Booklet Tugas Akhir Skripsi (Bahasa Indonesia)

Page 1

STUDIO

SKRIPSI

AR_8208 ARSITEKTUR

MALANG CO-WORKING SPACE & LIBRARY BIOPHILIC ARCHITECTURE

JANNATUL

LUTFIAH

BINTI

KHAMANI 1922038


TAHAP 1

SKEMATIK TAPAK


STUDIO

JANNATUL

SKRIPSI

LUTFIAH

BINTI

AR_8208 ARSITEKTUR

KHAMANI 1922038


CONCEPT

BIOPHILIC PATTERNS

Konsep bentuk massa adalah dinamis (dynamic) dan merespon unsur alam (nature) yang ada pada eksisting tapak (site).

Untuk menghadirkan lingkungan alam, maka diterapkan 5 prinsip desain arsitektur biofilik pada pendekatan bentuk massa.

DYNAMIC

Bentuk yang dinamis untuk mengoptimalkan pergerakan bebas dan fleksibel.

NATURE

Kehadiran lingkungan alam melalui penerapan prinsip desain arsitektur biofilik

SITE

Memanfaatkan potensi dan merespon permasalahan pada tapak.

1

2

3

4

5

Hubungan visual dengan alam

Rangsangan sensorik tak berirama

Variabilitas termal & aliran udara

Hubungan dengan sistem alam

Cahaya dinamis dan menyebar

BENTUK MASSA TRANSFORMATION FORM 5

4

4 3

1

2 1

Site Characteristic

Zone

Pertimbangan didasari oleh karakter tapak yang berbentuk persegi tidak sama sisi serta adanya pohon trembesi pada eksisting tapak.

Bentuk awal adalah persegi empat yang kemudian dibagi menjadi 3 zona untuk memudahkan proses transformasi bentuk.

Setback & Gridline

Void

Bentuk awal disubstraksi untuk menyesuaikan bentuk tapak dan mempertahankan pohon trembesi karena berpotensi menghadirkan visual alam.

Kemudian bentuk mengalami proses substraksi untuk dijadikan void agar dapat membawa keluar udara panas dari dalam bangunan.

5

4

2

4

1

1

2 1

Substraction

Seterusnya, dilakukan substraksi untuk menciptakan area yang menghadirkan hubungan visual dengan alam serta hubungan dengan sistem alam.

Addition

Diberikan penambahan massa pada sisi timur dan barat tapak untuk memaksimalkan view alam dan membuat bentuk lebih dinamis.

Climate Response

Bentuk merespon matahari dan angin dengan mengurangi radiasi panas matahari serta menangkap cahaya dan udara alami untuk mewujudkan variabilitas termal dan aliran udara.

Green Roof & Balcony

Untuk memaksimalkan lingkungan alam dalam tapak, maka diberikan green roof dan green balcony agar penerapan biofilik semakin optimal.

Bentuk Massa


ZONING

ZONING MAKRO

CONCEPT

PROBLEM

Konsep zoning adalah integrasi antara komunitas (community) dengan alam (nature) dalam rancangan tapak (site).

Masalah yang diidentifikasi adalah bagaimana caranya untuk menghadirkan suasana alam dalam tapak yang berada di lingkungan kota. Nature IN Urban site =

?

Kemudian fasilitas pada area yang dibangun dikelompokkan menjadi 4 berdasarkan fungsinya yaitu fungsi primer, sekunder, tersier dan fungsi ruang hijau.

COMMUNITY Mewujudkan komunitas yang hidup, saling berinteraksi dan berkolerasi antara satu sama lain.

ǀ NATURE Menghadirkan pengalaman alam yang dapat mendukung produktivitas.

Setelah menentukan jumlah area yang akan dibangun dan area hijau yang berfungsi sebagai ruang luar, maka zoning makro dibagi menjadi 5 lantai berdasarkan bentuk massa yang didapatkan Sebelumnya.

SOLUTION Solusinya adalah dengan memperbanyak area hijau daripada area terbangun dimana 60% dari luasan tapak adalah area hijau dan 40% nya adalah area bangunan. Area bangunan

40%

Area hijau

60%

Rooftop

Terdiri dari ruang hijau

Lantai 4

Terdiri dari ruang hijau, fungsi primer dan sekunder

Lantai 3

Terdiri dari ruang hijau, fungsi primer dan sekunder

DESIGN CONSIDERATIONS Penempatan dan peletakan fasilitas pada zoning makro mempertimbangkan potensi dan masalah pada tapak yang akan merespon aspek berikut: 1. Akses view 2. Kebisingan 3. Aksesibilitas 4. Privasi 5. Pencahayaan alami 6. Penghawaan alami

Lantai 2

Terdiri dari ruang hijau, fungsi sekunder dan tersier

Lantai 1

Terdiri dari ruang hijau, fungsi sekunder dan tersier KETERANGAN: Fungsi Primer Fungsi Sekunder

SITE Memanfaatkan potensi tapak dan merespon permasalahan yang ada pada tapak.

Penyelesaian masalah tersebut berdasarkan dari pendekatan konsep zoning dengan bentuk massa yang telah didapatkan.

Fungsi Tersier Fungsi Ruang Hijau Fungsi Ruang Luar


ZONING MEZZO Ruang hijau

DESIGN CONSIDERATIONS Penempatan zoning mezzo bagi masingmasing fasilitas didasari oleh pertimbangan prinsip desain arsitektur biofilik yang merupakan pendekatan tema dalam perancangan Malang Co-working Space & Library serta pertimbangan hasil dari analisa untuk menanggapi masalah dan potensi pada tapak.

Area penerapan prinsip arsitektur biofilik dimana akan menghadirkan alam. KETERANGAN: Co-working space Library

Co-working space

Ruang sosial

Dibuat jauh dari kebisingan sekaligus untuk mendapatkan view, pencahayaan dan penghawaan alami.

Lobby Ruang hijau

Cafetaria Musholla

^ŝƚĞ ƉŽƚĞŶƚŝĂůƐ

^ŝƚĞ ƉƌŽďůĞŵƐ

Area pengelola

Library

Area servis

Diletakkan jauh dari kebisingan sekaligus untuk mendapatkan view dan aksesibilitas.

