Irwan P. Ratu Bangsawan
BIANGLALA
BIANGLALA
Dewan Kesenian Banyuasin 2013
Bianglala/Irwan P. Ratu Bangsawan Pangkalan Balai, Penerbit Dewan Kesenian Banyuasin Diterbitkan oleh: Dewan Kesenian Banyuasin Hak Cipta Š Irwan P. Ratu Bangsawan Cetakan I, Juni 2013
Penyunting : Istiqomah, S.Pd., M.Pd. Desain Sampul dan Isi : Joko Martono
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1987 tentang Hak Cipta Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987. Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
Isi Buku Dari Kami Sepucuk Cinta Bianglala
Dari Kami
Sepucuk Cinta
Salah satu tugas Dewan Kesenian Banyuasin adalah membina dan mengembangan kesusastraan, baik kesusastraan lisan maupun tulis. Oleh sebab itu, Dewan Kesenian Banyuasin secara periodik menerbitkan buku-buku hasil karya para sastrawan Banyuasin. Pada tahun ini Dewan Kesenian Banyuasin menerbitkan dua buku antologi puisi yang ditulis Saudara Irwan P. Ratu Bangsawan, yaitu Telah Kucuri Rembulan Itu dan Bianglala. Khusus untuk Bianglala, antologi ini hanya memuat satu puisi panjang yang terdiri atas 10 bagian dan 99 pasal. Antologi semacam ini baru pertama kalinya kami terbitkan. Kami berharap upaya ini dapat menjadi langkah yang bermanfaat bagi kita semua untuk terus membina dan mengembangkan sastra di Bumi Sedulang Setudung ini.
Cinta selalu berhasil merekam perasaan seorang manusia, Mulai dari kegalauan, kecemburuan, hingga berbagai pertanyaan eksistensial yang dapat menguatkan keberadaan sebuah cinta. Buku puisi sederhana ini sesungguhnya merupakan catatan perjalanan cinta seorang manusia. Ia dapat dimiliki siapa saja dengan tak memandang status sosial seseorang. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada istri penulis Istiqomah, S.Pd., M.Pd. dan ananda tercinta Muhammad Iqbal Ratu Bangsawan yang senantiasa mencintai penulis dalam berbagai episode kehidupan cinta penulis. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada sahabat dan kerabatku Meta Nuci Ferawati, suami-istri Ali Rizkatillah AudahRohmatunnazilah, dan Wasitoh Meirani atas semua cinta dan sayang mereka selama ini. Terakhir, penulis juga berterima kasih kepada Ketua Dewan Kesenian Banyuasin Kak Hazairin H. Zabidi yang telah bersedia menerbitkan buku ini. Semoga buku ini dapat memberi kontribusi bagi perkembangan dunia sastra di Kabupaten Banyuasin. Salam takzim
Pangkalan Balai, 2013 Badan Pengurus Harian Dewan Kesenian Banyuasin Hazairin H. Zabidi Ketua
Irwan P. Ratu Bangsawan
BIANGLALA BAGIAN I DALAM TANYA 1 sejak kau taburkan beribu aroma cinta hanya ada engkau di terang dan gelapnya jalanku aku selalu bergairah bila ingat namamu ingat senyumanmu ingat lirikanmu tak ada lagi yang kupikirkan selain engkau engkau engkau dan engkau tahukah engkau? 2 setiap malam aku selalu bermimpi engkau melambaikan tanganmu memanggilku menyuruhku mendekat mendekat lagi kau pegang tanganku menggenggam erat mencondongkan tubuhmu ke arahku dan membisikkan bahwa aku lelaki idamannya sungguhkah? 3 dari jendela tak berkaca ini setiap hari aku memandang ke arah engkau duduk memalingkan muka sebentar untuk melihat apa yang kau lakukan
memandangmu dari sini membuatku serasa memandang seribu bintang di langit asyik dan tak terjangkau mengertikah engkau? 4 di setiap malam selalu kukirimkan doa cinta untukmu dari urat nadiku mengalir darah yang terus bergemuruh dalam senyapnya malam kuuntai berbait-bait doa ingin kudikte Tuhan agar engkaulah yang dipilihkan-Nya untukku kuungkapkan dengan lirih doaku Ya Allah, bila dia baik bagi-Mu bagi agama-Mu bagiku bagi masa depanku pilihkanlah dia untukku tapi, Ya Allah, aku tidak punya “tapi� untuknya jadi, pilihkanlah dia untukku mungkinkah? 5 aku selalu rindu padamu di siang dan malamku di pagi dan soreku di sini di taman mungilku aku duduk sendiri menghadap ke jalan di depan rumahku menikmati kerinduanku mengucap namamu perlahan sangat perlahan mengulangnya berkali-kali
memejamkan mata tak ingin salah menyebut namamu kerinduanku abadi bagai bunga edelwies di tingginya gunung Merapi percayakah engkau? 6 engkau begitu bersemangat bila bercerita aku mendengarkannya tak ingin satu kata pun hilang dari ingatanku bila ceritamu lucu engkau tertawa renyah bagiku, tawamu sungguh memukau takkan kulewatkan kesempatan mengingat bagaimana engkau tertawa senangkah engkau?
