EDISI PBAK 2019
LAPORAN UTAMA
LAPORAN khusus
wawancara
Memaknai Moderasi Melalui PBAK
Melawan Sensualitas dalam Kampus
Makna Moderat dalam Slogan PBAK 2019
Hal. 2
Hal. 4
Hal. 6
NEWSLETTER lpminstitut.com
LPM INSTITUT - UIN Jakarta
EDITORIAL
@lpminstitut
@lpminstitut
LPM INSTITUT
Baharu Sistem Orientasi Kampus
Mahasiswa Hanya Tunduk pada Kebenaran Hidup Mahasiswa! Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2019 menjadi gerbang awal bagi 6.437 mahasiswa baru (Maba) dalam menapaki dinamika keilmuan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Mengacu pada nominal angka Maba tahun ini, secara kuantitas tentu sangat mumpuni. Namun bagaimana pun, kualitas pembelajaran dan pemberdayaan kelak patut dikedepankan. Selain kuantitas mahasiswa, UIN Jakarta sudah sepatutnya membenahi pelbagai persoalan klasik yang belum terselesaikan. PBAK kali ini misalnya, dengan mengusung tema “PBAK Moderat,” namun dalam pelaksanaannya jauh dari slogan yang diagungkan. Cekcok, kericuhan, bahkan adu fisik sempat mewarnai perhelatan PBAK kali ini. Tentu, hal ini sangat bertentangan dengan kata “Moderat”. Bagi Maba, menyandang status mahasiswa bukan perkara enteng. Mahasiswa sebagai kaum tertinggi dalam strata pendidikan formal sudah sepatutnya mampu menjadi corong suara rakyat, bukan sekadar gudang sunyi pelbagai ilmu pengetahuan. “Saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran,” tegas Soe Hok Gie dalam mukadimah buku catatan hariannya Catatan Seorang Demonstran. Kaitannya dengan mahasiswa Gie benar: “Kaum intelegensi yang terus berdiam di dalam keadaan yang mendesak telah melunturkan semua kemanusiaan.” Status mahasiswamu akan sia-sia jika hanya jadi pemanis status sosial. Suara mahasiswa adalah suara kebebasan, pembela yang lemah dan hanya tunduk pada kebenaran. Walhasil, penulis buku Madilog, Tan Malaka menyebut idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki kaum muda. Dengan kata lain, tanpa idealisme pemuda bukan apa-apa. Teruntuk Maba, jadilah mahasiswa seutuhnya sebagai agent of change dan social control di tengah masyarakat luas.
Rektor UIN Jakarta Amany Burhanuddin Umar Lubis membuka PBAK 2019 secara resmi dengan menerbangkan balon, Selasa (27/8).
maba berkumpul dengan kelompok barisan yang telah dibentuk oleh Panitia PBAK Universitas engenalan Budaya Akademik dan Kema- yang mana terdiri dari para maba dari berbagai hasiswaan (PBAK) menjadi kegiatan ru- fakultas. Pengelompokan tersebut merupakan cetutin untuk menyambut mahasiswa baru (maba) tiap tahunnya. Panitia PBAK tahun ini san dari pihak kemahasiswaan yang diamini mengusung konsep PBAK Moderat dengan tema oleh rektor. Dengan itu, PBAK Universitas dapat Terwujudnya Mahasiswa Akademis, Kritis, Ino- memperkenalkan kesatuan seluruh elemen yang vatif dalam Mengamalkan Nilai-Nilai Ke-Islaman ada di UIN Jakarta. Maka dari itu, dibuatlah dua belas kelompok sesuai dengan jumlah fakultas dan Ke-Indonesiaan. Tema PBAK bukan satu-satunya hal yang cuk- yang ada. “Sesuai tujuan PBAK, mengenal lebih up berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ter- jauh dengan sesama maba lainnya.” tegas Amadapat dua program baru yang menjadi perbin- ny, Senin (26/8). Namun pada praktiknya, hal itu berdampak cangan hangat di kalangan mahasiswa. Program tersebut adalah pembagian dua belas kelompok pada mobilisasi maba sesaat gladi bersih akan PBAK Universitas yang terdiri dari maba dari berlangsung. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poliberbagai fakultas serta program pendampingan tik (FISIP) dan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) telat sampai di Lapangan Triguna dan tidak diperbo(mentoring) bagi seluruh maba. lehkan mengikuti gladi bersih. Ketua Dewan EkFormasi Baru Upacara Pembukaan Rangkaian PBAK 2019 Universitas Islam Neg- sekutif Mahasiswa (Dema) FEB Satriahady Auliya eri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pun dimulai Putra mengaku, kejadian tersebut murni merdengan Geladi Bersih Upacara Pembukaan PBAK, upakan miskoordinasi dan kesalahan teknis. Di samping itu, Satriahady berpendapat, adanSenin (26/8). Matahari pagi makin naik ketika maba mulai berbaris memasuki Lapangan Tri- ya pembentukan kelompok barisan yang terdiri guna UIN Jakarta. Mobilisasi dimulai dari maba dari berbagai fakultas pada gladi bersih malah fakultas yang satu dan disusul dengan maba menghambat jalannya acara. “Efisiensi waktu kurang, mobilisasi maba menuju lapangan pun fakultas lainnya. Maba yang kian memenuhi lapangan tampak terkesan kacau,” tegasnya, Selasa (27/8). tidak berbaris sesuai fakultas masing-masing. Bersambung ke halaman 6... Selempang yang menjadi ciri khas tiap fakultas terlihat berbeda di setiap barisnya. Ternyata, Fitha Ayun Lutvia Nitha
