Kampoeng Sagan by Urban Design

Page 1

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN 2015

STUDI KASUS KAMPUNG SAGAN Adjisetya Agung - Amalia Nurul Ifa - Farah Fitri Gita Nisrina Fatin - Muhammad Irfan - Nanda Nur Ilmayanti Sandy Afwan Basirun - Sulistyaningrum N

Perencanaan Pembangunan Permukiman Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas teknik Universitas Gajah Mada


PENDAHULUAN Latar belakang Perumahan dan permukiman adalah salah satu kebutuhan pokok terkait dengan kelangsungan hidup manusia. Dewasa ini, kebutuhan perumahan dan permukiman semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pula. Permasalahan perumahan dan permukiman yang kurang terencana, padat, serta kurang memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana seperti air bersih, sanitasi, pengelolaan sampah, saluran pembuangan air hujan, dll menjadi permasalahan yang menjamur dimana-mana. Perencanaan perumahan dan permukiman yang layak dirasa sangat dibutuhkan, baik diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta demi kelangsungan hidup manusia. Tujuan 1. Mendeskripsi data kondisi perumahan dan permukiman di Kelurahan Terban 2. Menganalisis data-data yang telah didapatkan terkait dengan perumahan dan permukiman di Kelurahan Terban 3. Merencanakan perumahan dan permukiman di kelurahan Terban Metode penulisan a. Metode pengumpulan data: Metode pengumpulan data yang digunakan dalam laporan ini adalah observasi dan wawancara langsung ke lapangan di Kelurahan Terban, Yogyakarta. b. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam laporan ini adalah deskripsi kualitatif. Data primer (hasil observasi lapangan) diolah dan dianalisis dalam bentuk rangkaian paragraf yang padu.


Gambaran umum

Kawasan amatan kami terletak tepat di Sagan bagian utara tepat dibelakang Rumah Sakit Panti Rapih, kelurahan Terban, kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta. Di Sebelah utara dibatasi oleh Rumah Sakit Panti Rapih, sebelah selatan dibatasi oleh Asrama Ratnaningsih, sebelah barat dibatasi oleh Jalan Cik Ditiro, dan sebelah timur dibatasi oleh Jalan Herman Yohanes. Kawasan kami dikelilingi oleh tempat-tempat penting seperti Rumah Sakit Panti Rapih, Asrama Ratnaningsih, Pom Bensin Sagan dan SMA Negeri 9 Yogyakarta. Kawasan Sagan terkenal sebagai kawasan komersil. Terlihat disepanjang jalan Herman Yohannes dan Cik Ditiro terdapat bangunan-bangunan komersil seperti toko, pom bensin, cafe maupun rumah makan yang menghiasi samping kanan-kiri jalan. Sedangkan di bagian dalam Sagan atau kawasan permukimannya terdapat banyak kost-kost an, beberapa asrama maupun hotel. Secara arsitektural permukiman di sagan utara sangat berbeda dengan permukiman di sagan bagian selatan. Sagan selatan cenderung memiliki bentuk bangunan bergaya Indisch pengaruh kolonial Belanda yang melekat pada seluruh bangunan. Persil lahan juga cenderung rapi dan penempatan vegetasi dan lahan tak terbangun yang terencana. Sedangkan sagan utara, kawasan amatan kami, sudah mengalami transformasi akibat pengaruh kawasan sekitarnya yang tumbuh dengan pesat. Layaknya permukiman di tengah kota, permukiman di kawasan kami cenderung memiliki kepadatan bangunan tinggi dan banyak dijumpai ganggang kecil dengan jalan yang cukup sempit yang menambah kesan padat. Selain itu ruang publik maupun ruang terbuka hijau pada kawasan kami sangat kurang bahkan bisa dianggap tidak ada.


ANALISA KAWASAN PERMUKIMAN


Analisis Intensitas Ruang Intensitas ruang adalah kondisi ruang yang menginformasikan tentang intensitas (penggunaan, komposisi) bangunan dalam area geograďŹ s. Intensitas ruang terdiri dari dua variabel bangunan dan jumlah lantai, atau kondisi vertical dan horizontal. Selain itu, intensitas ruang juga menginformasikan tingkat kepadatan bangunan yang ada pada kawasan amatan. Apabila suatu area amatan memiliki kecenderungan intensitas ruang yang tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa ruang tersebut bermasalah dari kondisi ďŹ sik maupun lingkungannya, dan dalam ruang tersebut tidak memungkinkan untuk terjadi perkembangan ruang secara horizontal. Akan tetapi apabila intensitas ruang masih relative kecil dan masih

KDB

Jum. Lantai

Terkait dengan fungsi bangunan kawasan diatas yang sebagian besar adalah sebagai pemukiman, dampak dari bangunanbangunan yang padat serta daerah resapan air yang minim berpengaruh pada tingkat kenyamanan tinggal dari masyarakat yang bermukim di daerah tersebut. Seperti, kurangnya lahan resapan, mengurangi kadar air tanah, potensi terjadinya banjir, dll.