menunggumu pulang melalui jalan berdebu menanti engkau muncul dari lengkung bianglala berjalan sendiri berbaju kurung warna kuning gading hanya membuat jantungku berdebar melebihi kadar yang diperbolehkan dunia kedokteran semakin engkau mendekat semakin kuat jantungku memompa darah aku lunglai tak berdaya tak tahukan engkau?
7 pernah kuminta pada Tuhan agar hanya ada engkau di hatiku sebab Tuhanlah yang mempertemukan aku dan engkau aku ingin bisakah?
BAGIAN II AKU PERGI JAUH 10 saat sang waktu tak mau berkompromi aku harus pergi meninggalkan engkau yang hanya menjadi bunga tidurku bertahun aku tak pernah bermimpi indah selalu terbangun tengah malam selalu saja engkau menertawakanku mengejekku bahkan engkau pernah meludahiku aku telah diperdaya mimpi
8 membaca hatimu ternyata tak semudah membaca buku kuliah tak pernah habis dibaca tak pernah memahami sepenuhnya selalu harus mengulang benarkah?
11 beribu bait puisi kususun semua beraroma cinta bertahun aku menunggu semua karena cinta dari sini aku menanti engkau hadir menjawab cinta
9
12 tak ada kabar yang kuterima tentangmu
engkau hilang bagai ditelan kabut pernahkah engkau merasa hati yang kesepian? kedinginan? sendirian? aku telah bertahun melaluinya 13 di sini aku menyesali telah mengabaikanmu engkau tahu tak sekali pun aku menyatakan perasaanku padamu aku hanya menyampaian sinyal lemah mungkin engkau tak memahaminya mungkin saja 14 di tempatku ini aku rindu melihatmu berkerudung kuning gading mematutnya di cermin kecil Fanbo-mu tersenyum kecil memoleskan bedak tersenyum lagi mematut lagi dan tersenyum malu ketika tak sengaja kau menoleh ke arahku sungguh memesona 15 kepergianku tak pernah kuduga 16 aku ingat pernah menyapamu kupanggil engkau diajeng engkau mendelik marah aku malu
tersenyum pucat dan pergi tanpa mengucapkan maaf padamu mungkin engkau sudah lupa tapi, aku masih ingat rasa malu itu walaupun aku tetap menyukaimu engkau tak pernah lagi mau tersenyum padaku 17 seminggu yang lalu, kutemukan lagi surat yang pernah ingin kusampaikan padamu kusam suram kuning berdebu sungguh lucu caraku mengungkapkannya “Diajeng, aku mencintaimu sejak dulu, sekarang, besok, lusa, dan esok.� 18 aku ingin kembali menemuimu sekedar ngobrol ringan dan bertanya kabar sekedar ingin memastikan engkau bahagia tapi, bila ingat matamu yang mendelik marah biarlah aku tetap di sini bermimpi setiap malam walaupun bukan mimpi yang indah BAGIAN III ANGIN BERCERITA 19 deru angin membawa cerita tentangmu benarkah? aku hanya diam
deru angin semakin membesar cerita tentangmu semakin sering kudengar aku tetap diam membayangkan mata sipitmu wajah priayimu selalu terasa menyenangkan mengingatmu! 20 angin kadang bertiup perlahan sangat perlahan bahkan dedaunan pun tak bergerak senyap tapi, dengarlah dengarlah suara angin yang bertiup perlahan di pucuk pohon tanjung ia membisikkan cerita yang diterimanya ah, mustikah aku percaya bahwa engkau masih mengingatku? entahlah 21 jangan selalu percaya cerita angin 22 angin bercerita lagi tentangmu: engkau berkerudung kuning gading berbaju kurung kuning gading memakai rok coklat tua berjalan di tengah gurun pasir tertiup angin kencang kerudungmu berkibar berjalan slow motion fantastik!!!
