KAJIAN STRATEGIS DEWAN PAKAR ICMI PUSAT
AUDIT INDONESIA:
Membangun Masa Depan Sumber Daya Alam Indonesia
KAJIAN STRATEGIS DEWAN PAKAR ICMI PUSAT
AUDIT INDONESIA:
Membangun Masa Depan Sumber Daya Alam Indonesia Cetakan Pertama: September 2013
Penanggung Jawab: Dr. Ir. Muhammad Taufiq Tim Penyusun: Sibawaihi Rahman Asidin Sriyanto Aan Widiatman Disain Sampul & Tata Letak: Abdul Aziz Hamid
Diterbitkan oleh: IKATAN CENDEKIAWAN MUSLIM SE-INDONESIA (ICMI) Jl. Warung Jati Timur No.1, Kalibata – Pancoran Jakarta Selatan 12740 Telp. 021-7994466 Fax. 021-7995111 Email: icmipusat@gmail.com Website: www.icmi.or.id Milis Anggota ICMI: anggotaicmi@yahoogroups.com FB: facebook.com/ICMI.INDONESIA
PENDAHULUAN “Untaian zamrud khatulistiwa�, itulah sebutan yang kita kenal selama ini untuk negeri tercinta Indonesia. Sebutan itu tidak salah. Lihatlah, sebagai negara kepulauan yang terbesar di dunia, yang terbentang antara kawasan Indomalaya dan Australasia, terdiri atas 17.508 pulau. Kepulauan Indonesia memiliki tujuh kawasan biogeografi utama dan keanekaragaman tipe-tipe habitat yang luar biasa. Pada garis pantainya yang membentang sepanjang 81.000 km, merupakan ekosistem yang secara biologis sangat kaya dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Luas lautannya yang mencapai 8,5 juta km2, mampu menyerap sekitar 44 persen dari seluruh jumlah karbon dioksida (CO2) di atmosfer. Ini artinya laut Indonesia sangat penting untuk mencegah terjadinya pemanasan global. Di dalam laut Indonesia juga tersimpan potensi minyak dan aneka tambang yang luar biasa. Secara metereologis, perairan nusantara juga menyimpan berbagai data metrologi maritim yang amat vital untuk menentukan perkiraan iklim global. Hutan kita menjadi gudang bagi sumber daya hutan dan memiliki kekayaan biotik yang luar biasa; keanekaragaman hayati-nya merupakan tertinggi di dunia, meliputi 11 persen spesies tumbuhan dunia, 10 persen spesies mamalia, dan 16 persen spesies burung di dunia. Indonesia memiliki sekitar 300.000 jenis satwa atau sekitar 17% satwa di dunia ada di Indonesia. Hutan-hutan kita juga menyimpan karbon dengan jumlah yang sangat besar. Menurut laporan FAO, jumlah total vegetasi hutan di Indonesia menghasilkan lebih dari 14 miliar ton biomassa. Dibandingkan negara-negara lain di Asia, jumlah tersebut jauh lebih tinggi, dan setara sekitar 20 persen bio-massa hutan tropis di seluruh Afrika.
Di dalam ribuan pulaunya, manusia Indonesia hidup dengan 1.128 suku bangsa yang tertinggi diversitas etnisnya di dunia, dengan 748 ragam bahasa, dan berbagai keanekaragaman budaya, sehingga merupakan negeri plural par excellence, sudah patut Indonesia sebagai the highest Bio-Geo-Socio-cultural diversity. Maka tidak salah jika Belanda memberi gelar kepulauan Nusantara sebagai exotic garden of the east. Namun, setelah 67 tahun merdeka, dan setelah segala daya upaya dikerahkan untuk membangun bangsa, pertanyaan kita adalah: Apa yang telah terjadi dalam proses pembangunan tersebut? Gambaran Suram Pada tahun 1950 Dinas Kehutanan Indonesia merilis peta vegetasi. Dalam rilis itu disebutkan bahwa pada waktu itu sekitar 84 persen daratan Indonesia, yakni 162.290.000 hektar, tertutup oleh hutan primer dan sekunder. Sekarang mari kita tengok keadaannya. Menurut survei yang dilakukan Pemerintah dan Bank Dunia pada tahun 1999, laju deforestrasi rata-rata dari tahun 1985–1997 saja mencapai 1,7 juta hektar. Pada periode 1997–2000, ditemukan fakta baru bahwa penyusutan hutan meningkat menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Pada tahun 2003 yang lalu, luas hutan di seluruh Indonesia menyusut bahkan sampai 101,73 juta hektar, dengan deforestasi tidak kurang dari 2 juta hektar per tahun. Akibatnya, luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang pesat. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen. Namun pada 2009, dari Kementerian Kehutanan ada kabar gembira, bahwa tingkat deforestrasi hutan kita menurun menjadi 1,08 juta hektar per tahun. Meski demikian keadaan ini tetap menempatkan Indonesia sebagai negara yang sedang mengalami kehilangan hutan tropis tercepat di dunia. Entah berhubungan atau tidak dengan tingkat deforestrasi tersebut, berdasarkan laporan IUCN (2003), jumlah jenis satwa Indonesia yang kini terancam
punah mencapai sebanyak 147 jenis mamalia, 114 jenis burung, 28 jenis reptil, 91 jenis ikan, dan 28 jenis invertebrata. Di sektor pertambangan, sebagaimana terlihat dalam sektor energi, berdasarkan data BP Migas, cadangan-terbukti minyak dan kondesat pada Januari 2010 sebesar 4,23 miliar barel, sedangkan cadangan-terbukti gas sebasar 108,39 triliun kaki kubik. Cadangan sebesar ini diperkirakan hanya akan bertahan 23 tahun, sedangkan gas bumi sekitar 63 tahun. Sementara untuk batubara diperkirakan masih akan bertahan hingga 77 tahun lagi. Berdasarkan perhitungan Departemen Riset Indonesia Finance Today (IFT) gambarannya lebih mengenaskan, bahwa cadangan-terbukti minyak hanya akan bertahan selama 15-16 tahun saja, sedangkan cadanganterbukti gas akan habis dalam 43 tahun ke depan. Tahun 2008 krisis perminyakan bahkan telah dimulai, Indonesia hanya mampu mengekspor minyak sebanyak 399 ribu bph, sedangkan impornya mencapai 672 bph. Produksi minyak kita turun pada kisaran satu juta barrel per hari, sementara kebutuhan mencapai 1,3 juta barrel per hari. Persediaan pangan Indonesia tidak kalah gawatnya. Kenaikan produksi selalu tidak sebanding