Journal of E-Performa in Industrial Engineering (2013) Vol. 1, No.1: 9-18
Perancangan Business Process dan Standard Operating Procedure (SOP) di SD Muhammadiyah Palur Yuniaristanto*1) , Azizah Aisyati 1) , dan Dicky R. Afriyanto 2) 1)
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126, Indonesia 2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126, Indonesia
Abstrak Penelitian ini menggunakan metode competitive benchmarking terhadap SDN 15 Surakarta dan SD Muhammadiyah 1 Surakarta. Melalui competitive benchmarking akan diperoleh informasi tentang performansi terbaik dari sekolah tersebut. Perancangan proses bisnis dilakukan menggunakan Business Process Improvement (BPI) yang merupakan langkah perombakan terhadap proses bisnis yang telah berjalan untuk memperbaiki atau memberikan proses yang baru. Dari proses bisnis yang telah ada dipelajari setiap aktivitas pekerjaan yang ada kemudian dijabarkan secara detail ke dalam SOP. Selanjutnya dilakukan verifikasi terhadap rancangan SOP yang telah dibuat kepada kepala sekolah dan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan yang ada. Penelitian ini menghasilkan struktur organisasi matriks dengan spesialisasi pekerjaan yang lebih fokus yaitu dengan menambahkan dua orang wakil kepala sekolah (bidang kesiswaan dan sarana prasarana serta bidang kurikulum dan kemuhammadiyahan), dan bagian tata usaha yang dilengkapi SIM untuk mengatur administrasi dan keuangan. Hasil rancangan skema proses bisnis lebih jelas sehingga diharapkan tujuan sekolah dasar dapat tercapai. Rancangan SOP yang dihasilkan terdiri dari tiga belas SOP. Kata Kunci: sekolah dasar, competitive benchmarking, business process, standard operating procedure (SOP). Abstract This research uses a competitive benchmarking method to SDN 15 Surakarta and SD Muhammadiyah 1 Surakarta. By competitive benchmarking, it can be obtained information about the best performance of these schools. The design of business processes use Business Process Improvement (BPI), which is a step to improve business processes or provide a new procesess. There are three steps in BPI. First, the former business processes, being studied for every work activity. Then it will be described in detail in the SOP. And finally the headmaster and all other staff in elementary school will verified the SOP draft.This research proposes a matrix organizational structure with more focus on job specialization by adding two vice-headmaster (the field of student affairs and infrastructure and the field of curriculum and Kemuhammadiyahan), and the administration which is equipped by SIM to handle administration and finance. The design of business processes is more clearly so the primary objectives of the elementary school can be achieved. The final design of SOP consists of thirteen SOPs. Keywords: elementary school, competitive benchmarking, business process, standard operating procedure (SOP).
1. Pendahuluan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) merupakan lembaga mandiri, profesional, dan independen yang mengemban misi untuk mengembangkan, memantau dan 1
correspondence: yuniaristanto@gmail.com
2 Journal of E-Performa in Industrial Engineering Vol. 1, No. 1
mengevaluasi pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan (SNP). BSNP memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan ujian nasional, memberikan rekomendasi kepada pemerintah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan, merumuskan kriteria kelulusan, dan mengembangkan SNP (BSNP, 2007). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lingkup SNP ini meliputi delapan aspek yang terdiri dari standar isi, proses, kompetensi, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Delapan aspek ini akan diterapkan dalam bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah yang meliputi bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, kesiswaan, pendidik dan tenaga kependidikan, keuangan dan pembiayaan, dan sarana prasarana (BSNP, 2007). Untuk mencapai sistem pendidikan yang berkualitas, berdaya saing dan bermutu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bertindak sebagai eksekutor. Guna memenuhi SNP maka Kemendikbud meningkatkan kualitas dan layanan yang diberikan. Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kemendikbud menetapkan kriteria sekolah di setiap levellevel pendidikan yang ada seperti adanya sekolah potensial yang belum memenuhi standar nasional pendidikan, Sekolah Standar Nasional (SSN) pendidikan yang telah memenuhi delapan standar pendidikan dengan akreditasi B, Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang sudah berstandar nasional dan berakreditasi A, serta Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang sudah berstandar nasional dan diperkaya standar kualitas pendidikan negara maju dan berakreditasi A. Semakin beragamnya tuntutan pasar akan fasilitas sekolah dasar dan tuntutan kualitas dari Kemendikbud membuat sekolah dasar yang ada berlomba-lomba meningkatkan mutu pendidikan. Baik negeri maupun swasta menawarkan program-program unggulan seperti kelas internasional, kelas percepatan atau akselerasi, maupun program full day school. SD Muhammadiyah Palur merupakan salah satu sekolah dasar milik Yayasan Muhammadiyah di daerah Mojolaban, Sukoharjo. Sekolah ini memiliki dua program kelas, yaitu kelas reguler dan kelas program khusus. Saat ini sudah terdapat empat kelas program khusus dan dengan berjalannya waktu kelas reguler yang ada akan diganti dengan kelas program khusus. SD Muhammadiyah Palur memiliki 25 pegawai yang terdiri dari 23 pendidik dan 2 tenaga kependidikan. Dari struktur organisasi yang ada terlihat bahwa organisasi yang ada masih terlalu terpusat. Semua pendidik dan tenaga kependidikan akan langsung berhubungan dengan kepala sekolah. Peran kepala sekolah sangat mendominasi dengan rentang kendali yang besar. Merupakan hal yang penting untuk dihindari situasi di mana seluruh pekerjaan hanya berdasar pada sudut pandang seorang pihak saja (Chapman, 1992). Apabila tidak ada koordinasi yang baik maka aktivitas yang dijalankan sekolah dapat terganggu. Perlu adanya pengaturan pendelegasian tugas yang lebih efisien dan efektif dalam struktur organisasi sehingga kinerja yang dihasilkan dapat meningkat. Elemen penting yang diperhatikan ketika mendesain struktur organisasi meliputi spesialisasi pekerjaan atau pembagian pekerjaan, departementalisasi, rantai perintah, rentang kendali. sentralisasi dan desentralisasi, serta formalisasi (Robbins, 2002). Menurut Nahm dkk. (2002) formalisasi yang alami, jumlah tingkatan dalam hierarki struktur organisasi, dan level dari integrasi horizontal memiliki pengaruh yang signifikan, langsung, dan positif terhadap pembuatan keputusan dan level komunikasi. Pelaksanaan setiap aktivitas di SD Muhammadiyah Palur dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang akan diberi tanggung jawab masing-masing.
Yuniaristanto, Aisyati, Afriyanto – Perancangan Business Process dan Standard Operating Procedure (SOP) di ‌ 3
Kelompok-kelompok ini secara bergantian akan mendapat tugas menjalankan aktivitas sekolah sehingga pada akhirnya setiap anggota kelompok pernah menjalankan semua aktivitas yang ada. Kelompok yang baru biasanya akan banyak bertanya kepada kelompok lama. Hal ini dikarenakan proses bisnis yang berlangsung saat ini belum memiliki panduan yang baku dan belum ada pihak yang bertanggung jawab untuk menjamin pelaksanaan dari setiap proses bisnis yang ada. Proses bisnis adalah serangkaian aktivitas yang menggunakan sumber daya organisasi untuk menyelesaikan tujuan organisasi tersebut (Harrington, 1991). Zaheer dkk. (2010) menyatakan diperlukan suatu skema proses bisnis yang baik karena proses bisnis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap karyawan dan performansi organisasi. Dalam pengimplementasiannya diperlukan pengetahuan dari karyawan karena kekurangan pengetahuan akan proses bisnis akan menghambat implementasi proses bisnis (Chong, 2007). