Realisme 2019/2020

Page 1

realisme

Sanitasi Dahulu dan Sekarang Ada di Sekitar Kita Tapak Tilas




Prakata Assalamu’alaikum wr. wb Salam sejahtera bagi kita semua! Setiap karya tercipta tidak terlepas dari usaha, kerja sama, komunikasi dan kemauan untuk memberikan manfaat sebanyak-banyak bagi orang lain. Begitupun dengan terciptanya karya melalui majalah ini. Menjadi majalah pertama bagi Keluarga Mahasiswa Infrastruktur Lingkungan merupakan suatu kebanggaan karena menunjukkan semakin dewasanya himpunan ini serta kemauan untuk berkontribusi lebih. Kami berharap adanya majalah ini mampu meningkatkan edukasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya info mengenai air bersih dan sanitasi. Memahami lebih jauh bahwasanya kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan dari kesejahteraan manusia. Kami juga berharap majalah ini menjadi pemantik untuk pengembangan karya-karya lainnya bagi Keluarga Mahasiswa Infrastruktur Lingkungan. Salam sanitasi! Salam #SerempakBermanfaat! Fadillah Muna’azat, Ketua KMIL ITB

Tim Redaksi Publisher

Keluarga Mahasiswa Infrastruktur Lingkungan (KMIL) ITB

Editor

Amalia Nur Amira Siti Anjani Nurul I.

Designer

Amalia Nur Amira Siti Anjani Nurul I.

Content Developer

Andhika Dwi Putra, David Chua, Fadillah Muna’azat, Gesit Nur Daksina, Intan Kusumayanti, Muhammad Faqih Al Muqoddam, Rachmadhany Purnama, Sanifa Fatma Putri, Siti Anjani Nurul I.

Photo

Dokumentasi KMIL ITB 4


Konten Utama Sebermula | 6 Sanitasi Dahulu dan Sekarang | 10 Awal Mula Sanitasi // Wabah Justinian // The Black Death // Teknologi Sanitasi Modern // John Snow dan Era Keemasan Toilet

Ada di Sekitar Kita | 26 Water Treatment Plant // Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu // Pengolah Limbah // Sistem Drainase

Tapak Tilas | 48 KMIL x Westpex // Go RIL Action 2019 // KMIL x GE // Goes Coy 2.0 // ENVRZ! // NWSF

Karya Massa | 68

5


seber Tahun 2014 merupakan momen dimana angkatan pertama mahasiswa program studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan (RIL) mulai memasuki tahap penjurusan, yang berarti kegiatan perkuliahan untuk seterusnya akan dilaksanakan di Kampus Jatinangor. Sebagai upaya untuk memudahkan koordinasi dan komunikasi antar mahasiswa pada saat itu, dibentuklah badan angkatan yang diketuai oleh Aji Mustiaji (IL ’13). Di tahun yang sama, Kabinet KM-ITB melaksanakan diskusi dengan lembaga kemahasiswaan di Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), yang terdiri dari Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HMS), Keluarga Mahasiswa Teknik Kelautan (KMKL), dan Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL). Pada diskusi tersebut, dibahas mengenai penyediaan wadah kemahasiswaan yang dapat menampung dua program studi baru di FTSL, yaitu program studi RIL dan TPSDA. Hasil dari diskusi tersebut menyimpulkan bahwa

ketiga himpunan yang telah ada di FTSL tidak dapat menaungi mahasiswa RIL dan TPSDA. Hal ini didukung dari berbagai macam faktor yang telah dipertimbangkan, antara lain pertimbangan jarak Kampus Ganesha dan Jatinangor yang cukup jauh sehingga tidak memungkinkan mahasiswa RIL dan TPSDA melakukan kegiatan himpunan di Ganesha, serta perbedaan keilmuan dan keprofesian dengan ketiga program studi lainnya, sehingga disarankan untuk program studi RIL dan TPSDA membentuk himpunan sendiri. Sebagai lembaga kemahasiswaan terpusat, Kabinet KM-ITB memiliki tanggung jawab dalam inisiasi pembentukan himpunan mahasiswa RIL dan TPSDA, sehingga keputusan untuk membentuk himpunan sendiri ditindaklanjuti dengan melakukan langkah-langkah persiapan pembentukan himpunan. Salah satu langkah persiapan tersebut adalah dengan menetapkan tim formatur himpunan yang disebut sebagai ‘Komite RIL’.

6

Bentuk inisiasi dari Kabinet KM ITB diwujudkan dalam bentuk pelatihan materi-materi dasar organisasi dan kepemimpinan yang rutin dilaksanakan selama periode bulan Agustus-September 2014. Pada periode ini, mahasiswa RIL juga ikut aktif dalam kegiatan kemahasiswaan terpusat. Pada tanggal 15 November 2014, Komite RIL pertama kalinya mengadakan acara berupa seminar yang dinamakan “Ngobras” (Ngobrol Asyik dan Santai), dengan pembicara dari pihak luar dan mengangkat topik kemahasiswaan, ‘beda zaman, beda cerita’, yang merupakan tema dari bedah buku ‘Revolusi dari Secangkir Kopi’ karya Didik Fotunadi, alumni Teknik Geologi ITB 1993. Acara selanjutnya dilaksanakan masih pada bulan November 2014, ‘GORILA’ (Go RIL Action), yang merupakan rangkaian acara dimana mahasiswa dari berbagai jurusan dapat menukar sampah dengan tanaman kaktus di sekitar Kampus Jatinangor, dan


rmula diakhiri dengan kegiatan peringatan pada ‘Hari Pohon’, tanggal 23 November 2014 di Car Free Day Dago, Bandung, serta pelaksanaan Tukar Sampah tanggal 29 November 2014 di sekitar Jatinangor. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi titik awal dalam memperkenalkan jurusan RIL ke massa kampus ITB, dan menjadi tonggak awal eksistensi kemahasiswaan RIL ITB. Memasuki tahun 2015, mahasiswa RIL angkatan 2013 mulai mematangkan konsep himpunan. Pada Januari 2015, disepakati secara tidak langsung himpunan bernama ‘HIMARIL’ (Himpunan Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan). Seiring dengan semakin matangnya penyusunan AD/ART, terutama di bagian pembahasan tujuan dan asas himpunan, maka disepakati HIMARIL berganti nama menjadi KMIL (Keluarga Mahasiswa Infrastruktur Lingkungan). Pada tanggal 09 Februari 2015, AD/ART KMIL resmi disahkan. Satu minggu setelahnya dilaksanakan