P
2
LAPORAN UTAMA
Memaknai Moderasi Melalui PBAK
salam redaksi
Fanny Fenova Mirzu
U
niversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menyelenggarakan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Kegiatan berlangsung selama empat hari mulai tanggal 26-29 Agustus 2019. Dengan mengusung tema “Moderasi dalam Beragama”, PBAK diikuti oleh sebanyak 6437 mahasiswa baru yang berasal dari 12 fakultas dan 56 program studi. Tema moderasi beragama yang diusung dalam PBAK tahun 2019 ini dipilih dengan tujuan untuk memperkenalan nilai-nilai moderasi kepada mahasiswa baru. Menurut Rektor UIN Jakarta Amany Burhanuddin Umar Lubis, mahasiswa sebagai intelektual harus bersifat terbuka dan modern, contohnya di bidang pengajaran. Amany pun mengatakan pandangan-pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan perlu diajarkan guna memberikan paradigma baru bagi mahasiswa. Hal tersebutlah yang dapat mengarahkan mahasiswa untuk mengembangkan ilmu yang didapatkan dan dapat menjadi pembaharu di bidang pendidikan islam. Baginya moderasi beragama berarti antar umat agama dapat saling mengerti ajaran agamanya masing-masing dan dapat bertoleransi apabila terdapat perbedaan. Jikalau kesemuanya itu sudah terwujud maka kehidupan umat islam akan mengarah pada kedamaian. “Gesekan dalam bidang agama dapat terhindari,” ujar Amany pada Senin (26/08). Dikutip dari tirto.id berdasarkan riset dari Setara Institut, UIN Jakarta masuk ke dalam salah satu kampus yang terpapar radikalisme dan menempati peringkat kedua. Direktur Riset Setara Institute Halili mengatakan bahwa arus radikalisme yang berada di dalam kampus berasal dari kelompok keagamaan ekslusif. Sementara itu, berdasarkan penelitian dari Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) mengatakan bahwa pandangan fundamentalis di Institut Agama Islam Negeri tumbuh
subur sejak berganti nama menjadi UIN. Direktur CSRC UIN Jakarta Idris Hemay mengatakan bahwa sebagian mahasiswa UIN Jakarta rentan terhadap fundamentalisme dan radikalisme. Oleh sebab itu, PBAK tahun ini juga bertujuan untuk menciptakan mahasiswa yang akademis, kritis, dan inovatif dalam mengamalkan nilainilai keislaman dan keindonesiaan. Di sisi lain, dengan adanya PBAK diharapkan mahasiswa baru dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air serta memiliki kepribadian yang kuat. Sehingga mahasiswa dapat menjadi sosok yang rasional dan agamis. Amany juga berharap agar mahasiswa baru bisa mempelajari semua ilmu-ilmu yang berkaitan dengan implementasi ajaran islam yang modern. Namun, tidak bertolak belakang terhadap tradisi dan budaya Indonesia. Selain itu, mahasiswa baru juga diharapkan dapat saling menghormati satu sama lain. “Kita harus memperkokoh toleransi dan rasa hormat dengan orang yang berbeda dengan kita,” tegasnya pada Senin (26/08). Lebih lanjut, ia mengatakan jika ajaran mengenai moderasi beragama harus diterapkan di UIN Jakarta. Sebab moderasi beragama sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 oleh Kementrian Agama. “Moderasi beragama menjadi asas program pembangunan,” ujarnya saat ditemui di Ruang Rektorat, Senin (26/08). Pada PBAK kali ini hadir pula Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil. Dalam kesempatan tersebut Said Aqil memaparkan materi tentang moderasi dalam beragama yang diselenggarakan di Auditorium Harun Nasution. Dirinya berpesan bahwa idealnya Quran harus dipahami dengan akal. “Gabungan dari Quran, hadis, manusia dan akal lahir lah prinsip-prinsip moderasi dalam bersyariat,” katanya pada Kamis, (28/08).
LPM Institut mengucapkan, Selamat datang Mahasiswa Baru UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2019!
