Kedokteran Penyaluran pendapat masalah
RANGKUMAN HASIL SMALL WORKING GROUP SESI MAHASISWA ND the 2 HPEQ INTERNATIONAL CONFERENCE BALI,,5 DESEMBER 2011
Kurangnya sikap kritis dan kesadaran mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya Kurang baiknya kemampuan komunikasi mahasiswa Kurangnya networking mahasiswa dengan pemangku kepentingan lain Rendahnya bargaining position mahasiswa Kurangnya sosialisasi mengenai cara/jalur yang dapat digunakan mahasiswa untuk menyalurkan pendapat Alur Birokrasi yang terlalu rumit bagi mahasiswa untuk menyalurkan pendapat Kurangnya sosialisasi dan keterbukaan dari pihak kampus mengenai sistem pendidikan dan kebijakan-kebijakan yang sedang berlaku maupun yang akan dibuat Kurangnya penerimaan dan keterbukaan pimpinan program studi atau penentu kebijakan terhadap pendapat dan kebutuhan mahasiswa Kurangnya respons/tindak lanjut dari pimpinan program studi terhadap pendapat-pendapat yang telahdisampaikan oleh mahasiswa
solusi Membangun kepedulian dan sikap kritis dari mahasiswa dengan memberdayakan organisasi mahasiswa yang ada Meningkatkan hubungan baik antara mahasiswa dengan para pemangku kepentingan dan penentu kebijakan Mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan data-data dan bukti-bukti obyektif untuk mendukung pendapatnya Meningkatkan pemanfaatan media informasi untuk penyaluran pendapat mahasiswa Meningkatkan sosialisasi jalur/cara yang dapat ditempuh mahasiswa untuk penyaluran pendapat Membuat birokrasi penyaluran pendapat yang sesederhana mungkin sehingga penyaluran pendapat oleh mahasiswa dapat lebih mudah dilakukan Mengadakan forum diskusi terbuka antara pimpinan program studi dengan mahasiswa
Kurikulum masalah Tidak adanya keseragaman pengaplikasian Problem Basic Learning (PBL) antar institusi Penyusunan kurikulum tidak didasarkan pada kebutuhan mahasiswa Sosialisasi tujuan dan aplikasi kurikulum masih minim
solusi Mengupayakan peningkatan dan penjelasan mengenai sosialisasi tujuan dan aplikasi kurikulum Mengupayakan keseragaman PBL di setiap institusi Pembuatan kurikulum harus melibatkan suara mahasiswa di dalamnya Mengupayakan quality assessment jangka panjang dan kontinu
132 110
Kedokteran
Kedokteran
Kurangnya tingkat kemandirian mahasiswa yang belum dapat mengikuti tujuan kurikulum Terdapat pemadatan kurikulum, sedangkan iklim pendidikan kurang kondusif untuk menjalankannya Kurangnya partisipasi mahasiswa dalam proses penyusunan kurikulum Perubahan konvensional ke KBK tidak lebih baik dari KBK1 ke KBK 2 Kurangnya akses untuk jurnal dan sumber bacaan bagi mahasiswa Tidak tepatnya sasaran oleh pengajar kepada mahasiswa
Mengupayakan pembinaan bagi institusi yang belum terakreditasi Memperjelas parameter dan memperketat regulasi mengenai kurikulum Meningkatan pemberdayaan mahasiswa dalam penyusunan kurikulum Mengupayakan agar feedback dari mahasiswa dapat didengar sebagai bahan pertimbangan penyusunan kurikulum Mengupayakan agar target kompetensi yang diajarkan disesuaikan dengan sasarannya
Metode pengajaran masalah
solusi
Kurang maksimalnya pelaksanaan sistem pembelajaran student-centered learning karena sistem pembelajaran masih tergantung pada dosen dan fasilitator Tidak adanya keseragaman fasilitator antar institusi terkait dengan pengetahuan, metode, feedback, dan penyampaiannya Metode Pengajaran yang kurang variatif, misalnya: cara mengajar dosen yang monoton setiap kali memberikan kuliah sehingga mahasiswa mudah mengantuk dan merasa bosan ataupun dosen tidak memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk bertanya sehingga pada akhirnya dapat berujung pada menurunnya minat dan semangat mahasiswa untuk mengikuti kegiatan perkuliahan Ketidaksesuaian antara cara mengajar dosen dengan ketentuan perkuliahan yang ada, misalnya: alokasi waktu untuk setiap materi yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang telah dijadwalkan (bisa terlalu singkat atau justru melebihi waktu yang sudah ditentukan), dosen sering tidak fokus terhadap materi yang seharusnya diberikan sehingga pembicaraannya sering keluar dari materi yang seharusnya diajarkan ataupun dosen tidak mengajar, tetapi memberikan tugas kepada mahasiswanya Tidak adanya standar mengenai sistem pengajaran antar institusi
111
Mahasiswa mengupayakan untuk lebih aktif bertanya dan mengemukakan pendapat selama kegiatan perkuliahan berlangsung sehingga dosen dapat melihat semangat belajar mahasiswa dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya Mahasiswa mengupayakan untuk mengingatkan dosen apabila mengajar di luar materi bisa dengan bertanya suatu hal yang mengarahkan pembicaraan dosen tersebut ke arah materi yang memang seharusnya diajarkan Mengusahakan peningkatan distribusi pengetahuan yang merata untuk para fasilitator Mengupayakan peningkatan kesesuaian antara manajemen waktu para dosen dalam mengajar dengan komitmen para dosen untuk menjadi pengajar, di samping sebagai praktisi klinik Mengupayakan pembuatan kurikulum metode pengajaran yang berlaku secara nasional Mengupayakan penyampaian informasi kepada para dosen mengenai metode pengajaran yang lebih menarik dan materi apa yang seharusnya diberikan Mahasiswa mengupayakan untuk melakukan PBL dengan baik
Pengajar masalah
solusi
Terdapat ketidakseimbangan antara jumlah pengajar dengan jumlah mahasiswa Ketidakdisiplinan dosen dalam memberikan kuliah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, misalnya: dosen datang terlambat yang menyebabkan kuliah telat dimulai Kurang baiknya manajemen waktu para dosen dalam mengatur jadwal antara waktu untuk mengajar dengan waktu praktik kliniknya sehingga tidak jarang waktu mengajar dosen tersebut berbenturan dengan waktu praktik kliniknya yang berakibat pada absennya dosen untuk mengajar sehingga harus digantikan oleh PPOS ataupun penggantian jadwal kuliah Kurangnya communication skill yang dimiliki oleh para dosen saat mengajar sehingga banyak mahasiswa yang tidak mengerti atau menangkap materi kuliah yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan Terdapat beberapa dosen yang kurang update untuk beberapa hal seperti skenario kasus ataupun skill dan teknologi yang sedang berkembang Kurangnya efektifitas waktu para dosen dalam mengajar Terkadang dosen belum memberikan kuliah mengenai beberapa materi yang akan masuk ke dalam bahan ujian, tetapi materi tersebut dimasukkan ke dalam ujian Terdapat perbedaan persepsi di antara para pengajar terhadap suatu mata kuliah, misalnya: tutorial Minimnya evaluasi yang dilakukan terhadap para dosen pengajar Kurangnya pemerataan distribusi tenaga pengajar ke institusi yang memiliki fakultas kedokteran yang terletak di daerah yang jauh dan terpencil