Analisis KLB

Legenda = Jalan = Bangunan =0-1 = 1,01 - 2

KLB

= 2,01 - 3

Intensitas Bangunan Vertikal-Horizontal

Analisis KDB

Legenda = Jalan = Bangunan

Bangunan-bangunan yang berada di kawasan amatan kami didoinasi oleh KoeďŹ sien Lantai Bangunan (KLB) sebesar 0-1. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa bangunanbangunan tersebut cenderung mendapatkan intensitas cahaya matahari yang sama satu sama lain terkait dengan tinggi bangunan yang serasi (1 lantai). Dengan fungsi yang mendominasi berupa permukiman, maka kawasan ini didominasi oleh landed houses satu lantai (berorientasi horizontal)

= 26%-50% = 51%-75% = 76%-100%

Bangunan-bangunan yang berada di kawasan amatan didominasi oleh KoeďŹ sien Dasar Bangunan (KDB) sebesar 76%-100%. Hal ini menunjukkan bahwa bangunan-bangunan yang ada di kawasan ini padat dan memiliki daerah resapan air yang minim.

2


Analisis Kualitas Bangunan Kualitas bangunan perumahan kami nilai dari beberapa faktor: a. Pencahayaan Sebuah rumah sebaiknya memiliki ruangan-ruangan yang memudahkan akses bagi sinar matahari untuk masuk. Selain dapat meningkatkan kualitas ruangan di dalam rumah menjadi tidak lembap, cahaya matahari yg masuk ke ruangan juga lebih hemat terkait dengan pencahayaan oleh lampu yang dapat diminalisir. Cahaya matahari dapat masuk melalui bukaan-bukaan pada dinding seperti jendela, panas yang ikut masuk dapat diatasi dengan atap yang mengerucut atau dengan memasang tirai dan kaca ďŹ lm pada jendela. Cahaya yang terlalu banyak masuk dikarenakan bukaan yang terlalu banyak atau arah rumah yang langsung menghadap matahari tentu juga merugikan karena dapat menaikkan suhu sehingga ruangan menjadi tidak nyaman dan sehat. Hal ini dapat diatasi dengan membangun rumah yang menghadap ke utara atau selatan agar tidak langsung mengarah matahari namun juga tidak membelakanginya. Jarak antara rumah dengan rumah di depan atau di sampingnya juga perlu diperhatikan karena bila rumah di samping atau di depan berjarak sangat dekat (gang) maka hal tersebut dapat menghalangi matahari untuk masuk ke dalam rumah. Daerah kawasan amatan kami di perumahan Sagan sebagian besar sudah memiliki rumah dengan pencahayaan matahari yang baik. Sebagian lainnya adalah rumah-rumah kecil terletak di gang yang sempit dan bersebrangan dengan rumah-rumah yang lebih besar sehingga

rumah-rumah tersebut tidak mendapatkan cahaya matahari langsung terutama pada bagian teras. Cahaya matahari langsung hanya didapatkan di lantai 2 rumah yang tidak tertutup bayangan rumah yang lebih besar. b. Material Membangun sebuah rumah yang berkualitas baik perlu memperhatikan material yg digunakan. Material-material tertentu menjadi indikator penggolongan kondisi rumah antara permanen, semi permanen, dan non permanen. Rumah permanen dapat dilihat dari dindingnya yang terbuat dari bata dan dilapisi semen atau meterial sejenis yang tidak dapat dipindahkan, dibongkar, dan dihancurkan dengan mudah. Dinding rumah semi permanen terbuat dari sebagian kayu dan bata, atau seluruhnya kayu. Sementara untuk material atap, rumah permanen menggunakan genteng dan rumah semi permanen menggunakan material lain seperti seng. Material berkualitas tinggi dan memenuhi standar perumahan pada umumnya dapat menjadi pilihan yang baik, namun untuk sebagian penduduk material yang standar digunakan tidak dapat terjangkau harganya, sehingga sebagian golongan penduduk lebih memilih material yang lebih murah sehingga mengurangi kualitas bangunan.

3


Kondisi perumahan di kawasan amatan Sagan didominasi oleh bangunan dengan material bangunan permanen. Banyak muncul rumah-rumah baru yang memiliki material dengan kualitas yang baik. Sedangkan sebagian kecil yang terletak di gang-gang kecil, menggunakan material bangunan semi permanen. Hal ini kami kira disebabkan oleh perumahan yang terletak di jalan yang lebih besar merupakan kawasan perumahan yang terencana oleh kepemerintahan Belanda pada masa kolonial, sedangkan rumah yang berada pada jalan yang lebih kecil berkembang organis sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Kondisi rumah semi permanen umumnya tidak terlalu baik. Banyak kerusakan pada dinding dan jendela. Beberapa rumah dengan material bangunan permanen yang tidak terawat dan kosong mengalami kerusakan. Hal ini mengurangi segi estetika perumahan kawasan amatan. c. Pengudaraan Penyediaan pengudaraan dalam lingkungan perumahan atau permukiman merupakan aspek yang sangat penting, bahkan lebih penting daripada aspek pencahayaan. Hal ini terjadi Karena kebutuhan utama manusia untuk hidup sehat dan nyaman adalah tersedianya udara bersih yang ada di lingkungan sekitarnya. Vegetasi sebagai sumber utama penghasil udara bersih sudah sangat minim dijumpai di daerah permukiman kota, karena penambahan vegetasi memakan ruang yang cukup untuk dimanfaatkan kegiatan lainnya. Akan tetapi persepsi seperti ini yang salah penambahan vegetasi dan

penataannya yang sesuai dengan teknik landscape pada lingkungan permukiman atau perumahan akan memperbaiki system iklim mikro pada kawasan permukiman. Minimnya vegetasi didepan perumahan mengakibatkan udara didalam ruang tidak begitu baik serta didominasi oleh udara panas karena udara yang dibawa angina tidak diserap atau dipecah oleh vegetasi didepan perumahan. Sehingga bisa mengakibatkan kondisi lingkungan perumahan tidak baik.