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap implementasi perombakan terhadap proses bisnis antara lain dukungan terhadap manajemen, perubahan manajemen, sentralisasi dalam pembuatan keputusan, formalisasi prosedur, budaya organisasi, dan keterlibatan sumber daya manusia yang ada (Ahadi, 2004). Salah satu metode dalam merancang proses bisnis adalah Business Process Improvement (BPI). BPI merupakan langkah perombakan terhadap terhadap proses bisnis yang telah berjalan untuk memperbaiki atau memberikan proses yang baru. Dengan adanya proses bisnis yang jelas dan terstruktur, maka manfaat yang akan didapat adalah memberikan pemahaman dan memudahkan penggunaan serta dapat mengurangi kesalahankesalahan yang dilakukan (Harrington,1991). Untuk mendapatkan tujuan dari proses bisnis maka perlu dijabarkan lebih detail setiap proses bisnis ke dalam prosedur yang disebut dengan Standard Operating Procedure (SOP). Menurut FEMA (1999) SOP adalah suatu panduan yang menjelaskan secara terperinci bagaimana suatu proses harus dilaksanakan. SOP dibuat baku dan harus dilalui secara berurutan untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Dasar yang digunakan untuk proses perancangan ini adalah strategi benchmarking. Dalam penelitian ini, jenis benchmarking yang digunakan adalah competitive benchmarking. Competitive benchmarking adalah awal dari reverse engineer yang kemudian berkembang menjadi benchmarking. Reverse engineer melihat semua strategi dalam berkompetisi dan menganalisis seluruh jalur dari organisasi pesaing (Lankford, 2001). Melalui competitive benchmarking akan diperoleh informasi tentang performansi terbaik dari pesaing (Ajelabi dkk., 2010). Informasi tersebut dapat dipergunakan oleh sekolah dasar yang bersangkutan untuk menciptakan kinerja yang lebih baik dari yang baik. Terdapat beberapa tahapan dalam benchmarking, antara lain tahap perencanaan, tahap analisis, tahap integrasi dan tahap implementasi. Pada penelitian ini sekolah yang menjadi subject benchmarking adalah SDN 15 Surakarta dan SD Muh 1 Surakarta dimana keduanya sudah SSN dengan program full day school dan akselerasi. Keduanya juga memiliki nilai akreditasi 95 dengan peringkat A dari Badan Akreditrasi Nasional (BAN-SM,2012).
2. Metode Penelitian Metode penelitian pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
4 Journal of E-Performa in Industrial Engineering Vol. 1, No. 1
c o m p e ti ti v e
b e n c h m a r k i n g
Tahap Perencanaan 路 Identifikasi subjek benchmarking 路 Identifikasi target benchmarking 路 Pengumpulan data Tahap Analisis Tahap Integrasi
Merancang ulang struktur organisasi Merancang proses bisnis usulan Merancang Standard Operating Procedure (SOP)
Gambar 1. Metodologi Penelitian 2.1.
Competitive Benchmarking Dalam penelitian ini digunakan strategi competitive benchmarking. Melalui competitive benchmarking akan diperoleh informasi tentang performansi terbaik dari pesaing, dimana informasi ini dapat dipergunakan oleh sekolah dasar untuk menciptakan produk terbaik dari yang terbaik. Tahapan dalam competitive benchmarking (Gasperz, 2002) antara lain: 1. Tahap perencanaan Pada tahap ini dilakukan identifikasi subjek dan target benchmarking, serta menentukan metode pengumpulan data yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengumpulan data. 2. Tahap analisis Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap struktur organisasi, dokumen, dan proses bisnis mulai dari kelima bidang aktivitas di sekolah dasar. 3. Tahap integrasi Pada tahap ini menunjukkan hasil dari benchmarking yang telah dilakukan. Kebaikankebaikan dari subjek benchmarking kemudian akan dijadikan sebagai best practice.
2.2.
Merancang Ulang Struktur Organisasi Perancangan ulang struktur organisasi diawali dengan melakukan analisis terhadap struktur organisasi SD Muhammadiyah Palur sebelumnya, kemudian dilakukan perbandingan dengan struktur organisasi dari subjek bencmarking. Elemen penting yang diperhatikan ketika mendesain struktur organisasi meliputi spesialisasi pekerjaan atau pembagian pekerjaan, departementalisasi, rantai perintah, rentang kendali. sentralisasi dan desentralisasi, serta formalisasi (Robbins, 2002).