Mengusahakan penyesuaian antara jumlah tenaga pengajar yang tersedia dengan jumlah mahasiswa Mengusahakan diberlakukannya reward system bagi para dosen pengajar dengan harapan akan dapat meningkatkan tingkat kedisiplinan dan semangat para dosen dalam mengajar Mengusahakan untuk diadakannya training bagi para tenaga pengajar dengan tujuan meningkatkan kualitas dari para pengajar (seperti communication skill para pengajar) dan materi pembelajaran yang diberikan olehnya Mengusahakan adanya standar dan regulasi bagi para tenaga pengajar sebagai SDM untuk keberlangsungan kegiatan perkuliahan Mendorong para pengajar untuk setidaknya mempunyai asisten (PPDS) masing-masing sehingga asisten tersebut dapat menggantikannya saat ia tidak bisa mengajar Mengusahakan peningkatan sistem evaluasi terhadap pengajar seperti pembuatan indikator-indikator penilaian untuk pengajar dan materi pembelajaran yang diberikannya guna mendukung evaluasi yang dilakukan Mengusahakan penyampaian persepsi mengenai kegiatan pembelajaran dengan benar kepada para pengajar, misalnya: untuk skill, terdapat buku panduan dari Dikti/ IDI sehingga akan dicapai hasil maksimal OSCE 2012 dan persepsi mahasiswa se-nasional Mahasiswa mengupayakan untuk selalu datang tepat waktu dalam menghadiri kegiatan perkuliahan agar para dosen pengajar dapat melihat semangat para mahasiswa untuk mengikuti kegiatan perkuliahan sehingga diharapkan
Penilaian masalah Kurangnya transparansi nilai mahasiswa Kurang objektifnya beberapa metode penilaian yang digunakan Kurang transparannya sistem penilaian, termasuk bagaimana komposisi dan persentase nilai yang digunakan untuk perhitungan nilai akhir
solusi Mengadakan forum diskusi dengan ketua blok untuk membahas sistem penilaian Mengusahakan adanya standar mengenai sistem penilaian yang berlaku secara nasional Mengusahakan adanya standar mengenai sistem remediasi yang berlaku secara nasional Melakukan advokasi untuk mencapai konsep ideal
112
Kedokteran Naskah soal dan kunci jawaban ujian tidak pernah dibahas sehingga mahasiswa tidak mengetahui apa jawaban yang benar dari suatu ujian Tidak adanya keseragaman metode penilaian di tiap universitas Tidak adanya keseragaman standar sistem remediasi di tiap universitas
Kedokteran Mengadakan forum evaluasi antara mahasiswa dan ketua blok pasca ujian untuk memberi masukan mengenai proses penilaian yang telah berlangsung, misalnya OSCE Mendorong bagian akademik untuk mengadakan kegiatan pembahasan soal ujian Mendorong para penguji agar melakukan penilaian dengan mematuhi checklist Mendorong dibentuknya kesepakatan di antara para penguji mengenai komposisi penilaian yang kemudian disosialisasikan kepada mahasiswa Mendorong ketua blok mengumumkan kunci jawaban, membahas soal, dan membuka peluang untuk revisi naskah soal
Uji Kompetensi masalah Minimnya fasilitas yang tersedia untuk menyelenggarakan uji kompetensi Kurangnya sosialisasi mengenai uji kompetensi di masing-masing institusi Tidak adanya standardidasi materi yang seharusnya diajarkan terkait dengan uji kompetensi Ketidaksesuaian antara scheduling UKDI dengan waktu koas Kejelasan mengenai keterlibatan institusi dalam persiapan mahasiswa menghadapi UKDI Masalah apakah UKDI (yang sifatnya ujian tertulis) dapat bersifat representatif untuk ketercapaian kompetensi di lapangan, mengingat terdapat perbedaan kurikulum dan kualitas dari setiap fakultas kedokteran yang ada di masing-masing institusi Masalah seputar UKDI seperti UKDI hanya dilakukan satu kali sedangkan angka kegagalan tinggi, UKDI hanya untuk sekedar mendapatkan STR, dan bagaimana follow up dari UKDI itu sendiri
solusi Mengupayakan penyediaan fasilitas untuk penyelenggaraan uji kompetensi dengan melakukan audiensi kepada stake holder Mengupayakan adanya standardisasi uji kompetensi melalui pertemuan AIPKI Mengupayakan sosialisasi uji kompetensi melalui ormawa kampus/organisasi profesi Mengupayakan penyelenggaraan try out UKDI oleh pihak institusi atau mahasiswa Mengupayakan bantuan untuk dekanat dalam mengurus salah satu point akreditasi yang berkaitan dengan mahasiswa Mengupayakan sosialisasikan SKDI dan bantuan untuk fasilitasi Mengupayakan rekomendasi kepada pihak fakultas untuk membentuk tim skrining soal-soal ujian Mengupayakan optimalisasi study club dari mahasiswa dan pendampingan FK dalam menghadapi uji kompetensi Mengupayakan perbaikan seputar penyelenggaraan UKDI seperti teknis pelaksanaan (waktu ujian, pensil yang digunakan), variasi soal, dan penambahan ujian OSCE Mengupayakan pengadaan kurikulum nasinal mengenai uji kompetensi dan controllingnya Mengupayakan diadakannya bimbingan retaker dan progress test berkala Mengusahakan pengakuan internasional terhadap UKDI
Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat kampus tentang pengadaan akreditasi Tidak adanya follow up dari institusi setelah mendapat akreditasi Tidak adanya transparansi mengenai proses akreditasi Masalah seputar proses akreditasi seperti tidak melihat semua aspek di dalam suatu institusi, penjelasan mengenai metode dan komponen akreditasi, dan belum tersosialisasikan kepada mahasiswa
(mahasiswa) guna mengontrol dan melakukan analisis terhadap akreditasi yang sudah diperoleh dalam jangka waktu 1 tahun Mengusahakan keterlibatan mahasiswa dalam pembuatan instrumen akreditasi nasional Melakukan evaluasi terhadap badan-badan yang terlibat dalam proses akreditasi Mengupayakan quality assessment jangka panjang dan kontinu Mengupayakan pembinaan bagi institusi yang belum terakreditasi Memperjelas parameter dan memperketat regulasi untuk proses akreditasi Mengupayakan transparansi dari sosialisasi pengadaan akreditasi