engkau meneriakkan namaku tapi, aku tak percaya cerita angin 23 sudahlah, biarkanlah angin bercerita sudahlah, aku ingin diam dan, mendengarkan ceritanya tapi, angin hanya diam dan, pergi sangat kencang 24 angin berkata lupakanlah tentang cinta lupakanlah tentang rindu rasakan desiranku menyatulah dalam jiwaku melayang menuju laut lepas terbang di antara camar-camar berkejaran menuju kehangatan hingga matahari terbenam dan kita beristirahat sebentar menanti pagi dan melayang lagi menuju pantai terbang bersama camar-camar melihat kau tersenyum menyambut pagi di tepi pantai sendiri
! 25 hari ini angin membawa kabar bahwa engkau berkerudung biru berbaju biru menulis kata rindu di pasir pantai yang basah tapi, kepada siapa engkau memendam rindu ? 26 aku ingin membiarkan angin meninabobokkanmu dan bangun dengan mendekap cintamu 27 aku tak ingin angin meninabobokkanku dan bangun tanpa engkau ! BAGIAN IV MENCARI KABARMU 28 sudah kupikirkan untuk menulis beribu kata cinta dan memasukkannya ke dalam botol anggur menghanyutkannya di pantai membiarkannya dibawa ombak dan angin kutunggu engkau membacanya
dan mencariku di sini 29 akhirnya, kutulis juga kata cinta kutulis juga nomor ponselku kumasukkan dalam botol air mineral dan menghanyutkannya di tepian Sungai Musi menuju muara menuju laut menuju samudra setelah itu, tak kudengar lagi kabarnya ia hanyut ke arah yang tak kuketahui lagi 30 kuterima SMS pada pukul 02.02 dini hari “Telah kuterima kabar darimu. Maaf, aku tak mengenalmu.� 31 kerinduanku padamu berjalan melalui detik-detik yang melelahkan aku tak bisa melampiaskan rinduku lagi foto 4 x 4-mu sudah usang dan menguning sudah bertahun kupandangi memburam dan aku kehilangan wajahmu 32 aku lelah merindukanmu tak ada lagi kabar tentangmu 33 mencari kabar tentangmu bagai
mencari jarum di tumpukan jerami 34 aku akan datang ke kotamu menapaki kembali jalan-jalan yang pernah kau lalui menunggumu lagi di tempat kau pernah mendelik (bagaimanakah engkau sekarang?) 35 mencarimu dalam bayang-bayang rembulan berlari penuh kalut tak juga menemukanmu hanya kabut yang yang semakin menebal yang kutemukan bayanganmu menghilang di kegelapan tak dapat diraih.... 36 bila aku tak bisa memilikimu aku ingin engkau menjadi dewi cintaku menaburkan berkah cinta dari langit dan selalu membahagiakanku BAGIAN V KIDUNG ASMARA 37 hatiku selalu bernyanyi menyanyikan kidung-kidung asmara menembangkan kerinduan hati walau kidungku tak menyayat hati
namun, hanya ada engkau di setiap nada-nada yang kunyanyikan dengarkanlah aku bernyanyi adakah aku berdusta? 38 jangan pergi kalau engkau ingin menyakitiku tetaplah di sini katakan bahwa engkau membenciku dan tak ingin bersamaku lagi dan aku pun akan bernyanyi bagai bintang Bollywood dengan para penari yang menari gemulai meneteskan air mata duka bernyanyi lagi dan tiba-tiba para penari pun menghilang maka hanya ada engkau dan aku yang terdiam karena engkau telah menyakitiku dengan anggun 39 bila bernyanyi belum membuatmu tersenyum pandanglah aku pasti kau akan tersenyum bila bersenandung belum membuatmu tertawa berceritalah denganku pasti kau akan tertawa sebab aku adalah sang penghiburmu 40 sunyi ini membuatku ingin menulis sebuah lagu tapi,
