antologi Rangkaian bait-bait yang tersebar, akhirnya dikumpulkan
selamat datang; di kepala saya yang kadang sibuk, kadang tidak
Antologi (Kedua) Dalam relung yang paling temaram, ia duduk bersila Menunggu bukan siapa-siapa Hanya ingin menikmati seserpih sisa-sisa embun dari Bandung yang akan segera ditinggalkan Sialnya, ia sangat tahu Bahwa ia tidak akan pernah bisa pergi Selalu ada sebait frasa yang tertinggal Agar ia selalu bisa pulang kembali Bandung // November 2018
Selasar tempat kita meruang Dan menanggalkan apa-apa yang tidak sepatutnya dibawa Luka, rindu, tangis Untuk ditukar dengan hal-hal lain — pemantik endorfin Ini bukan pemaksaan, melainkan hanya sekadar pengingat Bahwa tidak ada yang salah dengan memalsukan kebahagiaan Bandung // November 2018
Lagu sendu itu selalu terputar di malam pukul 23.00 Menemaninya, ambiguitas berkunjung secara berkala Ketakutan akan masa depan menjadi teman setia Tidak lupa, teman yang telah lama tidak hadir kembali datang Perkenalkan, namanya “sepi” Bandung // November 2018
Konstelasi Picisan yang meregang. Ia tenggelam dalam luapan konstelasi memori, pada malam-malam panjang ketika doa yang dipanjatkannya selalu sama. “Sampai bertemu — bukan, maksudku, semoga bertemu — di mimpi.” Jakarta // Agutus 2018
Gerimis selalu mengingatkanku akan hal-hal yang dibuyarkan waktu. Mimpi masa kecil yang memudar, serta titik-titik harapan yang bergulir jatuh bersama tiap tetes air. “Tenang, sebentar lagi akan reda.” Jakarta // Agustus 2018
Ia Adalah Hujan Adalah ia yang selalu ada. Menemani dalam diam sembari kamu berjalan di atas bumi, mencari terang yang kau dambakan sedari lama. Adalah ia yang tidak pernah letih. Menjawab gundahmu dengan tawa renyah dan senyum menenangkan. Luapan emosi fana yang tumpah, ditepis dengan ringan tanpa beban. Adalah ia yang mewarnai segalanya. Dengan cat warna-warni bernama pelajaran dan kenangan, ia menciptakan apa yang seharusnya dirasakan semua manusia, termasuk kamu. Kebahagiaan. Akan tetapi; Adalah ia yang sudah lupa. Perlahan memudar, hilang. Bersamaan dengan terjatuhnya ia ke tanah, kamu semakin sadar bahwa apapun yang terjadi, semua tidak akan sama. Ia adalah hujan, akan reda pada akhirnya. Bandung // Februari 2018
Antologi (1) Pertemuan; Perpisahan; Kebahagiaan; Kesedihan; Seluruhnya hilang timbul Tidak pasti Relatif Kita (2) Katanya, engkau ingin pulang “Ke mana?” tanyaku “Rumah yang masih kucari” Bandung // Mei 2018
Jarak
Ada ruang antara mimpi dan realita Dan kita melengang di dalamnya Saling berdialog tanpa kata Diam, bahkan debu yang jatuh pun lebih ribut Pikiran saling berkecamuk Mengamuk, meraung Merah senja mewarnai jendela Secercah cahaya jatuh di sudut ruang Membuatnya kadang terang, kadang gelap Relativitas Jarak itu pun Berdenyut menjauh mendekat Tak mau diam Dalam sunyi yang abadi Depok // 31 Maret 2018
Indah Mega Ashari
@imegaasha writings : medium.com/imegaasha