Autism & friends desember 2015

Page 1

UTISM &FRIENDS No 4 EDISI DESEMBER 2015

Newsletter of London School Centre for Autism Awareness

Fokus

B

Terbang Bersama Anak Autis

uotes

erjalan-jalan bersama anak-anak apalagi dengan pesawat terbang ke suatu tempat, tentu saja menyenangkan. Sesuai dengan dunia anak-anak yang masih suka mengkhayal, maka naik pesawat terbang merupakan pengalaman menakjubkan yang akan terbawa sampai kelak ia dewasa. Untuk itu, perlu persiapan khusus, agar pengalaman berjalan-jalan dengan naik pesawat terbang bukan hanya menyenangkan saja, tapi juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri pada anak. Setiap anak tentu memiliki caranya sendiri dalam menikmati perjalanan dengan pesawat. Perjalanan naik pesawat bersama anakanak autis, agaknya memerlukan persiapan khusus. Bisa jadi, anak-anak menjadi takut, atau mungkin sebaliknya, dengan menunjukkan perilaku seperti menghindari kontak mata, sentuh­an, pe­ ngulangan pengucapan, yang membuat petugas bandara atau kru pesawat menjadi bingung dan salah paham. Banyak keluarga yang menghindari perjalanan udara karena takut mengganggu kenyaman orang lain. Belum lama ini, seorang ibu, Donna Beegle, dan anaknya, Juliette yang berusia 15 tahun yang mempunyai gangguan autism, telah menjadi pemberitaan hangat di media lokal Inggris, karena pilot merasa tidak nyaman saat Juliette mengganggu di dalam kabin dalam penerbangan menuju Portland. Padahal, UU Penerbangan Udara dengan tegas memuat larangan melakukan diskriminasi kepada penumpang disabilitas, termasuk autism. Selain itu, Departemen Perhubung­ an juga menjebutkan hak-hak dan kewajiban maskapai

penerbangan bagi penumpang disabilitas . Ini berarti, melakukan perjalanan dengan anak autis, bukan lagi suatu halangan. Berikut tips untuk berjalan-jalan bersama anak autis dengan pesawat:

● Mulai dari mana Persiapan awal adalah mencari maskapai penerbangan yang mempunyai kebijakan untuk penumpang disabilitas. Kebijakan tersebut dapat dilihat melalui website maskapai pe­nerbangan tersebut karena setiap maskapai mempunyai pelayanan terhadap penumpang disabilitas yang berbeda-

“Perspective of acceptance: Don’t love your child despite Autism, love your child with Autism.” by Stuart Duncan

1


“Teachers Training ini memberikan gat, Salam han

a... telah tib ...libur a b i t penggal h a s l Begitu e Libur te . e e e r o h -anak horeee... anya anak horeee... . Bukan h k a n a rang k a a n u a pi par o syair lag ran, teta u b u l a s g a n yan nti m an libura yang mena erencanak m k u b i s tua juga arga. bagi kelu berkesan n pesawat enggunaka m r u b i l r dan n be berkesan Pengalama n ya sangat n i t s a emandanga p p wan dan terbang a t a h i l t e tra-pu ri kan....m dengan pu a mengasyik n a m i a g a ni nggian. B m edisi i dari keti sus? Dala u h k n g tua a h a u ebut para or n yang berk n dengan a m a l a g n i e putr agi p ak putrakita berb il mengaj s a h r terbang. e b h wa an pesa t ng yang suda de ur ib reka berl spesial me ial...... anak spes k a n a r u erlib Selamat b

pengalaman berharga bagi saya, dimana saya mendapatkan informasi yang

up to date bagaimana menangani dan

membimbing siswa berkebutuhan khusus. Selain itu kita dapat berbagi informasi

yang kita terima kepada orangtua siswa & rekan kerja, walaupun di lapangan

bukan hal mudah dilaksanakan. Adanya seminar ini kami dapat berbuat sesuatu untuk membantu mengembangkan potensi siswa.”

