupakan suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Berdasarkan wilayah administrasinya, penataan ruang terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, penataan ruang wilayah kabupaten/kota.” Dengan kata lain, suatu sistem yang bertujuan menata 17


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 17-18

rencana sebuah tata ruang, maka sistem ini disebut penataan ruang. Yunus Wahid, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Hukum Ruang, juga mendefinisikan struktur tata ruang yang telah dikutip: “Tata ruang sebagai wujud PR merupakan sarana (instrumen hukum) untuk menjamin dan mengharmonisasikan berbagai kepentingan dalam pemanfaatan ruang, baik kepentingan dalam ekonomi, sosial, budaya maupun kepentingan ekologi dalam arti yang luas.” Hal ini jelas dengan adanya dua peruntukan dengan fungsi utama masing-masing, fungsi lindung dan budidaya, yakni Kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagai konsep dasar dalam setiap tahapan kegiatan penataan ruang. Dasar pemikiran dan fungsi kawasan secara sederhana dapat dilihat pada gambar di bawah:

karakternya, jiwanya, impian, warganya dan semangatnya.” Dengan penjelasan sederhana, kota memiliki karakter yang mendefinisikan sebuah jati diri dan merepresentasikan manusia yang tinggal di dalamnya. Penataan ruang menjadi kebetulan yang mempunyai kesamaan dalam perilaku manusia yang melakukan perencanaan secara natural untuk membuat sebuah habitat yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Dalam ribuan tahun manusia menjelajah bumi, manusia dalam konteks lansekap yang berubah dengan cepat. Di mana manusia mengembangkan otak dan kapasitas mereka yang cukup besar untuk perilaku adaptif. Dengan hukum penataan ruang yang menjadi dasar pemanfaatan ruang, hal ini bisa dikaitkan dengan hukum dasar manusia untuk bertahan. Seperti manusia yang beradaptasi dengan cuaca. Cuaca di seluruh penjuru bumi kerap mempunyai karakteristik yang berbeda. Namun, manusia secara cerdas melakukan adaptasi untuk sesuatu yang bermanfaat. Daftar Pustaka Agung Wicaksono, Rizqi. Skripsi: “Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi dan Sistem Informasi Geografi”. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2015.

Gambar 1. Dasar pemikiran dan fungsi Kawasan secara sederhana Sebagai kesederhanaan dari kutipan yang telah tertulis dari buku karya prof. Yunus Wahid, adanya instrumen hukum yang mendukung pembangunan ekonomi, budaya, sosial dan kepentingan ekologi, sehingga peruntukan hukum yang berbentuk budidaya fungsi lindung dan penataan ruang. Gambar di atas adalah contoh penataan ruang yang memiliki fungsi lindung dan peruntukan yang mendukung adanya kepentingan pembangunan ekonomi, budaya, sosial dan kepentingan ekologi secara luas. Memasuki pendalaman materi pada pembahasan mengenai penataan kota, kota menjadi salah satu kesamaan terhadap perilaku manusia untuk beradaptasi. Dalam sebuah buku yang berjudul Metropolis Universalis, karya Eko Laksono menjelaskan bahwa: “Perancangan kota tidak hanya mengatur bangunan, jalan, taman, atau infrastruktur. Membangun kota adalah membangun sebuah bangsa, membangun

Anisa Aulia Sari, Siti. Skripsi: “Studi pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan”. Sumatera Utara: Universitas Muhammadiyah. Laksono, Eko. Belajar Membangun Kota yang Maju dari Sejarah Perkembangan Kota di Dunia. PT. Elex Media Komputindo, 2012. Wahid Yunus. Pengantar Hukum Ruang. Jakarta: Premedia Group, 2014. “RI Rawan Bencana, Tata Ruang Harus Sesuai Peta Gempa.”. 10 Oktober 2018. finance.detik.com. (https://finance.detik.com/infrastruktur/d4251131/ri-rawan-bencana-tata-ruang-harussesuai-peta-gempa). Diakses 11 Februari 2019. “4 Tolok Ukur Kota yang Baik”. 1 Maret 2013. Intisari.com (http://intisari.grid.id/read/0374454/4tolok-ukur-kota-yang-baik?page=all). Diakses 11 Februari 2019

18


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 19-23

Berbagai Hal yang Menyerang Air Jeihan Ivan Hadar S

esekali seorang penyair asal Inggris, W. H.

Auden, pernah berkata “Ribuan hidup tanpa cinta, tidak satu pun tanpa air”. Namun mengetahui air sangat esensial dalam kehidupan, istilah pencemaran air bukanlah hal yang asing bagi kita semua. pencemaran air terjadi ketika zat berbahaya–biasanya bahan kimia atau mikroorganisme–mencemari aliran, sungai, danau, lautan, atau badan air lainnya, menurunkan kualitas air dan membuatnya berbahaya bagi manusia atau lingkungan. Air merupakan senyawa yang tidak berwarna dan tidak berbau yang dapat ditemukan di setiap sudut bumi. Air terdiri dari milyaran kumpulan molekul (H2O). Setiap molekul terdiri atas dua elemen hidrogen (H2) dan satu elemen oksigen (O) yang terikat oleh ikatan kovalen yang sungguh kuat. Air dapat ditemukan pada tiga keadaan yang berbeda–cair, padat, dan bentuk uap. Air dalam bentuk cair dapat ditemukan pada sungai yang mengalir dan lautan yang luas. Bentuk padat dapat ditemukan di kutub utara dan kutub selatan dalam berton-ton gunung es. Bentuk uap memang selalu ada dimanapun, sebab salah satu bahan umum atmosfer adalah uap air. Kehidupan diyakini berasal dari larutan air laut. Yang mulanya hanya sepeser sel tunggal, selama berabad-abad berkembang di dalam air menjadi leluhur kuno kita semua. Sampai sekarang air tetap berperan besar dalam kehidupan. Semua makhluk hidup bergantung

pada air–yang mengalir di darah dan cairan pencernaan–untuk melaksanakan proses biologis dan bertahan hidup. Sebagai makhluk hidup, kita membutuhkan darah yang terus mengalir dan memberikan sumber oksigen dan nutrisi ke seluruh penjuru tubuh serta organ-organ yang berfungsi. Fenomena ini dapat berjalan dengan lancar ketika darah tersebut berada dalam kondisi yang sehat dan bersih. Jika saja aliran darah tersebut kotor, bukan hanya satu organ yang akan terpengaruh melainkan seluruh sistem tubuh akan rusak. Sama seperti pencemaran air. Jika satu sungai tercemar oleh pencemaran, setiap sungai yang mengalir ke laut akan tercemar dan semua makhluk hidup yang bergantung pada air sebagai sumber utama mereka akan terpengaruh. Uniknya, air rentan terhadap pencemaran. Dikenal juga sebagai "pelarut universal," air mampu melarutkan lebih banyak zat daripada cairan lain di bumi. Itulah sebabnya terdapat berbagai danau dengan warna yang berbeda di bumi ini. Hal tersebut juga membuat air mudah tercemar. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran air. Secara garis besar, pencemaran air terjadi ketika limbah beracun dari pertanian, kota, dan pabrik dibuang ke aliran sungai dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan pencemaran air. Salah satu faktor paling umum yang bertanggung jawab atas pencemaran air adalah pembuangan air limbah domestik. Menurut anggota BPPT, Setiyono, pembuangan air limbah 19


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 19-23

tidak hanya diproduksi oleh pabrik tetapi dari air bekas penggunaan manusia juga. Apakah anda menyadari betapa pentingnya air dalam kehidupan sehari-hari? Rata-rata, satu orang mandi dua kali sehari. Bukan hanya itu, aktivitas lainnya seperti mencuci baju dan mencuci piring juga berpengaruh terhadap pencemaran air. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), ada sekitar 96% air perkotaan dalam kondisi tercemar berat akibat pembuangan limbah ke perairan sungai yang berjumlah tinggi (Kompas). Pembuangan air limbah dari saluran pembuangan atau selokan menyebabkan dua masalah lingkungan yang dianggap sangat berbahaya: penyuburan air dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB). Penyuburan air merupakan fertilisasi badan air oleh tingkat tanaman dan nutrisi (nitrogen dan fosfor) yang tinggi dalam proses yang juga dikenal dengan istilah eutrofikasi. Menurut buku Pengantar Pengendalian Pencemaran, Eutrofikasi dapat meningkatkan KOB dalam sebuah badan air. KOB adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan limbah biologis, ketika KOB meningkat maka oksigen terlarut dalam air mulai menipis. Berdasarkan buku Environmental Science Activities Kit, terdapat korelasi antara konsentrasi oksigen terlarut dengan jarak hilir sungai dari tumpahan limbah. Bisa dilihat bahwa ketika jaraknya dekat maka tingkat KOB berada di puncak. Di jarak 50 km, ada penurunan konsentrasi oksigen terlarut. Grafik 1 dapat disimpulkan bahwa tingkat tertinggi KOB berada di jarak terdekat dari tumpahan limbah.

Grafik 1: Korelasi antara jarak dari tumpahan limbah dengan KOB (ditulis dengan BOD) dan oksigen larut

Sebuah badan air dapat bersifat eutrofik jika memiliki beberapa karakteristik tertentu. Apakah anda pernah melihat sebuah lahan hijau yang sebenarnya adalah sebuah danau? Badan air eutrofik bisa dibedakan dengan adanya pertumbuhan ganggang yang menutupi permukaan air. Badan air tersebut memiliki tingkat nutrisi yang tinggi, penetrasi cahaya matahari yang buruk, tingkat oksigen terlarut yang rendah, perairan dangkal, dan dasar yang terdiri atas lumpur. Dengan adanya pertumbuhan tanaman ganggang berlebihan, hal tersebut dapat mencegah oksigen masuk ke dalam air dan menciptakan zona mati di mana tidak ada organisme yang dapat bertahan hidup.

Gambar 1: Danau Eutrofik Selain eutrofik, badan air lainnya memiliki sifat oligotrofik. Badan air bersifat oligotrofik dapat ditemukan pada air-air jernih yang tidak subur dan hanya dapat mendukung populasi kecil organisme air. Badan air oligotrofik memiliki tingkat nutrisi yang rendah, penetrasi cahaya matahari yang baik, tingkat oksigen terlarut yang tinggi, perairan dalam, tingkat pertumbuhan ganggang yang rendah, dan dasar yang terdiri atas pasir atau batu.

Gambar 2: Danau Oligotrofik

20


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 19-23

Proses eutrofikasi dimulai pada badan air oligotrofik dengan tingkat nutrisi yang renda. Kemudian input nutrisi buatan dari limpasan dan pembuangan limbah domestik larut di dalam air. Nutrisi tambahan menghasilkan pertumbuhan ganggang dan biomassa lainnya dengan tingkat cepat yang mengakibatkan penurunan konsentrasi oksigen terlarut. Kekeruhan air meningkat seperti halnya laju sedimentasi. Pada musim kemarau ganggang mekar dan menutupi permukaan air. Tingkat oksigen terlarut mengalami penurunan pada malam hari ketika tanaman tidak dapat menjalankan proses fotosintesis, proses respirasi (mengambil oksigen terlarut dari air) terjadi. Proses eutrofikasi diakhiri dengan adanya pengembangan kondisi anoksik dan pelepasan gas berbahaya seperti hidrogen sulfida, tiol alkohol dan amonia ke atmosfer. Pada tahun 1960-an, DKI Jakarta mengalami pertumbuhan populasi yang eksponensial. Yang dulunya hanya mencapai 3 juta penduduk, kini DKI Jakarta menjadi kota dengan jumlah penduduk tertinggi di Pulau Jawa. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk DKI Jakarta pada tahun 2018 mencapai 10 juta jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk membutuhkan persediaan prasarana yang layak, namun sampai sekarang juga pemerintah tidak mampu menyediakannya. Sementara itu pemerintah DKI Jakarta memutuskan bahwa tujuh dari 19 sungai dan laut di Jakarta yang menjadi sumber utama air baku, air minum, dan perikanan. Tapi, faktanya 90% air limbah domestik saat ini dibuang ke sungai dan laut melalui septic tank tanpa diolah sama sekali. Hal tersebut menjadikan wilayah di dekat tanggul sungai dan pantai lebih rawan penyakit dan pencemaran. Sebagian besar penyakit di dunia memiliki kaitan dengan air dan sanitasi. Salah satu jenis pencemaran air adalah mikroorganisme yang berasal dari berbagai sumber seperti udara, lumpur, hewan (hidup dan mati), kotoran hewan dan manusia, dan bahan organik lainnya. Virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya sering ditemukan di dalam air. Indonesia rentan terhadap mikroorganisme yang mencemari air, sebab salah satu sumber air tawar utama berasal dari sungai. Beberapa jenis mikroba patogen dapat ditemukan di dalam air limbah domestik serta di

dalam efluen unit pengolahan limbah. Patogen yang sering ditemukan di dalam air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab saluran pencernaan seperti Vibrio Cholerae penyebab penyakit kolera, Virus A Hepatitis penyebab hepatitis menular, Poliovirus penyebab penyakit polio, Salmonella Typhi penyebab penyakit tipes, dan masih banyak lainnya. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency), salah satu dari tiga sumber utama pencemaran air pada aliran dan sungai adalah akibat endapan sedimen. Sedimen merupakan partikel berbutir halus seperti lumpur dan tanah liat yang biasanya jatuh kedalam sungai melalui hujan atau arus, namun masalah akan ada ketika jumlah yang tercampur lebih besar dari biasanya. Penyebab utama polusi sedimen pada sungai di antara lain adalah tanah longsor dan erosi tanah. Tanah longsor dapat dipicu oleh pencabutan vegetasi, sebab akar tanaman sangat efektif menahan tanah. Bukan hanya tanah longsor, erosi tanah juga berperan dalam mengakibatkan polusi sedimen. Erosi tanah dapat disebabkan oleh pembangunan jalanan dan bangunan ketika tanah-tanah terbuka dalam jangka waktu yang lama. Mirip dengan pembangunan, praktik pertanian yang membiarkan hamparan tanah yang luas menjadi gersang. Praktik kehutanan juga dapat menyebabkan erosi, terutama di lereng yang lebih curam. Walaupun penebangan pohon dijalankan dengan hati-hati, masih banyak mesin yang bisa merusak tanaman-tanaman rendah. Beberapa tempat yang menjadi jalan umum membuat tanah tidak terlindungi dan rentan terhadap erosi. Pada saat hujan turun atau arus melewati daerah yang mengalami erosi, partikel-partikel yang menempati permukaan tanah ikut terbawa. Partikel-partikel tersebut kemudian mencemari sungai, dengan kata lain mereka menyebabkan air menjadi keruh dan terhalangi dari sinar matahari. Berkurangnya cahaya matahari akan menghambat pertumbuhan tanaman air, yang terbukti berperan besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem sungai termasuk menyediakan sumber makanan bagi ikan-ikan kecil. Cara lain sedimen dapat membahayakn adalah ketika lumpur menutupi hamparan kerikil, tempat ikan bertelur. Hamparan kerikil adalah tempat yang sempurna bagi telur ikan trout atau salmon untuk dilindungi 21


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 19-23

sementara masih memungkinkan oksigen mencapai embrio yang sedang tumbuh. Ketika lumpur menutupi telur, hal tersebut mencegah embrio dengan oksigen. Bahan kimia seperti nitrogen dan fosfor yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan ganggang berbahaya dalam konsentrasi yang besar. Banyak sumber tanaman anorganik dan nutrisi alga berasal dari limbah manusia dan hewan, residu tanaman, endapan atmosfer, dan limpasan pupuk. Hal-hal ini dapat menyebabkan penyuburan, bau tidak sedap, dan KOB tinggi. Selain itu terdapat dua tipe bahan kimia organik yang mengandung atom karbon, dari alam dan buatan manusia. Gula, asam amino, dan minyak merupakan bahan kimia yang datang dari alam. Ada juga bahan-bahan kimia buatan manusia seperti pestisida, bahan kimia industri, dan plastik. Semua unsur kimia tersebut dapat ditemukan pada air yang tercemar. Untuk memberikan beberapa contoh, Vinyl chloride dari industri plastik dapat ditemukan dan beberapa efek kesehatan yang dilaporkan adalah kanker. Bukan hanya mikroorganisme, bahan organik pun bisa menyebabkan penyakit. Beda dengan bahan kimia organik, bahan kimia anorganik tidak memiliki atom karbon. Hanya beberapa bahan kimia organik yang mengandung atom karbon (CO2, CO, dan lainnya). Ketika mendengar “polusi air� atau “pencemaran air�, sebagian besar orang akan membayangkan limbah pabrik berwarna hitam pekat dibuang ke sungai. Limbah pabrik termasuk dalam bagian bahan kimia anorganik. Contoh lainnya termasuk cairan asam, garam, dan kandungan besi yang tinggi. Bahan kimia anorganik ini sangatlah berbahaya, terutama ketika mereka membutuhkan waktu yang lama untuk mengurai. Logam adalah salah satu hal yang dapat ditemukan di perairan yang tercemar. Berdasarkan penelitian yang dianjurkan oleh Staf Pengajar Jurusan Biologi Kampus tembalang Semarang, Hirawati Muliani, logam dapat masuk ke dalam perairan melalui limbah industri dan limbah tambung Kehadiran logam lebih dari 0.1 mg/L dapat merusak insang ikan. Bukan hanya melepaskan limbah beracun, proses industri juga melepaskan air panas ke perairan. Proses pembuangan tersebut menghasilkan perubahan drastis terhadap suhu perairan. Perubahan suhu air dapat

mempengaruhi tidak hanya siklus reproduksi, tetapi tingkat pencernaan dan laju respirasi juga akan terpengaruh. Pembuangan air panas menambahkan suhu perairan dan menurunkan konsentrasi oksigen terlarut. Berdasarkan buku Environmental Science Activities Kit, grafik 2 di bawah menunjukan bahwa konsentrasi oksigen terlarut pada perairan tergantung dengan suhu perairan. Ketika suhu mengalami kenaikan, konsentrasi oksigen terlarut mengalami penurunan.

Grafik 2: Korelasi antara suhu (derajat celsius) dengan kapasitas oksigen terlarut (gO2/LH2O) Yang benar adalah air rentan terhadap segala hal yang akan membahayakan mereka. Halhal seperti limbah, eutrofikasi, mikroorganisme, akan mencemari sisa perairan. Ditambah lagi dengan bantuan kita, polusi air semakin lama akan bertambah. Kebanyakan orang menutup mata terhadap masalah yang tersangkut di luar apa yang dianggap sebagai "pencemaran air", banyak yang melihatnya sebagai pencemaran yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik yang mengeluarkan limbah beracun. Tapi sebenarnya, kita semua yang bersalah terhadap pencemaran air. Hidup kita seperti sungai yang mengalir. Polusi yang akhirnya mengalir bersama air adalah masalah yang kita temui setiap harinya. Setelah air tercemar, mungkin sudah mustahil untuk membersihkan semua kotoran. Sebagai gantinya mungkin ada hal-hal kecil yang tertinggal. Persis seperti masalah kita. Setelah kita menghadapi masalah, itu mungkin tidak pernah benar-benar hilang, sebagai gantinya ada kenangan dan kita dapat menggunakannya sebagai pelajaran dan pengingat untuk terus maju ke depan. Dalam makalah ini kita telah berbicara tentang polusi air dan hal-hal yang menyebabkannya. Kita sebagai manusia perlu belajar dari alam sekitar kita, yang harus kita lakukan hanyalah membuka mata.

22


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 19-23

Daftar Pustaka “W. H Auden Quotes”. Brainly quote.com (https://www.brainyquote.com/quotes/ w_h_auden_382527), diakses 25 Februari 2019.

Setiyono. Skripsi: “Potensi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Wilayah DKI Jakarta dan Strategi Pengelolaanya”. BPPT, 2005.

Geost, Flysh. “Apa itu Air ? Pengertian, Fungsi, Sumber, dan Manfaatnya”, 28 Mei 2018, GeologiNesia, (https://www.geologinesia .com/2018/05/apa-itu-air.html), diakses 25 Februari 2019. Grafik 1 & 2: Roa, Michael L. Environmental Science Activities Kit: Ready-to-Use Lessons, Labs, and Worksheets for Grades 7-12. Chichester: John Wiley & Sons, 2008. “Berapa Jumlah Penduduk Jakarta?”, 24 Januari 2018, Katadata.co.id, (https://databoks.katadata.co.id/datapub lish/2018/01/24/berapa-jumlahpenduduk-jakarta), diakses 25 Februari 2019. Purba, David Oliver. “"Bappenas: Kualitas 13 Sungai di Jakarta Buruk, Lihat Pakai Drone Airnya Hitam", 1 Februari 2018, kompas.com, (https://megapolitan.kompas.com /read/2018/02/01/20171221/bappenas -kualitas-13-sungai-di-jakarta-buruk-lihatpakai-drone-airnya”, diakses 25 Februari 2019. Gambar 1 & 2: “Lake Trophic States”, RMB, (https://www.rmbel.info /primer/laketrophic-states-2/), diakses 25 Februari 2019. Muliani, Hirawati. Skripsi: “Pengaruh Logam Terhadap Status Darah Ikan”. Semarang: Universitas Diponegoro, 1999. Machdar, Izarul. Pengantar Pengendalian Pencemaran. Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2018.