Fasilitas dan Biaya masalah Ketidaksesuaian antara SPP yang ditarik dari mahasiwa dengan fasilitas yang disediakan oleh institusi Kurangnya pemerataan distribusi fasilitas penunjang kegiatan perkuliahan di setiap institusi Kurangnya upaya pemeliharaan fasilitas yang telah disediakan Biaya pendidikan terlalu mahal Kurangnya pemenuhan terhadap kebutuhan fasilitas skill lab, lab etc Tidak adanya transparansi keuangan Info beasiswa terbatas dan mendadak Tidak adanya standar/keseragaman fasilitas dan biaya di setiap universitas Lokasi masing-masing institusi yang terletak di daerah yang berbeda struktur geografisnya sehingga tidak memungkinkan dalam penyamaan fasilitas di setiap institusi terkait masalah pendistribusiannya
solusi Mahasiswa memanfaatkan fasilitas yang ada secara optimal dan kreatif dalam mengatasi segala keterbatasan Mahasiswa ikut merawat fasilitas yang sudah disediakan institusi Mendorong institusi untuk melakukan perbaikan dan pembaharuan fasilitas yang ada secara berkala, misalnya setiap 5 tahun sekali Mengadakan forum dengar pendapat atau melakukan advokasi dalam bentuk lain ke pimpinan program studi dan menunjukkan data-data objektif mengenai keterbatasan fasilitas Mencari dan menyebarkan informasi beasiswa kepada mahasiswa, terutama untuk mahasiswa yang kurang mampu Membuat database mahasiswa yang kurang mampu agar dapat mendorong terjadinya distribusi informasi beasiswa yang tepat sasaran Mendorong pemerintah/pihak lain agar dapat memberikan bantuan dana untuk biaya pendidikan mahasiswa Mendorong adanya proses penentuan biaya pendidikan yang mempunyai prinsip “berkeadilan� Mendorong institusi untuk melakukan pelaporan keuangan yang berkala secara terbuka kepada mahasiswa Mendorong pemerintah untuk memberikan bantuan berbasis akreditasikepada institusi
Quality Assurance masalah Waktu pelaksanaan quality assesment terlalu pendek Adanya tekanan dari pihak kampus / institusi terhadap mahasiswa untuk memanipulasi data Ketidaksesuaian antara parameter dan regulasi terhadap akreditasi suatu institusi
solusi Meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap akreditasi institusi agar memiliki akreditasi yang sejati Mengupayakan pembentukan tim independen
114
Kedokteran Gigi Penilaian masalah
solusi Mengadakan forum diskusi nasional mengenai standar penilaian antar institusi
Ketidaksesuaian sistem penilaian dengan metode pengajaran Belum diterapkannya semua item penilaian hasil belajar Tidak adanya keseragaman standar penilaian antar institusi Adanya ujian berlapis pada berbagai institusi
Kedokteran Gigi
Uji Kompetensi
Penyaluran pendapat masalah
solusi
Kurangnya optimalisasi fungsi lembaga/organisasi mahasiswa di tingkat institusi sebagai sarana penyaluran pendapat Dekanat "underestimate", forum penyampaian ada tetapi hanya sebagai formalitas saja
Memberdayakan organisasi mahasiswa Follow up dari dekanat harus lebih baik Mengadakan kajian dan diskusi antara mahasiswa dan pimpinan program studi
masalah
solusi Mahasiswa meminta try out uji kompetensi Harus ada perhatian dari institusi terhadap lulusan yang melakukan uji kompetensi
Penggunaan fasilitas uji kompetensi CBT tidak gratis Ada institusi yang tidak melakuan try out uji kompetesi OSCE dan CBT Hasil uji kompetensi kurang tersosialisasikan
Quality Assurance masalah
Kurikulum masalah
solusi
Perbedaan sistem pembelajaran antar institusi Penerapan Student center learning (SCL) yang berbeda-beda Sistem requirement klinik yang berbeda di setiap institusi
Sosialisasi standar kompetensi dan standar profesi
solusi
Clinical Skill Lab kurang efektif karena kurangnya demonstrasi Kurangnya pendamping tutorial
Sosialisasi informasi tentang ketelibatan mahasiswa
Fasilitas dan biaya masalah
Metode Pengajaran masalah
Lembaga kemahasiswaan belum banyak dilibatkan dalam unit QA institusi
solusi
Tidak seragamnya fasilitas antar institusi Belum seluruh institusi memiliki rsgm Ketidaksesuaian biaya pendidikan dengan fasilitas yang didapatkan
solusi Menyampaikan data lengkap fasilitas seluruh institusi dan ditindak lanjuti ke badan akreditas atau pihak lain yang berwenang Dibentuknya standar fasilitas program studi Kerjasama dengan pihak asuransi
Pendekatan interpersonal ke penanggung jawab mata kuliah Proaktif menggunakan media informasi lain selain mengandalkan info dari pembimbing
Pengajar masalah
solusi Mengusahakan kualifikasi dosen pengajar bergelar S2 Peningkatan kuantitas dan kualitas dosen pengajar
Kualifikasi dosen yang masih kurang Kurangnya jumlah tenaga pengajar
115
116
Keperawatan Metode Pengajaran masalah
solusi Menggunakan acuan standar kompetensi skill yang telah ditetapkan Memberikan reward kepada pengajar yang berkomitmen untuk motivasi Teaching method lebih mengarah ke PBL (keaktifan mahasiswa) Memberi masukan kepada dosen terkait teaching method yang up to date sesuai evidence
Multi persepsi dalam melakukan skill keperawatan Kesanggupan kesiapan pengajar dalam mengajar masih rendah Proporsi kuliah satu arah (ceramah, kuliah, seminar) masih dominan dibandingkan dengan PBL Keterbatasan pengetahuan pengajar terkait dengan pelaksanaan metode KBK
Keperawatan Penyaluran pendapat
Pengajar
masalah
solusi
Belum semua institusi memiliki lembaga penyalur aspirasi Lembaga penyalur aspirasi bersifat independen sehingga tidak memiliki bargaining position Mahasiswa masih kurang berinisiatif dalam menyalurkan aspirasi dan cenderung bersikap apatis Follow up aspirasi belum maksimal karena belum ada alur tindak lanjut yang jelas Organisasi profesi dan mahasiswa belum sinergis dalam konteks pendidikan
Pembentukan lembaga penyalur aspirasi di institusi pendidikan dibawah bimbingan HPEQ student Komunikasi dan koordinasi dua arah secara rutin pemberi dan penerima pendidikan Mahasiswa harus aktif mencari tahu lembaga penyalur aspirasi Mengingatkan untuk memfollow up hasil dari aspirasi dan pembuatan alur follow up yang jelas. Berjuang secara sinergis dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dengan diskusi terbuka dan audiensi
Kurikulum masalah
solusi