tak satu nada pun tercipta tak satu syair pun tertulis sunyi ini membuatku ingin bersenandung tapi, tak satu lagu pun yang terlintas sunyi ini membuatku ingin bersamamu tapi, aku tak tahu di manakah engkau sekarang sunyi ini membuatku kesepian tanpa nada tanpa syair lagu tanpa engkau 41 beginilah jadinya bila cinta hanyalah impian tak dapat menjangkau hanya ada senandung kerinduan hanya ada kidung yang tak pernah usai beginilah jadinya bila cinta hanyalah keinginan tak dapat mewujud hanya ada cerita tentang ketidakmungkinan hanya ada kisah tentang kegamangan bagaimana denganmu? 42 aku ingin menyenandungkan namamu di setiap malamku aku ingin namamu menjadi tembang kasmaran aku ingin engkau ada dalam senandung mimpiku aku ingin 43 semua lagu tentang cinta adalah lagu tentang dirimu
sebab akulah yang menyanyikannya senangkah engkau? 44 aku ingin engkau juga menyanyikan semua lagu tentang cinta dan semua lagu itu tentang diriku 45 tembang kasmaran sudah lama tak terdengar syahdu tembang kasmaran telah menjadi nada-nada kecemasan tak lagi indah tak lagi menghanyutkan tak lagi menggetarkan tembang kasmaran tak ingin kunyanyikan lagi BAGIAN VI MENARI DENGANMU 46 tarian gemulaimu adalah tarian kegigihan engkau adalah Srikandi melenggak-lenggok indah sampur warna-warni hentakkan kaki santun engkau adalah Srikandi sampurmu mengibas Suradewati lenggak-lenggokmu bukanlah sang pragawati sebab engkau adalah Sang Srikandi 47 lelah engkau menari di bawah bayang-bayang rembulan aroma minuman keras ada di mana-mana obor telah ditancapkan awan tipis menutupi rembulan engkau menari genit sangat genit lirikan matamu menggoda
sangat menggoda bibirmu bergincu merah sangat merah engkau menari hingga rembulan tertutup awan tebal dan engkau beristirahat kembali di bilik kecilmu sendiri dan kesepian 48 engkau adalah angsa yang sedang menarikan tarian asmara menggerakkan leher jenjangmu mengibaskan sayap putihmu dan menari indah di tengah danau yang sepi di puncak gunung tarianmu adalah tarian asmara hanya berdua di tengah dinginnya danau tapi engkau tetap menarikan tarian asmaramu 49 aku adalah Jaka Tarub yang jatuh cinta padamu Nawangwulan aku mengintipmu mandi di pancuran bidadari mengambil baju indahmu agar engkau tak pergi menuju kahyangan ingin kutarikan tarian burung merak agar engkau datang dari persembunyianmu dan menari denganku di sini di pancuran bidadari 50
mencintaimu bagaikan menari di atas panggung 51 aku ingin menari denganmu di tepi pantai di ngarai di puncak bukit di padang-padang hijau di gumuk pasir Parangtritis di tepi Sungai Musi di Selat Sunda aku ingin melintas samudra denganmu mendekapmu dan membisikkan kalimat pendek engkau tersenyum dan mencubit pinggangku aku ingin mengakhiri hari ini denganmu 52 menari membuatku kerasukan melayang bersama pasukan pengawal berderap berpakaian warna-warni bergincu berbedak merah merona aku adalah panglima perang pasukanku melayaniku lihatlah mereka patuh penurut walau gagah mereka tetap lemah lembut
aku bergincu berbedak merah merona aku adalah panglima perang 53 tarianmu semakin tak kupahami 54 untuk terakhir kalinya aku akan menari tarianku adalah tarian moksa hadir dan menghilang di antara rintik hujan menjelang maghrib melayang menuju kahyangan BAGIAN VII MIMPI 55 selalu terbangun di padang savanna bunga liar warna-warni awan tipis di ujung cakrawala ada gadis berambut panjang berbaju terusan panjang warna putih ketika terbangun aku sudah lupa wajah gadis itu setiap malam selalu bertemu dengannya di garis cakrawala tak pernah benar-benar dekat sebab sang gadis segera menjadi merpati bila aku mendekatinya selalu terbangun di padang savanna berlari mengejarmu sedangkan engkau segera terbang meninggalkanku 56