musyawarah ketua himpunan dengan tiga calon, yaitu Gesit Nurdaksina, Muhammad Hafidz Khoeroni, dan Aji Mustiaji Mahmudin. Ketua himpunan terpilih pada saat itu adalah Gesit Nurdaksina, dan kedua calon lainnya, Muhammad Hafidz Khoeroni diposisikan sebagai Sekertaris Jenderal, dan Aji Mustiaji diposisikan sebagai Ketua BPA (Badan Perwakilan Anggota). Sedangkan untuk posisi senator, ditempati oleh Bagus Dwipayana. Pada 27 Februari 2015, dilaksanakan peralihan dari Komite RIL ke himpunan KMIL ITB. Peralihan ini merupakan simbol resmi bahwa KMIL ITB telah dibentuk dan siap menjalankan program-program kerja yang telah disepakati. Namun, Dies Natalis KMIL tetap diperingati setiap tanggal 09 Februari, disesuaikan dengan momen pengesahan AD/ART KMIL ITB. Di titik ini, telah dilakukan peresmian identitas himpunan. Jaket himpunan telah ditentukan memiliki warna utama abu-abu

7

dan hijau. Warna abu-abu melambangkan infrastruktur, sedangkan warna hijau melambangkan lingkungan. Bendera memiliki warna dasar abu-abu dengan lambang KMIL diposisikan tepat ditengah, dan lambang KMIL memiliki filosofi yang sangat erat kaitannya dengan jurusan RIL. Masa kepengurusan angkatan pertama berakhir pada bulan Februari 2016, dan digantikan kembali oleh RIL angkatan 2013 demi menyesuaikan dengan sistem periodisasi angkatan di KM ITB. Pada periode selanjutnya, ketua himpunan terpilih adalah Aji Mustiaji, dengan posisi ketua BPA dipegang oleh Gesit Nurdaksina, dan posisi senator tetap dipegang oleh Bagus Dwipayana. Pada periode kepengurusan kedua, arah gerak difokuskan pada stabilisasi himpunan dan evaluasi keberjalanan himpunan pada periode sebelumnya.


Fun Fact KMIL ITB 1. Mars KMIL ITB diciptakan oleh Dimas Bimo Mahardika (IL ’13) yang merupakan anggota PSM ITB. 2. “Di atas Bumi Ganesha, Di bawah Langit Jatinangor” merupakan slogan yang digaungkan oleh KMIL ketika ikut serta dalam kegiatan kemahasiswaan terpusat di Ganesha. Slogan tersebut secara tersirat menyampaikan pesan kepada massa kampus Ganesha bahwa perbedaan jarak Jatinangor-Ganesha bukan hambatan bagi mahasiswa ITB Kampus Jatinangor untuk tetap ikut serta dalam kegiatan kemahasiswaan di Ganesha. 3. Ruang sekretariat pertama mahasiswa RIL sejak perumusan pembentukan himpunan hingga musyawarah pemilihan ketua himpunan berlokasi di lantai 2 gedung perpustakaan pusat ITB kampus Jatinangor. 4. Ruang sekretariat KMIL pindah ke

Gedung Labtek I B secara resmi pada tanggal 06 November 2015. 5. Lambang KMIL pada kedua sisi kanan dan kiri terdapat gambar tanaman, yang jika diperhatikan secara keseluruhan merupakan tulisan ‘RIL’. Perancangan lambang digagaskan oleh Bagus Dwipayana (IL ’13) 6. Mars KMIL secara resmi menjadi pembuka setiap forum atau rapat massa, dilaksanakan pertama kali pada Muker (Musyawarah Kerja) KMIL kepengurusan 2016/2017. 7. KMIL berhasil mengukir sejarah di kemahasiswaan ITB setelah KMIL berhasil membentuk himpunan sendiri tanpa dinaungi himpunan yang telah ada sebelumnya.


Filosofi ‘keluarga’ dalam KMIL memiliki arti bahwa kemanapun kita pergi, sejauh apapun, bahkan setelah mahasiswa lepas kuliah dari jurusan RIL, KMIL tetap dapat menjadi tempat pulang dan kembali bagi mahasiswa RIL. - Gesit



sanitasi dahulu dan sekarang


Mula Teknologi Sanitasi Pada awal tahun 3300 SM, Habuba Kabir, orang yang berasal dari kota Mesopotamia Kuno, menggunakan saluran pipa sebagai saluran pembuangan. Sedangkan orang-orang di Lembah Sungai Indus di India menggunakan air untuk menyiram kotoran pada tumpukan batu bata yang telah disusun sebagai tempat pembuangan. Tahun 3000 SM, peradaban Minoa di Kreta telah memiliki sistem sanitasi dan plumbing tersendiri. Istana Knossos adalah bangunan multifungsi pada peradaban Minoa, yang memiliki banyak ruang, dengan tata ruang yang rumit, sehingga menjadi inspirasi bagi legenda Labyrinth. Fungsinya ditujukan untuk istana dan singgasana bagi raja, tempat tinggal bagi para penasihat, pembantu, dan para pengrajin, koridor dan berbagai ruang untuk kamar mandi yang luas, workshop pengrajin, gudang, serta pelataran terbuka (courtyard) di bagian tengah istana. Uniknya bangunan ini sudah dilengkapi dengan sistem sanitasi dan plumbing. Mesopotamia yang dianggap sebagai tempat lahirnya peradaban juga telah mengembangkan penggunaan kakus umum. Pada masa pemerintahan Raja Saragon I pada abad 3000 SM, ada enam kakus umum di dalam istananya. Sebuah kemajuan dari penggunaan kakus jongkok yang terbuat dari tanah liat yang dirasa kurang nyaman, sedangkan kakus umum raja menyediakan sebuah tempat duduk di atas lubang kakus dan toilet duduk paling awal tercipta 12