Perbedaan penggunaan kurikulum oleh institusi keperawatan : Konvensional, Semi KBK, KBK Total, PBL HYBRID Penyusunan kurikulum tidak melibatkan mahasiswa Penyusunan jadwal perkuliahan (materi) tidak match dengan praktik klinik Perubahan kurikulum menyebabkan perbedaan kualitas lulusan antarangkatan Aplikasi kurikulum dalam keprofesian (lapangan) belum optimal Keterbatasan informasi kemajuan ilmu keperawatan (kurang update) Luaran (output) dan diharapkan dalam kurikulum belum jelas
117
Monitoring dan Controling oleh AIPNI terhadap institusi pendidikan keperawatan secara berkala HIMA memfasilitasi mahasiswa (minimal tingkat 3) dan alumnus untuk menyamakan persepsi antara mahasiswa- dosen terkait dengan kurikulum (dasar pembuatan kurikulum, rencana, outcome, dan evaluasi kurikulum) Mahasiswa dan alumni dilibatkan dalam proses pembuatan kurikulum Penetapan kurikulum dan standar kompetensi secara dinamis Perlu adanya field-trip ke lapangan (keprofesian) Perlu adanya expertise para dosen dalam suatu bidang keperawatan Adanya standar baku kurikulum yang disepakati dan disahkan oleh AIPNI
masalah
solusi
Ketidaksiapan pengajar dalam proses PBL karena keterbatasan dosen ahli bidang terntentu Perbandingan antara pengajar dan mahasiswa tidak seimbang Pengajar terkadang tidak hadir dalam kegiatan perkuliahan Minimnya jumlah tenaga pengajar dengan kualifikasi S2 dan S3 Tugas pengajar melebihi beban kerja di luar jadwal perkuliahan
Memberikan beasiswa bagi individu kompeten sesuai dengan keahlian Menambah kuantitas pengajar dengan perbandingan pengajar : mahasiswa 1 : 20 Penetapan konsekuensi bagi pengajar yang tidak hadir mengajar oleh institusi Beasiswa bagi pengajar untuk melanjutkan belajar ke jenjang S2 dan S3 Menetapkan beban kerja bagi pengajar baik kegiatan mengajar di dalam dan luar
Penilaian masalah Proporsi penilaian kurang menggambarkan pengetahuan mahasiswa Kurang variatifnya metode ujian sebagian besar soal berupa pilihan ganda Materi yang diujikan terlalu banyak Soal ujian tidak sesuai dengan learning objective pembelajaran (kurang komprehensif)
solusi Ujian sistem blok dan proporsi penilaian yang sesuai. Misalnya bentuk soal : case study Memberikan masukan kepada institusi untuk perbaikan mekanisme ujian Penetapan kesepakatan kisi-kisi soal ujian antara pengajar dan mahasiswa Mendorong pengajar untuk membuat soal sesuai dengan atau mengacu pada tujuan pembelajaran
Uji Kompetensi masalah Sosialisasi kepada mahasiswa masih sangat minim Belum adanya pemerataan pelaksanaan uji kompetensi di seluruh daerah Belum adanya kejelasan standarisasi materi uji kompetensi
solusi Membantu sosialisasi pelaksanaan uji kompetensi kepada mahasiswa sedini mungkin Pengawasan sungguh-sungguh dalam pelaksanaan uji kompetensi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di seluruh daerah Standarisasi uji kompetensi yang jelas dan diakui secara nasional oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI)
118
Keperawatan Quality Assurance masalah
solusi
Mahasiswa tidak dilibatkan dalam proses akreditasi Pengadaan fasilitas yang sifatnya memaksa dan tergesa-gesa saat pelaksanaan proses akreditasi Fasilitas untuk proses pembelajaran tidak sesuai dengan status akreditasi Minimnya control dan monitoring sehingga banyak bermunculan institusi baru
Keterlibatan mahasiswa dalam penilaian akreditasi terhadap institusi sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan status akreditasi intitusi tersebut Monitoring dan control pra akreditasi terhadap institusi terkait dengan fasilitas secara intensif Monitoring dan control fasilitas pendidikan pasca akreditasi secara berkala Harusnya dari dinas terkait menangkap fenomena ini dengan mengadakan suatu kriteria khusus, resmi dan detail untuk membuat fakultas/ institusi baru
Fasilitas dan Biaya masalah
solusi
Kurangnya transparansi anggaran operasional Mahasiswa tidak dilibatkan dalam perencanaan penggunaan anggaran Fasilitas yang didapatkan tidak sesuai dengan biaya perkuliahan KBK membutuhkan anggaran operasional lebih mahal dibandingkan kurikulum konvensional
Ketetapan wajib bagi lembaga kemahasiswaan melakukan transparansi anggaran Advokasi keterlibatan mahasiswa dalam perencanaan penggunaan anggaran Advokasi mahasiswa kepada institusi terkait dengan pengadaan fasilitas Beasiswa lembaga, kakak-adik asuh, institusi menjalin kerjasama dengan sponsorship
Kebidanan Penyaluran pendapat masalah
solusi
Alur birokrasi penyampaian pendapat yang terlalu rumit Tidak ada tindak lanjut dari pendapat yang disampaikan mahasiswa (penyampaian aspirasi terkesan sekedar formalitas) Beberapa intitusi, lokasi kampusnya berbeda-beda sehingga ada pihak -pihak yang kurang diperhatikan (masih ada kesenjangan antar institusi terkait keleluasaan dalam mengemukakan pendapat dan tindak lanjut dari pendapat yang telah disampaikan) Tidak adanya/kurang berjalannya sistem evaluasi terhadap proses penyaluran pendapat
Mendorong dibuatnya sistem penyampaian aspirasi mahasiswa (Audiensi, Kuisioner, Organisasi mahasiswa,dll) Membangun kepekaan dan sikap kritis dari mahasiswa terhadap kondisi yang ada melalui pemanfaatan organisasi mahasiswa Pendapat dari mahasiswa disertai dengan bukti-bukti obyektif dan dengan solusi jika berupa kritikan HPEQ perlu membantu mahasiswa dengan regulasi-regulasi dan sosialisasi regulasi-regulasi tersebut Pengkajian oleh TPF Lapangan Pendirian forum untuk memfollow up aspirasi mahasiswa Mempertemukan mahasiswa dan pemangku kepentingan dalam satu forum untuk mengemukakan pendapat Adanya sikap keterbukaan dari pihak dosen atau program studi untuk mau menerima masukan dari mahasiswa
Kurikulum masalah
solusi
Ketidaksesuaian antara beban sks dengan beban studi Kurikulum yang kurang jelas dan terdapat pengurangan materi kuliah Konvensional murni E-learning kurang dikembangkan Kurangnya bidan peneliti Mahasiwa tidak mengetahui kurikulum yang dipakai Kurangnya pemerataan kurikulum dalam skala nasional Belum ada standard kurikulum yang paten, baik utuk D3, maupun S1 yang paten dibuat patokan di seluruh Indonesia. Kurangnya sistem kurikulum yang mengarahkan calon bidan sebagai seorang peneliti, dan manajer kebanyakan adalah pelaksana dan pendidik.