(Ida Ardiana Dewi, S.Pd.SD) SDN Kembangan Utara 4 Pagi

Chrisdina

beda. Sebagian maskapai penerbangan sudah dilatih untuk membantu penumpang disabilitas. Hal terbaik saat akan melakukan penerbangan bersama anak berkebutuhan khusus adalah pilihlah maskapai yang dapat menerima penumpang disabilitas.

● Perencanaan perjalanan Ketika memesan tiket pesawat pastikan untuk mengetahui peraturan dan terminal bandara yang akan dituju sehingga perjalanan akan jelas dan lancar. Saat akan melakukan perjalanan, pastikan juga untuk membawa kartu identitas, khususnya pada penumpang yang telah ber­usia 18 tahun seperti KTP, SIM, atau Paspor. Indepen­dent Traveler.com merekomendasikan ketika akan melakukan perjalanan perlu membawa catat­an nomor telepon dokter untuk ­antisipasi ketika menghadapi keadaan darurat pada anak berkebutuhan khusus. Anda juga perlu menyiapkan perlengkapan anak untuk menghindari kebosanan di dalam pesawat seperti buku,

2

mainan, dan masukkan ke dalam tas yang mudah dibawa. Jika anak sensitif de­ ngan suara keras bawalah earphone peredam bising, selain baju ganti.

● Jika keadaan darurat Ketika Anda dihadapkan pada keadaan darurat, pastikan untuk menunda atau membatalkan penerbangan. Persiapkan dan sampaikan hal-hal yang diperlukan kepada anak saat menghadapi situasi darurat. Anda juga perlu membawa uang kas dan nomor telepon dokter anak Anda untuk mengantisipasi keadaan ketika menghadapi situasi darurat. Ssaat menghadapi situasi darurat, Anda harus tetap tenang karena anak dengan autism sangat sensitive dan dapat mengetahui stress yang dihadapi orangtua atau keluarga Anda. Meskipun orangtua tidak mungkin dapat meramalkan darurat yang akan muncul, maka sebelum berpergian persiapkan hal-hal yang penting yang perlu saat menghadapi keadaan darurat (nurul) Sumber: ARI (Autism Research Institute)


TIPs spesial

B

TIPS: Waktu Tidur Pada Anak Berkebutuhan Khusus

eberapa temuan mengungkapkan bahwa anak de­ ngan spektrum autis mengalami masalah tidur. ­Padahal, kurangnya tidur dapat menurunkan fungsi otak dan di sisi lain juga dapat meningkatkan stress. Faktor permasalahan gangguan tidur pada anak autism , seperti gelisah, aktivitas fisik yang berlebihan, gastro ­esophageal reflux. Anak autis saat mengalami gangguan tidur, biasanya akan gelisah, membalik-balikan badan, atau bahkan tidur di lantai. Jika ia bisa tidur sebelum kelelahan, maka suasana hatinya akan lebih baik pada keesokan pagi harinya. ­Beberapa strategi di bawah ini telah terbukti efektif untuk mengatasi anak yang mengalami gangguan tidur seperti:

■ Tidak menonton televisi atau menyalakan komputer satu sampai dua jam sebelum waktu tidur anak ■ Hindari melakukan kegiatan kasar atau gaduh seperti menggelitik, gulat, dalam waktu satu sampai dua jam sebelum waktu tidur anak

■ Membaca untuk anak saat akan tidur mungkin dapat menenangkannya .Membaca puisi dengan irama dan sajak ternyata lebih efektif dibandingkan cerita. ■ Saat anak akan tidur berilah selimut untuk menghangatkan tubuhnya. ■ Anak dengan spektrum autism membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak karena jumlah energy yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas lebih besar. Anak autis sekitar umur 7 dan 8 tahun lebih banyak memerlukan waktu tidur sekitar 10-12 jam tidur. ■ Orangtua harus bisa mengatur waktu tidur anak dan perlu membuat pola kegiatan sebelum waktu tidur anak, agar anak bisa tidur lelap tanpa ada gangguan. (NURUL) Sumber: ARI (Autism Research Institute)

■ Kegiatan yang tenang seperti menggambar, menyusun puzzle, merupakan cara yang lebih sesuai saat sebelum waktu tidur anak ■ Saat mandi sore, usaplah badan anak menggunakan handuk dimulai dari bawah hingga ujung rambut selama lima menit. Setelah itu pijat lembut seluruh badan dan oleskan body lotion. ■

Ketika anak sudah ada di tempat tidur pijat lembut badan anak. Pijatlah menggunakan dua tangan yang dimulai dari leher hingga punggung.