dengan bentuk seperti tapal kuda. Penggalian reruntuhan di Lembah Sungai Indus di India menunjukkan sisa-sisa bangunan kota Mohenjo Darro dan Harappa. Kota Mohenjo Darro sekitar tahun 2800 SM memiliki beberapa bangunan toilet yang paling maju, yang dibangun di dinding luar rumah. Toilet yang digunakan pada saat itu terbuat dari batu bata dengan kursi kayu di atas tumpukan batu bata yang disambungkan dengan saluran air. Orang-orang dari Peradaban Harappa, pada umumnya telah menggunakan toilet yang disiram dengan air di setiap rumah yang dihubungkan dengan saluran pembuangan dari batu bata tanah liat yang dibakar. Orang-orang Mesir Kuno pada tahun 2500 SM sudah memiliki cara untuk mengatasi masalah pembuangan dengan membangun kamar mandi yang dilengkapi dengan kakus dan dibersihkan dengan menggunakan tangan dan air dari timba. Kakus yang digunakan terbuat dari tanah liat yang dibakar dan dibentuk sebagai tempat pembuangan dan sampai hari ini pun, di Mesir masih banyak menggunakan kakus seperti ini. Kemajuan dibidang teknologi sanitasi terlihat di kota Akhenaton yang terletak di Tel-el-Amarna. Di Yunani Kuno, kakus yang dimiliki penduduk kelas atas sama seperti yang dimiliki oleh para bangsawan di Mesir. Di Roma juga memiliki sistem pembuangan kotoran untuk umum yang disebut dengan ‘cloaca maxima’, yang dibangun sedemikian rupa untuk menampung air hujan dan kotoran agar tidak menggenangi jalan yang dihubungkan dengan banyak saluran air dan para narapidana atau orang-orang terhukumlah yang membersihkannya.


3300 sm

3000 sm

2800 sm 2500 sm


Wabah Justinian Pada tahun 541-542 M saat era Pemerintahan Justinian, penduduk kawasan Timur Tengah, Asia, dan lembah Mediterania dilanda wabah ini. Menurut kepercayaan masyarakat saat itu, wabah disebabkan oleh iblis. Iblis jahat tersebut tiba-tiba muncul ke mimpi mereka, dan saat itu pula penyakit mematikan ini datang dan menginfeksi tubuh dengan cepat. Seseorang yang terkena ‘serangan iblis’ ini akan mengalami demam ringan selama beberapa hari. Kemudian setelah demam selesai, pada tubuh akan muncul luka semacam luka lepuh, dan lepuhan tersebut cukup besar disertai nanah didalamnya. Kondisi tubuh akan menurun seiring bertambahnya lepuhan nanah. Kemudian dalam jangka waktu beberapa hari, fungsi organnya mulai menurun dan akan mengalami koma dan akan langsung meninggal dunia. Masa terinfeksi sampai meninggal dunia terjadi dalam kurun waktu kurang lebih 1 minggu. Saat itu pengobatan belum berjalan dengan baik. Sehingga, salah satu pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat saat itu adalah tidak keluar rumah dan menutup pintu rumahnya agar tidak berinteraksi dengan orang. Cara ini terbukti berhasil karena mereka yang tidak keluar rumah tidak berpotensi terkena penyakit. Terdapat dua jenis pengobatan yang dilakukan, yaitu dengan obat

14

seadanya dan upacara pengusiran setan. Dan benar, metode ini tidak berhasil dan bahkan seiring berjalannya waktu, masyarakat yang terjangkit semakin membludak. Selama kurang lebih 50 tahun, wabah ini sudah menyebabkan 100 juta orang meninggal dunia. Karena banyak orang yang meninggal sektor-sektor penting di dunia banyak yang tidak berjalan bahkan tumbang dan mengalami kerugian seperti pemerintahan dan kerajaan, pertahanan, pertanian, dan perdagangan. Namun, dampak positif akibat wabah yang mengerikan ini beberapa orang jadi takut dengan hukuman Tuhan. Banyak dari mereka akhirnya taat beribadah agar tidak terkena kutukan. Ternyata, wabah Justinian ini disebabkan oleh bakteri bernama Yersinia pestis, dengan vektor sejenis tikus yang saat itu sedang berkembang sangat pesat. Jadi, siapa saja yang mengalami kontak langsung dengan tikus atau hewan yang terinfeksi bakteri tersebut akan mengalami gelaja yang telah dijelaskan diawal. Kontak tersebut dapat berupa kontak langsung dari darah hewan yang terinfeksi masuk melalui kulit manusia yang mengalami luka, atau kontak tidak langsung melalui gigitan pinjal/ kutu yang hidup dari hewan pengerat tersebut. Sedangkan penyebaran antarmanusia dapat terjadi melalui cipratan ludah saat penderita batuk, yang terhirup oleh orang lain.


••••••

541-542


The Black Death

Black Death, nama yang merupakan terjemahan dari Bahasa latin atra mortem diambil dari gejala munculnya penyakit yang dialami penderita. Penderita mengalami penghitaman kulit (biasanya di bagian jari tangan, jari kaki, atau ujung hidung), kehitaman itu muncul akibat adanya jaringan yang mati karena penyakit ini menyerang getah bening seseorang. Getah bening dari penderitanya berubah menjadi hitam dan bengkak. Black Death yang terjadi pada tahun 1346-1353, menewaskan sekitar 75 sampai 200 juta orang di Eropa dan Afrika Utara. Seperti wabah Justinian, Black Death disebabkan oleh hewan pengerat namun berasal dari varian genetik berbeda dari bakteri yang sama, yaitu Yersinia pestis. Black death lebih kita kenal sebagai penyakit pes. Menurut sejarawan Norwegia, Ole Jorgen Benedictow dalam bukunya The Black Death 13461353, pes muncul dari dekat Laut Kaspia, selatan Rusia (kini masuk wilayah Ukraina), pada musim semi 1346. Pes kemudian menyebar ke barat lewat migrasi tikus-tikus coklat Rusia yang memiliki daya tahan tubuh lebih kuat dibanding

16

tikus hitam/ tikus pada umumnya. Persebaran pes juga terjadi lewat kapal dagang Italia. Tikus-tikus berkutu ikut naik kapal, menyusup di antara karung dan keranjang barang. Kapal-kapal dagang Italia itu mengangkut banyak muatan dari beberapa kota, seperti Venice, Genoa, London, dan Bruges. Di London dan Bruges, perdagangan Italia terhubung dengan Jerman dan Norwegia. Dari jalur perdagangan inilah pes menyebar ke segala penjuru Eropa. Di Inggris, wabah pes meluas sampai ke daerah selatan London, kemudian berlanjut hingga ke Eropa Utara. Pes sampai di Oslo pada musim gugur 1348 lewat kapal dagang Inggris yang berlayar ke arah timur dan tenggara. Black Death di Norwegia masuk lebih cepat dibanding ke Jerman dan Belanda. Lantaran tersebar melalui kutu tikus, pes di Eropa hanya muncul ketika suhu menghangat dan menghilang ketika musim salju. Di Norwegia misalnya, sepanjang 1349 hingga 1654 tidak pernah ada wabah pes ketika musim dingin. Biasanya, epidemi merebak lagi begitu musim semi.


