BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia terlahir dengan berbagai macam kebutuhan dalam hidupnya. Abraham Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu: kebutuhan fisiologis, keamanan ( fisik dan psikologis ), cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka kebutuhan tersebut juga ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada1. Dalam kebutuhan-kebutuhan tersebut, manusia ingin mencapai kehidupan yang bermakna dalam hidupnya. Menurut Bastaman, hidup bermakna adalah gerbang menuju kebahagiaan2. Itu adalah corak kehidupan yang menyenangkan, penuh semangat, bergairah, serta jauh dari rasa cemas dan hampa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bahkan sekarang kebahagiaan sudah menjadi tolak ukur bagi kesuksesan suatu negara. Konsep kesejahteraan, sebagaimana dinyatakan oleh para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia, tampaknya tidak hanya untuk menggambarkan kondisi kemakmuran material (welfare, being-well atau prosperity), tetapi juga mengarah kepada konsep kebahagiaan (happiness). Kebahagiaan memiliki makna dan cakupan yang tidak hanya terbatas pada kondisi kehidupan yang menyenangkan (pleasant life) dan kondisi kehidupan yang baik (being-well atau good life), tetapi juga pada kondisi kehidupan yang bermakna (meaningful life).
1
NS. Kasiati, Ni Wayan Rosmalawati, Kebutuhan Dasar Manusia I. (Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2016), hal .4 2
HD. Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, Menuju Psikologi Islami
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 196
1
Dalam konteks ini, konsep kebahagiaan menjadi topik pembangunan nasional yang mendapat perhatian lebih besar dibandingkan dengan konsep kesejahteraan material maupun kemakmuran ekonomi. Tentunya banyak dari berbagai hal merupakan index hari kebahagiaan itu sendiri, namun parameter utama atau tolak ukur dari kebahagiaan adalah kesehatan mental maupun fisik3
Gambar 1.1 Grafik hubungan positif antara kebahagiaan dan kesehatan
Grafik di atas
menggambarkan hubungan
positif
antara kebahagiaan
dan
kesehatan. Menggunakan data dari 133 negara yang diambil dari World Happiness Report 2020 , grafik tersebut menunjukkan bahwa negara-negara di mana orang yang menilai kualitas hidupnya lebih tinggi dari sepuluh lebih cenderung memiliki rata-rata rentang hidup (umur panjang) yang lebih tinggi. Kita semua tahu bahwa kita sekarang berada di era pandemi COVID-19, era di mana kita mengalami perubahan budaya ‘new normal COVID-19’ dengan adanya protokolprotokol kesehatan yang diaplikasikan pada setiap ruang aktivitas manusia dan juga pembatasan akses terhadap ruang gerak manusia. Dan kita sendiripun melakukan yang namanya social isolation, yaitu kegiatan mengisolasi diri dari kegiatan luar dan lebih banyak beraktivitas di dalam tempat tinggal.
3
Rokhidah, Rr, Murtika. Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan
2
Hal itu dimaksudkan untuk mencegah penyebaran virus agar tidak menyebar lebih parah lagi. Namun di sisi lain, kita juga dihadapkan pada ancaman kesehatan psikologis akibat akibat kecemasan, gelisah, takut dan juga mengisolasi diri, yang disebut dengan cabin fever. Cabin fever diartikan sebagai perasaan cemas karena terjebak atau terisolasi di suatu tempat dalam jangka waktu yang lama5. Perasaan gelisah dan takut untuk bertemu orang lain secara tak langsung mendesak manusia untuk tidak keluar dari tempat tinggalnya. Hal ini lama kelamaan menjadi sebuah titik jenuh dan menyebabkan stress yang dapat mengurangi kebahagiaan pada tiap individu manusia pada masa kini maupun di masa yang akan datang, khususnya di tengah kehidupan Kota Jakarta. Pada saat ini, Ibu Kota Jakarta menduduki peringkat ke-enam Kota Stress di dunia. Psikolog Liza Marielly Djaprie, M.Si., Psi., Sc mengatakan aktivitas PACC atau Peringenual Anterior Cingulate Cortex yang mengatur tinggi rendahnya stress seseorang lebih tinggi pada masyarakat perkotaan dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Ini menunjukkan bahwa padatnya aktivitas di perkotaan menimbulkan stress. Namun dengan adanya new normal COVID-19 banyak hal telah berubah dari berbagai segi dalam kehidupan manusia. Sudah banyak kasus COVID-19 terjadi di seluruh bagian Ibu Kota, daerah dengan kasus yang paling tinggi ialah Pademangan Barat, Lagoa, dan Penjaringan. Di antara ketiga kelurahan tersebut, daerah yang paling ramai atau terdapat banyak public space, minim pelayanan kesehatan mentalnya dan dengan jumlah isolasi mandiri terbanyak adalah Penjaringan. Maka dari itu daerah Penjaringan akan menjadi sorotan pada proyek ini terkait dengan situasi sekarang.
5
dr. Hafid Algristian, Sp.KJ. Ketahui lebih banyak tentang Cabin Fever, Ancaman Kesehatan Psikologis di Tengah
Pandemi. Webinar : Universitar Airlangga, 2020
3
Keadaan new normal COVID-19 ini telah mengubah banyak sekali aspek kehidupan kita, salah satu yang utama ialah kesehatan mental. Sempat dipertanyakan bahwa apakah new normal COVID-19 ini akan kerap berlangsung di masa yang akan datang. Sebuah studi menyatakan bahwa suatu kebudayaan yang sudah berubah tidak akan dapat kembali seperti sebelumnya. Irwan Abdullah berpandangan normal ke New Normal adalah peradaban baru. Semua sudah tidak pada normal yang lama dan secara alami beradaptasi6. Hal ini membawa kita mempertanyakan bagaimana arah berhuni manusia di masa depan. Maka sudah seharusnya kita beradaptasi dengan keadaan yang ada untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa depan. Untuk itu, peran arsitektur diharapkan dapat membantu proses adaptasi akan situasi yang cukup ekstrem ini dan juga sekaligus memberi makna kebahagiaan melalui psikologis manusia dalam perancangannya dalam berhuni terlebih di tengah kehidupan Kota Jakarta.
