UTISM &FRIENDS No 2 EDISI AGUSTUS 2014
Newsletter of London School Centre for Autism Awareness
Fokus
Ayo….. Sama-Sama Bergerak
Untuk Advokasi Anak Autistik
I
uotes
nilah sekelumit kisah pilu yang dihadapi anak-anak autistik, namun banyak orang tua dan lingkungan ke luarga tidak berdaya untuk mengatasinya. Seorang anak autistik, laki-laki umur tiga tahun, mendapat terapis seorang laki-laki di rumah. tapi yang terjadi justru pelecehan seksual. Sang ibu hanya bisa histeris, tidak ada tindakan hukum, dan laki-laki itu malah masih tetap jadi terapis sampai sekarang. Ada lagi seorang anak laki-laki 10 tahun yang disodomi oleh tukang sapu sekolah, tapi guru-guru dan teman-temannya yang sudah tahu justru mentertawakannya. Orang tua pun merasa tak ada gunanya melapor ke polisi karena guru di sekolah tidak melindungi muridnya. Seorang anak perempuan usia 14 tahun dengan retardasi mental diperkosa kakek tetangga dengan diberi permen. Orang tua sudah melaporkannya ke polisi dibantu SIKAP. Namun, hasil akhir perkara tersebut dipeti eskan. Ada juga guru sadis yang sering mencubit bibir anak sampai berdarah hanya karena anak kelas 3 SD itu suka meniru atau membeo apa saja yang dikatakan guru. Padahal anak itu menunjukkan gejala ekolalia. Orang tua tidak berani apa-apa, karena takut anaknya dikeluarkan dari sekolah. Di balik semua kisah pilu ini, ada yang lebih menyedihkan lagi yakni pelaku kekerasan justru orang tua dan saudara kandung yang merasa kesal atau malu dengan anak tersebut. Ia dipukul, dikunci di kamar, diasingkan, bahkan ada yang dirantai atau dipasung. Ketidakadilan dan tindakan kekerasan yang dialami anak austik justru dimulai dari lingkungan paling dekat: saudara kandung,
“
orang tua, guru, teman-teman, terapis, penegak hukum dan kantor tempat orang tua bekerja serta tetangga. Kisah di atas diungkapkan oleh Dr Melly Budhiman dari Yayasan Austisma Indonesia pada seminar Memperjuangkan Advokasi Penyandang Austisme di Indonesia, April lalu, di Jakarta. Anak-anak dengan kebutuhan khusus ba nyak mengalami ketidakadilan, kekerasan dan pelecehan. Orang tua sebenarnya bisa melakukan sesuatu, sekurangnya dalam kehidupan sehari-hari tanpa diskriminasi pada anak autistik. “Dan jangan lupa, informasikan nilai-nilai positif dari kemampuan anak berkebutuhan khusus kepada masyarakat luas dan berbagai komunitas,” kata Arist Merdeka Sirait, Ketua Umum Komisi perlindungan Anak pada kesempatan yang sama. Menangani anak berkebutuhan khusus, katanya, bukan hanya fisik, emosional atau kesehatan, tapi juga pemaham an tentang potensi anak agar dapat berkembang seoptimal mungkin. Untuk itu, perlu penyediaan pendidikan inklusif secara merata, tersedianya SLB dengan sarana dan prasarana memadai, peningkatan ketersediaan guru atau pembimbing anak berkebutuhan khusus yang berkualitas, dan terse dianya akses informasi tentang program pendidikan anak berkebutuhan khusus. Anak perlu dukungan untuk berkembang secara mandiri. Oleh karena itu, apa saja yang me nerpa anak, termasuk kekerasan dan pelecehan, maka orang tua dan semua lingkungan harus berani mengatasinya. “ Tapi jika anak berprestasi, orang tua ja ngan ragu-ragu memberi penghargaan,” demikian Aris Merdeka Sirait, (artini)
You can’t punish a child who is acting out because of sensory overload. – Temple Grandin –
”
Follow Us @LSCAA17 @ LSBA 1992
1
KATA PEMBACA satu ercinta, ds” salah Pembaca t m & Frien s i t u A “ ng i i in likasi ya Pada edis sebuah ap h a l a d a bahas ng peduli onesia ya yang kami d n I i / a r t . n oleh pu g autisme diciptaka penyandan n a a d a r e b e k dengan -anak antu anak ngat memb a s n a ami k a ini dan memah Aplikasi omunikasi k r e b t a p uk da autis unt unikasi. ar berkom s a d p e s n konsep-ko semakin ari akan h n a i d s u m n dike anak auti Kami yaki kan anaki d a j n e m l ra untuk nak norma banyak ca seperti a g n a b m e k r n n be ihka tumbuh da n dan sis . kesempata n a k i r e B tu mereka n lainnya. tuk memba n u a t i k emikiran sedikit p gat, Salam han
