Belajar sambil melakukan
formal untuk REDD+ di bawah konvensi atau perjanjian internasional. Sementara ini, kegiatan-kegiatan uji coba REDD+ telah dimulai di berbagai penjuru dunia. Kegiatan-kegiatan ini merupakan pendekatan pengujian untuk mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca yang berkesinambungan, sementara juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada hutan.
Kalimantan Forests and Climate Partnership
Latar Belakang
FACTSHEET
Pendahuluan
REDD+ (Pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan) adalah sebuah pendekatan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Pendekatan ini dilakukan melalui dukungan keuangan dan teknis untuk negara-negara berkembang, berdasarkan nilai karbon yang tersimpan di dalam ekosistem hutan mereka. REDD+ juga mendukung manajemen hutan berkesinambungan, pelestarian hutan dan peningkatan simpanan karbon dalam ekosistem hutan. Saat ini belum ada mekanisme
KFCP bekerja di tepian sungai Kapuas di Kalimantan Tengah.
Indonesia memiliki sekitar 22,5 juta hektar hutan rawa gambut, setengah dari total hutan rawa gambut dunia. Beberapa penelitian memperkirakan bahwa pepohonan di hutan rawa gambut dapat menyimpan 140 ton karbon per hektarnya dan bahwa tanah gambut kaya karbon di bawah hutan dipercaya menyimpan lebih dari 20 kali jumlah karbon dalam pepohonan di atas permukaan tanah. Dalam dua dekade terakhir banyak dari hutanhutan tersebut yang telah dikeringkan, dideforestasi, dan dibakar. Biasanya hal-hal ini dilakukan guna membuka perkebunan agrikultural. Akibatnya adalah peningkatan emisi gas rumah kaca yang sangat besar di Indonesia.
KFCP mendukung pendirian tempat pembibitan di seluruh area proyek. Saat ini ada tiga puluh tempat pembibitan beroperasi di 14 pemukiman.
Kalimantan Forests and Climate Partnership
Pada bulan Juni tahun 2008, Presiden Republik Indonesia dan Perdana Menteri Australia mengumumkan Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership (IAFCP) untuk menetapkan kerangka kerjasama dalam pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP) yang didirikan oleh IAFCP adalah kegiatan uji coba REDD+ skala besar yang pertama di Indonesia. KFCP juga merupakan kegiatan terbesar di dunia yang dilakukan di lahan gambut tropis.
tanaman pangan dan karet di tanah mineral dan area lahan gambut dangkal di dekat sungai. Mereka juga menambah pendapatan mereka dengan mengumpulkan hasil hutan non-kayu, seperti menangkap ikan dan mendulang emas di sungai.
Kemajuan sampai saat ini
Proyek KFCP diterapkan di area seluas 120.000 hektar di Kabupaten Kapuas di Kalimantan Tengah. Area ini terdiri dari lahan-lahan luas yang dikeringkan dan dibersihkan untuk Mega-Rice Project pada tahun 1990an. Hutan rawa gambut yang relatif masih utuh menutupi bagian utara lokasi, sedangkan bagian selatan merupakan campuran lahan gambut yang terdegradasi dan yang telah ditebangi. Daerah ini mempunyai populasi yang sangat sedikit, sekitar 9000 penduduk - sebagian besar penduduk asli, suku Ngaju Dayak - yang menempati sembilan desa yang terdiri dari 14 pemukiman di sepanjang Sungai Kapuas.
Memastikan keterlibatan dan dukungan penuh dari seluruh komunitas di lokasi uji coba adalah pencapaian yang sangat berarti. Hal ini dapat tercapai berkat negosiasi perjanjian formal antara KFCP dan desa-desa di zona KFCP. Perjanjian ini bertujuan untuk menyelaraskan tujuan pembangunan desa dengan pengurangan emisi dan sasaran pembangunan berkelanjutan. KFCP menyediakan kerangka kelembagaan untuk berbagi manfaat dengan masyarakat setempat sebagai imbalan untuk melaksanakan kegiatan REDD+ di lahan mereka, dibawah manajemen mereka sendiri dan pengaturan pemerintah. Perjanjian diselaraskan dengan rencana pembangunan desa untuk memastikan bahwa proyek tersebut sepenuhnya merespon kebutuhan masyarakat. Upaya-upaya khusus juga telah diambil untuk memastikan partisipasi kaum wanita dan kelompok marjinal dalam kegiatan.
