STUDIO
SKRIPSI
AR_8208 ARSITEKTUR
MALANG CO-WORKING SPACE & LIBRARY BIOPHILIC ARCHITECTURE
JANNATUL
LUTFIAH
BINTI
KHAMANI 1922038
TAHAP 1
SKEMATIK TAPAK
STUDIO
JANNATUL
SKRIPSI
LUTFIAH
BINTI
AR_8208 ARSITEKTUR
KHAMANI 1922038
CONCEPT
BIOPHILIC PATTERNS
Konsep bentuk massa adalah dinamis (dynamic) dan merespon unsur alam (nature) yang ada pada eksisting tapak (site).
Untuk menghadirkan lingkungan alam, maka diterapkan 5 prinsip desain arsitektur biofilik pada pendekatan bentuk massa.
DYNAMIC
Bentuk yang dinamis untuk mengoptimalkan pergerakan bebas dan fleksibel.
NATURE
Kehadiran lingkungan alam melalui penerapan prinsip desain arsitektur biofilik
SITE
Memanfaatkan potensi dan merespon permasalahan pada tapak.
1
2
3
4
5
Hubungan visual dengan alam
Rangsangan sensorik tak berirama
Variabilitas termal & aliran udara
Hubungan dengan sistem alam
Cahaya dinamis dan menyebar
BENTUK MASSA TRANSFORMATION FORM 5
4
4 3
1
2 1
Site Characteristic
Zone
Pertimbangan didasari oleh karakter tapak yang berbentuk persegi tidak sama sisi serta adanya pohon trembesi pada eksisting tapak.
Bentuk awal adalah persegi empat yang kemudian dibagi menjadi 3 zona untuk memudahkan proses transformasi bentuk.
Setback & Gridline
Void
Bentuk awal disubstraksi untuk menyesuaikan bentuk tapak dan mempertahankan pohon trembesi karena berpotensi menghadirkan visual alam.
Kemudian bentuk mengalami proses substraksi untuk dijadikan void agar dapat membawa keluar udara panas dari dalam bangunan.
5
4
2
4
1
1
2 1
Substraction
Seterusnya, dilakukan substraksi untuk menciptakan area yang menghadirkan hubungan visual dengan alam serta hubungan dengan sistem alam.
Addition
Diberikan penambahan massa pada sisi timur dan barat tapak untuk memaksimalkan view alam dan membuat bentuk lebih dinamis.
Climate Response
Bentuk merespon matahari dan angin dengan mengurangi radiasi panas matahari serta menangkap cahaya dan udara alami untuk mewujudkan variabilitas termal dan aliran udara.
Green Roof & Balcony
Untuk memaksimalkan lingkungan alam dalam tapak, maka diberikan green roof dan green balcony agar penerapan biofilik semakin optimal.
Bentuk Massa
ZONING
ZONING MAKRO
CONCEPT
PROBLEM
Konsep zoning adalah integrasi antara komunitas (community) dengan alam (nature) dalam rancangan tapak (site).
Masalah yang diidentifikasi adalah bagaimana caranya untuk menghadirkan suasana alam dalam tapak yang berada di lingkungan kota. Nature IN Urban site =
?
Kemudian fasilitas pada area yang dibangun dikelompokkan menjadi 4 berdasarkan fungsinya yaitu fungsi primer, sekunder, tersier dan fungsi ruang hijau.
COMMUNITY Mewujudkan komunitas yang hidup, saling berinteraksi dan berkolerasi antara satu sama lain.
ǀ NATURE Menghadirkan pengalaman alam yang dapat mendukung produktivitas.
Setelah menentukan jumlah area yang akan dibangun dan area hijau yang berfungsi sebagai ruang luar, maka zoning makro dibagi menjadi 5 lantai berdasarkan bentuk massa yang didapatkan Sebelumnya.
SOLUTION Solusinya adalah dengan memperbanyak area hijau daripada area terbangun dimana 60% dari luasan tapak adalah area hijau dan 40% nya adalah area bangunan. Area bangunan
40%
Area hijau
60%
Rooftop
Terdiri dari ruang hijau
Lantai 4
Terdiri dari ruang hijau, fungsi primer dan sekunder
Lantai 3
Terdiri dari ruang hijau, fungsi primer dan sekunder
DESIGN CONSIDERATIONS Penempatan dan peletakan fasilitas pada zoning makro mempertimbangkan potensi dan masalah pada tapak yang akan merespon aspek berikut: 1. Akses view 2. Kebisingan 3. Aksesibilitas 4. Privasi 5. Pencahayaan alami 6. Penghawaan alami
Lantai 2
Terdiri dari ruang hijau, fungsi sekunder dan tersier
Lantai 1
Terdiri dari ruang hijau, fungsi sekunder dan tersier KETERANGAN: Fungsi Primer Fungsi Sekunder
SITE Memanfaatkan potensi tapak dan merespon permasalahan yang ada pada tapak.
Penyelesaian masalah tersebut berdasarkan dari pendekatan konsep zoning dengan bentuk massa yang telah didapatkan.
Fungsi Tersier Fungsi Ruang Hijau Fungsi Ruang Luar
ZONING MEZZO Ruang hijau
DESIGN CONSIDERATIONS Penempatan zoning mezzo bagi masingmasing fasilitas didasari oleh pertimbangan prinsip desain arsitektur biofilik yang merupakan pendekatan tema dalam perancangan Malang Co-working Space & Library serta pertimbangan hasil dari analisa untuk menanggapi masalah dan potensi pada tapak.
Area penerapan prinsip arsitektur biofilik dimana akan menghadirkan alam. KETERANGAN: Co-working space Library
Co-working space
Ruang sosial
Dibuat jauh dari kebisingan sekaligus untuk mendapatkan view, pencahayaan dan penghawaan alami.
Lobby Ruang hijau
Cafetaria Musholla
^ŝƚĞ ƉŽƚĞŶƚŝĂůƐ
^ŝƚĞ ƉƌŽďůĞŵƐ
Area pengelola
Library
Area servis
Diletakkan jauh dari kebisingan sekaligus untuk mendapatkan view dan aksesibilitas.
Area parkir
ŝŽƉŚŝůŝĐ ƉĂƚƚĞƌŶƐ
Area pengelola
Berada jauh dari jangkauan pengunjung publik dan untuk memaksimalkan area yang semi-publik.