4


SARANA-PRASARANA a.

Sarana pendidikan Di kawasan amatan ini terdapat beberapa fasilitas pendidikan seperti TK dan SD, sedangkan fasilitas pendidikan yang lain (SMP dan SMA) ada diluar kawasan, akan tetapi jaraknya tidak jauh sehingga masih bisa dicapai dengan cukup mudah. TK Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan, sarana pendidikan yang berupa taman kanan-kanak memiliki radius sejauh 500m dengan jumlah penduduk pendukung sejumlah 1.250 jiwa. Pada kawasan amatan kami, terdapat 1 unit taman kanak-kanak yang letaknya berada pada batas sebelah selatan kawasan amatan. Ditilik dari segi cakupan aksesibilitasnya, keberadaan TK saat ini yang berada diujung selatankawasan amatan cukup menyulitkan masyarakat yang tinggal pada bagian utara kawasan ini, baik dalam segi jarak maupun akses berupa jalan lingkungan yang cukup kecil sehingga membatasi mobilitas.

SD Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan, sarana pendidikan yang berupa sekolah dasar memiliki radius sejauh 1.000m dengan jumlah penduduk pendukung sejumlah 1.600 jiwa. Pada kawasan amatan kami, terdapat 1 unit taman kanak-kanak yang letaknya berada pada bagian tengah kawasan. Dari segi cakupan aksesibilitanya SD ini bisa dijangkau dengan cukup mudah oleh semua masyarakat yang ada dalam kawasan amatan karena letaknya yang cukup strategis (di tengah kawasan amatan). Kendala yang dihadapi dalam mengakses sarana ini yaitu hambatan berupa jalan yang ukurannya relatif kecil sehingga cukup mempersulit mobilitas. SMP Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan, sarana pendidikan yang berupa sekolah menengah pertama memiliki radius seluas 1.000m dengan jumlah penduduk pendukung sejumlah 4.800 jiwa. Pada kawasan amatan kami tidak terdapat fasilitas pendidikan berupa SMP, namun sarana ini bisa ditemui diluar kawasan amatan, dengan jarak yang masih bisa dijangkau. Dari segi cakupan aksesibilitanya SMP ini bisa dijangkau dengan cukup mudah oleh semua masyarakat yang ada dalam kawasan amatan karena jangkauan yang dimilikinya memang cukup luas. Kendala yang dihadapi dalam mengakses sarana ini yaitu hambatan berupa jalan yang ukurannya relatif kecil sehingga mempersulit mobilitas.

5


SMA Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan, sarana pendidikan yang berupa sekolah menengah pertama memiliki radius seluas 3.000m dengan jumlah penduduk pendukung sejumlah 4.800 jiwa. Pada kawasan amatan kami tidak terdapat fasilitas pendidikan berupa SMA, namun sarana ini bisa ditemui diluar kawasan amatan, dengan jarak yang masih bisa dijangkau. Dari segi cakupan aksesibilitanya SMA ini bisa dijangkau dengan cukup mudah oleh semua masyarakat yang ada dalam kawasan amatan karena jangkauan yang dimilikinya memang luas. Kendala yang dihadapi dalam mengakses sarana ini yaitu hambatan berupa jalan yang ukurannya relatif kecil sehingga mempersulit mobilitas. UNIVERSITAS Kawasan amatan terletak relatif sangat dekat dengan sarana pendidikan berupa universitas, sehingga dalam mengakses universitas tidak mengalami kendala yang bearti. Secara keseluruhan akses masyarakat di perumahan yang menjadi amatan terhadap sarana pendidikan sudah cukup baik, kendala berupa sempitnya jalan yang menghambat aksesibilitas ke sarana ini utamanya terjadi pada kawasan amatan bagian utara. Dimana kawasan bagian utara relatif lebih paddat dan tidak tertata dibandingkan dengan kawasan bagian selatan.

a. Sarana ibadah

Di kawasan ini tidak terdapat sarana peribadatan. Beberapa sarana peribadatan seperti masjid dan gereja berada diluar kawasan ini tetapi masih dalam jangkauan yang baik. Namun dikarenakan jalan yang berada di kawasan ini cukup sempit tentu akan mempersulit aksesibilitas masyarakat untuk mencapai sarana peribadatan. b. Sarana kesehatan Lokasi dari perumahan amatan kami ini terhitung sangat dekat dengan fasilitas layanan kesehatan berupa rumah sakit. Dilihat dari jarak, tentu hal ini bukan masalah, namun dari segi aksesibilitasnya akan ditemui persoalan berupa hambatan mobilitas dikarenakan jalan yang cukup sempit dan harus memutar terlebih dahulu untuk masuk dan mengakses fasilitas ini. c. Sarana berkumpul Di kawasan ini tidak terdapat sarana berkumpul seperti taman dan ruang terbuka hijau publik. Hal ini dikarenakan padatnya bangunan dan tidak tersedianya ruang yang dikhususkan sebagai ruang untuk berkumpul. Biasanya warga akan memanfaatkan jalan di depan rumahnya sebagai tempat berkumpul. Hal ini tentu mengurangi kenyamana pengguna jalan dikarenakan jalan yang juga cukup sempit.