23


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 24-27

Atmosfer: Paruparu Bumi Kita Khadiza Refry P

aru-paru selalu berusaha keras setiap hari

untuk menukar gas yang masuk dan keluar dari badan kita. Betapa pentingnya paru-paru untuk kehidupan kita, tanpanya kita tidak bisa bernafas dan hidup. Sama seperti atmosfer, bumi tidak bisa hidup tanpanya. Atmosfer yang terletak di atas kita selalu menjaga manusia dari gas-gas yang berbahaya. Lapisan bumi yang begitu baiknya melindungi manusia dari radiasi sinar matahari yang sangat panas, manusia bisa meninggal dunia jika terkena langsung tanpa melewati lapisan yang ada di atmosfer. Kita perlu berterima kasih kepada lapisan atmosfer yang telah menjaga kita selama ini. Kita bisa membalas kasihnya dengan memperlakukan atmosfer dengan baik. Yaitu dengan menjaga kesehatan atmosfer, jangan sampai atmosfer-nya rusak. Namun, kondisi atmosfer kini sudah sakit. Mengapa? Karena manusia dari zaman dahulu sudah merusak atmosfer, yang penyebab utamanya adalah terjadinya efek rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global dan menjadikan bumi mengalami perubahan iklim. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai perubahan iklim secara spesifik, butuh dibedakan maksud antara cuaca dan iklim. Cuaca adalah suatu kejadian alam yang terjadi dalam waktu yang singkat, yang dapat kita rasakan dari menit ke menit dan dari jam ke jam (seperti perubahan temperatur, kelembaban, dan angin yang terjadi setiap hari). Sedangkan iklim, yang akan kita bahas lebih lanjut, merupakan peristiwa cuaca yang terjadi dalam waktu yang panjang, biasanya dapat dilihat sebagai rata-rata kejadian cuaca di suatu daerah tertentu. Dalam lingkup ‘iklim’, peristiwa alam yang terjadi seperti

perubahan musim yang ekstrim dalam waktu yang relatif lama, dapat terjadi secara lokal, regional, maupun secara global. Contoh iklim adalah musim (dingin, panas, semi, gugur, hujan, dan kemarau) dan peristiwa alam yang khusus, seperti tornado, banjir, dan longsor. Iklim bumi sedang bermasalah, karena adanya pemanasan global. Pemanasan global adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida dan gas-gas lain. Pemanasan global juga dikenal sebagai gas rumah kaca (GRK) atau Greenhouse Gases yang memerangkap panas. GRK adalah gas-gas di atmosfer yang bertugas untuk menangkap energi panas matahari agar tidak seluruhnya masuk ke permukaan bumi, seperti panel-panel kaca di rumah kaca. GRK yang berperan besar di atmosfer adalah karbon dioksida (CO2), nitro oksida (Nox), sulfur oksida (Sox), metana (CH4), Chloro-fluoro-carbon (CFC), dan hydrofluorocarbon (HFC). Tanpa gas-gas tersebut, panas akan menghilang dan temperatur bumi dapat menjadi 33 celcius lebih dingin. GRK dapat ditemukan dari permukaan bumi sampai ketinggian 15 km di atmosfer. Lapisan gas rumah kaca terbentuk pada ketinggian 6.2-15 km. Pemanasan global ini menyebabkan pola cuaca berubah sehingga menimbulkan peningkatan curah hujan yang tidak biasa, angin semakin ganas dan badai, bahkan bencana alam. Efek gas rumah kaca adalah ketika sinar matahari memasuki atmosfer bumi melalui lapisan gas-gas rumah kaca. Lalu, tanah, air, dan ekosistem lainnya menyerap energi dari sinar tersebut di saat sinar matahari mencapai permukaan bumi. Setelah penyerapan energi sinar matahari, energi ini dipancarkan kembali ke 24


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 24-27

atmosfer. Sebagian besar ditangkap oleh gas-gas rumah kaca di atmosfer dan dikembalikan ke bumi, yang menyebabkan bumi menjadi lebih panas (pemanasan global), dan sebagian kecil dipancarkan kembali ke angkasa. Pembakaran bahan bakar fosil merupakan salah satu perbuatan manusia yang melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer, dengan mengendarai mobil, manusia dapat melepaskan GRK ke atmosfer. Dari tempat pembuangan sampah pun dapat melepaskan GRK ke atmosfer. Saat manusia membuang sampah dan makanan sisa ke dalam tempat sampah, sampahsampah tersebut lalu dibawa ke tempat pembuangan sampah. Saat sampah berada di paling bawah, tumpukan bagian bawah itu mengalami pembusukan, yang nantinya membentuk gas methan (salah satu gas rumah kaca). Chloro-fluoro-carbon (CFC) yang ada di dalam lemari es dan bahan pembakar pada aerosol memberikan efek besar terhadap efek rumah kaca. CFC tidak terbentuk secara alami, melainkan terbentuk akibat aktivitas manusia dalam proses perindustrian. CFC digunakan sebagai pendingin di lemari es dan aerosol. CFC ini ketika dilihat dari perbandingan efek yang disebabkan di atmosfer berjumlah kecil, tidak lebih dari 0,000001%, tetapi CFC memiliki ‘efek rumah kaca’ lebih besar, sekitar 10.000 kali dari karbon dioksida. Maka jelas, CFC juga menghancurkan lapisan ozon di atmosfer, bagian penting di lapisan atas atmosfer. Para petani juga memberikan efek rumah kaca yang cukup besar. Saat petani menambah pupuk nitrogen untuk menyuburkan tanah kepada lahannya, beberapa elemen dari kandungan nitrogen dalam pupuk tersebut berubah menjadi nitrous oksida, gas

rumah kaca yang sangat kuat. Lalu dalam peternakan, sapi memproduksi gas metan saat rumput mengalami peragian di perut mereka. Bisa dibayangkan, ada sekitar 1,2 miliar ternak sapi di dunia, dan semuanya menambah kadar gas rumah kaca, bagaimana kabar paru-paru bumi kita? Perubahan iklim dapat disebabkan dari berbagai perspektif, dari manusia, alam sendiri, dan dari yang terjadi di angkasa. Perubahan orbit dan sudut sumbu bumi dapat mengakibatkan perubahan dalam luas permukaan bumi terhadap matahari, yang dapat mengubah intensitas radiasi. Hal ini dapat menyebabkan perubahan iklim karena peristiwa yang terjadi oleh bumi sendiri. Selain itu, noda matahari atau sunspot, yaitu bagian yang terdapat pada permukaan matahari yang bersuhu dingin dan berwarna gelap, merupakan perubahan pada noda matahari atau perubahan suhu matahari yang dapat menimbulkan perubahan medan magnet bumi, sehingga mempengaruhi sistem peredaran atmosfer. Kejadian ini juga merupakan salah satu penyebab perubahan iklim. Meskipun Letusan gunung berapi juga merupakan salah satu penyebab perubahan iklim, letusan tersebut tidak berdampak sebesar gas rumah kaca. Berdasarkan Fourth Assessment Report oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), “90% aktivitas manusia selama 250 tahun terakhir membuat planet semakin panasâ€?. Dapat dilihat pada grafik anomali temperatur global di bawah ini, temperatur bumi secara global mengalami kenaikan sejak 1950. Mencapai 0,7°C pada tahun 2000, mengindikasikan adanya perubahan iklim skala global.

Gambar 1. Temperatur Bumi secara Global pada Tahun 1880-2000 Sejak revolusi industri, tingkat karbon rumah kaca yang dihasilkan manusia selama 50 dioksida di dunia meningkat dari 280 parts per tahun mampu meningkatkan suhu bumi. million (ppm) menjadi 379 ppm selama 150 Kebiasaan manusia yang diterapkan sejak satu tahun. IPCC menyimpulkan bahwa 90% gas dekade yang lalu telah mengakibatkan bumi 25


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 24-27

mengalami perubahan iklim. Manusia baru sadar adanya masalah dalam perubahan iklim setelah seratus tahun. Demikian juga jumlah kematian manusia meningkat sebesar 50% akibat bencana iklim. Terutama di Indonesia, polusi yang dilepas dan berputar ke seluruh area di Indonesia ada banyak sekali. Dari jalan raya yang kita lewati setiap pagi saja terlihat adanya polusi. Masyarakat Indonesia juga dapat membayangkan betapa banyaknya polusi yang ada di udara negara kita. Tidak hanya itu, penyebab-penyebab pelepasan gas rumah kaca yang disebut sebelumnya pun bisa kita temukan di sekitar Indonesia. Dampak perubahan iklim yang bisa dilihat adalah kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 2015, kebakaran hutan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Kebakaran ini telah menghanguskan lebih dari 2,6 juta hektar lahan Pulau Bali. Padahal, hutan Indonesia merupakan jenis hutan hujan tropis, di mana hutan selalu basah dan lembab, sulit untuk terbakar secara alami. Dengan kritisnya perubahan iklim di Indonesia, terjadilah peristiwa pembakaran hutan ini. Pada tahun 2015, fenomena El NiĂąo menyerang beberapa wilayah di Indonesia, menyebabkan jangka waktu musim kemarau yang lebih panjang, membuat lahan hutan menjadi lebih kering dan mudah terbakar. El NiĂąo terjadi karena perubahan iklim yang terjadi secara global, namun bukan hanya ini penyebab kebakaran pada tahun itu. Selain El NiĂąo, kurangnya monitoring titik api turut menjadi penyebab kebakaran hutan. Dampak perubahan iklim yang paling membahayakan dalam kehidupan manusia adalah gangguan kesehatan. Jutaan orang di Asia Tenggara telah terpapar oleh polusi udara akibat kebakaran hutan Indonesia pada 2015, dan polusi udara yang terjadi secara keseluruhannya di lingkungan mereka. Sekitar 503,874 manusia menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di provinsi Indonesia sejak 1 Juli sampai 23 Oktober 2015. Dari kejadian pembakaran hutan pada tahun 2015, itu sendiri sudah berdampak besar kepada masyarakat, bayangkan dampak yang terjadi dari polusi yang diproduksi oleh manusia setiap harinya. Menurut data dari WHO, 7 juta orang meninggal setiap tahun karena terpapar oleh polusi udara dan terkena penyakit seperti stroke, penyakit jantung, kanker

paru-paru, infeksi saluran pernafasan, dan pneumonia. Upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim merupakan suatu keperluan untuk melindungi kesehatan masyarakat Indonesia. Hanya dengan mengganti pemakaian bahan bakar fosil dengan energi terbarukan saja akan mengurangi tingkat polusi udara. Kita juga bisa meningkatkan upaya restorasi dan rehabilitasi hutan, untuk mengurangi jumlah karbon yang ada di atmosfer dan menjaga kenaikan temperatur permukaan tetap stabil. Menurut Greenpeace Indonesia, ada enam hal yang perlu diperhatikan oleh negara untuk menangani masalah perubahan iklim. Pertama adalah untuk memastikan emisi tertinggi terjadi pada 2015 dan setelahnya turun secara drastis. Negara yang maju juga harus mengurangi 40% emisi negara pada tahun 1990 pada tahun 2020 yang mendatang. Untuk negara berkembang, dengan dukungan negara-negara industri, negara butuh memperlambat emisi menjadi 15-30% pada tahun 2020. Perlu juga dilindungi hutan dengan cara pendanaan, untuk menjaga stabilitas tingkat karbon di atmosfer. Negara juga butuh mengimplementasi penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi. Solusi terakhir adalah untuk menolak solusi dalam penggunaan energi nuklir. Solusi untuk negara berlaku dalam menangani masalah perubahan iklim secara global juga. Dengan memperbaiki negara sendiri, wilayah-wilayah sekitar pulau Indonesia akan ikut tertangani. Negara-negara sekitar Indonesia juga akan dipaparkan oleh udara yang bersih, jika kita berhasil merubah kondisi polusi udara di Indonesia. Kita perlu menerapkan kebiasaan tersebut karena kondisi alam tidak bisa berubah dalam waktu cepat. Masalah perubahan iklim ini sendiri muncul setelah berpuluhan tahun kegiatan manusia dalam produksi polusi udara. Maka, untuk menyembuhkan bumi kembali dibutuhkan puluhan tahun juga. Dari situasi atmosfer bumi yang telah dibahas sebelumnya, penulis menyarankan untuk menerapkan kebiasaan yang menjaga lingkungan. Hal-hal kecil seperti mendaur ulang, jika diterapkan pada aktivitas sehari-hari, lingkungan kita akan membaik, dan jika kita terapkan dalam jangka waktu yang panjang (sampai bertahuntahun), kondisi atmosfer bumi bisa membaik dan 26


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 24-27

mengurangi polusi udara. Dapat kita pelajari juga nilai kehidupan dari masalah ini, hubungan manusia dan bumi seperti hubungan antar manusia. Sebuah hubungan yang ada dengan orang lain merupakan sesuatu yang sangatlah rapuh. Jika hubungan itu sudah rusak, seperti atmosfer bumi yang sudah rusak, untuk mengembalikan hubungan baik akan sulit dan memerlukan waktu yang cukup lama, ada proses yang perlu dilalui dahulu. Hubungan dengan teman, guru, keluarga, sangatlah berharga dan perlu dijaga baik-baik. Perlu kita perlakukan dengan benar, agar hubungan tetap sehat. Dengan menjaga hubungan kita dengan orang lain, kita dapat belajar betapa berharganya suatu hubungan yang kita buat dan akan takut untuk merusak hubungannya. Daftar Pustaka Apriyana, Yayan, Susanti, Suciantini, Ramadhani, dan Surmaini. Skripsi: “Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Pangan pada Lahan Kering dan Rancang Bangun Sistem Informasinya”. Bogor: Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2016.

2011. “Seputar Perubahan Iklim”. wwf.or.id. (https://www.wwf.or.id/tentang_wwf/ upaya_kami/iklim_dan_energi/solusika mi/kampanye/powerswitch/spt_iklim/ ). diakses 14 Februari 2019. “Solusi”. greenpeace.org. (http://www.greenpeace.org/seasia/id/ campaigns/perubahan-iklimglobal/Energi-Bersih/). diakses 21 Februari 2019. Tondang, Ratna. “Perubahan Iklim dan Dampaknya bagi Kesehatan di Indonesia”. 25 September 2018. kompas.com. (https://nasional.kompas.com/read/20 18/09/25/07130041/perubahan-iklimdan-dampaknya-bagi-kesehatan-diindonesia). diakses 21 Februari 2019.

Borowski, Bianca. 2010. Iklim dan Perubahan Iklim. Bandung: Penerbit Mizan. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2007. Rencana Aksi Nasional dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Perdana, Tito Aditya. Skripsi: “Dampak Perubahan Iklim Terhadap Nelayan Tangkap (Studi Empiris di Pesisir Utara Kota Semarang)”. Semarang: Universitas Diponegoro, 2015. Puspita N.H, Shinta, Yozi, dan Fitrianti. Tesis: “Perubahan Iklim Global dan Dampaknya Terhadap Lingkungan dan Kesehatan Manusia”. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta,

27


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 28-32

Penerapan Konsep Kota Berkelanjutan di Indonesia Muhamad Fasya Gani P

ertumbuhan kota ibarat sebuah benang,

bermacam-macam warna dan berbeda-beda bentuk. Nampak lurus dan stabil, namun ringan dan mudah terbang. Saat ditarik sampai panjang, benang itu terlihat bagaikan tali pertumbuhan yang panjang pula. Sesekali kita menariknya untuk dirapikan, namun malah menjadi kusut dan terlilit. Apakah yang akan kau lakukan ketika benang kusut? Terkadang, disaat mencoba meluruskannya, benang malah semakin kusut. Disaat tak tahan akan kekusutannya, sebagian orang akan memotongnya, sebagian orang akan mencoba merapikannya secara perlahan. Layaknya benang yang tidak selalu lurus, seringkali pertumbuhan dihadapi oleh lika-liku yang menyulitkan. Sebagai “pengguna benang”, kita dapat memilih antara menghadapinya dengan kesabaran atau mengambil alternatif cepat dengan melakukan pengorbanan. Perhatikanlah perkotaan di Indonesia. Kerusakan lingkungan merupakan hal yang tak lagi asing di kedua mata. Kemacetan, keamanan, polusi udara, emisi kebisingan, dan tingkat CO2 yang tinggi hanyalah sebagian dari puluhan isu yang melilit perkotaan Indonesia. Apakah yang harus dilakukan untuk menanggulangi masalahmasalah tersebut? Fenomena pemanasan global telah berdampak pada perubahan iklim. Pembangunan kota yang tak berkelanjutan dan tidak melakukan antisipasi, adaptasi, dan mitigasi terhadap perubahan iklim akan memberi dampak degradasi

kualitas lingkungan, bencana alam, dan mengarah kepada “bunuh diri ekologis”. Dengan demikian, pemerintah harus beralih kepada pembangunan yang berkelanjutan untuk menciptakan perkotaan yang ideal bagi generasi masa kini dan generasi masa depan. Istilah pembangunan berkelanjutan atau sustainable development menurut Brundtland Report (PBB) adalah proses pembangunan yang mencakup tidak hanya wilayah (lahan, kota) tetapi juga semua unsur, bisnis, masyarakat, dan sebagainya yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) terdiri dari 17 tujuan global dengan 169 target yang akan dijadikan tuntunan kebijakan dan pendanaan untuk 15 tahun ke depan dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030 (OJK). Tujuan dan target tersebut meliputi 3 dimensi pembangunan berkelanjutan yang berfungsi sebagai alat untuk mendefinisikan permasalahan berkelanjutan secara utuh. Ketiga dimensi tersebut adalah ekonomi, lingkungan, dan sosial. Jika salah satu dimensi melemah maka itu berarti sistem secara keseluruhan belum atau tidak berkelanjutan. Hal ini terjadi karena masingmasing dimensi menimbulkan hubungan sebabakibat. Setiap dimensi akan mengakibatkan dimensi lainnya terpengaruh. Menggali secara lebih dalam perihal tiga dimensi pembangunan berkelanjutan menuntut sebuah sistem berpikir. Anda akan mulai melihat

28


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 28-32

dunia sebagai sekumpulan sistem yang saling berhubungan.

Gambar 1. Korelasi antara tiga dimensi pembangunan berkelanjutan Diagram standar untuk memvisualisasikan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan sangatlah simplistik. Untuk melihat hubungan yang lebih akurat dibutuhkan bentuk diagram seperti yang terlampir diatas. Sistem terluas dari konsep ini adalah biosfer yang kita singgahi. Biosfer atau lingkungan mengandung sistem kemanusiaan yang terdiri dari dua sistem utama: sosial dan ekonomi. Ketika suatu kelompok orang, dari suku hingga negara, setuju untuk membentuk sebuah pemerintahan, mereka membentuk pula kontrak sosial untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Kontrak ini mengikat sistem sosial dan ekonomi kelompok tersebut menjadi satu. Orang-orang yang bertindak sebagai subsistem sosial, bekerja sama di bawah pemerintah pusat untuk memaksimalkan hasil sistem ekonomi mereka. Melihat keseluruhan sistem dengan cara ini memperjelas bahwa kelestarian lingkungan layak memiliki prioritas tertinggi, karena semakin rendah daya angkut lingkungan, semakin rendah kebaikan umum yang dihasilkan oleh sistem sosial dan semakin sedikit output yang dapat dihasilkan oleh sistem ekonomi. Pada intinya, hubungan antara ekonomi dan sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan yang adil (equitable). Hubungan antara ekonomi dan lingkungan diharapkan dapat terus berjalan (viable). Sedangkan hubungan antara sosial dan lingkungan bertujuan agar dapat terus bertahan (bearable). Ketiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan akan menciptakan kondisi berkelanjutan. Upaya manusia dalam bertahan hidup menetapkan fokus kepada asumsi dasar tertentu seperti pendapatan yang mencukupi, mata pencaharian yang berarti bagi kehidupan, produksi barang dan ketersediaan jasa untuk

kebutuhan dasar, adanya daya beli, regenerasi basis sumber daya alam, konservasi lingkungan, pengendalian pada transisi demografis dari pedesaan ke perkotaan, pemberdayaan dan pekerjaan bagi perempuan. Menurut Novianti, segala kebutuhan dasar masyarakat yang dapat terpenuhi mesti bersamaan dengan infrastruktur yang diperlukan untuk fasilitas sipil, kesehatan dan perawatan medis, perumahan, pendidikan, transportasi, tata kelola yang baik, dan pekerjaan Dalam kata lain, kota berkelanjutan harus bisa mengurus kebutuhan seluruh aspek kependudukan tanpa adanya diskriminasi. Konsep pembangunan berkelanjutan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 saat konferensi pertama PBB dalam bidang Lingkungan Hidup di Stocklom (Purwitasari). Gagasan kota berkelanjutan muncul sebagai upaya mengatasi degradasi yang terjadi di lingkungan perkotaan sepanjang abad kedua puluh. Oleh karena itu, masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan pengelolaan pemukiman manusia mulai dijadikan prioritas utama. Degradasi lingkungan itu pula yang akhirnya berujung kepada kemiskinan yang berlarut-larut, meningkatnya ketidakadilan sosial, kebutuhan pangan, dan masalah lingkungan global serta kesadaran bahwa ketersedian sumber daya alam untuk mendukung pembangunan ekonomi yang sangat terbatas. Pasca konferensi PBB, mulai banyak publikasi tulisan-tulisan yang menyentuh topik pembangunan berkelanjutan. Meski demikian, konsep tersebut tidak semata-mata langsung diterima secara internasional. Barulah pada Laporan Komisi Brundtland tahun 1987, disebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah pembangunan yang memenuhi kebutuhan di masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi di masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Di Indonesia, konsep kebijakan pembangunan berdasarkan kepada Undang Undang Dasar 1945. Konsep pembangunan berkelanjutan di Indonesia telah masuk pada amandemen UUD 45 yang keempat pada tanggal 10 Agustus 2002. Konsep tersebut salah satunya dapat dijumpai dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan bahwa, “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi 29


