riset awal TGA 8.30 - illona delarosa widjaja

Page 1

RESET AWAL TGA 8.30

Illona delarosa widjaja 315160065


The Future of Dwelling Based on Today Oleh : Illona Delarosa Widjaja / 315160065

Dwelling mempunyai arti hunian/tempat tinggal, kediaman, rumah. Dengan perubahan waktu dari zaman ke zaman, perubahan yang konstan pun terasa dalam bagaimana manusia menyikapi cara mereka berhuni di dalam suatu hunian. Yang saya rasa dan saya amati adalah, kita cenderung hidup dengan segala sesuatu yang instant atau praktis, begitu juga dengan tempat tinggal. Dwelling, untuk manusia sekarang hanyalah sekedar inhabit only, yang artinya manusia sekarang pulang ke rumah hanya untuk istirahat sejenak lalu pergi ke luar dan beraktivitas kembali. Bahkan menurut saya, kata “rumah” itu sekarang bisa menjadi hal yang berbeda definisinya. Menurut Heidegger, aktivitas manusia sebagian besar dilakukan di luar tempat tinggal dan akhirnya menghilangkan definisi utama dari tempat tinggal itu sendiri. Hal ini yang menurut saya memicu pernyataan dari Heidegger yaitu “Dengan demikian, bagaimanapun semua bangunan akan berakhir menjadi hunian”. Karena, semakin lama semakin banyak aktivitas yang manusia dapat lakukan, sehingga semakin instant juga budaya kita. Lalu karena budaya instant ini membuat kita berpikir lebih nyaman apabila tempat kita bekerja ataupun bermain dekat dengan hunian tempat kita tinggal. Sudah terbukti dengan adanya SOHO, yang merupakan tempat tinggal tetapi berfungsi juga sebagai tempat bekerja. Sebenarnya, menurut Heidegger, cara kita menjalani hidup seperti sekarang sudah merubah kita dari subject menjadi object. “Dwelling is never thought of as the basic character of human beings. Since dwelling is a basic characteristic of beings, then modernity has disregarded this characteristic of human beings by forgetting how to be human”1, “the real sense of bauen, namely dwelling, falls into oblivion”2, sebuah arti dari bangunan sudah hilang dan bangunan sekarang hanyalah tempat untuk datang dan pergi. Lalu, bagaimana konsep berhuni kita di masa yang akan datang ? Dunia yang saya liat sekarang sudah sangat dipengaruhi dengan teknologi ditambah dengan budaya instant yang merajarela. Namun dengan adanya pandemic, semua aktivitas manusia yang berada di luar rumah pun terbatasi dan terpaksa untuk melakukan aktivitas seadanya di dalam rumah sebagai protokol kesehatan. Tetapi seiring berjalannya waktu, manusia pun harus beradaptasi dengan keadaan pandemic ini, maka itu diberlakukan ‘new normal’ sebagai budaya baru dalam melakukan aktivitas manusia di luar rumah. Budaya new normal ini mengharuskan kita untuk lebih higenis dan tetap menjaga jarak dengan orang-orang jika bila ruang publik. Namun dengan adanya new normal, tetap lebih baik untuk tetap di dalam rumah terlebih untuk anak kecil dan juga orang tua. Jadi, kemungkinan walaupun diberlakukan budaya new normal, durasi waktu manusia untuk tetap di dalam huniannya akan tetap lebih lama dibandingkan sebelum adanya pandemic. Menurut saya budaya new normal yang diterapkan ini dapat menjadi pemicu adanya perubahan dalam arsitektur, termasuk dalam hunian. Saat saya membayangkan masa depan dengan budaya tersebut, konsep hunian yang terlintas adalah hunian yang canggih, serba higenis, dan yang terpenting adalah factor kenyamanan dalam berhuni. Karena kita akan menghabiskan waktu lebih banyak dalam tempat tinggal, 1. 2.