BIOPHILIC PATTERNS Untuk menghadirkan pengalaman alam yang dapat mendukung produktivitas, maka diterapkan 5 prinsip desain arsitektur biofilik dengan pola “alam dalam ruang”. 1
2
Hubungan visual dengan alam
Rangsangan sensorik tak berirama
3
4
Variabilitas termal & aliran udara
Musholla
Diletakkan jauh dari sumber kebisingan karena memerlukan ketenangan dan privasi yang tinggi.
Cafetaria
Menghindari sumber kebisingan dari lingkungan tapak.
Cahaya dinamis dan menyebar
FACILITIES Terdapat 12 fasilitas ruang yang ditunjukkan pada desain zoning mezzo yaitu: Fungsi Primer Co-working space Library Fungsi Sekunder Ruang sosial Lobby Cafetaria Musholla
Ruang sosial
Mengoptimalkan view ke luar tapak serta memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami.
Fungsi Tersier Area servis Area pengelola Area parkir Fungsi Ruang Hijau Ruang hijau
Lobby
Diletakkan dekat dengan main entrance dan drop off pada tapak.
Area parkir
Untuk menghindari tumpukan kendaraan di area dekat dengan main entrance.
Area servis
Berdekatan dengan side entrance untuk memudahkan aktivitas servis.
BLOKPLAN SKALA MAKRO
SKALA MEZZO
Blokplan pada skala makro ditentukan melalui zoning makro yang telah didapatkan sebelumnya. Dikarenakan bangunan merupakan massa tunggal, maka blokplan menampilkan susunan fasilitas ruang secara vertikal yang terdiri dari 5 lantai. Setiap lantai terdiri dari satu hingga tiga kelompok fungsi yang berbeda.
Kemudian pada blokplan dengan skala mezzo pula ditentukan melalui zoning mezzo yang telah didapatkan sebelumnya. Tampilan menunjukkan susunan fasilitas secara vertikal, dimana setiap lantai dibagikan lagi menjadi beberapa jenis ruang, sesuai dengan peletekan fasilitas fungsi di blokplan skala makro.
Rooftop
KETERANGAN:
KETERANGAN: Fungsi Primer Fungsi Sekunder
Rooftop
Lantai 4
Co-working space
Lantai 4
Library
Fungsi Tersier
Ruang sosial
Fungsi Ruang Hijau
Lobby Ruang hijau Cafetaria Lantai 3
Musholla
Lantai 3
Area pengelola Area servis Area parkir
Lantai 2
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 1
Softscape
LANSKAP PROBLEM
Bagaimana menciptakan lingkungan alam pada tapak yang berada di lingkungan kota?
Nature IN Urban site =
?
Elemen softscape pada area hijau rooftop diberikan elemen vegetasi dan rerumputan untuk memaksimalkan kehadiran alam.
Hardscape
CONCEPT
Peletakan elemen hardscape menyesuaikan pola sirkulasi.
Untuk mewujudkan lingkungan alam di tapak, konsep restorasi habitat diterapkan pada desain lanskap.
Sirkulasi
Konsep sirkulasi adalah gabungan pola linear dan radial, untuk memaksimalkan pergerakan yang fleksibel.
Lanskap Pada Rooftop
Rooftop
Bentuk rooftop didapatkan dari olah bentuk massa sebelumnya, sehingga ia menjadi dasar awal dalam menentukan pola sirkulasi dan bentuk lanskap pada area rooftop.
Softscape
Elemen softscape berupa tanaman atau vegetasi diletakkan pada sisa area ruang hijau yang didapatkan dari penentuan hardscape. Kemudian ada pula kolam ikan yang diberikan untuk menghadirkan air.
BIOPHILIC PATTERNS
Untuk menghadirkan alam di lingkungan binaan, maka perancangan tapak akan menerapkan 4 prinsip biofilik oleh William Browning pada implementasi desain lanskap yaitu: 1
Hardscape
2
Hubungan visual dengan alam
Hubungan non-visual dengan alam
Strategi adalah mengutamakan visual alami dan buatan daripada tidak ada alam, menggunakan elemen vegetasi dan kolam buatan. Pada lanskap, tata ruang luar dan furniturnya berkonsep dinamis untuk menghindari hambatan akses visual alam.
Prioritas prinsip ini adalah menghadirkan pengalaman multi-indera yaitu suara, aroma dan sentuhan dengan alam yang diterapkan di lanskap tapak. Pengguna dapat mendengar suara air dari kolam buatan, mencium aroma bunga, dan menyentuh pepohonan.
3
4
Rangsangan sensorik tak berirama
Kehadiran air
Untuk menghadirkan pengalaman singkat dari pergerakan pepohonan yang bergoyang, bunyi kicauan burung dan dengungan serangga, maka diberikan spesies tanaman tertentu untuk menarik perhatian lebah, kupu-kupu dan burung.
Kolam buatan diterapkan untuk memberikan pengalaman air secara multi-indera. Area duduk dibuat mengelilingi kolam agar pengguna dapat melihat refleksi air dan menyentuhnya secara langsung ketika bersantai di area lanskap.
Elemen hardscape kemudian ditentukan hasil dari konsep pola sirkulasi sebelumnya.
Sirkulasi
Lanskap Pada Tapak
Konsep sirkulasi kendaraan dibuat linear untuk memudahkan pergerakan, sedangkan sirkulasi manusia dibuat dinamis, gabungan dari pola radial dan linear.
Tapak Area bangunan Area hijau
60%
40%
Zonasi tapak dibagikan menjadi 40% area bangunan dan 60% sebagai area hijau, dimana area hijau ini akan menjadi area lanskap pada tapak.
HARDSCAPE TAPAK
5
1
4
6
2
3
HARDSCAPE PLAN SCALE 1:150
1. Wood bench Sebagai tempat duduk dimana pengguna dapat bersantai sambil menikmati view alam pada lanskap. Menggunakan mmaterial kayu agar dapat menimbulkan kesan alami.
3. Glass Roof Pada area plaza, diberikan atap datar dengan penutup kaca agar dapat memaksimalkan pengalaman alam dan mendapatkan pencahayaan alami.
