ATURAN KAWASAN TANPA ROKOK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG Oleh
Departemen Kajian dan Strategi BEM FK Unisba Muhammad Dicky Hidayatullah
10100111099
Krisandi Primadian
10100111065
Erdiansyah Putra
10100111061
Delima Istio Prawiradhani Putri
10100111052
Santy Fitriansari
10100111010
Moch. Aji Triwibowo
10100112072
Achmad Zakki Komaruddin
10100112021
Yulia Tri Anggini Nirwani Suwandi
10100112127
Milda Agniasari Irawan
10100112162
Rashida Sabahat
10100112030
Rifana Kania
10100112057
Astari Puspaningdyah
10100112135
BAB I. Latar Belakang Permasalahan tembakau di Indonesia merupakan suatu dilema sektor kesehatan
yang
ikut
membawa
keterlibatan
banyak
sektor
dalam
pengendaliannya. Sektor pendidikan, ekonomi, media, bahkan hingga menyeret sektor politik. Semua sektor mempunyai peran masing-masing dalam orkestra yang dimainkan industri rokok untuk memanfaatkan lemahnya regulasi tembakau di Indonesia. Industri rokok yang sudah siap gulung tikar pun seolah-olah menjadikan Indonesia sebagai benteng terakhir konsumen produk mereka. Tidak tanggung-tanggung, sasaran mereka adalah generasi muda dengam maksud menjadikan mereka konsumen jangka panjang setelah mereka menjadi pecandu. Menurut data peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Abdillah Ahsan, pada 2010 ada 65 juta perokok aktif di Indonesia. Artinya, jumlah perokok mencapai 34,7 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan sejak tahun 1995 yang hanya berjumlah 27 persen. Di saat negara lain meningkatkan awareness terhadap pentingnya kesehatan sebagai fondasi untuk membangun negara, Indonesia masih menutup mata terhadap isu rokok yang membunuh masyarakat perlahan-lahan. Tak hanya menutup mata terhadap realita global, Indonesia dengan bangganya dan dengan tangan terbuka menjadi tuan rumah diselenggarakannya WTA tahun 2012 dan mendapat predikat, mengutip website World Tobacco Asia, tobacco-friendly market. Ini kali kedua Indonesia menjadi tuan rumah WTA. Ketua Bidang Penyuluhan dan Pendidikan Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok, Fuad Baradja, menyatakan Indonesia tertinggal 20 tahun dari Thailand dalam pengendalian rokok.
Sekilas Sejarah Pengendalian Tembakau di Dunia Pengendalian tembakau di dunia dimulai ketika zaman pemerintahan Adolf Hitler di Jerman sekitar tahun 1930. Jika kita mendengar nama Adolf Hitler, yang terpintas pastilah perilaku kejam dan keji rezim Nazi terhadap kaum Yahudi. Namun perlu kita ketahui pula bahwa di bawah kepemimpinan Hitler, beliau mempunyai peran penting dalam pengendalian tembakau nasional di Jerman. Dampak negatif tembakau yang ditemukan sebuah institut di Jerman menjadi dasar Adolf Hitler melarang penggunaan tembakau di tempat belajar seperti universitas, kantor, rumah sakit, bahkan di pos militer Jerman. Lain halnya dengan pengendalian rokok di Amerika, sejarah pengendalian tembakau dimulai pada tahun 1893 walaupun pada tahun 1829 ahli kimia tanaman Jerman Wilhem Heinrich Posselt dan C.I. Reimann sudah melaporkan penelitian ilmiah bahwa nikotin bersifat toksik. Pada tahun 1916, pemilik perusahaan mobil Ford, Henry Ford, menolak menerima pegawai yang perokok dengan alasan pegawai yang merokok cenderung tidak bermoral dan tidak jujur. Saat penolakan
rokok di Amerika meluas, industri rokok
memanfaatkan Perang Dunia I dan II dengan membagikan rokok dan korek api secara gratis kepada para tentara yang pergi berperang. Setelah beberapa waktu, sumbangan rokok tidak lagi gratis dan pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk membeli seluruh produksi industri rokok untuk dibagikan kepada prajurit