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 28-32

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional�. Presiden Jokowi melalui acara World Culture Forum di Bali pada tanggal 10 – 14 Oktober 2016, yaitu Culture for An Inclusive Sustainable Planet, menyatakan pemerintah Indonesia sepakat bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan komitmen global yang harus bersama-sama diwujudkan dengan terus bekerja sama dan saling bertukar pengalaman. Namun, bagaimana bisa konsep ini diterapkan di perkotaan Indonesia yang notabene tidak teratur dan carut marut? Agar dapat mendorong sebuah transformasi yang mampu menciptakan kota berkelanjutan, kita perlu mengidentifikasi permasalahan yang kini dihadapi. Dalam buku Mewariskan Kota Layak Huni, Joga menyampaikan bahwa secara umum, ada enam faktor permasalahan kota yang perlu diperhatikan, yaitu kohesi sosial demografi, penataan ruang, lingkungan ekologis perkotaan, perekonomian kota, serta pelayanan dasar dan pemukiman

perkotaan (244). Grafik 1: Jumlah penduduk perkotaan dan pedesaan di Indonesia Permasalahan pertama, yaitu kohesi sosial demografi, terlihat dari lonjakan pertumbuhan penduduk Indonesia yang telah meningkat sebanyak tujuh kali dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Dengan rata-rata pertumbuhan populasi penduduk kota sebesar 1,49 per tahun, jumlah populasi penduduk perkotaan diprediksi

akan meningkat dari 59,35 persen (2015) menjadi 60-70 persen (2025) hingga 82 persen (2040). Pengembangan kota yang tidak terkendali menjadi masalah kedua. Peluberan kota terjadi hingga ke sekitar pinggiran kota. Sebaran kawasan terbangun, terutama yang didominasi pengembang besar, telah menjalar jauh dari kota inti sangat tergantung pada infrastruktur jalanan yang dibangun pemerintah. Masalah yang ketiga adalah lingkungan ekologis perkotaan. Menurut World Bank, kota dihadapkan pada persoalan peningkatan emisi gas rumah kaca hingga 75 persen dan kenaikan paras muka air laut setinggi 0,73-0,76 sentimeter per tahun kemudian menjadi lebih buruk dengan penurunan muka tanah (penyedotan air tanah secara tidak terkendali) sebanyak 4-20 sentimeter per tahun. Data tersebut mengacu kepada potensi terjadinya persoalan yang berstatus kritis, yakni pemanasan lingkungan dan tenggelamnya pesisir kota. Keempat, pengembangan perekonomian di perkotaan telah memberikan sumbangan sebesar 74 persen terhadap PDRB Nasional (BPS). Di sisi lain, pembangunan infrastruktur yang masih terfokuskan ke kota mengakibatkan bertambah besarnya jurang kesenjangan antara kota dan desa sehingga arus urbanisasi terus meningkat. Berdasarkan penelitan yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (2014), pembangunan kota yang mengarah kapitalis telah membuat 6,96 penduduk kota tinggal di kawasan kumuh, 7,6 juta backlog perumahan, dan baru mampu mencakup 56 persen layanan pengelolaan sampah. Pelayanan dasar dan pemukiman perkotaan pun menjadi masalah kelima yang tak terhindarkan. Dalam upaya merealisasikan Sustainable Development Goal (SDGs), diperlukan rangkaian solusi yang dapat di eksekusi secara bertahap. Diawali dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan terpadu. Untuk menyusun kebijakan yang efektif, kita perlu melihat lingkup permasalahan menggunakan perspektif jangka panjang dengan memperhitungkan kebutuhan masa kini dan masa depan kota. Kebijakan vertikal dan horizontal harus terintegrasi dalam membentuk ruang, mengarahkan pertumbuhan mendatang, memengaruhi perilaku dan tindakan 30


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 28-32

politisi, serta menyediakan arahan strategis visi bersama pembangunan kota. Perencanaan dan perancangan yang berwawasan lingkungan akan memastikan pembangunan tata ruang berimbang sehingga membuat semua area mendapat layanan infrastruktur yang baik, memiliki akses terhadap pekerjaan, dan mempunyai ruang terbuka hijau yang memadai. Kebijakan perencanaan kota untuk memperbaiki pengelolaan kebencanaan, melakukan antisipasi, adaptasi, dan mitigasi terhadap perubahan iklim secara terukur, bertahap, dan menerus adalah langkah efektif membangun ketangguhan kota. Selain itu, strategi peremajaan transformatif diperlukan untuk mengatasi penurunan kualitas hidup perkotaan. Menurut World Bank, secara konseptual, peremajaan kota mirip dengan penyesuaian lahan, dengan pengecualian bahwa konsep ini terjadi di daerah perkotaan yang berjalan dan umumnya melibatkan proses pemindahan tempat yang dilakukan oleh pemerintah. Perencanaan kota memiliki kemampuan besar untuk melakukan perubahan melalui strategi perencanaan jangka panjang dan berkesinambungan berbasis kawasan. Salah satu contoh penerapan peremajaan kota dapat dilihat pada era Jokowi-Ahok di Kota Tua, Jakarta dimana perencaanannya meliputi perbaikan konstruksi, restorasi, infrastruktur hingga penghijauan (VOA Indonesia). Masa pemerintahan Jokowi-Ahok dan Ahok-Djarot di DKI Jakarta sebagai salah satu contoh pertumbuhan kota di Indonesia menyingkap strategi pembangunan yang tampak memusatkan pada konsep pembangunan berkelanjutan. Secara keseluruhan, strategi tersebut telah menyentuh semua pilar pembangunan berkelanjutan, baik pilar pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Begitu pula bagi pemerintah daerah lainnya, seperti Pemprov Sumut yang tidak lama lalu menggandeng perusahaan minyak Thailand untuk membangun corporate social responsibility atau gubernur Bali yang mengutamakan SDM untuk meningkatkan daya saing menuju kota berkelanjutan. Berdasarkan perencanaan pembangunan jangka menengah yang telah ditetapkan, Indonesia sudah mengarah pada bentuk kota yang berkelanjutan. Namun demikian, semua itu

tergantung pada implementasi perencanaan tersebut di lapangan. Melihat apa yang sudah dikerjakan oleh dalam beberapa tahun terakhir, ada optimisme ke arah itu. Beberapa kebijakan pembangunan baik di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan sudah dijalankan seperti program nawacita, Kartu Indonesia Pintar (KIP), kebijakan transportasi massal, penataan pedangan kaki lima, dsb. Konsistensi dan fokus dalam menjalankan rencana pembangunan menjadi kunci dari usaha mewujudkan kota berkelanjutan. Namun demikian, kerangka pikir masingmasing perkotaan yang berkelanjutan harus diletakkan dalam konteks pembangunan kota dan daerah-daerah sekitarnya, bukan sebagai kota yang terisolasi dari wilayah-wilayah sekitarnya. Karena itu salah strategi pembangunan yang dikembangkan, yaitu pengembangan kerjasama antar daerah merupakan strategi yang tepat untuk mendukung keberlanjutan perkotaan di Indonesia. Daftar Pustaka Brodjonegoro, Bambang. “Pembangunan Berkelanjutan�. 14 Januari 2018. kompas.co.id (https://kompas.id/baca/opini/2018/12 /01/pembangunan-berkelanjutan-2/). Diakses 17 Februari 2019. Joga, Nirwana. Gerakan Kota Hijau. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013. Joga, Nirwana. Mewariskan Kota Layak Huni. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017. “Kota dan Kabupaten Wujudkan Pembangunan Kota Berkelanjutan�. 1 Desember 2019. kominfo.go.id (https://kominfo.go.id/index.php/conte nt/detail/15911/kota-dan-kabupatenwujudkan-pembangunan-kotaberkelanjutan/0/artikel_gpr). Diakses 16 Februari 2019.

31


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 28-32

McCormack, Madura, “Jakarta Jakarta Perbarui Rencana Peremajaan Kota Tua”. 26 Februari 2014. voaindonesia.com (https://www.voaindonesia.com/a/jakar ta-perbarui-rencana-peremajaan-kotatua-/1859364.html). Diakses 26 Februari 2019 Novianti, Kurnia. 2016. Kota Berkelanjutan: Antara Ide dan Implementasi dalam perspektif pemangku kepentingan. Patrawidjaya. 17(3) Purwitasari, Diah Amalia. 2017. Penerapan Prinsip Deklarasi Stockholm dalam Kebijakan Pemerintah. Jurnal Ilmiah FISIP UNS. “Tujuan Pembangunan Berkelanjutan”. 30 Maret 2017. ojk.go.id (https://www.ojk.go.id/sustainablefinance/id/publikasi/prinsip-dankesepakataninternasional/Pages/TujuanPembangunan-Berkelanjutan.aspx). Diakses 26 Februari 2019 “Urban Redevelopment”. urbanregeneration.worldbank.org (https://urbanregeneration.worldbank.org/node/32). Diakses 26 Februari 2019 PEACE. 2007. Indonesia dan Perubahan Iklim: Status Terkini dan Kebijakannya

32


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 33-37

Menuju Kota Ideal: Kota Berkelanjutan M. Fathurrahman P. Aradea Pendahuluan

S

eiring berjalannya waktu dan perubahan dari

segi geografis di Indonesia, sudah waktunya pemerintah serta masyarakat berjalan bersama menuju pembangunan kota berkelanjutan. Bila wacana tata kota berkelanjutan dapat mulai dibangun serta diterapkan, maka pada akhirnya pembangunan tersebut dapat menguntungkan dua belah pihak, yakni masyarakat serta bumi. Sehingga masyarakat dapat mengedepankan sekaligus mempertahankan keseimbangan sistem hayati. Walau Indonesia merupakan negara yang masih berkembang, serta banyaknya permasalahan dalam aspek pemerataan pembangunan infrastruktur, hal tersebut dapat dijadikan sebagai momentum pembangunan. Masyarakat harus optimis dan semangat dalam merealisasikan perencanaan kota berkelanjutan, sehingga kualitas hidup masyarakat pun dapat meningkat. Banyak hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat bila perencanaan kota berkelanjutan dapat terealisasi. Konsep tata kota berkelanjutan sendiri dapat meningkatkan faktor kesejahteraan masyarakat lokal. Dapat kita saksikan bahwa tidak ratanya tingkat kesejahteraan masyarakat masih menjadi suatu masalah yang besar. Oleh karena itu,

pemerataan tingkat kesejahteraan perlu diwujudkan, sebab masalah tersebut kerap kali menjadi hambatan dalam proses pembangunan serta kemajuan Indonesia. Konsep Dasar Penerapan Kota Berkelanjutan Konsep perencanaan kota berkelanjutan sendiri tidak akan melenceng jauh dari konsep kota hijau. Hal tersebut memiliki konsep atau tata kota yang tidak jauh berbeda. Kedua konsep tata kota tersebut ingin mewujudkan kota yang ideal untuk masyarakat, serta dapat menjaga kelestarian alamnya. Mereka yang benar-benar mencintai segala aspek kehidupan dan alam, sudah dipastikan akan mewujudkan dan tegak pada prinsip hijau. Prinsip tersebut dapat diartikan dengan mereka yang memiliki suatu komitmen terhadap kelestarian lingkungan. Sering kali mereka yang teguh terhadap prinsip hijau, selalu mengedepankan ataupun mendasarkan keseimbangan dan hubungan kemanusiaan dengan alam. Mereka yang memegang prinsip hijau memiliki keinginan untuk membangun masyarakat yang menjunjung nilai suportif serta nonmaterialis, ataupun orang-orang yang masih peduli penuh dengan lingkungan sekitarnya. Dalam aspek ekologi, keberlanjutan (sustainability) dapat dimengerti sebagai proses ataupun suatu kemampuan agar sanggup untuk memelihara sekaligus mempertahankan peran, sistem, serta 33


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 33-37

heterogenitas ekologis pada masa yang akan datang. Seiring berjalannya waktu, masyarakat sudah mulai diperkenalkan dengan istilah kota berkelanjutan, yang berasal dari pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Hal tersebut dilakukan demi keberlangsungan kehidupan manusia yang berkesinambungan. Alhasil, sumber daya alam yang ada saat ini dapat dilestarikan sehingga tidak dapat melaju pada titik langka atau punah, agar generasi yang akan datang dapat turut serta melestarikan dan menikmati manfaatnya. Pada tahun 1989, World Commission on Environment and Development (WCED) bersama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa mempublikasikan Brundtland Report atau yang lebih dikenal dengan buku Our Common Future. Seiring berjalannya waktu, buku tersebut digunakan dan diterima oleh segala kalangan secara luas sebagai dasar dalam tata kehidupan dunia yang berbasis keberlanjutan. Dokumen tersebut dipublikasikan akibat kesadaran kolektif terhadap keterbatasan sumber daya alam pada masa yang akan datang. Alhasil, buah pikiran yang timbul adalah sistem kehidupan berkelanjutan. Beralih dari MDGs ke SDGs Dengan berakhirnya Millennium Development Goals (MDGs) yang berlangsung dari tahun 2000 hingga 2015, Dewan Program Pengembangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) mencetuskan sebuah tujuan baru secara global, yakni adanya Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs ingin mewujudkan dunia yang masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan untuk semua. UNDP mencetuskan 17 misi/goals yang ingin terwujud hingga tahun 2030, antara lain berupa: 1. Menghapus kemiskinan dalam segala bentuknya; 2. Mengakhiri kelaparan, mencapai keamanan pangan dan perbaikan gizi, serta memajukan pertanian berkelanjutan;

3. Memastikan hidup yang sehat dan memajukan kesejahteraan semua orang; 4. Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan adil serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua; 5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan; 6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan; 7. Memastikan akses ke energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan modern; 8. Mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif; 9. Membangun infrastruktur, dan memajukan industrialisasi serta inovasi; 10. Mengurangi ketimpangan di dalam dan di antara negara-negara; 11. Membuat kota dan permukiman manusia menjadi berkelanjutan; 12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan; 13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya; 14. Menghemat dan menjaga kesinambungan dalam menggunakan sumber daya laut untuk pembangunan yang berkelanjutan; 15. Melindungi, memulihkan, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem darat; 16. Mendorong kehidupan masyarakat yang damai dan inklusif serta menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua; 17. Terakhir, ialah memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global (Joga). Tiga Pilar Utama Dalam Sustainable Urban

Development Terdapat sasaran pembangunan dalam berbagai macam aspek, mulai dari aspek sosial, aspek kesehatan, dan aspek lingkungan. Dalam pembangunan berkelanjutan, aspek lingkungan adalah hal yang terpenting, termasuk pembangunan kota berkelanjutan (Riski H.). Oleh karena itu, konsep kota berkelanjutan harus dapat terukur dari berbagai aspek. Antara lain dapat terlihat dari segi kemampuan kedayagunaan serta potensi dalam segi pembangunan berkelanjutan. Contohnya adalah terukurnya kota-kota 34


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 33-37

yang sedang dalam tahap pembangunan kota modern. Namun, perlu diketahui, bahwa pembangunan berkelanjutan bukanlah soal hasil akhir atau tujuan dalam segi pembangunan, lamun sebuah proses yang bertahap. Sejatinya, konsep perencanaan dan pembangunan kota berkelanjutan diharuskan untuk dapat memenuhi segala kebutuhan yang ada saat ini tanpa melepaskan segala peluang pada generasi selanjutnya. Kualitas hidup menjadi pendorong utama dalam pembangunan berkelanjutan. Pembangunan ini diharuskan untuk mencapai titik tinggi tiga unsur penting, yakni kualitas lingkungan, kesejahteraan ekonomi, serta kesetaraan ekuitas (Joga).

Gambar 1. Visualisasi tiga pilar utama dalam pengembangan terwujudnya sustainable urban development. Sustainable Urban Development (SUD) mencetuskan sebuah grafik buah pikiran akibat dari berjalannya waktu serta mencari titik kestabilan dalam proses menuju tahap kota berkelanjutan. Berhubungan dengan pilar pembangunan berkelanjutan, konsep atau tata kota berkelanjutan berdiri di atas 4 pilar utama agar dapat mencapai tahap berkelanjutan. Keempat pilar utama tersebut ialah pilar ekonomi, pilar lingkungan, serta pilar sosial. Ketiga pilar tersebut didukung oleh pilar governance. Pemerintah memiliki peran dalam pembangunan berkelanjutan, yakni menjaga keseimbangan ketiga pilar tersebut agar dapat

mencapai proses pembangunan ideal, yakni pembangunan berkelanjutan. Terdapat berbagai elemen pokok yang tertanam dalam setiap pilar. Dalam pilar ekonomi hendak terwujudnya segi pertumbuhan, stabilitas, dan efisiensi nilai ekonomi di daerah tersebut, termasuk ekonomi lokal dan nasional. Pilar tersebut melihat lingkungan dan kesehatan ekonomi kota. Termasuk menyangga kemudahan berbisnis, Produk Domestik Bruto (PDB), serta konektivitas. Dalam pilar sosial terdapat segala bentuk pemberdayaan, peran serta, dan kelembagaan agar dapat membangun sistem sosial yang konkret sifatnya. Pilar ini pun melihat aspek kualitas hidup, menilai bidang-bidang kesehatan, pendidikan dan keseimbangan hidup dan kerja. Serta pilar lingkungan yang ingin menjaga keseimbangan keanekaragaman, sumber daya alam, serta pencemaran terhadap lingkungan. Pilar ini meneliti segala aspek bidang-bidang termasuk ruang hijau kota, konsumsi energi, dan pembagian energi terbuka. Tantangan Sebuah Kota Tujuan dalam konsep kota berkelanjutan ialah dapat memiliki titik imbang dalam 3 pilar utama yang telah disebut sebelumnya. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi demi mewujudkan proses dan tahapan kota berkelanjutan. Salah satu dari sekian tantangan yang patut diwaspadai ialah tingginya tingkat urbanisasi di kota-kota besar. Urbanisasi mengacu kepada pergerakan populasi dari daerah pedesaan ke perkotaan. Agar dapat melawan tantangan tersebut, kita dapat ambil sebuah contoh konkret dari Dr. A. Hermanto Dardak, selaku Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Beliau menyatakan dalam mengembangkan kota yang aman, nyaman, efektif, dan efisien serta berkelanjutan tersebut, saat ini BPIW Kementerian PUPR tengah mengembangkan konsep perencanaan Smart City atau biasa disebut Kota Cerdas (Kementerian PUPR). Menata ruang untuk suatu perkotaan bukanlah hal yang mudah. Seringkali munculnya masalah serta tantangan yang akan dihadapi dari proses perencanaan hingga penerapannya. Meningkatnya aglomerasi perkotaan saat ini dapat 35


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 33-37

mendorong pemanfaatan ruang di suatu kota tertentu. Pembangunan infrastruktur berbasis sosial merupakan kebutuhan masyarakat perkotaan. Dengan mengalokasikan ruang yang memadai, termasuk mengalihkan fungsi ruang untuk fungsi lingkungan. Seperti penyerapan air ataupun ruang terbuka hijau. Target pencapaian 30% ruang terbuka hijau sendiri merupakan suatu tantangan yang berat. Fasilitas perekonomian juga memerlukan ruangan yang dapat membangun nilai ekonomi. Maka dari itu kawasan perkotaan harus dapat dioptimalkan sebagai penghasil ekonomi wilayah (engine of development) sehingga dibutuhkan sistem integrasi dalam tahap dan proses pengembangan wilayah menuju kota berkelanjutan (Fachruddin). Sementara itu, World Economic Forum (WEF) mempublikasikan sebuah laporan yang bertajuk ‘Inspiring Future Cities & Urban Services’ menyoroti tantangan yang ditimbulkan oleh urbanisasi di seluruh dunia. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pola urbanisasi saat ini sangat tidak berkelanjutan. Namun, laporan ini menawarkan solusi, dengan alasan bahwa urbanisasi, ketika dikelola dengan baik, dapat menjadi proses transformatif yang kuat. Belajar Dari Keberlanjutan

London

Tentang

Gambar 2. Mengambil contoh dari London mengenai pembangunan serta penerapan konsep kota berkelanjutan. London dinobatkan sebagai kota metropolitan yang berkelanjutan pada tahun 2018 silam berdasarkan penelitian dari Arcadis,

konsultan global terkemuka. Tidak heran, London adalah salah satu kota terkenal di semua kalangan masyarakat, baik dari para turis mancanegara serta bagi penduduk. Namun perjalanan London tidaklah mudah dan cepat. Pemerintah setempat telah menerapkan banyak strategi untuk mendapatkan status kota berkelanjutan. Berbagai strategi tersebut termasuk rencana perbaikan kualitas udara, pengurangan kebisingan kota, serta daur ulang limbah. London pun telah mengadopsi bis diesel-listrik yang beroperasi di seluruh kota, agar dapat mengurangi emisi karbon hingga 40%. Program tersebut terbukti membantu London mencapai tujuan untuk mengurangi efek gas rumah kaca sebesar 60% pada tahun 2050. Namun, London telah berusaha membangun konsep kota berkelanjutan sejak lama. Pada tahun 2003, London menerapkan wajib pajak bagi kendaraan yang melintasi kota pada akhir pekan, hal tersebut dilakukan untuk mencegah kepadatan kendaraan. Pendapatan tersebut digunakan oleh pemerintah untuk mendanai segala fasilitas publik, termasuk pembenahan transportasi umum dan infrastruktur yang terkait. Kita Hidup Saling Bergantung Pelajaran-pelajaran ini menjadi penting mengingat Indonesia menghadapi tantangan yang sangat besar dalam mengimplementasikan pembangunan kota berkelanjutan. Kota-kota di Indonesia menghadapi permasalahan yang luar biasa kompleks, mulai dari kepadatan populasi yang semakin tak terkendali hingga dampak perubahan iklim yang menyebabkan kerentanannya semakin tinggi (Novianti). Kita hidup saling tergantung dengan alam. Kita tidak akan bisa bertahan tanpa adanya alam di keliling kita. Alam memiliki peran yang penting bagi keberlangsungan dan keberadaan umat manusia. Sebelum populasi manusia meledak sewaktu dulu, alam tanpa manusia merupakan suatu tempat yang sangat amat sentosa. Manusia telah meninggalkan jejak kaki yang buruk kepada alam. Membangun kota berkelanjutan, ibarat mengasuh seorang anak sebagaimana mestinya, dengan harapan yang sangat yakin bahwa anak tersebut akan berhasil serta memiliki dampak yang

36


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 33-37

besar terhadap melindungi alam dan membuat perubahan menuju dunia. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus wajib untuk turut serta membangun dan mewujudkan kota ataupun gaya hidup yang berkelanjutan, demi bumi yang lebih baik dan sejahtera. Daftar Pustaka Fachruddin, Suaedi. Membangun Kota Berkelanjutan. Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2016. Joga, Nirwono. “Membangun Kota Berkelanjutan.” 20 April 2012. Beritasatu.com (https://id.beritasatu.com/home/me mbangun-kota-berkelanjutan/34413) Diakses pada tanggal 12 Februari 2019. Joga, Nirwono. Mewariskan Kota Layak Huni. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2017. “Kota Berkelanjutan Dinilai Solusi Masa Depan dalam Menghadapi Meningkatnya Urbanisasi.” 22 Desember 2015. Bpiw.pu.go.id (http://bpiw.pu.go.id/article/detail/ kota-berkelanjutan-dinilai-solusimasa-depan-dalam-menghadapimeningkatnya-urbanisasi) Diakses pada tanggal 18 Februari 2019. Novianti, Kurnia. (2016). Kota Berkelanjutan: Antara Ide dan Implementasi dalam Perspektif Pemangku Kepentingan. Jurnal Patrawidya. Vol. 17, No. 3, Desember 2016. Riski H, Diah. (2018). Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam Pembangunan Kota Berkelanjutan di Jakarta.