Pembaca yang budiman, Salam hangat dari kami untuk mahasiswa baru (Maba) di kampus pembaharu pendidikan Islam di Indonesia. Menjadi mahasiswa merupakan mimpi bagi siswa-siswi yang telah menempuh pendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA). Awal perkuliahan menjadi perjalanan yang sangat menyenangkan, di mana motivasi yang tinggi dan semangat masih bergelora dirasakan oleh Maba. Setelah menikmati liburan perkuliahan, kini para jurnalis kampus hadir untuk memberikan informasi seputar Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Pada 26 Agustus 2019 lalu, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut mengunggah sebuah video dengan durasi 55 detik yang berjudul “Rusuh, FISIP dan FEB Absen Geladi Bersih PBAK” di akun media sosial. Dari judul tersebut terdapat kata “dan” yang membuat mahasiswa mengambil kesimpulan bahwa FISIP dan FEB rusuh. Padahal, bila melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “dan” dapat diartikan penghubung satuan bahasa kata atau frasa yang setara dan sama. Dalam artian, bukan berarti FISIP versus FEB rusuh. Untuk itu, sebagai pers mahasiswa sudah sepatutnya menjalankan fungsi pers sebagai kontrol sosial, salah satunya dengan mengawal PBAK. Tentu hal ini bukan untuk kepentingan pribadi tetapi karena kami peduli. Dengan harapan, ke depannya bisa membenahi supaya PBAK bisa lebih baik lagi. Oleh karena itu, pada Agustus 2019 LPM Institut kembali hadir menyuguhkan E-Newsletter Edisi Khusus PBAK. Pada E-Newsletter kali ini mengangkat headline news program mentor enam bulan dan kebijakan penggabungan kelompok terkait dengan materi Baca Tulis Alquran dan mata kuliah wajib di perkuliahan. Program tersebut digagas langsung oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Masri Mansoer. Sedangkan laporan utama membahas moderasi beragama yang menjadi tema dalam PBAK 2019. Di laporan utama selanjutnya membahas Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri UIN Jakarta yang sepi peminat dikarenakan angka pendaftar menurun. Terakhir, wawancara khusus yang tak jauh beda dengan laporan utama yaitu tentang moderasi beragama. Tak ada niat untuk provokasi, semua ini sebagai bentuk kritis sebagai mahasiswa. Jika untuk isu kebijakan kampus saja mahasiswa tidak peduli, bagaimana nasib kampus UIN Jakarta ke depan? Mari kita pertajam kepekaan, berani menyuarakan kebenaran dan memiliki sikap kritis terhadap keadaan di kampus untuk membangun sistem kampus UIN Jakarta yang lebih baik lagi. Baca, Tulis, Lawan!
NEWSLETTER Pemimpin Umum: Hidayat Salam | Sekretaris Umum: Moch. Sukri | Bendahara Umum: Siti Heni Rohamna | Pemimpin Redaksi: M. Rifqi Ibnu Masy | Redaktur Online: Nuraini Pemimpin Litbang: Ayu Naina Fatikha | Pendidikan: Nur Fadillah | Pemimpin Perusahaan: Nurlely Dhamayanti Anggota: Herlin Agustini, Ika Titi Hidayati, Muhammad Silvansyah Syahdi M., Nurul Dwiana, Rizki Dewi Ayu, Sefi Rafiani Koordinator Liputan: Maulana Ali Firdaus | Reporter: Fitha Ayun Lutvia Nitha, Fanny Fenova Mirzu, Maulana Ali Firdaus, Nurlailati Qodariah, Nurvienna Moeloek Fotografer & Editor: INSTITUTER | Desain Visual & Tata Letak: Maulana Ali Firdaus & Muhammad Silvansyah S. M. | Editor Bahasa: M. Rifqi Ibnu Masy Alamat Redaksi: Gedung Student Center Lantai 3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jalan Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan redaksi.institut@gmail.com | 085817296629 | www.lpminstitut.com
3
LAPORAN UTAMA
Tiga Jalur Seleksi Turun Peminat, UKT Dianggap Cacat Maulana Ali Firdaus
P
engenalan Budaya Akademik dan Kebudayaan (PBAK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta resmi digelar pada Selasa 27 Agustus hingga Kamis 29 Agustus 2019. Momentum PBAK diikuti oleh Para Mahasiswa Baru (Maba) yang dinyatakan lolos seleksi di UIN Jakarta. Mereka lantas harus mengikuti rangkaian prosedur persyaratan yang telah ditetapkan, seperti halnya melakukan pendaftaran ulang. Daftar ulang diselenggarakan di Gedung Administrasi UIN Jakarta. Dari banyaknya Maba yang dinyatakan lolos seleksi di UIN Jakarta, sejumlah 6461 mahasiswa melakukan daftar ulang. Berdasarkan data Bagian Akademik UIN Jakarta, 6461 Maba jika dikalkulasi memiliki presentase 14.6% masuk melalui jalur SNMPTN, 17.33% melalui jalur SBMPTN, 15.7% melalui jalur SPAN-PTKIN, 19.3% melalui jalur UM-PTKIN, dan 31.3% melalui jalur SPMB Mandiri. Dari kelima jalur seleksi tersebut, jika dihitung secara keseluruhan terdapat 208.572 pendaftar namun hanya 3.2% yang dinyatakan diterima. Rektor UIN Jakarta Amany Burhanuddin Umar Lubis mengungkapkan, peminat UIN Jakarta mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 UIN Jakarta dibanjiri sekitar 180 ribu peminat, kemudian di tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 208.572 peminat.“Jumlah tersebut mengalami kenaikan bahkan cenderung signifikan”, ujar Amany ketika ditemui di Gedung Rektorat UIN Jakarta, Senin (26/8). Selain itu, Kepala Bagian Akademik UIN Jakarta Rasi’in turut memberikan tanggapan terkait jumlah pendaftar yang melonjak. Menurut Rasi’in lebih dari 7 ribu mahasiswa dinyatakan diterima di UIN Jakarta, namun hanya sekitar 6 ribu Maba yang melakukan daftar ulang. Penye-
