NASIHAT
Dari
Redaksi
32
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
mampu mengungguli keindahan bahasa AlQuran. Atau karena isinya yang menyentuh? Padahal ucapan sia-sia dan bertaburan dosa di dalamnya. Berbeda dengan kalamullah yang tak ada satu huruf pun yang sia-sia. Bertabuh hikmah dan faedah tiada hingga. Dijanjikan pahala per huruf bagi yang membacanya, apalagi yang mempelajari dan mengajarkannya. Adapun nyanyian, apa yang bisa didapatkan darinya? Satu lagi yang paling mungkin, mengapa mereka memilih nyanyian daripada Al-Quran? Yakni kendali hawa nafsu yang bertengger di hati dan pikiran mereka. Pengulangan sejarah telah terjadi. Dahulu, orang-orang menyimpang berpaling dari Al-Quran yang didakwahkan Nabi, lalu condong dan mengikuti para penyair yang suka mengumbar kata yang muluk-muluk, penghias bibir, dan jauh dari realita yang mereka perbuat. Fenomena itu diabadikan kisahnya dalam Al-Quran, “Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?” [Asy-Syuara’: 224-226] Bandingkanlah fenomena itu dengan realita hari ini, bukankah nyaris sama dan sebangun? Bedanya, road show dahulu dilakukan dari lembah ke lembah, namun sekarang dari kota ke kota.
izzuddin_smansa@yahoo.co.id
Daftar Isi
Merasa khawatir kaum Quraisy akan terpesona oleh keindahan Al-Quran, si kafir Abu Jahal meminta kepada Walid bin Mughirah untuk berkomentar miring tentang Al-Quran. Dia adalah raja penyair ketika itu, paling ahli dalam hal syair dan lagu. Baik syair jin maupun manusia. Tapi apa mau dikata, Walid justru tak sanggup menyembunyikan kekagumannya terhadap Al-Quran. Ia berkata, “Apa yang bisa saya katakan...?” Lalu dia pun menggubah syair yang menyiratkan kehebatan dan kesempurnaan Al-Quran. Dari keindahan bahasa, kedalaman makna juga keagungan pesan yang terkandung di dalamnya. Pengakuan orang yang tetap tidak beriman karena khawatir akan jatuh pamornya di mata kaumnya yang kafir. Namun sayang, hari ini banyak kaum yang mengaku beriman justru tak lagi memandang takjub terhadapnya, tak tertarik untuk menyimaknya, bahkan untuk sekedar meliriknya. Pada saat bersamaan, mereka menjatuhkan pilihan pada nyanyian murahan sebagai gamtinya, yang tak layak dibandingkan dengan Al-Quran, terlebih menggantikan posisinya. Kebutuhan mereka akan nyanyian bahkan melebihi kebutuhan terhadap makan dan minum. Tak cukup hanya tiga kali sehari, hingga tidur pun diantar nyanyian. Apa kiranya alasan mereka lebih enjoy mendengar nyanyian daripada Al-Quran? Lebih puas ketika mampu menghafal lagu daripada menghafal ayat-ayat Allah? Karena keindahan bahasanyakah? Demi Allah, tak ada bahasa yang
PENERBIT: Majelis Kerohanian Islam SMA Negeri 1 Surakarta PENANGGUNG JAWAB: Drs HM Thayyibun SH MM PENASIHAT: H Suharno SAg, Drs Muh Hasyim MPd, Drs H Imron, Dra Hj Siti Alfiah KETUA REDAKSI: Fuad DEWAN REDAKSI: Abu Bakar, Faqih, Bagas, Cholila, M. Kholid, Arief S, Zamahsyari EDITOR: Andika, Fatskho, Imansyah PERCETAKAN: Syaifuddin KRITIK & SARAN: 081804473222 E-MAIL:
Assalaamu’alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu Alhamdulillahi rabbil 'alamin, segala puji bagi Allah, Rabb yang telah menciptakan kita dan telah menciptakan seluruh kebutuhan kita. Apa-apa yang kita rasakan berupa kebahagiaan dan kesenangan dunia pada hakikatnya datangnya dari Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman: "Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)." [An-Nahl: 53]. Maka sudah sepantasnyalah kita bersyukur kepada Allah Ta'ala. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga akhir zaman. Cinta adalah sebuah kata yang indah dan mempesona yang hingga sekarang belum ada yang bisa mendefinisikan kata cinta itu sendiri. Meskipun demikian setiap insan yang memiliki hati dan pikiran yang normal tahu apa itu cinta dan bagaimana rasanya. Maha Suci Dzat Yang telah menciptakan cinta. Jika kita berbicara tentang cinta, maka secara hakikat kita akan berbicara tentang kasih sayang; jika kita berbicara tentang kasih sayang, maka akan terbetik dalam benak kita akan suatu hari yang setiap tahunnya dirayakan, hari yang selalu dinanti-nantikan oleh orang-orang yang dimabuk cinta, dan hari yang merupakan momen terpenting bagi para pemuja hawa nafsu. Sejenak membuka lembaran sejarah kehidupan manusia, maka di sana ada suatu kisah yang konon kabarnya adalah tonggak sejarah asal mula diadakannya hari yang dinanti-nantikan itu. Tentunya Shohibuddin sudah bisa menebak hari yang kami maksud. Hari itu tak lain dan tak bukan adalah "Valentine Day" (Hari Kasih Sayang?). Untuk Izzuddin edisi ini akan Bang Udin paparkan tentang valentine day, asal mulanya serta bagaimana kita menyikapinya. Kemudian, Bang Udin juga mengambil pembahasan tentang konflik di Palestina, kejahatan Zionis, Kutitip Surat Ini Untukmu, Hati dari Baja, Mau Dikemanakan Al-Quran?, Di Balik Keindahan Bulu Merak, dan masih banyak lagi yang tidak kalah pentingnya. Akhir kata, meskipun Izzuddin ini tipis dan tidak setebal buku-buku pelajaran, tapi bacalah isinya barang sejenak sekaligus untuk menyegarkan pikiran, dan barangkali dengan membacanya kita akan memperoleh sesuatu yang sebelumnya kita belum tahu dan akan semakin ingat terhadap ilmu agama yang sudah kita ketahui, untuk selanjutnya ilmu tersebut kita amalkan dan juga kita ajarkan kepada orang lain yang belum mengetahui. Selamat menikmati sajian Izzuddin edisi 67 ini, silakan baca selagi hangat, dan semoga bermanfaat. Wassalaamu’alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu
Surat Pembaca ---------------------- 2 Taushiyah ---------------------------- 3 Fatwa --------------------------------- 4 Fokus --------------------------------- 6 Islamuda --------------------------- 12 Fiqih -------------------------------- 13 Adab Islami ------------------------ 16 Aqidah ----------------------------- 17
Hidayah ---------------------------- 18 Kupas ------------------------------- 21 Unique ----------------------------- 24 Akhlaq ----------------------------- 25 Oase -------------------------------- 29 Tadabur Alam --------------------- 31 Nasihat ----------------------------- 32
TADABUR ALAM Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu anak-anakku, Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan saling silaturokhim. Izzuddin yang simple dan tipis ternyata menyimpan sesuatu yang lebih besar, jika pak Hana boleh usul, bagaimana kalau di antara artikel diselipkan kupasan dasar fisika sederhana (persamaan matematis) tentang keberadaan alam ciptaan-Nya. Alasan saya: 1. Anak-anakku banyak yang pinter dalam pelajaran exacta, 2. Pihak redaksi bisa belajar lebih dan belajar membuat karya tulis ilmiah populer, 3. Alam dicipta bukan asal-asalan tetapi melalui proses yang logis dan terencana sempurna, sehingga keimanan setiap pembaca semakin meningkat, 4. Kesan/image bagi pembaca menjadi semakin mengakui bahwa anak-anak SMANSA mempunyai nilai plus dibanding SMA lain atau saudara kita yang lain. Misalkan, kita telaah ayat 6 surah Saba’: “Dan mereka yang diberi ilmu akan melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu adalah yang benar serta menunjuki kepada jalan Yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi.” Contoh aplikasinya: Kita perlu ilmu pengetahuan untuk pemahaman dan kesadaran akan kebenaran Al Quran (kandungan ayat 5 surah As Sajdah yang menyatakan: 1 hari bagi malaikat yang bergerak amat tinggi setara dengan 1000 tahun kita/manusia yang bergerak di bumi), hal ini tak akan mudah bagi sarjana manapun kalau ia atau mereka tidak mempelajari fisika relativistik lebih dulu. Logika kita hanya membandingkan lamanya proses apapun terhadap selang waktu yang kita alami (menurut kerangka acuan kita sendiri) sehingga mayoritas manusia berpikir hal itu tidak logis. Akan tetapi yang kita bandingkan adalah waktu malaikat dengan waktu kita/manusia bukan jarak yang ditempuhnya. Jadi kalau diukur dengan rasionalitas mereka yang masih terbatas pemahamannya, pasti akan meragukan kebenaran Al Quran. Secara relativitas khusus dapat dibuktikan sebagai berikut: Jika seseorang (contoh: Nabi Muhammad n bersama malaikat Jibril) bergerak dengan kecepatan v km/dt (contoh: Bouroq) yang mendekati/sama dengan kecepatan cahaya [c = 300.000.000 m/dt], maka dalam satu hari tercatat = 24 jam malaikat , dan kita yang
2
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
diam di bumi {sebagai pengamat/pendengar kisah Isra’ Mi’raj} akan merasakan waktu sehari akan sama dengan 1000 tahun waktu manusia di bumi. Adapun persamaan yang menghubungkan selang waktu malaikat dan selang waktu manusia dapat dinyatakan: t malaikat}= { [1 - (v/c)2] ½} x { { manusia di bumi }.