Area parkir

ŝŽƉŚŝůŝĐ ƉĂƚƚĞƌŶƐ

Area pengelola

Berada jauh dari jangkauan pengunjung publik dan untuk memaksimalkan area yang semi-publik.

BIOPHILIC PATTERNS Untuk menghadirkan pengalaman alam yang dapat mendukung produktivitas, maka diterapkan 5 prinsip desain arsitektur biofilik dengan pola “alam dalam ruang”. 1

2

Hubungan visual dengan alam

Rangsangan sensorik tak berirama

3

4

Variabilitas termal & aliran udara

Musholla

Diletakkan jauh dari sumber kebisingan karena memerlukan ketenangan dan privasi yang tinggi.

Cafetaria

Menghindari sumber kebisingan dari lingkungan tapak.

Cahaya dinamis dan menyebar

FACILITIES Terdapat 12 fasilitas ruang yang ditunjukkan pada desain zoning mezzo yaitu: Fungsi Primer Co-working space Library Fungsi Sekunder Ruang sosial Lobby Cafetaria Musholla

Ruang sosial

Mengoptimalkan view ke luar tapak serta memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami.

Fungsi Tersier Area servis Area pengelola Area parkir Fungsi Ruang Hijau Ruang hijau

Lobby

Diletakkan dekat dengan main entrance dan drop off pada tapak.

Area parkir

Untuk menghindari tumpukan kendaraan di area dekat dengan main entrance.

Area servis

Berdekatan dengan side entrance untuk memudahkan aktivitas servis.


BLOKPLAN SKALA MAKRO

SKALA MEZZO

Blokplan pada skala makro ditentukan melalui zoning makro yang telah didapatkan sebelumnya. Dikarenakan bangunan merupakan massa tunggal, maka blokplan menampilkan susunan fasilitas ruang secara vertikal yang terdiri dari 5 lantai. Setiap lantai terdiri dari satu hingga tiga kelompok fungsi yang berbeda.

Kemudian pada blokplan dengan skala mezzo pula ditentukan melalui zoning mezzo yang telah didapatkan sebelumnya. Tampilan menunjukkan susunan fasilitas secara vertikal, dimana setiap lantai dibagikan lagi menjadi beberapa jenis ruang, sesuai dengan peletekan fasilitas fungsi di blokplan skala makro.

Rooftop

KETERANGAN:

KETERANGAN: Fungsi Primer Fungsi Sekunder

Rooftop

Lantai 4

Co-working space

Lantai 4

Library

Fungsi Tersier

Ruang sosial

Fungsi Ruang Hijau

Lobby Ruang hijau Cafetaria Lantai 3

Musholla

Lantai 3

Area pengelola Area servis Area parkir

Lantai 2

Lantai 1

Lantai 2

Lantai 1


Softscape

LANSKAP PROBLEM

Bagaimana menciptakan lingkungan alam pada tapak yang berada di lingkungan kota?

Nature IN Urban site =

?

Elemen softscape pada area hijau rooftop diberikan elemen vegetasi dan rerumputan untuk memaksimalkan kehadiran alam.

Hardscape

CONCEPT

Peletakan elemen hardscape menyesuaikan pola sirkulasi.

Untuk mewujudkan lingkungan alam di tapak, konsep restorasi habitat diterapkan pada desain lanskap.

Sirkulasi

Konsep sirkulasi adalah gabungan pola linear dan radial, untuk memaksimalkan pergerakan yang fleksibel.

Lanskap Pada Rooftop

Rooftop

Bentuk rooftop didapatkan dari olah bentuk massa sebelumnya, sehingga ia menjadi dasar awal dalam menentukan pola sirkulasi dan bentuk lanskap pada area rooftop.

Softscape

Elemen softscape berupa tanaman atau vegetasi diletakkan pada sisa area ruang hijau yang didapatkan dari penentuan hardscape. Kemudian ada pula kolam ikan yang diberikan untuk menghadirkan air.

BIOPHILIC PATTERNS

Untuk menghadirkan alam di lingkungan binaan, maka perancangan tapak akan menerapkan 4 prinsip biofilik oleh William Browning pada implementasi desain lanskap yaitu: 1

Hardscape

2

Hubungan visual dengan alam

Hubungan non-visual dengan alam

Strategi adalah mengutamakan visual alami dan buatan daripada tidak ada alam, menggunakan elemen vegetasi dan kolam buatan. Pada lanskap, tata ruang luar dan furniturnya berkonsep dinamis untuk menghindari hambatan akses visual alam.

Prioritas prinsip ini adalah menghadirkan pengalaman multi-indera yaitu suara, aroma dan sentuhan dengan alam yang diterapkan di lanskap tapak. Pengguna dapat mendengar suara air dari kolam buatan, mencium aroma bunga, dan menyentuh pepohonan.

3

4

Rangsangan sensorik tak berirama

Kehadiran air

Untuk menghadirkan pengalaman singkat dari pergerakan pepohonan yang bergoyang, bunyi kicauan burung dan dengungan serangga, maka diberikan spesies tanaman tertentu untuk menarik perhatian lebah, kupu-kupu dan burung.

Kolam buatan diterapkan untuk memberikan pengalaman air secara multi-indera. Area duduk dibuat mengelilingi kolam agar pengguna dapat melihat refleksi air dan menyentuhnya secara langsung ketika bersantai di area lanskap.

Elemen hardscape kemudian ditentukan hasil dari konsep pola sirkulasi sebelumnya.

Sirkulasi

Lanskap Pada Tapak

Konsep sirkulasi kendaraan dibuat linear untuk memudahkan pergerakan, sedangkan sirkulasi manusia dibuat dinamis, gabungan dari pola radial dan linear.

Tapak Area bangunan Area hijau

60%

40%

Zonasi tapak dibagikan menjadi 40% area bangunan dan 60% sebagai area hijau, dimana area hijau ini akan menjadi area lanskap pada tapak.


HARDSCAPE TAPAK

5

1

4

6

2

3

HARDSCAPE PLAN SCALE 1:150

1. Wood bench Sebagai tempat duduk dimana pengguna dapat bersantai sambil menikmati view alam pada lanskap. Menggunakan mmaterial kayu agar dapat menimbulkan kesan alami.

3. Glass Roof Pada area plaza, diberikan atap datar dengan penutup kaca agar dapat memaksimalkan pengalaman alam dan mendapatkan pencahayaan alami.

