Indikasi Koran Skul (Padmanaba)

Page 1

24

RADAR JOGJA

indikasi

padmanaba

E D A I P ? OLIM masihkah

U’ ANAK ‘CUP N A K A T O BERANGG

LIPUTAN

O

&

OSIS GATHERING OPEN HOUSE OSIS SMA N 3 Yogyakarta ngadain sebuah acara yang berna-ma OSIS GATHERING Acara ini bertujuan untuk saling ngakrabin antarsekolah, menjalin kerjasama antarsekolah, dan sebagai sarana ko-munikasi dan bertukar pikiran da-lam bikin event. Acara yang bertema “Mari Berkreasi dengan Event Remaja” ini berlangsung tiga hari, tanggal 11, 17, dan 18 April 2009 yang berisi Open House oleh Pe-ngurus Harian SMA N 3 Yogyakarta dan dilanjutin seminar dan diskusi seluk beluk event. Open House diisi oleh perkenalan OSIS SMA N 3 Yogyakarta dan seluk beluk eventnya dilanjutkan sharing dari beberapa SMA, yaitu SMAN 2, SMAN 5, SMAN 6, SMAN 7, SMAN 9,dan SMAN 11. Keenam sekolah itu menyebutin event-event apa aja yang dilaksanain, jadwal event, dan beberapa ham-batan, yaitu pendanaan, birokrasi sekolah, dan publikasi. Hambatan-hambatan tadi bakal dibahas pada pertemuan selanjutnya. Hari kedua, tanggal 17 April, acara seminar dan diskusi di-

isi oleh narasumber dari My Pro Pro-duction yang sudah berpengalaman ngelola event-event besar sekaliber nasional. Peserta yang hadir adalah dari SMA N 1, SMA N 2, SMA N 5, SMA N 6, SMA N 7, SMA N 8, SMA N 9, dan SMA N 11. Narasumber ngejelasin dari awal pembentukan kepanitiaan sampai eksekusi hari H. Narasumber juga nyebutin empat proses dalam bikin event, yaitu pro-posal, mar-keting, produksi, dan eksekusi. Hal yang paling ditekanin adalah tujuan acara itu harus jelas dan saling menguntungkan antara pihak pembuat dengan pihak spon-sorship. Hari ke-tiga diisi oleh narasumber dari Da-mai Production yang berdiskusi dalam bentuk sha-ring masalah yang di-kemukain di Open House. “Ya dengan acara ini, kita bisa tau gi-mana cara buat event yang melatih kepemimpinan dalam sebuah ke-organi-sasian,” menurut Ifada Fa-uzia, penggagas OSIS GA-THERING. (knrk)

Kandrika Fadhlan P.

limpiade. Hmm... Apa sih yang biasanya langsung muncul di benak kita setelah mendengar kata itu? Soalsoal sulit, belajar dan belajar, seram, atau mimpi buruk kah? Dan pandangan apa yang biasanya muncul ketika melihat anak-anak jenjang SMA yang tergabung dalam tim olimpiade? Kacamata, kutu buku, pintar, nerd, atau cupukah?

Kayaknya pandangan-pandangan seperti itu nggak pantas melekat pada anak-anak yang tergabung Olimpiade. Duh, hari gini masih ada anggapan bahwa anak olimpiade seperti itu? Dah nggak jaman kalee! Ajeng, salah satu siswa SMA mengatakan, “Masa SMA itu, masa paling indah buat hang out bareng ma temen, nonton di bioskop, jajan sana sini. Kalau

masalah Olimpiade, pelajaran di kelas aja susah ngikutin. Apalagi harus ditinggal pembinaan tiap hari. Hehehe…” “Menurutku anak olim itu nggak cupu. Mereka malah lebih update daripada kita. Cuma capnya aja yang cupu. Tapi aku nggak tau kenapa bisa kaya gini. Dari dulu kesannya emang gitu sih.” kata Nina, salah seorang siswa SMA di Jogja yang juga mengungkapkan tanggapannya