5. Exposed Cement Sebagai material pembatas antara jalan kendaraan dan jalan pedestrian pada tapak.
2. Plaza Lanskap tapak diberikan area plaza sebagai area transisi dari entrance ruang luar ke entrance ruang dalam.
4. Concrete paving Merupakan jalur pedestrian dalam tapak khusus untuk sirkulasi pejalan kaki.
6. Stone paving Sebagai jalan utama dan untuk sirkulasi kendaraan.
FEATURES
SOFTSCAPE TAPAK
4
3
Di area ruang luar, diberikan vegetasi yang sesuai dengan kondisi iklim dan tanah di tapak, untuk mewujudkan visual alam ke dalam tapak, sesuai dengan prinsip desain arsitektur biofilik.
2
1
SOFTSCAPE PLAN SCALE 1:150
EŽ͘
^ŝŵďŽů
EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ
<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ
<ƵĂŶƚŝƚŝ
EŽ͘
^ŝŵďŽů
EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ
<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ
<ƵĂŶƚŝƚŝ
EŽ͘
^ŝŵďŽů
EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ
<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ
<ƵĂŶƚŝƚŝ
EŽ͘
^ŝŵďŽů
EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ
<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ
<ƵĂŶƚŝƚŝ
ϭ
WŽŶŐ WŽŶŐ
Ϯ ŵ
10
ϲ
,ŽƌƐĞƚĂŝů
Ϭ͘ϴ ŵ
50
ϭϭ
ůĞŽĐŚĂƌŝƐ ƵůĐŝƐ
Ϯ
>ŝůLJƚƵƌĨ
Ϭ͘ϰ ŵ
50
ϳ
ǁĂƌĨ KůĞĂŶĚĞƌ
Ϭ͘ϰ ŵ
50
ϭϮ
dLJƉŚĂ >ĂƚŝĨŽůŝĂ
Ϭ͘ϲ ŵ
60
17
dĞƌŵŝŶĂůŝĂ ĂƚĂƉƉĂ
ϱ ŵ
10
ϯ
EŽƌĨŽůŬ /ƐůĂŶĚ WŝŶĞ
ϯ ŵ
5
ϴ
&ĂŽƵŶƚĂŝŶ 'ƌĂƐƐ
Ϭ͘ϲ ŵ
50
ϭϯ
,ĂŶŐƵĂŶĂ DĂůĂLJĂŶĂ
Ϭ͘ϰ ŵ
30
18
DĞůĂůĞƵĐĂ >ĞƵĐĂĚĞŶĚƌĂ
ϱ ŵ
4
ϰ
:ĂƉĂŶĞƐĞ zĞǁ
ϯ ŵ
10
ϵ
LJƉĞƌƵƐ ŽŵƉĂĐƚƵƐ
Ϭ͘ϰ ŵ
60
ϭϰ
ĂƐƚƵƐ ^ƉĞĐŝŽƵƐ
Ϭ͘ϰ ŵ
30
19
WĂůŵ
ϱ ŵ
10
ϱ
tĂůŬŝŶŐ /ƌŝƐ
Ϭ͘ϲ ŵ
50
ϭϬ
ELJŵƉŚĂĞ ZƵďƌĂ
Ϭ͘ϰ ŵ
60
ϭϱ
ŝůůĞŶŝĂ ^ƵĨĨƌƵƚŝĐŽƐĂ
Ϯ ŵ
5
20
dƌĞŵďĞƐŝ
ϱ ŵ
1
Ϭ͘ϲ ŵ
60
ϭϲ
ƌĞĐĂ ĂƚĞĐŚƵ
ϱ ŵ
4
FEATURES 1. Green area Area hijau yang rumput-rumputan.
terdapat
2. Air mancur Sebagai elemen penyambut pengunjung yang ke tapak. 3. Bioswale Memfilter air hujan yang jatuh dalam tapak, dengan spesies tanaman tertentu. 4. Kolam buatan Untuk menghadirkan elemen air sesuai prinsip biofilik, dengan spesies tanaman asli untuk menjaga kualitas air.
HARDSCAPE ROOFTOP
3
1
2
HARDSCAPE ROOFTOP PLAN SCALE 1:150
FEATURES 1. Bench Sebagai tempat duduk dimana pengguna dapat bersantai sambil menikmati view alam pada lanskap.
2. Glass Roof Pada area plaza, diberikan atap datar dengan penutup kaca agar dapat memaksimalkan pengalaman alam dan mendapatkan pencahayaan alami.
3. Wood Sebagai material untuk pola lantai pada rooftop.
Hardscape Rooftop
8
SOFTSCAPE ROOFTOP
SOFTSCAPE ROOFTOP PLAN SCALE 1:150
EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ
<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ
<ƵĂŶƚŝƚŝ
ϲ
&ĂŽƵŶƚĂŝŶ 'ƌĂƐƐ
Ϭ͘ϲ ŵ
50
50
ϳ
dLJƉŚĂ >ĂƚŝĨŽůŝĂ
Ϭ͘ϲ ŵ
60
ϯ ŵ
5
ϴ
,ĂŶŐƵĂŶĂ DĂůĂLJĂŶĂ
Ϭ͘ϰ ŵ
60
,ŽƌƐĞƚĂŝů
Ϭ͘ϴ ŵ
50
ϵ
ĂƐƚƵƐ ^ƉĞĐŝŽƵƐ
Ϭ͘ϰ ŵ
60
ǁĂƌĨ KůĞĂŶĚĞƌ
Ϭ͘ϰ ŵ
50
ϭϬ
ŝůůĞŶŝĂ ^ƵĨĨƌƵƚŝĐŽƐĂ
Ϯ ŵ
5
EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ
<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ
<ƵĂŶƚŝƚŝ
EŽ͘
ϭ
WŽŶŐ WŽŶŐ
Ϯ ŵ
10
Ϯ
>ŝůLJƚƵƌĨ
Ϭ͘ϰ ŵ
ϯ
EŽƌĨŽůŬ /ƐůĂŶĚ WŝŶĞ
ϰ
ϱ
EŽ͘
^ŝŵďŽů
^ŝŵďŽů
FEATURES
Softscape Rooftop
SIRKULASI PEJALAN KAKI
KENDARAAN
Konsep sirkulasinya adalah ramah pejalan kaki, dengan pola sirkulasi gabungan radial dan linear. Sirkulasi pejalan kaki dibuat mengelilingi tapak agar dapat mengakses dari arah mana saja. Hal ini karena lingkungan luar tapak mempunyai jumlah pejalan kaki yang lumayan banyak.
