Edisi Perdana bag. II

Page 1

FASHION

12

RADAR JOGJA

Selasa Wage 17 Maret 2009

Nita Azhar Gabungkan Nuansa Melayu, Jawa, dan India

Eksotika Swarna Java Dwipa Danang Bintoro Jurusan Advertising Fisip UAJY angkatan 2006

Preppy Chic BUSANA ini adalah salah satu variasi bagi busana kerja. Mengikuti mode high waist yang sedang happening saat ini, busana two pieces ini menggunakan dua warna dasar yakni hitam dan putih. itam dan putih tidak pernah gagal menampilkan kesan formal. Karena itu, dua warna ini merupakan favorit bagi busana kerja. Kenyamanan menjadi unsur penting dalam busana kerja. Atasan dibuat dari bahan katun seratus persen. Warnanya putih dengan sedikit aksen coklat di sekeliling baju. Tambahan garis coklat ini menjadikan blus putih berpotongan model V ini terlihat berbeda. Blus ini dipadankan dengan rok high waist berwarna gelap. Hitam adalah salah satu alternatif warna terbaik karena gampang dipadu padan. Ciri khas high waist ini adalah membentuk pinggang pemakai. Dengan rok berpinggang tinggi ini, pemakai jadi terlihat chic dan ramping. Stocking adalah aksesori tambahan yang melengkapi kecantikan busana ini. Gunakan stocking warna abu-abu agar tampilan lebih berwarna. (luf)

BERAGAM: Nita Azhar memilih warna-warna cerah seperti oranye, ungu, dan toska dalam busana rancangan terbarunya. Sekitar 30 busana rancangan Nita akan ditampilkan dalam fashion show di Kinabalu, Malaysia, 29 Maret mendatang.

TIDAK hanya eksis di dalam negeri, desainer Jogja Nita Azhar dukses unjuk kemampuan di luar negeri. Kali ini, giliran Kinabalu, Malaysia, yang akan menjadi tempat Nita menampilkan karya terbarunya. Pementasan tunggal Nita di Kinabalu ini diberi label Swarna Java Dwipa. Arti harfiahnya, surga pulau Jawa. Total, Nita akan membawa 30 hasil rancangannya. Lima di antaranya dipersiapkan untuk dilelang. Swarna Java Dwipa menggabungkan tiga budaya, yakni Jawa, Melayu, dan India. Budaya melayu kuat terpancar dari kebaya yang bersiluet Melayu. Siluet Melayu yang khas itu tampil semakin cantik dengan bordir mewah yang luks. Warna-warna melayu adalah warna-warna cerah yang menggambarkan optimisme. Karena itu, penggunaan warna yang cerah selalu terdapat dalam tiap busana Melayu. Meski menggunakan warna-warna cerah seperti oranye, ungu dan toska, kesantunan budaya melayu masih terjaga. Budaya Jawa ditampilkan lewat kain batik yang dipakai sebagai paduan kebaya. “Saya orang Jawa dan batik ini sangat mewakili budaya Jawa. Karena itu, saya sandingkan dengan siluet Melayu dalam karya saya,” tutur Nita saat menggelar peragaan “mini” sebelum berangkat ke Kinabalu, 26 Maret mendatang. Budaya India ditampilkan lewat benang emas yang khas melekat pada kain sari. Budaya India dipilih mengingat dinilai cukup dekat dengan budaya Melayu. Karena itu, perpaduan itu bisa menimbulkan kecantikan tak biasa dari kebaya Melayu. “Warna emasnya menambah cantik kebaya melayu. India meskipun secara geografis tidak berada di dekat kita, tetapi sangat dekat secara kultur. Etnis India hidup di Indonesia dan Malaysia,” tambah Nita. Nita mengadakan peragaan busana di Kinabalu atas undangan Pemerintah Ddaerah Kinabalu. Fashion show itu dijadwalkan berlangsung 29 Maret mendatang. Selain Nita, tampil pula seorang desainer Malaysia. (luf) FOTO-FOTO: M SYUKRON/RADAR JOGJA

Meluncur dengan Skateboard ASYIK banget rasanya kalo bisa meluncur di jalanan pake papan beroda. Rasanya ngiri ngeliat sekumpulan anak muda yang nongkrong di sekitaran kampus Perikanan UGM petang itu. Mereka bisa lalulalang seenaknya pake papan beroda yang dikenal sebagai skateboard. Sambil meluncur, mereka sibuk beratraksi di atas papan itu sambil gurai canda. Yup benar, mereka adalah komunitas skateboard “Gedung Pusat UGM”. Sebenernya sih mereka ini udah lama kebentuknya, yaitu sejak tahun 1992. Komunitas ini tergolong komunitas skate yang paling uzur di Jogja. Awalnya mereka yang sama-sama punya hobi skate demen ngumpul di depan Gedung Rektorat UGM. Belakangan, mereka boyongan ke samping barat kampus Perikanan UGM. Nggak lupa seabrek peralatan mereka juga ikutan diusung. Karena peralatan itu mereka punya dari hasil ngumpulin duit dari kocek mereka sendiri. Iiii waow… mereka suka nabung guys…! “Komunitas skate di Jogja sangat berkembang, buktinya udah banyak komunitas-komunitas