1346-1353


Teknologi Sanitasi Modern

Pada Abad ke-17, beberapa negara di Eropa mulai membuat Undang-undang Sanitary Legislation dan menerapkan military hygiene. Pada masa ini juga sudah mulai diterapkan hygiene field dan social medicine, yang merupakan gerakan secara besar-besaran masyarakat Inggris yang disebut ‘Public Hygiene’. Di tahun 1700-an sudah banyak rumah yang terhubung ke aliran utama selokan London, dan akhir tahun 1700 dimulailah era sanitasi modern. Dimulai dengan penemuan oleh Alexander Cummings dan masa puncaknya oleh Joseph Bramah. Pada tahun 1775, Alexander Cummings menerima hak paten pertama pada kloset air. Desain penemuannya sangat menarik daripada desain John Harington yang 200 tahun lebih dahulu dari dirinya. Desain Cummings merevisi desain Harington dengan menggu-

18

nakan gaya berat untuk membantu mengaliri air. Yang lebih penting, Cummings mempunyai ide yang brilliant untuk menggunakan katup perangkap agar area antara mangkok dan pipa dapat terlindungi sehingga dapat mengurangi aroma yang tidak sedap. Namun desain tertutup tersebut justru menjadi masalah terbesar dalam kloset air Cummings, yaitu desain yang menggeser terbuka ketika lengan mekanik ditarik. Cuaca yang dingin dapat menyebabkan masalah pada tutup geser. Desain berengsel-tutup dari Bramah pada tahun 1778 memungkinkan untuk mengosongkan isinya dan kemudian melindungi ruang selanjutnya. Pada 1779, Bramah memproduksi 600 kloset air. Distribusi klosetnya begitu lambat karena di London belum ada sistem pembuangan standar. Bramah melanjutkan menciptakan tekanan hidrolik dan penguncian.


1596

1775

1778


John Snow dan Era Keemasan Toilet Selama pertengahan tahun 1800-an terjadi cacar, kolera, dan epidemic di Eropa dan Amerika Utara, sejak saat itu orang mulai memerhatikan dan membuat perbaikan sanitasi. Akan tetapi, respon dalam membangun sanitasi sebagai sarana untuk membatasi penyakit terhambat karena ada perdebatan ilmiah pada penyakit yang sedang terjadi. Pada tahun 1854, dokter dari Inggris, John Snow, mampu melacak wabah kolera pada suplai air lingkungan yang terkontaminasi dengan feses. Pada akhir 1800-an adalah zaman keemasan toilet, secara tiba-tiba toilet ada di dalam pikiran setiap orang. Arsitek mulai menggabungkan toilet ke dalam rencana pembangunannya. Para invetor dan pengusaha berebut ke sudut pasar baru. Pada abad ke 19-20 mulai dibentuk dewan-dewan yang

20

mengontrol di bidang sanitasi dan kesehatan dan juga munculnya banyak jurnal maupun hasil penelitian yang membahas tentang kondisi sanitasi yang ada di masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang semakin sadar mengenai pentingnya sanitasi dalam kehidupan. Pada tanggal 4 Desember 2006, PBB menetapkan hari itu sebagai Hari Sanitasi Internasional. Sampai sekarang sanitasi masih terus ditingkatkan, karena sanitasi sendiri berperan sangat penting dalam roda kehidupan manusia. Tanpa adanya sanitasi yang baik, populasi manusia dapat terancam musnah, melalui penyakit epidemi yang bahkan efeknya lebih parah daripada peperangan. Saat ini kita masih melihat banyak tempat-tempat yang masih belum terjamah sanitasi, hal inilah yang perlu mendapat perhatian lebih. Oleh karena itu, sanitasi merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus menjadi perhatian besar bagi pemerintah setiap negara untuk melakukan segala upaya menciptakan sanitasi layak agar kehidupan menjadi yang lebih baik.


••••••

1813-1858

21


Diagr Proses penularan penyakit dipicu oleh adanya feses/kotoran, pada tempat yang tidak seharusnya (terbuka), biasanya disebabkan oleh masih adanya kebiasaan buruk masyarakat yaitu BABS (Buang Air Besar Sembarangan) atau berasal dari kotoran hewan ternak yang tidak diolah dengan baik. Feses yang berada di udara terbuka memiliki potensi penyebaran penyakit oleh bakteri yang tinggi. Selain penyebaran melalui udara terbuka, bakteri juga dapat disebarkan melalui sumber air baku yang telah tercemar feses, serangga-serangga penyuka kotoran seperti lalat, genangan air yang telah terkontaminasi, penggunaan tanah yang di dalamnya mengandung kotoran, dan setelah buang air besar tidak mencuci tangan. Dari sumber-sumber tersebut, dapat terjadi penularan penyakit dengan kontak secara langsung ke manusia ataupun melalui makanan yang terkontaminasi. Sumber air yang tercemar akan berdampak kepada manusia baik melalui air yang siap minum namun yang tidak terolah dengan baik ataupun pengolahan makanan yang menggunakan air yang sudah tercemar tadi. Pencemaran air tersebut dapat disebabkan oleh adanya bakteri yang

22

berasal dari feses yang masuk ke sumber air dan kebiasaan buruk manusia yang lupa mencuci tangan setelah BAB dan langsung menyentuh air minum. Bakteri yang berada di tangan tadi juga dapat melakukan kontak langsung kepada manusia, misalnya ketika secara tidak sengaja mengusap wajah dengan tangan yang terkontaminasi tersebut dan ketika makan dengan kondisi tangan yang belum dicuci dengan bersih menggunakan sabun. Untuk pencegahannya sendiri dapat dilakukan dengan memberikan pengolahan yang baik dan tepat pada sumber air untuk menghindari adanya kandungan feses dan bakteri indikator yaitu Escherichia coli. Bakteri tersebut merupakan penanda bahwa suatu badan air sedang tercemar atau mengindikasikan ada bakteri patogen berbahaya lainnya. Setelah melakukan buang air besar (BAB) sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu sebelum kembali beraktivitas terutama dalam hal konsumsi, tangan merupakan medium yang baik untuk bakteri tumbuh. Lalu, pada saat menyimpan air serta memindahkannya juga harus diperhatikan. Pada penyimpanan makanan juga dilakukan hal yang sama, makanan disimpan pada suhu