LAPORAN mengenai olimpiade. Ya, memang, olimpiade agaknya terkesan sangat dekat dengan keharusan untuk bertatap muka de-ngan bukubuku nan tebal demi menjadi seorang jawara. Padahal biasanya hal semacam itu dijauhi oleh anak SMA yang sedang menikmati indahnya puber ke arah pendewasaan. Tetapi tak dapat di-sangkal pula jika banyak diantara temanteman ki-ta yang memilih olimpi-ade sebagai kesenangan tersendiri . “Olim itu bu-kan beban. Tetapi se-buah tantangan. Lagi-pula walau aku harus mempersiapkan diri ikut olim, aku juga masih bisa ikutan seneng-seneng bareng tementemen kok,” ungkap Nindi, salah satu siswa SMA N 3 Yogyakarta yang aktif ikut dalam ajang olim-piade sejak SMP. Jangan salah sangka juga. Ajang olimpiade tidak selalu harus duduk di bangku berjamjam untuk mengerjakan soalsoal. Contohnya Olimpiade Olahraga. Siswa yang jago berolahraga kini bisa mengikuti olimpiade yang cocok dengan bidangnya. Berikut ini ungkapan dari Alfedo, salah satu siswa SMA 3 yang mengikuti Olimimpiade Olahraga, yang kini telah diterima sebagai mahasiswa di UGM, “Ikut olimpiade olahraga itu banyak manfaatnya, selain tubuh kita

tetap sehat, poin yang kita dapat kalau jadi juara olimpiade juga bisa kita manfaatkan jika lulus SMA nanti. Kan sekarang cukup banyak perguruan tinggi yang menawarkan ujian masuk melalui penulusuran bakat olahraga dan seni atau istilahnya PBOS.” Nah, coba sekarang kita lihat kembali. Tak sedikit lho ter-nyata anak-anak olimpiade yang eksis di berbagai organisasi di sekolah. Contohnya saja, Rio, siswa SMA N 3 Yogyakarta. Selain berhasil menyabet medali emas kejuaraan olimpiade kebumian tingkat nasional, dia juga sangat aktif di OSIS Padmanaba. Dan tak tanggung-tanggung, dia adalah ketua I dari organisasi tertinggi di sekolah tersebut. So, kini olimpiade bukan hanya wadah bagi orang-orang yang kuper dan pintar saja. Jika ada kemauan, bahkan siswa yang eksis dalam organisasi sekolah pun juga bisa kok mengikuti olimpiade. Jangan karena gengsi semata, keinginan untuk join di ajang seperti ini jadi terkurung. Tepislah anggapan-anggapan seperti itu dan buktikan bahwa kita bisa. Raisatun Nisa S. Gardyas B. Adninda

SCHOOL REVIEW

KESEIMBANGAN KEDUANYA Melihat

beberapa teman yang juga masih menduduki bangku Sekolah Menengah Atas, semakin meyakinkan kami bahwa pendidikan memang harus secara lengkap dimilki oleh setiap siswa. Baik pendidikan akademis maupun yang nonakademis. Istilah pendidikan akademis dan nonakademis sudah pasti diketahui semua. Justru yang asing dijumpai adalah prakteknya dalam kehidupan sekolah sehari-hari, tapi tidak di sekolah kami, SMA Negeri 3Yogyakarta. Beberapa pihak meragukan sekolah kami sebagai sekolah terbaik di daerah Yogyakarta. Mungkin kesimpulan

