Mata Kuliah Jurusan Dosen
: Kewirausahaan : Manajemen Informatika dan Teknik Informatika : Agung Sugiri, S.IP
MODUL 1 : Konsep dan Pengertian Kewirausahaan Tujuan belajar pada mater i ini mahasiswa dihar apkan dapat: (1) menjelaskan kembali konsep kewir ausahaan, dan; (2) mer umuskan pengertian wir ausahawan. Untuk memper oleh tujuan belajar ter sebut mar i kita simak mater i belajar ber ikut. Konsep dan Pengertian Kewirausahaan Tidak ada bangsa yang sejahter a dan dihar gai bangsa lain tanpa kemajuan ekonomi. Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai jika ada spir it kewir ausahaan, yang kuat dar i war ga bangsanya. China baik dijadikan contoh konkr et dan paling dekat. Setelah menggelar pesta akbar Olimpiade 2008 yang mencengangkan banyak or ang beber apa waktu lalu, mer eka kembali membuat dunia berdecak dengan kesuksesan astr onotnya ber jalan-jalan di angkasa luar . Dan kini, dunia menantikan China tur un tangan membantu mengatasi kr isis keuangan global. Tanpa kemajuan ekonomi, tentu semua itu tak mungkin dilakukan China. Salah satu faktor kemajuan ekonomi China adalah semangat kewir ausahaan masyar akatnya, yang didukung penuh pemer intahnya. China, Kor ea Selatan, dan India semakin ber jaya mengibar kan pr oduk-pr oduknya sebagai bender a nasionalnya di pentas global. Bisnis korpor asi multinasional terus menggur ita di tanah air, sementar a pengusaha dan kor por asi nasional belum juga memiliki satu pun pr oduk ber mer ek global, kecuali ter kenal sebatas pemasok komod itas pr imer ber nilai tambah r endah. Negar a maju umumnya memiliki wir ausaha yang lebih banyak ketimbang negar a ber kembang, apalagi miskin. Amer ika Ser ikat, misalnya, memiliki wir ausaha 11,5 per sen dar i total penduduknya. Sekitar 7,2 per sen war ga Singapur a adalah pengusaha sehingga negar a kecil itu maju. Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimilikinya ter nyata hanya memiliki wir ausaha tak lebih 0,18 per sen dar i total penduduknya. Secar a histor is dan konsensus, sebuah negar a minimal har us memiliki wir ausaha 2 per sen dar i total penduduk agar bisa maju. Bangsa Indonesia semakin ber pacu dengan bangsa lain yang sudah lebih dulu maju. Bahkan, negar a-negar a yang per nah mengalami kr isis ekonomi seper ti Indonesia, yang menyebabkan mulai ber gantinya pelaku aktif di dunia bisnis, semakin jauh melesat. Kor por asi bar u ter us ber munculan, dikendalikan kaum muda dengan visi bisnis yang kuat, jiwa kew ir ausahaan yang tangguh. Pemimpin bisnis ber usia muda ter us ber munculan, siap membawa ekonominya melaju lebih pesat. Per nyataan seper ti pada awal tulisan ini ber kali-kali diutar akan dalam berbagai kesempatan ter pisah oleh Wakil Pr esiden Jusuf Kalla yang memang ber latar belakang pengusaha. Pengusaha nasional lainnya juga ber bicar a senada, antar a lain Ciputr a, Sofian Wanandi, dan Ar ifin Panigor o. Bukan hanya mer eka yang sudah senior dan telah mengenyam banyak asam gar amnya bisnis, tetapi juga kalangan muda gener asi kin i, seper ti Rachmat Gobel dan Anindya Bakr ie. Mer eka juga gr egetan melihat lambatnya kebangkitan wir ausaha di kalangan kaum muda sendir i. Tidak ada negar a sekaya dan selengkap sumber daya alam Indonesia. Sejak zaman penjajahan, nusantar a ini sudah menjadi sumber utama dunia akan hasil bumi dan laut, komoditas pr imer . Komoditas per tanian, per kebunan, laut, dan pantai Indonesia sudah jadi pembicar aan pebisnis global. Ber datangannya par tikelir untuk ber dagang, dan sebagian ber ujung penjajahan, adalah bukti otentik dar i catatan sejar ah masa silam itu.
