1
DAFTAR ISI SEKAPUR SIRIH …………………………………………………. 2 IBU …………………………………………………………………….4 AKU MAU IBUKU BAHAGIA SELALU………………… 16 JADI GURU TERINSPIRASI IBUKU…………………….23 HIDUP DAN CINTAKU PENUH WARNA……………..28 NANI, IDO DAN IWAN………………………………………41
2
SEKAPUR SIRIH Bahagia sekali akhirnya buku ini bisa terselesaikan saat Ulang tahun ke 75 Ibuku tersayang Roberta Purwati Sri Subekti. Buku ini adalah buku bagian pertama yang menonjolkan sosok ibu di mata para anak-anaknya dan bagaimana seorang ibu melihat sosok anak-anaknya. Pembuatan buku ini nyaris berantakan ketika sejumlah data yang sudah terekan dengan baik ternyata tidak bisa dibuka sehingga harus dicari dan digali kembali karena materi yang digambarkan dalam buku ini sangat pribadi, sangat unik yang hanya ada satu di dunia yaitu di tengah keluarga besar Fabianus Toepan. Di Buku bagian pertama ini, terselip doa agar ibu kita tersayang, di usia 75nya selalu bahagia dan tetap ceria bersemangat dan selalu menularkan cinta bagi seluruh anak dan cucunya serta orang-orang di sekitarnya. Akhir kata, penulis berterima kasih pada semua pihak yang sudi memberikan informasi, data, foto dan sepenggal pengalaman sehingga buku ini berhasil diterbitkan. Selamat membaca, semoga mendapatkan pencerahan.
Dr Indiwan Seto Wahjuwibowo MSi
3
“Selamat Ulang Tahun Ibuku tersayang, ke 75 tahun “
4
Wajah ceria itu, sontak berubah temaram. Ibarat bulan yang terpaksa memalingkan wajah menuju kegelapan, seperti itulah yang terjadi di rumah Sewan Neglasari awal September 2010. Wajah ibuku tertunduk sedih melepas kepergian belahan jiwanya, suaminya tersayang Fabianus Toepan untuk selamanya.
“Ayahmu itu orang baik,� itu isaknya perlahan nyaris tak terdengar sambil kukuh memegang peti mati yang akhirnya membawa ayahku pergi. Ayahku yang perkasa, yang pernah mengharu biru perasaan perempuan ini akhirnya pergi setelah menderita sakit yang cukup lama.
5
Terkadang di kesendiriannya, dalam kesepiannya tanpa sadar ibuku, ya ibuku Roberta Purwati Sri Soebekti selalu mengingat masa lalu yang indah bersama lelaki yang mungkin dulu tidak dicintainya di awal, saat pernikahan mereka . Waktu-waktu terus berlalu dan akhirnya cinta tercipta juga dan anti klimak terjadi saat ayahku pergi untuk selamanya meninggalkan tiga anak dan sejumlah cucu tersayang. Ayahku beberapa waktu sebelum berpulang memang mengalami sakit luar biasa di bagian perutnya. Sosok perkasa yang aku sayangi itu akhirnya tak kuat menahan derita sakitnya dan menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan istri tersayangnya, ibuku. Saat menatap foto ayah, ibu selalu berkaca-kaca tanpa mengeluarkan suara entah aku tidak tahu apa yang dirasakan ibu. Yang pasti, hari-hari setelah itu memang ibu sedikit demi sedikit mulai menyibukkan diri dengan berbagai kegiatannya di Gereja sebagaimana kebiasaannya sejak muda. Kalau anda bertanya siapa ibu? Kalau pertanyaan ini diajukan kepadaku aku akan sulit menjawabnya dengan katakata yang teratur. Terlalu banyak kenangan indah bersama sosok perempuan yang aku idolakan selama ini. Meski aku sadar begitu banyak luka dan penderitaan yang beliau alami di masa lalu, tapi ibu selalu tersenyum seakan tidak pernah terjadi apa-apa. “Wis ora opo, sing penting kowe iso kuliah,� ujarnya menghiburku dulu saat aku protes kiriman biaya bulanan selalu terlambat dikirimkan ayah ke UGM saat itu via wesel
6
pos. Ibu selalu menutupi semua kesalahanku melindungiku dari amarah ayah bila aku berulah.
dan
AKu memang bukan anak kesayangan beliau, meski di dalam hati kecilku sosok ibu ini tidak ada tandingannya di manapun. Detik demi detik berlalu di masa kecilku tak sedikitpun lewat kenangan manis bersamanya meski aku anak pertamanya yang mungkin banyak mengecewakan hatinya. Saat ini ibuku sendirian menghadapi hidupnya meski tetap berada di lingkungan keluarganya. Ibu sejak ayahku berpulang memang tinggal bersama adikku Theresia Tri , serta cucu-cucunya Rio dan Aldo dan terus menyibukkan diri dalam berbagai kegiatan keagamaan dan social. Itulah ibu. Buku ini akan banyak bercerita soal sosok perempuan kelahiran 20 Desember 1945 ini yang tahun 2020 ini memasuki usia ke 75 tahun. Beberapa waktu sebelumnya, dia memintaku bertemu dan menyampaikan permintaannya . “ Pokoknya ibu mau dibikinin buku,� ujar ibu dengan matanya yang berbinarbinar. Sebenarnya permintaan ibuku ini sederhana, karena aku akan berjibaku habis-habisan ketika ada klien atau sebuah lembaga memintaku untuk menulis buku dan langsung aku kerjakan. Tapi saat permintaan ini dilontarkan oleh ibuku, aku terperangah. Apa yang harus aku tulis tentang ibuku ini. Apa yang menarik yang bisa diangkat dar sosok seorang ibu yang bernama Ibu Sri Soebekti ini? Seorang ibu yang punya sederet pengalaman berorganisasi dan social khususnya saat menjadi guru di perkumpulan Strada Tangerang. Sebuah permintaan
7
yang cukup berat buatku karena bingung mau memulai menulis dari mana. Mungkin aku akan mulai sejak aku kecil. Sejarah masa kecilku di Sewan Neglasari Tangerang sebenarnya cukup banyak dan memiliki kesan yang tak akan terlupakan dan coba akan aku kaitkan dengan sosok ibuku yang kehadiran dan kedekatannya sangat aku rasakan sejak kecil hingga kini.Kalau ditanya kepadaku siapa sosok Sri Subekti ? Aku akan susah menjawabnya secara langsung, ibarat percikan api yang mengelilingi mata api yang besar, atau patahan puzzle yang akhirnya membentuk sebuah gambaran utuh . Aku akan mulai jawabanku dengan kata ini. Dia adalah bidadari yang dikirim Tuhan dan diberi tugas mulia sebagai ibuku. Masa kecilku tak bisa dilepaskan dari campur tangan perempuan ini. Saat itu aku anak pertama dengan panggilan saying “Iwan� memang bukan anak pertama yang penurut dan gampang diatur sebagaimana anak-anak yang lain.