■ Bunyikan musik yang lembut seperti music orchestra untuk membantu anak santai, tenang hingga tertidur

3


PESONA ANAK

Antonius Tyaswidyono Moerti

KETERBATASAN Bukan Menjadi PEMBATAS DIRI

3. Apa saja hobi Tyas? Masak, car-spotting sekaligus fotografi, makan, nulis, main, tidur, bikin model kalo di list satu-satu extensive banget ­rasanya.

A

nak-anak berkebutuhan khusus mempunyai beberapa kesulitan seperti berkomunikasi dan berinteraksi. Kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi membuat mereka lebih suka menyendiri serta di dalam masyarakat mereka sulit diterima. Ketika mereka berada di tengah masyarakat, mereka kerap kali di bully oleh masyarakat yang awam terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Seperti halnya yang dialami oleh Tyas penyandang Asperger Syndrome, saat masa kecilnya yang kerap di bully. Tyas, panggilan sapaan dari Antonius Tyaswidyono ­Moerti merupakan seorang anak berbakat yang di diagnosis ­Aspenger Syndrome sejak kelas 1 SMP. Pria kelahiran 2 Februari 1993 ini sedang menjalankan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung jurusan Aeronotika dan Astronotika Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara. Tyas yang menginjak semester akhir ini berbagi cerita mengenai pengalaman hidupnya kepada tim LSCAA. 1. Mengapa kamu tertarik mengambil jurusan tersebut? Sebenarnya ketertarikan ke benda terbang baru muncul pas kelar 1 SMP, dan dulu ga kepikiran sama sekali masuk AE, Tapi setelah lagging setahun akhirnya ketemu juga passion di penerbangan dan ‘magic’ dari benda terbang itu sendiri. 2. Selain kuliah, kegiatan apa saja yang sedang dijalani Tyas? Biasanya main bareng temen, jalanjalan, sama main di band.

4

4. Boleh ga sharing cerita pengalaman hidup Tyas di masa-masa lalu? Hidup di masa lalu rasanya pathetic banget, hampir tiap hari selama SD sampai SMP, pulang nangis dikerjain anak-anak di sekolah. Jaman SMP bahkan di-bully cuma gara-gara belum pernah terbang dan itu bener-bener bikin stress sebenernya. Cukup stress sampai bikin jadi rada pendendam (walaupun katanya anak-anak autis ga bisa nyimpen rasa dendam, tapi karena levelnya ga separah itu jadi yaaaaa begitu lah). Tapi masuk SMA entah kenapa jadi beda banget rasanya. Lebih gampang punya temen, jadi sering main bareng temen-temen, dan lanjut ampe kuliah sekarang jadi jauh lebih relaxing daripada dulu yang tiap hari harus siap dikerjain dan di-bully. 5. Apa tanggapan teman-teman mengenai Tyas yang ­berbeda dengan anak-anak yang lain? Satu temen yang mantan ceweknya kuliah di Psikologi pernah bilang “Kata mantan gw elu ga keliatan Asperger sama sekali” dan kebanyakan yang lain sekarang mikirnya lumayan normal, cuma kelakuannya agak ‘freakish’ ke hal-hal favorit,