Indonesia penghasil Kakao ter besar ketiga di dunia, tapi bukan penghasil cokelat ter kemuka. Swiss yang tidak punya lahan untuk menanam kakao menjadi pr odusen cokelat ter kemuka. Bangsa Jepang tak punya sumber daya alam yang ber lebihan, tapi negar a ini bagaikan pabr ik r aksasa yang memasok kebutuhan hidup manusia sedunia. Semua itu kar ena kewir ausahaan masyar akatnya yang kuat. Per soalan ada pula di sisi lain, yakni masih kabur nya visi ser ta r endahnya komitmen bir okr at dan pengambil kebijakan publik tentang pentingnya membangun semangat kewir ausahaan masyar akat, ter utama di kalangan anak-anak muda. Kewir ausahaan hanya bisa bangkit manakala diber i lahan subur untuk bersemai, dipupuk, dilindungi, dan dibela kepentingannya. Dengan kekuatan modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang d imiliki, mer eka akan ter us menggunakan segala kekuatan untuk melakukan ekspansi dan pengisapan kekayaan di negar anegar a ter tinggal atau ber kembang tempat mer eka ber oper asi. Untuk mengimbangi semakin menggur itanya kor por asi multinasional itu, tidak lain kecuali membangun semangat kewir ausahaan di kalangan manusia bar u Indonesia seagr esif mungkin sehingga lahir semakin banyak pelaku usaha, dan tumbuhnya korpor asi-kor por asi bar u yang sehat dan tangguh. Oleh kar ena itu, untuk memper cepat per tumbuhan wir ausaha di dalam neger i, har us ada upaya ser ius untuk menciptakan or ang-or ang yang mampu mengambil peluang yang ada dan menciptakan lapangan ker ja untuk dir inya maupun untuk or ang lain. Lembaga pendidikan mesti bisa ber per an lebih banyak lagi untuk menumbuhkan semangat kewir ausahaan dan membentuk or ang-or ang yang tahan banting dengan segala kesukar an yang dihadapi untuk membangun kemandir ian. Tanpa semua itu, Indonesia hanya akan menjadi pasar yang besar bagi pr oduk bangsa dan kor por asi asing. Kekayaan ber upa potensi sumber daya alam akan lebih banyak dinikmati bangsa lain, sementar a bangsa sendir i cukup puas mengonsumsi karya bangsa lain. Keter ampilan manusianya dalam hal menghasilkan komoditas dagangan dunia pun tak dir agukan. Akan tetapi, semua itu bisa menjadi tinggal kenangan di tengah ar us kapitalisme global yang mengutamakan keunggulan modal, teknologi, dan inovasi manusianya, yang kini menjad i kelemahan bangsa in i. Menyimak per soalan-per soalan seperti dikemukakan ter sebut, apa yang dapat kita lakukan? Mar ilah kita telusur i apa sesungguhnya yang dimaksud dengan jiwa kewir ausahaan tersebut. 1. Konsep Kewirausahaan Sebelum memapar kan teor i kewir ausahaan, ter lebih dahulu diulas penger tian “teor i”. Kita biasanya menggunakan teor i untuk menjelaskan sebuah fenomena. Fenomena yang akan dijelaskan disini adalah kehadir an entrepreneurship yang mempunyai kontr ibusi besar dalam pengembangan ekonomi. Teor i ter sebut ter dir i dar i konsep dan konstr uk. Teor i adalah “sekumpulan konstruk (konsep), definisi, dan pr oposisi yang saling ber hubungan” yang menunjukkan pandangan sistematis ter hadap sebuah fenomena dengan mer inci hubungan antar var iabel, dengan tujuan untuk mener angkan dan mempr ediksi fenomena. Mar i kita lihat beber apa teor i yang menjelaskan dan mempr ediksi fenomena mengenai kew ir ausahaan. Secar a teor iti, per usahaan sebagai sebuah istilah teknologis, dimana manajemen (individuindividu) hanya mengetahui biaya dan pener imaan perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis untuk menentukan nilai optimal dar i var iabel keputusan. Hmmm, jadi individu hanya ber tindak sebagai “kalkulator pasif” yang kontr ibusinya r elatif kecil ter hadap per usahaan. Jadi, dalam pendekatan teor itis tidak cukup mampu untuk menjelaskan isu mengenai kewir ausahaan. Ada yang menyebutnya “There is no space for an entrepreneur in neoclassical theory”. Nah loh, jadi dimana letak teor i kewir ausahaannya dong? Tapi sebagai titik awal masih ber manfaat juga kok. Kan konsep per usahaan (the firm) yang dijelaskan dalam Neo Klasik masih mengakui juga keber adaan pihak manajemen atau individu-individu. Dan individu inilah yang nantinya ber per an sebagai entr epr eneur atau intr apr eneur , yang akan dijelaskan pada teor i-teor i selanjutnya.