t
Jika kita substitusikan nilai v = 298.000.000 m/ dt dan c = 300.000.000 m/dt tersebut di atas ke dalam persamaan waktu tersebut akan diperoleh 24 jam bagi waktu malaikat dan 1000 tahun waktu manusia di bumi. Bagaimana membuktikannya secara empiris ? PADAHAL roket-roket yang ada rata-rata kelajuannya 15 km/dt, masih jauh di bawah kecepatan cahaya bukan? Makanya masih banyak saudara kita yang belum memahami tetapi terlalu berani menyimpulkan dari sebatas apa yang mereka ketahui, berpengaruh bagi keimanan seseorang bukan? Akan tetapi terdapat juga lho di dalam ayat 4 surah Al Ma’aarij, dinyatakan Malaikat melesat dalam sehari sama dengan 50 ribu tahun, terkesan adanya INKONSISTENSI dalam Al Quran bukan? Hal ini dapat dijelaskan bahwa dilatasi waktu {mulurnya selang waktu} tidak hanya terjadi pada gerak yang sangat cepat saja tetapi menurut relativitas umum, massa yang sangat besar juga berpengaruh terhadap gejala mulurnya waktu sehingga kandungan isi Al Quran menjadi KONSISTEN lagi dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Bukti empiris tentang pengaruh massa yang besar terhadap mulurnya interval waktu terjadi pada peristiwa Black Hole pada bintang Neutron (baca sendiri ya!). Demikian yang dapat Pak Hana contohkah artikel sederhana tersebut pada kalian dan saya yakin anakanakku jauh lebih pintar dari saya, maka saatnya kita saling mengingatkan bahwa logika yang sedang kita gunakan belum sepenuhnya benar dan untuk menyimpulkan sesuatu harus dikaji lebih jauh dan jauh lagi, jika ragu kembalilah ke Al Quran dan Hadist lebih dulu sebagai rujukan karena sudah teruji kebenarannya dengan bukti apapun agar tidak tersesat semakin jauh dan mohon maaf jika kurang berkenan karena keterbatasan saya. Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu (Pak Hana guru Fisika SMANSA Surakarta, ditulis: Sabtu, 20 Desember 2008)
Tak seorang pun yang memandang corak bulu merak menyembunyikan kekaguman atas keindahannya. Satu di antara penelitian terkini yang dilakukan para ilmuwan telah mengungkap keberadaan rancangan mengejutkan yang mendasari pola-pola ini. Para ilmuwan Cina telah menemukan mekanisme rumit dari rambut-rambut teramat kecil pada bulu merak yang menyaring dan memantulkan cahaya dengan aneka panjang gelombang. Menurut pengkajian yang dilakukan oleh fisikawan dari Universitas Fudan, Jian Zi, dan rekanrekannya, dan diterbitkan jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, warna-warna cerah bulu tersebut bukanlah dihasilkan oleh molekul pemberi warna atau pigmen, akan tetapi oleh struktur dua dimensi berukuran teramat kecil yang menyerupai kristal. Zi dan rekan-rekannya menggunakan mikroskop elektron yang sangat kuat untuk menyingkap penyebab utama yang memunculkan warna pada bulu merak. Mereka meneliti barbula (rambut-rambut mikro yang sangat kecil) pada merak hijau jantan (Pavornuticus) yang terdapat pada barb, yakni serat bulu yang tumbuh pada tulang bulu. Mereka menemukan desain tatanan lempeng-lempeng kecil berwarna hitam putih. Desain ini tersusun atas batang-batang tipis yang terbuat dari protein melanin yang terikat dengan protein lain, yakni keratin. Para peneliti mengamati bahwa bentuk dua dimensi ini, yang ratusan kali lebih tipis daripada sehelai rambut manusia, tersusun saling bertumpukan pada rambut-rambut mikro. Melalui pengkajian optis dan penghitungan, para ilmuwan meneliti ruang yang terdapat di antara batang-batang tipis atau kristal-kristal ini. Alhasil, terungkap bahwa ukuran dan bentuk ruang di dalam tatanan kristal tersebut menyebabkan
cahaya dipantulkan dengan beragam sudut yang memiliki perbedaan sangat kecil, dan dengannya memunculkan aneka warna. Jelas bahwa terdapat desain yang ditata dengan sangat istimewa pada pola bulu merak. Pengaturan antar-ruangnya secara khusus sungguh memukau. Jika hal ini tidak ditata sedemikian rupa agar memantulkan cahaya dengan sudut yang sedikit berbeda satu sama lain, maka keanekaragaman warna tersebut tidak akan terbentuk. Telah pula dinyatakan bahwa desain cerdas pada merak ini dapat dijadikan sumber ilham bagi rancangan industri. Andrew Parker, ilmuwan zoologi dan pakar pewarnaan di Universitas Oxford, yang menafsirkan penemuan Zi mengatakan bahwa penemuan apa yang disebut sebagai kristal-kristal fotonik pada bulu merak memungkinkan para ilmuwan meniru rancangan dan bentuk tersebut untuk digunakan dalam penerapan di dunia industri dan komersial. Kristal-kristal ini dapat digunakan untuk melewatkan cahaya pada perangkat telekomunikasi, atau untuk membuat chip komputer baru berukuran sangat kecil. Tidak ada keraguan bahwa Allah-lah yang merakit dan menyusun bentuk-bentuk mirip kristal tersebut pada bulu merak dan menghasilkan pola-pola yang sedemikian memukau bagi sang merak. Allah menyatakan penciptaannya yang tanpa cacat dalam sebuah ayat Al Qur’an: “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik Bertasbih KepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.” [Al Hasyr: 24] Maroji’: Al-Qur’anul Karim
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
31
OASE Nya: “Dan tanyakanlah kepada Bani Isra’il tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” [Al-A’raf: 163] Allah Ta’ala memerintahan Bani Isra’il untuk mengagungkan dan memuliakan hari Sabtu serta melarang mereka untuk berlayar menangkap ikan. Namun mereka membangkang dan melanggar perintah-Nya serta bersikap lancang dan menentang. Mereka meninggalkan perintah Allah dan mengesampingkannya, serta meneruskan kesesatan dan pelanggaran mereka. Allah Ta’ala berfirman: “Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat.” [Al-A’raf: 165] Yaitu, orang-orang yang melarang mereka dari berlayar untuk mencari ikan dan membangkang pada hari Sabtu… Dan kami timpakan kepada orang-orang yang zhalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina.” [AlA’raf: 166] Maka Allah merubah keadaan mereka menjadi kera yang saling berkerumun, yang rendah lagi hina. Sampai-sampai ada kera dari bangsa mereka yang menghampiri kerabatnya dengan meratap dan menangis. Dan ada seorang manusia yang tidak diketahui siapa dia, mengatakan: “Bukankah telah kami peringatkan kamu dari kekuasaan Allah, kami peringatkan kamu dari siksa-Nya, kami telah peringatkan
30
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
TAUSHIYAH dan peringatkan…” sebagaimana yang disebutkan oleh ahli tafsir. (Lihat Tafsîr Ibnu Jarîr). Orang Yahudi yang diubah rupanya menjadi kera, tidak hidup lebih dari tiga hari dan tidak bisa memiliki keturunan, sebagaimaa yang dijelaskan Nabi n di dalam hadits Muslim. Inilah hukuman Allah Ta’ala kepada mereka yang telah berlalu, dan sungguh hukuman ini tidaklah jauh bagi orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya, ketentuan Allah akan senantiasa terjadi pada makluk-Nya yang tidak akan berubah dan berganti. “Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat perubahan bagi sunnah Allah, dan sekalikali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.” [Fathir: 43] Sunnah Allah Azza wa Jalla ini akan senantiasa berlangsung baik kepada orangorang terdahulu maupun belakangan, yang tidak akan berubah selamanya. Dan setiap orang yang meniti di atas jalan kezhaliman dan kerusakan, pembangkangan dan penentangan serta bersikap arogan terhadap hamba-hamba Allah, niscaya ia akan mendapatkan murka Allah dan sirnalah kenikmatan yang ada padanya. Tunggulah wahai Yahudi… apa yang akan dilakukan Allah Azza wa Jalla… Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuat…!!! “Dan orang-orang yang zhalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” Sumber : http://www.al-athary.net/ http://www.abusalma.wordpress.com/
W
aktu itu, di tepi pantai, duduklah seorang wanita di atas karpetnya dan di dekatnya terhidang secangkir teh. Dia memandangi lingkaran matahari yang sedang tenggelam di ufuk untuk melewatkan satu hari dari hidupnya yang sudah mencapai usia 70 tahun. Dia memandangi air laut yang memantulkan sinar ufuk yang berwarna kuning keemasan. Terlihat sangat indah. Akan tetapi, dia tidak pernah melupakan berapa banyak tragedi dan cerita yang bergejolak di dalam hatinya. Lalu dia kembali ke tempatnya, mengingat-ngingat hakikat kehidupannya yang ternyata mirip dengan laut di hadapannya. Di dekatnya duduklah sebuah keluarga yang datang ke laut untuk memecah rutinitas kehidupan sehari-hari. Juga untuk melupakan sebagian dari mesin kehidupan sehari-hari dengan segala hiruk-pikuknya dan ketegangan jiwa yang ditimbulkannya. Perhatikanlah, sebagian anggota keluarga menghabiskan waktu mereka sambil mengobrol ke sana kemari dan menyantap makanan mereka hingga lewat tengah malam. Sementara nenek tua itu tetap duduk seorang diri sambil minum teh memandangi lautan. Tiba-tiba salah satu dari mereka tidak kuasa menahan dirinya dan berkata: "Apakah engkau ingin kami mengantarmu ke suatu
tempat? Jangan-jangan ada sesuatu yang buruk. Kami tidak melihat siapa-siapa di dekatmu." Nenek itu menjawab: "Entahlah, tapi ia meninggalkan secarik kertas di tanganku." Lakilaki itu langsung mengambilnya dan membacanya. Ternyata tertulis, "Siapapun yang membaca tulisan ini harus mengirimkan wanita ini ke panti jompo." Mereka semua tersentak kaget ketika mengetahui tragedi yang menimpa nenek ini. Padahal, sepanjang hidupnya dia pernah menyusui, begadang, dan hamil untuk anak durhaka yang membuangnya begitu saja ke tepi laut ketika usianya sudah senja. Persis seperti laut yang membuang buihnya ke pantai. Hendaklah kita semua mengambil pelajaran berharga dari kisah ini. Dan hendaklah kita tahu bahwa akhir perjalanan orang yang berbuat seperti itu adalah sangat buruk. Kita semua harus menjadi anak-anak yang berbakti pada orang tua. Kita juga harus mendidik putera-puteri kita nanti dengan pendidikan yang baik, agar kita dapat menjamin bakti mereka di dalam kehidupan dan doa mereka di dalam kematian. [Dicuplik dari: Ahmad Sâlim Bâduwaylân, Mausu'ah al-Qoshosh al-Mu`atstsiroh, Indonesia: "Malam Pertama Setelah Itu Air Mata"]
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
3
FATWA Tentang Peristiwa Peristiwa Palestina Palestina Jawaban dari Al-Lajnah ad-Da‘imah lil Buhuts al-‘Ilmiyah wal Ifta‘ Segenap sanjungan hanyalah milik Allah semata. Shalawat dan Salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada sebaik-baik nabi dan utusan, Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabat beliau, serta kepada siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat kelak. Wa Ba’d: Sesungguhnya, Al-Lajnah ad-Da‘imah lil Buhuts al-‘Ilmiyah wal Ifta‘(Komisi Tetap bagian Studi Ilmiah dan Fatwa) di Kerajaan Arab Saudi, mengikuti berita dengan penuh duka dan kesedihan atas apa yang telah dan tengah terjadi terhadap saudara-saudara kita kaum muslimin di Palestina terutama di jalur Gaza, berupa kejahatan pembantaian terhadap anakanak, kaum wanita, dan orang-orang tua, perusakan kehormatan, penghancuran tempat tinggal dan infrastruktur, serta teror terhadap orang-orang yang tidak bersalah. Maka tidak ragu lagi, bahwa hal ini merupakan bentuk kriminalitas dan kezhaliman terhadap hak bangsa Palestina. Atas kejadian yang memilukan ini, maka wajib bagi kaum muslimin untuk berdiri bersama saudara mereka di Palestina, saling bekerja sama dengan mereka, membantu dan menyokong mereka, serta berupaya untuk menghilangkan kezhaliman dari mereka dengan segala sebab dan cara yang memungkinkan, sebagai bentuk aktualisasi persaudaraan Islam dan ikatan keimanan. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu saling bersaudara.” [Al-Hujurat: 10]
4
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
OASE Allah Azza wa Jalla juga berfirman: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain.” Nabi n bersabda: “Mukmin satu dengan lainnya bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan satu dengan lainnya.” Sembari Nabi n menjalin jari jemarinya. [Muttafaq ‘alaihi] Beliau n juga bersabda: “Perumpaan orang-orang beriman di dalam kasih sayang, kecintaan dan kelemahlembutan bagaikan tubuh yang satu. Jika salah satu anggota tubuhnya mengeluh kesakitan maka akan menyebabkan seluruh tubuh menjadi demam dan terjaga.” [Muttafaq ‘alaihi] Dan sabda beliau n: “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, ia tidak akan menganiaya, menipunya, menyerahkannya (kepada musuh), dan merendahkannya.” [HR. Muslim] Bentuk pertolongan itu bervariasi macamnya, sesuai dengan kemampuan dan melihat situasi kondisinya, baik itu berupa materi maupun maknawi, ataupun bantuan dari kaum muslimin secara umum berupa harta, makanan, obat-obatan, pakaian, dan selainnya. Ataupun bantuan dari negara-negara Arab dan negara Islam dengan cara mempermudah sampainya bantuan kepada warga Palestina, mengambil posisi yang benar terhadap mereka, dan menyokong kepentingan mereka di dalam pertemuan, perkumpulan ataupun konferensi kenegaraan dan kebangsaan. Kesemua ini termasuk bentuk tolong menolong di atas kebajikan dan ketaqwaan sebagaimana yang diperintahkan di dalam firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala : “Dan tolong menolonglah kalian di dalam kebajikan dan ketaqwaan.” [Al-Ma`idah: 2] Di antara bentuk tolong menolong juga adalah memberikan nasihat kepada mereka (warga Palestina) dan menunjuki mereka kepada hal yang baik dan bermaslahat bagi
