Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat
103 Tahun XII|2016
TIDAK DIJUAL
HENTIKAN KEKERASAN TERHADAP ANAK !!!
Pemkab Purbalingga Raih Penghargaan Apresiasi Prestasi Kinerja Sangat Tinggi
BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN PURBALINGGA
BIDIK LENSA
EDITORIAL
Tumbuhkan Inovasi, Pemkab Bakal Adakan Gelar Pelayanan Publik Antar SKPD Purbalingga Terima Penghargaan TOP 99 Sinovik Nasional
PURBALINGGA, HUMAS – Bupati Purbalingga Tasdi berencana mengadakan lomba inovasi pelayanan publik antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Lomba itu rencananya dikemas dalam Gelar Inovasi Pelayanan Publik yang akan diadakan setiap Desember, bertepatan dengan peringatan Hari Jadi Kabupaten Purbalingga. “Kita dorong seluruh SKPD untuk membuat inovasi pelayanan publik tiap tahunnya. Dan itu akan kita pamerkan dalam Gelar Inovasi Pelayanan Publik. Kita adakan Sinovik (Seleksi Inovasi Pelayanan Publik-red) tingkat kabupaten,” ujar Bupati Tasdi yang didampingi Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi usai menerima penghargaan Top 99 Sinovik di Jatim Expo Surabaya, Jawa Timur, Kamis (31/3). Penghargaan yang diterima Tasdi merupakan satu diantara 99 penghargaan Sinovik yang diserahkan langsung oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), Yuddy Krisnandi. Penghargaan tersebut diserahkan dalam acara pembukaan Simposium dan Gelar Inovasi Pelayanan Publik Nasional tahun 2016 di Surabaya. Tahun ini terdapat 2.476 inovasi yang kemudian oleh Kemenpan RB ditetapkan Top 99. Saat ini tengah dilakukan evaluasi untuk menetapkan Top 35. Te r k a i t p e n g h a rg a a n y a n g diterima, Tasdi juga menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada bupati terdahulu Heru Sudjatkomo dan Sukento Rido Marhaendrianto yang telah menggagas pendirian sekolah khusus untuk kaum dhuafa, SMK Negeri 3 Purbalingga. Keberadaan sekolah gratis dengan system boarding school inilah yang menjadikan Purbalingga dianggap memiliki inovasi dalam memberikan
2
pelayanan publik. “Kami bersama Wabup Tiwi akan meneruskan supaya terus berjalan untuk mengurangi angka kemiskinan di Purbalingga,” katanya. Dalam acara tersebut, Purbalingga juga menjadi peserta Gelar Inovasi Pelayanan Publik dengan menampilkan potensi dan prestasi SMK Negeri 3 Purbalingga. Bersama 95 peserta Top 99 lainnya, SMK Negeri 3 menampilkan simulasi dari rekruitmen peserta didik hingga output yang dihasilkan, dimana lulusan SMK Negeri 3 telah siap bekerja. “Tiap tahun sekolah ini merekrut 72 siswa dari keluarga tidak mampu. Begitu lulus, mereka sudah dipesan semua oleh perusahaan. Artinya lulusan SMK 3 yang 72 ini akan menjadi pemutus rantai kemiskinan di keluarganya. Ini yang disimulasikan di stand kita,” jelas Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian Widiyono bersama Kabag Humas Rusmo Purnomo. Didalamnya, lanjut Widiyono, terdapat sejumlah produk dari siswa SMK
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
Negeri 3 yang sudah dipesan dan dimanfaatkan oleh masyarakat seperti bamper mobil, mesin perontok padi, knalpot dan lainnya. “Intinya program SMK Negeri 3 ini menyentuh masyarakat miskin melalui anak-anaknya yang dididik karakter, keterampilan dan ahlaknya. Dan ketika lulus sudah bisa produktif di masyarakat,” jelasnya. Saat membuka acara tersebut, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Revormasi Birokrasi (Menpan RB) Yuddy Chrisnandi mendorong makin banyaknya inovasi pelayanan publik yang memperoleh pengakuan internasional. Menyusul dua inovasi yang telah meraih penghargaan dari Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) tahun 2015 lalu. Kedua inovasi tersebut adalah Pengembangan Kemitraan Dukun dan Bidan untuk Mengurangi Angka Kematian Anak dan Ibu Melahirkan di Ksbupaten Aceh Singkil dan Unit Pelayanan Terpadu Pengentasan Kemiskinan , Model Jawaban Problematika Kemiskinan Kabupaten Sragen. “Saya berharap agar Top 99 tahun ini bisa mengikuti jejak kedua innovator yang sudah mendapat pengakuan internasional tersebut. Dengan demikian masyarakat internasional akan semakin menaruh kepercayaan terhadap kita,” katanya. Simposium dan Gelar Pelayanan Publik Nasional berlangsung selama 3 hari (31/3 – 2/4). Acara itu untuk mempromosikan inovasi pelayanan publik dari berbagai unit penyelenggara pelayanan publik di setiap Kementerian, Lembaga, Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota serta BUMN/BUMD. To p 9 9 y a n g t e r p i l i h , mempresentasikan inovasinya dalam symposium dan menjelaskannya dalam gelar inovasi atau pameran. (Hardiyanto)
Memahami Misi Bupati Semangat muda yang digelorakan oleh Bupati Tasdi dan Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi saat awal kepemimpinannya membuat beberapa Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) harus bisa menyesuaiakan irama kinerja yang dislogankan oleh Bupati dan wakilnya.
Sapto Suhardiyo PEMIMPIN REDAKSI
K
erja Keras, Kerja Cerdas dan Kerja Ikhlas, men jadi irama dalam pening katan kinerja setiap SKPD, baik ditingkat kabupaten, kecamatan maupun di tingkat desa/ kelurah an. Kalau kita cermati bersama slogan tersebut mempunyai makna yang amat dalam, terutama dalam peningkatan pelayanan pemerintahan. Birokrat yang dulu
Derap Perwira
Derap Perwira
kesannya lambat diharapkan bisa bekerja secara cepat, terarah dan memuaskan (titis, tatas dan tetes). Tentunya hasil yang dicapai oleh SKPD harus berdasarkan pada rule of the law, rule on the track, dan rule of the game. Yakni berdasarkan aturan yang ada, berdasarkan juklak dan juknisnya. Aturan yang ada yang dibuat bukan hanya untuk kepentingan SKPD saja, atau mengamankan kebijakan semata, namun harus berdasarkan pada hukum normatif yang ada. Aturan juga harus berdasar kan pada azas kepatutan yang ada pada masyarakat. Sehingga tidak terjadi ketimpangan antara rakyat sebagai pemegang hak mandataris dengan bupati dan wakil bupati, serta pejabat SKPDnya. Para pimpinan pemerintahan harus bisa merasakan penderitaan masyarakatnya, bagaimana rakyat harus bercucuran keringatnya hanya untuk mendapatkan sesuap nasi, sepotong pakaian dan
segenggam harapan agar bisa hidup lebih baik. Untuk itu kebijakan harus berpihak kepada rakyat, yakni bagaimana bisa mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran serta bagaimana menarik para pemilik modal untuk menanamkan investasinya. Seperti kata pepatah kalau mau kaya raya maka jadilah pengusaha, tapi kalau mau memperoleh kehormatan dan kekuasaan maka jadilah penguasa (pemimpin pemerintahan). Kalau kemudian cita-cita menjadi penguasa hanya untuk memperoleh kekayaan tentunya segala cara akan dilakukannya baik melalui cara yang legal (aturan yang dibuat agar legal) maupun illegal. Kalau ini niatnya, maka Purbalingga yang sejahtera tidak akan pernah terwujud, dan hanya sebatas cita-cita semata !! Semoga ini tidak terjadi.
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
3
DAFTAR ISI
KEBIJAKAN HALAMAN 14
HALAMAN 7
PURBALIGGA-HUMAS, Misi ke IV Bupati Purbalingga yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan derajat pendidikan umum dan keagamaan serta derajat kesehatan masyarakat. Menjadi Faktor pendorong Bupati dan jajaran kesehatan untuk berupaya agar derajat kesehatan masyarakat Purbalingga semakin baik.
Perempuan Harus Jadi Agen Perubahan
HALAMAN 16
HALAMAN 27
Bupati Tasdi Gagas Rehab Rumah Sertentak Terbanyak
Pada hari pendidikan yang bersejarah, kembali Bupati Purbalingga, Tasdi melaunching Kartu Purbalingga Pintar (KPP). Kartu ini bertujuan agar anak-anak usia sekolah tidak sekolah (AUSTS) bisa mengeyam pendidikan
Di Hari Pendidikan Bupati Launching Kartu Purbalingga Pintar Bupati Purbalingga Tasdi terus menggugah semangat warga untuk bersama-sama menyelesaikan berbagai permasalahan yang masih dihadapi kabupaten Purbalingga. Melalui gerakan subuh berjamaah, Bupati menggelorakan kembali semangat gotongroyong di masyarakat. Salah satunya melalui kegiatan Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Derap Perwira Media Informasi & Aspirasi Komunitas Purbalingga PENERBIT : Pemerintah Kabupaten Purbalingga Keputusan Bupati No 481.1/87/2004 Tanggal 5 Mei 2004 PELINDUNG Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga PEMBINA Sekretaris Daerah Kabupaten Purbalingga Asisten Adminitrasi Setda
4
Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
PEMIMPIN UMUM/ PENANGGUNGJAWAB : Kepala Bagian Humas Setda | PEMIMPIN REDAKSI/ REDAKTUR PELAKSANA Sapto Suhardiyo S.STP,.ST | REDAKSI Budi Santoso, SH - Estining Pamungkas, S.Sos | REPORTER Hardiyanto - Sukiman - Taufiq Haryadi | FOTOGRAFER Heri Herbowo S.Sos | TATA USAHA/ IKLAN/ PERMASARAN S.Hayati Natalisa, SE | KEUANGAN Dwi Hendartuti | SIRKULASI Siswanto (Koordinator) – Rawin – Supriyanto |ALAMAT REDAKSI : Bagian Humas Setda Purbalingga | Jalan Onje No.1 B Telp. 0281891012-891059-891430 Pesawat 128.
email : humas.purbalingga@gmail.com Website : www.purbalingganews.net
Derap Perwira
G
elontoran tahun 2016 sebesar Rp 260 miliar atau 14,26 persen dari total APBD sebesar Rp 1,823 Triliun. Besarnya tersebut merupakan wujud komitemen Bupati bahwa urusan kesehatan menjjadi prioritas utama dalam rangka mengentaskan kemiskinan di Purbalingga. Penggunaan dana kesehatan itu digunakan untuk belanja langsung sebesar Rp 73,699 miliar dan belanja tidak langsung sebesar Rp 186,328 miliar. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Purbalingga saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) tergolong masih tinggi. Pada kasus kematian Ibu melahirkan pada tahun 2013 sebesar 26. Tahun 2014 sebesar 14 kasus, Tahun 2015 sebenyak 20 orang. Kasus kematian bayi tahun 2013 sebanyak 172 kasus, 2014 sebanyak 162 kasus dan 2015 sebanyak 149 kasus. Kemudian masih tingginya kasus demam berdarah, pada tahun 2015 tercatat jumlah kematian sebanyak 5 orang, tahun 2014 tercatat 372 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2 orang dan tahun 2013 tercatat 572 kasus. Purbalingga juga masih menjadi wilayah endemis malaria, makin bertambahnya kasus HIV/AIDS, serta masih rendahnya akses dan kepemilikan jamban keluarga Untuk kasus gizi bayi dan balita masih tergolong belum bagusnya. Terutama BBLR (bayi dg Berat Badan Lahir Rendah, tahun 2013 sebesar 4,3%, tahun 2014 sebesar 4,1% dan tahun
2015=4. Untuk Balita gizi kurang tahun 2013 sebesar 2,95%, tahun 2014 sebesar 1,5% serta Balita gizi buruk 2013= 0,81%, 2014= 0,14%, 2015. Jika dilihat dari kondisi lingkungan belum sepenuhnya sehat. Akses Air minum bersih masih rendah yakni 59,6 persen dan sanitasi layak masih 58,74 persen. Sebagimana kita ketahui faktor terbesar yang mempengaruhi kesehatan yitu faktor lingkungan. Dimana di wilayah Purbalingga mamsih terdapat lebih dari 40 persen rumah tangga yang Belum mampu menakses air bersih. Kemudian lebih dari 40 persen rumah tangga yang belum menikmati sanitasi layak. Faktor lingkungan yang kurang bersih ini lah yang akan Pemkab Purbalingga garap kedepan yakni dengan program jambanisasi dengan angaran sebesar Rp. 3 miliar. Kemudian juga akan mengeluarkan program Kartu Purbalingga Sehat dimana kartu ini akan mengcover masyarakat Purbalingga yang miskin yang belum terjamin oleh program JKN yakni sebesar Rp. 5 miliar. “Dari program ini kita berharap masyarakat menjadi sehat, dengan sehat maka bisa bekerja dan dengan bekerja bisa meningkatkan perekonomian keluarga,” kata Bupati saat Dialog di Radio Suara Perwira edisi bulan Februari. Selain itu juga pada tahun ini Pemkab telah menganggarkan untuk pengembangan Rumah Sakit Ibu dan Anak Panti Nugroho sebesar Rp. 15
m i l i a r. P e m b a n g u n a n I n s t a l a s i Pembuangan Air Limbah (IPAL) dimasing-masing Puskesmas dengan jumlah total sebesar Rp 9 miliar. Pembangunan Puskesmas Rembang sebesar Rp 5 miliar. Selain Peningkatan infrastruktur kesehatan, Pemkab Purbalinga juga akan membenahi pelayanan kesehatan baik ditingkat Poliklinik Desa, Puskesmas dan Rumah sakit. Perbaikan manajemen rumah sakit juga akan segera dibenahi oleh Plt Direktur dr Goetheng Taroenadibrata, Nonot Mulyono. Cap “Mafia Rumah Sakit” oleh Bupati pada waktu yang lalu, menurut Nonot akan segera ditindaklanjuti. “Tidak adanya reward kepada dokter yang bertugas, berakibat dokter merujuk pasiennya ke rumah sakit swasta karena ada rewardnya,”kata Nonot. Selain itu Nonot juga akan melakukan pembenahan ruangan khusus di Instalasi Gawat Darurat (IGD) khusus untuk melayani pasien yang akan melahirkan, atau mendapatakan pelayanan kebidanan. Nonot juga berharap dengan perubahan manajemen maka pelayanan semakin ramah, tidak berbelit dan RSUD menjadi dambaan semua masyarakat. Sebagaimana slogan pelayanan kepada masyarakat yakni melayani dengan hati, sepenuh hati, dengan hatihati namun tidak sesuka hati. (Sapto Suhardiyo)
Volume 103|Tahun XII|2016
LAPORAN KHUSUS
LAPORAN KHUSUS
Program Spektakuler Bupati Purbalingga Terpilihnya Tasdi, SH MM dan Dyah Hayuning Pratiwi, SE, BEcon sebagai Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga periode tahun 2016-2021 membawa gebrakan perubahan yang nyata. Spirit sebagai orang muda yang menggelora sejalan dengan program-program yang tertanam kedalam benak keduanya.
S
igap dan cekatan terlihat dari cara pandang dalam mengaktualisasi program 5 tahun kedepan. Geberan semangat dan kecapatan dalam pelaksanaan program pada setiap SKPD menjadi motivasi aparatnya untuk meningkatkan kinerjanya. Program pertama adalah peningkatan kinerja perangkat daerah dalam hal ini aparatur sipil negara (ASN) dengan mendisiplinkan kehadirannya. Sidak yang dilakukan setiap pagi di setiap SKPD secara b e rg a n t i a n d a n k o n t i n u memberi makna yang amat dalam. Kedalaman makna ini menggiring sekaligus mendorong apparat dibawahnya agar bisa sejalan dan satu pemikiran bahwa kinerja yang baik diawali dengan disiplin masuk kerja. Sebagaimana pendapat Widjaja (1986:29), disiplin adalah unsur yang penting yang mempengaruhi prestasi dalam organisasi. Tidak ada organisasi yang berprestasi lebih tinggi tanpa melaksanakan disiplin dalam derajat yang lebih tinggi. Program yang kedua adalah restrukturisiasi dan reorganisasi, program ini dilaksanakan berdasarkan UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Dimana undang-undang ini mengatur
6
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
struktur organisasi dan tata kerja (SOT) pemerintah daerah berdasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah serta besarnya APBD. Penentuan SOT pada initinya harus berdasarkan pada reight sizieng yakni organisasi yang tepat ukuran dan tepat sasaran. Karena pemerintah daerah tidak diharuskan membuat SKPD berdasarkan urusan sebagaimana UU yang ada, namun berdasarkan pada potensi dan sumber daya wilayah yang ada. Agar SOT yang terbentuk lebih efektif dan efesien. Program ketiga, peningkatan keagamaan antara lain dengan melakukan kegiatan subuh berjamaah. Menurut Bupati Purbalingga, Tasdi kegiatan ini mengadung 3 makna yani membangun spiritualitas, sosial dan kultural. Kemudian akan dilaksanakan istighotsah keliling tiap kecamatan, serta akan dilakukan pembangunan Purblingga Islamic Center (PIC). PIC nantinya akan digunakan sebagai pusat kegiatan umat Islam di Purbalingga, dimulai dari pengajian, kegiatan latihan manasik, pelepasan dan penerimaan haji, juga bisa digunakan sebagai pusat kajian Islam di Purbalingga. PIC nantinya akan menjadi
Derap Perwira
pemersatu kegiatan seluruh ormas Islam di Purbalingga, seluruh ormas bisa menggunaan PIC ini untuk kegiatan dakwahnya. Program keempat, pengentasan kemiskinan dengan pemugaran rumah tidak layak huni (RTLH). Pada tahun 2016 Pemkab Purbalingga menganggarkan Rp 17 miliar untuk 1.700 rumah atau masing-masing KK menerima dana stimulant sebesar Rp 10 juta. Kegiatan tersebut juga melibatkan bantuan CSR (Corporate social responsibility) dari berbagai perusahaan yang ada di Purbalingga. Program kelima, penataan kompleks alun-alun dan skretariat daerah. Penataan alun-alun ini akan dilaksanakan dengan penambahan ornament batu candi dan pembuatan air mancur menari serta pemasangan lampu hias yang melingkar di pohon. Penataan alun-alun yang indah dan asri diharapkan dapat menjadi ruang terbuka publik yang bisa digunakan masyarakat untuk beraktifitas. Alun-alun diharapkan dapat disinggahi dan dinaikmati oleh masyarakat secara nyaman, baik hanya untuk sekedar bercengkrama dengan keluarga, aktifitas olahraga ataupun kegiatan yang lainnya. Untuk itu penataan disekitar alun-alun juga harus diperhatikan. Jangan sampai alun-alun menjadi pasar makanan sehingga keindahan dan kenyamanan masyarakat menjadi terganggu. Penataan kantor sekretariat daerah juga akan dilaksanakan dengan merelokasi SMP N 3 Purbalingga di Kompleks SMK N 3 Purbalingga (Purbalingga Kulon). Eks SMPN 3 akan difungsikan untuk pengembangan kantor sekretariat dan pembuatan taman kota. Selain itu juga akan dilakukan pelebaran Jalan Jambu karang dan Jalan Onje, hal ini dilakukan agar gebyar alun-alun bisa dilihat dari sisi manapun.
Derap Perwira
Program keenam, pada sektor olah raga dalam satu tahun akan dilaksanakan tiga turnamen sepak bola, yakni Bupati Cup, Wakil Bupati Cup dan Ketua DPRD Cup. Tournament ini diharapkan dapat mengairahkan semangat persepakbolaan, serta untuk menggali bibit-bibit terpendam di Purbalingga. Program ke tujuh, membuat gedung kesenian yakni dengan memugar GOR Mahesa Jenar menjadi gedung kesenian. Gedung ini akan b e r f u n g s i u n t u k mengembangkan bakat-bakat seni masyarakat Purbalingga. Pertunjukan teater, kesenian tradisional lainnya bisa dipertunjukan di gedung ini. Program ke delapan, peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan membangun Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA). Yakni dengan memindahkan Rumah Sakit Pantai Nugroho di kelurahan Karangmanyar. Rumah sakit ini nantinya akan menjadi rumah sakit rujukan bagi masyarakat Purbalingga terkait kesehatan ibu dan anak. Program ke sembilan, peningkatan infrastruktur di wilayah Purbalingga, salah satunya pembuatan jembatan penghubung Desa Pepedan, Kecamatan Karangmoncol dengan Desa Tegalpingen Kecamatan Pengadegan. Pembangunan jembatan ditargetkan selesai pada tahun 2017. Terbangunnya jembatan akan berdampak pada peningkatan roda perekonomian masyarakat dikarenakan waktu tempuh Karangmoncol-Purbalingga bisa dipangkas kurang lebih 15 menit. Selain itu juga warga Tegalpingen dan sekitarnya yang akan belanja di pasar Bobotsari bisa lebih singkat. Program ke sepuluh peningkatan Bandara Wirasaba menjadi bandara komersial pada tahun 2017. Pada tahun 2016 Pemkab Purbalingga diharapkan telah melakukan pembebasan lahan untuk perluasan landasan pacu bandara. (Sapto Suhardiyo)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
7
LIPUTAN KHUSUS
Dyah Hayuning Pratiwi, SE, BEcon
Perempuan Harus Jadi Agen Perubahan Perjuangan RA Kartini 18 abad yang lalu memberian dampak yang luar biasa bagi kehidupan para perempuan Indonesia. Kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan sudah hampir sama, perempuan bisa berkiprah di sektor-sektor yang dulu tidak mungkin dilakukan oleh seorang perempuan. Salah satu bukti nyata adalah dengan terpilihnya Dyah Hayuning Pratiwi, SE, BEcon sebagai wakil Bupati Purbalingga pada pemilukada serentak tanggal 9 Desember 2015. Untuk lebih mengulas Kartini Modern berikut petikan ulasan jawaban kepada Derap Perwira.