Saya senang membaca Newsletter Autism & Friends ini, karena selain saya bisa mendapatkan informasi yang berkaitan dengan dunia anak berkebutuhan khusus, juga bisa menambah wawasan dan ilmu (Ria)
Chrisdina
OPINI AHLI
Kalau Remaja Sedang Galau…. S usah diatur plus ngeyel, dandanannya alay, keingin annya nggak jelas, lebih hafal lagu-lagu yang sedang hits daripada pelajaran, suka marah=marah dan mendengar musik yang memekakkan telinga. Tiba-tiba saja dia jatuh cinta dengan temannya dan besoknya mendadak menangis karena diejek teman di kelas. Ketika keluarga sedang terlelap tidur, tiba-tiba saja dia menyetel musik yang memekakkan dan dia pun berjingkrak-jingkrak semaunya. Di sisi lain, dia mulai susah diajak ngobrol, jalan-jalan ke mal, tapi kalau ada temannya yang bertandang ke rumah, wow…. betapa dia sangat bahagia. Itulah gambaran anak manis yang kemarin masih suka dipeluk-peluk, tapi sekarang dia berubah menjadi abege yang menjengkelkan, suka aneh-aneh, susah diatur dan juga se ringkali merepotkan orang tua.
2
Adriana S. Ginanjar, psikolog yang namanya sangat lekat dengan pengasuhan anak austik, mengungkapkan masalah kegalauan anak remaja dalam buku kecil Masa Galau Re maja Austik (2014) sebagai pegangan para orang tua yang memiliki anak Spectrum Austistik (SA) yang sedang beranjak remaja. Buku yang disajikan dengan bahasa ringan ini memberi petunjuk bahwa masa remaja yang penuh kegalauan adalah suatu tahapan perkembangan secara fisik dan emosional yang mesti dilalui seorang anak menuju dewasa. Si Unyil yang imut-imut akan mengalami masa remaja, dan dia bisa berubah menjadi remaja yang “horror”. Orang tua sebenarnya tidak perlu risau, karena masa meledak-ledak pada tahapan remaja merupakan tanda - tanda normal bahwa anak-anak sedang menuju masa aktualisasi potensi diri mereka.
Sama dengan remaja lainnya, remaja SA juga akan mengÂalami perubahan seperti mulai tumbuh jakun, suara mulai pecah, menstruasi, dan lebih lagi emosionalnya, mulai naksir lawan jenis, selera berpakaian dan musik jadi berbeda, dan dan lebih suka mendengar “ apa kata temanâ€?. Tanda-tanda lainnya, mereka lebih sering melamun, malas kalau diajak jalan-jalan keluarga atau nonton bareng bersama orang tua. Masa remaja sering disebut sebagai masa topan dan badai, karena mudahnya anak-anak ini meledak-ledak, mudah terÂsinggung dan marah-marah. Kalau disuruh belajar, maka dia mungkin akan melawan orang tua, hanya karena sebenarnya dia sudah terlanjur janjian dengan pacar untuk nonton. Nah, kalau sudah ada perbedaan keinginan antara orang tua dan anak, maka aksinya adalah pemberontakan dan pembangkangan. Apa pun yang disuruh orang tua, pasti dilawan. Menurut Adriana, bagi remaja, teman adalah dewa atau teman seperjuangan. Kalau tadinya orang tua adalah orang yang dianggap paling tahu dan paling benar, maka sekarang mereka lebih percaya teman sebaya. Bisa jadi, gara-gara teman-temannya, maka anak mulai mencoca-coba merokok, mencicipi narkoba, ingin tahu seks bebas dan pacaran de ngan orang yang lebih tua. Gaul dengan teman sebaya jadi ajang sangat cocok untuk tampil bebas. Remaja putri , misalnya, akan asyik ngerumpi tentang laki-laki paling keren di sekolah mereka, belanja bareng dan berbagi rahasia, dan ‌ nggak bisa lihat cermin nganggur. “Harus diakui, pacaran pada masa remaja bisa lebih banyak membawa masalah dan musibah ketimbang mendatangkan berkah. Yang sering terjadi adalah prestasi akademik di sekolah menurun karena waktu belajar terpakai untuk jalan-jalan, dan chatting berjam-jam. Bagi orang tua, hal