119
Advokasi mahasiswa tentang sistem kurikulum yang paten Sosialisasi penggunaan E-learning Perbaikan soal dari tahun ke tahun Sosialisasi kurikulum pada mahasiswa AIPKIND lebih memaksimalkan perannya dalam standarisasi kurikulum
120
Kebidanan
Kebidanan Metode Pengajaran masalah
solusi Penyebaran kuesioner kritik dan saran (kepada mahasiswa) terhadap pengajar Komunikasi efektif antara mahasiswa dengan pengajar Maksimalkan aplikasi teknologi dalam pembelajaran Student centered learning Penyesuaian materi dengan kurikulum dan kompetensi yang telah ditetapkan Pengadaan sarana dan prasarana yang menunjang terwujudnya metode pengajaran yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Masih banyak pembelajaran konvensional Materi pembelajaran kurang up to date Materi tidak sinkron Dosen terlalu sibuk Dosen kurang siap memberi kuliah Metode pengajaran yang terkadang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, misal tujuannya adalah pencapaian skill, tapi disampaikan secara klasikal, bukan praktik di laboratorium, dsb.
Pengajar masalah
solusi
Monoton Tidak taat jadwal Kurang persamaan persepsi Keterbatasan SDM Kurang up to date Pendidikan pengajar yang kurang menunjang ketidaksesuaian jumlah dosen dan mahasiswa Jam kerja dosen bertumpuk Kompetensi dosen kurang Ketidakdisiplinan dosen dalam memberikan kuliah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, misalnya: dosen datang terlambat yang menyebabkan kuliah telat dimulai Komitmen dosen kurang
Adanya standar sertifikasi dosen yang memadai penyusunan standart perekrutan dosen kebidanan yang berkompeten Semakin dimaksimalkannya pelatihan dosen dalam kompetensi tertentu, pengiriman dosen ke luar negri Sistem evaluasi dosen di follow up lebih maksimal Pelatihan dan peningkatan mutu pendidikan dosen Adanya reward dan punishment bagi dosen sesuai kriteria yang diadakan oleh stakeholder maupun pemerintah Diadakan dialog interaktif mahasiswa dengan dosen untuk mengevaluasi kinerja dosen dan mahasiswa. Adanya lembar penilaian dosen yang diisi oleh mahasiswa untuk mengkaji kualitas dosen dan adanya tindak lanjut terhadap hasil lembar penilaian tersebut. Adanya standar untuk penetapan kesesuaian antara kuantitas dosen dengan kuantitas mahasiswa untuk mencukupi kebutuhan tenaga pengajar yang ada
Penilaian masalah
solusi
Adanya perbedaan penilaian target kompetensi mahasiswa praktik klinik di antara institusi. Ujian dilaksanakan tidak sesuai dengan jadwal Informasi mengenai ujian diberikan terlalu mendadak Kurangnya transparansi sistem penilaian
121
Penetapan jadwal ujian yang telah disepakati antara pengajar dan mahasiswa sejak awal Membuat sistem pengolahan nilai yang jelas Pembimbing institusi meningkatkan koordinasi dan pengawasan bersama-sama dengan pembimbing klinik terkait target kompetensi mahasiswa praktik klinik
Nilai IP semester, ujian praktik, dan sebagainya kadang tidak keluar hingga semester berikutnya mulai. Nilai kadang-kadang dapat berubah tanpa pemberitahuan dan transparansi yang jelas.
Menggunakan teknik preseptoring untuk setiap kompetensi yang harus dikuasai bidan Mengadakan forum antara mahasiswa dengan pimpinan program studi mengenai sistem penilaian Penyesuaian soal ujian dengan kompetensi yang harus dicapai
Uji Kompetensi masalah Perbedaan kebijakan setiap institusi di tiap daerah dalam pemberian SIB/STR Belum ada standar yang jelas tentang ujian kompetensi di Indonesia Perbedaan penguji, perbedaan persepsi Perubahan kebijakan tentang uji kompetensi belum tersosialisasikan dengan baik
solusi Penetapan standar yang jelas SDM Penguji Komunikasi dan sosialisasi Uk = wajib = syarat SIB = 2x
Quality Assurance masalah Beberapa institusi D3 belum terakreditasi Mahasiswa tidak dilibatkan dalam sistem akreditasi Penilaian tidak sesuai dalam borang Subyektifitas asesor Belum optimalnya Tim unit jaminan mutu Kurangnya sosialisasi dan regulasi
solusi Mahasiswa ikut dilibatkan dalam penjaminan mutu Pemantauan akreditasi selama sekian waktu Aplikasi / peran mahasiswa Mahasiswa dilibatkan dalam akreditasi
Failitas dan Biaya masalah Kurangnya fasilitas/alat dan lahan praktik yang mumpuni untuk mencapai tujuan pembelajaran. Gedung yang ada tidak memadai untuk jumlah mahasiswa yang sedang belajar Biaya tinggi tapi fasilitas tidak memadai Jumlah sarana prasarana tidak mencukupi jumlah mahasiswa yang sedang belajar Perbaikan fasilitas seringkali memerlukan waktu yang lama Kurangnya transparansi penggunaan dana Kurangnya bantuan dana bagi kegiatan organisasi mahasiswa
solusi Mendorong adanya transparansi dalam penggunaan dana oleh institusi Mendorong agar perbaikan fasilitas kampus dapat dilaksanakan dengan segera Melakukan audiensi dan advokasi untuk membicarakan kurangnya fasilitas dengan pimpinan program studi Mendorong institusi untuk bekerjasama dengan lebih banyak lagi lahan praktik agar saat praktik, tidak terlalu banyak mahasiswa yang bekerja di satu lahan praktik Mendorong pengadaan segera alat praktik Mendorong dibentuknya tim khusus untuk pemeliharaan alat dimasing-masing institusi Membatasi penerimaan mahasiswa sesuai fasilitas yang dimiliki Mendorong institusi untuk bekerjasama dengan pihak-pihak yang bisa memberikan bantuan dana (Beasiswa)
122
Farmasi Metode Pengajaran masalah Metode pengajaran ada yang masih konvensional dan kurang variatif Metode pengajaran yang kadang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran Cara mengajar dirasa kurang inovatif dan tidak adanya pembaharuan
Farmasi Penyaluran pendapat masalah
solusi