M
enurut Ibu, apa yang paling urgent diperjuang kan “Kartini Modern� sekelas Wakil Bupati sekarang? J AWA B : K a l a u d u l u K a r t i n i memperjuangkan kesetaraan Gender, Kartini Modern menurut saya lebih kepada memperjuangkan hak-haknya secara elegan. Dimulai dari diri sendiri dan hal-hal yang kecil untuk melakukan perubahan. Belajar lebih mandiri dan tidak merepotkan orang lain bisa menjadi pemicu semangat bagi keluarga, dan lingkungannya. Menjadi agen perubahan dikelompoknya sangat mungkin kita lakukan. Perubahan ini tentunya perubahan yang positif dan produktif. Dari perkumpulan kita bisa menciptakan ide-ide kreatif, seperti
8
gerakan pemanfaatan limbah sampah, gerakan sosial pemberantasan jentik nyamuk di keluarga dan lingkunannya serta gerakan-gerakan lainnya. RA Kartini juga dikenal sebagai tokoh pendidikan karena keberaniannya mendirikan Taman Kanak-kanak. Sebagai relevansinya, apakah Pemkab Puralingga sudah bisa membebaskan biaya sekolah hingga 12 tahun? JAWAB : Prinsipnya sudah bebas, namun demikian ada beberapa komite sekolahan yang secara swadaya dan tanpa paksaan melakukan pengumpulan dana kepada wali murid. Setelah dan terkumpul nantinya akan digunakan untuk penambahan fasilitas sekolah, seperti penambahan toilet,
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
RA Kartini menghembuskna nafas terakhir saat melahirkan putranya. Langkah seperti apa yang akan Ibu Dyah Hayuning Pratiwi tempuh untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan balita serta meningkatkan kesehatan masyarakat kabupaten Purbalingga secara umum ? JAWAB : Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Purbalingga saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) tergolong masih tinggi. Pada kasus kematian Ibu melahirkan pada tahun 2013 sebesar 26. Tahun 2014 sebesar 14 kasus, Tahun 2015 sebenyak 20 orang. Kasus kematian bayi tahun 2013 sebanyak 172 kasus, 2014 sebanyak 162 kasus dan 2015 sebanyak 149 kasus. Melihat kondisi tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemkab Purbalingga antaralain melalui
Derap Perwira
penempatan bidan di desa yang bertempat di poliklinik desa (PKD), pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. Selain itu Pemkab berupaya mensuskeskan program Jampersal (Jaminan Persalinan) yang digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan. Keberhasilan Jampersal tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian pertolongan kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam hal kemudahan transportasi serta pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting. Pada Tahun 2016 ini Pemkab Purbalingga juga akan membangun Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, dengan terbangunnya rumah sakit ini maka penanganan kehamilan, baik sebelum, selama dan pasca kelahiran bisa terus dipantau kesehatnnya. Selain itu kita juga ada program Kartu Purbalingga Sehat (KPS), program ini bertujuan untuk mengcover masyarakat yang tidak atau belum tersentuh JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Dana yang dianggarakan untuk KPS sebesar Rp 5 miliar. Selain itu Pemda juga bersinergi dengan tokoh masyarakat, agama guna mensosialisasikan untuk hidup bersih dan sehat. Dan juga memberikan arahan-bimbingan dan pengertian kjepada ibu-ibu hamis agar mempersiapkan mentalnya dalam menghadapi kemungkinan-kemung kinan resiko yang terjadi. Banyak ibu-ibu rumah tangga punya potensi menghasilkan aneka karya kreatif berupa hand made tapi terkendala permodalan. Pada saat yang sama pemerintah berjanji akan meyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) hingga Rp 100 triliun tahun 2016. Apa gagasan Ibu Wakil Bupati memberdayakan kaum perempuan melalui kelompok PKK tingkat Rukun Tangga (RT)? JAWAB : Pertama melakukan kerjasama dengan TP PKK dalam melakukan pemberdayaan ibu-ibu agarf lebih produktif. Yakni dengan mengajak kaum
Derap Perwira
perempuan sebagai agen perubahan di keluarga, kelompok dan lingkungannya. Seperti di Kelurahan Bancar ada kelompok ibu-ibu yang tergabung kedalam wadah PKK, mereka memanfaatkan limbah plastik, koran bekas menjadi souvenir yang menarik. Lewat pemasaran dari mulut ke mulut dan media online mereka bisa membantu perekonomian keluarga. Selain itu juga Purbalingga sebagai sentra ramput palsu di Indonesia bahkan dunia, kita juga memberdayakan para ibu-ibu di desa untuk membuat rambut palsu itu. Sambil momong anak dan tidak meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang isteri dan seorang ibu. Mereka bisa menghasilkan rupiah. Walaupun kita akui masih tergolong kecil penghasilannya namun demikian, mereka bisa menggerakan perekonomian di tempat tinggalnya. Kedua : Memberikan bantuan atau fasilitasi pelaku UMKM ke perbankan, dengan agunan yang tidak memberatkan serta dengan bunga yang rendah serta fasilitasi pengurusan perijinan usaha. Sudah seberapa besar perekonomian daerah ini ditopang gerakan koperasi dan UKM? JAWAB : Secara global perdagangan, koperasi dan UMKM menyetorkan Produk dometik Bruto (PDRB) sebesar Rp. 1,4 juta, dibawah PDRB pertanian sebesar Rp. 2,4 juta. Kalau dilihat dari jumlah koperasi yang ada sebanyak 238 koperasi yang berbadan hukum dan 299 koperasi yang belum berbadan hukum. Sedangkan untuk jumlah UMKM telah mencapai ribuan orang, dan tergabung dengan paguyuban UMKM. Untuk pengelolaan dan pembinaan UMKM diserahkan masing-masing dinas teknis, sebagai contoh UMKM olahan ikan dikelola oleh Dinas Perikanan Dan Peternakan, UMKM olahan makanan dari
LIPUTAN KHUSUS hasil pertanian dikelola oleh Dinas Pertanian Dan Perkebunan. Kemudian ada Program Subsidi bunga bagi UMKM, program ini bertujuan untuk memfasilitasi para pelaku UMK termasuk UMK dari sektor pertanian dalam mengakses pinjaman modal ke Lembaga Keuangan dengan bunga rendah. Pada tahun 2015 anggaran yang dialokasikan sebesar Rp. 500.000.000,- dengan target UMK yang terfasilitasi sebanyak 1.000 UMK, dan pada tahun 2016 akan kita tingkatkan lagi. Sebagai informasi sejak Program Subsidi Bunga digulirkan (mulai tahun 2005) anggaran yang disalurkan mencapai Rp. 5.736.000.000,- dengan jumlah UMK yang terfasilitasi mencapai 12.896 UMK. Dari sektor pertanian tercatat ada 1.059 UMK yang terfasilitasi melalui program ini. Harapannya melalui Program Subsidi Bunga bisa meningkatkan pendapatan para UMKM. Sudah adakah perda pemberdayaan koperasi dan UMKM di Kabupaten Purbalingga? JAWAB : Sudah ada, yakni Perda No 10 tahun 2015 tentang Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kabupaten Purbalingga. Perda ini tergolong masih baru yakn baru ditetapkan pada 29 Desember 2015. Substansi pada perda ini adalah bagaimana pemkab memberdayakan UMKM agar bisa bersaing dan eksis di pasar global. Hal tersebut dilakukan dengan berbagai cara seperti bantuan permodalan, bantuan teknis baik dari segi pengolahan, pengemasan, dan penjualan. Kemudian melakukan fasilitasi kemitraan dengan berbagai pasar modern seperti pemasukan produk ke lotte mart, alfamar, indomart dan pasar-pasar modern lainnya. (Sapto Suhardiyo)
biodata
Wawancara Wakil Bupati Purbalingga Khusus
pembangunan fasilitas ibadah, fasilitas olahraga dan fasilitas sekolah lainnya. Selagi tidak mengikat dan tidak memaksa serta dilandasi dengan niat tulus ikhlas membantu sekolah, Pemkab tidak akan melarangnya, sebaliknya jika itu memberatkan maka maka Pamkab secara tegas melarangnya. Sebagai mana kita ketahui anggaran pendidikan dari APBD 2016 dianggarkan sebesar RP 1,823 triliun alokasi anggaran fungsi pendidikan sebesar Rp 722,9 miliar. Anggaran tersebut di gunakan untuk Belanja Tidak Langsung sebesar Rp 649,5 miliar sedangkan untuk Belanja Langsung sebesar Rp 67,36 miliar. Belanja Langsung sebesar 90,6 % dari total biaya pendidikan untuk sementara masih digunakan untuk belanja pegawai termasuk membayar tunjangan sertifikasi guru. Sehingga apabila kita kalkulasi maka anggaran yang bersentuhan dengan siswa didik masih sangat kecil sehingga perlu adanya sumbangan dari wali murid agar fasilitas pendidikan semakin baik. Sedangkan sisanya sebesar 9,4 % digunakan untuk, pertama penjaringan anak tidak sekolah untuk kembali ke sekolah dengan mencukupi kebutuhan peralatan, bantuan transport dan biaya sekolah sebasar Rp 3 miliar dengan bentuk Kartu Purbalingga Sehat, dengan target 1.933 siswa. Kedua peningkatan kualitas sarana-prasarana beberapa sekolah swasta Rp 4,14 miliar. Ketiga, beasiswa siswa/siswi kurang mampu Rp 673,5 juta. Keempat, pembangunan dan rehabiliasi SD / SMP Rp 3,242 miliar. Kelima, ketercukupan pendanaan SMK Negeri 3 boarding school gratis sebagai salah satu upaya memutus rantai kemiskinan dengan anggaran Rp 6,4 miliar. Kartu Purbalingga Pintar akan kita launching pada tanggal 2 Mei 2016 sekaligus kita memperingati Hari Pendidikan Nasional.
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
9
OPINI
OPINI
Menelisik Kebijakan Publik Alhamdulillahirobbil'alamiin, satu lagi kebijakan publik (policy public) Pemerintah Kabupaten Purbalingga mendapat pengakuan Nasional dengan meraih TOP 99 SINOVIK Nasional yang diserahkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada akhir maret tahun ini di Surabaya. Penghargaan ini sebagai bentuk pengakuan pemerintah pusat atas inovasi kebijakan Pemerintah Kabupaten Purbalingga di bidang Pendidikan dan Pengentasan Kemiskinan melalui pendirian sekolah khusus untuk masyarakat dhuafa, SMK Negeri 3 Purbalingga sebagai sekolah gratis dengan system boarding school.
Oleh : Johan Arifin, S.Sos.,M.Si*)
M
asyarakat Kabupaten Purbalingga tentu pantas berharap, paling tidak selama lima tahun kedepan akan terus diproduksi kebijakan-kebijakan publik dari para pemimpinnya yang tidak hanya inovatif dan kreatif tapi juga pro publik dan benar-benar efektif menjadi problem solving terhadap public problem masyarakat purbalingga khususnya. Kebijakan publik memang tidak bisa dipisahkan dari tujuan dan tugas pemerintahan. Kalaulah memang pemerintahan diselenggarakan dan diberi amanat oleh rakyat untuk menciptakan kesejahteraan dan ketertiban umum maka kewajiban para pemimpin pemerintahan adalah merumuskan dan mengimplemen tasikan kebijakan yang semata-mata ditujukan untuk mampu menjadi solusi atas permasalahan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan dan ketertiban umum. Secara teoritis, banyak terdapat
10
pendapat tentang definisi kebijakan publik (public policy) dari para ahli. Definisi yang paling saya hafal dan mudah diingat adalah yang dikemukakan oleh Thomas R.Dye bahwa “public policy is whatever government chooses to do or no to do”, bahwa kebijakan publik adalah apapun yang ditetapkan oleh pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Artinya bahwa segala sikap pemerintah baik dalam bentuk bertindak atau tidak bertindak (diam) sebagai respon terhadap public problem ataupun public issue yang sedang terjadi di masyarakat adalah bentuk kebijakan publik. Oleh sebab itu menentukan pilihan diantara keduannya –bertindak atau tidak bertindak- mesti dilakukan dengan perencanaan dan pertimbangan yang matang, keduanya sama-sama harus memiliki tujuan karena keduanya sama-sama memiliki dampak terhadap masalah publik atau masyarakat. Seiring dengan semangat demokratisasi, desentralisasi dan transparansi penyelenggaraan pemerintahan (pusat maupun daerah), masyarakat saat ini sudah pada posisi menuntut agar segala kebijakan pemerintah adalah benar-benar kebijakan yang didasarkan atas masalahnya, kebutuhannya serta aspirasinya. Bahkan masyarakatpun sudah memiliki kecerdasan yang memadai untuk menilai mana kebijakan yang menjadi problem solving, mana yang sekedar doing something dan mana policy yang sekedar pencitraan serta mana kebijakan yang pro rakyat, mana kebijakan yang pro kekuasaan. Isu aktual kebijakan publik Isu aktual yang menghangat seiring dengan semakin tingginya tuntutan terhadap kapasitas pelayanan publik yang prima dan excellent tersebut adalah apakah kebijakan pemerintah yang diputuskan sudah pro rakyat? Dalam prakteknya, menciptakan
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
kebijakan pro rakyat apalagi yang berkeadilan, tidaklah semudah teorinya,.mengapa? karena untuk “memproduksi” satu kebijakan publik maka terdapat banyak variabel kepentingan yang harus dipertimbangkan, digabungkan, diselaraskan serta diharmonisasikan sesuai hukum, rasionalitas, realitas bahkan politis. Kepentingan itu sendiri bermacam-macam; ekonomi, sosial, politik, hankam, lingkungan hidup dan lain-lain. Pemangku kepentingannya juga akan beragam bisa berdasarkan latar belakang pendidikan, pekerjaan, organisasi, profesi, tempat tinggal dan perasaan senasib sepenanggungan lainnya, maka keselarasan dan harmonisasi yang perlu dilakukan pun akan multidimensi dan multisektoral. Itu baru saat merumuskan, padahal kebijakan publik tentu tidak sekedar konsepsi melainkan sebuah proses sampai pada tahap implementasi dan evaluasi dampak implementasi. Pada tahap policy implementation akan banyak lagi dibutuhkan sumber daya dan organisasi, akan lebih banyak lagi potensi conflicts of interest, akan selalu ada kemungkinan munculnya hal – hal tidak terduga yang bisa menganggu rencana, termasuk soal persepsi kebijakan dari para aktor implementasi di lapangan yang mungkin juga berbeda-beda. Sebagai pengemban amanat publik, tugas pemimpin memang membuat keputusan atau kebijakan publik agar managemen dan organisasi pemerintahan serta segala sumber daya yang dipimpinnya terus bergerak dalam “rel” misi kepemimpinannya. Sebab itu, dalam situasi apapun pemimpin harus mampu dan berani membuat keputusan atau kebijakan yang “goal” nya adalah kebaikan dan kesejahteraan masyarakat (publik) yang dipimpinnya. Sering kali pemimpin dihadapkan pada situasi pilihan yang tidak mudah antara do or not to do. Meski harus mengeluarkan kebijakan yang tidak populis bahkan mungkin bisa mengikis popularitasnya dan harus berhadapan dengan konstituennya namun ketika yakin bahwa kebijakannya mampu memberikan manfaat yang jauh lebih besar bagi publik serta kepentingan yang lebih panjang dan luas maka sang Pemimpin tidak perlu ragu mengimplementasikan kebijakannya. Ada banyak contoh kebijakan tidak populer yang berani diimplementasikan oleh pemimpin daerah, misalnya kebijakan penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya, Kalijodo di Jakarta atau penataan alun-alun Purbalingga sekarang ini. Model – model kebijakan seperti ini sering kali dianggap sebagai model kebijakan yang tidak populis,
Derap Perwira
tidak pro rakyat karena dianggap akan mengorbankan wong cilik dalam mencari nafkah pencaharian. Awalnya banyak pihak yang pesimis kebijakan- kebijakan tersebut dapat diimplementasikan apalagi kalau sikap pro dan kontra terhadap kebijakan tersebut memanas dan meluas. Namun fakta menunjukan bahwa kapasitas kepemimpinan Sang decision maker yang didukung oleh segala sumber daya kebijakan, manajemen d a n o rg a n i s a s i s e c a r a k u a t m a k a implementasi kebijakan-kebijakan tersebut berjalan relative lancar, aman tanpa gejolak social seperti ditakutkan banyak pihak sebelumnya. Alhasil, publik pun dengan sendirinya mengakui kehebatan, kapasitas, kapabilitas serta niat baik kebijakan pemimpinnya. Itulah mengapa para pimpinan pemerintahan mulai dari jenjang terendah sampai tertinggi diwajibkan mengikuti diklat kepemimpinan sesuai dengan jenjang jabatan yang diembannya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas (kemampuan) membuat keputusan yang baik dan berkualitas disamping untuk membentuk karakter, mentalitas serta moralitas kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan jabatan. Namun demikian potensi pemimpin untuk error atau melakukan kesalahan itu tetap ada, mengapa? alasan klasiknya ya karena karena pemimpin juga manusia, ini tentu bukan alasan yang baik. Capacity dan capability kepemimpinan tentu akan sangat berpengaruh terhadap tingkat keparahan kesalahan atau ke error an kebijakan publik yang dikeluarkan. Model Error kebijakan Sering kali kita mendengar kebijakan publik (public policy) yang ternyata gagal atau kurang optimal mewujudkan tujuan implementasi kebijakan. Tidak jarang kebijakan publik yang semestinya menjadi problem solving tetapi malah kontraproduktif bahkan menimbulkan problem baru di masyarakat. Evaluasi dini pun dilakukan baik menunda implementasi, merevisi kebijakan atau mencabut kebijakan publik yang barusan diimplementasikan. Evaluasi kebijakan publik sesungguhnya bisa dilakukan terhadap rumusannya saja atau implementasinya saja atau kedua-duanya. Bisa jadi sebuah kebijakan publik sudah ideal dalam perumusannya namun gagal dalam implementasinya atau bisa jadi sudah kurang pas sejak perumusannya sehingga sulit saat implementasinya atau bahkan baik rumusan maupun implementasinya tidak sesuai dengan akar masalah yang sedang menjadi public problem.
Derap Perwira
Dalam kasus kebijakan bantuan / subsidi untuk masyarakat miskin, misalnya. Paling tidak ada 3 (tiga) kemungkinan model keerroran kebijakan yang terjadi. Model error pertama yaitu keputusan atau kebijakan untuk membantu kepada mereka yang seharusnya tidak dibantu; model error kedua yaitu justru tidak membantu kepada mereka yang seharusnya dibantu; dan model error ketiga kemungkinan adalah membantu itu sendiri bukanlah keputusan/ kebijakan yang tepat. Kesalahan pertama dan kedua mungkin disebabkan oleh kurang mampunya para perumus kebijakan dalam menentukan sasaran kebijakan yang benar atau tepat akibat data yang rendah validaitasnya dan tidak up date. Atau bisa jadi mungkin ada unsur kesengajaan karena motif social, politik pribadi atau golongan sehingga melakukan manipulasi data penerima program / kebijakan. Sedangkan kesalahan ketiga kemungkinan karena ketidaktepatan perumus kebijakan dalam menentukan mana akar masalah, mana batang masalah, mana cabang atau ranting masalah. Kebijakan publik yang baik dan berkapasitas tentu harus berangkat dari akar masalah yang benarbenar menjadi publik problem, karena tidak semua issue dan masalah adalah publik issue atau public problem. Kemungkinan lain – dan ini lebih parah- berkaitan dengan niat (motif), moral dan etika perumusan kebijakan. Dalam kasus ini bisa jadi kemungkinan dilakukan manipulasi issue, problem atau masalah, data dan informasi sehingga terlahir kebijakan atau program yang manipulatif juga.
Setidaknya ada 4 (empat) tepat agar kebijakan publik tidak mengalami keerroran. Pertama, tepat isi atau content dan rumusan. Kebijakan publik harus berisi solusi atas permasalahan yang menjadi isu atau masalah publik, kebijakan publik harus dirumuskan dalam bentuk sesuai dengan karakter masalah yang akan dipecahkan. Kedua, tepat implementasi. Menentukan siapa dan bagaimana mengimplementasikan kebijakan publik merupakan langkah awal tahap implementasi. Aktor implementasi kebijakan publik tidak hanya pemerintah, tetapi bisa swasta (privatization), bisa masyarakat, bisa kerjasama pemerintah-swasta, atau pemerintah dengan masyarakat. Ketiga, tepat target. Dalam hal ini peran data dan informasi akan sangat menentukan ketepatan sasaran kegiatan. Selain itu, target atau sasaran juga harus dalam kondisi siap untuk menerima kebijakan atau program termasuk kesiapan lingkungan sasaran untuk menerima intervensi dari Pemerintah. Karena apabila individu atau lingkungan tidak siap bisa jadi program atau kebijakan pemerintah yang maksudnya baik juga ditolak kehadirannya. Keempat, tepat lingkungan, meliputi lingkungan kebijakan itu sendiri (internal) yakni komunikasi atau interaksi diantara lembaga perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dengan lembaga (stakeholders) lain terkait. Selanjutnya lingkungan eksternal kebijakan yang meliputi public opinion atau persepsi publik, lembagalembaga kemasyarakatan, media massa, partai politik, serta tokoh – tokoh masyarakat (key person) yang memiliki pengaruh dalam menginterprestasikan kebijakan pemerintah serta membentuk opini di masyarakat.
Minimalisasi keerroran kebijakan Kebijakan publik yang baik sesungguhnya hadir atau diperlukan karena adanya masalah publik (public problem) yang perlu segera ditangani oleh Pemerintah. Isu publik atau informasi adanya public problem bisa berdasarkan data-data resmi dari lembaga /SKPD Pemerintah, data sensus, hasil survey, berita media massa, laporan pengaduan masyarakat, hasil jaring aspirasi masyarakat atau kunjungan lapangan, hasil sidak dan lain sebagainya. Namun harus dipahami bahwa tidak semua masalah atau isu adalah otomatis menjadi masalah atau isu publik. Kalaupun benar bahwa masalah tersebut adalah isu atau masalah publik selanjutnya perlu diidentifikasi apakah masalah publik tersebut merupakan akar atau pokok masalah ataukah hanya masalah ikutan. Ibarat sebuah pohon, masalah publik juga bisa terdiri dari akar masalah, batang masalah, cabang masalah serta ranting masalah.