U

6


a. Sarana olahraga

Dalam kawasan amatan kami tidak terdapat fasilitas olahraga. Untuk melakukan olahraga, masyarakat setempat harus keluar untuk mengakses sarana olahraga sesuai dengan yang mereka inginkan. Sarana olahraga yang ada di luar kawasan ini letaknya tidak terlalu jauh sehingga masih dapat dijangkau oleh masyarakat. Salah satu sarana olahraga yang ada seperti lapangan GSP UGM. b. Sarana komersial dan jasa Secara garis besar kawasan ini merupakan kawasan pemukiman dengan beberapa fungsi bangunan yang berupa komersil dan jasa. Letak kawasan tersebut sendiri berada di dekat jalan Cik Dik Tiro, jalan Colombo, jalan Hermann Yohannes dan jalan Solo yang ramai dan memiliki pusat pusat komersil dan jasa bagi kota Yogyakarta. Masyarakat di kawasan tersebut pun akan dengan mudah menjangkau saran komersial dan jasa. c. Sarana transportasi Jarak ideal yang ditempuh seseorang dengan berjalan kali dari tempat asal ke tujuan adalah 400 meter. Oleh karena itu, jarak ideal antara perumahan masyarakat pada suatu area dengan tempat transit/tempat mengakses kendaraan umum juga 400 meter. HALTE Jarak permukiman denga sarana transportasi umu berupa halte cukup jauh, namun masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Halte terdekat berada di Jalan Cik Di Tiro yang merupakan halte bus Trans Jogja. Halte ini sudah bisa berfungsi dengan baik, masalah yang ada terkait fasilitas ini adalah minat dari masyarakat yang tidak terlalu tinggi dikarenakan keengganan masyarakat untuk menempuh jarak yang “cukup� jauh walaupun

sebenarnya masih bisa dicapai. JALAN Jalan yang berfungsi sebagai jalur bus kota juga berfungsi sebagai tempat menaik dan turunkan penumpang. Jalan yang menjadi jalur bus kota adalah jalan Colombo yang berada di sebelah utara kawasan ini. Jarak antara Jalan Colombo dengan kawasan ini pada dasarnya tidak jauh, namun harus sedikit memutar mengitari RS Panti Rapih yang berada tepat di utara kawasan ini.

7


AIR BERSIH Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Untuk itu, lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air bersih sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan atau perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan air bersih lingkungan perumahan di perkotaan. Perumahan di kawasan amatan kami dari hasil observasi dan wawancara sudah tercukupi kebutuhan air bersihnya. Sebagian besar telah mendapat sambungan dari perusahaan air bersih, sebagian lainnya memiliki sumur bor. Kran hidran yang tersedia sudah memenuhi SNI Tataan Lingkungan Perumahan di Perkotaan; jarak antar hidran maksimal 200 meter dan jarak antara hidran dengan tepi jalan maksimum 3 meter. Prasarana air bersih yang kurang pada kawasan amatan kami adalah kran umum. Kran umum digunakan secara komunal oleh golongan masyarakat tertentu yang mempunyai minat namun tidak mampu membiayai penyambungan pipa ke rumah masing-masing. Meskipun masing-masing rumah pada kawasan amatan telah memiliki akses air bersih menurut hasil observasi dan wawancara, namun kami rasa kran umum masih dibutuhkan untuk kegiatan sosial maupun kegiatan lainnya. Rencana: Penyediaan kran umum 路 satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa; 路 radius pelayanan maksimum 100 meter; 路 kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari. PERSAMPAHAN Manajemen persampahan yang baik pada suatu kawasan perumahan merupakan hal yang penting dan mendasar. Sampah yang tidak tertangani dapat menyebabkan berbagai masalah perkotaan seperti area kumuh, wabah penyakit, dan tentunya mengganggu estetika lingkungan. Hal-hal negatif

tersebut akan membawa turun kualitas lingkungan perumahan, yang secara tidak langsung akan berdampak buruk terhadap sektor ekonomi dan pembangunan kota. Prasarana persampahan diatur dengan skala lokal, bertahap dari tempat sampah pribadi sampai tempat pembuangan akhir. Namun pada abad modern ini tren mendaur ulang sampah mulai menjadi pilihan; tidak semua sampah dibawa ke tempat pembuangan sampah akhir. Sampah yang ditampung pada skala tertentu sebelum dikirim ke level berakan dipilih mana yang dapat dimanfaatkan. Perumahan pada kawasan amatan kami sudah memiliki manajemen sampah yang baik, hal ini kami kira dikarenakan kawasan Sagan yang merupakan residensi kaum elit Belanda pada saat masa penjajahan. Sudah terdapat tempat pembuangan sampah sementara yang terletak di laur kawasan amatan. Prasarana pengangkutan sampah standar SNI Tataan Lingkungan Perumahan di Perkotaan pun sudah terpenuhi yaitu gerobak sapah dan bak sampah berukuran kecil. Gerobak sampah mengangkut sampah pribadi per rumah sebanyak 3 kali dalam seminggu. Satu hal yang kurang adalah unsur daur ulang dalam pengelolaan sampah pada kawasan ini. Rencana: Sistem daur ulang skala lingkungan 路

Sampah dipisahkan organik dan non organik dengan penyediaan tempat sampah yang mendukung Daur ulang dengan memberdayakan ibu rumah tangga untuk pengolahan atau kelompok kerajinan yang sudah dibentuk