Konsep sirkulasi untuk kendaraan adalah ramah untuk pemesanan online, dengan pola sirkulasi linear sepanjang tapak. Pengguna yang membawa kendaraan dapat drop off di area plaza, atau memarkir kendararaan di parkir. Untuk pelaku servis pula diberikan entrance yang berbeda agar tidak menggangu kegiatan utama dalam tapak.
KETERANGAN: Sirkulasi pejalan kaki di luar bangunan
KETERANGAN:
Sirkulasi pejalan kaki ke dalam bangunan
ME
EXIT SE
Sirkulasi kendaraan drop off Sirkulasi kendaraan parkir Sirkulasi kendaraan servis
ME
EXIT Main Entrance (ME) Dikhususkan untuk pengunjung publik dan pengelola Side Entrance (SE) Dikhususkan untuk pelaku servis Jalur Keluar (EXIT) Akses keluar kendaraan
TAHAP 2
SKEMATIK BANGUNAN
STUDIO
JANNATUL
SKRIPSI
LUTFIAH
BINTI
AR_8208 ARSITEKTUR
KHAMANI 1922038
ZONING VERTIKAL
1. Soul Retreat Area
CONCEPT Strategi dalam menentukan zoning mikro secara vertikal adalah berdasarkan kebutuhan dan sifat ruang, yang mengimplementasikan filosofi 3 elemen manusia untuk mencapai kesejahteraan pada piramida pembagian ruang. 3 Elemen Manusia yang Sejahtera
Kebutuhan dan Sifat Ruang
Idea
Body
Mind
Soul
Zoning Vertikal
1. KEBUTUHAN RUANG Ruang dikategorikan menjadi 3 kelompok berdasarkan aktivitas dan karakter penggunanya. Coworking space tipe A
Parkir
Coworking space tipe C
Coworking space tipe B
Soul retreat area
Lobby Ruang sosial Servis
Library Cafetaria
Ruang pengelola
Keterangan:
Hubungan langsung
Musholla
Hubungan tidak langsung
2. CONCEPT IMPLEMENTATION Pembagian ruang secara vertikal pada bangunan kemudian ditata sesuai dengan karakter dari 3 elemen manusia yaitu body (tubuh), mind (pikiran) dan soul (jiwa).
ROOFTOP
Aktivitas pasif, sepi, individual
Soul retreat area
soul
LT.4
Aktivitas semi aktif, berkelompok Co-working space & Library
mind
LT.3
Aktivitas semi aktif, berkelompok Co-working space & Library
mind
LT.2
Aktivitas aktif, berkomunitas Ruang sosial, Cafetaria, Musholla, Pengelola
body
LT.1
Aktivitas aktif, berkomunitas Lobby, Parkiran, Servis, etc
body
Untuk mencapai manusia yang sejahtera
Semakin tinggi lantai bangunan adalah representasi bahwa semakin tinggi kesejahteraan yang akan dicapai bagi seorang manusia. Filosofi ini diharapkan dapat dirasakan oleh pengguna bangunan, melalui penerapan arsitektur biofilik yang juga memfokuskan pada aspek biologis dan kesejahteraan penggunanya.
1. 2. 3. 4. 5.
Ruang Kerja Individu Ruang Komunitas Ruang Baca Ruang Pelayanan Ruang Hijau
6. Toilet Pria 7. Toilet Wanita 8. Toilet Difabel Pria 9. Toilet Difabel Wanita 10. Lift dan Tangga Darurat
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ruang Kerja Bersama Ruang Rapat Ruang Komunitas Ruang Baca Ruang Pelayanan Ruang Hijau
7. Toilet Pria 8. Toilet Wanita 9. Toilet Difabel Pria 10. Toilet Difabel Wanita 11. Lift dan Tangga Darurat
1. Ruang Konferensi 2. Ruang Pertemuan 3. Ruang Pelatihan 4. Ruang Workshop 5. Toilet Pria 6. Toilet Wanita 7. Toilet Difabel Pria 8. Toilet Difabel Wanita 9. Cafetaria 10. Toilet Pria 11. Toilet Wanita 12. Toilet Difabel Pria
13. Toilet Difabel Wanita 14. Ruang Hijau 15. Ruang Solat 16. Tempat Wudhu Pria 17. Tempat Wudhu Wanita 18. Ruang General Manager 19. Ruang Karyawan 20. Ruang Rapat 21. Ruang Administrasi 22. Pantry 23. Toilet 24. Lift dan Tangga Darurat
1. Lobby 2. Lounge 3. Resepsionis 4. Ruang IPAL 5. Ruang Genset 6. Ruang Elektrikal 7. Ruang Power House 8. Ruang Plumbing 9. Ruang Karyawan Servis 10. Ruang Alat 11. Gudang
12. Ruang Ganti 13. Toilet 14. Ruang Hijau 15. Pos Satpam 16. Ruang CCTV 17. Toilet 18. Pantry 19. Parkir Sepeda Motor 20. Parkir Mobil 21. Lift dan Tangga Darurat
ZONING MIKRO
ZONING MIKRO
ZONING HORIZONTAL
LANTAI 1
AREA SERVIS Berdekatan dengan side entrance untuk memudahkan akses dan pergerakan dari aktivitas servis.
AREA PARKIR Untuk menghindari tumpukan kendaraan di area dekat dengan main entrance.
Ruang IPAL Ruang Genset Ruang Elektrikal Ruang Power House Ruang Plumbing Ruang Karyawan Servis Ruang Alat Gudang Ruang Ganti Toilet
Parkir Sepeda Motor Parkir Mobil
CORE Diletakkan pada area tengah zonasi bangunan agar dapat memudahkan pola sirkulasi, dimana pengguna dapat bebas berpindah ke fasilitas di lantai yang sama maupun di lantai berbeda.
LOBBY Diletakkan dekat dan berhubungan langsung dengan main entrance dan drop off pada tapak untuk mengoptimalkan pergerakan dan aksesibilitas dalam bangunan.
