5 minute read
THEY SAY
THEY SAY
Apakah dalam kehidupan pribadi pernah mengalami cinta Tuhan? Boleh sharing pengalamannya?
Advertisement
Kalo itu sangat sering sih. Kadang aku ngerasa atas apa yang udah aku lewatin ya, Tuhan masih sayang aku, masih cukupkan aku. Beberapa kali juga kaya aku lagi mikirin aku mau lakuin a b c, tapi belum aku doain, belum aku gumulin, Tuhan udah kasih aku jalan duluan untuk jalanin a b c tersebut. Di situ, aku ngerasa wah gila Tuhan bener-bener baik banget sama aku. Di situ, aku ngerasain cintanya Tuhan walaupun aku sadar aku masih kurang intim dengan Tuhan, tapi Tuhan masih mengasihi aku.
Angela Irena
Kalo aku pribadi pastinya pernah mengalami cinta Tuhan. Menurutku setiap hari tuh cinta Tuhan pasti akan selalu ada untuk kita, tapi terkadang kita suka ga sadar aja akan cinta Tuhan. Mungkin kalo dariku pribadi, cinta Tuhan akan semakin kita rasakan ketika kita udah berhasil lewatin suatu masalah. Tuhan tuh tetep tolong kita walaupun mungkin terkadang jawabannya tidak mengenakan untuk kita. Tapi, justru menurutku ketika kita masih bisa merasa ada masalah (masih bisa ngeluh) dan kita masih bisa sanggup menjalani hari-harinya, disitulah cinta Tuhan untuk kita tetap ada karena kita masih dikasih kepekaan untuk merasakan masalah yang ada.
Jenifer Priscilla
Mengalami cinta Tuhan itu disaat kita bersyukur atas semuanya, baik Tuhan kasih senang maupun tidak senang.
Mulyanto
KNOW BETTER 2
The Abundant Love
Yoseph K. Tandian, M.Th
Kasih dari Surga memenuhi tempat ini… Kasih dari Bapa Surgawi Kasih dari Yesus mengalir di hatiku Membuat damai di hidupku…. Mengalir kasih dari tempat tinggi Mengalir kasih dari tahta Allah Bapa Mengalir, mengalir, mengalir, dan mengalir Mengalir memenuhi hidupku…
Billy kecil membuka kotak makannya di sekolah. Hari itu ia hanya membawa sepotong roti yang dibeli ibunya dari tukang roti di depan rumah. Tepat saat Billy akan mengambil roti dari kotaknya, matanya terpaku pada Wilson yang terlihat tidak membawa apa-apa. Sekilas matanya menyapu ruangan, seolah mencari adakah yang mau berbagi dengannya. Pagi tadi, Wilson terlambat datang ke sekolah, tanpa sarapan, dan berjalan kaki, seperti yang biasa dilakukannya hampir setiap pagi. Maklum, ibunya adalah orangtua tunggal yang harus bekerja sambil mengurus tiga orang anak, Wilson dan kedua adiknya yang masih kecil. Selepas ayah Wilson tiada, ibu Wilson menjadi asisten rumah tangga di beberapa rumah. Itulah yang membuatnya sering kali terpaksa melepas anaknya ke sekolah tanpa bekal dan persiapan.
Billy mengenal betul temannya itu. Mereka bersahabat sejak kelas satu. Kini mereka bersama di kelas empat. Tanpa berpikir panjang, Billy langsung menghampiri Wilson dan memberikan rotinya. “Ini, makan.” Katanya. “Nanti kamu bagaimana? Kita berbagi saja” Kata Wilson merasa tidak enak. “Tidak, aku sudah sarapan tadi. Semuanya buatmu.” Billy berkeras agar temannya bisa makan cukup. Terkadang rasa lapar yang harus kita tanggung untuk mengasihi, tidak sebanding dengan dunia yang “kelaparan” akan kasih. Hari itu memang Billy memilih untuk menanggung sedikit rasa lapar agar sahabat baiknya bisa makan. Namun ia tahu, kalau ia tidak melakukan tindakan kasih itu, ada seorang sahabat yang akan menanggung “kelaparannya”.