5. Exposed Cement Sebagai material pembatas antara jalan kendaraan dan jalan pedestrian pada tapak.

2. Plaza Lanskap tapak diberikan area plaza sebagai area transisi dari entrance ruang luar ke entrance ruang dalam.

4. Concrete paving Merupakan jalur pedestrian dalam tapak khusus untuk sirkulasi pejalan kaki.

6. Stone paving Sebagai jalan utama dan untuk sirkulasi kendaraan.

FEATURES


SOFTSCAPE TAPAK

4

3

Di area ruang luar, diberikan vegetasi yang sesuai dengan kondisi iklim dan tanah di tapak, untuk mewujudkan visual alam ke dalam tapak, sesuai dengan prinsip desain arsitektur biofilik.

2

1

SOFTSCAPE PLAN SCALE 1:150

EŽ͘

^ŝŵďŽů

EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ

<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ

<ƵĂŶƚŝƚŝ

EŽ͘

^ŝŵďŽů

EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ

<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ

<ƵĂŶƚŝƚŝ

EŽ͘

^ŝŵďŽů

EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ

<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ

<ƵĂŶƚŝƚŝ

EŽ͘

^ŝŵďŽů

EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ

<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ

<ƵĂŶƚŝƚŝ

ϭ

WŽŶŐ WŽŶŐ

Ϯ ŵ

10

ϲ

,ŽƌƐĞƚĂŝů

Ϭ͘ϴ ŵ

50

ϭϭ

ůĞŽĐŚĂƌŝƐ ƵůĐŝƐ

Ϯ

>ŝůLJƚƵƌĨ

Ϭ͘ϰ ŵ

50

ϳ

ǁĂƌĨ KůĞĂŶĚĞƌ

Ϭ͘ϰ ŵ

50

ϭϮ

dLJƉŚĂ >ĂƚŝĨŽůŝĂ

Ϭ͘ϲ ŵ

60

17

dĞƌŵŝŶĂůŝĂ ĂƚĂƉƉĂ

ϱ ŵ

10

ϯ

EŽƌĨŽůŬ /ƐůĂŶĚ WŝŶĞ

ϯ ŵ

5

ϴ

&ĂŽƵŶƚĂŝŶ 'ƌĂƐƐ

Ϭ͘ϲ ŵ

50

ϭϯ

,ĂŶŐƵĂŶĂ DĂůĂLJĂŶĂ

Ϭ͘ϰ ŵ

30

18

DĞůĂůĞƵĐĂ >ĞƵĐĂĚĞŶĚƌĂ

ϱ ŵ

4

ϰ

:ĂƉĂŶĞƐĞ zĞǁ

ϯ ŵ

10

ϵ

LJƉĞƌƵƐ ŽŵƉĂĐƚƵƐ

Ϭ͘ϰ ŵ

60

ϭϰ

ĂƐƚƵƐ ^ƉĞĐŝŽƵƐ

Ϭ͘ϰ ŵ

30

19

WĂůŵ

ϱ ŵ

10

ϱ

tĂůŬŝŶŐ /ƌŝƐ

Ϭ͘ϲ ŵ

50

ϭϬ

ELJŵƉŚĂĞ ZƵďƌĂ

Ϭ͘ϰ ŵ

60

ϭϱ

ŝůůĞŶŝĂ ^ƵĨĨƌƵƚŝĐŽƐĂ

Ϯ ŵ

5

20

dƌĞŵďĞƐŝ

ϱ ŵ

1

Ϭ͘ϲ ŵ

60

ϭϲ

ƌĞĐĂ ĂƚĞĐŚƵ

ϱ ŵ

4

FEATURES 1. Green area Area hijau yang rumput-rumputan.

terdapat

2. Air mancur Sebagai elemen penyambut pengunjung yang ke tapak. 3. Bioswale Memfilter air hujan yang jatuh dalam tapak, dengan spesies tanaman tertentu. 4. Kolam buatan Untuk menghadirkan elemen air sesuai prinsip biofilik, dengan spesies tanaman asli untuk menjaga kualitas air.


HARDSCAPE ROOFTOP

3

1

2

HARDSCAPE ROOFTOP PLAN SCALE 1:150

FEATURES 1. Bench Sebagai tempat duduk dimana pengguna dapat bersantai sambil menikmati view alam pada lanskap.

2. Glass Roof Pada area plaza, diberikan atap datar dengan penutup kaca agar dapat memaksimalkan pengalaman alam dan mendapatkan pencahayaan alami.

3. Wood Sebagai material untuk pola lantai pada rooftop.

Hardscape Rooftop

8


SOFTSCAPE ROOFTOP

SOFTSCAPE ROOFTOP PLAN SCALE 1:150

EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ

<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ

<ƵĂŶƚŝƚŝ

ϲ

&ĂŽƵŶƚĂŝŶ 'ƌĂƐƐ

Ϭ͘ϲ ŵ

50

50

ϳ

dLJƉŚĂ >ĂƚŝĨŽůŝĂ

Ϭ͘ϲ ŵ

60

ϯ ŵ

5

ϴ

,ĂŶŐƵĂŶĂ DĂůĂLJĂŶĂ

Ϭ͘ϰ ŵ

60

,ŽƌƐĞƚĂŝů

Ϭ͘ϴ ŵ

50

ϵ

ĂƐƚƵƐ ^ƉĞĐŝŽƵƐ

Ϭ͘ϰ ŵ

60

ǁĂƌĨ KůĞĂŶĚĞƌ

Ϭ͘ϰ ŵ

50

ϭϬ

ŝůůĞŶŝĂ ^ƵĨĨƌƵƚŝĐŽƐĂ

Ϯ ŵ

5

EĂŵĂ ƚĂŶĂŵĂŶ

<ĞƚŝŶŐŐŝĂŶ

<ƵĂŶƚŝƚŝ

EŽ͘

ϭ

WŽŶŐ WŽŶŐ

Ϯ ŵ

10

Ϯ

>ŝůLJƚƵƌĨ

Ϭ͘ϰ ŵ

ϯ

EŽƌĨŽůŬ /ƐůĂŶĚ WŝŶĞ

ϰ

ϱ

EŽ͘

^ŝŵďŽů

^ŝŵďŽů

FEATURES

Softscape Rooftop


SIRKULASI PEJALAN KAKI

KENDARAAN

Konsep sirkulasinya adalah ramah pejalan kaki, dengan pola sirkulasi gabungan radial dan linear. Sirkulasi pejalan kaki dibuat mengelilingi tapak agar dapat mengakses dari arah mana saja. Hal ini karena lingkungan luar tapak mempunyai jumlah pejalan kaki yang lumayan banyak.

