KKN-PPM UGM KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2021
RAGAM BUDAYA
TEGALREJO
KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada hamba-nya sehingga penulisan buku ragam budaya Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang dalam rangka Program KKN-PPM UGM ini berhasil diselesaikan dengan baik. Oleh karena keterbatasan sumber yang ada, buku ragam budaya ini belum sepenuhnya bisa memenuhi harapan para pembaca sekalian. Akan tetapi kami berusaha memberikan sesuatu yang berarti untuk bissa mewujudkan ragam budaya yang ada di Kecamatan tegalrejo, Kabupaten Mgelang Kegiatan ini berhasil dilakukan dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu terselesaikannya buku ragam budaya dalam program KKN-PPM UGM ini. Melalui buku ragam budaya ini, kami mencoba memberikan informasi tentang eksistensi budaya yang ada di Kecamatan tegalrejo, Kabupaten Magelang. Akhir kata, semoga buku ragam budaya ini bisa berguna bagi pembaca semua. Buku ini tentu masih banyak kekurangannya dan kepada para pembaca yang memberikan kritik membangun untuk lebih menyempurnakan buku ini, disampaikan terima kasih yang tak terhingga.
i
DAFTAR ISI Sambutan |............. i Daftar Isi |................ ii 01. Nyadran........................... 01 02. Khataman......................... 02 03. Jhatilan............................. 03 04. Perti Dusun...................... 04 05. Kubro Siswo..................... 05 06. Rabana............................. 06 07. Dayakan........................... 07 08. Grasak.............................. 08 09. Ngapati dan Matoni........ 09 10. Wiwitan............................ 10
ii
Tradisi Nyadran
Nyadran adalah suatu tradisi turuntemurun dalam masyarakat Jawa. Tradisi ini dilaksanakan kurang lebih satu minggu menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Nyadran berasal dari kata Sraddha yang berarti mengunjungi makam leluhur untuk membersihkan makam, menabur bunga dan mengabari datangnya bulan ramadhan.
Tata pelaksanaan tradisi nyadran mempunyai perbadaan dengan tradisi diaerah lainya, namun masyarakat setempat tetap memenuhinya. Seperti saat kejayaan kerajaan Majapahit yang tinggal dalam lapisan tertinggi dan masuk dalam kehidupan mewah dengan upacara-upacara megah dan merembet ke masyarakat bawahan seperti petani melakukan berbagai upacara sebagai wujud dari tradisi.
01
KHATAMAN
Khataman dari kata khatam yang maknanya rampung atau selesai. Acara yang biasanya menandai libur dan masa berakhirnya seseorang ngaji atau nyantri. Acara ini diadakan seminggu penuh di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, sebelum bulan Ramadan tiba. Di sana ada salah satu pondok pesantren besar pimpinan Gus Yusuf. Nah, dari pesantren inilah, budaya khataman bermula. Dahulu, menurut cerita Mbah saya, khataman telah eksis sejak zaman bahuela. Pasar malam baru ada saat akhir 80-an atau awal 90-an. Sebelum era pasar malam, dulu orang berjalan kaki bahkan dari luar kota hanya untuk pergi khataman. Pada awalnya, acara yang pasti ada dan satu-satunya ya, pengajian di pondok.
Saat khataman, jalan sekitar pasar dan Terminal Tegalrejo, Kabupaten Magelang, punya bau khas seperti pecinan. Cakwe dan bolang-baling tercium sepanjang jalan. Banyak penjual baju dan barang penunjang gaya lainya. Arum manis, donat, molen, pokoknya semua makanan ada di situ. Tawa anak-anak dan keluh kesah orang tua yang tengah repot, ikut mendominasi kebisingan, selain suara musik dangdut dari speaker penjual DVD bajakan tentu saja.
02
JHATILAN
Jathilan adalah kesenian tradisional berupa tari tarian biasanya di pentasakan di lapangan terbuka atau halaman rumah, pemainnya terdiri dari 6 sampai 10 orang di tambah penari tambahan bisa 4 orang...penari tambahan yang di maksut adalah penari yang berbeda dalam bentuk pakean juga tariannya contoh penthul-penthulan atau mungkin barongan.Sedangkan penari pokoknya yaitu penari yang membawa kuda kepang.
Pementasan jathilan ini biasanya pada akhir akhir pertunjukan terjadi trasn atau bahasa jawanya kesurupan.Kesurupan adalah penari tidak sadarkan diri namun tetap melakukan tari-tarian yang terkadang si penari sambil makanmakanan seperti kembang atau sesajian lainnya yang selalu disediakan oleh pawang Jathilan sebelum melakukan pementasan atau awal pementasan.Pwang Jathilan disini berfungsi untuk menyembuhkan penari yang kesurupan tadi agar menjadi sadar dan normal kembali.
03
PERTI DUSUN
Merti Dusun pada hakikatnya merupakan sebuah kegiatan yang menjadi simbol rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas segala karunia yang diberikan-Nya. Karunia tersebut bisa berupa apa saja seperti rezeki, keselamatan atau juga kesalarasan dan ketentraman. Lebih dari itu, merti dusun juga merupakan sebuah wadah di mana para penduduk bisa membina tali silaturahmi, saling menghormati, serta saling tepa selira.
Selain sebagai manifestasi rasa syukur kepada Yang Maha Esa, Merti Dusun juga merupakan sebuah perwujudan keselarasan manusia dengan alam. Selama hidupnya manusia telah hidup berdampingan dengan alam dan mengambil banyak materi dari alam.
