Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership

Page 1

FACTSHEET

Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership Perihal dan tindakan Agar mampu mengatasi tantangan perubahan iklim, masyarakat global harus mengeksplorasi dan menguji serangkaian solusi untuk problem kompleks ini. Mengurangi deforestasi dan degradasi hutan, atau REDD+, adalah sebuah peluang untuk bertindak. Deforestasi adalah kontributor besar dari emisi gas rumah kaca. Kehilangan atau kerusakan pada 13 juta hektar hutan setiap tahunnya - sekitar sebesar pulau Jawa menyumbangkan kurang lebih 18 persen dari emisi gas rumah kaca dunia.

Menurunkan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan di negara-negara berkembang, atau REDD+, sebagaimana program ini dikenal, adalah sebuah pendekatan internasional yang inovatif. Program ini bertujuan untuk mengurangi perubahan iklim, dimana negara-negara berkembang yang kaya akan hutan dapat memperoleh manfaat dari manajemen hutan yang lebih baik, dan kesempatan memperoleh akses ke pasar karbon internasional untuk penurunan emisi yang telah diverifikasi. Indonesia dan Australia berbagi sebuah komitmen kuat terhadap REDD+ dan bekerjasama untuk mencapai hasil efektif pada Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC). Australia mendukung usahausaha Indonesia dalam membangun ekonomi tahan iklim dan rendah karbon. Salah satu mekanisme pendukungnya, di bawah International Forest Carbon Initiative adalah Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership (IAFCP).

Tutupan hutan di Indonesia. 1


Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership Di Indonesia, hutan tropis menutupi lebih dari 120 juta hektar lahan, dengan puluhan juta orang tinggal di dalam dan di sekitarnya serta bergantung pada hutan-hutan ini sebagai mata pencaharian mereka. Hutan tropis Indonesia termasuk hutan yang paling beragam secara biologis di dunia dan menjadi tempat tinggal bagi sekitar 10 persen dari keseluruhan spesies tanaman dan mamalia. Deforestasi dan degradasi hutan-hutan ini menyebabkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar dan merupakan ancaman signifikan bagi kekayaan ekosistem Indonesia. Menyadari hal ini, Perdana Menteri Australia dan Presiden Republik Indonesia mendirikan Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership pada tanggal 13 Juni 2008. Kemitraan ini berfokus pada kerjasama praktis REDD+ dengan tujuan membantu Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca dengan cara menghindari deforestasi dan degradasi hutan; menguji-coba REDD+ dalam rangka mencari tahu bagaimana cara penerapannya di Indonesia agar dapat memberikan informasi pada negosiasi internasional tentang REDD+ di bawah UNFCCC; serta berupaya untuk membangun kapasitas Indonesia agar dapat terlibat dalam pasar penurunan emisi karbon hutan internasional yang sedang bertumbuh. IAFCP adalah contoh penting daripada dua negara yang bekerja sama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Anggota masyarakat di kebun karet mereka di area KFCP.

Misi IAFCP menetapkannya sebagai proyek pembelajaran dan pembangunan kapasitas yang akan menghasilkan pengetahuan serta kesiapan untuk pengelolaan REDD+ yang sukses di Indonesia - merintis sebuah sistem REDD+ yang memenuhi persyaratan internasional di dalam kerangka kerja kebijakan dan institusi nasional. Misi kerjasama ini adalah: IAFCP akan merintis REDD+, membangun sistem pendukungnya, serta membagikan pengetahuan yang didapatnya dengan Indonesia dan dunia. Kemitraan ini beroperasi dalam tiga area kunci: • Demonstrasi REDD+ di hutan rawa gambut dan lahan gambut yang terdegradasi di Kalimantan Tengah melalui Kalimantan Forests and Climate Partnership • Mendukung Indonesia, melalui Program INCAS untuk mengembangkan dan menjalankan sistem penghitungan tingkat karbon nasional melalui pengembangan sistem uji coba penghitungan karbon; dan • Dialog kebijakan perubahan iklim dan dukungan peningkatan kapasitas.