Konsep sirkulasi untuk kendaraan adalah ramah untuk pemesanan online, dengan pola sirkulasi linear sepanjang tapak. Pengguna yang membawa kendaraan dapat drop off di area plaza, atau memarkir kendararaan di parkir. Untuk pelaku servis pula diberikan entrance yang berbeda agar tidak menggangu kegiatan utama dalam tapak.

KETERANGAN: Sirkulasi pejalan kaki di luar bangunan

KETERANGAN:

Sirkulasi pejalan kaki ke dalam bangunan

ME

EXIT SE

Sirkulasi kendaraan drop off Sirkulasi kendaraan parkir Sirkulasi kendaraan servis

ME

EXIT Main Entrance (ME) Dikhususkan untuk pengunjung publik dan pengelola Side Entrance (SE) Dikhususkan untuk pelaku servis Jalur Keluar (EXIT) Akses keluar kendaraan


TAHAP 2

SKEMATIK BANGUNAN


STUDIO

JANNATUL

SKRIPSI

LUTFIAH

BINTI

AR_8208 ARSITEKTUR

KHAMANI 1922038


ZONING VERTIKAL

1. Soul Retreat Area

CONCEPT Strategi dalam menentukan zoning mikro secara vertikal adalah berdasarkan kebutuhan dan sifat ruang, yang mengimplementasikan filosofi 3 elemen manusia untuk mencapai kesejahteraan pada piramida pembagian ruang. 3 Elemen Manusia yang Sejahtera

Kebutuhan dan Sifat Ruang

Idea

Body

Mind

Soul

Zoning Vertikal

1. KEBUTUHAN RUANG Ruang dikategorikan menjadi 3 kelompok berdasarkan aktivitas dan karakter penggunanya. Coworking space tipe A

Parkir

Coworking space tipe C

Coworking space tipe B

Soul retreat area

Lobby Ruang sosial Servis

Library Cafetaria

Ruang pengelola

Keterangan:

Hubungan langsung

Musholla

Hubungan tidak langsung

2. CONCEPT IMPLEMENTATION Pembagian ruang secara vertikal pada bangunan kemudian ditata sesuai dengan karakter dari 3 elemen manusia yaitu body (tubuh), mind (pikiran) dan soul (jiwa).

ROOFTOP

Aktivitas pasif, sepi, individual

Soul retreat area

soul

LT.4

Aktivitas semi aktif, berkelompok Co-working space & Library

mind

LT.3

Aktivitas semi aktif, berkelompok Co-working space & Library

mind

LT.2

Aktivitas aktif, berkomunitas Ruang sosial, Cafetaria, Musholla, Pengelola

body

LT.1

Aktivitas aktif, berkomunitas Lobby, Parkiran, Servis, etc

body

Untuk mencapai manusia yang sejahtera

Semakin tinggi lantai bangunan adalah representasi bahwa semakin tinggi kesejahteraan yang akan dicapai bagi seorang manusia. Filosofi ini diharapkan dapat dirasakan oleh pengguna bangunan, melalui penerapan arsitektur biofilik yang juga memfokuskan pada aspek biologis dan kesejahteraan penggunanya.

1. 2. 3. 4. 5.

Ruang Kerja Individu Ruang Komunitas Ruang Baca Ruang Pelayanan Ruang Hijau

6. Toilet Pria 7. Toilet Wanita 8. Toilet Difabel Pria 9. Toilet Difabel Wanita 10. Lift dan Tangga Darurat

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Ruang Kerja Bersama Ruang Rapat Ruang Komunitas Ruang Baca Ruang Pelayanan Ruang Hijau

7. Toilet Pria 8. Toilet Wanita 9. Toilet Difabel Pria 10. Toilet Difabel Wanita 11. Lift dan Tangga Darurat

1. Ruang Konferensi 2. Ruang Pertemuan 3. Ruang Pelatihan 4. Ruang Workshop 5. Toilet Pria 6. Toilet Wanita 7. Toilet Difabel Pria 8. Toilet Difabel Wanita 9. Cafetaria 10. Toilet Pria 11. Toilet Wanita 12. Toilet Difabel Pria

13. Toilet Difabel Wanita 14. Ruang Hijau 15. Ruang Solat 16. Tempat Wudhu Pria 17. Tempat Wudhu Wanita 18. Ruang General Manager 19. Ruang Karyawan 20. Ruang Rapat 21. Ruang Administrasi 22. Pantry 23. Toilet 24. Lift dan Tangga Darurat

1. Lobby 2. Lounge 3. Resepsionis 4. Ruang IPAL 5. Ruang Genset 6. Ruang Elektrikal 7. Ruang Power House 8. Ruang Plumbing 9. Ruang Karyawan Servis 10. Ruang Alat 11. Gudang

12. Ruang Ganti 13. Toilet 14. Ruang Hijau 15. Pos Satpam 16. Ruang CCTV 17. Toilet 18. Pantry 19. Parkir Sepeda Motor 20. Parkir Mobil 21. Lift dan Tangga Darurat

ZONING MIKRO


ZONING MIKRO

ZONING HORIZONTAL

LANTAI 1

AREA SERVIS Berdekatan dengan side entrance untuk memudahkan akses dan pergerakan dari aktivitas servis.

AREA PARKIR Untuk menghindari tumpukan kendaraan di area dekat dengan main entrance.

Ruang IPAL Ruang Genset Ruang Elektrikal Ruang Power House Ruang Plumbing Ruang Karyawan Servis Ruang Alat Gudang Ruang Ganti Toilet

Parkir Sepeda Motor Parkir Mobil

CORE Diletakkan pada area tengah zonasi bangunan agar dapat memudahkan pola sirkulasi, dimana pengguna dapat bebas berpindah ke fasilitas di lantai yang sama maupun di lantai berbeda.