Pemerintah perlu dukungan. Menyadari bahwa tugas pemerintah tidaklah ringan, termasuk dalam membuat kebijakan publik yang baik dan berkapasitas. Memang tidaklah mungkin sebuah kebijakan publik akan mampu memuaskan seluruh elemen masyarakat, akan ada saja sikap kontra atau tidak sependapat atau tidak puas atau merasa dikorbankan dengan satu kebijakan pemerintah, itu wajar. Karenanya menjadi kewajiban kita semua, seluruh elemen pemerintahan, masyarakat dan mass media untuk dapat memberikan sumbangsih bagi lahirnya kebijakan pemerintah yang pro rakyat. Bagaimanapun Pemerintah tetap memerlukan dukungan teknis, dukungan strategic serta dukungan politik dalam setiap perumusan dan implementasi kebijakan publik. Bersama kita bisa. Aamiin. ( Penulis adalah PNS Dinperindagkop Kabupaten Purbalingga)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
11
KILAS PERWIRA
KILAS PERWIRA
Bangun Paradigma Baru Melalui Subuh Berjamaah PURBALINGGA, HUMAS – Program religius gerakan subuh berjamaah di setiap desa yang digagas bupati dan wakil bupati Purbalingga menjadi paradigma baru sinergi antara umaro (pemimpin), ulama, dan masyarakat dalam meginformasikan program pembangunan yang menjadi visi misinya. Paradigma baru tersebut adalah, bahwa pemimpin merasa perlu bertemu dan menyapa rakyat yang dipimpinnya tidak hanya saat jam kerja atau saat-saat tertentu. Namun pemimpin juga butuh bertemu dengan masyarakat pada setiap waktu. “Paradigma baru saat ini, adalah, pemimpin juga perlu bertemu dengan masyarakat setiap waktu,”tutur Bupati Purbalingga Tasdi saat menyampaikan sambutan Subuh Berjamaah di Masjid Al-Itihad Desa Pepedan Kecamatan Karangmoncol Jumat (29/4) yang diikuti Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayunung Partiwi, pimpinan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kabupaten
Purbalingga, pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) seKabupaten Purbalingga bersama masyarakat. Selain membangun paradigma baru, sambung bupati, dengan subuh berjamaah, gerakan yang diharapkan diikuti semua pejabat mulai dari tingkat kabupaten hingga desa, juga untuk menyemarakan/memakmurkan masjid waktu pagi juga menghirup udara segar yang belum terkontaminasi polusi. “Untuk itu, para pejabat, camat hingga kepala desa (kades) agar ikut menggerakan subuh berjamaah. Selain kondisi jamaah yang cenderung menurun saat subuh, dengan gerakan tersebut juga menjadi sehat dan terbiasa menghirup udara pagi yang belum terkontaminasi oleh polusi. Dengan menghirup uadara segar dipagi hari, akan menjadi budaya sehat, tubuh juga akan menjadi kuat dan tentunya akan membuat awet muda,”jelas bupati. Bupati menambahkan, ada tiga tujuan gerakan subuh berjmaah, salah
satunya adalah untuk meningkatkan, ketaqwaan dan keimanan masyarakat, yang sebelumnya tidak rajin beribadah, akan terjadi peningkatan. Tujuan berikutnya adalah untuk meningkatkan kebersamaan masyarakat dan meningkatkan hubungan antar manusia dengan manusia lainnya atau Habluminnas dan hubungan manusia dengan Tuhannya Habluminnalloh serta meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Basariyah juga mendekatkan ulama dan umarro. Tujuan yang terakhir adalah untuk membangun budaya/kultur baik dari gerakan subuh berjamaah. Karena biasanya, orang yang rajin beribadah/sholat, disiplin dalam segala hal, sehingga dengan kedisiplinan, akan menjadi pelopor displin dalam bekerja. Dengan bangun pagi, memulai aktifitas juga akan lebih awal, sehingga kedisiplinan akan terbangun,ujar bupati. (Sukiman)
2 Rekor Baru Muri Terciptakan 1 Rekor Terpecahkan
PURBALINGGA-HUMAS, Setelah 5 Ta h u n P u r b a l i n g g a t i d a k memecahkan rekor di Museum Rekor Indonesia (Muri), kemarin Kamis, ( 11 / 4 ) k e m b a l i m e n o r e h k a n sejarahnya. Rekor tersebut yakni 2 rekor baru terciptakan dan 1 rekor memecahkan rekor yang telah ada. Untuk 2 rekor Muri baru, pertama pemecahan rekor untuk pasangan bupati dan wakil bupati yang memiliki tanggal dan bulan yang sama yakni tanggal 11 April. Kedua rekor perayaan ultah bersama tanggal lahir dengan jumlah terbanyak yakni 3.202 orang. Kemudian 1 rekorMuri terpecahkan untuk pagelaran wayang denga kelir terpanjang. Manager eksekutif Muri, Sri Widayati mengatakan untuk rekor yang pertama kondisi tersebut memang belum tercatat di Muri untuk pasangan pimpinan daerah untuk hari ulang yang sama dan pada ini merupakan yang pertama tercatat di Muri, dan tercatat sebagai rekorke 7381. “Rekor tersebut di nobatkan kepada Bapak Tasdi, SH,MM sebagai Bupati dan Ibu Dyah Hayuning Pratiwi, SE,BEcon sebagai Wakil
12
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
Derap Perwira
Derap Perwira
Bupati,” kata Widayati disela-sela penghargaan Muri. Kemudian pada perayaan ulang tahun yang dilakukan pasangan bupati dan wakil bupati ternyata tidak hanya dilakukan berdua saja. Tetapi mengajak kepada masyarakat mempunyai tanggal lahir yang sama yakni tanggal 11 April. Setelah data yang terhimpun ada sebanyak 3202 yang hari ini bersama-sama berulang tahun dengan bupati dan wakil bupati. “Kejadian ini juga baru pertama di Muri sehingga kita juga menganugrahkan piagam penghargaan dengan tajuk rekor perayaan ulang tahun bertanggal lahir sama dengan jumlah terbanyak yakni 3202 orang, sehingga menciptakan rekor baru,” tambah Widayati Kemudian Muri juga mencatat rekor dunia yakni pagelaran wayang dengan kelir terpanjang yakni 56,5 meter. Rekor ini sekaligus menumbangkan rekor sebelumnya yang dipegang Bupati Wonogiri, Begug Purnomosidi dengan panjang 51 meter. “Piagamnya diberikan kepada penyelenggaranya Dinbudparpora dan pemrakarasanya bapak bupati
Purbalingga,” kata Widayati lagi. Untuk itu Pemkab Purbalingga akan mempelopori dengan adanya 7 dalang dan 25 sinden yang asli produk Purbalingga Bupati berharap muncul dalangdalang dari Kabupaten Purbalingga. Yang nantinya akan membawa kemajuan bagi wayang kulit di Purbalingga. Terkait dengan Muri Ultah, Bupati mengatakan kebetulan ulang tahunnya sama dengan wakil bupati. Bupati tidak mau merayakan ulang tahun sendirian. Buoati menginginkan membagi kebahagian dengan seluruh rakyat, dan alhamdulilah di Purbalingga ada 3202 rakyat Purbalingga yang hari itu lahir 11 April. Sekaligus menggali informasi dari masyarakat, terkait permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. Ternyata banyak persoalan yang harus diselesaikan 5 tahun kedepan, terkait dengan penganguran, kemiskinan dan lain sebagainya. Momentum ultah juga sebagai wahana instropeksi diri, duet kepemimpinan yang baru 49 hari, lanjut Tasdi harus bisa mengerakan bagaimana greget masyarakat Purbalingga bisa seeyeg seeko projo untuk memangun kabupatennya “Pemerintah daerah tidak sendiri, bupati dan wakil bupati tidak bisa sendirian. Karena kita bukan malaikat, kita manusia biasa, yang butuh kebersamaan dan kegotongroyongan seliruh masyarakat untuk membangun Purbalingga yang lebih baik,”pungkas Tasdi. Sebagai informasi Purbalingga saat ini telah menciptakan rekor Muri sebanyak 21 rekor Muri yakni saat kepemimpinan Bupati Triyono Budi Sasongko (TBS) sebanyak 17 rekor dan k e p e m i m p i n a n B u p a t i Ta s d i sebanyak 3 rekor. (Sapto Suhardiyo)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
13
KEAGAMAAN
KEAGAMAAN
Muslimat NU Dukung Suksesnya Masyarakat Berakhlakul Karimah PURBALINGGA, HUMAS – Ribuan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Purbalingga tumpah ruah memadati Pendapa Dipokusumo dalam rangka memperingati hari lahir Muslimat NU yang ke 70 pada Ahad siang (24/04). Banyaknya hadirin yang hadir memaksa panitia kegiatan menyiapkan tempat di sekeliling pendapa menampung hadirin yang tidak dapat menempati pendapa Dipokusumo. Kegiatan ini adalah lanjutan kegiatan dari Pondok Pesantren Az Zuhriyyah Purbalingga bersama Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Hj. Atiqoh Ganjar Pranowo dalam rangkaian harlah NU yang ke 93, Fatayat NU yang ke 66 dan GP Anshor yang ke 82. Bupati Purbalingga Tasdi mengapresiasi positif kegiatan harlah
dan mempersilahkan seluruh warga Purbalingga untuk mempergunakan Pendapa Dipokusumo. Bupati Tasdi juga menyampaikan terimakasih atas kontribusi warga NU termasuk Muslimat NU dalam pembangunan Purbalingga serta untuk terus meningkatkan sinergi yang baik dalam rangka suksesnya programprogram pemerintah. “Saya berterimakasih atas kontribusi Muslimat NU Purbalingga yang telah banyak menyumbangkan tenaga, pikiran serta materinya khususnya dalam membangun sumberdaya perempuan yang lebih baik di Purbalingga,” kata Bupati Tasdi. Bupati Tasdi juga meminta dukungan masyarakat khususnya warga NU dalam rangka meningkatkan segenap potensi
terutama para kader NU agar mencapai prestasi yang membanggakan. “Mari kita dukung agar kader NU Purbalingga mampu berprestasi sampai ke tingkat Nasional,” kata Bupati Tasdi. Ketua Muslimat NU Purbalingga Hj. Chamdiyatun Sudarno menyampaikan komitmen
385 Peserta ikuti MTQ Pelajar dan Umum Tingkat Kabupaten Purbalingga
Muslimat NU untuk terus mendukung suksesnya program pemerintah terutama membangun masyarakat yang berakhlakul karimah. Dalam kesempatan tersebut juga ditandatangani ikrar deklarasi lascar anti narkoba. “Saya minta kesanggupan ibu-ibu khususnya warga Muslimat NU untuk membimbing keluarga dan putraputrinya agar bebas narkoba, sehingga menjadi insan yang berakhlak mulia, dan mampu mempertahankan akidah ahlusunah wal jama'ah,” demikian kata Hj. Chamdiyatun. #taufiq.h.
PURBALINGGA, HUMAS – Sebanyak 385 peserta terdiri 237 pelajar dan 148 umum mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur'an(MTQ) Pelajar Dan Umum Tingkat Kabupaten Purbalingga Tahun 2016. Kegiatan yang dibuka langsung Bupati Purbalingga Tasdi Senin (25/4) di Pendapa Dipokusumo diawali dengan pemukulan gong. MTQ melombakan untuk pelajar berupa tartil, tilawah dan tahfidz putra putri, mulai dari tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA. Untuk tingkat umum yang dilombakan adalah tilawah anak-anak, remaja dan dewasa putra putri. Selanjutnya tahfidz dan tilawah satu juz dan lima juz putra putri dan tahfidz 10 hingga 30 juz putra putrid serta fahmil Qur'an dan syahril Qur'an beregu. “Sedangkan pelaksanaan terbagi menjadi lima majlis yang tersebar di beberapa tempat,”jelas Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kabag Kesra) Setda Purbalingga Muhammad Nurhadi. Nurhadi menambahkan, untuk majlis satu bertempat di Pendapa Dipokusumo, majlis dua Gedung PC NU Kabupaten Purbalingga dan majlis tiga di
14
Volume 103|Tahun XII|2016
Derap Perwira
gedung aula Kemenag Purbalingga serta majlis lima di gedung IPHI Kabupaten Purbalingga. Dalam sambutannya Bupati Purbalingga Tasdi, menjanjikan, bagi peserta baik dari kalangan pelajar maupun dari umum yang menjadi wakil Purbalingga untuk maju tingkat Jawa Tengah hingga tingkat nasional, bupati dan wakil bupati Purbalingga akan menghadiahkan umroh. “Nanti untuk peserta dari Purbalingga yang bisa tampil mewakili Jawa Tengah, baik dari pelajar maupu dari umum, bupati dan wakil bupati akan memberi hadiah umroh bagi para pemenang,”kata bupati. Untuk itu, sambung bupati, kedepan kegiatan MTQ agar lebih meriah di boomingkan, serta ada grengsengnya. Selain itu, peserta juga tidak boleh lemah dan harus serius kalau ingin memenangkan perlombaan. Sehingga harapannya, kedepan dari Purbalingga harus ada perwakilan yang maju ke tingkat nasional. “Kalau kepengin menang, harus serius dan tidak boleh lemah, oleh karena itu, mulai tahun 2017 harus ada perwakilan dari Purbalingga yang maju ke tingkat
nasional,”pintanya. Menurut bupati, kegiatan MTQ bagi pemerintah kabupaten dianggap penting dan strategis, sehingga, nantinya, pihaknya akan mengevaluasi kegiatan tersebut. Selain itu dalam kegiatan tersebut juga harus ada paradigm baru agar menumbuhkan semangat serta lebih semarak dalam rangka mengemabngkan syiar Islam di Kabupaten Purbalingga. Harapannya, tujuan dari kegiatan tersebut untuk mencetak generasi-generasi yang Qur'ani dan cerdas. Dengan kegiatan t e r s e b u t , t i d a k h a n y a mempelajari,memahami, ataupun menghafal AlQur'an. “ Akan tetapi bagaimana mengimplementasikan dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, ini tujuan yang paling utama, disamping kita akan menyeleksi perwkilan dari Purbalingga untuk ikut ke regional Jawa Tengah dan nasional sehingga ada ruh yang dituju atau sasaran yang dibidik. Sedangkan tujuan lainya dalam MTQ ini adalah dalam rangka untuk mewujudkan cita-cita Purbalingga yang berakhlakul kharimah,”jelasnya. (Sukiman)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
15
BEDAH RUMAH
BEDAH RUMAH
Bupati Tasdi Gagas Rehab Rumah Sertentak Terbanyak
PURBALINGGA, HUMAS – Bupati Purbalingga Tasdi terus menggugah semangat warga untuk bersama-sama menyelesaikan berbagai permasalahan yang masih dihadapi kabupaten Purbalingga. Melalui gerakan subuh berjamaah, Bupati menggelorakan kembali semangat gotong-royong di masyarakat. Salah satunya melalui kegiatan Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Hingga saat ini sudah ada 5 rumah warga yang direhab langsung oleh Bupati, bersama jajaran Satuan kerja Perangkat Daerah (SKPD), BUMD dan masyarakat secara gotongroyong. Bupati menargetkan hingga lima tahun mendatang tidak ada lagi rumah warga yang tidak layak huni. Saat kegiatan rehab rumah di desa Pepedan Kecamatan Karangmoncol, Jumat (29/4), Bupati bahkan melontarkan gagasan untuk memecahkan rekor rehab rumah serentak terbanyak yang akan didicatatkan dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
16
“Nanti kita persiapkan. Kalau tiap desa merehab 5 rumah secara serentak dalam sehari berarti se kabupaten akan ada 1.120 rumah. Kita agendakan, semua bergotongroyong untuk mewujudkan Purbalingga tanpa Rumah yang Tidak Layak Huni,” ujar Bupati disela-sela rehab rumah Ibu Seni warga RT 01 RW 03 Desa Pepedan. Bupati menegaskan, sebagai bupati yang berasal dari desa dirinya berkomitmen untuk mengentaskan warga desa dari permasalahan kemiskinan termasuk rumah tidak layak huni. Saat ini, di kabupaten Purbalingga terdapat sedikitnya 27 ribu rumah warga yang tergolong tidak layak huni. Setiap tahun, pemerintahannya bertekad dapat merehab 2000 rumah. untuk tahun 2016 ini, sudah dianggarakan merehab 1.700 rumah dimana tiap rumah akan dibantu dana stimulant Rp 10 juta. Untuk mewujudkan rehab 2.000 rumah, pada APBD perubahan mendatang akan ditambah 300 rumah lagi. “Uang sepuluh juta tidak cukup.
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
Ulang Tahun, Tasdi – Tiwi Tegaskan Komitmen Entaskan Kemiskinan PURBALINGGA, HUMAS – Momentum ulang tahun Bupati Tasdi dan Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi (Tiwi) yang sama-sama lahir pada 11 April, dimanfaatkan untuk menegaskan komitmen pemerintahan yang dipimpinnya dalam mengentaskan kemiskinan. Salah satunya dengan program bedah rumah tidak layak huni (RTLH) yang telah dianggarkan dalam APBD 2015 sebesar Rp 17 miliar. “Hari ini kita melakukan lauching bedah rumah di wilayah kecamatan Purbalingga bertepatan dengan ulang tahun saya dan bu wakil bupati (Tiwi-red). Sambil mengingatkan kita semua bahwa di sekeliling kita masih ada rumah yang tidak layak huni,” ujar Bupati Tasdi saat meresmikan bedah rumah milik Satonah dan Poniman, warga RT 2 RW 4 Kelurahan Purbalingga Lor, Senin (11/4). Diungkapkan Bupati, dari 301.000 KK (kepala keluarga) di kabupaten Purbalingga, yang telah memiliki rumah hanya sekira 241.000
KK. Dengan demikian masih ada 61.000 KK yang tidak memiliki rumah. Diantara yang telah memiliki rumah, lanjut Bupati, masih ada 11,6 persen ternyata tidak layak huni, atau mencapai 27.000 rumah. “Kemarin ada warga yang menghuni kamar mandi. itu bagian dari warga yang harus kita perhatikan. Itu PR pemerintahan kemarin yang harus kita selesaikan,” katanya. Pada kesempatan tersebut, Bupati menegaskan kembali komitmennya dalam mengatasi permasalahan RTLH di Purbalingga. “Hari ini saya akan memperjelas komitmen saya supaya genah (jelas-red). Minimal nanti setiap tahun harus ada 2000 rumah RTLHdipugar. Sekarang sudah dianggarkan untuk 1700 rumah. termasuk rumah yang kita pugar hari ini. Nanti di anggaran perubahan minimal tinggal nambahi 300 rumah lagi atau lebih,” jelasnya. Bupati yang didampingi Wabup Tiwi bahkan merasa prihatin karena rumah warga yang hanya berjarak 300
meter dari Pendapa Dipokusumo kondisinya masih banyak yang tidak layak. Dari hasil pantauan yang dilakukan dirinya, rata-rata tiap RT memiliki 10 samapi 11 rumah tidak layak huni. termasuk masih banyak warganya yang tidak memiliki jamban keluarga. Sehingga selain bedah rumah, melalui Dinas Kesehatan juga memprogramkan bantuan untuk jambanisasi masingmasing Rp 600 ribu per KK. “Artinya, komitmen saya dan pemerintahan sekarang memikirkan halhal yang demikian. Semua akan dibantu secara bertahap tiap tahunnya,” tandasnya. Bupati memerintahkan seluruh jajaran pemerintahan dari Sekda, SKPD hingga tingkat kades dan lurah untuk berkeliling memanatau kondisi masyarakat yang ada diwilayahnya. Bupati juga meminta seluruh warga untuk membantu memuluskan program yang dicanangkan dengan terus memelihara gotongroyong disemua bidang. (Hardiyanto)
Tapi kalau kita gotong-royong, jajaran pemkab gotong-royong, masyarakat juga gotong-royong, yang membantu material ada yang membantu tenaga ada, insyaallah lima tahun kedepan rumah warga di Purbalingga semuanya bagus dan sehat. Itu impian saya,” jelasnya. Pada kegiatan tersebut, selain rumah Ibu Seni, tim Subuh Berjama'ah Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga juga melakukan rehab rumah milik Ibu Nani warga RT 01 RW 07 desa setempat. Sebelumnya, rombongan melaksanakan Shalat Subuh Berjama'ah di Masjid Al Ittihaad. Rangkaian acara ditutup dengan meninjau lokasi pembuatan jalan baru yang akan menjadi akses penghubung menuju jembatan Pepedan – Tegalpingen. Rencananya jembatan penghubung dua kecamatan (Karangmoncol – Pengadegan) akan dibangun diatas Kali Karang pada 2017 mendatang. (Hardiyanto)
Derap Perwira
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
17
PERTANIAN
PERTANIAN
BULOG Harus Siap Sergap Petani PURBALINGGA, HUMAS – Bupati Purbalingga Tasdi didampingi Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Purbalingga melaksanakan panen raya di Desa Rabak Kecamatan Kalimanah, Rabu siang (06/04)
K
egiatan panen raya di Desa Rabak ini sekaligus menyaksikan gerakan serap gabah petani (SERGAP) oleh BULOG. Gerakan ini sebagai upaya pemerintah Kabupaten Purbalingga membantu petani dalam masa panen sehingga harga gabah petani tidak dipermainkan oleh para tengkulak. Bupati Purbalingga Tasdi turun langsung ke desa Rabak dengan tujuan untuk mengetahui persoalan yang ada pada petani serta memotivasi para petani agar selalu mengupayakan yang terbaik karena kontribusi para petani pada ketersediaan pangan khususnya di Purbalingga. “Maturnuwun karena telah ikut
18
mendukung pembangunan di Purbalingga khususnya di bidang pertanian,” kata Bupati Tasdi. Surplus beras 63 ribu ton merupakan bukti masyarakat petani dalam kontribusinya membangun Purbalingga khususnya bidang pertanian. Bupati berharap prestasi ini akan tetap dijaga bahkan bisa lebih ditingkatkan lagi dengan peran serta seluruh stake holder pertanian untuk bekerja bersama-sama dalam upayanya meningkatkan hasil pertanian. Bupati Purbalingga Tasdi juga sangat mengapresiasi keterlibatan TNI dalam mengawal susksesnya ketahanan pangan supaya tetap aman. “Berbahaya kalau ketahanan pangan tidak dijaga,
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XI|2015
karena sangat berpengaruh pada ketahanan Negara,” kata Bupati Tasdi. Lebih lanjut Bupati Tasdi meminta komitmen BULOG untuk membeli gabah petani tidak hanya di Desa Rabak tetapi di semua wilayah Purbalingga yang memasuki masa panen sehingga petani bisa menjual hasil panennya dengan harga pantas. Karena hasil panen petani yang dapat terserap dengan baik akan meningkatkan kesejahteraan petani. “Ini sejalan dengan misi saya yakni pertumbuhan dan peningkatan ekonomi rakyat, salah satunya ya bidang pertanian ini,” pungkas Bupati Tasdi. #taufiq.h.
Derap Perwira
Jadi Produk Unggulan
Duku Kalikajar Akan Dipatenkan PURBALINGGA, HUMAS - Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dintanbunhut) Purbalingga berencana akan membuat hak paten bagi produk agrobinisnis buah duku asal Desa Kalikajar Kecamatan Kaligondang. Saat ini buah tersebut sudah menjadi produk unggulan dan dijual hingga ke luar daerah. Demikian disampaikan Kepala Dintanhubnbut Zaenal Abidin di selasela pemantauan panen dan pengepakan Duku Kalikajar yang hendak dikirimkan ke luar daerah, Selasa (12/4). Diungkapkan pihaknya sudah memenuhi sejumlah persyaratan agar Duku Kalikajar memiliki hak paten. “Karena duku tersebut sering dijual ke daerah lain. Di sana Duku Kalikajar namanya diganti menjadi duku daerah lain. Padahal diambil dari Kalikajar,” ungkapnya. Saat ini buah Duku Kalikajar memasuki masa panen. Sehingga stok buah itu melimpah. Satu hari petani di wilayah Kalikajar dan sekitarnya bisa memanen sebanyak 20 ton. Buah tersebut sudah dipesan oleh produsen dari luar kota. Ketika telah dipetik, buah duku lalu dipacking dan dikirim ke luar kota.
