104 Tahun XII|2016
TIDAK DIJUAL
BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN PURBALINGGA
Penanggulangan Kemiskinan Prioritas Utama RPJMD Purbalingga 2016‐2021
BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN PURBALINGGA
Pemkab Bakal Purbalingga AdakanTerima Gelar Pelayanan Publik Penghargaan TOP 99 Sinovik Nasional Antar SKPD BIDIK LENSA
EDITORIAL
Purbalingga Dapatkan Penghargaan Sinovik TOP 35
Birokrasi sebagai Pelayanan dan Abdi Masyarakat
PURBALINGGA-HUMAS, Setelah mendapatkan penghargaan TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) 2016. Purbalingga bersama 18 Kabupaten/Kota, 3 kementrian, 2 lembaga, 4 gunernur dan 3 BUMN kembali mendapatakan penghargaan TOP 35 Sinovik. Penghargaan langsung di serahkan oleh Menteri PANRB k e p a d a k e t u a Ya y a s a n p e d u l i Pendidikan Anak Negeri (YPPAN) di Hotel Bidakara Jakarta, Kamis 26 Mei 2016. Penghargaan yang diterima Purbalingga terkait dengan inovasi pelayanan publik bertajuk “Matahari untuk Kaum Papa di Purbalingga”. Inovasi ini terinsiparasi bagaimana mengangkat kaum papa (duafa) bisa sekolah secara gratis dan setelah lulus bisa bekerja. Ketua YPPAN, Subeno mengatakan dari inovasi tersebut, Pemda Purbalingga secara khusus mendirikan sekolahan bagi anak dari keluarga tidak mampu yang mempunyai potensi serta berkeinginan untuk belajar. Inovasi inilah membuat Purbalingga mendapatkan penghargaan TOP 35 Sinovik dari Kementrian PANRB. “Penerapan boarding school di Sekolah SMK Negeri 3 Purbalingga juga menjadi salah satu penilaiannya. Dengan kurikulim Tri Angel yakni memadukan kurikulum Nasional, Industri dan Pesantren bisa menghasilkan lulusan yang kompetitif di bidangnya.” kata Subeno, Jum'at (27/5). Subeno menambahkan pada tahun 2016 sebagai tahun pertama kelulusan telah meluluskan 65 anak dan semuanya telah tertampung di dunia
2
kerja. Dengan tertampungnya di dunia kerja berarti 65 anak ini sudah bisa mengangkat 65 kepala keluarga dari kemiskinan. “Kabupaten Purbalingga patut berbangga, karena penghargaan ini menjadi memicu Kabupaten Pati dan Semarang mendirikan boarding scool sebagaimana di Purbalingga,” katanya. Pelaksanaan boarding school lanjut Subeno dibiayai oleh APBD dengan anggaran Rp 8,3 juta juta peranak, pertahun. Anggaran ini digunakan untuk biaya hidup selama di asrama, mulai dari makan, pakaian dan papan. “Program boarding school akan tetap di lanjutkan, dan nantinya akan diteruskan oleh Provinsi, karena kewenangan pendidikan menengah
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
sudah ada disana (Provinsi),” pungkasnya. Sedangkan Kepala Organisasi dan Kepegawaian Setda Purbalingga, Widiyono mengatakan dengan masuknya Purbalingga pada TOP 35 sudah termasuk penghargaan final di Sinovik. Penghargaan tersebut merupakan penghargaan tertinggi bagi lembaga, kementrian dan pemerintah daerah dalam pelayanan kepada msayarakat. “Kita mendorong kedepan masingmasing SKPD untuk berinovasi terkait dengan pelayanan publik. Seperti pelayanan subsidi bunga dan jemput bola pelayanan ibu hamil bisa menjadi inovasi yang perlu dikembangkan lagi,” pungkas Widiyono. (Sapto Suhardiyo)
Derap Perwira
Sapto Suhardiyo PEMIMPIN REDAKSI
G
erakan disiplin apel yang digalakan oleh Bupati Purbalingga dan wakilnya salah satu adalah guna meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Tepat w a k t u d a l a m m a s u k ke r j a diharapkan dapat mempercepat proses pelayanan terhadap masyarakat. Paradigma birokrat dari pengreh praja menjadi pamong praja harus bisa di eja wantahkan dalam kinerjanya. Pamong praja berasal dari kata Pamong yang merujuk pada kata among, ngemong atau momong, dan Praja identik dengan pegawai pemerintahan, pegawai negeri s i p i l ( c i v i l s e r va nt ) . D a l a m perspektif pragmatis, Tursandi (2010), istilah Pamong paling tidak menekankan pada seorang
Derap Perwira
p e l aya n p u b l i k ya n g h a r u s m e m i l i k i ke m a m p u a n m e ‐ ngemong (melayani), ngomong (berkomunikasi) dan siap di‐ omong (dinilai). Perkembangan masyarakat terutama informasi dan teknologi menuntut birokrasi untuk me‐ ningkatkan perannya. Keter‐ batasan kemampuan menyedi‐ akan dana, daya, sarana, pra‐ sarana, sumber daya manusia yang ahli, terampil dan keter‐ batasan waktu terkadang mem‐ buat pelayanan belum optimal. Pelayanan KTP dan KK yang sering m e n g a l a m i ke t e r l a m b a t a n merupakan salah satu contoh yang nyata, yang harus segera di perbaiki dimasa depan. Sebagaimana slogan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas, bukan hanya sebagai slogan semata tetapi harus menjadi spirit untuk melakukan perubahan dalam mendesain s u at u p ro g ra m b a i k d a l a m perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Birokrasi harus bisa menyesuaiakan relita zaman jika ingin survive dan bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja yang selalu berubah. Keterbukaan akan kriitik, saran dan masukan dari berbagai pihak mutlak diperlukan agar para prilaku birokrat bisa berubah. Yakni dengan perubahan dan pembaruan sistem operasional prosedur ( S O P ) pelayanan.
Responsif dan keramahtamahan dalam melakukan pelayanan serta pengembangan diri baik dari segi intelektualitas dan skill dalam penguasaan teknologi. Selain itu juga seorang birokrasi harus mampu menye‐ suaikan pada perkembangan jaman. Kecanggihan teknologi informasi mau tidak mau harus bisa dikuasai. Kran komunikasi lewat jejaring media sosial seperti twitter, facebook, BBM, WA, Line dan sebagainya bisa mengetahui sejauhmana pelayanan birokrat terhadap masyarakatnya. Keluhan, kritik dan saran masyarakat lewat medsos bisa meningkatkan kinerja birokrat, sehingga pelayanan bisa diper‐ cepat, dan memuaskan. Selain itu juga pengambilan kebijakan b e rd a s a r ka n p a d a a s p i ra s i masyarakat banyak. Sehingga kebijakan berdasarkan pada pro poor, pro job dan pro investment bisa terwujud. Kemudian menghilangkan sifat “priyayi” yang dimilikinya, karena pada dasarnya gaji birokrat adalah hasil pajak yang rakyat bayar. Jadilah orang yang hebat, bukan karena jabatan, atau apa yang dimiliki namun karena apa yang telah diberikan kepada rakyat dan bangsa ini. (Sapto Suhardiyo)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
3
DAFTAR ISI
KEBIJAKAN
HALAMAN 27
HALAMAN 20
HALAMAN 7
Penanggulangan Kemiskinan
Reward, Punishment dan Kepatuhan Semu
Budaya Mendongeng Masyarakat Semakin Menurun
Prioritas Utama RPJMD Purbalingga 2016-2021
Sebagian pemimpin lebih senang menggunakan pecut untuk meningkatkan m o t i va s i d a n k i n e r j a b awa h a n nya . Sementara di seberang yang lain, ada yang lebih senang menggunakan gula untuk meningkatkan motivasi dan kinerja bawahannya.
PURBALINGGA, HUMAS – Saat ini, budaya mendongeng dikalangan masyarakat semakin menurun, akan tetapi budaya dari luar negeri yang tidak mendidik anak‐anak malah ada di mana‐mana. Hal tersebut berpengaruh negatif bagi tumbuh kembang anak‐anak, khususnya anak usia dini.
Kearifan Kultural Tradisi Nyadran di Desa Wisata Onje
HALAMAN 24
Menikmati Kenduri Nasi Penggel dan Filosofi Pete PURBALINGGA‐HUMAS, Dengan telah berakhirnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010‐2015, maka Kabupaten Purbalinga harus menyusun kembali RPJMD 2016‐ 2021. Dalam penyusunan RPJMD itu sendiri perlu memperhatikan beberapa hal pertama, arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional RPJMN 2015‐2019 dan RPJMD Privinsi Jawa tengah 2013‐ 2018
Derap Perwira Media Informasi & Aspirasi Komunitas Purbalingga PENERBIT : Pemerintah Kabupaten Purbalingga Keputusan Bupati No 481.1/87/2004 Tanggal 5 Mei 2004 PELINDUNG Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga PEMBINA Sekretaris Daerah Kabupaten Purbalingga Asisten Adminitrasi Setda
4
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
S
uara tembang kidung Panggel bernuansa Islami mulai menggema di pendapa balai desa Puspa Jaga, Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Kamis malam (19/5). Sesaat kemudian, lampu penerangan pun dimatikan, suasana terasa gelap. Tak lama berselang, puluhan obor bambu yang dibawa anak‐ anak mengelilingi balai desa menerangi malam itu.
PEMIMPIN UMUM/ PENANGGUNGJAWAB : Kepala Bagian Humas Setda | PEMIMPIN REDAKSI/ REDAKTUR PELAKSANA Sapto Suhardiyo S.STP,.ST | REDAKSI Budi Santoso, SH - Estining Pamungkas, S.Sos | REPORTER Hardiyanto - Sukiman - Taufiq Haryadi | FOTOGRAFER Heri Herbowo S.Sos | TATA USAHA/ IKLAN/ PERMASARAN S.Hayati Natalisa, SE | KEUANGAN Dwi Hendartuti | SIRKULASI Siswanto (Koordinator) – Rawin – Supriyanto |ALAMAT REDAKSI : Bagian Humas Setda Purbalingga | Jalan Onje No.1 B Telp. 0281891012-891059-891430 Pesawat 128.
email : humas.purbalingga@gmail.com Website : www.purbalingganews.net
Derap Perwira
100 Hari Kepemimpinan Tasdi-Tiwi
T
epat, 26 Mei 2016, 100 hari H. Tasdi, SH, MM dan Dyah Hayuning Pratiwi, SE, BEcon (Tasdi‐Tiwi) mempimpin Purbalingga. Beberapa prestasipun telah ditorehkan, antara lain Pertama, Penghargaan Apresiasi Kinerja Sangat Tinggi dari Kemendagri. Penghargaan tersebut diberikan padaApresiasi Peringatan Hari Otonomi Daerah ke‐20 tahun 2016 di Alun Alun Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin malam (25/4). Penghargaan tersebut merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan pemerintah kepada Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia. Dari data Kemendagri pem‐ erintah daerah dengan kinerja terbaik baru mencapai 40 persen. Sedangkan sisanya sebanyak 60 persen masih harus dilakukan pembinanan secara kontinu dan berkelanjutan. Dengan masuknya Purbalingga sebagai nominator diharapkan menjadi motivasi j a j a ra n p e m e r i n t a h a n u n t u k menjadikan Purbalingga lebih baik. Sehing ga penyeleng garaan otonomi daerah di Kabupaten Purbalingga tidak hanya sebatas memperoleh prestasi (Penghargaa‐ red) namun benar‐benar dapat dirasakan manfaatnya bagi p en in gkatan kes ej ahteraan masyarakat. Kedua Penghargaan Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Top 99, yang diterikaman saat di Jatim Expo Surabaya, Jawa Timur, Kamis (31/3). Penghargaan langsung diserahkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan R B), Yuddy Krisnandi. Penghargaan ini diberikan kepada Purbalingga terkait dengan gagasan pendirian sekolah khusus untuk kaum dhuafa, yakni SMK Negeri 3 Purbalingga. Keberadaan
sekolah gratis dengan system b o a r d i n g s c h o o l i n i l a h ya n g menjadikan Purbalingga dianggap memiliki inovasi dalam memberikan pelayanan publik. Ketiga Penghargaan Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Top 35. Setelah masuk top 99 ternyata Kabupaten Purbalingga ikut masuk nominasi Penghargaan Sinovik Top 35. Penghargaan ini diterima Purbalingga bersama 18 Kabupaten / Kota, 3 kementrian, 2 lembaga, 4 gunernur dan 3 BUMN. Penghargaan langsung di serahkan oleh Menteri PANRB kepada ketua Yayasan peduli Pendidikan Anak Negeri (YPPAN), Subeno di Hotel Bidakara Jakarta, Kamis (26/5). Dari data SMKN 3 Purbalingga, tahun 2016 sebagai tahun pertama kelulusan telah meluluskan 65 anak dan semuanya telah tertampung di dunia kerja. Inovasi bagaimana mengen‐ taskan kemiskinan sudah mulai terbukti, dengan tertampungnya di dunia kerja berarti 65 anak ini sudah bisa mengangkat 65 kepala keluarga dari kemiskinan. Pelaksanaan boarding school dibiayai oleh APBD dengan anggaran Rp 8,3 juta juta peranak, pertahun. Anggaran ini digunakan untuk biaya hidup selama di asrama, mulai dari makan, pakaian dan papan. Keempat adalah penghargaan dari Majalah Otomotif. Peng‐ hargaan diterima oleh Bupati Tasdi atas nama Pemerintah Kabupaten Purbalingga (Rabu,18/5). Penghar‐ gaan langsung diserahkan oleh Pimpinan Redaktur Majalah Oto‐ motif, Billy Riestianto di ruang kerja Bupati. Selain penghargaan Bupati dan wakilnya juga telah menerbitkan 3 Peraturan Daerah dan 11 Surat Edaran Bupati. Perda Nomor 1 tahun 2016 tentang penyeleggaraan peternakan dan kesehatan hewan.
Perda nomor 2 tahun 2016 tentang tata cara pencalonan, pemilihan, pelantikan dan pemberhentian Kepala Desa. Kemudian Perda nomor 3 tahun 2016 tentang tata cara pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa. Sedangkan surat edaran, SE Nomor 800/1601/2016 tentang peningkatan disiplin pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kabupaten Purbalingga. SE Nomor 060/1603/ tentang peningkatan pelayanan publik di lingkungan pemerintah kabupaten Purbalingga. SE Nomor 440/1604/2016 ten‐ tang gerakan pembrentasan sarang nya m u k ( P S N ) d i Ka b u p a te n Purbalingga. SE Nomor 440 / 1604 / 2016 tentang antisipasi bencana di Kabupaten Purbalingga. SE Nomor 440/1605/2016 tentang penang‐ ganan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI dan AKB) di Kabupaten Purbalingga. SE Nomor 52.5/1606/2016 ten‐ tang pemanfaatan tanah peka‐ rangan di Kabupaten Purbalingga. SE Nomor 800/1607/2016 tentang larangan merokok pada sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, dan kantor Pemerintah Kabupaten Purbalingga. SE tentang Nomor 660 / 1608 / 2016 tentang upaya mewujudkan lingkungan kantor yang rapi, bersih, teduh, indah dan Nyaman. S E Nomor 060/1610/2016 tetang pengembangan produk unggulan daerah. SE tentang pengembangan tebu rakyat menuju musim tanam tahun 2016/2017. SE tentang laporan pelaksanaan perjalanan dinas luar daerah dan luar negeri, serta S E tentang keteladanan aparatur pemerintah dalam membayar PBB perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) tahun 2016. (Sapto Suhardiyo)
Volume 104|Tahun XII|2016
LAPORAN UTAMA
LAPORAN UTAMA
Penanggulangan Kemiskinan Prioritas Utama RPJMD PURBALINGGA 2016-2021 “Penangulangan kemiskinan harus mencakup strata keluarga miskin, dengan sasaran yang jelas dan melibatkan seluruh sektor dan terus menerus,” kata Tasdi
D
engan telah berakhirnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010‐2015, maka Kab‐ upaten Purbalinga harus menyusun kembali RPJMD 2016‐2021. Dalam penyusunan RPJMD itu sendiri perlu memperhatikan beberapa hal pertama, arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional RPJMN 2015‐2019 dan RPJMD Pro‐ vinsi Jawa tengah 2013‐2018. Kedua, capaian kinerja pem‐ bangunan kabupaten Purbalingga tahun 2010‐2015. Ketiga, memperhatikan dan mengantisipasi perkembangan dinamikan strategis internal maupun internal. Keempat, mewujudkan keselarasan dan kesinambunagn antara kebijakan pemerintah pusat, provinsi dan kab‐ upaten. Kelima, merupakan upaya sistematis untuk mewu‐judkan visi dan melaksanakan misi Kabupaten Purbalingga. Visi Kabupaten Purbalingga masih dipertahankan karena hal ini mengacu pada Rencana Pem‐ bangunan Jangka Panjang (RPJP) yakni tahun 2000‐2025 yakni Purbalingga yang mandiri dan berdaya saing menuju masyarakat sejahtera yang berahlakul mulia. Penanggulangan kemiskinan masih menjadi prioritas utama dalam Rencana Pembangunan
6
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Purbalingga 2016‐2021. Prioritas ini dikarenakan masih banyaknya penduduk miskin di Purbalingga. Dari data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014 di Purbalingga masih terdapat 19.75 persen kemiskinan. Dari data tahun 2010 angka kemiskinan sebesar 24,58 persen. Penurunan yang signifikan ini ternyata angka kemiskinannya masih menempati peringkat ke 5 se Jawa tengah. Bupati Purbalingga mengatakan kompleksitas permasalahan kemiskinan menyebabkan upaya penanggulangan harus dilakukan secara sistematis, terarah, terpadu dan
berkelanjutan. Upaya penangulangan kemiskinaan harus mampu menyentuh akar penyebabnya. “Penangulangan kemiskinan harus mencakup strata keluarga miskin, d e n ga n s a s a ra n ya n g j e l a s d a n melibatkan seluruh sektor dan terus menerus,” kata Tasdi saat memaparkan RPJMD di rapat Paripurna Dewan, Senin (30/5) Prioritas kedua adalah infra‐ struktur, ketersediaan infrastruktur secara langsung dan tidak langsung akan berpengaruh terhadap kesejah‐ teraan masyarakat. Jalan, jembatan, prasarana pemukiman, irigasi, serta sarana pelayanan sosial mutlak dibutuhkan. Moda trans‐portasi massal
Bupati Purbalingga Membagikan Beras Cadangan Pemerintah Kepada Warga yang Ketahaan Pangannya Kurang
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
Derap Perwira
Bupati dan Wakil Bupati memberikan bantuan kepada Nenek Runtah Desa Slinga Kecamatan Kaligondang
yang cepat seperti tranportasi udara bisa menjadi solusi untuk mening‐ katkan pertumbuhan wilayah di Purbalingga. “Untuk itu Pemda Purbalingga terus mendukung terwujudnya pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandar udara,” katanya Pembangunan ekonomi kerak‐ yatan menjadi prioritas ketiga, yakni dengan peningkatan pemerataan pendapatan perkapita masyara‐ katnya. Pendapatan perkapita tahun 2014 sebesar Rp 15,95 juta, masih tertinggal rata‐rata pendapatan perkaipta Jawa Tengah sebesar Rp 27,61 juta dan Nasional sebesar Rp 41,82 juta. Sehingga kebijakan yang perlu diambil dengan peningkatan produktifitas dan daya saing sektor ekonomi di segala bidang. Pengem‐ bangan investasi harus diarahkan pada pengembangan industri padat karya dan ramah lingkungan. Prioritas keempat yakni pem‐ bangunan manusia, meliputi akses kesehatan, akses pendidikan, pagan, perumahan sehat dan layak serta fasilitasi sanitasi dan air minum. Pembangunan manusia diharapkan dapat meningkatkan kualitas manusia yang bermartabat.