INFO GRAFIS
bab dari beberapa Maba yang tidak melaksanakan pendaftaran ulang karena banyaknya mahasiswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lain, bukan hanya di UIN Jakarta. “Mereka cenderung lebih memilih PTN lain,” ungkapnya pada Rabu (27/8). Kendati mendapatkan lonjakan peminat yang lebih besar dibanding tahun sebelumnya, khususnya di jalur SNMPTN dan SBMPTN yang menyediakan program studi non-agama, mengalami penurunan peminat yang cukup signifikan. Pada tahun 2018 pendaftar SNMPTN UIN Jakarta sebanyak 18.726 orang, sementara di 2019 mengalami penurunan menjadi 12.697 orang. Tak hanya itu, pada jalur SBMPTN pun turut mengalami penurunan seperti pada tahun 2018 sebanyak 30.902 orang pendaftar di UIN Jakarta, namun di tahun 2019 justru hanya ada 19.991 orang yang mendaftar. Selain jalur SNMPTN dan SBMPTN, UIN Jakarta juga mengalami penurunan peminat di jalur SPMB Mandiri. Sebanyak 33.909 orang mendaftar melalui jalur SPMB Mandiri di tahun 2018, namun di tahun 2019 turun menjadi 31.349 pendaftar. Rasi’in menjelaskan turunnya peminat SPMB Mandiri dikarenakan waktu tes yang bersamaan dengan ujian-ujian di PTN lain. “Karena waktunya bersamaan dengan tes lain, makanya pendaftarannya sempat diperpanjang”, ujarnya, Selasa (27/8). Terkait penerimaan mahasiswa baru 2019, pihak UIN Jakarta turut menentukan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Maba berdasarkan data yang diinput oleh Maba dalam laman pmb.uinjkt.id. Ketetapan UKT ini tertera dalam SK Rektor nomor 356 tahun 2019. Berkaitan dengan berbagai persoalan UKT Maba tahun 2019/2020, Presiden Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (De-
ma-U) UIN Jakarta Sultan Rivandi turut m e n yatakan s i k a p dengan berorasi di hadapan seluruh Maba ketika pelaksanaan PBAK. Ia menegaskan kebijakan UKT masih perlu dievaluasi, karena dianggap belum tepat sasaran. “UKT yang harusnya subsidi silang, malah justru menjadi subsidi hilang,” tegasnya ketika berorasi di Lapangan Triguna, Selasa (27/8). Sementara itu, Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan UIN Jakarta Khairunas menjelaskan, perihal masalah UKT telah diatur dalam Peraturan Menteri Agama nomor 151 tahun 2019. Ia mengatakan, dalam menentukan kelompok UKT diperlukan kualifikasi khusus. “Dalam menentukan besaran UKT, kita meminta berbagai dokumen, sehingga data itu tidak bisa dibohongi”, tutur Khairunas ketika ditemui di Kantor Biro Perencanaan dan Keuangan, Rabu (28/8).
4
LAPORAN KHUSUS
Melawan Sensualitas dalam Kampus Nurvienna Moeloek
P
elecehan seksual adalah segala tindakan seksual yang tidak diinginkan oleh penerima atau korbannya. Perilaku yang termasuk dalam kategori ini yaitu pemaksaan melakukan kegiatan seksual dan lelucon berorientasi seksual. Perilaku tersebut dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam kampus fenomena pelecehan seksual sudah sering terjadi. Berdasarkan sebuah survei yang dilakukan sekelompok mahasiswa pada 2014. Dari 123 mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di semua fakultas, 10% mengaku pernah mengalami pelecehan seksual di kampus. Kolektif Rosa adalah salah satu kelompok perempuan yang hadir di UIN Jakarta. Kelompok ini hadir sebagai wadah bagi para perempuan untuk saling bertukar pikiran melalui diskusi dengan wacana dan pembahasan soal isu-isu perempuan. Annisa Nurul Janah adalah salah satu pencetus adanya kelompok kolektif ini. Berangkat dari kegelisahan soal isu perempuan di UIN Jakarta dan pengalaman Annisa yang pernah mengadvokasi sebuah kasus tapi gagal di tahun 2017. Pada kasus tersebut ia dibantu oleh Senat Mahasiswa, namun sayang, kasus ini tidak mendapat dukungan dari pihak luar kemudian menganggap kasus ini dipolitisi. Setelah melakukan wawancara dengan Inisi-
ator Kolektif Rosa Annisa Nurul Janah mengenai latar belakang didirikannya kolektif Rosa. Ia mengatakan bahwa beberapa tahun belakangan, organisasi di dalam maupun di luar kampus di mana terdapat divisi perempuan wacana yang dibahas belum radikal menyoal isu perempuan. “Penting juga tapi harus mengupas permasalahannya.” Ujarnya, Rabu (28/8). Namun Kolektif Rosa sendiri bukan merupakan antitesa organisasi intra yang ada di UIN. Hadirnya Kolektif Rosa tidak bermaksud menyaingi organisasi manapun, tetapi tujuan dari kolektif ini sendiri akan mengampanyekan secara masif bahwa Kolektif Rosa hadir untuk mengkaji wacana-wacana dan isu perempuan serta melawan segala macam pelecehan seksual. Sekretaris Jenderal Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Musdah Mulia menjelaskan bahwa pendidikan mengenai seksual dimulai dari keluarga. Di Negara-negara maju seperti Skandinavia dan Australia pendidikan tentang seksualitas ditanamkan sejak dini. “Hal itu juga harus dibarengi dengan pendidikan moralitas,” tegasnya, Selasa (27/8). Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Kolektif Rosa adalah kampanye dengan penyebaran brosur mengenai pelecehan seksual kepada mahasiswa baru. Kampanye yang dilakukan sejak 28 Agustus mendapat respon yang baik. Mahasiswi Baru Fakutas Psikologi Auliya Zhanatin, “Kita jadi tahu apa yang harus kita lakukan ketika mengalami pelecehan seksual.” Ujarnya, Rabu (28/8).