Ada pula yang mengkaji dar i sisi teor i keseimbangan (equilibrium theory). Menurut teor i ini, untuk mencapai keseimbangan diper lukan tindakan dan keputusan aktor (pelaku) ekonomi yang har us berulang-ulang dengan “car a yang sama” sampai mencapai keseimbangan. Jadi kata kuncinya “berulang dengan car a yang sama”, yang disebut “situasi statis”, dan situasi ter sebut tidak akan membawa per ubahan. Ar tinya, or ang-or ang yang statis atau ber tindak seperti kebanyakan or ang tidak akan membawa per ubahan. Schumpeter ber upaya melakukan investigasi ter hadap dinamika di balik per ubahan ekonomi yang diamatinya secar a empir is. Singkat cer ita, akhir nya beliau menemukan unsur eksplanatory-nya yang disebut “inovasi“. Dan aktor ekonomi yang membawa inovasi ter sebut disebut entrepeneur. Jadi entrepreneur adalah pelaku ekonomi yang akan membuat per ubahan. Masalah ekonomi sebetulnya mencakup mobilisasi sosial dar i pengetahuan yang ter sembunyi (belum diketahui umum) yang ter fr agmentasi dan tersebar melalui inter aksi dar i kegiatan par a entrepreneur yang ber siang. Ada dua konsep utama yang per lu kita per hatikan, yaitu pengetahuan ter sembunyi (or ang lain belum tahu), dan kewir ausahaan. Intinya mobilisasi sosial dar i pengetahuan ter sebut ter jadi melalui tindakan entrepreneural. Seor ang entrepreneur akan mengar ahkan usahanya untuk mencapai potensi keuntungan dan dengan demikian mer eka mengetahui apa yang mungkin atau tidak mungkin mer eka lakukan. Jadi ar tinya seor ang entrepreneur itu harus selalu mengetahui pengetahuan (atau infor masi) baru (dimana or ang banyak belum mengetahuinya). Dan pengetahuan atau infor masi baru ter sebut dimanfaatkan untuk memper oleh keuntungan. Bukankah dengan inovasi juga kita bisa mendapatkan pengetahuan, infor masi, bahkan teknologi bar u? Penemuan pengetahuan ter sembunyi mer upakan pr oses per ubahan yang ber kelanjutan. Dan pr oses inilah yang merupakan titik awal dar i pendekatan Austr ian ter hadap kewir ausahaan. Ketika dunia dipenuhi ketidakpastian, pr oses ter sebut kadang mengalami sukses dan gagal. Namun seor ang entrepreneur selalu ber usaha memper baiki kesalahannya. Jadi, jangan her an kalau or ang tua kita atau guru-gur u kita selalu mengatakan bahwa ”kegagalan itu adalah sukses yang ter tunda”, “Belajar lah dar i kesalahan”, atau “Hanya keledai lah yang ter per osok dua kali” Kirzerian Entrepreneur, memakai pandangannya “human action” dalam menganalisis per anan entrepreneural. Sama halnya dengan pr insip “the man behind the gun”, mengandung makna yang sama dengan “knowing where to look knowledge”. Dan dengan memanfaatkan pengetahuan yang super ior inilah seor ang entrepreneur bisa menghasilkan keuntungan. Istilah kewir ausahaan (entrepreneur) per tama kali diper kenalkan pada awal abad ke-18 oleh ekonom Per ancis, Richar d Cantillon. Menurutnya, entr epr eneur adalah “agent who buys means of production at certain prices in order to combine them”. Dalam waktu yang tidak ter lalu lama, ekonom Per ancis lainnya, yaitu Jean Baptista Say menambahkan definisi Cantillon dengan konsep entr epr eneur sebagai pemimpin. Say menyatakan bahwa entrepreneur adalah seseor ang yang membawa or ang lain ber sama-sama untuk membangun sebuah or gan pr oduktif. Penger tian kewir ausahaan r elatif ber