yang berperang. Industri rokok mengubah konsep bahwa orang yang merokok adalah orang yang tidak bermoral menjadi konsep bahwa memberikan rokok kepada prajurit yang sedang berperang adalah suatu tindakan kebaikan kepada saudara-saudara yang berada di medan perang. Semenjak itu industri rokok berkembang dengan pesat di Amerika, walaupun banyak penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa rokok menyebabkan kanker paru, industri rokok berusaha mengimbangi pemberitaan di media dengan membentuk Tobbaco Industry Research Committee (TIRC) untuk menyanggah penelitian-penelitian yang dikemukakan tentang hubungan rokok dengan penyakit-penyakit. Namun, penelitian TIRC tidak dapat mengimbangi penelitian yang mengaitkan rokok dengan kanker. Dalam buku A Giant Pack of Lies, Dr. Kartono Mohamad menyatakan bahwa industri rokok mempunyai berbagai cara untuk menghadapi upaya pengendalian tembakau, yaitu: Pertama, memanfaatkan perokok yang sudah terjerat dan teradiksi untuk melawan dengan dalih bahwa pengendalian akan melanggar hak asasi perokok dalam mencari kenikmatan. Para perokok itu tidak sadar bahwa mereka adalah korban dari ccengkeraman rokok untuk memperkaya pemilik pabrik rokok. Kedua, menciptakan dan memanfaatkan kontroversi pendapat mengenai rokok antara lain dengan menimbulkan keraguan terhadap hasil-hasil penelitian medik. Bila perlu mereka bersedia membayar peneliti-peneliti yang mau diarahkan hasil penelitiannya untuk kepentingan industri rokok. Seperti yang diungkap oleh Glantz dalam “Cigarette Papersâ€? “The documents showing lawyers steering scientist away from particular research‌..â€?
Ketiga, memanipulasi data dan fakta dengan menggunakan media untuk kepentingan mereka, misalnya dengan mengemukakan betapa rokok telah menyumbang kepada ekonomi negara. Keempat dengan menyebarkan mitos tentang risiko pengendalian konsumsi rokok bagi kehidupan rakyat kecil seperti petani, pedagang rokok, pekerja pabrik rokok, dan sebagainya. Mitos yang ditanamkan seolah-olah hal itu pasti akan segera terjadi kalau konsumsi rokok dikendalikan. Kelima, menyuap para politikus yang dianggap mempunyai kekuasaan untuk menentukan kebijakan pengendalian konsumsi rokok. Bagi Indonesia, saat ini anggota parlemen merupakan sasaran mereka. Pertama karena banyak di antara mereka bermental lemah, kedua karena mengutamakan keuntungan pribadi akan lebih menjamin masa depan daripada menjaga integritas karena karier mereka ditentukan oleh pimpinan partai dan bukan oleh rakyat. Seiring dengan pengendalian tembakau yang semakin ketat di Amerika, industri rokok Amerika mulai memikirkan bagaimana cara untuk tetap bertahan, yaitu dengan cara melebarkan sayap pasarnya, pasar internasional. Industri rokok mencari negara yang peraturannya lemah dan korup untuk dijadikan tempat mereka menjalankan kebohongan-kebohongan dan strategi yang pernah mereka lakukan di Amerika. Ya, Indonesia adalah negara yang menjadi sasaran mereka.
Perjuangan FK Unisba Bersama Mahasiswa Kedokteran Lainnya Pengaruh industri rokok pada pemerintah dan parlemen membuat rapat tentang pembahasan RPP Tembakau dihadiri oleh industri rokok karena dianggap sebagai stakeholder. Draft akhir yang telah disepakati pun harus dirapatkan
kembali untuk harmonisasi dengan ‘stakeholder’ tersebut hingga akhirnya kembali terjadi perubahan-perubahan. Perubahan tersebut menjadikan RPP Tembakau dinilai lemah oleh beberapa kalangan, seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), karena tidak mengacu pada standar internasional, yaitu FCTC. Selama beberapa tahun terakhir, mahasiswa kedokteran di Indonesia melalui Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), terutama Wilayah 2 mengadakan long march yang diikuti 17 Fakultas Kedokteran yang
salah satunya adalah FK Unisba untuk memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan tujuan mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani RPP Tembakau. Setelah perjuangan beberapa tahun, akhirnya RPP tersebut ditandangani pada Desember 2012. PP tersebut disahkan dengan tujuan menekan dampak negatif dari rokok yang selama ini menjadi salah kaprah di ka-langan pemuda. Dengan adanya regulasi tentang rokok, pemerintah sudah ‘memperingati’ masyarakat bahwa merokok mempunyai dampak negatif.