8
“ Iwan itu sesuai namanya bandel banget,” ujar ibu saat bercerita tentang aku di depan anak-anakku. Iya saat aku kecil memang banyak banget kejadian yang memang menunjukkan “kebandelan” aku. Ibuku cerita, seringkali ada tetangga yang mengadu kepada ayah dan ibuku terkait kenakalan aku. Yang paling sering dilaporkan adalah ulahku yang bikin tetangga khawatir karena bisa berbahaya. Aku pernah karena iseng membakar sampah di tempat tetangga tanpa dimintanya. Untung api yang berkobar segera disiram tetanggaku karena kalo dibiarkan bisa saja seluruh kampung kebakaran karena saat itu kebanyakan rumah tetanggaku masih berupa rumah bilik bambu yang gampang terbakar. Tetapi ibuku dengan tersenyum membalas laporan tetangga dan tetep membelaku meski kenakalanku itu keterlaluan. Itu baru sebagian kecil kenangan indah yang aku rasakan sebagai anak pertamanya. Meski sebanadelbandelnya aku tetap saja ibuku membela. Kalo ayahku karena tentara yang sudah terbiasa dididik disiplin, seringkali tak sabar menghadapi kenakalanku. Sebagai anak “kolong” kenakalanku memang tidak biasa, kami setiap hari wajib tidur siang dan ayahku biasanya mengunci pintu kamar tidurku dari jam 13:00 sampai sekitar pukul 15:00. Tetapi aku bisa saja “meloloskan diri” dengan mengeluarkan tubuhku yang kecil lewat terlai besi yang ada di dua bilah jendela, baru sekitar jam 15:00 aku kembali masuk ke kamar agar bisa kembali jadi anak ibu yang baik. Lama-lama ketahuan juga dan aku kena hukuman. Hukuman yang lazim kami ( kayaknya Cuma aku) terima biasanya dipukul pakai
9
rotan penggebuk Kasur atau diikat di tiang dekat WC. Lagi-lagi ibu adalah bidadariku yang selalu merajuk dan meminta ayahku untuk melepaskan hukumanku. Pengalaman paling memalukan di saat kecil, ketika aku masih di sekolah taman kanak-kanak. Saat itu ibuku dilapori oleh guru aku, karena aku terlibat insiden di kamar mandi siswa. Pagi itu aku memang akhirnya membuat seorang perempuan di TK Angkasa Komplek AURI menangis karena aku kejar-kejar dan tubruk dan akhirnya aku cium pipinya. Bisa dibilang ada banyak kenakalan yang aku lakukan di saat kecil yang selalu dimaklumi oleh ibuku, dengan sabar dan penuh kasih Ibu selalu mengangkatku bangun ketika aku terjatuh dalam gelap. Klimaksnya suatu hari saat itu aku kelas enam Sekolah dasar, ibu dan ayah mengajakku bicara. Pembicaraannya sangat penting, karena ibu juga mengundang dua orang lainnya yang tidak aku duga. “Perkenalkan ini temen ibu dari Penjara Anak-anak, dia sipir penjara,� ujar ibuku serius. Aku juga kaget bukan kepalang, karena di depan rumah terparkir sebuah kendaraan khas LP Tangerang dengan jeruji besi di setiap jendelanya. Saat itu, di ruang depan duduk rapi, ibuku, ayahku, pak sipir penjara dan seorang kepala sekolah atau guru sekolahku. “Ini ada surat pernyataan dari ibu, bahwa ibu merasa tidak sanggup lagi mengatasi kenakalan iwan dan ibu menyerahkan ke penjara anak-anak, agar iwan bisa dibina di sana biar jadi orang baik,� ujar ibuku dengan mimic serius dan didukung ayahku yang mengangguk-angguk. Langsung aku
10
menangis sejadi-jadinya dan tidak mau dikirim ke penjara dan berjanji tidak akan
nakal lagi. Hahahahahaha. Belakangan, bertahu-tahun kemudian aku akhirnya tahu bahwa peristiwa itu ternyata “settingan� dari ibu dan teman-temannya agar aku bisa berubah menjadi anak yang alim dan tidak bandel lagi. Rasa kecewa dan kesedihan ibuku amat kurasakan ketika aku selepas SMA dari Seminari Mertoyudan Magelan tidak meneruskan panggilanku menjadi seorang clericus Katolik. Mungkin apa yang bisa dibanggakan dari seorang anak laki-laki pertama yang sudah memupuskan harapan seorang ibu. Aku memilih menjadi seorang mahasiswa di Universitas Gadjah Mada dan menekuni karirku sebagai wartawan bukan seperti rencana sebelumnya. Dan satu lagi kekecewaan ibu
11
yang masih membekas dan aku rasakan saat ini adalah saat aku memilih pasangan hidup seorang gadis yang tidak seiman dan bahkan aku menikah secara Islam. Meskipun tidak terlontar kata-kata kemarahan dan kekecewaan dari ibuku, tapi aku tahu dan bisa merasakan kepedihan yang dalam. Ibuku tak mau menghadiri acara akad nikahku dengan istri yang aku cintai sampai kini. Pola hubungan ibu dan istriku pun pasang surut bagai gelombang, kadang positif kadang negatif tetapi saat ini hampir 30 tahun pernikahan kami, ibu sudah makin dekat dengan istriku yang amat menyayanginya dan menghargainya sebagai ibunya.