beda-beda antar par a ahli kar ena sumber acuan dengan titik ber at per hatian atau penekanan yang berbeda-beda, di antar anya adalah: (1) Menurut Fr ank Knight (1921) wir ausahawan mencoba untuk mempr ediksi dan menyikapi per ubahan pasar . Definisi ini menekankan pada per anan wir ausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar . Seor ang wir ausahawan disyar atkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajer ial mendasar seper ti pengar ahan dan pengawasan. (2) Jean Baptista Say (1816) mengemukakan bahwa seor ang wir ausahawan adalah agen yang menyatukan ber bagai alat-alat pr oduksi dan menemukan nilai dar i pr oduksinya. (3) Joseph Schumpeter (1934) mengartikan wir ausahawan sebagai seor ang inovator yang mengimplementasikan per ubahan-per ubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi bar u. Kombinasi baru ter sebut bisa dalam bentuk (a) memper kenalkan pr oduk bar u atau dengan kualitas bar u, (b) memper kenalkan metoda pr oduksi baru, (c) membuka pasar yang bar u (new mar ket), (d) Memper oleh sumber pasokan bar u dar i bahan atau komponen baru,
atau (e) menjalankan or ganisasi bar u pada suatu industr i. Schumpeter mengkaitkan wir ausaha dengan konsep inovasi yang diter apkan dalam konteks bisnis ser ta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya. (4) Penr ose (1963) mengidentifikasi kegiatan kewir ausahaan yang mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajer ial ber beda dengan kapasitas kewir ausahaan. (5) Har vey Leibenstein (1968, 1979), kewir ausahaan mencakup kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan per usahaan pada saat semua pasar belum ter bentuk atau belum ter identifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi pr oduksinya belum diketahui sepenuhnya. (6) Isr ael Kir zner (1979), yang mengemukakan bahwa wir ausahawan mengenali dan ber tindak ter hadap peluang pasar. Seor ang wir ausahawan selalu dihar uskan menghadapi r esiko atau peluang yang muncul, ser ta ser ing dikaitkan dengan tindakan yang kr eatif dan innovatif. Selain itu, seor ang wir ausahawan menjalankan per anan manajer ial dalam kegiatannya, tetapi manajemen r utin pada oper asi yang sedang ber jalan tidak digolongkan sebagai kewir ausahaan. Seor ang individu mungkin menunjukkan fungsi kewir ausahaan ketika membentuk sebuah or ganisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajer ial tanpa menjalankan fungsi kewir ausahaannya. Jadi kewir ausahaan bisa ber sifat kondisional. Di jaman global sekar ang, adalah jamannya kewir ausahaan. Par a wir ausahawan mengendalikan r evolusi yang mentr ansfor masi dan memper bahar ui per ekonomian dunia. The new economy ditandai oleh budaya kewir ausahaan yang diaplikasi ke dalam aktivitas pr imer dan pendukung. Entrepreneurship mer upakan esensi dar i usaha bebas simetr ik dan a-simetr ik kar ena penciptaan dan kelahir an bisnis baru dalam industr i yang telah ada dan industr i bar u member i vitalitas bagi ekonomi pasar . Secar a har fiah penggalan kata “usaha” dalam istilah “kewir ausahaan” itu lebih ber notasi “effort” atau “upaya”, sehingga jangan dikonotasikan sebagai “bisnis” belaka. Jiwa da semangat kewir ausahaan tidak hanya har us dimiliki oleh par a pengusaha ( business-man) saja, melainkan sangat per lu dimiliki oleh pr