Jumat Pon 15 Mei 2009

semacam itu muncul karena kesan kami yang dinamis dan justru terlibat banyak pada eventevent nonakademis baik sebagai partisipan maupun pihak penyelenggara. Bagi kami itu bukan suatu kemungkinan lagi, memang benar adanya bahwa kultur sekolah kami sangat di-namis. Yang dimaksudkan de-ngan dinamis tersebut adalah setiap siswa memiliki kesem-patan yang sama untuk mengembangkan diri lewat berbagai kegiatan. Ada berbagai ragam ekskul dan kegiatannya yang dirancang untuk memaksimalkan potensi seni, olahraga, sampai iptek. Dari komunitas-komunitas

ekskul itulah kemudian muncul ber-bagai ide “berbuat banyak untuk masyarakat luas.” Sebut saja acara donor darah, pengobatan gratis yang diselenggarakan oleh teman-teman junior rescue club. Lomba mendongeng, membaca puisi oleh Progresif, majalah sekolah. Tabligh Akbar oleh komunitas muslim. Kompetisi debat bahasa inggris. Lomba Baris berbaris. Pentas Seni Komunitas Padmanaba, PSIKOPAD! yang diselenggarakan oleh teman-teman komunitas musik SMA Negeri 3, Padmanaba Funbike, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang memang diakomodir murni oleh siswa. Poin yang ingin kami tekankan

dari wacana di atas adalah manfaat dari kegiatan-kegiatan tersebut. Manfaat dari kegiatan yang selama ini oleh banyak pihak dianggap tidak berguna dan dinilai cuma bikin capek aja. Bagi kami, justru sebuah pengalaman yang sangat edukatif yang kami dapat. Bagaimana kami dituntut untuk selalu kreatif, mampu bekerja sama dengan orang lain, berorganisasi, berani berpendapat dan menyampaikannya di depan publik, kepekaan untuk berbagi dan berbuat untuk masyarakat luas dan hal-hal lain yang sifatnya praktikal yang tidak diajarkan oleh bapak ibu guru di kelaskelas lah yang kami dapat. Karena tidak adanya pendidikan

secara khusus inilah, peran dan dukungan sekolah, bapak ibu guru, juga orang tua siswa sangat penting sekali. Sedikit gambaran ini semoga bisa membuka pikiran masyarakat, pihak sekolah, orang tua, dan siswa sendiri agar semakin sadar akan nilai pendidikan yang mencangkup tidak hanya pendidikan akademis, tapi juga non akademis, dan pentingnya keseimbangan di antara keduanya. Agar tercipta siswa siswi yang tidak hanya pintar namun juga cerdas secara emosi, untuk memenuhi persaingan di masa yang akan datang. Zahra Zafira

JUNIOR HIGH SCHOOL EVENT ORGANIZER “..event = belajar..” Vina Yuliana

WHAT THEY

SAID

Membuat dan mengoordinir

( Ketua Pengobatan Gratis Karya CintaAnak Bangsa 2008 ) Ikut panitia event itu sama dengan pembelajaran tentang cara menghadapi orang, selain itu juga bisa mengeratkan persaudaraan dengan teman satu kepanitiaan.

sebuah event bisa dibilang udah jadi sampingan bagi pasra siswa SMA pada umumnya. Bahkan dibeberapa sekolah, suatu event bisa menjadi tradisi yang diturunkan dari angkatan sebelumnya, contohnya saja di SMA N 3 Yogyakarta. Mau tahu gimana asiknya join di sebuah event? These what they said !

“..nambah temen..” Hari Sudana ( Ketua Donor Darah Harmoni Cinta 2009 ) Hmm. Yang pasti bisa nambah temen. Nah dari temen tersebut lah kita bisa dapet efek lain. Misalnya wawasan jadi tambah luas, tahu banyak karakter orang, dan nambah pede dan ability dalam public speaking. Nah, jangan lupa datang di event Donor Darah kita ya! 21 Juni 2009 @ SMA N 3 Jogja !