yang paling mencemaskan adalah seks bebas apalagi informasi seks di media massa dan internet sudah sangat lumrah mengenai hubungan seks di luar nikah,â€? kata Adriana. Namun, tambah psikolog yang juga mempunyai remaja SA ini, pengalaman pacaran pada masa remaja tidak selamanya buruk, karena di sisi lain dapat meningkatkan ketrampilan interaksi sosial, toleransi dan kompromi, pacaran secara positif, tetap rasional dan realistis. Saat menghadapi remaja normal saja, orang tua sudah pusing tujuh keliling, apalagi dengan remaja berkebutuhan khusus terutama dengan SA. Tugas ini lebih menantang lagi karena yang dibutuhkan adalah kesabaran tingkat mahadewa dikali tujuh, demikian Adriana. Karakteristik remaja SA sangat beragam. Ada yang mudah marah, sulit diatur, tapi ada yang pendiam dan penurut bahkan cenderung pasif. “Kalau emosi orang tua terpancing dan ikut marah, maka emosi anak remaja juga akan terbakar lebih dahsyat,â€? kata Adriana. Remaja SA yang tergolong nonverbal dan memiliki banyak masalah sensoris akan mengalami masa-masa yang sulit ketika memasuki usia remaja. Keinginan mereka semakin banyak dan beragam, namun mereka tidak mampu mengung-
kapkan kebutuhan dan keinginan sehingga akhirnya frustrasi. Masalah remaja SA biasanya adalah temannya sedikit, kurang bisa berempati, dan kendala komunikasi, super sensitife. Remaja SA biasanya tidak mempunyai banyak teman, apalagi sahabat. Mereka cenderung menyendiri saat di sekolah, mungkin karena kesulitan tune in tapi juga memang tidak diajak untuk masuk ke dalam geng mereka. Meski secara umum, teman adalah nomor satu bagi reÂmaja, namun bagi remaja SA, teman justru bisa bikin masalah, karena sering jadi korban bullying. Bullying pada remaja SA, seringan apa pun akan meninggalkan jejak psiko logis yang sulit dihapus. Orang tua perlu menjadi pendengar yang baik bagi remaja SA, agar anak dapat menungkapkan penderitaannya akibat aksi kekerasan dari temannya.
Beberapa tips
Jadilah teman dan pendengar yang baik bagi remaja SA. Orang tua diakui sering terlambat mengenali anaknya yang beranjak abege. Dengan mengenali perubahan dan kebutuh an anak remaja. pertema, orang tua bukan lagi orang yang hanya menganggap anak remaja sebagai anak-anak, tapi bagaimana caranya orang tua dapat menjadi teman. Ajaklah anak remaja ini melakukan tugas rumah dan berikan tanggungjawab sesuai usianya. Mereka juga perlu penampilan sendiri sesuai usia remaja. Sebelum memasuiki usia remaja, anak SA sudah harus dilatih tidur terpisah, kurangi memeluk dan mencium meraka di tempat umum agar remaja SA tidak terbiasa menyentuh dan disentuh orang lain yang bukan anggota keluarga. “Hindari berbicara dengan nada tinggi dan memerintah. Bicaralah dengan nada lembut, penuh pengertian dan lebih sabar,� kata Adriana. Dan yang lebih penting lagi, hargailah mereka, dan jangan mempermalukan remaja SA di depan orang lain apalagi di depan teman-temannya. Segala terapi yang diberikan tentu penting dalam mempersiapkan anak SA agar mandiri, untuk bisa mengembangkan potensi secara maksimal. Tetapi, yang paling penting adalah kasih sayang dari orang-orang terdekat, kasih sayang tanpa syarat. “Berhentilah berusaha terlalu keras untuk mengubah mereka, bisa menerima mereka apa adanya, dan menikmati kebahagiaan secara penuh, kita akan merasa sangat bahagia. Kita juga memberikan kebahagiaan yang lebih besar kepada anak kita,� demikian Adriana. (artini)
3
LIPUTAN KHUSUS
Autism Awareness Festival 6 th
T
