Laporan Monitoring & Evaluasi Norma, Standar, Prosedur & Kriteria Bidang Kesehatan
Penyusunan Norma, Standar, Prosedur & Kriteria untuk Perbaikan Penyediaan Pelayanan oleh Pemerintah Daerah
! ! ! ! Laporan Monitoring & Evaluasi Norma, Standar, Prosedur & Kriteria Bidang Kesehatan ! !
Penyusunan Norma, Standar, Prosedur & Kriteria untuk Perbaikan Penyediaan Pelayanan oleh Pemerintah Daerah ! ! !
Kerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri
DECENTRALIZATION SUPPORT FACILITY Indonesia Stock Exchange Building, Tower I, 9th Floor Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 Phone: (+6221) 5299 3199 Fax: (+6221) 5299 3299 Website: www.dsfindonesia.org The Decentralization Support Facility (DSF) is a government-led multi-donor trust fund whose principal purpose is to support the decentralization agenda of the Government of Indonesia. The DSF attempts to fulfill three principal roles, which are designed to help the Government of Indonesia to: (i) improve the harmonization, alignment, and effectiveness of development assistance; (ii) inform and thereby improve policy development and implementation; and (iii) build governance capacity, particularly at sub-national levels. The institutional membership of DSF comprises the National Development Planning Agency (BAPPENAS), the Ministry of Finance, the Ministry of Home Affairs, and nine donors (ADB, AusAID, CIDA, DfID, Government of Germany, Government of the Netherlands, UNDP, USAID, and the World Bank). The principal financial donor to DSF is DFID, with AusAID and CIDA also having made financial contributions. Cover photos copyright respective owners. All rights reserved. Laporan Monitoring & Evaluasi Norma, Standar, Prosedur & Kriteria Bidang Kesehatan is a product of consultants of the Decentralization Support Facility. The findings, interpretation, and conclusions expressed herein do not necessarily represent the views of the Decentralization Support Facility or its donors. Cover design by Harityas Wiyoga!
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Daftar isi Daftar isi .................................................................................................................................... i A. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1 B. LOKASI , PELAKSANAAN, RESPONDEN ........................................................................ 1 C. TEMUAN LAPANGAN ........................................................................................................ 2 Provinsi DIY ........................................................................................................................ 2 Provinsi Sumatera Selatan.................................................................................................. 6 Provinsi Bengkulu ............................................................................................................... 8 Provinsi Riau ..................................................................................................................... 11 Provinsi Kalimantan Tengah ............................................................................................. 14 Provinsi Banten ................................................................................................................. 16 Provinsi Kalimantan Barat ................................................................................................. 21 Kabupaten Semarang ....................................................................................................... 23 Kota Palu ........................................................................................................................... 25 Kabupaten Sidoarjo ........................................................................................................... 27 Kabupaten Bandung ......................................................................................................... 29 D. KESIMPULAN ................................................................................................................... 32 E. REKOMENDASI ................................................................................................................ 33 LAMPIRAN ............................................................................................................................ 35
i
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
ii"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA BIDANG KESEHATAN A. PENDAHULUAN Kegiatan monitoring dan evaluasi Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) merupakan bentuk kerjasama antara Direktorat Jenderal Otonomi Daerah dengan Decentralization Support Facility (DSF) yang merupakan konsorsium multidonor yang dikomandoi oleh World Bank. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah sebagai unit kerja lini diminta untuk mencermati dan memberikan masukan tentang 3 Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) di bidang kesehatan yang berbentuk Permenkes dan yang telah diimplementasikan. Hal ini merupakan salah satu diamanatkan dalam PP 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pusat dan Daerah ( Provinsi dan Kabupaten/Kota) yang merupakan salah satu penjabaran/operasionalisasi dari UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. NSPK sendiri bila merunut PP 38/2007, merupakan pedoman pelaksanaan dari urusan pemerintahan disusun dan dituangkan dalam peraturan menteri. Istilah NSPK ini hanya dimaksudkan untuk menyeragamkan atau memudahkan istilah pada waktu penyusunan PP 38/2007 atau peraturan pelaksanaan itu sendiri, sehingga tidak membingungkan daerah. Untuk NSPK bidang Kesehatan yang di monitoring dan di evaluasi ada 3 (tiga), yaitu: ! Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia; ! Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan; ! Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. B. LOKASI , PELAKSANAAN, RESPONDEN Lokasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Provinsi Banten Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Riau Provinsi Bengkulu Provinsi DIY Kabupaten Bandung Kabupaten Semarang Kabupaten Sidoarjo Kota Palu.
1
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Pelaksanaan Dengan mempertimbangkan ketersediaan waktu dan personil maka kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap pertama tanggal 10 s/d 13 Agustus 2011, tahap ke 2 (dua) tanggal 26 s/d 29 September 2011. Responden Yang menjadi responden kegiatan ini adalah Dinas Kesehatan, dengan unit-unit kerja yang dikunjungi adalah Bagian Pelayanan Masyarakat, Penganalisis dan Monev KLB, Bagian Program, Sekretariat Dinas, Bidang Program dan Pembinaan SDM. C.
TEMUAN LAPANGAN
Provinsi DIY Mengacu pada Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, bidang Kesehatan terdiri dari Sub bidang: upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sdm kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan. Dari hasil monitoring, diketahui bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Provinsi telah dilaksanakan sesuai dengan PP. Nomor 38 Tahun 2007. Ini terefleksi dari sub-sub bidang yang ada di struktur organisasi seperti sub bidang upaya kesehatan, sub bidang pembiayaan kesehatan, sub bidang obat dan perbekalan kesehatan, sub bidang pemberdayaan masyarakat, sub bidang manajemen kesehatan . Masing-masing sub-sub bidang tersebut, dalam penerapannya di Provinsi DIY masih berpedoman pada NSPK yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan. Pemerintah Daerah beranggapan bahwa sepanjang NSPK tersebut masih dapat dijadikan pedoman, tidak perlu dibuatkan Peraturan lainnya. NSPK yang dipedomani tersebut adalah: 1.
2.
2"
Sub Bidang Upaya Kesehatan ! KMK No. 828/Menkes/SK/IX/2008 Tentang Juknis SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota ! KMK No. 129/Menkes/SK/II/2006 Tentang SPM RS ! KMK No. 590/Menkes/SK/VII/2009 Tentang Pedoman Pelayanan KB di RS ! KMK No. 933/Menkes/SK/II/2010 Tentang Pedoman Tata Laksana Flu Burung di RS. ! KMK No. 058/Menkes/SK/I/2099 Tentang Pedoman Penyelenggaraan RS Bergerak ! PMK No. 210/Menkes/Per.I.2011 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan. Sub Bidang Pemberdayaan Masyarakat ! KMK No. 1462/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Juknis Promosi Kesehatan RS ! KMK No. 585/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
3.
4.
5.
6.
! Peraturan Bersama Menteri Kesehatan No. 188/Menkes/PB/I/2001 dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Sub Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan ! KMK No. 121/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Medik Herbal ! KMK No. 059/Menkes/SK/II/2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Penanggulangan Bencana ! PMK No. 524/Menkes/Per/IV/2005 Tentang Perubahan atas PMK No. 988/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat ! KMK No. /SK/068/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat ! PMK No. HK.02.02/Menkes/068/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Sub Bidang Pembiayaan Kesehatan ! PMK No. 0202/Menkes/095/I/2010 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan ! KMK No. 686/Menkes/SK/VI/2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat ! KMK No. 160/Menkes/SK/II/2009 Tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas. Sub Bidang SDM Kesehatan ! KMK No. 1053/Menkes/SK/VIII/2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Tubel DN dan LN di Lingkungan Departemen Kesehatan ! PMK No. 971/Menkes/PER/XI/2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan ! PMK No. 1199/Menkes/PER/X/2004 Tentang Pedoman Pengadaan Tenaga Kesehatan dengan Perjanjian Kerja di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah ! KMK No. 373/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Sanitarian ! KMK No. 369/Menkes/SK/X/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. Sub Bidang Manajemen Kesehatan ! KMK No. 064/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana ! KMK No. 066/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Manajemen SDM Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana ! PMK No. 355/Menkes/PER/2006 Tentang Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis ! KMK No. 1033/Menkes/SK/XI/2006 Tentang Pedoman Umum Perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Bidang Kesehatan ! KMK No. 1454/Menkes/SK/X/2010 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana dan Anggaran Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2007 yang mengamanatkan bahwa program kesehatan menjadi urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh Pemerintahaan Daerah terutama terkait dengan pelaksanaan pelayanan dasar, maka Pemerintah Provinsi DIY dalam menindak-lanjuti 3 (tiga) NSPK yang menjadi sample kegiatan monitoring dan evaluasi, menerbitkan beberapa peraturan sebagai berikut: 3
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
•
•
•
Terkait dengan Penanggulangan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. ! Petunjuk Teknis Surveylaks Campak ! Petunjuk Teknis Surveylaks AFP ! Pedoman Penanggulangan KB Terkait dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia; ! Tidak ada peraturan yang dikeluarkan Pemprov DIY. Terkait dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan; ! Kepgub DIY No. 116 Tahun 2004 tentang Pembentukan Badan Mutu Pelayanan Kesehatan Provinsi DIY. ! Pergub DIY Nomor 36 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Perizinan terpadu. ! Keputusan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan ! SK Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY No. 446/195/IV.2 tentang Pelaksanaan Uji Kompetensi bagi Tenaga Kesehatan di Provinsi DIY.
Pemahaman responden tentang PP. Nomor 38 Tahun 2007 amat baik, karena adanya sosialisasi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dan Fasilitasi yang sering dilakukan oleh Ditjen Otda dalam kegiatan Pusat Daerah setiap tahun. Responden juga memahami dengan baik tentang NSPK sebagaimana yang diamanatkan dalam PP ini. Pemerintah Provinsi belum pernah melakukan survey untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat dalam hal pemberian pelayanan kesehatan maupun penerapat NSPK (baik yang menjadi sample monev maupun NSPK lainnya). Permasalahan dalam penerapan 3 (tiga) NSPK yang dimonitoring : 1. Permenkes No. 161/MENKES/PER/I/2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. a. Dalam peraturan registrasi tenaga kesehatan ini hanya ada uji tertulis dan tidak menuangkan uji praktek secara implisit. b. Ketidak jelasan kewenangan MTKI dan MTKP dalam Permenkes No.161/MENKES/PER/2010 c. Dalam Permenkes No. 161/MENKES/PER/I/2010 uji tulis dilaksanakan setelah wisuda sedangkan menurut peraturan lama uji tulis dilaksanakan sebelum wisuda. d. Dalam Permenkes No. 161/MENKES/PER/I/2010 mekanisme pembiayaan uji kompetensi belum ada juknisnya. e. Dalam peraturan lama mengeluarkan surat ijin sedangkan dalam Permenkes No. 161/MENKES/PER/I/2010 mengeluarkan sertifikat kompetensi. 2. Kepmenkes No. 293/MENKES/SK/IV/2009 Tentang Eliminasi Malaria di Indonesia. a. Belum tersosialisasinya secara utuh tentang Kepmenkes No. 293/MENKES/SK/IV/2009 ini 4"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
b. Belum diprioritaskannya pelaksanaan elemenasi Malaria di Provinsi D.I Yogyakarta dikarenakan Petunjuk Teknis atau Peraturan Daerah nya belum dirumuskan lebih lanjut. c. Kurang adanya kemampuan dalam aspek teknis dan pembiayaan dalam pelaksanaan Kepmenkes No. 293/MENKES/SK/IV/2009. 3. Permenkes No. 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan. a. Kurang jelasnya kewenangan Provinsi dalam pelaksanakan NSPK ini dikarenakan tidak semua daerah terjangkit KLB. b. Belum tersosialisasinya Peraturan No. 1501/MENKES/PER/X/2010 sehingga penerapan Peraturan ini kurang berjalan maksimal. Usulan-usulan dalam rangka mengefektifkan Penerapan NSPK dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan : 1. Permenkes No. 161/MENKES/PER/I/2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan • Perlu dirumuskan tata hubungan kerja antara MTKI – MTKP - Organisasi Profesi – Dinke – Institusi pendidikan tenaga kesehatan. • Perlu disusun mekanisme uji tulis dan uji praktik, sesuai dengan kewenangan MTKI, MTKP dan Organisasi Profesi • Uji tulis perlu diperjelas dengan exit exam atau PBT (perlu adanya payung hukum) • Perlu ditetapkan bentuk ujian, uji tulis dan uji praktik dan pengaturannya. • Mekanisme pengelelolaan biaya uji kompetensi perlu pengaturan dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan dan petunjuk pelaksanaannya. • Dalam pendaftaran peserta uji kompetensi perlu diatur persyaratan dan mekanisme pendaftaran peserta uji kompetensi ke MTKP. • Dalam Surat Tanda Registrasi (STR) kewenangan dalam hal penandatanganan STR perlu diperjelas apakah oleh Kepala Dinas Kesehatan atas nama Ketua MTKI. 2. Kepmenkes No. 293/MENKES/SK/IV/2009 Tentang Eliminasi Malaria di Indonesia a. Dalam rangka memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam pelaksanaan urusan kesehatan perlu dilakukan sosialisasi, rapat kerja dan pendampingan langsung terkait dengan pelaksanaan Kepmenkes ini. b. Agar pelaksanaan Kepmenkes ini dapat dilaksanakan secara efektif di daerah maka perlu dilakukan desiminasi NSPK secara berjenjang ke pemerintahan Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota. 3. Permenkes No. 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan. a. Dalam rangka memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam pelaksanaan urusan kesehatan perlu dilakukan sosialisasi dari Kementerian Kesehatan b. Untuk mendukung pelaksanaan urusan kesehatan di daerah maka perlu dilakukan pendampingan secara langsung baik itu dalam hal penganggaran dan teknis program pelaksanaan urusan kesehatan ini. c. Agar pelaksanaan urusan kesehatan di daerah Provinsi D.I Yogyakarta dapat berjalan efektif harus segera dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Pedoman Pelaksanaan Surveylaks Penyakit Pasca Bencana. 5
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
d. Selain itu harus dilakukan pengimplementasiannya di daerah.