Derap Perwira
Sebagaimana kita ketahui IPM tahun 2014 sebesar 66,23 dan pada tahun 2015 sebesar 67.02 masih di bawah rata‐rata capaian IPM Jawa Tengah, Purbalingga pada urutan ke 27 se Jawa Tengah. Urutan buncit membuat Purbalingga untuk gumre‐ gah bagaimana caranya agar IPM Purbalingga bisa meningkat dan rangkinnya bisa meningkat. “Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi prioritas ke lima dan tata kelola pemerintahan menjadi prioritas keenam dalam RPJMD 2016‐ 2021,” kata Tasdi. S e d a n g ka n a ra h ke b i j a ka n belanja daerah tahun 2017‐2021 masih diarahkan kepada 8 pokok program. Pertama untuk pemenuhan kebutuhan belanja wajib yakni belanja pegawai, belanja operasional untuk men u n j an g p elaks an aan tu gas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Kedua, membiayai program yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya pemenuhan hak dasar masyarakat miskin, seperti pemenuhan kebutuhan papan, pangan, kesehatan dan pendidikan. Ketiga, membiayai program dan kegiatan dalam rangka mendorong peningkatan kemampuan ekonomi
masyarakat miskin, rentan miskin. Serta pemerataan pendapatan melalui pemberdayaan ekonomi. Pengem‐ bangan, peningkatan produktivitas dan daya saing UMKM serta pening‐ katan akses tenaga kerja terhadap lapangan pekerjaan. Keempat membiayai program peningkatan kapasitas dan kuialitas infrastruktur wilayah duna menunjang aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Kelima, program peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan sosial dasar dan pelayanan umum lainnya. Keenam membiayai program kegiatan dalam rangka optimalisasi pendayagunaan potensi sumber daya lokal antara lain melalui pengem‐ bangan kepariwisataan dalam rengka mendorong perekonomian daerah. Ketujuh, membiayai program dan kegiatan dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang harus d i l a ks a n a ka n . Ke d e l a p a n ya k n i membiayai program dan kegiatan untuk mewujudkan standar pelayanan minimal (SPM) sesuai yang digariskan pemerintah pusat. (Sapto Suhardiyo)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
7
LIPUTAN UTAMA
RPJMD sebagai Pegangan Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan
Rapat Paripurna Pengesahan RPJMD 2016-2021
K
alau jaman Orde Baru kita mengenal adanya GBHN (Garis‐garis Besar Haluan Negara) yang memuat Repelita (Rencana pembangunan lima tahun). Dengan adanya Aman‐ demen UUD 1945 dimana terjadi perubahan peran M P R dan presiden, GBHN tidak berlaku lagi. GBHN kemudian diganti menjadi Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang tertuang pada UU No 25 tahun 2014. Sistem Perencanaan Pem‐ bangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana‐rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masya‐ rakat di tingkat Pusat dan Daerah. Perencanaan tersebut dituang‐ kan dalam bentuk RPJP (Rencana
8
Pembangunan Jangka Panjang). Skala waktu RPJP adalah 20 tahun, yang kemudian dijabarkan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jang‐ ka Menengah), yaitu perencanaan dengan skala waktu 5 tahun, yang memuat visi, misi dan program pembangunan dari presiden terpilih, dengan berpedoman pada RPJP. Di tingkat daerah, Pemda harus menyusun sendiri RPJP dan RPJM Daerah, dengan merujuk kepada RPJP Nasional. RPJMD Kabupaten Purbalingga 2010‐2015 telah berakhir sehingga perlu dilakukan kaji ulang agar RPJMD yang ada sesuai dengan visi‐ misi Bupati periode 2016‐2021. Dimana visi Bupati yakni Purbalingga yang mandiri, berdaya saing dan berakhlaqul mulia. Dalam pembentukan RPJMD harus memuat asas akuntabilitas, menurut Agus Uji Hantara dari Kementrian Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
(Kemen PAN‐RB) setiap program dan kegiatan Penye‐lenggara Negara harus dapat dipertang‐gungjawabkan kinerja kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara. Berdasarkan PP No 8 tahun 2006, tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah disebutkan pada dasarnya akuntabilitas ada 2 yakni akuntabilitas kinerja dan akuntabilitas keuangan. Dimana keduanya akan bermuara pada RPJM yang dijabarkan menjadi rencana strategis dan berakhir pada laporan pertangungjawaban pelaksanaan APBN/APBD. Untuk akuntabilitas kinerja, harus ada keselarasan dari RPJMD, Renstra, Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Perjanjian Kinerja, dengan indikator‐ indikator kinerja yang secara kuantitatif terukur targetnya, sehingga akan terlihat peningkatan capaian kinerjanya. Review terhadap dokumen RPJMD dan rencana strategis masing‐masing SKPD menjadi sangat penting agar dokumen‐dokumen tersebut dapat
Derap Perwira
memberikan arah yang jelas sesuai dengan prioritas daerah dalam upaya pencapaian target‐ target jangka pendek dan menengah yang lebih berorientasi pada outcome. Review sebagaimana dimaksud di atas, mencakup review atas tujuan dan sasaran yang dilengkapi dengan indikator kinerja utama yang relevan, spesifik, dan terukur, dan benar‐benar sesuai dengan tugas dan fungsi yang dijalankan oleh masing‐masing satuan kerja. Kejelasan tujuan, sasaran dan indikator kinerja utama ini akan memudahkan dalam menguraikan ke dalam rencana aksi yang akan dilakukan, serta memudahkan dalam upaya merancang berbagai kegiatan yang berorientasi pada hasil. Menerapkan anggaran berbasis kinerja melalui upaya mewajibkan setiap satuan kerja untuk mempertanggungjawabkan kinerja pada tahun sebelumnya sesuai dengan perjanjian kinerja sebelum mengajukan anggaran pada tahun selanjutnya. Memastikan bahwa pengajuan anggaran setiap satuan kerja harus mengacu pada kegiatan‐kegiatan tidak hanya menghasilkan output tetapi juga menghasilkan outcome yang relevan dengan upaya pencapaian tujuan dan sasaran. Memastikan bahwa perjanjian kinerja menjadi instrumen manajemen untuk monitoring dan evaluasi, penilaian kinerja satuan kerja dan individu, pemberian penghargaan atau sebaliknya. Mendorong pemanfaatan hasil e va l u a s i u n t u k ke p e n t i n ga n p e r b a i ka n akuntabilitas kinerja secara berkelanjutan. Sedangkan untuk akuntabilias keuangan, berdasarkan pada rencana kerja dan anggaran yang dituangkan dalam bentuk DIPA atau DPA. Pelaksanaan DIPA/DPA dilaksanakan oleh masing‐masing SKPD yang di laporkan dalam b e n t u k l a p o ra n ke u a n ga n . R a n g ku m a n pelaksanaan laporan keuangan SKPD nantinya dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah. Sehingga jika disimpulkan, maka akuntabilitas kinerja dan akuntabilitas keuangan harus selaras dan sejalan. Sehingga jika terjadi perbedaan disana contoh akuntabilitas kinerja mendapatkan C s ed a n gka n a ku nta b ilita s keu a n ga n mendapatkan WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) maka akuntabilitas pemerintahan terhadap masyarakatnya secara keseluruhan belum optimal. (Sapto Suhardiyo)
Derap Perwira
LIPUTAN UTAMA
RPJMD Purbalingga 2016-2021 Masih Mengacu RPJP 2000-2025
PURBALINGGA‐HUMAS, Rencana Pembangunan Jangka M e n e n g a h D a e r a h ( R PJ M D ) Purbalingga 2016‐2021 masih berpedoman dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang ( R PJ P ) 2000‐2025. Dengan berpedoman dengan R PJ P diharapkan pembangunan di Ka b u p a t e n P u r b a l i n g ga b i s a berkelanjutan tiap tahapannya. Bupati Purbalingga, Tasdi mengatakan bahwa R PJ M D merupakan implementasi visi misi Bupati dan Wakil Bupati lima tahun kedepan. RPJMD juga mempunyai peranan yang sangat strategis bagi arah pembangunan di daerah. "RPJMD harus dibuat karena mempunyai aspek filosofis, aspek yuridis, dan aspek sosiologis," kata Tasdi saat membuka Musrenbang RPJMD 2016‐2021 di Gedung Ardi Lawet, Rabu (13/7) Selain itu RPJMD juga meru‐ pakan perwujudan aspirasi masyarakat oleh karena itu RPJMD harus pro terhadap rakyat, pro terhadap penanggulangan pengangguran dan pro terhadap investasi. Bupati, Wakil Bupati, Ketua Dewan beserta seluruh aparat pemerintah daerah hakekatnya adalah pelayanan masyarakat. "Hal tersebut dikarenakan gaji yang kita terima merupakan hasil p a j a k y a n g d i b ay a r ka n o l e h masyarakat," kata Tasdi
Sedangkan Ketua DPRD, To n ga t m e nya m b u t b a i k R PJ M D yang yang sedang digodok tersebut. Forum Musrenbang menjadi wahana yang strategis, untuk mela‐ kukan penajaman, penye‐ larasan dan kesepakatan serta komitemen mengenai sasaran dan sinkronisasi arah RPJMD. “Untuk itu DPRD telah mengadendakan pembahasan RPJMD insyaalah hari Jumat (15/7),” kata Tongat Momentum pembahasan R PJ M D tersebut menjadi tantangan bagi Bupati dan Wakil Bupati dikarenakan kemiskinan di Purbalingga m e n j a d i n o m o r 1 d i e ks Karsidenan Banyumas dan nomor 5 di Propinsi Jawa Tengah. Selain itu Tongat juga mengkritisi masih banyaknya angka kematian ibu dan bayi di Purbalingga dan masih perlu dibenahinya berbagia infra‐ struktur seperti jalan dan irigasi. “Capaian program prio‐ ritas yang terdapat di RPJMD diharapkan menjadi tolak ukur keberhasilan pemerintah daerah untuk lima tahun kedepan,” pungkas Tongat. (Sapto Suhardiyo)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
9
OPINI
OPINI
CUTI UNTUK UMROH “Saya mau konsultasi, Pak. Saya kan mau berangkat umroh. Nah cuti yang bisa digunakan untuk umroh itu cuti apa ya, Pak?”, demikian konsultasi dari seberang telepon. Ada pula SKPD yang mengajukan surat permohonan cuti, tetapi tidak menyebutkan cuti apa. Dalam suratnya hanya mencantumkan mengajukan permohonan cuti untuk umroh. Masih banyak lagi pertanyaan‐pertanyaan seputar cuti untuk umroh yang diajukan kepada kami.
Oleh : Tarsun Efendi
M
asih banyaknya Pegawai Negeri Sipil ya n g m e n a nya ka n te nta n g c u t i , khususnya cuti untuk umroh, menandakan bahwa kesadaran Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Kabupaten Purbalingga cukup tinggi. Setidaknya mereka menghendaki untuk tidak menyalahi aturan kepegawaian, dengan tidak masuk kerja yang diperbolehkan. Kesadaran ini tentunya harus diapresiasi dengan baik, sebagai suatu bentuk obeydent, kepatuhan. Ibadah umroh adalah mengunjungi kota Mekkah untuk melakukan ibadah (seperti thawaf dan sa'i) dengan tata cara tertentu. Umroh menjadi pilihan umat Islam untuk “menggantikan” ibadah haji dengan pertimbangan waktu dan biaya. Faktor kedua barangkali tidak menjadi permasalahan ketika sudah ada niat untuk menjalankan ibadah haji. Tetapi faktor waktu tunggu untuk dapat menjalankan ibadah haji dari proses mendaftar hingga berangkat itulah yang menjadi pertimbangan utama umat Islam memilih
10
umroh. Hal ini diperkuat dengan rata‐rata usia yang akan mendaftar haji sudah berusia lanjut. Setidaknya telah berusia diatas 40 tahun. Manakala harus menunggu hingga belasan bahkan sampai dua puluh tahun dalam antrian panjang, maka faktor usia ini juga adalah determinan yang tidak bisa diabaikan. Melihat tingginya animo masyarakat P N S di Kabupaten Purbalingga untuk ber umroh dan tingkat kesadaran yang cukup tinggi untuk mematuhi peraturan kepegawaian maka yang menjadi permasalahan kemudian adalah, apakah ada cuti yang bisa diambil untuk menjalankan ibadah umroh? Berapa lamanya cuti untuk ibadah umroh? Bagaimana cara pengajuannya? Pengertian Cuti Menilik Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1977 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil disebutkan pada Pasal 1 bahwa cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu. Melihat pengertian ini, mestinya memang tidak dikenal istilah 'ijin' untuk tidak masuk bekerja. Karena tidak masuk kerja yang diijinkan adalah dengan mengajukan cuti. Ada banyak jenis cuti yang dapat diambil oleh seorang Pegawai Negeri Sipil. Diantaranya cuti tahunan, cuti sakit, cuti karena alasan penting, cuti besar dan cuti diluar tanggungan negara. Tulisan ini tidak akan membahas semua jenis cuti tersebut, tetapi lebih menyoroti pada cuti yang dapat dipergunakan untuk ibadah umroh.
Cuti Tahunan untuk umroh? Cuti tahunan adalah cuti yang diberikan manakala seorang Pegawai Negeri Sipil telah bekerja secara terus menerus selama satu tahun. Lamanya cuti tahunan adalah dua belas hari. Tetapi faktanya berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri yaitu Kementerian Agama, Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementrian Tenaga Kerja yang dikeluarkan setiap tahun, disebutkan bahwa cuti bersama mengurangi jatah cuti tahunan Pegawai Negeri Sipil. Rata‐rata cuti bersama setiap
tahunnya adalah 3 sampai 4 hari. Melihat bahwa cuti bersama mengu‐ rangi cuti tahunan maka praktis cuti tahunan yang berjumlah dua belas hari dikurangi tiga atau empat hari maka tersisa tinggal sembilan atau delapan hari. Maka menjadi tidak mungkin mengambil cuti tahunan untuk menja‐ lankan ibadah umroh. Tetapi kalau kita melihat ketentuan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1977 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil, disebutkan bahwa cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan, dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan. Kita ambil contoh misal untuk Tahun 2015 sisa cuti tahunan yang bisa diambil adalah tujuh hari, apabila seorang PNS berniat umroh di Tahun 2016 maka, jatah cuti tahunan di Tahun 2015 seharusnya tidak diambil. Kemudian baru diambil di Tahun 2016 bersamaan dengan cuti tahunan. Misal sisa cuti tahunan pada Tahun 2016 yang bisa diambil adalah 6 hari, maka PNS yang bersangkutan bisa mengambil cuti tahunan selama tiga belas hari (7 hari + 6 hari). Apabila kondisinya seperti itu maka cuti tahunan bisa digunakan untuk keperluan ibadah umroh. Cuti besar untuk ibadah umroh Berdasarkan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS disebutkan
bahwa PNS yang telah bekerja sekurang‐ kurangnya 6 (enam) tahun secara terus menerus berhak atas cuti besar yang lamanya 3 (tiga) bulan. Lebih lanjut pada Pasal 10 disebutkan bahwa cuti besar dapat digunakan oleh P N S yang bersangkutan untuk memenuhi kewajiban agama. Di awal telah disam‐ paikan bahwa alternatif cuti kedua yang bisa digunakan untuk ibadah umroh adalah cuti besar. Cuti besar ini memang diseting salah satunya untuk keperluan ibadah haji yang memakan waktu cukup lama. Ibadah umroh yang hanya memer‐ lukan waktu sekitar sepuluh hari tentu tidak mungkin akan menghabiskan seluruh masa cuti besar yang lamanya bisa sampai tiga bulan. Mengingat ketika seorang PNS mengambil cuti besar, maka tunjangan jabatannya tidak bisa dibayarkan. Konsekuensi lainnya adalah meskipun cuti besar yang diambil hanya sepuluh hari, maka sisa cuti yang masih dua bulan lebih menjadi hangus. Dan PNS yang bersangkutan baru bisa mengambil cuti besar kembali setelah bekerja selama enam tahun kedepan. Dari kedua alternatif cuti yang bisa d i g u n a ka n u n t u k i b a d a h u m ro h tersebut, tampak cuti tahunan lebih menjadi pilihan. Tentu dengan berbagai kemudahan di dalam persyaratannya yang tidak memerlukan waktu sampai e n a m ta h u n b a r u b i s a m e n g g u ‐ nakannya. Pilihan ada pada PNS yang akan menjalankan ibadah umroh.
Adakah cuti untuk umroh? Secara kasat mata, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1977 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil tidak menyebutkan secara jelas jenis cuti yang dapat diambil untuk melaksanakan ibadah umroh. Satu‐satunya ibadah yang disebutkan sebagai contoh untuk mengambil jenis
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
cuti adalah ibadah haji. Apabila kita akan melasanakan ibadah haji, maka cuti yang bisa diambil adalah cuti besar. Kalau tidak ada jenis cuti yang disebutkan untuk menjalankan ibadah umroh, apakah kemudian tidak bisa mengambil cuti untuk melaksanakan ibadah yang satu ini? Tentunya tidak demikian. Di atas sudah dijelaskan bahwa apabila Pegawai Negeri Sipil akan meninggalkan tugas maka harus dengan cuti. Melihat waktu yang dibutuh‐kan untuk menjalankan ibadah umroh yang berkisar sepuluh hari, bahkan ada b e b e ra p a b i r o p e r j a l a n a n y a n g mematok sembilan hari pulang pergi maka ada beberapa solusi yang bisa diambil untuk memberikan jenis cutinya. Setidaknya ada dua alternatif jenis cuti yang bisa diambil. Yaitu Cuti Tahunan dan Cuti Besar.
Derap Perwira
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
11
LAPORAN KHUSUS
LAPORAN KHUSUS
Peningkatan Pelayanan Kependudukan, Salah Satu Tugas Abdi Masyarakat
Bupati Sidak Pelayanan Terpadu (Paten) di Kecamatan Bukateja
S
alah satu fungsi pemerintah selain bidang pembangunan, pemerintahan dan kema‐ syarakatan, fungsi pelayanan juga menjadi prioritas utama dewasa ini. Kenyamanan, ketepatan waktu, efesian dan efektif serta transparasi dalam pelayanan menjadi dambaan semua masyarakat. Keramah‐ tamahan dan senyuman dalam pelayanan bisa memberikan dam‐ pak positif bagi masyarakat. Osborne dan Gaebler dalam customer drive goverment (1992) mengatakan pelayanan publik harus berorientasi kepada kepuasan pelanggan. Dimana ada 8 karakteristik paradigma pelayanan publik pertama lebih terfokus kepada fungsi pengaturan melalui berbagai kebijakan yang memfasilitasi kondisi yang kondusif bagi kegiatan pelayanan publik. Kedua lebih berorientasi
12
kepada pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhada pfasilitas pelayanan yang telah dibangun bersama. Ketiga menerapkan sistem kompetisi dalam penyediaan pelayanan public tertentu sehingga masya‐ rakat dapat memilih pelayanan yang lebih berkualitas. Ke e m p a t , te r fo ku s p a d a pencapaian visi, misi tujuan, dan sasaran dengan berorientasi kepada hasil (outcomes) sesuai dengan input yang digunakan. Kelima, lebih mengutamakan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat, bukan semata‐mata keinginan pemerintah atau pejabat. Ke e n a m , p a d a b e b e ra p a situasi, pemerintah juga berhak memperoleh pendapatan dari pelayanan public yang diselengg‐
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
arakan. Ketujuh, lebih mengutama‐ kan antisipasi terhadap permasala‐ han pelayanan yang kemungkinan dapat terjadi. Kedelapan, menerap‐ kan sistem pasar dalam memberikan pelayanan, antara lain penyediaan layanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pelayanan kependudukan dan cacatan sipil merupakan salah satu pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah terkait dengan pembu‐ atan dokumen kependudukan dan catatan sipil. Dasar Hukum Adminis‐ trasi Kependudukan terdiri dari lima buah, yaitu; UU no. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, PP No. 37 Tahun 2007 tentang Pelak‐ sanaan U U No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
Kemudian Perpres No. 25 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, Perpres No. 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK secara Nasional; dan Perpres No. 35 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Perpres No. 26 Tahun 2009. S u b s ta n s i a d m i n i s t ra s i kependudukan adalah berupa pencatatan sipil dan pendaftaran kependudukan. Pencatatan sipil berupa pencatatan kelahiran, lahir mati, perkawinan, pemba‐ talan perkawinan, perceraian, pembatalan perceraian, kema‐ tian, pengangkatan pengesahan dan pengakuan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan, peristiwa penting dan pelaporan penduduk yang tidak bisa melapor sendiri. Sementara pendaftaran kependudukan berupa penca‐ tatan biodata penduduk per ke l u a rga b e r i ku t s i d i k j a r i (biometrik), pencatatan atas pelaporan peristiwa kepen‐ dudukan, pendataan penduduk rentan kependudukan, pelaporan
penduduk yang tidak dapat melapor sendiri. Manfaat yang diperoleh peme‐ rintah adalah dalam hal perumusan kebijakan, perencanaan pembang‐ unan, kebutuhan sektor pembang‐ unan lain, pemilu dan pilkada, penyusunan perkembangan kepen‐ dudukan; penyusunan proyeksi pembangunan, verifikasi jati diri penduduk dan dokumen kepen‐ dudukan. Tujuan Administrasi Kepen‐ dudukan Pertama, tertib database kepen‐ dudukan meliputi terbangunnya database kependudukan yang akurat di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Database kependudukan Kabupaten/ Kota tersambung (online) dengan Provinsi dan Pusat dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Database kependudukan Kemendagri dan daerah tersambung (online) dengan instansi pengguna. Kedua, tertib penerbitan NIK meliputi NIK diterbitkan setelah penduduk mengisi biodata penduduk p e r ke l u a rga ( F ‐ 1 . 0 1 ) d e n ga n menggunakan SIAK, tidak adanya NIK ganda, pemberian NIK kepada semua
penduduk harus selesai akhir tahun 2011. Ketiga, tertib dokumen kependu‐ dukan (KK, KTP, Akta Pencatatan Sipil) meliputi prosesnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tidak adanya dokumen kependudukan ganda dan palsu. Sedangkan Standar Operasional Pelayanan (SOP) untuk penerbitan pencatatan sipil baik KTP/KK/Surat Pindah/Akta‐akta pencatatan sipil adalah maksimal 14 hari kerja sejak tanggal berkas persyaratan diterima lengkap dan benar. Pelayanan kependudukan di Purbalingga akan terus ditingkatkan, baik dari segi kualitas, waktu, dan keramahtamahan pelayanan. Apabila ada hal‐hal yang perlu untuk di ko o rd i n a s i ka n m aya ra kat b i s a langsung ngomong ke bupati/wakil bupati/dindukcapil yakni lewat twitter di @tasdipbg1, @tiwiwabup atau @DindukcapilPbg Hanya dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja Ihklas semua jajaran Pemerintahan Purbalingga siap memberikan pelayanan terbaik baik masyarakat Purbalingga. (Sapto Suhardiyo)
Bupati Sidak Pelayanan di Pusesmas Kecamatan Bukateja
Derap Perwira
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
13
KEAGAMAAN
Bupati Tasdi Dorong Pengembangan Pondok Pesantren Berbasis Ekonomi PURBALINGGA, HUMAS – Bupati Purbalingga Tasdi berkomitmen mendorong berkembangnya pondok pesantren di wilayah kabupaten Purbalingga. Dirinya bahkan b e r ko m i t m e n u n t u k mengembangkan 63 pondok pesantren yang ada melalui konsep pesantren berbasis ekonomi. “Nanti para santri tidak hanya belajar agama saja, namun dapat melaksanakan kegiatan‐kegiatan ekonomi seperti beternak, berkebun a t a u b e r d a ga n g . H a ra p a n ny a ke g i ata n e ko n o m i i t u m a m p u mendukung pengembangan pondok pesantren lebih maju,” ujar Bupati Tasdi saat memberikan sambutan pada acara Tarawih Keliling (Tarling) putaran pertama di masjid Baiturrohim Desa Sanguwatang Kecamatan Karangjambu, Rabu (8/6). Pada saat yang sama, Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi juga melaksanakan kegiatan tarling perdana di Masjid Baitussalam Desa Losari Kecamatan Rembang. Bupati melanjutkan, selama ini pondok pesantren menjadi rujukan bagi masyarakat disekitarnya dalam bidang keagamaan. Melalui program yang akan diterapkan, pondok pesantren diharapkan tergerak untuk mengembangkan potensinya sebagai sentra ekonomi masyarakat. Diungkapkan Tasdi, sejak dirinya dilantik menjadi Bupati Purbalingga bersama Wakil Bupati Dyah hayuning Pratiwi, dirinya berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat kabupaten Purbaling ga yang berakhlakul karimah. Sehingga banyak program keagamaan dirancang dan dilaksanakan secara bertahap. “Saya punya program Subuh Berjamaah Keliling yang
14
Bupati serahkan bantaun Kepada Ta’mir Masjid Baiturrohim Desa Sanguwatang,Karangjambu
diselenggarakan setiap bulan sekali. Kegiatan ini saya harapkan mampu meningkatkan ketakwaan kita. Saya yakin ini akan berpengaruh terhadap ke d i s i p l i n a n k i t a b a i k d a l a m beribadah maupun dalam bekerja,” katanya. Melalui kegiatan Subuh Berjamaah Keliling juga diharapkan menjadi sarana memupuk kebersamaan antara ulama, umaro dan umat. “Program ini diselipkan kegiatan bedah rumah tidak layak huni. Ini digarap secara gotong royong, baik biayanya, materialnya maupun tenaganya,” jelasnya. Selain itu, lanjut Bupati, pada 2017 mendatang dirinya berencana membangun Purbalingga Islamic Centre sebagai pusat kegiatan keagamaan dan wisata religi di Purbalingga. Untuk mewujudkan impian itu, saat ini sedang disusun DED‐nya (Detail Enginering Design‐ red). “Akan kami anggarkan Rp 60 miliar. Semoga 2017 sudah dapat mulai dibangun. Lokasinya sudah ada,” katanya. Kegiatan tarawih keliling merupakan kegiatan rutin pemkab
Volume 104|Tahun XII|2016