ram F yang optimum dan hindari di udara yang terbuka. Serangga penyuka kotoran seperti lalat memiliki peluang yang cukup tinggi dalam penyebaran penyakit. Lalat membawa bakteri yang berasal dari kotoran yang berada pada lingkungan terbuka (Kebiasaan BABS dan kotoran ternak yang tidak terolah dengan baik). Selain dari feses tersebut, adanya kemungkinan bakteri yang dibawa lalat juga berasal dari tanah yang terkontaminasi feses. Kemudian, lalat sebagai vektor penyakit akan menyebarkan bakteri ke makanan-makanan yang tidak terlindungi. Ketika lalat berhasil hinggap pada makanan dan dikonsumsi manusia, itu berarti bakteri pathogen telah masuk ke dalam sistem pencernaan manusia yang mengakibatkan sakit, pada umumnya seperti diare, tifus, gangguan sistem pencernaan, dan penyakit lainnya akibat bakteri patogen tersebut. Selain melalui makanan, penyebarannya dapat secara langsung melalui kontak fisik dengan manusia. Penyebaran ini dapat dihentikan dengan hal sederhana seperti menutup selalu makanan yang ada di meja makan dengan tudung saji sehingga tidak memancing lalat datang dan juga dilakukan pengontrolan terhadap

jumlah lalat. Tanah dan genangan air yang terkontaminasi feses akan sangat berbahaya terutama pada tanah pertanian yang hasil panennya tidak dicuci dengan bersih sebelum dimasak dan dikonsumsi. Kotoran yang sebenarnya dapat membantu menyuburkan tanah, namun jika tidak diolah dengan baik maka akan membawa dampak yang buruk. Genangan air terkontaminasi yang terbentuk dapat terserap oleh tanah jika tidak dikelola dengan pembangunan drainase yang baik. Genangan tersebut mampu mencemari secara langsung baik makanan ataupun kontak fisik dengan manusia, misalnya ketika berada di pinggir jalan dimana jalanan tersebut terdapat banyak genangan air yang tercemar, sewaktu-waktu ada kendaraan lewat dan membuat genangan mengarah ke arah anda, sehingga bakteri berpindah ke tubuh anda. Hal pertama yang harus dilakukan setelah itu adalah mandi dan membersihkan tubuh barulah beraktivitas. Solusi untuk permasalahan seperti ini yaitu dengan membiasakan budaya cuci tangan pakai sabun sebelum memasak dan mengonsumsi sesuatu karena kita tidak tahu berbagai jenis bakteri yang hinggap di kulit kita.

23





ada di sekitar kita


Water Treatment Plant (WTP) ITB Kampus Jatinangor Water Treatment Plant itu apa, sih? Water Treatment Plant atau Instalasi Pengolahan Air Bersih merupakan infrastruktur tempat mengolah air baku menjadi air bersih untuk digunakan dalam keperluan higiene, sanitasi dan air minum sehari-hari. Berapa kapasitas pengolahan Water Treatment Plant ITB Kampus Jatinangor? Water Treatment Plant ITB Kampus Jatinangor bisa mengolah air dengan kapasitas 20 liter per detik. Apa saja unit pengolahan yang ada di Water Treatment Plant ITB Kampus Jatinangor? Di dalam Water Treatment Plant terdapat unit-unit pengolahan air, yakni unit pre-treatment, unit clariflocculator dan unit filtrasi, unit post-treatment, reservoir dan ruang pompa. Bagaimana kualitas air hasil pengolahan Water Treatment Plant ITB Kampus Jatinangor? Sudah memenuhi baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Air Minum.

28



1. Dilakukan pengecekan kualitas air baku Situ I ITB Kampus Jatinangor. 2. Air baku dari Situ I ITB Kampus Jatinangor ditransmisikan dengan bantuan pompa submersible untuk dialirkan melalui pipa jenis galvanis berdiameter 200 milimeter sepanjang 261 meter menuju WTP. 3. Air baku di WTP dapat dialirkan menuju unit pre-treatment terlebih dahulu atau langsung dialirkan menuju unit clariflocculator (disesuaikan dengan kualitas air baku). 4. Dalam unit pre-treatment, air baku dengan kekeruhan rendah akan dicampur dengan tanah lempung (clay) yang dilarutkan dengan air untuk menambah kekeruhan air baku. Penambahan tanah lempung (clay) bertujuan untuk 30

5. 6.

7.

8.

merekatkan kotoran-kotoran yang terkandung dalam air baku sehingga membentuk gumpalan yang mudah mengendap. Air baku dialirkan menuju unit clariflocculator setinggi 7,265 meter menggunakan pompa. Aliran air baku yang masuk unit clariflocculator akan ditambahkan koagulan berupa Poly Aluminium Chloride (PAC). Bila kondisi air baku mengandung zat kapur, ditambahkan pula Soda Ash. Soda Ash juga digunakan sebagai koreksi pH. Dibubuhkan pula NaOCl untuk pre-klorinasi. Dalam unit clariflocculator, air baku akan mengalami proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Unit clariflocculator terdiri dari 4 lapisan, yakni: lapisan 1


(unit koagulasi), lapisan 2 (unit flokulasi), lapisan 3 (unit sedimentasi) dan lapisan 4 (unit filtrasi). 9. Unit koagulasi menerapkan jenis koagulasi hidrolis dengan memanfaatkan turbulensi aliran dalam pipa inlet dan loncatan hidrolis akibat adanya V-Notch untuk melakukan pengadukan cepat guna mencampurkan koagulan dengan air baku. 10. Unit flokulasi menerapkan jenis flokulasi hidrolis dengan bantuan baffle dengan aliran vertikal untuk membentuk flok-flok kotoran yang terkandung dalam air baku. 11. Unit sedimentasi menggunakan tube settler hexagonal fiber polycarbonate dengan kemiringan 60o untuk mengendapkan gumpalan flok-flok kotoran

yang terbentuk. 12. Unit filtrasi menggunakan rapid sand filtration single media aliran downflow dengan media filter berupa pasir silika bangka untuk menyaring kotoran yang masih terdapat dalam air. 13. Efluen dari unit filtrasi kemudian dialirkan menuju unit post-treatment untuk mengadsorpsi senyawa organik alami, warna, rasa, bau, dan bahan kimia organik sintetik dalam air. Adsorben yang digunakan pada unit post-treatment adalah granular activated carbon. 14. Efluen dari unit post-treatment kemudian dialirkan menuju reservoir 250 m3. 15. Dari reservoir, air hasil produksi didistribusikan menuju gedung-gedung yang ada di ITB Jatinangor menggunakan pompa. 31


Unit Pre-Treatment

Reservoir Koagulan

32

Unit Clariflocculation dan filtrasi


Situ ITB Kampus Jatinangor

Unit-unit Pengolahan WTP ITB Kampus Jatinangor

Unit Post-Treatment

Reservoir

33

Pompa Distribusi


Nama Unit Unit Pre-treatment

Jumlah Unit 6

Keterangan

Fungsi Unit Pengolahan

Tinggi tangki 10 meter bervolume 1200 liter.