aku sudah terlalu sering bermimpi tentangmu! bahkan tidur siang pun aku masih juga bermimpi tentangmu! 57 dengan malu kau bercerita tentang mimpimu bertemu denganku di balik dinding kraton di bulan Suro dengan malu kau bercerita tentang mimpimu melihatku berkain panjang bersurjan berblangkon berebut air bekas jamasan dengan malu kau bercerita tentang mimpimu mendengar aku berkata: aku mencari berkah mencari keselamatan mencari kesehatan mencari tolak bala mencari sarana sawah subur makmur dan mencari dirimu 58 kemarin malam aku bermimpi dipatuk ular malam ini aku bermimpi tentangmu berkain dodot paes hitam bersisi keemasan bersanggul bokor bersumping tapi aku tak mengenal siapa yang berkuluk dan berukel ngore di sampingmu bukan aku
59 bila mencintaimu adalah mimpi aku ingin terus tidur bila engkau adalah penghibur aku ingin terus bersedih bila engkau adalah penari aku ingin terus di sisi panggung bila engkau adalah politisi aku ingin terus memilihmu bila engkau adalah adalah siang aku ingin terus menjadi matahari bila engkau adalah malam aku ingin terus menjadi rembulan bila engkau adalah gunung aku ingin terus menjadi awan bila engkau adalah pantai aku ingin terus menjadi ombak bila engkau adalah sungai aku ingin terus menjadi mata air bila engkau adalah aku maukah engkau terus dipuja seperti ini? 60 belum sempat kurekam mimpiku aku telah terbangun dengan siapa aku bertemu semalam? belum sempat kunikmati mimpiku aku telah terjaga dengan siapa aku berbicara semalam? bolehkah aku bermimpi sepanjang malam dan mengingatnya selamanya? 61 ingin bergegas menuju ranjang putihku ingin memesan mimpi
ingin tidur lelap namun, gelisahku tak juga membuatku tertidur ingin memesan mimpi sekali saja bolehkah ? 62 harusnya ada engkau di setiap mimpiku di siang dan malamku 63 kusimpan mimpi ini akan kuceritakan nanti ketika kau sudah menua berjalan tertatih-tatih rambut sudah memutih akan kukejutkan engkau dengan cerita dari mimpi-mimpiku BAGIAN VIII EKSISTENSI 64 sudah lama bertanya tentangmu: bertanya tentangmu berarti aku mengingatmu mengingatmu berarti menyusuri kembali lorong-lorong kota yang pernah kita lalui mengingatmu berarti memandang dengan takjub foto-fotomu membayangkan ginsulmu mendengar tawa renyahmu mengingatmu
berarti aku tetap seperti dulu merindukan tarian cintamu lirikanmu tarikan napasmu gerak bibirmu lenturnya jemarimu bertanya tentangmu berarti semua tak akan kembali lagi 65 sudah lama aku tak memercayai cintaku bila aku menyatakan cinta percayakah engkau? sudah lama aku tak memercayai cinta bila aku jatuh cinta percayakah engkau? sudah lama aku meninggalkan cinta bila aku memendam cinta percayakah engkau? sudah lama aku tak bercinta percayakah engkau? 66 bila menangis bisa membuatmu hadir di sini aku akan menangis bila memejamkan mata bisa membuatmu hadir di sini aku akan memejamkan mata bila hanya doa yang bisa menghadirkanmu di sini aku akan berdoa di sini di sepanjang hidupku
67 bila cintaku selalu engkau ragukan dengan siapakah aku harus bercinta di pagi di siang di sore di malam dan di fajarku bila cintaku selalu engkau tiadakan kepada siapakah aku harus bertanya ketika aku ragu ketika aku sepi ketika aku sendiri bila engkau selalu mengabaikanku kepada siapakah aku menunjukkan diriku? 68 kau katakan tak peduli aku akan menua dengan siapa kau hanya peduli aku tetap mencintaimu saat ini dan selamanya 69 mengingatmu berarti memasukkan namamu di bilik hatiku bilik hatiku sangat luas untukmu kau bisa bercengkrama di dalamnya bernyanyi menari tertawa riang di hatiku ada taman ada namamu di dalamnya maukah engkau menghuni bilik hatiku? 70