8


DRAINASE Perumahan yang baik dan layak huni haruslah dilengkapi jaringan drainase yang sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang berlaku, hal ini telah diatur dalam SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan. Menurut SNI 02-2406-1991 dalam Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan, jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan. Berdasarkan pada observasi dan wawancara langsung kami di lapangan, drainase di kawasan amatan kami kurang layak terkait dengan kondisinya. Hal ini ditambah lagi dengan data yang telah kami dapatkan bahwa Koefisien Dasar Bangunan yang mendominasi di kawasan amatan kami adalah 76% - 100%, maka hal ini tentu menunjukkan bahwa resapan air di kawasan amatan kami pun sangat kurang. Kemudian kedua hal tersebut jika dikorelasikan maka menunjukkan bahwa potensi genangan air di kawasan amatan kami sangat tinggi. Rencana: Revitalisas & pengadaan drainase · Pengadaan gorong-gorong pada spot-spot tertentu yang memiliki potensi genangan air yang lebih tinggi. · Perbaikan gorong-gorong, pertemuan saluran, dll.

9


KUALITAS LINGKUNGAN a. Drainse

Drainase yang ada pada kawasan amatan kami merupakan saluran drainase tertutup. Saluran drainase tertutup biasanya digunakan untuk mengalirkan air limbah atau air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan dan mengganggu keindahan. Pada kawasan amatan kami yang merupakan daerah permukiman padat penduduk, saluran drainase tertutup menjadi pilihan yang tepat dimana air limbah atau air kotor yang melewati drainase tidak akan mengganggu kesehatan lingkungan dan warga sekitar. Saluran drainase yang tertutup juga dirasa tepat digunakan karena jalan-jalan yang ada pada kawasan amatan kami ini sempit, hanya memiliki lebar 1 sampai 3 meter antar rumah sehingga jalan yang sudah sempit ini tidak lagi diambil lebarnya untuk drainase yang membuat jalan menjadi lebih sempit lagi.

U

b. Sanitasi

Salah satu sistem yang dibuat manusia yang memfasilitasi keberlangsungan fungsi yang dibentuk dari lingkungan perumahan yaitu jaringan sanitasi. Dimana jaringan sanitasi dibuat sedemikian rupa agar dapat mengalirkan/membuang air limbah dari masing-masing rumah dengan baik. Pada umumnya masing-masing rumah memiliki tempat pembuangan limbah sendiri yang berupa sumur/septic-tank. Namun dengan keadaan sekarang yang memiliki keterbatasan lahan dan kepadatan yang cukup tinhgi sudah tidak memungkinkan lagi jika membuat sumur pembuangan di masing-masing rumah. Sanitasi di kawasan survey perumahan kami sudah menggunakan sistem air limbah terpusat, yaitu pembuangan air limbah melalui pipa yang dialirkan dari masing-masing rumah tangga menuju penampungan/pengolahan air limbah (IPAL) di Sewon, Bantul. Jaringan pengolahan limbah domestik yang terintegrasi dengan sistem IPAL Sewon tahun 2010 sudah meliputi hampir semua kecamatan di Kota Yogyakarta, kecuali dua kecamatan yaitu Kotagede dan Wirobrajan. Saat ini jumlah rumah yang sudah tersambung ke dalam jaringan IPAL adalah 10,478 rumah, dengan total sambungan meliputi 180.584,94 m. Hal ini membuktikan bahwa pelayanan jaringan IPAL sudah mencakup kawasan kami yaitu kawasan Sagan, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman.

U

foto jaringan sanitasi pada kawasan amatan sumber : dokumentasi kelompok 2015

10


bobot I III III IV

Sanitasi 10 8 8 8 8

80 80 80 80

Sanitasi disemua blok sama yaitu menggunakan jaringan sanitasi terpusat. Kualitasnya pun sudah dapat dikatakan baik karena dilihat dari kondisi existingnya disana dan dari data yang didapat menyatakan bahwa penduduk sehat dikawasan tersebut tergolong tinggi. Sehingga disimpulkan tidak ada pengaruh yang buruk terhadap kesehatan masyarakat terkait jaringan sanitasi yang ada disana.

Berdasarkan tabel dan kondisi di lapangan menunjukkan bahwa kualitas lingkungan dengan jaringan sanitasi terpusat pada kawasan kami dapat dikatakan baik. Dimana presentase jumlah keluarga sehat di kecamatan Gondokusuman, mencakup kawasan amatan kami, sebesar 96,2 %. a. Persampahan

dipisahkan antara organik dan anorganik begitu pula saat di angkut menuju TPS. Saat tiba di TPS, sampah kembali dicampur padahal terdapat pemisahan. Di sisi lain, kawasan amatan kami ini tidak terlihat kumuh karena sampah tidak berserakan di jalanan, jalan-jalan disini bersih dari sampah. Hal ini dikarenakan drainase yang tertutup sehingga warga tidak bisa membuang sampah sembarangan ke dalam drainase. Begitu pula saat hujan, air yang membawa sampah tidak bisa naik ke jalan.