LIPUTAN KHUSUS tapi karena di ITB dan di jurusan ba­ nyak orang yang lebih aneh jadi yaaaa keliatan normal. 6. Apa impian Tyas setelah lulus ­kuliah? Impian yak… Yah, sebenernya abis lulus cuma berharap dapet kerjaan yang decent dengan bayaran yang decent ato bikin kerjaan sendiri kayak catering ato rumah makan, dan kalo beruntung bisa S2 di luar. Plus suatu saat nanti mungkin bakal punya keluarga sendiri (yang sebenernya berasa jadi target paling susah) dan kalo perlu ga perlu tinggal di Indonesia lagi karena orang pintar ga di-appreciate di sini heheheh 7. Apa pesan dan harapan Tyas ­untuk anak-anak penyandang autis diluar sana? Well… pesennya sih ga banyak. Paling inget aja kalo semua orang punya ke­ terbatasan tapi ga berarti keterbatasan itu jadi pembatas diri. You’re a human, you and I, and if we try just that little bit harder, we can do something that will amaze even ourselves. I can do it, I did it a few times, so you can do it too. 8. Apa pesan Tyas bagi masyarakat berkaitan dengan anak-anak ­penyandang autis? Satu, walaupun anak-anak ini beda dengan kita yang ‘normal’, bukan ber­ arti perlakuannya beda. Beberapa kasus dengan anak autis yang diperlakukan sangat khusus, mereka jadi ga berkembang dan terlalu bergantung. Kalau mereka salah ya katakanlah mereka salah, walaupun mungkin ga dengan dimarahin kayak kita. Dan dua, sebeda-bedanya mereka, they’re humans after all. Jangan disegmentasikan dan didiskreditkan, karena mereka juga ­ingin dianggap bagian dari masyarakat. Ja­nganlah ngeliatin dengan muka sinis dan ngomongin yang ga enak, karena saya pernah liat yang begitu dan saya bener-bener kesel sama orang itu. You’re a human, and they’re humans too, treat them the way you want to be treated. (NURUL)

Pemutaran Film

L

“Saudaraku Berbeda”

ondon School Centre for Autism Awareness (LSCAA) mempunyai kegiatan rutin mengunjungi sekolah-sekolah dasar untuk pemutaran film “Saudaraku Berbeda”. Kali ini SDN Grogol Utara 05 Pagi dan SDN Palmerah 03 Pagi yang berkesempatan dikunjungi oleh LSCAA. Tim LSCAA disambut meriah oleh siswa-siswi SDN kelas IV, V, dan VI. Sebelum pemutaran film “Saudaraku Berbeda”, ibu Erni memberikan pengarahan tentang dunia autism kepada siswa/i SD. Setelah itu siswa/i SD berlomba mewarnai Goy Goy ikon dari LSCAA. Siswa/i berkreasi bebas memberi warna dan menambahkan gambar pada Goy Goy. Ada sekitar 300 siswa/i dari SDN Grogol Utara 05 Pagi dan SDN Palmerah 03 Pagi menonton film Saudaraku Berbeda yang dibuat oleh mahasiswa LSPR. Siswa/i dari SDN Grogol Utara 05 Pagi dan SDN Palmerah 03 Pagi diharapkan dapat memahami apa itu autism dan mau mengajak teman-teman mereka merangkul dan bermain bersama anak dengan spectrum autism. Akhir kegiatan LSCAA, memberikan siswa/i SDN bingkisan berupa buku notes dan pulpen yang berguna bagi mereka. (nurul)