workshop
Permenkes
ini
dan
Sub bidang urusan kesehatan sebagaimana yang diatur dalam PP. Nomor 38 Tahun 2007 untuk sub bidang upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat serta manajemen kesehatan sudah dilaksanakan secara efektif, untuk sub bidang SDM kesehatan sudah dilaksanakan tetapi belum efektif. Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan hasil monitoring diketahui bahwa Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam hal ini Dinas Kesehatan memahami dengan benar konsep Pembagian Urusan sebagaimana yang diatur dalam PP. Nomor 38 Tahun 2007. Walaupun dalam pelaksanaannya terminologi NSPK kurang begitu dipahami dengan benar. Terdapat ke�bingungan� dalam menerjemahkan pembagian urusan yang didasakan pada skala provinsi, kabupten dan kota. Terkait dengan 3 (tiga) NSPK yang dijadikan sample dalam kegiatan Monev, Dinas Kesehatan sampai saat ini belum menyikapi 3 (tiga) NSPK ini dengan Peraturan lainnya, hal ini disebabkan karena dalam mengimplementasikan ke 3 (tiga) NSPK ini tidak ditemukan kendala/hambatan. Namun untuk mengimplementasikan pelaksanaan urusan kesehatan Pemerintah Dearah mengeluarkan beberapa regulasi seperti: a. Peraturan Daerah tentang kesehatan ! Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 2 Tahun 2006 tentang Sistem Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan (SKP). ! Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan Sumatera Selatan Semesta. b. Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota. ! Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 4 Tahun 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan ( SKP ). ! Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 23 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan Sumatera Selatan Semesta. Dalam melaksanakan kewenangan bidang kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan merujuk kepada pembagian kewenangan sebagaimana yang diatur dalam PP. 38 Tahun 2007, NSPK (dalam bentuk pedoman, permen ) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, Perda dan Peraturan Gubernur. Untuk Registrasi Tenaga Kesehatan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menindak-lanjuti dengan pembentukan MTKP. Peraturan lebih lanjut tentang Eliminasi Malaria, belum dibuat mengingat Provinsi Sumatera Selatan tidak/ bukan daerah endemi malaria. Pemerintah Provinsi belum pernah melakukan survey untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap 3 (tiga) NSPK, namun salah satu upaya yang telah dilakukan Pemerintah untuk mendapat respon dari masyarkat adalah dengan mendirikan desa siaga, yang melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya dan mendapat respon positif dari masyarakat. 6"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Untuk memahami 3 (tiga) NSPK yang menjadi sample kegiatan Monev, bentuk penguatan Kapasitas yang pernah diikuti antar lain 1) sosialisasi dari Kementerian Kesehatan, 2) Raker dengan Kementerian Kesehatan, 3) Pendampingan Secara langsung, berupa suvervisi bulanan, serta 4 ) on the job trainning. Peran koordinasi, pembinaan, dan pengawasan dari Pemerintah dirasakan cukup memadai dalam penerapan 3 (tiga ) NSPK dimaksud. Sub bidang Urusan Kesehatan yang terdiri dari upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, Obat dan Perbekalan Kesehatan, Pemberdayaan masyarakat serta majamen kesehatan berdasarkan status pelaksanaan sudah dilaksanakan secara efektif. Naum dalam pelaksanaannya masih berpedoman pada NSPK yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, yaitu: 1. Sub Bidang Upaya Kesehatan ! KMK No. 828/Menkes/SK/IX/2008 Tentang Juknis SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota ! KMK No. 129/Menkes/SK/II/2006 Tentang SPM RS ! KMK No. 590/Menkes/SK/VII/2009 Tentang Pedoman Pelayanan KB di RS ! KMK No. 933/Menkes/SK/II/2010 Tentang Pedoman Tata Laksana Flu Burung di RS. ! KMK No. 058/Menkes/SK/I/2099 Tentang Pedoman Penyelenggaraan RS Bergerak ! PMK No. 210/Menkes/Per.I.2011 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan. 2. Sub Bidang Pemberdayaan Masyarakat ! KMK No. 1462/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Juknis Promosi Kesehatan RS ! KMK No. 585/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas ! Peraturan Bersama Menteri Kesehatan No. 188/Menkes/PB/I/2001 dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. 3. Sub Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan ! KMK No. 121/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Medik Herbal ! KMK No. 059/Menkes/SK/II/2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Penanggulangan Bencana ! PMK No. 524/Menkes/Per/IV/2005 Tentang Perubahan atas PMK No. 988/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat ! KMK No. /SK/068/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat ! PMK No. HK.02.02/Menkes/068/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. 4. Sub Bidang Pembiayaan Kesehatan ! PMK No. 0202/Menkes/095/I/2010 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan ! KMK No. 686/Menkes/SK/VI/2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat ! KMK No. 160/Menkes/SK/II/2009 Tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas. 7
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
5. Sub Bidang SDM Kesehatan ! KMK No. 1053/Menkes/SK/VIII/2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Tubel DN dan LN di Lingkungan Departemen Kesehatan ! PMK No. 971/Menkes/PER/XI/2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan ! PMK No. 1199/Menkes/PER/X/2004 Tentang Pedoman Pengadaan Tenaga Kesehatan dengan Perjanjian Kerja di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah ! KMK No. 373/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Sanitarian ! KMK No. 369/Menkes/SK/X/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. 6. Sub Bidang Manajemen Kesehatan ! KMK No. 064/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana ! KMK No. 066/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Manajemen SDM Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana ! PMK No. 355/Menkes/PER/2006 Tentang Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis ! KMK No. 1033/Menkes/SK/XI/2006 Tentang Pedoman Umum Perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Bidang Kesehatan ! KMK No. 1454/Menkes/SK/X/2010 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana dan Anggaran Kementerian Kesehatan. Provinsi Bengkulu Tingkat pemahaman Pemerintah Provinsi Bengkulu, khususnya Dinas Kesehatan terkait dengan pembagian urusan antara tingkatan pemerintahan sebagaimana yang diatur dalam PP. Nomor 38 Tahun 2007 amat baik. Hal ini tercermin dari dikeluarkannya/diterbitkan Peraturan Daerah tentang Urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi. Responden mengetahui bahwa dalam PP. Nomor 38 Tahun 2007 mengamanatkan bagi Kementerian untuk membuat Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) melalui beberapa kegiatan berupa sosialisasi, rapat kerja baik dengan Kementerian Dalam Negeri maupun dengan Kementerian Kesehatan. Sub-sub bidang kesehatan sebagaimana diatur dalam PP. Nomor 38 Tahun 2007 yaitu upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, SDM Kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat serta Manajemen Kesehatan telah terimplementasi dalam struktur Dinas Kesehatan. Berdasarkan hasil monitoring menunjukan bahwa sub bidang upaya kesehatan sudah dilaksanakan tetapi belum efektif, disebabkan keterbatasan anggaran dalam APBD . Dalam melaksanakan sub-sub bidang ini, Pemeriantah Provinsi Bengkulu belum mengeluarkan Peraturan sendiri, masih berpedoman pada NSPK yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan. Adapun NSPK yang menjadi pedoman dalam melaksanakan sub-sub bidang tersebut, adalah: 1. Sub Bidang Upaya Kesehatan ! KMK No. 828/Menkes/SK/IX/2008 Tentang Juknis SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota ! KMK No. 129/Menkes/SK/II/2006 Tentang SPM RS ! KMK No. 590/Menkes/SK/VII/2009 Tentang Pedoman Pelayanan KB di RS 8"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
! KMK No. 933/Menkes/SK/II/2010 Tentang Pedoman Tata Laksana Flu Burung di RS ! KMK No. 058/Menkes/SK/I/2099 Tentang Pedoman Penyelenggaraan RS Bergerak ! PMK No. 210/Menkes/Per.I.2011 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan. 2. Sub Bidang Pemberdayaan Masyarakat ! KMK No. 1462/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Juknis Promosi Kesehatan RS ! KMK No. 585/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas ! Peraturan Bersama Menteri Kesehatan No. 188/Menkes/PB/I/2001 dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. ! 3. Sub Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan ! KMK No. 121/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Medik Herbal ! KMK No. 059/Menkes/SK/II/2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Penanggulangan Bencana ! PMK No. 524/Menkes/Per/IV/2005 Tentang Perubahan atas PMK No. 988/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat ! KMK No. /SK/068/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat ! PMK No. HK.02.02/Menkes/068/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. 4. Sub Bidang Pembiayaan Kesehatan ! PMK No. 0202/Menkes/095/I/2010 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan ! KMK No. 686/Menkes/SK/VI/2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat ! KMK No. 160/Menkes/SK/II/2009 Tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas. 5. Sub Bidang SDM Kesehatan ! KMK No. 1053/Menkes/SK/VIII/2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Tubel DN dan LN di Lingkungan Departemen Kesehatan ! PMK No. 971/Menkes/PER/XI/2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan ! PMK No. 1199/Menkes/PER/X/2004 Tentang Pedoman Pengadaan Tenaga Kesehatan dengan Perjanjian Kerja di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah ! KMK No. 373/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Sanitarian ! KMK No. 369/Menkes/SK/X/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. 6. Sub Bidang Manajemen Kesehatan ! KMK No. 064/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana ! KMK No. 066/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Manajemen SDM Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana 9
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