Penambahan tanah lempung (clay) bertujuan untuk merekatkan kotoran-kotoran yang terkandung dalam air baku sehingga membentuk gumpalan yang mudah mengendap. Dosing

Reservoir Koagulan PAC

2

Reservoir Soda Ash

2

Reservoir NaOCl

2

Berbahan plastik bervolume 300 liter

Koagulan berfungsi sebagai zat mendestabilisasi partikel koloid dalam air.

Berbahan plastik bervolume 300 liter.

Soda ash berfungsi sebagai zat pengendali pH air (koreksi pH) dan pelunak (menyisihkan zat kapur/ kesadahan) air.

Berbahan plastik bervolume 300 liter.

NaOCl berfungsi sebagai desinfektan untuk membunuh mikroorganisme patogen dalam air.

Clariflocculator & Filtrasi

Unit Koagulasi

Unit Flokulasi

2

2

Menerapkan sistem hidrolis dengan memanfaatkan turbulensi aliran dalam pipa inlet dan loncatan hidrolis akibat adanya V-Notch.

Destabilisasi koloid dan partikel dalam air sebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut koagulan). Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH-) dan antara ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO42-) yang menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat).

Menerapkan sistem hidrolis menggunakan baffle dengan aliran vertikal

Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel dapat mengendap. Penggabungan flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi akibat adanya pengadukan lambat.

2

Terdapat tube Mengendapkan gumpalan-gumpalan flok yang settler heksagonal terbentuk. fiber polycarbonate dengan kemiringan 60o untuk membantu proses sedimentasi.

Unit Filtrasi

2

Media filter berupa pasir silika bangka yang dilengkapi media penyangga berupa gravel.

Menyaring kotoran yang masih terdapat di dalam air.

Unit Post-treatment

6

Adsorben berupa Granular Activated Carbon (GAC)

Mengadsorpsi senyawa organik alami, warna, rasa, bau, dan bahan kimia organik sintetik dalam air.

Reservoir

1

Jenis ground reservoir bervolume 250 m3.

Menampung air hasil olahan sebelum didistribusikan ke konsumen.

Unit Sedimentasi

34


“No water, no life. No blue, no green.” — Sylvia Earle


Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) ITB Kampus Jatinangor ITB Kampus Jatinangor juga memiliki infrastruktur pengolahan sampah sendiri, yaitu Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST). Pada keberjalanannya, IPST melayani seluruh gedung di ITB Kampus Jatinangor dengan melakukan pengumpulan, pemindahan, dan sebagian pemrosesan. Pengumpulan Pengumpulan sampah dilakukan setiap 2 hari sekali menggunakan mobil berjenis pick up pada pagi hari pukul 07.30 atau 08.00 WIB dan pukul 13.30 atau 14.00 WIB. Sampah yang telah terkumpul di IPST selanjutnya dipilah berdasarkan jenisnya.

Pemindahan Setelah dilakukan pemilahan, sampah yang tidak dapat diolah di IPST dipindahkan menuju TPA Cibereum oleh pihak yang telah bekerjasama dengan ITB Kampus Jatinangor. Pemrosesan Sampah yang diolah di IPST adalah sampah organik seperti sampah dedaunan dan sampah sisa makanan. Sampah dedaunan diolah dengan cara dicacah menggunakan mesin pencacah kemudian disimpan dibak untuk dilakukan komposting. Sampah lalu diberi air sedikit demi sedikit kemudian dipadatkan (diinjak-injak) supaya sampah 36

organik tersebut basah merata. Untuk membantu membolak-balikan sampah yang sedang dikomposting digunakan alat yaitu eksavator agar kebutuhan udara saat komposting dapat merata. Pada bak komposting dilengkapi dengan pipa yang sudah dilubangi untuk sirkulasi udara dan air, yang mana air dari proses komposting tersebut dialirkan menuju septic tank yang berada di belakang IPST. Proses komposting dilakukan selama 30 hari. Setelah dilakukan komposting, sampah kemudian dikeringkan kemudian disaring untuk dijadikan pupuk kompos lalu dijual. Untuk sampah sisa hasil makanan juga dilakukan


pencacahan kemudian disimpan dalam sebuah drum kemudian ditutup. Diharapkan pada kondisi tertutup tersebut terjadi proses fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 10 hari. Tujuan dilakukannya pencacahan dan fermentasi adalah untuk meringankan beban pengolahan (sebagai pre-treatment) dari bioplant. Setelah proses fermentasi selesai, sampah dipindahkan menuju bioplant yang terletak di dekat Gerbang Utama ITB Kampus Jatinangor. Sampah yang telah difermentasi kemudian dituangkan kedalam inlet bioplant. Dari inlet tersebut akan langsung masuk kedalam Anaerobic Digester (AD). Proses didalam AD dapat membutuhkan waktu sekitar 40 hari. Produk akhir yang diinginkan adalah gas metana (CH4). Biogas yang terbentuk sebagai hasil dari degradasi substrat pada kondisi anaerobik, disalurkan menuju bangunan penampung biogas. Penampungan dilakukan karena biogas yang dihasilkan dari proses AD umumnya terdiri dari 60% CH4 dan 40% CO2 (The Andersons Centre, 2010) sedangkan yang diharapkan hanyalah CH4 saja. Untuk mendapatkan CH4, biogas dalam bangunan penampung dialirkan menuju alat pemurni biogas. Setelah dimurnikan, gas CH4 murni ditampung untuk dapat dimanfaatkan.