Menurut Badan Statistik Nasional, sekitar 38 persen orang di Kabupaten Kapuas hidup di bawah tingkat kemiskinan. Kualitas air dan sanitasi yang buruk menyebabkan masalah kesehatan yang serius, begitu juga peristiwa kabut asap yang kerap terjadi. Kabut asap ini disebabkan oleh kebakaran gambut di musim kemarau. Masyarakat di daerah KFCP membudidayakan
Dengan berkembangnya REDD+ dan adanya kemajuan pada proyek uji coba, negara-negara berkembang kaya hutan dapat didukung dan diberi imbalan untuk perlindungan, pemulihan, dan pengelolaan berkesinambungan atas hutan mereka. Tapi hal ini hanya berlaku bila negara-negara ini dapat menunjukkan bukti kredibel bahwa emisi dari deforestasi dan
KFCP membayar anggota masyarakat untuk pekerjaan yang mereka lakukan dan ini penting. Tapi yang juga sangat penting adalah melihat bagaimana hutan mendapatkan manfaat dari pekerjaan kita. Saya rasa proyek ini memberikan dampak yang baik bagi masyarakat dan juga hutan. M. Adut, Desa Katunjung. Oktober 2012 M. Adut membantu penerapan KFCP di Desa Katunjung.
degradasi hutan benar-benar telah berkurang sebagai hasil dari kebijakan dan upaya mereka. KFCP sedang mengembangkan metodologi dan prosedur lapangan secara ketat untuk memperkirakan emisi gas rumah kaca dari hutan rawa gambut tropis. Anggota-anggota masyarakat termasuk dalam tim pengawas yang mengukur dan mengawasi hidrologi, kondisi gambut, dan peristiwa kebakaran di lokasi proyek setiap bulan dengan menggunakan prosedur operasi yang dikembangkan oleh proyek ini.
KFCP memulihkan tutupan hutan di daerah-daerah yang terdegradasi dengan cara penanaman kembali pepohonan dan mendorong regenerasi alami dari area yang sebelumnya berhutan. Sampai saat ini, telah dibangun 30 tempat pembibitan yang dikelola oleh komunitas desa-desa yang berpartisipasi. Kelompokkelompok berbasis masyarakat telah menanam lebih dari 1,3 juta bibit pohon pada tahun 2011. 1,3 juta bibit lagi saat ini sedang ditumbuhkan di tempat pembibitan untuk ditanam pada musim hujan tahun 2012/13.
Strategi KFCP untuk mendemonstrasikan bagaimana deforestasi dan degradasi hutan rawa gambut dapat dikurangi menempatkan penurunan kebakaran gambut sebagai prioritas. Para pengguna lahan secara rutin menggunakan api untuk membersihkan tanah bagi pertanian dan perkebunan komersial, seperti karet dan kelapa sawit, dan juga untuk tujuan-tujuan lainnya. Bagi orang-orang di wilayah KFCP, pembakaran merupakan cara mudah untuk membersihkan lahan, menandai kepemilikan, dan mempermudah akses ke sumber daya. Namun, penggunaan api memiliki resiko, apalagi di musim kemarau. Penggunaan api yang lebih berhati-hati serta pencegahan kebakaran yang tak diinginkan, terutama di area gambut dalam, dapat sangat mengurangi emisi gas rumah kaca.
Meningkatkan penghidupan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi tekanan pada hutan dan lahan gambut merupakan tujuan penting bagi KFCP. Proyek KFCP menyediakan bibit pohon karet berkualitas tinggi untuk keluarga-keluarga di lokasi proyek. Atau, petani dapat memilih untuk dibuatkan kolam ikan atau diberikan dukungan untuk agroforestri. Sekolah lapang petani melatih mereka dalam metode pemanenan, pasca panen, serta pemasaran karet untuk meningkatkan kualitas produk dan memperoleh harga serta kredit yang lebih tinggi. Sekolah lapang petani juga melatih mereka dalam pengelolaan hutan, manajemen kebakaran serta agroforestri yang berkesinambungan.
Proyek ini bekerjasama dengan masyarakat untuk menabat kanal di area KFCP dengan tujuan menaikkan permukaan air agar kembali membasahi gambut. Hal ini dapat mengurangi dekomposisi gambut serta mencegah kebakaran dan penyebaran api. Pembasahan gambut merupakan satu-satunya cara untuk mencegah atau memadamkan kebakaran gambut, kebakaran dalam kondisi kering dapat menyala terus di bawah tanah untuk waktu yang lama, menyebabkan banyak asap dan gas rumah kaca. Para anggota masyarakat menempatkan bendungan gambut yang dipadatkan dan pagar kayu, diselingi vegetasi air, pada interval regular sepanjang kanal untuk menghalangi dan memperlambat laju air.
KFCP bertujuan untuk menguji coba pendekatan REDD+ yang dapat menurunkan emisi sementara juga memperbaiki penghidupan masyarakat lokal, memberikan kontribusi pada penelitian ilmiah akan gambut dan REDD+. Tujuan KFCP lainnya adalah mendukung kesiapan kelembagaan dan teknikal masyarakat juga pemerintah yang lebih baik agar dapat memimpin pekerjaan ini di masa depan. Ini semua adalah tugas yang menantang. Pengetahuan yang diperoleh dari KFCP bertujuan untuk memberikan bimbingan kepada Indonesia, Australia maupun masyarakat internasional saat mereka berusaha untuk mengembangkan cara-cara yang adil, efisien dan efektif untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.
Kesimpulan
Peta detail lokasi proyek KFCP.
Pembangunan Tanpa Merusak Lingkungan | Development Without Destruction of the Environment