2.3.
Merancang Skema Proses Bisnis Sebelum merancang skema proses bisnis diawali dengan melihat visi,misi, dan tujuan. Proses bisnis dinilai bagus jika berhasil mencapai tujuan dengan efektif dengan mensinergikan seluruh sumber daya yang dimiliki secara efisien. Peranan yang sangat vital tersebut mendorong kesadaran setiap organisasi bisnis untuk melakukan manajemen proses bisnis
Yuniaristanto, Aisyati, Afriyanto – Perancangan Business Process dan Standard Operating Procedure (SOP) di ‌ 5
Pembuatan proses bisnis dilakukan menggunakan metode BPI. Business Process Improvement (BPI) adalah langkah perombakan terhadap proses bisnis yang telah berjalan untuk memperbaiki atau memberikan proses yang baru. Langkah-langkah dalam perancangan proses bisnis baru adalah sebagai berikut: 1. Pemetaan proses bisnis awal Pemetaan ini menggunakan functional flowchart dan bertujuan untuk mengetahui prosesproses yang dilakukan oleh SD Muhammadiyah Palur dan aktivitas yang dikerjakan didalamnya secara keseluruhan. 2. Identifikasi proses value added dan non-value added Pemetaan tersebut kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi kegiatan yang termasuk value added (mempengaruhi hasil akhir output yang akan menambah kepuasan konsumen) dan non-value added jika kegiatan tersebut dieliminasi ataupun disederhanakan maka tidak akan mengurangi nilai akhir produk bagi konsumen). Analisis kegiatan value-added dan non-value-added yang dilakukan disertai dengan menganalisis kekurangan dari setiap kegiatan tersebut berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah dan staf yang bekerja di SD Muhammadiyah Palur. 3. Pemetaan proses bisnis sekolah dasar yang menjadi subjek benchmarking dengan functional flowchart 4. Melakukan perbaikan berdasarkan konsep Business Process Improvement (BPI) Berdasarkan pada konsep BPI, perbaikan dilakukan dengan menghilangkan, menyederhanakan, menyatukan atau melakukan otomatisasi pada proses. Proses bisnis ini masih mengakomodasi untuk menambahkan proses apabila proses awal masih kurang efektif dan dibutuhkan penambahan proses. Pemetaan proses bisnis baru kemudian dibuat dengan functional flowcharts eperti halnya pemetaan proses bisnis sebelumnya. 2.4.
Merancang Standard Operating Procedure (SOP) Menurut Grusenmeyer (2003) untuk mendapatkan tujuan dari proses bisnis maka perlu dijabarkan lebih detail setiap proses bisnis ke dalam prosedur yang disebut dengan Standard Operating Procedure (SOP). Dari proses bisnis yang telah dibuat sebelumnya, kemudian dipelajari dan dipahami setiap aktivitas pekerjaan yang ada. Setelah itu, dijabarkan secara detail ke dalam SOP. Pada tahap ini dijabarkan rancangan SOP yang akan dibuat dan mengidentifikasi dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk mendukung SOP yang dibuat.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1.
Best Practice Hasil dari competitive benchmarking adalah best practice seperti yang ditampilkan pada Tabel 1, dimana informasi ini dapat dipergunakan oleh sekolah dasar untuk menciptakan produk terbaik dari yang terbaik. Dalam penelitian ini, informasi diperoleh dari melakukan wawancara dan pengamatan langsung ke sekolah yang dijadikan subjek benchmarking (SDN 15 Surakarta dan SD Muhammadiyah 1 Surakarta). Target benchmarking yang ingin dicapai adalah struktur organisasi dan bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah yang meliputi kurikulum dan kegiatan pembelajaran, kesiswaan, pendidik dan tenaga kependidikan, keuangan dan pembiayaan, dan sarana prasarana (BSNP, 2007). Hasil dari benchmarking akan menjadi salah satu dasar dalam proses perancangan struktur organisasi, proses bisnis, dan SOP.