dengan kenaikan konsumsi, bahkan terus meningkat. Jumlah lahan sawah tidak banyak mengalami penambahan, sementara produktivitasnya juga tidak banyak mengalami peningkatan. Pada sisi lain proses alih fungsi lahan juga terus terjadi, bahkan semakin meningkat. Akibatnya, jumlah produksi beras tidak mampu mengimbangi tingkat konsumsi. Data BPS tahun 2004 menunjukkan bahwa besaran laju alih fungsi lahan pertanian dari lahan sawah ke non sawah sebesar 187.720 ha per tahun. Sementara kebutuhan pangan terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2020 diperkirakan perlu 9,3 juta hektar sawah untuk mencukupi kebutuhan beras nasional. Ini artinya krisis pangan akan menghadang jika tidak ada upaya agresif untuk mengantisipasinya. Dan krisis itu bahkan telah terjadi hari ini: Indonesia menjadi salah satu pengimpor beras terbesar di dunia. Sebagian potret buram tersebut semakin tegas karena merosotnya cadangan sumberdaya alam dan pangan tersebut beriringan dengan
merosotnya sumber pembiayaan pembangunan, terutama yang ditimbulkan beban cicilan utang serta tingginya angka kebocoran. Gambaran suram itu masih harus ditambah lagi dengan lemahnya kapasitas lembaga-lembaga publik untuk mengantisipasi dinamika masyarakat dan kompetisi global. Tantangan dan Tuntutan Negeri ini benar-benar tanah surga. Tapi di negeri sekaya dan seindah ini, kehidupan sebagian besar warganya belum terbebas dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. Indonesia bahkan berada pada peringkat 61 dari 170 negara yang termasuk dalam indeks negara gagal 2010. Coba kita bandingkan dengan Korea Selatan, yang kemerdekaannya hanya lebih dulu dua hari dari kita. Ini menuntut perhatian kita semua. Pembangunan nasional dalam empat puluh tahun terakhir, terlalu banyak merusak sumberdaya alam untuk terlalu sedikit kemakmuran yang bisa dinikmati sebagian besar penduduk. Kekayaan nasional membawa kelengahan untuk menghambur-hamburkan sumberdaya secara tidak efisien, sekadar untuk memenuhi desakan hidup jangka pendek, bagi keuntungan sekelompok kecil masyarakat. Hal ini membawa ancaman yang serius bagi kesinambungan, keseimbangan dan kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mencermati kondisi tersebut, Ikatan Cendekiawan Muslim seIndonesia telah menyelenggarakan dialog kajian strategis Dewan Pakar ICMI, dengan tema Audit Indonesia Jilid 1: Membangun Masa Depan Sumber Daya Alam.
DAFTAR ISI PENDAHULUAN -------------------------------------------------DAFTAR ISI -------------------------------------------------------
i v
SAMBUTAN KETUA PRESIDIUM ICMI Dr. Marwah Daud Ibrahim -----------------------------------------
1
Keynote Speech: AUDIT INDONESIA: Membangun Masa Depan Sumber Daya Alam Indonesia Dr. (HC) Ir. M. Hatta Rajasa --------------------------------------3 Pengantar Dialog: AUDIT INDONESIA: Membangun Masa Depan Sumber Daya Alam Indonesia Prof. Dr. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc. -------------------------- 11 DIALOG NASIONAL: 1. MEMBANGUN MASA DEPAN KEHUTANAN: Issu, Arahan Dan Kebijakan / Strategi Penyelenggraan Kehutanan 2011-2030 Dr. (HC) Zulkifli Hasan ------------------------------------ 19 2. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA KELAUTAN UNTUK MENCIPTAKAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS SECARA BERKELANJUTAN MENUJU INDONESIA YANG MAJU, ADIL-MAKMUR, DAN MANDIRI Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, MS. -------------------------- 37
3. PERTAMINA DALAM INDONESIA INCORPORATED DAN KEMITRAAN Peran Penentu dalam Keberhasilan Pertamina Dr. Sugiharto, SE. MBA. ----------------------------------- 79 4. AUDIT INDONESIA MEMBANGUN MASA DEPAN SDA: Perlu Perubahan Dan Restorasi Tata Kelola Migas Dan Tambang Nasional Sesuai Konstitusi Untuk Mempercepat Tercapainya Kemakmuran Rakyat Dr. Kurtubi -------------------------------------------------- 101 TANYA JAWAB --------------------------------------------------- 115 FOTO-FOTO KEGIATAN ----------------------------------------- 123
ď ť
SAMBUTAN KETUA PRESIDIUM ICMI Dr. Marwah Daud Ibrahim Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yang Kami hormati, Bapak Menteri Koordinator Perekonomian RI, Dr (HC) M. Hatta Rajasa Juga hadir bersama kita, Presidium ICMI, Bapak Dr. Sugiharto, Pak Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir, Sekjen ICMI. Drs. M. Taufiq, Para pembicara Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, Dr. Kurtubi. Kita menyambut dengan rasa syukur ke hadirat Allah SWT pada hari ini dilaksanakan Kajian Strategis Dewan Pakar ICMI AUDIT INDONESIA Jilid I: Membangun Masa Sumber Daya Alam Indonesia. Yang diharapkan, nanti akan diikuti kajian-kajian sama dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Terima kasih banyak atas kehadirannya. Insya Allah, selain menjadi pencerahan di ruang-ruang diskusi, kita harap betul menjadi sebuah proses perubahan di Negara tercinta kita ini. Satu catatan saja dari ruang kecil di sana, kita sudah membahas bersama para narasumber. Saya beberapa tahun mencoba melihat apa yang membedakan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) kita dengan Negara-negara tetangga kita. Ternyata salahsatunya adalah dengan mengaudit dulu potensi dan kondisi kita sekarang bagaimana. Salahsatu kata kuncinya adalah: kondisi kepemilikan, ownership. Bahwa kita kaya SDA, semua sudah mengetahui; Kehutanan, Kelautan, Gas, dsb. Tapi pertanyaannya: Who own this?