SEKILAS LPM INSTITUT Jejak peristiwa kami rekam melalui tulisan bak ruh organisasi. Tak menulis berarti luput, siap hilang dari putaran sejarah dan keabadian. Karena kami meyakini, dengan menulis maka kami ada. ‘Baca, Tulis, Lawan’ tak hanya sekadar slogan yang terucap di bibir kami, namun dengan itu, kami siap menghendaki perubahan. Begitulah kiranya paham yang dihayati para jurnalis kami. Acapkali teguran hingga intimidasi datang bertubi. Namun, bukan halangan bagi kami untuk mengkalamkan peristiwa lewat kata-kata yang tepat dengan fakta. Somasi yang juga tak kunjung berhenti tak membuat jari-jemari lumpuh tak berdaya. Sebagai insan pers, rasanya konsistensi dan independensi menjadi arah kami. Fakta menjadi pijakan utama dari berbagai pemberitaan yang kami sajikan, bukan gosip bukan pula rekayasa. Di organisasi, tak pernah sedikitpun kami dididik menjadi jurnalis manipulatif ataupun destruktif. Terkadang pemberitaan yang baik tak selalu positif. Kami segelintir mahasiswa yang peduli terhadap kampus tercinta, berada di depan untuk menyadarkan civitas academica, bahwa ada banyak hal yang harus dibenah. Kami selalu menyajikan berita sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik yang ada. Berawal dari proses rapat redaksi lalu peliputan, dilanjut dengan penulisan, dan diakhiri dengan sirkulasi menjadi siklus kami dalam organisasi. Semua itu kami lakukan hanya untuk merekam pelbagai dinamika yang ada di lingkup kampus ini. Kami garisbawahi bahwa mengkritisi bukan berarti ingin menjadi oposisi, namun karena kami cinta. Dan kami ingin menekankan, bahwa kami mencari fakta bukan malapetaka.
INFO GRAFIS
instagr.am/kolektifrosa
kunjungi laman www.lpminstitut.com
5
WAWANCARA KHUSUS
Makna Moderat dalam Slogan PBAK 2019
S
etiap tahunnya Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan Pengenalan Budaya Akademik Kampus atau yang lebih dikenal dengan sebutan PBAK. Tak lupa pula pengenalan budaya kampus ini bertujuan untuk mahasiswa baru agar mengenal lebih jauh tentang UIN dan mengenal sesama mahasiswa baru (Maba) ke lainnya. Di tahun ajaran 2019, UIN Jakarta mengusung tema ‘Moderat’ untuk mengetahui makna dan tujuannya dalam penerapan istilah ‘Moderat’ di lingkungan akademisi. Berikut hasil wawancara Reporter LPM Institut Nurlailati Qodariah khusus dengan Rektor UIN Jakarta Amany Burhanudin Umar Lubis mengenai pembahasan makna dan tujuan tema ‘’Moderat’’, Senin (26/8). Apa arti dari ‘’Moderat’’ pada tema PBAK tahun ini ? Dengan Tema ‘Moderat’ mewujudkan insan akademis, kritis dan inovatif dalam mengamalkan nilai-nilai keislaman dan keindonesian. Topik ini cocok untuk diperkenalkan kepada Maba selama menutut ilmu di Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, materi pembahasan ini detailnya akan di bawa ke dalam materi PBAK Universitas dan Fakultas dengan tema Moderasi Beragama. Untuk menciptakan kampus yang moderat UIN Jakarta mengundang tokoh – tokoh besar seperti ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj untuk mengisi materi pada tema Moderasi Beragama. Selain tema Moderasi Beragama ada pula tema- tema lainnya seperti anti korupsi, anti terorisme, eksimisme dan lainnya. Apa itu moderasi beragama? Konsep moderasi beragama merupakan pengamalan dan karakteristik ajaran agama masing-masing dengan benar. Kriteria dasar moderasi beragama berpegang teguh pada agama ditambah dengan bertoleransi dan perbedaan lainnya. Di samping itu, menerima perbedaan dengan sesama dan tidak terbawa dengan perbedaan tersebut. Mengapa melakukan ajaran agama dengan