lihatlah aku terbang menuju rembulan ingin menjemputmu dan mengajakmu kembali ke bumi melanjutkan cinta yang pernah kita yakini jadi terbanglah bersamaku kita akan menetap di kaki gunung membangun kembali cinta kita waktu yang tersisa tinggal sedikit jadi, mari kita bergegas 71 waktu tak pernah gagal mempertemukan dan memisahkan kita 72 tetaplah di sini jangan pergi jauh sebab kisah kita belum juga usai! BAGIAN IX AKU ADA DI SINI 73 kulihat engkau dengan mata lelakiku kumaknai engkau dengan pikiran lelakiku kuhargai engkau dengan nilai lelakiku kuharap engkau dengan hasrat lelakiku kumimpi engkau dengan angan lelakiku kukejar engkau dengan langkah lelakiku kucium engkau dengan napas lelakiku kugapai engkau dengan tangan lelakiku kurengkuh engkau dengan citarasa lelakiku sebab aku adalah sang lelaki yang menghargai kelelakianku 74 ketika hujan bermatahari
engkau berjalan di bawah payung warna-warni melambaikan tangan berselampai tersenyum dengan lesung pipi berjalan ke arahku bertanya dengan tetap menebar senyum “Engkaukah yang kucari?� 75 kau katakan sekiranya cinta dapat melukis bahagiaku malam ini kau ingin cinta selalu mendampingi di setiap jejakku menjagaku dari luka yang mencoba mengecupku ! 76 aku ada di sini jadi mengapa engkau masih juga mencariku aku selalu ada di sisimu jadi mengapa engkau masih juga mencariku aku selalu ada untukmu jadi mengapa engkau masih juga mencariku aku ada di sini 77 ketika senja hadir engkau datang tiba-tiba dan memelukku hingga aku tak bisa bernapas kau katakan: “Aku gemas dan selalu merindukanmu!� 78 aku tetap ada di sini walau aku tahu engkau tak ada walau bilikmu kosong walau embun dini hari telah turun aku tetap ada di sini menunggumu hadir
kapan pun engkau mau 79 bila engkau menungguku dengan gelisah kemarin pagi begitulah gelisahku di pagi hingga malam ini engkau menolak bertemu denganku sementara aku hanya merintih memendam rindu dan gelisahku bila engkau gelisah esok begitulah gelisahku di hari-hari di sepanjang penantianku 80 aku akan bertahun menantimu mulai hari ini hingga entah kapan 81 harusnya engkau ada di sini entah mengapa engkau tak muncul padahal aku ingin sekali engkau melihat bunga-bunga bermekaran lebah-lebah berterbangan setelah menghisap nektar kupu-kupu berkejaran di antara ranting perdu di manakah engkau sekarang padahal aku ingin sekali memelukmu dan mengecup keningmu serta membisikkan bahwa telah kukabulkan keinginanmu tapi, engkau tak ada padahal aku ingin sekali meremas tanganmu dan membuatmu merasa nyaman tapi, engkau tak juga muncul BAGIAN X CEMBURU 82 di kaki gunung kita akan bangun rumah kecil kita dengan bunga-bunga dan kolam di taman kita akan duduk berdua di kursi goyang kita bercerita tentang masa lalu kita tentang cinta dan cemburu
tentang cinta yang datang tiba-tiba tentang cemburu yang tak terduga kita akan berpegangan tangan untuk saling menghangatkan di kaki gunung kita akan menua bersama 83 kau hentakkan kakimu debu berterbangan cemberut wajahmu menyisakan kemarahan kau hentakkan lagi kakimu debu-debu menutupi wajah cantikmu kau gelengkan kepalamu sedangkan tanganmu dingin berkeringat rambut panjangmu tertiup angin kotor berdebu engkau kemudian pergi dan tak mau menemuiku lagi 84 kau katakan bahwa kau tak selalu tangguh kau ingin mencintaiku tanpa cemburu tapi kau gagal total padahal kau tahu cemburu akan membakar cintamu 85 telah kau hanguskan cintaku dengan sorot tajam matamu hangus menjadi debu terbang tertiup angin sore hilang tak bersisa 86 maukah engkau menatap mataku