Suasana sosialisasi tentang autism

Foto bersama dengan Kepala Sekolah & Guru-guru

di SDN Grogol Utara 05 Pagi

SDN Grogol Utara 05 Pagi

Murid-murid SDN Palmerah 03 Pagi sedang

Ibu Erni foto bersama dengan pemenang

asyik mewarnai Goy-goy

lomba mewarnai Goy-goy

5


Liputan Khusus

Deteksi Dini & Individual Education Plan oleh Ibu Nefrijanti

LSCAA kembali menyelenggarakan Teachers Training dengan me­ngundang guru-guru se-Jabodetabek untuk mendapatkan ilmu mengenai anak berkebutuhan khusus. Kali ini teachers training diisi oleh Ibu Nefrijanti Sutikno dengan meng­ angkat tema “Deteksi Dini & Individual Education Plan”. Acara yang diselenggarakan pada Jumat, 6 November 2015 ini dibuka oleh ibu Chrisdina Wempi selaku Head of LSBA. Dan juga Ivan salah satu siswa LSBA yang turut menyanyikan sebuah lagu Meraih Bintang. Setelah acara pembuka Ibu Nefrijanti Sutikno pun mulai memberikan seminar kepada guru-guru SDN di Auditorium Prof. Dr. Djayusman Kampus B – LSPR. Ibu Nefrijanti menjelaskan, tujuan dalam pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus hingga lulus yaitu mereka dapat diterima dan berguna menjadi bagian masyarakat. Di dalam tujuan kurikulum 2013, hasil akhir pendidikan yang harus dicapai peserta didik (keluaran) dan dirumuskan sebagai kompetensi lulusan, kandungan materi yang harus diajarkan kepada dan dipelajari oleh peserta didik (masukan/standar isi) dalam usaha membentuk kompetensi lulusan yang diinginkan, selain itu pelaksanaan pembelajaran (proses, termasuk meto­dologi pembelajaran sebagai bagian dari standar proses) supaya ketiga kompetensi yang diinginkan terbentuk pada diri peserta didik, dan juga penilaian kesesuaian proses dan ketercapaian tujuan pembelajaran sedini mungkin untuk memastikan bahwa masukan, proses, dan keluaran tersebut sesuai dengan rencana. Berdasarkan Susenas Triwulan 1 Maret 2011, jumlah anak Indonesia sebanyak 82.980.000. Dari populasi tersebut 9.957.600 anak adalah anak berkebutuhan khusus dalam kategori penyandang disabilitas. Sekolah yang mempunyai siswa/i ABK harus mempersiapkan pengajaran dari segi kurikulum dan fasilitas. Anak berkebutuhan khusus mempunyai jenis hambatan yang berbeda-beda sehingga sekolah harus menyesuaikan kurikulum dan fasilitas seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunawicara, dan tunalaras mendapatkan kurikulum sama dan fasilitas. Sedangkan siswa yang mempunyai hambatan kesulitan belajar khusus, lambat belajar, dan CIBI (Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa) menda­ patkan perubahan kurikulum. Untuk siswa yang mempunyai hambatan ADHD dan gangguan komunikasi mendapatkan

6

Peserta Teachers Training tampak serius mengikuti jalannya acara.

kurikulum sama dan fasilitas atau bisa juga me­ng­ alami perubahan kurikulum, dan untuk siswa yang mempunyai hambatan ASD dan gangguan ganda mendapatkan kurikulum dan fasilitas sama atau bisa juga perubahan kurikulum. Jenis pendidikan untuk ABK mempunyai beberapa faktor seperti segregasi, integrasi, dan inklusif. Salahsatunya pendidikan inklusif dimana sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Sebelum menerima siswa berkebutuhan khusus, sekolah menyusun pembuatan PPI (Program Pembelajaran Individual) guna mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai siswa berkebutuhan khusus. Ada 6 langkah pembuatan PPI yaitu Pengumpulan Data, Kerjasama Ahli, Pembuatan PPI, Persetu-


Ibu Prita Kemal Gani & Ibu Nefrijanti

juan Ahli dan Orang Tua, Pelaksanaan PPI, dan Evaluasi / Penilaian dan Pembenahan PPI. Untuk mendeteksi dini acuannya dapat dilihat dari “Pan­ duan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping (Orangtua, Keluarga, dan Masyarakat)” yang telah disiapkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Sekolah dalam mempersiapkan untuk menerima siswa berkebutuhan khusus tidak hanya menyusun PPI, tetapi juga menyusun IEP (Individual Education Plan). IEP atau PPI adalah suatu program pendidikan dalam bentuk pernyataan tertulis untuk setiap siswa ABK yang dikembangkan berdasarkan hasil pertemuan Tim Pengembang PPI. Tim PPI ini merupakan guru pendidikan khusus, guru kelas, dokter/ psikolog/terapis, kepala sekolah, orangtua, siswa yang bersangkutan (apabila diperlukan), dan spesialis lain (konselor, guru music, dll). Ibu Nefrijanti juga mengajak guruguru SDN menyusun PDCA “Plan, Do, Check, Action”. Poin Plan yaitu menentukan target, menentukan kapan akan dicapai, dan bagaimana mencapainya. Poin Do yaitu mengerjakan secara konsisten dan kontinyu. Poin Check yaitu melakukan evaluasi secara berkala dan menemukan solusi. Dan poin Action yaitu meningkatkan de­ ngan solusi hingga tercapai targetnya. (NURUL)

KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

L

ondon School Centre for Autism Awareness (LSCAA) mengadakan kembali Parents Sibling pada Sabtu, 31 Oktober 2015. LSCAA mengundang Ibu ­Nefrijanti Sutikno sebagai pembicara Parents Sibling kali ini. Tema yang dibahas mengenai Komunikasi Efektif Dengan Anak Berkebutuhan Khusus. Diawal diskusi, Ibu Nefri membahas sedikit tentang konsep komunikasi. Di dalam konsep komunikasi terdapat pengirim pesan – interpreter – decoder – encoder – pe­ nerima pesan. Komunikasi antara pengirim dan penerima pesan selalu terdapat feedback. Selain itu komunikasi mempunyai 2 faktor yaitu faktor intern (power) dan ekstern (sinyal). Dalam komunikasi pada abk harus disesuaikan dengan diagnosa, kelebihan si anak, dan gunakan alat-alat pendukung seperti Augmentative and Alternative Communication (AAC) merupakan cara berinteraksi yang dapat dijadikan pilihan untuk berkomunikasi, terutama ketika komunikasi dengan lisan mengalami hambatan. Jenis-jenis AAC meliputi kalkulator, laptop, handphone, dsb. Dan juga alat PECS atau COMPIC yang dapat diakses di Google Apps dan Apple. Komunikasi efektif dengan anak berkebutuhan khusus, yang pertama identifikasi yaitu dengan menyamakan persepsi dan kedua membuat perintah sederhana. Salah satunya mengaplikasikan dalam berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus membuat jadwal rutinitas. Dalam membuat jadwal rutinitas, buatlah bersama si anak, susunlah jadwal kegiatan dari pagi hingga malam. Ibu Nefrijanti memberikan tips dan trik seperti konsisten dan kontinu, melibatkan seisi rumah, bekerjasama dengan tempat terapi/sekolah, penyandang autis tidak suka kejutan, pastikan dalam satu frekuensi sinyal yang sama, catat dan pelajari kejadian berulang, bedakan warna dasar kartu untuk kata benda, kerja dsb, kerjakan dengan bertahap jika perlu gunakan metode “sederhanakan”, “modifikasi”, “hilangkan” ataupun “distingtive”. Selain itu ibu Nefrijanti mengajak peserta parents sibling untuk menyusun PDCA “Plan, Do, Check, and Action”. Poin Plan yaitu tentukan target, tentukan kapan akan dicapai, dan bagaimana mencapainya. Poin Do yaitu kerjakan dengan konsisten dan kontinyu, Poin Check yaitu lakukan evaluasi secara berkala dan temukan solusi se­ tiap ada permasalahan, dan poin Action yaitu tingkatkan dengan solusi hingga target tercapai. Ibu Nefrijanti memberikan kesempatan para peserta parents sibling untuk bertanya tentang kesulitan yang dihadapi dalam berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus.(NURUL)