Derap Perwira
“Saat ini di Purbalingga harganya mencapai 15.000 per kilo. Jika sudah dikirim ke luar daerah bisa naik lagi,' tuturnya. Bupati Tasdi mengatakan dia mendukung langkah untuk mematenkan Duku Kalikajar. Menurutnya tiga ciri utama buah duku daerah tersebut adalah kulitnya tipis, rasanya manis dan bijinya kecil. Dia mengharapkan dinas terkait bisa meningkatkan produktivitas panen komoditas tersebut. Jika hasil panen melimpah tentu bisa meningkatkan taraf hidup petani. “Yang lebih penting adalah memintakan hak paten dari Kementerian Pertanian bahwa Duku Kalikajar adalah produksi asli Kabupaten Purbalingga,” katanya. Kepala Desa Kalikajar, Ayatno membenarkan saat ini para petani duku Kalikajar bersama Dintanbunhut tengah berproses mematenkan Duku Kalikajar. Bahkan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jawa Tengah sudah turun ke Kalikajar. “Prosesnya sedang jalan. Besok malam ada pertemuan kelompok petani duku untuk sertifikasi prima, yang datang dari
provinsi. Nanti tinggal diajukan ke Kementan ,” katanya. Dikatakan Ayatno, saat ini di Desa Kalikajar terdapat populasi tanaman duku mencapai 6000 pohon dan yang sudah berbuah mencapai 3000 pohon. Jika panen raya dalam kondisi bagus, nilai transaksi Duku Kalikajar bisa mencapai Rp 9 miliar. Diakuai Ayatno, tahun ini produksi Duku Kalikajar memang menurun karena hujan terlalu banyak sehingga berpengaruh pada berkurangnya dompolan karena banyak yang rontok. Namun kualitas duku tetap terjaga. “Kalau tahun kemarin satu pohon bisa menghasilkan hingga tiga kuintal, tahun ini hanya berkisar satu kuintal lebih,” jelasnya. Salah seorang petani duku di Desa Kalikajar, Prasetyo (45), mengatakan panen buah duku pada tahun ini sebenarnya tidak begitu melimpah. Hal itu disebabkan banyak pohon duku yang tidak lebat. "Namun karena para petani panennnya bersamaan sehingga produksi terlihat banyak dan pedagang duku juga bertebaran," ujarnya. (Hardiyanto)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
19
OPINI
OPINI
Pejabat Penilai dan Atasan Pejabat Penilai
Tarsum Efendi, S. Sos Analis Kepegawaian Pertama
I
lustrasi di atas bukanlah sebuah rekaan yang tidak pernah terjadi di sekitar kita. Beberapa Tahun yang lalu kami mengalami kejadian 'luar biasa' itu. Waktu itu memang belum era Penialaian Prestasi Kerja tetapi masih era Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan atau lebih kita kenal dengan DP-3. Ratusan bahkan ribuan DP-3 guru di beberapa sekolah dasar harus ditandatangani oleh Sekretaris Daerah dan Bupati sebagai pejabat penilai dan atasan pejabat penilai. Kondisi itu diperparah dengan banyaknya PNS guru yang akan mengajukan kenaikan pangkat periode bulan April. Suatu kejadian yang tidak seharusnya terjadi kalau semuanya berjalan dengan normal. Tetapi situasi yang tidak normal kadangkala harus terjadi tanpa bisa kita antisipasi dengan baik. Menjadi pertanyaan disini adalah, apakah kejadian seperti itu akan terulang kembali apabila situasi dan kondisinya juga sama seperti waktu itu? Kondisi dimana pejabat penilai dan atasan pejabat penilai tidak ada. Untuk menjawab permasalahan itu ada baiknya kita kilas balik dari awal tentang apa itu penjabat penilai dan atasan pejabat
20
S u atu k etik a ad a s eo r an g p en g elo la kepegawaian di sebuah SKPD menanyakan penilaian prestasi kerja untuk para guru dan kepala sekolah. Siapa yang menjadi pejabat penilainya? Terus Siapa yang menjadi atasan pejabat penilainya? Kemudian saya tanya, yang bersangkutan kerjanya dimana? Atasannya siapa? Belum selesai saya bertanya sudah di timpali dengan cepat, justru itu permasalahannya. Kepala Sekolahnya kosong, Kepala UPT nya kosong sampai Kepala Dinasnya juga kosong? Apa yang tanda tangan tetap Plt (pelaksana tugas) nya? Kalau semuanya ditarik ke atas, berarti pejabat penilainya Sekretaris Daerah? Dan atasan pejabat penilainya Bupati? penilai. Pengertian Pejabat Penilai dan Atasan Pejabat Penilai Pengertian pejabat penilai dan atasan pejabat penilai menurut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil di sana disebutkan bahwa Pejabat penilai adalah atasan langsung PNS yang dinilai, dengan ketentuan paling rendah pejabat struktural eselon V atau pejabat lain yang ditentukan. Sedangkan pengertian atasan pejabat penilai adalah atasan langsung dari pejabat penilai (atau pejabat lain yang ditentukan, Perka BKN Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS). Melihat pengertian tersebut, pejabat penilai adalah atasan langsung dari PNS yang dinilai. Misalnya seorang staf di subbag tata usaha maka pejabat penilainya adalah kasubbag tata usaha. Sementara atasan pejabat penilainya adalah atasan dari kasubbag tata usaha yaitu Sekretaris
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
Dinas, atau Kepala Kantor misalnya. Berada pada posisi manapun seorang PNS maka atasannya adalah selaku pejabat penilai yang bersangkutan, dengan catatan bahwa atasannya tersebut adalah pejabat struktural minimal eselon V. Bagaimana apabila pejabat penilai atau atasan pejabat penilai tidak ada? Sudah disampaikan di depan bahwa seringkali kondisi tidak normal atau tidak seperti biasanya kita hadapi dan naasnya kita tidak bisa mengantisipasi dengan baik. Kondisi tidak normal tersebut juga dapat terjadi pada pejabat penilai ataupun atasan pejabat penilai, dalam artian tidak terdapat pejabat yang definitif. Apabila pejabat penilai tidak ada atau belum terisi pejabat definitif, biasanya diangkat pelaksana tugas, maka berdasarkan Perka BKN Nomor 1 tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS, maka pejabat penilainya adalah pejabat yang lebih tinggi secara hierarki. Hal ini juga berlaku manakala atasan pejabat penilai lowong atau
Derap Perwira
belum terisi, maka atasan pejabat penilainya adalah atasan Kekosongan pejabat penilai dan atasan pejabat pejabat yang lebih tinggi secara hierarki. penilai, mejadi persoalan tersendiri apabila sampai dengan Demikian juga apabila misalnya pejabat penilai dan atasan pejabat penilai lowong atau belum terisi, maka pejabat penilai dan atasan pejabat penilai adalah pejabat yang lebih tinggi secara hierarki. Ketentuan pejabat penilai dan atasan pejabat penilai ditarik ke atas tersebut, dapat dipahami dan bisa dilaksanakan. Tetapi menjadi masalah ketika sudah ditarik ke atas, sampai dua tingkat, tetapi pejabat definitifnya tidak ada. Maka betul kejadian seperti kasus di awal tulisan ini. Guru sekolah dasar yang dinilai oleh Sekretaris Daerah dan atasan pejabat penilainya adalah Bupati. Mengacu pada ketentuan Penilaian Prestasi Kerja, hal tersebut memang dibenarkan. Tetapi dari sisi efisiensi dan untuk memangkas rantai birokrasi yang cukup panjang, menurut hemat Penulis perlu dibuatkan jalan keluar atau solusi. Jalan keluar tersebut tentunya dengan tetap mengacu pada aturan yang berlaku mengenai Penilaian Prestasi Kerja, yaitu PP Nomor 46 Tahun 2011. Apakah Plt boleh menjadi PP atau APP? Menurut Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor K.26-20/V.24-25/99 tanggal 10 Desember 2001 antara lain ditentukan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai Pelaksana Tugas tidak memiliki kewenangan untuk mengambil atau menetapkan keputusan yang mengikat seperti pembuatan DP-3, penetapan surat keputusan, penjatuhan hukuman disiplin dan sebagainya. Mengacu surat tersebut, jelas bahwa pelaksana tugas tidak berwenang untuk menjadi pejabat penilai maupun atasan pejabat penilai. Konsekuensinya ketentuan di dalam PP Nomor 10 Tahun 1979 tetap berlaku apabila pejabat penilai dan atasan pejabat penilai di jabat oleh pelaksana tugas. Yaitu tetap ditarik ke atas. Maka keberadaan pelaksana tugas tidak menyelesaikan masalah untuk kasus penilaian prestasi kerja. Tawaran solusi Kelihatannya pejabat penilai dan atasan pejabat penilai bukanlah sebuah masalah yang rumit, tetapi akan menjadi lain ceritanya apabila ternyata Kenaikan Pangkat kita tertunda hanya gara-gara pejabat penilai atau atasan pejabat penilai. Hal ini bukan tanpa alasan, karena Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu persyaratan wajib yang harus disertakan ketika seorang PNS akan mengajukan kenaikan pangkat. Tidak hanya penilaian prestasi kerja saja yang harus dilampirkan, tetapi dokumen sasaran kerja pegawai (SKP) dan capaian sasaran kerja pegawainya pun juga harus dilampirkan. Ketiga dokumen tersebut, harus ditandatangani oleh pejabat penilai. Disinilah peran penting tanda tangan pejabat penilai atau atasan pejabat penilai. Apabila pejabat penilai dan atasan pejabat penilai dalam kondisi lengkap dan normal, maka tidak ada permasalahan. Ironinya, kita seringkali dihadapkan pada kenyataan tidak adanya pejabat penilai atau atasan pejabat penilai sebagai akibat pensiun misalnya, atau alasan lain yang menyebabkan pejabat penilai atau atasan pejabat penilai belum terisi pejabat yang definitif.
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
21
KESEHATAN
KESEHATAN
Bupati Janjikan Tambahan Bantuan untuk PMI PURBALINGGA-HUMAS, Bupati Purbalinggga Tasdi menjanjikan tambahan bantuan untuk Palang Merah Indonesia (PMI) Purbalingga. Tambahan itu untuk ukung kegiatan kemanusiaan yang selama ini dilakukan oelh PMI. Saat ini, bantuan Pemkab untuk PMI hanya Rp 40 juta dan seluruhnya diberikan kembali kepada masyarakat yang terkena musibah bencana. “Pemkab sangat mendukung kegiatan kemanusiaan oleh PMI, oleh karenanya sudah selayaknya Pemkab harus memberikan dukungan penuh untuk PMI. Paling tidak, bupatine anyar, masak bantuan nggo PMI ajeg, ya paling ora ditambahi lah (Bupati baru, bantuan ya tidak tetap, akan ditambah,” kata Tasdi saat kepada para pengurus PMI saat melakukan audiensi di ruang kerja bupati, Kamis (28/4) petang. Dibagian lain, menanggapi kekhawatiran akan digusurnya Unit Donor Darah (UDD) PMI yang berada di kompleks RSUD Goeteng Tarunadibrata, Bupati Tasdi berjanji akan berkoordinasi dengan PJ direktur RSUD dr Nonot Mulyono, M.Kes. Kekhawatiran itu muncul karena RSUD akan memperluas bangsal rumah sakit agar memenuhi standar jumlah tempat tidur sebagaimana aturan yang disyaratkan Kementerian Kesehatan. “Kami memang harus menambah jumlah tempat tidur, paling tidak satu per mil dari jumlah penduduk Purbalingga. Saat ini saja, Purbalingga baru memiliki sekitar 540 an tempat tidur dari lima rumah sakit dan 1 puskesmas rawat inap.Kami akan menambah jumlah puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap, dan juga mendorong swasta yang akan mendirikan rumah sakit di Purbalingga,” kata Tasdi. Tasdi juga mengapresiasi kegiatan di Unit Donor Darah (UDD) yang mampu menyediakan darah terus menerus dan tidak sampai kekurangan. Bahkan, UDD PMI Purbalingga sudah mampu membantu sejumlah rumah sakit di luar Purbalingga untuk memasok kebutuhan darah. Sejumlah rumah sakit yang dipasok darah seperti RSUD Margono Soekaryo Purwokerto, RSUD Banyumas, RS Dita Medika, dan RS Emanuel Klampok. “Kami menyampaikan berterima kasih karena
22
pasokan darah di UDD PMI Purbalingga selalu tersedia dan memiliki cadangan stok,” kata Tasdi. Menyingggung klinik PMI, Pemkab akan mengkaji lebih lanjut untuk mendukung pendirian klinik lagi yang dikelola PMI. PMI saat ini memiliki satu klinik, dan rata-rata satu bulan melayani antara 1.800 – 2.000 pasien. “Pelayanankesehatan memang perlu ditingkatkan, dan atas usulan pengurus PMI untuk menambah klinik akan kami kaji lebih lanjut,” kata Tasdi. Ketua PMI Purbalingga Suyitno mengatakan, untuk klinik PMI Purbalingga saat ini dilayani oleh lima dokter umum dan seorang dokter gigi. Jumlah pasien yang dilayani klinik PMI terus mengalami peningkatan seiring dengan pelayanan yang semakin baik. Klinik PMI juga melayani pasien BPJS kesehatan, serta pasien umum. “Klinik PMI baru melayani dua poli yakni poli umum dan poli gigi. Untuk menambah
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
poli spesialis, PMI kesulitan mencari tenaga dokter spesialis yang mau membuka praktek di PMI,,” kata Suyitno. Sementara Kepala UDD PMI dr Yusi Febrianto, MPH mengatakan, dalam satu tahun UDD PMI mampu menyiapkan sekitar 9.000 kantong darah. Jumlah ini memang belum ideal jika dibandingkan jumlah penduduk. Idealnya produksi darah sebanyak 2 persen dari jumlah penduduk. Paling tidak harus bisa produksi sebanyak 12.000 kantong dalam satu tahunnya. “Produksi darah UDD PMI Purbalingga baru sekitar satu persen lebih. Ini memang masih kurang, namun jika dihitung dengan kebutuhan, sudah sangat mencukupi dan bahkan berlebih. Secara nasional saja, produksi darah di Indoensia masih kurang jika dibandingkan dengan total jumlah penduduk,” kata Yusi. (*/Hr)
Bupati Purbalingga Dorong Revolusi Mental Pelayanan Kesehatan PURBALINGGA, HUMAS – Bupati Purbalingga Tasdi terus mendorong adanya perubahan sikap mental jajaran kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Bupati tak ingin lagi mendengar adanya keluhan dari masyarakat atas pelayanan yang diberikan jajaran kesehatan baik di Rumah Sakit, Puskesmas maupun di tingkat menejemen tata kelola kesehatan. “Jangan lagi ada mafia di Rumah Sakit. Saya tahu itu. Masa ada RSUD merujuk pasien ke rumah sakit swasta. Ini tidak sesuai dengan hirarkinya. Selain merugikan RS juga merugikan pasien karena merasa diombang-ambing,” ujar Bupati Tasdi saat memberikan pengarahan didepan staf dan pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, di aula kantor setempat, Selasa (29/3). Kegiatan tersebut dilakukan usai apel pagi yang dihadiri Bupati Tasdi, Plt Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Wahyu Kontardi, Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda Widiyono dan Kepala DKK Nonot Mulyono. Dalam waktu yang sama, Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi juga melakukan inspeksi mendadak (sidak) pelaksanaan apel pagi di Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dintanbunhut) yang bersebelahan dengan kantor DKK. Ditempat itu, Wabup meninjau seluruh ruangan dan menyalami seluruh pegawai
Derap Perwira
Derap Perwira
yang sudah hadir mengikuti apel pagi. Selain menekankan adanya revolusi mental, Bupati yang sudah memimpin Purbalingga sejak 17 Februari lalu, juga meminta jajarankesehatan untuk menggenjot perannya dalam meningkatkan Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Purbalingga. Menurutnya, saat ini IPM Purbalingga mengalami penurunan. IPM Purbalingga pernah mengalami kenaikan dari posisi 33 se Jawa Tengah pada 2000 menjadi peringkat 16 pada 2010. Saat ini posisi IPM Purbalingga di tingkat Jawa Tengah menempati posisi ke 20. “Membangun rumah sakit, Puskesmas, menambah dokter dan bidan itu perlu. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana meningkatkan IPM kita minimal dibawah 20. Syukur bisa kembali berada di peringkat 16,” katanya. Tasdi menekankan agar seluruh jajaran kesehatan melakukan evaluasi kinerja sebelumnya agar dapat meningkat, utamanya dalam meningkatkan unsur-unsur penyumbang IPM seperti Angka Kematian Ibu Melahirkan dan Angka Kematian Bayi. Saat ini, AKI di Purbalingga sesuai data 2015 adalah 132,44 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 10,12 per 1000 KH. Ditemui seusai pengarahan Bupati, Kepala DKK dr Nonot Mulyono mengakui ada pekerjaan rumah yang berat yang harus dijalani jajaran kesehatan di Purbalingga.
Selain sebagai Kepala DKK, Nonot juga diserahi tugas sebagai Plt Direktur RSUD dr R Goeteng Tarunadibrata. Saat ini, kata Nonot, berbagai program sedang dijalankan sebagai dukungan dunia kesehatan dalam meningkatkan IPM di Purbalingga. Untuk menambah daya tampung rumah sakit, pihaknya terus menginisiasi Puskesmas untuk dapat ditingkatkan menjadi Puskesmas rawat inap. Sehingga sejumlah penyakit ringan dapat ditangani dan di rawat inap ditingkat Puskesmas. Selain itu, juga dilakukan intervensi di dua kecamatan untuk mencegah makin merebaknya penyakit Demam Berdarah di Kecamatan Kalimanah dan Purbalingga Kota. Sayangnya, intervensi itu hanya berhasil dilaksanakan di Kecamatan Kalimanah dengan melakukan promosi PSN setiap Jum'at pagi. Dari kegiatan itu, tahun 2015 lalu angka kesakitan DB di Kecamatan Kalimanah menurun drastis dari peringkat pertama di tahun 2014 menjadi posisi 3 pada 2015. “Di kecamatan Purbalingga masih perlu upaya lebih keras lagi,” katanya. Intervensi terhadap penyakit menular juga dilakukan terhadap berkembangnya Malaria. Di Purbalingga masih ada 6 desa endemis di sejumlah kecamatan Kaligondang, Pengadegan, Karangmoncol dan Rembang. Upaya yang dilakukan berhasil menurunkan angka kesakitan Malaria dari rata-rata 100 kasus penularan endemis setempat pada 2014, manjadi turun rata-rata hanya 19 kasus pada 2015. Sedangkan upaya menurunkan angka kesakitan penyakit tidak menular, telah dilakukan dengan membentuk Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu), sejenis Posyandu untuk orang-orang dewasa. Posbindu ini memberikan layanan pemantauan terhadap penderita penyakit kencing manis atau diabetes mellitus (DM) dan hipertensi. “Kegiatannya melakukan pemeriksaan tensimeter, gula, asam urat, kolesterol dan lemak. Saya targetkan tiap desa minimal ada 1 posbindu,” jelasnya. Untuk menurunkan AKI dan AKB terus dilakukan berbagai upaya. Diantaranya dengan membentuk Kelas Bidan sebagai sarana menambah pengetahuan para bidan di Purbalingga. Sebelumnya, juga sudah ada Kelas Ibu Hamil, Kelas Ibu Balita dan yang terkini adalah Kelas Bidan. “Saat ini seluruh bidan juga diharuskan magang di RSUD secara bergantian dalam sepekan,” katanya. Semua upaya prefentif yang dilakukan, terus didukung dengan kegiatan promotif seperti pemasangan baliho, spanduk dan penyelenggaraan sejumlah event yang akan terus ditingkatkan kedepannya. (Hardiyanto)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
237
WISATA
WISATA
Wisata Tubing Onje Lebih Seru dan Menakjubkan
PURBALINGGA-HUMAS – Bagi anda penggemar wisata minat khusus tubing, boleh mencoba di Desa wisata Onje, Kecamatan Mrebet. Meski melewati tiga jeram yang menantang, namun tubing di hulu sungai Klawing ini tetap aman. Wisatawan yang baru pertama kali mencoba tubing, tak perlu takut dan was-was. Para pemandunya sudah mahir dan berpengalaman. Tubing di Onje bisa dinikmati sepanjang tahun, termasuk saat musim kemarau sekalipun.
T
ubing di Desa Onje dikelola oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Bangun Pesona. Semula wilayah ini lebih sering digunakan untuk rafting (arung jeram) dan olah raga kayak. “Seiring dengan minat wisatawan untuk melakukan tubing, maka mulai tahun 2016 ini kami membuka paket
24
wisata tubing,” kata ketua Pokdarwis 'Bangun Pesona', Puji Utomo, Kamis (21/4). Menurut Puji Utomo, tubing di desanya lebih seru dan menakjubkan. Sepanjang jalur dari mulai star awal di Desa Tangkisan, Mrebet, hingga finish di Desa Onje, semuanya menyuguhkan
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
menjualbelikan nasi. Itu seperti pantangan, jadi wisatawan kami suguhi kupat dan lauk. Kalau pesan selain nasi, tentunya boleh. Misalnya pecel atau makanan ringan lain” ujar Puji Utomo tanpa merinci lebih jauh soal larangan itu. View menarik, trip lebih panjang 2 jam. Sementara itu tenaga fasilitator pendamping desa wisata Onje, Luh Putu Valentine mengungkapkan, selain tubing untuk orang dewasa, pihaknya bersama Pokdarwis Bangun Pesona tengah menyiapkan tubing khusus anak-anak.Jaraknya lebih dekat dan tentunya disesuaikan dengan kemampuan anak-anak. “Untuk tubing anak-anak, waktu tempuhnya antara 30 – 60 menit, tergantung pesanan,” kata Luh Putu. Luh Putu menambahkan, Desa Onje sangat potensial untuk dikembangkan sebagai desa wisata, karena letaknya yang strategis dan tidak jauh dari pusat kota Purbalingga. Selain river tubing, rafting dan kayak, sejumlah potensi yang layak dijual
untuk wisatawan antara lain Masdjid Raden Sayyid Kuning, makam Adipati Onje II, makam Puspa jaga, makam Medang, dan makam Nagasari. Kemudian ada Jojok Telu atau Kedung pertelu yang merupakan pertemuan tiga sungai yakni Sungai Paku, Paingan, dan Sungai Tlahab. Ada pula bukit Anjir, bukit ini konon dulunya digunakan oleh warga atau pasukan tentara rakyat untuk mengintai datangnya serangan penjajah Belanda. “Di Bukit Anjir, jika cuacanya cerah, kita bisa melihat matahari terbit ketika pagi hari, dan juga matahari terbenam saat sore. Panoramanya sangat indah, dan kami akan membuat semacam gardu pandang di tempat ini,” ujar Luh Putu. Selain potensi alam dan budaya, lanjut Luh Putu, di Desa Onje juga ada kerajinan masyarakat membuat kain Kluwung. Kain Kluwung mempunyai struktur kain yang lebih tebal dan halus jika dibanding kain Songket asal Sumatera. “Kami yakin, potensi ini setelah kami kemas bersama pegiat
wisata di desa, akan memiliki daya tarik yang unik dan menakjubkan,” kata Luh Putu. Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si mengatakan, untuk pengembangan desa wisata Onje, akan difokuskan pada dua kegiatan wisata utama. Paket wisata utama permainan di air berupa tubing, kayak dan rafting, serta menikmati sejumlah keindahan alam di desa. Sedang paket wisata kedua yakni wisata religi. Wisatawan mengunjungi mesjid penganut Islam Aboge yakni masjid Raden Sayyid Kuning, serta sejumlah makam pendiri Kabupaten Purbalingga. “Dua potensi ini memang memiliki segmen pengunjung yang berbeda, oleh karenanya pengelolaan dan pembuatan paket wisatanya dipisahkan. Jarang ada yang melakukan wisata ziarah, tetapi juga berwisata ke tubing atau arung jeram secara bersamaan dalam satu paket,” kata Subeno. (y)
pemandangan yang bagus. Areal tanaman penduduk berupa pohon alba dan sebagian lainnya pekarangan, menambah suasana desa yang asri dan sejuk. “Sepanjang rute, setidaknya ada tiga jeram yang lumayan menantang. Semuanya aman, dan guide kami sudah terlatih,” kata Puji. Untuk satu paket tubing, Pokdarwis Bangun Pesona masih mematok harga Rp 50 ribu per orang. Jarak tempuhnya lebih panjang dan sekitar 2 jam. “Waktu yang cukup untuk bermain dan berbasah-basah di air serta menguji adrenalin,” ujarnya setengah berpromosi. Harga paket itu, lanjut Puji Utomo, masih harga promosi hingga akhir April ini. Setiap pengunjung dilengkapi peralatan pengaman, pelampung, helm dan snack berat berupa ketupat, mendoan dan m i n u m a n We d a n g U w u h u n t u k penghangat tubuh. “Di Desa Onje konon tidak boleh
Derap Perwira
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
25
GALERI FOTO
GALERI FOTO
Kaledoskop Bulan Maret - April 2016
26
Pantauan TPA
Paparan Sinovik di Kemenpan RB
Pantauan PIN 2016 oleh Ibu Wakil Bupati
Pemugaran RTLH di Desa Tetel Kecamatan Pengadegan
Pantauan UN SMA Sederajat
Gebyar PAUD di MTL Jenderal Soedirman Rembang
Apel Kesiapsiagaaam Musda Muhamadiyah
Perlombaan masak nasi goreng memperingati Hari Kartini
Bedah Rumah di Desa Pepedan Kecamatan Karangmoncol
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
27
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
Di Hari Pendidikan Bupati Launching Kartu Purbalingga Pintar Pada hari pendidikan yang bersejarah, kembali Bupati Purbalingga, Tasdi melaunching Kartu Purbalingga Pintar (KPP). Kartu ini bertujuan agar anak-anak usia sekolah tidak sekolah (AUSTS) bisa mengeyam pendidikan sampai tingkat sekolah menengah pertama atau menamatkan wajib belajar 12 tahun. Tasdi mengatakan KPP berbeda dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP), kalau KIP memberikan bantuan kepada anak yang sudah sekolah.