Pertanyaan; bagaimana mengaudit kepemilikan negara dalam hal ini? Ternyata di tahun 1970an, Malaysia sudah melakukannya. Mereka berani melakukan, mungkin memakai audit independen. Ternyata kemilikan masyarakat, untuk istilah mereka; Bumi Putera, hanya 2%. Kemudian disebutkan, Cina dan India 30%, tapi Asing memiliki 68% . Tidak sampai di situ, mereka mengatakan: Visi 2020, kita akan mengubah dari 2% menjadi 30%, India dan Cina dari 30% dinaikkan menajdi 40%. Asing dari 68 harus menjadi 30%. Langkah-langkah strategis pun dilakukan untuk mencapai itu. Sehingga kita bisa lihat kini jauh sebelum 2020 sudah cukup mencengangkan. Selain mengaudit potensi SDA, tentu di dalamnya kita akan melihat kepemilikan disebuah SDA. Pertanyaannya; apa common goal kita? Kapan kita bekerja dan bagaimana? Siapa mengerjakan apa dan kita di ICMI mengerjakan apa? Selanjutnya, dari Dewan Pakar sudah menyiapkan dengan sangat sistematis dan terencana. Semoga kegiatan ini menjadi ibadah kita semua di bulan suci Ramadan ini. Terima kasih Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Keynote Speech:
AUDIT INDONESIA: Membangun Masa Depan Sumber Daya Alam Indonesia Dr. (HC) Ir. M. Hatta Rajasa
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bapak dan Ibu sekalian, Peserta Dialog Nasional Audit Indonesia ‘Membangun Masa Depan Sumber Daya Alam Indonesia’ Saya akan memulai dengan dua referensi utama kita. Pertama, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial. Pasal 33 UUD 45 yang semula 3 pasal, saya punya kontribusi dalam melakukan amandemen tersebut, berubah menjadi 4 pasal. Pasal 5 hanya mengatur bahwa akan diatur melalui peraturan perundangan. Empat pasal ini, mari kita tengok. Pertama, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Kedua, cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara, dan menguasai hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh Negara. Ketiga, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal tambahan dalam amandemen keempat, yaitu perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Ada beberapa kata kunci penting di sini. Pertama, terlepas dari asas ekonomi kita, kekeluargaan, kita sudah selesai dengan persoalanpersoalan mazhab ekonomi; asas sosialis, komunis, kapitalis dalam arti neoliberal, dsb. Ini mengartikan bahwa kita memang pasar yang terbuka, namun tetap menghadirkan asas keadilan dan tangan
Negara harus hadir, yaitu ada sosio market yang berkeadilan. Tapi bukan itu yang akan kita bahas. Pada pasal yang lain menyatakan; dikuasai oleh Negara. Apa yang dimaksud dengan dikuasai, Tidak selesai kita menbahas. Apakah dikuasai itu artinya Negara tidak boleh kehilangan atas hak untuk melakukan regulasi dan berkehendak serta berdaulat. Right negara tetap dipegang, tapi kemudian Negara bisa memberikan right ini kepada Pemerintah, BUMN, dsb. Kita bisa terlibat diskusi panjang, misal, ketika UU penugasan Pertamina, UU No. 8 akan berubah menjadi UU migas yang sekarang. Kata kunci Kedua; dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Reformasi ekonomi melahirkan Tap MPR. Saya ada di situ. Kita menyadari ekonomi kita kolaps karena tidak berbasis kepada sumber keunggulan komparatif, mengakibatkan ekonomi sangat bergantung kepada impor. Kalau pertumbuhan ekonomi mulai meningkat, terjadi overheating, karena suplai tidak cukup, bahan baku meningkat, bahan penolong meningkat impornya. Maka, lahirlah Tap MPR yang mengatakan pembangunan industri kita harus berbasis kepada resources based. Ekonomi kita juga membicarakan sustainability, dsb. Jadi, dua produk hukum tertinggi kita; UUD 45 kemudian melahirkan beberapa UU. Yang ingin saya ajak saudara sekalian, sudah benarkah kita mengelola SDA kita? Kalau kita mengatakan belum benar, lalu apa yang harus kita lakukan? Ini konteks kita membangun masa depan. Ibu Marwah tadi mengatakan seberapa besar kepemilikan kita. Saya ingin mengatakan; We own 100%. Tapi kita bertanya apakah asas kemanfaatan itu sudah sesuai dengan UUD 45; sebesar-besarnya manfaat untuk kemakuran rakyat. Kita ambil contoh dalam konteks tersebut, kalau ada sebuah cadangan besar, katakanlah mineral tertentu, 100% dikuasai Negara melalui BUMN. selama 20% hingga saat ini 40 jt ton perhari mineral nikel bahan mentah diekspor ke Cina. Pertanyaan saya; apakah kita sudah melaksanakan UUD 45, sudah memberikan manfaat yang besar kepada rakyat Indonesia atas kepemilikan saham 100% pengelolaan oleh perusahan milik negara tersebut? Pak Habibie mengatakan, dan bersepakat mengatakan yang sama, ternyata neraca kerja yang