benar disebut moderasi ? Merunut saya, dalam pengamalan ajaran agama dengan benar, maka UIN Jakarta mengenal seluk beluk ibadah serta muamalah syariat. Sebagai representatif moderasi beragama dalam keseharian adalah mengenakan kerudung bagi muslimah. Akan tetapi, memakai kerudung bukah hal yang ekstrim. Dikarenakan dalam syariat Islam berkewajiban menutup aurat, salah satunya dengan menggunakan kerudung. Terlihat jelas dari konteks moderasi beragama ini adalah toleransi dan saling mengerti terhadap agama lain sebagai praktek dalam proses belajar. Selain itu, UIN Jakarta merupakan salah satu lembaga yang mengembangkan moderasi beragama ini, terbuka dengan aliran apapun baik itu teori- teori filsafat, hukum , syariat dan politik kerena UIN Jakarta adalah kampus pembaharu bagi pendidikan kampus Islam Di Indonesia. Apakah nilai-nilai moderasi sudah masuk dalam kurikulum 2019-2020? Menurut saya, kurikulum UIN Jakarta tak harus 2019/2020 karena moderasi pun bukan hal yang baru di dalam UIN Jakarta. Alhasil, moderasi beragama diterapkan dalam kurikulum dan integrasi ilmu. Perwujudan moderasi Islam di UIN Jakarta juga dapat dilihat dari mata kuliah seperti studi Islam. Kemudian dapat dilihat dalam pendekatan
integrasi Ilmu seperti mengkaji sains dan teknologi mengkaji pula bagaimana dasar-dasar Saintek dalam pandangan Islam, lalu jika mengkaji hukum juga mengaitkan prisip- prinsip Islam dalam hukum. Apa output yang diharapkan dari moderasi beragama untuk mahasiswa baru kali ini? Output yang diharapkan adalah supaya UIN Jakarta siap melahirkan generasi muda dalam melahirkan pemuda-pemudi Indonesia yang mampu mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang masa. Karena hal Itu tidaklah mudah, dibutuhkan karakter yang kuat dalam diri seseorang yang menyatu ajaran agama dan kebangsaan serta prinsip-prinsip keilmuan. Seseorang yang mempunyai sosok rasional yang agamis, dengan demikian itu yang diharapkan pada PBAK sekarang ini.
Sambungan dari halaman 1... Berbeda dengan Satriahady, Ketua Dema FISIP Adnan Zhaffar mengatakan, perlu ada sosialisasi atas regulasi baru tersebut. Terlebih lagi, Adnan mengaku bahwa peraturan itu tidak ditetapkan dengan konsensus para mahasiswa, tetapi ditetapkan melalui ketuk palu pihak rektorat. “Semua fakultas menolak pembentukan kelompok tersebut,” pungkas Adnan, Selasa (27/8). Laksanakan Mentoring Berkelanjutan Sebuah progam baru lagi-lagi datang dari pihak kemahasiswaan. Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 4962 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum PBAK pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, salah satu metode dalam penyajian materi PBAK adalah mentoring atau pembimbingan teman
sebaya. Dengan itu, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UIN Jakarta Masri Mansoer mengadakan program pendampingan (mentoring) selama enam bulan. Masri mengatakan, program terobosannya tersebut dirasa akan menjadikan PBAK menjadi lebih baik. Sistem mentor berkepanjangan dapat membimbing maba sampai menjadi mahasiswa yang sebenarnya, disertai keilmuan dan keagamaan. Mereka juga dapat mengenal lebih baik akademik, kemahasiswaan, dan dunia kampus melalui program ini. “Terkait kebijakan, diserahkan kepada dekan dan Dema Fakultas masing-masing,” jelas Masri, Senin (26/8). Dekan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Tholabi Kharlie bertanggapan, program mento-
“Masih yang terlalu banyak mahasiswa yang
~
SOE
bermental sok kuasa.Merintih kalau ditekan, HOEK tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi, dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
GIE
”
ring ini telah disosialisasikan dan serentak akan dilakukan oleh seluruh fakultas. “Mentoring menjadi media pembinaan dan pengembangan Tsaqofah Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari, terutama di dunia kampus” terangnya, Selasa (27/8). Tujuan mentoring turut disampaikan oleh Ketua PBAK FSH Izzul Aulia. Ia mengatakan, akan tercipta pribadi muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah Swt., berbudi luhur, cakap dan berilmu. “Rasa tanggung jawab maba dalam mengamalkan ilmunya meningkat, serta berkomitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia” pungkas Izzul, Senin (26/8).