6 Journal of E-Performa in Industrial Engineering Vol. 1, No. 1
Tabel 1. Data Hasil Best Practice No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Target Best Practice benchmarking Struktur Terdapat 5 jabatan yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah Organisasi (wakasek), tata usaha (keuangan dan administrasi), pendidik (guru), dan tenaga kependidikan (unit perpustakaan, penjaga sekolah, UKS, dan kantin). Kurikulum · Menerapkan 8 standar dari BSNP. dan kegiatan · Menggunakan jasa KKG (Kelompok Kerja Guru) baik dari dalam sekolah maupun dari gugus sekolah yang bersangkutan. pembelajaran · Menambahkan kurikulum muatan lokal yang sesuai dan mencerminkan kebudayaan di daerah setempat. · Sistem full day dimana pembelajaran dimulai dari 07.30 hingga 15.30 untuk hari senin hingga kamis. · Memberikan tugas/pekerjaan rumah di luar hari dengan jam belajar full day (jumat dan sabtu) . · Menggunakan target dalam hasil evalusi belajar siswa dan adanya remedial secara cycling. · Melakukan validasi bank soal yang ada serta pendokumentasian soal · Membentuk Tim Pengembang Sekolah . Kesiswaan · Mengadakan kerjasama dengan pihak terkait (universitas) dalam PPDB · Melakukan promosi sekolah (word of mouth, menjadi sponsor kegiatan TK, brosur, papan nama, dan lain-lain ). · Menetapkan target dan kuota untuk PPDB · Melakukan pendataan alumni Pendidik dan · Melakukan test dan review yang bertahap dalam rekruitmen tenaga · Melakukan pelatihan internal dan eksternal bagi staf dan kependidikan karyawan · Melakukan supervisi baik langsung oleh kepala sekolah saat supervisi, teman mengajar, dan peserta didik · Mengusahakan semua pendidik minimal sudah berkualifikasi S1 Bidang · Membagi bendahara ke dalam dua bagian besar yaitu yang keuangan dan mengurusi pendapatan (BOS, BPMKS, sumbangan, dan murid) pembiayaan dan pembelanjaan · Melibatkan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) dalam pengembangan program sekolah Sarana dan · Menggunakan batas pengeluaran biaya pengadaan sarana prasarana prasarana dengan persyaratan yang lebih detail. · Menggunakan sarana TI untuk inventaris kelas, ruang, dan sekolah. · Memberikan layananan untuk makan, kantin sekolah, antar jemput sekolah, buku tabungan, dan koperasi sekolah.
Yuniaristanto, Aisyati, Afriyanto – Perancangan Business Process dan Standard Operating Procedure (SOP) di ‌ 7
3.2.