terjadi di negara-negara Cina dan Jepang, rakyatnya mengambil manfaat yang luar biasa walaupun kepemilikan 100% oleh negara. Sekarang saya balik, ketika sang perusahaan negara tersebut mengajak investor bekerja kemudian seluruh hilirisasi dibangun di Indonesia, terjadi value added, peningkatan, engineer bekerja, apakah kita dikatakan tidak melaksanakan UUD 45 sementara terjadi peningkatann manfaat sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat? Karena terjadi value added di situ, puluhankali terjadi karena ada hilirisasi dari sebuah proses kekayan SDA. Saudara-saudari sekalian, Pada akhirnya kita harus berpikir; “lain syakartum laaziidannakum walain karfartum inna ‘adzaabii lasyadid” “jika kalian bersyukur pasti akan Aku tambah ni’mat-Ku padamu tetapi jika kalian kufur sesungguhnya adzab-Ku amat pedih”. (QS 14:7). Menjual bahan mentah, sesungguhnya tidak mensyukuri nikmat Allah, karena kita tidak mau menggunakan otak dan pikiran kita untuk mengolah kekayaan alam tersebut untuk sebesar-besarnya kemakmuran bangsa. bukan sekadar menguasai. Ini fundamental. Karena kita sudah bicara itu, maka tidak ada pilihan lain; stop mengekskpor bahan mentah. Hentikan, kalau kita berbicara membangun masa depan SDA. Karena Bangsa ini tidak akan pernah maju hanya mendapatkan devisa dari menjual bahan mentah dan kita selamanya menjadi bangsa yang bergantung. Ketika kami merumuskan bahwa stop menjual bahan mentah, saya didatangi berbagai macam Kedubes, bahkan perdana menterinya memprotes, mengatakan, kalau begini berarti industri kami mati semua. Orang pada akhirnya berbicara national interest. Mengapa kita tidak mau berbicara tentang national interest kita? Saya katakan, kami juga ingin menjadi negara maju, membangun industrialisasi berdasarkan kekayaan SDA mineral yang ada, baik yang tidak terbarukan; mineral logam, dll, maupun SDA terbarukan. Hilirisasi dari proses itu semua. Bahkan,, sebuah perusahan besar tambang emas mengirim utusan, mantan pejabat kita menjadi
petinggi di situ, melalui staf khusus saya, mengatakan, kalau Pemerintah tidak mengundurkan waktu dan mengubah pikirannya, pada 2014 tidak bisa mengekspor bahan mentah, kami akan menghentikan produksi. Saya katakan; lebih cepat menghentikan produksi lebih bagus. Sampaikan, Negara ini tidak akan bangkrut. Bapak dan Ibu sekalian, Itulah. Kita harus membangun masa depan dari SDA. Bagaimana proses hilirisasi tersebut meningkatkan neraca kerja, enginer-nya bekerja. Ada hilirisasi yang kita gunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Menurut saya, ini yang esensial. Jangan habiskan waktu kita berdebat 100% ini harus dimiliki Negara melalui BUMN. Fine, kalau BUMN memang memiliki itu dan hilirisasinya terjadi. Tapi yang esensial adalah, ini sesungguhnya merupakan esensi rasa syukur kita akan kekayaan alam yang kemudian kita proses dengan kekayaan intelektual kita untuk menjadi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam konteks itulah maka kita menyusun strategi. Kepada Freeport, owner-nya langsung saya bertemu. Saya katakan saya minta 5 saja. Pertama, bangun smelter di Indonesia 100%. Kedua, lepaskan sebagian besar lahan yang dikuasai karena tidak mungkin menguasai itu, value added-nya ada di luar. Karena reserve-nya besar maka sahamnya meningkat, keuntungannya ada di luar. We get nothing. Lepaskan IPO di Indonesia. Tingkatkan royalti kita sampai sekiankali lipat. Tingkatkan pula peranserta putra daerah dalam perusahan-prusahaan mereka. kemudian yang lain adalah divestasi saham 51%. Bapak dan Ibu sekalian, Ini menjadi pegangan kita dalam cara kita mengelola masa depan kita. Menurut saya yang esensial dari semua itu bukan soal royalti atau divestasi saja, tapi adalah value added, meningkatkan nilai tambah. Proses hilirisasi. Sama halnya ketika kita mengatakan, pada Oktober 2013 Inalum 100% kembali ke Indonesia. Mengapa? Karena kita ingin membangun klaster industri berbasis aluminasi.