“ ibumu kadang masih menganggapku sebagai orang lain, mas. Padahal aku mau dia berperan sebagai ibuku juga,�ujar istriku beberapa waktu lalu. Menurut istriku, dan ini juga yang aku rasakan ibu memang tak pernah tulus melepas aku untuk menikah dengan pasangan pilihan aku sendiri. Buat ibuku, aku masih dianggap sebagai domba tersesat yang suatu saat akan mencari dan kembali pulang. AKu pikir itu wajarwajar saja, ada kekecewaan itu tetapi aku tetep berharap
12
suatu saat ibuku bisa menerima semuanya dengan tulus, termasuk menerima istriku sebagai anaknya juga secara tulus. Waktu berlalu, akhirnya ibu bisa menerima kenyataan ini bahwa tidak semua anaknya menjadi seiman dengan
dirinya. Bahkan belakangan ini ibu sering memperkenalkanku secara bangga, di depan teman-teman serta koleganya termasuk kondisi anaknya yang seperti itu. Es kebekuan
13
hubungan itu makin mencair setelah anak-anakku lahir, cucucucunya yang memiliki prestasi dan membanggakan neneknya. Spesial saat anak pertamaku Cyntia Ayu Hera Pratami menikah dengan pasangan pilihannya Yoke Suryo, ibu dengan cucuran air mata menerima dan memberi restu kepada mereka berdua.
Momen bahagia ini makin mengukuhkan bahwa cinta itu akan mengalir dengan sendirinya tidak perlu terpaksa. Sebagaimana cinta lelaki yang sebelumnya dipaksakan oleh orang tuanya, makin lama makin besar dan akhirnya di saat terakhir ayahku berpulang. Sambil terisak ibu memelukku dan mengatakan :� Ayahmu itu baik, dia sangat mencintai aku
14
selama hidupnya. Dan aku merasa amat kehilangan.� Ujarnya perlahan.
Nah ini terkait dengan situasi pandemic yang melanda tahun 2019-2020 ini. Ibuku merasa tersiksa karena tidak bisa pergi kemana-mana. Istriku selalu peduli dan prihatin kalu ibu masih selalu pergi keman-mana. Kami anak-anaknya juga selalu “menghambat� ibu agar tidak pergi jauh mengingat situasi yang masih berbahaya. Dalam situasi pandemic ini memang ibu masih sulit menerima bahwa kondisi fisik dan usianya tidak memungkinkan menggelar acara yang melibatkan orang banyak. IBu memang terlihat sedih apalagi dia tidak bisa lagi
15
berkumpul dengan kawan sebayanya, teman-teman pensiunan. Untuk sedikit mengobati kegalauan ibu, pada tanggal 12 Desember 2020 dengan berat hati kami anak-anak dan menantunya mengijinkannya untu menggelar acar sederhana di rumah belakang, di Sewan Neglasari mengundang sekitar 10 teman-temannya pensiunan eks guruguru Strada Tangerang. Aku lihat betapa bahagianya ibu saat itu meski aku sedikit khawatir, karena situasi pandemic ini masih suit diprediksi.
Kekhawatiranku ini memang beralasan, mengingat usianya yang sudah 75 tahun. Percaya deh, kekhawatiran kita semua anak-anaknya hanya karena kita sangat menyayangi ibu dan tetap ingin ibu sehat dan bisa selalu berbahagia.
16
AKU MAU IBUKU BAHAGIA SELALU Aku sering dianggap adalah anak kesayangan ibu sejak dulu. Itu aku tahu dan memang itu sangat aku rasakan sejak aku kecil dulu. Saat aku belum bisa berlari kencang, semasa anak-anak aku sempat dititipkan untuk sementara di rumah nenekku di Ciloto Jawa Barat. Waktu itu memang ibu sedikit kewalahan karena mas Iwan anak pertamanya masih kecil dan kemudian muncul aku tak berapa lama. Mas Iwan lahir bulan Maret 1966, aku setahun kemudian. Masku sendiri, Mas Iwan nyaris tak mengenaliku karena sejak kecil kami dipisahkan dan aku baru dibawa ke Tangerang Jawa barat berkumpul bersama kakak dan ayah serta ibuku setelah kejadian konyol yang akan aku ceritakan berikutnya.
17
Suatu hari ayahku dating berkunjung ke rumah nenek dan dia menyapaku, kemudian aku bilang “ Om Pipan om Pipan” . Ayahku kemudian merasa bisa saja kelamaan aku tidak mengenalinya sebagai ayah kandungnya sehingga akhirnya aku diambilnya pulang cepat-cepat. Sejak kecil memang aku selalu mengikuti sepak terjang masku Iwan meski tidak semuanya. Kalau soal kenakalan, aku tidak mau mengikuti jejak kakakku itu. Wajar saja sejak kecil aku selalu jadi kesayangan ibuku dan ayah karena aku selalu menuruti apa kata ayah dan ibu . Aku juga suka geli melihat kakakku mas Iwan yang dihukum ayah dan seringkali dengan kelucuannya membuat kami semua tertawa. Saat itu mas Iwan tengah dihukum ayah dimasukan ke dalam lemari besar dan dikunci dari luar, ayahku bertanya “ Kamu kapok nggak!! , kalo kapok saya keluarkan kamu.” Mas iwan dengan cepat menjawab : Iya Kopak eh kapok!!” Hahaha habis itu ayah dan ibu tertawa dan mas Iwan tidak jadi dikeluarkan dari lemari hukumannya. Tidak ada satu perintah dan permintaan dari ibu yang tidak aku lakukan. Seringkali di hati kecilku, terdengung kata kata ini orang tua itu nggak pernah salah, dan sebisa mungkin kita harus lakukan apa saja yang diminta oleh orang tua kita.