37


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 38-41

Terbakarnya Paru-paru Bumi Muhammad Ridho I

ndonesia adalah negara yang kaya akan SDA

dan juga hutannya, isu lingkungan hidup adalah isu yang sangat penting dalam dunia politik. Berbagai isu alam masih terjadi di Indonesia seperti, kebakaran hutan, penebangan liar, dan lainnya. Artikel ini akan fokus pada isu kebakaran hutan yang masih sering terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan manusia dalam bidang lahan sehingga mereka membakar hutan di luar izin pemerintah. Hutan adalah faktor alam terpenting di dalam hidup kita, tanpa hutan kita tidak dapat bernafas. 1 hektar pohon dapat menyerap 2.6 ton karbon dioxida per tahunnya, jika hutan tersebut mengalami kebakaran maka sebaliknya hutan tersebut akan menghasilkan karbon dioksida. Lebih lagi hutan juga berperan sebagai habitat bagi beraneka ragam flora dan fauna di Indonesia lebih lagi di Kalimantan dan Sumatra, sehingga kebakaran hutan menjadi suatu hal yang mengancam keanekaragaman di Indonesia. Masyarakat Internasional sudah mulai menyikapi masalah tentang kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia, karena pada tahun 2015, terjadi kebakaran hutan terbesar sejak tahun 1997. Asap kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera. Asap gelap kebakaran tersebut menyebar hingga menutupi langit-langit Singapura, sehingga masyarakat Internasional pun terpaksa untuk turun tangan. Pemerintah Indonesia juga sudah memperketat perizinan dalam bidang lingkungan dan kehutanan. Pada tahun 1960, 71% tanah Sumatera dihuni oleh hutan, tetapi angka itu turun menjadi

49% pada tahun 1985. Presentase terus menurun hingga pada tahun 1997 sisah lahan hutan hanya sebesar 33%. (Researchgate). Dengan angkaangka tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa luas hutan di Sumatera sedang dalam bahaya. Perluasan infrastruktur adalah penyebab utama dari kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia. Ketika petinggi bisnis ingin membuka lahan mereka membakar hutan-hutan di Indonesia tetapi mereka tidak mempertimbangkan akibat dari perbuatan tersebut. Dengan itu pemerintah Indonesia juga harus lebih tegas dalam penanggulangan masalah ini, karena kebakaran hutan sangat mengancam reputasi Indonesia di dunia internasional. Indonesia seharusnya menunjukkan bahwa negara yang kaya akan SDA dapat memelihara lingkungannya dengan baik. Indonesia terkenal dengan tingkat korupsi yang tinggi, masalah tersebut juga berperan besar dalam masalah pembakaran hutan. Pembakaran hutan di Indonesia sudah menyebabkan masalah berskala besar bagi ekonomi dan lingkungan di Indonesia, bahkan bagi negara tetangga Indonesia seperti Malaysia, Singapura, dan lain-lain. Kebakaran hutan di Sumatera pada tahun 2015 mencapai 2.6 juta hektar. Pembakaran tersebut menimbulkan kabut asap yang sangat tebal di dilsekitar Sumatera, hingga sampai ke langit Singapura dan Malaysia. Karbon dioksida adalah salah satu gas yang menyebabkan pemanasan global. Dengan 11 juta metrik ton karbon dioksida yang dihasilkan setiap harinya, tahun 2015 menjadi tahun terburuk bagi kebakaran hutan di Indonesia. 11 juta metrik ton karbon dioksida setiap harinya merupakan angka 38


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 38-41

yang sangat berbahaya bagi penduduk sekitar, bukan hanya bagi mereka, karbon dioksida juga membahayakan kelestarian alam di bumi ini. Kebakaran hutan mempengaruhi bukan hanya manusia tetapi bahkan juga bumi. Dengan ratusan, bahkan ribuan, hektar lahan terbakar setiap harinya, tentunya dengan lahan sebanyak itu yang terbakar akan berdampak kepada lingkungan sekitarnya. Kebakaran hutan berdampak pada ozon bumi kita, terbuat dari C3. C3 mengalami penguraian ketika terkena karbon dioksida. Kebakaran hutan sudah melepas jutaan metrik ton karbon dioksida, sehingga sangat membahayakan bagi lapisan ozon yang melapisi atmosfer dunia. Hewan dan tumbuhan adalah penghuni bumi ini, namun mengapa manusia tidak menghargai kehidupan mereka? Kita membahayakan flora, fauna, dan diri kita sendiri hanya demi uang saat kita membakar hutan, sudah terlalu banyak hewan yang terancam punah akibat manusia. Sebagai pemimpin bumi, manusia seharusnya mengetahui tanggung jawab dalam menjaga seluruh penduduk bumi bukan hanya diri mereka sendiri. Indonesia adalah rumah dari 10% seluruh spesies dunia, angka yang banyak untuk lahan yang hanya menempati 1% dari lahan dunia. Memiliki keragaman spesies yang mencapai 10% sudah seharusnya kita jaga, namun kita masih merusak tempat tinggal mereka dengan membakar habitat mereka. Harimau sumatera adalah salah satu dari banyak contoh hewan yang terancam punah akibat kebakaran hutan dan perburuan liar. Berdasarkan data WWF, jumlah populasi harimau sumatera hanya mencapai 400 individu di alam liar. Bukan hanya Harimau Sumatra, spesies lain seperti badak sumatera pun terancam punah karena ulah manusia. Tujuan dari pembakaran hutan hanya untuk kelapa sawit yang akan ditanam di lahan tersebut. Sebagai makhluk yang berakal kita harus memelihara penduduk sekitar walau penduduk tersebut bukan manusia, manusia hanya melakukan sesuatu demi dirinya sendiri tanpa memikirkan dampak yang terjadi pada kehidupan lingkungan sekitarnya. Bagaimana hal ini terjadi, ribuan hektar dibakar begitu saja, pada faktanya lahan yang dibakar adalah lahan gambut yang berarti lahan tersebut tidak basah atau kering. Di lahan yang kering kebakaran liar sangat mudah untuk di

mulai, awal dari kebakaran hutan bisa terjadi hanya karena sebatang rokok yang dibuang ke hutan tersebut. Kebakaran di lahan gambut terjadi cepat sekali dengan kecepatan yaitu sebesar 502,5 kg/m2 dan kebakaran tersebut akan dilakukan secara sengaja oleh bisnis kelapa sawit yang ingin membuka lahan untuk perkebunannya. Kebakaran hutan dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu kebakaran pada bagian bawah tanah atau ground fire, kebakaran pada permukaan tanah atau surface fire, dan ada pun kebakaran yang terjadi pada pucuk pohon atau crown fire. Dari 3 tipe tersebut yang paling berbahaya adalah kebakaran permukaan (surface) dan kebakaran pada pucuk pohon (crown) karena kebakaran surface dan crown fire dapat menyebar dengan cepat. Apide biasanya menyebar searah dengan angin, sehingga titik kebakaran berada di pucuk pohon maka api bisa menyebar lebih cepat. Berbagai perusahaan sering sekali membakar hutan untuk lahan mereka, namun apakah harus dibakar? Padahal ada banyak cara yang lebih aman dan tidak membahayakan lingkungan sekitar. Salah satu alasan pembakaran hutan adalah uang dan waktu. Sebagian besar perusahaan lebih memilih menghemat uang dan waktu dibanding menyelamatkan lingkungan. Dengan menggunakan metode memotong pohon secara aman, mereka membutuhkan alat berat yang harganya mencapai puluhan hingga ratusan juta. Sehingga perusahaan tersebut hanya membayar masyarakat setempat untuk membakar hutan dengan harga kurang lebih Rp 500.000,00 dan lebih lagi pembakaran hutan jauh lebih cepat daripada metode pemotongan aman. Sebesar 40% dari daratan provinsi Riau adalah lahan gambut (KLHK), yang berarti lahan kering. Lahan yang kering sangat mudah terbakar dan menyebar, membuat Riau rentan terhadap kebakaran hutan. Untungnya kebakaran hutan besar terakhir terjadi pada tahun 2015 lampau. Pemerintah Indonesia sudah melakukan banyak upaya untuk menanggulangi masalah kebakaran hutan di Sumatera. Jumlah lahan yang terbakar konsisten menurun dari 2016 hingga sekarang, walau tidak berhenti total kebakaran hutan bisa dikurangi seiring waktu dan itulah yang terjadi sekarang. Pemerintah mencoba mencegah

39


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 38-41

kebakaran hutan dengan membagi tugas, dalam kementerian lingkungan hidup dan kehutanan.

Gambar 1: Api Permukaan Ini adalah kejadian kebakaran hutan yang terjadi di Riau, dan jika kita melihat gambar diatas kebakaran masih sangat besar dan membara. Api yang sudah merajarela dan membakar ratusan pohon akan menjadi tantangan sulit untuk dipadamkan. Pemerintah sudah berhasil mengurangi lahan yang dibakar sebanyak 93% dari 2015. Hal ini dilakukan dengan cara pemadaman kebakaran, penegasan dari pemerintah pusat kepada pemerintah setempat, dan juga melarang perusahaan untuk menggunakan lahan yang dibuka dengan cara membakar hutan. Pemerintah suda mendenda 11 perusahaan yang berbeda untuk membayar 11 triliun rupiah, tetapi pendanaan tersebut kurang tegas sehingga semua perusahaan belum membayar denda tersebut. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah membuat beberapa program berbeda dan itu adalah hal positif bagi kehutanan Riau. Walau kita sudah jalan kearah yang positif perjalan Riau masih panjang. Masih ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat Riau dalam menanggulangi kebakaran hutan yang terjadi di provinsi mereka. Kita harus dapat beradaptasi kepada lingkungan sekitar mereka, masyarakat sekitar harus memiliki inisiatif dalam melindungi hutan mereka dan mereka dapat melakukan hal ini dengan melarang ketika melihat orang yang ingin membakar hutan. Dalam mempersiapkan masyarakat sekitar pemerintah bisa melatih masyarakat untuk memadamkan hutan supaya api bisa diberhentikan sebelum menjadi besar. DPRD Riau juga harus tegas dalam masalah hutan di sana, namun mengapa justru

mereka mendukungnya karena dapat uang. Pada tahun 2015 KPK menangkap Gubernur Riau Annas Maamun pria tersebut menerima suapan dari perusahaan kelapa sawit yang ingin membuka lahan dengan cara membakar hutan. Dari cerita itu kita dapat belajar bahwa Integritas adalah sifat yang sangat penting bagi pemimpin yang visioner, jika Riau memiliki pemimpin yang visioner maka provinsinya bisa maju karena pemimpin yang visioner akan memikirkan masyarakatnya sebelum dirinya sendiri, tetapi sayangnya kita masih belum melihat pemimpin yang visioner di Riau. Berdasarkan hasil kajian Eyes on the forest ada 37 perusahaan yang berbeda yang bertanggung jawab atas 70.900 titik kebakaran hutan dengan alasan membuka lahan untuk perkebunan mereka. Dalam 2 tahun pemerintah dapat menurunkan nomor itu sebanyak 88% atau menjadi hanya 3000 titik. Pemerintah dapat menurunkan angka tersebut dengan cara bekerja sama dengan ASEAN dan kesepakatan untuk menurunkan angka kebakaran hutan Indonesia. Setelah menerima kesepakatan tersebut Pemerintahan Pusat bersikap tegas dengan pemerintah daerah di Sumatra dan Kalimantan, penurunan yang drastis dicapai dengan koordinasi yang bagus antara masyarakat dan pemerintah daerah. Sampai sekarang kebakaran hutan adalah masalah yang sering terjadi. Pada tahun 2018 tercatat 150.000 hektar hutan terbakar. Walau jumlah lahan yang dibakar sudah berkurang, angka tersebut masih sangat besar. Bukankah seharusnya pemerintah memiliki hukum yang melarang dan adapun pasal 108 UU Nomor 39 tahun 2014 tentang pengelolaan lingkungan hidup, sepertinya perusahaan masih banyak perusahaan yang tidak tahu tentang pasal tersebut karena kebakaran hutan masih terjadi secara sengaja. Hukuman dari pasal tersebut adalah 12 tahun penjara serta denda 10 milyar rupiah, masalahnya adalah untuk menangkap pelakunya sangat susah karena kebakaran hutan dapat disebabkan karena seseorang membuang sebatang rokok, sehingga menangkap pelaku hampir mustahil. Kebakaran hutan adalah salah satu masalah lingkungan hidup terbesar di Indonesia, sesampai seluruh dunia mengecam Indonesia karena merusak lingkungan sekaligus memproduksi asap yang membahayakan 40


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 38-41

masyarakat sekitar. Selain dari itu karena Indonesia adalah rumah dari 12% spesies mamalia yang sekarang sudah banyak yang terancam punah. Sekarang coba saya beri gambaran, hari yang biasa terjadi di rumah anda, orang tua anda lagi mencari makan di luar rumah, selanjutnya terjadi kebakaran besar di rumah anda namun ternyata bukan hanya rumah anda yang terbakar, satu komplek ada kena kebakaran dan banyak mengambil nyawa. Hal inilah yang dialami hewan-hewan di Skebakaranumatra sampai spesies mereka hampir punah. Sebagai masyarakat yang berkala kita harus dapat membedakan apa yang benar dan salah dengan akal sehat kita.

Ensiklopedi Jurnal Bumi. Jurnal Bumi, 8 Apr. 2018, jurnalbumi.com/knol/lahangambut/.

Daftar Pustaka Wahyu, Adinugroho, Buku Pnaduan Pengendalian kebakaran Hutan, Wetlands International January 2005 Suyanto, kebakaran di Lahan, Wetlands International, 2003 Wijanarko, Tulus “Kasus Kebakaran hutan Riau, MA kabulkan Kementrian LHK” Tempo, 3 Januari 2019 Tanjung, Lhadir “Awal tahun 2019 kebakaran lahan muncul di Riau” Detik, 6 Januari 2019 Izmy, Mufidatul “Penanggulangan kebakaran hutan di Indonesia dalam perspektif huma security” Universitas Hassanudin 2016 Surasto “Analisis wacan isu kebakaran hutan dan lahan Indonesia d media masa” Instut pertanian Bogor, 2016 “Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan Dan Lahan (Ha) Per Provinsi Di Indonesia.” SiPongi - Karhutla Monitoring Sistem, KLHK, 2019, sipongi.menlhk.go.id/hotspot/luas_keba karan.

41


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 42-45

Perencanaan Kota yang Baik Muhammad Sauqi Daffa Riyadi Di dunia ini, tentu saja ada kota yang memiliki tata kota yang baik dan tidak baik. Tidak seperti kota-kota maju pada umumnya, kebanyakan kota-kota di Indonesia memiliki tata kota yang kurang baik. Tata kota yang baik tentu saja berperan demi memajukan sebuah kota ataupun negara, baik dari sisi ekonomi maupun sosial. Begitu pula dengan tata kota yang buruk. Tata kota yang buruk dapat berdampak ke kemunduran ekonomi maupun sosial dari sebuah negara maupun kota. Sebuah kota yang memiliki tata kota yang buruk cenderung memiliki berbagai macam masalah dari berbagai macam aspek. Contoh-contoh yang dapat terlihat secara jelas antara lain adalah bencana alam seperti banjir dan masalah sosial seperti kemiskinan. Sebelum masuk lebih detil ke konsep kota yang memiliki tata kota yang baik, kita akan memahami dasar-dasar yang membuat sebuah kota tidak memiliki perencanaan yang baik. Tentu saja, sebuah kota yang memiliki perencanaan yang tidak baik terdiri dari berbagai macam faktor. Faktor-faktor yang menyebabkan sebuah kota memiliki tata kota yang tidak baik di antara lain adalah kota yang tidak memiliki transportasi umum yang mencakup seluruh sudut kota, tidak memiliki lahan terbuka yang setara dengan jumlah pemukiman atau penduduk, dan kota yang tidak memiliki fasilitas memadai bagi pejalan kaki, difabel, dan pengguna sepeda seperti trotoar yang bagus dan jalur sepeda. Kota yang memiliki tata yang buruk juga memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi, sehingga penduduk merasa tidak terjaga keamanannya. Lingkungan yang tidak bersih seperti lingkungan yang memiliki sampah bertebaran sembarangan di berbagai tempat juga menjadi suatu faktor yang membuat sebuah kota

memiliki tata yang buruk. Faktor yang terakhir adalah tidak terawatnya fasilitas umum di sebuah kota, sehingga membuat kota tersebut memiliki image buruk. Salah satu contoh kota yang memiliki tata yang buruk adalah kota tempat kita tinggal, Jakarta. Walaupun sekarang terlihat bahwa Jakarta sedang berbenah untuk menjadi kota yang lebih baik, contohnya dengan pembangunan kereta Mass Rapid Transport atau yang bisa kita sebut MRT. MRT ini mengintegrasikan berbagai macam transportasi umum seperti angkot dengan program Ok-Otrip, dan metromini atau kopaja dengan penggantian ke bus-bus transjakarta, serta pembangunan berbagai infrastruktur umum seperti perbaikan trotoar baik di jalan protokol maupun jalan-jalan kecil lainnya, tetap saja pada dasarnya tata kota Jakarta dapat dikategorikan sebagai kota yang kurang layak perencanaannya. Pertama, penyalahgunaan lahan menjadi salah satu alasan mengapa Jakarta dipredikatkan seperti kota yang memiliki perencanaan yang buruk. Pada awalnya, daerah-daerah seperti Kemang, Kelapa Gading, dan Kapuk Angke pada awalnya didesain untuk menjadi ruang terbuka hijau. Kenyataannya, daerah-daerah tersebut diubah peruntukannya menjadi kawasan perumahan dan kawasan komersial. Pada master plan awal, ruang terbuka hijau di Jakarta adalah 37.2 persen. Akan tetapi, pada tiap tahunnya jumlah tersebut semakin mengurang. Pada tahun 1985, jumlah tersebut mengurang menjadi 25.85 persen, dan pada tahun 2000 menjadi 13.9 persen. Kedua, Jakarta memiliki masalah sanitasi yang buruk. Per hari, Jakarta menghasilkan volume sampah sebesar 6000 sampai 7000 ton per hari. Dari jumlah tersebut, 1500 berasal dari 42


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 42-45

Jakarta Selatan sendiri. Jakarta yang memiliki 426 bank sampah tentu saja tidak memiliki jumlah yang cukup banyak untuk menampung sampahsampah ini. Selain masalah penampungan sampah yang buruk, sampah juga masih banyak sekali bertebaran di sekeliling lingkungan di setiap sudut Jakarta, sehingga menyebabkan lingkungan yang kurang layak untuk ditempati pendudukpenduduknya. Bahkan, sejak zaman penjajahan belanda di abad ke-18, Jakarta (Batavia) memiliki tingkat kematian yang tinggi akibat penyakit epidemik sehingga Bahkan, Belanda menyatakan bahwa Batavia adalah tempat yang tidak layak dihuni karena memiliki masalah sanitasi yang buruk. Ketiga, kota Jakarta dinilai memiliki kualitas fungsi yang buruk. Bahkan untuk menempuh jarak sepanjang 5 kilometer, rata-rata membutuhkan waktu selama 2 jam. Secara visual, Jakarta dapat dikatakan tidak indah karena lebih terkesan semrawut dan tidak tertata dengan baik. Tata kotanya juga terkesan membingungkan bahkan bagi warga. Padahal, hal ini sangatlah penting demi mempermudah warga untuk memperlancar akses ke sekeliling kota. Selain itu, hal ini juga sangat penting untuk akses turis jika ingin menjelajahi seluruh sudut kota Jakarta. Keempat, masalah tata kota dan tata lingkungan. Faktor-faktor ini dinilai sangat penting karena faktor-faktor ini berperan sangat penting demi keberlangsungan hidup dan aktivitas dari penduduknya. Kelima, kemacetan. Seperti yang kita semua tahu, kemacetan adalah salah satu masalah terbesar yang kita alami setiap harinya di Jakarta. Pasalnya, pada tahun 1990 kerugian di Jakarta yang disebabkan oleh kemacetan sendiri berkisar di angka 200 juta dollar AS dan pada tahun 2007, angka ini bertambah hingga mencapai Rp. 1.8 Triliun. Kemacetan sangat berperan dalam produktivitas warga sehingga membuat hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa Jakarta memiliki tata kota yang buruk. Terakhir, polusi. Kualitas udara di Jakarta semakin memburuk terutama karena bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara yang dihasilkan oleh gas buang kendaraan. Bahkan, Jakarta menempati peringkat kota dengan tingkat polusi tertinggi keempat setelah Meksiko. Seharusnya, Jakarta memiliki ruang terbuka hijau yang cukup untuk

menghindari polusi yang berlebihan karena dapat menjamin kualitas udara bersih. Akan tetapi, karena masalah ruang terbuka hijau yang disalahgunakan. Selain polusi udara, Jakarta juga mengalami masalah polusi air. Karena masyarakat yang acapkali membuang sampah sembarangan di got, kali, danau, sungai, maupun laut, kualitas air pun menjadi tercemar. Ruang terbuka hijau yang cukup juga seharusnya dapat menjaga kualitas air bersih. Akan tetapi, faktanya berbagai kali seperti Situ Kali Sunter malah menjadi tempat pembuangan sampah akibat menumpuknya sampah yang menggunung. Sama halnya dengan Kali Sentiong atau kali hitam yang baru-baru ini terkenal karena lokasinya berdekatan dengan asrama atlet ASEAN Games. Sampah-sampah yang sering terlihat di kali tersebut juga mengeluarkan bau yang tidak sedap sehingga dinilai mengganggu aktivitas warga-warga sekitar. Walaupun kota-kota yang memiliki predikat tidak baik berjumlah cukup banyak, kota-kota yang memiliki predikat kota yang memiliki tata kota yang baik juga berjumlah cukup banyak di sekeliling dunia (meskipun kotakota ini kalah jumlahnya dengan kota-kota yang memiliki tata kota yang buruk). Kota-kota seperti apa sajakah yang dianggap layak mendapatkan predikat tata kota yang baik? Tentu saja ada berbagai faktor yang dipertimbangkan untuk membuat sebuah kota menjadi kota yang dianggap memiliki tata kota yang layak. Akan tetapi, pada dasarnya ada beberapa kriteria yang dibutuhkan untuk membuat tata kota yang baik. Pertama, ukuran dan struktur blok-blok di kota harus diatur skalanya sedemikian rupa agar nyaman dan mudah untuk digunakan pejalan kaki. Kedua, jalanan harus saling terkoneksi dengan baik satu sama lain demi mempermudah akses transportasi ke mana saja, sehingga siapapun dapat menggunakan alat transportasi secara efisien dan transportasi umum pun menjadi lebih merata. Lalu, tingkat kepadatan penduduk juga harus dipertimbangkan untuk menghindari terjadinya kelebihan kapasitas di sebuah daerah. Selain itu, kota yang baik juga harus mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan, terintegrasi dengan semua aspek kota (seperti sarana publik, mitigasi bencana, dll), terintegrasi dengan perencanaan biaya, sesuai dengan prinsipprinsip tentang tata kawasan dan hunian, mendukung akses dari luar kota ke kawasan 43