“Dan janganlah kamu menyangka bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orangorang yang zhalim.” [Ibrahim: 42] Pada hari Sabtu (beberapa minggu) yang lalu, kaum Yahudi melakukan penyerangan besar-besaran terhadap penduduk Gaza yang terkepung , sehingga menyebabkan jatuh korban meninggal dunia mencapai ribuan orang dan lima ribuan orang terluka. Wa la Haula wa la Quwwata illa billahi (tidak ada daya upaya dan kekuatan melainkan hanya dari Allah). Hal ini bukanlah suatu hal yang aneh dan baru bagi mereka! Permusuhan mereka terhadap umat ini dan umat lainnya, serta pengkhianatan dan pelanggaran mereka terhadap janji, telah terulang kembali sepanjang sejarah untuk kesekian kalinya. Mereka adalah pembunuh para Nabi dan pengikutnya,
mengkufuri apa yang diturunkan Allah Ta’ala, merubah kitab-kitab suci Allah Ta’ala seperti Taurat dan Injil. Mereka dan bapak moyang mereka, rupa mereka diubah seperti kera dan babi, tatkala mereka melakukan pelangaran di hari Sabtu, sebagaimana yang diceritakan Allôh Ta’ala di dalam Kitab-Nya. Firman-Nya: “Dan Sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu kami berfirman kepada mereka: ‘Jadilah kamu kera yang hina’. Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” [Al-Baqarah: 65-66] Allah menyebutkan kisah mereka lebih panjang lebar di dalam surat Al-A’raf, firmanIzzuddin edisi 67 Th. 2009
29
AKHLAQ Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia n bersabda: Dari Ibnu Mas’ud d berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah n: “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia?” Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya”, aku berkata: “Kemudian apa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua”, dan aku berkata: “Kemudian, wahai Rasulullah!” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah”, lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun ‘alaih) Wahai anakku!! Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas. Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah Ta’ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya? Anakku, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi n dalam sabdanya: “Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang”, dikatakan, “Siapa dia, wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, “Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya
28
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga”. [HR. Muslim] Anakku… Ibu tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintupintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada dokter yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak! Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku… Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena do’a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku. Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan “al jaza’ min jinsil amal…” “Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam…” Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu. Wahai anakku, bertaqwalah kepada Allah, pada ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk. Anakku… Setelah engkau membaca surat ini, terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya. Akan tetapi barangsiapa yang menanam, niscaya dia pula yang akan menuai. Wassalamu’alaikum. Dari Ibumu yang selalu mencintaimu. Maroji’: ‘Kutitip Surat Ini Untukmu’ karya Ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah http://salafyitb.wordpress.com/
mereka. Juga di antara bentuk pertolongan yang besar adalah mendo’akan mereka di setiap waktu supaya ujian yang menimpa mereka diangkat, musibah yang menimpa mereka sirna, keadaan mereka pulih kembali serta perbuatan dan ucapan mereka menjadi baik/lurus. Demikianlah, kami menasihatkan kepada saudara-saudara kami kaum muslimin di Palestina agar senantiasa bertaqwa kepada Allah Ta’ala dan bertaubat kepada-Nya, sebagaimana juga kami menasihatkan kepada mereka agar bersatu di atas al-haq (kebenaran) dan meninggalkan perpecahan dan pertikaian, serta menutup kesempatan bagi musuh yang senantiasa mengambil keuntungan dan terus memanfaatkannya untuk menambah permusuhan dan pelecehan. Kami menganjurkan saudara-saudara kami untuk mengamalkan sebab-sebab yang dapat mengangkat penindasan ini dari negeri mereka, dengan senantiasa mengikhlaskan segala amal hanya bagi Allah Ta’ala sembari mengharapkan keridhaan-Nya, memohon pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, serta bermusyawarah dengan para ulama di setiap urusan mereka. Karena sesungguhnya hal ini, merupakan jalan menuju taufik dan lurusnya langkah. Kami juga menyeru para intelektual dunia dan masyarakat internasional pada umumnya, untuk membuka mata terhadap peristiwa memilukan ini dengan logika/akal sehat dan obyektivitas, untuk memberikan hak-hak bangsa Palestina dan mengangkat kezhaliman dari mereka, hingga mereka dapat hidup dengan kemuliaan. Bersamaan dengan itu, kami mengucapkan terima kasih kepada setiap negeri dan orang yang turut andil di dalam memberikan bantuan dan pertolongan kepada bangsa Palestina. Kami memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, agar menghilangkan duka nestapa
umat ini, memuliakan agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya, menolong para loyalis-Nya, menghinakan musuh-musuh-Nya, menjadikan makar-makar mereka kembali kepada mereka dan memelihara kaum muslimin dari kejahatan mereka. Sesungguhnya hanya Dia-lah pelindung dalam hal ini dan yang berkuasa atasnya. Semoga Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan sahabat beliau, serta siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat kelak.
Hukum Merayakan
Valentine Day
Jawaban dari Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Tidak boleh merayakan valentine day karena sebab-sebab berikut: Pertama : Bahwa itu adalah hari raya baru, tidak ada dasarnya dalam syari’at. Kedua : Bahwa itu akan menimbulkan kecengengan dan kecemburuan. Ketiga : Bahwa itu akan menyebabkan sibuknya hati dengan perkaraperkara bodoh yang bertolak belakang dengan tuntunan para ulama terdahulu. Karena itu, pada hari tersebut tidak boleh ada simbol-simbol perayaan, baik berupa makanan, minuman, pakaian, saling memberi hadiah, ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa mulia dengan agamanya dan tidak merendahkan diri dengan menuruti setiap ajakan. Semoga Allah Ta’ala melindungi kaum muslimin dari setiap fitnah, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, dan semoga Allah senantiasa membimbing kita dengan bimbingan dan petunjukNya. Izzuddin edisi 67 Th. 2009
5
AKHLAQ
FOKUS
C
inta adalah sebuah kata yang indah dan mempesona yang hingga sekarang belum ada yang bisa mendefinisikan kata cinta itu sendiri. Meskipun demikian setiap insan yang memiliki hati dan pikiran yang normal tahu apa itu cinta dan bagaimana rasanya. Maha Suci Dzat Yang telah menciptakan cinta. Jika kita berbicara tentang cinta, maka secara hakikat kita akan berbicara tentang kasih sayang; jika kita berbicara tentang kasih sayang, maka akan terbetik dalam benak kita akan suatu hari yang setiap tahunnya dirayakan, hari yang selalu dinanti-nantikan oleh orang-orang yang dimabuk cinta, dan hari yang merupakan momen terpenting bagi para pemuja hawa nafsu. Sejenak membuka lembaran sejarah kehidupan manusia, maka di sana ada suatu kisah yang konon kabarnya adalah tonggak sejarah asal mula diadakannya hari yang dinanti-nantikan itu. Tentunya Shohibuddin sudah bisa menebak hari yang kami maksud. Hari itu tak lain dan tak bukan adalah “Valentine Day” (Hari Kasih Sayang?). Tanggal 14 Februari seakan-akan menjadi hari yang khusus bagi manusia secara umum, bahkan bagi seorang muslim sekalipun. Dengan pengaruh dari berbagai media dan lingkungan, para gadis sibuk ikut-ikutan merayakan hari tersebut. Ada yang sibuk membuat coklat dan kue-kue untuk orang yang
6
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
disayanginya, mengirimkan kartu, atau sengaja mengkhususkan membuat pengakuan cinta untuk kekasih pujaan hatinya. Na’udzubillah min dzalik. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan untuk dijauhkan dari perbuatan tersebut… Apa sih Valentine Day?
Terdapat beberapa definisi yang menjelaskan tentang hari valentine ini: Pertama, “Sebuah hari dimana orangorang yang sedang dilanda cinta secara tradisi saling mengirimkan pesan-pesan cinta dan hadiah-hadiah. Hari itu diperingati pada tanggal 14 Februari, suatu hari di mana Saint Valentine mengalami martir.” (The Encyclopedia Americana, volume XXVII, hal 860) Kedua, “Tanggal 14 Februari adalah perayaan modern yang diyakini berasal dari hari dihukum matinya seorang martir Kristen yaitu St. Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M.” (The Encyclopedia Americana, volume XIII, hal. 464) Ketiga, “St. Valentine adalah seorang pendeta dan tabib dari Roma yang (dianggap) martir sewaktu kaisar Claudius II pada tahun
Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi. Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit… Berdiri seharusnya dipapah, duduk pun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu… Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti. Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang , niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu… Mana balas budimu, Nak!? Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi kenapa Nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman, “Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula?!” [Ar Rahman: 60] Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?! Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?! Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu? Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantumu. Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku!
Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah Ta’ala mencintai orang yang berbuat baik. Wahai anakku!! Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain. Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel dalam pergaulan, dermawan dalam pemberian, dan berbudi dalam masyarakat. Anakku… Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya… Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya… hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya… hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim?! Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah Ta’ala, sebagaimana dalam hadits: “Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!!” [HR. Ahmad] Anakku. Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah.
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
27
AKHLAQ Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir… Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air ke kerongkonganku. Wahai anakku… telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya, agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu… itulah kebahagiaanku! Di masa kecilmu. Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo’akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu. Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu. Semakin dekat hari pernikahanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. Saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan
26
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
FOKUS pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku. Waktu berlalu, seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah pernikahan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku. Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang. Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputus-asaan. Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya. Anakku… ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu. Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!!