pada setiap bulan suci Ramadan. Tu j u a n n y a u n t u k m e m u p u k solidaritas dan meningkatkan spiritualitas. Dengan adanya kegiatan tarling diharapkan silaturahmi antara ulama, umaro dan umat semakin menyatu sehingga mampu bekerjasama dalam membangun kabupaten Purbalingga. Secara keseluruhan, kegiatan tarling Bupati dan Wakil Bupati akan digelar sebanyak 18 kali di 18 lokasi kegiatan. Setiap kecamatan akan disambangi tim tarling Bupati atau tim tarling Wakil Bupati masing‐ masing sebanyak satu kali, bertempat di masjid yang telah ditetapkan sebagai lokasi tarling. Pada putaran kedua, Jumat lusa (9/6), tim 1 yang dipimpin Bupati Tasdi akan melaksanakan shalat tarawih di masjid Baitussalam Desa Karangreja Kecamatan Karangreja. Sedangkan tim 2 Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi, melaksanakan tarling di Masjid Al Azhar Desa Kramat Kecamatan Karangmoncol. (Hardiyanto)
Abdulah Zaen,
KEAGAMAAN
Ajak Umat Tingkatkan Ilmu Agama
Ketua Dewan, Bupati, Wakil Bupati, Pj. Sekda saat Pengajian Jum’at Pagi di Pendipo Dipokusumo
PURBALINGGA, HUMAS – Saat ini masyarakat atau umat khususnya umat Islam dihadapkan pada kenyataaan masih kuranngya dalam memahami ilmu agama, baik dalam beribadah, maupun pergaulan dimasyarakat. Sehingga apa yang menjadi larangan maupun perintah Tuhan‐NYA tidak lagi mencerminkan perbuatan sehari‐hari. Dengan ilmu agama yang berdasarkan AlQuran dan Sunnah nabi dan keterangan para ulama sesungguhnay manusia akan mengetahui jalan hidup di dunia maupun di akhirat. “Untuk itu, dengan ilmu agama melalui AlQur'an, Sunnah nabi serta keterangan para ulama membuat kita mengetahui jalan kita di dunia. Sehingga kita jadi tahu mana yang baik mana buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak, mana yang halal dan mana yang haram,”jelas Ustad Abdullah Zaen Jum'at (10/6) pada Pengajian Rutin Ramadhan yang di selenggarakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga setiap hari Jum'at di Pendapa Dipokusumo yang diikuti Bupati Purbalingga Tasdi, Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, seluruh pejabat Pemkab, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan
Derap Perwira
Setda Purbalingga. Menurut ulama dengan sapaan Ustad Zaen, dengan ilmu agama, umat dapat mengambil pelajaran di sekitar lingkungannya. Sehingga umat diminta tidak Melek‐melek Walang (membuka mata seperti binatanag belalang). Melek‐melek walang itu diibaratkan melihat seperti hewan tersebut dengan indera pengelihatan atau bermata besar, tetapi belalang melihat tidak dengan mata, namun dengan indera lainnya. Sehingga mata belalang tersebut hanya hanya dijadikan sebagai aksesoris atau mata‐mataan. “Yang dimaksudkan dengan melek‐ melek walang adalah apa yang terjadi di sekitar kita, akan tetapi tidak m e n ga m b i l p e l a j a ra n ya n g a d a disekitarnya. Diantara contoh kejadian yang sering dialami adalah saat mati lampu,”tuturnya. Ketika mati lampu, sambung Ustad Zaen, ada pelajar yang bisa diambil pelajaran, karena waktu mati lampu atau gelap gulita, semua tidak tahu arah. Dimana arah utara mana selatan, sehingga saat berjalan dapat gerayang‐ gerayang karena takut menabrak sesuatu, sehingga apa di cari saat tidak ada cahaya maka akan membuat
bingung. Sehingga apa yang dicari akan salah pilih dan tidak bisa membedakan apa yang dicari. Dalam kondisi tersebut, yang diperlukan oleh manusia adalah cahaya, karena cahaya merupakan kebutuhan primer manusia baik disaat siang maupunmalam hari. Yang dimaksudkan disini adalah cahaya yang dibutuhkan manusia yaitu cahaya semenjak lahir hingga mati bahkan diakherat bahkan saat mati dan saat menghadap kepada Illahi, yaitu ilmu agama. “Sedangkan dalam AlQur'an An‐ Nisa ayat 175, berbunyi, Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran), karena cahaya yang terang benderang itu adalah AlQur'an,”jelasnya. Dalam sambutannya, Bupati Purbalingg Tasdi menjelaskan, bahwa kegiatan amaliah ramadhan tersebut merupakan program para bupati‐bupati terdahulu, dirinya bersama wabup akan melanjutkan, mengembangkan, memupuk serta meningkatkannya agar lebih baik lagi. Karena kegiatan tersebut sesuai dengan visi Kabupaten Purbalingga, yaitu untuk mewujudkan Purbalingga yang mandiri, berdaya s a i n g m e n u j u m a sya ra ka t ya n g berakhlak mulia “Kegiatan ini juga merupakan tujuan dari tujuh misi kita dari sapta cita atau cita‐cita Pemkab Purbalingga, satu diantaranya adalah untuk mendorong masyarakat Purbalingga yang religius beriman dan bertaqwa ,”jelasnya (Sukiman)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
15
BEDAH RUMAH
BEDAH RUMAH
Agustus, Purbalingga Rehab 1.000 RTLH
Bupati bersama masyarakat rehab RTLH di desa Danasari Kecamatan Karangjambu
PURBALINGGA, HUMAS – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga, dibawah kepemimpinan Bupati Tasdi dan Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi terus melakukan upaya kerja nyata dalam mengatasi masih banyaknya rumah warga yang tergolong tidak layak huni. Setelah melalui gerakan Subuh Berjamaah dan Launching Bedah RTLH, Agustus mendatang, akan dilakukan gerakan serentak merehab 1000 Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). “Pak Sigit (Kepala DPU‐red) segera disiapkan bagaimanan caranya agar sehari bisa rampung merehab 1000 rumah menjadi rumah sehat layak huni,” ujar Bupati Tasdi saat pelaksanaan Subuh Berjamaah di Masjid Al Huda Desa Danasari Kecamatan Karangjambu, Sabtu (21/5). Nantinya, lanjut Bupati, untuk mewujudkan gerakan rehab 1000 RTLH ini tiap desa akan direhab 5 RTLH secara serentak. Sehingga akan ada seribu lebih RTLH yang direhab dari jumlah seluruh desa kelurahan di Purbalingga sebanyak 239 desa/kelurahan. Pemkab Purbalingga telah menyiapkan
16
anggaran Rp 17 miliar untuk merehab 1.700 RTLH. Tiap RTLH m e n d a p at b a nt u a n st i m u l a n sebesar Rp 10 juta. “Pak kades nanti harus meng gerakan gotong royong masyarakat agar bantuan rehab rumah bisa didukung swadaya termasuk gotong royong warga saat pelaksanaan rehab RTLH,” katanya. Tasdi menandaskan, gerakan Rehab 1000 RTLH Serentak akan menjadi rekor M U R I Program pertama bagi Purbalingga. Selain program rehab RTLH, Bupati juga mendorong Satuan Kerja Perangkat Daerah (S K P D) lainnya untuk membuat MURI Program yang lain. Selain menggerakan jajajaran pemerintahan, BUMD dan tokoh masyarakat, Bupati juga telah membuka komunikasi dengan para pengusaha untuk dapat mendukung program rehab RTLH. Harapannya, para pengusaha yang melakukan usaha di Purbalingga mau mengambil peran mengubah 1.700 RTLH di Purbalingga menjadi rumah sehat layak huni. Di Desa Danasari, launching Rehab RTLH wilayah Kecamatan Karangjambu dilakukan di dua
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
tempat yakni rumah Nurudin RT 05/RW 01 dan Rumah Ni Wirya warga RT 02/RW 02. Tahun 2016 ini, desa Danasari mendapat bantuan Rehab RT L H untuk 7 rumah. Camat Karangjambu Momot Prabowo menuturkan, di wilayahnya masih banyak rumah tidak layak huni yang perlu segera dibenahi. Ada sedikitnya 818 RTLH tersebar di 6 desa yakni Purbasari 108 RT L H, Sirandu 161, Karangjambu 179, Sanguwatang 99 RTLH, kemudian Jingkang 173 dan Danasari 138 RTLH. “ Ta h u n i n i k e c a m a t a n Karangjambu menerima bantuan stimulus untuk pemugaran RTLH sebanyak 85 rumah. Masing‐ masing desa mendapat alokasi 7 R T L H . Khusus desa Jingkang mendapat 50 RTLH termasuk untuk relokasi 43 rumah akibat bencana di dukuh Cikal,” katanya. M e n u r u t P j Ke p a l a D e s a Danasari untuk mendukung program Rehab RTLH, pihaknya telah mengalokasikan dana APBDes sebesar Rp 10 juta untuk rehab 1 RTLH. Tahun ini Desa Danasari mendapat bantuan 7 RTLH, dimana dua rumah diantaranya dilakukan rehab secara simbolis oleh Bupati dan Wakil Bupati bersama Forkompinda dan jajaran SKPD. “Satu rumah tidak dapat ditinjau Bupati karena medan yang s a n g a t b e r a t . Te t a p i k a m i menyampaikan terima kasih atas swadaya dan kegotongroyongan m a sya ra kat . S e b a g i a n b e s a r material dan tenaga didukung swadaya,” jelasnya di sela‐sela rehab rumah milik Nurudin, dukuh Danareja Desa setempat. (Hardiyanto).
Derap Perwira
Gebrak Gotong Royong, Tasdi Perintahkan Camat dan Kades Galakan Jum'at Bersih PURBALINGGA, HUMAS – Bupati Purbalingga Tasdi dan Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi bersama warga Desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari melakukan kerja bhakti bersih lingkungan. Kegiatan yang dikemas dalam program Gebrak Gotong Royong diikuti seluruh warga khususnya di Dukuh Karanggandul desa setempat. Pada kesempatan itu, Bupati Tasdi dan Wabup Tiwi berbaur dengan masyarakat yang sudah sejak sekira jam 06.00 melakukan bersih lingkungan baik disepanjang jalan lingkungan, pekarangan rumah dan juga lingkungan pekuburan desa. “Saya berkomitmen untuk mengembangkan kultur atau budaya gotong royong baik di tingkat pemerintahan maupun dilingkungan masyarakat. Karenanya saya mengapresiasi apa yang sudah dilakukan jajaran di wilayah kecamatan Bobotsari ini,” kata Bupati di sela‐sela kerja bhakti Gebrak Gotong Royong, Jum'at (3/6). M e n u r u t B u p at i , ke g i ata n gotong royong seperti dilakukan masyarakat Desa Bobotsari, perlu terus dikembangkan diberbagai tempat. Karena menurutnya, budaya gotong royong seperti diwariskan nenek moyang kita akan meningkatkan kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama. “Saya minta Pak Camat dapat menggelorakan kembali Jum'at bersih dilingkungannya. Termasuk para kepala desa juga melakukan hal yang sama. Saya dan bu Wakil nanti akan berkeliling kerja bhakti bersama masyarakat,” katanya. Seperti diketahui, selama tiga bulan memimpin Purbalingga,Tasdi – T i w i r u t i n m e ny e l e n g ga ra ka n kegiatan Subuh Berjamaah yang dilaksanakan tiap bulan sekali. Dalam kegiatan itu juga diadakan gotong
Derap Perwira
Bupati Gotong royong bersama Dukuh Karanggandul Desa Bobotsari Kecamatan Bobotasri
royong bedah rumah tidak layak huni (RTLH) bersama warga dan seluruh SKPD. KepalaBadan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Bapermasdes) R I m a m Wa c hy u d i m e n u t u r ka n , kegiatan Gebrak Gotong Royong merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka Bulan Bhakti Gotong Royong M a s y a ra k a t ( B B G R M ) . S e l a i n dilaksanakan di tingkat Kabupaten yang dipusatkan di Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja, awal Mei lalu, kegiatan serupa juga dilaksanakan di tingkat kecamatan dalam bentuk Gebrak Gotong Royong. “Kegiatan gotong royong di masyarakat diharapkan berkelanjutan. Bentuknya seperti ini ( G e b ra k G o to n g Ro yo n g ‐ re d ) . Dilaksanakan oleh masyarakat secara spontan dan berkelanjutan. Kita harapkan setiap Jum'at dilakukan kerja bhakti seperti ini. Baik di tingkat Kecamatan maupun di desa‐desa,” jelasnya. Sementara itu, Kepala
Puskesmas Bobotsari dr Budiarsa mengaku, pihaknya telah rutin menyelenggarakan gerakan ke b e r s i h a n m e l a l u i ke g i a t a n Pemberantasan Sarang Nyamuk (P S N) untuk mendukung upaya mencegah berkembangnya demam b e rd a ra h ( D B ) . Ke g i ata n P S N tersebut dilaksanakan seminggu sekali selama 1 jam di tiap desa dan lingkungan oleh masyarakat. “Waktunya tergantung kesepakatan masyarakat setempat. Ada yang tiap Minggu, Jum'at atau lainnya. Yang penting dalam satu Minggu, 1 jam digunakan untuk PSN. Kita punya kader dan petugas yang m e n d a m p i n g i ,” j e l a s n y a . (Hardiyanto)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
17
PERTANIAN
PERTANIAN
Bupati Targetkan Bulog Sergap 50 % Gabah Petani PURBALINGGA, HUMAS – Bupati Purbalingga Tasdi mentargetkan Bulog dapat menyerap 50 persen gabah hasil panen petani. Sejak bergulirnya program Sergap (Serap Gabah Petani), hingga kini Bulog baru bisa menyerap 32 persen gabah petani. “Saya kesini (Bulog‐red) untuk mengecek kesiapan penyaluran beras raskin. Termasuk mendorong adanya peningkatan penyerapan beras lokal Purbalingga. Saya target Bulog harus bisa menyerap 50 persen hasil panen petani,” kata Bupati Tasdi usai meninjau gudang Bulog di Kelurahan Karangsentul, Purbalingga, Rabu siang (11/6). Terkait rencana penyaluran beras Raskin bulan Mei yang akan dimulai Senin lusa (13/6), Bupati m e n d a p at i p e rs e d i a a n b e ra s medium yang ada di gudang Bulog belum sama kualitasnya. Ada beras yang berwarna terang, ada yang gelap. Pada kantong yang lain juga terdapat beras medium yang masih terasa lembab saat dipegang. “Bulan ini beras yang akan kita salurkan adalah beras medium sesuai inpres yang berlaku secara nasional. Meski demikian kualitas berasnya harus kualitas medium yang sebenarnya. Harus standar dari warna dan baunya. Jangan ada yang medium bagus dan ada yang kurang bagus,” katanya didampingi Pj Sekda Susilo Utomo, Kepala BP2KP Lily Purwati, Kepala Gudang Bulog Purbalingga Pujo Priyono dan Ketua Asosiasi Perberasan Banyumas Mustangin. Menurut Ketua APB Mustangin, perbedaan kualitas beras medium yang diserap Bulog terkait dengan hasil produksi petani
18
yang berbeda‐beda kualitasnya. Sementara, penyerapan beras petani yang baru mencapai 32 persen, karena terkendala proses pengeringan dan penggilingan yang tak bisa serentak dengan jumlah produksi banyak. Dia menuturkan, di Purbalingga belum ada penggilingan padi yang mampu memproduksi 25 ton sehari. Untuk penggilingan padi yang berskala besar hanya mampu memproduksi 10 ton/hari. Sedangkan di Purbalingga paling banyak penggilingan padi skala kecil yang hasil gilingannya hanya 2 – 3 ton sehari. Sementara, Kepala Gudang Bulog Purbalingga Pujo Priyono menuturkan penyerapan beras petani melalui program Sergap akan terus dioptimalkan. Sejak bergulirnya Sergap April lalu, menurutnya, dalam sehari Bulog mampu menyerap beras petani antara 100 hingga 180 ton. “Kita akan dorong 7 mitra dan
Bupati Tasdi, bersama Kepala BP2KP meninjau gudang Bulog di Kelurahan Karangsentul
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XI|2015
s at ke r ya n g a d a u nt u k te r u s mengoptimalkan penyerapan beras petani,” katanya. Pihaknya siap merealisasikan target Bupati untuk menyerap hasil panen petani hingga 50 persen. Pada bulan Mei ini Bulog masih akan terus melakukan penyerapan bahkan hingga selesai panen sekalipun. “Kalau petani masih memiliki stok dan akan dijual, kami siap membelinya,” tandasnya. Di akhir kunjungannya, Bupati Tasdi menyampaikan keinginannya bersurat kepada Presiden RI agar alokasi beras untuk masyarakat miskin ditetapkan menggunakan beras kualitas premium. Beras ini pernah digunakan untuk jatah raskin beberapa waktu lalu. Namun pada p e nya l u ra n M e i i n i , ke m b a l i menggunakan kualitas medium sesuai inpres yang mengatur pelaksanaan penyaluran raskin secara nasional. (Hardiyanto)
Derap Perwira
Jaga Inflasi,
BI Inisiasi Demplot Bawang Putih di Desa Kutabawa
Bupati, Wakil Bupati, Kepala BI Purwokerto tanam bawang di demplot bawang putih untuk Kelompok Tani Giri Waluyo Desa Kutabawa Kecamatan Katangreja
PURBALINGGA, HUMAS – Bank Indonesia terus berkomitmen membantu budidaya bawang putih untuk kelompok tani binaan di Jawa Te n g a h . D i P u r b a l i n g g a , B I Perwakilan Purwokerto membantu benih dan demplot bawang putih untuk Kelompok Tani Giri Waluyo Desa Kutabawa Kecamatan Katangreja. “Di Purbalingga kita mulai budidaya bawang putih sebagai salah satu komoditas yang besar pengaruhnya terhadap inflasi. Hari ini kita tanam bersama Pak Bupati, Bu Wakil Bupati dan Ketua DPRD,” kata Kepala Perwakilan B I Purwokerto, Ramdan Deny Prakoso, Kamis (2/6). Menurut Deny, selain untuk menjaga inflasi, pengembangan bawang putih juga untuk mengembalikan posisi Jawa Tengah sebagai produsen terbesart bawang
Derap Perwira
putih di Indonesia seperti pada era 80‐90an. “Yang lebih penting, ini menjadi langkah awal agar kita kembali menjadi tuan rumah di negeri sendiri khususnya dalam urusan bawang putih,” tambahnya. B u p a t i P u r b a l i n g ga Ta s d i mengapresiasi sekaligus berterimakasih kepada BI yang kembali memberkan kepercayaan kepada kabupaten Purbalingga khususnya petani desa Kutabawa untuk mengembangkan budi daya bawang putih. Sebelumnya, sejumlah kerjasama juga telah dikembangkan seperti pengembangan ternak sapu, pengembangan budidaya cabe dan lainnya. “Program ini juga untuk memberdayakan rakyat Purbalingga. Supaya bisa ikut berkontribusi menjaga inflasi di Indonesia,” katanya.
Bupati berpesan kepada para petani penerima bantuan, agar pengembangan demplot bawang putih ditangkap sebagai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan. “Kalau nanti hasilnya bagus, kita tingkatkan. bukan hanya dari inisiasi BI namun juga pengembangan oleh Pemda dan petani,” katanya. Demplot bawang putih di desa Kutabawa memanfaatkan lahan seluas 5000 m2. Selain di Purbalingga, BI juga membangun demplot serupa di Banjarnegara. Untuk membangun dua demplot itu, BI mengucurkan total anggaran Rp 50 juta untuk pelatihan petani di Temanggung dan biaya saprodi. Satu demplot diharapkan mampu menghasilkan 4‐5 ton bawang putih premium dengan harga per kilogram saat ini Rp 40 ribu. (Hardiyanto)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
19
OPINI
OPINI
REWARD, PUNISHMENT DAN KEPATUHAN SEMU Sebagian pemimpin lebih senang menggunakan pecut untuk meningkatkan motivasi dan kinerja bawahannya. Sementara di seberang yang lain, ada yang lebih senang menggunakan gula untuk meningkatkan motivasi dan kinerja bawahannya. Pecut dan gula, memang bukan makna denotatif, tetapi lebih merujuk pada punishment atau hukuman untuk menggantikan pecut, dan penghargaan atau reward untuk menggantikan gula. Mana yang akan kita gunakan, pecut atau gula?
Tarsum Efendi, S. Sos Analis Kepegawaian Pertama Meminjam teori x dan teori y menurut Douglas McGregor, manakala pemimpin memandang bahwa Pegawai Negeri Sipil itu malas, sulit diatur, tidak disiplin, dan serangkaian atribut negatif lainnya, maka pemimpin tersebut cenderung akan menggunakan pecutnya, untuk membuat Pegawai Negeri Sipil menjadi rajin, mudah diatur dan disiplin. Tetapi manakala pemimpin memandang bahwa Pegawai Negeri Sipil itu rajin, mudah diatur, disiplin dan serangkaian atribut positif yang lain, maka gula yang akan digunakan untuk menumbuhkan motivasi dan kinerja bawahannya. Definisi Reward dan Punishment Menjadi pertanyaan adalah apakah PNS perlu reward dan punishment untuk meningkatkan kinerjanya? Penghargaan didefinisikan sebagai ganjaran yang diberikan untuk memotivasi para kar yawan agar produktivitasnya tinggi (Tohardi, 2002). Pendapat lain disampaikan oleh Nitisemito (1982) yang menyatakan
20
bahwa penghargaan merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada para karyawannya yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. Penghargaan berarti semua bentuk penggajian atau ganjaran kepada pegawai dan timbul karena kepegawaian mereka. Dapat berupa pembayaran uang secara langsung (upah, gaji, insentif, bonus) dan dapat pula berbentuk pembayaran tidak langsung (asuransi, liburan atas biaya perusahaan) dan dapat pula berupa ganjaran bukan uang (jam kerja yang luwes, kantor yang bergengsi, pekerjaan yang lebih menantang). Program penghargaan penting bagi organisasi karena mencerminkan upaya organisasi untuk mempertahankan sumber daya manusia sebagai komponen utama dan merupakan komponen biaya yang paling penting. Di samping pertimbangan tersebut, penghargaan juga merupakan salah satu aspek yang berarti bagi
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
pegawai, karena bagi individu atau pegawai, besarnya penghargaan mencerminkan ukuran nilai karya mereka di antara para pegawai itu sendiri, keluarga, dan masyarakat (Sulistiyani dan Rosidah, 2003). Bagaimanapun penghargaan baik berupa uang atau yang lainnya secara langsung dirasakan atau tidak langsung sangat dibutuhkan oleh Pegawai Negeri Sipil. Terlebih ketika tuntutan kinerja yang tinggi dan mengharuskan layanan yang prima, tentunya penghargaan adalah pilihan logis yang seharusnya diambil oleh pemerintah. Sementara di sisi lain, harga ke b u t u h a n p o ko k y a n g j u g a mengalami kenaikan. Menurut Ngalim Purwanto, punishment adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan (Pur wanto, 1955). Hukuman juga dapat diartikan pemberian sesuatu yang tidak menyenangkan, karena seseorang tidak melakukan apa yang diharapkan. Pemberian hukuman akan membuat seseorang menjadi kapok dan tidak akan mengulangi
Derap Perwira
yang serupa lagi. Punishment merupakan siksaan atas perilaku yang telah diperbuat (Echols,1992). Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku s e c a ra u m u m . D a l a m h a l i n i , hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan d i t a m p i l ka n o l e h o ra n g y a n g bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan. Secara teori, penerapan reward dan punishment secara konsekuen dapat membawa pengaruh positif, antara lain: 1. Mekanisme dan sistem kerja di suatu organisai menjadi lebih baik, karena adanya tolak ukur kinerja yang jelas. 2. Kinerja individu dalam suatu organisasi semakin meningkat, karena adanya sistem pengawasan yang obyektif dan tepat sasaran. 3. Adaya kepastian indikator kinerja yang menjadi ukuran kuantitatif m a u p u n k u a l i t a t i f t i n g ka t pencapaian kinerja para individu organisasi. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, ada 15 rambu‐rambu kewajiban dan 17 rambu‐rambu larangan bagi Pegawai Negeri Sipil. Sayangnya rambu‐rambu tersebut lebih banyak mengatur punishment daripada rewardnya. Sehingga tidak jarang kita mendengar dari sesama P N S ya n g m en gata ka n , i s i nya ancaman terus, kapan penghargaannya? Pemerintah Kabupaten Purbalingga sendiri, reward dan punishment sebenarnya telah dijalankan. Reward akan diberikan kepada semua PNS misalnya berupa Tamsilpeg atau ditempat lain disebut dengan TPP. Bentuk reward lainnya adalah pemberian ijin cuti bagi PNS,
Derap Perwira
termasuk Kenaikan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala. Termasuk honor bagi yang tergabung di tim‐tim kegiatan. Tetapi seringkali PNS menganggap bahwa reward‐reward tersebut merupakan hak yang tidak b e r h u b u n ga n d e n ga n k i n e r j a . Sehingga reward tersebut belum bisa mendongkrak kinerja PNS secara keseluruhan. Perbedaan reward yang diterima antar kabupaten kota juga bisa menimbulkan kontra produktif terhadap peningkatan kinerja PNS. Kedepan mestinya sistem reward yang dibangun adalah reward yang didasarkan pada kinerja PNS bukan diberikan kepada semua P N S . Karena reward yang diberikan kepada semua P N S tidak memberikan motivasi internal yang mengena. Motivasi yang mucul lebih pada kesadaran semu dari PNS. Kesadaran yang terbangun sebagai akibat 'takut' kena pecut dari pimpinan. Bukan karena motivasi untuk meningkatkan kinerja sebagai sebuah kebutuhan. Reward berbasis kinerja. Bentuk‐bentuk kesadaran semu yang tampak adalah istilah jam kosong, tidak ada kepala sekolah, dan masih banyak lagi. Ketika ada pimpinan, yang terlihat adalah kepatuhan dan berkinerja tinggi. Tetapi sebaliknya ketika jam kosong atau kepala sekolah tidak ada, maka keaslian dari kesadaran akan kinerja tinggi akan terlihat jelas. PNS akan cenderung bekerja seenaknya karena tidak ada yang mengawasi. Atau lebih memilih ikut dinas luar, alias jalan‐jalan. M e n j a d i p e rs o a l a n barangkali adalah karena belum adanya alat ukur yang reliabel dan valid untuk m e n g u k u r seberapa besar
kinerja seorang PNS. Sasaran Kerja Pegawai atau SKP yang pada tataran konsepsi digadang‐gadang bisa menjadi salah satu alat ukur kinerja seorang P N S ternyata dalam praktisnya juga masih jauh panggang dari api. Mestinya ketika SKP benar‐ benar dipraktekkan dengan baik dan dijadikan kontrak bagi PNS dan atasannya, maka kinerja seorang PNS bisa dinilai dari situ. Lebih luas, kinerja organisasi juga dapat diukur, karena pada prinsipnya SKP yang disusun mulai dari pejabat eselon II sampai dengan jabatan fungsional umum, adalah penjabaran dari rencana strategis dan program kerja masing‐masing SKPD. Sehingga dapat dikatakan apabila kinerja PNS nya tinggi maka dapat dipastikan kinerja SKPD nya juga tinggi begitu juga sebaliknya. Reward dan punishment memang bukan satu‐satunya akar permasalahan kesadaran semu. Te t a p i s e t i d a k n y a , k i t a b i s a m e n ga m b i l ke p u t u s a n u nt u k menentukan bahwa reward dan punishment bisa dijadikan alat untuk menumbuhkan kesadaran internal dari PNS. Pada gilirannya ketika kesadaran internal dari PNS telah tertanam dengan kuat, maka kinerja pemerintah juga akan lebih meningkat. Akhirnya, ketika kinerja pemerintah meningkat maka pelayanan yang diberika kepada masyarakat juga akan lebih baik.