37


Tiga Pengolah Limbah ITB Kampus Jatinangor: Biofilter

Gambar: biomusi.com

Keunggulan 1. Pengelolaannya sangat mudah. 2. Biaya operasinya rendah. 3. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang dihasilkan relatif sedikit. 4. Dapat menurunkan konsentrasi senyawa nitrogen atau phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi. 5. Suplai udara untuk aerasi relatif kecil. 6. Dapat digunakan untuk air limbah den-

gan beban BOD yang cukup besar. 7. Dapat menghilangan padatan tersuspensi dengan baik. 8. Tahan terhadap perubahan beban pengolahan atau beban hidrolik secara mendadak

38


Biofiler digunakan di beberapa gedung di ITB Kampus Jatinangor, dan beberapa biofilter dapat ditemui di Asrama Gedung 1–5 dan Asrama Dosen. Biofilter adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah anaerob-aerob dengan memanfaatkan mikro-organisme (bakteri, fungi, protozoa, alga). Biofilter ini terdiri dari beberapa bagian yakni bak penyaringan awal, biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak penyaringan akhir, dan dilengkapi kolam filtasi sebagai pengolahan lanjutan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari beroperasi, pada permukaan media filter akan ditumbuhi lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik. Air limbah yang melalui filter akan tereduksi konsentrasi padatan tersuspensi dan bakteri E. coli-nya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dipengaruhi oleh penyaringan dengan sistem up flow (aliran dari bawah ke atas) menyebabkan kecepatan partikel yang terdapat pada air limbah dapat berkurang, sehingga partikel tidak terbawa oleh aliran ke atas dapat terendapkan di dasar bak.

Dengan kombinasi proses anaerob-aerob, efisiensi reduksi senyawa phospor menjadi lebih besar bila dibandingankan dengan proses anaerob atau proses aerob saja. Selama berada pada kondisi anaerob, senyawa phospor anorganik yang ada dalam sel-sel mikro-oragnisme akan keluar sebagi akibat hidrolisa senyawa phospor, sedangkan energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap BOD (senyawa organik) yang ada di dalam air limbah. Efisiensi penghilangan BOD akan berjalan baik apabila perbandingan antara BOD dan phospor (P) lebih besar 10 (Metcalf and Eddy, 1991). Saat kondisi aerob, senyawa phospor terlarut akan dimakan oleh mikro-organisme dan akan disintesa menjadi polyphospat dengan menggunakan energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi senyawa organik (BOD). Dengan demikian dengan kombinasi proses anaerob-aerob dapat menghilangkan BOD maupun phospor dengan baik. Proses ini dapat digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban organik yang cukup besar.

39


Tiga Pengolah Limbah ITB Kampus Jatinangor: Johkasou

Gambar: jatinangor.itb.ac.id

Keunggulan

Kekurangan

1. Efluen yang dihasilkan sangat aman dibuang ke lingkungan 2. Reduksi zat organik hingga 80% 3. Berupa tangki kedap air 4. Tidak memakan banyak tempat 5. Lebih tahan gempa bumi dan bencana lain (karena sistem pipa yang tidak rumit) sehingga tahan lama

1. Biaya instalasi dan pemeliharaan relatif tinggi 2. Pemeliharaan cukup sering dan rumit, harus dilakukan oleh teknisi khusus 3. Harus menyesuaikan kondisi tempat yang yang akan diinstalasi 4. Kebutuhan listrik yang besar (karena harus dialiri listrik 24 jam)

40


Prinsip kerja Johkasou hampir sama dengan biofilter, yaitu dengan memanfaatkan kinerja mikroorganisme. Johkasou memiliki tiga tahapan sistem kerja yaitu: • Tahap I dan II berfungsi untuk mengendapkan bakteri-bakteri yang ada pada air limbah. • Tahap ke III penambahkan oksigen agar bakteri-bakteri dapat aktif memakan zat organik. Hasil penyaringan dari limbah Tahap III ditampung di tangki pengendapan (sedimentation tank) yang didalamnya berlangsung proses desinfeksi dengan penambahan kaporit untuk membunuh sisa-sisa bakteri sehingga air limbah yang dibuang ke tempat akhir bakterinya sudah berkurang. Sistem Johkasou yang diterapkan di Kampus ITB Jatinangor terdiri dari Anaerobic Filter Tank 1, Anaerobic Filter Tank 2, Blower, dan Contract Aeration Tank yang merupakan tangki terakhir sebelum efluen dibuang ke tempat pembuangan. Dan diperkirakan air limbah sudah tereduksi sekitar 80% bakteri.

Di Kampus ITB Jatinangor sendiri sudah menerapkan sistem Johkasou sejak tahun 2015, dan yang paling mudah dijumpai terdapat di belakang Labtek V dan belakang Gedung Utama.

41


Tiga Pengolah Limbah ITB Kampus Jatinangor: Tangki Septik

Gambar: SNI 03-2398-2002

Keunggulan

Kekurangan

1. Bebas masalah lalat dan bau apabila dirancang dengan benar. 2. Biaya investasi relatif rendah, biaya O&M tergantung harga satuan air dan pengurasan. 3. Tidak memerlukan lahan yang terlalu luas. 4. Tidak memerlukan energi listrik. 5. Umur tangki septik tergantung bahan yang digunakan, namun umumnya menggunakan beton sehingga dapat bertahan selama beberapa tahun.

1. Efisiensi pengolahan (reduksi BOD) rendah 50- 60%. 2. Tidak boleh terkena banjir, karena air dapat masuk melewati pipa udara kemudian membuat tangki septik meluap. 3. Efluen dan lumpur tinja masih perlu pengolahan lanjutan.

42


Tangki septik adalah suatu ruangan yang berfungsi, menampung dan menggolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan alir yang lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan-bahan larut air dan gas. (SNI 03-23982002) Persyaratan untuk tangki septik yaitu: dapat dibuat dengan sistem kombinasi anaerobik dan aerobik, terbuat dari bahan bangunan yang tahan terhadap asam, harus kedap air, pipa aliran masuk, pipa aliran keluar, serta pipa udara sesuai dengan ketentuan, dilengkapi dengan bidang resapan. Kemudian terdapat ketentuan jarak dari tangki septik atau bidang/ sumur resapan terhadap suatu unit tertentu, seperti: jarak dari bangunan ke tangki septik minimum adalah 1,5 meter, jarak dari sumur ke tangki septik minimum adalah 10 meter, dan jarak pipa air bersih ke tangki septik adalah 3 meter. Begitu pula dengan jarak minimum untuk bidang resapan. Pemeliharaan untuk tangka septik tidak terlalu rumit, yang harus dilakukan adalah menguras tangki septik 2-3 tahun secara berkala, tidak boleh ada bahan berbahaya

masuk ke dalam tangki septik, dan lumpur hasil pengurasan harus diolah ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Ditinjau dari proses bekerjanya, tangki septik (dan IPLT) dapat menyisihkan zat organik (BOD) sebesar 50 - 60%, bakteri fekal koli sebesar 60,1 - 90,9 %, nitrogen sebagai niteat sebesar 51%, dan phospat sebesar 22,5 - 50% Tangki septik dapat dijumpai di beberapa Gedung di ITB Kampus Jatinangor, yang mudah dijumpai adalah di belakang Laboratorium Komputer dan Fisika, serta di Gedung B.