269 M. Peringatan tersebut pada tanggal 14 Febuari. Kebiasaan dengan mengirim valentinevalentine berasal dari upacara penyembahan berhala yang dikaitkan dengan peribadatan Juno Februalis di goa Lupercal, atau (bisa jadi) pendapat bahwa burung-burung kawin pada tanggal 14 Februari.” (Ever yman’s Encyclopedia, volume XII, hal 388). Keempat, “St. Valentine yang disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup yang pertama.” (Encyclopedia Briatannica, volume XIV, hal. 949). Kesimpulan dari keempat definisi tersebut adalah Valentine day dirayakan untuk menghormati dan mengkultuskan St. Valentine yang dianggap martir yang mati dibunuh pada tanggal 14 Februari 269 M (sumber lain menyebutkan 270 M) dan juga dianggap sebagai seorang utusan dan uskup yang dimuliakan. Pengambilan istilah itu juga dikaitkan dengan Lupercalia, upacara keagamaan orang Romawi Kuno dan juga bahwa burung-burung kawin pada tanggal tersebut. Sejarah Singkat Valentine Day
Beberapa versi sebab-musabab dirayakannya hari Valentine ini, Pertama, dalam The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum
muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur. Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998). The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda. Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya. Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggarnya Izzuddin edisi 67 Th. 2009
7
FOKUS dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998). Sejak kematian Valentine, kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu pelosok pun di daerah Roma yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan nenek mendongengkan cerita St. Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat pengkultusan !! Ketika agama Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja ingin turut andil dalam peran tersebut. Untuk mensiasatinya, mereka mencari tokoh baru sebagai pengganti Dewa Kasih Sayang , Lupercus. Akhirnya, mereka menemukan pengganti Lupercus, yaitu St. Valentine. Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercalia yang dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi pihak gereja. Dua tahun kemudian, sang Paus mengganti tanggal perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal matinya St. Valentine sebagai bentuk penghormatan dan pengkultusan kepada St. Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercalia sudah tidak ada lagi dan diganti dengan “Valentine Day”. Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang tersebut menjadi semacam rutinitas ritual bagi kaum gereja untuk dirayakan. Biar tidak kelihatan formal, mereka membungkusnya dengan hiburan atau pesta-pesta. Namun yang jelas, bahwa ini bukan berasal dari Islam, namun lebih mendekati sebuah tradisi yang bernuansa Kristiani dari Roma Kuno. Jika demikian keadaannya, maka ini sudah cukup bagi Kaum Muslimin menyadari bahwa hal itu tidak ada hubungannya dengan Islam sama sekali, dan menyerupai kebiasaan orang-orang kafir. Nah, Shohibuddin….. Apakah engkau
8
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
AKHLAQ tahu apa itu martir? Martir adalah orang yang dianggap mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan (agama). Kini engkau tahu agama apa yang dipertahankan oleh St. Valentine. Wallahul musta’an. Ya akhi…ya ukhti…. bagaimana kita bisa turut serta pada hari yang ditetapkan untuk menghormati orang yang mempertahankan agama yang bukan Islam (ini bukan berarti kita dibolehkan untuk menetapkan hari khusus untuk kematian orang-orang yang mempertahankan agama Islam!). Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya. Tradisi Mengirim Kartu
Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242, The World Book Encyclopedia, 1998). Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada
Ini adalah sebuah risalah yang ditulis seorang ibu kepada anaknya, yang mudah-mudahan dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua. Surat yang ditulis oleh seorang ibu ketika dia melihat anaknya yang tidak lagi menunaikan kewajibannya sebagai seorang anak. Surat yang ditulis dari hati yang telah terluka. Surat yang ditulis dengan air mata. Surat yang ditulis dengan harapan belas kasihan seorang anak yang akan diberikan pada ibunya. Surat yang ditulis oleh seorang manusia yang telah mengabdi bertahun-tahun pada anaknya tersebut. Akan tetapi, anaknya tersebut belum mengerti akan hakikat berbakti.
Assalamu’alaikum, Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah Ta’ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad n, keluarga dan para sahabatnya. Amin… Wahai anakku, Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara… Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka… Wahai anakku! Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku. Wahai anakku… tahun-tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter
datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi… Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur dalam kesulitan, berdiri dalam kesulitan, makan dalam kesulitan, dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku padamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu. Aku mengandungmu, wahai anakku! Dalam kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku bahagia setiap aku menimbang tubuhku bertambah berat, karena semakin hari semakin bertambah berat badanku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku. Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan. Izzuddin edisi 67 Th. 2009
25
FOKUS
UNIQUE Dalam sebuah hadits tentang wudhu : “Seorang yang selesai berwudhu dengan baik lalu mengucapkan dua kalimat syahadat, maka akan terbuka baginya pintupintu surga yang delapan dan dia dapat memasuki pintu yang mana saja dia kehendaki.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah] Hadits di atas menunjukkan keutamaan berwudhu dari segi ibadah. Mengingat berwudhu adalah salah satu cara bersuci. Di balik itu, ternyata berwudhu juga memiliki manfaat yang luar biasa dalam segi medis. Wudhu adalah ritual penyucian yang mengutamakan unsur kesehatan. Bagian-bagian yang dibasuh merupakan titik-titik penting peremajaan tubuh. Di lain pihak juga merupakan pintu masuk bagi ribuan kuman, virus, dan bakteri. Bagaimana wudhu menangkalnya?
pengeluaran hormon dan mengendalikan pertumbuhan). Di telinga, terdapat ratusan titik biologis yang akan menurunkan tekanan darah dan mengurangi sakit.
Hancurkan Penyusup
Dari sudut pandang pengobatan medis, Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers a Sport for the Body and Soul (Sholat: Olahraga untuk Jasmani dan Rohani) menjelaskan bahwa wudhu bisa mencegah kanker kulit. Stimulasi Titik Biologis Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahanDalam sebuah artikel yang ditulis oleh Dr. bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap Magomedov, asisten pada lembaga General Hygiene oleh kulit. Cara paling efektif mengenyahkan risiko ini and Ecology (Kesehatan Umum dan Ekologi) di adalah membersihkannya secara rutin. Berwudhu lima Daghestan State Medical Academy dijelaskan kali sehari adalah antisipasi yang lebih dari cukup. bagaimana wudhu dapat menstimulasi/merangsang Menurut Salem, membasuh wajah meremajakan irama tubuh alami. Rangsangan ini muncul pada sel-sel kulit muka dan membantu mencegah munculnya seluruh tubuh, khususnya pada area yang disebut keriput. Selain kulit, wudhu juga meremajakan selaput Biological Active Spots (BASes) atau titik-titik aktif lendir yang menjadi gugus depan pertahanan tubuh. biologis. Menurut riset ini, BASes mirip dengan titik- Peremajaan menjadi penting karena salah satu tugas titik refleksologi Cina. utama lendir ibarat membawa contoh benda asing yang Bedanya, terang Dr. Magomedov, untuk mengu- masuk kepada dua senjata pamungkas yang sudah asai titik-titik refleksi Cina dengan tuntas paling tidak dimiliki manusia secara alami, yaitu limfosit T (sel T) dibutuhkan waktu 15-20 tahun. Bandingkan dengan dan limfosit B (sel B). praktek wudhu yang sangat sederhana. Keutamaan Keduanya bersiaga di jaringan limfoid dan sistem lainnya, refleksologi hanya berfungsi menyembuhkan getah bening dan mampu menghancurkan penyusup sedangkan wudhu sangat efektif mencegah masuknya yang berniat buruk terhadap tubuh. Bayangkan jika bibit penyakit. fungsi mereka terganggu. Sebaliknya, wudhu Menurut peneliti yang juga menguasai ilmu meningkatkan daya kerja mereka. refleksologi Cina ini, 61 dari 65 titik refleks Cina adalah Pintu masuk lain yang tak kalah penting adalah bagian tubuh yang dibasuh air wudhu. Lima lainnya lubang hidung. Dalam wudhu disunnahkan menghirup terletak antara tumit dan lutut, dimana bagian ini juga, air dengan hidung dan dikeluarkan lagi. Cara ini adalah merupakan area wudhu yang tidak diwajibkan. penangkal efektif ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Sistem metabolisme tubuh manusia terhubung Akut), TBC, dan kanker asofaring secara dini. dengan jutaan syaraf yang ujungnya tersebar di sepanSelain fungsi-fungsi fisiologis, wudhu juga efektif jang kulit. Guyuran air wudhu dalam konsep pengo- mengendalikan emosi. Setiap kali merasa ingin marah, batan modern adalah hidromassage alias pijat dengan seorang muslim disarankan untuk mengambil air wudhu memanfaatkan air sebagai media penyembuhan. untuk mendinginkan dan menyejukkan hati. Apa pun Membasuh area wajah misalnya, pijatan air akan yang telah diperintahkan oleh Allah Ta’ala tentu memberi efek positif pada usus, ginjal, dan sistem memberi banyak manfaat dan solusi tanpa syaraf maupun reproduksi. Membasuh kaki kiri berefek meninggalkan risiko. positif pada kelenjar pituitari, otak yang mengatur fungsifungsi kelenjar endokrin (kelenjar yang bertugas mengatur
24
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan Allah Ta’ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!. Sudah sepantasnya bagi seorang muslim segera bertaubat mengucap istighfar, “Astaghfirullah”, wa naudzubillahi min dzalik. Kepentingan Bisnis
Kalau pun Hari Valentine masih dihiduphidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu. Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis. Sarana Kesyirikan
Dan bila dikaitkan dengan upacara Lupercalia, maka ini juga sangat jauh dari syari’at Islam, bahkan penuh dengan kesyirikan yang merusak tauhid. Lihatlah bagaimana upacara tersebut dilaksanakan untuk menyembah dewa-dewa. Padahal tidak ada yang berhak disembah selain Allah Ta’ala. Belum lagi keyakinan batil tentang pengaruh cambukan yang dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburan. Padahal tidak ada yang kuasa untuk memberi kesuburan pada seseorang sebagaimana dalam firman-Nya: “Atau Dia menga-
A
QIDAH nugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendakiNya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” [Asy-Syuura: 50] Bisanya Cuma Nyontek
Hari raya (seperti, Valentine Day) merupakan ciri khas, dan manhaj (metode) orangorang kafir yang harus dijauhi. Seorang muslim tak boleh menyerupai (alias nyontek) mereka dalam merayakan hari itu. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah AdDimasyqiy -rahimahullah- berkata: “Tak ada bedanya antara mengikuti mereka dalam hari raya, dan mengikuti mereka dalam seluruh manhaj (metode beragama), karena mencocoki mereka dalam seluruh hari raya berarti mencocoki mereka dalam kekufuran. Mencocoki mereka dalam sebagaian hari raya berarti mencocoki mereka dalam sebagian cabangcabang kekufuran. Bahkan hari raya adalah ciri khas yang paling khusus di antara syari’atsyari’at (agama-agama), dan syi’ar yang paling nampak baginya. Maka mencocoki mereka dalam hari raya berarti mencocoki mereka dalam syari’at kekufuran yang paling khusus, dan syi’ar yang paling nampak. Tak ragu lagi bahwa mencocoki mereka dalam hal ini terkadang berakhir kepada kekufuran secara global”. Ikut merayakan Valentine Day termasuk bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang kafir. Rasulullah n bersabda: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut.” [HR. Abu Daud, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Al-Baihaqiy, Ath-Thobroniy, Al-Qudho’iy, dan Abd bin Humaid, dishahihkan oleh Al-Albaniy] Namun disayangkan, sebagian kaum muslimin berlomba-lomba dan berbangga dengan perayaan Valentine Day.