6
Manusia dan Kebudayaan. Buku Ajar Ilmu Kebudayaan Dasar : dinus.ac.id
4
1.2 Tujuan dan Sasaran Proyek Terdapat beberapa tujuan dalam proyek ini untuk dapat berfungsi secara maksimal sebagai berikut :
1.2.1 Tujuan Proyek a. menghadirkan program arsitektur yang interaktif dan sehat untuk berhuni dalam menghadapi rasa stres b. mendorong munculnya pengalaman yang menyenangkan terkait dengan situasi dan kondisi yang memaksa masyarakat untuk mengisolasi diri dalam berhuni untuk mencapai kebahagiaan c. membantu menurunkan tingkat stress masyarakat sekitar kawasan Penjaringan yang dinilai tinggi kasus COVID-19 dan paling tinggi dalam daftar isolasi mandiri di Ibu Kota Jakarta d. Meningkatkan happiness index dengan cara meningkatkan kesehatan mental masyarakat dengan cara arsitektural
1.2.2
Sasaran Proyek a. Masyarakat yang mengalami stress, terlebih karena cabin fever ( self isolation ) dan anxiety karena pandemi. b. Masyarakat yang memerlukan pengalaman menyenangkan dalam berhuni
1.3 Rumusan Masalah a. Bagaimana tanggapan psikologis masyarakat terhadap pandemi dan new normal COVID-19 ? b. Bagaimana prediksi masa depan tentang pandemi dan new normal COVID-19 terkait dengan kesehatan mental ?
5
c. Bagaimana program dan desain arsitektur dalam berhuni yang mampu meningkatkan happiness index terkait dengan kesehatan mental di Kawasan Penjaringan?
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal sebagai berikut : a. Melakukan penelitian terkait aksi dan reaksi manusia dalam menghadapi new normal di masa kini dan masa yang akan datang b. Melakukan penelitian terkait efek yang diberikan oleh elemen pembentuk ruang terhadap kondisi psikologis manusia yang mengalami stress terlebih karena cabin fever
6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Makna dan Konsep Dwelling 2.1.1 Martin Heidegger “Building Dwelling Thinking” “We attain to dwelling, so it seems, only by means of building. The latter, building, has the former, dwelling, as its goal.” ( Heidegger, 1971 ). Manusia membangun karena kebutuhan mereka akan dwelling, kemudian pada akhirnya, bangunan itulah yang menunggu untuk dwelling terjadi di dalamnya, seolah-olah tujuan dari sebuah bangunan adalah dwelling. “The nature of building is letting dwell” ( Heidegger, 1971 ). Pada dasarnya manusia membutuhkan shelter. Banyak bangunan yang fungsinya hanya mewadahi aktivitas manusia. “The truck driver is at home on highway, but he does not have his shelter there; the working woman is at home in the spinning mill, but does not have her dwelling place there; the chief engineer is at home in the power station, but he does not dwell there” ( Heidegger, 1971 ) Bangunan tersebut merumahi manusia, akan tetapi manusia tidak ber-dwelling di dalamnya, jika yang dimaksud dari dwelling adalah hanya memiliki shelter, lantas apakah makna dwelling yang sebenarnya? Bahasa Jerman lama untuk bangunan ( building ) yaitu buan, yang artinya “to dwell”, menandakan sebuah kondisi menetap di suatu tempat; sedangkan kata kerjanya, bauen, memiliki arti “to build”. Maka dari itu, “To build is in itself already to dwell” ( Heidegger, 1971 ). Namun, makna dari buan tidak sesederhana itu, karena dari makna itu kita diberi petunjuk untuk berpikir tentang dwelling yang sesungguhnya. Manusia hidup tidak hanya untuk tinggal semata. Manusia melakukan banyak pekerjaan dan memiliki profesi yang berbeda-beda, pergi ke banyak tempat, melakukan ini dan itu. Ketika kita berbicara tentang bauen dalam artian yang sebenar-benarnya,
7
maka kita bisa melihat seberapa jauh dwelling dapat terjadi. “The fundamental character of dwelling is this sparing and preserving” ( Heidegger, 1971 ). Dalam hal ini, Heidegger menyatakan bahwa kedamaian ( dwelling yang sesungguhnya ) akan dicapai dengan adanya “The Fourfold” (earth, heaven, divinities, and mortals). Manusia ber-dwelling karena keber’ada’an. Manusia memiliki tujuan masing-masing di dunia. Dengan adanya konsep divinities, dwelling menjadi sesuatu yang sangat bermakna. Bukan semata-mata bangunan, tetapi ada setting tertentu di mana tempat tersebut menjadi dwelling dengan adanya ketertarikan penghuninya secara lahiriah maupun spiritual. Keyakinan Heidegger bahwa sebuah building tidak menjamin dwelling terjadi di dalamnya merujuk kepada dua hal. Pertama, building dan dwelling merupakan dua hal yang berbeda. Kedua, ada sebuah kondisi tertentu di mana sebuah building akan menjadi dwelling. Dwelling merupakan poetic thinking dari manusia, yaitu sesuatu yang berdasarkan keinginan manusia. Heidegger menyatakan: “Accordingly, a dwelling should remains in thinking, and humanity is the fundamental essense of a dwelling. Without humanity, it is incapable that the fourfold theory occurs on building.” ( Chen, 2012 ) 2.1.2 Christian Norberg-Schulz “The Concept of Dwelling: On the Way to Figurative Architecture” Menurut Norberg-Schulz (1985) dwelling memiliki arti lebih dari memiliki atap di atas kepala, yaitu: 1. Space : Mode kolektif, adanya pertemuan dengan manusia lain untuk melakukan pertukaran, baik itu produk, gagasan atau perasaan untuk merasakan pengalaman hidup sebanyak dan seberagam mungkin 2. Society value : Mode public, adanya kesepakatan dengan manusia lain untuk menerima nilai-nilai umum 3. Yourself, Your Own World : Mode privat, menjadi diri sendiri dengan memiliki dunia kecil kita sendiri Dwelling di sini merujuk pada kegiatan aktif manusia (vita activa) dalam ruang daur hidup yang luas atau terbatas, seperti bekerja dan lainnya di bawah naungan (bangunan).
8
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dwelling memiliki kaitan dengan perkumpulan dan keterhubungan manusia dengan manusia lainnya maupun dengan lingkungannya, serta bagaimana dwelling menggabungkan berbagai macam benda dan pengalaman. Dwelling juga mengubah dan membentuk ruang menjadi tempat, serta memberikan makna dan membuatnya menjadi masuk akal ketika ada manusia yang berkegiatan secara aktif.