Heidegger, Martin. Building Dwelling Thinking. p. 146 Heidegger, Martin. Building Dwelling Thinking. p. 147-148


tentu faktor kenyamanan sangat penting. Di rumah dengan aktivitas yang terbatas membuat kita ingin melakukan hobi kita yang tidak bisa dilakukan di luar rumah menjadi mungkin di dalam rumah. Sebagai mahasiswa arsitektur dan sebagai orang yang terkena dampak dari new normal ini, saya membayangkan konsep hunian dengan to remain and to stay in play , artinya kita tetap di rumah namun kita dapat bermain juga terlebih dengan hobi kita agar kita tidak merasa bosan dengan situasi dan keadaan rumah yang monoton. Dengan luas tanah yang mungkin terbatas di masa depan, hunian yang saya imipikan adalah hunian yang mempunyai ruang tidur yang sederhana dengan luas yang seadanya namun ergonomis, diikuti dengan kamar mandi yang serupa. Lalu ruangan lainnya dapat diperluas sesuai dengan hobi atau aktivitas yang kita ingingkan ada di dalam rumah. Misalkan hobi saya yang banyak ini saya pilih yang paling utama, salah satunya adalah memasak dan menonton. Maka ruangan dapur akan lebih luas, dan ruang tamu saya ubah menjadi mini theater. Dan mungkin dengan kemajuan teknologi di masa depan kita dapat memakai teknologi touchless atau automatic disinfectant sprayer sebelum masuk dalam hunian kita. Menurut Heidegger peran arsitek sangat penting dalam hal ini sebagai pembangun dialog antara penghuni dan bangunannya. Sifat alami makhluk hidup dalam dwelling akan hilang jika arsitektur tidak menerjemahkan bahasa untuk menunjukkan kepada manusia keberadaan ia sesungguhnya3, jadi sebagai arsitek harus berpikir tentang bahasa bangunan untuk memahami sifat bangunan, dalam rangka untuk membuat lingkungan yang memperbolehkan manusia untuk memperoleh dan menggunakan komunikasi untuk merasakan sifat dari bangunan itu sendiri.

3.

Heidegger, Martin. Building Dwelling Thinking. p. 146


Ilustrasi 1

Time and Its Power

Pada ilustrasi ini menggambarkan bahwa waktu terbagi menjadi tiga yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Tetapi dalam tiga bagian itu, waktu selalu saling terhubung dan memengaruhi semua hal di dunia, dari budaya, cara berpakaian, cara bersosialisasi, cara untuk bertahan hidup dan lain lain. Semuanya berkembang dan saling memengaruhi. Namun untuk masa depan saya masih menerawang dan memprediksi apa yang akan terjadi. Tetapi untuk memprediksi masa depan yang menjadi pegangan saya dalah apa yang saya lihat dan rasakan saat ini. Karena itulah saya merasa waktu sangat memegang kendali kehidupan kita.


Ilustrasi 2

Dwelling beyond Time

Ilustrasi ini menggambarkan bagaimana waktu ( era ) sangat memengaruhi hidup kita dalam berhuni. Bagaimana konsep ruang, tempat dan konsep hidup kita berubah seiring dengan berjalannya waktu. Dalam perubahan waktu tersebut, manusia harus dapat hidup dan berhuni dalam ruang dan waktu yang telah ada, yang ada dan yang akan ada. Hal ini diperlukan agar makna keberadaan manusia di bumi ini tercapai, yaitu untuk berhuni ( to dwell )


Ilustrasi 3

Get Through

Dalam dwelling kita sudah dipastikan tujuannya yaitu untuk bertahan hidup. Pada ilustrasi ini menggambarkan bagaimana manusia bisa melewati banyak hal dan harus melewatinya dengan beradaptasi, aktualisasi dan juga aksentuasi berdasarkan masa ( waktu ) dan tempat, sehingga bisa mencapai tujuan utama kita dari berhuni atau dwelling, yaitu untuk hidup dan mencapai kehidupan yang diinginkan.


Ilustrasi 4

Shaping Our Life

Ilustrasi ini menjelaskan bahwa dalam berhuni kita dapat menyuarakan dan mengontrol apa yang kita inginkan ( desire ) untuk hidup walaupun kita tidak dapat mengontrol waktu. Tetapi untuk mengontrol itu kita memerlukan kategori dan juga klasifikasi. Dalam berhuni yang dimaksud dengan yang terkontrol adalah tempat kita berhuni ( dwelling ). Mengontrol dalam artian building . To build is to dwell. Jadi saya berpikir bahwa kita harus dapat memahami bagaimana ‘to build’ yang sesuai pada waktu dan tempat tertentu untuk mencapai dwelling .


Ilustrasi 5

Lost or Found Pada ilustrasi ini menggambarkan kita manusia yang dapat berhuni di mana saja dan kapan saja. Namun semuanya terhubung dalam benang yang kasat mata maupun tidak kasat mata dari segi tempat, ruang, waktu, lingkungan, budaya, sosial dan lain-lain, semuanya terikat agar kita dapat memenuhi makna berhuni. Berhuni di sini lebih terhadap perasaan di mana seseorang sudah merasa hidup dalam suatu tempat maupun kondisi. Jadi untuk berhuni kita bukan saja menempatkan tempat itu, tetapi hidup dengan tempat itu.