Kita bisa ekspansi karena kita memiliki bauksit miliaran ton. Kalau Bapak dan Ibu melihat bagaimana cara kita mengolah, menangis. Miliaran ton, jutaan ton bauksit bahan mentah diekspor. Inalum mengimpor dari Australia, dll, masuk lagi ke sini. Sekarang kita stop. Semuanya harus di-smleter, masuk Inalum, diproses, kemudian di situ terbangun hilirisasi. Akan ada usaha UKM dari alumunium, untuk kerajinan-kerajinan, hilirisasi akan berkembang. Menurut saya inilah yang harus kita bicarakan. Itu bagian mineral. Sekarang bagian migas. Ada pakarnya di sini. Pak Kurtubi. Kebetulan saya juga sekolahnya di situ. Coba kita lihat kebutuhan energi kita. Hari ini berapa sih kemampuan energi nasional? Kalau kita ukur, katakanlah di luar biomass. Dengan biomass juga energi, dia ada kontibusinya. Contoh, orang-orang di kampung kita masih membakar kayu, dia juga energi. itu tidak kita hitung. Yang saya hitung batubara, gas, minyak, berapa sih kekuatan kita? Hanya 6 juta barel oill ekuivalen dengan asumsi produksi batubara 300 juta ton setahun. Memang kita punya milyaran, tapi kita asumsikan demikian. Minyak, kita tahu tidak pernah bergerak lagi ke angka 1 juta, kita sampai 800-900 ribu. Mungkin nanti pada 2014 akan 1 juta di Cepu. Gas kita 1240 ribu barel oil ekuivalen ditambah minyak menjadi 2 juta barel oil ekuivalen, ditambah batubara kira-kira 6 juta oil ekuivalen. Itu kekayaan kita sekarang. Itu yang diproduksi. Itu yang memberikan energy consumption. Sekarang berapa konsumsi energi kita dan trennya seperti apa. Hari ini kira-kira 3 - 3 ½ juta barel oil ekuivalen yang kita konsumsi. Pak Sugiharto sekarang mengimpor cukup besar. Tidak hanya crude oil, tapi juga BBM dan elpiji. Kalau batubaranya masih 4 juta hari ini, 3 ½ juta kita masih bisa ekspor karena masih ada selisih 2 ½ juta. Bagaimana 2015 dengan skenario pertumbuhan kita sekitar 6-7 % dengan 1, 25 % kebutuhan energi dari pertumbuhan ekonomi, maka dipastikan sudah lewati garis 4 juta. Pada 2025 dalam skenario Marsterplan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) kita sudah membutuhkan 9 juta barel ekuivalen. Pertanyaanya, di mana kita mengisi kekurangan 3 juta barel kalau skenarionya tidak ditemukan cadangan baru. Tidak ada penambahan produksi batubara. Maka itu artinya semua yang ada
tidak kita ekspor pun kita kekurangan, termasuk seluruh LNG yang ada. Dari situ kita tahu, kalau masih ada sumber-sumber gas dan minyak yang kita temukan masih berpikir untuk diekspor, konyol. Jadi, memang kita harus memenuhi kebutuhan paling mendasar kita; energy consumption. Artinya, ada slot yang harus diisi dengan energi baru dan terbarukan. Dengan kata lain, kalau kita bicara energi masa depan, kita bicara tentang energi baru dan terbarukan. Kita bicara mau membangun masa depan, kita berpikri teknologi. Tantangan kita ada di sini. Jadi kalau nanti Natuna masih juga berpikir akan membuat asian green dalam konteks Asia membangun pipa ke utara. Konyol. Seratus persen harus masuk indoensia. Tidak cukup. LPG, mau semua kita LPG- kan tidak lagi minyak tanah. LPG kita terus menurun produksinya. Sekarang dari 2, 4 juta mungkin jadi sekitar 2 juta. Karena sebagian besar LPG kita dari Asosiated Gas. Kalau crude oil menurun produksinya, gas drive dari Asosisated Gas juga menurun. Konsumsi kita sekarang 5 juta ton setahun. Artinya mengimpor sebesar 2 juta ton lebih pertahun, Kalau kita biarkan maka missmatch, current acount deficit karena migas akan terus terjadi. Bapak dan Ibu sekalian, Itulah pekerjaan rumah kita sekarang; menata ulang cara kita mengolah kekayaan sumber daya alam. Terjemahan action plan-nya adalah renegosiasi kontrak. Kita tidak bisa memutuskan kontrak dan menasionalisir. Sudahlah. Kita mansuia yang beradab. We respect all the contract yang sudah dibuat. Kita harus punya strategi. Misalkan, Tangguh, dalam MP3EI sangat jelas; Tangguh menjadi pusat pertumbuhan baru. Kita tidak mau ekplorasi lagi. Cara kita sekarang, sumber daya alam sebagai driven untuk melahirkan pusat-pusat pertumbuhan baru. Tidak lagi menjadi sumber devisa. Jadi, menurut saya, berpikir masa depan maka energi terbarukan. Kedua, stop mengekspor bahan mentah, manage ke dalam, hilirisasi. Ketiga, tata kelola dari SDA kita yang harus kita perbarui. Saya
setuju, Ibu Marwah, kita memiliki semua itu, tidak ada yang menafikan bahwa kita memiliki 100% bagi kemanfaatan bersama. Demkian saja sebagai trigger diskusi. Selebihnya mohon maaf. Perintah UUD 45 sudah jelas, begitu juga Tap MPR, semuanya harus mengacu kepada dua sumber itu dalam membuat peraturan dan perundangan. Saya tidak akan pernah tunduk dalam berbicara soal renegosiasi. Dengan terlebih dahulu mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Dialog Nasional Audit Indonesia ‘Membangun Masa Depan Sumber Daya Alam Indonesia’ secara resmi saya nyatakan dibuka. Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.
Pengantar Dialog:
AUDIT INDONESIA: Membangun Masa Depan Sumber Daya Alam Indonesia
Prof. Dr. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
1
MEMBANGUN MASA DEPAN KEHUTANAN: Issu, Arahan Dan Kebijakan / Strategi Penyelenggraan Kehutanan 2011-2030 Dr. (HC.) Zulkifli Hasan
2
PEMBANGUNAN SUMBER DAYA KELAUTAN UNTUK MENCIPTAKAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS SECARA BERKELANJUTAN MENUJU INDONESIA YANG MAJU, ADIL-MAKMUR, DAN MANDIRI Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, MS.
3
PERTAMINA DALAM INDONESIA INCORPORATED DAN KEMITRAAN Peran Penentu dalam Keberhasilan Pertamina Dr. Sugiharto, SE. MBA.