Kalau KPP memberikan bantuan kepada anak usia sekolah yang belum sekolah. “Kita harapkan dengan bantuan Rp 1 juta untuk calon siswa SD dan Rp 1,5 juta untuk calon siswa SMP dengan syarat dari keluarga miskin, bisa melanjutkan sekolahnya, ”kata Tasdi di sela-sela upacara peringatan Hardiknas di Alun-alun Purbalingga, Senin (2/5). Uang itu nantinya untuk membeli pakaian, sepatu, tas, buku untuk mereka bisa sekolah. KPP berfungsi untuk mengantar anak agar bisa masuk sekolah. Berdasarkan data tingkat keberhasilan wajardiknas
28
masih 96% , dan APK SMP masih 96%. “Sehingga masih ada 4% usia anak 7-12 tahun yang belum masuk SD, dan ada usia 12-16 tahun tidak masuk SMP,”katannya Dengan adanya KPP ini Bupati berharap akan berimbas pada peningkatan indek pembangunan manusia (IPM) yang salah satu unsurnya adalah pendidikan. Dengan Angka rata-rata lama sekolah sebesar 7,3 th, artinya lulus SD ditambah 1 tahun 3 bulan. Sehingga wajardikdas
9 tahun di Purbalingga belum terwujud. “ Sehingga KPP ini untuk mendukung wajardikdas 9 tahun, dan tahun ini kita anggarkan Rp 3 miliar,” kata Tasdi Kepala Dinas Pendidikan, Tri Gnawan mengatakan untuk mensukseskan program KPP, Dinas telah melakukan pendataan di tingkat desa, semua kepala sekolah dan dibantu oleh para camat. Setelah di data ternyata data BPS (Badan Pusat Statistik) tidak pas. “ Dari hasil pendataan ada 468 anak usia sekolah tetapi berpotensi tidak sekolah/putus sekolah untuk
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XI|2015
anak SD, sedangkan untuk SMP/MTs ada 1116 yang tidak sekolah atau putus sekolah,” kata Tri Gunawan. Tri Gunawan menambahkan ada kendala dalam pelaksanaan KPP terhadap anak-anak yang berkebutuhan khusus tapi usianya 715 tahun. Karena sekolah berkebutuan khusus di Purbalingga hanya ada satu. Padahal jangkauannya jauh dan kebanyakan rata-rata berasal dari orang tidak mampu. “Sehingga lebih banyak diutamakan biaya trasportasinya,” kata Tri Gunawan Untuk pengawasannya akan melibatkan para guru, dimana anak itu akan bersekolah, sehingga uang itu tidak diberikan dalam bentuk cas. Tetapi dalam bentuk tabungan, dan ketika anak tersebut butuh pakaian, sepatu, dan keperluan sekolah lainnya, uangnya tinggal diambil dengan seharga kebutuhannya. “Kalau dalam bentuk cas, kami khawatir jika digunakan tidak sesuai peruntukannya, seperti beli pulsa sehingga tidak tepat sasaran. Program ini akan terus dikawal sehingga akan tepat sasaran,” katanya Tri GUnawan menambahkan, bantuan siswa miskin dan KIP di Purbalingga tahun 2016 sebesar Rp 12 miliar. Namun demikian pada KIP masih ada beberapa kendala yakni ketika KIP menggunakan data pokok kependidikan (dapodik) tahun 2015. Sehingga masih ada anak yang lulus dan yang sudah bekerja masih tercantum mendapatkan KIP. “Setelah kita cek untuk anak klas 6 SD, klas 9 SMP dan Klas 12 SMK/SMA rata-rata anaknya sudah tidak bersekolah, sehingga kami sedang minta direvisi agar tepat sasaran dengan dapodiknya tahun berjalan,” pungkasnya. Data Dinas pendidikan Purbalingga terdapat AUSTS uisa 712 tahun sejumlah 442 anak, 13-15 tahun sebanyak 1.255 anak. Yang Mau sekolah sebanyak 598 anak dan yang tidak mau sekolah sebanyak 1.025 anak. (Sapto Suhardiyo)
Derap Perwira
PGRI Purbalingga Gelar Konferjakab
PURBALINGGA, HUMAS – Kepengurusan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Purbalingga Masa Bakti XXI atau periode 2014-2019 melaksanakan Konferensi Kerja Kabupaten (Konferjakab) tahun kedua di Aula PGRI Kabupaten Purbalingga Sabtu (16/4). Dengan tema “Memantapkan Peran PGRI dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di Kabupaten Purbalingga”, konferensi yang diikuti seluruh pengurus cabang PGRI SeKabupaten Purbalingga, bertujuan untuk menilai dan menentukan keberhasilan pelaksanaan program organisasi selam kurun waktu Januari-Desember 2015. “Selain itu, juga untuk menyusun, menyepakati serta menetapkan program organisasi kurun waktu JanuariDesember 2016 secara rinci, lengkap, jelas dan operasional. Disamping itu juga untuk menentukan sikap, pendirian dan startegi organisasi dalam menghadapi berbagai persoalan dan perkemabngan situasi saat ini,”jelas Ketua PGRI Kabupaten Purbalingga Sarjono. Sedangkan tugas konferensi kerja kabupaten, sambung Sarjono, adalah membahas dan menilai pelaksanaan kegiatan tersebut serta menetapkan rencana kerja tahunan dan kebijakkan yang belum ditetapkan juga membahas dan menetapkan rencana anggaran belanja organisasi (RAPBO) PGRI. Dalam sambutannya, Bupati Purbalingga Tasdi mengapresiasi dan terimaksih atas darma bakti serta perjuangan para guru yang tergabung dalam PGRI. “Karena melalui PGRI, melalui
Derap Perwira
guru, Indonesia umumnya serta khusunya Purbalingga menjadi maju,”tutur bupati. Tasdi mengatakan, bahwa, secara filosofis, semua harus berbuat untuk orang banyak atau berbuat untuk republik agar merubah Indonesia dan merubah semuanya, karena Tuhan tidak akan merubah suatu bangsa/kaum, apabila kaum tersebut tidak merubah kaumnya sendiri. Oleh sebab itu, republik ini didirikan punya satu tujuan, salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam UUD 45 aline ke 4, secara serius dan konsisten pemerintah sudah melakukan terobosan-terobosan dengan aspek yuridisnya, yaitu, mengeluarkan UU 20 Tentang Sisdiknas, UU Nomor 14 tentang Guru dan Dosen, “Substansi atau rohnya adalah untuk menggerakan semua komponen bangsa, termasuk guru, untuk bagaimana mencerdaskan serta membangun bangsa ini. Oleh karena itu, termasuk Purbalingga, kami mengikuti irama, apa yang menjadi program-program bupatibupati terdahulu, kita akan ikuti bagaimana pola mereka membangun pendidikan Purbalingga sekaligus bekerjasama, bermitra dengan PGRI dan akan kami teruskan di kabupaten Purbalingga,”tuturnya. Bupati juga berjanji, akan berkontribusi bersama PGRI salah satunya, adalah akan menyelesaikan pembangunan gedung PGRI dalam APBD tahun depan. Ketua PGRI Jawa Tengah Widadi menjelaskan, bahwa saat ini ada perubahan gaya dan cara perjuangan PGRI yang dahulu lebih menitikberatkan
pada jatidiri perjuangan dan ketenagakerjaan, saat ini lebih menitikberatkan sebagai organisasi profesi. “Profesi inilah yang harus menjadi tititk berat program semua anggota PGRI,”jelas Widadi Menurut Widadi, sesuai dengan pasal 41 ayat 2 Undang Undang (UU) Guru dan Dosen, bahwa fungsi organisasi profesi ada lima, yang pertama memantapkan, meningkatkan profesionalisme serta kompetensi guru, kedua meningkatkan karir dan wawasan kependidikan para guru. Selanjutnya ketiga, yaitu perlindungan guru, perlindungan profesi serta keempat kesejahteraan dan kelima pengabdian masyarakat. Selama ini, PGRI perhatian pada dua perjuangan yaitu perlindungan guru dan kesejahteraan. Sedangkan kesejahteraan, sambung Widadi, sudah secara hukum lahir dari hasil perjuangan PGRI setelah reformasi adalah dengan lahirnya UU guru dan dosen. Menurutnya, UU tersebut benar-benar memayungi. Hasil dari UU guru dan dosen yang benar-benar dirasakan adalah tunjangan sertifikasi. Walaupun UU tersebut sudah dirasakan oleh para guru, namun sebagian masih ada yang perlu diperjuangkan, salah satunya adalah guru honorer, baik honore K2 maupun honore lainnya. Keberadaan guru honorer di Purbalingga sudah mendapat perhatian dari pemerintah kabupaten sesuai kemampuan daerah. “Untuk itu saya ucapkan terimaksih atas perhatian yang diberikan pemkab kepada guru-guru honorer di Purbalingga,”ujar Widadi. (Sukiman)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
29
OPINI
OPINI
Gebrakan Sidak Ala Bupati Tasdi dan Wakil Bupati Tiwi Oleh : Budy Santosa - Staf Bagian Humas
Selang beberapa hari pasca dilantiknya menjadi Bupati dan Wakil Bupati , Bupati Tasdi dan Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi melakukan sidak secara maraton keberbagai SKPD. Sidak ini tentunya mempunyai maksud dan tujuan.
S
ecara dekat Bupati dan Wakil Bupati ingin mengetahui secara jelas dan pasti bahwa jajaran stafnya siap untuk mendukung dan mensukseskan visi dan misinya pada saat debut pemilukada beberapa bulan yang lalu, sehingga tidaklah mengherankan apabila Bupati dan Wakil Bupati, pagi-pagi sekali tanpa sungkan-sungkan menyambangi SKPD untuk melihat dari dekat pelaksanaan apel pagi di masingmasing SKPD. elaksanaan apel pagi bagi seorang PNS (ASN) merupakan salah satu barometer untuk mengukur apakah seorang PNS disiplin atau tidak dalam hal waktu bekerjanya. Karena sesuai dengan aturan kepegawaian, waktu bekerja bagi seorang PNS dalam 1 (satu) minggunya ada 37,5 jam. Apabila waktu bekerjanya kurang dari 37,5 jam, maka sudah barang tentu negara akan dirugikan. Ketentuan tersebut diatur didalam Keputusan Presiden Nomer 68 Tahun 1995, pada pasal 1 ayat (2) yang menyebutkan bahwa “jumlah jam kerja efektif dalam 5 hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 37,5 jam”. Bupati dan Wakil Bupati tidak hanya berhenti sidaknya di lingkungan SKPD, namun sidaknya akan dilanjutkan sampai ditingkat kelurahan dan desa dalam wilayah Purbalingga. Tekad Bupati dan Wakil Bupati tentunya tidak main-main
30
dalam hal ini. Bupati dan Wakil Bupati ingin mengingatkan bahwa sebagai Aparatur Sipil Negara harus memberikan contoh dulu kepada masyarakat, lewat contoh itulah masyarakat akan menilai kinerja dan jiwa melayani PNS terhadap masyarakat. Inilah yang sebenarnya ingin ditanamkan dan dibangun Bupati dan Wakil Bupati dalam kunjungannya ke berbagai SKPD maupun desa dan kelurahan, bahwa disiplin waktu dalam bekerja mutlak sangat diperlukan. \ Kondisi seperti itu, tentunya sangat berbeda jauh dengan kondisi sebelumnya, dimana pelaksanaan apel pagi ataupun keberangkatan PNS di kantor tidak sepagi pasca pelantikan Bupati Tasdi dan Wakil Bupati Tiwi. Bagi PNS yang sudah biasa berangkat siangan untuk berangkat sepagi mungkin atau paling tidak jam 7.15 untuk melaksanakan apel pagi, adalah hal yang sangat berat. Bahkan dalam kunjunganya ke salah satu SKPD, pada saat dimulai apel yang dipimpin langsung oleh Bupati peserta SKPD tersebut baru ada 3 (tiga) orang yang datang. \ Melihat kondisi seperti ini, maka Bupati merasa sangat geram dan prihatin. Sampai-sampai dalam memimpin apel paginya di salah satu SKPD Bupati melontarkan statemen: “Siapa yang
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
tidak sepaham dan sejalan dengan saya, silahkan minggir”, atau “PNS-se payah pada mlempem“. Lontaran statemen ini tentunya sangat beralasan bagi Bupati; karena ia ingin agar didalam bekerja dan mengabdikan dirinya untuk membangun Purbalingga, maka butuh jajaran dibawahnya yang sepaham dan sejalan serta mau untuk kerja cerdas, kerja keras maupun kerja ikhlas. Reward dan Punishmen Kondisi inilah yang akhirnya menjadi bahan pemikiran Bupati dan Wakil Bupati, untuk membuat suatu kebijakan guna membenahi masalah manajemen kepegawaian. Jangan sampai mereka yang rajin dan disiplin dalam bekerja, sama saja dengan
Derap Perwira
mereka yang santai dan semaunya sendiri. Reward dan punishment adalah keniscayaan bagi PNS dalam meningkatkan disiplin pegawai. Harapan Bupati agar perlu diterapkan Reward bagi PNS yang bekerjanya telah memenuhi aturan dan dapat menunjukan prestasi kerjanya. Dan yang pasti PNS tersebut telah membawa nama baik serta mengharumkan Kabupaten Purbalingga ke luar daerah. Wujud penghargaan terhadap PNS yang berkinerja baik dan berprestasi dapat diberikan dalam bentuk Piagam Penghargaan, SK Bupati tentang pemberian penghargaan kepada PNS yang mempunyai prestasi kerja dan pemberian hadiah berupa uang pembinaan sesuai dengan tingkat prestasinya. Pemberian penghargaan maupun hadiah ini merupakan wujud perhatian dari Bupati dan Wakil Bupati atas prestasi dan kinerja PNS. Sedangkan punishmen akan dikenakan bagi PNS yang telah melakukan pelanggaran disiplin ataupun yang bermasalah. Bentuk pengenaan sanksi punishmen kepada PNS, akan diberikan sesuai dengan takaran level kesalahannya. Punishmen ini sendiri lebih merupakan bentuk upaya pembinaan dan bimbingan agar yang bersangkutan tidak akan mencoba
Derap Perwira
untuk mengulangi kesalahan atas perbuatan yang dilakukannya. Dalam Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin Aparatur Sipil, maka setiap hukuman harus ditakar levelnya, sebagai ilustrasi berikut ini adalah merupakan daftar kasus dan bentuk hukumannya dapat dilihat di tabel berikut: Apabila kondisi saat ini masih tetap dan tidak ada perubahan, dalam hal kedisiplinan maupun kinerjanya, walaupun sudah dikeluarkan Surat Edaran Bupati berkaitan dengan hal tersebut, maka tidak menutup kemungkinan Bupati
akan mengevaluasi terkait dengan penerapan lima hari kerja menjadi enam hari kerja kembali dan juga termasuk pemberian tunjangannya. Jika gebrakan sidak ala Bupati Tasdi dan Wakil Bupati Tiwi, dapat diterapkan secara konsekwen, maka sudah dapat dibayangkan kinerja PNS dan pelayanan publik kepada masyarakat akan terjadi peningkatan yang luar biasa dan signifikan di semua lini. Semua ini tentunya akan bermuara pada jiwa melayani untuk memberikan kepuasan pelayanan publik kepada masyarakat, semoga.
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
31
SEJARAH
SEJARAH
Raden Jakop Salatun Pria Pendiri LAPAN Asal Bukateja Indonesia menjadi Negara pertama di belahan selatan yang mengoperasikan
Namanya Raden Jacob Salatun, putra sulung dari bapak Solichin asal Bukateja kabupaten Purbalingga. Salatun yang saat masih tugas terakhir berpangkat marsekal ini, memang dikenal sebagai bapak yang senang bercerita.
C
erita yang disampaikan bukan seperti cerita – cerita biasa, tetapi cerita tentang sejarah AURI dan Indonesia yang tak pernah ditulis dalam buku sejarah. Itu sebabnya bila bertandang ke kantor majalah Angkasa, rekan - rekannya selalu siap mendengar cerita – cerita baru apa yang akan disampaikan. RJ Salatun adalah penggagas pertama majalah Angkasa dan sampai akhir hayatnya menjabat pemimpin umum dan pemimpin redaksi. Di antara cerita yang menarik adalah tentang persahabatannya dengan Nurtanio Pringgoadisuryo dan Wiweko Supono serta perjalanannya ke Kremlin, Rusia membeli pesawat tempur dan pembom. Nurtanio, Wiweko dan Salatun bersahabat sejak masih muda. Ketiganya sama sama tercatat sebagai Staf TKR Jawatan Penerbangan (sekarang TNI/AU) dengan pimpinan umum RS Suryadarma. karena tahu bahwa ketiganya peminat kedirgantaraan,
32
penggagas Junior Aero Club, serta pelanggan majalah berbahasa Belanda Vliegwereld (dunia penerbangan), pimpinan umum TKR Jawatan Penerbangan lalu memberi kepada mereka tugas khusus, yaitu membentuk lembaga Perencanaan dan Penerangan sebagai sarana propaganda. Sebelumnya ketiga pemuda itu pernah menyodorkan nama baru lembaga itu, tetapi ditolak, karena dianggap mirip kementerian Dr Goebbels dari masa Adolf Hitler. Berbeda ketika nama kedua itu diajukan, singkat kata malah Wiweko diangkat sebagai kepala bagian rencana dan penerangan. Nurtanio sebagai kasub rencana dan Salatun kasub penerangan. Karena senang dengan pekerjaan ini maka mereka bertiga ibarat ikan yang dimasukan ke dalam air. Baru beberapa hari bekerja, Salatun sudah ditugasi oleh Halim Perdanakusuma, agar ceramah soal identivikasi pesawat di kursus Field Operasional Intelligence di Kaliurang Yogyakarta. Itu kali pertama Salatun
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
berkenalan dengan Halim Perdanakusuma. Halim Perdanakusuma adalah mantan penerbang RAF yang pernah melakukan pengeboman atas Jerman pada masa perang dunia II. Di RAF terakhir Halim Perdanakusuma berpangkat flight lieutenant, sementara ketika masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Penerbangan, pangkatnya dinaikan oleh pemerintah Republik Indonesia menjadi Kolonel. Di mata Salatun, Halim Perdanakusuma adalah legenda, tetapi toh tetap manusia biasa. Salatun tidak pernah lupa ketika Halim Perdanakusuma berkelakar dengan Suryadarma tentang tanda-tanda pangkat untuk AURI. Suryadarma sempat bercanda bagaimana jika pangkat laksamana tertinggi udara asal Eropa yang berbintang lima ditukar dengan tanda pangkat prajurit udara II, lalu diterapkan di Indonesia. Dari Salatun pula diketahui, bahwa Suryadarma yang cerdas, pintar dan berwawasan luas, hidupnya ternyata sederhana. Salatun melihat sendiri bagaimana Suryadarma dan Nurtanio kerap berboncengan sepeda ontel sepulang kerja, tidak seperti pejabat tinggi pada umumnya. Ketika itu Mabes AU masih di Yogyakarta di Jl.Terban Taman No.1. Gedungnya tidak besar, untuk menggambarkan ukurannya, ia sempat mengatakan, baik gedung sekaligus
Derap Perwira
halamannya, bisa masuk ke dalam auditorium Mabes TNI AU yang sekarang. Yang membanggakan gedung sederhana dan kecil inilah Salatun dan Suryadarma sempat mengubah wajah AURI menjadi angkatan udara yang paling disegani di belahan bumi selatan. Kisahnya terjadi ketika bersama Menteri Keamanan Nasional Jenderal AH Nasution diberi tugas oleh Bung Karno ke Rusia dan China untuk mencari pengganti pesawat – pesawat yang kena embargo suku cadang dari Amerika. Di Rusia mereka disambut baik oleh Deputy KSAU Uni Soviet, Marsekal Rudenko di Istana Kremlin dan diperbolehkan memboyong tidak kira – kira dua skadron MIG–21, 10 MIG-19 dan 24 pembom strategis Tu-16 Badger. Di Kremlin Salatun menyebut jenis – jenis pesawat tersebut amat lancar, semata – mata karena ia sering membaca artikel tentang pembuatannya di majalah. Ta h u b e g i t u , S u r y a d a r m a j u g a menugasinya untuk meyakinkan kepada Presiden Sukarno soal kehebatan pesawat – pesawat tersebut. Presiden ternyata amat percaya kepada keterangan Salatun. Saking percayanya Salatun ditugaskan kembali pergi ke China, untuk mencari pesawat yang lain. Di China delegasi Indonesia itu diterima pemimpin China Mao Ze Dong dan Perdana Menteri Chou En Lay. Dari China, Indonesia memboyong 12 pesawat pembom Tu-2, 24 Lavockhin La11 (Rusian Thunderbolt) dan 12 Jet tempur MIG-17 buatan China yang diberi nama Type 56. Pesawat–pesawat itu digunakan dalam operasi Trikora di Irian Barat. Dengan kedatangan Tu-16 dan ALRI memperoleh kapal penjelajah RI Irian, maka Indonesia pun menjadi Negara yang paling ditakuti di belahan bumi selatan. Bahkan berkat MIG-21,
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
33
INFRASTRUKTUR
INFRASTRUKTUR
Jembatan Pepedan-Tetel Segera Terbangun
Jembatan Gantung Lembah Pitulungan Purbara Permudah Akses Purbalingga-Banjarnegara
PURBALINGGA-HUMAS, Jembatan penghubung dua desa di dua kecamatan yakni Desa Pepedan Kecamatan Karangmoncol dan Desa Tetel Kecamatan Pengadegan tahun 2017 segera di bangun. Janji ini disampaikan Bupati Purbalingga, Tasdi saat memantau lahan yang akan digunakan sebagai jalan penghubung sampai dengan jembatan.
T
asdi mengatakan jembatan dan jalan akan segera di bangun pada tahun 2017 jika kepala desa Pepedan bisa menyediakan lahan dengan lebar 9 meter. Lebar 9 meter ini diperlukan agar kedepan dengan perkembangan jaman tidak melakukan pelebaran jalan lagi. “Kalau tahun ini bisa disediakan lahan maka tahun depan pembangunan jalan dan jembatan bisa digarap,” kata Tasdi di selasela kegiatan Jum'at Subuh Berjama'ah, Jum'at (29/4). Tasdi mengatakan tahun ini Detail Engineering Design (DED) jembatan akan laksanakan pada APBD Perubahan Tahun 2016. Bupati berharap DED bisa rampung, dan 2017 bisa dilaksanakan pembangunan konstruksi. Hadi Iswanto Kasubid di Bappeda Purbalingga mengatakan anggaran
pembangunan jalan dan jembatan diperkirakan menelan anggaran Rp. 30 miliar. Dengan lebar jembatan 7 meter panjang 130 meter, sedangkan untuk lahan jalan Bappeda mengusulkan 3 opsi yakni di jalan yang telah ada lewat MI Muhamadiyah, Lewat tengah dan lewat depan tugu Perjuangan Siliwangi. “Sedangkan untuk kontruksi jembatan, nantinya akan menunggu hasil DED”, kata Hadi Iswanto Kepala Bapermas, R. Imam Wahyudi mengatakan untuk mempercepat proses pembangunan jembatan, khususnya pembuatan jalan nantinya akan dianggarkan dengan kegiatan Karya Bakti TNI. Kegiatan ini akan dianggarkan pada anggaran perubahan. “Pelaksananan Karya Bakhti TNI akan dilaksanakan dengan dua tahap, hal melihat lahan yang panjang yang tidak
memungkinkan dilaksanakan satu tahap,” kata Imam. Imam menambahkan pelaksanaan Karya Bhakti TNI dengan tujuan pembuatan jalan makadam. Pembuatan jalan ini agar pada tahun 2017 tinggal meningkatkan kapasitas jalannya, menjadi aspal. Sedangkan kepala Desa Pepedan, Zahid Zuriatno mengatakan kesiapannya menyediakan lahan untuk jalan. Penyedian lahan nantinya akan dirapatkan dalam musyawarah desa, dengan memperhatikan pertimbangan dari berbagai tokoh masyarakat. “Pada intinya masyarakat Desa Pepedan siap menyediakan lahan, namun kita perlu rembugan dulu agar bisa mencari solusi yang terbaik,” pungkas Zahid (Sapto Suhardiyo)
PURBALINGGA, HUMAS – Akses masyarakat Dusun II Desa Karangbawang Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga ke Dusun IV Desa Jembangan Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara kini sudah tersambung. Karena jembatan hasil swadaya masyarakat di kedua wilayah Kamis (7/4) diresmikan.