18
Kedekatanku dengan ibu tak pernah pudar meski bertambahnya usia dan tanggung jawab yang menumpuk di pundakku. Hampir semua nasehat dan permintaan ibuku tersayang aku penuhi dengan segala resikonya.
Termasuk juga saat melamar pekerjaan. Saat itu aku sudah lulus sebagai insinyur Mekanisasi Pertanian, dan aku mendapat panggilan bekerja di luar pulau Jawa di perkebunan terpaksa aku tolak. Aku tak kuasa membiarkan ibuku menangis. Ibu saat itu tidak setuju aku bekerja jauh di luar jawa. Sebenarnya, aku juga tahu dia tak mau jauh dengan aku
19
si anak kesayangannya. Aku ikuti keinginan ibu, karena aku tahu hanya itulah yang bisa aku lakukan untuk membuatnya selalu bahagia.
Ibu memang gampang dan selalu terbuka kepadaku menceritakan permasalahan, unek-uneknya dan memintaku melakukan banyak hal yang terkadang aku sendiri sebenarnya
20
tak sanggup. Aku tidak tahu mengapa dia tidak seterbuka itu kepada masku Iwan anak pertamanya atau bahkan kepada adikku Nani anak bungsunya. Mas Iwan dengan segala kesibukannya mungkin susah diajak bicara. Tetapi Nani? Mengapa begitu sulit komunikasi diantara mereka berdua padahal mereka berada dalam satu rumah bersama? Hanya ibu dan Nani yang bisa menjawab dan mengurai rahasia ini. Secara materi aku memang belum bisa membahagiakannya, tetapi aku akan berusaha menyenangkan ibu, apapun permintaannya akan aku usahakan meski terkadang tidak sepenuhnya bisa aku berikan.
21
Satu hal yang aku kagumi dari ibuku adalah kepeduliannya dan kecintaannya kepada Gereja. Ini sangat terlihat sejak muda sampai usia 75 tahun ini, ibu selalu mendekatkan diri dan membaktikan semua dana dan tenaga untuk kepentingan gereja. Ini yang sangat aku kagumi dari seorang ibu yang saat ini tengah berbahagia di hari ulang tahunnya. Aku sih berharap beliau mau menerima keluargaku, menerima istri dan anakanakku dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
22
Di usia ke 75nya ini aku sebagai anak kesayangannya selalu berharap agar ibuku selalu sehat, selalu berbahagia hidup bersama anak-anak dan cucunya. Aku ingin ibu bisa selalu terbuka menceritakan masalahnya, menceritakan gundah dan gulananya . Bisa menceritakan apapun tanpa rasa nggak enak, termasuk kepada para menantunya, khususnya kepada istriku Ragil, teteh Oong Istri mas Iwan dan Mas Kurdi suami nani. Itu saja. Aku bahagia apabila bisa membuat ibuku Bahagia, khususnya di hari-hari senjanya, di hari-hari tuanya. Kalau kesan istriku sih, ibuku ini baik penuh perhatian dan selalu mengingatkan aku agar selalu dekat dengan Tuhan Cuma memang agak cerewet saja.
23
JADI GURU TERINSPIRASI IBU Sebenarnya amat sulit merangkai kata untuk menggambarkan siapa sebenarnya sosok ibuku ini. Aku Theresia , anak ketiga ibuku yang selama ini selalu ada di dekat ibu, karena sejak kematian ayahku sepuluh tahun lalu, ibu memutuskan untuk tinggal bersama keluargaku. Ibu .adalah sosok yang luar biasa...wanita yang selalu memberi support luar biasa. kepada ku anak perempuan satu satunya dalam keluarga Fabianus Toepan. Waktu kecilku. aku sangat dimanja oleh ayahku...karena mungkin karena ayahku mengharapkan anak perempuan hadir dalm keluarga ini, setelah dua kakak lelakinya, Mas Iwan dan Mas Edo. Aku dekat dan sayang dengan ayahku karena ayah juga sosok yang sederhana, yang selalu menenangkan aku jika aku sedang gundah. Kami sebenarnya tiga bersaudara, Mas Iwan , Mas Edo dan aku yang terakhir. Dan aku sangat beruntung bisa terus dekat dengan kedua orang tuaku terutama saat ayahku sakit dan menjelang saat saat terakhirnya . Meski ku akui terkadang aku dan ibu berselisih paham dan berakhir dengan saling diam. Sebenarnya tradisi ‘saling diam’ ini tak baik tetapi mungkin lebih baik ketimbang saling konflik berkepanjangan. Kalo mau jujur, sebenarnya aku juga dekat dengan ibu..walaupun dari kecil..ibuku termasuk wanita yang sibuk dengan segala aktivitas di sekolah..aktivitas di gereja dan di masyarakatKarena ibu banyak kesibukan sehingga waktu di rumah tidak banyak...otomatis pekerjaan rumah aku kerjakan
24
Masih teringat waktu itu, karena ibuku sibuk bekerja sebagai guru, sementara mas-masku kuliah dan tinggal agak jauh dari rumah, maka aku harus membereskan rumah, menyapu,mengepel, menyiapkan minum ,menyiapkan air panas untuk keperluan mandi ayahku dan menyediakan makan untuk ayahku.
25
Semua itu awalnya aku lakukan dengan setengah hati. Awanya tugastugas itu terasa jadi beban buat aku. Tapi ternyata justru itu yang menggembleng aku. Ketidakhadiran ibu di rumah justru menyadarkan aku bahwa sebagai perempuan aku harus mandiri. Aku harus bisa melakukan apa pun pekerjaan di rumah yang dalam kultur budaya jawa sering disebut sebagai tugasnya perempuan. Bersyukur juga, walau semula terasa berat dan jadi beban sekarang aku bisa merasakan manfaatnya. Dan itu yang aku rasakan saat ini. Aku terbiasa mengerjakan tugas tugas rumah dengan sepenuh hati dan tidak menjadi beban bagiku. Baru aku sadari itu yang diajakan oleh ibuku, situasi dan kondisi menjadi beban aku harus bisa. Itu bermanfaat sekali saat aku kuliah. Aku tidak kaget lagi mandiri di tempat kost, karena aku terbiasa untuk bisa cuci baju sendiri,masak sendiri,bisa memgerjakan tugas-tugas rumah.