! PMK No. 355/Menkes/PER/2006 Tentang Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis ! KMK No. 1033/Menkes/SK/XI/2006 Tentang Pedoman Umum Perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Bidang Kesehatan ! KMK No. 1454/Menkes/SK/X/2010 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana dan Anggaran Kementerian Kesehatan. 3 (tiga) NSPK yaitu Permenkes No. 161/MENKES/PER/I/2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan, Kepmenkes No. 293/MENKES/SK/IV/2009 Tentang Eliminasi Malaria di Indonesia dan Permenkes No. 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan, yang menjadi sample kegiatan monitoring, dapat diimplementasikan dengan baik, meskipun masih ditemukan permasalahan/kendala, seperti: 1. Belum ada pedoman yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan sebagai petunjuk pelaksanaan. 2. Minimnya tenaga pendampingan (sebagai akibat dari minimnya anggaran dalam APBD) 3. Sering terjadi mutasi pejabat di daerah, hal ini mengakibatkan sulit mendapatkan SDM yang benar-benar memahami bidang tugas ini. 4. Dinas Kesehatan Provinsi sulit memperoleh data dari Dinas Kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan dalam melaksanakan 3 (tiga) NSPK tersebut, tidak mengeluarkan peraturan khusus (perda, pergub, dll) pelaksanaannya masih mengacu pada aturan yang tertuang dalam 3 (tiga) NSPK tersebut. Khusus untuk Permenkes No. 161/MENKES/PER/I/2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan masalah utama yang perlu mendapat perhatian Kementerian Kesehatan adalah kelembagaan MTKI, khusunya terkait dengan penandatanganan formulir II. Demikian pula hal nya dengan pelaksanaan uji kompetensi, terjadi kerancuan apakah lembaga MTKI atau MTKP yang membuat soal uji kompetensi. Disatu sisi lembaga MTKP yang dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Nomor: HK.02.04/I/V.2/01984.1/2011 tentang Keanggotaan Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) memiliki kewenangan membuat soal uji kompetensi, namun kewenangan tersebut belum dapat dilaksanakan mengingat MTKI masih memiliki kewenangan membuat soal uji kompetensi yang memerlukan pengaturan dari pusat. Kepmenkes No. 293/MENKES/SK/IV/2009 Tentang Eliminasi Malaria di Indonesia, dinas Kesehatan belum mengeluarkan Peraturan khusus sebagai penjabaran dari NSPK-ini. Pemerintah Daerah masih berpedoman pada regulasi ini disamping itu Provinsi Bengkulu dipandang sebagai daerah yang bukan endemi malaria. Survey terkait dengan kepuasan masyarakat terhadap pelaksanaan urusan kesehatan belum pernah dilaksanakan, namun Pemerintah Provinsi khususnya Dinas Kesehatan selalu melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan penanganan bidang kesehatan. Disamping itu guna meningkatkan kemampuan aparatur kesehatan, sering dilakukan rapat koordinasi dengan Pemerintah Pusat, 10"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Kabupaten/Kota, Sosialisasi kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Pusat serta bimbingan teknis. Beberapa usulan dalam rangka mengefektifkan penerapan NSPK, diantaranya: 1. Advokasi ke Pemerintah Daerah, sehingga terjadi sinkronissi antara Pusat dan Daerah 2. Pemerintah Pusat segera mengeluarkan petunjuk pelaksanaan dalam mengimplementasikan kebijakan bidang kesehatan, khususnya terkait dengan Kepmenkes No. 293/MENKES/SK/IV dan Kepmenkes No. HK.02.04/I/V.2/01984.1/2011. 3. Kejelasan terkait dengan lembaga yang memiliki kewenangan dalam membuat uji soal kompetesi. Provinsi Riau Hampir semua responden yang ada di lingkup Dinas Kesehatan Provinsi Riau menjawab bahwa mereka mengetahui tentang PP. Nomor 38 Tahun 2007 yang dikeluarkan Ditjen Otda, Kementerian Dalam Negeri. Apa yang diatur dalam PP ini dipahami dengan benar, khususnya pengaturan pembagian kewenangan antara tingkatan pemerintahan sebagaimana lampiran PP tersebut. Namun responden tidak mengetahui tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK). Responden juga tidak mengetahui bahwa Juklak, Juknis, pedoman yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, yang selama ini dipedomani dalam melaksanakan urusan kesehatan yang telah menjadi kewenangan provinsi. Sub-sub bidang kesehatan sebagaimana yang diatur dalam lampiran PP. Nomor 38 Tahun 2007 yakni upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, SDM Kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat serta Manajemen Kesehatan telah dilaksanakan secara efektif, dengan mengacu/berpedoman pada aturan yang sudah ada, seperti PMK dan KMK. Beberapa peraturan pelaksana dalam melaksanakan sub-sub bidang kesehatan tersebut, adalah: 1.
KMK No. 828/Menkes/SK/IX/2008 Tentang Juknis SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota. 2. KMK No. 129/Menkes/SK/II/2006 Tentang SPM RS 3. KMK No. 590/Menkes/SK/VII/2009 Tentang Pedoman Pelayanan KB di RS 4. KMK No. 933/Menkes/SK/II/2010 Tentang Pedoman Tata Laksana Flu Burung di RS 5. KMK No. 058/Menkes/SK/I/2099 Tentang Pedoman Penyelenggaraan RS Bergerak 6. PMK No. 210/Menkes/Per.I.2011 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan. 7. KMK No. 1462/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Juknis Promosi Kesehatan RS 8. KMK No. 585/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. 9. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan No. 188/Menkes/PB/I/2001 dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. 10. KMK No. 121/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Medik Herbal. 11. KMK No. 059/Menkes/SK/II/2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Penanggulangan Bencana 11
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
12. PMK No. 524/Menkes/Per/IV/2005 Tentang Perubahan atas PMK No. 988/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat. 13. KMK No.256/SK/068/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat 14. PMK No. HK.02.02/Menkes/068/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. 15. PMK No. 0202/Menkes/095/I/2010 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. 16. KMK No. 686/Menkes/SK/VI/2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. 17. KMK No. 160/Menkes/SK/II/2009 Tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas. 18. KMK No. 1053/Menkes/SK/VIII/2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Tubel DN dan LN di Lingkungan Departemen Kesehatan 19. PMK No. 971/Menkes/PER/XI/2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan 20. PMK No. 1199/Menkes/PER/X/2004 Tentang Pedoman Pengadaan Tenaga Kesehatan dengan Perjanjian Kerja di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah 21. KMK No. 373/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Sanitarian 22. KMK No. 369/Menkes/SK/X/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. 23. KMK No. 064/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana 24. KMK No. 066/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Manajemen SDM Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana. 25. PMK No. 355/Menkes/PER/2006 Tentang Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis. 26. KMK No. 1033/Menkes/SK/XI/2006 Tentang Pedoman Umum Perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Bidang Kesehatan 27. KMK No. 1454/Menkes/SK/X/2010 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana dan Anggaran Kementerian Kesehatan. Untuk NSPK yang menjadi target dalam kegiatan Monev berdasarkan wawancara dengan narasumber diketahui bahwa dalam implementasinya tidak mendapat masalah yang cukup berarti, disamping itu Pemda Provinsi Riau tidak membuat peraturan lain yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan ke 3 (tiga) NSPK tersebut. Secara umum beberapa permasalahan yang dihadapi Pemerintah Provinsi Riau dalam pelaksanaan urusan dan mengimplementasikan NSPK yang diterbitkan oleh setiap Kementerian/Lembaga adalah:
12"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
!
Pelaksanaan urusan belum “clear� benar, terutama ketika Pusat masih memegang pembiayaan khususnya dalam penyediaan sarana kesehatan melalui peningkatan jumlah Rumah Sakit, Tempat Tidur Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, sehingga Daerah hanya menurut saja, padahal Daerah lebih tahu apa yang menjadi program prioritasnya.
!
Salah satu dampak dari otonomi adalah kesulitan dalam menginventaris tenaga kesehatan . Tenaga kesehatan yang bekerja di Kabupaten/Kota, seringkali keluar/ masuk tanpa sepengetahuan maupun dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Bentuk pengumpulan data kepegawaian salah satunya dilakukan melalui pembuatan Profil kesehatan Kabupaten/ Kota yang dikompilasi di tingkat Provinsi. Oleh karena itu tingkat validasi dan akurasi seringkali menjadi permasalahan utama.
!
Pada tahun 2006 rasio dokter (umum dan spesialis) terhadap 100.000 penduduk adalah 21,17 (Nasional 24:100.000). Pada tahun 2007 rasio dokter terhadap 100.000 penduduk adalah 15.19, terjadi peningkatan pada tahun 2006 yaitu 16,5, namun belum memenuhi standar nasional yaitu 40 per 100.000 penduduk. Ratio dokter spesialis terhadap 100.000 penduduk 4,96 di Tahun 2007 dan menjadi 7,8 pada Tahun 2008 Rasio dokter spesialis ini cenderung meningkat bahkan melebihi standar nasional (6:100.000). Walaupun rasio ini sudah melampaui namun dilapangan distribusi penempatan tidak merata, terfokus pada ibukota Propinsi. Untuk masa mendatang masih diperlukan penambahan dokter spesialis khusus penanganan kedaruratan mengingat lokasi dan geografis Provinsi Riau yang terdiri dari pulau-pulau dan daerah-daerah sulit guna perluasan jangkauan pelayanan.
!
Anggaran kesehatan Provinsi Riau dibandingkan APBD secara keseluruhan juga masih belum mencapai standar ideal ( 12,47 persen) tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2009 meningkat secara significan (3,80 persen), berarti setiap tahun meningkat karena Tahun 2006 (2,98 persen ). Pada tahun mendatang seharusnya lebih ditingkatkan lagi karena untuk meningkatkan derajat kesehatan hal ini perlu mendapat perhatian dari para pengambil keputusan. Anggaran yang ada akan berpengaruh besar terhadap pelaksanaan peningkatan derajat kesehatan.
Dengan adanya permasalahan-permasalahan tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi Riau memberikan beberapa usulan-usulan dalam rangka mengefektifkan penerapan NSPK antara lain: !
Perlu peraturan bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri tentang pengaturan pengalokasian pembiayaan dari Pusat, sehingga penerapan Urusan dan NSPK lebih optimal.
!
Perlu perencanaan yang lebih matang mengenai distribusi tenaga kesehatan, baik Dokter, Perawat maupun Apoteker, sehingga ketercukupan tenaga kesehatan tersebut tidak mubazir dan dapat lebih dioptimalkan oleh provinsi dan kabupaten/kota.
!