skate kayak di sini, seperti di depan kampus STTA juga ada, di bawah fly-over Janti juga nggak kalah rame, daerah Jambusari juga demikian. Dan masih banyak lagi, sampe aku nggak apal,” ujar Muhammad Krista, mahasiswa Komunikasi UPN yang sayang banget ama skateboardnya. Nyampenyampe tidurpun dikelonin kali, he..he..he... Dia juga bilang, skateboard itu kegiatan positif. ‘’Wah, positif banget buat anak muda yang pengen ngembangin bakat. Selain itu, juga ada prestasi yang bisa dibanggain dari komunitas skateboard lho. Karena skater Indonesia bisa meraih predikat juara pertama dan ketiga saat ASEAN X Indoor Games di Macau, Hongkong. Sayang, prestasi mereka kurang terekspos media, sehingga pemerintah kurang ngeh,” tambah Krista pas ditanya pendapatnya soal skate di Indonesia. Petang itu Tim Indikasi juga sempat disuguhi atraksi jumpalitan. Tapi sesekali juga ada pemandangan yang menggelikan, eh…ternyata mereka bisa jatuh juga. Emang, katanya resiko kecelakaan pas latian adalah

sesuatu yang udah biasa banget. Cedera engkel, keseleo, sampe ada juga yang patah tulang! beuh ngeri banget… “Cedera-cedera kayak gitu emang udah jadi resiko, tapi itu bukan halangan untuk tetep latian dan berkreasi positif,“ kata Matahari Asysyakuur, anggota skate Gedung Pusat UGM yang juga mahasiswa Komunikasi UGM. Matahari yang udang nongkrong di komunitas ini sejak tiga taun lalu itu juga berpendapat kalo udah banyak peminat olahraga skate di Indonesia. Tapi ya itu tadi, lagi-lagi pemerintah kurang gaul, kurang peka gitu sama olahraga yang punya gaya atraksi yang disebut ollie, flip, grind, slide, grab dan manual ini. “Jadi harapkan kami para anggota komunitas skate saat ini ya cuma satu, peran serta pemerintah. Masak kalah sama pemerintah di Kalimantan yang udah mau ngedukung skate. Sederhana saja, yaitu cukup dengan menyediakan fasilitas latian,” harap Krista. Oh iya, for your info aja nih, Skateboarding Day itu juga ada lho. Yaitu diperingati di seluruh dunia tiap tanggal 21 Juni. Maka kalian yang punya hobi skate tapi bingung nyalurinnya, datang aja, ke samping barat kampus Perikanan UGM! (per)

RESTY ARMENIA/INDIKASI

ATRAKSI: Mereka asyik berlalulalang pake papan beroda.

BERTANI DAB: Tommy ngerasain jadi petani dan foto bareng ‘’ortu’’ dadakannya (bawah).

TOMMY FOR RADAR JOGJA

SMA KOLESE DE BRITTO

Enjoy di Presidium, Ngerasain Asyiknya Live In MAYORITAS sekolah punya organisasi yang seragam untuk kepentingan kesiswaan, yaitu organisasi yang namanya OSIS. Tapi kalo kalian nanyak itu ke anak-anak De Britto – SMA Kolese John De Britto, mereka bakal langsung geleng kepala. Karena di sekolah yang cuma dihuni para pejantan yang rata-rata berambut gondrong itu nggak kenal yang namanya OSIS. Mereka hanya kenal yang namanya Presidium yang personelnya cuma ada tujuh sampai sembilan orang. Tapi jangan salah, mereka itu nggak punya jabatan resmi loh. “Kita tetap ada koordinator, tapi buat jabatan khusus nggak ada. Soalnya, semua sama rata di sini,” jelas George, salah satu Presidium. Menurut George, kinerja Presidium lebih efisien daripada OSIS. Alasannya, OSIS punya anggota sampai puluhan orang yang dibagi-bagi sesuai bidangnya. Sehingga, kalau ada kegiatan hanya sekbid tertentu yang dibuat repot. Itu salah satu kelebihan sekaligus keunikan sekolah yang ada di Jalan Laksda Adisutjipto ini. Tapi masih ada keunikan dan kelebihan lain yang sempat diintip oleh Tim Indikasi yaitu mereka mengenal program yang namanya Live In.

Program wajib tahunan buat siswa kelas XI ini asyik banget. Program ini semacam tinggal di sebuah keluarga sederhana di desa. Mereka nggak hanya tinggal dan numpang hidup di rumah itu, tapi juga beraktivitas layaknya anggota keluarga itu. Tommy, salah satu siswa JeBe -- begitu sebutan akrab sekolah ini – merasa program Live In bisa membina mental anak sekaligus bisa merasakan langsung kehidupan desa yang nggak kalah serunya dengan di kota. “Teknisnya, tiap rumah diisi dua siswa JeBe. Tiap hari kami ikut kerja membantu ‘’orang tua’’ kami sesuai pekerjaannya,” jelas Tommy yang ikut menggarap kebun kacang ketika Live In

di Wonosari. Lain dengan Tommy, Alvin yang kebagian Live In di Wonogiri, tepatnya di Desa Jepurun Kidul. “Di sana (Jepurun,Red) aku tinggal di rumah Mak Sabarti yang kebetulan ketua RT. Pekerjaan sehari-harinya bertani buah caping,” tutur Alvin yang kini duduk di kelas XI. Kegiatan yang biasa diadain bulan Januari ini membawa banyak manfaat bagi Alvin. “Buat aku, ini bisa nunjukin ke kita kalau ada orang-orang yang hidup sederhana dan kerja keras di desa. Yang aku dapat di situ dan aku bawa sampai sekarang ada dua. Pertama, hidup hemat dan kedua keramahan,” terang cowok berkacamata ini. (gun/eza)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.