2.2 Setting pada Dwelling Dwelling pada masa dulu dan sekarang mempunyai makna yang berbeda seiring berkembangnya zaman. Dulu, dwelling diartikan sebagai kebutuhan fundamental manusia masih memiliki unsur-unsur yang dikatakan Heidegger sebagai “The Fourfold”. Tujuan manusia untuk ber-dwelling adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka yang paling mendasar, sebuah alasan keberadaan mereka di dunia. Maka dari itulah, rumah yang dibangun di masa lalu masih memiliki banyak unsur ketuhanan (kepercayaan) dan kosmologi. Mereka percaya bahwa rumah yang disusun dengan benar sesuai dengan ketentuan-ketentuan alam dan ketuhanan akan menjadi dwelling dan home yang sesungguhnya, damai, ada keterikatan tersendiri. Bagaimana dengan sekarang? Makna dwelling yang dikemukakan Heidegger telah bergeser. Orientasi manusia dalam berhuni di suatu tempat bukanlah semata-mata untuk unsurunsur ketuhanan dan alam, akan tetapi bagaimana mereka bertahan hidup di dunia yang semakin banyak persaingan ini. Bukan berarti ‘a state of being’ atau makna sakral tidak ada lagi, akan tetapi cara manusia dalam menyikapinya saja yang berbeda. Sekarang manusia hidup secara heterogen di suatu tempat karena tuntutan dan kebutuhan mereka dalam mencari nafkah (dwelling muncul dengan tujuan yang berbeda). Untuk dapat mengakomodasi manusia, muncul public dwelling yang dapat mewadahi kebutuhan berhuni banyak orang. Heidegger menyatakan bahwa di masa modern, dwelling berkurang, begitu juga building. Hal ini sebenarnya sangat rumit untuk dijelaskan. Namun, di masa sekarang ini, semakin terlihat bahwa lingkungan bangunan sangat berpengaruh terhadap dwelling dan menjadi penting. “As Heidegger interprets dwelling, the built environment is crucial because it supports and reflects a person and group’s way of being-in-the-world” (Seamon, 2000).
9
‘A state of being’ tadi dicapai dengan hal yang mungkin berbeda dengan cara yang berbeda dengan masa lalu. Karena dwelling sangat tergantung dengan aspek ‘humanity’ (penghuninya) maka setiap orang dapat menciptakan ‘home’-nya masing-masing. 2.3 Pengertian Kebutuhan Sebagaimana yang dikutip oleh Alwisol menurut Murray Kebutuhan atau Needs adalah konstruk mengenai kekuatan otak yang mengorganisir berbagai proses seperti persepsi, berfikir, berbuat untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan. bisa dibangkitkan oleh proses internal, tetapi lebih sering dirangsang oleh faktor lingkungan, biasanya Need di barengi dengan persaan atau emosi khusus, dan memiliki emosi khusus, dan memiliki cara khusus untuk mengekspresikannnya dalam mencapai permasalahan. Sebagaimana yang dikutip oleh NS. Kasiati, Ni Wayan Rosmalawati yang dikemukakan oleh Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: a. Physical Needs (Kebutuhan-kebutuhan fisik) Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan kondisitubuh seperti pangan, sandang, dan papan. b. Safety Needs (Kebutuhan-kebutuhan rasa aman) Kebutuhan ini lebih bersifat psikologi individu dalam kehidupan seharihari. Misal: perlakuan adil, pengakuan hak dan kewajiban, jaminan keamanan. c. Social Needs (Kebutuhan-kebutuhan sosial) Kebutuhan ini juga cenderung bersifat psikologis dan sering kali berkaitan dengan kebutuhan lainnya. Misal: diakui sebagai anggota, diajak berpartisipasi, berkunjung ke tetangganya. d. Esteem Needs (Kebutuhan-kebutuhan penghargaan) Kebutuhan ini menyangkut prestasi dan prestise individu setelah melakukan kegiatan. Misal: dihargai, dipuji, dipercaya. e. Self Actualization (kebutuhan aktualisasi diri) Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tertinggi dari individu dan kebutuhan ini sekaligus paling sulit dilaksanakan. Misal: mengakui pendapat orang lain, mengakui kebenaran orang lain, mengakui kesalahan orang lain dapat menyesuaikan diri dengan situasi.
10
2.4 Kebahagiaan 2.4.1 Definisi Kebahagiaan Aristoteles (Adler, 2003) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata “happy� atau bahagia yang berarti feeling good, having fun, having a good time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan. Kebahagiaan bersifat abstrak dan tidak dapat disentuh atau diraba. Kebahagiaan erat berhubungan dengan kejiwaan dari yang bersangkutan (Dalam Kosasih, 2002). Kebahagiaan merupakan sebongkahan perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian (Rusydi, 2007). Sedangkan happiness atau kebahagiaan menurut Biswas, Diener & Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia–apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi. Furnham (2008) juga menyatakan bahwa kebahagiaan merupakan bagian dari kesejahteraan, contentment, to do your life satisfaction or equally the absence of psychology distress. Ditambahkan pula bahwa konsep kebahagiaan adalah merupakan sinonim dari kepuasan hidup atau satisfaction with life (Veenhoven, 2000). Diener (2007) juga menyatakan bahwa satisfaction with life merupakan bentuk nyata dari happiness atau kebahagiaan dimana kebahagiaan tersebut merupakan sesuatu yang lebih dari suatu pencapaian tujuan dikarenakan pada kenyataannya kebahagiaan selalu dihubungkan dengan kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi sertatempat kerja yang lebih baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seseorang individu ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya perasaan menderita.
11
2.4.2 Kebahagiaan sebagai Parameter Kesuksesan Negara Konsep kesejahteraan, sebagaimana dinyatakan oleh para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia, tampaknya tidak hanya untuk menggambarkan kondisi kemakmuran material (welfare, being-well atau prosperity), tetapi juga mengarah kepada konsep kebahagiaan (happiness). Kebahagiaan memiliki makna dan cakupan yang tidak hanya terbatas pada kondisi kehidupan yang menyenangkan (pleasant life) dan kondisi kehidupan yang baik (being-well atau good life), tetapi juga pada kondisi kehidupan yang bermakna (meaningful life). Dalam konteks ini, konsep kebahagiaan menjadi topik pembangunan nasional yang mendapat perhatian lebih besar dibandingkan dengan konsep kesejahteraan material maupun kemakmuran ekonomi. Tentunya banyak dari berbagai hal merupakan index hari kebahagiaan itu sendiri, namun parameter utama atau tolak ukur dari kebahagiaan adalah kesehatan mental maupun fisik. 2.4.3 Kebahagiaan dan Kesehatan Terdapat indeks kebahagiaan atau yang dikenal juga dengan Index of Happiness adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat berdasarkan tingkat kebahagiaan masyarakat. Kebahagiaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, tetapi penelitian menunjukkan bahwa kesehatan adalah yang paling penting. Negara-negara dengan populasi yang menikmati tingkat kesehatan mental dan fisik yang tinggi memiliki tingkat kebahagiaan kolektif yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara dengan hasil kesehatan yang lebih buruk. Selain itu, faktor lain yang memengaruhi kebahagiaan juga cenderung memengaruhi kesehatan, menggarisbawahi gagasan bahwa kesehatan dan kebahagiaan berjalan seiring. Indeks kebahagiaan merupakan rata-rata dari angka indeks yang dimiliki oleh setiap individu di suatu negara. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia, demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai indeks maka penduduk semakin tidak bahagia. Indeks kebahagiaan merupakan indeks komposit yang 12
disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. Kesepuluh aspek tersebut secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) Kesehatan; 2) Pendidikan; 3) Pekerjaan; 4) Pendapatan rumah tangga; 5) Keharmonisan keluarga; 6) Ketersediaan waktu luang, 7) Hubungan sosial, 8) Kondisi rumah dan aset, 9) Keadaan lingkungan, dan 10) Kondisi keamanan. Kebahagiaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, tetapi penelitian menunjukkan bahwa kesehatan adalah yang paling penting. Negara-negara dengan populasi yang menikmati tingkat kesehatan mental dan fisik yang tinggi memiliki tingkat kebahagiaan kolektif yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara dengan hasil kesehatan yang lebih buruk. Selain itu, faktor lain yang memengaruhi kebahagiaan juga cenderung memengaruhi kesehatan, menggarisbawahi gagasan bahwa kesehatan dan kebahagiaan berjalan seiring. 2.4.4 Kebahagiaan dan Kesehatan Mental pada Era Pandemi
Gambar 2.1 Grafik antara kesenangan, kecemasan dan stress Sumber :
13
Sebuah survei baru-baru ini oleh jajak pendapat AS, Gallup, menemukan hampir 60% orang Amerika melaporkan merasa khawatir , naik 20% pada musim panas lalu, sementara persentase yang menganggap hidup mereka berkembang turun menjadi hanya di bawah 49%, level terendah sejak laporan keuangan 2008. Lalu, terdapat juga sebuah survei yang dilakukan American Psychiatric Association (APA) terhadap lebih dari 1000 orang dewasa di Amerika serikat, ditemukan bahwa 48% responden merasa cemas mereka akan tertular virus corona. Lebih dari sepertiga responen (36%) mengatakan pandemi Covid-19 berdampak serius pada kesehatan mental mereka, dan 59% menjawab efeknya cukup berat pada kehidupan sehari-hari. 2.5 Era Pandemi COVID-19 COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. WHO (World Health Organization atau Badan Kesehatan Dunia) secara resmi mendeklarasikan virus corona (COVID-19) sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Artinya, virus corona telah menyebar secara luas di dunia. Virus dapat berpindah secara langsung melalui percikan batuk dan napas orang terinfeksi yang kemudian terhirup orang sehat. Virus juga dapat menyebar secara tidak langsung melalui benda-benda yang tercemar virus akibat percikan atau sentuhan tangan yang tercemar virus. Pemerintah Indonesia dalam mengatasi keadaan pandemi dan dalam rangka memgurangi
penyebaran virus COVID-19, maka diberlakukan kebijakan baru yaitu new normal COVID-19. New normal COVID-19 ini membatasi aktivitas masyarakat dengan adanya protokol-protokol kesehatan yang diaplikasikan pada setiap ruang aktivitas manusia dan juga pembatasan akses terhadap ruang gerak manusia. Dan kita sendiripun melakukan yang namanya social isolation, yaitu kegiatan mengisolasi diri dari kegiatan luar dan lebih banyak beraktivitas di dalam tempat
14
tinggal. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah penyebaran virus agar tidak menyebar lebih parah lagi Lembaga Biologi Molekuler atau LBM Eijkman sempat menyatakan, virus corona tidak akan hilang dari muka bumi dalam waktu yang lama. 2.6 Stres 2.6.1 Pengertian Stres Ada beberapa istilah psikologis populer yang sering dikaburkan sebagai “stres�. Pada hakikatnya, tentunya kata ini merujuk pada sebuah kondisi seseorang yang mengalami tuntutan emosi berlebihan dan atau waktu yang membuatnya sulit memfungsikan secara efektif semua wilayah kehidupan. Keadaan ini dapat mengakibatkan munculnya cukup banyak gejala, seperti depresi, kelelahan kronis, mudah marah, gelisah, impotensi, dan kualitas kerja yang rendah (Richards, 2010) Menurut Richard (2010) stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Lazarus dan Folkman (dalam Evanjeli, 2012) yang menjelaskan stres sebagai kondisi individu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Kondisi stres terjadi karena ketidakseimbangan antara tekanan yang dihadapi individu dan kemampuan untuk menghadapi tekanan tersebut. Yusuf (2004) faktor pemicu stres itu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berikut: a. Stressor fisik-biologik, seperti : penyakit yang sulit disembuhkan, cacat fisik atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, wajah yang tidak cantik atau ganteng, dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal (seperti : terlalu kecil, kurus, pendek, atau gemuk). b. Stressor psikologik, seperti : negative thinking atau berburuk sangka, frustrasi (kekecewaan karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan), hasud (iri hati atau
15
dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik pribadi, dan keinginan yang di luar kemampuan. c. Stressor Sosial, seperti iklim kehidupan keluarga : hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis (broken home), perceraian, suami atau istri selingkuh, suami atau istri meninggal, anak yang nakal (suka melawan kepada orang tua, sering membolos dari sekolah, mengkonsumsi minuman keras, dan menyalahgunakan obatobatan terlarang) sikap dan perlakuan orang tua yang keras, salah seorang anggota mengidap gangguan jiwa dan tingkat ekonomi keluarga yang rendah, lalu ada faktor pekerjaan. 2.6.2 Metode Mengurangi Stres ( dalam psikologi ) Beberapa cara untuk mengurangi stress antara lain melalui pola makan yang sehat dan bergisi, memelihara kebugaran jasmani, latihan pernapasan, latihan relaksasi, melakukan aktivitas yang menggembirakan, berlibur, menjalin hubungan yang harmonis, menghindari kebiasaan yang jelek, merencanakan kegiatan harian secara rutin, memeliharatanaman dan binatang, meluangkan waktu untuk diri sendiri (keluarga), menghindari diri dalam kesendirian. 2.6.2.1 Aktivitas yang Menyenangkan Melakukan aktivitas yang menggembirakan akan membantu individu terhindar dari perasaan stress. Sebab melalui aktivitas yang menggembirakan, individu yang memiliki masalah, sejenak akan melupakan permasalahannya. Oleh karena itu, akhir-akhir ini muncul terapi melalui tertawa yang sampai terbahak-bahak dan bahkan sampai menangis, yang tujuannya untuk mendorong munculnya hormon endorphin dari dalam diri individu itu sendiri. 2.7 Cabin Fever Pengertian dari cabin fever adalah perasaan cemas karena terjebak atau terisolasi di suatu tempat dalam jangka waktu yang lama. Perasaan gelisah dan takut untuk bertemu orang lain secara tak langsung mendesak manusia untuk tidak keluar dari tempat tinggalnya. Hal ini lama kelamaan menjadi sebuah titik jenuh dan menyebabkan stress.