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 42-45

tersebut, mengembangkan fasilitas pendukung yang sesuai, berpihak pada golongan ekonomi rendah dan kepentingan umum, dan juga memperhatikan keragaman budaya. Sekarang, mari kita ambil contoh kota yang memiliki tata kota yang baik, yaitu Singapura. Singapura yang memiliki luas darat sebesar 710 kilometer persegi dinilai sebagai salah satu negara yang sangat layak untuk ditinggali dan memiliki tata kota yang baik, Saat ditemukan pada tahun 1819 oleh pihak Britania Raya, Singapura sudah mulai direncanakan tata kotanya. Pada awalnya, Singapura direncanakan untuk menjadi pangkalan maritim Britania Raya di daerah Asia Tenggara. Akan tetapi, setelah menyadari pertumbuhan kolonial di tahun 1822, Sir Stamford Raffles, gubernur-letnan terbesar Hindia Belanda menyadari bahwa penataan kota yang baik dan benar dapat memajukan Singapura. Sehingga, Ia mulai membuat tata kota Singapura. Pada awalnya, ia membuat desain jalanan-jalanan dan rancangan daerah. Ia membuat jalanan yang memiliki pola grid yang terdapat di berbagai kotakota besar di dunia. Ia juga merancang penempatan berbagai area seperti penempatan institusi sipil di utara Singapore River dan menempatkan daerah bisnis komersial di arah yang berlawanan. Walau sekarang institusi sipil dan perkantoran sudah menjamur di berbagai sisi Singapore River, pola jalanan di Singapura masih mempertahankan pola grid. Perkampungan yang sekarang juga sudah berkurang penduduknya seperti Chinatown, Little India, dan Kampong Glam rata-rata menjadi tempat atraksi turis yang tertarik dengan sejarah Singapura. Kemudian, perumahan di Singapura juga difokuskan ke apartemen atau HDB (Housing Department Board) yang dibentuk pada tahun 1960. 50 tahun setelah terbentuknya HDB, 80 persen warga Singapura sekarang tinggal di HDB. Pembangunan HDB juga tentunya berdasarkan rancangan visioner pemerintahan Singapura. Tinggal di HDB dinilai dapat membuat transportasi umum lebih efisien, karena transportasi umum dapat ditentukan rutenya berdasarkan di mana HDB ditempatkan. Tidak hanya penempatan HDB yang dapat membuat transportasi umum efisien, penempatan daerah HDB, perkantoran, rekreasi, dan perbelanjaan yang sudah ditentukan pada awalnya juga dapat memperjelas rute transportasi agar warga dapat

menggunakan alat transportasi se-efisien mungkin. Singapura juga memiliki transportasi umum yang sangat berkualitas dan efisien. Dengan kebersihan yang terjaga dengan baik dan rute yang dapat mencakup seluruh sudut kota, Singapura dapat dibilang memiliki salah satu transportasi umum yang terbaik di dunia. Dengan panjang rute 199.6 kilometer, 119 stasiun di sekeliling Singapura, dan sistem yang sepenuhnya otomatis, Singapura dinobatkan memiliki kota yang memiliki sistem kereta otomatis terpanjang di dunia. Bus di Singapura juga menjadi salah satu transportasi umum yang diandalkan warganya untuk bepergian. Saat ini, ada lebih dari 300 layanan bus terjadwal dengan 4600 armada bus. Untuk menjaga kualitas transportasi bus di Singapura, SBS (Perusahaan bus terbesar di Indonesia) diaudit setiap tahunnya oleh pemerintah agar pelayanan dan standar yang diberikan mengikuti standar yang telah ditetapkan. Kota Singapura patut diapresiasi perencanaannya. Singapura juga dapat menjadi salah satu contoh yang bisa diikuti negara maupun kota-kota lainnya yang ingin memiliki tata kota yang baik. Pada akhirnya, tentu saja kota-kota yang baik dan layak dihuni adalah kota yang memiliki perencanaan yang bagus dan terhindar dari berbagai macam aspek negatif seperti polusi, kriminal, dan kemacetan. Oleh karena itu, mari membangun kota yang lebih baik dengan mendukung perencanaan tata kota yang baik. Daftar Pustaka Jurnal: “Singapore’s Transport and Urban Development Options: Final Report of the MRT Review Team, Republic of Singapore”. Michigan: University of Michigan, 1980. Kurniastuti, Agustina Emmi. Jurnal: “Pengelolaan Hutan Kota Di Jakarta (Studi Kasus Hutan Kota Srengseng Di Jakarta Barat).” Semarang: Universitas Diponegoro, 2013.

44


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 42-45

Pribadi, Andy. “Refleksi Permasalahan Tata Kota Jakarta”. 19 April 2016. wartakota.tribunenews.com (wartakota.tribunnews.com/2016/04/19 /refleksi-permasalahan-tata-kota-jakarta). Diakses 27 Februari 2019. Webber, Rachel, dan Randall Crane. The Oxford Handbook of Urban Planning. New York: Oxford University Press, 2012. “Singapore’s Success in Urban Planning: Learning from Father of City Planning Dr Liu Thai Ker”. 30 Agustus 2017. lkyspp.nus.edu.sg (lkyspp.nus.edu.sg/gia/article/singapores-success-in-urban-planning-learningfrom-father-of-city-planning-dr-liu-thaiker). Diakses 27 Februari 2019. Wijayanto, Hendra, dan Ratih Kurnia Hidayati. Jurnal: “Implementasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Administrasi Jakarta Utara Provinsi Dki Jakarta”. Malang: Universitas Merdeka Malang, 2017.

45


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 46-49

Bencana Alam: Tsunami Raden Mas Satyo S.S A

rtikel ini akan membahas tentang salah satu

bencana alam yang bisa merusak fasilitas-fasilitas penduduk dan membuat banyak korban, yaitu “tsunami�. Tsunami adalah salah satu bencana alam yang berkaitan dengan gelombang lautan dan pergeseran lempeng tektonik. Tsunami berasal dari Bahasa Jepang, Tsu yang berarti pelabuhan dan Nami yang berarti gelombang. Dalam kata lain, “tsunami� bisa diartikan sebagai ombak besar yang terjadi di pelabuhan. Gelombang tsunami juga bisa merambat dari segala arah. Bahkan di dalam laut, kecepatan gelombang tsunami itu sekitar 1000km setiap jamnya. Kecepatan tersebut bisa disetarakan dengan kecepatan pesawat terbang. Sementara ketinggian serta kecepatan gelombang tsunami akan menurun saat mendekati pantai. Bencana alam tsunami adalah salah satu bencana alam yang bisa mengakibatkan banyak kerugian bagi para penduduk. Dalam kata lain, tsunami itu sangat fatal. Seperti salah satu contohnya, tsunami dahsyat yang terjadi di Aceh pada tahun 2004. Pada saat itu, guncangan gempa tersebut berskala sekitar 9,1—9,3 SR. Tsunami di Aceh adalah salah satu tsunami yang paling tragis dan fatal yang pernah terjadi di Indonesia. Gelombang tsunami di Aceh ini setinggi 30 meter. Pada waktu itu, sejumlah 230.000--280.000 jiwa orang yang meninggal di 14 negara dan menenggelamkan sejumlah pemukiman pesisir. Salah satu kasus gempa tsunami ini merupakan salah satu bencana alam paling mematikan

disepanjang sejarah tsunami. Bahkan tsunami yang baru-baru ini terjadi seperti di Selat Sunda, tidak sebanding dengan tsunami yang terjadi di Aceh. Gelombang tsunami mampu menyapu semua yang ada di permukaan bumi yang dilewatinya. Bahkan gedung-gedung tinggi bisa hancur karena gelombang tsunami yang besar dan berbahaya. Tidak hanya gedung-gedung, tetapi juga bangunan-bangunan yang lainnya seperti perumahan, ruko-ruko dan lain sebagainya. Sebenarnya, salah satu penyebab tsunami adalah adanya kejadian alam seperti erosi gunung berapi, longsor di bawah laut, atau yang paling sering adalah gempa bumi. Juga, bisa dikatakan bahwa tsunami bisa terjadi karena adanya pergeseseran antarlempeng tektonik pada saat gempa bumi. Salah satu contohnya adalah tsunami Aceh pada tahun 2004, tsunami ini terjadi karena adanya gempa bumi. Sementara tsunami yang diakibatkan oleh erosinya gunung berapi adalah gunung Krakatau di Selat Sunda. Kecepatan gelombang tsunami juga bisa dipengaruhi oleh kedalaman laut terjadinya tsunami tersebut. (“Pengertian Tsunami dan Penyebab Terjadinya�, 2018) Penyebab pertama dalam terjadinya tsunami adalah gunung berapi. Letusan gunung berapi yang berasosiasi dengan runtuhnya lereng vulkanik (volcanic slopes), luncuran material (debris), dan aliran debu yang menggantikan sebagian besar massa air di atas gunung berapi. Meskipun letusan gunung berapi jarang menimbulkan tsunami yang besar, letusan tersebut dapat mengahislkan tsunami yang sangat merusak. Krakatau merupakan contoh letusan yang sangat dahsyat 46


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 46-49

dan menimbulkan tsunami pada 27 Agustus 1883. Gelombang tsunami yang ditimbulkannya mencapai 35-meter dan menewaskan lebih dari 36.000 orang. Kecepatan gelombang tsunami dapat mencapai 725 km/jam di lautan lepas serta mampu membinasakan bangunan dan melemparkan kapal laut sejauh 2 km dari pantai Banten. Pengaruh letusan Krakatau dapat dirasakan di London 10 jam 21 menit kemudian. Penyebab kedua yang bisa terjadinya tsunami adalah adanya longsoran di bawah laut. Longsor pada dasar laut yang menggantikan bagian besar massa air juga dapat memicu tsunami. Dalam hal ini, ada 2 mekanisme penyebab tsunami yang dikenal, yaitu perpindahan materi dasar laut dari satu tempat ke tempat lain yang menghasilkan aliran air yang berkebalikan, dan longsor yang memasuki perairan laut yang kemudian mendorong massa air secara lateral dan menghasilkan aliran yang berkebalikan setelah longsor tersebut benar-benar tenggelam. Beberapa longsor di bawah laut juga disebabkan oleh gempa bumi. Longsor di sepanjang continental slope yang menjadi sisi sebagian besar garis pantai juga menjadi sumber terjadinya tsunami yang dihasilkan oleh gempa bawah laut. Contoh tsunami yang disebabkan longsor di dasar laut terjadi di Teluk Lituya, Alaska yang merupakan tsunami luar biasa yang disebabkan oleh longsor dengan ketinggian gelombang tsunami mencapai 1.720 kaki. Namun, penyebab yang ketiga ini sangat jelas, yaitu gempa bumi. Pada umumnya, tsunami bisa timbul karena adanya gempa bumi yang terjadi di dekat pantai. Ketika gempa di lautan, air laut akan berubah dari kondisi kesetimbangan dan berusaha untuk mencapai kondisi kesetimbangan tersebut. Jumlah gelombang yang dihasilkan dapat bervariasi dan bergantung pada keadaan gempa bumi yang terjadi. Ketika gelombang tersebut merambat, maka gelombang itu dapat berubah ukurannya menjadi dua kali lipatnya gelombang yang semula, bahkan bisa menjadi lebih besar. Terebih lagi, tsunami yang dipicu oleh gempa bumi dapat menghasilkan pergerakan dasar Samudera atau longsor yang menyebar ke wilayah pesisir dan kemungkinan mengakibatkan kematian.

Penyebab yang keempat ini belum pernah terjadi sama sekali di bumi, yaitu disebabkan oleh kejatuhan batu meteor. Kalau di film-film, ketika batu meteor mengenai bumi, maka akan membuat guncangan yang besar. Sehingga bisa membuat gelombang tsunami yang besar. Penyebab tersebut datang dari batu luar angkasa yang jatuh ke bumi dengan ledakan dan mendarat yang mengguncang. Meskipun belum ada data historis mengenai kejadian tersebut, hal ini bukan berarti peristiwa tersebut bukan bencana yang menghancurkan. Konsep mengenai tsunami yang dihasilkan sebagai dampak objek yang besar tersebut masih harus diteliti lebih jauh lagi, supaya bisa mendapatkan informasi-informasi tentang adanya peringatan meteor dan tsunami. Di samping itu, tsunami juga bisa terjaadi karena hempasan dan dorongan massa air dan mempunyai kecepatan dan volume gelombang yang besar. Tsunami sering digunakan untuk menggambarkan gelombang lautan yang sangat besar yang dihasilkan oleh perubahan vertikal massa dan diakibatkan oleh gangguan massa air di laut dalam secara tiba-tiba. Tsunami juga bisa diterjemahkan sebagai gelombang pasang yang disamakan dengan gelombang seismic laut (tidal wave). Tapi, ternyata informasi itu tidak benar, karena ternyata tsunami tidak ada kaitannya dengan pasang surut air laut. (“Bencana Tsunami, Pengertian dan Penyebabnya�, 2018) Secara geologis, tsunami juga sering terjadi di negara-negara yang ada di Ring of Fire. Daerah ring of fire ini sangat rentan terjadi gempa vulkanik maupun tektonik, sehingga sangat berpotensi juga untuk terjadi tsunami, salah satu contohnya adalah pusat gempa yang berada di lautan. Negara-negara rawan yang terkena bencana ini di antaranya Indonesia, Jepang, Filipina, Papua Nugini, India, Bangladesh, Maladewa, dan Australia. Namun, karaterisik tsunami sangat berbeda dengan ombak yang biasa. Ombak merupakan gelombang air yang dihasilkan dari tiupan angin, sedangkna tsunami merupakan gelombang yang dibentuk akibatnnya kegiatan geologi yang terjadi di bumi. Menurut Pusat Vulkan nologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) (2006), kecepatan gelombang tsunami 47


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 46-49

bergantung pada kedalaman laut. (Aridansyah, 2018) Istilah tsunami mulai tersebar luas di belahan dunia setelah terjadinya gempa besar di Jepang yang menyebabkan tsunami sehingga menewaskan sekitar 22 000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280KM. Kejadian tersebut terjadi pada 15 Juni 1896 (Badan Meteorologi dan Geofisika 2010). Di Indonesia, tsunami diperkirakan terjadi pertama kali pada tahun 1618 di Nusa Tenggara Barat. Dalam kurun waktu tahun 1600 sampai 2006, Indonesia telah mengalami 108 kali kejadian tsunami. Sekitar 90% tsunami di Indonesia disebabkan gempa tektonik, 9% akibat letusan gunung api, dan hanya 1% dipicu oleh tanah longsor. Ada pun jenis-jenis tsunami yang dapat kita ketahui, yaitu tsunami vulkanik dan tsunami tektonik. Jenis tsunami vulkanik adalah jenis tsunami yang disebabkan gempa yang berasal dari kegiatan vulkanik bumi, sedangkan tsunami tektonik disebabkan karena adanya gempa yang terjadi akibat aktivitas tektonik bumi. menurut peraturan Menteri pekerjaan umum, berdasarkan karakteristiknya tsunami dibedakan menjadi tsunami lokal dan tsunami berjarak. Tsunami lokal berhubungan dengan episentrum gempa di sekitar pantai sehingga waktu tempuh dari sumber kejadian sampai ke bibir pantai berkisar antara lima sampai tiga puluh menit. Biasanya dampak dari tsunami ini cukup besar karena kekuatan dari gelombang masih sangat terasa ketika sudah mencapai daratan. (Aridansyah, 2018) Tsunami berjarak adalah jenis tsunami yang paling umum terjadi di pantai-pantai yang bertemu langsung dengan Samudera Pasifik. Jenis tsunami ini memiliki sumber penyebab yang jauh dari bibir pantai sehingga kekuatan gelombang yang dihasilkan tidak sebesar tsunami lokal. Waktu tempuh pada saat gempa sampai terjadinya tsunami di daratan berkisar antara 5.5 jam sampai 18 jam. (Aridansyah, 2018)

Dari peta di atas, tsunami sudah sering terjadi di Indonesia. Tsunami pertama yang terjadi di Indonesia sudah terjadi sejak tahun 1961. Smapai sekraang, sudah ada jumlah perkiraan 23 tragedi tsunami yang telah terjadi di Indonesia. Permasalahan yang paling mematikan dan populer di Indoensia adalah tsunami Aceh, yang dimana tsunami tersebut mencapai skala 9,1—9,3 SR. Selain itu, juga ada tragedi tsunami lainnya yang baru saja terjadi pada bulan lalu, yaitu di Selat Sunda. Tsunami tersebut disebabkan oleh ledakan dari gunung api Krakatau. Kasus tsunami tidak hanya terjadi di Aceh dan Selat Sunda saja, tetapi juga di subduksi Banda, caroline subduction, selat Makassar, Molucca sea collision, dan di Philippine sea subduction. Tentu Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang mempunyai gunung Merapi yang sangat aktif. Maka dari itu, kita harus mempunyai sebuah kewaspadaan terhadap bencana alam.

Berdasarkan data yang saya ambil dari DIBI BNPB seperti terlihat pada gambar di atas, dalam 100 tahun terakhir sejak 1915-2015 banyak sekali bencana alam yang terjadi di Indonesia. Bencana alam yang paling sering terjadi adalah bencana alam banjir sebanyak 31,2% keseluruhan kejadian bencana di Indonesia. Kemudian diikuti oleh angin puting beliung sebanyak 20% dan posisi ketiga bencana alam tanah longsor sebanyak 16,4% kejadian.

48


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 46-49

Selain ketiga bencana alam di Indonesia tersebut, kebakaran, kekeringan, kecelakaan transportasi, banjir disertai tanah longsor, kebakaran hutan, gempa bumi, gunung api, dan tsunami masih mewarnai sejarah kejadian bencana di Indonesia sejak 100 tahun lalu.

“Pengertian Tsunami Dan Penyebab Terjadinya.” Ruangguru.Co.Id, 25 Aug. 2018, www.ruangguru.co.id/pengertian-tsunamidan-penyebab-terjadinya/. Ruhimat, Mamat, and Yakub Malik. “Memahami Bahaya Gempa Dan Tsunami Melalui Pembelajaran Geografi.” Jurnal Geografi Gea, vol. 10, no. 1, 2016, doi:10.17509/gea.v10i1.1662. Murtianto, Hendro. “Potensi Kerusakan Gempa Bumi Akibat Pergerakan Patahan Sumatera Di Sumatera Barat Dan Sekitarnya.” Jurnal Geografi Gea, vol. 10, no. 1, 2016, doi:10.17509/gea.v10i1.1667.

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ternyata pulau Jawa adalah salah satu pulau yang dimana mempunyai jumlah kasus bencana alam terbanyak dari pulau lainnya. Di pulau Jawa, terdapat 302 kali terjadi bencana alam pada tahun 2019. Terutama di bagian Jawa Tengah. Di Jawa Tengah, ternyata paling terjadi bencana alam, dengan sejumlah 167 kasus bencana alam yang sangat bahaya. Mengapa demikian? Karena Pulau Jawa adalah salah satu pulau di Indonesia yang paling dekat dengan lokasi Ring of Fire. Bahkan Indonesia adalah salah satu negara yang letaknya di Ring of Fire. Dalam kata lain, Indonesia adalah salah satu negara yang lokasinya di dalam area utama di Lembah Samudera Pasifik dimana banyak gempa bumi dan letusan gunung berapi terjadi. Daftar Pustaka Aridansyah, Tomi. “Tsunami: Pengertian, Jenis, Dampak, Dan Mitigasi.” Forester Act!, 30 Apr. 2018, foresteract.com/tsunamipengertian-jenis-dampak-dan-mitigasi/.

Deutsche Welle. “Kronologi Bencana Tsunami 2004 Di Aceh | DW | 23.12.2014.” DW.COM, www.dw.com/id/kronologibencana-tsunami-2004-di-aceh/a18146413. Rusydy, Ibnu. “Data Bencana Alam Di Indonesia Sejak 1915 - 2015.” MELEK BENCANA, 17 Feb. 2017, www.ibnurusydy.com/databencana-alam-di-indonesia-sejak-19152015/. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI), dibi.bnpb.go.id/. National Geographic Society. “Ring of Fire.” National Geographic Society, National Geographic, 9 Oct. 2012, www.nationalgeographic.org/encyclopedia /ring-fire/.

“Bencana Tsunami, Pengertian Dan Penyebabnya.” Padamu, 29 Oct. 2018, www.padamu.net/bencana-tsunamipengertian-dan-penyebabnya.