LOBBY Diletakkan dekat dan berhubungan langsung dengan main entrance dan drop off pada tapak untuk mengoptimalkan pergerakan dan aksesibilitas dalam bangunan.

Lift Manusia Lift Barang Tangga Darurat

Lobby Resepsionis

RUANG HIJAU Area penerapan prinsip arsitektur biofilik dimana akan menghadirkan alam. Ruang Hijau Indoor


ZONING MIKRO

ZONING HORIZONTAL

LANTAI 2

RUANG PENGELOLA Berada jauh dari jangkauan pengunjung publik dan untuk memaksimalkan area yang semipublik.

CAFETARIA Pertimbangannya adalah untuk menghindari sumber kebisingan dari lingkungan tapak. Sehingga diletakkan di bagian belakang zonasi bangunan.

Ruang General Manager Ruang Karyawan Ruang Rapat Ruang Administrasi Pantry Toilet pria Toilet wanita

Stan Cafetaria

RUANG SOSIAL Diletakkan pada area depan zonasi bangunan untuk mengoptimalkan view ke luar tapak serta memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami.

MUSHOLLA Diletakkan pada area yang jauh dari sumber kebisingan karena memerlukan ketenangan dan privasi yang tinggi.

Ruang Konferensi Ruang Pelatihan Ruang Workshop Ruang Pertemuan Toilet Pria Toilet Wanita Toilet Difabel Pria Toilet Difabel Wanita

RUANG HIJAU Area penerapan prinsip arsitektur biofilik dimana akan menghadirkan alam. Ruang Hijau Indoor

Ruang Solat Tempat Wudhu Pria Tempat Wudhu Wanita Toilet Pria Toilet Wanita Toilet Difabel Pria Toilet Difabel Wanita

CORE Diletakkan pada area tengah zonasi bangunan agar dapat memudahkan pola sirkulasi, dimana pengguna dapat bebas berpindah ke fasilitas di lantai yang sama maupun di lantai berbeda. Lift Manusia Lift Barang Tangga Darurat


ZONING MIKRO

CO-WORKING SPACE Diletakkan pada lantai 3 untuk mendapatkan view yang menarik serta pencahayaan alami dan penghawaan alami. Ruang Kerja Bersama Ruang Komunitas Ruang Rapat Toilet Pria Toilet Wanita Toilet Difabel Pria Toilet Difabel Wanita

RUANG HIJAU Area penerapan prinsip arsitektur biofilik dimana akan menghadirkan alam. Ruang Hijau Indoor

ZONING HORIZONTAL

LANTAI 3

LIBRARY Diletakkan pada area belakang zonasi bangunan agar jauh dari sumber kebisingan sekaligus untuk mendapatkan view menarik dan aksesibilitas. Ruang Baca Ruang Pelayanan

CORE Diletakkan pada area tengah zonasi bangunan agar dapat memudahkan pola sirkulasi, dimana pengguna dapat bebas berpindah ke fasilitas di lantai yang sama maupun di lantai berbeda. Lift Manusia Lift Barang Tangga Darurat


ZONING MIKRO

CO-WORKING SPACE Diletakkan pada lantai 3 untuk mendapatkan view yang menarik serta pencahayaan alami dan penghawaan alami. Ruang Kerja Bersama Ruang Komunitas Ruang Rapat Toilet Pria Toilet Wanita Toilet Difabel Pria Toilet Difabel Wanita

RUANG HIJAU Area penerapan prinsip arsitektur biofilik dimana akan menghadirkan alam. Ruang Hijau Indoor

ZONING HORIZONTAL

LANTAI 4

LIBRARY Diletakkan pada area belakang zonasi bangunan agar jauh dari sumber kebisingan sekaligus untuk mendapatkan view menarik dan aksesibilitas. Ruang Baca Ruang Pelayanan

CORE Diletakkan pada area tengah zonasi bangunan agar dapat memudahkan pola sirkulasi, dimana pengguna dapat bebas berpindah ke fasilitas di lantai yang sama maupun di lantai berbeda. Lift Manusia Lift Barang Tangga Darurat


SIRKULASI

CONCEPT

Konsep sirkulasi adalah fleksibilitas, dimana pengguna dapat bergerak secara bebas, tidak teratur dan tidak formal. Untuk menciptakan sirkulasi yang fleksibel, maka pola sirkulasinya menggunakan gabungan pola radial dan linear dalam penerapannya. Konsep ini diterapkan untuk menyesuaikan karakter pengguna rancangan yaitu milenial dan gen Z, yang menyukai kebebasan dan mengenyampingkan formalitas dalam cara bekerja mereka.

Flexibility

Free movement

PENGUNJUNG

Rooftop Pola sirkulasi radial dan linear

1 unit 2 unit 2 unit

Non-formal

Lantai 4 Pola sirkulasi radial dan linear

1 unit 2 unit 2 unit Rooftop

Lantai 3 Pola sirkulasi radial dan linear

Lantai 4

Lantai 3

SIRKULASI VERTIKAL Pengunjung yang berada di lantai berbeda dihubungkan oleh transportasi vertikal berupa 2 unit lift serta terdapat tangga darurat yang berfungsi sebagai sirkulasi kecemasan ketika terjadi kebakaran di dalam bangunan.

1 unit 2 unit 2 unit

Lantai 2 Pola sirkulasi radial dan linear

Lantai 2

2 unit 2 unit 2 unit

OUT Lantai 1

Lantai 1

Pola sirkulasi radial dan linear

IN

SIRKULASI HORIZONTAL Pengunjung yang berada di zona 1 dan zona 2 dapat melakukan pertukaran aktivitas melalui zona penghubung yaitu ruang transisi sekaligus sebagai area hijau indoor, dimana zona penghubung ini akan menjadi titik kumpul pengguna bangunan.

2 unit 2 unit 2 unit

Keterangan: Alur sirkulasi vertikal

IN

OUT

Alur sirkulasi horizontal


SIRKULASI POLA SIRKULASI

Rooftop

Pola sirkulasi aktivitas pengelola terdiri dari pola linear dan radial atau kombinasi dari keduakedua pola tersebut.

Pola sirkulasi radial dan linear

1 unit 2 unit 2 unit

POLA SIRKULASI

Rooftop

Pola sirkulasi aktivitas servis terdiri dari pola linear dan radial atau kombinasi dari keduakedua pola tersebut.