Lift Manusia Lift Barang Tangga Darurat
Lobby Resepsionis
RUANG HIJAU Area penerapan prinsip arsitektur biofilik dimana akan menghadirkan alam. Ruang Hijau Indoor
ZONING MIKRO
ZONING HORIZONTAL
LANTAI 2
RUANG PENGELOLA Berada jauh dari jangkauan pengunjung publik dan untuk memaksimalkan area yang semipublik.
CAFETARIA Pertimbangannya adalah untuk menghindari sumber kebisingan dari lingkungan tapak. Sehingga diletakkan di bagian belakang zonasi bangunan.
Ruang General Manager Ruang Karyawan Ruang Rapat Ruang Administrasi Pantry Toilet pria Toilet wanita
Stan Cafetaria
RUANG SOSIAL Diletakkan pada area depan zonasi bangunan untuk mengoptimalkan view ke luar tapak serta memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami.
MUSHOLLA Diletakkan pada area yang jauh dari sumber kebisingan karena memerlukan ketenangan dan privasi yang tinggi.
Ruang Konferensi Ruang Pelatihan Ruang Workshop Ruang Pertemuan Toilet Pria Toilet Wanita Toilet Difabel Pria Toilet Difabel Wanita
RUANG HIJAU Area penerapan prinsip arsitektur biofilik dimana akan menghadirkan alam. Ruang Hijau Indoor
Ruang Solat Tempat Wudhu Pria Tempat Wudhu Wanita Toilet Pria Toilet Wanita Toilet Difabel Pria Toilet Difabel Wanita
CORE Diletakkan pada area tengah zonasi bangunan agar dapat memudahkan pola sirkulasi, dimana pengguna dapat bebas berpindah ke fasilitas di lantai yang sama maupun di lantai berbeda. Lift Manusia Lift Barang Tangga Darurat
ZONING MIKRO
CO-WORKING SPACE Diletakkan pada lantai 3 untuk mendapatkan view yang menarik serta pencahayaan alami dan penghawaan alami. Ruang Kerja Bersama Ruang Komunitas Ruang Rapat Toilet Pria Toilet Wanita Toilet Difabel Pria Toilet Difabel Wanita
RUANG HIJAU Area penerapan prinsip arsitektur biofilik dimana akan menghadirkan alam. Ruang Hijau Indoor
ZONING HORIZONTAL
LANTAI 3
LIBRARY Diletakkan pada area belakang zonasi bangunan agar jauh dari sumber kebisingan sekaligus untuk mendapatkan view menarik dan aksesibilitas. Ruang Baca Ruang Pelayanan
CORE Diletakkan pada area tengah zonasi bangunan agar dapat memudahkan pola sirkulasi, dimana pengguna dapat bebas berpindah ke fasilitas di lantai yang sama maupun di lantai berbeda. Lift Manusia Lift Barang Tangga Darurat
ZONING MIKRO
CO-WORKING SPACE Diletakkan pada lantai 3 untuk mendapatkan view yang menarik serta pencahayaan alami dan penghawaan alami. Ruang Kerja Bersama Ruang Komunitas Ruang Rapat Toilet Pria Toilet Wanita Toilet Difabel Pria Toilet Difabel Wanita
RUANG HIJAU Area penerapan prinsip arsitektur biofilik dimana akan menghadirkan alam. Ruang Hijau Indoor
ZONING HORIZONTAL
LANTAI 4
LIBRARY Diletakkan pada area belakang zonasi bangunan agar jauh dari sumber kebisingan sekaligus untuk mendapatkan view menarik dan aksesibilitas. Ruang Baca Ruang Pelayanan
CORE Diletakkan pada area tengah zonasi bangunan agar dapat memudahkan pola sirkulasi, dimana pengguna dapat bebas berpindah ke fasilitas di lantai yang sama maupun di lantai berbeda. Lift Manusia Lift Barang Tangga Darurat
SIRKULASI
CONCEPT
Konsep sirkulasi adalah fleksibilitas, dimana pengguna dapat bergerak secara bebas, tidak teratur dan tidak formal. Untuk menciptakan sirkulasi yang fleksibel, maka pola sirkulasinya menggunakan gabungan pola radial dan linear dalam penerapannya. Konsep ini diterapkan untuk menyesuaikan karakter pengguna rancangan yaitu milenial dan gen Z, yang menyukai kebebasan dan mengenyampingkan formalitas dalam cara bekerja mereka.
Flexibility
Free movement
PENGUNJUNG
Rooftop Pola sirkulasi radial dan linear
1 unit 2 unit 2 unit
Non-formal
Lantai 4 Pola sirkulasi radial dan linear
1 unit 2 unit 2 unit Rooftop
Lantai 3 Pola sirkulasi radial dan linear
Lantai 4
Lantai 3
SIRKULASI VERTIKAL Pengunjung yang berada di lantai berbeda dihubungkan oleh transportasi vertikal berupa 2 unit lift serta terdapat tangga darurat yang berfungsi sebagai sirkulasi kecemasan ketika terjadi kebakaran di dalam bangunan.
1 unit 2 unit 2 unit
Lantai 2 Pola sirkulasi radial dan linear
Lantai 2
2 unit 2 unit 2 unit
OUT Lantai 1
Lantai 1
Pola sirkulasi radial dan linear
IN
SIRKULASI HORIZONTAL Pengunjung yang berada di zona 1 dan zona 2 dapat melakukan pertukaran aktivitas melalui zona penghubung yaitu ruang transisi sekaligus sebagai area hijau indoor, dimana zona penghubung ini akan menjadi titik kumpul pengguna bangunan.
2 unit 2 unit 2 unit
Keterangan: Alur sirkulasi vertikal
IN
OUT
Alur sirkulasi horizontal
SIRKULASI POLA SIRKULASI
Rooftop
Pola sirkulasi aktivitas pengelola terdiri dari pola linear dan radial atau kombinasi dari keduakedua pola tersebut.
Pola sirkulasi radial dan linear
1 unit 2 unit 2 unit
POLA SIRKULASI
Rooftop
Pola sirkulasi aktivitas servis terdiri dari pola linear dan radial atau kombinasi dari keduakedua pola tersebut.