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
9
KUPAS
FOKUS Di hari itu, mereka saling berbagi hadiah mulai dari coklat, bunga hingga lebih dari itu kepada pasangannya masing-masing. Padahal perayaan seperti ini tak boleh dirayakan. Kita cuma punya dua hari raya dalam Islam. Selain itu, terlarang!! Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda. Ketahuilah saudara… saudariku…, tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali meninggalkan jauh-jauh kebiasaan turut serta merayakan hari Valentine ini. Apakah kita hendak turut serta pada acara yang ditetapkan oleh Nasrani untuk mengkultuskan sang uskup yang mati sebagai martir? Padahal kita ketahui orang-orang Nasrani tidak akan senang sampai kita mengikuti agama mereka. Maka senanglah mereka ketika kita turut berbaur dalam hari raya mereka. Karena Rasulullah n bersabda: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” [HR. Abu Dawud]. Atau… apakah kita hendak mendukung pula Lupercalia yang penuh muatan syirik dan kemaksiatan? Na’udzubillahi min dzalik. Cuma dua Tidak Lebih
Merayakan Velentine Day berarti menjadikan hari itu sebagai hari raya. Padahal seseorang dalam menetapkan suatu hari sebagai hari raya, ia membutuhkan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena menetapkan hari raya yang tidak ada dalilnya merupakan perkara baru yang tercela. Rasulullah n bersabda: “Siapa saja yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami sesuatu yang tidak ada di dalamnya, maka itu
10
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
tertolak” [HR. Bukhari dan Muslim] Nabi n bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. [HR. Muslim] Allah Ta’ala telah menyempurnakan agama Islam. Segala perkara telah diatur, dan disyari’atkan oleh Allah. Jadi, tak ada sesuatu yang baik, kecuali telah dijelaskan oleh Islam dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Demikian pula, tak ada sesuatu yang buruk, kecuali telah diterangkan dalam Islam. Inilah kesempurnaan Islam yang dinyatakan dalam firman-Nya: “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” [Al-Maidah: 3] Di dalam agama kita yang sempurna ini, hanya tercatat dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Karenanya, Nabi n mengingkari dua hari raya yang pernah dilakukan oleh orangorang Madinah. Nabi n bersabda kepada para sahabat Anshor: “Saya datang kepada kalian, sedang kalian memiliki dua hari, kalian bermain di dalamnya pada masa jahiliyyah. Allah sungguh telah menggantikannya dengan hari yang lebih baik darinya, yaitu: hari Nahr (baca: iedul Adha), dan hari fithr (baca: iedul fatri).” [HR. Abu Dawud , An-Nasa`iy, Ahmad. Shahih] Syaikh Amer bin Abdul Mun’im Salim hafizhahullah- berkata saat mengomentari hadits ini: “Jadi, Nabi n melarang mereka (dalam bentuk pengharaman) dari perayaanperayaan jahiliyyah yang dikenal di sisi mereka sebelum datangnya Islam, dan beliau menetapkan bagi mereka dua hari raya yang syar’i, yaitu hari raya Idul Fithri, dan hari raya Idul Adha. Beliau juga menjelaskan kepada mereka keutamaan dua hari raya ini dibandingkan perayaan-perayaan lain yang terdahulu.” Sungguh perkara yang sangat menye-
buruklah tempat kembalinya.” [Al-Anfaal: 15-16] Demikian Nabi n menggolongkan kabur dari medan pertempuran termasuk dosa besar yang tujuh. Keadaan keempat: Jika seseorang dibutuhkan, contoh: tidak ada yang mengetahui penggunaan senjata kecuali hanya satu orang saja, dan orang-orang membutuhkan orang tersebut untuk menggunakan senjata baru, maka wajib atasnya untuk berjihad walaupun imam (waliyul amri) tidak memintanya berangkat dan kewajiban itu ada lantaran dia dibutuhkan. Maka dalam empat keadaan inilah jihad menjadi fardhu ‘ain, dan yang selainnya adalah fardhu kifayah. Ahlul Ilmi menyatakan bahwa wajib atas kaum muslimin untuk menjadikan sebagian dari mereka berjihad setiap tahun sekali, berjihad memerangi musuh-musuh Allah dalam rangka meninggikan kalimat Allah, bukan karena sekedar membela negara. Karena membela negara, semata-mata sebagai satu negara, itu bisa dilakukan orang mukmin dan kafir. Orangorang kafir-pun membela negara mereka. Akan tetapi seorang muslim hanya membela agama Allah, sehingga dia membela negaranya bukan karena sekedar sebagai satu negara akan tetapi karena dia adalah negara Islam, lalu dia membelanya dalam rangka menjaga Islam. Oleh karena itu, wajib atas kita pada keadaan yang kita hadapi sekarang ini, untuk mengingatkan seluruh orang bahwa seruan untuk memerdekakan negara dan yang serupa dengannya adalah seruan yang tidak pas, dan wajib bagi kita untuk mendidik manusia dengan pendidikan agama. Dan hendaklah dikatakan: Kita membela agama kita sebelum yang lainnya, karena negara kita adalah negara agama dan negara Islam yang membutuhkan perlindungan dan pembelaan, maka kita harus membelanya dengan niat tersebut.
Adapun membela dengan niat nasionalisme atau kesukuan maka ini terjadi pada orang mukmin dan kafir, dan perbuatan tersebut tidak bermanfaat bagi pelakunya pada Hari Kiamat, jika terbunuh dalam keadaan membela negara dengan niat ini maka dia tidak mati syahid; karena Rasulullah n ditanya tentang seseorang yang berperang karena kebanggaan (gengsi), berperang karena keberanian saja, dan berperang karena ingin memperlihatkan kehebatannya, mana yang dikatakan di jalan Allah? lalu beliau bersabda: “Siapa yang berperang agar kalimat Allah menjadi tinggi maka dialah yang berada di jalan Allah.” [HR. Bukhari dan Muslim] Perhatikan syarat ini!! Jika kamu berperang karena negara, maka kamu dan orang kafir sama, akan tetapi berperanglah karena ingin menegakkan kalimat Allah yang dilaksanakan di negara kamu, karena negara kamu adalah negara Islam, maka pada keadaan seperti ini mungkin perang tersebut dapat dikatakan perang di jalan Allah. Telah shahih dari Nabi n, bahwa beliau bersabda: “Tidak ada luka yang terluka di jalan Allah dan Allah Maha Tahu siapa yang terluka di jalan Allah kecuali datang pada Hari Kiamat dalam keadaan lukanya mengeluarkan darah, warnanya warna darah tetapi wanginya wangi misk (minyak kasturi).” [HR. Bukhari dan Muslim] Perhatikan bagaimana Nabi n mensyaratkan mati syahid dengan berperang hanya di jalan Allah, maka wajib atas para da’i menjelaskan permasalahan ini kepada umat. Wallahul Muwaffiq Maroji’: [Majalah As-Sunnah edisi 12/Tahun V/ 1422H/2002M, hal. 9-11] www.abusalma.wordpress.com
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
23
KUPAS penaklukan kota Mekkah menjadi negeri Islam dan setelah itu tidak akan kembali menjadi negeri kafir, dengan dasar inilah Nabi n meniadakan hijrah setelah penaklukan Mekkah. Mekkah dahulu di bawah kekuasaan kaum musyrikin, mereka telah mengusir Rasulullah n darinya, kemudian beliau n berhijrah dengan izin Rabbnya ke Madinah. Setelah delapan tahun Rasulullah n di Madinah, beliau kembali ke Mekkah dan menaklukkannya sehingga kota Mekkah menjadi negeri iman dan Islam, dan dengan demikian tidak ada lagi hijrah dari sana. Dalam hadits ini ada dalil yang menunjukkan bahwa Mekkah tidak akan kembali menjadi negeri kafir, tetapi tetap menjadi negeri Islam sampai datang hari kiamat atau sampai waktu yang Allah Ta’ala kehendaki. Kemudian sabda beliau: “Akan tetapi jihad dan niat” bermakna: perintah setelah ini adalah jihad, yaitu penduduk Makkah keluar dari Makkah untuk berjihad. Dan “wa niyyatun” bermakna: niat yang baik untuk berjihad di jalan Allah, yaitu dengan cara berniat bahwa jihadnya adalah untuk meningkatkan kalimat Allah. Kemudian beliau bersabda: “Dan jika kalian diminta untuk pergi berjihad maka pergilah” bermakna: jika waliyul amri (pemerintah) meminta kalian untuk pergi berjihad di jalan Allah, maka kalian wajib berangkat berjihad, dan hukum jihad pada saat itu adalah fardhu ‘ain. Maka jangan seorangpun tidak memenuhinya, kecuali orang yang telah mendapat udzur Allah Ta’ala dengan dalil firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: ‘Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah’ kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu. Apakah kamu puas dengan
22
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
FOKUS kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah akan menyiksa dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [At-Taubah: 38-39] Ini merupakan salah satu keadaan jihad yang diuhukumi fardhu a’in. Keadaan kedua: Jika musuh mengepung suatu negara, bermakna musuh datang menyerang negara tersebut dan mengepungnya, maka jihad di waktu itu menjadi fardhu ‘ain. Dalam keadaan seperti ini setiap orang wajib berperang, termasuk para wanita dan orang tua yang mampu berjihad. Karena ini merupakan jihad membela diri (jihad difa‘) dan perang membela diri ini berbeda dengan perang menyerang musuh (jihad tholab), sehingga dalam keadaan seperti ini seluruh orang berangkat untuk membela negara mereka. Keadaan ketiga: Jika terjadi pertempuran, kedua belah pihak yang berperang saling berhadapan, barisan orang-orang kafir dengan barisan kaum muslimin, maka jihad pada waktu itu hukumnya fardhu ‘ain dan tidak boleh seorangpun berpaling, sebagaimana firman Allah: “Hai orang-orang beriman, apabila kamu bertemu orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahanam. Dan amat
dihkan, justru perayaan ini sudah menjadi hari yang dinanti-nanti oleh sebagian kaum muslimin terutama kawula muda. Parahnya lagi, perayaan Valentine Day ini adalah untuk memperingati kematian orang kafir (yaitu St. Valentine). Perkara seperti ini tidak boleh, karena menjadi sebab seorang muslim mencintai orang kafir. Pengantar Menuju Zina
Acara Valentine Day mengantarkan seseorang kepada bentuk maksiat dan yang paling besarnya adalah bentuk perzinaan. Bukankah momen seperti ini (Valentine Day) digunakan untuk meluapkan perasaan cinta kepada sang kekasih, baik dengan cara memberikan hadiah, menghabiskan waktu hanya berdua saja? Bahkan terkadang sampai kepada jenjang perzinaan. Allah Ta’ala berfirman dalam melarang zina dan pengantarnya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” [Al-Isra’: 32] Rasulullah n bersabda: “Jangan sekalisekali salah seorang kalian berkhalwat (berduaan) dengan wanita, kecuali bersama mahram.” [HR. Bukhari dan Muslim] Rasulullah n bersabda: “Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” [HR. Ath-Thabrani, shahih] Kisah Cinta Kita
Saudaraku...saudariku…! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisitradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang
terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka. Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung , kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami,istri, dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir. Cukupkanlah diri kita dengan apa yang telah diturunkan Allah dalam Al-Qur’an dan yang diajarkan Rasulullah n kepada umatnya. Karena kasih sayang di antara sesama muslim jauh lebih indah dimana Nabi n bersabda: “Perumpamaan orang mukmin di dalam cintamencintai, kasih- mengasihi, dan sayangmenyayangi adalah bagaikan satu tubuh, jika salah satu anggotanya menderita sakit maka seluruh jasad merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” [HR. Bukhari dan Muslim] Maka engkau tidak perlu ragu-ragu untuk meninggalkan hari raya tersebut. Bertaubat adalah langkah yang utama dan mulia jika ternyata di hari yang lalu kita menjadi bagian dari perayaan tersebut. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Maraji’: -