P
eresmian jembatan yang diberi nama Jembatan Lembah Pitulungan Purbara, dilakukan oleh Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, dan disaksikan pejabat dari DPU, Bappeda, Bagian Pembangunan Setda, Bagian Humas Setda, Forkompincam Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga dan Kepala Desa Jembangan, Camat Punggelan Kabupaten Banjarnegara beserta warga sekitar. Dalam sambutannya, Camat Rembang Suwarto meminta, agar pemerintah kabupaten (Pemkab) memikirkan kondisi wilayah di Desa Karangbawang, supaya kemajuannya, sejajar dengan desa-desa lain di Kabupaten Purbalingga. Selain itu, Suwarto juga berharap, agar jalan penghubung dari kantor Karangbawang menuju Jembatan Limus yang penggunaanya diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah beberapa waktu lalu, saat ini, jalanya masih memprihatinkan agar bisa nyaman dilewati “Jembatan Limus yang baru saja diremikan oleh Gubernur Jawa Tengah, kondisi jalanya dari balai desa ke Jembatan Limus masih memprihatinkan serta sempit, untuk kendaraan tidak bisa dilalui dua arah, sehingga perlu dilebarkan,”pinta Suwardi.
34
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
Derap Perwira
Derap Perwira
Beberapa waktu lalu, sambung Suwardi, pihaknya sudah melaksanakan musyawarah dengan berbagai pihak dan ada kesepakatan dengan warga yang mempunyai tanah di sepanjang jalan menuju jembatan Limus, sudah mengikhlaskan tanahnya untuk pelebaran jalan, dua meter untuk sisi kanan dan kiri jalan sepanjang 4000 meter. “Kesepakatan tersebut sudah ditandatangani sehingga dalam musrenbang ini diprioritaskan pertama untuk dilakukan pelebaran jalan,”terangnya. Menurut Suwardi, dengan dilebarkan serta peningakatan jalan tersebut, akan mempermudah akses ekonomi, perdagangan, akses pendidikan bagi anak sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan pembangunan Jembatan Gantung Lembah Pitulungan Purbara, yang baru saja diresmikan dengan panjang 30 meter serta lebar dua meter sumber dananya mutlak dari masyarakat di kedua desa di dua kabupaten. Dalam sambutannya, wabup berterimakasih kepada seluruh masyarakat yang sudah berupaya bergotong royong membangun jembatan gantung. Dengan dibangunnya jembatan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat, khusunya Desa Karangbawang “Tentunya pembangunan jembatan ini sudah ditunggu-tunggu baik warga Karangbawang maupun Desa Jemblungan, karena beberapa waktu lalu jembatan belum dibangun dan sekarang sudah dibangun, hal ini merupakan kemajuan. Sekaligus jembatan ini berfungsi untuk menghubungkan dua kabupaten dan ini, luar biasa, karena pembangunan jembatan dengan swadaya kedua desa di dua kabupaten, sehingga kegiatan-kegiatan seperti ini perlu dicontoh dan diapresiasi,”tuturnya. Dengan dibangunnya jembatan tersebut, sambung wabup, dirinya berharap besar akan dampak secara multi player effect akan dirasakan oleh kedua desa. Dampak secara ekonomi dan masyarakat, diantaranya membuka akses jalan yang semula belum tersambung, saat ini sudah dapat tersambung, terlebih lagi kalau sudah dilewati penerangan. “Tentunya dengan adanya jembatan ini, akan menambah atau mengatrol harga tanah yang terletak di sepanjang jalan yang menghubungkan jembatan gantug ini,”jelasnya. (Sukiman)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
35
INFO PEMKAB
Persibangga Menang, Hiburan Buat Ultah Tasdi – Tiwi
5 Upaya Mencegah Pelecehan Seksual Pada Anak Kasus Yuyun, JIS, dan berbagai kasus kekerasan anak di Indonesia semakin meningkat. Dari data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan angka korban pelecehan seksual terhadap anak semakin tinggi setiap tahunnya. DSata tahun 2013 ke tahun 2014 terjadi kenaikan 100 persen, baik itu mereka yang jadi korban atau pun pelaku.
K
asus kekerasan seksual tentunnya bukan tangungjawab pemerintah saja, namun semua steakholder yang ada. Karena kekerasan seksual terhadap anak sekarang sudah menjadi ancaman yang serius. Bahkan tempat yang dianggap paling aman, yakni keluarga dan sekolah juga rentan terhadap kekerasan seksual. Lalu bagaimanakah kita sebagai orang tua dan masyarakat, untuk melindungi anaknya terhindar dari kejatahan seksual atau tidak melaklukan kejatahan itu. Untuk itu saya akan ungkapkan beberapa tips-tips sederhana. Tips ini kita ambilkan dari beberapa media yang kita rangkum agar bisa menjadi sharing ilmu dan bisa melindungi supaya anaknya terhindar dari kejahatan seksual tersebut, sebagai berikut : 1. Tumbuhkan keberanian pada anak Ajarkan kepada anak anda jika dia diperlakukan tidak baik sama seseorang, dia harus berani menolak. Dia harus berani melaporkan ancaman tindakan kekerasan kepada orang yang dapat melindunginya, seperti orang tua, petugas keamanan, guru di sekolah, dan lain-laun. Ajarkan anak-anak jangan takut jika diancam seseorang atau diiming-imingi imbalan tertentu. Kalau diperlukan ajarkan anak untuk berteriak sekencang-kencangnya jika tidak dia diperlakukan yang tidak baik oleh siapapun. Beri pemahaman bahwa anak bisa mejadi polisi bagi dirinya sendiri agar kejahatan pada anak bisa dicegah sedini mungkin. 2. Memberikan pakaian yang tidak terlalu terbuka Untuk menghindari tindakan yang tidak diinginkan terjadi pada anak kita. Tidak ada salahnya anda memberikan pakaian yang sopan dan
36
tertutup. Karena bisa jadi pakaian yang terbuka akan semakin menarik perhatian para pelaku kejahatan seksual pada anak. 3. Memperkenalkan fungsi organ intim Hal yang tidak kalah penting adalah, memberikan pengertian mengenai organ intim. Berikan pengertian bahwa organ intim adalah privasi yang tidak boleh orang lain mengetahuinya. Ajarkan pula mengenai hak privasi yang harus dimiliki oleh anak-anak. 4. Mengajarkan nilai-nilai agama Nilai-nilai keagamaan perlu ditanamkan untuk menumbuhkan
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
PURBALINGGA, HUMAS – Kemenangan Persibangga (Purbalingga) atas Persibas (Banyumas) dalam laga terakhir TurnamenSepakbola Bupati Purbalingga Cup 2016, menjadi hadiah hiburan bagi pasangan Bupati Tasdi dan Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi. Pasalnya, laga yang diseting berakhir tepat pada hari ulang tahun keduanya tanggal 11 April, Persibangga terhindar dari posisi juru kunci. Sebelumnya, tim kebanggaan warga Purbalingga ini ditarget menjadi jawara pada turnamen tersebut. “Saya mengucapkan terima kasih kepada jajaran panitia dan seluruh komponen pecinta bola di Purbalingga karena turnamen ini berlangsung aman dan sukses. Saya juga mengucapkan selamat kepada tim PSCS yang menjadi juara. Kepada Persibangga harus berbenah karena target juara belum terpenuhi,” katanya didampingi Wabup Tiwi, Ketua DPRD Tongat, Dandim 0702 Purbalingga Letkol Kav Dedi Safrudin, Wakapolres dan sejumlah pejabat Pemda lainnya, Senin (11/4). BupatiTasdi yang juga Komisaris
Persibangga bertekad menggelorakan kembali persepakbolaan di Purbalingga. Sejumlah event dirancang guna membangkitkan kembali kebanggaan masyarakat melalui sepak bola. Setelah turnamen Bupati Purbalingga Cup, rencananya pada Agustus mendatang bakal digelar Piala Wakil Bupati khusus untuk tirnamen sepak bola wanita. Kemudian pada Desember, bertepatan dengan Hari jadi Kabupaten Purbalingga juga akan dihelat turnamen Ketua DPRD Purbalingga. Setelah dipastikan gagal meraih juara, Kesebelasan Persibangga (Purbalingga) terhindar dari posisi juru kunci setelah mampu memenangkan pertandingan melawan Persibas (Banyumas) dengan skor 2-1. Dua gol kemenangan Persibangga dicetak masing-masing oleh striker Gunaryo di menit 9 dan Anggi Prabowo di menit 66. Sedangkan Persibas memperkecil kekalahan dengan gol pemain Supri di menit 18. Kemenangan tersebut menjadi penyelamat muka Persibangga. Pasalnya dengan hasil itu tim berjuluk Laskar Jenderal Soedirman tersebut selamat dari
OLAH RAGA
posisi juru kunci. “Kemenangan ini menjadi hiburan dan hadiah ulang tahun bagi Komisaris Persibangga yang juga Bupati Purbalingga Tasdi,” kata General Manager Persibangga H Rokhman Supriyadi SE. Pertandingan antara Persibangga menghadapi Persibas banyumas berlangsung dalam tempo sedang. Kendati kedua tim sudah tidak berpeluang menjadi juara, namun pertandingan tersebut sarat dengan gengsi. Tak ayal hal itu membuat pemain kedua tim memeragakan permainan keras. Untung saja wasit Sutego mampu bersikap tegas dan adil. Hingga peluit panjang dibunyikan kedudukan tetap tidak berubah. Usai pertandingan diserahkan tropy kepada juara turnamen tersebut yang disandang PSCS (Cilacap). Kemudian Persak (Kebumen) di posisi dua, Persibangga (Purbalingga) dan Persibas (Banyumas) masing-masing di posisi tiga dan empat. Penyerahan dilakukan oleh Bupati Tasdi didampingi Wabup Dyah Hayuning Pratiwi. (Hardiyanto)
semangat tanggung jawab pada pribadi anak. Banyak hal positif yang dapat diambil dari mengajarkan nilai-nilai keagamaan. Seperti keadilan, kejujuran, kedisiplinan, respect terhadap kebaikan dan berani menolak kejelekan. 5. Jalin komunikasi dengan anak Jalin hubungan komunikasi senyaman mungkin dengan anak. Orang tua adalah tempat pengaduan segala keluh kesah anak. Minta anak supaya terbuka mengenai segala aktivitas yang telah dikerjakan. Jadilah orang tua yang siap menjadi tempat curahan hati bagi anak. Semoga bermanfaat. (Sapto Suhardiyo)
Derap Perwira
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
37
INSIPRASI
INSIPRASI
Eni Rundiati, Kepsek Berpestasi dari Sekolah Pinggiran
T
otalitas ! satu kata yang tepat kita sampaikan kepada Eni Rundiati, dimana lewat keteguhan dan ketulusan pengabdiannya kepada dunia pendidikan membawanya meraih predikat kepala sekolah (Kepsek) berprestasi di Purbalingga. Predikat ini tentunya tidak gampang diraihnya, lewat jalur yang panjang dan segudang prestasi yang telah ditorehkan sehingga berhak menyandang kepala sekolah berprestasi dan menjadi wakili Purbalingga di tingkat Jawa Tengah. Untuk menjadi kepala sekolah berprestasi menurut Eni Rundiati yang juga Kepala Sekolah SMP 3 Bobotsari ada beberapa tahap yag dijalani. Tahap pertama adalah psikotes dan tes tertulis, dan yang kedua presentasi dan wawancara. “Pelaksanaan penilaian dilakukan selama 2 hari, dimana penilaian kompetensi kepala sekolah dilihat dari berbagai kompetensi. Seperti kompetensi supervisi, kompetensi kewirausahaan, kompetensi manajerial, serta kompetensi kepemimpinan pembelajaran,” kata Eni Melihat prestasi sekolah SMPN 3 Bobotsari untuk non akademiknya kurang, dan juga karena faktor sekolah
38
pinggiran. Ibu tiga orang anak tersebut memanfaatkan semua potensi sekolah yang ada sebagai bahan pembuatan karya ilimahnya. Yakni pemanfatan prestasi non akademik (ekstra kulikuler) yang ditorehkan oleh SMPN 3 Bobotasri selama ini. Eni mengatakan prestasi non akademik SMPN 3 Bobotsari sangat bagus terutama untuk ekstrakurikuler olahraga bola basket. Dari eskul bola basket inilah nama SMP N 3 Bobotsari mulai berkibar dan diperhitungkan di tingkat Kabupaten Purbalingga. Olah raga basket seakaan telah menjadi ikonnya SMPN 3 Bobotsari. “Pada perlombaan kemarin, alhamdulillah SMPN 3 Bobotasri, selalu mendapatkan juara di olahraga basket untuk tingkat kabupaten, dan di tingkat karsidenan mendapatka juara 3,” katanya Untuk mempersiapkan jadi Kepala Sekolah berpestasi, Eni mengatakan tidak ada kiat khususnya, cuma perlu ada kesiapan dalam pembuatan karya ilmiahnya yang nanti akan dipresentasikaan. Selain itu pembuatan best practisenya juga harus cepat dikarenakan dibatasi waktunya pembuatan karya ilmiah yang harus kelar
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
selama 3 hari. “Setelah selesai semua baru kemudian mempersiapakan materi yang di gunakan untuk paparan,”kata ibu yang telah menamatkan studi di S2 nya di Universitas Jenderal Soedirman pada tahun 2016. Dari pemikiran pengembangan kegiatan ekstrakurikuler inilah menjadi bahan pertimbangan Eni untuk menulis karya ilmiah degan judul pemberdayaan pogram pengembangan diri untuk menuju budaya sekolah. Judul ini diambil agar perkembangan ekstakurikuler selain basket bisa berkembang dan maju di SMP N 3 Bobotsari. Eni berpendapat pengembangan eskul seperti pencak silat, karate dan lompat tinggi, bisa menjadi alternatif pengembagan bakat siswa-siswinya. Ternyata dengan sentuhan dingin sebagai top manager di sekolahnya, eskul yang masih dalam katagori baru telah menorehkan hasilnya yakni mendapatkan juara 3 untuk pecak silat dan juara 1 untuk karate dan lompat tinggi tingkat kabupaten. Prestasi SMPN 3 Bobotsari di bidang non akademik yang begitu menggembirakan bukan hanya di topang oleh kepala sekolahnya saja, namun kata Eni ditopang oleh semua steakholder sekolah. Pengembangan manajemen berbasis sekolah dengan memanfaatkan semua potensi yang ada menjadi semangat guna mewujudkan cita-cita sekolah berdasarkan visi-misinya. “Kerjasama dengan komite sangat bagus, di semua aspek kegiatan kami libatkan terutama dalam diklat MBS yang direalisasikan dalam perumusan kerja sekolah, termasuk untuk partisipasi masyarakatnya,” katanya. Te r k a i t d e n g a n u n t u k pengembangan kebutuhan siswa seperti ketersediaan toilet bagi siswa-siswinya, Eni selalu berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Karena keterbatasan lahan SMPN 3 Bobotsari baru memiliki 10 toilet untuk putra dan putri. Namun demikian Eni akan terus memperjuangkan agar ketersediaan toilet dengan perbandingan siswa 40 banding 1 dan untuk perempuan 30 banding 1, akan terus diupayakan. “Pada hari pendidikan nasional ini saya berharap, khususnya untuk SMPN 3 Bobotsari, bisa meingkatkan prestasi akademiknya, meskipun kami sulit namun kami tetap berusaha agar lebih bagus dan dunia pendidikan di Purbaligga semakin meningkat,” pungkas Eni. (Sapto Suhardiyo)
Derap Perwira
Subeno :
Birokrasi Harus Punya Semangat Entrepreneur BAGI Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Drs Subeno, SE, M.Si, semangat kerja yang ditanamkan bagi dirinya dan mitranya di dinas, adalah kerja ikhlas, kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas.
S
emangat itu sudah ditanamkan jauh hari ketika Subeno bergabung di Dinbudparpora, 22 Januari 2015. Subeno, tidak pernah menganggap stafnya sebagai anak buah, tetapi sebagai mitra kerja. “Saya tidak pernah menyebut staf saya sebagai anak buah, kita semua mitra untuk bekerja melayani masyarakat,” tutur Subeno. Subeno yang selalu menanamkan prinsip bekerja prosedural dan disiplin dalam berbagai hal kepada mitranya, ingin menepis dan membuang jauh penyakit birokrasi yang melekat di jajaran PNS. Penyakit birokrasi itu sudah saatnya ditinggalkan. Warisan kolonial seperti PNS itu elitis, otoriter, menjaga jarak, patron-client dan minta dilayani, harus dibuang jauh. “Penyakit lain di birokrasi seperti sumberdaya manusia yang lemah, vested interes, munafik dan invidualis, juga sudah harus dibuang jauh-jauh. Birokrasi sekarang harus melayani dan juga
Derap Perwira
memikiki semangat entrepreneur,” kata lelaki kelahiran Purbalingga, 12 Agustus 1961 ini. Birokrasi yang memiliki semangat entrepreneur, lanjut Subeno, adalah birokrasi yang mampu bertindak sebagai katalisator, sebagai abdi masyarakat, kompetitif, fokus pada visi misi, berorientasi hasil, berorientasi pelanggan, berorientasi wirausaha, antisipatif, desentralisasi dan berorientasi pasar. Sedang birokrasi yang melayani atau servicesadalah birokrasi yang kapabel, berpikir lebih cepat, berfikir ulang, dan berfikir lintas sektor. “Birokrasi juga harus memiliki kultur yang tidak koruptif, berprestasi, pragmatis, berorientasi pada pelanggan dan tidak diskriminatif. Dan hal yang tak kalah penting juga, birokrasi harus terus berubah, artinya terus berionovasi dan adaptif,” kata bapak dua orang anak, Dhiksa Olya W, ST, dan Gilang Hanu P r a m a t a t y a , S T P, M . S c , h a s i l pernikahannya dengan Harsini, S.Pd,
M.Si. Pria yang aktif dalam berbagai organisasi ini seperti ketua I Yayasan Pendidikan Teknik (YPT) Purbalingga, ketua YPLP PGRI, wakil ketua Kwarcab, wakil ketua GNOTA, pengurus Dewan Pendidikan, ketua Percasi, ketua KSP Gatra, dan sejumlah oraganisasi lain, terus menanamkan kemitraan dengan berbagai pihak yang harus dilayaninya. Subeno, menjadikan kantor Dinbudparpora sebagai rumah kedua bagi pegiat budaya, pelaku pariwisata, pemuda dan olah raga. Subeno juga menjadikan dirinya serta jajarannya sebagai orang tua kedua bagi pegiat budaya, pelaku pariwisata, pemuda dan olahraga. “Dengan menjadikan Dinbudparpora sebagai rumah kedua, dan menjadikan kita sebagai orang tua kedua, maka saya yakin, akan bisa menjadikan Purbalingga sebagai tujuan wisata utama di Jateng, kota budaya, kota ramah pemuda dan berprestasi dibidang olah raga,” kata lelaki yang hobi bermain catur di laptop ini. (y)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XiI|2016
39
EKONOMI
EKONOMI
Bupati dan Wabup Didatangi Petugas SE 2016
Sensus Ekonomi 2016, Agar Hasilkan Data Akurat
PURBALINGGA, HUMAS – Mengawali kegiatan Sensus Ekonomi (SE) 2016 Petugas dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purbalingga hari Minggu (1/5) melaksanakan pendataan Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga. Di kediaman rumah dinas Wakil Bupati (Wabup) Purbalingga komplek Pendapa Cahyana yang ditempati oleh Wabup Dyah Hayuning Pratiwi, suami Rizal Diansyah dan putrinya Namira Mikyla Diansyah kelengkapan data diri dan keluarga dicatat petugas SE 2016. Menurut Rohman Suwarto Kepala Seksi (Kasi) Sosial pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purbalingga, berdasarkan hasil pendataan, wabup Purbalingga tidak memiliki usaha
40
rumah tangga ataupun usaha lainnya selain menjabat sebagai wabup. Sedangkan suami wabup, mempunyai usaha di Jakarta, tetapi bukan usaha rumah tangga, namun dalam bentuk perseroan terbatas (PT). “Untuk keluarga ibu wabup, yang dilakukan hanya pendaftaran rumah dan bangunan saja, tidak ada pendaftaran usaha, karena wabup tidak ada usaha, selain menjabat sebagai Wakil Bupati Purbalingga. Sedangkan suami wabup ada usaha, namun dalam bentuk PT di Jakarta,”jelas Rohman. Harapan pelaksanaan SE 2016 di Purbalingga, sambung Rohman, dapat berjalan lancar serta masyarakat dapat bekerja sama memberikan data apa adanya.
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
Melalui kegiatan tersebut, nantinya dijadikan dasar penentuan program dan kebijkan ekonomi tahun yang akan datang. Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi berharap, demi suksesnya pelaksanaan pembangunan, sehingga SE 2016 merupakan kegiatan yang harus didukung oleh semua pihak dan masyarakat diminta memberikan data yang akurat sesuai dengan kenyataan yang ada. “Untuk itu, semoga pelaksanaan sensus berjalan lancar dan dapat memperoleh data yang akurat untuk mendukung program pemerintah dan masyarakat diminta memberikan data sesuai kenyataan yang ada,”tuturnya. (Sukiman)
Derap Perwira
PURBALINGGA, HUMAS – Pelaksanaan Sensus Ekonomi 2016 di wilayah Kabupaten Purbalingga dimulai 1 – 31 Mei, ditandai dengan pendataan perdana kepada keluarga Bupati Purbalingga Tasdi dan Wabup Dyah Hayuning Pratiwi, Minggu (1/5). Pada kesempatan tersebut, Bupati Tasdi berharap agar SE 2016 berjalan lancar dan aman serta menghasilkan data yang akurat yang bermanfaat bagi kebijakan pembangunan di kabupaten maupun di tingkat nasional. “Saya sebagai warga negara Indonesia siap memberikan data dan keterangan lainnya yang diperlukan dalam sensus ekonomi ini,” kata Bupati saat menerima petugas pendataan dari Kelurahan Purbalingga Lor, Irwanda Hananto dan Supriyadi. Kedatangan petugas SE 2016 di rumah dinas Bupati didampingi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Purbalingga Agus Hariyanto, Kabag Humas Rusmo Purnomo, Camat Purbalingga Endro Irianto dan Kepala Kelurahan Purbalingga Lor Heri Meiyoga . Kepada Bupati, Irwanda Hananto menanyakan data menyangkut nama, anggota keluarga dan usaha yang dijalani keluarga. Tak sampai 5 menit,
Derap Perwira
pendataan SE 2016 pada keluarga Bupati Tasdi dapat diselesaikan. “Saya tidak punya usaha selain menjadi Bupati. Istri saya juga tak punya usaha. Anak-anak saya masih sekolah. Kami juga tak punya usaha yang bersifat online. Saya Zero usaha,” jelas Bupati didampingi sang istri Erni Tasdi. Kepala BPS Agus Hariyanto membenarkan, jika pendataan dilakukan kepada warga yang tidak mempunyai usaha maka akan dapat diselesaikan dengan cepat. Karena hanya ditanya soal data diri dan keluarga serta punya tidaknya kegiatan usaha, termasuk usaha perdagangan online. Menyangkut pendataan terhadap bisnis online, Agus mengaku menjadi pekerjaan yang cukup berat karena baru pertama dilakukan dan usahanya tidaklah kasat mata. Petugas hanya mengandalkan kejujuran responden dalam memberikan data yang sesungguhnya. Menurut Agus Hariyanto pada kegiatan SE 2016 ini, pihaknya mengerahkan 853 petugas yang disebar ke 18 wilayah kecamatan di kabupaten Purbalingga selama satu bulan 1 – 31 Mei. Setiap petugas sudah dipetakan wilayah kerjanya, baik di pedesaan maupun di konsentrasi usaha.
