Sabtu, 26 November 2011
http://www.kendarinews.com
Tahun XVI Edisi 38-Harga Eceran Rp. 3.500,-
Peneliti Budget Center :
“Anggota DPR Atau Calo?” Setahun Lamanya Hanya Makan Sirih dan Minum Teh Manis Tubuhnya sudah ringkih karena usianya memang sudah lanjut, 79 tahun, saat ditemui 24 Juli
Baca MINUM di Hal. 2
PENDIDIKAN
Mendikbud: Awas Malpraktek Pendidikan PUNCAK perayaan Hari Guru Nasional Nasional ke-66 di Jakarta kemarin berpusat di komplek Monumen Nasional. Selain itu, upacara untuk menghormati dedikasi para guru ini juga di gelar di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dalam pidatonya, Mendikbud Mohammad Nuh mengucapkan terima kasih kepada para guru. Menurut Nuh, hanya guru yang mempu menyentuh masa depan bangsa hingga di wilayah pinggiran. “Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih,” tutur menteri asal Surabaya itu. Dia juga mengucapkan penghargaan setinggi-ting-
Baca AWAS di Hal. 2
SELEBRITI
Ngebet Mesin Jahit ADA satu barang yang sangat ingin dimiliki oleh Dewi Rezer sampai-sampai dia tidak bisa tidur memikirkan barang tersebut. Yakni, mesin jahit. Ya, dia sedang tertarik menjadi desainer. Bahkan, dua minggu ini dia mengikuti kursus singkat di Sekolah Mode Esmod. "Saya sedang menggebu-gebu ingin bisa menjahit. Ingin bisa buat pola sendiri, buat baju sendiri. Makanya, saya ambil short course," katanya kemarin (25/ 11) di Sudirman, Jakarta. Keinginan istri Marcelino Lefrandt tersebut semakin menguat setelah mengelola bisnis fashion online. Dia seolah menemukan hobi baru. "Ketika berkutat dengan fashion, saya menemukan sesuatu yang saya suka. Tiap hari beli baju, lihat majalah. Nggak pernah bosan," tuturnya. Meski sudah berkeluarga, mantan VJ MTV itu masih bersemangat untuk belajar menjahit. Kata Dewi, toh dirinya sudah memiliki ijazah sarjana komunikasi dengan nilai memuaskan. Saat ini dia ingin mengenyam pendidikan yang menunjang hobi. Bintang film Rumah Ketujuh tersebut memulai dengan mendesain baju-baju kasual. (ayi)
Dewi Rezer
Jakarta, KP Peneliti senior Indonesia Budget Center (IBC), Roy Salam menyoroti kerja perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra) yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dugaan dia, peran legislator dan senator asal Daerah Pemilihan (Dapil) Sultra mirip calo pusat. Dugaan kemiripan calo pusat yang dimaksud Roy adalah hanya menjadi perantara dengan pemerintah pusat. Kata dia, program pusat yang sudah ditetapkan di daerah hanya dijadikan tempat mendompleng sebagai pencitraan diri dan seolah-olah kebijakan itu hasil dari perjuangan yang dilakukan di DPR dan DPD. “Tidak ada bukti yang nyata untuk memperjuangkan aspirasi rakyat masyarakat Sultra. Kita lihat saja sampai sekarang, apa yang mereka lakukan. Mereka hanya seperti calo pusat di daerah,” kata Roy di Jakarta, Jumat (25/11). Roy mencontohkan kisruh ibukota Buton Utara (Butur) yang hingga saat ini tidak jelas penyelesaiannya. Kata dia, meskipun tidak ada perwakilan Sultra yang duduk di Komisi II DPR membidangi pemerintahan, tapi sebagai wakil rakyat yang mewakili konstituennya, persoalan pemindahan ibukota Butur dari Buranga ke Ereke harus dicarikan solusinya. “Mereka kan anggota DPR, apalagi ada juga perwakilan di DPD. Janji-janji yang pernah diucapkan saat kampanye dulu harus dibuktikan. Kalau mereka tidak punya peran, saya kira keberadaan anggota DPR dan DPD harus ditinjau ulang,” ucapnya. Pria kelahiran Raha, Sulawesi Tenggara ini juga menuntut adanya akuntabilitas dari kerja para angggota DPR dan DPD. “Yang harus kita tahu apa yang diserap dalam menjaring aspirasi masyarakat pada saat anggota DPR dan DPD. Setelah itu, apa yang sudah dilakukan?” tukasnya. Roy juga menilai peran wakil