Perlu peningkatan koordinasi antara Dinas Kesehatan dengan instansi vertikal lainnya, khususnya yang menangani sektor lingkungan dan sosial. 13
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Provinsi Kalimantan Tengah Satu hal yang amat penting dalam memahami pemberian otonomi kepada daerah ialah pengakuan dari Lembaga Pelaksana Kedaulatan Rakyat terhadap eksistensi, potensi masyarakat, dan daerahnya bahwa masyarakat setempat dengan daerahnya sebagai bagian dari keberadaan Negara Kesatuan mempunyai hak – hak dan kewajiban – kewajiban tertentu untuk meperhatikan dan menyelenggarakan berbagai kepentingannya sendiri. Untuk itu Negara melalui pembentuk Undang – undang memberikan wewenang mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri yang telah dituangkan dalam PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kab/Kota. Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya PP No.38 tahun 2007 tersebut khususnya pasal 9, maka Kementerian teknis dalam hal ini Menteri Kesehatan telah menerbitkan NSPK bidang Kesehatan sebagai pelaksanaan urusan Kesehatan. Disamping itu sebagaimana diamanatkan dalam pasal 12 maka Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah untuk melaksanakan urusan yang telah menjadi kewenangannya telah menetapkan Perda No.1 tahun 2008 tentang Urusan yang telah menjadi kewenangan Provinsi Kalimantan Tengah. Pelaksanaan urusan bidang Kesehatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Terkait pelaksanaan urusan pemerintahan khususnya di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilaporkan sebagai berikut : a. Untuk Sub bidang Upaya Kesehatan sudah dilaksanakan secara parsial. b. Untuk Sub bidang Pembiayaan Kesehatan sudah dilaksanakan tetapi masih belum efektif. c. Untuk Sub bidang SDM Kesehatan sudah dilaksanakan secara parsial. d. Untuk Sub bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan sudah dilaksanakan secara parsial. e. Untuk Sub bidang Manajemen Kesehatan sudah dilaksanakan secara parsial. Dapat disimpulkan bahwa para pejabat dan staf khususnya di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah pada umumnya sudah memahami isi dari PP No. 38 tahun 2007 dan dalam melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan di bidangnya masing-masing berpedoman pada Undang-undang, PP, Perda, Pergub, maupun NSPK yang telah diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan. Untuk penanganan urusan bidang Kesehatan khususnya penanganan registrasi Tenaga Kesehatan, Eliminasi Malaria di Indonesia, dan Penanganan jenis penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah serta upaya penanggulangannya. Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah disamping mempedomani Permenkes No.161/2010 tentang registrasi Tenaga Kesehatan, Kepmenkes No.293/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia, dan Permenkes No. 1501/2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya, juga ditindaklanjuti dengan Perda No.1/2008 tentang urusan Pemerintah Daerah yang telah menjadi kewenangan Provinsi Kalimantan Tengah, Perda No.10/2010 tentang tata cara pemberian tugas belajar dan indek belajar Pegawai Negeri Sipil Provinsi Kalimantan Tengah, Perda No. 25/2009 tentang pelayanan kelas tiga gratis, Perda Provinsi/Kab/Kota tentang retribusi pelayanan Kesehatan juga ditindaklanjuti dengan 14"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Pergub No.19/2011 yang mengatur tentang Eliminasi Malaria, serta ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan tentang Penanggulangan KLB, wabah, dan bencana. Permasalahan di Provinsi Kalimantan Tengah dalam pelaksanaan urusan Pemerintahan dalam hal ini urusan Kesehatan antara lain : a. Regulasi tentang penempatan Tenaga Kesehatan Strategis seperti dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, dan tenaga medis lainnya masih belum sesuai karena menurut lampiran PP 38/2007 penempatan Tenaga Kesehatan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi. Hal tersebut berdampak pada penyebaran dan penempatan Tenaga Kesehatan menjadi tidak merata. Oleh karena itu diperlukan adanya regulasi yang mengatur penempatan Tenaga Kesehatan. b. Regulasi atau NSPK penyelenggaraan pelatihan bidang Kesehatan masih belum efektif karena tidak memberdayakan balai Dinas Kesehatan Provinsi di daerahnya masing – masing. c. Pengembangan karier PNS khususnya tenaga fungsional belum sejalan dengan kediklatan yang diikuti oleh tenaga kesehatan fungsional tersebut. Hal tersebut mengakibatkan anggaran pelatihan yang digunakan hasilnya tidak dapat di implementasikan dengan baik oleh yang bersangkutan. d. Belum adanya NSPK yang mengatur tentang Pembiayaan Kesehatan secara rinci yang akan dipakai sebagai acuan bagi Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kab/Kota. Penerapan NSPK bidang Kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah khususnya Permenkes 161/2010, Kepmenkes 293/2009, dan Permenkes 1501/2010 pada umumnya sudah mengetahui dan melaksanakan atas 3 (tiga) NSPK tersebut dan menterjemahkan dalam Perda maupun Pergub. Di samping itu respon masyarakat terhadap pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah khususnya terhadap implementasi dari 3 (tiga) Permenkes dan Kepmenkes tersebut pada umunya masyarakat cukup puas atas pelayanan Kesehatan yang diberikan sehingga partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan urusan kesehatan di daerah rata-rata cukup mendukung. Sedangkan upaya memperkuat kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan urusan Kesehatan dilakukan melalui sosialisasi, rapat kerja, maupun pendampingan secara langsung dimana untuk Provinsi Kalimantan Tengah pendampingan secara langsung dikoordinir oleh dr. Khrisnajaya, MS beliau adalah Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Desenteralisasi dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan. Adapun bentuk penguatan kapasitas yang dipandang paling mendukung dalam pelaksanaan urusan Kesehatan adalah melalui rapat kerja dan pendampingan secara langsung. Untuk pelaksanaan koordinasi pembinaan dan pengawasan penerapan NSPK bidang Kesehatan di daerah pada umumnya sudah cukup memadai namun untuk pengawasannya perlu ditingkatkan lagi. Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan NSPK adalah pada umunya tidak dijumpai masalah yang berarti dalam penerapan NSPK khususnya terhadap 3 (tiga) Permenkes dan Kepmenkes tersebut. 15
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Usulan – usulan dalam rangka mengefektifkan penerapan NSPK bidang Kesehatan tersebut adalah : a. Untuk menyusun perencanaan kegiatan urusan Kesehatan diharapkan ada sinkronisasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kab/Kota. b. Apabila ada NSPK yang baru diterbitkan seyogyanya dilakukan sosialisasi kepada daerah. c. Sistem penyebaran informasi NSPK Kesehatan melalui beberapa media hendaknya lebih di efektifkan. d. Perlu dilakukan peningkatan pelatihan untuk tenaga Kesehatan secara kontinyu dan melakukan monitoring dan evaluasi yang efektif. Provinsi Banten Pelaksanaan otonomi daerah yang di ikuti dengan desentralisasi kewenangan telah di ikuti dengan pembagian urusan antar tingkatan pemerintahan yaitu pembagian urusan Pemerintah,Pemerintahan Provinsi, dan Pemerintahan kabupaten/Kota. Pembagian urusan ini merupakan amanah dari Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklajuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan antara Pemerintah, Pemerintahan daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota. Dalam pembagian urusan ditekankan kepada bidang urusan yang di desentralisasikan kepada pemerintah daerah. Antara lain urusan yang di desentralisasikan tersebut adalah urusan Kesehatan yang merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh daerah. Terhadap pembagian urusan ini, berdasarkan PP 38/2007 yang ditindaklajuti dengan Kepmenkes 922/2008 tentang Urusan Bidang Kesehatan, terdapat 6 (enam) sub bidang urusan yang terdiri dari 13 sub-sub bidang dan 29 urusan pemerintah, 30 urusan pemerintah provinsi dan 34 urusan pemerintah. Dalam pelaksanaannya pembagian urusan perlu ditindaklanjuti dengan pengaturan lebih lajut yang dinamakan dengan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria. Pada saat ini telah dibentuk beberapa NSPK oleh Kementerian Kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan urusan bidang kesehatan. Namun demikian jika dilihat dari NSPK yang di tetapkan masih dipandang perlu untuk penyesuaian antara pengaturan yang tertuang di dalam NSPK dengan pembagian urusan yang telah dibagi di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38/2007. Pemerintah provinsi Banten melaksanakan kewenangan bidang kesehatan mengacu kepada Permenkes yang telah diterbitkan. Namun demikian walaupun Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan menetapkan kebijakan, umumnya kebijakan tersebut masih sangat sentralistik. Artinya pembagian urusan yang ditetapkan melalui PP 38/2007 lebih banyak di tindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Kesehatan yang mana Kepmen ini berdasarkan sifat dari pengaturan kebijakan lebih banyak pengaturan internal khusus ke Kementerian kesehatan. Dengan demikian pada dasarnya harapan dari pemerintah provinsi sebaiknya Kementerian Kesehatan dalam menetapkan pengaturan kebijakan dilakukan dengan pengaturan keluar yaitu pengaturan terhadap pemerintah provinsi dan Kebupaten/Kota yang dalam mekanisme pengaturan Perundang-undangan dapat berupa Peraturan Menteri atau Permen/ PMK. 16"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Menurut narasumber, pelaksanaan urusan bidang kesehatan yang termuat di dalam lampiran PP 38/2007 tidak secara rinci merepresentasi kegiatan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan dinas kesehatan Kabupaten/Kota. Pembagian urusan yang termuat dalam lampiran PP 38/2007 belum di dasarkan pada esensi dari pelaksanaan urusan pada masing-masing tingkatan pemerintahan yang secara faktual memang dapat dilaksanakan di daerah. Dengan kata lain bahwa nampaknya perlu pengkajian kembali terhadap pembagian urusan bidang kesehatan dengan meletakan perinsip pembagian urusan yang bersifat eksternalitas, efektif, akuntabel sebagaimana diamanahkan di dalam pasal 4 PP 38/2007. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi di dinas Kesehatan Provinsi dilaksanakan untuk melihat implementasi dari pelaksanaan urusan provinsi pada bidang kesehatan berdasarkan PP 38/2007,yang telah ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri maupun Peraturan Menteri yaitu: !
Keputusan Menteri Eleminasi Malaria;
Kesehatan
Nomor
293/Menkes/SK/IV/2009
tentang
Pelaksanaan eliminasi malaria di Provinsi Banten belum sepenuhnya dilaksanakan secara optimal. Saat ini untuk pelaksanaan Eleminasi Malaria masih dilaksanakan berasal dari hibah lembaga donor ke Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal P2PL yang melaksanakan kegiatan pemberian Kelambu pastisida yang diberikan kepada masyarakat. Disamping itu, pelaksanaan eleminasi malaria Provinsi Banten dilakukan juga dengan memperhatikan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 443.41/465/SJ/2010 tanggal 6 Februari 2010 perihal Pedoman Pelaksanaan Program Eleminasi Malaria. Surat Menteri Dalam Negeri ini menjadi pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan eleminasi malaria bagi dinas kesehatan provinsi. Diantara isi surat MDN tersebut dinas kesehatan provinsi diperintahkan untuk: 1. Menyusun Strategi penanggulangan malaria melalui suatu komitmen yang tertuang dalam per-UU daerah sebagai penjabaran pedoman EMI; 2. Memberikan Asistensi dan advokasi kepada pemerintah Kabupaten dan Kota, lembaga legislatif, serta instansi sektor mengenai strategi yang akan ditempuh dalam eliminasi malaria; 3. Mengkoordinir Kegiatan program Malaria dengan instansi/sektor terkait dalam mendukung eliminasi malaria; 4. Melakukan sosialisasi dan menggerakan potensi sektor swasta, LSM, Organisasi Profesi dan organisasi lain yang terkait; 5. Menggerakan potensi Sumber Daya dalam mendukung pelaksanaan program Nasional eleminasi malaria secara sinergis baik yang berasal dari dalam negeri maupun diluar negeri sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; 6. Mengkoordinir, membina dan mengawasi program eliminasi malaria di Kabupaten/Kota dalam wilayahnya; 17
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
7. Melaksanakan Pelatihan teknis dan manajemen dalam Eliminasi Malaria termasuk manajemen terpadu balita (MTBS) dan ibu hamil sakit malaria bagi tenaga kesehatan di tingkat pelayanan dasar dan rujukan ( dokter, perawat dan bidan); 8. Menyediakan Sarpras dalam upaya eliminasi malaria termasuk dalam antisipasi terjadinya KLB serta pendistribusiannya; 9. Memantau pelaksanaannya kewaspadaan dini; 10. Memfasilitasi Penanggulangan KLB dampak bencana dan pengungsian di provinsi dan Kabuapen/Kota 11. Mengembangkan jejaraing surveilans epidemilogi dan sistem informasi malaria; 12. Melaksanakan Monitoring efiksi obat dan reisitensi vektor; 13. Melaksanakan MONEV dan pelaporan upaya EM dalam pencapaian status eliminasi di wilayah Kabupaten/Kota dalam wilayahnya. 14. Mengalokasikan Anggaran Program Eliminasi Malaria dalam APBD Provinsi; 15. Menyampaikan laporan tahunan dan berkala tentang pelaksanaan dan pencapaian program eliminasi malaria di wilayah Provinsi kepada MENKES RI melalui Dirjen P2PL; 16. Melaksanakan Koordinasi dan kerjasama dengan daerah lain dalam mendukung eliminasi malaria. Untuk menindaklanjuti Surat MDN dan Kepmenkes tersebut diatas, pada saat ini dinas kesehatan provinsi Banten sedang mengusulkan draft Peraturan gubernur terkait dengan pelaksanaan eleminasi malaria. Selanjutnya dengan harapan setelah terbitnya Surat Keputusan gubernur tentang elemiinasi malaria dapat dimanfaatkan untuk pengajuan program dan kegiatan pelaksanaan eliminasi malaria di provinsi Banten. !
