IMUNOLOGI TUMOR
Oleh :
Kinanthi Rizka Dewi Husodo 020911005
Imunologi Tumor
Etiologi Pada organ dan jaringan, terdapat keseimbangan antara pembaruan sel dan kematian sel. Berbagai macam tipe sel dewasa dalam tubuh mempunyai umur hidup tertentu. Begitu sel tersebut mati, maka akan ada sel-sel baru yang menggantikannya, melalui proliferasi dan diferensiasi stem sel yang bermacam-macam. Pada keadaan normal, produksi sel baru di atur supaya jumlah masing-masing tipe sel konstan. Meski terkadang, ada sel yang tumbuh tanpa merespon terhadap mekanisme normal kontrol pertumbuhan. Sel ini mengakibatkan tumbuhnya sel-sel baru yang sama, yang akan membesar, membentuk tumor atau neoplasma. 1 Meski tumor berasal dari jaringan tubuh, proses keganasan dapat dihubungkan dengan molekul pada sel-sel tumor yang dikenali sebagai benda asing oleh sistem imun spesifik. Molekul ini, disebut sebagai tumor antigen, dapat menghasilkan respon imun yang ditujukan kepada sel-sel tumor yang memicunya.1 Tumor antigen dianggap sebagai benda asing oleh tubuh karena tidak terdapat pada sel sebelum menjadi tumor, atau muncul dalam frekuensi yang sangat rendah sehingga tidak mengakibatkan reaksi tubuh. Protein ini dapat merangsang respon imun spesifik terhadap sel tumor. Protein permukaan yang terdapat pada permukaan tumor mungkin menjadi terget bagi efektor imun natural seperti NK sel.2
Mekanisme Efektor pada Imunitas Anti-Tumor 1. T Limfosit CTL (cytolytic T lymphosit) memberikan imun anti-tumor efektif pada tumor. CTL akan mengenali dan membunuh sel-sel malignan yang mengandung peptida yang berasal dari protein sel mutan. Meski sel T helper CD4+ bukan bersifat sitotoksik terhadap tumor, sel ini mungkin berperan dalam respon anti-tumor dengan menyediakan sitokin untuk perkembangan CTL. Sel T helper yang diaktivasi oleh tumor antigen dapat mensekresi TNF (tumor necrosis factor) dan interferon Îł (INF Îł), yang dapat meningkatkan sensitifitas sel tumor terhadap lisis yang dilakukan oleh CTL.
2. NK Sel NK sel merupakan efektor natural dan respon imun adaptif terhadap tumor. Sel ini menggunakan mekanisme litik yang sama dengan CTL untuk membunuh sel, namun sel ini tidak mempunyai reseptor antigen sel T. NK sel dapat melisis baik sel yang terinfeksi virus maupun sel tumor tertentu, khususnya tumor hematopoietik. Lisis tersebut merupakan aktivitas utama NK sel. Sel ini dapat ditergetkan pada sel yang terbungkus antibodi karena NK sel mempunyai afinitas rendah terhadap reseptor Fc (FcÎłRIII atau CD16) untuk molekul IgG. Kapasitas tumorisidal NK sel meningkat oleh adanya sitokin, termasuk interferon, TNF, interleukin-2 (IL-2), dan IL-12. Oleh karena itu, peran sel ini pada imunitas anti tumor bergantung pada stimulasi sel T dan makrofag yang menghasilkan sitokin-sitokin tersebut.
3. Makrofag Makrofag merupakan mediator seluler yang penting untuk imunitas anti tumor. Seperti NK sel, makrofag mempunyai reseptor FcÎł, dan dapat ditargetkan pada sel tumor yang dibungkus antibodi. Mungkin ada beberapa mekanisme makrofag dalam membunuh target sel tumor yang sebenarnya sama dengan mekanisme makrofag dalam membunuh organisme infeksius. Mekanisme ini meliputi pelepasan enzim lisosm dan metabolit oksigen reaktif. Makrofag aktif juga mensekresi sitokin TNF (tumor necrosis factor) yang digolongkan sebagai agen yang dapat membunuh tumor. Terdapat bukti kuat bahwa komponen utama pada aktivitas makrofag membunuh tumor bergantung pada sekresi TNF. Paling tidak TNF membunuh tumor dengan dua mekanisme yang berbeda. Pertama, TNF yang berikatan dengan reseptor permukaan afinitas tinggi bersifat toksik terhadap sel tumor. Toksisitas ini mungkin disebabkan oleh produk radikal bebas dari ikatan tersebut. Sel normal merespon TNF dengan mensintesa superoxide dismutase, sebuah enzim yang berperan dalam inaktivasi radikal bebas. Sebaliknya, sel tumor tidak dapat menghasilkan enzim ini sebagai respon terhadap TNF. Kedua, TNF dapat menyebabkan nekrosis tumor dengan menggerakkan respon yang bermacam-macam pada host, seperti pada pembuluh darah dalam tumor.
Mekanisme Tumor dalam Menghalangi Imunitas Meskipun tumor ganas dapat mengandung protein antigen yang dikenali tubuh sebagai benda asing dan sistem imun mungkin membatasi pertumbuhan beberapa tumor, namun jelas bahwa sistem imun tidak mencegah frekuensi terjadinya kanker letal. Proses evasi tumor, disebut tumor escape, mungkin merupakan akibat dari beberapa mekanisme. Pertama, protein pada tumor yang dapat mengaktivasi CTL ada hanya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini menyebabkan imunitas anti tumor tidak akan dapat bekerja. Kedua, produk tumor dapat menekan respon imun anti tumor. Contohnya adalah transforming growth factor-β (TGF-β), yang disekresi dalam jumlah besar oleh beberapa tumor dan yang mencegah fungsi limfosit dan makrofag. Tiga, host telah mempunyai toleransi terhadap beberapa tumor antigen karena telah mengalami interaksi dengan antigen tersebut saat lahir, atau karena sel tumor mempunyai antigen yang tolerogenik terhadap sistem imun. Empat, hilangnya tumor antigen pada permukaan tumor karena adanya antibody binding, yang disebut antigenic modulation, yang mengakibatkan tumor resisten terhadap mekanisme efektor. Lima, gerakan pertumbuhan tumor dapat mengembangkan tumor yang resisten terhadap sistem imun sebelum respon imun efektif dapat terbentuk. Hal ini mungkin disebabkan tumor antigen yang sedikit tidak mampu mengaktivasi respon imun, dan begitu banyak sel-sel tumor tumbuh, mutasi pada tumor antigen mungkin terjadi sehingga mempersulit sistem imun untuk mengenalinya. Enam, tumor antigen pada permukaan tumor dapat disembunyikan oleh molekul glycocalyx, termasuk sialic acid yang mengandung mukopolisakarida. Proses ini disebut antigen masking, dan dapat terjadi karena molekul glycocalyx lebih sering muncul pada sel tumor daripada sel yang normal. Atau tumor dapat mengaktivasi sistem koagulasi yang akan membungkus tumor dalam “fibrin cocoonâ€? sehingga sistem imun sulit untuk membunuh sel-sel tumor.