4
AUDIT INDONESIA MEMBANGUN MASA DEPAN SDA: Perlu Perubahan Dan Restorasi Tata Kelola Migas Dan Tambang Nasional Sesuai Konstitusi Untuk Mempercepat Tercapainya Kemakmuran Rakyat Dr. Kurtubi
TANYA JAWAB PERTANYAAN DAN TANGGAPAN 1. Syafrudin – Mahasiswa (Riau) Kalau kita bicara mengenai Sumber Daya Alam (SDA) tentu tidak lepas dari Sumber Daya Manusia (SDM). Indonesia punya professor banyak sekali dari A sampai Z. Orang-orang pintar bisa bicara dan kami hanya bisa mengangguk-angguk. Saya terharu dengan apa yang disampaikan Pak Hatta. Luar biasa. Jarang saya mendengar Beliau berbicara seperti tadi. Saya sedih, bukan karena ingin menangis. Saya selalu didongengkan Indonesia ini adalah raksaa yang tidur. Tapi yang menjadi pertanyaanya adalah; Kapan raksasa itu bangun dan bagaimana cara membangunkannya? 2. Irwanuddin - Puskangen ICMI Saya sekadar sharing. Kegiatan hari saya anggap luar biasa, mengambil tema membangun masa depan SDA Indonesia. Karena itu, saya berharap akan ada audit Indonesia seri kedua dan berikutnya. Jadi kita semua dari berbagai disiplin ilmu kompak, mengurai secara keseluruhan permasalahan dan menemukan solusinya. Hari ini saya melihat masih ada perbedaan antara kelautan dan kehutanan. Ada sisi yang lain, mungkin Pak Rudi hari ini tidak hadir, sehingga belum dipaparkan soal mineral, jadi hanya satu sisi untuk sumber kelautan saja. Padahal, misalnya dari disiplin ilmu saya yaitu energi nuklir, dengan sumber air laut kita bisa membangun sebuah reaktor yang besar dan bisa menghasilkan deuterium dan tritium. Ini dari aspek mineral karena unsur logam. Maka, dengan apa yg tadi disampaikan Pak Hatta dengan ayatnya “lain syakartum laaziidannakum walain
karfartum inna ‘adzaabii lasyadid� , masih ada tambahan satu lagi yang harus kita catat yaitu: Innallaha laa yughoyyiru maa biqowmin hattaa yughoyyiru maa bi anfusihim. Ada hal yang harus kita catat, bahwa harus ada sinergisitas antara SDM dan SDA. Kita bisa membawa bangsa ini tapi tidak bisa menyinergikan hati ini untuk SDA. Kedua, setelah mendengar apa yang disampaikan Pak Sugiharto, kita harus perhatikan Pertamina, juga seperti apa yang diampaikan Pak Kurtubi. Saya menjadi salahsatu konsultan khusus membahas di Pertamina tentang geothermal. Salahstau yang sudah diambi lagi, dulunya Chevron mengambil minyak dan gas, sekarang geothermal. Ini mengkhawatirkan. Hampir sebagian besar SDA kita akan dikuasai perusahan-perusahan besar asing. Ini harus menjadi catatan besar bagi ICMI untuk masa depan indonesia. Karena dulu saya bersama Pak Kurtubi sempat menggagas indonesia baru di Bandung. Waktu kita menjadi narasumber. Kita mencatat untuk menjadi indonesia baru maka kita harus beriman, amanat, revolusioner, dan unggul. Satu hal lagi, di Negara kita, selain energi yang disebutkan tadi, ada yang namanya REM (Rare Earth Mining) yang.bisa menjadi sumber energi. Kita punya hampir 200 ribu trilyun cadangan dari Sabang sampai Merauke. 3. Abdul Mun’im Saya lihat dari pembicaraan ini ada dua hal yang saya berbeda. Dari penuturan Pak Rohmin dan Pak Kurtubi membuat saya bertanya; lho kok begini Pemerintahan? Dan Pak Sugiharto punya positif thinking. Tapi itu tidaklah cukup. Dari bahan-bahan dari Bapak kita bisa melihat. Dari Pak Rohmin ceritakan, mengerikan sekali terhadap Republik ini. Saya orang perbankan jadi tahu persis apa yang teejadi di dapur Republik ini. Mana mungkin ada orang yang tidak berprestasi tiba-tiba dalam waktu satu tahun menjadi orang paling kaya di dunia? Ada 200 konglomerat, itu mengambil konsep saya ingin membesarkan pribumi menjadi konglomerat. Perekonomian diambil, semua dana dibawa. DPR diam seribu
bahasa. Saya pesimis sekali apakah pada 2015 masih ada NKRI. Karena semua sudah dikuasai asing. Kita bisa bercerita sama siapa? Sedih sekali saya, padahal SDM kita nomor dua di dunia dan SDA nomor satu di dunia. Inilah pekerjaan rumah yang perlu diurus pimpinan sekarang. Bank dunia sudah mempersiapkan apa yang terjadi sekarang. Global Crisis sudah diperkirakan 5 tahun lalu. Maka itu mereka sudah mempersiapkan siapa saja yang muncul mengganti dari Amerika dan Eropa. Secara diam-diam Bank Dunia membesarkan dan mengembangkan seluruh potensi ada pada Indonesia. Tapi apa yang terjadi begitu Yahudi dan Komunis mengetahui? Sangat bahaya bagi mereka jika Indonesia berkembang menjadi negara maju. Maka itu dihancurkanlah Indonesia secara pelan-pelan. Semua permainan hanya moneter. Kita perang tidak pakai senjata tapi dengan moneter. Maaf kalau saya lancang. Mungkin tiap hari karena saya melihat betapa hebatnya mereka menghancurkan Indonesia. Tapi saya yakin meski iblis dan setan sudah bersatu, malaikat juga yang akan menang. Insya Allah kebenaran yang akan menang. 4. Muhamad Hafiz Muhammadiyah
–
Puspitek/
Dosen
Farmasi
-
Saya sering membahas tentang masalah SDA kita. Saya akan berbicara dua hal pertama dari sisi biologi, bahwa semua ini karunia Allah bangsa ini melimpah SDA-nya. Kalau kita mencoba membahas lebih dalam lagi, alam kita potensial kaya sekali, memiliki keanekaragaman hayati seperti yang disampaikan Pak Rohmin. di Thailand Univesrity soal anekaragaman hayati kita terkaya di dunia. Kalau tumbuhan, Brazil nomor satu, kita nomor dua. Kalau fauna kita dimasukan biota laut, kita yang terkaya. Kalau kita lihat tumbuhan di Cina hanya sekitar 11 ribu. Kita ada 22 ribu. Tapi kenapa obatobat Cina yang terkenal? Indonesia hampir tak terdengar dengan keanekaragaman hayatinya .Saya malu sebagai orang farmasi. Karena itu, kita harus membangkitkan kembali kendali potensi alam kita untuk membukakan gerbang.