26
Saat aku memilih mau kemana setelah SMA. Aku lihat figur ibuku yang setia dan sangat menekuni tugasnya sebagai guru. Enak juga ya kalo jadi guru begitu pikirku dalam hati, kerjanya setengah hari, bisa punya waktu untuk keluarga Pilihan jadi guru BP aku putuskan saat memilih jurusan kuliahku . Itu aku pilih karena aku melihat bagaimana ibuku bisa menjadi guru yang hebat ,yang dekat dengan anak anak.dengan ketegasannya, kedisiplinannya . Jujur kalo aku boleh bilang aku sangat berbeda dengan ibuku.Ibuku adalah orang yang tekun ,berani,banyak ide,senang membaca, suka menulis. Kalo dipikir-pikir,aku bertolak belakang dengan ibuku.Aku takut berbicara,tidak berani,malas membaca.. aku tidak mudah menuangkan ide ide atau gagasan.
27
Tapi aku banyak belajar dari ibuku. Aku belajar bahwa untuk mencapai hasil yang baik jelas membutuhkan ketekunan, butuh banyak baca, butuh banyak semangat seperti ibuku.
Saat ini, ibu lah yang mendampingi keluarga kecilku. Dengan segala kecerewetannya. Aku tahu, Ibu mau aku dan suamiku bisa membangun fondasi keluarga yang kokoh, dengan membiasakan berdoa bersama, sharing keluarga ,misa bersama. dengan tetap menyerahkan semuanya kepada rencana Tuhan. Ya. aku sadari.aku belum bisa membahagiakan ibu. Semoga...aku dan keluarga kecilku.(mas kurdi,rio,dan aldo) selalu bisa membahagiakan ibu di usianya yang ke 75 tahun....dengan tutur kata yang baik, sikap yang baik yang bisa membuat ibu selalu tersenyum
28
HIDUP DAN CINTAKU PENUH WARNA Nama Saya Sri Subekti, Saya dilahirkan di tengah keluarga yang sangat sederhana. Ayah saya adalah lelaki yang begitu sayang dan mendampingi anak-anaknya, dan meminta kami agar selalu dekat dengan Tuhan. Dalam doa malamnya dia selalu mengingatkan agar kita anak-anaknya tidak boleh jauh dari Tuhan. Kata-katanya selalu saya ingat. Ayahku dalam doanya selalu mengatakan : “ Jangankan jauhkan kami darimu ya Bapa,� dan beliau lalu menyebut satu persatu anaknya. Saya merasa bahwa ayah saya hebat .Ayah sayalah yang menuntun saya selalu agar mencintai Tuhan dalam berbagai kepahitan dan kesengangan hidup. Kalo soal Ibu. Saya mengerti bahwa ibu saya meminta saya menjadi tumpuan besar bagi keluarga. Sebagai anak pertama dia ingin saya bisa menjadi jalan untuk membantu seluruh adik-adik saya, bahkan adik-adik ibu, orang tua ibu kalo bisa dititipkan kepada saya. Saya merasa ibu saya memberi beban yang terlalu berat . tetapi puji Tuhan saya bisa mendampingi mereka satu persatu. Nenek saya di akhir hidupnya itu ada di tengah keluarga saya. Lalu kakek sebelum
29
berpulang dia juga sekarang tinggal.
tinggal bersama saya di tempat aku
Di sini kakek saya pernah ada, di sini nenek pernah tinggal. Begitu juga ibu menitipkan adiknya kepadaku beberapa tahun dia tinggal di sini dengan keluarganya.
30
Ibuku percaya bahwa saya bisa membantu mereka semua. Dan puji Tuhan, Tuhan sangat baik Tuhan memberikan banyak hal sehingga saya bisa menolong mereka. Sejak saya kecil ibu meminta saya untuk memenuhi dan mencari banyak hal supaya adik-adik saya terpenuhi kebutuhannya. Supaya adik saya bisa makan saya disuruh kesana kemari. Nggak salah dong kalo ibu saya berharap betul saya cepat menikah supaya bisa menjadi jembatan agar ibu saya bisa menolong adik-adiknya. Saat saya sekolah, karena ibu saya nggak punya uang dan bapak saya menjadi pendamping anak-anak asrama panti asuhan Santo Jusuf sindanglaya. Saya berusaha menolong ayah saya di asrama, mengajak bermain anak-anak di panti, sambal menggendong adik saya. Saya bekerja sambil mengendong adik saya, padahal badanku kecil begini. Situasi kemudian berubah. Setelah ibu saya keluar sebagai guru, dan ibu saya mendapat pekerjaan menjadi koki di villa Eva Marga Kedutaan Besar Amerika, dan saat itu kita harus pindah dari Sindang laya ke Ciloto. Jarak dari sekolah ke rumah itu ada sekitar tujuh kilometer. Aku setiap hari mengendong adikku dari rumah ke sekolah dan aku sama sekali tidak dibekali uang. Maka saya jalan sepanjang tujuh kilometer dari Ciloto ke cipanas untuk sekolah. Karena kami adalah orang-orang yang tidak punya uang maka sering juga aku bergelantungan di bus supaya tidak terlalu lelah .