16
Menurut Educational Psychology Review pada 2012 menunjukkan bahwa kebosanan/ kejenuhan adalah kombinasi antara kurangnya kegembiraan neurologis serta kondisi psikologis berupa ketidakpuasan, frustrasi atau ketidaktertarikan dan semua yang berhubungan dengan kurangnya stimulasi. 2.7.1 Jangka Waktu Ketahanan Manusia untuk isolasi Mandiri Nomura Societies melakukan survei terkait dengan pertanyaan tersebut. Menariknya, dari 1.473 tanggapan, 36,9% merespons "sekitar satu minggu", dengan 18,9% mengklaim bahwa mereka dapat bertahan selama dua minggu penuh 2.8 Pengertian Aktivitas yang Menyenangkan 2.8.1 Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan, atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena, menurut Samuel Soeitoe sebenarnya, aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan, beliau mengatakan bahwa aktivitas, dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan. 2.8.2 Senang Berikut ini adalah pengertian dari kata senang menurut KBBI : 1. Puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa, dan sebagainya : ia menyelesaikan pekerjaan itu dengan --; hatiku -- kini setelah semua tugas terselesaikan 2. Betah: saya selalu -- tinggal di daerah yang dingin 2.9 Leisure Saat kata aktivitas dan senang ( aktivitas yang menyenangkan ) digabungkan, ternyata terdapat persamaan pengertian dengan kata leisure.
17
“Use of free time for enjoyment� adalah salah satu pengertian dari kata leisure. Ada juga definisi dari leisure adalah waktu luang, rekreasi ; Waktu ketika sesorang tidak bekerja atau sibuk ; waktu senggang ; Penggunaan waktu senggang untuk kesenangan
18
BAB III METODE PERANCANGAN
3.1 Metode Penelitian
Gambar 3.1 metode penelitian
19
3.2 Metode Desain 3.2.1 Narrative Design Narrative design banyak terinspirasi dari cara-cara pembuatan film dan film itu sendiri dalam mengkonstruksi desain. Setiap ruang kota mempunyai cerita. Sudut jalan, bangunan dan lorong-lorong kota semuanya mempunyai perjalanan sejarah yang implisit, atau dikenangoleh para penghuninya yang dapat diceritakan kembali. Kadang bahkan cerita itu tertulis secara eksplisit misalnya dengan panil dalam candi atau kaca patri. Narrative design dapat menggunakan film, wacana (teks) ataupun mengungkapkan cerita di balik ruang. Sebagai upaya rekonstruksi kota untuk menciptakan karakter kota yang kuat. Menyampaikan pesan melalui sebuah tema sederhana dan mengembangkannya menjadi sebuah cerita, dapat memperkaya pengalaman keruangan di dalam proyek yang dirancang. Materialitas, struktur, bentuk, dan detail menjadi perangkat utama dalam menyampaikan cerita tersebut. 3.2.2 Manipulasi Emosi dalam Arsitektur Terdapat beberapa faktor dan elemen dalam arsitektur yang dapat dengan sengaja di desain untuk memanipulasi emosi pengguna karya arsitektur. Adapun elemen-elemen tersebut terkait satu sama lain dalam proses penciptaan ruang sesuai sifat manipulatif yang diinginkan, antara lain: a. Colourology Mata kita bisa menangkap tujuh juta warna yang berbeda. Tetapi ada beberapa warna utama yang bisa memiliki dampak pada kesehatan dan mood. Setiap warna memancarkan panjang gelombang energi yang berbeda dan memiliki efek yang berbeda pula. Dengan menggunakan berbagai nuansa warna di rumah Anda dapat membawa harmoni, stabilitas dan keseimbangan.
20
b. Intensitas cahaya - Kecerahan - Kejenuhan Adalah Intensitas Warna. - Hue 3.2.3 Spatial Archetype Arche adalah kepala; type adalah tipe; archetype : tipe utama. Arkitipe keruangan akan timbul ke permukaan kesadaran manusia dalam bertindak menentukan wujud batas ruangnya ( Mimi Lobell ) Carl Gustav Jung: arkitipe adalah citra purba yang terdapat dalam alam tak sadar kolektif manusia.
21
BAB IV INVESTIGASI TAPAK
4.1 Latar Belakang Pemilihan Kawasan Terdapat beberapa kriteria yang mengacu pada pemilihan tapak yang spesifik, antara lain : A. Kawasan dengan kasus COVID-19 ketiga tertinggi Sudah kita ketahui bahwa kita berada pada era di mana kita harus bertahan hidup berdampingan dengan virus COVID-19. Hal ini membuat kita lebih memperhatikan perkembangan penyebaran virus tersebut terlebih di suatu daerah. Berdasarkan data, berikut daftar 10 kelurahan dengan jumlah kasus tertinggi Covid-19 di Jakarta per tanggal 10 Agustus : 1. Pademangan Barat, Jakarta Utara : 237 kasus 2. Lagoa, Jakarta Utara : 214 kasus 3. Penjaringan, Jakarta Utara : 212 kasus 4. Sunter Agung, Jakarta Utara : 211 kasus 5. Sunter Jaya, Jakarta Utara : 195 kasus 6. Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat : 177 kasus 7. Kramat, Jakarta Pusat : 167 kasus 8. Palmerah, Jakarta Barat : 160 kasus 9. Petamburan, Jakarta Pusat : 158 kasus 10. Kebon Bawang, Jakarta Utara : 152 kasus Kawasan Penjaringan merupakan Kawasan dengan kasus terbanyak ketiga setelah Pademangan Barat dan Lagoa.
B. Kawasan dengan tingkat data isolasi mandiri tertinggi Berdasarkan situasi sekarang, kita dihadapi oleh kenyataan bahwa kita harus menjalani kehidupan berdampingan dengan virus COVID-19 dengan new normal COVID-19 dan isolasi mandiri (self isolation).
22
Dari 10 kelurahan dengan kasus tertinggi, berikut data kelanjutan dari kasus yang ada : 1. Pademangan Barat, Jakarta Utara : 298 kasus; empat orang dirawat, 154 sembuh, 11 meninggal dunia, 22 isolasi mandiri 2. Lagoa, Jakarta Utara : 214 kasus; tiga dirawat, 110 sembuh, 8 meninggal dunia, 25 isolasi mandiri 3. Penjaringan, Jakarta Utara : 212 kasus; tiga dirawat, 119 sembuh, 6 meninggal dunia, 47 isolasi mandiri 4. Sunter Agung, Jakarta Utara : 211 kasus; empat dirawat, 158 sembuh, 11 meninggal dunia, 6 isolasi mandiri 5. Sunter Jaya, Jakarta Utara : 195 kasus; tiga dirawat, 96 sembuh, sembilan meninggal dunia, 28 isolasi mandiri 6. Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat : 177 kasus; tiga dirawat, 69 sembuh, dua meninggal dunia, 41 isolasi mandiri 7. Kramat, Jakarta Pusat : 167 kasus; dua dirawat, 87 sembuh, delapan meninggal dunia, 6 isolasi mandiri 8. Palmerah, Jakarta Barat : 160 kasus; empat dirawat, 65 sembuh, sembilan meninggal dunia, 31 isolasi mandiri 9. Petamburan, Jakarta Pusat : 158 kasus; satu dirawat, 125 sembuh, sembilan meninggal dunia, 7 isolasi mandiri 10. Kebon Bawang, Jakarta Utara : 152 kasus; satu dirawat, 83 sembuh, dua meninggal dunia, 7 isolasi mandiri Dari data di atas, Kawasan Penjaringan adalah Kawasan dengan data isolasi mandiri tertinggi.