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
21
KESEHATAN
RSU Harapan Ibu, Kembangkan Bangsal Anak
PURBALINGGA‐HUMAS, Rumah Sakit Umum (RSU) Harapan Ibu, tahun 2016 mulai mengembangkan bangsal khusus anak. Pengembangan ini dikarenakan kapasitas bangsal telah melampau over kapasitas yakni 91%. Bangsal ini nantinya akan memuat 22 tempat tidur. Direktur RSU Harapan Ibu, dr Hayati Isti Fadah mengatakan sejak tahun 2015 RSU Harapan Ibu sudah over kapasita sehingga perlu penambahan kamar. Bangsal diperkirakan bisa operasionalkan pada bulan Juni “Bekas Poli lama akan kita gunakan untuk bangsal anak dengan kapasitas 22 tempat tidur, yang nantinya akan digunakan untuk klas 1, klas 2 dan klas 3” kata Hayati disela‐sela kunjungan Kerja Gubernur Jawa Tengah di RSU Harapan Ibu, Rabu (18/5). Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan R S U Harapan Ibu, menurut Hayati juga telah melakukan penambahan pelayanan medis yakni ada 13 jenis dokter spesialis. Ada pelayanan yang spesifik yakni spesialis jantung, paru dan urologi. “Pelayanan jantung masih satu minggu sekalai sedangkan untuk paru dan urologi telah setiap hari senin sampai dengan kamis jam 15.00 sampai 17.00,” kata Hayati Selaian itu untuk pengembangan lingkungan RSU Harapan Ibu juga telah menggandeng pihak ke tiga untuk pembuangan limbah B3. Sedangkan untuk limbah cair telah digunakan dengan sistem bio teknologi sejak tahun 2015. “Dan alhamdulillah hasil limbahnya bagus dan secara eksisitingnya masih terpakai 30 persen karena kapasitas untuk 300 tempat tidur dan sekarang baru
22
GubernurJawa Tengah dan Bupati Purbalingga Tinjau Pelayanan RS Harapan Ibu terpakai 124 tempat tidur,”kata Hayati Sedangkan Bupati Purbalingga, Ta s d i m e n g a t a k a n d e n g a n berkembangnya RSU Harapan Ibu maka pelayanan kesehatan di Purbalingga semakin baik. RSU swasta dengan Pemda harus bisa bersinergi dalam peningkatan pelayanan kesehatan. “Hubungan kita adalah simbosis mutualisme, saling bersinergi menjalin kerjasama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,” kata Tasdi. Tasdi menambahkan untuk mencegah kematian ibu dan anak juga akan membangun rumah sakit ibu dan anak. Pembangunan rumah sakit ini juga untuk menambahak rasio jumlah tempat tidur dengan populasi masyarakat Purbalingga. “Dengan penambahan jumlah kamar diharapkan tidak ada lagi masyarakat Purbalingga yang keleleran karena tidak mendapatkan kamar tidur,” kata Tasdi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
Pranowo mengapresiasi langkah R S U Harapan Ibu, dengan pengambangan bangsal diharapkan pelayanan semakin baik dan manusiawi. Ganjar mengakui angka kemiskinan di Jawa Tengah masih tinggi sehingga perlu ada kiat‐kiat khusus untuk menangulanginya. “Penangulangan tidak perlu melalu pendekatan yang modern tetapi lebih mengedepankan pendekatan kearifan lokal,” katanya Ganjar menggambarkan ada masyarakat di Kabupaten Wo n o s o b o ya n g m e m p u nya i rumah bagus tetapi tidak m e m p u nya i j a m b a n . H a l i n i disebabkan karena prilaku masyarakatnya apabila tidak kakinya terendam air maka tidak bisa buang air besar. “Jamban yang digenang air menjadi solusi. Selama airnya bersih dan tidak menimbulkan penyakit maka itu bisa dilakukan,” pungkas Ganjar (Sapto Suhardiyo)
Derap Perwira
KESEHATAN
Puluhan Warga Keracunan, Bupati Gratiskan Pengobatan Korban Keracunan Desa Binangun
Bupati Jenguk Korban Keracunan Masal di Puskesmas Serayu Larangan PURBALINGGA, HUMAS – Respon cepat ditunjukan oleh Bupati P u r b a l i n g ga Ta s d i . S a a t d i r i nya mendengar terjadi kasus keracunan yang menimpa sejumlah warga desa Binangun Kecamatan Mrebet, Bupati bersama sejumlah pejabat Pemda melakukan pantauan di Puskesmas Serayu Larangan, Mrebet, tempat s e j u m l a h ko r b a n m e n d a p a t k a n perawatan. Selain menjenguk korban, Bupati juga memberikan sejumlah santunan. Sabtu Sore, (21/5) puluhan warga Desa Binangun Kecamatan Mrebet mengalami pusing dan mual usai menyantap hidangan dalam sebuah kegiatan Pengajian di Desa Binangun. Diduga warga mengalami keracunan usai menyantap makanan dalam acara tersebut. Wahyo Surip, warga Binangun yang menjadi tuan rumah dan penyelenggara kegiatan menghidangkan nasi kuning dan sejumlah makanan ringan. Di Puskesmas Serayu Larangan, Bupati Tasdi menyampaikan rasa prihatin kepada para korban. Seketika
Derap Perwira
itu, Tasdi menginstruksikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga dr Nonot Mulyono, agar seluruh biaya pengobatan para korban ditanggung oleh Pemkab. “Seluruh korban kita tanggung biayanya. Termasuk yang di rumah sakit swasta,” kata Bupati Tasdi didampingi Kepala Bagian Kesra Muh Nurhadi, Camat Mrebet Bambang Wijonarko dan sejumlah pejabat lainnya. Kepala DKK dr Nonot Mulyono mengaku sudah langsung memerintahkan kepada jajaran rumah sakit dan puskesmas agar seluruh biaya p e n g o b a t a n ko r b a n k e r a c u n a n Binangun tidak ditarik biaya alias gratis. Biaya pengobatan di Puskesmas dan RSUD agar ditanggung dengan dana Jamkesdakin. “Yang berobat di Rumah Sakit Swasta, sudah kita perintahkan kepada pihak rumah sakit untuk tidak menarik biaya pengobatan. Biaya atas korban keracunan yang ditangani dapat diklaim ke Dinas Kesehatan Kabupaten,” jelasnya. Nonot menuturkan, hingga Minggu
sore ada 90 korban karacunan dewasa dan anak‐anak yang dirawat di sejumlah tempat pelayanan kesehatan. 10 korban diantaranya hanya dilakukan rawat jalan dan diperbolehkan pulang. “Yang rawat inap jumlahnya 18 orang di Puskesmas Serayu Larangan, 4 orang di PKU Muhammadiyah Bobotsari, 9 orang di RS Nirmala dan di RSUD Goeteng Tarunadibrata sejumlah 49 orang,” jelasnya. Dari pantauan Humas, kejadian bermula pada Sabtu siang (21/5) pukul 14.00 WIB dilaksanakan acara syukuran dan pengajian dirumah Wahyo Surip (35) warga Rt 5/1 Desa Binangun, Kecamatan Mrebet, yg dihadiri sekira 70 Muslimat dan anak‐anak. Acara itu berakhir sekira pukul 15.30 WIB. Malamnya, sekira pukul 23.00 banyak warga yang hadir pada saat itu merasa mual‐mual secara mendadak. Hingga Minggu dini hari (22/5), banyak anak‐anak yang ikut hadir dalam pengajian tersebut mendadak muntah‐ muntah dan buang air besar . Hingga akhirnya sejumlah warga dirujuk ke Puskesmas terdekat dan RSUD dr R Goeteng Tarunadibrata. Para korban, diduga mengalami ke ra c u n a n m e n u m a ka n a n ya n g dihidangkan saat pengajian berupa nasi kotak yang terbungkus stereofom. Nasi kota tersebut berisi nasi kuning, satu butir telor ayam balado, sayur tempe kering, kerupuk udang dan buah jeruk. Saat ini, kejadian tersebut sedang dalam penyidikan oleh Polsek Mrebet dan Polres Purbalingga. (Hardiyanto)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
237
WISATA
WISATA
kEArIFAn kulturAl trADIsI nYADrAn DI DEsA WIsAtA onjE Menikmati Kenduri Nasi Penggel dan Filosofi Pete
S
uara tembang kidung Panggel bernuansa Islami mulai menggema di pendapa balai desa Puspa Jaga, Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Kamis malam (19/5). Sesaat kemudian, lampu penerangan pun dimatikan, suasana terasa gelap. Tak lama berselang, puluhan obor bambu yang dibawa anak‐anak mengelilingi balai desa menerangi malam itu. Dipandu salah seorang warga,Sumerji (49), prosesi Nyadran Bareng malam itu pun dimulai. Ratusan warga dan tamu undangan tampak khidmat memenuhi pendapa itu. Sementara di salah satu sudut pendapa itu, nasi penggel lengkap dengan lauk pauknya siap dibawa dan diarak menuju Mesjid Sayyid Kuning, sekitar 600 meter dari balai desa itu. Usai kidung Panggel dinyanyikan dengan iringan musik gamelan, kepala desa setempat Budi Triwibowo menyerahkan satu takir nasi Paggel lengkap dengan lauk pauknya kepada salah seorang warga, Suryanto. Penyerahan nasi itu sebagai pertanda diimulai kirab nasi Panggel. “Simbol nasi Panggel sebagai ungkapan agar tetap ingat kepada Gusti Allah. Panggel, pangeling‐eling l e b et i n g p e n g ga l i h , p e n g i n gat didalam hati kita bahwa ada sang Pencipta,” kata Sumerji. Sumerji mengungkapkan, nasi penggel dibuat pulen dan dibuat seperti menggunung. Nasi itu dilengkapi dengan lauk mulai dari ayam, mie goreng, srundeng kelapa, kluban, pete, jengkol, tempe goreng, tahu goreng, dan kacang ijo yang hampir menjadi kecambah.
dan merupakan peninggalan Wali Songo. Arak‐arakan nasi penggel itu, diawali dengan obor yang dibawa anak‐anak. Suasana desa tampak gelap. Semua lampu penerangan rumah warga dimatikan. Hanya penerangan obor yang menuntun langkah arak‐ arakan itu. Sesampainya di halaman mesjid Sayyid Kuning, nasi Penggel itu diletakan di pintu utama mesjid. Sejurus kemudian, sang kepala desa Budi Triwibowo menyerahkan simbol nasi Panggel dalam sebuah takir kepada imam masjid Sayyid Kuning, Sudi Maksudi. Imam mesjid itu kemudian mendoakan agar semua umat warga Desa Onje, dan tamu yang hadir diberikan keselamatan di dunia dan akhirat, serta diberikan rejeki yang secukupnya. “Mugi‐ mugi sedoyo pinaringan keslametan, wonten ndonya lan akhirat, ugi diparingi rejeki ingkang
cekap (Semoga semuanya diberikan keselamatan di dunia dan akhirat serta diberikan rejeki yang cukup),” ujar Maksudi yang juga dikenal sebagai tokoh Islam Aboge di Desa Onje. Usai mendoakan kepada warga masyarakat, Maksudi mengajal kepala desa beserta perangkatnya serta tamu untuk mandi kungkum, di Jojok Pertelu, atau Kedung Pertelu. Tempat itu merupakan pertemuan tiga Sungai yang menyatu di Desa Onje. Mandi berendam sebagai lambang agar manusia diberikan kebersihan jiwa maupun raganya. Prosesi mandi berendam itu di sungai yang berada tidak jauh dari mesjid Sayyid Kuning itu, dipandu oleh Maksudi. Ia awalnya menyiramkan air dalam satu gayung yang telah diberi bunga melati ke arah kepala. Setelah disiramkan, kemudian para perangkat desa dan tamu menuju air yang diyakini sudah bercampur
dari tiga sungai. Usai prosesi mandi di sungai, para perangkat desa dan tamu kembali ke mesjid dan menikmati nasi penggel bersama secara kenduri. Nasi itu dimakan dengan daun jati sebagai alasnya. Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si yang diminta menyambut dalam acara itu mengungkapkan, tradisi Nyadran Bareng yang diawali mulai dari prosesi nasi panggel, hingga mandi di sungai serta makan kenduri bersama, merupakan kearifan tradisi lokal yang perlu terus dijaga. “Tradisi ini juga bisa dikemas sebagai daya tarik wisata, seperti halnya perayaan keagaman di pulau Bali,” katanya. (y)
Nasi penggel dibuat pulen dan dibuat seperti menggunung
“Lauk di nasi Panggel memang dibuat ada yang enak dan ada yang tidak enak. Lauk yang enak seperti daging ayam, sedang yang rasanya kurang enak seperti pete atau jengkol. Simbol lauk yang bermacam‐macam ini sebagai wujud bahwa hidup di dunia memang ada hal yang enak dan tidak enak. Namun, semuanya harus disyukuri. Dan lauk yang ada harus dimakan, tidak harus mengeluh,” ujar Sumerji menerangkan. Lauk itu juga memiliki makna tersendiri. Srundeng dari kelapa misalnya, melambangkan bahwa manusia harus bisa memberi warna dalam komunitasnya. Srundeng akan membuat makanan menjadi enak, dan gurih. Seperti halnya manusia,
agar bisa memberikan warna dalam kehidupan bermasyarakat yang baik. Kemudian, ada pete dan jengkol yang dipotong‐potong kecil. Makanan itu melambangkan sebagai kawula alit. “Manusia hidup di dunia pada hakekatnya hanya manusia biasa, ibaratnya seperti kaum cepethe (tidak punya apa‐apa). Semuanya tergantung kepada Gusti Allah. Semua yang melekat di dunia, akhirnya akan sirna. Jabatan dan kekuasaan juga akan tidak ada artinya, setelah manusia meninggal dunia,” ujar Sumerji. S a t u p i k u l n a s i Pe n g g e l i t u kemudian diarak menuju mesjid Sayyid Kuning. Mesjid yang usianya lebih tua dari mesjid agung Demak, Mandi kungkum, di Jojok Pertelu, atau Kedung Pertelu
24
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
Derap Perwira
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
25
GALERI FOTO
GALERI FOTO
Kaledoskop Bulan Mei-Juni 2016
Penerimaan Rekor Muri Peserta Terbanyak untuk Tari Turi-turi Putih
Peserta Tari Turi-turi Putih di GOR Goentoer Darjono
Peringatan Isro’ Mi’roj 1437 H di Pendopo Dipokusumo
Rehab RTLH di Desanasari Kecamatan Karangjambu
Pembinaan Produktivitas Kaum Divabel
26
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
Gebrak Gotong-royong di Kelurahan Bancar
Derap Perwira
Monotoring Beras
Penyerahan Bantuan kepada Ta’mir Masjid Desa Limbasari MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
27
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
Humas Pemkab, Berpartisipasi Cegah Kekerasan pada Anak dan Penyalahgunaan Narkoba P U R B A L I N G G A , H U M A S , Bagian m e n c e ga h t i n d a k ke ke ra s a n mengangkat tema ini sebagai bahan H u m a s Pe m e r i n t a h K a b u p a t e n seksual dan penyalahgunaan diskusi agar peserta diskusi bisa Purbalingga ikut berpartisipasi dalam narkoba diharapkan seluruh SKPD m e n ga m b i l m a n fa a t n y a b a g i pencegahan kekerasan terhadap anak meninggalkan egosektoralnya. keluarga, lingkungan dan d a n penyalahgunaan narkoba. Partisipasi ini dalam bentuk sosialisasi yang di kemas dengan k e g i a t a n p e r t e m u a n Bakohumas tingkat kabupaten. K e g i a t a n te rs e b u t d i i ku t i oleh 44 Satuan Kerja Pemerintah Daerah ( S K P D ) dengan tema perangi narkoba, cegah dan tangkal kekerasan terhadap anak. Pertemuan Pelaksanaan Bakohumas Pertama di Gedung Graha Adiguna B a ko h u m a s bertempat di Gedung Graha Adiguna, dibuka masyarakat,” kata Sapto Pencegahan harus dilaksanakan oleh Asisten Administrasi, Ir Gunarto, b e r s a m a ‐ s a m a , t e r p a d u , Sapto mengatakan narasumber Rabu (1/6). berasal dari Badan Narkotik (BNN) konpresensif, saling mendukung I r . G u n a r t o m e n g a t a k a n dan berkelanjutan. Kabupaten Purbalingga yang diampu pencegahan tindak kekerasan pada oleh Awan Pratama, SIP dengan Kapala Bagian Humas yang anak dan penyalahgunaan narkoba diwakili Kasubag Analisis dan topik Peranan Humas dalam gerakan b u k a n h a n y a t a n g u n g j a w a b Kemitraan Media, Sapto Suhardiyo stop narkoba. Serta Badan Keluarga pemerintah saja, namun semua mengatakan selain sebagai ajang Berencana dan Pemberdayaan steakholder yang ada. Berdasarkan silaturahmi kegiatan Bakohumas Perempuan (BKBPP) yang diampu data yang ada pada tahun 2015 juga bertujuan menyegarkan oleh Kasubid Perlindungan Anak, Ir terdapat 5,9 juta pengguna narkoba k e m b a l i p e r m a s a l a h a n ‐ Hikmastuti. dan ada 21,6 juta laporan kasus p e r m a s a l a h a n y a n g a d a d i Untuk melengkapi sosialisasi agar pelanggaran hak anak terjadi di 33 masyarakat. Kasus kekerasan lebih menarik pada kegiatan provinsi di Indonesia selama lima tahun t e r h a d a p a n a k d a n tersebut juga diputarkan dua film belakangan. pendek dengan judul mencegah penyalahgunaan narkoba menjadi “Fenomena ini tentunya harus t e m a k a r e n a t e l a h m e n j a d i penyalahgunaan narkoba sejak dini dicegah karena akan terjadi lost trending topik di media baik di dan pendidikan untuk mencegah generation, yang tentunya tidak koran, televisi maupun media pelecehan seksual pada anak. Dua pernah kita inginkan,” kata Gunarto film tersebut di ambil dari online. Gunarto menambahkan untuk youtube.com. (Sapto Suhardiyo) “Sehingga kami perlu
28
MEDIAKOMUNIKASI KOMUNIKASI&&ASPIRASI ASPIRASIKOMUNITAS KOMUNITASPURBALINGGA PURBALINGGA MEDIA
Volume104|Tahun 104|TahunXII|2016 XI|2015 Volume
Derap Perwira
Budaya Mendongeng Masyarakat Semakin Menurun PURBALINGGA, HUMAS – Saat ini, budaya mendongeng dikalangan masyarakat semakin menurun, akan tetapi budaya dari luar negeri yang tidak mendidik anak‐anak malah ada di mana‐mana. Hal tersebut berpengaruh negatif bagi tumbuh kembang anak‐anak, khususnya anak usia dini. Bagi anak‐anak, pendidikan usia dini merupakan awal pendidkan yang strategis, karen apada usia tersebut, anak masih dalam masa tumbuh kembang atau golden age (usia emas). Anak dalam usia tersebut, biasanya ingin sekali mengetahui akan sesuatu, sehingga anak‐anak perlu dilatih budaya gemar membaca. “Di Purbalingga, budaya mendongeng dari hari ke hari, tahun ke tahun malah semakin menurun. Sedangkan budaya‐buday dari luar dengan mudahnya kita melihat, bahkan banyak film ana‐anak yang tidak terlalu mendidik bagi anak‐ a n a k ,” t u t u r Wa k i l B u p a t i PurbalinggaDyah Hayuning Pratiwi saat membuka Workshop Mendongeng Kreatif dengan Media Wayang Kulit untuk guru Pendidikan Usia Dini (PAU D) se‐Kabupaten Purbalingga yang diikuti 36 guru PAU D perwakilan kecamatan di Pendapa Cahyana Sabtu (4/6). Menurut wabup, dengan banyaknya unsur‐unsur budaya dari luar dan sedikitnya unsur budaya dari dalam negeri , hal tersebut berpengaruh negatif terhadap anak‐ anak. Sedangkan mendongeng merupakan media paling efektif untuk memberikan nilai positif kepada anak‐anak. Karena dengan mendongeng apalagi dengan media budaya seperti wayang kulit, hal tersebut dapat mentransfer nilai positif seperti nilai budaya, agama, dan nilai sosial kepada anak‐anak. “Media mendongeng lebih
Derap Perwira
Kidalang Menyerahkan Wayang kepada Wakil Bupati sebagai kenang-kenangan