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular tertentu yang Menimbulkan Wabah; Pada dasarnya upaya untuk melaksanakan Permenkes ini sangat tergantung dari hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilaksankan oleh Badan Litbang Kementerian Kesehatan. Menurut hasil Riskesdas tahun 2009, provinsi Banten tidak termasuk kepada daerah endemi penyakit menular dan wabah. Dengan demikian pemerintah provinsi memandang belum perlu untuk ditindaklanjuti dengan program dan kegiatan dalam pelaksanaan permenkes ini. Namun demikian upaya untuk menindaklanjuti Permenkes ini sedang dilakukan dengan menyusun rancangan Pergub sebagai pelaksanaan teknis sebagai tindak lanjut dari Permenkes ini.
!
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Terkait dengan Permenkes ini, pemerintah Provinsi Banten sedang menyusun rancangan Pergub sebagai pelaksanaan teknis sebagai tindak lanjut dari Permenkes ini.
18"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Pada umumnya penerapan NSPK di daerah masih belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh NSPK kesehatan yang pada dasarnya merupakan tindaklanjut dari pembagian urusan bidang kesehatan sebagaimana tertuang di dalam PP 38/2007 tidak sepenuhnya konsisten antara pembagian yang urusan yang ada dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan yang berupa Kepmenkes maupun Permenkes. Secara khusus ketidakonsitenan tersebut dapat dilihat dari ke-3 pengaturan KMK dan Permen yang di monitoring di provinsi Banten yang dapat di jelaskan sebagai berikut: 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang Eleminasi Malaria; 2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular tertentu yang Menimbulkan Wabah; PMK Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular tertentu yang Menimbulkan Wabah merupakan penjelsan dan tindaklanjut KMK Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang Eleminasi Malaria sebagai tindak lanjut dari dari pembagian urusan yang merupakan pengaturan dari sub sub bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagaimana tertuang di dalam PP 38/2007. Di dalam lampiran PP 38/2007 ini terdapat kewenangan Pemerintah berupa Pengelolaan Survailans epidemi kejadian luar biasa skala nasional dan pengelolaan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular berpotensi wabah yang merupakan komitmen global skala nasional dan internasional. Selanjutnya Pemerintah Daerah Provinsi melakukan Penyelenggaraan survailans epidemi, penyelidikan kejadian luar biasa skala provinsi dan penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular skala Kabupaten/Kota, Kemudian Pemerintah daerah Kabupaten/Kota melakukan Penyelenggaraan survailans epidemologi, penyelidikan kejadian luar biasa Kabupaten/Kota dan Penyelenggaraan Pencegahan Penyakit Menular Skala Kabupaten/Kota. Dari ketiga pembagian kewenangan itu semestinya PMK Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular tertentu yang Menimbulkan Wabah memuat pembagian kewenangan dari masing-masing tingkatan pemerintahan yang ada di dalam pembagian urusan tersebut yaitu bagaimana mengatur pembagian urusan pemerintah, pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Kejelasan pembagian urusan ini tidak termuat di dalam PMK Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular tertentu yang Menimbulkan Wabah. Dengan demikian maka pemerintah daerah provinsi tidak secara konsisten dapat menerapkan urusan sebagaimana tertuang di dalam PP 38/2007 walaupun secara substansi materi dari Permenkes menyentuh pelaksanaan urusan eleminasi malaria dan penanggulangan penyakit menular tertentu yang menimbulkan wabah. 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Pada dasarnya PMK Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan merupakan NSPK yang dibuat sebagai tindaklanjut dari sub bidang Sumber Daya manusia Kesehatan dan Sub sub bidang peningkatan Jumlah, Mutu dan Penyebaran tenaga kesehatan yang memuat wewenang Pemerintah berupa Registrasi, Akreditasi, Sertifikasi tenaga kesehatan skala nasional sesuai 19
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
peraturan Perundang-undangan, Pemerintah Daerah Provinsi melakukan Registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan tertentu skala provinsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melakukan Registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan tertentu skala Kabupaten/Kota. Dengan adanya pembagian urusan/kewenangan antar tingkatan pemerintahan diatas maka semestinya didalam PMK ini mengatur tentang pembagian kewenangan antar masingmasing tingkatan pemerintahan itu yaitu kewenangan Pemerinah, Pemerintah Daerah Provinsi dan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Namun demikian jika dilihat dari PMK ini nampaknya tidak terdapat pengaturan tenang peran dan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Disamping itu bagi Pemerintah Daerah Provinsi nampaknya kewenangan yang diberikan tidak sepenuhnya sama dengan kewenangan pemerintah sebagaimana tergambar di dalam pembagian urusan itu. Yaitu pembagian kewenangan yang antar masing-masing tingkatan pemerintahan hanya dibedakan pada lingkup wilayah dengan skala nasional, provinsi dan Kabupaten/Kota. Selanjutnya hal lain yang dicermati dari hasil monitoring dan evaluasi berdasarkan wawancara berdasarkan penjabaran dari kuesioner yang ada, terhadap PMK 161/2010 ini yang menjadi kendala dalam pelaksanaan KMK ini adalah substansi penetapan anggota MTKP yang berasal dari asosiasi profesi yang notabene bukan PNS pada dinas kesehatan maupun pemerintah daerah provinsi. Pada MTKP kepala dinas ditempatkan sebagai ketua MTKP saja dan tentu saja hal ini tidak dapat memenuhi refresentasi keanggotaan MTPK yang ada yang harus di biayai melalui APBD. Usulan-usulan dalam rangka penerapan NSPK dalam pelaksanaan urusan pemerintahan. 1. Khusus PMK no. 161/2010 perlu secara teknis petunjuk pendekatan anggota MTKI dan MTKP yang bukan PNS pada dinas maupun Kementerian kesehatan untuk diatur kembali penempatannya sebagai anggota maupun tim tenaga registrasi yang di tunjuk. 2. Untuk efektifnya pelaksanaan dari NSPK yang telah di buat maka pemerintah daerah diharapkan menindaklanjuti NSPK dengan Peraturan Gubernur sabagai langkah awal pemerintah daerah provinsi melakukan penganggaran yang berimplikasi kepada pelaksanaan program dan kegiatan di daerah; 3. Sebagai upaya optimalisasi penerapan NSPK di daerah maka hendaknya NSPK yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan merupakan penjawantahan dari Pembagian urusan sebagaimana tertuang di dalam lampiran PP 38/2007, dengan demikian NSPK yang dibuat tidak bersifat parsial dan hendaknya mengakomodir kewenangan masing-masing tingkatan pemerintahan yang telah diamanahkan.
20"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Provinsi Kalimantan Barat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat memehami bahwa pemberian otonomi kepada daerah merupakan salah satu bentuk pengakuan dari Lembaga Pelaksana Kedaulatan Rakyat terhadap eksistensi, potensi masyarat, dan daerahnya hal ini ditunjukan dengan diterbitkannya UU tentang Pemerintahan Daerah dan PP. Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Pengetahuan Dinas Kesehatan di Provinsi Kalimantan tentang amanat dari PP. 38 Tahun 2007 bagi K/L untuk membuat NSPK juga terpahami dengan baik, hal ini ditunjukan dengan dikeluarkannnya Peraturan Daerah terkait dengan pelaksana urusan. Pelaksanaan sub-sub bidang urusan kesehatan yang dijadikan rujukan adalah: 1. Upaya Kesehatan adalah: UU Nomor 32 Tahun 2004 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Kepmenkes No. HK.03.01/60/1/2010 Tentang Renstra RI 2010-2014 Permenkes No.780/2008 tentang Penyelenggaraan Radiologi Kepmenkes Nomor 852/2008 tentang Strategi Nasional saitasi Total Berbasis Masyarakat ! Kepmenkes Nomor 1014/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di sarana pelayanan kesehatan ! Kepmenkes Nomor 1061/2008 tentang Penetapan Rujukan Haji ! Kepmenkes Nomor 1022/2009 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obtruktif Kronik ! Permenkes Nomor 210/2011 tentang Juknis BOK ! Permenkes Nomor 147/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit ! Permenkes Nomor 340 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. ! Perda No. 8 Tahun 2008 Tentang RPJMD Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2008-2013. 2. Sub Bidang Pembiayaan Kesehatan: ! ! ! ! !
! Permenkes RI No. 631 Tahun 2011 Tentang Jaminan Persalinan ! Permenkes RI No. 803 Tahun 2011 Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat. 3. Sub Bidang SDM Kesehatan: ! Permenkes RI No. 81 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM di Tingkat Provinsi/Kab/Kota serta Rumah Sakit. ! Permenkes RI No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Nakes 4. Sub Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan: ! UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ! Kepmenkes RI No. HK.03.01/60/I/2010 Tentang Rencana Strategi RI Tahun 2010-2014. ! Keputusan Dirjen Bina Kefarmasian & Alat Kesehatan No. HK.02.03/IV/078/09 Tentang Tata Laksana Pengelolaan Obat Buffer. 21
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
! Kebijakan Obat Nasional SK Menkes No. 189/Menkes/SK/III/2006. 5. Sub Bidang Pemberdayaan Masyarakat: ! Permendagri No. 54 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Posyandu. ! Kepmenkes RI No. 1076 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. ! Kepmenkes RI No. 1109 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Alternatif dan Komplementer. ! Kepmenkes No. 1529/Menkes/SK/X/2010 Tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. ! Kepmenkes No. 564/Menkes/SK/VII/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. 6. Sub Bidang Manajemen Kesehatan: ! Permenkes No. 741 tahun 2008 Tentang SPM Bidang Kesehatan. ! Permenkes No. 828 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan kab/Kota. Dengan masih digunakannya peraturan-peraturan tersebut di atas dalam melaksanakan sub-sub bidang kesehatan, menunjukan bahwa peraturan-peraturan tersebut masih dapat diimplementasikan, sehingga daerah tidak perlu membuat peraturan lainnya. Penerapan 3 NSPK bidang Kesehatan di Provinsi Kalimantan Barat, tidak menemui kendala. Namun untuk lebih efektif maka diusulkan agar dalam penyusunan perencanaan kegiatan harus sinkron diantara tingkatan pemerintahan, perlu dilakukan pelatihan bagi tenaga kesehatan secara kontinyu dan melakukan monitoring dan evaluasi secara efektif, penggunaaan media sebagai sarana penyebaran informasi kesehatan sebaiknya lebih diefektifkan dan apabila ada NSPK baru dikeluarkan maka sebaiknya dilakukan sosialisasi secara maksimal pada setiap tingkatan pemerintahan. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas aparatur pemda bidang kesehatan adalah dengan sosialisasi, rapat kerja, kegiatan pendampingan. Berdasarkan wawancara diketahui dalam pelaksanaan urusan bidang kesehatan ditemukan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: a. Kondisi geografi yang sulit dan iklim/cuaca yang sering berubah, b. Beban ganda penyakit, c. Terbatasnya jumlah, jumlah, jenis, dan mutu SDM Kesehatan dan tenaga kesehatan, d. Regulasi atau NSPK penyelenggaraan pelatihan bidang Kesehatan masih belum efektif karena tidak memberdayakan balai Dinas Kesehatan Provinsi di daerahnya masing-masing, e. Pembiayaan kesehatan yang belum fokus dan sinkron, f. Belum terpadunya perencanaan program dan pelaksanaan kesehatan lapangan, serta lemahnya pengendalian program, 22"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