Pola sirkulasi radial dan linear

1 unit 2 unit 2 unit

Lantai 4

Lantai 4

Pola sirkulasi radial dan linear

Pola sirkulasi radial dan linear

1 unit 2 unit 2 unit

1 unit 2 unit 2 unit

Lantai 3

Lantai 3

Pola sirkulasi radial dan linear

Pola sirkulasi radial dan linear

1 unit 2 unit 2 unit

1 unit 2 unit 2 unit

Lantai 2

Lantai 2

Pola sirkulasi radial dan linear

Pola sirkulasi radial dan linear

2 unit 2 unit 2 unit

2 unit 2 unit 2 unit

OUT

OUT

IN

IN

Lantai 1

Lantai 1

Pola sirkulasi linear

Pola sirkulasi linear

IN

2 unit 2 unit 2 unit

OUT Keterangan: Alur sirkulasi vertikal Alur sirkulasi horizontal

Keterangan: Alur sirkulasi vertikal Alur sirkulasi horizontal

2 unit 2 unit 2 unit


CONCEPT

BIOPHILIC PATTERNS

Konsep bentuk bangunan adalah dinamis (dynamic) dan merespon unsur alam (nature) yang ada pada eksisting tapak (site).

Untuk menghadirkan lingkungan alam, maka diterapkan 5 prinsip desain arsitektur biofilik pada pendekatan bentuk bangunan.

DYNAMIC

Bentuk yang dinamis untuk mengoptimalkan pergerakan bebas dan fleksibel.

NATURE

Kehadiran lingkungan alam melalui penerapan prinsip desain arsitektur biofilik

SITE

Memanfaatkan potensi dan merespon permasalahan pada tapak.

1

2

3

4

5

Hubungan visual dengan alam

Rangsangan sensorik tak berirama

Variabilitas termal & aliran udara

Hubungan dengan sistem alam

Cahaya dinamis dan menyebar

BENTUK BANGUNAN TRANSFORMATION FORM 5

4

4 3

1

2 1

Site Characteristic

Setback & Gridline

Zone

Pertimbangan didasari oleh karakter tapak yang berbentuk persegi tidak sama sisi serta adanya pohon trembesi pada eksisting tapak.

Void

Bentuk awal disubstraksi untuk menyesuaikan bentuk tapak dan mempertahankan pohon trembesi karena berpotensi menghadirkan visual alam.

Bentuk awal adalah persegi empat yang kemudian dibagi menjadi 3 zona untuk memudahkan proses transformasi bentuk.

Kemudian bentuk mengalami proses substraksi untuk dijadikan void agar dapat membawa keluar udara panas dari dalam bangunan.

3

2 5

4 4

1

2

1 1

2 1

Substraction

Seterusnya, dilakukan substraksi untuk menciptakan area yang menghadirkan hubungan visual dengan alam serta hubungan dengan sistem alam.

Addition

Diberikan penambahan massa pada sisi timur dan barat tapak untuk memaksimalkan view alam dan membuat bentuk lebih dinamis.

Green Roof & Balcony

Untuk memaksimalkan lingkungan alam dalam tapak, maka diberikan green roof dan green balcony agar penerapan biofilik semakin optimal.

Secondary Skin Facade

Bentuk bangunan mengalami penambahan fasad berupa secondary skin bermaterialkan kayu untuk mengoptimalkan variabilitas termal dan udara, serta visual alam.


MATERIAL FASAD

Railing Balkon Hollow 4cmx4cm Finishing Cat Putih

CONCEPT

BIOPHILIC PATTERNS

Dalam pemilihan material, ide didasari oleh prinsip arsitektur biofilik dengan pola "alam dalam ruang". Prinsip yang diimplementasikan pada desain adalah hubungan material dengan sistem alam, dimana konsep material bangunan akan menggunakan material-material alami seperti kayu, dan moss wall. Konsep ini diterapkan untuk mempertegas lagi suasana alam dalam ruang, terutama pada fasad bangunan dan dinding ruangan.

Tempered Glass 8mm

Kusen Alumunium 8cm Finishing Cat Hijau

Penggunaan konsep material yang alami adalah untuk menghadirkan suasana alam pada fasad, dimana terdapat 5 prinsip desain arsitektur biofilik yang diterapkan pada desain material fasad. 1

2

3

4

5

Hubungan visual dengan alam

Hubungan nonvisual dengan alam

Variabilitas termal & aliran udara

Cahaya dinamis dan menyebar

Hubungan material dengan sistem alam

Secondary Skin Woodplank tebal 10cm

Rumput

Plat Beton tebal 20cm Finishing Cat Abu-abu


CONCEPT USERS’ WELLBEING

Mewujudkan ruang yang mampu berkolerasi dengan aspek kesehatan mental penggunanya.

RUANG

BIOPHILIC PATTERNS NATURE IN SPACE

Kehadiran lingkungan alam melalui penerapan prinsip desain arsitektur biofilik

SENSORY DESIGN

Menciptakan ruang yang tidak hanya fungsional, tetapi juga menarik secara emosional.

Untuk menghadirkan lingkungan alam, maka diterapkan 5 prinsip desain arsitektur biofilik pada pendekatan ruang co-working space. 1

2

4

Hubungan visual dengan alam

Rangsangan sensorik tak berirama

Hubungan dengan sistem alam

Rumput Kuris yang dapat digerakkan

Fleksibilitas dalam bekerja

Ruang terbuka tanpa partisi

Open space

Memungkinkan pengguna memilih ruang kerja yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pola lantai kayu

Moss wall

Bentuk meja melengkung dan dinamis

Bentuk furnitur

Fleksibel Material

Kusen Alumunium 8cm Finishing Cat Hijau

CO-WORKING SPACE

Jenis furnitur

EMOTIONALLY SUPPORTIVE CO-WORKING SPACE

Deria penglihatan

Deria sentuhan

Alam Deria penciuman

Ruang kerja sensorik terhadap alam

Pengguna dapat beristirahat sejenak dengan mengurangi beban sensorik berlebihan dan meningkatkan emosi dari input yang diterima terhadap alam

Deria suara

R u a ng


PROBLEM

SOLUTION

Bagaimana menciptakan ruang yang tenang di lokasi rancangan yang berada di lingkungan kota dengan tingkat kebisingan yang cukup tinggi.