6
N
opini
Awas! Bahaya Laten PBAK Oleh: Fauzan Nur Ilahi*
ama kegiatan kampus yang tak berguna dan merugikan itu adalah PBAK. Iya, PBAK. Kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kampus atau yang lebih akrab dengan singkatan PBAK ini, sejatinya adalah suatu kegiatan yang diadakan, sesuai dengan namanya, atas dasar pemikiran untuk memperkenalkan serba-serbi dunia akademik dan kampus kepada para mahasiswa baru. Kegiatan ini biasa dilaksanakan saban tahun sekali di berbagai sekolah dan kampus-kampus Indonesia. Tidak terkecuali di kampus tercinta ini, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tetapi dalam penerapannya, kegiatan tahunan ini sepertinya masih jauh panggang dari api. Terjadi semacam pergeseran orientasi dari yang semula diadakan sebagai ajang pengenalan seluk beluk kampus, menjadi ajang pembodohan dan pemangkasan akal sehat kepada para mahasiswa baru (selanjutnya akan disebut “Maba”) oleh para panitia pelaksana. Oleh sebab itu, untuk membahas fenomena inilah tulisan ini kemudian lahir. Penulis menilai, regulasi PBAK yang kian tahun bukannya kian membaik malah semakin tidak jelas ini, tidak bisa kita biarkan begitu saja. Dalilnya sederhana: Kegiatan apapun yang terindikasi memangkas kebebasan dan akal sehat kita, sudah seharusnya kita lawan.
Memaksa Pikiran Seragam (Militeristik) Kita mungkin sudah sama-sama tahu bahwa salah satu fungsi perguruan tinggi, universitas, atau kampus yaitu untuk memaksimalkan potensi akal dari para mahasiswanya. Jika kita menggunakan parameter psikologi, maka kita akan paham bahwa setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan dan potensi yang beragam. Begitu pun dengan pikiran-pikiran yang mereka miliki. Tetapi regulasi dalam kegiatan PBAK sepertinya tidak peduli terhadap premis ini. Buktinya sederhana. Dalam prakteknya, banyak aturan yang terdapat dalam PBAK mengharuskan para mahasiswa untuk seragam dalam segala hal. Dimulai dari hal sederhana seperti warna pakaian atau atribut, jargon atau slogan, barang-barang yang tidak jelas fungsinya apa, hingga akhirnya mencakup hal yang substansial: pemikiran pun dipaksa untuk seragam. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam penerapan PBAK sangat kental dengan aroma milteristik. Keberagaman seringkali diberangus oleh para pelaksana itu sendiri. Alasan para panitia atau yang akrab disapa “senior” ini pun begitu klise. Dengan dalih melatih mental dan juga fisik, mereka menganggap sah memberi hukum yang aneh-aneh apabila para maba tidak mengikuti instruksi atau komando yang diberikan. Jika demikian, bagaimana pikiran-pikiran yang kreatif
dari para mahasiswa mau muncul, jika di tahap awal perkuliahan saja mereka dipaksa untuk sama dalam semua hal. Aneh, bukan? Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat, tepatnya di Universitas of New Mexico, alih-alih mahasiswa mendapat aturan-aturan di luar nalar seperti di atas, justru mereka mendapat pelajaran berharga semisal ilmu keuangan, konsultasi, atau kasus pelecehan seksual, selain tur mengelilingi kampus. Dalam waktu beberapa hari, maba di sana mempelajari tema-tema positif tadi dan saling berinteraksi dengan kawan-kawan mereka (lih: santafenewmexican.com). Pun di kampus Hamsphire College, Amerika Serikat. Para maba justru diajak duduk melingkar di taman kampus guna berdiskusi dan membahas isu-isu penting yang tengah terjadi. Dengan pola kegiatan yang seperti ini, maba tentu lebih terlihat sebagai manusia yang dihargai keberagaman potensi akalnya dan bukan dianggap bagai binatang peliharaan yang siap ditarik ke sana dan ke mari. *Penulis adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Islam, Prodi Studi Agama-Agama Semester 7 dan Pegiat Kajian di Indonesian Culture Academy
Laba di Balik Atribut PBAK Oleh: Bayu Wahyudin*
Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) merupakan rangkain acara rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara ini diselenggarakan sebagai proses pengenalan awal seputar kehidupan kampus dan seluk-beluk kegiatan mahasiswa serta sebagai sambutan terhadap para mahasiswa baru. Rangkaian kegiatannya biasa dilakukan sekitar empat hari, mulai dari pengenalan tingkat universitas, fakultas hingga jurusan. Dalam kurun waktu tersebut, para mahasiswa baru akan dijejali berbagai materi dan kegiatan-kegiatan seremonial yang cukup melelahkan. Karena setiap harinya, PBAK berlangsung seharian penuh. Belum lagi dengan adanya beberapa tugas dan perlengkapan-perlengkapan yang dibebankan kepada mahasiswa baru, membuat mereka seolah kewalahan. Sebagai seorang yang pernah mengikuti PBAK, kiranya saya cukup pengalaman untuk menceritakannya. Selama PBAK, para mahasiswa baru diwajibkan melengkapi diri dengan segala macam perlengkapan yang dibebankan kepada mereka. Per-