www.almakassari.or.id Majalah As Sunnah edisi 11 tahun I. Riyadush Shalihin - edisi Indonesia - karya Imam Nawawi jilid 1. Takhrij Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. www.muslimah.or.id
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
11
ISLAMUDA
KUPAS
Islam Indahnya Berlipat Demen dengan tindakan brutal dan kekerasan, ugal-ugalan, hura-hura bahkan maksiat. Pergaulan bebas, dugem, begadang, dan lain-lain identik dengan kehidupannya. Yach... memang begitulah seharusnya seorang pemuda, kalau tidak demikian namanya bukan anak muda! Meninggalkan kewajiban yang seharusnya dilakukan setiap muslim yang telah baligh, seperti shalat dan puasa ramadhan, sudah menjadi kebiasaan. Alih-alih, “Ah itu biasa, kita kan masih muda entar saja kalau sudah tua kita akan rajin puasa dan pergi ke masjid.” Weit... tunggu dulu! Siapa yang tahu sih berapa lama lagi umur kita? Emang makhluk yang namanya kematian itu hanya mampir yang sudah lanjut usia? Lagian, apa kita bisa menjamin sudah tua pasti mau melaksanakannya. Biasanya nih, mereka yang biasa meninggalkan kewajiban akan sulit untuk melakukannya kecuali mereka yang dirahmati Allah. Dari Pemuda Semua Bermula Berbagai tindakan yang menyimpang para pemuda ternyata memiliki muara yang boleh dikatakan nyaris sama, yaitu kekeliruan dalam memahami dan menyikapi masa muda. Hampir sebagian besar pemuda memiliki persangkaan dan persepsi bahwa masa muda adalah masa berkelana, hura-hura, bersenang-senang, main-main, berfoya-foya, dan menghabiskan waktu untuk bersuka ria semaunya. Untuk menimbang dan memandang dari sudut syar’i dikatakan belum waktunya dan bukan trendnya. Padahal kenyataannya syari’at berbicara lain, yaitu masa muda adalah masa dimulainya seseorang untuk memikul suatu beban tanggung jawab sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits riwayat AtTirmidzi, bahwa ada 3 golongan yang pena diangkat (tidak ditulis dosanya) yang salah satunya adalah seorang anak hingga ia dewasa (menjadi pemuda). Sejarah telah mencatat perjuangan cemerlang para pemuda yang membuahkan banyak perubahan. Tegaknya sebuah negara dan kedaulatan, tergulingnya kekuasaan, lahirnya peradaban baru hingga penemuan teknologi mutakhir nyaris mencatat peran pemuda yang terlibat di dalamnya. Bagaimana pula dengan peradaban Islam? Sejarah ini telah menorehkan tinta emas peran serta pemuda yang menyokong perjuangan Rasulullah untuk menegakkan kalimat Allah ini hingga Islam benar-benar
12
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
berjaya pada masa itu. Jadi, ungkapan masa pemuda masa berfoya-foya dan hura-hura sama sekali nggak ada benarnya, tetapi yang sebenarnya adalah masa muda merupakan masa dimulainya seseorang untuk menumpuk dan memperbanyak amal kebajikan, masa menghitung dan introspeksi diri, masa penuh semangat dan jiwa membara untuk membangun dan beramal sebanyak-banyaknya. Masa memunculkan segenap kemampuan dan tenaga untuk melakukan berbagai ketaatan dan kebaikan. Maka bagaimanakah seorang pemuda muslim yang ketika itu catatan keburukan sudah mulai ditulis malah justru memperbanyak keburukannya? Ayo Kembali! Sadar nggak sadar kita semua adalah insan yang berlumur dosa dan khilaf, dan itu sudah pasti karena kita manusia biasa. Hanya saja orang yang mendapatkan taufiq dan mau menyadari kekeliruannya pasti akan bersegera untuk bertaubat dan minta ampun kepada Allah. Menyesali perbuatan dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulanginya. Meski masih muda, jangan malu dan segan untuk bertaubat dan kembali kepada jalan Allah. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosadosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Rabb mereka dan Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaikbaik pahala bagi orang-orang yang beramal. Subhanallah! kita telah melakukan tindak keji, menganiaya diri sendiri, tapi mau bertaubat, menyesal, minta ampunan, dan meninggalkan maksiat itu. Maka Allah pun mengampuni dan memberikan kenikmatan abadi di Surga. Surga yang di bawahnya sungai-sungai, disediakan buah-buahan ranum tak kenal musim, keteduhan dan kedamaian, bidadari yang jelita, dan memandang wajah Allah Yang Agung lagi Mulia yang merupakan nikmat paling besar bagi penduduk Surga. Adakah nikmat lain yang lebih besar daripada ini? Apakah kesenangan yang dilakukan para pemuda mampu menandingi lezat dan indahnya nikmat Allah? Tidak, tidak ada kenikmatan di dunia yang dapat menandinginya meski setetes. Lalu tunggu apa lagi, segeralah bangun dari keterpurukan dan kembalilah pada nikmatnya Islam yang lezat lagi indahnya berlipat!
D
ari ‘Aisyah, beliau berkata: Rasulullah n bersabda: “Tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Mekkah, akan tetapi jihad dan niat, dan jika kalian diminta untuk pergi berjihad maka pergilah.” [HR. Bukhari dan Muslim] Maknanya: Tidak ada hijrah dari Mekkah karena dia telah menjadi negeri Islam. [Keterangan dari Imam Nawawiy penulis kitab Riyadhush Shalihin] Permasalahan jihad yang hukumnya fardhu ‘ain merupakan permasalahan besar yang belum banyak diketahui oleh kaum muslimin. Sehingga banyak para da’i berfatwa dan menyerukan jihad yang hukumnya (dianggap) fardhu ‘ain terhadap setiap pribadi tanpa dasar kaidah yang jelas, dan terkadang dibuat dalam rangka mewujudkan keinginan-keinginan pribadi dan sekelompok orang tertentu saja. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, kami merasa perlu memuat suatu penjelasan singkat tentang hal tersebut dari seorang alim ulama yang telah
dikenal ilmu dan kesholehannya, agar kita semua dapat beramal di atas ilmu, dan mudahmudahan Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita untuk berjalan di jalan yang lurus. Syarah Hadits.
Dalam hadits ini Rasulullah n menyatakan tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Mekkah dengan sabdanya: “Tidak ada hijrah”. Peniadaan ini bukan untuk keumumannya, maknanya hijrah tersebut tidak batal dengan penaklukan kota Mekkah, karena hijrah tersebut tidak akan hilang sampai hari kiamat sebagaimana telah ada dalam hadits Rasulullah n: “Hijrah tidak terputus sampai taubat terputus, dan taubat tidak terputus sampai matahari terbit dari sebelah barat.” [HR. Abu Dawud dan Ahmad] Akan tetapi yang dimaksud dengan tidak ada hijrah di sini adalah tidak adanya hijrah dari Mekkah, sebagaimana dinyatakan oleh penulis (Imam Nawawi) di atas, karena setelah
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
21
HIDAYAH aktivitas yang memang diwajibkan, kalau mood shalat kalau tidak mood ya tidak. Setelah menyelesaikan kuliah, aku mengikuti kursus Bahasa Inggris di salah satu daerah di kotaku. Setiap kursusan yang ada mewajibkan setiap muslimah untuk memakai jilbab, dan inilah yang membuatku berat, “Waduh.. pakai jilbab nih, mana mungkin!!”, inilah yang terlintas dalam benakku. Akhirnya aku terpaksa memakai jilbab daripada nggak boleh ikut kursus. Aku memakai jilbab hanya waktu kursus, ketika beraktivitas di luar kursus aku lepas jilbabku. Hidayah Allah Ta’ala mulai menyentuh diriku setelah aku selesai mengikuti kursus Bahasa Inggris di kotaku. Saat itu tanggal 13 September 2006, pukul 12.15 WIB aku dihubungi seseorang yang mengatakan bahwa aku diterima sebagai guru Bahasa Inggris di salah satu English Course, senang sekali aku saat itu. Malam harinya aku berdoa dan tidak lupa bersyukur atas karunia-Nya. Saat tidur aku bermimpi aku berada dalam masjid, mengenakan mukena, dan di hadapanku ada (mungkin) imam masjid dengan pakaian putih yang sedang mendoakan saya. Ketika bangun di pagi harinya aku terkejut, jujur seumur hidup aku baru bermimpi masjid dan mengenakan mukena. Aku baru teringat bahwa dua bulan yang lalu pernah membaca buku masalah i’tikaf. Aku mencoba menganalisa mimpiku, “Oh mungkin mimpi saya waktu itu artinya aku sedang beri’tikaf, tapi kok ada seorang imam masjid yang mendo’akanku?” Akhirnya, aku putuskan untuk menolak lamaran sebagai guru Bahasa Inggris tersebut. Saat itu aku berpikir, jika aku terima tawarkan tersebut, di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ku pasti tidak bisa pergi ke Surabaya untuk i’tikaf bersama saudaraku. Memang, saat itu hatiku sudah mantap untuk i’tikaf, kerinduanku untuk segera berada dalam masjid
20
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
FIQIH seolah-olah begitu membuncah. Akhirnya, hari yang aku tunggu datang juga. Aku bersama Saudara i’tikaf di Masjid daerah Gayungsari. Saya merasakan kenikmatan yang luar biasa, aku merasa dekat dengan Rabbku. Tepat di malam ke-27 aku bermimpi lagi seperti mimpi saya pada tanggal 13 September kemarin. Setelah kejadian tersebut, hatiku merasa mantap untuk mengucap dua kalimat syahadat dengan penuh keikhlasan, aku bersumpah akan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan berjalannya waktu, aku mencoba menghubungi teman, dan mengutarakan niatku. Aku sangat senang ternyata temanku mau membantuku dan mencarikanku seorang ustadz. Tetap tanggal 17 Desember 2006 pukul 07.15 bertempat di Masjid Baiturrahman, Kediri, seorang imam masjid, ustadz, dan hakim Pengadilan Agama di kotaku, Ustadz Abdurrahman membimbingku untuk membaca dua kalimat Syahadat dan mendoakan saya yang diamini oleh puluhan jama’ah yang berada dalam masjid tersebut. Aku tidak bisa menahan air mataku yang terus meleleh , aku tidak peduli dengan keadaanku saat itu. Aku merasa sangat bersyukur atas karunia-Nya, ternyata aku bisa menahan hatiku untuk kembali pada keyakinanku dan mantap untuk mengucap dua kalimat syahadat di hadapan ustadz dan puluhan jama’ah sebagai wujud keseriusanku menerima Islam sebagai tuntunan hidupku. Sampai tulisan ini aku buat, ibu dan adikku masih menganut Katholik, namun aku tidak berhenti berdoa agar mereka mendapatkan hidayah sepertiku. (ESI). Maraji’: Elfata, edisi 11 Volume 07 tahun 2007 www.muslimah.or.id
I
slam adalah agama yang sempurna bahkan Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kebersihan dan juga 2. kesehatan. Rasulullah bersabda sebagaimana tersampaikan lewat sahabatnya yang mulia Abu Hurairah:
Ibrahim yang diperintahkan kepada kita untuk mengikutinya. Khitan merupakan syiar Islam yang paling jelas dan paling nampak yang dengannya dibedakan antara seorang muslim dengan seorang Nasrani, sampai-sampai hampir tidak dijumpai di kalangan kaum muslimin ada yang tidak berkhitan. Menurut Muwaffaquddin Ibnu Qudamah Al Maqdisi berpendapat bahwa khitan hanya wajib bagi laki-laki, tidak wajib bagi wanita. Hukum orang yang tidak mau dikhitan Adapun hukum bagi orang yang tidak mau berkhitan sebagaimana pendapat Al Haitami yang mengatakan bahwa yang benar jika diwajibkan bagi kita khitan, lalu ditinggalkan tanpa udzur maka pelakunya fasik. Namun pahamilah bahwasannya pembicaraan di sini hanya ditujukan pada anak laki-laki tanpa menyertakan anak perempuan. Laki-laki difasikkan apabila meninggalkan khitan tanpa udzur dan lazim dari sebutan fasik tersebut bahwa perbuatan itu termasuk dosa besar.