Separatis Buton Harus Ditindak Baubau, KP Permasalahan “Jenderal Besar” LM Syahrial yang mendirikan organisasi dengan nama Badan Kehormatan Negara Republik Indonesia (BKNRI) membuat anggota DPRD Baubau angkat bicara. Kepolisian diminta bertindak tegas terhadap gerakan separatis di Buton apalagi organisasi ini tidak mengakui kepemimpinan presiden SBY Boediono. Salah seorang anggota DPRD Buton, Rais Jaya Rachman mengungkapan, jika berbicara tentang gerakan separatis yang dipimpin oleh Syahrial saat ini belum ada sikap yang menunjukkan tindakan anarkis atau yang merugikan pihak-pihak tertentu dan dapat mempengaruhi stabilitas keamanan. “Meski belum terjadi hal-hal yang bisa mempengaruhi stabilitas keamanan, tetapi seluruh pihak yang berwajib juga harus bertindak tegas dalam mensingkronkan permasalahan ini sesuai dengan hukum-hukum yang berlaku di negara ini. Karena tidak menutup kemungkinan kedepannya nanti akan terjadi hal-hal tersebut,” jelas Rais Jaya Rachman. Rais menilai, Syahrial saat ini bukan merupakan warga negara yang baik mengingat organisasi yang didirikannya dengan mengatasnamakan BKNRI tidak mengakui kepemimpinan presiden SBY - Budiono. “Bagaimana kita mau sebutkan bahwa Syahrial beserta anggotanya adalah warga negara yang baik kalau tidak mengakui kepemimpinan yang dipilih oleh rakyat Indonesia?,” ungkap Rais. Terkait legalitas organisasi BKNRI ini yang tidak terdaftar di pusat setelah dilakukan kros
Baca CALO di Hal. 7
Baca SEPARATIS di Hal. 7
Kadis Pariwisata Konsel Tersangka Mendagri: Stop Nego Kasus Dugaan Penyalahgunaan Dana Ibadah dan Mark Up. Satu Lembar Sajadah Diberi Harga Rp 2 Juta Kendari, KP Kadis Pariwisata Konsel, Walam SSos ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penyalahgunaan dana ibadah tahun 2009 oleh Penyidik Tipikor Polda Sultra. Keterlibatan Walam ini ketika ia masih menjabat sebagai Kesra Setkab Konsel. Tak hanya Walam, dua rekannya ya-
Baca TERSANGKA di Hal. 7
DUGAAN KORUPSI BANTUAN RUMAH IBADAH Tersangka 1. Walam SSos (Kadis Pariwisata Konsel) 2. Amir Mahmud (Staf BKD Konsel) 3. Hendrawan Mangidi (Staf Setkab Konsel) Jumlah Saksi 377 orang - Sudah Diperiksa 70 orang - Belum Diperiksa 307 orang Modus : Dugaan Mark Up - Satu Sak Semen : Rp 5 Juta - Satu Buah Kursi : Rp 1 Juta - Satu Lembar Sajadah : Rp 2 Juta
Gelap Pemda-DPRD Jakarta, KP Mendagri Gamawan Fauzi mengingatkan seluruh pemda dan DPRD agar menjadikan kasus di Kota Semarang sebagai pelajaran penting. Dia berharap ke depan tidak ada lagi proses negosiasi saat pembahasan RAPBD. “Ini pelajaran berharga bagi DPRD seluruh Indonesia, agar tak ada lagi tawar-menawar sembunyi-sembunyi. Saya imbau seluruh daerah, jangan pernah negosiasi-negosiasi,” ujar Gamawan Fauzi di Jakarta, kemarin.
Seperti diberitakan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Sekretaris Kota Semarang Ahmad Zainuri dan dua anggota DPRD Kota Semarang, yakni Agung Purna Sarjono dan Sumartono, Kamis (24/11). Ketiganya ditangkap karena diduga terlibat kasus suap dalam pembahasan RAPBD Kota Semarang tahun 2012. Gamawan mengatakan, untuk menghindari proses nego gelap
Baca NEGO GELAP di Hal. 7
“Pancen Oye” Nikahi Istri Ketujuh Untuk kali ketujuh, dalang kondang Ki Manteb Sudarsono kemarin menikah. Bagi dalang yang tenar dengan kalimat “Pancen Oye” itu, menikah lagi adalah keharusan sebagai tuntutan profesi.
ICHWAN PRIHANTORO/RADAR SOLO
Sebab, semuanya kompak ber-dress code acara resmi resepsi. Ya, mereka memang datang untuk menyaksikan pernikahan pasangan dalang Ki Manteb Sudarsono, 63, dan Beni Samsiah, 37, warga Karangmojo, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Tidak tanggung-tanggung, itu adalah pernikahan ketujuh Manteb. Sedangkan untuk Sasa, panggilan akrab Beni Samsiah, itu adalah pernikahan kedua. Sekitar pukul 09.00, prosesi ijab kabul mulai disiapkan. Sasa yang datang belakangan di lokasi pernikahan itu segera dibimbing ke lantai 2 Masjid Fatimah. Begitu pula Manteb, yang sejak lama menunggu di lantai 1, tempat akad nikah berlangsung.
Pasangan Ki Manteb Sudarsono dan Beni Samsiah menunjukkan surat nikah setelah ijab kabul di Masjid Fatimah, Solo.
Baca NIKAHI di Hal. 7
RIKA-ARI WIBATSU, Solo MASJID Fatimah yang berlokasi di Jalan Dr Radjiman, Solo, Jawa Tengah, Kamis pagi (24/11) cukup ramai. Satu per satu tamu berdatangan dan duduk lesehan di dalam masjid yang dibangun keluarga pengusaha batik Danar Hadi tersebut. Melihat dandanan mereka yang datang, tampaknya, para tamu bukan menghadiri pengajian.