Kurangnya kesadaran mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya terkait berbagai hal (seperti fasilitas, kurikulum, pengajar, dsb.) Rendahnya bargaining position mahasiswa membuat mahasiswa takut berpendapat Belum optimalnya fungsi lembaga/organisasi mahasiswa di tingkat institusi sebagai sarana penyaluran pendapat Kurangnya sifat keterbukaan dari pemangku kebijakan terhadap aspirasi mahasiswa Terkadang tidak ada kejelasan follow up yang terkait aspirasi mahasiswa
Membangun kepedulian dan sikap kritis mahasiswa dengan memberdayakan organisasi mahasiswa Mendorong mahasiswa untuk belajar cara advokasi yang baik Membina dan menguatkan lembaga/organisasi mahasiswa yang sudah ada agar dapat berfungsi secara optimal sebagai sarana penyaluran pendapat Membentuk badan pengawas untuk lembaga/ organisasi mahasiswa yang memiliki fungsi penyaluran pendapat Mengadakan diskusi antara pimpinan program studi dan mahasiswa Meminta hak partisipasi bagi mahasiswa kepada pimpinan program studi dalam kelola kebijakan Memfollow up aspirasi mahasiswa secara rutin
Kurikulum masalah
solusi
Kurikulum farmasi di beberapa institusi dirasa kurang mempersiapkan mahasiswanya untuk menghadapi dunia kerja nyata Tidak semua institusi mengikuti standar kurikulum APTFI, sehingga kualitas apoteker yang dihasilkan sangat variatif Perubahan kurikulum yang terlalu cepat membuat mahasiswa bingung dan kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
123
Mendorong untuk diberikannya mata kuliah terkait IPE di setiap institusi dalam kurikulum arahan DIKTI dan APTFI Mendorong adanya implementasi IPE tidak hanya diberikan di kelas, tetapi juga dilaksanakan dalam kehidupan nyata misalnya dengan pelaksanaan kuliah lapangan/KKN/PKM dengan pembinaan professional kesehatan Melakukan audiensi dengan alumnus/users yang telah bekerja di berbagai bidang kefarmasian untuk mengetahui gambaran dunia kerja Mendorong pengawasan dan pembinaan Perguruan Tinggi Farmasi oleh APTFI Pembuatan tim Pharmacy Council (KFI : Komite Farmasi Indonesia)
solusi Mahasiswa harus bisa mengkritisi pengajar yang dirasa kurang inovatif tersebut agar mengubah cara mengajarnya. Memberi masukan metode-metode baru kepada pengajar untuk memberi variasi teaching method Mendorong untuk dilakukannya staff training Mendorong staf pengajar agar teaching method yang sesuai dimasukkan ke silabus dan memberikan sosialisasi kapada mahasiswanya Mendorong dibuatnya sistem evaluasi dua arah yang rutin dilakukan untuk KBM
Pengajar masalah Belum meratanya dosen berkompeten di seluruh institusi Tidak meratanya informasi perkembangan ilmu terkini terkait keilmiahan Ketidakdisiplinan oknum dosen terkait waktu kuliah
solusi Mendorong institusi untuk diberikannya pelatihan tenaga pengajar secara berkala Mendorong adanya sistem yang dapat menginformasikan perkembangan keilmiahan terkini secara merata Diskusi terbuka antara dosen dan mahasiswa Melakukan diskusi terbuka antara dosen dan mahasiswa terkait permasalahan
Penilaian masalah Kurangnya transparansi terkait sistem dan cara penilaian dari beberapa dosen Adanya ketidak sesuaianantara metode ujian dan kompetensi yang tidak diharapkan Tidak adanya penyamaan standar penilaian antar institusi Beberapa materi yang diujiankan tidak sesuai dengan silabus yang diberikan
solusi Mendorong pengajar atau penguji untuk lebih transparan mengenai kriteria dan standar penilaian mahasiswa
Uji Kompetensi masalah Pengujian kompetensi belum diwajibkan untuk dilakukan secara berkala Pengujian kompetensi belum distandardisasikan secara nasional sehingga dinilai belum siap untuk menghadapi era globalisasi
solusi Belajar secara komprehensif untuk mencapai kompetensi yang tepat sehingga mampu bersaing di dunia global Mendorong institusi untuk melakukan sosialisasi terkait keberadaan dan pentingnya uji kompetensi kepada mahasiswa
Quality Assurance masalah Sistem penilaian akreditasi kurang spesifik Pemenuhan standar penilaian akreditasi tidak mengalami keberlanjutan dikemudian harinya
solusi Mendorong adanya badan akreditasi spesifik untuk farmasi Mendorong badan akreditasi untuk melakukan
Farmasi karena beberapa institusi hanya memenuhi standar penilaian tersebut saat pengujian akreditasi tanpa memperhatikan sustainability Kurangnya keterbukaan pihak kampus akan hasil akreditasi yang didapatkan (apabila bukan A)
perbaikan dalam sistem penyelenggaran akreditasi Mendorong keterbukaan insititusi terhadap hasil akreditasi Memberikan peran serta mahasiswa dalam perbaikan institusi salah satunya berupa aktualisasi diri dalam bidang akademik maupun non-akademik
Fasilitas dan Biaya masalah
Ilmu Gizi
solusi
Biaya pendidikan tinggi Laboratorium terstandar tidak terdapat di beberapa institusi pendidikan Fasilitas, jumlah, dan kapasitas kelas yang kurang memadai Perpustakaan yang kurang memadai Masih sedikitnya institusi yang memiliki fasilitas kerja praktik yang cukup (apotek pendidikan, rumah sakit pendidikan, dan sebagainya)
Mendorong adanya standardisasi laboratorium farmasi di indonesia Mendorong pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan Mendorong institusi untuk memberikan transparansi pemanfaatan dana untuk pendidikan Mendorong pemerintah melakukan pengalokasian dana untuk updating Buku Standar Kefarmasian Indonesia (seperti Farmakope Indonesia) Mendorong institusi agar berlangganan jurnaljurnal ilmiah sehingga mudah di akses oleh seluruh elemen pendidikan Mengadakan advokasi langsung ke institusi pendidikan dan pemangku kepentingan lain terkait permasalahan tesebut (fasilitas, transparansi dana, dll) Mendorong pemerintah untuk membuat suatu media online atau situs resmi terkait informasi obat.