idak terasa Autism Awareness Festival (AAF) sudah memasuki tahun ke 6. Tahun demi tahun panitia selalu mencari tema yang dapat menarik minat masyarakat untuk lebih jauh memahami anak autistik. Pada tahun keenam ini tema yang diusung adalah “Environment� yang memiliki makna membentuk lingkungan yang menyadari dan mendukung para peyandang autisme untuk dapat hidup selayaknya masyarakat normal. Selain berbagai pertunjukan seni yang ditampilkan, pada tahun ini ada beberapa hal yang terasa spesial yaitu keterampilan siswa-siswa London School Beyond Academy yang membuka stand photo. Para siswa ini adalah penyandang autisme yang berhasil belajar teknik dasar fotografi dan mempraktekkannya kepada para pengunjung. Momen spesial lain adalah lomba musik, dimana para pemenangnya mendapat kesempatan untuk berangkat mengikuti Pyeongchang Special Music Festival di Korea. Para pemenang pergi bersama orang tuanya dengan sponsor penuh dari Korean Culture Center dan Pyeongchang Special Music Festival. (chrisdina)
1. Ibu Prita Kemal Gani, Founder LSCAA sedang memberi sambutan 2. Ibu Chrisdina, Head LSCAA 3. Seminar pangan oleh Prof. Winarno 4. Demo masak yang disampaikan oleh ibu Christine Ismuranty dari Kainara Sehat dan Pak Wied Harry 5. Penampilan Playback Theater Adikku Berbeda oleh Mahasiswa Performing Art London School of Public Relations 6. Melukis payung, salah satu Kids Activity di AAF 6 7. Foto Booth, yang dikerjakan oleh salah satu murid LSBA
Penampilan beberapa peserta lomba musik di AAF 6, kategori Piano. Juara 1: Michael Anthony, Juara 2: Achmad Fauzan, Juara 3: Alvin Kenneth Chen.
4
Penampilan beberapa peserta lomba musik di AAF 6, kategori Keyboard. Juara 1: Clementiu, Juara 2: Kristo, Juara 3: Juliawati
INFO ACARA
Pemutaran Film
“ADIKKU BERBEDA”
Penampilan beberapa peserta lomba musik di AAF 6, kategori Drum. Juara 1: Rizky, Juara 2: Zhafran, Juara 3: Alvino
Penampilan musik, tari dan nyanyi yang ikut meramaikan acara AAF 6
Pemutaran film mengenai anak autis dengan judul “Adikku Berbeda” kali ini dilaksanakan di bulan Juni 2014 diputar di SDN Cipinang Melayu 03 Pagi dan SDN Slipi 01 Pagi. Tujuan dari pemutaran film ini adalah untuk mengedukasi siswa – siswa SD mengenai apa itu autis, bagaimana perilakunya dan bagaimana mereka harus bersikap kepada anak autis tersebut. Pada pemutaran film ini, juga dilaksanakan lomba mewarnai secara kelompok. Siswa – siswa tersebut sangat antusias saat melihat pemutaran film dan juga pada saat mengikuti lomba mewarnai tersebut. Disediakan hadiah bagi kelompok yang menjuarai lomba mewarnai tersebut. Kurang lebih ada sekitar 200 anak yang mengikuti pemutaran film “Adikku Berbeda” dari 2 SDN tersebut. (erni) SDN Cipinang Melayu 03 Pagi
SDN Slipi 01 Pagi
5
LIPUTAN KHUSUS
Permataku
Pusat Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus
A
wal dari berdirinya pusat tumbuh kembang ini dirintis oleh dua orang Okupasi terapis yakni Joanes Juwanda dan Mahrus Azhari, yang memang sudah sejak lama bekerjasama sejak tahun 2003. Berbekal pengalaman yang lebih matang, saat ini Permataku terus berkembang dalam memberikan pelayanan bagi ABK. Dalam perkembangannya, Permataku juga dipercaya sebagai associate partner dari the Australian Institute for Achievement of Human Potential (AIAHP). Dalam kunjungannya secara berkala setiap 6 bulan, AIAHP memberikan pelayanan assessment dan terapi bagi ABK yang membutuhkannya. Sampai saat ini, Permataku telah menangani anak-anak dengan latar belakang kondisi yang berbeda-beda, antara lain; autism spectrum disorder, ADD/ ADHD, learning-emotional-behaviour problem, post brain injury, cornelia syndrome, gifted, speech delay & communication problem, down syndrome dan cerebral palsy dengan rentang usia 2 sampai 17 tahun dengan derajat permasalah an yang bervariasi. Mereka berdomisili di sekitar Jakarta, Tangerang, BSD dan Bogor. Permataku memberikan pelayanan terapi yang dibagi ke dalam 4 area pengembangan, yaitu; Sensory-motor development program. Speech-language-communication development program. Cognitive-behaviour development program. Orthopedagogi.