“Perkara fithrah ada lima atau lima hal berikut termasuk dari perkara fithrah yaitu khitan, istihdad (menghilangkan rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan), mencabut bulu ketiak, menggunting kuku, dan memotong kumis” [HR. Bukhari dan Muslim] Kelima perkara yang disebutkan dalam hadits ini merupakan beberapa perkara kebersihan yang diajarkan Islam. Pertama: memotong qulfah (kulit penutup) zakar yang bila dibiarkan (tidak dihilangkan) akan Bagian yang dikhitan menjadi sebab terkumpulnya najis dan kotoran Bagian yang dikhitan pada anak laki-laki di daerah tersebut hingga menimbulkan berbagai dilakukan dengan cara memotong kulup (qulfah) penyakit dan luka. atau kulit yang menutupi ujung zakar. Minimal Hukum Khitan menghilangkan apa yang menutupi ujung zakar Hukum khitan ini adalah wajib menurut dan disenangi untuk mengambil seluruh kulit di pendapat Asy Syaikh Al Albani, Ibnul Qayyim dan ujung zakar tersebut. Sedangkan pada wanita, jumhur ulama. Dua alasan di antaranya adalah: dilakukan dengan memotong kulit pada di bagian 1. Firman Allah: “Kemudian Kami wahyukan paling atas kemaluan di atas vagina yang kepadamu, (ikutilah millah ibrahim yang berbentuk seperti biji atau jengger ayam jantan hanif).” (clitoris). Yang harus dilakuakan pada khitan Sementara khitan termasuk millahnya Nabi Izzuddin edisi 67 Th. 2009
13
FIQIH wanita adalah memotong ujung kulit dan bukan memotong habis bagian tersebut. Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin mengatakan pelaksanaan khitan itu seharusnya dilakukan oleh seorang dokter yang ahli yang mengetahui bagaimana cara mengkhitan. Bila seseorang tidak mendapatkannya maka ia bisa mengkhitan dirinya sendiri jika memang mampu melakukannya dengan baik. Nabi Ibrahim mengkhitan dirinya sendiri. Orang yang mengkhitan boleh melihat aurat orang yang dikhitan walaupun usia yang dikhitan mencapai sepuluh tahun, kebolehan ini dikarenakan adanya kebutuhan. Waktu Khitan Ada perbedaan pendapat tentang kapan disyariatkannya waktu khitan. Jumhur (mayoritas) ulama berpendapat tidak ada waktu khusus untuk melaksanakan khitan. Al Imam Al Mawardi menjelaskan untuk melaksanakan khitan ada dua waktu, waktu yang wajib dan waktu yang mustahab (sunnah). Waktu yang wajib adalah ketika seorang anak mencapai baligh, sedangkan waktu yang sunnah adalah sebelum baligh. Boleh pula melakukannya pada hari ketujuh setelah kelahiran. Juga disunnahkan untuk tidak mengakhirkan pelaksanaan khitan dari waktu yang sunnah kecuali kalau ada udzur. Kedua: Istihdad yaitu mencukur rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan karena bila dibiarkan rambut tersebut akan bercampur dengan kotoran dan najis (seperti kencing) serta bisa menyebabkan thaharah syar’iyyah (seperti wudhu) tidak bisa sempurna. Istihdad hukumnya adalah sunnah. Tujuannya adalah untuk kebersihan. Yang utama rambut kemaluan tersebut dicukur sampai habis tanpa menyisakannya. Dan dibolehkan mengguntingnya dengan alat gunting, dicabut, atau bisa juga dihilangkan dengan obat perontok rambut karena yang menjadi tujuan adalah diperolehnya kebersihan. Al Imam Ahmad ketika ditanya tentang boleh tidaknya menggunakan gunting untuk menghilangkan rambut kemaluan, belau menjawab: “Aku berharap hal itu dibolehkan”. Namun ketika
14
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
beliau ditanya apakah boleh mencabutnya, beliau balik bertanya: “Apakah ada orang yang kuat menanggung sakitnya?”. Waktu yang disenangi untuk melakukan istihdad adalah sesuai kebutuhan dengan melihat panjang pendeknya rambut yang ada di kemaluan tersebut. Kalau sudah panjang tentunya harus segera dipotong/dicukur. Mencukur rambut kemaluan ini tidak boleh bahkan haram dilakukan oleh orang lain, terkecuali orang yang diperbolehkan menyentuh dan memandang kemaluannya seperti suami istri. Ketiga: Mencabut rambut ketiak, yang bila dibiarkan akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Mencabut rambut ketiak disepakati hukumnya sunnah dan disenangi memulainya dari ketiak yang kanan dan bisa dilakukan sendiri atau meminta kepada orang lain untuk melakukannya. Afdhalnya rambut ini dicabut, tentunya bagi yang kuat menanggung rasa sakit. Namun bila terpaksa mencukurnya atau menghilangkannya dengan obat perontok maka tujuannya sudah terpenuhi. Keempat: Menggunting kuku, bila dibiarkan akan terkumpul kotoran di bawahnya hingga bercampur pada makanan, akibatnya timbullah penyakit. Dan juga bisa menghalangi kesempurnaan thaharah (wudhu) karena kuku yang panjang akan menutup sebagian ujung jari. Hukumnya sunnah, tidak wajib. Dan yang dihilangkan adalah kuku yang tumbuh melebihi ujung jari, karena kotoran dapat tersimpan di bawahnya dan juga dapat menghalangi sampainya air wudhu. Disenangi untuk melakukannya dari kuku jari jemari kedua tangan, baru kemudian kuku pada jari-jemari kedua kaki. Tidak ada dalil yang shahih yang dapat menjadi sandaran dalam penetapan kuku jari mana yang terlebih dahulu dipotong. Ibnu Daqiqil Ied berkata: “Orang yang mengatakan sunnahnya mendahulukan jari tangan daripada jari kaki ketika memotong kuku perlu mendatangkan dalil, karena kemutlakan dalil anjuran memotong (tanpa ada perincian mana yang didahulukan) menolak hal tersebut”. Namun mendahulukan bagian yang kanan dari jemari
HIDAYAH Aku Iri dengan Islam
Pertama, dalam agamaku yang dulu dikenal dengan adanya dosa turunan. Dalam keyakinanku yang lama, setiap bayi yang dilahirkan ke bumi telah membawa dosa, hal tersebut dikarenakan dulu manusia petama, Nabi Adam, telah berbuat dosa yang mengakibatkannya diusir dari surga oleh Tuhan dan dosa itu ikut ditanggung oleh anak keturunannya sampai sekarang . Dulu timbul pertanyaan dalam diriku “Tidak adil sekali, orang nggak ikut berbuat dosa masa menanggung akibatnya? Bukankah Tuhan itu Maha Adil??. Kedua, ada semacam statement “Jika masuk Islam maka akan mendapat pahala”. Waktu itu aku berpikir, “Wah asyik sekali, begitu masuk Islam aku mendapat pahala, mau sekali!”. Ketika, saya melihat acara ‘Ied di televisi, aku merasakan suatu yang -dalam bahasaku menakjubkan- berbeda. Waktu aku menganut keyakinan Katholik, aku belum pernah merasakan ketika bersembahyang aku menitikkan air mata. Pertanyaanku, mengapa mereka bisa meneteskan air mata seperti itu? Apa karena dosa-dosa mereka? Atau karena rindu bertemu Tuhannya? Atau hal lain? Untuk yang pertama, aku yakin semua manusia tidak pernah luput dari dosa. Tapi dulu aku merasa telah melaksanakan ajaran agama Katholik yang disebut dengan 10 Perintah Allah. Aku rajin ke Gereja, selalu patuh pada orang tua dan saudarasudaraku yang lebih tua, rajin datang ke sekolah minggu, rajin ikut kegiatan sosial, rajin pergi ke Panti Wreda (Panti Jompo milik Yayasan Katholik, milik Yayasan Santo Yoseph, tempat dimana aku mengenyam pendidikan TK-SD). Jadi, waktu itu tidak ada alasan yang membuatku untuk menangis hanya karena dosa, karena aku merasa tidak pernah melakukan apa-apa yang dilarang oleh Tuhan. Jika karena alasan yang kedua, rindu pada Tuhannya. Bagaimana aku bisa menangis, aku
saja belum tahu pasti siapa Tuhanku. Apakah Tuhanku itu Allah Bapa? atau Yesus? atau Roh Kudus? Aku memang benar-benar belum tahu pasti siapa Tuhanku. Islam adalah Logis
Pertama, menurut pendapatku, Islam adalah satu-satunya agama yang secara jelas memberikan konsep ketuhanan. Setelah mengenal Islam, aku semakin tahu siapa tuhanku. Kedua, aku dulu memang belum pernah melihat seperti apa kitab suci teman saya yang beragama Hindu dan Budha tapi saya membandingkan kitab suci keyakinan saya dulu dengan kitab suci umat Islam, Al-Qur’an. “Mengapa kitab suci umat Islam dimanapun berada, dari dulu sampai sekarang tetap menggunakan Bahsa Arab, beda sekali dengan punyaku, jangankan lain negara, untuk satu kota saja sudah berbeda bahasa, bukankah hal tersebut justru rawan untuk diselewengkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab?”. Saat berproses dalam bangku kuliah, saya menemukan teman-teman yang menyenangkan. Di hadapan mereka, aku mengaku beragama Islam (padahal dalam kenyataan saya memang belum bisa memutuskan apakah aku tetap menganut keyakinanku yang lama atau pindah ke Islam). Saat mengikuti kajian tentang keislaman atau mengaji bersama aku terpaksa memakai jilbab hanya karena merasa sungkan, malu, karena mereka semua memakai jilbab. Saat mulai kuliah, aku memutuskan untuk tidak pernah kembali pada keyakinan saya yang lama, dan akan mengikuti tata cara peribadatan yang dilakukan oleh umat Islam. Semua ini aku lakukan hanya karena aku tidak ingin dikatakan sebagai orang yang tidak beragama. Aku shalat bukan karena Allah Ta’ala, tapi karena manusia, Aku melaksanakan shalat hanya sekadar Izzuddin edisi 67 Th. 2009
19
FIQIH
HIDAYAH
H
idayah tidak selalu datang pada hati yang telah “siap”. Tidak jarang seorang yang telah tertarik dengan Islam, akan berusaha menjalankan segala yang diperintahkan oleh agama Islam. Namun, aku merupakan kasus lain, aku benar-benar ikhlas menerima Islam sebagai tuntunan hidup setelah kira-kira tujuh tahun. Setelah bermimpi berada di masjid dan mengenakan mukena serta didoakan oleh seorang ustadz, saat i’tikaf untuk pertama kali dalam hidupku, aku semakin mantap untuk membaca dua kalimat syahadat, sebagai wujud keseriusan aku memilih Islam sebagai tuntunan hidup dan secara ikhlas bersumpah berusaha kuat menjalankan segala perintah-Nya. Di dalam keluarga, aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dari pihak ibu, Eyang putri dan Eyang kakung berasal dari Solo dan Sedayu. Sedangkan dari pihak Ayah, nenek adalah asli orang Makassar tepatnya Tanah Toraja. Eyang buyut dari pihak nenek, adalah salah satu
18
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
pemangku adat dan pendeta di daerahnya. Dulu aku adalah penganut Katholik yang taat. Aku menempuh pendidikan formal mulai TK-SMU di sekolah swasta yang notabene milik yayasan Katholik. Saya mengenyam pendidikan formal di TK Santo Yoseph, SMP Katholik Puteri (sekarang ganti nama menjadi SMP Katholik Santa Maria, dan SMUK Santo Augustinus). Awal ketertarikanku dengan Islam hanya kerena dua kata -mesti inti dari semua ketertarikanku pada Islam adalah karena aku sendiri tidak memahami adanya “Doktrin Trinitas” dalam keyakinan lama yang aku anut- yaitu Iri dan Logis. Di sini aku tegaskan, aku memaparkan penjelasan ini untuk mendiskreditkan ajaran agama lain. Dalam hal ini aku berbicara karena kapasitasku hanyalah muallaf yang benar-benar tertarik pada Islam karena akhirnya saya benarbenar memilih Islam sebagai tuntunan hidupku.