31
Saya bergelantungan di bus itu dalam kondisi kalo keneknya baik., kalo keneknya tidak baik maka saya tak boleh naik. Itu saat saya sekolah di SMP dengan kondisi seperti itu. Kemudian saya melanjutkan sekolah sampai SPG di Sukabumi, itupun gratis karena saya dititipkan pada seorang ibu yang hidup sendiri, dia adalah kepala sekolah SPG Mardiyuana Sukabumi. Untuk itu supaya saya bisa makan dan membayar uang sekolah maka saya mencurahkan tenaga saya untuk mengurusi krumah orang yang menolong saya. Ibu kepala sekolah itu bernama Irma orang Padang. saya akan kenang dia semoga dia berada dalam kebagahiaan kehidupan abadi. Saat itu saya takut karena makanan yang disediakan di rumah, amat terbatas, namanya aja saya numpang . Waktu itu saya menumpang bersama pak Sukayat di rumah itu. Dialah yang selalu berupaya menolong saya agar perut saya tetap terisi dan dia juga yang menolong saya supaya saya tetap bisa eksis selama tiga tahun dan menyelesaikan sekolah saya. Hubungan saya dan teman-teman di sekolah sangat saya jaga selalu baik. Saya sedikit memiliki kepintaran dan saya gunakan untuk menolong dan membantu teman yang membutuhkannya. Ada seorang Thiong hoa pada jaman kerusuhan anti Cina di tahun 1964 , Dia hanya tinggal bersama kakeknya dan dia menjadi sasaran pada saat itu. Lim Cui Nio namanya . Si Cui ini amat baik pada saya . Saya tidak tahu kemana orang ini sekarang. Dia amat baik pada saya, dan saya membalas
32
kebaikannya dengan cara pada saat kerusuhan terjadi, kakeknya sudah sangat tua, dia keluarga pedagang arang. Lalu saya dan teman-teman datangi rumahnya dan pintu jendela dibuka dan semua atribut atribut yang menggambarkan Cina kita sembunyikan agar Cui ini tidak menjadi sasaran. Dan saya bersyukur dengan cara itu saya bisa menyelamatkan dia dari amukan orang yang tengah anti cina pada saat itu. Saya bersyukur bisa membalas kebaikan dia dengan cara itu. Karena memang dia sangat baik pada saya. Dia sangat menolong, bahkan untuk baju seragam sekolahpun Cui yang memberikan. Kalau saja saya punya waktu ingin saya bertemu lagi dengan Cui ini tapi saya tidak tahu dia berada di mana saat ini. Saya sempat melacaknya di Sukabumi dan saya datangi rumahnya, tapi saya tidak meneukan dia. Kemudian terinspirasi cara itu, saya mencoba menerapkan cara yang saya terima dari Cui. Dia tidak terlalu kaya-kaya sih tapi dia selalu menolong orang lain yang kesusahan. Maka waktu itu apabila saya punya baju baju saya yang banyak yang belum pernah saya bisa beli waktu kecil dulu ,kalo ada teman teman yang minta saya persilahkan mengambilnya. Pada saat saya sekolah, saya ingin cepat lulus.dan orang yang saya tumpangi memang sangat hati hati dalam pengeluaran keuangannya. Dia bahkan tidak mengijinkan listrik menyala saat malam, padahal saya hanya punya kesmpatan saat malam untuk bisa belajar, meskipun begitu
33
saya sangat berterima kasih pada bu Irma yang telah mengijinkan saya menumpang di rumahnya. Ada yang menarik saat sekolah di SPG itu saat itu saya ada ujian praktik musil.Saya berpura-pura saat ditanya punya kemampuan memainkan alat music apa, saya blang saja piano dan harmonica. Padahal saya memang hanya bisa memainkan harmonica, dan suling., dan tidak mungkin si penguji saya ajak ke geraja untuk melihat saya bermain piano hehehehe. Akhirnya saya lulus. Akhirnya saya memang lulus dari SPG dengan penuh perjuangan. Saat itu ada banyak hal yang saya harus perjuangkan untuk bisa lulus. Puji Tuhan sebelum saya luus saya sudah dilamarkan ke Strada Tangerang oleh laki-laki yang ijodohkan ibuku dan dialah orang yang akhirnya menjadi suami saya. Saya tahu Ibu saya ingin saya cepat kawin. Sedihnya maka ditawarkan saya ke siapa saja, bahwa dia punya anak perempuan, bahwa dia ABCDE‌pokoknya iklan ibuku ini sangat luar biasa.
34
Padahal saya punyalah sedikit kekasih orang yang saya suka saat itu. Yang seusia denga saya yang saya cintai. Tetapi ibu saya bilang dia sudah menentukan orang yang bakal menjadi suami saya. Saya melihat bahwa lelaki ini ( ayah kalian) adalah bekas muridnya dia enengok ibu saya karena merasa bekas gurunya , dan oleh orang ini dia minta kepada ibu untuk dicarikan jodoh dengan teman ibu saya. Tapi ibu saya berkata lain, jodohmo adalah anakku.maka dia mengatakan anakku saja. Dan ini tanpa sama sekali meminta persetujuanku sebagai anak yang bakal dijodohkan kepada laki-laki tersebut. Saat mengatakan perjogohan itu saya masih di Sekolah dasar kelas enam. Tapi ibu saya melihat bahwa ayahmu itu adalah seorang tentara yang sudah mapan, berpenghasilan tetap yang bisa dijagakan penghasilannya. Akhirnya dialah yang dijodohkan saya. Lelaki ini memang baik, bahkan sebelum saya tahu saya bakal dijodohkan setiap dia datang dengan oleh- oleh yang banyak, saya digendongnya, dipanggulnya saat dia datang ke rumah calon mertuanya. Pada saat saya tahu bahwa saya sudah dijodohkan dengan laki-laki itu, dan dia akan menikah setelah saya lulus SD, saya nggak ngerti ibu saya mengapa berpikir apa. Mungkin ibu saya beranggapan saat saya hidup kembali setelah sempat “mati suri� di usia ketiga, dan dia mendapat penjelasan “orang pintar� yang dia percayai yang mengatakan bahwa apabila saya bisa melewati usia 20 tahun maka saya akan dikarunai umur panjang, dia takut saya mati