6
Selain memberikan pelayanan terapi, Permataku juga membuka program pelayanan dalam bentuk: Konsultasi dan Pelayanan Psikologi. Parents Information. Seminar dan pelatihan bagi umum maupun institusi yang membutuhkan. Kerja sama usaha dalam bentuk bermitra dengan beberapa institusi (sekolah, tempat terapi) yang terkait. Pelayanan dan pelaksanaan program terapi dilakukan oleh tenaga-tenaga profesional di antaranya, Okupasi Terapis, Terapis Wicara, Fisioterapi, Psikologi dan Orthopedagog yang secara berkala terus mendapatkan pengembangan pengetahuan, skill dan profesionalisme dalam bentuk pengawasan, pembimbingan dan pelatihan. Ke depan, Permataku terus mencoba untuk berkembang dengan lebih baik dari sisi pelayanan penanganan ABK. Prosedur pelayanan dimulai dengan klien terlebih dahulu mendaftar di administration lalu mengatur jadwal untuk assessment kemudian akan ditentukan frekuensi dan durasi terapi serta pengaturan jadwal terapi. Evaluasi kemajuan perkembangan dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali atau berdasarkan jumlah kunjungan tertentu atau didasarkan pada kebutuhan yang mendesak. (erni) Jam pelayanan terapi: Senin-Sabtu : jam 08:00 – 18.00 Lepas dari jam 18:00 dengan perjanjian Alamat: Permataku Pusat Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus, JL. Kesehatan Raya No. 18 D Bintaro, Jak-Sel Tel: (021) 73690651, email: klinikpermataku@gmail.com
Vicara
IPTEK & PENELITIAN
Aplikasi Alat Bantu Komunikasi di iPad Penggunaan komputer tablet bagi anak autis kini makin populer. Saat ini, makin banyak ragam aplikasi yang dikembangkan sebagai alat pengajaran dan permainan yang edukatif. Kelebihan komputer tablet juga terletak pada aspek user-friendly. Misalnya, anak dapat menyentuh layar tanpa harus repot menghafalkan tombol mana yang mesti ditekan.
S
alah satu riset yang pernah dilakukan di Selandia Baru pada tahun 2013, menunjukkan bahwa komputer tablet seperti iPad membantu kemampuan komunikasi anak autis. Para orang tua melihat perubahan dari perilaku dan kemampuan komunikasi anak setelah menggunakan aplikasi di iPad. Dalam eksperimen tersebut, seorang anak autistik nonverbal berusia 6 tahun yang masih memiliki kesulitan dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari seperti berpakaian dan mandi,diajarkan untuk mengoperasikan dan berkomunikasi melalui iPad. Dengan bantuan aplikasi gambar di iPad, si anak dapat memberitahu orangtua mengenai aktivitas yang ingin dilakukan dengan menunjuk gambar di layar. Kegiatan rutin dapat ditunjukkan melalui gambar dan suara. Berbekal melihat pengalaman inilah, Donny B.U, penggagas organisasi nirlaba ICTWatch, yang juga ayah dari seorang anak autistik, tergerak untuk mengembangkan aplikasi Vicara (Visually Interactive Communication and Reading Aid). Vicara dirancang sebagai aplikasi yang dapat membantu orangtua maupun pendamping untuk berkomunikasi dengan ABK. Dengan aplikasi Vicara yang bisa diunduh secara cumacuma di iTunes store (https://itunes.apple.com/gb/app/vicara/id727103650?mt=8), orangtua dan ABK dapat merekam objek atau aktivitas keseharian mereka dalam bentuk gam-
bar atau foto, serta menambahkan rekaman suara dan teks tertulis sebagai penjelasan di bawahnya. Saat ini, aplikasi Vicara versi 1.0 yang diluncurkan tahun 2013, dapat digunakan orangtua untuk mengajarkan objek serta kegiatan pada ABK, dengan gambar yang dilengkapi suara dan teks. Anak pun dapat diajarkan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkannya dengan menunjuk gambar-gambar tersebut. Dengan fitur games yang ada di aplikasi ini, orangtua dan ABK juga dapat membuat flash card yang bisa dikategorikan dalam grup tertentu. Flash card ini nantinya dapat digunakan dalam permainan memory games. Donny menyatakan, bahwa aplikasi Vicara ini masih jauh dari sempurna, karena itu ia berharap orangtua maupun pendamping ABK yang sudah mencoba Vicara, dapat memberikan masukan via email ke vicara@ictwatch.com (hershinta)
7
INFO ACARA Parents Siblings, 28 Juni 2014
P
arents & Siblings kali ini dengan tema “Membimbing Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus” diselenggarakan pada hari Sabtu, 28 Juni 2014 yang lalu. Sebagai pembicara dalam Parents & Siblings kali ini adalah Dra. Endang Retno Wardhani merupakan Psikolog ABK dan dipandu Hersinta, M.SI selaku moderatornya.