g. Belum adanya NSPK yang mengatur tentang Pembiayaan Kesehatan secara rinci yang akan dipakai sebagai acuan bagi Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kab/Kota. Kabupaten Semarang Pemerintah Kabupaten Semarang memahami terbitnya PP Nomor 38 Tahun 2007 dan sudah melaksanakan apa yang menjadi amanat dari PP tersebut, yaitu membuat Perda Urusan. Juga dipahami bahwa untuk melaksanakan urusan yang telah menjadi kewenangan masing-masing tingkatan Pemerintahan (Provinsi, Kabupaten dan Kota) maka Kementerian harus membuat NSPK yang menjadi acuan dalam pelaksanaan urusan yang telah menjadi kewenangan daerah. Mengacu pada PP. 38 Tahun 2007, Sub bidang urusan kesehatan yaitu upaya kesehatan sudah dilaksanakan secara efektif, sub bidang urusan pembiayaan kesehatan sudah dilaksanakan secara parsial, sub bidang SDM kesehatan sudah dilaksanakan tetapi belum efektif, sub bidang obat dan perbekalan kesehatan sudah dilaksanakan secara efektif, sub bidang pemberdayaan masyarakat sudah dilaksanakan tetapi belum efektif dan untuk sub bidang urusan manajemen kesehatan sudah dilaksanakan tetapi belum efektif. Sub bidang urusan kesehatan sebagaimana disebutkan di atas merupakan sistem kesehatan daerah, yang dalam implementasinya mengacu pada NSPK yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan, berupa Permenkes dan Kemenkes, yaitu: 1. Sub Bidang Upaya Kesehatan ! KMK No. 828/Menkes/SK/IX/2008 Tentang Juknis SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota ! KMK No. 129/Menkes/SK/II/2006 Tentang SPM RS ! KMK No. 590/Menkes/SK/VII/2009 Tentang Pedoman Pelayanan KB di RS ! KMK No. 933/Menkes/SK/II/2010 Tentang Pedoman Tata Laksana Flu Burung di RS ! KMK No. 058/Menkes/SK/I/2099 Tentang Pedoman Penyelenggaraan RS Bergerak ! PMK No. 210/Menkes/Per.I.2011 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan. 2. Sub Bidang Pemberdayaan Masyarakat ! KMK No. 1462/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Juknis Promosi Kesehatan RS ! KMK No. 585/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas ! Peraturan Bersama Menteri Kesehatan No. 188/Menkes/PB/I/2001 dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. 3. Sub Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan ! KMK No. 121/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Medik Herbal ! KMK No. 059/Menkes/SK/II/2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Penanggulangan Bencana ! PMK No. 524/Menkes/Per/IV/2005 Tentang Perubahan atas PMK No. 988/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat ! KMK No. 341 /SK/068/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat 23
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
! PMK No. HK.02.02/Menkes/068/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. 4. Sub Bidang Pembiayaan Kesehatan ! PMK No. 0202/Menkes/095/I/2010 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan ! KMK No. 686/Menkes/SK/VI/2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat ! KMK No. 160/Menkes/SK/II/2009 Tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas. 5. Sub Bidang SDM Kesehatan ! KMK No. 1053/Menkes/SK/VIII/2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Tubel DN dan LN di Lingkungan Departemen Kesehatan ! PMK No. 971/Menkes/PER/XI/2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan ! PMK No. 1199/Menkes/PER/X/2004 Tentang Pedoman Pengadaan Tenaga Kesehatan dengan Perjanjian Kerja di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah ! KMK No. 373/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Sanitarian ! KMK No. 369/Menkes/SK/X/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. 6. Sub Bidang Manajemen Kesehatan ! KMK No. 064/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana ! KMK No. 066/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Manajemen SDM Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana ! PMK No. 355/Menkes/PER/2006 Tentang Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis ! KMK No. 1033/Menkes/SK/XI/2006 Tentang Pedoman Umum Perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Bidang Kesehatan ! KMK No. 1454/Menkes/SK/X/2010 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana dan Anggaran Kementerian Kesehatan. Ke 3 (tiga) NSPK yang menjadi sample kegiatan Monev apabila diklasifikasikan kedalam sub bidang urusan kesehatan menurut PP. 38 Tahun 2007, merupakan sub bidang SDM Kesehatan, sub bidang upaya kesehatan dan sub bidang obat dan perbekalan kesehatan. Untuk melaksanakan 3 (tiga) sub bidang tersebut Pemda Kabupaten Semarang menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 31 Tahun tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah, serta Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 050/887/2011 tentang penetapan standar prosedur operasional Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. Untuk NSPK terkait dengan Eliminasi Malaria, Pemda Kabupaten Semarang belum mengeluarkan peraturan pelaksana, hal ini disebabkan karena Kabupaten Semarang bukan daerah endemi malaria. Terkait dengan urusan kesehatan sub-sub bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit telah dikuarkan NSPK diantaranya melalui KepMenkes tentang Eliminasi Malaria, dan Penyakit Menular Tertentu dan Permenkes tentang Penyakit Menular Tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan. Pemda Kabupaten Semarang belum pernah melakukan survey terkait dengan kepuasan masyarakat terhadap 3 (tiga) NSPK yang menjadi sample kegiatan 24"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
monitoring, namun demikian beberapa kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dalam implementasi NSPK sebagai upaya memahami isi dari NSPK dan dalam rangka peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah sering dilakukan, dalam bentuk sosialisasi yang melibatkan Pemda dan Kementerian Kesehatan, Pendampingan dan rapat Kerja. Upaya-upaya lain yang dilakukan juga meliputi koordinasi, pembinaan dan pengawasan. Dengan demikian NSPK yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dapat terimplementasi dengan baik di Daerah. Secara umum permasalahan yang dihadapi untuk: Permenkes No. 161/MENKES/PER/I/2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan • •
Belum ada hubungan kelembagaan yang jelas diantara Organisasi Profesi dan Institusi pendidikan tenaga kesehatan’ Belum ada payung hukum yang secara jelas tentang penyelenggaraan uji tulis dan uji praktek, sehingga dalam penyelenggaraan uji sering ditemukan kendala mana aturan yang dapat dipedomani.’
Kota Palu Aparatur Dinas Kesehatan di Kota Palu yang menjadi responden mengetahui bahwa Pemerintah telah mengeluarkan PP. Nomor 38 Tahun 2007, serta amanat dari Peraturan tersebut bagi K/L untuk membuat Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK). Dipahaminya peraturan pemerintah diwujudkan dengan dikeluarkannya Perda Urusan sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 38 Tahun 2007. NSPK bidang kesehatan yang dikeluarkan Pemerintah, mudah dipahami dan tepat dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah (provinsi, kabupaten dan kota) dalam melaksanakan kewenangan bidang kesehatan yang telah didesentralisasikan, sesuai dengan tingkatan pemerintahan. Dalam melaksanakan urusan bidang Kesehatan, Pemerintah Kota Palu berpedoman pada PP. 38 Tahun 2007 dan NSPK yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Sub-sub bidang kesehatan sebagaimana diatur dalam lampiran PP. 38 Tahun 2007, yaitu Upaya Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan, SDM Kesehatan, Obat dan Perbekalan Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat serta Manajemen Kesehatan sudah berjalan secara efektif. Walaupun dalam pelaksanaannya Pemerintah Kota Palu masih berpedoman pada NSPK yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, seperti: 1. Sub Bidang Upaya Kesehatan ! KMK No. 828/Menkes/SK/IX/2008 Tentang Juknis SPM Bidang Kesehatan di Kab/Kota ! KMK No. 129/Menkes/SK/II/2006 Tentang SPM RS ! KMK No. 590/Menkes/SK/VII/2009 Tentang Pedoman Pelayanan KB di RS ! KMK No. 933/Menkes/SK/II/2010 Tentang Pedoman Tata Laksana Flu Burung di RS ! KMK No. 058/Menkes/SK/I/2099 Tentang Pedoman Penyelenggaraan RS Bergerak ! PMK No. 210/Menkes/Per.I.2011 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan. 25
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
2. Sub Bidang Pemberdayaan Masyarakat ! KMK No. 1462/Menkes/SK/XII/2006 Tentang Juknis Promosi Kesehatan RS ! KMK No. 585/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas ! Peraturan Bersama Menteri Kesehatan No. 188/Menkes/PB/I/2001 dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. 3. Sub Bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan ! KMK No. 121/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Medik Herbal ! KMK No. 059/Menkes/SK/II/2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan pada Penanggulangan Bencana ! PMK No. 524/Menkes/Per/IV/2005 Tentang Perubahan atas PMK No. 988/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat ! KMK No. /SK/068/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pencantuman Nama Generik Pada Label Obat ! PMK No. HK.02.02/Menkes/068/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. 4. Sub Bidang Pembiayaan Kesehatan ! PMK No. 0202/Menkes/095/I/2010 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan ! KMK No. 686/Menkes/SK/VI/2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat ! KMK No. 160/Menkes/SK/II/2009 Tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas. 5. Sub Bidang SDM Kesehatan ! KMK No. 1053/Menkes/SK/VIII/2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Tubel DN dan LN di Lingkungan Departemen Kesehatan ! PMK No. 971/Menkes/PER/XI/2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan ! PMK No. 1199/Menkes/PER/X/2004 Tentang Pedoman Pengadaan Tenaga Kesehatan dengan Perjanjian Kerja di Sarana Kesehatan Milik Pemerintah ! KMK No. 373/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Sanitarian ! KMK No. 369/Menkes/SK/X/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. 6. Sub Bidang Manajemen Kesehatan ! KMK No. 064/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana ! KMK No. 066/Menkes/SK/II/2006 Tentang Pedoman Manajemen SDM Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana ! PMK No. 355/Menkes/PER/2006 Tentang Pedoman Pelembagaan Organisasi Unit Pelaksana Teknis ! KMK No. 1033/Menkes/SK/XI/2006 Tentang Pedoman Umum Perencanaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Bidang Kesehatan ! KMK No. 1454/Menkes/SK/X/2010 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana dan Anggaran Kementerian Kesehatan. Survey terkait dengan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan belum pernah dilakukan. Namun berdasarkan questioner yang diberikan untuk 3 26"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
(tiga) NSPK yang menjadi sample kegiatan monev semua responden menyatakan implementasi dari 3 NSPK ini dapat berjalan dengan baik. Namun khusus untuk Permenkes 161/Menkes/PER/II/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan Pemda Kota Palu sedang menyusun Peraturan Daerah sebagai acuan dalam implementasi NSPK-ini. Demikian juga dengan pembentukan MTKP sebagaimana yang diamanatkan dalam NSPK ini, sedang dalam proses pembentukannya. Dalam penerapannya ditemukan hambatan/kendala seperti: 1. Ketersediaan anggaran dalam APBD untuk melakukan kegiatan pendampingan, diklat fasilitator PDBK 2. Belum ada juknis yang mengatur tentang mekanisme pembiayaan uji kompetensi 3. Kerancuan dalam mengeluarkan surat ijin Registrasi Tenaga Kesehatan 4. Kurang jelas kewenangan Kota dalam pelaksanaan NSPK khususnya yang berhubungan dengan Jenis Penyakit menular. Usulan-usulan dalam rangka mengefektifkan Penerapan NSPK dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan : • • •
•
Badan/lembaga MTKI dan MTKP harus segera dibentuk, sehingga Pemda Kota Palu dapat melaksanakan uji kompetensi tenaga kesehatan sendiri. Kegiatan penguatan kapasitas bagi aparatur Pemda khususnya tenaga kesehatan perlu mendapat prioritas. Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka setiap NSPK yang sedang dibuat oleh Pemerintah Pusat harus dengan melibatkan stake holders di daerah, mengingat NSPK tersebut akan diterapkan di daerah. Disamping itu kegiatan desiminasi juga perlu diperhatikan, mulai dari Provinsi sampai kabupaten dan Kota. Perlu dilakukan pendampingan secara langsung dan berkelanjutan kepada masyarakat.
KABUPATEN SIDOARJO Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber di Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, diketahui bahwa Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaen/Kota sebagaimana diatur dalam PP. Nomor 38 Tahun 2007 telah dijabarkan dalam Peraturan Daerah. Dengan demikian maka dapat dikatkan bahwa PP ini telah tersosialisasi dengan baik. Aparatur Pemda Kabupaten Sidoarjo juga mengerti bahwa dalam PP ini diamanatkan bagi Kementerian dan Lembaga untuk membuat Norma, Standar, prosedur dan Kriteria (NSPK), dapat menjadi acuan dalam melaksanakan urusan/kewenangan yang telah menjadi kewenangan daerah. Pemahaman terhadap NSPK ternyata beragam, karena ada yang menginterpretasikan bahwa NSPK adalah aturan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa sosialisasi tentang istilah NSPK belum dipahami dengan benar, walaupun sejak dikeluarkannya PP ini pada tahun 2007, Pemerintah sudah sering mengadakan pertemuan Pusat dan Daerah berkenaan dengan regulasi ini.