35
sebelum umur 20 tahun sehingga dia menginginkan saya cepat-cepat dikawinkan. Dan benar saat usia 19 tahun saya dinikahkan. Lelaki itu memang sangat baik meski usia kami terlalu jauh perbedaannya. Ada sekitar 18-19 tahun beda usianya dengan saya. Tetapi dia menganggap saya apa yah‌adiknya boleh anaknya boleh. Tapi yah sudahlah yang penting dia tahu kalo saya adalah anak gurunya. Dalam berbagai kesempatan, sebelum saya menikah saya selalu memanggilnya dengan om. Pada tahun 1965 saat di altar Pastor bertanya pada saya : “Roberta Purwati Sri Subekti bersediakan engkau menjadi istri Fabianus Toepan? Jangan salah, Fabianus Toepan itu sudah dibabtis jauh sebelum saya menikah dengan dia. Tahun 1957 dia sudah dibaptis menjadi seorang katolik roma. Saat Pastor bertanya seperti itu saaat itu saya diam loh, saya tidak ngomong apa-apa sama beliau. Karena saya sudah merasa saya akan mengatakan tidak. Karena saya merasakan orang itu sangat berbeda dengan saya. Hobinya, caranya
36
usianya yang terpaut sangat jauh, dan macam-macem bahkan selera makanan, kesukaan hobbi, jenis music tidak ada yang sama. Lalu saya diam saja. Saya saat itu belum terlalu pintar dan saya belum terlalu berani untuk mengambil sikap apapun. Kemudian bertanyalah lagi room Koopmann namanya, apakah saya bersedia menjadi istri Fabianus Toepan? Saya tetap diam saat itu tidak menjawab pertanyaan itu untuk kedua kalinya. Tapi yang terdengar di telinga saya, seolah-olah ada yang berbicara, Sri kau nggak aksihan sama ibu? Dalam Bahasa jawa “ Sri kowe ra mesake karo ibu?. Akhirnya entah bagaimana. Waktu itu saya membayangkan waktu itu ibu saya hutang pinjam supaya anaknya segera bisa dikawinkan itulah sebabnya akhirnya saya mengatakan ya saya bersedia. Dengan sangat lembut saya menjawab . Apa yang terjadi? Romo kembali berkata kamu harus menjawab dengan keras supaya semua orang di ruangan gereja ini mendengar. Baru kemudian saya menyatakan dengan lantang bahwa saya bersedia menjadi istri dari Fabianus Toepan ayahmu itu. Satu tahun kemudian Tuhan memberi kesempatan mendapat karunia memiliki anak pertama laki-laki . Saya tahu Fabianus Toepan ini sangat mencintai saya, saya dipenuhi seluruh kebutuhan saya karena Mas Toepan ini memang sangat mencintai saya sampai akhir hidupnya ini.
37
Saya mencoba membalas kebaikan hatinya dengan cara saya perhatikan semua adik-adiknya, saya perhatikan orang tuanya ya mertua saya dengan segala cara, karena saya tahu saya memang tidak terlalu disukai oleh mertua saya. Tetapi saya mencoba untuk membalas kebaikan suamiku dengan begitu. Begitu juga suamiku, hampir semua nafas hidupnya diberikan kepada saya.maka apapun yang dia minta pasti dia ijinkan.
38
Apa yang saya lakukan, akhirnya saya membawa seluruh adik-adik saya ke Tangerang, saya membawa orang tua saya, dan memenuhi apapun yang menjadi butuhnya. Karena sebetulnya itu tujuan dari orang tua yang menyuruh saya menikah cepat cepat dengan lelaki itu.
39
Bahkan orang tua saya khususnya ibu, juga menitipkan ayah ibunya yakni kakek saya tinggal bersama saya,. Belum cukup itu ibu juga sempat menitipkan adiknya ibu saya tinggal bersama saya, dia mantan seorang pastor yang menikah dengan seorang perempuan dengan tujuh anak dari suaminya terdahulu. Mereka saya tempatkan di sewan di rumah yang saya beli bersama suami saya di tahun 1968.
40
Itu tentang suami saya, yang jelas saya tidak pernah melihat cacat suami saya sedikitpun selama saya berumah tangga dengannya. Semuanya bahkan seluruh nafas hidupnya diberikan kepada saya. Terlalu banyak dosa yang saya buat karena saya sering tidak menghargai dia kurang menghormati dia , pengorbanan dia, perhatian dia kepada saya. Dia adalah tipe laki-laki setia yang pendiam tetapi penuh perhatian kepada saya.
41
Nani, Ido dan Iwan Sengaja kumulai cerita tentang anakku ketiga, Nani. Nama lengkapnya sebenarnya Theresia Tri Setyawati Warnaningsih . Dia satu-satunya anak perempuan yang aku sangat cintai. Anak yang sungguh-sungguh saya harapkan karena dua anak lainnya itu laki-laki. Saya seringkali minta sama Tuhan, ya Tuhan tolong saya diberikan anak perempuan, dan akhirnya Tuhan kabulkan. Anak ini benar-benar jadi anak yang sangat disayang oleh ayahnya. Tapi saya tahulah, pasti ayahnya sayanglah, karena selama saya pergi “adrurabruran� untuk rapat ini, tugas ini di luar rumah maka seluruh keperluan rumah adalah anak saya ini yang memenuhinya. Tetapi di SMA , dia pergi kuliah ke Bandung dan untuk ituah dia juga berupaya segera menyelesaikan kuliahnya secepatnya. Dana yang tidak perlalu banyak dia manfaatkan sungguh-sungguh. Setelah menunggu kelulusan, dia kembali
42
ke rumah dan menggantikan posisi ibunya melayani ayah dengan baik.