49


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 50-53

Apakah Anda Tahu Apa Itu “Gelombang Badai�? Reihan A. Millaudy T

erdapat banyak kejadian yang berhubungan

dengan keadaan alam sekitar kita. Setiap harinya alam terus berubah, melalui waktu yang kita lewati selama ini. Dalam artikel ini akan membahas mengenai penyebab dan dampak dari bencana tersebut. Gelombang badai pada dasarnya disebabkan oleh siklon tropis. Siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26.5 °C (BMKG, 2009). Menurut Bambang Hendro Samekto, terdapat beberapa gejala gelombang badai yang dapat terjadi, diantaranya terlihat gumpalan awan gelap, petir dan guruh terlihat dari jauh, terdengar suara gemuruh dari kejauhan, langit mendadak menjadi gelap.

Gambar 1. Gelombang badai

turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva atau grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun atau bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang (its.ac.id). Gelombang yang terbentuk dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, kecepatan angin, jarak hembusan angin, durasi hembusan angin, serta dapat dipengaruhi juga oleh geometri laut yaitu topografi laut, atau dapat dipengaruhi juga oleh bentuk pantai. Menurut Government of Canada disebutkan dalam situsnya bahwa pada saat terjadi gelombang badai atau storm surges ada beberapa yang harus dilakukan oleh masyarakat sekitar, diantaranya 5etap di dalam di mana terhinda dari air, cara terbaik jauhi dari jendela yang berada di rumah, pantau perkembangan badai dan dengarkan peringatan atau instruksi dari petugas BMKG setempat, sebelum mengemudi untuk pergi ke tempat aman, perhatikan baik-baik petugas penyelamat yang akan mengoordinasikan rencana evakuasi, jangan mengemudi melalui tempat yang tergenang banjir, serta waspadai risiko seperti hipotermia dari air dingin atau tenggelam dari air yang mengalir.

Menurut Wimala L. Dhanista dikatakan bahwa gelombang adalah pergerakan naik dan

50


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 50-53

Gambar 2. Proses gelombang badai Dalam meteorologi dampak dari siklon tropis menyebabkan beberapa bencana alam, salah satunya angina putting beliung, angin puyuh, hujan petir, serta gelombang tinggi. (TribunJogja.com). Gelombang badai merupakan salah satu dampak dari siklon tropis yang terjadi. Gelombang badai atau storm surges merupakan peningkatan tinggi permukaan laut akibat siklon tropis merupakan dampak yang paling buruk yang mencapai daratan. (BMKG, 2009). Jika dilihat melalui dinamika pantai, pada kondisi gelombang normal pantai membentuk profilnya yang mampu menghancurkan energi gelombang. Pada suatu saat terjadi gelombang yang lebih besar, pantai tidak mampu meredam energi gelombang sehingga terjadi erosi, dan pada saat terjadi badai gelombang besar dan elevasi muka air lebih tinggi karena adanya gelombang dan angin, dan mengakibatkan terjadinya sebuah erosi. (Hidayati, Nurin, 2017). Erosi yang terjadi tersebut diakibatkan oleh terjadinya gelombang yang lebih besar, dan mengakibatkan pantai tidak dapat meredamnya dan mengakibatkan terjadinya gelombang badai. Terdapat beberapa macam jenis gelombang laut yang dapat mengakibatkan gelombang badai terjadi. Disebutkan dalam its.ac.id oleh Wimala L. Dhanista, terdapat dua macam gelombang laut, yang pertama yaitu gelombang laut pembangun atau pembentuk pantai (constructive wave), merupakan gelombang yang ketinggiannya kecil kecepatannya rendah, dan saat gelombang tersebut pecah di pantai akan mengangkut sedimen atau material pantai. Lalu gelombang laut lainnya yaitu gelombang Laut perusak pantai (destructive wave), merupakan gelombang laut dengan ketinggian dan kecepatan rambat yang besar, dan ketika gelombang ini menghantam pantai akan ada banyak volume air yang terkumpul dan mengangkut material pantai ke tengah laut. Menurut buku Oseanografi yang ditulis oleh

Widya Prarikeslan, melalui informasi yang didapatkannya melalui Bhatt 1978 Oceanography mengatakan ada 4 jenis, yaitu Gelombang Katastrofik Gelombang ini adalah gelombang laut yang besar dan muncul secara tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas gempa bumi, gunung api, dan sebagainya. Lalu gelombang badai, yang merupakan fokus pembahasan dalam artikel ini, bahwa gelombang ini adalah gelombang pasang laut tinggi yang ditimbulkan dari adanya hembusan angin kencang atau badai. Sering juga disebut sebagai storm surges. Gelombang badai ini dapat menyebabkan kerusakan yang besar untuk daerah pesisir. Lalu yang ketiga yaitu gelombang internal. Gelombang internal merupakan yang terbentuk pada perbatasan antara 2 lapisan air yang berbeda densitas. Gelombang internal ini dapat ditemukan di bawah permukaan laut. Lalu yang keempat, gelombang stasioner standing wave yang merupakan bentuk gelombang laut yang salah satu cirinya dengan tidak adanya gerakan gelombang yang merambat, yaitu permukaan air hanya bergerak naik turun saja. Dari terbentuknya gelombang laut yang mengakibatkan gelombang badai terjadi, ada beberapa manfaat dari kejadian tersebut yang disebutkan oleh teknik kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya bahwa dengan terbentuk gelombang tersebut, memberikan beberapa manfaat bagi lingkungan laut dan sekitarnya seperti, menjaga kestabilan suhu dan iklim dunia, melalui permukaan ombak terjadi pertukaran gas, meningkatkan kemampuan adaptasi dan keanekaragaman makhluk hidup. Serta membantu terbentuk dan terjaganya pantai. Di Indonesia pun hal tersebut pernah terjadi di beberapa wilayah. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menganalisis kemunculan siklon atau badai tropis Kenanga pada Desember 2018. Wilayahnya yang dideteksi oleh BMKG meliputi Kepulauan Mentawai, Natuna, hingga selatan Banten. Saat ini yang sedang aktif merupakan siklon tropis Kenanga, menurut Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra. Dampak dari siklon tropis Kenanga menimbulkan gelombang laut setinggi 2,5 - 4 meter di perairan barat Kepulauan Mentawai, perairan Enggano, Samudera Hindia barat

51


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 50-53

Mentawai, hingga selatan Banten, dan Laut Natuna utara.

Gambar 3. Data Laporan Risiko Dunia 2018 Berdasarkan data dari World Risk Report 2018 atau Laporan Risiko Dunia 2018 menganalisis risiko bencana alam tsunami, badai siklon tropis dan banjir di 172 negara - dan juga menakar kapasitas masing-masing negara dalam menangani bencana. (BBC.com). Dalam analisis data berdasarkan Laporan Risiko Dunia 2018 dikatakan ada 15 negara yang rentan terhadap bencana siklon tropis, tsunami, dan lain-lain. Diantaranya, Vanuatu, Tonga, Filipina, Kepulauan Solomon, Guyana, Papua Nugini, Guatemala, Brunei, Bangladesh, Fiji, Kosta Rika, Kamboja, Timor Leste, Elsavador, dan Kiribati. Berdasarkan data dari United Nation (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan lebih dari 50% penduduk yang kehilangan tempat tinggal akibat konflik atau bencana alam pada tahun 2017 adalah mereka di bawah usia 18 tahun. Menurut buku Kompetensi Dasar Olimpiade Sains Nasional Geografi disebutkan bahwa gelombang badai merupakan salah satu tipe dari gelombang katastropik. Dalam gelombang katastropik terdapat 4 tipe diataranya, gelombang badai atau storm surge, gelombang yang disebabkan oleh longsoran atau landslide surge, gelombang tsunami, dan gelombang stationer yang merupakan gelombang tidak bergerak maju, tetapi bergerak dalam arah vertikal ke atas dan kebawah, yang biasanya dapat terjadi di danau, dan daerah teluk.

Di Indonesia cukup sering terjadi potensi bencana alam yang berhubungan dengan gelombang laut. Berdasarkan data dari Kompas.com pada 2 Oktober 2018, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG merilis peringatan dini gelombang tinggi di sejumlah wilayah. Wilayah yang diperkirakan akan terimbas fenomena gelombang tinggi diantaranya Perairan Enggano hingga barat Lampung, perairan selatan Jawa dan Laut Arafuru. Badai ini memiliki pusat tekanan 915 hPa dan kecepatan maksimum 105 kt. Semantara pola angin timuran mencapai kecepatan 37 kilometer per jam yang persisten di Perairan Enggano hingga barat Lampung, Perairan selatan Jawa dan Laut Arafuru. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di wilayah sekitar. Berdasarkan data-data dan fakta yang ada, dapat kita lihat bahwa bencana alam yang diakibatkan oleh gelombang badai atau storm surges merugikan masyarakat, terutama masyarakat yang tin ggal di daerah pinggiran pantai atau yang dekat dengan laut. Berdasarkan dari beberapa data juga dikatakan bahwa gelombang badai atau storm surges juga di sisi lain juga gelombang badai memiliki beberapa manfaat diantaranya menjaga kestabilan suhu dan iklim dunia, melalui permukaan ombak terjadi pertukaran gas, meningkatkan kemampuan adaptasi dan keanekaragaman makhluk hidup. Serta membantu terbentuk dan terjaganya pantai Akan tetapi jika dibandingkan dengan sisi negatif dari dampak gelombang bada tersebut sangat merugikan masyarakat sekitar, yang diantaranya dapat merusak beberapa pemukiman warga, kendaraan-kendaraan masyarakat rusak akibat gelombang badai yang terjadi, fasilitas umum, dan beberapa akibat lainnya yang sangat merugikan warga. Berdasarkan fakta dan data yang ada kita tidak dapat mencegah bencana alam yang disebabkan oleh gelombang badai tersebut. Bencana tersebut memang bencana yang terjadi dari alam kita sendiri yang merupakan aktivitas alami yang tidak dapat kita hindari. Walaupun hal hal tersebut kita tidak dapat mencengahnya, akan tetapi ada beberapa gejala sebelum terjadinya bencana gelombang badai tersebut yang masyarakat dapat memahaminya terlebih dahulu 52


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 50-53

untuk mempersiapkan jika terjadinya beberapa gejala yang ada bagi masyarakat yang tinggal di sekitar laut atau atau pantai. Apalagi jika kita melihat saat ini kita telah memasuki revolusi Industri 4.0 yang semuanya sudah mulai memasuki dunia digital, mulai dari pembagian informasi, penting melalui media digital, akses internet dan lain-lain. Selain itu juga saat ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG sudah memiliki aplikasi yang terdapat pada gawai, yang masyarakat dapat unduh aplikasi tersebut untuk dapat memantau gejala-gejala alam yang memungkinkan dapat terjadi. Serta dalam aplikasi tersebut dapat memberikan peringatan pengguna aplikasi tersebut jika terjadi akan terjadi bencana alam seperti gempa bumi. Mungkin untuk kedepannya ini merupakan salah satu saran bagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG untuk dapat memperbaharui sistem aplikasi tersebut untuk dapat memberikan informasi gejala-gejala bencana alam yang dapat terjadi selain gempa bumi melalui apilkasi yang sudah ada tersebut. Dengan dapat memperbaharui sistem atau membuat sebuah invovasi baru untuk aplikasi tersebut dapat membantu berbagai pihak untuk mempersiapkan jika ada bencana yang terjadi, serta dapat mengurangi dampak bagi masyarakat dari bencana alam yang dapat terjadi tersebut. Pada dasarnya kita memang tidak dapat mencegah bencana alam untuk terjadi, akan tetapi setidaknya kita dapat mempersiapkannya apa yang harus kita lakukan jika ada gejala alam yang akan terjadi. Daftar Pustaka BBC News. “Negara-negara Mana Saja yang 'Paling Rentan' Mengalami Bencana Alam?”. 4 Desember 2018. BBC.com (https://www.bbc.com/indonesia/majalah -46431860). Diakses 28 Februari 2019. BMKG. “Dampak Siklon Tropis”. 27 April 2009. (http://meteo.bmkg.go.id/siklon/learn/ 07/id). Diakses 28 Februari 2019. Fahmi, Iqbal M. “Badai “Kong-Rey” Picu Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan

Indonesia”. 10 Februari 2019. Kompas.com (https://regional.kompas.com/read/20 18/10/02/13294321/badai-kong-reypicu-gelombang-tinggi-di-sejumlahperairan-indonesia). Diakses 28 Februari 2019. Government of Canada. “During A Storm Surge”. 21 Februari 2018. Canada.ca (https://www.getprepared.gc.ca/cnt/hz d/strmsrgs-drng-en.aspx). Diakses 28 Februari 2019. Harini, Rika, Nugroho Christanto, dkk. Kompetensi Dasar Olimpiade Sains Nasional Geografi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018. Ningsih, Sari Nining. Skripsi: “Kajian Daerah Rawan Bencana Gelombang Badai Pasang (Storm Tide) di Kawasan Pesisir Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat”. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2010. Prarikeslan, Widya. Oseanografi. Jakarta: Kencana, 2016. Prima, Erwin. “BMKG: Ada Badai Kenanga, Gelombang Tinggi ke Mentawai dan Banten”. 16 Desember 2018. Tempo.co (https://tekno.tempo.co/read/1155801 /bmkg-ada-badai-kenanga-gelombangtinggi-ke-mentawai-danbanten/full&view=ok). Diakses 28 Februari 2019. Tribun Jogja. “Waspada, Siklon Tropis Picu Hujan Petir dan Gelombang Tinggi hingga 6 Januari”. 1 Januari 2019. Jogja.tribunnews.com (http://jogja.tribunnews.com/2019/01/ 01/waspada-siklon-tropis-picu-hujanpetir-dan-gelombang-tinggi-hingga-6januari). Diakses 28 Februari 2019. Wimala L, Dhanista. Skripsi: “Gelombang Laut”. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2017

53


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 54-57

Polusi Air di Indonesia Riefqi Rafifyanta Prianda A

ir

merupakan

sumber

daya

alam

yang

diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air tersebut harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Kerusakan dan penurunan sumber daya air terus terjadi dan semakin parah dari tahun ke tahun. Langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan sudah banyak dilakukan, namun kerusakan tetap saja berjalan dengan kecepatan yang tidak terduga. Pencemaran air saat ini terjadi hampir di seluruh kota besar dunia dan sudah berlangsung ratusan tahun. Pengalaman negara maju ketika revolusi industri 150 tahun lalu, memberi rasa optimis bahwa masih ada kesempatan untuk Indonesia memperbaiki pencemaran yang terjadi. Dalam penanggulangan pencemaran air, perlu dikenali terlebih dahulu sumber pencemaran, material pencemaran, sifat dan karakter bahan pencemar, kemudian dilakukan pengambilan keputusan untuk mengatasi pencemaran. Masyarakat di Kalikabong memanfaatkan sumber air tanah untuk keperluan sehari-hari. Pengguna air sumur gali di wilayah Kalikabong mencapai 1.047 KK, yang terdiri dari 771 unit sumur gali. Di Kalikabong, pemilihan sumber air tanah dijadikan sumber yang utama dikarenakan sumber air sumur gali menjadi salah satu alternatif

sumber air yang terjamin dari segi kuantitas, kualitas, dan kontinuitasnya. Hasil penelitian Sudarmadji (2007), menyatakan air tanah hingga saat ini masih merupakan sumber air minum terbesar bagi penduduk, baik di daerah pedesaan maupun daerah perkotaan, dalam penyediaannya, air diambil dengan berbagai macam cara. Di Indonesia berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan air minum, baik yang berasal dari air tanah, mata air, sungai, maupun dari sumber lainnya 1. Masalah yang timbul akibat tingginya penyakit berbasis lingkungan di Indonesia pada umumnya adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah, air dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian dan sarana transportasi serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan berkembang biaknya vektor. Kualitas air pada sarana penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat juga merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian dan banyak dijumpai di masyarakat2. Sumber air yang berupa air tanah sangat penting manfaatnya. Di musim kemarau ketika air permukaan tidak tersedia karena kering, maka masyarakat akan banyak menggunakan air tanah. Penggunaan air tanah dimanfaatkan masyarakat 1

Sudarmadji. 2007. Perubahan Kualitas Airtanah Di Sekitar Sumber Pencemar Akibat Bencana Gempa Bumi. 2 Santi Aryanti dan Budi Raharjo, Jurnal: “Hubungan Jarak Sumur dari Sungai Tercemar Limbah Tapioka dengan Kadar Sianida� (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2009)

54


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 54-57

setempat dikarenakan kesinambungannya dari segi kuantitas lebih baik, ketika dibandingkan dengan air hujan maupun air permukaan. Air tanah juga dapat mengalami pencemaran, seperti air sungai, namun mekanismenya berbeda. Karena lebih terbuka, air permukaan lebih mudah mengalami penurunan kualitas daripada air tanah. Oleh karena itu orang cenderung menggunakan air tanah sebagai sumber untuk keperluan sehari-hari, termasuk untuk air minum. Penggunaan air tanah oleh warga khususnya air sumur gali memiliki banyak faktor yang mempengaruhi kualitasnya. Diantaranya adalah konstruksi air sumur gali, jarak dengan sumber pencemar dan aktivitas industri maupun aktivitas domestik. Hasil analisis Univariat menunjukkan terdapat hasil pemeriksaan 21 sampel air sumur gali 100% air sumur warga tidak memenuhi syarat secara mikrobiologi dari hasil analisis pemeriksaan bakteri coliform. Air sumur warga yang bau mencapai 47,62%, yang berasa 38,09%, berwarna 33,33%, keruh 28,57%. Penyebab utama dari pencemaran berasal dari limbah yang mengalir. Saat ini, ada banyak industri yang didirikan di kawasan perkotaan maupun pinggiran kota. Contoh industri yang dimaksud antara lain pabrik bahan kimia, tekstil, produk makanan, dan sebagainya. Pabrik-pabrik tersebut menghasilkan limbah buangan. Apabila limbah tersebut dialirkan ke lingkungan seperti sungai, maka lingkungan terkait akan tercemar oleh zat-zat berbahaya yang dibawa oleh limbah buangan. Limbah akibat aktivitas rumah tangga khususnya di kawasan perkotaan juga bisa menyebabkan terjadinya pencemaran air. Kepadatan populasi di perkotaan menyebabkan kurang baiknya sistem sanitasi akibat lahan yang sempit. Padahal, ada banyak limbah yang dibuang setiap harinya. Karena hal ini, tak jarang air menjadi berbau serta kualitasnya kurang baik. Aktivitas pertanian, peternakan, maupun perikanan juga bisa menyebabkan polusi air di sekitar lokasi kegiatan tersebut. Pencemaran di lingkungan pertanian bisa terjadi jika ada penggunaan berlebihan terhadap produk pembasmi hama atau pupuk kimia lainnya. Sementara itu, pencemaran oleh aktivitas peternakan atau pertanian bisa terjadi dalam bentuk

kontaminasi kotoran yang mengandung bakteri atau virus dengan air di sekitar lokasi. Selain beberapa sumber di atas, ada dua komponen pencemaran air yang juga penting untuk diketahui. Kedua komponen tersebut adalah zat kimia dan limbah padat. Zat kimia berbahaya yang menyebabkan terjadinya pencemaran berasal dari produk pembersih seperti deterjen, shampo, dan sebagainya. Selain itu, larutan pada industri seperti penyamakan kulit juga bisa menyebabkan munculnya senyawa berbahaya seperti krom. Komponen yang kedua yaitu limbah padat bisa dihasilkan dari buangan bahan makanan, limbah organik, dan limbah anorganik. Limbah organik dalam volume besar yang diuraikan oleh mikroorganisme dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme air. Jika demikian, resiko bagi mikroorganisme tersebut untuk berubah menjadi bakteri patogen pun akan meningkat. Terkait limbah anorganik, limbah yang sulit terurai oleh mikroorganisme ini akan menumpuk karena sulit diurai. Penumpukan tersebut tentu memberikan resiko buruk pada air seperti menurunnya kualitas air. Limbah feses dan urin berperan dalam meningkatkan kadar bakteri E. coli dalam air. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta, kandungan E. coli di luar batas normal tak hanya di sungai melainkan hingga ke air sumur di area tempat tinggal penduduk3. Pasalnya, pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap 130 DAMIU di Kota Bandung ditemukan 61 DAMIU (46,9%) mengandung Bakteri E.Coli. Kasie Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar Hadian SKM menyatakan bahwa tingginya angka E.coli yang ditemukan menunjukkan bahwa DAMIU tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan4. 3

Ajeng Quamila, “Pencemaran Air Dan Segala Dampak Bahayanya Bagi Kesehatan�, Januari 4 2019, hellosehat.com, (hellosehat.com/hidup-sehat/faktaunik/pencemaran-air-sebab-dan-dampak-kesehatan/), diakses 28 Februari 2019 4 Tiah, “Waspadai Depot Air Minum Isi Ulang, Banyak Ditemukan Bakteri E.coli�, 25 Juni 2015, jabar.tribunnews.com, (jabar.tribunnews.com/2015/06/25/waspadai-depot-air-

55


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 54-57

Gambar 1. Data hasil pengujian sampel air sungai Berdasarkan data hasil pengujian sampel air sungai di atas, data tersebut menunjukkan apabila dibandingkan dengan baku mutu air sungai Kelas I, parameter yang melebihi baku mutu adalah BOD, COD dan Total Coliform, sedangkan bila dibandingkan dengan baku mutu air sungai Kelas II parameter yang melebihi baku mutu adalah BOD dan COD. Konsentrasi BOD yang tinggi terjadi di titik 3,4,5,6 dan 7. konsentrasi COD tinggi terjadi di titik 7. Pada titik 3 konsentrasi BOD, COD dan Total Coliform lebih tinggi jika dibandingkan dengan titik 2 dan titik 4. Hal ini berkaitan dengan aktivitas masyarakat di segmen 2 (ruas antara titik 2 dan titik 3) yang menggunakan air sungai Blukar sebagai tempat mandi, cuci dan buang air besar. Kondisi ini terjadi di Desa Sojomerto Kecamatan Gemuh, Desa Kedunggading Kecamatan Ringinarum dan Desa Galih Kecamatan Gemuh. Aktivitas masyarakat tersebut menyebabkan peningkatan bahan organik ke dalam air sungai. Eksistensi bakteri total Coliform dalam air sungai berkaitan dengan pembuangan limbah domestik 5. Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya kontaminasi dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu. Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif minum-isi-ulang-banyak-ditemukan-bakteriecoli?page=all), diakses 28 Februari 2019. 5 Dyah Agustiningsih, Sudarno Samudra, dkk. Skripsi: “Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Blukar Sungai Kabupaten Kendal� (Semarang: Universitas Diponegoro, 2012 )

yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 derajat celcius. Adanya bakteri Coliform di dalam air menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dana atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan6. Semua air sumur warga tidak memenuhi syarat secara mikrobiologi dari hasil analisis pemeriksaan bakteri coliform dan sebagian air sumur warga berbau, berasa, berwarna, dan keruh. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara kekeruhan, bau, warna, dan rasa dengan polusi air tanah. Pencemaran air dapat ditanggulangi dengan cara dikenali terlebih dahulu sumber pencemaran, sifat dan karakter bahan pencemar, kemudian dilakukan pengambilan keputusan untuk mengatasi pencemaran. Pengendalian pencemaran perlu dilakukan perlindungan sumber air dengan cara menata tata ruang yang berwawasan lingkungan dan dilindungi undang-undang yang berlaku. Perlu dilakukan perhitungan daya tampung beban pencemaran Sungai Blukar berdasarkan peruntukkan air sungai per segmen. Sehingga, dapat ditentukan beban pencemaran maksimum yang diperbolehkan bagi masing-masing sumber pencemar. Daya tampung beban pencemaran dapat digunakan sebagai dasar penetapan izin lokasi bagi usaha dan/atau kegiatan, penetapan izin lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air, penetapan kebijakan dalam pengendalian pencemaran air, dan penyusunan RT/RW. Diperlukan peningkatan koordinasi antar instansi yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran air. Peningkatan koordinasi dapat dilakukan dengan penerapan persyaratan prinsipprinsip pengendalian pencemaran air terhadap rencana usaha/kegiatan yang mengajukan perizinan. Strategi pengendalian pencemaran air sungai diprioritaskan pada peningkatan peran masyarakat baik masyarakat umum, petani maupun industri dalam upaya pengendalian pencemaran air 6

Alvian Pratiwi, Arif Budi Setiawan, dkk. Laporan: “Uji Kualitas Mikrobiologi Air Berdasarkan Nilai Most Probable Number (MPN) Coliform)� (Malang: Universitas Negeri Malang, 2014)

56


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 54-57

melalui kegiatan sanitasi berbasis masyarakat, pengurangan penggunaan pupuk tunggal dan pestisida serta pengelolaan limbah industri. Untuk menghindari cemaran air sebaiknya dibuat tangki septik secara komunal, terdapat pengolahan air dalam skala rumah tangga dengan kaporisasi sesuai dengan dosis dan diperlukan penelitian secara mendalam mengenai analisis polusi air berdasarkan parameter kimia. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tingkat kualitas air di Indonesia tergolong berkualitas rendah. Perlu ada penelitian yang rutin sepanjang tahun untuk mendapat data yang berseri setiap periode waktu sepanjang tahun di Indonesia, sehingga perubahan kualitas air dapat diketahui setiap saat.