Rancangan Ulang Struktur Organisasi Rancangan ulang struktur organisasi untuk SD Muhammadiyah Palur dapat dilihat pada Gambar 2. Kepala Sekolah Wakasek Kesiswaan dan Sarana Prasarana
Wakasek Kurikulum dan Kemuhammadiyahan
Guru - Guru
Unit Perpustakaan
POKJA - Tim Pengembang KTSP - Panitia PPDB - Tim RKAS
Tata Usaha - Bendahara - Administrasi
Penjaga
Gambar 2. Rancangan Ulang Struktur Organisasi Struktur organisasi yang digunakan termasuk struktur organisasi matriks dengan spesialisasi yang lebih fokus. Sebelumnya hanya ada satu wakasek yang membantu tugas kepala sekolah. Tugas wakasek akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu: 1. Wakasek Kesiswaan dan Sarana Prasarana yang mengatur program dan kegiatan siswa (upacara, kunjungan ke luar, pengenalan praktik lapangan (PPL), lomba), mengkoordinasikan 6K (keamanan, keindahan, kebersihan, ketentraman, ketertiban, dan kerukunan), dan menyeleksi siswa untuk pemilihan siswa teladan, pemberian beasiswa, dan kegiatan perlombaan atas nama sekolah serta merencanakan, mengatur, mengelola, dan merawat kebutuhan sarana dan prasarana dan kebutuhan pendidik/tenaga kependidikan untuk menunjang proses belajar mengajar (KBM). 2. Wakasek Kurikulum dan Kemuhammadiyahan yang mengatur kurikulum pendidikan nasional dari dinas dan kurikulum ciri khusus dari Yayasan Muhammadiyah seperti penyusunan kalender pendidikan, program pengajaran, pelaksanaan program penilaian, supervisi administrasi dan akademis, dan pelaksanaan kegiatan keagamaan. Untuk bagian TU akan ditambahkan dengan SIM (Sistem Informasi Manajemen) yang akan mengelola website dari sekolah dan mengintegrasikan informasi dan data hal yang bisa dipercepat jika menggunakan manual seperti penyusunan data siswa, data guru dan karyawan, data inventaris sekolah, dan lain-lain. Bagian TU nantinya akan dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian administrasi (surat masuk, surat keluar, data inventaris sekolah, data siswa, dan data pegawai) dan bagian keuangan (pendapatan dan pembiayaan). Dalam pelaksanaan tugas akan dibentuk POKJA yang bertanggung jawab dalam suatu pelaksanaan kegiatan sekolah seperti Tim RKAS dalam penentuan anggaran sekolah, Tim Pengembang KTSP dalam pembuatan kurikulum, dan Panitia PPDB dalam penerimaan peserta didik. Hal ini sesuai dengan bentuk struktur organisasi matriks yang sifatnya lebih fleksibel dengan penugasan para staf berdasarkan fungsinya untuk mengerjakan tugas tertentu. 3.3.
Rancangan Proses Bisnis dan Standard Operating Procedure (SOP) Perancangan proses bisnis dari SD Muh Palur dijabarkan ke dalam beberapa aktivitas sesuai bidang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah. Salah satu contoh hasil rancangan proses bisnis dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 untuk proses penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Setelah dilakukan perancangan proses bisnis baru, untuk mendapatkan tujuan dari proses bisnis maka perlu dijabarkan lebih detail setiap proses bisnis ke dalam prosedur yang disebut
8 Journal of E-Performa in Industrial Engineering Vol. 1, No. 1