Tahun ini, setelah diawali dengan kegiatan long march Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Bandung yang diikuti juga oleh FK lain di wilayah Jawa Barat dan Komunitas Anti Rokok Bandung, BEM FK Unisba melalui Departemen Kajian dan Strategi ingin menjaga momentum perjuangan pengendalian tembakau di Indonesia. Walaupun RPP Tembakau sudah
ditandangani dua tahun lalu, tahun ini kami mengangkat tema Kawasan Tanpa Rokok untuk menegakkan PP nomor 109/2012. Pasal 50 menyebutkan bahwa tempat proses belajar mengajar merupakan salah satu kawasan tanpa rokok, artinya lingkungan kampus haruslah lingkungan yang 100% bebas dari asap rokok. Untuk itu, penting bagi kami mengawal agar aturan ini yang telah diperjuangkan sekian lama demi kesehatan bangsa Indonesia.
BAB II. Rancangan Aturan Kawasan Tanpa Rokok Pasal 1 Ketentuan Umum A. Kawasan Tanpa Rokok, selanjutnya akan disebut KTR, adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok, menerima atau memasang promosi rokok dalam bentuk apapun B. KTR ini meliputi lingkungan yang termasuk kedalam kampus FK Unisba Hariang Banga dengan pengecualian Laboratorium Fakultas Tambang Unisba dan kampus FK Unisba Palasari C. Peraturan ini bersifat mengikat dan memaksa terhadap seluruh civitas FK Unisba termasuk semua orang yang berada di wilayah tersebut. D. Semua elemen yg telah disebutkan dalam ayat (c) berkewajiban untuk tidak merokok dan menegakkan peraturan KTR. E. Menegakkan peraturan yang dimaksud pada ayat (d) adalah dengan cara menegur orang yang merokok di lingkungan kampus dengan memberikan 2 pilihan, yaitu keluar dari wilayah KTR atau mematikan rokok. F. Apabila teguran tidak diindahkan maka laporan dapat diteruskan ke pihak yang berwenang, yang akan dijelaskan pada pasal 2. G. Aturan ini berlaku pukul 05.00 sampai 21.00 WIB setiap harinya.
Pasal 2 Tentang Pelaporan A. Pihak berwenang yang dimaksud pada pasal 1 ayat (f) adalah tim pengawas dan dekanat. B. Tim pengawas adalah tim independen yang bertugas mengawasi keadaan lingkungan kawasan tanpa rokok yang akan dijelaskan pada pasal 4. C. Dekanat adalah pihak yang berhak dan berkewajiban untuk menjatuhkan sanksi bagi pelanggar peraturan sesuai laporan dari tim pengawas. D. Pelaporan terkait pasal 1 ayat (f) dilakukan kepada pengurus Departemen Kajian dan Strategi BEM FK Unisba selaku bagian dari tim pengawas. E. Alur pelaporan hingga sanksi dijelaskan di pasal 3. F. Sanksi berdasarkan hasil laporan tim pengawas kepada dekanat terhadap pelanggar peraturan disesuaikan menurut kalangan dan tingkatan yang disebutkan pada pasal 5 dan 6.