supaya bisa
Dia sangat mencintai dan menghormati ayahnya, dan seringkali dia berlendotan di pelukan ayahnya sejak kecil. Dia memang layak jadi anak yang begitu disayangi oleh ayahnya.Pokoknya anak ini adalah anak yang sangat menghibur saya. Sebagai tanda sayang saya, dan karena baktinya pada ayah yang disayanginya, saya memberikan rumah utama yang dulu kami tinggal kepadanya. Kepada saya mungkin kurang sayang karena ibunya seringkali mengecewakan ayah dan seringkali tugastugas ibu harus dia yang melakukannya. Untuk anak kedua saya, laki-laki Dwi Sarto Subagyo yang sering dipanggil Ido. Jarak antara dia dengan kakaknya Iwan si anak pertama saya memang terlalu dekat. Saya merasa memang tidak wajar, namun saya bisa mengerti karena
43
suamiku ingin memiliki anak banyak karena usianya yang memang sudah agak lanjut. Pada awalnya, saya mencoba untuk tidak mau menerimanya sebagai anugerah dari Tuhan. Saat itu, maafkan Tuhan, dengah segala cara saya mencoba untuk menggugurkannya sebelum lahir. Tapi Tuhan ternyata bekerja lebih hebat, Tuhan menghendaki anak it uterus hidup dan ternyata dialah anak lelaki yang menjadi pegangan hidupku. Karena apa, karena Ido adalah anak luar biasa yang amat mencintai saya. Ibarat kata, saya belum sampai berucap dia sudah mulai bertanya ibu sedang piker apa, ibu butuh apa? Tanpa sadar sering saya bertanya, siapa yang menuntun kok anak saya ini bisa berpikir seperti itu. Tidak ada kata tidak buat ibunya. Tidak ada kata belum bagi ibunya. Tidak ada kata kenapa, mengapa bagi ibunya. Apapun yang saya butuhkan justru Tuhan mengirim dia , anak yang tadinya saya tidak ingin saya lahirkan ke dunia karena terlallu dekat jaraknya dengan anak pertama saya. Jujur saja saat mengandung dan akhirnya melahirkan dia, aku malu karena dengan jarak yang begitu dekat. Dan akhirnya dalam banyak hal dia menjadi penolong saya dan menjadi tumpuan harapan saya manakala saya butuhkan.
44
Saya berharap dialah nanti yang akan mengantar saya di saat terakhir, mengakhiri kehidupan saya dengan proses iman yang sungguh-sunguh memberi kekuatan hidup saya.
Ido, sampai-sampai pada saat dia mau menentukan kuliahnya saja saya paksa dia untuk mengambil fakultas
45
pertanian dan mengambil mekanisasi pertanian di ITI serpong. Dan dia tidak menolaknya langsung mengikuti kemauan saya. Padahal sebenarnya anak saya ini tidak menghendaki itu, Ido sebenarnya ingin kuliah di Teknik SIpill. Tadinya saya berharap dia seperti kakaknya yang bisa masuk ke UGM tetapi ternyata tidak kesampaian juga. Tapi saya terus berharap dia bisa menjadi ayah yang bertanggungjawab bagi tiga anak lelakinya di kemudian hari. Saya sangat melihat bahwa Ido adalah anak yang bisa menjadi orang yang sungguh mendengar harapan dari hatiku yang paling dalam supaya jangan meninggalkan Yesus dalam pegangan hidupnya. Itu anakku yang kedua, pokonya aku suka dengan dia. Aku tahu dia sangat mencintai saya,bdan selalu mencoba meneuhi kebutuhan saya walaupun kondisi rumah tangganya juga dalam keadaan terbatas. Dia selalu bilang , :�Ibu selalu bahagia yah, kalua saya bisa memenuhi kebutuhan anak dan istri saya. Ibu jangan terlalu kecewa . Tapi saya mencintai ibu .� Kata-kata itu sangat membuat hati saya trenyuh karena tidak menyangka begitu luar biasa hatinya. Terima kasih Ido semoga kau terus membawa keluargamu selalu bersama Tuhan Yesus. Anak saya yang pertama, Iwan adalah anak yang sangat saya sayangi. Karena apa? Karena dialah anak yang pertama-tama diberikan Tuhan kepadaku . Dis memang unik Dia di SMP saja dia sudah punya masalah dengan gurunya.Saat itu gurunya adalah teman saya. Begitu sikapnya saat kecil,
46
mengakali dan menakali adik-adiknya sudah biasa. Tetapi dia memutuskan setelah SMP pergi belajar ke Seminari
Mertoyudan. Saya saat itu tahu bahwa kalua ke seminari pasti kegagalan akan begitu besar karena dia adalah anak pertama. Dan saya akhirnya percaya bahwa memang betul juga ucapan orang bahwa anak pertama tidak akan mungkin berhasil di seminari. Dan akhirnya dalam perjalanan imannya kemudian setelah lulus dari Komunikasi UGM, dia meminta saya mengijinkannya untuk menikah dengan seorang wanita yang berbeda keyakinan. Saya memang menolaknya karena ekstrim banget yah. Keluar dari seminari, gagal jadi pastor malah kawin dengan orang yang berbeda agama. Akhirnya saya mencoba memahami kehendak Tuhan . Dengan harapan sebagai anak pertama dia bisa menjadi contoh, ternyata Iwan justru
47
mengambil sikap yang sangat tidak saya perkirakan sebelumnya. AKhirnya terjadilah, saat ini Iwan hidup dengan istri dan tiga anak perempuannya. Serta sekarang muncul Asha cucu anakku, dari pernikahan Cyntia Ayu dengan pasangannya Yoke Suryo. Aku saat itu menhadiri dan memberikan restu saat keduanya hendak mengikat tali cinta pernikahannya di tahun 2019.
Sampai saat ini aku terus berharap bahwa anakku Iwan ini selalu bisa menjadi ayah yang bertanggungjawab, setia dengan kekasih pilihan hatinya. Jadilah mualaf yang baik, gunakanlah apa yang kamu miliki, nilai-nilai keluarga Toepan yang ada. Nilai cinta, kesetiaan dan tanggung jawab sebagaimana dicontohkan oleh ayahmu Fabianus Toepan untuk membangun keluarga.
48
Puji Tuhan semuanya berjalan baik walau dengan kahancuran yang mendalam. Dua puluh tahun lebih saya harus menyimpan rasa betapa saya kecewa dengan dia. Tetapi itulah dia, itulah yang Tuhan inginkan, Dan saya selalu yakin bahwa Tuhan akan selalu menyeamatkan anak saya yang saya cintai ini. Semoga tiga putri anak mas Iwan, Cyntia, Claudia dan Cheryl bisa terus menjadi putri-putri cantik yang membanggakan dan menghormati ayah dan ibunya.
49
50
51
52
53