Tiah,.“Waspadai Depot Air Minum Isi Ulang, Banyak Ditemukan Bakteri E.coli”. 25 Juni 2015. jabar.tribunnews.com (jabar.tribunnews.com/2015/06/25/waspa dai-depot-air-minum-isi-ulang-banyakditemukan-bakteri-ecoli?page=all). Diakses 28 Februari 2019.

Daftar Pustaka Agustiningsih, Dyah, Sudarno Samudra, dkk. Skripsi: “Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Blukar Sungai Kabupaten Kendal”. Semarang: Universitas Diponegoro, 2012. Aryanti, Santi dan Budi Raharjo. Jurnal: Hubungan Jarak Sumur dari Sungai Tercemar Limbah Tapioka dengan Kadar Sianida”. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2009 Pratiwi, Alvian, Arif Budi Setiawan, dkk. Laporan: “Uji Kualitas Mikrobiologi Air Berdasarkan Nilai Most Probable Number (MPN) Coliform)”. Malang: Universitas Negeri Malang, 2014. Quamila, Ajeng. “Pencemaran Air Dan Segala Dampak Bahayanya Bagi Kesehatan”. Januari 4 2019. hellosehat.com, (hellosehat.com/hidup-sehat/faktaunik/pencemaran-air-sebab-dan-dampakkesehatan/). Diakses 28 Februari 2019 Sudarmadji. Skripsi: “Perubahan Kualitas Airtanah Di Sekitar Sumber Pencemar Akibat Bencana Gempa Bumi”. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2006.

57


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 58-62

Sebuah Keluarga, Sebuah Benua Rojwa L. Rachmiadi T

ahukah Kamu bahwa sekitar 335 juta tahun

yang lalu, semua benua merupakan sebuah bagian dari satu kesatuan? Bayangkan saja jikalau semua daratan menyatu menjadi satu bagian di salah satu sudut permukaan bumi. Tak ada selat, yang ada hanya satu pantai yang sangat luas. Mungkin saja kita tidak akan mengenal adanya lebih dari satu benua. Saat itu, berlibur ke Amerika bisa semudah berlibur ke Jawa Timur dari Jakarta. Meskipun tak harus menghabiskan uang yang banyak untuk melintasi lautan, kita harus tetap siap dengan perjalanan yang panjang melalui daratan, karena semua negara yang terhubung dengan satu sama lain secara letak geografis. Sudah tak heran lagi kalau kita pernah mengalami yang namanya berpisah dengan seseorang karena jarak. Ternyata, bukan hanya manusia yang bisa berpisah, lho. Tetapi, binatangbinatang purba pada zaman es juga pernah berpisah dengan sesama spesiesnya akibat daratan bumi yang retak dan menjauh. Sama seperti manusia, mereka pun akan berusaha untuk beradaptasi terhadap perubahan, sehingga dapat menghasilkan sebuah generasi perpaduan antarspesies yang sering kita temui saat ini. Teori ini ditemukan lebih dari seabad yang lalu oleh Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi dari Jerman. Ia mengungkapkan tentang “Continental Drift� atau pergeseran benua, yang tentunya tidak terjadi dalam sekejap mata.

Pergerakan Lempeng Tektonik Sebelum membahas lebih lanjut, lapisan bumi yang paling luar, lapisan yang kita sentuh jika berjalan, terbuat dari patahan-patahan seperti kulit telur yang pecah. Patahan-patahan tersebut pada umumnya disebut dengan lempeng tektonik yang bergerak secara pelan setiap tahun. Jenis pergerakan tektonik yang pertama adalah Konvergen, yakni di mana dua bagian lempeng tektonik yang saling bertabrakan dapat mengakibatkan keruntuhan kerak bumi, sehingga terbentuknya sebuah pegunungan atau daratan yang melengkung. Pergerakan ini dapat dilihat saat terbentuknya pegunungan Himalaya ketika India dan Asia saling berbenturan sekitar 55 juta tahun yang lalu. Semakin keras kedua lempeng tektonik bertabrakan satu sama lain, maka semakin tinggi pegunungan yang terbentuk. Sedangkan jika terjadi di antara samudra-samudra, lempeng yang lebih kuat dapat mendorong lempeng yang lain ke bawah sehingga mampu membuat Palung Mariana, titik paling dalam di bumi. Pergerakan lempeng tektonik yang selanjutnya dapat disebut dengan Divergen. Di sebuah perbatasan lautan, magma dari mantel bumi yang dalam akan merambat naik ke permukaan, mendorong dua lempeng atau lebih. Sehingga, terbentuklah pegunungan serta gunung merapi. Sementara itu, di darat, seperti Great Rift Valley di Afrika, terlihat jelas bahwa ada sebuah perpisahan kedua lempeng tektonik yang saling menjauh. Jika lempeng tersebut terus menjauh, maka jutaan tahun kedepan, Afrika Timur akan 58


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 58-62

berpisah dari benuanya dan membentuk daratan yang baru. Mirip dengan pergerakan Konvergen, jenis pergerakan yang terakhir, Sesar, terjadi saat kedua lempeng tektonik saling bergesekan, atau bertabrakan di sepanjang sisinya. Pergerakan ini tidak menghasilkan gunung atau lautan seperti yang lain, tetapi dapat memicu gempa yang sangat besar, seperti yang terjadi di San Francisco pada tahun 1906. Dengan perpaduan jenis-jenis pergerakan lempeng tektonik, pergerakan benua pun mulai beraksi. Pergerakan lempeng serta bentuk cekungan lautan merupakan pengaruh utama bergesernya sebuah benua. Bahkan, seringkali keberadaan daratan-daratan kecil justru dapat menjadi faktor ditemukannya lautan yang hilang. Tak hanya itu, pergerakan lempeng tektonik juga mampu menentukan siklus pasang surut yang dapat mengendalikan kekuatan gelombang laut. Kemudian, gelombang tersebut dapat mengubah energi pasang surut, yang ternyata berhubungan dengan pembentukan benua super setiap 400 hingga 600 juta tahun. Pembentukan Teori Pergeseran Benua Jika manusia modern saja belum lahir pada ratusan juta tahun yang lalu, bagaimana bisa seorang manusia mendapat sebuah ide bahwa daratan dunia memang pernah menyatu? Pada awalnya, Wegener terkagum dengan kesamaan bentuk garis Amerika Selatan dan Afrika Barat. Seperti layaknya sebuah teka-teki, ia terus memikirkan apakah ada sebuah alasan dibalik bentuk-bentuk tersebut yang melengkapi satu sama lain. Kemudian, pada tahun 1910 ia mulai mendalami pemikiran tersebut dan merumuskan sebuah konsep bahwa daratan bumi berasal dari satu bagian besar yang disebut dengan Pangea, berasal dari bahasa Yunani ‘Pangaia’ yang berarti ‘seluruh Bumi’. Teori ini juga didukung penemuan ahli geologi dari Austria, Eduard Suess, yang pertama kali mencetuskan terbentuknya sebuah benua super bernama Gondwana pada 600 hingga 180 juta tahun yang lalu.

Tak lama kemudian, Wegener memutuskan untuk mempublikasikan teorinya dalam sebuah konfrensi, yang kemudian dicatat dan dikembangkan di bukunya yang berjudul The Origin of Continents and Oceans di tahun 1915. Meskipun ia telah mencantumkan berbagai macam bukti, Teori Pergeseran Benua masih belum dapat diterima oleh komunitas ilmu pengetahuan alam. Ketika Wegener meninggal dunia di tahun 1930, teori tersebut dikembangkan kembali oleh ahli geologi dari Afrika Selatan, Alexander Du Toit. Ia menemukan ide Laurasia, sebuah benua super yang terbentuk dalam sekitar waktu yang sama dengan Gondwana. Laurensia meliputi negara-negara bagian Amerika Utara dan membentuk Euramerica. Kemudian, Euromerica bertabrakan dengan Gondwana yaitu Afrika, Australia, Amerika Selatan, dan India. Sekitar 200 juta tahun yang lalu, Gondwana pertama kali berpisah dengan Laurasia, seperti seorang anak yang merantau dan meninggalkan orangtuanya demi kepentingan pendidikannya. Peristiwa ini dilanjutkan sekitar 150 juta tahun yang lalu, ketika Gondwana mulai retak dan membentuk negara-negara yang kita pahami saat ini. India menjadi lepas dari Antartika, Afrika lepas dari Amerika Selatan, dan masih banyak lagi. Bukti Pendukung Teori Pergeseran Benua Teori ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya berbagai flora, fauna, bebatuan, serta peninggalan-peninggalan lainnya yang tercatat sejenis, namun, tersebar di belahan negara yang berbeda. Contohnya, Lystrosaurus yang merupakan sebuah reptil darat telah hidup sekitar 260 hingga 240 juta tahun yang lalu, dari akhir Periode Permian hingga Periode Trias Awal (Triassic Period). Berdasarkan fosil-fosil yang ditemukan di Afrika, India, dan Antartika, para peneliti dapat merumuskan bahwa binatang tersebut tidak memiliki struktur yang dirancang untuk berenang. Tidak mungkin jika binatangbinatang darat tersebut mampu berenang dengan jarak yang sangat jauh dari satu negara ke negara yang lain. Maka dari itu, fakta ini menjadi sebuah indikasi bahwa dahulu, dapat diperkirakan bahwa 59


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 58-62

binatang tersebut berjalan jauh, kemudian terpisahkan oleh lempengan tektonik yang bergeser. Meskipun pada masa Alfred Wegener belum ada sebuah perangkat atau metode untuk menghitung umur para batu, ia mampu menganalisa komposisi batuan dan pegunungan untuk membuktikan teorinya. Sebuah pegunungan dapat terbentuk ketika dua lempeng tektonik saling bertabrakan, sehingga memicu daratan yang melipat atau menggembung ke atas berdasarkan titik pertemuannya. Dari pemahaman tersebut, kita dapat memperhatikan pegunungan Amerika Selatan dan Eropa yang terlihat memiliki struktur yang saling melengkapi atau menyambung. Sedangkan dalam sisi komposisi batuan, jenis-jenis batu yang terletak di ujung benua ke ujung yang lain cenderung memiliki banyak kesamaan meskipun saat ini berada di lokasi yang sangat berjauhan. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, teori ini kembali diperkuat. Kini, para ilmuwan dapat menggunakan keahlian teknologi seperti penanggalan radioaktif, survei seismik, dan lainnya yang membantu menulis kembali sejarah terbentuknya bumi yang kita kenal saat ini. Sehingga, para ahli geologi dapat menemukan sebuah pola yang khas pada bebatuan di benua yang sekarang terpisah jauh. Menarik, bukan? Bukti-bukti terjadinya Teori Pergeseran Benua pun tidak berhenti di situ, tetapi pulau-pulau seperti Madagaskar, Sulawesi, dan Australia juga pernah menjadi pulau yang terpencil selama jutaan tahun. Hal tersebut memberikan para spesies hewan dan tumbuhan untuk berkembang biak dengan jenis-jenis yang beragam selama mereka terisolasi. Berhubungan dengan Teori Darwin mengenai seleksi alam, di mana selama jangka waktu yang panjang, binatang-binatang saling bereproduksi dengan spesies yang berbeda, menghasilkan spesies yang baru. Jika spesies tersebut berhasil bertahan hidup dalam ekosistemnya, maka mereka bisa membuat keturunan. Jika tidak, maka generasi percampuran dari kedua spesies tersebut berhenti di situ.

Terbentuknya Pangea Kembali Namun, apa yang akan terjadi jika peristiwa Pangea ini kembali terjadi? Nyatanya, sebuah penelitian di Geophysical Research Letters telah merumuskan kemungkinan bahwa akan terbentuk sebuah benua super lagi dalam 250 juta tahun ke depan. Berdasarkan pemodelan statistik, angka-angka tersebut menunjukkan bahwa masing-masing benua di dunia ini akan bergeser lagi menjadi kesatuan lagi dan kembali mengulangi sejarah Pangea. Bahkan, tahap awal dari titik tertinggi energi pasang surut sudah terjadi saat ini, dan diperkirakan akan berlangsung selama 20 tahun lagi dan mempengaruhi pergerakan benua. Bahkan, mereka sudah menamakan empat perkiraan benua super yang akan terbentuk.

Gambar 1. Novopangea Melebarnya Samudra Atlantik terjadi karena dasar laut yang menyebar di Mid-Atlantic Ridge, sedangkan menyusutnya Samudra Pasifik terjadi karena dasar laut yang saling melipat. Jika hal tersebut terus terjadi, maka Novopangea akan terbentuk di belahan bumi yang berlawanan dari terbentuknya Pangea. Amerika Selatan dan Utara akan berpisah, Eropa akan bergabung dengan Asia yang tepat di sebelah Afrika. Sedangkan Antartika mengalami perpindahan yang paling jauh menuju bagian bawah bumi.

60


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 58-62

Gambar 2. Pangea Ultima Gambar 4. Amasia Kemudian, terbentuknya Pangea Ultimata adalah ketika daratan Amerika, Eropa, dan Afrika menyatu dengan Samudra Pasifik yang berada di tengah. Dalam jangka waktu yang panjang, ada sebuah peluang bagi Samudra Atlantik untuk menutup. Sehingga, pada zona subduksi (di mana terjadinya pergerakan lempeng tektonik Konvergen) mulai menyebar di sepanjang pesisir timur Amerika, sehingga menyebabkan menyatunya wilayah-wilayah tersebut.

Gambar 3. Aurica Selanjutnya adalah terbentuknya Aurica. Ketika sebuah zona subduksi baru terbentuk, sebuah cekungan samudra baru juga harus dibentuk untuk menggantikan Samudra Pasifik dan Atlantik yang berpotensi untuk kembali menyusut. Akibat arus utara selatan Australia, Australia akan berada di tengah benua yang baru sebagai Asia Timur, sedangkan lempeng Eropa dan Afrika akan menyatu.

Ketika dibandingkan dengan skenarioskenario lain, terbentuknya Amasia terlihat paling berbeda. Semua wilayah terlihat bergerak menuju utara sedangkan Antartika menuju selatan. Pergerakan ini didorong oleh peninggalan Pangea yang jauh di bagian dalam bumi yang disebut dengan mantel. Pada akhirnya, mereka akan berkumpul di sekitar Kutub Utara di sebuah benua yang dinamakan Amasia. Sedangkan untuk sebagian besar Samudra Pasifik dan Atlantik akan tetap terbuka. Dari keempat skenario tersebut, benua super Novopangea menjadi skenario yang paling logis berdasarkan arah pergeseran lempeng yang sedang terjadi saat ini. Sedangkan tiga skenario lainnya memerlukan faktor penentu lain seperti zona subduksi untuk Aurika, membalik pelebaran Atlantik untuk Pangea Ultima, serta peninggalan yang ada di mantel Bumi saat terjadinya Pangea untuk Amasia. Ketika dilihat secara garis besar, Teori Pergeseran Benua ini memiliki berbagai macam kemiripan dengan kehidupan kita sebagai seorang individu. Seperti berbagai negara yang dahulu bergandengan dengan erat sebagai satu benua (Pangea), sejak kecil kita pun tergantung dengan keluarga. Seperti layaknya para benua yang berpisah menjadi negara-negara yang berbeda, ketika kita beranjak dewasa, kita mulai belajar untuk hidup sendiri, seperti mencari nafkah dan melepas ketergantungan dengan orang tua. Kemudian ketika diperkirakan bahwa ratusan juta tahun ke depan para negara tersebut akan kembali melekat menjadi satu benua yang besar, dalam kehidupan akan selalu ada suatu saat ketika kita kembali menjadi seorang anak kecil karena rindu berada di bawah momongan orang tua. 61


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 58-62

Daftar Pustaka “Bukti Teori Continental Drift Wegener”. 23 Desember 2016. gurugeografi.id (https://www.gurugeografi.id/2016/12/ bukti-teori-continental-driftwegener.html). Diakses 12 Februari 2019. G.M. Stanffli, dkk. Jurnal: “The Formation of Pangea”, Lousanne: Earth Sciences Institute (ISTG) Geopair, 2013. Hanied, Sarah Ceila, dkk. Jurnal: “Analisis Data Time Series GPS Kontinu di Daerah Sumatera (Studi Kasus: Data Continous SuGar (Sumatran GPS Array) Tahun 2004-2007” Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2012 Madaan, Sonia. “Theory of Continental Drift”. eartheclipse.com (https://www.eartheclipse.com/geology /theory-of-continental-drift-causes-andevidence.html), diakses 26 Februari 2019.

Prima, Erwin. “Fakta Tentang Pangaea, Saat Bumi Memiliki Satu Daratan”. 25 Februari 2018. tekno.tempo.co (https://tekno.tempo.co/read/1064119/ fakta-tentang-pangaea-saat-bumimemiliki-satu-daratan). Diakses 12 Februari 2019. Tollo, Richard P., dkk. From Rodinia to Pangea: The Lithotectonic Record of the Appalachian Region, (Massachusets: The Geological Society of America, 2010) “What Planet Earth Might Look Like When the Next Supercontinent Forms – Four Scenarios”. 27 November 2018, theconversation.com (https://theconversation.com/whatplanet-earth-might-look-like-when-thenext-supercontinent-forms-fourscenarios-107454). Diakses 12 Februari 2019.

Novena, Monika. “Peneliti Inggris Prediksi 7 Benua Akan Jadi Satu Daratan”. 15 April 2018. sains.kompas.com (https://sains.kompas.com/read/2018/0 4/15/203300623/peneliti-inggrisprediksi-7-benua-akan-jadi-satu-daratan). Diakses 12 Februari 2019. “Plate Tectonics”. nationalgeographic.com (https://www.nationalgeographic.com/s cience/earth/the-dynamic-earth/platetectonics/). Diakses 26 Februari 2019.