lengkapan ini mulai dari identitas diri, seperti selempang, id card, topi, dasi, pin, kertas asturo, dan lain-lain. Bahkan ketika era saya dulu, dihari terakhir sempat disuruh membawa bunga mawar dan cokelat segala. Saya kira ini rada unik, mungkin perlengkapan-perlengkapan yang tak kalah uniknya juga dibebankan kepada teman-teman di jurusan atau fakultas lainnya. Momen PBAK ini, jika ditilik dari sudut pandang bisnis memang bisa menguntungkan. Dimana perlengkapan PBAK bisa dijadikan komoditas untuk mendatangkan laba. Meskipun hanya diselenggarakna setahun sekali, tapi pangsa pasarnya jelas, yakni mereka para mahasiswa baru yang jumlahnya bisa mencapai enam ribuan orang. Dalam waktu yang bersamaan, enam ribu mahasiswa baru ini membutuhkan perlengkapan yang relatif sama, selempang misalnya. Hal ini membuat permintaan (demnad) terhadap perlengkapan dan pernak-pernik PBAK meningkat. Bayangkan saja, jika seorang penjual berhasil memasarkan 500 selempang saja, dengan estimasi keuntungan setiap selempang sekecil-kecilnya Rp.10,000/selempang, maka terlihat berapa keuntungannya. Jadi, tak heran jika
menjelang PBAK, banyak pihak-pihak yang menawarkan dan menjajakan perelngkapan-perlengkapan tersebut. Oleh karena itu, demi menjaga marwah PBAK yang begitu penting bagi para mahasiswa baru, maka marilah kita jaga proses berlangsungnya. Karena jika berbicara soal PBAK, masalahnya bukan hanya soal monopoli penjualan atribut saja, masih ada persoalan lainnya. Janganlah kita nodai kegiatan yang sebetulnya mengasikkan ini dengan ego dan kepentingan pribadi. PBAK ini sudah seperti hajatan kampus selain pemilu raya, yang mana didalamnya melibatkan hampir seluruh civitas akademika. Semoga saja kedepannya PBAK semakin riang gembira, dipenuhi cinta dan gelak tawa, serta meninggalkan kesan “saya tak menyesal masuk UIN Jakarta” pada setiap pesertanya. *Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
7
berita foto
Mahasiswa Baru Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berbaris di Lapangan “ Para Triguna untuk melaksanakan Gladi Persih Upacara Pembukaan Pengenalan Akademik dan Budaya Kemahasiswaan (PBAK) 2019, Senin (26/8).
“Seorang
”
Anggota Paskibra membawa bendera untuk dikibarkan pada Upacara Pembukaan PBAK 2019, Selasa (27/8).
”
“Rektor
UIN Jakarta Amany Burhanuddin Umar Lubis melakukan seremoni pembukaan PBAK 2019 dengan memotong pita dan menerbangkan balon, Selasa (27/8). Para civitas academica turut hadir lengkap menggunakan almamater baru.
”
Kursus Bahasa U’L CEE Udrus Learning Center
Jl. Kertamukti, Gang H. Nipan, No. 18, RT. 04, RW. 08, Pisangan, Ciputat Timur, Tangsel. Depan Perumahan Griya Nipah/Dekat Masjid al-Mau’izhah al-Hasanah.
Menu Program U’L CEE Institute Cabang Ciputat 1. Kursus Bahasa Arab (Qawaid/Muhadatsah)
(Jaminan Menguasai Bahasa Arab dalam Waktu 2 Bulan, Gratis Mengulang Sampai Bisa Jika Gagal)
2. Kursus Bahasa Inggris (Grammar/Speaking)
(Jaminan Menguasai Bahasa Inggris dalam Waktu 2 Bulan, Gratis Mengulang Sampai Bisa Jika Gagal)
3. Bimbingan TOAFL/ TOEFL
(Jaminan Menguasai Strategi Menjawab Soal TOAFL/TOEFL Hanya dalam Waktu 2 Bulan)
4. Bimbingan Belajar & Private
(Membantu Siswa SD, SMP, SMA, & Umum dalam Meningkatkan Kemampuan di Sekolah/ Ujian Nasional)
5. Jasa Penerjemahan
(Menerima Jasa Penerjemahan Arab-Indonesia, Inggris-Indonesia dan Sebaliknya)
6. Kajian dan Diskusi Keislaman (Free)
(Fikih, Ushul Fikih, Ilmu Hadis, dan lain-lain sesuai kesepakatan bersama)
Informasi dan Tempat Pendaftaran Pendaftaran Tempat Pendaftaran Start Kelas Baru Kuota Minimal Kelas Contact Person
Akun Media Sosial
Pilihan Hari Belajar Biaya Pendaftaran
: Setiap Hari Kerja : Kantor U’L CEE Institute : Tanggal 10 dan 25 setiap bulannya : 5 Orang/Kelas : 0811-1196-530 WA 0852-7450-1485 Telpon/SMS (Whany) : www.ulceeinstitute.com (Website) Kursus Bahasa U’L CEE Ciputat (FB) kursus_bahasa_ciputat (IG) : Senin s/d Minggu (08.00-21.00 WIB) : Rp. 100.000,-
Join Us You Will See How Great You are.!!
INGIN PASANG IKLAN DI TABLOID INSTITUT, WEB LPMINSTITUT.COM, ATAU MEDIA PUBLIKASI LPM INSTITUT LAINNYA? HUBUNGI: 089630943041 (mUHAMMAD SILVANSYAH)