dan melihat apakah aku berdusta engkau akan temukan bahwa cemburu telah menghanguskan sebagian hatiku 87 aku ingin hidup denganmu dengan cintamu juga dengan cemburumu cemburumu kadang menghangatkan kadang membakar kadang menghanguskan tapi, aku ingin cemburu yang menghangatkan 88 suatu pagi kau bisikkan bahwa kau menyesal dengan kecemburuanmu aku hanya bisa memelukmu erat dan membisikkan: “Tak ada yang perlu disesali sebab cemburumu akan mendewasakanmu.� 89 mari kita bicara soal cemburumu mari jelaskan beda cemburu dan protesmu mari jelaskan apa arti cemburumu mari jelaskan apa makna protesmu mari jelaskan makna wajah cemburumu mari jelaskan makna wajah protesmu mari duduk di sini mari kita bahas cemburumu mari kita tuntaskan ah, tapi aku suka engkau cemburu 90
aku selalu bisa menikmati kecemburuanmu sekarang atau pun esok ! BAGIAN X AKHIRNYA 91 akhirnya, aku bagai Jaka Tarub yang menyesal ketika akhirnya Nawang Wulan kembali ke kahyangan tertinggal di bumi dan memandangmu pergi menembus awan 92 akhirnya, terucap juga kemarahanmu di penghujung hari aku yang terduduk di kursi reotku hanya bisa terpanah tak menduga kemarahanmu suaramu tak lagi menggemaskan tak lagi mendayu aku yang tetap terpaku di kursiku menatapmu merasa bukan engkau hari ini yang berucap padaku 93 akhirnya, tak semua kata mampu mewakili bahkan hati pun tak sanggup menampungnya terlalu luas tak berbatas tak bertepi masihkah engkau ragu?
94 akhirnya, ketika senja turun di ujung jalan kuremas tanganmu hingga malam berembun ketika malam menjadi berkabut engkau telah di pundakku dan berbisik, "Aku ingin cinta yang terus terbarukan." 95 akhirnya, kutemukan engkau sedang memulas bibir dengan gincu warna marun kau tersenyum melihatku dan mengedip genit takjub 96 akhirnya, engkau datang padaku di temaram senja berbaju kotak-kotak hitam putih mengaku sebagai Dewi Durga dan memanggilku Kangmas Bandung Bondowoso meminta maaf padaku "Aku memang salah telah membakar jerami di tengah malam. Aku juga salah telah menguburmu di sumur jalatunda, Kangmas!" 97 akhirnya, gelisahmu menemui muaranya gamangmu menemui oasenya sedihmu menemui cerminnya kau katakan: “Aku memiliki cinta yang aneh!� 98 akhirnya, gumammu semakin tak terdengar
Aku yang menunggumu berbicara hanya terdiam kau terus bergumam hingga aku tertidur dan bermimpi engkau berteriak menyebut namaku : kapankah engkau akan berhenti bergumam? 99 akhirnya, dunia tak berbatas kita sirna kau tersadar dari mimpimu dan menolakku berbaring di ranjangmu !
Irwan P. Ratu Bangsawan, dilahirkan di Pangkalan Balai, Banyuasin, Sumatera Selatan tanggal 7 Februari 1968. Pendidikan dasar dan menengah ditempuh di MI Nurul Iman Palembang (1977-1982), SMP Negeri Musi Landas (1982-1985), dan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta (19851988). Pendidikan strata satu (S1) diselesaikannya di IKIP Muhammadiyah Yogyakarta (sekarang Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta). Sedangkan pendidikan strata dua (S2) diselesaikannya di Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya (2004). Selain menulis puisi dan cerpen, Bang Irwan, begitu ia biasa disapa, juga menulis kajian politik dan perilaku aparatur negara di berbagai koran. Buku yang telah diterbitkannya adalah antologi puisi Aku Ingin Berdusta Padamu (2010), antologi cerpen Wanita Muda di Rumah Rakit (2011), dan antologi puisi Telah Kucuri Rembulan Itu (2013). Selain itu, ia juga menyunting kumpulan cerita rakyat Banyuasin Puteri Berenak Udang (2012) dan memberi sekapur sirih buku Si Tampok Pinang (2011). Saat ini ia merupakan Sekretaris Dewan Kesenian Banyuasin (2009-2014) dan Ketua Komunitas Panggung Melayu Banyuasin.