Penyaluran pendapat masalah
solusi
Kurangnya tindak lanjut terhadap aspirasi mahasiswa Birokrasi yang rumit dan tertutup Cara komunikasi dua arah antar mahasiswa-fakultas yang belum jelas mekanismenya Opini yang dijadikan sebagai jawaban atas diskusi dengan mahasiswa kebanyakan hanya berhenti dalam bentuk "opini" tanpa tindak lanjut
Adanya tindak lanjut terhadap aspirasi mahasiswa Dimungkinkan keterlibatan mahasiswa dalam forum diskusi dengan pihak institusi/tim pengajar Meningkatkan kualitas soft skill tiap individu, baik dari pihak dosen dan mahasiswa Membuat ikatan alumni untuk membangun jaringan yang lebih baik Mengoptimalkan lembaga khusus untuk menampung aspirasi Memperjelas alur birokrasi dan mensosialisasikannya Mahasiswa memperbaiki cara penyampaian aspirasi
Kurikulum masalah
solusi Membuat kesepakatan bersama antara institusi dan lembaga (spesifik dengan hal yang diangkat) Memacu mahasiswa agar lebih aktif dalam sistem pembelajaran Penyesuaian kurikulum di dalam institusi masing-masing Penyeragaman kurikulum antar-universitas penyelenggara
Tidak jelasnya standar kurikulum nasional untuk program studi gizi Kurangnya upaya memberi pemahaman akan tujuan diadakan suatu mata kuliah Materi kuliah yang kurang implementatif Adanya perbedaan kurikulum antar-universitas
Metode Pengajaran masalah
solusi
Metode pengajaran yang tidak terstandarisasi sehingga ada perbedaan dalam penyampaian antar-tenaga pengajar Kurang mengangkat tema pengajaran yang terkini, materi yang disampaikan kurang sesuai dengan yang kemudian diaplikasikan saat terjun di dunia kerja
125
Diskusi informasi tersebut terkait ilmu pengetahuan Memungkinkan penyampaian aspirasi langsung dari mahasiswa ke tenaga pengajar
126
Ilmu Gizi
Ilmu Gizi Uji Kompetensi
Penggunaan teknologi yang kurang maksimal dalam sistem pengajaran, yang diasumsikan dapat mempermudah penyampaian Cara penyampaian banyak dosen yang cenderung membosankan Membuat standar metode pengajaran yang dipakai sebagai acuan oleh tenaga pengajar program gizi di seluruh universitas penyelenggara Tenaga pengajar diharapkan selalu memperbaharui ilmunya tersendiri sehingga apa yang sampaikan ke mahasiswa adalah hal-hal yang segar dan terkini Diadakannya training bagaimana menggunakan teknologi untuk mempermudah dan menambah variasi metode pengajaran Diupayakan meningkatkan variasi metode pengajaran
masalah
Failitas dan Biaya masalah
solusi
Kurangnya keluwesan komunikasi dalam cara penyampaian oleh dosen Tenaga pengajar yang seringkali mengubah jadwal kuliah secara sepihak Tenaga pengajar memiliki kesibukan lain di luar yang dirasa sudah sampai mengganggu kegiatan belajar mengajar Kurang berpikiran terbuka dan kurang dapat menerima pendapat yang disampaikan oleh mahasiswa Tenaga pengajar yang dirasa kurang mumpuni Kurangnya pembaharuan ilmu yang disampaikan oleh tenaga pengajar
Mahasiswa turut proaktif kepada pihak terkait dalam pembentukan uji kompetensi dengan porsi yang tepat
Simpang siurnya kejelasan mengenai ada tidaknya uji kompetensi Hal yang dapat diperbaiki adalah lembaga yang berwenang memberi kejelasan pada mahasiswa Hal yang dapat diperbaiki adalah dibuatnya badan uji kompetensi untuk profesi gizi
Pengajar masalah
solusi
Ditingkatkannya komunikasi antara tenaga pengajar dan mahasiswa sehingga ada sistem diskusi untuk saling memahami keinginan dan keterbatasan masing-masing pihak Adanya sistem teguran halus dari mahasiswa untuk dosen, dapat dalam bentuk evaluasi tertulis misalnya Memperbanyak tenaga pengajar yang mumpuni dan berkomitmen sehingga diharapkan tidak ada lagi jadwal yang tidak disiplin dan juga kebosanan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung Selalu rajin memperbaharui ilmu yang dimiliki sehingga materi yang disampaikan pada mahasiswa dapat diperkaya dan membuka wawasan mahasiswa
solusi
Tidak adanya transparansi anggaran dari pihak institusi Kurangnya kelengkapan fasilitas (seperti : pengadaan laboratorium dan perpustakaan Jumlah ruang kelas yang kurang seimbang dengan jumlah mahasiswanya Jumlah literatur yang minim pengadaannya oleh pihak institusi/universitas sehingga sulit untuk diakses oleh mahasiswa
Mendorong adanya standardisasi fasilitas minimum di masing-masing kampus Mendorong institusi untuk menyediakan fasilitas yang memadai Mendorong institusi agar berlangganan jurnaljurnal ilmiah yang sering diperlukan untuk diakses Mahasiswa menyampaikan aspirasi pada lembaga kemahasiswaan di institusi (lokal) masing-masing
Penilaian masalah
solusi
Kurang transparansi nilai dari pihak program studi Adanya keberagaman pada sistem remedial di antara universitas penyelenggara Kurangnya variasi soal ujian dari waktu ke waktu sehingga mahasiswa kurang merasa tertantang untuk mencari tahu lebih banyak Sistem penilaian yang dirasa kurang tepat pembagian porsinya Soal ujian yang lebih banyak bersifat hafalan dibanding konseptual sehingga kurang menekankan aspek logika/nalar
127
Mendorong pengadaan transparansi nilai oleh tim pengajar Mengadakan kesepakatan antar instusi/universitas penyelenggara mengenai ujian remediasi Memperbaharui dan memperkaya bank soal ujian secara rutin setiap tahun Mengadakan pemerataan nilai dari berbagai aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) Mendorong pengelolaan bank soal dengan baik
128
Kesehatan Masyarakat Metode Pengajaran masalah Tidak adanya standar metode pengajaran Proses belajar mengajar yang masih banyak diterapkan adalah metode satu arah
Kesehatan Masyarakat
solusi Penetapan standar metode pengajaran Peningkatan kualitas pengajar dalam proses penyampaian materi seperti Mampu melaksanakan komunikasi 2 arah, lebih interaktif Penerapan metode SCL
Pengajar masalah
Penyaluran pendapat masalah
solusi
Kurangnya respons/tindak lanjut dari pimpinan program studi terhadap pendapat-pendapat yang telah disampaikan mahasiswa Kurangnya kepedulian mahasiswa terhadap permasalahan dalam sistem pendidikan Pimpinan program studi kurang memberikan peluang bagi mahasiswa untuk berpendapat Adanya ketakutan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat mereka Perlu adanya tindak lanjut terhadap pendapatpendapat yang disampaikan
Mengadakan kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas mahasiswa dan kaderisasi yang baik Meningkatkan peran lembaga kemahasiswaan di tingkat institusi sebagai wadah penyalur pendapat Mengadakan jajak pendapat mahasiswa untuk menjaring data yang obyektif Dekanat perlu memberikan peluang yang lebih besar bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam perbaikan sistem pendidikan Perlu kejelasan alur penyampaian pendapat Mental mahasiswa perlu diasah agar berani mengungkapkan pendapat dan peduli terhadap masalah pendidikan yang ada
Kurikulum masalah
solusi
Belum adanya standardisasi kurikulum nasional. institusi-institusi masih mengacu kepada 5 perguruan tinggi negeri kesmas yang sudah berdiri lama dan masing-masing memiliki ideologi kurikulum yang berbeda-beda dan masih sulit untuk disatukan. Sehingga terjadi banyak perbedaan kurikulum yang diterapkan di tiap universitas. Ada institusi yang tidak melakukan peminatan bidang kesmas dan ada yang tidak melakukan. Sistem peminatannya pun berbeda-beda, dilihat dari bidang yang dijadikan peminatan, pelaksanaannya pun masih beragam, ada yang dilakukan pada semester IV, V, VI, VII, serta perbedaan kompetensi belajar dan materi pengajarannya di tiap bidang peminatan. Selain itu perbedaan pelaksana dari PBL (Praktik Belajar Lapangan) dan magang. Ada beberapa universitas tidak menyelenggarakan magang.