menarik bagi anak‐anak, karena dengan mendongeng nilai‐nilai yang disampaikan akan lebih mudah dicerna oleh anak‐anak. Berbeda denagn mengajarkan dengan cara‐ cara biasa/monoton, biasanya tidak menarik bagi anak‐anak. Akan te tapi dengan mendongeng sambil bercerita, apalagi dengan media wayang, hal ini akan lebih menarik ,”tuturnya. Melalui kegiatan tersebut, tandas wabup, diharapkan mampu memiliki nilai positif dalam hal membentuk karakter dan meningkatkan daya imanjinasi serta kreatifitas anak juga m e n i n g kat ka n wawa s a n a n a k . Sehingga atas prakarsa seniman dan insan pendidik yang sudah peduli dengan peningkatan nilai budaya kepada anak‐anak, pemerintah kabupaten (pemkab) Purbalingga mengapresiasi kegiatan tersebut. Selain tidak dipungut biaya, hal tersebut juga merupakan kepedulian dan wujud nyata dalam rangka menghidupkan kembali budaya dongeng di Purbalingga. “Tentunya atas nama pemerintah kabupaten, saya berharap agar kegiatan ini membawa manfaat k h u s u s nya u nt u k m e m b e r i ka n
motivasi bagi guru‐guru PAUD agar dapat meningkatkan ketrampilan dan kemampuan khusunya dalam hal mendongeng. Sehingga nantinya ilmu tersebut dapat ditransfer atau diimplementasikan kepada anak‐anak didik khususnya anak‐anak PAUD yang ada di Kabupaten Purbalingga,”tandasnya. Ketua Dewan Kesenian P u r b a l i n g ga H a r y o n o S u k i ra n m e n j e l a s ka n , b a h wa ke g i ata n tersebut, dalam rangka meningkatkan budaya mendongeng bagi guru‐guru PAUD dan diikuti peserta dari kecamatan dengan mengirimkan dua orang guru terdiri dari satu guru taman kanak‐kanak (TK) serta guru kelompok bermain. Tujuannya adalah agar guru PAUD tambah kreatif dalam menghadapi lomba di tingkat provinsi dapat mengharumkan nama Purbalingga. Sedangkan media yang digunakan dalam kegiatan tersebut dengan menggunakan kesenian wayang kulit. “Selain sebagai salah satu cara untuk membentuk karakter melalui suara dan gerakan wayang, juga sebagai pengetahuan tentang fungsi musik,”jelasnya. (Sukiman)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
29
OPINI
OPINI
Dampak Menggunakan Gadget Bagi Remaja Oleh : Mumpuni Boronida Pospitatik (Mahsiswi UNDIP)
M
anusia di zaman sekarang berada pada masa serba canggih. Informasi dan pengetahuan dari penjuru dunia dapat diakses dengan mudah. Sangat menguntungkan masyarakat bisa melalui aktivitas browsing dengan menggunakan perangkat canggih yaitu gadget. perangkat gadget sudah menjamur di masyarakat, bahkan di kalangan anak – anak sudah pandai dan mahir dalam mengoprasikan gadget tersebut. Penggunaan gadget bukan hal yang baru lagi bagi kalangan remaja. Gedget bukan hanya digunakan untuk sebagai alat komunikasi saja, namun dapat digunakan untuk mengisi waktu luang, seperti bermain game, mendengarkan musik, browsing,
30
menyimpan foto atau video. Namun, tidak jarang menggunakan gadget dengan negatif, seperti menyimpan foto atau video pornografi, dan bully yang sering di lakukan remaja terhadap temannya yang di anggap lebih lemah dari dia. Hampir seluruh remaja memiliki gadget. Remaja yang memiliki gadget selalu membawanya kemana saja bahkan ke sekolahpun dibawa. Tidak jarang para remaja menggunakannya saat jam pelajaran. Penggunaan gadget untuk sms, internetan, game, musik, facebook, twitter, line, bbm, whatsapp, path, aks.fm, instagram, snapchat, dan social media lainnya bahkan untuk tindakan asusilapun dapat terjadi yang di gunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Sungguh miris melihat kejadian seperti itu yang dilakukan oleh kalangan remaja tanpa pengawasan dari orang tua dan bapak ibu guru disekolah. Lebih dari 90% remaja menggunakan gadget dalam keseharian mereka. Para remaja s a n gat s u l i t m e n j a l a n ka n aktivitas mereka tanpa menggunakan sebuah gadget. Mereka sudah sangat tergantung bahkan sudah ke c a n d u a n d a l a m menggunakan gadget. Sehingga sangat sulit bagi mereka untuk menjalankan aktivitas tanpa menggunakan gadget. Gadget selalu digunakan
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
oleh kalangan remaja. Ada banyak alasan remaja yang selalu menggunakan gadget. Gadget menjadi suatu pilihan dikarenakan bisa menjadi alat komunikasi yang mudah. Dengan terhubung dengan internet baik melalui s a ra n a w i f i a ta u p u n p a ke t d a ta memudahkan untuk mendapatkan informasi maupun hiburan. Gadget di pilih oleh kalangan remaja juga karena bentuknya yang simpel, kecil praktis serta mudah dibawa kemana saja. Karena banyak kegunaannya maka Gadget manjadi pilihan bagi remaja untuk sarana komunikasi dan mencari informasi disana. Penggunaan gadged tidak secara terus menerus berdampak positif namun juga dapat berdampak negative bagi remaja. Apalagi jika remaja tersebut tidak dapat menggunakan gadget dengan sebaik – baiknya alhasil bisa terjerumus ke dalam dampak negatife penggunaan gandget yang diantarannya: Dengan canggihnya fitur – fitur yang disediakan oleh gadget seperti: kamera, pemainan (game) yang akan membuat
Derap Perwira
para remaja sungkar menerima pelajaran di sekolah? Tidak jarang mereka disibukkan dengan menerima panggilan, sms, miscall dari teman – teman bahkan dari keluargannya sendiri. Lebih parah lagi apabila menggunakan gadget untuk menyontek (curang). Kalo hal seperti ini terus menerus dibiarkan maka remaja akan diperbudak oleh kecanggihan teknologi. Seharusnya kalangan remaja dapat bersosialisasi dengan teman seumurannya. Tapi dengan remaja yang sudah kecanduan gadget mereka akan lebih senang menggunakan gadgetnya dibandingkan berkumpul dengan teman seumurannya. Bermain gadget dalam durasi yang panjang dan digunakan setiap hari secara kontinyu atau terus menerus bisa membuat para remaja berkembang menjadi pribadi yang antisocial. Ingat ! Remaja termasuk ke dalam salah satu incaran tindakan kejahatan. Maka sebab itu remaja harus hati – hati dalam lingkungan sekitarnya. Selain sebagai kontrovesi di berbagai dampak negatife dari gadget, efek radiasi merupakan efek buruk dalam kesehatan tubuh. Gadget mengandung zat radio aktif yang mampu berpindah ke suatu zat lain (tubuh manusia) tanpa melalui suatu perantara. Semakin canggihnya gadget remaja menjadi semakin banyak pengeluaran yang digunakan untuk gadgetnya. Remaja dapat mengeluarkan biaya 50.000 – 100.000 per bulan hanya untuk gadgetnya. Ketika keluar gadget terbaru yang lebih cang gih daripada sebelumnya, mereka pun merengek – rengek meminta kepada orang tua, padahal mereka sebenarnya belum mengatahui benar tentang fitur – fitur yang di berikan kepada
Derap Perwira
hp tersebut. Menciptakan lingkungan yang tidak sehat. Karena, kita akan merasakan iri, minder, malu, apabila k i t a t i d a k m e m p u ny a i ga d g e t sedangkan teman – teman sudah mempunyai gadged, atau bahkan akan menimbulkan gap antara gank hp keren, dan gank hp jadul atau yang tidak memiliki. Penyalahgunaan Gadget yang selalu digunakan oleh remaja dapat mempengaruhi prestasi belajar siwa. Hal tersebut dapat terjadi jika remaja tidak bisa menghindari penyalahgunaan gadget. Maka dari itu, pelajar melakukan tindakan untuk menghindari penyalahgunaan gadget. Kita harus berani menolak ajakan teman untuk menyimpan maupun melihat hal – hal yang menyangkut pornoaksi dan pornografi, karena akan menimbulkan dampak negatife
dan sangat rentan untuk dicoba coba mereka yang masih labil. P ih a k s eko la h s eh a r u s nya memberikan peraturan yang tegas bagi siswannya agar tidak menyalakan gadget atau menggunakan gadget ketika proses belajar mengajar berlangsung, apabila siswa melanggar peraturan tersebut pihak sekolah memberikan sanksi yg jera agar tidak diulangi siswanya. Penggunaan gadget yang terlalu lama dapat menimbulkan hal – hal negatif, maka sebaiknya yang sering menggunakan gadget untuk hal yang tidak penting, seperti game, bully, melihat yang tidak pantas untuk diliat dihilangkan, namun gunakan gadget seperlunya dengan bermanfaat.
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
31
TOKOH
TOKOH
Tokoh
Pendidikan
Profesor Doktor Soegarda Poerbakawatja
P
rofesor Doktor Soegarda Poerbakawatja adalah tokoh pendidikan dan putra Purbalingga asli, tepatnya dari desa Prigi kecamatan Padamara (dulu Kecamatan Kalimanah). Sebagai penghargaan atas jasanya, namanya diabadikan menjadi nama sebuah museum dan perpustakaan daerah Purbalingga. Sebuah patung yang menggambarkandirinya menggambarkan dirinyaterpasang terpasang
32
didepan gedung museum yang terletak di sebelah utara alun alun kota Purbalingga. Soegarda lahir pada hari Saptu Manis 15 April 1899, Sebagai pejuang pendidikan ia mulai sejak jaman Kolonial Belanda ia juga dekat dengan tokoh di bidan pendidikan dan pahlawan nasional lain diantaranya Ki Hajar Dewntoro. Sepertinya Sepertinya Ki Hajar Ki Hajar Dewntoro, Dewntoro,
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
seluruh seluruh hidup Soegarda hidup Soegarda juga jdiabdikan u g a d i adibbidang d i k a npndidikan. di bidang pndidikan. Anak ke Sembilan dari tiga belas Anak bersaudara ke Sembilan itu, mulai dari tiga belas mengajar bersaudara setelah lulusitu, sekolah mulai mengajar guru (kweekschool) setelah lulus pada sekolah guru jaman(kweekschool) Belanda tahun pada 1921. jaman Belanda Pada masa tahun Jepang 1921.dan Padaawal masa Jepang kemerdekaan, dan awal putra kemerdekaan, kepala putra desa Prigi kepala ini menjadi desa Prigiguru ini menjadi SMA guru (waktu SMA itu (waktu namanya itu AMS namanya = Algelmene AMS = Algelmene Middelbare Middelbare School) School) d i Yo g ya di ka Yogyakarta. r ta . Ke mKemudian udian menjadi Kepala KepalaUrusan Urusan Sekolah Sekolah sekolah sekolah Kementerian KementerianPPPP& & K K tahun t a h u n1946. 1 9 4Tiga 6 . Ttahun i g a tkemudian ahun diangkat kemudian sebagai diangkat Sekretaris sebagai Panitia Sekretaris Penyelidik Panitia Penyelidik Pengajaran, yang Pengajaran, diketahui yangoleh diketahui Ki Hajar Dewantoro. oleh Ki Hajar Dewantoro. Pada Pada tahun tahunitu ituia iajuga juga tturut u r u t mendirikan, m e n d i r i ka n ,kemudin ke m u d i n menjadi m e n j a d anggota i a n g g odewan ta dew curator an Universitas curator Universitas Gajah Gajah MadaMada (UGM) Yogyakarta. (UGM) Yogyakarta. Inspektur Inspektur Jenderal Kementerian Jenderal Kementerian PP & K pada PP & jaman K Mochamad pada jaman Mochamad Yamin ini,Yamin dikenal pula ini, dikenal sebagai konseptor pula sebagai pendirian Perguruan konseptor pendirian Tinggi Pendidikan Perguruan Guru (PTPG), Tinggi Pendidikan yang kelak Guru (PTPG), menjadi Institut yang kelakKeguruan menjadi dan Institut Ilmu Pendidikan Keguruan dan (IKIP). IlmuBahkan Pendidikan ia turut merintis (IKIP). Bahkan dan ia sekaligus turut merintis menjadi guru dan sekaligus besar luarmenjadi biasa diguru PTPG B besar a n d uluar n g y biasa a n g mdi eru P Tp Pa G kan Bandung realisasiyang pertama merupakan gagasannya. realisasi Tahun pertama 1958 atas gagasannya. permintaan Tahun Departemen 1958 ataAgama, s p e r miai nta diangkat a n D e psebagai a r te m eguru n Agama, besar FKIP ia diangkat Muhammadiyah. sebagai guru besar FKIP SMuhammadiyah. etelah bertugas manyiapkan S e t e Universitas l a h b e rSyahkuala t u g a s di manyiapkan Banda Aceh, Universitas ia diangkat Syahkuala menjadi di Banda dosen Aceh, Universitas ia diangkat Indonesia menjadi (UI) dosen padaUniversitas tahun 1961. Dalam Indonesia tahun(UI) itu pada tahun 1961. Dalam tahun itu
Derap Perwira
p u l a , pula, S o e gSoegarda a r d a m emenerima nerima penghargaan dari Presiden Sukarno berupa Satyalencana Karya Tingkat II. Soegarda juga pendiri dan Rektor Universitas Cendrawasi (Uncen) di Jayaoura selama empat tahun, sejak tahun 1963. Gelar Doktor Hanoris Causa diterimanya dari universitas itu tahun 1977. Masih pada tahun yang sama, ia juga menerima penghargaan dari Presiden Suharto (jaman Orde Baru) sebagai Perintis Pengembangan Pendidikan Tinggi. Setahun kemudian dinyatakan sebagai Tokoh Pendidikan oleh Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (I K I P) Jakarta. Soegarga juga rajin menuangkan ide – idenya dalam tulisan. Karya karyanya antara lain: Aliran – aliran baru dalam pendidikan (1957), Pendidikan dalam alam Indonesia (1970) dan Ensiklopedia Pendidikan (1978). Dalam pernikahannya dengan Suryati, Soegarda menjadi ayah 12 anak, yang memberinya 40 cucu, dan dua puluh Sembilan cicit. Tokoh pendidikan ini kemudian wafat pada hari Jumat Pon, 7 Desember 1984, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam usia 85 tahun. Jenazahnya dimakamkan di pemkaman umum desa Prigi kecamatan Kalimanah, bersama isterinya isterinyayang yang meninggal meninggal
Derap Perwira
Kamis Pahing Kamis23Pahing September 23 September 1983. 1983. Purwoko Soegarda, putra sulungnya Purwoko Soegarda Soegarda, Poerbakawatja putra ke sulungnya p a d a pSoegarda e n u l i s mPoerbakawatja e n g i s a h ka n kehidupan ke p a d a p eayahnya. n u l i s m eMenurutnya, n g i s a h ka n skehidupan e m a s a mayahnya. a s i h m u dMenurutnya, a aya h nya terkenal s e m a s a disiplin m a s i hdank m u deras a aya di dalam h nya pekerjaan terkenal disiplin maupun dank keluarganya. eras di dalam Sebagai pekerjaankepala maupun rumah keluarganya. tangga, Soegarda Sebagai kepala juga tidak rumah pernahtangga, terlalu memikirkan Soegarda juga soal tidak materi pernah dalam terlalu bekerja. memikirkan soal materi dalam bekerja. “Sampai tua dan meninggal bapak b “Sampai e l u m ptua e r dan n a hmeninggal mampu m b aepm a kb eblei l ur m u mpaehr .n aKha lm a au m p up u n menempati m e m b e l i rumah, r u m a h itupun . K a l akarena upun dibelikan,” menempati kata rumah, Purwoko. itupun Namun karena sebagai dibelikan,” orang kata yang Purwoko. keras, Purwoko Namun m sebagai e n i l aorang i a y a yang h n y akeras, m a s iPurwoko h mau menerima m e n i l a i a yjawaban a h n y a myang a s i h tidak mau disenangi menerima dari jawaban anak yang – anaknya. tidak Artinya disenangi bapak daritidak anak alergi – anaknya. terhadap kritik, Artinyasehingga bapak tidak mau menerima alergi terhadap kritik dari kritik,keluarga, sehingga jika mau dirinya menerima berbuat kritik salah. dari keluarga, Misal anak jika– dirinya anak memarahi berbuat baapak salah. Misal juga mau anakmenerima. – anak memarahi baapak juga S e mmau e n menerima. tara itu putra Soegarda S e yang m e n tlain, a r a yaitu i t u pWijaya utra Soegarda Soegarda mengungkapkan, yang lain, yaitu ayahnya Wijaya adalah Soegarda orang mengungkapkan, yang terus memikirkan ayahnya dunia adalah orang pendidikan yang terus sampai memikirkan akhir hayatnya. dunia pendidikan Katanya, bapak sampaipernah akhir berpesan, hayatnya. agar Katanya, kita bapak jangan pernah pernah meragukan berpesan, agar generasi kita berikut, jangan pernah karena meragukan generasi berikut, karena
generasigenerasi berikutberikut dilengkapi dilengkapi oleh Tuhan oleh Tuhan dengan dengan otak yang otaklebih yang cerdas. lebih N cerdas. a l u r i Naluri y a n g yang l e b i lebih h b abaik, i k , ddan an kemampuan untuk menyerap situasi yang lebih baik juga, katanya. Menurut Wijaya sebagai generasi terdahulu yang akan digantikan, penerus, wajib mewariskan pengetahuan yang baik dan juga budi pekerti luhur karena generasi penerusnyalah yang mempunyai kehidupan. Selanjutnya Budi Soegarda, putra Soegarda lainnya mengatakan, saat ini wahana pendidikan sudah mulai berkembang. Koleksi museum dan perpustakaan Soegarda Poerbakawatja Purbalingga juga sudah mulai banyak, penataannya rapi dan keterangannya jelas. Semakin hari tentu ruangannya harus semakin diperlebar karena jumlah barangnya semakin bertambah banyak. Kamudian kata Budi, perlu juga adanya informasi – informasi yang disimpan dalam computer. Sehingga para pengunjung nantinya dapat melihat kembali melalui computer dan menghayati sejarah kabupaten Purbalingga. Hari ini mungkin sebagai bahan refleksi diri, kedepannya mau seperti apa. Sejarah dapat dijadikan ide dasar untuk menatap masa depan. (Triatmo)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
33
INFRASTRUKTUR
Bupati Tambal Jalan Rusak
Proyek Pelebaran Jalan
INFRASTRUKTUR
Gondang – Karangjambu Dihentikan Bupati
Bupati Turun Langsung Melakukan Penambalan Jalan Bupati Bongkar Cor Jalan yang tidak sesuai Bestek
P
URBALINGGA, HUMAS – Bupati Purbalingga Tasdi tak segan‐segan turun langsung memegang sekop untuk menambal jalan rusak dan berlubang di Purbalingga. Hal itu dilakukan Bupati agar ada percepatan pemeliharaan jalan, sehingga saat arus mudik lebaran tak ada lagi jalan yang rusak dan membahayakan masyarakat. “Saya minta DPU memanfaatkan waktu puasa ini untuk menambal dan memperbaiki kerusakan jalan yang ada di sejumlah titik. Saya targetkan H‐7 lebaran semua jalan sudah mulus dan aman dilalui pengendara,” ujar B u p a t i Ta s d i s a a t m e l a k u k a n pemantauan jalan di wilayah kabupaten Purbalingga, Minggu (5/6). Saat memantau pemeliharaan jalan di Simpang Empat Sirongge, Kecamatan Purbalingga, Bupati Tasdi langsung meminta sekop dari pekerja DPU untuk membantu menabur aspal
34
di jalan itu. Aksi Bupati kemudian diikuti oleh Ketua DPRD Tongat dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sigit Subroto. Bupati menjelaskan, kondisi semua jalan mulai jalan utama arus mudik dan balik lebaran, jalur wisata dan ruas jalan utama lainnya di Purbalingga harus bebas lubang. Terkait jalan yang masuk ke dalam proyek yang dilelangkan, Bupati juga meminta kepada DPU untuk tetap menambalnya, jika rekanan yang memenangkan proses lelang tak kunjung menambalnya. Nantinya, lanjut Tasdi, bila sudah dikerjakan rekanan, tinggal memotong saja dana yang dicairkan untuk mengerjakan proyek itu. “Pokoknya saya tidak mau ada keluhan dari masyarakat Purbalingga. Apalagi sebentar lagi banyak warga perantauan yang mudik merayakan lebaran di Purbalingga,” katanya.