62


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 63-66

Efek Pencemaran Udara Terhadap Dunia Viko Rayhan W. K

ita semua tahu bahwa polusi udara dapat

menyebabkan efek yang signifikan terhadap bumi. Sebagian besar dari lingkungan global ditutupi oleh karbon monoksida yang berasal dari mobil atau kendaraan milik manusia. Transportasi bukanlah satu-satunya kontribur polusi udara. Pabrik, mesin dan teknologi juga merupakan kontributor utama yang kian memperburuk kualitas udara di lingkungan. Polusi udara dapat didefinisikan sebagai keberadaan bahan kimia atau senyawa beracun (termasuk yang berasal dari biologis) di udara, pada tingkat yang menimbulkan risiko kesehatan. Dalam arti yang lebih luas, polusi udara berarti adanya bahan kimia atau senyawa di udara yang biasanya tidak ada dan yang menurunkan kualitas udara atau menyebabkan perubahan yang merusak kualitas hidup (seperti kerusakan lapisan ozon atau menyebabkan pemanasan global). Polusi udara mungkin merupakan salah satu masalah lingkungan paling serius yang dihadapi peradaban kita saat ini. Penyebab utama dari permasalahan ini adalah aktivitas-aktivitas manusia seperti pertambangan, konstruksi, transportasi, pekerjaan industri, pertanian, peleburan, dll. Namun, proses alami seperti letusan gunung berapi dan kebakaran hutan pun juga dapat mencemari udara meskipun jarang terjadi. Proses tersebut memiliki efek lokal, tidak seperti aktivitas manusia yang merupakan penyebab pencemaran udara di mana-mana dan

berkontribusi terhadap pencemaran udara global setiap harinya. Berdasarkan sejarah, masalah pencemaran udara yang utamanya terjadi di negara maju dan negara industri adalah tingginya tingkat asap dan sulfur dioksida yang dipancarkan setelah pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung belerang seperti batu bara, yang digunakan untuk membuat produk di pabrik dan industri. Saat ini, ancaman utama terhadap udara bersih ditimbulkan oleh emisi lalu lintas. Bensin dan kendaraan bermotor bermesin diesel memancarkan berbagai macam polutan, terutama karbon monoksida (CO), oksida nitrogen (NOx), senyawa organik yang mudah menguap (VOC) dan bahan partikel (PM10), yang memiliki dampak yang meningkat pada kualitas udara perkotaan. Selain itu, ada kemungkinan bahwa polutan dari sumber-sumber ini tidak hanya membuktikan masalah di sekitarnya, namun juga dapat diangkut jarak jauh. Reaksi fotokimia yang dihasilkan dari aksi sinar matahari pada nitrogen dioksida (NO2) dan VOC biasanya dipancarkan dari kendaraan mengarah pada pembentukan ozon. Ozon adalah polutan sekunder yang kerap menimbulkan dampak buruk terhadap daerah pedesaan yang jauh dari lokasi emisi asli. Hal ini merupakan salah satu akibat dari keberadaan transportasi jarak jauh. Dalam semua kasus kecuali situasi terburuk, sumber polusi industri dan domestik, bersama dengan dampaknya terhadap kualitas udara, cenderung stabil atau membaik dari waktu 63


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 63-66

ke waktu. Namun, masalah polusi lalu lintas dunia kian memburuk. Karena potensi dampaknya terhadap kesehatan manusia, kesejahteraan, dan lingkungan alam, konsentrasi ambien untuk sejumlah polutan ini diukur secara terus-menerus di berbagai lokasi pedesaan dan perkotaan di Inggris. Polusi udara dapat mempengaruhi tiga hal utama, diantaranya adalah lingkungan, pemanasan global, dan kesehatan manusia. Dari segi lingkungan, Polusi udara memiliki dampak yang cukup besar terhadap proses evolusi tanaman dengan mencegah fotosintesis dalam banyak kasus, dengan konsekuensi serius untuk pemurnian udara yang kita hirup. Hal ini juga berkontribusi pada pembentukan hujan asam, endapan atmosfer dalam bentuk hujan, es, salju atau kabut yang dilepaskan selama pembakaran bahan bakar fosil dan diubah melalui kontak dengan uap air di atmosfer. Selain itu, polusi udara juga menjadi kontributor utama dari fenomena pemanasan global dan perubahan iklim. Faktanya, kelimpahan karbon dioksida di udara adalah salah satu penyebab efek rumah kaca. Biasanya, keberadaan gas rumah kaca harus bermanfaat bagi planet ini karena mereka menyerap radiasi infra merah yang dihasilkan oleh permukaan bumi. Akan tetapi, konsentrasi berlebihan dari gas-gas di atmosfer adalah penyebab dari perubahan iklim yang baru-baru ini terasa. Disamping pengaruhnya terhadap lingungan, polusi udara juga dapat berpengaruh pada tubuh dan kesehatan manusia. Paparan udara yang terus menerus terjadi menjadi alasan kemunduran kesehatan manusia. Polusi udara memang merupakan faktor risiko yang signifikan untuk kondisi kesehatan manusia, yang menyebabkan alergi, penyakit pernapasan dan jantung serta kerusakan paru-paru. Polusi udara dapat mempengaruhi seluruh masyarakat dunia. Salah satu contoh kasus persoalan polusi udara terburuk terjadi di Delhi, India.

Seiring dengan berjalannya waktu, masalah pencemaran udara di Delhi semakin memburuk sehingga solusi pun semakin sulit untuk dirumuskan. Di antara lautan mobil, sepeda motor, dan becak roda tiga otomatis di beberapa persimpangan tersibuk di Delhi duduk dengan mesin-mesin seukuran lemari es tanpa daya. Mereka menyedot minuman polutan yang bersendawa dari kendaraan dan memompa udara segar. Polusi udara di wilayah Delhi akan melonjak pada musim dingin dikarenakan campuran praktik budaya yang melibatkan faktor pembakaran dan meteorologi. Campuran kabut asap, debu yang tebal, dan pancaran cahaya matahari yang berbahaya dapat membuat paruparu tercekik sehingga sekolah-sekolah terpakasa untuk tutup dan menekankan kepada warga yang mampu membeli masker pernapasan untuk mengenakannya. Di bawah tekanan untuk bergerak, CPCB sedang menguji beberapa teknologi lain untuk musim dingin ini selain filter di persimpangan. Tiga puluh saringan udara yang lebih kecil telah ditempatkan di atas bus umum. CPCB juga berencana untuk menaburkan magnesium klorida dan bubuk semen di jalan dan lokasi konstruksi. Bahan higroskopis tersebut menyerap air dari udara, membuat tanah menjadi lembab dan menjaga debu agar tidak terbang. Pada akhir November, suatu agensi mengumumkan proyek penyemaian awan yang digadang-gadang akan menghasilkan hujan buatan untuk menghilangkan polusi. Tingkat polusi mencapai 500 di beberapa bagian Delhi, dan terdapat visibilitas yang sangat buruk di beberapa daerah. Tepatnya pada Desember tahun lalu tingginya adalah 450 . Penurunan tajam dalam suhu dan kecepatan angin, dikombinasikan dengan emisi kendaraan dan industri, debu dari situs bangunan dan asap dari pembakaran limbah, telah meningkatkan polusi di sebagian besar India utara 64


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 63-66

termasuk Delhi, yang merupakan rumah bagi lebih dari 20 juta orang. Cuaca dingin telah memaksa beberapa orang, terutama yang menghabiskan malam di tempat terbuka, untuk membakar api kecil agar tetap hangat tanpa disadari juga menambah kabut asap. Pada bulan Oktober dan November ketika polusi melonjak, pemerintah mengambil langkahlangkah mulai dari larangan sementara pada kegiatan konstruksi dan pembakaran limbah hingga upaya keras membatasi pabrik-pabrik industri seperti pembangkit listrik tenaga batubara.

Grafik 1: Upaya pengurangan polusi udara di seluruh dunia (2018) Dari beritagar.id, saya menemukan bahwa Indonesia memiliki polusi udara sekitar 47,62% dari polusi udara. Ini bukan hanya Indonesia yang mendapat polusi udara dalam jumlah rata-rata, ada negara lain yang mendapat persentase polusi udara lebih dari Indonesia. Salah satu yang tertinggi adalah Perancis. Negeri Cinta tersebut memiliki 96,82 persen polusi udara, terbesar dari seluruh negara yang tercatat dalam sejarah. Melalui ilmugeografi.com, saya menemukan beberapa hal yang menyebabkan polusi, salah satunya yakni industri. Kegiatan industri sederhana sampai industri modern tak luput dari sisa produksi berupa asap. Misalnya saja, industri sederhana pembuatan genteng

rumah. Ketika proses pembakaran tanah liat berlangsung maka akan menghasilkan asap pekat berwarna hitam yang sangat mengganggu penduduk di sekitarnya. Selain itu, industri modern di kota- kota besar juga mempunyai cerobong- cerobong yang mengeluarkan asap hasil proses produksi industri tersebut. Asap yang keluar dari cerobong akan naik ke lapisan atmosfer dan dapat menimbulkan terjadinya hujan asam yang berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup. Industri awal adalah pabrik-pabrik kecil yang menghasilkan asap sebagai polutan utama. Namun, karena jumlah pabrik yang terbatas dan bekerja hanya beberapa jam sehari, tingkat polusi tidak tumbuh secara signifikan. Tapi ketika pabrik-pabrik dipenuhi oleh industri skala dan unit manufaktur, isu polusi industri mulai muncul. Sebagian besar polusi udara berasal dari teknologi. Mirisnya, dunia sedang berada di industri revolusi keempat yang mengutamakan kemajuan teknologi. Hal ini mengakibatkan munculnya banyak gas berbahaya terhadap lingkungan di seluruh dunia. Di samping itu, Industri atau pabrik juga menjadi salah satu penyebab polusi udara. Pada intinya, hampir seluruh pabrik dimanfaatkan untuk menciptakan produk dengan konsekuensi yang berdampak terhadap lingkungan, yakni mengeluarkan gas pencemar udara. Gas yang dikeluarkan berlalulalng dan menyebar ke lingkungan tanpa adanya batasan. Udara yang dipengaruhi oleh pabrik atau industri disebut gas rumah kaca. Gas rumah kaca adalah hasil dari pabrik dan industri udara beracun. Gas rumah kaca yang paling merusak, karbon dioksida, dilepaskan ke atmosfer dari pembakaran bahan bakar fosil. Emisi pabrik berkontribusi besar terhadap pelepasan karbon dioksida ke atmosfer. Industri dan pabrik pembangkit listrik menyumbang sedikit lebih dari 50 persen gas rumah kaca. Gas berbahaya lainnya dari penggunaan bahan bakar fosil adalah sulfur dioksida, bahan utama dalam pembentukan hujan asam. Sulfur dioksida, bagaimanapun, adalah pedang bermata dua. Meskipun berkontribusi besar terhadap hujan asam, kehadirannya di atmosfer membantu mendinginkan udara untuk melawan pemanasan yang disebabkan oleh karbon dioksida.

65


Jurnal Ilmu Lingkungan dan Geografi | Volume 1 Tahun 2019 | 63-66

Industri atau pabrik adalah salah satu penyebab polusi udara, seperti yang kita ketahu bahwa pabrik menciptakan produk yang mana prosesnya berkontribusi besar terhadap pencemaran udara. Hal ini memiliki dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan sekitar. Udara yang dipengaruhi oleh pabrik atau industri disebut gas rumah kaca. Gas rumah kaca adalah hasil dari pabrik dan industri udara beracun. Gas rumah kaca yang paling merusak, karbon dioksida, dilepaskan ke atmosfer dari pembakaran bahan bakar fosil. Emisi pabrik berkontribusi besar terhadap pelepasan karbon dioksida ke atmosfer. Industri dan pabrik pembangkit listrik menyumbang sedikit lebih dari 50 persen gas rumah kaca. Gas berbahaya lainnya dari penggunaan bahan bakar fosil adalah sulfur dioksida, bahan utama dalam pembentukan hujan asam. Sulfur dioksida, bagaimanapun, adalah pedang bermata dua. Meskipun berkontribusi besar terhadap hujan asam, kehadirannya di atmosfer membantu mendinginkan udara untuk melawan pemanasan yang disebabkan oleh karbon dioksida. Dengan demikian, satu hal penting yang dapat dipetik adalah dampak yang dapat ditimbulkan polusi udara terhadap Bumi dan para penghuninya. Fakta dan data menunjukan bahwa polusi udara beracun dan dapat menyebabkan gangguan pada tubuh manusia kita. Polusi sekarang menjadi istilah umum, yang didengarkan oleh telinga kita. Tak jarang kita mendengar tentang berbagai bentuk polusi dan membacanya melalui media massa. Polusi udara adalah salah satu bentuk yang mengacu pada kontaminasi udara, terlepas dari dalam atau luar. Perubahan fisik, biologis atau kimiawi terhadap udara di atmosfer dapat disebut sebagai polusi. Itu terjadi ketika gas, debu, asap yang berbahaya memasuki atmosfer dan menyulitkan tanaman, hewan, dan manusia untuk bertahan hidup ketika udara menjadi kotor. Polusi udara selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian - Polusi udara yang terlihat dan polusi udara yang tidak terlihat. Cara lain untuk melihat polusi udara adalah zat apa pun yang berpotensi menghambat atmosfer atau kesejahteraan makhluk hidup yang bertahan di dalamnya. Keberlanjutan semua makhluk hidup disebabkan oleh kombinasi gas yang secara

kolektif membentuk atmosfer; ketidakseimbangan yang disebabkan oleh kenaikan atau penurunan persentase gas-gas ini dapat berbahaya bagi kelangsungan hidup. Pada akhirnya, kita perlu mengetahui kondisi lingkungan global serta keberlanjutannya. Setiap manusia ingin menyinggahi bumi yang aman dan nyaman dengan kualitas udara yang sehat. Melestarikan bumi yang sehat akan bermanfaat bagi lingkungan, itu akan memiliki banyak efek jika kita mengurangi jumlah udara yang tercemar di dalam bumi. Salah satu solusi utama untuk ini adalah memberikan batasanbatasan tertentu terhadap pabrik-pabrik dalam kaitannya dengan pencemaran udara. Selain itu, kita juga dapat membuat atau memakai kendaraan yang tidak menimbulkan karbon monoksida. Ketika kita menurunkan kapasitas kendaraan di semua negara, kita bisa membuat udara yang lebih baik, segar dan efektif untuk kita semua. Daftar Pustaka “Overview of Greenhouse Gases.”. 31 Oktober 2018. epa.gov (www.epa.gov/ghgemissions/overviewgreenhouse-gases). Diakses pada 21 Februari 2019 “Ground-Level Ozone Basics.”. 31 Oktober 2018. epa.gov (www.epa.gov/groundlevel-ozone-pollution/ground-levelozone-basics). Diakses pada 20 Februari 2019. “Pengertian Pencemaran Udara Adalah, Penyebab, Dampak, Dan Penanggulangan.”. 27 Juni 2018. maxmonroe.com (www.maxmanroe.com/vid/umum/pen gertian-pencemaran-udara.html) Rachel, Teresa. “New Delhi Larang Truk Masuk Kota Karena Polusi Kian Parah.”. 9 November. 2018. merdeka.com (www.merdeka.com/dunia/new-delhilarang-truk-masuk-kota-karena-polusikian-parah.html). Diakses pada 19 Februari 2019

66


Biodata Penulis Adolffina Prihasanti Di dalam jurnal ini, saya menulis artikel Hidrosfer: Siklus Air. Saya lahir pada tanggal 22 April 2000 di Puworejo, Indonesia. Kini saya duduk di bangku SMA kelas 3 mengambil jurusan Business and IT. Hobi saya adalah mendengarkan musik dan menonton film. Saya ingin sekali mengambil jurusan perfilman dan menjadi orang sukses yang dapat membanggakan orangtua dan orang-orang disekitarnya.

Alif Hokuto Abe Saya biasa dipanggil dengan nama Abe. Saya lahir pada tanggal 12 Oktober 2001 di Jakarta Selatan. Walaupun saya orang Indonesia, saya memiliki darah dari negeri sakura. Ayah saya berasal dari Jepang, sedangkan Ibu saya adalah orang Indonesia. Saya memiliki hobi bermain bola dan juga membuat tulisan ilmiah. Karena itu, saya selalu melakukan riset terhadap lingkungan alam. Pada jurnal ini, saya akan berbagi salah satu riset saya tentang siklus air.

Ardianto Indra Kusuma yang akrab dipanggil Ardi, adalah seorang murid kelas 12 yang bersekolah di sekolah Highscope Indonesia. Lahir di Jakarta, 25 November tahun 2000, penulis proyek ilmiah Tenaga Pengukir Bumi ini, saat mengerjakan journal sedang mempelajari geografi, dimana topik mengenai eksogen dan endogen sedang dipelajari. Topik ini dipilih penulis karena, ketertarikan penulis mengenai proses pembentukan bumi dan lingkungan. Penulis sangat mengharapkan journal ini dapat menjadi referensi yang berguna dan refleksi kita terhadap lingkungan kita.

Bryan Rasyiidyan Bovanantoo Nama saya Bryan, saya lahir di Jakarta pada 17 Mei 2001. Saya adalah anak tunggal yang memiliki ide dan visi yang ingin saya keluarkan untuk membantu membangun Jakarta kedepannya. Sebagai warga yang sudah tinggal di Jakarta hampir sepanjang hidup saya, saya memiliki keinginan untuk melihat kota ini maju menjadi kota metropolitan yang baik, nyaman, dan aman. Maka dari itu, dalam kesempatan ini saya menulis sebuah artikel mengenai Perencanaan Kota yang Tidak Baik.

David Daffa Aditya Saya memang mempunyai tiga nama depan. Namun saya akrab dipanggil David. Lahir pada tanggal 10 Februari 2001, Saya mengambil jurusan IPS sekolah HighScope Indonesia dan bercita-cita sebagai orang yang bermanfaat. Menurut saya, Jurnal yang saya tulis bukan hanya sekedar pembekalan teori dan pengetahuan dasar yang membosankan. Namun Jurnal ini bermanfaat terhadap kehidupan. Saya Harap pembaca dapat mendapatkan nilai penting dari jurnal tersebut.


Jeihan Ivan Hadar Nama saya Jeihan Ivan Hadar, saya biasa dipanggil dengan nama Jeihan. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 28 September 2001. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang polusi air dengan harapan orang-orang yang membaca tulisan saya akan mengembangkan kepedulian terhadap sungai dan lautan. Dengan ini, saya harap artikel saya akan membantu dalam melestarikan lingkungan.

Khadiza Refry Biasa dipanggil dengan nama Diza, saya lahir di Jakarta, pada tanggal 3 Januari 2001. Sejak kecil saya mencintai alam, dan saya sering sekali bermain di taman. Karena itu, saya merasa sedih melihat lingkungan di Jakarta yang begitu kotor dan tidak sehat. Akhirnya, saya memilih untuk menulis tentang atmosfer bumi di jurnal ini.

Muhamad Fasya Gani Atau lebih dikenal Aca, lahir di Jakarta 16 April 2001. Sejak kecil, saya gemar mengamati kondisi dan perkembangan yang terjadi di lingkungan sekitar. Pengalaman bepergian ke negara asing membuka pikiran saya secara lebih luas akan potensi yang dimiliki Indonesia. Oleh sebab itu, saya memilih untuk menulis sebuah artikel berjudul Penerapan Konsep Kota Berkelanjutan di Indonesia.

M. Fathurrahman P. Aradea Akrab dipanggil Fathur, lahir pada tanggal 14 Oktober 2001 di Jakarta. Saya mengambil jurusan IPS di Sekolah Highscope Indonesia, dan berencana untuk melanjutkan pendidikan di Jerman. Saya memiliki cita-cita untuk menjadi orang yang sukses di dunia usaha serta dapat membahagiakan dan membanggakan keluarga. Saya merasa bahwasannya wawasan saya bertambah setelah menulis artikel ini, sehingga hal tersebut dapat dijadikan motivasi untuk saya agar lebih giat menulis dan membaca.

Muhammad Ridho Saya dikenal dengan nama panggilan saya, yaitu Reza. Saya lahir di Bengkalis 24 Juni 2001. Sejak kecil, saya khawatir dengan lingkungan sekitar saya. Ketika saya tinggal di daerah Riau, saya merasakan polusi udara yang berat karena kebakaran hutan yang dilakukan secara sengaja. Dengan itu, saya berharap agar artikel ini berguna bagi Anda sebagai informasi tambahan.

Muhammad Sauqi Daffa Riyadi Nama panggilan saya Sauqi, tapi sering dipanggil shaggy, jamal, atau ugy. Saya lahir pada tanggal 22 Desember 2000 di Jakarta. Hobi saya bermain video game, teknologi, dan aviasi. Sebagai orang yang mendambakan untuk tinggal di kota yang ideal untuk ditinggali, saya pun melakukan riset tentang tata kota yang baik dan membuat artikel yang berjudul Perencanaan Kota yang Baik.


Raden Mas Satyo S.S Orang-orang biasa memanggil saya Satyo. Saya lahir pada tanggal 20 April, 2001 di Jakarta. Namun, saya orang Yogyakarta. Sebenarnya, salah satu hobi saya adalah berolahraga. Akan tetapi, saya mempunyai kesempatan besar untuk menulis sebuah jurnal di pelajaran Bahasa Indonesia 12 ini. Dalam pembuatan jurnal ini, saya belajar banyak ketika menganalisa bagian saya tentang bencana alam: tsunami. Semoga jurnal yang saya buat sangat bermanfaat bagi para pembaca.

Reihan A. Millaudy Saya lahir di Bandung, pada bulan Januari 2000. Saat ini saya berumur 19 tahun. Dalam penulisan jurnal ilmiah ini, saya berharap dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai ilmu geografi, yang fokus terhadap Gelombang Badai yang dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat di kemudian hari.

Riefqi Rafifyanta Prianda Biasa dipanggil Rafif atau Apip, lahir di Jakarta pada 24 Mei 2001. Penulis merupakan seorang murid kelas 12 yang bersekolah di HighScope Indonesia, dan berencana melanjutkan kuliah di universitas Prasetya Mulya. Penulis berharap para pembaca dapat teredukasi dan sadar akan kondisi lingkungan setelah membaca jurnal yang saya tulis. Rojwa L. Rachmiadi Nama saya Oza, dan saya lahir pada tanggal 21 April 2001 di Jakarta. Hobi saya termasuk hal-hal yang berbau seni visual, seperti berkreasi di dunia desain grafis. Saya berencana untuk mengambil jurusan Manajemen usai SMA. Saya memutuskan untuk menulis tentang Teori Pergeseran Benua karena rasa ingin tahu saya mengenai terbentuknya negara-negara yang kita ketahui saat ini.

Viko Rayhan W. Biasa dipanggil Viko, saya lahir di Bintaro, 1, Juni, 2001. Salah satu hobi saya yang biasa saya lakukan adalah olahraga, menggambar, dan terkadang menulis. Saya memutuskan untuk menganalisis dan menulis tentang polusi udara yang masih terjadi di sebagian besar kota. Saya memutuskan untuk menulis topik tersebut karena saya masih terkejut bahwa hampir semua negara masih memiliki polusi udara, seperti mereka masih memilikinya di tangan mereka.



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.