04
KUBRO SISWO
Kubra siswa adalah kesenian tradisional yang memiliki nuansa Islam. Kesenian yang ditampilkan berupa tarian dengan diiringi musik dan nyanyian bernuansa Islam. Musik pengiring juga dihasilkan dari alat musik tradisional seperti suling, jedhor, bedug, kendang, drum, cymbal, key board, dan bende. Kubra siswa diaminkan oleh sekelompok orang, biasanya dalam bentuk suatu grup kesenian tradisional. Gerakan tarian kubra siswa bervariasi menurut kreativitas masing-masing kelompok kesenian] Nyanyian yang ditampilkan dalam pentas kubra siswa awalnya menggunakan syair bahasa Arab,
tetapi saat ini sudah dikembangkan menjadi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa] Syair pada nyanyian kubra siswa mengandung makna nasihat mengajak untuk melakukan kebaikan dan mentaati agaman. Beberapa kelompok kubra siswa juga sering melakukan variasi pertunjukan kubra siswa] Salah satu variasi yang sering ditampilkan adalah berupa akrobat. Akrobat yang ditampilkan pada pentas kubra siswa seperti bermain bola api, atraksi makan silet, memecahkan batu bata, berguling di atas duri dan menjilat beri membara.
05
REBANA
kesenian rebana merupakan kesenian yang juga dipergunakan sebagai sarana dakwah oleh para penyebar islam, dengan syair indah yang diringi rebana, pesan pesan mulia agama islam mampu dikemas dan disajikan lewat sentuhan seni artistik musik islami yang khas. Penyebaran Islam di Nusantara mulai semarak pada abad ke-12 dan 13. Syiar Islam yang dibawa para dai Timur Tengah ternyata bisa diterima baik oleh warga pribumi.
Alasannya, syiar Islam tersebut mampu bertransformasi dengan budaya setempat. Nilai-nilai Islam yang disampaikan dikemas sedemikian rupa sehingga mampu menyesuaikan dengan kondisi sosiokultural setempat. Syiar Islam disampaikan dalam bentuk hiburan yang saat itu digandrungi masyarakat nusantara. Demikian juga dengan alat musik rebana yang didalam syair-syairnya sarat dengan nilai-nilai Islam.
06
DAYAKAN
Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto artinya menata, lempeng berarti lurus, irama berarti nada, dan kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi musik berirama keras dan penuh semangat.
Topeng Ireng atau dlebih sering dikeal dengan Dayakan merupakan kesenian tradisional yang berkembang di daerah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Topeng Ireng atau Dayakan adalah bentuk tarian rakyat kreasi baru yang merupakan hasil metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo. Topeng Ireng atau Dayakan hampir mirip dangan suku indian di amerika atau suku dayak di kalimantan
07
GRASAK
Menurut Sitras Anjiren, grasak berarti kasar dan keras penggambaran dengan kesenian grasak adalah memberi pesan-pesan berupa kritik sosial yang dinamis lewat tarian dan musik. Dan juga kesenian grasak menggambarkan sifat emosional, kepanikan, nafsu dan sifat keangkara murkaan manusia yang merusak alam dengan begitu masyarakat setempat takut akan keganasan alam akibat kebrutalan manusia.
Penyajian kesenian grasak seperti halnya kesenian rakyat pada umumnya yang lebih bebas berekspresi, tidak ada aturan yang baku, tidak rumit, sangat komunikatif dan yang penting pesan-pesan yang mau disampaikan lewat kesenian grasak
08
NGAPATI DAN MITONI
Ngapati dan Mitoni merupakan ungkapan rasa syukur dalam menyambut berita gembira kehamilan dari pasangan suami istri, dalam masyarakat Jawa terdapat suatu tradisi berupa ritual yang khusus diperuntukkan bagi seorang wanita yang sedang mengandung, yaitu selamatan ngapati dan mitoni.
Ngupati yaitu upacara atau selamatan yang diselenggarakan pada bulan ke empat masa kehamilan. Adapun maksud dan tujuan pokok dari tradisi ngupati adalah agar sang embrio yang ada dalam kandungan Ibu memperoleh berkah dan keselamatan. Tradisi empat bulanan ini menjadi tradisi yang termashyur di pulau Jawa saja Upacar mtonii dilaksanakan ketika usia kandungan memasuki 7 bulan kehamilan. Acara mitoni adalah sebuah doa agar calon ibu dilancarkan selama mengandung hingga melahirkan janin.
09
WIWITAN
Wiwitan adalah ritual persembahan
Disebut sebagai ‘wiwitan’ karena arti
tradisional masyarakat Jawa sebelum
‘wiwit’ adalah ‘mulai’, memotong padi
panen padi dilakukan yang sudah ada
sebelum
sejak sebelum agama-agama masuk
Yang disebut bumi adalah sedulur
ke tanah Jawa. Ritual itu dilakukan
sikep bagi orang Jawa karena bumi
sebagai wujud terima kasih dan rasa
dianggap sebagai saudara manusia
syukur kepada bumi sebagai sedulur
yang harus dihormati dan dijaga
sikep, dan Dewi Sri ( Dewi Padi) yang
dilestarikannya untuk kehidupan.
panen
diselenggarakan.
mereka percaya menumbuhkan padi sebelum panen.
10
KKN-PPM UGM PERIODE 2 UNIVERSITAS GADJAH MADA Bulaksumur, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281