Ilustrasi 6

The Landing of Our . . . Saat kita memikirkan sebuah masa depan, itu adalah masa di mana waktu tidak terbatas ( infinity ). Bila kita harus memprediksikan masa depan, berarti itu adalah sebuah hal yang belum pasti namun harus melihat dan berlandaskan oleh masa sekarang dan juga masa lampau. Dalam ilustrasi saya menggambarkan pesawat sebagai tempat untuk berhuni karena pesawat dapat mengantar kita sampai ‘tujuan’ , dalam artian kita to dwell harus mencapai tujuan dan makna hidup dengan langit sebagai ‘batasan’ .


Ilustrasi 7

What if ? Dalam ilustrasi ini saya menggambarkan bayangan atau bangunan polos berwarna putih di tengah-tengah kondisi kota yang ramai dengan kendaraan namun sedikit orang yang berlalulalang. Sebagai artian bahwa saya sebagai mahasiswa arsitektur masih harus mencari makna dan isi dari sebuah kata ‘dwelling’ dan mempertanyakan banyak hal untuk mencapai pengertian yang maksimal.


ANALISIS-SINTESIS ISU HOW TO GET LEISURE IN DWELLING BY THE FUTURE BASED ON TODAY? Akhir-akhir ini dunia digonjang-ganjingkan oleh sebuah virus beranama covid-19 yang sudah ditetapkan oleh badan kesehatan dunia atau WHO ( World Health Organization ) dalam level pandemi. Pandemi covid-19 telah mengubah dunia di luar pintu rumah kita menjadi hutan belantara yang baru terbentuk. Dengan segala kebijakan new normal covid-19 dan safety protocol yang telah dibuat, maka terbentuklah suatu kebudayaan baru yang membentuk aktivitas baru pada hidup manusia1. Yang dipertanyakan adalah, apakah new normal covid 19 akan tetap berlaku atau apakah new normal covid 19 tidak akan berlaku lagi di masa depan yang akan datang ? Seperti yang ditulis oleh salah satu artikel tentang ‘gangguan yang dibawa oleh covid-19’ di Life As We Know It, “Sangat menggoda untuk bertanya-tanya kapan hal akan kembali normal, tetapi kenyataannya adalah mereka tidak akan - bukan yang lama lagi.”2 , yang dimaksud di sini ialah suatu budaya yang sudah berubah akan sulit untuk kembali ke kebudayaan semula. Mungkin beberapa aktivitas dapat dijalani kembali tetapi tidak memungkiri banyak juga aktivitas manusia yang tidak dapat dilakukan. Aktivitas manusia yang terbatas adalah aktivitas yang melibatkan banyak orang atau massa, seperti tempat rekreasi, taman bermain, stadion, tempat ibadah masal, pusat kebugaran, bioskop, dan tempat-tempat lain yang mengandung unsur ruang publik dan berfungsi untuk leisure. Karena yang kita sudah ketahui dan alami sendiri, banyak pula ruang publik yang masih tergolong aman untuk didatangi seperti pasar swalayan, dan bahkan sekarang mall-mall sudah berfungsi kembali walaupun dengan safety protocol yang harus diterapkan. Tetapi ruang publik sekarang adalah area yang harus dijelajahi dengan hemat, kecuali oleh pekerja penting, jadi bagi sebagian besar dari kita, dunia kita menyusut menjadi seukuran rumah kita. Dan walaupun fasilitas publik sudah dibuka, masih banyak orang yang belum berani untuk keluar. Ini adalah batas yang tak kasat mata, batasan yang dibuat oleh manusia sendiri dan untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang terdekatnya. Hal ini membuat suatu pergejolakan dalam hati dan pikiran manusia dan dapat menurunkan kesehatan mental manusia yang disebabkan oleh overthinking . Selama pandemi covid-19, individu yang melaporkan tingkat kesepian yang tinggi, kekhawatiran terkait pandemi, dan toleransi yang rendah terhadap tekanan lebih besar kemungkinannya memiliki tingkat depresi klinis yang tinggi, menurut hasil yang dipublikasikan dalam Psychiatry Research 3 .Tercatat semenjak terjadinya lockdown dan new normal covid-19, sebanyak lebih dari 1000% peningkatan pada bulan April 2020 terhadap banyaknya panggilan hotline darurat untuk orang-orang yang sedang dalam kesulitan emosional dibandingkan dengan bulan April tahun 20194 di Amerika Serikat. Pandemi ini telah menimbulkan perasaan yang ‘tidak enak’ atau ‘tidak nyaman’ yang dapat memperburuk penyakit mental dan menyebabkan masalah kesehatan mental lebih lanjut pada manusia5 . Dari fakta tersebut menunjukkan bahwa bukan hanya kesehatan fisik yang menurun pada era pandemi ini, namun kesehatan mental pada manusia kerap menurun karena hidup dalam situasi serba terbatas dalam new normal covid-19. Kesehatan mental adalah bagian penting dari kesehatan manusia secara keseluruhan dan dapat memengaruhi kesejahteraan fisik manusia. Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang6. Dampak besar dalam kasus ini ialah pandemic oleh virus covid-19 yang menyebabkan manusia harus hidup dalam ‘normal’ yang baru.