KESIMPULAN foto jaringan sanitasi pada kawasan amatan sumber : dokumentasi kelompok 2015

Permasalahan sampah menjadi sebuah masalah yang rutin ditemui ditiap-tiap kawasan, kota, maupun skala yang lebih luas lain, begitu pula pada kawasan amatan kami. Tiap-tiap rumah warga disini sudah memiliki bak sampak di area depan rumahnya. Sampah-sampah rumah tangga ini rutin diangkut oleh bak pengangkut sampah untuk dibawa ke TPS tiap SEHARI sekali. Sayangnya, sampah-sampah rumah tangga ini masih belum

kecenderungan kondisi yang terjadi pada kawasan amatan kami berupa: 1. Bangunan yang padat 2. Mobilitas dan aksesibilitas yang cukup terbatas dengan hambatan berupa lebar jalan yang bervariasi (sebagian sempit) 3. Sudah memiliki sistem sanitasi yang cukup baik 4. Memiliki layout perumahan yang organik (tidak terencana) 5.

Pencahayaan dan sirkulasi udara yang kurang baik

11


N A

G N

U K

G N I L A N N A A M C I N K E U R RM JANGKA PENDEK E # Connection P # Open Space # Infrastructure

JANGKA PANJANG # Siteplan # Connection # Open Space # Infrastructure # Housing Type


dikawasan ini dalam rencana sebagian akan dibuat bersusun namun kepemilikan tiap lantai berbeda dengan menggunakan konsep land sharing. Dengan demikian akan ada penghematan lahan yang bisa digunakan untuk menambah fasilitas yang layak untuk perumahan ini.

Dalam rencana jangka panjang housing renewal dilakukan dengan konsep utama land readjustmen dan land sharing. Kedua konsep ini digunakan untuk menanggulangi dan meningkatkan performa dari perumahan yang ada pada kawasan amatan kami. Penggunaan konsep readjustment bertujuan untuk membentuk ulang layout perumahan. Urgensi dari restrukturisasi ruang perumahan ini berguna untuk menciptakan bentukan perumahan yang memiliki konektivitas yang lebih baik dan juga meningkatkan kesempatan masyarakat setempat untuk mendapatkan sinar matahari serta sirkulasi angin yang baik. Penggunaan konsep land sharing bertujuan untuk menciptakan KDB yang diinginkan dengan mengoptimalkan KLB bangunan. Bangunan yang ada saat ini sudah terlalu padat dan tidak lagi menyisakan lahan untuk resapan apalagi untuk tempat berkumpul dan bermain anak-anak, sehingga anak-anak di kawasan ini bermain di jalan. Perbandingan RTH yang idealnya 3:7 dengan lahan terbangun tidak akan tercapai bila tidak dilakukan optimalisasi pemanfaatan lahan. Rumah-rumah

Connection Saat ini jalan yang ada di kawasan ini kurang terencana, baik dari bentukan jalannya yang organik maupun lebar jalan yang tidak semuannya memiliki lebar yang cukup. Dengan pola dan kondisi jalan tersebut, masyarakat akan mengalami kesulitan berupa ketidak efektifan jalan dimana masyarakat harus melalui jalan yang sedikit memutar karena tidak semua jalan terhubung. Selain itu, jalan yang tidak cukup lebar akan berdampak pada kemudahan mobilitas masyarakat dan juga menjadi potensi berbahaya saat terjadi situasi darurat karena ambulans dan mobil pemadam kebakaran tidak bisa menjangkau area yang memiliki akses terlalu kecil. Dalam rencana ini jalan yang ada didesign ulang dengan mempertimbangkan kemudahan akses masyarakat, baik dari leber yang mencukupi serta ruas jalan yang saling terhubung dengan penerapan pola grid. Dengan demikin, diharapkan kenyamanan dan kualitas hidup masyarakat setempat akan meningkat.

13


Tapak Dengan berubahnya pola jalan yang ada, maka akan diikuti juga dengan perubahan tapak/persil rumahrumah yang ada di kawasan tersebut. Terlepas dari perubahan jalan yang dilakukan, bangunan yang ada di kawasan ini memiliki pencahayaan dan sirkulasi udara yang kurang baik karena tingginya kepadatan dan sempadan dan jalan yang sempit. Penataan rumah yang baik mutlak dibutuhkan untuk dapat menciptakan kondisi rumah yang baik dan sehat. Dengan mengoptimalkan penataan yang mempertimbangkan pencahayaan dan sirkulasi ini akan dapat menciptakan permukiman yang lebih hemat energi. Tidak terlalu banyak memanfaatkan cahaya lampu disiang hari, serta mengurangi penggunaan listrik untuk perangkat pengondisi udara (kipas angin, AC, dll).


Tipe rumah Tipe rumah eksisting yang ada cukup bervariasi, secara umum bagian selatan kawasan ini memiliki kualitas yang lebih baik serta bangunan yang lebih besar dibandingkan dengan bagian utara kawasan yang cenderung lebih kecil bangunannya. Beragamnya kondisi dan tipe rumah yang ada di kawasan ini mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi masyarakat yang ada di kawasan ini juga terdiri dari beberapa golongan. Dalam rencana yang kami buat kami menggunakan konsep perumahan berimbang, dimana dalam satu kawasan terdapat rumah mewah, sedang, dan sederhana. Namun jumlah dan perbadingan antar tipe rumah disesuaikan dengan tipe eksisting yang ada, karena tipe dan jumlah yang ada saat dirasa sudah cukup baik. Selain dilihat dari jumlah, hal yang perlu diperhatikan dalam tipe rumah adalah peletakan/lokasinya. Penataan berdasarkan tipe (clustering)ini bbertujuan untuk menghindari konik sosial yang mungkin terjadi dan bahkan menciptakan hubungan yang harmonis.