129
Belum meratanya Kompetensi pengajar di tiap institusi Latar belakang pendidikan pengajar tidak terstandardisasi, sehinga sering tidak sesuai dengan bidang yang diajarkan Belum ada regulasi mengenai standarisasi kompetensi pengajar Kompetensi pengajar yang masih kurang (kualitas pengajar) Tenaga pengajar masih kurang (kuantitas pengajar) Adanya kerja tambahan yang menambah beban pada pengajar, misal banyak dosen yang lebih mementingkan penelitian atau pekerjaan diluar mengajar daripada tugasnya sebagai pengajar
Adanya evaluasi untuk kerja dosen Adanya evalusi dari mahasiswa terhadap kinerja dosen Pembatasan kerja dosen, baik sebagai dosen di luar institusinya sendiri, dalam melakukkan penelitian, atau kerja tambahan lainnya
Penilaian masalah Terjadinya perbedaan pada sistem penilaian antar institusi dikarenakan belum memiliki naskah akademik secara nasional
solusi Mengawasi penyusunan naskah akademik nasional Membuat standar baku penilaian
Uji Kompetensi masalah
Mengawal terbentuknya kurikulum nasional di tahun 2012 Pengawalan standardisasi kurikulum nasional dengan mempertimbangkan kebutuhan dari tiap-tiap wilayah Audiensi dengan stakeholder terkait Riset kebutuhan pasar berbasis alumni Kejelasan kompetensi dasar dari kesmas Pengawalan terhadap naskah akademik profesi kesehatan masyarakat oleh mahasiswa Mahasiswa dilibatkan dalam evaluasi sistem pendidikan yang telah terlaksana
solusi
Tidak ada uji kompetensi untuk tenaga kesehatan masyarakat Belum ada standar kompetensi yang jelas dari AIPTKMI dan IAKMI tentang keprofesian kesmas Tidak adanya batasan yang jelas terhadap ranah kerja profesi public health dengan profesi kesehatan lainnya
solusi Membuat standar kompetensi yang jelas dengan segera Audiensi dengan stakeholder yang terkait Memberikan rekomendasi standar kompetensi dari mahasiswa Membuat riset kebutuhan perusahaan, instansi (user) akan tenaga kesehatan masyarakat Mengadakan riset terhadap alumni kesmas tentang kompetensi yang dibutuhkan oleh tenaga kesmas
Quality Assurance masalah Belum semua perguruan tinggi negeri, swasta, sekolah tinggi kesehatan mendapatkan akreditasi dari badan akreditasi nasional (BAN-PT, BAN-PS)
solusi Melakukkan pemantauan terhadap proses akreditasi Turut aktif dalam proses akreditasi
Kesehatan Masyarakat Mengakreditasi atau menyentandarkan institusi yang menyelenggarakan pendidikan kesmas Mengawal UU Nakes agar dapat mengakomodir tenaga kerja kesehatan seluruhnya Melibatkan mahasiswa dalam melakukkan penilaian/evaluasi terhadap pendidikan di institusi
Mahasiswa kurang dilibatkan dalam proses akreditasi Hasil akreditasi kurang valid Banyak hadirnya institusi-institusi kesmas yang tidak terakreditasi Tidak setaranya kedudukan kesmas di tiap universitas, contoh: masih ada prodi kesehatan masyarakat yang tergabung dalam fakultas kedokteran sehingga berpengaruh dalam lama studi dan mata kuliah wajib dan ini akan berpengaruh pada penilaian pada institusi UU Nakes belum dapat mengakomodir seluruh peminatan yang ada di kesehatan masyarakat
Fasilitas dan Biaya masalah
solusi
Banyak institusi yang tidak leluasa dalam mengelola dana karena masih banyak yang tergabung dalam Fakultas Kedokteran Masih ada institusi yang kurang dalam pengadaan fasilitas dan biaya untuk pengembangan institusinya. Kurangnya bantuan dana dari pemerintah (untuk PTN) atau yayasan (PTS) Biaya masuk/biaya kuliah yang mahal tetapi fasilitas yang ada terbatas Tidak adanya standar fasilitas yang wajib dipenuhi antar institusi Kurangnya pemanfaatan fasilitas yang tersedia, ada yang tidak mengijinkan laboratoriumnya digunakan melakukkan untuk praktikum Tidak adanya pemerataan bantuan dana untuk tiap universitas Biaya dirasakan mahal tetapi fasilitas terbatas Tidak adanya standar fasilitas yang dibutuhkan antara institusi satu dengan yang lain Kurangnya dukungan dana untuk kegiatan mahasiswa
131
Mendorong adanya transparansi anggaran institusi pendidikan Mendorong efektivitas dan efisiensi pemanfaatan dana institusi untuk pengembangan fasilitas Mendorong adanya transparansi anggaran pendidikan dari pemerintah Mengadakan audiensi ke pimpinan program studi/institusi untuk pengadaan dan penggunaan fasilitas Mendorong adanya audit sistem pembiayaan untuk para institusi swasta dan adanya peminjaman dana pengembangan dari pemerintah untuk instansi swasta
Tim Penyusun