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
Diakui Kepala DPU Sigit Subroto, saat ini pihaknya tengah melaksanakan pemeliharaan rutin jalan di sejumlah titik diseluruh wilayah kecamatan di kabupaten Purbalingga. Pekerjaan jalan tersebut menggunakan alokasi anggaran pemeliharaan rutin pada APBD 2016 sebesar Rp 500 juta. “Sesuai perintah Pak Bupati, ruas jalan yang diproyekan juga akan kita tambal dulu. Agar target H‐7 lebaran seluruh jalan sudah mulus, bisa tercapai,” jelasnya. Ditambahkan Sigit, setiap hari tim pemeliharaan jalan dari DPU terus berjalan untuk menambal seluruh ruas jalan yang berlobang. Pada H‐7 lebaran, pihaknya juga akan menghentikan semua aktifitas pekerjaan jalan, agar tidak mengganggu arus mudik lebaran. (Hardiyanto)
Derap Perwira
PURBALINGGA, HUMAS – Proyek pelebaran jalan dan pelapisan ulang jalan Gondang – Karangjambu sepanjang 6,3 kilometer dihentikan sementara oleh Bupati Purbalingga Tasdi. Pasalnya, pekerjaan proyek itu, khususnya untuk pekerjaan pelebaran jalansepanjang 300 meter di komplek depan kantor Kecamatan Karangjambu tidak sesuai standar. Saat meninjau pekerjaan tersebut bersama Ketua DPRD Tongat dan sejumlah pimpinan SKPD, Rabu (1/6), Bupati Tasdi sempat dibuat geram atas ulah kontraktor yang menggarap proyek tersebut. Ia lalu menguji tingkat kekerasan cor untuk pelebaran jalan itu menggunakan linggis. Ternyata hasilnya mengecewakan. Cor tersebut pecah dan ditemukan banyak batu sebesar kepalan tangan di dalamnya. “Ini bagaimana, pasti tidak sesuai spek (spesifikasi teknis-red). Seperti tidak ada semennya. Saya dapat laporan katanya disini ngecornya manual. Harusnya kan pakai cor ready mix. Saya minta dihentikan. Harus dibongkar dan diganti sesuai spek,” tegasnya. Tidak hanya itu, Bupati juga meminta seluruh proyek pelebaran jalan yang menggunakan cor harus digarap
Derap Perwira
sesuai spek. Ia bahkan meminta Camat dan masyarakat ikut mengawasi dan melaporkan kepada dia jika ada kontraktor yang nakal. Senada dengan Bupati, Ketua DPRD Purbalingga Tongat setuju untuk menghentikan sementara proyek senilai Rp 3,5 milyar itu. Ia juga meminta kontraktor untuk membongkar dan menggantinya sesuai spek. “Cor seperti ini kalau tetap diaspal pasti akan cepat rusak. Ini sudah tidak benar. Ganti dengan cor ready mix. Soal lokasinya jauh, itu jadi urusan kontraktor,” tandasnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Purbalingga Sigit Subroto mengaku segera memanggil kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut. Sesuai instruksi Bupati, proyek itu dihentikan sementara meski saat ini tahapan pengerjaan tinggal dilakukan pelapisan ulang. Menurut Sigit, sesuai perencanaan, cor untuk pelebaran jalan sepanjang 300 meter hanya di area depan kantor Kecamatan karangjambu. Pada perencanaan awal memang harus menggunakan cor ready mix, namun karena jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit, penyedia ready mix menolaknya. Akhirnya dari konsultan perencanaan
diputuskan untuk menggunakan cor beton siklop. “Jenis cor itu tidak menyalahi aturan. Namun karena kualitasnya dibawah standar tetap kami hentikan sementara dan meminta kontraktor untuk membongkar dan mengganti yang tidak sesuai spek,” jelasnya. Terkait sudah datangnya alat berat untuk melapis aspal, Sigit akan meminta kontraktor menggarap pelapisan aspal pada area yang tidak dilakukan pelebaran terlebih dahulu. Sehingga pengerjaan bisa selesai semua. Sedangkan lokasi pelebaran harus dibongkar dan diganti dengan kualitas sesuai spek. (Hardiyanto)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
35
INFO PEMKAB
P
urbaling ga adalah satu wilayah yang rawan bencana alam. Mulai dari banjir, gunung meletus, gempa bumi, tanah longsor, sampai angin puting beliung. Bencana banjir, tanah longsor sering terjadi dimusim penghujan. Gempa bumi, gunung meletus bisa sewaktu‐waktu terjadi Menyadari bahwa kita tinggal di daerah yang rawan bencana yang sewaktu‐waktu bisa melanda tanpa kita duga, maka kita harus menyikapinya dengan bijak. Kepanikan dan ketakutan yang berlebihan tidak akan menyelamatkan kita dari bencana. M e n ga n t i s i p a s i d a ta n g nya bencana alam yang tidak terduga maka masyarakat perlu tips‐tips dalam menghadapi bencana alam. Diharapkan ketika bencana datang, nantinya akan bertindak tepat, efektif dan efesian. Tips‐tips ini diharapkan dapat membantu anda dan keluarga anda agar selalu siap ketika terjadi bencana dan bisa dievakuasi secepat mungkin bila diperlukan. 1. Pastikan surat‐surat berharga anda yang asli telah tersimpan dalam plastik yang rapat, misalnya terjadi banjir atau gempa bumi, akan terlindungi. 2. Siapkanlah nomor telpon atau email bersama yang bisa dihubungi setiap anggota keluarga ketika hal‐ hal darurat terjadi. 3. A j a r k a n l a h ke p a d a s e t i a p a n g g o ta ke l u a rga b a ga i m a n a melepas selang tabung gas kompor anda dengan benar. Ajarkanlah juga cara memutus arus listrik dengan aman. Hal ini untuk berjaga‐jaga jika hal darurat terjadi. 4. Selalu sediakanlah uang tunai di dompet anda, seandainya ketika terjadi bencana yang mengakibatkan layanan kartu kredit maupun kartu atm tidak berfungsi dan Bank juga tutup, setidaknya anda masih memiliki uang tunai di
36
Cara Mengantisipasi Terjadinya Bencana Alam
INSPIRASI
MENGELOLA SAMPAH MENJADI BERKAH ( Ada Kelas Alat Peraga Murah (APM) di SD Negeri 2 Blater )
S
dompet anda. 5. Rancanglah bersama seluruh anggota keluarga anda jalur evakuasi yang akan diambil jika bencana alam terjadi. Ketika situasi darurat terjadi, anda dan anggota keluarga anda tidak menghabiskan waktu kebingungan mencari jalur evakuasi. Ikutilah arahan pemerintah setempat dalam hal evakuasi ini. 6. Siapkanlah sebuah boks atau wadah tempat menyimpan perangkat‐perangkat darurat yang selalu dibutuhkan ketika anda menghadapi situasai darurat ketika bencana melanda. Istilahnya semacam “emergency kit” atau p e ra n g ka t s e p e ra n g ka t a l a t darurat. Kotak ini bisa anda isi dengan berikut ini : a. Air mineral dalam botol paling tidak 2 liter yang mudah anda bawa ketika situasi darurat terjadi. b. Makanan yang tidak akan basi, semisal biscuit, makanan dalam kaleng, makanan kering, mie instan dan sejenisnya. Pastikan anda mengganti makanan dan air mineral dalam kotak darurat ini setiap 6 bulan sekali dengan yang baru. c. Lampu baterai serta baterai cadangannya. Ingat, seringkali ketika terjadi bencana alam,
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
listrik juga ikut padam. d. R a d i o b e r t e n a ga b a t e ra i disertai baterai cadangannya. Informasi menjadi sangat penting dalam situasi darurat bencana. Informasi evakuasi, informasi orang hilang, dan informasi bantuan bencana. e. Kotak PPPK f. Kunci duplikat kendaraan dan pintu rumah anda. g. Uang tunai dalam jumlah yang cukup, misalnya 1 lembar uang seratus ribu. h. Daftar kontak darurat semisal nomor telepon SAR, ambulan, rumah sakit, kepolisian terdekat, kerabat, dan sejenisnya. Pastikan kotak darurat ini terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibawa, di simpan di tempat yang mudah anda jangkau ketika situasi darurat terjadi, misal di dekat pintu keluar depan dan belakang rumah anda. Hal‐hal di atas mungkin sepele, tetapi akan sangat bermanfaat ketika situasi darurat terjadi. Bencana alam memang tidak pernah kita harapkan, akan tetapi alangkah bijak jika kita sedini mungkin mengantisipasi resiko te r j a d i nya b e n c a n a . M u d a h ‐ mudahan tips‐tips tanggap darurat di atas bermanfaat. (*diambil dari berbagai sumber)
Derap Perwira
ampah selalu menjadi permasalahan yang berkepanjangan di berbagai daerah, demikian juga di Purbalingga. Sering kita membaca berita di media cetak maupun elektronik tentang demo massa yang protes karena merasa terganggu dengan kehadiran TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) yang sebelumnya dianggap sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan sampah. Di Bogor misalnya, masyarakat sekitar TPA melakukan
sebagai limbah sekolah ini hanya dimusnahkan dengan dibakar atau ditimbun saja, tanpa ada pemanfaatan lebih lanjut. Tak ayal lagi kepulan asap yang membumbung tinggi acap kali membuat penduduk sekitar geram, apakah tidak ada cara lain yang lebih baik. Apakah sampah hanya bisa menjadi limbah yang menyebabkan p e n g h u n i ny a r e s a h ? A p a ka h sampah hanya bisa dimusnahkan begitu saja tanpa sedikitpun ada
kembali masuk ke kelasnya masing‐ masing meninggalkan sampah‐sampah bekas bungkus jajan yang dibiarkan liar berserakan di halaman sekolah. Rupanya semangat disiplin untuk mematuhi slogan 'buanglah sampah di tempatnya' yang terpampang di sudut sekolah kurang ditaati oleh para siswa. Alhasil lingkungan sekolah menjadi kotor dan kumuh serta terkesan tidak berpenghuni. Sebenarnya, sampah sebagai limbah sekolah ini apabila dikelola
protes karena tempat pembuangan sampah yang dekat dengan pemukiman penduduk m e n i m b u l ka n b a u ya n g s a n ga t mengganggu serta mencemari air yang dikonsumsi masyarakat setiap hari. S e ko l a h s e b a g a i ' i n d u s t r i ' pendidikan atau 'bengkel' ilmu pengetahuan tentunya menghasilkan sampah setiap hari, baik cair maupun padat, kertas maupun plastik. Sebagian besar sekolah belum mengelola sampah ini dengan baik. Seperti halnya yang terjadi di SD Negeri 2 Blater Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. Awalnya sampah‐sampah
manfaat bagi pemiliknya? Ketika pertama kali penulis menginjakkan kaki di halaman SD Negeri 2 Blater Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga, suasananya memang terasa sejuk. Halaman yang dikelilingi pohon‐ pohon besar seolah melindungi tanaman bunga yang tumbuh rimbun di dalamnya. Ketika jam istirahat tiba, berhamburanlah anak‐anak dari dalam kelas keluar menuju tempat penjual jajan yang parkir di depan sekolah. Tak berapa lama kemudian jam istirahat pun usai, anak‐anak
dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi kemajuan dan peningkatan mutu sekolah. Salah satu cara pengelolaan sampah telah dilakukan di S D Negeri 2 Blater Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. Seperti telah dipaparkan di atas, ketika mendapati halaman sekolah penuh dengan tumpukan sampah, kepala sekolah segera mengerahkan wa rga nya u nt u k m e m b e rs i h ka n sampah‐sampah tersebut.
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
37
INSIPRASI
INSIPRASI
Teta p i te r nyata re s p o n sesaat yang tidak terprogram ini kurang membuahkan hasil yang optimal. Sampah tetap ada, tempat pembuangan sampah di belakang sekolah cepat menggunung karena penjaga sekolah tidak segera membakarnya. Ketika dibakar, asap hitam mengepul di area sekolah sehingga mengganggu warga sekolah dan masyarakat di sekitarnya. Segeralah kepala s e ko l a h s e b a ga i m a n a ge r mengambil kebijakan dengan sebuah program yang diberi nama “Lisa Batuku”, Sekilas Tentang 'Lisa Batuku' Sebelum kita uraikan lebih jauh mengenai Program Lisa Batuku ada baiknya kita samakan persepsi dahulu mengenai limbah sekolah. Yang dimaksud dengan limbah sekolah adalah sampah‐ sampah yang ditimbulkan sebagai akibat adanya aktivitas di sekolah. Bisa berupa buku‐buku dan kertas bekas atau sampah bekas jajan siswa yang setiap hari pasti dihasilkan dalam jumlah yang tidak sedikit, biasanya berupa plastik atau kertas. Oleh petugas kebersihan atau penjaga sekolah sampah‐sampah ini biasanya hanya dimusnahkan dengan dibakar atau dimasukkan ke dalam lubang. Alhasil paling hanya menghasilkan asap atau bau yang tidak sedap. Dengan Program 'Lisa Batuku' sampah‐ sampah ini bisa disulap menjadi media pembelajaran sekaligus dapat menghasilkan uang sebagai salah satu sumber pendapatan sekolah. “Lisa Batuku” adalah sebuah akronim, singkatan dari li = lihat, sa = sampah, ba = baca, tu = tulis, ku = kumpulkan. Apabila seorang siswa mendapati atau melihat (li) sampah (sa) di sekolahnya maka perlakuan terhadap sampah
38
tersebut adalah dibaca (ba), ditulis (tu) baru dikumpulkan (ku). Membuangnya pun tidak sekedar dimasukkan ke dalam tempat sampah, tetapi dimasukkan ke dalam karung yang sudah dipersiapkan khusus untuk menyimpan sampah plastik dan kertas. Kalau perlu karung ini diberi label kelas, misalnya I untuk kelas 1, II untuk kelas II dan seterusnya. Karung‐karung ini d i n a m a ka n b a n k s a m p a h . C a ra pengumpulannya pun ada aturanya, yaitu dipisahkan antara sampah yang masih bisa dipakai dan yang benar‐ b e n a r s a m p a h ya n g t i d a k b i s a dimanfaatkan lagi. Dipisahkan pula antara sampah plastik dan kertas, siapa tahu sampah‐sampah ini laku dijual atau bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat. Memang pada awalnaya sampah‐ sampah ini hanya dijual ke pengusaha rongsok. Setelah karung‐karung tersebut penuh, datanglah mobil pengangkut dari pengusaha rongsok atau besi tua terdekat. Sampah‐ sampah ini dibeli dengan harga kiloan. Lumayan dapat menambah pendapatan sekolah. Di samping itu, hal ini adalah wujud dari kerjasama sekolah dengan DUDI (dunia usaha dan dunia industri) yang telah lama kita kenal dalam pengembangan MBS (Management Berbasis Sekolah). Bagaimanakah sampah bisa
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
mendorong meningkatkan kwalitas pemebelajaran? Ketika seorang siswa mendapati seonggok sampah di hadapannya misalnya bekas bungkus jajan , yang harus dilakukan pertama kali adalah memungut dan menbacanya. Lalu apa yang dibaca tadi ditulis di buku tugas sebagai bukti bahwa ia telah mengerjakan tugas portofolio hari ini. Ketika hendak pulang siswa harus menceritakan apa yang telah ditulis dan dibacanya pada sampah tadi. Tugas ini sebagai prasyarat bagi siswa untuk bisa pulang. Bagi siswa yang belum berkesempatan membacakan hasil catatannya hari ini maka masih ada kesempatan membacakannya pada pagi keesokan harinya. Apabila kemarin sebagai prasyarat bagi siswa untuk pulang, kali ini sebagai prasyarat bagi siswa tersebut untuk bisa masuk kelas. Dampak atau Hasil Yang Dicapai Dari pengelolaan sampah tersebut dihasilkan beberapa alat peraga murah yang bisa digunakan untuk media pembelajaran. Ada kelas alat peraga murah (APM) di SD Negeri 2 Blater. Lisa Batuku, apabila kita laksanakan jelaslah akan memberikan manfaat yang banyak sekali baik dari sisi pembelajaran maupun management. Dari aspek Scientific Approach, Lisa Batuku akan mengembangkan beberapa keterampilan dalam pendekatan ini yaitu
Derap Perwira
mengamati/ melihat, membaca, m e n u l i s k e m u d i a n mengkomunikasikan. Apabila diterapkan di Kelas Awal, Lisa Batuku akan mengembangkan keterampilan membaca dan menulis siswa, karena program ini pada dasarnya adalah kegiatan pembelajaran membaca dan menulis dengan media sampah/limbah s e ko l a h ya n g b i a s a nya h a nya berserakan di halaman sekolah. Pada tataran kelas selanjutnya yaitu kelas 4 , 5 d a n 6 , p ro g ra m i n i a ka n mengembangkan keterampilan berbicara yaitu ketika siswa diminta untuk menyampaikan apa yang telah ditulisnya hari itu di hadapan teman‐ temannya. Keterampilan ini juga bisa dikembangkan ke arah kemampuan berpidato dengan tema tertentu. Dari sisi management sekolah program ini akan memberikan beberapa manfaat yang tak kalah pentingnya. Pertama sampah‐ sampah yang terkumpul yang sudah dibedakan antara plastik dan kertas bisa dijual dan hasilnya bisa untuk mencukupi kebutuhan kelas. Berarti Program Lisa Batuku mendatangkan / menambah pendapatan sekolah. Manfaat yang kedua dari program ini adalah dapat meningkatkan partisipasi masyarakat manakala
Derap Perwira
pengelolaan sampah ini diserahkan pada paguyuban kelas. Seperti yang pernah penulis lihat di Maros, Sulawesi Selatan pada suatu kesempatan study visit, paguyuban kelas bisa mencukupi kebutuhan kelas dari pemanfaatan sampah atau limbah sekolah ini. Ketiga, kerjasama antara sekolah dengan DUDI (dunia usaha dan dunia industri) juga akan semakin solid. Sekolah termasuk dalam lahan usaha mereka karena secara berkala mereka a ka n d a t a n g ke s e ko l a h u n t u k mengambil sampah‐sampah plastik dan kertas. Setelah ditimbang maka pihak pengusaha rongsok atau besi tua akan memberikan sejumlah uang sebagai pembayaran dari sampah p l a s t i k d a n ke r t a s y a n g t e l a h dibawanya. Adapaun dampak yang muncul setelah dilaksanakannya Program Lisa Batuku di SD Negeri 2 Blater antara lain : Lingkungan sekolah menjadi bersih. Keharusan memungut sampah di lingkungan yang awalnya merupakan kewajiban akhirnya menjadi kebutuhan. Awalnya ada sanksi berupa denda Rp500,00 bagi siswa yang ketahuan membuang sampah sembarangan, yang dilakukan antar siswa. Lama kelamaan tidak ada lagi siswa yang didenda karena tidak ada lagi siswa yang membuang sampah sembarangan. Tidak menimbulkan polusi udara. Prosentase jumlah sampah yang dimusnahkan dengan cara dibakar lama kelamaan sangat kecil bahkan praktis tidak ada. Suatu ketika pihak sekolah memanggil 'tukang rongsok' atau p emu lu n g u ntu k memb eli sampah kertas yang sudah terkumpul banyak. Inilah yang oleh penjaga sekolah kadang‐kadang disebut sebagai upaya mengubah sampah menjadi bakso. Bukan disulap tetapi sampah‐sampah tersebut dijual dan uangnya dibelikan bakso. Tercipta puluhan alat peraga. kebiasaan memanfaatkan sampah sebagai alat peraga menghasilkan
p u l u h a n a l a t p e ra g a . D a l a m semester pertama saja di kelas I misalnya, tidak kurang dari 70 alat peraga telah dipajang di kelas yang sewaktu‐waktu siap digunakan. Ada cincin angka, cincin huruf, cincin suku kata, topi angka, tongkat ajaib peri, botol pembiasaan dan lain‐lain. Ada kelas Alat Peraga Murah (APM) di SD Negeri 2 Blater. Siswa menjadi semangat belajar. Siswa akan senang dan semangat untuk belajar apabila mengerti tentang apa yang disampaikan guru. Dalam bahasa s e h a r i ‐ h a r i d i s e b u t ny a m b u n g . Menurut Jhon Peageot perkembangan kognitif siswa sekolah dasar itu baru s a m p a i p a d a t a ra f o p e ra s i o n a l kongkret. Maka mereka akan lebih nyambung dengan sesuatu yang kongkret . Untuk itulah diperlukan alat peraga yang bisa meng‐kongkret‐kan sesuatu yang masih abstrak bagi siswa. Alat perga murah (APM) bisa dibuat dari sampah bekas bungkus makanan atau jajanan anak. Gurunya menjadi juara dalam lomba alat peraga. Pada tanggal 29 November 2015 PG R I Kecamatan Kalimanah mengadakan lomba pembuatan alat peraga murah. Karena ketekunannya salah satu guru dari SD Negeri 2 Blater ( yaitu Suwiyah,S.Pd.SD.) mejadi juara I. Tercipta beberapa barang kerajinan. Sebenarnya hasil dari pengelolaan limbah ini tidak hanya alat peraga murah saja tetapi juga barang‐barang kerajinan seperti berbagai macam tas yang kwalitasnya tidak kalah dengan yang dipajang di toko. Singkat kata Program Lisa Batuku memberikan banyak manfaat kepada sekolah beserta warganya. Dari aspek pembelajaran program ini akan dapat meningkatkan kwalitas pembelajaran baik di kelas rendah maupun tinggi. Di samping itu program ini bisa jadi merupakan wujud pelaksanaan dari pendekatan saintifik yang sedang d i g e m b a r‐ g e m b o r ka n p a d a e ra implementasi Kurikulum 2013 saat ini. Selamat mencoba, semoga sukses. Oleh : Rasmo, S.Pd (Kepala SDN 2 Blater, Kalimanah) juga sebagai Fasda USAID Prioritas Kab.Purbalingga.