“Untuk kegiatan yang tidak memiliki tempat tetap seperti pedagang keliling dan lainnya akan didata di rumah. Sedangkan usaha yang memiliki tempat tetap akan didata di toko atau pasar tempat usahanya,” jelasnya. Dia mencontohkan, dari hasil orientasi yang dilakukan, pendataan di pasar terbesar Purbalingga yakni pasar Segamas akan ditempatkan sejumlah petugas yang akan melakukan pendataan pada malam hari. Dari persiapan yang dilakukan, Heru menyakini hasil pendataan dapat maksimal, paling tidak bisa memotret mendekati kebenaran. “Akurasinya kalau statistik 99 persen sudah bagus. Ada eror-eror dapat diakibatkan karena sampling eror atau non sampling eror. Dari sisi petugas saya yakin tidak akan terjadi non sampling eror,” katanya. Dia menambahkan, hasil SE 2016 akan langsung dimanfaatkan pada 17 Agustus 2016 dalam pidato Presiden akan diungkap jumlah usaha per kategori hingga omsetnya. Kemudian rincian detailnya akan didata kembali pada 2017. Yakni menyangkut struktur usahanya meliputi struktur modal, biaya, tenaga kerja dan keuntungannya seperti apa. (Hardiyanto)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
41
WANITA
137 Tahun Hari Kartini, Purbalingga Dapatkan Rekor MuRI
Menghayati Perjuangan RA Kartini Lewat Tulisan Suratnya “Bagi kami lebih tinggi ibu yang jadi ibu karena hati sanubarinya itu daripada ibu yang telah jadi ibu karena badannya. Harapan dan doa kami dengan sangat, bila di kemudian hari boleh kiranya cita-cita kami terwujud, kami mengajar di dalam sekolah, anakanak kami janganlah saja menyebutkan kami sebagai 'ibu' di mulut saja, melainkan juga 'ibu' di mulut dan di hati”
S
PURBALINGGA-HUMAS, Memperingati 137 tahun Hari Kartini, kembali Purbalingga mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MuRI). Rekor ini bertajuk penghargaan pemakaian baju kebaya oleh para karyawati pabrik dengan jumlah terbanyak. Eksekutuf Manager MuRI, Sri Widayati mengatakan rekor yang terciptakan kali ini merupakan rekor dunia, rekor yang spesifik dengan pekerja wanita terbanyak. Dimana para pekerja ini tetap melakukan aktifitasnya saat mengenakan kebaya. “Rekor ini menjadi rekor yang spektakuler, karena pada Hari Kartini ini para pekerja tetap melakukan aktifitasnya walaupun mengenakan kebaya,” kata Widayati di sela-sela penilain rekor MuRI di PT. Boyang Industral, Kamis (21/4). Widayati mengatakan rekor yang terciptakan kali ini adalah rekor baru, dan belum ada di Indonesia. Setelah dicek pada 3 perusahaan yakni PT Boyang Industrial, PT Indokores Sahabat, PT. Hyupsung, dan PT Royal Korindah ada 12.956 pekerja wanita yang mengenakan kebaya pada saat itu. Bupati Purbalingga, Tasdi
42
mengatakan pelaksanaan peringatan hari Kartini bertujuan untuk mengenang perjuangan Kartini sekaligus melestarikan cita-cita Kartini sang pejuang wanita. Dengan harapan dapat memberikan spirit bagi kita semua agar bisa mengerti sejauh mana sosok Raden Ajeng Kartini. “Pada peringatan Hari Kartini, Purbalingga kembali mendapatkan Rekor Muri, namun bukan hanya sekedar rekor murinya namun spiritnya yang akan kita ambil,” kata Tasdi setelah selesai upacara.
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
Dengan spirit ini lanjut Tasdi nantinya para wanita bisa berkontribusi bagi pembangunan di Purbalingga. Apalagi sekarang wakil Bupatinya adalah perempuan dan ketua penggerak PKK nya perempuan, sehingga semangat perempuan akan semakin maju dan semakin jaya. Rekor MuRI ini diberikan kepada Bupati Purbalingga Tasdi, SH MM, Ketua Penggerak PKK Purbalingga, Ny Erni Widiyawati, S.Sos dan Ketua Panitia Peringatan Hari Kartini Tahun 2016, dr. Hanung Wikanto. (Sapto Suhardiyo)
Derap Perwira
alah satu petikan surat Raden Ajeng Kartini yang ditujukan kepada Nyonya Abendanon tanggal 2 September 1902 itu dibacakan dengan menjiwai oleh Lilis Artika, anggota Dharma Wanita Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan (Dintanhutbun) Purbalingga, Senin (18/4). Lilis merupakan salah satu dari 68 peserta lomba membaca surat-surat RA Kartini yang digelar oleh Tim Penggerak PKK Purbalingga di ruang Grha Srikandi. Bahkan, Lilis sempat terlihat hampir menangis karena penjiwaan isi surat itu. “Jujur saja, hati saya merasa bergetar saat membacakan surat Kartini itu. Saya tidak bisa membayangkan, ketika perempuan jaman Kartini kehidupannya dikekang dan tidak sebebas saat ini. Makna perjuangan Kartini sungguh hebatnya, sehingga harus kita maknai bersama sebagai seorang perempuan,” ujar Lilis usai lomba. Dalam lomba itu, dewan juri yang terdiri dari Ir Prayitno, M.Si (Kabid Pariwisata Dinbudparpora), Bangun Pracoyo, S.Pd, M.Pd (Dinas Pendidikan), dan Ny E Sumartono (Tim Penggerak PKK Kabupaten), akhirnya memilih enam orang sebagai juara. “Pesertanya memang tampil bagus-bagus, tapi ada yang datar, ada juga yang tampil seperti membaca sajak,” ujar Ny Sumartono. Dalam lomba itu, juara I, II dan III masing-masing diraih Rini Amalia (Kecamatan Karanganyar), Lilis Artika
Derap Perwira
(Dintanhutbun), Tri Apsari Afit (BP4KP). Kemudian juara Harapan I – III masingmasing diraih Ida Nursanti (Kecamatan kejobong), Rini Tri Hastuti (DPPKAD), dan Ny Imam Toni P (PDAM). Ketua Tim Penggerak Kabupaten PurbalinggaNy Erni Tasdi mengatakan, surat-surat yang ditulis Kartini pada tahun 1900-an merupakan cerminan kondisi yang dihadapi perempuan pada zamannya. Kondisi perempuan Indonesia saat itu, sangat jauh dari kondisi saat ini. Dimana tantangan yang harus dihadapi perempuan saat itu sangat berat. Bahkan untuk mengenyam bangku pendidikan saja masih sangat sulit. Belum lagi adanya kekangan adat, budaya dan lingkungan sosial yang membatasi perempuan untuk bergerak dan berkarya. “Saya berharap nilai-nilai yang terkandung dalam surat-surat Kartini bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi kaum perempuan di Purbalingga. Agar terpacu untuk terus meningkatkan kualitas diri dan melanjutkan perjuangan Kartini lewat peran kita dalam keluarga dan masyarakat,” ujar Erni Tasdi. Menurut Erni, sekarang perempuan bisa berkarya dan berperan setara dengan laki-laki. Namun bukan berarti kita terbebas dari tantangan dan kendala. Pesatnya perkembangan sosial
WANITA
budaya masyarakat, menjadikan tantangan dan kendala yang semakin kompleks. “Ini butuh kualitas yang memadai dari para perempuan saat ini. Te r m a s u k p a r a k a d e r P K K d i Purbalingga,” katanya. Dibagian lain istri Bupati Tasdi yang juga menjadi anggota DPRD Kabupaten Purbalingga ini, selain lomba membaca surat-surat Kartini, pihaknya juga akan menggelar pemeriksaan atau Test IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Kegiatan tersebut akan dilaksanakan di Graha Srikandi pada Selasa (19/4) dan diikuti sekira 180 peserta. Selain itu, pada Rabu (20/4) juga akan diadakan Lomba Memasak Nasi Goreng antar Kepala SKPD dan Forkompinda di Pendapa Dipokusumo. Pesertanya 70 orang termasuk Bupati Purbalingga Tasdi. Puncak acara akan dilangsungkan pada Kamis (21/4) berupa upacara peringatan di Alun Alun Purbalingga. Para peserta akan memakai pakaian nasional kain dan kebaya. “Tujuannya bukan untuk fashion semata. Tetapi lebih pada upaya menghargai dan mengingat kembali betapa beratnya perjuangan perempuan di masa Raden Ajeng Kartini,” katanya. (y)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
43
WISATA
KEPEMUDAAN
KNPI Purbalingga Akan Adakan Kegiatan Purbalingga Edu Week
Mencari Pemuda Berprestasi Melalui Lomba Debat
Saka Pariwisata Diminta Dukung Sapta Pesona Wisata PURBALINGGA,HUMAS–Anggota Pramuka Satuan Karya (Saka) Pariwisata diminta ikut membantu promosi pariwisata di daerah. Saka Pariwisata juga diharapkan ikut mendukung kampanye Sapta Pesona Sadar Wisata khususnya di kalangan generasi muda dan anggota pramuka pada umumnya. “Bekal pengetahuan tentang kepramukaan, kepariwisataan dan Sapta Pesona Sadra Wisata hendaknya dapat dijadikan pegangan para pengurus dan anggota Saka Pramuka untuk ikut memajukan pariwisata di Purbalingga,” pesan Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si saat memberikan pembekalan pada acara pengukuhan Saka Pariwisata di kompleks obyek wisata Goa Lawa, Purbalingga, Minggu (1/5). Anggota Saka Pariwisata yang dikukuhkan sebanyak 50 pelajar yang berasal ari berbagai SMA/SMK/MAN di Purbalingga. Mereka sebelumnya menerima pembekalan tentang kepramukaan dan kepariwisataan sejak Sabtu (30/4). Mereka juga melakukan kunjungan ke korban kebakaran di Desa Siwarak, Karangreja, dan menjelajahi daya tarik obyek wisata Goa Lawa dan keindahan alam sekitarnya. Menurut Subeno, dengan dilantikanya anggota pramuka Saka Pariwisata, bukan menjadi akhir kegiatan kemah pariwisata, tetapi justru menjadi awal untuk melangkah menyumbangkan tenaga dan pikiran demi pembangunan
44
kepariwisataan. “Sebagai anggota pramuka Saka Pariwisata, tentunya patut berbangga diri karena bisa menjadi bagian dari generasi muda yang peduli dan berminat mengembangkan sektor pariwisata. Sektor pariwisata ini mampu menjadi pengungkit pembangunan sektor lainnya dan juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Subeno yang juga wakil ketua Kwarcab Purbalingga. Subeno meminta, anggota pramuka saka pariwisata, diminta memanfaatkan media sosial yang dimilikinya untuk membantu promosi wisata Purbalingga. Promosi melalui media sosial dinilai mampu menembus kalangan masyarakat banyak, khususnya generasi muda. “Promosi konvensionaldengan siaran keliling dan membagikan leaflet atau brosur, memang sudah tidak efektif. Agar wisatawan dari luar kota, bahkan di luar negeri bisa mengetahui wisata Purbalingga, maka harus melakukan promosi melalui internet dan media sosial,” ujar Subeno. Dibagian lain, Subeno juga meminta agar anggota saka pariwisata mengamalkan Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka. “Janji pramuka itu tidak ahanya diucapkan, tetapi harus diamalkan. Jika diamalkan, maka pramuka akan menjadi orang yang baik, dan tidak terlibat narkoba,,” pesan Subeno. Sementara itu Pimpinan Saka (Pinsaka) Pariwisata yang juga Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
(Dinbudparpora) Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si mengatakan, Saka Pariwisata merupakan wadah pendidikan bagi anggota Pramuka agar mereka dapat membina dan mengembangkan ketrampilan di bidang pariwisata. Dalam Saka Pariwisata ada tiga krida yakni Krida Penyuluh Pariwisata, Krida Pemanduan Wisata, dan Krida Kuliner Wisata. “Ketiga hal yang masuk dalam Saka Pariwisata ini diharapkan dapat mendukung dan ikut mensukseskan program sadar wisata yang berprinsip pada Sapta Pesona Wisata yakni aman, tertib, bersih, ramah, sejuk, indah, dan kenangan terakhir,” kata Prayitno. Menurut Prayitno, potensi generasi muda Indonesia sangat besar, program revitalisasi Gerakan Pramuka sejak sembilan tahun belakangan ini telah mengalami peningkatan cukup signifikan dengan makin bertambahnya anggota Pramuka. Sebagai sarana pendidikan non formal, Gerakan Pramuka sangat tepat untuk membentuk karakter pribadi generasi muda bangsa. “Kami perihatin dengan perilaku sebagian generasi muda yang memiliki masalah, mulai penggunaan obat terlarang hingga perilaku kriminal, dan kami pikir dengan kegiatan kepramukaan melalui Saka Pariwisata diharapkan dapat menekan tindakan tercela dikalangan generasi muda kita,” ujar Prayitno yang juga Pengurus Andalan Cabang Urusan (Ancu) Kwarcab Gerakan Pramuka Purbalingga ini. (y)
Derap Perwira
Derap Perwira
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
45
CERPEN
CERPEN SUARA RAKYAT
Ryan Rachman TIBA-TIBA saja nama sejenis batu jesper yang banyak ditemukan di Kali Klawing ini mendunia. Apalagi setelah salah satu dosen tamu Insitut Teknologi Bandung (ITB), Sudjatmiko menyebut bahwa batu ini merupakan ikon kebangsawanan di Negeri Menara Eiffel yang sebelumnya keberadaannya hanya ditemukan di daratan India.
Nogosui
46
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
O
rang-orang Perancis sering menyebutnya sebagai Le Sang Du Christ atau Cipratan Darah Kristus. Ini karena secara kasat mata, batuan jenis jesper ini memiliki motif warna hijau di sekujur badan dengan warna merah berupa bercak-bercak yang menurut mereka, seperti cipratan darah Yesus Kristus saat disalib oleh tentara Romawi di Bukit Golgota. “Waktu itu saya diminta untuk mencari jenis batuan semacam ini. Katanya di wilayah Purbalingga, masyarakat pernah melihatnya. Batu ini memiliki kekerasan yang tinggi mndekati permata,” kata geolog tersebut kepada saya saat ia melakukan penelitian bersama mahasiswa Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto pertengahan 2009 lalu. Apalagi setelah di awal 2014 lalu, virus batu akik mewabah di antero Tanah Air. Dimulai sejak Presiden Susilo B a m b a n g Yu d h o y o n o ( S B Y ) memberikan cinderamata kepada Si Anak Menteng, Presiden Amerika Barack Obama berupa cincin akik dengan mata batu bacan yang ditambang dari Pulau Bacan di tanah Celebes. Nah, nama Nogosui juga kemudian ikut meroket menjadi primadona di kalangan pecinta akik di Tanah Air bahkan sampai negara manca dengan mitos darah Sang Juru Selamat itu. Di tempatku, sebuah kabupaten kecil di Jawa Tengah yang berada di kaki Gunung Slamet sendiri, warganya lebih senang menyebut batu ini sebagai Nogosui, bukan Cipratan Darah Kristus. Alasannya, warna merah yang menjadi noda di batu hijau ini sering ditemukan saat dipoles, mirip seperti ular naga yang terbang atau meliuk dengan lidah menyala. Dan tingkat kekerasan batu, biasanya berbanding lurus dengan usia batu tersebut. Dan batu ini sangat keras. Bisa dikatakan, Nogosui berarti naga yang sangat tua. Ada pula mitos yang menyertai dalam batu tersebut. Di Kali Klawing konon sungai ini dibuat oleh Prabu Doryodana saat berlomba membuat sungai dengan Prabu Werkodara yang membuat Sungai Serayu- terdapat mahluk gaib berupa seekor ular menyerupai naga yang memiliki ekor panjang dan berkepala manusia. Tubuh dan ekornya bersisik merah legam. Hampir sama dengan Liong, atau naga di cerita bangsa Tionghoa, naga di Kali Klawing memiliki cakar dengan kuku yang runcing. Di kepalanya, rambut terurai dan sebagian tertutup mahkota.
Derap Perwira
Matanya menyala tajam, hidungnya besar dan daun telinganya lebar dari bawah dan meruncing ke atas. Dari dalam mulutnya keluar gigi taring menyerupai cengis yang ujungnya seruncing jarum pentul. Sepasang menghadap atas, sepasang menghadap bawah. Wajahnya sangat menyeramkan, begitu kata orang-orang yang pernah melihat penampakan mahluk tersebut. Kemudian, pada pertengahan 2014, sebuah stasiun televisi swasta datang ke Purbalingga untuk syuting acara mistis dengan presenternya Tukul Arwana dan bintang tamunya Roro Fitria. Paranormal Solehpati yang pintar melukis dengan mata tertutup –saya teringat Pendekar Tanpa Nama yang mampu mengetahui keberadaan orang lain walau dengan menutup mata, dalam novel Nagabumi Jurus Tanpa Bentuk karangan Seno Gumira Ajidarma- menggambar sosok gaib penghuni Kali Klawing berupa naga di kanvas putihnya, tentunya dia melukis sambil guling-guling di tepi sungai ini tepat di bawah Jembatan Klawing, dekat warung es duren Bancar yang juga menjadi rujukan para artis Ibu Kota saat datang ke Kota Perwira ini. Konon, naga ini berkeliaran hampir di sepanjang aliran Kali Klawing. Mulai dari hulu di perbukitan Plana daerah Kecamatan Karangmoncol hingga Congot di Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon. Di hilir ini, aliran Kali Klawing bertemu dengan aliran Kali Serayu yang lebih lebar. Orang-orang sepuh banyak yang mengatakan, naga ini selalu minta tumbal nyawa setiap waktu tertentu. Memang, saya sering menulis berita tentang orang yang hanyut di Kali Klawing, apakah itu korban sedang memancing, menjala, mencari pasir, menyeberang, atau sedang mandi. Begitu terpeleset dan terbawa arus yang kencang, tubuh korban lalu lenyap ditelan air. Biasanya korban ditemukan sehari kemudian di wilayah kecamatan sebelah dengan tanpa nyawa. Terakhir, Selasa, 24 Februari 2015, dua remaja asal Desa Toyareja, Kecamatan Purbalingga, hanyut di daerah Kedung Tapen, Desa Lamongan,
Derap DerapPerwira Perwira
Kecamatan Kaligondang saat mencari batu Nogosui untuk bahan akik. Tim SAR gabungan sehari semalam mencari keduanya. Namun mereka baru ditemukan hari berikutnya. Dua hari pula saya ikut memantau perkembangannya. Selain datang ke lokasi pencarian, juga ber-SMS-an dan ber-BBM-an dengan kepala Polsek setempat atau dengan petugas SAR. Dan di beberapa media massa keesokan harinya muncul headline “Nogosui Meminta Tumbal”. Tentu saja, saya tak menulis seheboh itu, karena koran tempatku bekerja bukan koran yang berisi berita mistis. Kembali pada batu ini. Warga sekitar Kali Klawing dulu menggunakan batu ini untuk hiasan dinding rumah, dinding pagar keliling, gapura atau lantai. Batu itu digosok lebih dulu menggunakan wungkal, setelah terlihat mengkilap, kemudian ditempel-tempelkan di tembok menggunaan semen. Tentu saja saat itu mereka belum tahu kalau sebenarnya batu itu bernilai harga tinggi. Bayangkan saja, saat ini batu Nogosui dengan kualitas super, satu kilogram diharga Rp 200 ribu, dan jika sudah dipotong, lempengannya bisa seharga Rp 100 ribu per lempeng. Kalau sudah jadi batu akik sebesar bola mata, harganya di kisaran Rp 500 ribu hingga di atas Rp 1 juta. Selain cerita menyeramkan di atas, ada pula cerita unik tentang Nogosui ini. Seorang warga di Desa Karanggambas, Kecamatan Kutasari, tembok gapura di depan rumahnya dirusak oleh orang tak dikenal. Alasannya, di tembok itu pemilik memasang batu-batu Kali Klawing. Tiap hari, ada saja batu yang hilang karena dicongkel. Sebagai seorang juru warta yang bertugas di Purbalingga, saya pernah membuat tulisan yang mendalam tentang batu ini saat awal-awal booming batu akik. Kini, ratusan perajin batu akik bermunculan. Hampir di setiap desa ada perajin batu akik. Bahkan di wilayah K e l u r a h a n B a n c a r, K e c a m a t a n Purbalingga, lebih dari 20 perajin dan penjual batu akik muncul. Mereka yang tidak membuat, memilih mencoba peruntungan di bisnis ini dengan menjual
batu akik yang diambil dari perajin. Ada pula yang menjual bahan akik berupa batu bongkahan atau lempengan dimana batu itu dibeli dari warga sekitar Kali Klawing. Polisi, tentara, aparatur sipil negara (ASN), karyawan swasta, wartawan, jaksa, dan profesi lainnya, beberapa menjadi penjual batu akik. Sebab di Purbalingga sendiri, peminatnya sangat banyak. Terlebih lagi saat itu Bupati 'mewajibkan' aparaturnya menggunakan batu akik dari Kali Klawing setiap hari. Komandan Kodim apalagi, setiap apel pagi, anggotanya harus menunjukkan cincin akik Kali Klawing melingkar di jari. Perbincangan di setiap sudut mana pun tak lepas dari akik. Di pos ronda, warung tepi jalan, kantor Samsat, pom bensin, pasar-pasar, kantor polisi, kantor dinas instansi, kantor DPRD, pangkalan ojek. Mereka banyak yang memamerkan koleksi akiknya. Menceritakan kelebihannya sembari mengelus-elusnya di baju atau di celana. “Bagaimana kabarmu? Apik ya batunya?” kata salah satu kawan PNS padaku suatu siang. Sambil menyapa, tangan dan tangan saya bersalaman. Tapi saat bersalaman tanganku diputar dan matanya mengamati cincin akik Nogosui yang melingkar di jari manis kananku Demam batu akik, tentu saja melambungkan nama Purbalingga. Pemberitaan di media cetak, televisi dan online hampir setiap hari muncul. Bahkan bupati merasa bangga ketika wajahnya muncul di sembilan stasiun televisi nasional karena akik tanpa mengeluarkan biaya promosi sama sekali. Bupati pun berujar, dengan batu akik ini, ekonomi warga semakin meningkat. Kaum laki-laki yang tadinya hanya sebagai pamong praja alias papa momong mama kerja –di Purbalingga hampir seluruh perempuan bekerja sebagai buruh pabrik bulu mata dan rambut palsi- sudah memiliki pekerjaan sebagai pembuat akik. Dan batu akik disebut-sebut dapat menekan angka perceraian karena sang suami sudah memiliki mata pencaharian. Bayangkan saja, tahun 2014, terdapat 2.226 kasus perceraian dimana 1.467 kasus, perempuanyang meminta cerai karena suami dinilai tidak mampu memberikan nafkah lahir maupun batin. Artinya, tahun lalu, ada 3.000 janda baru di Negeri Perwira ini. Beberapa awak media yang bertugas di Purbalingga pun tak luput dari serangan virus akik. Seringnya mereka meliput kegiatan akik juga mencoba peruntungannya. M ereka s ering mendapat oleh-oleh dari perajin dan memakainya. Kemudian memotretnya