Pola sirkulasi radial dan linear
1 unit 2 unit 2 unit
Lantai 4
Lantai 4
Pola sirkulasi radial dan linear
Pola sirkulasi radial dan linear
1 unit 2 unit 2 unit
1 unit 2 unit 2 unit
Lantai 3
Lantai 3
Pola sirkulasi radial dan linear
Pola sirkulasi radial dan linear
1 unit 2 unit 2 unit
1 unit 2 unit 2 unit
Lantai 2
Lantai 2
Pola sirkulasi radial dan linear
Pola sirkulasi radial dan linear
2 unit 2 unit 2 unit
2 unit 2 unit 2 unit
OUT
OUT
IN
IN
Lantai 1
Lantai 1
Pola sirkulasi linear
Pola sirkulasi linear
IN
2 unit 2 unit 2 unit
OUT Keterangan: Alur sirkulasi vertikal Alur sirkulasi horizontal
Keterangan: Alur sirkulasi vertikal Alur sirkulasi horizontal
2 unit 2 unit 2 unit
CONCEPT
BIOPHILIC PATTERNS
Konsep bentuk bangunan adalah dinamis (dynamic) dan merespon unsur alam (nature) yang ada pada eksisting tapak (site).
Untuk menghadirkan lingkungan alam, maka diterapkan 5 prinsip desain arsitektur biofilik pada pendekatan bentuk bangunan.
DYNAMIC
Bentuk yang dinamis untuk mengoptimalkan pergerakan bebas dan fleksibel.
NATURE
Kehadiran lingkungan alam melalui penerapan prinsip desain arsitektur biofilik
SITE
Memanfaatkan potensi dan merespon permasalahan pada tapak.
1
2
3
4
5
Hubungan visual dengan alam
Rangsangan sensorik tak berirama
Variabilitas termal & aliran udara
Hubungan dengan sistem alam
Cahaya dinamis dan menyebar
BENTUK BANGUNAN TRANSFORMATION FORM 5
4
4 3
1
2 1
Site Characteristic
Setback & Gridline
Zone
Pertimbangan didasari oleh karakter tapak yang berbentuk persegi tidak sama sisi serta adanya pohon trembesi pada eksisting tapak.
Void
Bentuk awal disubstraksi untuk menyesuaikan bentuk tapak dan mempertahankan pohon trembesi karena berpotensi menghadirkan visual alam.
Bentuk awal adalah persegi empat yang kemudian dibagi menjadi 3 zona untuk memudahkan proses transformasi bentuk.
Kemudian bentuk mengalami proses substraksi untuk dijadikan void agar dapat membawa keluar udara panas dari dalam bangunan.
3
2 5
4 4
1
2
1 1
2 1
Substraction
Seterusnya, dilakukan substraksi untuk menciptakan area yang menghadirkan hubungan visual dengan alam serta hubungan dengan sistem alam.
Addition
Diberikan penambahan massa pada sisi timur dan barat tapak untuk memaksimalkan view alam dan membuat bentuk lebih dinamis.
Green Roof & Balcony
Untuk memaksimalkan lingkungan alam dalam tapak, maka diberikan green roof dan green balcony agar penerapan biofilik semakin optimal.
Secondary Skin Facade
Bentuk bangunan mengalami penambahan fasad berupa secondary skin bermaterialkan kayu untuk mengoptimalkan variabilitas termal dan udara, serta visual alam.
MATERIAL FASAD
Railing Balkon Hollow 4cmx4cm Finishing Cat Putih
CONCEPT
BIOPHILIC PATTERNS
Dalam pemilihan material, ide didasari oleh prinsip arsitektur biofilik dengan pola "alam dalam ruang". Prinsip yang diimplementasikan pada desain adalah hubungan material dengan sistem alam, dimana konsep material bangunan akan menggunakan material-material alami seperti kayu, dan moss wall. Konsep ini diterapkan untuk mempertegas lagi suasana alam dalam ruang, terutama pada fasad bangunan dan dinding ruangan.
Tempered Glass 8mm
Kusen Alumunium 8cm Finishing Cat Hijau
Penggunaan konsep material yang alami adalah untuk menghadirkan suasana alam pada fasad, dimana terdapat 5 prinsip desain arsitektur biofilik yang diterapkan pada desain material fasad. 1
2
3
4
5
Hubungan visual dengan alam
Hubungan nonvisual dengan alam
Variabilitas termal & aliran udara
Cahaya dinamis dan menyebar
Hubungan material dengan sistem alam
Secondary Skin Woodplank tebal 10cm
Rumput
Plat Beton tebal 20cm Finishing Cat Abu-abu
CONCEPT USERS’ WELLBEING
Mewujudkan ruang yang mampu berkolerasi dengan aspek kesehatan mental penggunanya.
RUANG
BIOPHILIC PATTERNS NATURE IN SPACE
Kehadiran lingkungan alam melalui penerapan prinsip desain arsitektur biofilik
SENSORY DESIGN
Menciptakan ruang yang tidak hanya fungsional, tetapi juga menarik secara emosional.
Untuk menghadirkan lingkungan alam, maka diterapkan 5 prinsip desain arsitektur biofilik pada pendekatan ruang co-working space. 1
2
4
Hubungan visual dengan alam
Rangsangan sensorik tak berirama
Hubungan dengan sistem alam
Rumput Kuris yang dapat digerakkan
Fleksibilitas dalam bekerja
Ruang terbuka tanpa partisi
Open space
Memungkinkan pengguna memilih ruang kerja yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
Pola lantai kayu
Moss wall
Bentuk meja melengkung dan dinamis
Bentuk furnitur
Fleksibel Material
Kusen Alumunium 8cm Finishing Cat Hijau
CO-WORKING SPACE
Jenis furnitur
EMOTIONALLY SUPPORTIVE CO-WORKING SPACE
Deria penglihatan
Deria sentuhan
Alam Deria penciuman
Ruang kerja sensorik terhadap alam
Pengguna dapat beristirahat sejenak dengan mengurangi beban sensorik berlebihan dan meningkatkan emosi dari input yang diterima terhadap alam
Deria suara
R u a ng
PROBLEM
SOLUTION
Bagaimana menciptakan ruang yang tenang di lokasi rancangan yang berada di lingkungan kota dengan tingkat kebisingan yang cukup tinggi.
?