27
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Mengacu pada PP. Nomor 38 Tahun 2007, didalam lampiran terdapat sub-sub bidang urusan kesehatan yang telah didesentralisasikan ke daerah, yaitu 1) upaya kesehatan, 2) Pembinaan Kesehatan, 3) SDM Kesehatan, 4) Obat dan Perbekalan Kesehatan, 5) Pemberdayaan Masyarakat, dan 6) Manajemen Kesehatan. Ke 6 (enam) sub-sub bidang kesehatan ini telah dilaksanakan oleh Pemda secara efektif. Dalam melaksanakan sub-sub bidang kesehatan tersebut, Pemda Kabupaten Sidoarjo tidak membuat Peraturan Walikota dan Pemerintah Provinsi juga tidak membuat Peraturan pelaksana, dalam implementasinya Pemda Kota Sidoarjo masih berpedoman pada NSPK yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan. NSPK tersebut berupa Keputusan Menteri Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan. NSPK berupa KMK dan PMK tersebut sangat mudah dipahami sehingga tidak membutuhkan aturan lain dalam pelaksanaannya. Pelayanan urusan bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Pemda Kabupaten Sidoarjo, telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayanan Kesehatan. Dengan Peraturan ini, Pemda Kabupaten Sidoarjo diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada masyarakat. Beberapa NSPK yang menjadi sample kegiatan monitoring yaitu KMK Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009, PMK Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 dan PMK Kesehatan Nomor 16/MENKES/PER/I/PER/2010, penerapannya di daerah dapat dilaksanakan dengan baik. Namun pengaturan tentang registrasi tenaga kesehatan sampai saat ini belum dibentuk MTKP, demikian juga dengan NSPK tentang Penyakit Malaria yang tidak begitu efektif digunakan, mengingat kabupaten Sidoarjo bukan daerah endemi malaria. Untuk lebih mengefektifkan ke 3 (tiga) NSPK tersebut maka dibutuhkan campur tangan dari Pemerintah Pusat untuk: 1. Segera menyusun pedoman penanggulangan penyakit menular 2. Memberikan bantuan berupa dana dekon mengingat keterbatasan dalam APBD, sehingga upaya pelaksanaan kesehatan lebih maksimal. 3. Perlu dilakukan sosialisasi dan pemberian pemahaman kepada daerah khususnya yang berhubungan dengan registrasi tenaga kesehatan di daerah 4. Kegiatan pendampingan secara berkala kepada masyarakat, khususnya untuk jenis penyakit menular tertentu yang menimbulkan wabah. 5. Membuat pedoman atau juknis terkait dengan ujian bagi registrasi tenaga kesehatan. 6. Perlu ada Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur masalah penanganan penyakit menular yang bersifat lintas batas. 7. Perlu perencanaan yang lebih matang mengenai distribusi tenaga kesehatan, baik Dokter, Perawat maupun Apoteker, sehingga ketercukupan tenaga kesehatan tersebut tidak mubazir dan dapat lebih dioptimalkan oleh provinsi dan kabupaten/kota. 8. Perlu peraturan bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri tentang pengaturan pengalokasian pembiayaan dari Pusat, sehingga penerapan Urusan dan NSPK lebih optimal. 9. Perlu peningkatan koordinasi antara Dinas Kesehatan dengan instansi vertikal lainnya, khususnya yang menangani sektor lingkungan dan sosial. 28"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
KABUPATEN BANDUNG Responden yang menjadi target pada kegiatan Monev mengetahui dan memahami Peraturan Pemerintah tentang Pembagian Urusan yang tertung dalam PP. Nomor 38 Tahun 2007. Responden juga mengetahui bahwa Pedoman, Juklak dan Juknis yang dikeluarkan oleh Kementerian dan Lembaga sama dengan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang dapat digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan urusan yang telah menjadi kewenangan daerah. Sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, urusan bidang kesehatan meliputi 6 (enam) sub-sub bidang urusan, yaitu 1) sub bidang upaya kesehatan, 2) sub bidang pembiayaan kesehatan, 3) sub bidang SDM kesehatan, 4) sub bidang obat dan perbekalan kesehatan, 5) sub bidang pemberdayaan masyarakat, dan 6) sub bidang manajemen kesehatan. Salah satu urusan wajib yang sangat terkait dengan pelayanan dasar bagi masyarakat adalah urusan kesehatan. Oleh karena itu, pelaksanaan urusan kesehatan di Daerah menjadi salah satu yang harus diperhatikan secara sungguhsungguh oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah. Untuk terselenggaranya urusan kesehatan di daerah antara lain telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Berkaitan dengan telah ditetapkannya ketiga Kepmenkes tersebut, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah dengan Decentralization Support Facility (DSF) yang merupakan konsorsium multidonor yang dikomandoi oleh World Bank berupaya untuk memantau implementasinya di beberapa Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui kegiatan monitoring dan evaluasi NSPK Bidang Kesehatan. Sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, urusan bidang kesehatan meliputi 6 sub bidang urusan yaitu (1) sub bidang upaya kesehatan, (2) sub bidang pembiayaan kesehatan, (3) sub bidang SDM kesehatan, (4) sub bidang obat dan perbekalan kesehatan, (5) sub bidang pemberdayaan masyarakat, dan (6) sub bidang manajemen kesehatan. Bertolak dari upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan serta dalam rangka meningkatkan sumberdaya manusia dan daya saing untuk melaksanakan pembangunan di daerah dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung bersama DPRD Kabupaten Bandung telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Sistem Kesehatan Daerah dimaksudkan sebagai pedoman penyelenggaraan program pembangunan kesehatan baik oleh pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat dan merupakan dasar pengembangan kebijakan pembangunan kesehatan. Ruang lingkup penyelenggaraan kesehatan adalah dalam rangka melaksanakan urusan 29
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
wajib pemerintah daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam perundang-undangan meliputi : a. Subsistem upaya kesehatan. b. Subsistem pembiayaan kesehatan. c. Subsistem SDM kesehatan. d. Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan. e. Subsistem manajemen dan informasi kesehatan. f. Subsistem pemberdayaan masyarakat. Dari keenam subsistem kesehatan daerah yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, berdasarkan hasil monitoring pada prinsipnya telah dilaksanakan, namun belum seluruhnya dilaksanakan secara efektif. Hal ini dapat diketahui dari hasil telaahan terhadap kuisioner dan penjelasan dari para pejabat yang kompeten di bidangnya masing-masing. Diketahui bahwa untuk upaya kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan sudah dilaksanakan secara efektif. Namun demikian untuk pembiayaan kesehatan masih dilaksanakan secara parsial dalam arti pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak sama bagi golongan tertentu. Adapun untuk SDM kesehatan walaupun sudah berjalan dengan baik , namun belum efektif yang disebabkan oleh beberapa kendala antara lain anggaran yang terbatas dan masih terbatasnya sarana dan prasarana diklat bagi paramedis tertentu. Dalam menyelenggarakan sistem kesehatan daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung berpedoman pada berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI dan dijabarkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bandung, serta dilaksanakan melalui Keputusan Bupati Bandung. Karena bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang terkait dengan pelayanan dasar, maka Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya agar pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat berpedoman pada SPM Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Adapun pedoman yang dijadikan acuan dan telah ditindaklanjuti melalui Perda dan Peraturan / Keputusan Bupati antara lain sebagai berikut : a. Upaya Kesehatan : • Kepmenkes No. 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. • Perda No. 8 Tahun 2009 tentang Kesehatan Ibu, Bayi baru lahir, Bayi dan Balita (Kibla). • Peraturan Bupati Bandung No. 30 Tahun 2009 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu. • Perda No. 5 Tahun 2011 tentang Sistem Kesehatan Daerah (SKD). b. Pembiayaan Kesehatan: • Permenkes No. 1092 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar/Jamkesmas. • Perda No. 10 Tahun 2009 tentang Jaminan Kesehatan Di Kabupaten Bandung. c. SDM Kesehatan : • PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. • Permenkes No. 543/Menkes/VI/2008 tentang Pedoman Tugas Belajar SDM Kesehatan Depkes RI. 30"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
• Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Provinsi, Kab/Kota dan RS. d. Obat dan Perbekalan Kesehatan : • Kepmenkes RI No. 1426/Menkes/XI/2002 tentang Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. • Permenkes RI No. 068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. • Kepmenkes RI No. 146/I/2010 tentang Harga Obat Generik. e. Pemberdayaan masyarakat • Kemenkes No. 564/Menkes/SK/VII/2006 tentang Pengembangan Desa Siaga dan Pos Kesehatan Desa. • Perda No. 3 Tahun 2005 tentang K3. • Peraturan Bupati No. 15 Tahun 2007 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok. f. Manajemen dan informasi kesehatan. • Kepmenkes No. 932/Menkes/VIII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kab/Kota. Mencermati apa yang telah tertuang dalam lembar kuisioner dan penjelasan dari pejabat terkait di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, pada dasarnya dalam pelaksanaan urusan bidang kesehatan tidak ada permasalahan yang bersifat prinsipil. Artinya, dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun Pemerintah Daerah, semua sub bidang urusan telah dilaksanakan walaupun belum sepenuhnya optimal. Secara garis besar permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan urusan kesehatan adalah : a. Tingkat pemahaman masyarakat yang belum merata terhadap pentingnya memeliharaan kesehatan dan lingkungan. b. Masyarakat belum sepenuhnya menyadari akan hak dan kewajibannya dalam memperoleh pelayanan kesehatan dari Pemerintah. c. Berbagai peraturan yang telah dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dalam rangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat. Keterbatasan anggaran untuk melaksanakan sosialisasi menjadi kendala tersendiri, disamping kurangnya motivasi masyarakat untuk memahami berbagai peraturan yang terkait dengan kesehatan. Untuk terselenggaranya urusan bidang kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menetapkan berbagai NSPK (Juklak dan Juknis) antara lain Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Ketiga NSPK tersebut diatas pada dasarnya telah menjadi acuan Pemerintah Kabupaten Bandung, namun pelaksanaannya belum ditindaklanjuti melalui Perda maupun Peraturan/Keputusan Bupati secara tersendiri. Perda maupun Perbup yang telah ada masih dianggap relevan dan mengakomodir Pelaksanaan ketiga Permenkes tersebut.