dengan SOP. Dalam perancangan SOP ini, akan dijabarkan mengenai SOP yang diperlukan beserta komponen-komponennya (tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab dan dokumen). SOP yang dibuat terdiri dari 13 SOP yang meliputi SOP untuk penyusunan KTSP, penyusunan silabus dan program, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, kegiatan istirahat, penetapan guru mata pelajaran, pelaksanaan PPDB, penyusunan data siswa, pengadaan pendidik dan tenaga kependidikan, pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan, penyusunan rencana keuangan dan anggaran sekolah,pencairan uang, pelaporan keuangan, dan pengadaan dan pelaporan sarana prasarana. Pihak-pihak yang terlibat dalam setiap SOP yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2. Selanjutnya contoh hasil SOP yang dihasilkan, yaitu SOP penyusunan KTSP dapat dilihat pada Gambar 5. Penyusunan KTSP Dinas
Kepala Sekolah
Tim Pengembang Kurikulum
Menyusun tim penyusun kurikulum
Workshop penyusunan kurikulum
Komite dan Yayasan
Mulai
Memberikan model KTSP Model KTSP
Penyusunan draft kurikulum Draft KTSP
Menyetujuil kurikulum Melaporkan finalisasi kurikulum
Menerima laporan finalisasi kurikulum
KTSP
Mendapat salinan finalisasi kurikulum Selesai
Gambar 3. Proses Bisnis Penyusunan KTSP Awal Penyusunan KTSP Wakasek Kurikulum dan Kemuh
Dinas
Kepala Sekolah
Tim Pengembang Kurikulum
Menyusun tim penyusun kurikulum
Workshop penyusunan kurikulum
Menyetujui kurikulum
Penyusunan draft kurikulum
Komite dan Yayasan
Mulai
Memberikan model KTSP
Model KTSP
Memberikan acuan model KTSP lain Model OECD
draft kurikulum
Mendapat salinan finalisasi kurikulum
Melaporkan finalisasi kurikulum
Menerima laporan finalisasi kurikulum
Selesai
Gambar 4. Proses Bisnis Penyusunan KTSP Usulan
Yuniaristanto, Aisyati, Afriyanto – Perancangan Business Process dan Standard Operating Procedure (SOP) di … 9
Tabel 2. Pihak Yang Terlibat Dalam SOP SOP
Kepala Sekolah
Waka Kurikulum & Kemuh
SOP-01
√
√
SOP-02
√
√
Waka Kesiswaan & Sarpras
Tim Pengembang KTSP
Panitia PPDB
Tim RKAS
Guru
Unit Perpustakaan
Tata Usaha
Penjaga
√ √
SOP-03
√
SOP-04
√ √
√
√
SOP-05
√
√
SOP-06
√
SOP-07
√
SOP-08
√
√
SOP-09
√
√
SOP-10
√
√
√
SOP-11
√
√
√
SOP-12
√
SOP-13
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
Keterangan: SOP-01 Penyusunan KTSP Penyusunan Silabus dan SOP-02 Program SOP-03 Pelaksanaan KBM SOP-04 Kegiatan Istirahat Penetapan Guru Mata SOP-05 Pelajaran SOP-06 Pelaksanaan PPDB SOP-07 Penyusunan Data Siswa
√
√
√
√
SOP-08
Pengadaan Pendidik dan Tenaga Kepend.
SOP-09
Pemberhentian Pendidik dan Tenaga Kepend.
SOP-10 SOP-11
Penyusunan RKAS Pencairan Uang
SOP-12
Pelaporan Keuangan
SOP-13
Pengadaan dan Pelaporan Sarana Prasarana
STANDARD OPERATING PROCEDURE TIM PENGEMBANG KTSP
Keterangan
No
: SD MP - SOP - 05
Page
:1
Date
:
Revised
:
: PROSEDUR PENYUSUNAN KTSP Membantu dalam proses penyusunan kurikulum yang nantinya digunakan dalam satu tahun pembelajaran Lingkup prosedur meliputi penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1.
Tujuan
2.
Ruang Lingkup
3.
Tanggung Jawab
Tim Pengembang KTSP
4.
Dokumen
Model KTSP, Draft KTSP, KTSP
5.
Isi Prosedur Penyusunan KTSP
No. 1.
2.
Urutan Proses
Membentuk Tim Pengembang kurikulum. Tim ini terdiri dari kepala sekolah, wakasek kurikulum dan kemuhammadiyahan, perwakilan guru, narasumber, dan pengawas dari Dinas
3.
Melakukan workshop penyusunan kurikulum.
4.
Melakukan validasi terhadap draft KTSP yang telah disusun. Apabila diketemukan bagian yang kurang sesuai dapat dilakukan
5.