7


POJOK LSBA

Liputan Khusus

LSBA Fieldtrip Ke Tempat Wisata “Ms. Report ” Fieldtrip merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh LSBA setiap semester. Kali ini fieldtrip diadakan ke Taman Kota - BSD, Ragunan, dan Museum Nasional dalam hari yang berbeda. Fieldtrip ke Taman Kota diikuti oleh siswa-siswi batch 3 pada Selasa, 10 November 2015, mereka berangkat menuju Taman Kota menggunakan commuter line dari stasiun Palmerah. Siswa/i batch 3 saat tiba di Taman Kota langsung belajar Pengembangan Kepribadian bersama Ms. Veronika dan belajar Pengantar Desain Grafis bersama Mr. Sultan. Sedangkan pada hari Kamis, 12 November 2015 siswa/i batch 3 melakukan fieldtrip ke Ragunan. Kali ini batch 3 diarahkan oleh Mr. Rangga untuk belajar memotret hewan-hewan yang ada di kebun binatang Ragunan. Selain itu, siswa/i batch 3 juga belajar tipografi bersama Mr. Adhitya. Mereka mengelilingi Ragunan sambil mencari jenis-jenis huruf seperti Times New Roman, Calibri, dsb. Selain itu LSBA mengadakan fieldtrip ke Museum Nasional bersama siswa-siswi batch 2 dan 3. Kegiatan yang diselenggarakan pada Selasa, 17 November 2015 ini berangkat bersama-sama dari kampus LSBA. Setibanya di Museum Nasional, siswa/i batch 2 dan 3 disambut oleh salah satu staff Museum Nasional. Salah satu staff museum tersebut menceritakan sejarah dan koleksi Museum Nasional. Selain itu siswa/i batch 2 dan 3 ditantang untuk menjawab quiz dan akan mendapatkan hadiah sebuah koleksi buku Museum Nasional. Setelah mendapat sambutan dari salah satu staff Museum Nasional, mereka belajar photoshop bersama Mr. Arif. Pada sesi 1 ini siswa/i batch 2 dan 3 mendapatkan arahan membuat flyer tentang Museum Nasional. Di sesi 2 ini siswa/i batch 2 bersama Mr. John belajar General English sedangkan batch 3 bersama Mr. Alin belajar ilustrasi. (NURUL)

Ada banyak sekali pe­ ngalaman mengajar di LSBA dengan siswa-siswi­ nya, namun kali ini saya ingin menceritakan pengalaman tentang siswi bernama Noviana Sugianto yang akrab dipanggil Ana. Ana adalah sosok anak yang periang dan sangat dise­nangi oleh dosen dan teman-­temannya. Temannya selalu memanggil dengan sebutan “Miss Report”, karena saat dosen baru selesai mengajar dan mau menulis report (laporan belajar), Ana selalu bertanya, ” Reportnya sudah di print belum ­Kak/ Pak”. Setiap hari para dosen selalu di kejar-kejar sama Ana, bukan kare­ na ketampanan atau parasnya namun ­ka­rena “belum ada report, berarti Ana belum pulang”. Itu adalah sedikit dari banyaknya pe­ngalaman di LSBA, bagi saya saat mengajar di LSBA seperti berada di rumah sendiri.(BILAL)

Taman Kota

Ragunan

Redaksi Newsletter AUTISM & FRIENDS Museum Nasional

Pembina: Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR Pemimpin Redaksi: Chrisdina Wempi, M.Si. Redaktur: DR. Artini, M.Si., Erni Adi Astuti, S.Pd, Nurul Hidayah, S.I.Kom Kordinator Disain: Anies Alwi Distribusi: Summy Damayanti

LSCAA

LSCAA (London School Centre for Autism Awareness) & LSBA (London School Beyond Academy) Blog: http://lscaalsba.wordpress.com Follow Fanpage: London School Beyond Academy - Centre for Autism Awareness Twiter: @LSCAA17 & @LSbeyondacademy Instagram: @lscaajakarta & @london_school_beyond_academy

8

(LONDON SCHOOL CENTRE FOR AUTISM AWARENESS) Merupakan divisi Corporate Social Responsibility dari STIKOM LONDON SCHOOL OF PUBLIC RELATIONS JAKARTA Alamat: Sudirman Park Office , Jl. K.H. Mas Mansyur Kav.35, Jakarta Pusat 10220  Hotline: 0815 11300 225


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.