23
C. Kawasan dengan Rendahnya Fasilitas Kesehatan
Tabel 1.1 fasilitas kesehatan dan umum di Penjaringan
Tabel di atas merupakan table yang bersumber dari BPS tahun 2018, menunjukkan bahwn minimnya fasilitas kesehatan pada kelurahan Penjaringan. 4.2 Kondisi Eksisting Penjaringan Kelurahan Penjaringan terletak diarea pemukiman padat penduduk yang mempunyai mempunyai luas wilayah 395,43 Ha yang terbagi menjadi 17 RW serta memiliki 240 RT. Kelurahan Penjaringan masuk dalam wilayah Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, Kelurahan Penjaringan mempunyai jumlah penduduk sebanyak kurang lebih 56.166 jiwa dengan 16.389 KK Untuk sebelah utara Kelurahan Penjaringan berbatasan dengan Pantai Laut Jawa dan Jalan Raya Pluit Selatan, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Alur Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kali Opak. Kemudian untuk sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Bandengan Utara dan Rel Kereta Api dan untuk sebelah barat berbatasan dengan sepanjang Waduk Pluit sebelah Barat Kali Muara Karang dan Jalan Jembatan Tiga
24
Gambar 4.1 Peta eksisting Kawasan Penjaringan
Kepadatan Penduduk di Penjaringan mencapai 41.803 jiwa/KM2, lalu ditambah dengan kepadatan bangunan atau hunian-hunian masyarakat menjadikan Kawasan ini sempit dan orangorang semakin sulit untuk berjaga jarak dengan satu sama lain. Mayoritas bangunannya merupakan hunian warga setempat, dari hunian menengah ke atas maupun menengah ke bawah-sebagian besar adalah hunian kecil dan rusun, lalu fasilitas
25
umum seperti pusat perbelanjaan modern hingga tradisional, industri dan pergudangan, perkantoran, dan fasilitas entertainment seperti Museum Bahari.
Gambar 4.2 titik persebaran fasilitas umum dan kesehatan di Penjaringan
Gambar di atas adalah peta kelurahan Penjaringan serta persebaran fasilitas kesehatan ( titik merah ) dan fasilitas umum ( titik hitam ) seperti pusat perbelanjaan, pasar ikan, dan museum. Yang lainnya adalah perumahan dengan didominasi perumahan kecil dan sangat kecil, rusun, industry dan pergudangan.
Gambar 1.7 Pusat perbelanjaan di Penjaringan
26
Gambar 4.3 Pasar Ikan di Penjaringan
Gambar 4.4 Pemukiman di Penjaringan
27
Gambar 4.5 Fasilitas kesehatan di Penjaringan
4.4 Kepadatan Penduduk Kawasan Penjaringan
Gambar 4.6 grafik batang kependudukan Kecamatan Penjaringan
28
Gambar 4.7 Peta penggunaan lahan eksisting di Penjaringan
Grafik batang dan gambar peta penggunaan lahan eksisting menunjukan bahwa Kawasan Penjaringan sangat padat kependudukannya dan ditambah dengan banyaknya hunian ( hunian kecil dan sangat kecil ) menandakan padatnya struktur Kawasan Pejaringan.
29
4.5 Perbandingan Kawasan Penjaringan dengan Pademangan Barat dan Lagoa
Gambar4.8 grafik batang luas wilayah (km2)
gambar 4.9 grafik batang perbandingan kependudukan(jiwa)
Gambar 4.10 grafik batang population density (jiwa/km2)
Dengan grafik kependudukan ini dapat disimpulkan bahwa Kawasan Penjaringan merupakan kawasan dengan kependudukan yang sangat padat namun luas wilayahnya tak sebanding dengan kepadatan tersebut sehingga Kawasan Penjaringan menjadi kawasan dengan population density tertinggi dibandingkan Pademangan Barat dan Lagoa.
30
Gambar 4.11 grafik batang fasilitas kesehatan
Sedangkan grafik batang ini menunjukkan banyaknya fasilitas kesehatan di tiga kawasan dengan kasus tertinggi COVID-19 untuk sekarang ini. Minimnya fasilitas kesehatan pada Kawasan Penjaringan perlu disorot karena dengan tingginya kasus COVID-19 dan kepadatan penduduk yang tinggi dapat menimbulkan kejompangan pada kawasan Penjaringan. Walaupun sekarang Penjaringan berada di tingkat tiga dengan kasus COVID-19, bukan berarti kita dapat menghiraukan kawasan ini. Dengan fakta permukiman yang padat dan rendahnya fasilitas kesehatan, ini memungkinkan terjadinya peningkatan stressor negative dan penurunan index kebahagiaan di masa yang akan datang.