31
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
Dengan asumsi Kabupaten Bandung bukan daerah endemi malaria, Pemerintahan Daerah Kabupaten Bandung memandang belum perlu untuk menetapkan Peraturan Bupati terkait eliminasi malaria di Kabupaten Bandung. Namun demikian dengan telah dikeluarkannya Peraturan Bupati No. 30 Tahun 2009 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu, setiap warga Kabupaten Bandung berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dalam penyakit tertentu dari Pemerintah Daerah. Untuk melaksanakan registrasi tenaga kesehatan, Pemerintah Kabupaten Bandung belum mengacu pada ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Hal ini dikarenakan masih ada kendala dalam proses mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) harus dilaksanakan melalui beberapa tahapan ujian. Kurangnya tenaga penguji maupun alat-alat pendukungnya menjadi permasalahan tersendiri. Karena itu sampai saat ini registrasi tenaga kesehatan masih mengacu pada Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 900 Tahun 2002 tentang Registrasi dan Praktek Kebidanan. Dalam Ketentuan ini, tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan, maupun perawat, selain mendapatkan ijin praktek dari organisasi bersangkutan, juga harus mendapatkan ijin dari Pemerintah Daerah setempat. Demikian halnya juga dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Dalam implementasinya di Kabupaten Bandung belum ditindaklanjuti melalui Perda/Perbup secara tersendiri. Perda No. 11 Tahun 2005 tentang Kesehatan, Kebersihan, dan Keindahan (K3), masih dipandang efektif untuk menanggulangi penyakit menular disamping Peraturan Bupati No. 15 Tahun 2007 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok (KTAR), maupun Perda/Perbup lainnya yang secara parsial ditetapkan dalam upaya mewujudkan kesehatan di Kabupaten Bandung, misalnya Perda No. 8 Tahun 2009 tentang Kesehatan Ibu, Bayi baru lahir, Bayi dan Balita (Kibla). Dalam Perda tersebut, antara lain diatur mengenai bagaimana Ibu, bayi dan balita dapat terhindar dari penyakit-penyakit menular. Usulan-Usulan Dalam Rangka Mengefektifkan Penerapan NSPK Dalam rangka mengefektifkan Penerapan NSPK Pemerintahan Kabupaten Bandung mengusulkan agar Kementerian Kesehatan segera menyusun NSPK terkait: 1. NSPK Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, 2. NSPK ISO (Standarisasi, Akreditasi dan Sertifikasi) Sarana Prasarana Pelayanan Kesehatan Dasar, 3. NSPK Kemitraan dengan Dunia Usaha (CSR) D. KESIMPULAN 1. Pemerintah Daerah ( Provinsi, Kabupaten dan Kota) yang menjadi lokasi kegiatan Monev NSPK mengetahui dan memahami tentang PP. Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Kota. 2. Responden mengetahui apa yang dimaksud dengan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria. Hal ini menunjukan bahwa PP. Nomor 38 Tahun 2007 telah tersosialisasi dengan baik, mulai dari tingkat Pusat sampai ke Daerah. Medium 32"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
yang digunakan adalah sosialisasi baik oleh Kementerian Dalam Negeri maupun Kementerian Kesehatan, Rapat Kerja dan Bimbingan Teknis. 3. Sub-sub bidang kesehatan sebagaimana yang diatur dalam PP. Nomor 38 Tahun 2007 secara umum sudah dilaksanakan/terimplementasikan di daerah. Dan dalam pelaksanaannya masih mengacu pada PMK dan KMK yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan. 4. Dalam melaksanakan urusan bidang kesehatan (yang menjadi kewenangan daerah) Pemerintah Daerah mengacu pada PP. Nomor 38 Tahun 2007 dan NSPK yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan. 5. Dari 10 (sepuluh) daerah yang dijadikan sample lokasi kegiatan Monev tidak ada daerah yang melaksanakan Survey kepuasan masyarakat terkait dengan pemberian pelayanan kesehatan. 6. Hampir semua responden yang ada mengharapkan agar Kementerian Kesehatan segera mengeluarkan pedoman sebagai tindak-lanjut dari Peraturan Menteri Kesehatan tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. 7. Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota yang menjadi lokasi kegiatan Monev tidak mengeluarkan peraturan pendukung sebagai penjabaran dari Kemenkes tentang Eliminasi Penyakit Malaria, hal ini disebabkan karena Pemda yang menjadi lokasi Monev bukan merupakan daerah endemi malaria. 8. Hampir disemua Pemda yang menjadi lokasi kegiatan Monev menggunakan medium sosialisasi, rapat kerja dan bimbingan teknis untuk memperkenalkan NSPK yang dibuat/dikeluarkan Kementerian Kesehatan. 9. Daerah yang menjadi lokasi kegiatan monev masih menggunakan NSPK ( Peraturan Menteri Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan ) dalam melaksanakan kewenangan yang melekat di sub-sub bidang kesehatan. 10. Dari 10 daerah yang menjadi sample lokasi Monev, 9 (sembilan) daerah sudah memiliki MTKI dan MTKP, daerah yang belum membentuk lembaga ini (dalam proses pembentukan) adalah Kota Palu. 11. Didalam mengimplementasikan 3 (tiga) PMK dan KMK yang menjadi sample monev Pemerintah Daerah tidak mengeluarkan Peraturan lain sebagai acuan ( Pergub, Perwali, Perbup, dll) pelaksanaan masih mengikuti substansi yang diatur dalam PMK dan KMK tersebut. Namun demikian untuk beberapa PMK dan KMK diharapkan Pemerintah Pusat segera membuat Juklak, Juknis khususnya terkait dengan registrasi tenaga kesehatan. E. REKOMENDASI ! Perlu peraturan bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri tentang pengaturan pengalokasian pembiayaan dari Pusat, sehingga penerapan Urusan dan NSPK lebih optimal. ! Perlu perencanaan yang lebih matang mengenai distribusi tenaga kesehatan, baik Dokter, Perawat maupun Apoteker, sehingga ketercukupan tenaga kesehatan tersebut tidak mubazir dan dapat lebih dioptimalkan oleh provinsi dan kabupaten/kota. ! Perlu peningkatan koordinasi antara Dinas Kesehatan dengan instansi vertikal lainnya, khususnya yang menangani sektor lingkungan dan sosial. 33
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
! Perlu segera mengeluarkan juknis sebagai penjabaran untuk Registrasi Tenaga Medis. ! Perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap NSPK yang tidak secara tegas mengatur kewenangan pembagian urusan sebagaimana tertuang didalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007. NSPK itu antara lain NSPK/Permenkes 161/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. NSPK ini disamping tidak memuat pembagian urusan masing-masing tingkatan pemerintahan juga tidak secara tegas mengatur mekanisme keanggotaan MTKP dan MTKI yang berasal dari asosiasi profesi sebagai tenaga register yang tidak dimungkinkan di biayai oleh APBN dan APBN.
34"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
LAMPIRAN INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI PENERAPAN NSPK DALAM PELAKSANAAN URUSAN KESEHATAN DI DAERAH Keputusan)Menteri)Kesehatan)NOMOR)293/MENKES/SK/IV/2009) Peraturan)Menteri)Kesehatan)Nomor)1501/MENKES/PER/X/2010) Peraturan)Menteri)Kesehatan)Nomor)16/MENKES/PER/I/2010)
Provinsi/Kab/Kota:
Tanggal
pelaksanaan
evaluasi:
Pertanyaan: 1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang PP. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota. 2. Dalam PP tersebut diamanatkan bahwa Kementerian/Lembaga harus membuat Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) sebagai acuan pelaksanaan sebuah urusan, apakah Bapak/Ibu memahami/mengetahui apa yang dimaksud dengan NSPK, tersebut? 3. Sub bidang urusan Kesehatan apa yang saat ini sudah dilaksanakan oleh pemda? No
Sub bidang urusan kesehatan menurut PP 38/2007
1
Upaya kesehatan
2
Pembiayaan
Status pelaksanaan saat ini (beri tanda !) Sudah Sudah Sudah Belum dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan secara efektif tetapi belum secara parsial efektif
kesehatan 3
SDM kesehatan
4
Obat dan perbekalan kesehatan
5
Pemberdayaan masyarakat
6
Manajemen
35
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
No
Sub bidang urusan kesehatan menurut PP 38/2007
Status pelaksanaan saat ini (beri tanda !) Sudah Sudah Sudah Belum dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan dilaksanakan secara efektif tetapi belum secara parsial efektif
kesehatan
Catatan: . . . . . . . . . . . . . . 4. Apa yang menjadi rujukan (dasar) dalam pelaksanaan urusan Kesehatan tersebut? (jawaban bisa lebih dari satu) a. PP 38/2007 b. NSPK (norma, standar, prosedur, dan kriteria) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan c. Peraturan daerah d. Lainnya (sebutkan) . . . . . . . . . . 5. Jika pada pertanyaan nomor 2 terpilih jawaban b (NSPK), sebutkan peraturan, keputusan menteri, juklak-juknis, atau pedoman dimaksud. No
Sub bidang urusan
NSPK (sebutkan peraturan menteri, juklak dan juknis serta
kesehatan menurut
pedoman terkait sub bidang urusan kesehatan)
PP 38/2007 1
Upaya kesehatan
2
Pembiayaan kesehatan
3
SDM kesehatan
4
Obat dan perbekalan kesehatan
5
Pemberdayaan masyarakat
6
Manajemen kesehatan
6. Bagaimana saudara menilai NSPK sebagaimana diatur dalam peraturan atau keputusan menteri, juklak-juknis atau pedoman dimaksud? a. Sangat mudah dipahami dan dapat dijadikan panduan bagi daerah dalam melaksanakan urusan kesehatan b. Mudah dipahami dan dapat dijadikan panduan bagi daerah dalam melaksanakan urusan kesehatan c. Sulit dipahami dan sulit diterjemahkan dalam pelaksanaan urusan kesehatan 36"
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
d. Sangat sulit dipahami dan sulit diterjemahkan dalam pelaksanaan urusan kesehatan 7. Dalam bentuk apa NSPK diterapkan dalam pelaksanaan urusan kesehatan di daerah? a. Peraturan daerah tentang kesehatan (sebutkan) ............. b. Peraturan gubernur/bupati/walikota (sebutkan) .............. c. Lainnya (sebutkan) .............. 8. Terkait dengan urusan kesehatan sub-sub bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, Kementerian Kesehatan telah merumuskan NSPK di antaranya melalui Kepmenkes 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang ”Eliminasi Malaria di Indonesia” dan Permenkes 1501/Menkes/PER/X/2010 tentang ”Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan”. Seberapa jauh saudara mengetahui peraturan tersebut. a. Mengetahui NSPK tersebut b. Menerjemahkan dalam bentuk peraturan daerah c. Melaksanakan NSPK tersebut dalam pelaksanaan urusan kesehatan di daerah " 9. Terkait dengan urusan kesehatan sub-sub bidang Peningkatan Jumlah, Mutu dan Penyebaran Tenaga Kesehatan, Kementerian Kesehatan telah merumuskan NSPK di antaranya melalui Permenkes 161/Menkes/PER/II/2010 tentang ”Registrasi Tenaga Kesehatan”. Seberapa jauh saudara mengetahui peraturan tersebut. a. Mengetahui NSPK tersebut b. Menerjemahkan dalam bentuk peraturan daerah atau dalam bentuk lainnya c. Melaksanakan NSPK tersebut dalam pelaksanaan urusan kesehatan di daerah " 10. Sepengetahuan saudara (akan lebih baik jika didasarkan kepada survei kepuasan masyarakat), bagaimana respon masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah daerah. a. Sangat puas b. Cukup puas c. Kurang puas d. Tidak puas 11. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan urusan kesehatan di daerah? 37
LAPORAN MONEV NSPK BIDANG KESEHATAN
a. Sangat mendukung b. Cukup mendukung c. Kurang mendukung d. Tidak mendukung 12. Dalam rangka memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam pelaksanaan urusan kesehatan, bentuk penguatan kapasitas apa yang pernah diterima oleh pemerintah daerah (jawaban bisa lebih dari satu) a. Sosialisasi dari Kementerian Kesehatan b. Rapat kerja dengan Kementerian Kesehatan c. Pendampingan secara langsung d. Lainnya (sebutkan) . . . . . . . . . . . . . . . . 13. Dari bentuk penguatan kapasitas tersebut di atas, bentuk penguatan mana yang dipandang paling mendukung pelaksanaan urusan kesehatan di daerah? ................... 14. Seberapa jauh peran koordinasi, pembinaan, dan pengawasan dari Pemerintah (termasuk dari pemerintah provinsi untuk KORBINWAS terhadap kabupaten/kota) berjalan dalam penerapan NSPK dalam pelaksanaan urusan kesehatan di daerah. a. Sangat memadai b. Cukup memadai c. Kurang memadai d. Tidak memadai 15. Sebutkan NSPK lain yang harus segera dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan agar pelaksanaan urusan kesehatan di daerah dapat berjalan secara efektif? .............. 16. Sebutkan usulan kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah agar pelaksanaan urusan kesehatan di daerah dapat dilaksanakan secara efektif (contoh: rapat kerja, sosialisasi, dan lain-lain) ....................
38"