“..ga bosen sekolah..” Alvioneta Diass ( Co. K r e a t i f P S I K O PA D ! # 4 SUPERNOVA) Enaknya tuh, kita bisa nambah kenalan dan pengalaman. Juga bisa buat kita nggak bosen ma sekolah. Jadi buat selingan gitu setelah belajar di kelas. Tanggal 23 Mei di Kridosono ada THE S.I.G.I.T dan Efek Rumah Kaca di PSIKOPAD!#4, datang ya!!!(NJ)

OPINI dan juga Pak Har-fan, menjadi contoh sempurna untuk ungkapan itu. Tak hanya menjadi sosok yang pantas menyandang arti guru sebenarnya, namun kesediaan untuk rela mengajar anak-anak miskin dan hanya mendapat gaji Rp 1.300,00 – Rp 3.000,00 per bulan. Itu pun masih harus dia tambah dengan menerima jahitan sampai malah hari. Saat waktu mulai berjalan maju, banyak hal berubah dan hal baru terjadi. Para pembaca Laskar Pelangi mungkin banyak yang tergelitik hatinya; tergelitik karena membandingkan dunia sekolah modern dengan cerita Andrea Hirata. Banyak sekolah sekarang tak ubahnya menjadi tempat yang mungkin sudah jauh berbeda dari inti cerita Laskar Pelangi, juga karena cerita persahabatan dan harapan di dalamnya. Mungkin tak hanya tergelitik karena itu, tapi juga karena membayangkan apakah gu-ru seperti Ibu Mus masih benar-be-nar perlu diteladani sekarang ini. Guru adalah pahlawan tandoc:www. kaskus.com

inspirasi : salah satu adegan di film laskar pelangi

IBU GURU MUSLIMAH

TERJERAT DALAM MIMPI INDONESIA KINI Sepuluh anak miskin kampung di Pulau Belitong berjuang dalam novel LAKAR PELANGI. Novel yang menggugah perasaan sekaligus jenaka ini telah menjadi fenomena tersendiri di Nusantara. Cerita ini tak pernah overrated dibahas diberbagai me-dia dan film layar lebarnya masih mengundang antrian panjang. Tak hanya cerita, jika kita membacanya, tapi juga tokoh-tokohnya yang akan membekas di hati. N.A. Muslimah Hafsari Ha-mid binti

K.A. Abdul Hamid adalah salah satunya. Diceritakan sebagai ibu guru muda yang rela mengajar di sebuah SD Muhammadiyah yang sudah re-yot dan nyaris ditutup di Belitong, sosok Ibu Muslimah ini memberi arti tentang apa itu guru. Dalam Bab 3 novel Andrea Hirata, disebutkan bahwa kata 'guru' berasal dari li-ngua India yang berarti orang yang tak hanya mentransfer sebuah pe-lajaran, tapi juga yang secara pri-badi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi mu-ridnya. Bu Mus,

pa tanda jasa, dan mereka adalah juga tumpuan dari masa depan kita. Sosok Ibu Muslimah yang menarik dan menenangkan ini menjadi suatu alternatif impian bagi Indonesia, khususnya bagi yang sadar akan masalah pendidikan ini. Namun, harus kita sadari bahwa pengorbanan seorang guru tidak ha-nya mutlak terletak pada seberapa jauh jalan dan medan yang harus dia tempuh, atau jumlah murid yang hanya seberapa. Sosok ke-tulusan seorang guru terletak dari keikhlasan guru tersebut mengajar para siswanya. Dalam hiruk pikuk dunia, tak ada salahnya jika kita. berhenti dan bernafas dari cerita Andrea, dan memi-mpikan sosok guru sekaliber Bu Muslimah. “Seperti guru-guru kami, filicium memberi nafas kehidupan bagi ribuan organisme dan menjadi tonggak penting mata rantai ekosistem.”

Ika Hapsari Fransiska Mutiara

progresif crew jurnalis padmanaba

ninda|rais|ilma|nieko|dhimas|bayu|diass|nadia|zahra|boni|mirna| ika|liris|ruvi|ajeng|siska|jade|christida|yuyun|anin|astri|kania|aga| puri|danya|indri|asti|putri|ibti|dhian|bella|cindy|yudi|dhyana

Nicola Jade


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.