?

Menerapkan prinsip arsitektur biofilik dari pola "alam dalam ruang“. Konsepnya adalah memberikan ruang hijau outdoor berupa "green balconies" di luar ruangan dengan pemilihan spesies tanaman yang dapat meredam kebisingan secara khusus.

Nature

IN

RUANG

BIOPHILIC PATTERNS

Space

Untuk menghadirkan lingkungan alam, maka diterapkan 5 prinsip desain arsitektur biofilik pada pendekatan ruang green balconies. 1

2

3

4

5

Hubungan visual dengan alam

Rangsangan sensorik tak berirama

Variabilitas termal & aliran udara

Hubungan dengan sistem alam

Cahaya dinamis dan menyebar

GREEN BALCONIES

FILTERASI KEBISINGAN KOTA

TEMPAT INTERAKSI SOSIAL

/ŶƚĞƌĂŬƐŝ ƐŽƐŝĂů

&ŝůƚĞƌ ŬĞďŝƐŝŶŐĂŶ ŬŽƚĂ

HIBURAN DENGAN VIEW ALAM

,ŝďƵƌĂŶ Rumput

Kusen Alumunium 8cm Finishing Cat Hijau

Railing Balkon Hollow 4cmx4cm Finishing Cat Putih

Tempered Glass 8mm

Fountain Grass Menyerap kebisingan dari lingkungan kota

Pong pong Memfilter bunyi bising, sebagai sun shading dan sebagai agen penarik burung ke ruang

R u a ng


STRUKTUR GRID STRUKTUR

CONCEPT

Penentuan grid struktur berangkat dari ide modul ruang fungsi utama bangunan yaitu co-working space.

Dikarenakan lokasi tapak rawan gempa, maka sistem struktur utama yang digunakan harus menjadi solusi agar apabila bangunan roboh, maka yang roboh tidak seluruh bangunan.

Struktur utama menggunakan sistem struktur rangka kaku yang dilatasi.

Jenis dilatasi berupa latasi 2 kolom kemudian diberikan expansion joint.

Ukuran ruang co-working space adalah 81 m² dimana ukuran tersebut didapatkan dari analisa besaran dan kebutuhan ruang, serta sudah sesuai dengan standar.

Kemudian didapatkan ukuran modul dengan kesatuan 9 m.

Sehingga muncullah grid struktur dengan ukuran setiap grid adalah 22.5 m.

modular

Berikut merupakan grid struktur setiap lantai yang akan menjadi titik perletakan kolom dan balok utama.