Billy berpikir bahwa di rumah, ia bisa menikmati sebanyak yang ia perlu. Ia sadar bahwa Ia memiliki sumber yang cukup, bahkan lebih untuk bisa berbagi dengan temannya. Bukan hanya untuk hari itu, sumbernya cukup untuk ia menjalani hari-harinya dengan berbagi.
1 Yoh. 4:7-11, Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.
Allah Adalah Kasih. Tema ini menggema dalam seluruh kisah dalam Alkitab. Penciptaan, Penebusan, Pemeliharaan, Pemulihan, Mujizat, Akhir Zaman, Hidup Kekal. Bungkus dan kaitkan dengan kebenaran bahwa Allah adalah Kasih dan Sumber Kasih yang Tidak Pernah Kering. Kisah Natal dan Paskah memang menampilkan sisi di mana Sang Juruselamat datang dalam keadaan hina, mengosongkan diri-Nya agar menjadi sama dengan kita. Namun demikian, Kristus tidak datang dengan kasih yang hampa atau hati yang kosong. Ia datang dengan segala kelimpahan surgawi dalam hatinya: Kasih Allah! Kasih ini berbeda dari versi dunia yang kasihnya sering kali dipenuhi “ekspektasi” sebab lahir dari hati yang hampa. Dalam kehadiran-Nya di dunia, Ia “memilih” untuk mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan kita, menjalani hidup yang “lapar dan haus” dalam dunia, namun dalam keadaan tersebut Ia memberi diri-Nya bagi dunia yang “kelaparan kasih” agar mereka menerima dan mengalami kasih Allah yang sempurna atas mereka.
Bukan kita yang telah mengasihi Allah, namun Allah yang telah mengasihi kita. Itulah sebabnya semangat kita dalam menjalani kehidupan Kristiani kita bukanlah dalam spirit “ekspektasi”, melainkan dalam spirit “inspirasi”. “Karena saya telah menerima kasih yang berkelimpahan dari Tuhan Yesus, dalam keberlimpahan itulah saya akan berbagi kepada dunia. Sekalipun sering kali ya, saya memilih untuk rela menjalani berbagai kesusahan dan penderitaan. 10 10
Namun saya bukanlah korban dari keadaan, tetapi bukti dari kasih Tuhan yang memampukan saya menjalani hari-hari penuh sukacita dan harapan.” Henri J.M. Nouwen, seorang penulis Kristen di berbagai karyanya menggambarkan bahwa Kerajaan Allah adalah Kerajaan yang Berkelimpahan, di mana setiap tindakan kasih dan kemurahan hati mengalir dari sana, dari kasih karunia Allah yang bekerja atas seluruh dunia. Kita sebagai anak-anak Allah sedang melayani Kerajaan yang berkelimpahan ini, bukan kerajaan yang bangkrut sehingga di dalamnya kita bisa saling mengasihi, bukan saling berebut karena Sumber kasih karunia itu unlimited, tidak berkekurangan. Ini adalah semangat (spirit) Kristus dalam menghidupi ketaatan-Nya sampai mati di kayu salib, sebuah kesadaran bahwa Bapa-Nya turut bekerja dalam segala sesuatu, Kerajaan-Nya bukan dari dunia, dan tidak seorang pun dapat mengambil sesuatu dari-Nya, melainkan Ia sendiri yang memberikannya (Yoh. 10:17-18). Jika kita ingin menghidupi ketaatan yang sama dengan Kristus, maka spirit itu juga harus menjadi bagian hidup kita. Dalam kasih yang demikian tidak ada ketakutan. Kasih yang digerakkan oleh kelimpahan surgawi seperti apa yang Yesus lakukan itu melenyapkan ketakutan.
Natal bukanlah kisah bayi kecil kedinginan yang mencari tempat untuk lahir dan berteduh bersama kedua orangtuanya. Sebaliknya, Natal adalah bukti bahwa dunia memang kekurangan tempat untuk menampung Anak Allah yang Maha Kasih, yang membawa kesukaan besar bagi seluruh bangsa. Tempat terbaik untuk menerima-Nya adalah hatimu, dan hatiku, supaya kemudian kita membagikan kasih itu kepada dunia.
Live in His abundant love, and share the joyful love!
Merry Christmas!