Menerapkan prinsip arsitektur biofilik dari pola "alam dalam ruang“. Konsepnya adalah memberikan ruang hijau outdoor berupa "green balconies" di luar ruangan dengan pemilihan spesies tanaman yang dapat meredam kebisingan secara khusus.
Nature
IN
RUANG
BIOPHILIC PATTERNS
Space
Untuk menghadirkan lingkungan alam, maka diterapkan 5 prinsip desain arsitektur biofilik pada pendekatan ruang green balconies. 1
2
3
4
5
Hubungan visual dengan alam
Rangsangan sensorik tak berirama
Variabilitas termal & aliran udara
Hubungan dengan sistem alam
Cahaya dinamis dan menyebar
GREEN BALCONIES
FILTERASI KEBISINGAN KOTA
TEMPAT INTERAKSI SOSIAL
/ŶƚĞƌĂŬƐŝ ƐŽƐŝĂů
&ŝůƚĞƌ ŬĞďŝƐŝŶŐĂŶ ŬŽƚĂ
HIBURAN DENGAN VIEW ALAM
,ŝďƵƌĂŶ Rumput
Kusen Alumunium 8cm Finishing Cat Hijau
Railing Balkon Hollow 4cmx4cm Finishing Cat Putih
Tempered Glass 8mm
Fountain Grass Menyerap kebisingan dari lingkungan kota
Pong pong Memfilter bunyi bising, sebagai sun shading dan sebagai agen penarik burung ke ruang
R u a ng
STRUKTUR GRID STRUKTUR
CONCEPT
Penentuan grid struktur berangkat dari ide modul ruang fungsi utama bangunan yaitu co-working space.
Dikarenakan lokasi tapak rawan gempa, maka sistem struktur utama yang digunakan harus menjadi solusi agar apabila bangunan roboh, maka yang roboh tidak seluruh bangunan.
Struktur utama menggunakan sistem struktur rangka kaku yang dilatasi.
Jenis dilatasi berupa latasi 2 kolom kemudian diberikan expansion joint.
Ukuran ruang co-working space adalah 81 m² dimana ukuran tersebut didapatkan dari analisa besaran dan kebutuhan ruang, serta sudah sesuai dengan standar.
Kemudian didapatkan ukuran modul dengan kesatuan 9 m.
Sehingga muncullah grid struktur dengan ukuran setiap grid adalah 22.5 m.
modular
Berikut merupakan grid struktur setiap lantai yang akan menjadi titik perletakan kolom dan balok utama.
Grid Struktur Lantai 1
Grid Struktur Lantai 2
Grid Struktur Lantai 3
Grid Struktur Lantai 4
Penempatan struktur dilatasi 2 kolom antara Zona 1 dan Zona Penghubung
Penempatan struktur dilatasi 2 kolom antara Zona Penghubung dan Zona 2
Struktur
TAHAP 3
GAMBAR RANCANGAN
STUDIO
JANNATUL
SKRIPSI
LUTFIAH
BINTI
AR_8208 ARSITEKTUR
KHAMANI 1922038
SITEPLAN
PERUMAHAN DE RUMAH
SKALA 1:100
10
2
LEGENDA
9
1
MAIN ENTRANCE
2
SIDE ENTRANCE
3
PLAZA
4
PEDESTRIAN
5
JALAN KENDARAAN
6
STREET FURNITURE
7
ROOFTOP
8
AREA DROP OFF
9
PINTU MASUK PARKIR
10
PINTU KELUAR PARKIR
7 6 MALANG TOWN SQUARE
4 5
3 8
TAMAN MAKAM PAHLAWAN UNTUNG SUROPATI
1
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Si t e P l a n
LAYOUT PLAN
PERUMAHAN DE RUMAH
SKALA 1:100
10
2
LEGENDS
9
7
6 MALANG TOWN SQUARE
1
Main entrance
2
Side entrance
3
Plaza
4
Pedestrian
5
Vehicle road
6
Street furniture
7
Core
8
Drop off area
9
Parking entrance
10
Parking exit
4 5
3
8
TAMAN MAKAM PAHLAWAN UNTUNG SUROPATI
1
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Layout Plan
B
1
7 ±0.00
9 ±0.00
8 ±0.00
2
3
6 ±0.00
4 5 ±0.00
A
5
2 +2.00
6
4 +2.00
1 +2.00
3 +2.00
7
DENAH LANTAI 1 SKALA 1:100
A
B
C
D
B
E
F G
H
A
B
1
12 +10.00
11 +10.00
10 +10.00
9 +10.00
2
6 +10.00
3
8 +10.00
4
7 +10.00
A
5
6 +10.00
4 +10.00 3 +10.00
5 +10.00
6
2 +10.00
1 +10.00
7
DENAH LANTAI 2 SKALA 1:100
A
B
C
D
B
E
F G
H
A
B
10 +18.00
2 +18.00 1 +18.00
1 8 +18.00 1 +18.00
2
2 +18.00
9 +18.00
4 +18.00
7 +18.00
3
6 +18.00
4 5 +18.00
A
8 +18.00
10 +18.00
5
7 +18.00
4 +18.00 1 +18.00
6
2 +18.00
1 +18.00
2 +18.00
1 +18.00
DENAH LANTAI 3 SKALA 1:100
A
B
2 +18.00
C
7
D
B
E
F G
H
A
B
1
8 +26.00
2
1 +26.00
3 +26.00
6 +26.00
3
5 +26.00
4
4 +26.00
A
9 +26.00 1 +26.00
5
6 +26.00
3 +26.00
2 +26.00
6
1 +26.00
7
DENAH LANTAI 4 SKALA 1:100
A
B
C
D
B
E
F G
H
A
B
1
2
3
4
5
A
6
7
DENAH ROOFTOP SKALA 1:100
A
B
C
D
B
E
F G
H
A
± 35.00
± 35.00
± 32.00 Rooftop
Tempered glass 10mm
± 32.00 Rooftop Plat beton tebal 50cm
Ruang hijau outdoor
+ 26.00 Lantai 4
+ 26.00 Lantai 4
+18.00 Lantai 3
+18.00 Lantai 3
Plat beton tebal 20cm
Railing balkon
Railing balkon
Balok anak 75x150 cm
+10.00 Lantai 2
+10.00 Lantai 2