Kegiatan Uji Coba REDD+

Mantan Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, dan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, menandatangani Perjanjian Kemitraan pada tanggal 13 Juni 2008.

Visi IAFCP adalah menyerahkan kepada Indonesia halhal berikut: metodologi, sistem, dan institusi yang memungkinkan penerapan REDD+, dengan demikian memposisikan Indonesia agar dapat terlibat serta memperoleh manfaat dari dana serta pasar karbon internasional. Tujuannya adalah agar Indonesia dapat memimpin dan mengelola REDD+ dalam kaitan pada dana dan pasar internasional. 2

Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership

Kalimantan Forests and Climate Partnership adalah salah satu dari kegiatan uji coba REDD+ skala besar yang paling maju di Indonesia. Kegiatan ini diterapkan di atas 120.000 hektar lahan gambut tropis yang berhutan dan terdegradasi di provinsi Kalimantan Tengah. Kemitraan ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana REDD+ dapat diterapkan dalam praktik dengan cara uji coba pendekatan yang adil dan efektif guna: 1. Mendemonstrasikan penurunan emisi dari hutan rawa gambut 2. Mendemonstrasikan estimasi emisi dari hutan rawa gambut 3. Mendemonstrasikan opsi-opsi pembagian manfaat 4. Mendukung institusi-institusi REDD+ lokal.


Program Indonesia’s National Carbon Accounting System (INCAS)

pengukuran dan pelaporan emisi Indonesia yang telah disempurnakan di masa yang akan datang.

Di bawah program Indonesia’s National Carbon Accounting System (INCAS), IAFCP menyediakan pendanaan dan dukungan teknis untuk membangun kapasitas Indonesia dalam mengembangkan dan menjalankan sebuah sistem penghitungan tingkat karbon nasional.

Persyaratan-persyaratan ini mungkin mencakup: • Mendukung partisipasi dalam pasar karbon masa depan pada hal-hal seperti REDD+ • Pelacakan kemajuan menuju target pengurangan emisi dan kemungkinan kesepakatan internasional • Mendukung pengambilan keputusan berdasarkan informasi serta pengelolaan emisi gas rumah kaca dari hutan Indonesia secara tepat • Membentuk dasar bagi negosiasi perubahan iklim internasional dan REDD+ • Pembuatan skenario Tingkat Emisi Referensi (REL) • Penginformasian akan perkembangan kebijakan lokal • Perencanaan penggunaan lahan yang berkesinambungan.

Demi mencapai hal ini, Program INCAS mengembangkan sebuah sistem uji coba penghitungan karbon hutan yang dirancang untuk mendukung Institusi MRV Pemerintah Indonesia di masa mendatang dan mematuhi pedoman internasional praktik yang baik untuk penghitungan karbon hutan. Sistem ini juga dikembangkan dengan fleksibilitas yang cukup demi memenuhi persyaratan

1

2

3 1. Hutan rawa gambut yang terdegradasi di Kalimantan Tengah. 2,3. Masyarakat memiliki peran integral dalam kegiatan uji coba REDD+ pada program Kalimantan Forests and Climate Partnership. Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership

3


Kerjasama kebijakan dan dukungan pembangunan kapasitas Dengan berkembangnya sektor REDD+, dan tersedianya hasil dari kegiatan uji coba, para pembuat kebijakan semakin mampu merancang kerangka kelembagaan dan tata kelola yang diperlukan untuk mendukung arsitektur REDD+ di Indonesia. IAFCP mendukung pengembangan kebijakan Indonesia mengenai hutan dan iklim melalui bantuan teknikal dan pengetahuan yang didapat dari kegiatan-kegiatan uji cobanya.

4

Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership

Para pembuat kebijakan di provinsi Kalimantan Tengah dan kabupaten Kapuas dibantu untuk dapat mengerti dan memajukan REDD+ melalui pelatihan, data, hasil penelitian, dan materi-materi sumber informasi lainnya. Data dan pembelajaran dari Program KFCP dan INCAS dibagi melalui berbagai forum dan lokakarya pemerintah daerah dan juga pemerintah nasional, serta dalam forumforum internasional.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.