31
4.6 Regulasi, dan Latar Belakang Pemilihan tapak Terpilih
Gambar 4.12 lokasi tapak dan sekitarnya
Tapak terpilih berada di Jalan Muara Baru. Alasan terpilihnya tapak ini adalah 1) Diantara pemukiman warga dari menengah ke atas dan ke bawah ( dominan ) Kepadatan penduduk dan pemukiman ini memungkinkan warga menjadi stress karena cemas;gelisah;takut akan penyebaran virus COVID-19. Jadi diharapkan dengan adanya proyek ini, dapat membantu warga beradaptasi dan meningkatkan kesehatan warga sekitar Penjaringan. 2) Tidak terlalu dekat dengan hiruk pikuk pergerakan aktivitas manusia
32
Tapak yang diinginkan ialah tapak dengan daerah yang tidak terlalu dekat dengan hiruk pikuk pergerakan aktivitas manusia di perkotaan dengan tujuan dapat memunculkan dampak emosional terhadap pengunjung secara akustik. Berikut merupakan data-data terkait dengan lokasi perancangan di Muara Baru, Penjaringan :
Gambar 4.13 tapak terpilih di Jalan Muara Baru
Zonasi peruntukan : zona campuran
Batas Utara : Jalan Muara Baru
Luas tapak :6800 m2
Batas Barat : Jalan Muara Baru
KDB : 50% KDH : 30 KLB : 2 KB : 4
33
Foto foto eksisting sekitar tapak :
Gambar 4.14 kondisi sekitar tapak
34
BAB V PROGRAM BANGUNAN Menurut analisis tentang masyarakat sekitar dan aktivitas yang dilakukan setiap harinya, berikut merupakan program-program yang dipilih : 1) Interactive Spaces Program ini dibuat sebagai ruang interaksi antara individu dengan ruangan sekitar secara emosional dan dengan cara melakukan aktivitas yang menyenangkan. Pengunjung diharapkan dapat merasa ‘bergairah’ kembali setelah keluar dari ruangan ini. 2) Visual and Sound Therapy Program ini mempunyai tujuan agar indra visual dan akustik pengunjung dapat merespon keruangan yang tercipta sehingga tersalurkan ke psikologis pengunjung. Hal ini dapat dilakukan dengan salah satunya adalah teknik colourology. 3) Silent Garden Garden yang dimaksud di sini bukanlah taman pada umumnya. Di sini diharapkan pengunjung dapat merasakan ketenangan dengan lebih menghargai keadaan sekitar ( suara, penglihatan, penciuman ) dan juga lebih bisa berefleksi diri. Taman ini juga sebagai bentuk ‘kebebasan’ dari rasa ‘rersekap dalam ruangan. 4) Consultation Room Ruangan konsultasi ini merupakan ruangan untuk mendalami kesehatan mental pengunjung apabila pengunjung merasa membutuhkan lebih. Tentunya semua program yang ada pada proyek ini tetap menjunjung protokol kesehatan new normal COVID-19
35
BAB VI STUDI KASUS
6.1 RESET (Responsive Emotional Transformation pod)
Gambar 6.1 digital interactive pada instalasi RESET
Proyek ini merupakan sebuah instalasi Salone Ufficio tahun 2017, A Joyful Sense at Work oleh UNStudio and Space menghadirkan RESET, sebuah living laboratory tempat di mana ambient intelligence akan mendemonstrasikan metode stress relieve mana yang paling cocok untuk berbagai individu melalui pengalaman para pengunjung. Menyelidiki bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mengurangi tingkat stres secara efektif, dengan fokus pada kebutuhan individu, adalah tujuan utama dari Responsive Emotional
Transformation
pod (RESET), struktur
modular
yang sangat
imersif yang
menampilkan metode pengurangan stres yang telah terbukti secara ilmiah dengan cara yang interaktif.
36
Gambar 6.2 eksterior instalasi RESET
RESET, desain oleh UNstudio dan Scape (The Nederlands). RESET adalaha struktur modular yang sangat imersif yang menampilkan enam metode pengurangan stres yang terbukti secara ilmiah dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Ini dirancang untuk memberdayakan orang untuk menghadapi stres dengan lebih efektif — terutama ditujukan di tempat kerja. Dua protoipe, yang menampung metode pengurangan stres 'Keintiman' dan 'Suara', ditampilkan dalam pameran ini. Pod 'Sound' dibangun di atas prinsip terapi suara, sedangkan pod 'Intimacy' adalah tentang ketenangan yang menginspirasi. Sebelum mengalami pengalaman aktif versus pasif, pengunjung mendaftarkan nama mereka dan dilengkapi dengan sensor otak EMOTIV Insight EEG dan arloji monitor jantung EKG. Setelah sensor membaca, mereka siap untuk digunakan. RESET melayani dua gol. Sejalan dengan diri yang terkuantifikasi (pelacakan mandiri dengan teknologi untuk pengetahuan diri), sensor menginformasikan pod yang pada gilirannya menyesuaikan lingkungan fisiknya dengan status pengguna. Dan menggunakan algoritme khusus, alat ini menghasilkan Reset Indeks, umpan balik yang dipersonalisasi yang merekomendasikan metode penghilang stres yang paling tepat bagi pengunjung Menggunakan desain untuk memberi manfaat bagi kesehatan manusia di berbagai tingkatan adalah salah satu hal terpenting yang dapat disumbangkan oleh arsitektur �, Ben van 37
Berkel dari UnSpace menyimpulkan. “Stres adalah salah satu masalah penting yang perlu kita atasi di tempat kerja saat ini.� 6.2 Monument of Anxiety
Gambar 6.3 Monument of Anxiety
Ide oleh : Moa Liew dan Christel Nisbeth Melalui project ini telah diuji potensi menggabungkan film dan arsitektur, baik secara langsung dan fisik, dan juga dengan menggabungkan dua proses kreatif. Monumen ini dirancang dengan mengadaptasi teori dari filsuf Denmark Soren Kiekegaard tentang kecemasan. Kota padat penduduk yang didominasi dengan stress, menyebabkan orang tidak memiliki waktu dan kedamaian untuk berhenti dan berpikir. Proyek ini menghasilkan terowongan bawah tanah sepanjang 130m, dengan 9 gerbang bundar, berakhir di kawah melingkar besar. Seseorang keluar dari kawah melalui tangga spiral, mengelilingi kawah. Dari tangga, yang terbuat dari logam bergema, lalu tiba di tengah alun-alun Kulotervet. Tujuan dari dibangunnya monument ini ialah unutk menyempurnakan pikiran
38
pengunjung untuk refleksi diri, melalui penggunaan dramaturgi spasial, material, akustik, alat peraga arsitektur, dan gerakan fisik.
Gambar 6.4 ilustrasi sudut pandang pengunjung
Contoh storyboard Bahan : batu granit hitam ; Suara : kehidupan kota. Hingga 4000 orang melintasi Kultorvet per jam. Tidak ada mobil Dramaturgi : klimaks. Dari koridor bundar yang panjang, seseorang memasuki kawah yang melingkar sempurna. Dari bawah (14m di bawah Kulorvet) orang yang hanya bisa melihat langit dan puncak bangunan sekitarnya. Penopang : Penopang yang menuntut. Ukuran kubah saja, dan fakta bahwa pengunjung akan menemukan dirinya berada di bawah adalah pengalaman spasial, psikologis, dan jasmani yang kuat.
39
Gambar 6.5 contoh Prop pada Monument of Anxiety
Props : semua objek mengirimkan informasi, baik berupa pesan ikonik, fisik (menuntut) atau atmosfer. Dengan mengkategorikan elemen arsitektural seperti tangga, rambu, atau bukaan informasi, seseorang dapat lebig mengetahui informasi fisik dan metal yang dikirimkan ruang.
Gambar 6.6 Dramaturgi pada Monument of Anxiety
40
Dramaturgi : salah satu cara untuk memggabungkan representasi dan penciptaan ruang naratif adalah melalui dramaturgi dan storyboard. Penggunaan dramaturgi linier- dalam proyek khusus ini- memungkinkan kita untuk melihat dan merepresentasikan struktur seabagi pengalaman spasial. Anda tidak pernah mengalami arsitektur sebagai objek yang terlepas. Satu ruang selalu menggantikan ruang lainnya.