Grid Struktur Lantai 1

Grid Struktur Lantai 2

Grid Struktur Lantai 3

Grid Struktur Lantai 4

Penempatan struktur dilatasi 2 kolom antara Zona 1 dan Zona Penghubung

Penempatan struktur dilatasi 2 kolom antara Zona Penghubung dan Zona 2

Struktur


TAHAP 3

GAMBAR RANCANGAN


STUDIO

JANNATUL

SKRIPSI

LUTFIAH

BINTI

AR_8208 ARSITEKTUR

KHAMANI 1922038


SITEPLAN

PERUMAHAN DE RUMAH

SKALA 1:100

10

2

LEGENDA

9

1

MAIN ENTRANCE

2

SIDE ENTRANCE

3

PLAZA

4

PEDESTRIAN

5

JALAN KENDARAAN

6

STREET FURNITURE

7

ROOFTOP

8

AREA DROP OFF

9

PINTU MASUK PARKIR

10

PINTU KELUAR PARKIR

7 6 MALANG TOWN SQUARE

4 5

3 8

TAMAN MAKAM PAHLAWAN UNTUNG SUROPATI

1

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Si t e P l a n


LAYOUT PLAN

PERUMAHAN DE RUMAH

SKALA 1:100

10

2

LEGENDS

9

7

6 MALANG TOWN SQUARE

1

Main entrance

2

Side entrance

3

Plaza

4

Pedestrian

5

Vehicle road

6

Street furniture

7

Core

8

Drop off area

9

Parking entrance

10

Parking exit

4 5

3

8

TAMAN MAKAM PAHLAWAN UNTUNG SUROPATI

1

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Layout Plan


B

1

7 ±0.00

9 ±0.00

8 ±0.00

2

3

6 ±0.00

4 5 ±0.00

A

5

2 +2.00

6

4 +2.00

1 +2.00

3 +2.00

7

DENAH LANTAI 1 SKALA 1:100

A

B

C

D

B

E

F G

H

A


B

1

12 +10.00

11 +10.00

10 +10.00

9 +10.00

2

6 +10.00

3

8 +10.00

4

7 +10.00

A

5

6 +10.00

4 +10.00 3 +10.00

5 +10.00

6

2 +10.00

1 +10.00

7

DENAH LANTAI 2 SKALA 1:100

A

B

C

D

B

E

F G

H

A


B

10 +18.00

2 +18.00 1 +18.00

1 8 +18.00 1 +18.00

2

2 +18.00

9 +18.00

4 +18.00

7 +18.00

3

6 +18.00

4 5 +18.00

A

8 +18.00

10 +18.00

5

7 +18.00

4 +18.00 1 +18.00

6

2 +18.00

1 +18.00

2 +18.00

1 +18.00

DENAH LANTAI 3 SKALA 1:100

A

B

2 +18.00

C

7

D

B

E

F G

H

A


B

1

8 +26.00

2

1 +26.00

3 +26.00

6 +26.00

3

5 +26.00

4

4 +26.00

A

9 +26.00 1 +26.00

5

6 +26.00

3 +26.00

2 +26.00

6

1 +26.00

7

DENAH LANTAI 4 SKALA 1:100

A

B

C

D

B

E

F G

H

A


B

1

2

3

4

5

A

6

7

DENAH ROOFTOP SKALA 1:100

A

B

C

D

B

E

F G

H

A


± 35.00

± 35.00

± 32.00 Rooftop

Tempered glass 10mm

± 32.00 Rooftop Plat beton tebal 50cm

Ruang hijau outdoor

+ 26.00 Lantai 4

+ 26.00 Lantai 4

+18.00 Lantai 3

+18.00 Lantai 3

Plat beton tebal 20cm

Railing balkon

Railing balkon

Balok anak 75x150 cm

+10.00 Lantai 2

+10.00 Lantai 2

+ 2.00 Lantai 1

+ 2.00 Lantai 1

± 0.00 Lantai 1

± 0.00 Lantai 1

-3.40 Pondasi

-3.40 Pondasi

Kusen alumunium 8cm Jendela tempered glass tebal 5mm Ruang hijau indoor

Balok induk 100x190 cm Kolom utama 110x110 cm

Pondasi tiang pancang

A

POTONGAN SITE A-A SKALA 1:100

E


Core beton bertulang

Tempered glass 10mm

± 35.00 Ruang hijau outdoor

± 35.00

± 32.00 Rooftop

± 32.00 Rooftop

+ 26.00 Lantai 4

+ 26.00 Lantai 4

Plat beton tebal 50cm

Ruang hijau indoor Plat beton tebal 20cm

Kusen alumunium 8cm Jendela tempered glass tebal 5mm

Railing balkon

+18.00 Lantai 3

+18.00 Lantai 3 Balok anak 75x150 cm

Railing balkon Ruang hijau outdoor

Ruang hijau indoor

Panel kayu tebal 10 cm

+10.00 Lantai 2

+10.00 Lantai 2 Balok induk 100x190 cm Kolom utama 110x110 cm

+ 2.00 Lantai 1

+ 2.00 Lantai 1

± 0.00 Lantai 1

± 0.00 Lantai 1

-3.40 Pondasi

-3.40 Pondasi Pondasi tiang pancang

1

POTONGAN SITE B-B SKALA 1:100

2

3

5

7


Core beton bertulang

Tempered glass 10mm

± 35.00 Ruang hijau outdoor

± 35.00

± 32.00 Rooftop

± 32.00 Rooftop

D5

Ruang hijau indoor

+ 26.00 Lantai 4

+ 26.00 Lantai 4

Plat beton tebal 50cm

Plat beton tebal 20cm

D4

Kusen alumunium 8cm Jendela tempered glass tebal 5mm

Railing balkon

+18.00 Lantai 3

+18.00 Lantai 3 Balok anak 75x150 cm

D1 Railing balkon Ruang hijau outdoor

Ruang hijau indoor

Panel kayu tebal 10 cm

+10.00 Lantai 2

+10.00 Lantai 2 Balok induk 100x190 cm Kolom utama 110x110 cm

+ 2.00 Lantai 1

+ 2.00 Lantai 1

± 0.00 Lantai 1

± 0.00 Lantai 1

-3.40 Pondasi

-3.40 Pondasi Pondasi tiang pancang

1

POTONGAN BANGUNAN B-B SKALA 1:80

2

3

5

7


± 35.00

± 35.00

± 32.00 Rooftop

± 32.00 Rooftop Plat beton tebal 50cm

D2

Ruang hijau outdoor

Tempered glass 10mm

+ 26.00 Lantai 4

+ 26.00 Lantai 4

Plat beton tebal 20cm

D3 Railing balkon

Railing balkon

+18.00 Lantai 3

+18.00 Lantai 3 Balok anak 75x150 cm

+10.00 Lantai 2

+10.00 Lantai 2

+ 2.00 Lantai 1

+ 2.00 Lantai 1

± 0.00 Lantai 1

± 0.00 Lantai 1

-3.40 Pondasi

-3.40 Pondasi

Kusen alumunium 8cm Jendela tempered glass tebal 5mm Ruang hijau indoor

Balok induk 100x190 cm Kolom utama 110x110 cm

Pondasi tiang pancang

A

POTONGAN BANGUNAN A-A SKALA 1:80

E


Terminalia Catappa

Railing balkon 40x40 cm Plat lantai 20 cm

Kolom anak 80x80cm

Balok anak 80x150cm

Railing balkon 40x40 cm Plat lantai 20 cm Kolom anak 80x80cm

Balok anak 80x150cm

Planting soil Kentia Forsteriana Planting soil Lubang Drainase setiap 40 cm Plat lantai 20 cm

Kolom selimut keramik 15x15cm Kolam

DETAIL ARSITEKTURAL 1 (D1) SKALA 1:8

Philodendron Imperial Green Planting soil Lubang Drainase setiap 40cm Plat lantai 20cm

Kolom selimut keramik 15x15cm Kolam


Jendela tempered glass tebal 5mm Kusen alumunium tebal 8cm Strelitzia Nicolai Ficus Pandurata - Bush Pong Pong Lily Turf Railing balkon 50x50cm Plat lantai 20cm Planting soil

Kentia Forsteriana Philodendron Imperial Green Podocarpus Gracilior Planting soil Gravel Lubang Drainase setiap 40cm

Gravel Lubang Drainase setiap 40cm

Kolom utama 110x110cm

DETAIL ARSITEKTURAL 2 (D2) SKALA 1:6

Plat lantai 20cm

Balok induk 100x190cm


Podocarpus Gracilior Philodendron Imperial Green Kentia Forsteriana Strelitzia Nicolai

Plat lantai 20cm

Planting soil Gravel Lubang Drainase setiap 40cm

Kolom utama 110x110cm Balok induk 100x190cm

DETAIL ARSITEKTURAL 5 (D5) SKALA 1:5


Pong Pong Lily Turf

Kusen alumunium tebal 8cm Jendela tempered glass tebal 5mm

Railing balkon 50x50cm Planting soil Gravel Lubang Drainase setiap 40cm

DETAIL ARSITEKTURAL 4 (D4) SKALA 1:5

Plat lantai 20cm Kolom utama 110x110cm Balok induk 100x190cm


Podocarpus Gracilior Philodendron Imperial Green Kentia Forsteriana Strelitzia Nicolai

Plat lantai 20cm

Planting soil Gravel Lubang Drainase setiap 40cm

Kolom utama 110x110cm Balok induk 100x190cm

DETAIL ARSITEKTURAL 5 (D5) SKALA 1:5


PERSPEKTIF EKSTERIOR

FRONT VIEW

PLAZA AREA

ROOFTOP

GREEN BALCONIES


PERSPEKTIF INTERIOR



PERSPEKTIF INTERIOR

LIBRARY

LIBRARY

LIBRARY

CAFETARIA

GREEN BALCONIES

GREEN BALCONIES

COMMUNAL SPACE

CO-WORKING SPACE

CO-WORKING SPACE



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.