dikembangkan sebagai lahan resapan, namun juga sebagai pusat kegiatan masyarakat, untuk berkumpul, dan berkegiatan ekonomi lokal. Pembuatan RTH ini tidak hanya menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan lahan resapan, namun juga sekaligus menjadi lokasi sentral fasilitas-fasilitas perumahan yang sebelumnya sudah ada dan penambahan fasilitas yang belum ada, seperti jogging track dan mushola. Fasilitas Penambahan fasilitas pada rencana ini diutamakan berupa fasilitas yang sebelumnya belum ada dan dianggap lebih tinggi manfaatnya jika kawasan tersebut memiliki fasilitsa tersebut sendiri, sehingga tidak perlu semua fasilitas ditambahkan ke dalam kawasan ini.

RTH

Pada kawasan amatan kami ini tidak ditemui RTH yang bersifat publik, sedangkan yang dimiliki oleh individu-individu juga sangat sedikit jumlahnya. Dalam rencana ini RTH tidak hanya

15


JANGKA PENDEK “SIRKULASI� Pada kondisi eksisting saat ini, jalan yang ada kurang tertata dengan baik dan cenderung berkembang organik. Hal tersebut terlihat dari bentukan jalan yang cenderung mengikuti bentuk bangunan, bukan sebaliknya. Keadaan demikian membuat jalan menjadi seolah “seadanya� dengan lebar jalan yang pas-pasan serta bentuk yang tak beraturan; belokan dan tikungan di gang-gang sempit yang cenderung gelap semakin mengurangi kenyamanan dan keamanan pengguna jalan. Dari masalah tersebut, kami mengemukakan rencana perbaikan jalan dari segi keterhubungannya. Kami menerapkan pola grid pada Kawasan Sagan ini dengan tujuan memperbaiki aksesibilitas, serta agar dapat tertata dengan lebih baik. Pola ini juga akan diterapkan dengan hierarki jalan, dimana sejauh ini hierarki jalan kurang diperhatikan di beberapa ruas jalan. Hal ini menyebabkan arus lalu lintas pejalan kaki, pengguna kendaraan roda dua maupun empat, menjadi semrawut. Jika diibaratkan sebagai sebuah sirkulasi, maka sirkulasi lalu lintas di beberapa titik tadi cukup bermasalah akibat kurang jelasnya hierarki jalan yang ada. Hierarki jalan yang direncanakan akan saling terintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan yang ada di kawasan tersebut sehingga nantinya akan mempermudah akses oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan. Selain perbaikan hierarki dan pola, perbaikan konstruksi jalan juga diperlukan untuk menambah kenyamanan.

GKA PENDEK

jalan yang ada di wilayah kawasan amatan kami ternasuk jalan lingkungan dimana sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 34 tahun 2006 tentang jalan pasal 20 ; (1) jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 kilometer per jam dengan lebar jalan paling sedikit 6,5 meter ; (2) persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diperuntukan bagi kendaraan bermotor beroda 3 atau lebih ; (3) jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukan bagu kendaraan bermotor beroda 3 atau lebih harus menpunyai lebar jalan paling sedikit 3,5 meter. dimana berdasarkan aturan tersebut, beberapa jalan pada wilayah kawasan amatan kami sudah memenuhi standar, namun beberapa belum. jalanjalan yang belum memenuhi standar ini hanya memiliki lebar 1-3 meter. maka perlu diadakan perbaikan yaitu pelebaran jalan sehingga memenuhi standar.hat lebih hijau dan mempercantik kawasan.

16


RTH Untuk perencanaan jangka pendek, dalam pengadaan RTH kami merencanakan pembangunan berada di atas lahan bekas bangunan yang sudah dihancurkan/runtuh dan masih berpotensi. Hal ini kami lakukan karena sudah tidak ada lagi lahan kosong di kawasan amatan kami. Konsep RTH yang akan kami buat berupa sebuah taman yang bukan hanya

sekedar untuk menghijaukan kawasan namun juga fungsional yang mampu mewadahi kegiatan masyarakat untuk beraktivitas sosial. Dimana taman tersebut dilengkapi beberapa fasilitas seperti bangku untuk berdiskusi dan berinteraksi sosial, lapangan kecil yang mewadahi anak-anak bermain dan warga melakukan kegiatan senam atau olahraga. Selain itu kami juga manambah

beberapa taman kecil di gapura masuk kawasan kami dan di tugu yang berada ditengah jalan agar terlihat lebih hijau dan mempercantik kawasan.

17


AMPIRAN

desain center kawasan permukiman yang berupa kawasan komersial pendukung kegiatan permukiman, serta terdapat RTH yang mampu menyatukan semua golongan masyarakat.


siteplan kawasan permukiman jangka panjang dengan menggunakan berbagai pertimbangan agar menciptakan lingkungan permukiman yang ideal.


kawasan permukiman didesain dengan konsep livable dan walkable, untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman serta meningkatkan interaksi antar golongan masyarakat, karena taman dilingkungan permukiman bersifat sharing / berbagi.


RTH pada area pusat permukiman sekaligus sebagai area pendukung kegiatan komersial. tampak pada gambar disamping bahwa RTH sangat mendukung kegiatan sosial masyarakat, selain itu RTH atau open space area mudah diakses dari berbagai arah yaitu 4 mata angin


Rumah tipe Flat, untuk mengatasi daerah permukiman padat penduduk guna meningkatkan daya dukung lingkungan serta meningkatkan kualitasnya, seperti cahaya alami, open space dan udara.