Dalam rangka pemulihan dari depresi atau stress yang dialami, pada biasanya dianjurkan untuk istirahat yang baik dan juga meluangkan waktu untuk bermain atau berekreasi ( leisure ). Berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi dan rekreasi dapat membantu manusia untuk mengelola stres dengan lebih baik dan mengurangi depresi. Faktor kenyamanan memberi kesempatan manusia untuk menemukan keseimbangan dalam hidup7. Kegiatan rekreasi lebih dari sekadar membunuh waktu luang. Mereka memiliki dampak positif pada kesehatan fisik dan mental manusia. Bagi banyak orang rekreasi seperti fatamorgana, kita dapat melihatnya jauh sekali, tetapi kita tidak dapat mencapainya. Kamus Oxford mendefinisikan waktu luang sebagai “waktu ketika seseorang tidak bekerja atau sibuk; waktu senggang” dan “penggunaan waktu senggang untuk kesenangan”. Tujuan dari rekreasi adalah untuk menjadi pelarian dari pekerjaan dan kekhawatiran pribadi, adalah waktu yang diambil untuk diri sendiri, dan sebuah suntikkan positif untuk mengalihkan pikiran dari masalah. “Mereka yang memutuskan untuk menggunakan waktu senggang sebagai sarana perkembangan mental, yang menyukai musik yang bagus, buku bagus, gambar yang bagus, drama yang bagus, teman yang baik, percakapan yang baik - apa itu? Mereka adalah orang-orang paling bahagia di dunia. ” - William Lyon Phelps8. Maka dari itu, bila kita berbicara dwelling in the future based on today , saya merasa ada baiknya kita memikirkan isu psikis pada manusia yang menurun akibat keadaan new normal covid-19 , bukan hanya kesehatan fisik saja yang diperhatikan. Kata ‘masa depan’ adalah sesuatu yang harus kita prediksi, dan lebih baik bila kita melihat kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Bagaimana berhuni di masa depan dengan keadaan sekarang ( hari ini ) ? Bagaimana kita merancang tempat berhuni yang tidak menimbulkan rasa depresi atau bahkan dapat mengurangi rasa depresi yang sudah ada ?

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

New Normal, Momentum Transformasi Sosial Budaya ( https://ugm.ac.id/id/berita/19479-new-normal-momentum-transformasisosial-budaya ) Why It Will be So Hard to Return to Normal ( https://www.bbc.com/future/article/20200424-why-it-will-be-so-hard-to-return-tonormal ) Loneliness, Distress Tolerance Play Key Roles in Depression During COVID-19 Pandemic ( https://www.psychiatryadvisor.com/home/depression-advisor/loneliness-distress-tolerance-depression-covid19/ ) Pandemi Virus Corona Mendorong Amerika ke Dalam Krisis Kesehatan Mental ( https://www.washingtonpost.com/health/2020/05/04/mental-health-coronavirus/ ) A Mental Health Pandemic: The Second Wave of COVID-19 ( https://www.psychiatrictimes.com/view/a-mental-health-pandemicthe-second-wave-of-covid-19 ) Pengertian kesehatan mental ( https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental ) Kenyamanan menurunkan stress dan depresi ( http://broadcastforfriends.com/importance-leisure-recreationhealth/#:~:text=Participating%20in%20leisure%20and%20recreation,may%20feel%20overwhelmed%20by%20obligations. ) The Importance of Making Time for Leisure ( https://medium.com/live-your-life-on-purpose/the-importance-of-making-time-forleisure-33d6cf3788e0 )


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.