Pasal 3 Tentang Alur Pelaporan A. Pelaporan bisa dilakukan oleh semua civitas akademik dengan bukti kongkrit kepada tim pengawas. B. Bukti kongkrit yang dimaksud dalam ayat (a) dapat berupa foto atau video. C. Setiap pelaporan akan dicatat dalam buku pelanggaran dan di proses oleh tim pengawas sesuai dengan pasal 3 ayat (e). D. Penanggung jawab melaporkan temuan pelanggaran yang disampaikan tim pengawas kepada pihak dekanat E. Pihak dekanat akan menindaklanjuti laporan penanggung jawab tim pengawas untuk disesuaikan sanksinya menurut pasal 5 dan 6
F. Pelaku pelanggaran diwajibkan untuk menghadap kemahasiswaan untuk diberikan informasi pelanggaran
Pasal 4 Tentang Tim Pengawas A. Tim Pengawas merupakan tim yang terdiri dari pengurus Departemen Kajian dan Strategi BEM FK Unisba, mahasiswa selain Departemen Kajian dan Strategi, dosen dan staf FK Unisba dengan penanggung jawab bagian kemahasiswaan. B. Identitas mahasiswa selain Departemen Kajian dan Strategi yang tergabung dalam Tim Pengawas akan dirahasiakan dengan tujuan keamanan dan independensi. C. Tim pengawas berkoordinasi langsung dengan penanggung jawab dalam mengontrol keadaan di lingkungan kampus. D. Tim pengawas dapat mencatat identitas baik berupa nama atau foto dari pelanggar aturan dengan atau tanpa pemberitahuan kepada pihak yang bersangkutan terlebih dahulu. E. Tim Pengawas mempunyai kewajiban untuk melaporkan keadaan kawasan tanpa rokok kepada penanggung jawab secara berkala setiap minggunya. F. Tim Pengawas membuat dan menjaga Papan Pengumuman KTR yang nanti akan digunakan sebagai media publikasi pelanggar aturan. G. Penanggung jawab berkoordinasi langsung dengan dekanat terkait penentuan sanksi pada pasal 5 dan 6.
Pasal 5 Tentang Sanksi A. Sanksi dapat berupa teguran, Surat Peringatan dan denda. B. Sanksi berupa teguran disampaikan langsung oleh kemahasiswaan. C. Sanksi berupa Surat Peringatan akan ditandatangani langsung oleh kemahasiswaan atas nama Dekan. D. Sanksi berupa publikasi yaitu penempelan nama dan foto pelanggar aturan pada Papan Pengumuman KTR yang telah disediakan selama 1 minggu (7 hari) semenjak sanksi dijatuhkan. E. Papan Pengumuman KTR diperbaharui setiap minggunya oleh tim pengawas. F. Sanksi berupa denda dijelaskan dalam pasal 7.
Pasal 6 Tentang Tingkatan Sanksi A. Sanksi pada mahasiswa mulai dari teguran, Surat Peringatan, publikasi dan denda. B. Untuk pelanggaran pertama, mahasiswa mendapatkan sanksi teguran dan denda Rp 50.000,00. C. Terbukti melanggar untuk kedua kali mendapatkan Surat Peringatan dan denda Rp 75.000,00. D. Terbukti melanggar untuk ketiga kali dan seterusnya diberikan Surat Peringatan, publikasi dan denda Rp 75.000,00. E. Sanksi pada dosen mulai dari teguran hingga publikasi. F. Jika terbukti melanggar pertama kali bagi dosen, mendapatkan sanksi teguran dan denda Rp 75.000,00
G. Terbukti melanggar untuk kedua kali dan seterusnya; Publikasi dan denda Rp 150.000,00 H. Sanksi pada staf mulai dari teguran hingga denda. I. Jika terbukti melanggar pertama kali bagi staf, mendapatkan sanksi teguran. J. Terbukti melanggar untuk kedua kali dan seterusnya; denda Rp 50.000,00. K. Sanksi pada tamu yang melanggar dari pertama kali dan seterusnya; denda Rp 50.000,00 dan penyitaan rokok.
Pasal 7 Tentang Sanksi Denda A. Sanksi berupa uang dikumpulkan pada bagian kemahasiswaan. B. Uang yang terkumpul akan disalurkan untuk organisasi tertentu yang bergerak di bidang social. C. Penyaluran dana akan dilakukan setiap bergantinya tahun ajaran.
BAB III. Penutupan Demikian aturan ini dibuat untuk melanjutkan tongkat estafet perjuangan mahasiswa kedokteran dalam menanggapi permasalahan tembakau di Indonesia dan berdasarkan kebutuhan dari rakyat Indonesia khususnya civitas FK Unisba atas kesehatan yang menjadi hak setiap orang. Kiranya aturan ini dapat mewujudkan fakultas kedokteran yang bebas rokok dan mampu menjadi contoh bagi fakultas-fakultas lain dalam menerapkan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampusnya sehingga menjadikan Universitas Islam Bandung suatu kawasan pendidikan yang sehat.