41
BAB VII KESIMPULAN Dwelling pada zaman sekarang sudah berubah makna. Berhuni sekarang lebih diartikan sebagai cara manusia untuk bertahan hidup. Dalam isu yang proyek ini ambil, maka tujuan dari kehidupan yang paling berarti untuk bertahan hidup adalah untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun dikarenakan situasi dan kondisi di masa sekarang kita dihadapi oleh COVID-19, maka berhuni dan kebahagiaan di masa depan pun dipertanyakan. Pada saat ini, index kebahagiaan pada manusia di seluruh dunia menurun aktibat stres karena pandemi yang terjadi. Stress menurunkan kadar index kebahagiaan di seluruh dunia. Tak luput juga Kota Jakarta. Jakarta adalah ibu kota dari Indonesia, maka dari itu tidak heran apabila penduduknya terbanyak di seluruh provinsi. Karena padat penduduk maka persebaran virus COVID-19 ini lebih cepat disbanding kota-kota lainnya. Salah satu Kawasan yang kasus COVID-19 nya tinggi adalah Kawasan Penjaringan, Jakarta Utara. Kawasan Penjaringan mempunyai karakteristik padat penduduknya dan juga padat struktur kawasannya oleh hunian kecil yang membuat persebaran virus semakin cepat, ditambah dengan miniminya fasilitas kesehatan. Dengan hal ini, tidak memungkiri kesehatan mental warga Penjaringan akan terganggu. Mereka akan mudah cemas, gelisah, takut dan stress. Maka dari itu, arsitektur memberikan usulan proyek ini untuk warga Penjaringan agar dapat beradaptasi dengan situasi sekarang untuk di masa depan. Proyek ini diharapkan dapat mengurangi stres dan meningkatkan index kebahagiaan terlebih pada warga sekitar kawasan dengan program-program yang menarik dan mengutamakan psikologis manusia agar pengertian berhuni di masa depan bisa tercapai.
42
DAFTAR PUSTAKA Agustiananda, Putu & Wibisono, Tony Kunto. Narrative Design. Retrieved from : https://architecture.uii.ac.id/info-and-announcements/studio-perancangan-arsitektur-7/ Algristian, Hafid. 2020. Artikel berita : Ketahui lebih banyak tentang cabin fever, ancaman kesehatan psikologis di tengah pandemi. Retrieved from : http://news.unair.ac.id/en/2020/05/27/know-more-about-cabin-feverpsychological-health-threat-amid-pandemic/ Anonymous. Journal : tinjauan tentang stress. Retrieved from : http://eprints.ums.ac.id/37501/6/BAB%20II.pdf Anonymous. Journal : landasan teori kebutuhan manusia. Retrieved from : http://repo.iaintulungagung.ac.id/9610/5/BAB%20II.pdf Artikel berita : Survei: 64,3% dari 1.522 Orang Cemas & Depresi karena COVID-19. Retrived from : https://tirto.id/survei-643-dari-1522-orang-cemas-depresi-karena-covid-19-fgPG Artikel berita : Corona di Jakarta paling banyak. Retrieved from : https://regional.kontan.co.id/news/corona-dijakarta-paling-banyak-di-pademangan-barat-sunter-agung-penjaringan-dll?page=all Artikel berita : Sebaran Kasus Covid-19 di Jakarta 10 Agustus: Tertinggi di Pademangan Barat, Disusul Lagoa. Retrieved from : https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/10/07041621/sebaran-kasus-covid-19-dijakarta-10-agustus-tertinggi-di-pademangan?page=all Bahagia menurut para ahli. Retrieved from : https://www.scribd.com/doc/172076541/Bahagia-Menurut-ParaAhli Fuad, Muskinul. 2015. Journal : Psikologi kebahagiaan manusia. Retrieved from : https://media.neliti.com/media/publications/145688-ID-psikologi-kebahagiaan-manusia.pdf Fundrika, Bimo Aria. 2020. Artikel berita : Berapa lama orang tahan karantina mandiri, survei ini ungkap faktanya. Retrieved from : https://www.suara.com/health/2020/05/02/052354/berapa-lama-orang-tahankarantina-mandiri-survei-ini-ungkap-faktanya Heidegger, Martin. 1971. Building Dwelling Thinking Henman, T. (2016, October 1). Colourology - How Colour Can Influence your Moods. Retrieved from editorialtoday.com: https://www.streetdirectory.com/etoday/print_article.php?articleId=wffeff Important of leisure and recreation for health. Retrieved from : http://broadcastforfriends.com/importanceleisure-recreation-
43
health/#:~:text=Participating%20in%20leisure%20and%20recreation,may%20feel%20overwhelmed%20by%20o bligations. Kecamatan Penjaringan dalam angka : BPS 2019. Retrieved from : https://jakutkota.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=MzM0YjcyOTNkYWIwZDMwZDZjMDU0Y WVj&xzmn=aHR0cHM6Ly9qYWt1dGtvdGEuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMTkvMDkvMjYv MzM0YjcyOTNkYWIwZDMwZDZjMDU0YWVjL2tlY2FtYXRhbi1wZW5qYXJpbmdhbi1kYWxhbS1hbmdrY S0yMDE5Lmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wOC0xNiAxODoyMjoyNw%3D%3D Kratchmer, Harry. 2020. Artikel : Seorang profesor kebahagiaan menjelaskan cara menangani COVID-19. Retrieved from : https://www.weforum.org/agenda/2020/04/coronavirus-covid19-science-of-wellbeing-yaleadvice/ Lake, David. 2004. Stress: How to Cope with Pressure. Singapore: The Singapore Women’s Weekly Health Series Lisen, Feng, Zhengjiao, Dong.dkk . 2020. Psychological distress in the shadow of the COVID-19 pandemic: Preliminary development of an assessment scale. Psychiatry Res (published online). Retrieved from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7278642/ Norberg-Schulz, Christian. 1985. The Concept of Dwelling: On the Way to Figurative Architecture NS. Kasiati, Ni Wayan Rosmalawati, Kebutuhan Dasar Manusia I. (Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016), hal .4 Rokhidah, Rr, Murtika. Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan. Retrieved from : https://mikrodata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/809 Studi kasus Monument of Anxiety. Retrieved from : https://futurearchitectureplatform.org/projects/f855f8ae-db2e44c1-916e-a5858cd55a36/ Studi kasus : RESET: ADAPTING THE SPACE TO YOUR STRESS LEVEL (SCAPE AND UNSTUDIO AT WORKPLACE 3.0). retrieved from : https://wow-webmagazine.com/reset-adapting-the-space-to-your-stresslevel-scape-and-unstudio-at-workplace-3-0 The World Happiness Report 2020. Retrieved from : https://happinessreport.s3.amazonaws.com/2020/WHR20.pdf Whitely, Paul dkk. 2020. Artikel : Jika kesehatan sama dengan kebahagiaan, apakah virus corona akan membuat dunia menjadi tempat yang tidak bahagia?. Retrieved from : https://theconversation.com/if-healthequals-happiness-will-coronavirus-make-the-world-an-unhappier-place-141465
44