ofesi dan per an apa saja dalam ber bagai fungsi yang ber beda, apakah itu pr ofesi gur u/ dosen, mur id/ mahasiswa, dokter , tentar a, polisi, dan sebagainya. Secar a etimologik, per kataan kewir ausahaan ( entrepreneur) ber asal dar i kata entrependre (bahasa per ancis) atau to undertake (bahasa inggr is) yang ber ar ti melakukan. Dengan demikian, kewir ausahaan bukanlah bakat dar i lahir atau milik etnis/ suku ter tentu. Kewir ausahaan bukanlah mitos, melainkan r ealistik atau construct yang dapat dipelajar i melalui pr oses pembelajar an, pelatihan, simulasi, dan magang secar a intent. Wir ausaha cender ung memiliki sifat avonturisme atau selalu ter dor ong untuk melakukan halhal bar u yang menantang dengan keyakinan yang dimilikinya. Yang menentukan apakah seseor ang akan menjadi seor ang wir ausaha ( entrepreneur) atau bukan adalah per buatan dan tindakan. Bukan bawaan, bukan kar ena bakat, bukan kar ena sifat-sifatnya, melainkan kar ena tindakan. Seor ang wir ausahawan (entrepreneur) adalah seseor ang yang memiliki visi dan intuisi yang r ealistik sekaligus seor ang implementator yang handal dalam penguasaan detail-detail yang diper lukan untuk mewujudkan visi pr ibadi maupun or ganisasinya. Secar a ter minologik, David E. Rye dalam bukunya The Vest-Pocket Entrepreneur (1996) mempr esentasikan kewir ausahaan sebagai pengetahuan ter apan dar i konsep dan teknik manajer ial yang diser tai r isiko dalam mentr ansfor masi sumberdaya menjadi output yang memiliki n ilai tambah tinggi ( value added). Dar i penger tian-menger tian ter sebut, kita dapat menar ik kesimpulan bawa kewir ausahaan mer upakan suatu pr oses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi ter sebut bisa ber upa ide inovatif, peluang, car a yang lebih baik dalam menjalankan
sesuatu. Hasil akhir dar i pr oses ter sebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi r esiko atau ketidakpastian. Kesimpulan yang sa ditar ik dar i penger tian ter sebut adalah bahwa kewir ausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang yang muncul di „pasar ? kehidupan. Eksploitasi ter sebut sebagian besar ber hubungan dengan pengar ahan dan atau kombinasi input-output yang lebih pr oduktif dan ber makna. Jika kita amati, per tumbuhan kelompok wir ausaha secar a integr al tidak ter lepas dar i lingkungan dimana kelompok-kelompok itu ber ada. Jika lingkungan kur ang atau tidak mendor ong tumbuhnya kelompok-kelompok wir ausaha, maka per kembangan kewir ausahaan akan meniscaya. Wir ausaha akan tumbuh jika lingkungan menghar gai or ang-or ang yang kr eatif dan menyediakan sar ana dan pr asar ana agar kr eativitas itu dapat memenuhi kebutuhan masyar akat lingkungan. Secar a ekonomik, seor ang wir ausaha adalah seor ang yang ber kemampuan mengkompar asi “sumber daya� untuk menghasilkan suatu output. Kelompok wir ausaha dapat member ikan multiplier effect bagi lingkungannya, kar ena seor ang wir ausaha senantiasa memberdayakan lingkungan dalam setiap aktivitas yang dilakukannya. 