Dari hasil diskusi ini, diungkapkan bahwa ada empat kemampuan kemandirian yang harus dibina di empat area untuk bekal hidup ABK kelak, yaitu: perilaku dan emosi, komunikasi dan sosialisasi, bina diri (self-help) dan life skill. Dari keempat kemampuan tersebut, tutur Ibu Endang, dua yang paling mendasar dan mesti dikuasai terlebih dulu adalah kemampuan berperilaku dan emosi, serta komunikasi dan sosialisasi. Beberapa tips berharga yang dibagikan ibu Endang dalam menyiapkan ABK untuk mandiri, adalah:
DAFTAR SEKOLAH INKLUSI, SEKOLAH KHUSUS DAN PUSAT TERAPI AUTISME
1. Kenali cara belajar anak, untuk memilih cara komunikasi dalam mengajarkan kemandirian ke mereka; apakah secara visual, auditori, atau kombinasi antar keduanya. 2. Berikan target jangka pendek secara bertahap. Seberapa jauh kemampuan yang ingin dikuasai, se suai dengan profil anak. 3. Berikan pengalaman yang bervariasi pada ABK, se hingga akan memperkaya kemandiriannya. 4. Orangtua perlu ‘pede’ dalam memberikan keperca yaan ke anak. 5. Membantu dengan tepat adalah memberikan kesempatan pada ABK untuk boleh melakukan kesalahan. Jangan takut salah, karena salah adalah bagian dari proses pembelajaran (hershinta/erni)
1
Yayasan Autisma Indonesia Jasmine Tower Lt. 2, #CC02, Apartemen Kalibata City Jl. Kalibata Raya no. 1, Jakarta 12750 Tlp. 021-33555643
2
Klinik Tumbuh Kembang Ruko Cibubur Point Automotive Center Jl Raya Alternatif Cibubur Ruko Cibubur Point Automotive Center Bl A/6-8 Harjamukti, Cimanggis (021) 8443004 (021) 8442348, 8443556 Fax: (021) 8443018
3
Sekolah Patmos (TK, SD, SMP & SMK) Taman Meruya Ilir blok E.7, Jakarta Barat Telp/Fax: 021-5867643 Email: smppatmos@yahoo.com smkpatmos@yahoo.com
4
PT Kailila Indonesia Jl. Kemang Barat No 4H Bangka JakSel 12730 Telp : 71790980 Fax : 71790980 Email : cs@kailila.com
8
Redaksi Newsletter
AUTISM & FRIENDS
Pembina: Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR Pemimpin Redaksi Chrisdina Wempi, MSi. Wakil Pemred DR. Artini, MSi. Redaktur: DR. Artini, MSi., Erni Adi Astuti, S.Pd Kordinator Desain: Anies Alwi Distribusi: Summy Damayanti
LSCAA
(LONDON SCHOOL CENTRE FOR AUTISM AWARENESS) Merupakan divisi Corporate Social Responsibility dari STIKOM LONDON SCHOOL OF PUBLIC RELATIONS JAKARTA Alamat: Sudirman Park Office , Jl. K.H. Mas Mansyur Kav.35, Jakarta Pusat 10220 Hotline: 0815 11300 225