Kemudian, saya setuju dengan Pak Sugiharto, bahwa kalau kita melihat economic growth ada sekitar 14%. Cina 17%. Kita di atas india. Tapi hampir 90% uangnya masuk ke bank-bank Singapura. Makanya saya sangat setuju ekonomi muslim sangat terpuruk. Kelompok usaha kita sudah jauh dari Malaysia, kita hanya 1,9 persen dari 250 juta penduduk. Malaysia 4 persen dari total penduduknya. Singapura, rasionya 7 persen dibandingkan jumlah penduduk. Jepang mencapai 10 persen, Padahal, Rasulullah itu pedaganag semua khalifah berdagang. Islam dianjurkan untuk berusaha. Karena itu kita harus berjamah. Kita harus menghidupkan Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia (ISMI). Karena para pedagang Cina selalu berkolaborasi jual segala macam. Kita hanya menjadi penonton. Karen aitu, marilah kita audit diri kita. Evaluasi diri. Muhasabah. ICMI sebaiknya, menurut saya, harus benahi lagi bukan hanya Negara juga Bangsa 5. Zoeraini Djamal – Dewan Pakar ICMI Pusat Bicara SDA sebernanya luas, kita juga punya flora dan fauna. Lulusannya juga banyak. Tapi kenapa mereka bekerja dan fokus di bukan bidangnya. Kalau saja lulusan ini bekerja dan konsisten di bidang yang dipelajarinya insya Allah masa depan SDA kita akan lebih cerah dengan anak-anak bangsa yang bergelut dan memegang kendali di dalamnya Kita lihat sekarang tanaman-taman hias saja banyak yang diimpor. Tiap kesempatan slalalu saya kemukakan masalah lingkungan. Tadi disampaikan SDA kita kaya dari laut hingga hutan. Belum lagi gunung, flora dan fauna. Kita punya fauna 10% di dunia ada di indonesia. jangan disia-siakan. Saya sebagai pendiri ICMI sedih mendengarnya. Di mana peran ICMI? Hanya sibuk dengan poltik saja. jangan lupa, SDA tidak bisa bagus sendiri jika SDA-nya tidak dibangun. Pendidikan harus jad primadona pembangunan kita. dan industri yang kita kembangkan adalah yang sesuai dengan SDM yang kita miliki. Sehingga kita betul mewujudkan masa depan SDA. Orang kita pintar-pintar tapi lemah karakter dan mentalnya, mudah dibodohi. Karena itu, mari kita motivasi, apa yang bisa kita bangun.
JAWABAN 1. Rohmin Dahuri Kapan kita bisa melangkah dari negara berkembang menjadi negara maju? Dua hal. Pertama, kita harus punya konsep yang tepat dalam membangun bangsa ini. Kedua, cara-cara kita membangun. Konsep yang tepat, menurut saya, harusnya dibangun atas dasar simbiosis sintesis antara Kelautan, Pertanian Kehutanan, ESDM, dan Pariwisata. Kalau ada yang berkata; ‘Pak, cara kita mengolah tidak benar, mulai dari teknologi, ownership-nya dikelola Asing tidak dibangun dari hulu ke hilir’. Pak Sugiharto, Pak Kurtubi dan saudara sekalian yang dirahmati Allah, Sekadar ilustrasi saja; 80% motor tempel yang ada di kapal-kapal kita semua impor, juga cangkulcangkul tani. Coba kalau kita bangun dari hulunya dan mesin-mesin dibangun di kita, berapa juta tenaga kerja yang terserap. Contoh lagi, tekstil kita adalah the top ten of largest textile producing countries. Tapi apa yang terjadi, bahan bakunya, kapas diimpor, dll. Kedua, cara-cara kita membangun, masalahnya aset produktif, infrastuktur, informasi, dan teknologi tidak diberikan kepada rakyat yang membutuhkan. Makanya saya termasuk yang sangat gregetan. Begitu Robert Tantular dikasih 6,7 trilun oleh Century. Edi Tansil dikasih 1,7 triliun. Bagaimana rakyat, nelayan, dan petani kita mau maju. Sekitar 49% rakyat kita bekerja di sektor pertanian. Kita lihat di Cina dan Vietnam makmur karena sekitar 50 persen hasil panen dibeli oleh pemerintah, petaninya bisa beli rumah, mesin, mobil, buku, dsb. Jadi cara-cara kita bekerja belum benar. Kalau kita ubah cara bekerja kita dengan berpihak pada rakyat. Insya Allah dalam satu periode ini kita mampu membanvgub nagsa yang diharapkan. 2. Kurtubi Jadi, Negeri ini kaya sumber daya laut, energi terbarukan dan tidak terbarukan. Luar biasa. Sudah berapa puluh ribu lulusan. ITB, UI, Gajah Mada. SDA melimpah dan SDM bagus. Tapi kenapa kita
tertinggal dari Malaysia. Harus mengirim ribuan TKW, di sana diperkosa, didorong jatuh dari apartemen meninggal. Karena di sini tidak ada lapangan kerja. Terpaksa cari makan di luar. Maka, mari kita bangkit. ICMI bisa muncul dengan ide-ide konkret untuk merubah sistem tata kelola kekayaan alam dalam negeri. Ini resepnya. Dikembalikan sesuai UUD 45 pasal 33; ‘... untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat’. Kita lihat, royalti tambang hanya sekitar 2-3%, sementara batu bara 13,5%. Penerimaan APBN dari sektor tambang umum selama ini hanya 15-20% dibanding dari sektor minyak dan gas bumi. Dalam APBN-P 2011, PNBP dari sektor tambang umum hanya sebesar Rp 15 triliun, sementara PNBP dari sektor migas mencapai Rp173,2 triliun. Penyebabnya karena kita masih menggunakan sistem kontrak karya dengan royalti yang sangat kecil dan tidak ada mekanisme kontrol. Kita lihat, Freeport