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XiI|2016
39
EKONOMI
Rajut Berpotensi Sudah Tak Layak,
Sumbang Pertumbuhan Ekonomi PURBALINGGA, HUMAS – Usaha rajut yang ditekuni oleh ibu rumah tangga menjadi potensi penyumbang pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan kreatifitas dan inovasi serta dukungan modal dari pemerintah, diharapkan para perajin rajut yang tergabung dalam usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bisa menunjang perkonomian di Purbalingga. “Potensi UMKM di Purbalingga luar biasa, jumlahnya saat ini mencapai 94 ribu dan salah satunya dari komunitas rajut ini. Sehingga UMKM di Purbalinggga potensi ekonominya luar biasa, dan ini bisa m e n u n j a n g peningkatn pertumbuhan ekonomi daerah di Purbalingga,”tutur Wakil Bupati Purbalingga saat memberi sambutan pada Syukuran Forum Perajut Purbalingga di Griya UMKM Purbalingga Rabu (1/6) Menurut wabup, pertumbuhan ekonomi di Purbalingga saat ini relatif m e n u r u n d i b a n d i n g p a d a ta h u n sebelumnya, sehingga harapannya, kedepanada peningkatan kaitannya dari sektor-sektor ekonomi. Karena sektor ekonomi terutama UMKM dapat menunjang pertumbuhan ekonomi, salah satunya dari komunitas rajut . “Dan Alhamdulillah, pada hari ini sudah terbentuk forum ini, harapan saya, forum ini dapat bermanfaat serta ikatan pelaku usaha rajut di Purbalingga semakin kuat. Selain itu, komunitas ini tidak hanya pada forum saja, akan tapi kedepan dapat diurus menjadi usaha yang berbadan hukum sehinggga nanti terkait dengan permodalan akan semakin mudah dan tentunya akan semakin berkembang,”harapnya. Menurut wabup, kelemahan UMKM di Purbalingga adalah kurangnya k r a t i f i t a s d a n i n o v a s i . Wa b u p mencontohkan, bahwa kreatifitas dan inovasi tidak terlalu luas, sehingga dinas terkait untuk memfasilitasi
40
Ibu Wakil Bupati sedang Memberikan Pengarahan di Griya UMKM bersama pelaku UMKM perlu melakukan studi banding sehingga ada wawasan lain dan dalam berkreatifitas serta berinovasi akan semakin baik. Namun belajar kelebihan dari daerah lain tidak harus dengan studi banding saja, akan tetapi juga dapat dilakukan dengan mencari di media sosial (medsos). Wabup mengajak, agar UMKM khususnya perajut jangan takut bersaing karena potensi Purbalingga luar biasa, dengan daya saing yang tinggi semua UMKM dapat menghadapi era MEA yang menuntut produk yang kompetitif “Apalagi sudah menghadapi MEA yang kompetitifnya luar biasa jadi semua pelaku UMKM bersaing memperbutkan pasar, jadi semua harus memiliki sesuatu yang bisa diunggulkan, saya optimis, kedepan komunitas rajut bisa lebih maju dan pemerintah akan memfasilitasi kaitannya dengan pemberdayan UMKM melalaui dinas terkait,”jelasnya. Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Kabupaten Purbalingga Erni Tasdi mengatakan bahwa di Purbalingga perajut sudah berjalan ber tahun-tahun tapi belum ada
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
kepengurusan. Saat ini perajut yang ada tergabung dalam tiga kelompok terdiri dari beberapa desa. Menurutnya, dengan dibentuknya forum ini, nantinya berbagai promosi akan dilakukan melalui pameran-pameran seperti yang selama ini dilakukan. “Dengan adanya forum ini diharapkan agar ibu-ibu ada kegiatan untuk mengisi waktu luang, selain itu juga untuk menggugah hati mereka supaya berkreatifitas. Dengan berkumpul bisa lebih berkreatifitas dan mengurangi hal-hal yang tidak berguna. Saya prihatin karena saat berkumpul dengan ibu-ibu PKK yang dilakukan saat waktu senggang hanya menonoton sinetron saja, sehingga dengan rajut akan membawa peningkatan perekonomian,”tuturnya. Ketua Forum Perajut Purbalingga Sofia Hayati menjelaskan, jumlah perajut di Purbalingga saat ini mencapai 125 yang tersebar di Desa Tidu Kecamatan Bukateja sebanyak 70 perajut, di Kelurahan Bancar Kecamatan Purbalingga sebanyak 35 perajut serta Desa Klapasawit Kecamatan Kalimanah sebanyak 20 perajut. Dengan didirikan forum tersebut, diharapkan akan semakin meningkatkan eksistensi dan memajukan usaha rajut di Purbalingga (Sukiman)
Derap Perwira
EKONOMI
Pasar Sayur Kutabawa akan Direhab PURBALINGGA, HUMAS - Pasar sayur Sub Terminal Agribisnis (STA) Kutabawa yang berada di Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja, Purbalingga, saat ini kondisinya sudah tidak layak. Bangunannya sudah lapuk dan kondisinya kumuh. Pasar ini, menjadi pasar asal pasokan kentang dan cab eke berbagai industry terkemuka seperti Indofood. Selain itu, pasar yang berada di perbatasan Purbalingga – Pemalang ini juga memasok kebutuhan sayuran ke Jawa Barat, Jakarta, Kuningan, Kota Banjar, Cirebon, Wonosobp, Purwokerto dan Purbalingga sendiri. Bupati Tasdi saat meninjau STA Kutabawa, Senin (16/5) mengatakan pihaknya akan segera mengalokasikan anggaran untuk p e m b a n g u n a n k e m b a l i S TA Kutabawa. Mengenai alokasi anggaran akan dibahas bersama dewan. Pasar tersebut menurutnya memiliki peran strategis dalam pemasaran produk sayuran dan holtikultura petani lokal. “Sing penting bupatine is ngerti, dalane bodol, pasare ora nyaman nggo dodol. Saya bersama Ketua
Dewan akan segera merealisasikan p e m b a n g u n a n d a n r e h a b S TA Kutabawa ini,” katanya dalam rangkaian kegiatan Peringatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) XIII dan Hari Kesatuan Gerak PKK (HKG-PKK) ke 44 yang dipusatkan di Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Senin (16/5). Bupati juga mengajak masyarakat untuk guyub rukun dalam bermasyarakat maupun dalam menjalankan aktifitasnya sebagai pedagang. Karena dengan kerukunan dan kebersamaan akan menjadikan aktifitas di pasar sayur terbesar ini menjadi lebih nyaman dan akan memberikan berkah lebih besar kepada masyarakat. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop), Agus Winarno menuturkan, STA Kutabawa terakhir diperluas tahun 2009. Pasar sayur Kutabawa semula merupakan pasar desa dengan luas 3.482 meter persegi. Namun, seiring dengan banyaknya pasokan sayur dan bertambahnya jumlah pedagang,
Pemkab Purbalingga memperluas areal pasar hingga menjadi 8.000 meter persegi. “Dari luas ini, hampir 80 persen lahan sudah digunakan untuk bangunan kios, los, gudang dan tempat parkir,” jelasnya. Menurut Agus Winano, k e b e r a d a a n p a s a r s a y u r S TA Kutabawa telah menjadi gantungan hidup ratusan pedagang dan petani. Jumlah pedagang los tercatat 60 orang, pedagang kios 26 orang yang menempati 30 kios. Kemudian kantor koperasi menempati 2 unit kios, dan total kios yang ada 40 buah kios. “Petani pemasok sayuran ke STA Kutabawa berasal dari daerah Karangreja sebanyak 80 petani pengepul, dari kecamatan Bobotsari 32 petani, dan dari Kabupaten pemalang sebanyak 25 petani,” ungkapnya. Komoditas yang dijual berupa berbagai macam sayuran seperti kol, cesim, luncang, daun bawang, buncis, petsay, seledri, sawi, kentang, cabe, tomat, wortel, dan komoditas hortikultura lainnya. (Hardiyanto)
Bupati Cek Kondisi Pasar Kutabawa, sebagai Centra Sayuran di Purbalingga
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
41
WANITA
WANITA
Fatayat NU Deklarasikan Anti Radikalisme
Ibu Wakil Bupati Tandatangan Deklarasi PURBALINGGA, HUMAS – Tak mau kalah dengan Ikatan Pelajar Putra Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), yang beberapa waktu lalu dengan mendeklarasikan gerakan anti terosrisme dan radikalisme di Kabupaten Purbalingga, dalam rangka hari lahir (harlah) Fatayat NU Ke 66 Tahun, organisasi wanita dibawah naungan NU tersebut juga berikrar menolak gerakan radikalisme di Purbalingga. Penandatanganan ikrar yang diawali oleh Wakil Bupati (Wabup) Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, diikuti seluruh pengurus pimpinan cabang Fatayat mulai dari tingkat Kabupaten hingga kecamatan seKabupaten Purbalingga di Pendapa Cahyana Minggu (8/5) berisikan penolakan terhadap setiap gerakan radikaslisme dalam bentuk apapun di seluruh Nusantara yang bertentangan dengan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Ikrar tersebut juga menolak segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan radikalisme yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. “Kami menolak segala bentuk aksi kekerasan, ekstrimisme dan terosrisme di bumi Nusantara, kami juga siap meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap upaya dan usaha pembentukan faham radikal,”jelas Ketua Fatayat NU Cabang Kabupaten Purbalingga Siti Mutmainah. Dalam ikrar tersebut, Mutmainah
42
juga menambahkan, bahwa organisasinya berkomitmen menebarkan kasih sayang kepada masyarakat dengan pendekatan humasnistik, serta mengajak generasi muda agar menjadi agen perubahan bagi terwujudnya perdamaian serta melakukan perubaahn positif dalam lingkungan masyarakat. Selain itu, organisasinya juga siap bekerjasama dan mendukung pemerintah dalam menanggulangi dan memberantas gerakan radikalisme, ucap Siti Mutmainah. Dalam sambutannya, Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayunig Partiwi meminta, agar keberadaan Fatayat NU dapat memberimanfaat bagi masyarakat Purbalingga. Selain itu, kedepan, agar organisasi tersebut tetap solid dan semakin maju. Saat ini, hubungan antara Fatayat NU dan pemerintah kabupaten (pemkab) cukup sinergis. “Pihaknya bersama bupati mencermati, bahwa sampai saat ini, hubungan antaar pemkab Purbalingga dan Fatayat NU cukup sinergis, harapan kami, hubungan tersebut agar terus terjaga dan ditingkatkan di masamasa yang akan datang,”pintanya. Menurut wabup, organisasi Fatayat yang saat ini sudah berusia 66 tahun tentunya sudah sangat matang, sehingga, tentunya telah banyak berbuat dan berkhidmat untuk kabupaten Purbalingga. Oleh karena itu, atas kontribusi tenaga maupun pikiran untuk membangun dan
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Purbalingga melalui program-programnya, pemkab mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih yang tinggi. Selain itu, Fatayat juga mempunyai peranan strategis dalam melibatkan derajat wanita di Purbalingga, sehingga organisasi tersebut diminta mendukung dan mendoakan agar selama mempimpin Purbalingga bersama bupati diberikan kelancaran dalam rangka untuk menjadikan Purbalingga yang maju serta lebih baik lagi, sehingga masyarakatnya lebih sejahtera. Wabup menambahkan, bahwa visi bupati dan wakil bupati untuk mewujudkan masyarakat Purbalingga yang mandiri dan berdaya saing serta berakhlakul kharimah sudah sejalan dengan tujuan organisasi Fatayat, sehingga dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Pemkab Purbalingga akan terus bersinergi serta bekerja sama dengan organisasi keagamaan, ujar wabup. Dalam sambutannya mantan Sekretaris Jendral (Sekjen)Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Fraksi Partai Kebangktan Bangsa (PKB) Taufiq R Abdulah mengatakan, bahwa deklarasi atau ikrar tersebut merupakan bagian dari langkah dan solusi persoalan yang dihadapai bangsa Indonesia. Menurutnya, 20 tahun terakhir ini Indonesia terus bergejolak sebagaimana yang terjadi pada tahun 1950-an, dimana seluruh kekuatan ideologi pada tahun tersebut, saat ini juga bermain di Indonesia. “Diibaratkan Indonseia sejak reformasi sampai sekarang seperti supermarket idologi, karena ideologi apapun ada di Indonesia,”jelasnya. Taufiq menjelaskan, saat ini di Indonesia, mencari ideologi apapun dapat di jumpai dimana-mana, seperti pengharaman ibadah dari segolongan umat lain terhadap umat seagama, seperti mengharamkan talilan, tadarus, istighosan dan kegiatan lainnya. Kelompok tersebut adalah yang menginginkan agar Islam yang berjalan di dunia, adalah Islam yang mereka pahami di negeri ini, dianggap oleh kelompok tersebut sebagai negara yang jauh dari ajaran Islam, sehingga mereka ingin mengganti Indonesia menjadi negara Islam, jelas Taufiq. (Sukiman)
Derap Perwira
TP PKK PURBALINGGA IKUT BELA NEGARA PURBALINGGA-HUMAS, Tim Penggerak PKK Purbalingga selenggarakan penyuluhan peningkatan bela negara. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk mewujudkan warga negara Indonesia yang memiliki tekad, s i k a p d a n tindakan y a n g dilandasi c i n t a tanah air, bangsa d a n negara. Ketua penyele nggara N y . To n g a t mengata kan ada 54 orang peserta y a n g mengiku t i kegiatan penyulu han ini. Y a n g terdiri 3 orang TP PKKKabupaten, 18 TP PKK Kecamatan dan 33 TP PKK Desa/kelurahan binaan. “Pemateri berasal dari Kodim 0702 Purbalingga dan TP PKK Kabupaten,” kata Ny Tongat. Ny Togat menambahkan materi yang diberikan kesadaran bela negara yang akan diampu oleh Pasintel Letda Inf. Sahirman, serta Materi Etika dari pengurus TP PKK Purbalingga, Ibu E.Sumartono. Untuk biaya penyuluhan dibebankan pada APBD tahun 2016. Sedangkan Ketua TP PKK Purbalingga, Ny Erni Widyawati Tasdi mengatakan penyuluh pembinaan kesadaran bela negara mencakup 5 unsur yakni cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara. Kemudian keyakinan atas kebenaran Pancasila, kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara serta memiliki kemampuan awal bela negara. “Rasa cinta dan bangga terhadap tanah
Derap Perwira
air akan berfungsi sebagai filter terhadap pengaruh negatif yang berkembang di era kemajuan teknologi dan informasi,” kata Erni Selain bela negara materi etika keluarga juga sangat penting, lanjut
Erni karena nilai-nilai etika sudah semakin luntur karena tergerus oleh budaya global. Erni prihatin karena sekarang anak-anak semakin jarang menggunakan Bahasa Jawa (Jawa Halus) kepada orang tuanya atau gurunya.
“Upaya penanaman nilai-nilai etika inilah yang harus dimulai sedini mungkin, yakni diawali dari keluarga, lanjut lingkungan kemudian masyarakat,”katanya Akhir sambutan Erni juga berpesan kepada peserta penyulu h a n a g a r selalu menda mpingi d a n menga w a s i putraputrinya a g a r tidak terpeng a r u h pergaul an yang negatif. H a l y a n g sangat sederh a n a yakni membe rikan kasih sayang dan perhatian. “Kasih sayang ini bukan dalam bentuk material saja namun lebih penting penanaman dasar-dasar spiritualitas,” pungkas Erni ( Sapto Suhardiyo)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
43
WISATA
Studi Banding Pokdarwis dan Pengelola Desa Wisata Kerja Keras, Bangun Jejaring, Promosi, dan Tidak Andalkan Bantuan Pemkab PURBALINGGA – Pengembangan sebuah desa wisata sejatinya kembali pada kerja keras kepala desa, pegiat wisata di desa dan masyarakat setempat. Kemajuan sebuah desa wisata, bukan tergantung pada orang lain, atau pemerintah. Jangan hanya berharap, pemerintah yang membangun sebuah desa menjadi desa wisata, tetapi semua kembali pada masyarakat di desa itu sendiri. Hal itu yang terungkap pada saat kunjungan studi banding kepala desa, pengelola desa wisata dan Kelompok SadarWisata (Pokdarwis) Purbalingga ke Desa wisata Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, dan Desa wisataBleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Rabu – Kamis (1‐2/6). Studi komparatif yang diikuti 30 peserta itu didampingi oleh anggota Komisi III DPRD, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora), dan Bappeda Purbalingga. Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si yang memimpin rombongan tersebut mengungkapkan, studi banding ini setidaknya membuka pemahaman dan cara berpikir para kepala desa dan pengelola desawisata, bahwa pengembangan desa wisata, tidak hanya menggantungkan bantuan dari pemerintah. “Pemerintah tentu t i d a k a ka n t i n g ga l d i a m , j i ka masyarakat sudah bergerak mengembangkan desanya menjadi d e s a w i s a t a . S a m a h a l nya d i Kabupaten Klaten dan Gunung Kidul. Jangan berpikir, untuk memulai mengembangkan desa wisata harus m e n u n g g u b a nt u a n d u l u d a r i pemerintah. Pelajaran dari dua desa yang kami kunjungi, mereka berangkat dari persoalan awal yang kompleks untuk membangun sebuah desa wisata,” kata Prayitno, Jum'at (3/6).
44
Di Desa Ponggok, Polanharjo, kata Prayitno, ketika awal membuat umbul yang kini terkenal dengan snorkeling dan kolam renang , masyarakatnya apatis. Alokasi dana desa (ADD) yang hanya 150 juta dari Pemkab Klaten, tidak mungkin digunakan untuk mengembangkan umbul itu. Masyarakat tidak mau diajak untuk menanamkan modal melalui saham yang dijual. Persoalan itu akhirnya terselesaikan dengan membangun kesadaran dan komunikasi yang intensif antara kepala desa dengan warga masyarakatnya. Kini setelah umbul ponggok menghasilkan pendapatan sekitar Rp 6,1 miliar per tahun, masyarakat berebut untuk memiliki saham. Hal serupa juga sama di Desa Bleberan, Gunungkidul, ketika mulai mencetuskan ide mengembangkan potensi desa sebagai desa wisata. Tidak ada warga yang tertarik untuk bergabung. Pengelola yang dibentuk awal sekitar 40 orang, hanya sebatas lembaga saja yang tidak bergerak sama sekali. Disisi lain, pendapatan desa yang hanya Rp 1 juta per tahun dari administrasi surat menyurat, semakin membuat semangat m e n ge m b a n g ka n d e s a w i s ata mengendor. “Uniknya di Desa Bleberan, mereka bisa bangkit karena merasa kepepet, terpojok dengan keadaan. Penghasilan masyarakat minim, lahan pertanian
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
sebagian besar hanya dari lahan tadah hujan, pekarangan gersang, sementara disisi lain harus mencukupi kebutuhan hidup. Dari persoalan yang kompleks inilah, mereka bangkit, mencari solusi dan bekerja keras membangun desa wisata,” kata Prayitno. Hal lain yang bisa dipetik pelajaran juga, di Desa Bleberan, bantuan pemerintah lebih pada infrastruktur. Tidak ada bantuan keuangan yang khusus untuk pengembangan desa wisata. Namun justru, pihak desa kini mampu meraup pendapatan dari wisata sebesar Rp 1,9 miliar pada tahun 2015, sudah mampu menyetor Rp 210 juta ke Pemkab Gunung Kidul sebagai PAD sektor pariwisata,” kata Prayitno. Sementara itu, dalam dialog dengan kepala Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Junaedi Mulyono terungkap, pengelolaan umbul Ponggok menjadi pendapatan utama desa. Dengan pendapatan itu, warga kini dapat menikmati berbagai kesejahteraan mulai dari jaminan kesehatan yang dibayar oleh desa utuk strata kelas I I I , bantuan beasiswa 'satu rumah satu mahasiswa', jaminan sosial, asuransi pertanian, jaringan wifi gratis di semua RT, dan kesempatan memiliki saham. menunggu bantuan dari pihak lain, tetapi mulai dari desa sendiri dan secepatnya. (y)
Derap Perwira
Bupati Tasdi Beri Tambahan Kuda Untuk Ridwan Sururi PURBALINGGA, HUMAS – Desa Serang Kecamatan Karangreja Purbalingga akhir-akhir ini menjadi perbincangan di tingkat nasional. Selain potensi wisata agro yang dimiliki, di Desa Lereng Timur Gunung Slamet ini juga tersimpan mutiara-mutiara yang terpendam. Salah satunya pemikiran cemerlang seorang Ridwan Sururi yang menggagas adanya Kuda Pustaka, perpustakaaan keliling yang diangkut oleh Luna si Kuda Pustaka. Gagasan yang sudah dijalani Ridwan dan Luna sejak Desember 2014, ternyata mendapat perhatian luar biasa dari berbagai pihak. Bupati asal karangreja, Tasdi bahkan akan menambah satu kuda lagi agar operasional Kuda Pustaka dapat lebih lancar dan area layanannya makin luas. “Sebagai bentuk penghargaan dari pemerintah, nanti akan kita tambah sarana dan prasarananya agar bisa lebih kreatif lagi. Kudanya kita tambah satu lagi untuk membawa orangnya. Jadi yang untuki mengangkut buku ada, yang ditunggangi Pak Sururi juga ada,” ujar Bupati Tasdi saat pembukaan acara Peringatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) XIII dan Hari Kesatuan GerakPKK (HKG-PKK) ke 14 di Lapangan Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja, Senin (16/5). Pada acara tersebut, Luna Si Kuda Pustaka menjadi salah satu pendukung acara bersama sejumlah kagiatan lainnya, seperti pelayanan pembuatan administrasi kependudukan oleh Dinpendukcapil, Sosialisasi anti Narkoba oleh BNN Kabupaten Purbalingga dan gelar produk lokal Purbalingga. Selain tambahan seekor kuda, Bupati Tasdi juga akan menambah koleksi buku untuk melengkapi koleksi Kuda Pustaka yang sudah ada. Harapannya, Kuda Pustaka dapat lebih inovatif dalam mengajak masyarakat gemar membaca buku. “Saya juga mengajak para pejabat, Camat dan lainnya untuk bisa mensuport kegiatan ini (Kuda Pustaka-red). Bilamana mempunyai buku-buku yang bermanfaat untuk dapat dikumpulkan dan diberikan kepada Kuda Pustaka, sehingga dapat mempercepat upaya mencerdaskan rakyat Purbalingga termasuk masyarakat di wilayah Kecamatan Karangreja ini,” katanya. Ridwan Sururi, pengelola Kuda Pustaka mengaku senang mendapat tambahan perhatian dari Bupati. Ia menuturkan, saat ini dirinya sudah memiliki koleksi buku sebanyak 2.500 judul terdiri dari 3000 eksemplar. Buku-buku tersebut diperolehnya dari sumbangan berbagai pihak seperti Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Daerah, dari Kabupaten, perorangan dan komunitas. Bahkan juga ada sumbangan dari luar negeri seperti Singapura, Amerika dan Belanda. Untuk operasional, Ridwan Sururi memanfaatkan kuda yang dipeliharanya, Luna. “Luna itu kuda milik orang tapi saya yang memelihara. Alhamdulillah sebelumnya saya sudah mendapat bantuan seekor kuda dari Jerman. Dan Hari ini Pak Bupati nambahi satu lagi,” katanya. (Hardiyanto)
Derap Perwira
KEPEMUDAAN
31 Siswa Lolos Seleksi Paskibraka PURBALINGGA,HUMAS – Sebanyak 31 siswa‐siswi dari SMA/SMK dan MA di Purbalingga berhasil lolos dalam seleksi calon anggota pasukan pengibar bendara pusaka (Paskibraka). Dari 31 calon tersebut, terpilih dua siswa masing‐masing putra dan putri untuk mengikuti seleksi calon Paskibraka di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Mereka akan bertugas dalam upacara 17 Agustus 2016. Dua siswa yang lolos tingkat kabupaten, akan mengikuti seleksi di tingkat Provinsi Jateng tanggal 16‐17 Mei 2016. Jika menjadi yang terbaik, peserta yang lolos di Provinsi dikirim ke tingkat nasional untuk bertugas sebagai Paskibraka di istana negara. Kedua siswa yang maju ke provinsi masing‐ masing Intan Kusuma Dewi (SMAN 1 Purbalingga), dan Andre Novanda (SMAN 2 Purbalingga). Kepala Dinas Ke b u d aya a n Pa r i w i s ata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Drs Subeno, SE, M.Si mengatakan, seleksi Paskibraka sebagai media untuk menanamkan wawasan kebangsaan, nilai‐
nilai luhur patriotisme yang menjadi faktor signifikan guna menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Seleksi Paskibraka juga untuk membangun tradisi dan perilaku yang positif bagi pelajar, karena kegiatan Paskribraka m e n g i sya ra t ka n p e n t i n g nya kedisiplinan, ketegasan, kecerdasan dan kebersamaan. “Disisi lain, seleksi Paskibraka yang rutin kami lakukan setiap tahun juga untuk menumbuhkan semangat kemerdekaan bagi generasi muda dan menanamkan sikap dan p er ila ku ya n g p o s it if d a la m kehidupan masyarakat,” kata Subeno disel‐sela latihan dasar peserta Paskribraka 2016 di stadion Guntur Darjono, Selasa (3/5). Sementara itu Kepala Seksi Kepemudaan pada Bidang Pemuda dan Olah Raga Dinbudparpora Purbalingga, Bangun Irianto, S.Pd mengatakan, seleksi Paskibraka diikuti 246 siswa‐siswi. Antusiasme pendaftar luar biasa, dan panitia harus menolak pendaftar dari empat sekolah karena sudah melewati batas waktu pendaftar. “Dari 246 pendaftar, akhirnya kami pilih 11 putri, dan 20 putra. Dari jumlah ini, kami pilih satu pasang untuk mengikuti seleksi Paskibraka di tingkat provinsi Jateng. (y)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
45
CERPEN
S
ABTU petang, Kenari sudah bersiap-siap. Rasanya tak sabar menunggu matahari ditelan perbukitan nun jauh di ujung barat sana. Ia ingin sekali malam segera datang. Apa lagi sore itu langit cukup bersih, awan bergelembung seperti kasur kekuningan. Lariklarik sinar dari matahari sebagian menembus awan menjadi seperti tangga yang turun dari langit ke pucuk-pucuk perbukitan. Ia berpikir, pastilah nanti malam hujan tidak akan turun, meski saatsaat ini sudah masuk musim hujan. Ini malam minggu yang cerah alias terang sore. Kenari sudah cukup lama menunggu. Jam dinding menunjukkan pukul 20.10. Kenari duduk di bangku kayu usang di teras rumahnya. Bangku yang usianya setengah dari usia gadis itu, yang dibuat oleh bapaknya berbahan kayu kopi yang ditebang di pekarangan belakang rumah. Bangku itu pernah dicat berwarna biru langit usai jadi, namun setelah itu belum pernah dicat lagi. Tentu saja warnanya sudah hilang terutama di bagian alas pantat, sandaran pundak dan dua sandaran lengan. Lampu redup lima watt yang dipenuhi bekas sarang laba-laba yang digantung dengan kabelnya di selipan kayu usuk atap, menjadi satu-satunya penerang teras rumah semipermanen itu.