2. Pengertian Wirausahawan Wir ausahawan adalah seor ang katalisator . Mer eka adalah or ang-or ang yang melakukan tindakan sehingga suatu gagasan bisa ter wujud menjadi suatu kenyataan. Mer eka menggunakan kr eativitasnya untuk senantiasa melakukan pengembangan yang ber sinambungan. Wir ausahawan adalah seor ang yang mengor ganisasikan dan mengar ahkan usaha dan pengembangan bar u, memper luas dan member dayakan suatu or ganisasi, untuk mempr oduksi pr oduk bar u atau menawar kan jasa bar u kepada pelanggan bar u dalam suatu pasar yang bar u (Rye, 1996:3-4). Kar akter istik yang dimiliki oleh seor ang wir ausaha memenuhi syar at-syar at keunggulan ber saing bagi suatu per usahaan/ or ganisasi, seper ti inovatif, kr eatif, adaptif, dinamik, kemampuan ber integr asi, kemampuan mengambil r isiko atas keputusan yang dibuat, integr itas, daya-juang, dan kode etik niscaya mewujudkan efektivitas per usahaan/ or ganisasi. Ber ikut ini dipr esentasikan pr ofil seor ang wir ausahawan:
Tabel 1.1 Profil Seorang Wirausahawan Sumber : David E. Rye, 1996, Tools for Executive: The Vest-Poket Entrepreneur, Alih Bahasa: Hadyana, Buku Per tama, Jakar ta: Pr enhallindo. Dengan demikian, seor ang wir ausahawan mengetahui ber bagai fungsi yang ter kait dalam mengelola suatu per usahaan/ or ganisasi, seper ti fungsi manajemen, keuangan, pemasar an, pr oduksi, oper asi, sumber daya manusia, or ganisasi dan kelembagaan. Wir ausahawan adalah seor ang yang ber or ientasi pr estasi dan meyakini bahwa mer eka menguasai kemampuan sendir i.
3. Pengertian Kewirausahaan Definisi Kewir ausahaan menur ut David E. Rye (1996: 6) adalah suatu pengetahuan ter apan dar i konsep dan teknik manajemen yang diser tai r isiko dalam mer ubah atau mempr oses sumber daya menjadi output yang ber nilai tambah tinggi ( value edded). Per ubahan ini dilakukan melalui menciptaan difer ensiasi, standar isasi, pr oses dan alat desain dalam menciptakan pasar dan pelanggan bar u. Selain itu, definisi Kewir ausahaan menur ut Instr uksi Pr esiden Republik Indonesia (INPRES) No. 4 Tahun 1995 tentang Ger akan Nasional Me-masyar akat-kan dan Mem-budaya-kan Kewir ausahaan adalah semangat, sikap, per ilaku dan kemampuan seseor ang dalam menangani usaha dan/ atau kegiatan yang mengar ah pada upaya mencar i menciptakan, mener apkan car a ker ja, teknologi dan pr oduk baru dengan meningkatkan efesiensi dalam r angka member ikan pelayanan yang lebih baik dan/ atau memper oleh keuntungan yang lebih besar . Dengan demikian, tentunya kita menghar apkan motivasi kewir ausahaan dapat membudaya dan menjadi salah satu konsep per ekonomian nasional. Sesungguhnya, kewir ausahaan memiliki potensi untuk itu. Potensi ter sebut ditandai oleh beber apa keunggulan kompar atif ( comparative advantages) dibandingkan dengan konglomer asi. Di masa mendatang, par a wir ausahawan dituntut untuk mampu mentr ansfor masikan keunggulan kompetitif nasional. Adapun keunggulan kompar atif ter sebut adalah: Pertama, entrepreneur memiliki legit imasi mor al yang kuat untuk mewujudkan kesejahter aan dan menciptakan kesempatan ker ja. Kar ena tar get entrepreneur adalah masyar akat kelas menengah dan bawah, maka entr epr eneur memiliki per an penting dalam pr oses trickling down effect. Kedua, seor ang entr epr eneur memiliki visi bisnis, intuisi pengelolaan sumber daya, adaptable ter hadap per ubahan lingkungan dan kemampuan untuk ber ker ja sama secar a integr al.
Gambar 1.1 Relasi Faktor-faktor Pembentuk Wirausahawan
Modifikasi dari Bygrave (1996), The Portable MBA: Entrepreneurship, Binarupa Aksara: Jakarta, hal.3.
Gambar 1.2