di Papua hanya memberikan royalti kepada Pemerintah satu persen, sementara 99 persen keuntungannya dikuasai pengusaha. Mereka beralasan karena surat perjanjian kerjasama dibuat seperti itu. Namanya kontrak karya, yang berkontrak Pemerintah dengan perusahan asing. Di dalamnya disebutkan, semua isi perjanjian kotrak karya baru bisa berubah kalau disetujui kedua belah pihak, yaitu perusahan asing dan Pemerintah. Kalau perusahaan tersebut tidak setuju, ya tidak bisa. Buktinya, meski sudah ada Kepres yang menaikan royalti emas dari 1% ke 3,75%, tidak didengar oleh Freeport, Newmont. Ini artinya apa? kedaulatan kita sudah hilang. Penyebabnya karena kontraknya sudah salah yaitu; B to G (business to goverment). Kemudian, kita terkesan mengemis ketika meminta gas bagian dari Tangguh dikasih ke PLN agar bisa membangun listrik. Kok terbalik? Kita yang mengemis kepada mereka, harusnya kita yang mengatur. Sementara itu, kita terlalu diiming-imingi listrik dari energi terbarukan selain minyak, yakni geotermal. Padahal harga produksi listrik geotermal tiga kali lipat lebih mahal dari listrik batu bara. Sementara itu, batu bara, yang murah, untuk diekspor ke India, Cina, dsb. Biaya produksi listrik menggunakan BBM sangat mahal; Rp
3000 per KWH. Sementara biaya produksi listrik menggunakan gas hanya Rp700 KWH. Kalau misalnya untuk listrik kita pakai batubara semua, tidak ada namanya subsidi listrik. Ada dua belah pihak yang diuntungkan dalam hal ini, yakni pengusaha listrik geotermal karena bisa jual mahal ke PLN, dan pengusaha batu bara yang dapat mengekspor besar-besaran ke luar negeri. Saudara sekalian, meski Allah memberikan kita kekayaan berlimpah, tapi kalau kita tidak mampu mengelola, orang lain yang akan menikmati. Maka pengelolanya harus BUMN dengan pola B to B (Business to Business) agar kita bisa jual sendiri migas maupun batubara, tidak menyuruh orang lain. Saya jadi pengamat sudah belasan tahun, kasih masukan ke Pemerintah, Parpol, dsb. Jadi sistem-sistem seperti ini yang harus kita perbaiki. 3. Sugiharto Melengkapi Pak Kurtubi, 40 tahun lalu, tepatnya awal 1970an, Indonesia merupakan Negara di Asia Pasifik yang pertamakali mengembangkan LNG. Tapi 40 tahun kemudian, kita menghasilkan Negara-negara industri maju seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Karena kita menjual LNG hanya US$ 2- 3 per MMBTU. Gas yang dalam bentuk cair itu, yang setara dengan 1 barel hanya US$ 10-20, diubah menjadi barang jadi, mulai dari kacamata, baju, sepatu sampai kaus kaki, Ia menjadi produk-produk industri bernilai tambah. Jadi sebetulnya kita telah berjasa, menghasilkan revenue bagi negara-negara industri maju tersebut. Akankah kita teruskan kebijakan itu? Dari sisi upstream, kita memiliki sejarah. LNG di Kalimatan Timur dikuasai asing. Juga di Arun dan Tangguh. Di Marsela, terbesar ditemukan dalam 10 tahun terakhir ini, juga tidak dikuasai perusahan nasional. Hanya ada sedikit, Pertamina juga harus berbagi dengan perusahaan-perusahaan lain. Jadi, 5 sumber daya LNG terbesar Indonesia ternyata tidak dikuasai national oil company. Dan telah ditemuan bahwa 93% cadangan dikuasai
perusahan maisng-masing tersebut. Maka Audit Indonesia harus melakukan afirmative action bagaimana menjawab ini Kemudian, apakah ini the sleeping giant? Saya kira sudah waktunya, mudah-mudahan seminar ini dapat menjawabnya. Karena hampir semua top ekonom dunia sudah meramalkan the next adalah Indonesia. Yang belum adalah affirmative action merubah SDA meningkatkan produksi. indonesia saat ini memiliki penduduk sekitar 251 juta jiwa. Penduduk usia produktif (15-64 tahun) sekitar 44,98%. Proporsi penduduk usia produktif ini akan terus meningkat sampai 2025. Secara demokrafis, besarnya proporsi penduduk usia produktif tersebut, merupakan potensi bagi pembangunan. Sementara di UNI Eropa terancam ‘Lost Generation�. Tingkat pengangguran di kalangan usia produktif mencapai 12 persen di Zone Euro atau sekitar 19 juta orang dan 7,7 persen di Inggris sehingga di seluruh daratan Eropa, diperkirakan 26,3 juta orang menganggur. Jumlah pengangguran tertinggi tercatat di Yunani, yakni 26 persen dan 58 persen dialami tenaga kerja di bawah usia 25 tahun. Hal yang sama terjadi di Spanyol, yakni 56 persen dan 38 persen di Italia dan Portugal. Mengenai SDM, Pak Habibie sudah seringkali menyampaikan tentang pengarusutamaaan kepentingan SDM daripada menguras habis SDA. Itu menjadi perhatian kita. Insya Allah, dalam Audit Indonesia jilid II akan membahas SDM, sosial poltik dan lainnya. Mudah-mudahan Anda bisa hadir. Mudah-mudahan Audit Indonesia bisa menjadi titik tolak kebangkitan Bangsa ini. Mudah-mudahan the sleeping giant will soon be wake up, siapapun nanti presidennya.
Foto-Foto Kegiatan
Foto-Foto Kegiatan
Foto-Foto Kegiatan
Foto-Foto Kegiatan
Foto-Foto Kegiatan
Foto-Foto Kegiatan