Pihak
Menerima model acuan KTSP. Model acuan ini bisa berasal dari Dinas Pendidikan atau menggunakan acuan Organizattion for Wakasek Kurikulum Economic Cooperation and Development (OECD). dan Kemuh
Melaporkan finalisasi KTSP ke Komite, Yayasan, dan Dinas Pendidikan. Dibuat Oleh Diketahui Oleh
Dokumen Model KTSP
Kepala Sekolah
Tim Pengembang KTSP
Draft KTSP
Kepala Sekolah
Draft KTSP
Kepala Sekolah
KTSP
Gambar 5. SOP Penyusunan KTSP
Disetujui Oleh
10 Journal of E-Performa in Industrial Engineering Vol. 1, No. 1
4. Simpulan dan Saran Penelitian yang dilakukan menghasilkan rancangan ulang berupa struktur organisasi matriks dengan spesialisasi pekerjaan yang lebih fokus. Spesialisasi pekerjaan tersebut adalah adanya dua wakil kepala sekolah (wakasek) yaitu wakasek kesiswaan dan sarpras serta wakasek kurikulum dan kemuhammadiyahan, dan bagian tata usaha yang dilengkapi SIM yang dibedakan menjadi bagian administrasi dan keuangan. Skema proses bisnis SD Muhammadiyah Palur dirancang dengan melakukan competitive benchmarking ke SDN 15 Surakarta dan SD Muhammadiyah 1 Surakarta. Kebaikan dari kedua sekolah dasar tersebut kemudian dijadikan sebagai salah satu dasar dalam perancangan proses bisnis yang nantinya akan dijelaskan di dalam standard operating procedure (SOP). SOP yang dibuat terdiri dari 13 SOP. Dari ketiga belas SOP yang telah dibuat, semua telah mewakili prosedur dan proses yang ada di lapangan. Selanjutnya perlu dilakukan pengimplementasian proses bisnis secara total dan berkesinambungan oleh pihak SD Muhammadiyah Palur dan penggunaan sistem informasi yang integrasi untuk membantu pelaksanaan aktivitas sekolah dari awal hingga akhir yang memungkinkan adanya interaksi dengan pihak wali murid. Daftar Pustaka Ajelabi, I dan Tang,Y. 2010. The Adoption of Benchmarking Principles for Project Management Performance Improvement, International Journal of Managing Public Sector Information and Communication Technologies (IJMPICT), Vol. 1, No. 2. Ahadi, H.R. 2004. An Examination of The Role of Organizational Enablers in Business Process Reengineering and The Impact of Information Technology, Information Resource Management Journal, Vol. 17 No. 4, hal 1-19. BAN-SM. 2012. Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah provinsi Jawa Tengah. Tersedia di http://www.ban-sm.or.id/. Diunduh pada 10 Maret 2012. BSNP, 2007. SNP. Tersedia di www.bsnp-indonesia.org. Diunduh pada 10 November 2011.. Chapman, M. 1992. Defining Culture: A Social Anthropological Perspective. The Annual Conference of the Academy of International Business (U.K.) Brighton Polytechnic Business School. Chong, S. 2007. Business Process Management for Smes: An Exploratory Study of Implementation Factors for The Australian Wine Industry, Journal of Information Systems and Small Business, Vol. 1, No. 1-2, hal. 41-58. FEMA.1999. Guide to Developing Effective SOP For Fire and EMS Department. Tersedia di http://www.usfa.dhs.gov/downloads/pdf/publications/fa-197-508.pdf. Diunduh pada 10 November 2010. Gasperz, V. 2002. Manajemen Bisnis Total Dalam Era Globalisasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Grusenmeyer, D. 2003. Developping Effect Standard Operating Procedures. Tersedia di http://www.ansci.cornell.edu/pdfs/sopsdir.pdf. Diunduh pada 10 November 2010 Harrington. 1991. Bussiness Process Improvement: The Breakthrough Strategy for Total Quality, Productivity, and Competitiveness. New York: McGraw-Hill. Lankford, W.M. 2001. Benchmarking: Understanding The Basics. The Coastal Business Jurnal, Vol.1 No.1, hal. 57-62. Nahm, A.Y., Vonderembse,M.A., dan Koufteros, X.A. 2003. The Impact of Organizational Structure on Time-Based Manufacturing and Plant Performance. Journal of Operations Management, Vol.21, hal 281–306. Robbins, S. P. 2002. Organizational Behavior: Concepts, Controversies, and Applications eighth edition. Edisi Revisi. Alih bahasa oleh Dr. Hadyana Pujaatmaka dan Drs. Benyamin Molan. Jakarta: PT. Prenhallindo. Zaheer, A., Rehman, K.U., dan Khan, M.A., 2010. Development and Testing of A Business Process Orientation Model to Improve Employee and Organizational Performance. African Journal of Business Management, Vol.4 No.2, hal. 149-161.