MEDIA MEDIAKOMUNIKASI KOMUNIKASI&&ASPIRASI ASPIRASIKOMUNITAS KOMUNITASPURBALINGGA PURBALINGGA
Volume Volume 103|Tahun 98|TahunXII|2016 X|2014
47 47
PENGINYONGAN
CERPEN dan memasang sebagai foto profil di akun blackberry messanger dan mengunggahnya di jejaring sosial facebook, twiter atau instagram. Tak terkecuali saya, beberapa kali cincin batu akik yang saya miliki dilirik oleh orangorang yang kadang saya temui. Bagi saya mungkin awalnya sedikit “gimana gitu”, sebab beberapa koleksi cincin akik saya karena pemberian orang. Sebagian lagi karena saya membelinya. Pernah suatu ketika saya mengenakan cincin akik bermata batu Nogosui. Cincin itu saya mendapatkan dari salah satu perajin akik yang namanya cukup besar di Purbalingga. Bahkan wajahnya pernah menghiasi halaman majalah yang khusus memuat artikel batuk akik, gem dan permata. Warnanya hijau tua pekat, bercak-bercak merahnya tebal dan tajam. Polesannya rapi dan mengkilap dan memantulkan bayangan saat cahaya menerpa. Batu itu dipasang pada sebuah emban titanium warna putih berpadu emas bermotif naga. Cincin itu saya pasang di jari manis kanan. Sesekali saat mengendari motor atau sedang menikmati kopi di warung dekat Balai Wartawan, kulirik cincin itu. Cincin itu foto dan saya jadikan sebagai display picture (DP) di akun blackberry. Nah, saat saya sedang datang ke gedung DPRD, beberapa anggota dewan tengah berbincang di salah satu ruang komisi. Di sela-sela menunggu rapat paripurna, saya ikut nimbrung di situ, dan ternyata obrolan mereka tak jauh dari batu. Dan ketika salah satu wakil rakyat ini melirik ke cincin di jari manis saya, ia langsung memintanya. “Ini batu istimewa, didol ora?” kata salah satu wakil rakyat itu. Saya pun hanya tersenyum. Ia kemudian mengeluarkan empat lembar seratus ribuan dan dua lembar lima puluh ribuan dari dompet di saku celananya. Uang tersebut lalu dimasukkan ke saku baju saya. Saya hanya melongo dan dia tersenyum puas dan berlalu. Dari situlah, saya kemudian kembali mencari batu akik, apakah itu beli dari perajin atau mempunyai bahan dan dibuat oleh perajin. Batu yang bagus saya pakai, lalu saya foto dan dijadikan DP blackberry, saya unggah di jejaring sosial terutama di grup pecinta batu akik. Beberapa waktu berselang, jika ada yang menyukainya dan menanyakan harga, saya menjawabnya dengan harga yang wajar. Beberapa orang yang tinggal di luar kota ada yang membelinya. Setelah uang ditransfer ke rekening istri saya, batu akik pilihan mereka saya kirim melalui pos yang kantornya di depan alun-alun kota tak jauh dari kantor saya. Saya tak pernah memiliki koleksi
48
akik yang banyak, paling hanya dua atau tiga. Kalau ada yang memberi mahar, saya akan mencari lagi. Istilahnya kolekdol, dikoleksi kemudian dijual. Saya mencoba mencari batu dari daerah lain, siapa tahu juga ada yang minat. Sebut saja Badar Besi Kebumen, Pancawarna Garut, Giok Aceh, Kecubung Wulung Kalimantan dan lainnya. Kawan-kawan saya di luar kota saya minta untuk mencarinya, tak usah banyak-banyak. Paling dua atau tiga mata saja. Kalau habis, ya cari lagi. Hingga saya dikenal sebagai wartawan bakul watu. Ah, Saya jadi melantur dan melebar menceritakan si Nogosui. Tidak fokus. Balik lagi ke Nogosui. Peminatnya yang luar biasa banyak dari berbagai belahan kota di Nusantara, membuat batu ini sering dikirim dalam bentuk bongkahan atau lempengan ke pembeli yang duitnya berjuta-juta itu. Di luar kota, Nogosui dari Kali Klawing menjadi salah satu primadona batu akik selain Bacan Maluku, Giok Aceh dan Jesper Garut. Ber ton-ton batu Klawing, tidak hanya Nogosui, juga Pancawarna, Badarbesi, Badarlumut dan Watu Geni, diangkut ke daerah orang. Walhasil, tidak hanya di sungai, kini para pencari batu mulai merambah ke pegunungan-pengunungan. Bahkan ada yang mencarinya di beberapa lokasi situs purbakala. Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga yang mengurusi benda cagarbudaya itu sampai khawatir jika kelestarian benda peninggalan masa Neolitikum itu rusak oleh tangan-tangan pencari batu akik. Saya sendiri saat ini memakai cincin bukan bermata Nogosui. Namun bermata batu jenis Sulaeman Madu. Sebuah batu berwarna oranye seperti sirup orson dan ketika disorot menggunakan lampu
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
baterai, cahayanya tembus. Pasalnya, sudah dua bulan ini saya kesulitan mencari batu Nogosui dari Kali Klawing dengan kualitas super yang mendunia itu. Kalau pun ada, batu itu ditambang oleh warga dari pegunungan. Kualitas, warna dan tingkat kekerasannya sangat jauh beda dengan batu yang diambil dari sungai. Kalau diambil dari gunung dengan cara digali, sering kalau dibelah, dalamnya tidak bagus motifnya, warnanya baik yang hijau maupun cipratan merahnya tidak tajam. “Sekarang susah sekali cari Nogosui dari sungai yang kualitasnya super. Wis pada diangkuti ming luar kota. Kalau pun ada, regane ora umum,” kata salah satu perajin batu yang tinggal di Desa Makam, Kecamatan Rembang, tak jauh dari tempat lahir Jenderal Besar Soedirman ini saat saya dolan ke workshop-nya. Saya pun tidak ngedreng lagi bermain batu itu. Sebab dari awal, kolekdol batu akik itu, hanya dolanan saja bagi saya. Tentu saja saya tidak serius banget, seperti saya dolanan dodolan potensi yang ada di Purbalingga, sebut saja knalpot, batik, kaos atau yang lainnya. Hingga suatu sore saat saya tengah asyik menulis berita tentang penemuan dua tubuh korban yang hanyut di Kali Klawing saat mencari batu bahan akik, sebuah pesan singkat dari redaktur senior saya masuk dalam telepon genggam saya. “Lik, coba aku golekno watu Nogosui sing apik yo”. Saya hanya tersenyum kecil. Kemudian melanjutkan menulis berita sambil membayangkan sesosok ular naga berkepala manusia sedang melilit tubuh pencari batu yang tenggelam itu. Purbalingga, 2015
Derap Perwira
Pilih-Pilih Tebu Pilih-Pilih Tebu Daning Kang Narso
Parjo tesih kelingan welinge ramane almarhum “ eling jo, kowe umure wis meh 25 tahun , carane wong ndesa kowe wis dadi bujang lapuk . Apa arep teruss kaya kuwe, arep milih bojo sing kaya ngapa ?” malah njur biyunge njur melu nimbrung, melu ngomong “ iya jane arep milih sing kepriwe, bocah wadon pirangpirang sing mereki, ujarku salah siji dicekel ceg, tuli ora gawe risih wong tuwamu sing saben ndina dirasani wong – wong kene. Iya Parjo sarjana ya nggolete sing sarjana , masa gelema karo wong ndesa, ngomong karo menjap menjep sinis”
P
arjo ngalamun karo ngetungi lintang sing pating kerlip akeh pisan, sebab pas musime terang, ora nana mendung setitik acan, dadi meh kabeh lintang metu kabeh. “ iya ya ora krasa pesene ramane wis limang tahun kepungkur, siki inyong berarti wis 30 tahun” sarjono nggremeng nang batin. “ ning apa iya ya inyong sarjana akeh sing ngarani inyong kelebu bocah sing gagah dewek nang desa kene, apa iloken inyong arep ulih Sarni anake randa sing bola bali ngeneh, ulih Maesaroh sing sering titip salam lewat kayime, apa arep ulih Surti sing randa kabla ditinggal bojone minggat jakarta?” terus uteke Parjo mubeng terus , nggoleti jawaban sing kira- kira pas nang atine. Angin semilir semribit madan banter, njur ambune kembang mawar sing lagi padha mekrok sing di tandur nang plataran, kegawa mlebu ngumah marekna Parjo njur pikirane tambah munggah
Derap Perwira
maring- maring awang- awang sing dhuwur “ enggane kaya kiye inyong wis duwe bojo kayane jan enak pisan, awan wis kesel nggone nyambut gawe, bubar mangan njur njagong bareng bojone karo ngelus- elus tangane sing alus, njur “ Parjo njur kaget ana kucing tanggane sing kayane nyolong iwak nang meja sing kelalen durung ditutupi “ Hus, kucing kurang ajar, ora ngerti lawuh nggo mengko bubar solat sekang musola, malah di colong, dasar kucing kurang ajar.” Karo ngomong kaya kuwe kucinge njur di brengkolang karo sandal jepite njur mak “ gedubrak “ kucinge mlayu nabrak panci sing isine jangan njur dadi wutah. Parjo njur nyengir dewek maning “ jan- jan angger wis duwe bojo ora bakal ana kedadean sing kaya kuwe. Basan Parjo arep nylonjorna sikil maning, HP ne njur muni seru pisan. “ Jo, kiye inyong Bejo, apa rika
temenan sida arep dolah maring nggone Rani prawan pinggir desa anake kaki Bau ?” suara sekang njero tilpun takon nggenahna maring Parjo apa ngesuk sida dolan maring nggone Rani anak kaki bau. “ Ya sida lah jam pira kira- kira? Arep siki apa? “ “ Ya kena kiye mumpung inyong kebeneran ora nana pegawean “ si Bejo sing pegaweane maklaran apa baen njur njanjeni bisa mbatiri Parjo sore kiye Parjo ora sida slonjor , ning njur terus mlebu kamar niate arep ganti klambi sing batik sing de tuku durung suwe nang pasar malem Purbalingga. Bubar ganti karo ora kelalen njikot kunci motore Parjo ora kelalen pamit karo biyunge :” Yung inyong tek metu sedela karo Bejo ya “ “ Garep maring endi, sore- sore kaya ikye ?” biyunge semaur karo ngentas liwetane nang dapur “ Arep nggolet bojo yung !” Parjo semaur njur metu ngumah “ Ya nganah, di temenan aja nggo dolanan tok, melas bocah wadone” biyunge mangsuli kaya kuwe Parjo wis nggeblas numpak motore Ora tel suwe Parjo wis tekan nggone Bejo sebanjure njur nggeblas temuju maring nggone prawan Rani sing di tidokna Bejo. Basan nang ngumahe Rani kebeneran sing mbukakna lawang Rani dewek, mau sedurunge maring ngonoh wis ngabari, angger deweke karo kancane arep teka maring ngumaahe. Ora krasa ngobrole bocah telu gayeng pisan, nganti wedang clebek sing di suguhna, karo mendoan sing nggo mbatiri meh ludes di pangan Bejo karo Parjo. Bejo njur ngemutna maring Parjo, kayane wektune wis sore, dadi omongane kayane di sambung kapan- kapan maning, tapine ya kuwe aja di jujugna baen, mbok mengko Rani isin. Diledek kaya kuwe njur Rani mesem karo nabok tangane Bejo “ Ah kang Bejo ana- ana baen, urung mesti Mas Parjo gelem ngeneh maning, wong umahe baen kaya kiye” ngomong kaya kuwe Rani mlirik karo Parjo. Njur sing di plirik mung nyengir tok ora ngomong apa- apa. Terus bocah lanang loro njur njaluk pamit. Ora suwe Parjo karo Bejo tekan nggo Parjo njur Bejo ngomong “ Priwe Jo? Si Rani ayu mbok ? ditakoni kaya kuwe Parjo ora terus njawab ning kaya ndadak mikir disit “ Ya tek akoni Rani kuwe ireng manis, bocah duwur, langsing, semanak, kayane ya ora ngisin- ngisina angger di gawa mlaku- mlaku!, ning “ seurunge Parjo nerusna omongane ning kuwe
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
49
LENSA
PENGINYONGAN maksude apa, kayane Bejo wis krasa, kiye mesti Parjo ora cocog maning njur nyauti “ Ning apa, ora cocog kaya kuwe ?” Bejo wis madan doso nggole ngomong “ Kaya kiye apa mau rika ora ngematna dong si Rani ngguyu? Kae kayane untune ompong siji, dadi kayane ngurangi ayune!” Parjo mangsuli karo aweh alesan. “ Wong untu kan kena di gawekna sing palsu, sepira regane untu, jere sing penting atine, jere sing penting gemrapyake. Angger kaya kuwe pokok inyong wegah njodok- njodokna rika maning, inyong sing melu isin, ndarani mung nggo dolanan tok.” Bejo kaya gela banget maring si Parjo ngerti angger Parjo kayane ora arep temenanan karo Rani. “ Ya pangapurane ya, ya kaya kiye baen, jere rika tesih duwe maning kanca sing dadi guru TK , mbok jere sapa inyong cocoge karo sing guru TK ? priwe.” Bejo ora njur enggal- mangsuli penjaluke kancane, kayane tesih nduweni rasa gela maring kancane, sebab wis pira baen kon nggoletna calon bojo, ning kabeh ora nana sing dicocogi, alesane ana- ana baen, sing kiye lah sing kiyelah. Ning gandeng Parjo nglelesi baen njur B e j o n g o m o n g . “ Kiye kaya kiye , inyong gelem arep mbatiri rika mung sepisan maning, angger mengko pada baen karo sing uwis- uwis inyong wis nyerah, bodoa nganah arep milih sing kaya ngapa. Tapine aja ngajog angger mengko njur ulih sing boleng .” “ Ya rika ya aja nyepatani kaya kuwe.” “ Wong inyong sing ngancani baen gela, apa maning kae bocahe wadon sing rumangsane mung nggo dolanan tok , apa ujare ora gela? Jajal dipikir ya “ “ Ya wislah inyong tek manut, angger mengko sing guru TK ora cocog maning ya bodoa, rika ora gelem nggoletna bojo maning ya bodoa.” Parjo njur janji maring Bejo karo drijine loro di tidokna Bejo bukti deweke wis sumpah. Temenan minggu awan kurang lewih jam setengah sepuluh, Parjo wis mbepleng nganggo klambi sing tuku nang Jakarta, jamane melu plesiran karo kanca- kanca kantor pirang minggu kepungkur. Bareng rampung ngilo karo cengar- cengir dewek, terus nyemprotna lenga wangi sing regane sengaja tuku sing larang njur pamit biyunge “ Yung inyong tek maring nggone Bejo ya yung “ ora nungga jawabane biyunge njur Parjo sentier numpak motor maring nggone Bejo. Ora let suwe nggone numpak
50
motor , bocah loro njur tekang maring nggone umahe Endah gutu TK. Kebeneran Endah lagi ketanggung ngumbahi dadine sing nemoni wong tuwane disit “ Pangaapurane , kayane inyong durung tau weruh seurunge, kayana dudu bocah kene apa ya ?” ramane endah takon maring Bejo karo Parjo, ya maklum duwe anak prawan, mbok sing tekan wong ora bener, sing kapitunan mengkomengkone ya wong tuwa. “ Nggih Ma, leres kula sanes tiyang mriki, kula lare wetan lepen, ning kula mpun kenal kalih putrane ramane mba endah sing nyambut damel teng guru TK.” Bejo semaur njur nidokna Parjo maring ramane Endah. “ Niki Parjo, critane kepengin kenal kalih putrane Ramane, wong dasare Parjo jane sering kepenggih kalih mba endah.” Bejo ngenalna Parjo karo madan nglomboni, kira- kira ramane endah lweih percaya. “ oooah kaya kuwe, ya sing penak baen, ya inyong tek nerusna nggone ngumbah motor, wingi tes dinggo becer kudanen durung di kumbah mbok naiyeng.” Ngomong kaya kuwe njur ramane endah melbu maring njero umah. “ Jo, kuwe endah bener ayu apa ora ? Parjo nggenahna takon maring Bejo “ wis pokoke di jamin ayu. Bocahe pawakane putih, duwur, ora sombong , wis mesti kowe kudu cocoge.” Ndilalah Bejo njur weruh potone endah sing lagi bareng karo kanca – kanca guru njur di tidokna maring Parjo. “ kuwe potone sing pinggir dewek , ayu mbok?” Bareng ditidoki ana potone endah njur Parjo menyat karo milangmiling ndeleng sing jenenge endah kaya ngapa. Pas Parjo lagi ndelengna potone endah, ora krungu ana bocah wadon sing merek karo nggawa wedang , njur dehem. “ Wis suwe kang Bejo ? “ bejone sing takoni kaya kaget, apa maning Parjo sing rumangsa lagi ngelengi potone deweke, ya njur kaya klicutan. “ Iya kiye lumayan “ “ Kuwe kadi ngaren temen rika dolan ngeneh, ana apa ? apa arep aweh undangan nggo inyong apa priwen? Si endah njur nyrocos nggole takon. “ Ora nana apa- apa, mung kiye jere kancane inyong sing jenenge Parjo pengin kenal karo kowe apa ulih “ “ Kaya bocah cilik baen kenalan baen nganggo mak comblang.” Ya dasar guru TK ya kayane nggone ngomong cas, cis, cus lancar pisan. Basan Parjo wis kenalan karo endah, njur kayane gayeng pisan, ora krasa wektune nggone mlaku rikat
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
banget, ora krasa wis ana adan duhur.mulane bocah loro njur pamit. “ aja bosen dolan ngeneh ya kang ?” “ Aja kewatir mengko tuli kancaku arep lidig dolan ngeneh, ulih mbok? “ kaya kuwe mbok Jo ? Parjo sing di takoni mung meneng baen, njur semaur “ Ya angger ora nana sing jengkel ya inyong tek sering ngeneh” “ Sapa sing jengkel ? lurahe? Ngomong kaya kuwe njur endah mesem maring Parjo. Temenan basan bubar salaman njuran pada pamit. Ora let suwe bocah loro wis tekan ngomahe Parjo, basan wis madan aso njur Bejo takon “ Priwe Jo, karo endah cocog mbok ?” “ Ya tek akoni lah, Endah kuwe bocah ayu temenan, wis putih, duwur, semanak, ning “ Durung rampung Parjo nggone semaur, wis di pedot nang Bejo “ Ko mesti arep ngomong sing kiyelah, sing kiyelah, kaya kuwe mbok?” Bejo wis mulai ora seneng maring jawabane Parjo “ Kaya kiye Jo, inyong mau wis ngomong angger ndeleng dedeg piyadege, putihe, inyong cocog, ning mau basan inyong salaman, inyong weruh kayane jentike tangan kiwene ora nana siji. Priwe jajal ?”A “ Ooo alah Jo, jo kowe pancden bocah sing mbuh, eling jo kabeh menungsa ora nana sing sempurna, kowe ya ana kurange, angger carane kaya kuwe kapan kowe duwe bojo ? wis pokoke kaya kiye baen, kaya wingi wis tek omongna angger karo endah baen kowe wis ora cocog, inyong tek mundur baen ora bakal maning arep njodogna kowe karo sapa baen. Terserah arepu ulih ngonoh.” Ngomong kaya kuwe njur Bejo nggeblas bali ora pamit tandane jengkel pisan karo Parjo. Pirang wulan Bejo karo Parjo wis ora tau ketemu maning, paribasane bodoa urip dewek- dewek. Ning ana slentang slenting jebulane Endah sidane di pet bojo Bejo, mbuh sebabe Bejo isin mbok ndarani dolanan apa priwe ora nana sing ngerti. Ning uga ana kabar maning angger Parjo sidane ulih bojo digatukna karo anake sedulure sing nang Jakarta, pancen sedulure wong sugih, ning ya kuwe bocah tesih kuliah urung rampung masa kon mbojo. Temenan basan nembe nikah limang wulang Parjo wis duwe momongan, wong sing ora seneng njur ngomong :” ya kuwe pilih- pilih tebu ulihe ya boleng.”
Derap Perwira
Pemkab Purbalingga Raih Penghargaan Apresiasi Prestasi Kinerja Sangat Tinggi Bupati : Apresiasi Jadi Motivasi untuk Menjadi Lebih Baik PURBALINGGA, HUMAS – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga kembali meraih penghargaan tingkat nasional bidang pemerintahan. Piagam dan tropy Apresiasi Prestasi Kinerja dengan P r e d i k a t S a n g a t Ti n g g i d a l a m penyelenggaraan pemerintahan daerah diterima langsung oleh Bupati Tasdi pada Malam Apresiasi Peringatan Hari Otonomi Daerah ke-20 tahun 2016 di Alun Alun Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin malam (25/4). Kabupaten Purbalingga menjadi salah satu kabupaten dari lima kabupaten penerima apresiasi karena berhasil mencapai kinerja terbaik berdasarkan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) terhadap Laporan Penyelengaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) 2014. Kelimanya adalah kabupaten Probolinggo, Malang, Purbalingga, Luwu Utara dan Pacitan. Apresiasi Juga diberikan kepada Lima Walikota (Depok, Cimahi, Banjar, Bogor, Makasar), serta Tiga Gubernur (Kalimantan Timur, Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan). Bupati Tasdi menuturkan, prestasi tersebut akan dijadikan motivasi bagi dirinya dan jajaran pemerintahannya untuk menjadikan Purbalingga lebih baik. Sehingga penyelenggaraan otonomi daerah di Kabupaten Purbalingga tidak hanya sebatas memperoleh prestasi (Penghargaa-red) namun benar-benar dapat dirasakan manfaatnya bagi
Derap Perwira
peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Ada lima agenda yang akan kita genjot untuk mendukung ini. Yakni agenda intelektual, struktural, manajerial, behavior dan agenda sosial. Termasuk realisasi tujuh misi bupati yang harus menjadi pedoman seluruh jajaran dalam berkinerja,” jelasnya usai penerimaan apresiasi didampingi Penjabat Sekda Susilo Utomo, Kepala Bagian Tata Pemerintahan Imam Hadi dan Kepala Bagian Humas Rusmo Purnomo. Bupati juga akan terus mendorong seluruh SKPD untuk
mengembangkan inovasi pelayanan publik seperti dipesankan oleh Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri RI DR Sumarsono. Untuk mewujudkan hal tersebut, nantinya pada setiap peringatan Hari jadi Kabupaten Purbalingga (Desember-red) akan digelar Purbalingga Expo yang berisi kompetisi inovasi unggulan antar SKPD. Menurut Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri, Sumarsono, penghargaan Apresiasi Kinerja Pemerintahan Daerah merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan pemerintah kepada Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia. Penerima apresiasi yang merupakan pemerintah daerah dengan kinerja terbaik, lanjut Sumarsono, baru mencapai 40 persen. Sedangkan sisanya sebanyak 60 persen masih harus dibina lebih keras lagi oleh jajarannya. “ Ya n g 6 0 p e r s e n m a s i h berkinerja buruk tidak perlu kita sebut, tetapi itulah bagian dari pasien-pasien Dirjen Otonomi Daerah untuk dibina lebih lanjut,” katanya. Kabupaten Purbalingga, berhasil menerima penghargaan tertinggi bidang pemerintahan berupa Parasamya Purnakarya Nugraha pada 2015 lalu. Menyusul keberhasilan Purbalingga menjadi sepuluh besar nasional tiga tahun berturu-turut pada EKPPD 2013 atas LPPD 2011, EKPPD 2014 atas LPPD 2012 dan EKPPD 2015 terhadap LPPD 2013. (Hardiyanto)
MEDIA KOMUNIKASI & ASPIRASI KOMUNITAS PURBALINGGA
Volume 103|Tahun XII|2016
51