46
Kenari Oleh : Ryan Rachman
Khaki Kenari yang menggantung beralas sandal jepit karet yang sudah agak kusam, tak hentinya digoyang-goyangkan. Sesekali salah satu sandal itu terjatuh ke lantai tanah. Dengan sedikit terjun ia turun dari tempat duduknya, memasukkan lagi kakinya ke sela-sela sandal, kemudian dengan sedikit meloncat, ia daratkan pantatnya ke bangku untuk duduk kembali. Saat posisinya sudah stabil, ia kembali menggoyang-goyangkan kakinya. Ti b a - t i b a , t a k j a u h d a r i rumahnya, terdengar suara orang memasang sound system dan mengecek suaranya. Dengan dua buah salon ukuran cukup besar dan mixer dengan beberapa chanel mikrofon, suara yang keluar dari mulut speaker salon cukup
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
terdengar hingga ke hampir seluruh wilayah dusun ini. Apa lagi ini malam hari. Kenari kemudian meloncat dari tempat duduknya. Ia lalu berjalan ke arah sumber suara. Tidak terlalu jauh memang, dari rumahnya hanya terpaut sebelas rumah. Dengan langkah pelan, kurang dari 15 menit sampailah ia ke sumber suara yang sudah berganti dengan lagu dangdut pantura yang diputar melalui telepon genggam buatan Tiongkok milik operator sound system. Memang, setiap malam minggu, di rumah Mbekayu Rita digelar latihan dames, salah satu tari tradisional yang sudah hampir punah di kabupaten ini. Latihan sudah dilakukan sejak dua bulan lalu. Penarinya perempuan semua, sedangkan penabuh iringan ada yang laki-laki ada yang perempuan. Sejumlah orang sudah berkumpul dan duduk-duduk di teras berlantai keramik
Derap Perwira
CERPEN warna hijau bermotif garis-garis. Ada yang asyik bercerita sambil menikmati rokok, sebagian ada yang mengeluarkan alat musik rebana dari dalam rumah dan membaginya satu-satu ke para laki-laki yang jadi penabuhnya. Selain rebana, ada pula kendang dan beduk kecil di situ. Para perempuan duduk lesehan di terpal lebar berwarna biru yang digelar di halaman. Beberapa membuat kelompok kecil dan asyik masyuk ngobrol yang tak jelas jluntrungannya. Mereka, penari dames. Dan Kenari yang baru datang, lalu ikut bergabung bersama para kaum Hawa ini. Sementara itu, di sekitar rumah Mbekayu Rita, belasan orang nampak berjajar di balik kegelapan. Warga sekitar yang tidak ikut rombongan tarian itu, ingin melihat latihan tarian dames itu. Hitung-hitung buat hiburan malam minggu untuk mereka yang jarang sekali melihat tontonan secara langsung. Dan sudah menjadi kebiasaan warga dusun ini, acara latihan pun molor. Padahal setiap minggu sudah ada pengumuman jika latihan dimulai jam delapan malam, tapi ya tetap saja, jam sembilan lebih baru dimulai. Dua belas laki-laki, masingmasing memegang rebana yang terbuat dari kulit kambing. Seorang memegang tongkat kayu sepanjang dua rentangan jari
Derap Perwira
dengan pentol yang terbuat dari lilitan karet ban bekas di salah satu ujungnya, dia bertugas menjadi penabuh beduk. Dan seorang lagi, dua telapak tangannya sudah menempel di dua sisi mata kendang menunggu instruksi. Tiga perempuan usia dua puluhan masing-masing memegang mikrofon. Lima belas penari pun berdiri sesuai dengan posisinya. Kenari berdiri di depan tengah karena postur tubuhnya paling kecil di antara seluruh penari. Kakinya mendak, kedua lututnya ditekuk sedikit. Kedua sikunya juga ditekuk dan meletakkan kedua tangannya di depan perut. Tangannya nyekithing, ujung jari tengah dipertemukan dengan ujung ibu jari. Tatap matanya lurus ke depan. Dari bibirnya, senyum diurai. Assalamualaik, alaikaya jaenal Nabi ya'i assalamualaik‌ Tembang itu keluar dari mulut ketiga sinden itu. Iringan dua belas rebana dengan tabuhan yang berbeda berpadu dengan kendang membuat irama bersahutan nan rancak. Dan tabuhan beduk menjadi isyarat pergantian irama tabuhan serta gerakan tari. Kenari dan temannya mengawali tarian dengan gemulai memainkan tangan, pundak, dada, kaki dan kepala mengikuti ketukan beduk.
Hingga gerakan mereka berganti menjadi lebih tegas dan kaku seperti gerakan bela diri. Dan di penutup, mereka kembali ke gerakan yang lembut dengan kepala dianggukanggukan seperti burung kuntul. "Dames itu, jika dilihat dari bahasanya, berasal dari bahasa Belanda yang artinya perempuan. Karena itu penarinya perempuan semua. Ada juga yang bilang kalau dames itu jarwo dosok dari dada dan lemes. Bisa jadi, para penarinya banyak bermain pundak sehingga pada bagian dadanya sedikit ditonjolkan. Ini karena dulu waktu pertama kali tarian ini dibuat, untuk menarik perhatian orang-orang Belanda dan antek-anteknya. Nah, saat mereka terlena melihat tarian, para penari menyergap dan menghabisi penjajah itu. Sebab, dulu, meskipun para penari itu perempuan, namun mereka ahli ilmu kanuragan. Selain itu, tembang pengiringnya juga memakai solawatan dan sebagaian diambil dari kitab barjanji, ini juga menjadi salah satu cara untuk syiar Islam," terang Mbekayu Rita suatu kali. "Tarian dames dulu pernah berjaya di masa 80-90-an. Tarian ini menjadi hiburan yang selalu ditunggu-tunggu kehadirannya oleh seluruh warga di desa ini dan desa sekitar. Namun seiring majunya teknologi, mulai masuk organ tunggal. Nah, dames mulai tersingkirkan, para penarinya juga
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
47
PENGINYONGAN
CERPEN ambil profesi lain sebagai penyanyi. Jadi setelah dames tampil, mereka kemudian menyanyi diiringi organ tunggal. Belum lagi ada penari yang katanya geleman dibawa yang nonton. Itu membuat nama kesenian dames jadi jelek di mata orangorang, hingga akhirnya dames benar-benar hilang. Selain para penarinya sudah pada tua, yang muda-muda juga tidak ada yang mau karena malu dicap negatif sama orang-orang," imbuh perempuan alumnus salah satu universitas negeri di Purwokerto itu. "Kebetulan, beberapa waktu lalu, Kang Minto, suami saya rasan ke orang dinas di kabupaten, pingin nguripna lagi dames. Kebetulan banget, dari dinas kebudayaan lagi ada program revitalisasi kesenian tradisional. Dari dinas lalu memasukkan keinginan Kang Minto ke program itu. Kita diberi bantuan dana buat latihan, diberi pelatih, diberi alat dan diberi seragam. Habis itu kita pentas di kabupaten. Kita tunjukkan kalau dames yang sekarang itu baik, kita buang anggapan orang-orang kalau penari dames itu isinya bocah nakal," katanya berapi-api. *** Sejak kecil Kenari tinggal bersama Mbah Uti, ibunya Kang Paino, bapaknya Kenari. Mbah Uti sudah agak pikun, meskipun tubuhnya masih terlihat segar untuk orang berusia 70-an. Mereka tinggal
48
di rumah yang sempit dengan dua kamar. Kenari dan Mbah Uti tidur sekamar di ranjang besi tua dan kasur kapuk yang jarang dijemur. Sedangkan kamar satunya jarang dipakai untuk tidur, karena itu kamar bapaknya. Bapaknya bekerja sebagai kuli bangunan di Ibu Kota. Ia pulang kampung tidak pasti. Kalau sedang sepi proyek kadang sebulan sekali pulang, tapi kalau lagi banyak proyek kadang hingga empat atau lima bulan baru pulang. Bapaknya bekerja sebagai kuli bangunan sejak masih bujang hingga sekarang saat Kenari sudah duduk di bangku SD kelas lima. I b u n y a , Yu P a i n a h , p e r g i meninggalkan Kenari sejak berusia satu setengah tahun. Yu Painah menikah lagi dengan duda yang cukup kaya dari desa tetangga. Mbekayu Painah kabur saat Kang Paino sedang kerja di proyek pembuatan tol di Jakarta sebelas tahun lalu. Kabarnya, Yu Painah dan suaminya sekarang tinggal di Sumatera dan memiliki kebun sawit yang cukup luas. Yu Painah dulu waktu masih remaja adalah salah satu penari dames di kelompok pimpinan Wa Doreng yang menjadi primadona desa ini. Ratusan penonton selalu memadati area pertunjukkan dames bila Yu Painah menari. Para lelaki pun tertuju matanya pada gemulai gerak pundaknya yang membuat
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
dada primadona itu membusung. Membius dan mengajak mereka untuk menari. Hingga suatu saat, Kang Paino, bujangan yang sedang punya uang banyak karena baru pulang dari proyek mengajak kencan Yu Painah seusai pentas. Mereka memadu kasih dan akhirnya menikah karena Yu Painah meteng duluan. Namun tiga tahun setelah anak pertamanya, Si Kenari lahir, Yu Painah kabur kepincut duda dari kecamatan sebelah. Duda itu punya kebun sawit di Sumatera dan kebetulan sedang pulang kampung kala grup dames Yu Painah pentas. Apa lagi Kang Paino waktu itu banyak menganggur karena tidak ada panggilan proyek. Entah mengapa Kenari selalu tergoda untuk menari ketika mendengar alunan rebana dan tembang dames yang ditabuh di halaman rumah Mbekayu Rita. Dan saat nonton latihan, diam-diam Kenari ikut menari. Dan ia pun sangat senang ketika Mbekayu Rita menawarinya ikut bergabung menari dames untuk tampil di kabupaten. *** Langit gelap sehabis gerimis. Malam ini, malam terakhir kelompok dames berlatih. Besok pagi mereka akan tampil di kabupaten pada acara gelar budaya dalam rangka peringatan hari jadi kabupaten Purbalingga. Semua berlatih dengan serius. Kenari menjadi pusat perhatian warga
Derap Perwira
sekitar yang menonton gladi resik itu. Mereka menyebutkan kalau Kenari itu mewarisi bakat ibunya dalam menari dames. Tubuhnya yang mungil, wajahnya yang imut, matanya yang bulat, senyumnya yang manis sangat menarik hati. “Kenari! Kenari!” Tiba-tiba terdengar teriakan dari balik kerumunan penonton. Latihan pun berhenti dan semua mata tertuju pada arah suara. Sejurus kemudian muncul Kang Paino dengan langkah tergopoh ke arah anaknya. “Pulang, kamu tidak boleh menari!” bentak Kang Paino. “Tapi pak, Kenari mau tampil di kabupaten besok,” “Bapak bilang, pulang. Bapak tak mau kamu menjadi penari dames!” “Tapi pak…” Tiba-tiba Kang Paino menyeret tangan anaknya dengan kasar. “Jangan seperti ibumu!” Terlihat Kenari menangis dan lalu keduanya menghilang di balik gelap. Semua yang ada malam itu hanya melongo. (Kaki Gunung Slamet Purbalingga 2016) Keterangan : Jluntrungannya : arahnya, Mendhak : posisi kaki saat menari dengan kedua lutut ditekuk separuh, Nyekithing : posisi tangan ujung jari tengah yang bertemu dengan ujung ibu jari, Dames : tari tradisional dari Kabupaten Purbalingga yang ditarikan oleh gadis , Jarwo dosok: akronim, Geleman: gampangan, Rasan: curhat, Nguripna: menghidupkan, Meteng: hamil
Derap Perwira
HADZA SAYA' MURU Daning Kang Narso
L
angite wis peteng, gluduge m u l a i n y a n d e r‐ n y a n d e r tandane arep udan. Kabeh wong wis pada playon bali maring ngumahe dhewek‐ dhewek, sing maune lagi nggolet watu nang kali njur ora wani nerusna, mbok udan gunung, mengko ujug‐ ujug banjir kan repot. Sing lagi meme pari sing tembe panen, ramane gemboran ngundangi biyunge anak‐anake kon gagehan ngentas parine mbok kudanen maning, ngesuk bisa‐bisa ora sida nyelip, wong berase nang pedaringan ya wis bersih. Biyung Ramini sing kebeneran mbukak beceran nang emperan u m a h , n j u r d a ga n ga n e m u l a i dikukuti, dipindah maring njero ngumah, mengko angger tesih ana sing tuku bisa langsung maring njero ngumah. Tukang ojek sing pada rame mangkal nang pertelon desa uga wis padha gemboran : “Bali‐ bali arep udan gede.” Pokoke paribasan wis ora nana wong sing pada tongkrongan nang ndalan lan endi baen. Ning nang Musholla Desa kono, sing panggonane ora adoh sekang Balai Desa, kayane tesih akeh wong sing pada umek mbuh padha ngrembug apa, ning kayane ya madan penting, soaale wis mirat mirut kaya kuwe baen, wong – wong urung gelem bali, ngenteni Kyaine sing lagi wiridan.
Gandeng Kyaine urung diwenehi ngerti jane wong‐ wong arep pada njaluk penemune Kyai, mulane nggone wirid suwe banget kaya biasane. Basan ana gludug jemeder madan seru, Kyai madan kaget njur nglinguk nang mburine jebul tesih akeh wong padha kumpul nang mburine. Bareng Kyaine wis ngrampungi wiride, Kyaine merek maring wong‐ wong sing tesih padha kumpul. ” Assalamualaikum Warrochmatullahi Wabararokatuh,” Kyaine aweh salam karo nyalami wong‐ wong sing ana nang kono kabeh ora nana sing ketinggalan. “Wa alaikum salam warochmatulaahi wabarokatuh,” w o n g ‐ w o n g s e m a u r, k a r o nylonongna tangane salaman karo Kyaine, ora kelalen karo ngambung tangane Kyaine pertandane takdim maring Kyai sing pancen dikenal , bersih, bener, ora gelem melu – melu politik, jere angger mlebu politik, ngomonge dadi ora bebas. Basan Kyaine wis njagong nang ngarepe wong‐ wong mau njur takon, : “Kuwe padha njanur gunung temen, nggole wirid padha madan suwe, biasane bubar salam njur pada klepat lunga, ana apa kuwe ?” wong‐ wong sing kumpul ditakoni malah njur pada pandeng‐ pandengan, siji karo sijine. Mulane njur Kyaine ngomong maning, : “ Lho rika si pada kepriwe, ditakoni wong malah pada lingak‐ linguk kaya bocah wadon ditawani rabi.” Basan Kyaine wis ngomong kaya kuwe si Marno sing di tokohna nang Desa Tumiyang kono njur ngomong karo Kyaine : “Nggih kados niki Kyai, waleh‐ waleh napa kula se kanca niki badhe nyuwun pendapate Kyaine ngengingi nika Kaki Pangat, sing seniki mpun diangkat dados Kades mriki.” Marno ngomong karo maras, mbok domehi nang Kyaine, ya
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
49
PENGINYONGAN maklum pancen sing jenenge Kyai Pingi kuwe babar blas ora gelem kon ngrasani sapa baen. Njur Kyaine semaur : “Lho priwe, Pangat ya wis resmi dadi Kades kene mbok ? Ya kayane ya kowe kabeh sing pada mbantu kan?” Kyaine malah balik takon. Ndeleng srapate Kyaine bombong ora ngetonaken jengkel, mulane Marno mulai ngomong maning : “ Kados niki Kyai, maksude Pangat mbiyen kalih Pangat seniki mpun beda banget !” “Lho ya genah beda mbok, mbiyen pangat mung dadi juragan sapi, siki Pangat dadi Kepala Desa.” Kyaine tesih urung gelem dijek ngrasani. Marno karo kancane njur grememeng pada ngomong alon‐ alon : “Priwe kiye, kayane Kyaine ora gelem kon ngrasani wong njur ana sing usul. “Ya bodoa kang Marno lah priwe carane supayane bisa ngentasaken sekang masalah desa kene.” Durung rampung nggone rembugan njur malah Kyaine wis takon. : “Lho kowe kepriwe, jan‐ jane ketemu inyong kuwe arep apa? Angger inyong kon melu‐melu ngongkreg‐ ngongkreg Lurah inyong wegah, sebab kuwe dosa.” Basan Kyaine wis ngomong kaya kuwe, Marno matur maring Kyaine. “Nggih ngaten, Kyai waleh‐waleh napa, kula sekanca mung bade nyuwun fatwane Kyai, ngengingi Kaki Pangat Kades mriki. Kados Kyai ngertos, bilih Pangat seniki jan mpun beda banget kalih Pangat mbiyen, sing biasane angger ngrembug napa‐ napa njaluk penemune tokoh, seniki mboten, pokoke seniki napa‐ napa diadepi dhewek. Contone nika tanah sing biasane nggo dolanan bal‐ balan bocah mpun di dadekna pasar, basan diprotes pemuda, jere niku nggo kas Desa. Mangkane nalikane kula tumut rapat kalih Pak Camat, seniki duwit maring ndesa wis akeh banget ibarate ora takeran.” “ Tesih katah sanget, seniki perangkate Desa sedaya sami enggal,
50
sebab sing di dadekna perangkat niku, sing mbiyen gelem mbantu nalikane pemilihan, sing kewenangan ora milih njur di pecat, malah nika sing sami nggarapi sawahe Kaki Pangat, kabeh nggih mpun di ganti, niki sing dadi tiyang‐ tiyang niku njur pada nggrememeng, mpun mulai mboten purun sami di prentah perangkate. Lha angger kados niki teras‐ terasan, napa Desa Tumiyang sing maune di kenal Desa guyub rukun, makmur, napa enggane kon dadi Desa sing morak‐ marik?” Kyaine nggole ngrungokna kayane temenan banget, karo ngelus‐ elus jenggote sing wis putih njur takon maring wong‐ wong sing nang kono:” Terus kuwe di omongna maring inyong, inyong kon ngapa? Rika kabeh ngerti mbokan, inyong wis wegah melu campur urusan kedunyan, mesti ujung‐ ujunge ya kaya kuwe, karo sedulur pecah, pada adol jeneng ben dinggo pimpinan, inyong wis paham maring kelakuane maring wong – wong siki, sekang nduwur tekan ngisor. Angger wong diwenehi amanah ora sukur kaya kuwe.” Kyaine ngomonge wis madan seru. Ya mbuh gela maring wong sing nang kono apa gela karo kahanan sing pancen wis ora nggenah. Marno paham maring wateke Kyaine angger wis ngomonge seru, mesti bakale sapa baen mesti bakal disemprot, mulane njur matur maning maring Kyaine. “Ngaten, Kyai, kula sekanca mboten bade ontran‐ ontran teng desane dewek, pripun pripun kula nggih santrine Kyai, sing bade nyekel napa sing di ngendikakna Kyai. Kula sekanca mung pengin ngertos fatwane Kyai pripun?” Basan krungu kaya kuwe Kyaine sing maune mripate wis kenceng, njur madan ngendoni terus ngomong ” Ya kaya kiye baen, angger kowe padha arep njaluk penemuku, inyong mung weling maring rika kabeh, kira‐ k i ra s a n g g u p a p a o ra ? ” u l i h pitakonan kaya kuwe njur wong‐ wong padha semaur.:” Nggih insya
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
Allah sanggup Kyai.!” “Ya angger rika wis sanggup, inyong tek aweh fatwa ya kuwe rika ka a b e h ka ro m a s ra kat nye ke l tembung Hadza Saya' muru,” ulih pitakonan kaya kuwe wong‐ wong njur malah padha bingung terus Marno semaur “Pangapura Kyai, niku fatwa koh mung, Hadza saya' muru, maksude pripun, napa saged ngrampungi masalah?” “Kaya kiye ya , pada dirungokna, hadza saya'muru, kuwe artine kiye kabeh bakal liwat, maksude, musibah gedea kaya ngapa bakale ya bakal liwat, wong sugiah kaya ngapa ya bakal liwat, wong pangkate duwure kaya ngapa ya bakal liwat. Dadi ora nana nang dunya kuwe sing langgeng, ya dongakna baen Pangat kon eling, njur bisa dadi pemimpin sing amanah, sing bisa nggawa Desa kene bisa maju kaya jamane Kades‐ Kades seurunge.” Ya jenenge Kyai panutan, senajan mung fatwane setembung, ning nyatane wonge gelem padha nampa, njur arep ngestokna pengendikane Kyaine. Senajan maune madan bingung, ning basan di rasak‐rasakna ya : ”Ooooo ya bener ya, hadza saya'muru, pokoke kudu sabar kabeh mesti bakal liwat, umure sepira dawane ya liwat, pangkat ya liwat.” Limang wulan sekang kedadean kuwe, apa sing deomongan Kyaine temenan kedadean Lurah Pangat si maune pangus, nganggo karepe dewek njur paribasane sapa baen de tabrak njur dadi lurah sing di senengi maning nang rakyate, jere krungu‐ krungu Lurah pangat di omprang nang guru spirituale sing tirakat ndukung Lurahe, mulane kayane wedi kewalat njur Lurah Pangat sadar. Mulane ora saben ala diwales ala, kasar di wales kasar, anger Gusti Allah ngersakna mesti kabeh bakal “Hadza Saya' muru/ kabeh kiye sing nang dunya bakale minggat,”
Derap Perwira
Bupati Terima Penghargaan dari Majalah Otomotif Produksi knalpot di Purbalingga yang telah terkenal di Indonesia bahkan dunia salah satunya menjadi penilaian dari otomotif,
PURBALINGGA‐HUMAS, Bupati Tasdi atas nama Pemerintah Kabupaten Purbalingga kemarin (Rabu,18/5) di ruang kerja Bupati menerima penghargaan dari Majalah Otomotif. Penghargaan ini terkait dengan partisipasi Pemkab dalam menggerakan dan b e r ko nt r i b u s i d a l a m d u n i a otomotif. Penghargaan tersebut menurut Pimpinan Redaktur Majalah Otomotif, Billy Riestianto sebagai bentuk penghargaan Majalah otomotif terhadap pemerintah daerah yang telah berkontribusi di dunia otomotif. Hal ini berdasarkan pengamatan ya n g d i l a k u ka n s e l a m a i n i terhadap 25 kabupaten kota di Indonesia, dan salah satunya Kabupaten Purbalingga. “Produksi knalpot di Purbalingga yang telah terkenal di Indonesia bahkan dunia salah satunya menjadi penilaian dari otomotif,”kata Billy saat dialog dengan Bupati.
Derap Perwira
Billy menambahkan selain memberikan penghargaan juga sebagai rasa syukur sebagai ulang tahun Majalah Otomotif yang ke 25. Dari kunjungan ini diharapkan dapat memberikan spirit bagi
LENSA
dunia otomotif di Purbalinga. Sedangkan Bupati Purbalingga, Tasdi mengapresiasi pemberian penghargaan tersebut ke Pemkab Purbalingga. Diharapkan dengan pemberian penghargaan ini dapat memberikan, inspirasi, edukasi dan pencerahan kepada masyarakat Purbalingga khususnya di bidang otomotif. “Dengan kedatangan Majalah Otomotif di Purbalingga bisa menjadi media promosi terkait dengan kerajian knalpot yang ada di Purbalingga,” kata Bupati Bupati menambahkan kerajinan knalpot di Purbalingga sudah terkenal dengan kualitas yang bagus sehingga pemasarannya telah berskala nasional. Produksi knalpot Purbalingga juga telah diekspor ke manca negara. Hadir pada acara penghargaan tersebut pengusaha Purbalingga sekaligus juga pencinta otomotif, Widji Laksono, Direktur dieler Nasmoco Purwokerto, dan Direktur Indra Variasi Purwokerto. (Sapto Suhardiyo)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 104|Tahun XII|2016
51