tangan dan kaki ada asalnya, yaitu hadits ’Aisyah yang menyatakan bahwa Rasulullah menyenangi memulai dari bagian kanan. Tidak ada dalil yang shahih tentang penentuan hari tertentu untuk memotong kuku. Dengan demikian memotong kuku dapat dilakukan kapan saja sesuai kebuthan. Al Hafizh menyatakan melakukannya pada setiap hari Jum’at tidaklah terlarang, karena bersungguhsungguh membersihkan diri pada hari tersebut merupakan perkara yang disyariatkan. Akan tetapi kuku-kuku tersebut jangan dibiarkan tumbuh lebih dari 40 hari karena hal itu dilarang, sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik, dia berkata: “Ditetapkan waktu bagi kami dalam memotong kumis, menggunting kuku, mencabut rambut ketiak, dan mencukur rambut kemaluan agar kami tidak membiarkannya lebih dari empat puluh malam.” Dalam memotong kuku boleh meminta orang lain untuk melakukannya karena hal ini tidak melanggar kehormatan diri. Terlebih lagi jika seseorang tidak bisa memotong kuku tangannya dengan baik karena kebanyakan orang tidak dapat menggunakan tangan kirinya dengan baik untuk memotong kuku, sehingga lebih utama baginya meminta orang lain melakukannya agar tidak melukai dan menyakiti tangannya.
kedua bibir. Ibnu ’Umar menyampaikan dari Rasulullah: “Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot (sebagaimana adanya tanpa dikurangi atau dipotong).” [HR. Muslim] Dengan demikian masalah memotong kumis dan memanjangkan jenggot ini ada dua tujuan: 1. Menyelisihi kebiasaan orang ’ajam (non arab) dalam hal ini orang-orang Majusi/Persia maupun musyrikin. 2. Menjaga kebersihan daerah bibir dan sekitarnya yang merupakan masuknya makanan dan minuman. Bahwa sunnah-sunnah fithrah tidak sebatas lima perkara yang disebutkan dalam Hadits Abu Hurairah. Karena dalam hadits lain seperti dalam hadits ‘Aisyah disebutkan sunnah-sunnah fithrah yang lain. Ummul Mukminin ‘Aisyah berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Sepuluh perkara berikut ini termasuk perkara fithrah yaitu memotong kumis, memanjangkan jenggot, siwak, istinsyaq (memasukkan air ke hidung saat berwudhu), memotong kuku, mencuci ruas-ruas jari, mencabut bulu ketiak, mencukur rambut kemaluan, dan istinja’. Zakariyya berkata: “Mush’ab berkata, Aku lupa yang kesepuluh, kecuali kalau dimasukkan madhmadhah (berkumur-kumur).” [HR. Muslim] Demikian tuntunan yang indah dari agama ini. Namun kebanyakan orang tidak mengetahui serta tidak mengamalkannya. Dengan begitu apa yang dilakukan oleh anak-anak muda sekarang ini dengan memanjangkan kuku dan apa yang dilakukan oleh kaum lelaki dengan memanjangkan kumis merupakan perkara yang dilarang secara syariat dan dianggap buruk/jelek oleh akal dan perasaan. Sungguh agama Islam ini tidaklah memerintahkan kecuali kepada segala yang sifatnya indah, dan Islam tidaklah melarang kecuali dari perbuatan yang jelek/buruk. Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Apakah bekas potongan kuku itu dibuang saja atau dipendam? Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari hadits Wa’il bin Hujr disebutkan bahwa Nabi memerintahkan untuk memendam rambut dan kuku-kuku. Alasannya, kata Al Imam Ahmad: “Agar tidak menjadi permainan tukang sihir dari kalangan anak Adam.” Juga karena rambut dan kuku tersebut merupakan bagian dari manusia. Kelima: Menggunting kumis, bila dibiarkan terus tumbuh akan memperjelek wajah. Memanjangkannya juga berarti tasyabbuh (me- Maroji’: nyerupai) dengan Majusi (para penyembah api). Asy Syariah Vol.III/No.29/1428/2007 Kumis adalah rambut yang tumbuh di atas Asy Syariah Vol.III/No.31/1428/2007 bibir bagian atas. Telah datang perintah dari Rasulullah untuk memotong kumis dan tidak membiarkannya terus tumbuh hingga menutupi
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
15
ADAB ISLAMI
AQIDAH
Kapankah Kejayaan Umat Kan Dicapai?
T
emen-temen punya temen nongkrong yang suka ngrasani orang atau istihza’ (mengolok-olok agama)? Lebih baik temen-temen hindari deh. Soalnya bergaul dengan orang-orang tersebut berarti memakan daging mayat saudara-saudara mereka. Sungguh mereka benar-benar dungu, karena Allah telah menyebutkan di dalam Al-Qur’an:
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” [Al-Hujarat: 12] Maka mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia dalam pergaulan mereka, na’udzu billah. Mereka telah melakukan dosa besar. Yang wajib antum lakukan adalah menasehati mereka, jika mereka mau menerima dan meninggalkan perbuatan itu, maka itulah yang diharapkan. Jika tidak, maka hendaknya anda menjauhi mereka, hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olok (oleh orang kafir), maka janganlah kamu duduk berserta
16
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam.” [An-Nisa: 140] Allah menyatakan bahwa orang-orang yang duduk-duduk bersama mereka yang apabila mendengar ayat-ayat Allah mereka mengingkarinya dan mengolok-oloknya, Allah menganggap orang-orang tersebut sama dengan mereka. Ini merupakan perkara serius, karena berarti mereka keluar dari agama. Jadi orang yang duduk di tempat gunjingan adalah seperti penggunjing dalam hal dosa. Karena itu hendaknya anda menjauhi pergaulan dengan mereka dan tidak duduk-duduk bersama mereka. Adapun hubungan kuat yang menyatukan antum dengan mereka, sama sekali tidak berguna kelak di Hari Kiamat, dan tidak ada gunanya saat antum sendirian di dalam kubur. Orang yang dekat, suatu saat pasti akan antum tinggalkan atau meninggalkan antum, lalu masingmasing akan menyendiri dengan amal perbuatannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman di dalam Al-Qur’an:
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” [Az-Zukhruf: 67]
D
alam surat an-Nur ayat 55, Allah Ta’ala berfirman: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengamalkan amal shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benarbenar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepadaKu dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun denganKu.” Ayat ini merupakan jawaban tuntas atas pertanyaan banyak orang yang sudah merasa pening melihat keterpurukan dan kemunduran kaum muslimin di zaman ini. Ayat ini akan menutup rapat-rapat pintu perbedaan pendapat yang amat sengit antara umat dalam mencari solusi untuk menegakkan syariat Islam di tanah air. Ada yang berusaha mendirikan negara dalam negara, sambil berupaya keras meruntuhkan pemerintah yang sah. Ada yang menggunakan cara-cara teror dan mengacaukan keamanan negara muslim. Ada yang menyibukkan diri dengan fatamorgana politik. Ada pula yang berusaha untuk menenggelamkan umat dalam amalan-amalan yang sunah hukumnya sambil terus-menerus mengesampingkan amalanamalan yang pokok (baca: tauhid). Subhanallah! Bukankah ayat tersebut di atas amat sangat jelas dalam menerangkan jalan apakah yang seharusnya dititi kaum muslimin agar bisa mencapai kejayaannya? Semua janji-janji Allah tersebut di atas, mulai dari kekuasaan di muka bumi, kekokohan dan
kejayaan agama, sampai ketenteraman negara, tidak akan dapat dicapai kecuali dengan syarat yang tersebut di akhir ayat tadi; yaitu menegakkan tauhid (hanya beribadah kepada Allah ta’ala) dan meninggalkan syirik. Bagaimana mungkin agama ini akan jaya, jika masih banyak orang yang kemerdekaan berpikirnya telah terbunuh, sehingga diperbudak oleh barang-barang tak berakal, seperti batu, pepohonan, kuburan, dan lain sebagainya?! Bagaimana mungkin ketenteraman negeri ini akan diraih, jika masih banyak yang seluruh maslahat hidup dan kemudharatannya tergantung pada benda-benda mati?! Bagaimana mungkin negara Islam akan berdiri, jika masih banyak orang yang menghambakan dirinya serta menghinakannya kepada sesuatu yang lebih rendah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala? Mereka terjajah kemerdekaannya untuk bisa langsung berhubungan dengan Robbnya! Allahul musta’an wa ‘alaihit tuklan wa laa haula wa laa quwata illa billahil malaikid dayyan… Melalui kalimat yang singkat ini, kami berusaha untuk menghasung diri kami sendiri dan kaum muslimin secara umum, untuk terus berjuang menegakkan bendera tauhid di seluruh penjuru tanah air, sambil terus berjuang sekuat tenaga untuk membersihkannya dari kotoran-kotoran syirik. Dirikanlah negeri Islam dalam jiwa-jiwa kalian, niscaya negeri Islam itu akan berdiri di tanah air kalian! Wallohu Ta’ala a’lam… Abu Abdirrahman al-Purbalinggawy al-Atsary
Izzuddin edisi 67 Th. 2009
17