+ 2.00 Lantai 1
+ 2.00 Lantai 1
± 0.00 Lantai 1
± 0.00 Lantai 1
-3.40 Pondasi
-3.40 Pondasi
Kusen alumunium 8cm Jendela tempered glass tebal 5mm Ruang hijau indoor
Balok induk 100x190 cm Kolom utama 110x110 cm
Pondasi tiang pancang
A
POTONGAN SITE A-A SKALA 1:100
E
Core beton bertulang
Tempered glass 10mm
± 35.00 Ruang hijau outdoor
± 35.00
± 32.00 Rooftop
± 32.00 Rooftop
+ 26.00 Lantai 4
+ 26.00 Lantai 4
Plat beton tebal 50cm
Ruang hijau indoor Plat beton tebal 20cm
Kusen alumunium 8cm Jendela tempered glass tebal 5mm
Railing balkon
+18.00 Lantai 3
+18.00 Lantai 3 Balok anak 75x150 cm
Railing balkon Ruang hijau outdoor
Ruang hijau indoor
Panel kayu tebal 10 cm
+10.00 Lantai 2
+10.00 Lantai 2 Balok induk 100x190 cm Kolom utama 110x110 cm
+ 2.00 Lantai 1
+ 2.00 Lantai 1
± 0.00 Lantai 1
± 0.00 Lantai 1
-3.40 Pondasi
-3.40 Pondasi Pondasi tiang pancang
1
POTONGAN SITE B-B SKALA 1:100
2
3
5
7
Core beton bertulang
Tempered glass 10mm
± 35.00 Ruang hijau outdoor
± 35.00
± 32.00 Rooftop
± 32.00 Rooftop
D5
Ruang hijau indoor
+ 26.00 Lantai 4
+ 26.00 Lantai 4
Plat beton tebal 50cm
Plat beton tebal 20cm
D4
Kusen alumunium 8cm Jendela tempered glass tebal 5mm
Railing balkon
+18.00 Lantai 3
+18.00 Lantai 3 Balok anak 75x150 cm
D1 Railing balkon Ruang hijau outdoor
Ruang hijau indoor
Panel kayu tebal 10 cm
+10.00 Lantai 2
+10.00 Lantai 2 Balok induk 100x190 cm Kolom utama 110x110 cm
+ 2.00 Lantai 1
+ 2.00 Lantai 1
± 0.00 Lantai 1
± 0.00 Lantai 1
-3.40 Pondasi
-3.40 Pondasi Pondasi tiang pancang
1
POTONGAN BANGUNAN B-B SKALA 1:80
2
3
5
7
± 35.00
± 35.00
± 32.00 Rooftop
± 32.00 Rooftop Plat beton tebal 50cm
D2
Ruang hijau outdoor
Tempered glass 10mm
+ 26.00 Lantai 4
+ 26.00 Lantai 4
Plat beton tebal 20cm
D3 Railing balkon
Railing balkon
+18.00 Lantai 3
+18.00 Lantai 3 Balok anak 75x150 cm
+10.00 Lantai 2
+10.00 Lantai 2
+ 2.00 Lantai 1
+ 2.00 Lantai 1
± 0.00 Lantai 1
± 0.00 Lantai 1
-3.40 Pondasi
-3.40 Pondasi
Kusen alumunium 8cm Jendela tempered glass tebal 5mm Ruang hijau indoor
Balok induk 100x190 cm Kolom utama 110x110 cm
Pondasi tiang pancang
A
POTONGAN BANGUNAN A-A SKALA 1:80
E
Terminalia Catappa
Railing balkon 40x40 cm Plat lantai 20 cm
Kolom anak 80x80cm
Balok anak 80x150cm
Railing balkon 40x40 cm Plat lantai 20 cm Kolom anak 80x80cm
Balok anak 80x150cm
Planting soil Kentia Forsteriana Planting soil Lubang Drainase setiap 40 cm Plat lantai 20 cm
Kolom selimut keramik 15x15cm Kolam
DETAIL ARSITEKTURAL 1 (D1) SKALA 1:8
Philodendron Imperial Green Planting soil Lubang Drainase setiap 40cm Plat lantai 20cm
Kolom selimut keramik 15x15cm Kolam
Jendela tempered glass tebal 5mm Kusen alumunium tebal 8cm Strelitzia Nicolai Ficus Pandurata - Bush Pong Pong Lily Turf Railing balkon 50x50cm Plat lantai 20cm Planting soil
Kentia Forsteriana Philodendron Imperial Green Podocarpus Gracilior Planting soil Gravel Lubang Drainase setiap 40cm
Gravel Lubang Drainase setiap 40cm
Kolom utama 110x110cm
DETAIL ARSITEKTURAL 2 (D2) SKALA 1:6
Plat lantai 20cm
Balok induk 100x190cm
Podocarpus Gracilior Philodendron Imperial Green Kentia Forsteriana Strelitzia Nicolai
Plat lantai 20cm
Planting soil Gravel Lubang Drainase setiap 40cm
Kolom utama 110x110cm Balok induk 100x190cm
DETAIL ARSITEKTURAL 5 (D5) SKALA 1:5
Pong Pong Lily Turf
Kusen alumunium tebal 8cm Jendela tempered glass tebal 5mm
Railing balkon 50x50cm Planting soil Gravel Lubang Drainase setiap 40cm
DETAIL ARSITEKTURAL 4 (D4) SKALA 1:5
Plat lantai 20cm Kolom utama 110x110cm Balok induk 100x190cm
Podocarpus Gracilior Philodendron Imperial Green Kentia Forsteriana Strelitzia Nicolai
Plat lantai 20cm
Planting soil Gravel Lubang Drainase setiap 40cm
Kolom utama 110x110cm Balok induk 100x190cm
DETAIL ARSITEKTURAL 5 (D5) SKALA 1:5
PERSPEKTIF EKSTERIOR
FRONT VIEW
PLAZA AREA
ROOFTOP
GREEN BALCONIES
PERSPEKTIF INTERIOR
PERSPEKTIF INTERIOR
LIBRARY
LIBRARY
LIBRARY
CAFETARIA
GREEN BALCONIES
GREEN BALCONIES
COMMUNAL SPACE
CO-WORKING SPACE
CO-WORKING SPACE