Rumah tipe mewah, karena pada kawasan amatan terdapat rumah mewah yang belom tertata, sehingga dalam rencana dibuat berhadapan agar meningkatkan interaksi sosial

Rumah tipe sedang berada pada sekitar area pusat pelayanan seperti RTH dan Komersial


U

41939 42437 41952 41958 42426 41951 42622 41945

20 m

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas teknik Universitas Gajah Mada

Perencanaan Pembangunan Permukiman

Adjisetya Agung Amalia Nurul Ifa Farah Fitri Gita Nisrina Fatin Muhammad Irfan Nanda Nur Ilmayanti Sandy Afwan Basirun Sulistyaningrum N

Sumber : Google Earth Pro 2014 Survey Kawasan 2015

= Jalan = Batas kawasan = Bangunan

Legenda

60 m

3 cm

BASEMAP KAWASAN SAGAN


U

41939 42437 41952 41958 42426 41951 42622 41945

20 m

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas teknik Universitas Gajah Mada

Perencanaan Pembangunan Permukiman

Adjisetya Agung Amalia Nurul Ifa Farah Fitri Gita Nisrina Fatin Muhammad Irfan Nanda Nur Ilmayanti Sandy Afwan Basirun Sulistyaningrum N

Sumber : Google Earth Pro 2014 Survey Kawasan 2015

Legenda

60 m

3 cm

PETA CITRA KAWASAN SAGAN


U

41939 42437 41952 41958 42426 41951 42622 41945

20 m

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas teknik Universitas Gajah Mada

Perencanaan Pembangunan Permukiman

Adjisetya Agung Amalia Nurul Ifa Farah Fitri Gita Nisrina Fatin Muhammad Irfan Nanda Nur Ilmayanti Sandy Afwan Basirun Sulistyaningrum N

Sumber : Google Earth Pro 2014 Survey Kawasan 2015

= Blok D

= Blok C

= Blok B

= Blok A

= Jalan = Batas kawasan = Bangunan

Legenda

60 m

3 cm

PETA BLOK KAWASAN SAGAN


U

41939 42437 41952 41958 42426 41951 42622 41945

20 m

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas teknik Universitas Gajah Mada

Perencanaan Pembangunan Permukiman

Adjisetya Agung Amalia Nurul Ifa Farah Fitri Gita Nisrina Fatin Muhammad Irfan Nanda Nur Ilmayanti Sandy Afwan Basirun Sulistyaningrum N

Sumber : Google Earth Pro 2014 Survey Kawasan 2015

= 76%-100%

= 51%-75%

= 26%-50%

= Jalan = Batas kawasan = Bangunan

Legenda

60 m

3 cm

PETA KDB KAWASAN SAGAN


U

41939 42437 41952 41958 42426 41951 42622 41945

20 m

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas teknik Universitas Gajah Mada

Perencanaan Pembangunan Permukiman

Adjisetya Agung Amalia Nurul Ifa Farah Fitri Gita Nisrina Fatin Muhammad Irfan Nanda Nur Ilmayanti Sandy Afwan Basirun Sulistyaningrum N

Sumber : Google Earth Pro 2014 Survey Kawasan 2015

= 2,01 - 3

= 1,01 - 2

=0-1

= Jalan = Batas kawasan = Bangunan

Legenda

60 m

3 cm

PETA KLB KAWASAN SAGAN


U

41939 42437 41952 41958 42426 41951 42622 41945

20 m

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas teknik Universitas Gajah Mada

Perencanaan Pembangunan Permukiman

Adjisetya Agung Amalia Nurul Ifa Farah Fitri Gita Nisrina Fatin Muhammad Irfan Nanda Nur Ilmayanti Sandy Afwan Basirun Sulistyaningrum N

Sumber : Google Earth Pro 2014 Survey Kawasan 2015

= Kualitas Buruk

60 m

3 cm

= Kualitas Sedang

= Kualitas Baik

= Jalan = Batas kawasan = Bangunan

Legenda

KUALITAS BANGUNAN KAWASAN SAGAN


U

41939 42437 41952 41958 42426 41951 42622 41945

20 m

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas teknik Universitas Gajah Mada

Perencanaan Pembangunan Permukiman

Adjisetya Agung Amalia Nurul Ifa Farah Fitri Gita Nisrina Fatin Muhammad Irfan Nanda Nur Ilmayanti Sandy Afwan Basirun Sulistyaningrum N

Sumber : Google Earth Pro 2014 Survey Kawasan 2015

= Jalan = Batas kawasan = Aliran Sanitasi

Legenda

60 m

3 cm

JARINGAN SANITASI KAWASAN SAGAN


U

41939 42437 41952 41958 42426 41951 42622 41945

20 m

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas teknik Universitas Gajah Mada

Perencanaan Pembangunan Permukiman

Adjisetya Agung Amalia Nurul Ifa Farah Fitri Gita Nisrina Fatin Muhammad Irfan Nanda Nur Ilmayanti Sandy Afwan Basirun Sulistyaningrum N

Sumber : Google Earth Pro 2014 Survey Kawasan 2015

60 m

3 cm

= Jalan = Batas kawasan = Jaringan Drainase

Legenda

JARINGAN DRAINASE KAWASAN SAGAN


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.