43


Sistem Drainase di ITB Kampus Jatinangor


Apa itu Drainase? Drainase adalah sebuah saluran air yang pada umumnya berbentuk lengkungan dan berada di permukaan atau bawah tanah, baik itu alami maupun buatan manusia. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. (Dr. Ir. Suripin, M. Eng., 2004)

Bedanya dengan Eco-drain? Eco-drain atau drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya mengelola air kelebihan dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya. Dalam drainase ramah lingkungan, justru air kelebihan pada musim hujan harus dikelola sedemikian sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai. Namun diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah untuk cadangan pada musim kemarau. (Maryono, 2001).

Pengertian Sistem Drainase Sistem Drainase umumnya terdiri dari saluran penerima (interceptor), saluran pengumpul (collector), saluran pembawa (conveyor), saluran induk (main), dan badan air penerima. Jenis sistem drainase dibedakan menjadi 2, yaitu: Sistem Drainase Mayor Sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air hujan berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal atau sungai. Sistem Drainase Minor Sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air hujan dengan debit yang tidak terlalu besar, seperti saluran di sepanjang sisi jalan, selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong.


Eco-drain ITB Jatinangor Konsep Eco-Drain di ITB Jatinangor dapat dilihat pada beberapa tempat, diantaranya: • Terdapat lahan terbuka yang berfungsi sebagai catchment area. • Terdapat jalan setapak yang menggunakan paving block. • Terdapat pipa-pipa kecil yang ditanam dibawah permukaan tanah yang lebih tinggi yang berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air yang diserap oleh tanah kemudian dialirkan menuju saluran cabang maupun saluran utama. • Terdapat lahan perkebunan yang merupakan salah satu upaya pemaksimalan air hujan agar berdaya guna menghasilkan hasil panen.


Drainase Konvensional

Sistem drainase di ITB Jatinangor ini memakai sistem drainase minor, yang mana sistem ini merupakan saluran dan bangunan pelengkap drainase untuk menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan ke badan air (Situ 1 dan Situ 2). Sistem drainase yang diterapkan oleh ITB kampus Jatinangor ini sesuai dengan kondisi georafisnya. Dengan permukaan tanah yang landai, air dapat segera menuju badan air sehingga air tidak meluap ke badan jalan. Semua air dialirkan menuju Situ 1 dan Situ 2 yang letak geografisnya paling rendah di ITB Jatinangor.



tapak tilas


KMIL X W

“Clean Water Pi

Kegiatan KMIL x Westpex adalah salah satu kegiatan pelatihan yang merupakan bagian dari program kerja Direktorat Ekstrakampus dibawah Direktorat Jendral Eksternal KMIL ITB yang bekerjasama dengan PT. Bojong Westplast. Tujuan dari dilaksanakannya pelatihan ini adalah untuk me-

50

menuhi kebutuhan akan perlunya pelatihan yang berkaitan dengan karya keilmuan dan keprofesian dari program studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan. Kegiatan ini terbuka untuk umum. Peserta yang mengikuti pelatihan ini beragam, mulai dari mahasiswa hingga yang sudah


WESTPEX

ipe Installation�

bekerja. Kegiatan ini dilakukan selama 4 hari yaitu pada 12 - 15 Agustus 2019 bertempat di Labtek 1B ITB Kampus Jatinangor. Hari pertama hingga hari kedua dilakukan penyampaian materi mengenai plumbing. Kemudian pada hari ketiga dilakukan demonstrasi pemasangan pipa oleh pihak

Westpex. Dan pada hari terakhir dilakukan pengujian terhadap materi yang telah disampaikan serta ujian praktik memasang pipa pada papan triplek dengan contoh gambar yang telah disediakan oleh penguji.

51


GORILA 2019 (Go RIL Action) GORILA (Go RIL Action) merupakan salah satu kegiatan tahunan dari acara Penerimaan Anggota Baru Himpunan atau biasa disebut Inninawa. Pada tahun 2019, GORILA mengangkat topik persampahan dan sasarannya adalah pelajar tingkat SMA agar materi yang diberikan benar-benar dapat dipahami dan diterapkan. Sekolah yang dipilih untuk kegiatan GORILA ini adalah SMAN 1 Jatinangor. Sekolah tersebut dipilih karena terdapat potensi menjadi role model untuk sekolah-sekolah yang ada disekitarnya (kondisi pengelolaan sampahnya juga kurang baik) yakni SMPN 1 Jatinangor, MTs Jatinangor, dan SMA PGRI.

52

Kondisi eksisting pengelolaan persampahan di SMAN 1 Jatinangor yaitu tidak adanya pemindahan sampah menuju TPS, dan adanya pembakaran sampah. Kemudian rumah-rumah yang letaknya dekat dengan sekolah terkadang membuang sampahnya ke belakang sekolah. Dari permasalahan tersebut, kegiatan GORILA ini bertujuan untuk memperbaiki sistem pengelolaan sampah yang ada di SMAN 1 Jatinangor. Kegiatan yang dilakukan adalah membangun TPS didalam sekolah agar sampah dari gedung-gedung dapat ditampung sementara sebelum dipindahkan. Kemudian dibuat pula biopori, takakura, mikroorganisme


lokal, dan composting. Tujuan dari pembuatan teknologi ini yaitu mengurangi volume dan berat sampah yang akan diangkut dari TPS sementara. Tidak hanya kegiatan di lapangan, pelajar SMAN 1 Jatinangor juga diberikan edukasi melalui seminar. Dalam seminar ini dijelaskan dengan model analisis mengenai pengurangan dan pemanfaatan sampah. Panitia GORILA mendapat dukungan dari pihak sekolah, organisasi sekolah, dan Kantor Desa Hegarmanah. Dukungan tersebut berupa fisik dan non-fisik yang ditujukan untuk memastikan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan.



“Mahasiswa harus bisa memegang akar rumput beserta birokratnya.� - Sanifa


Kolaborasi KMIL dan PT. General Electric (GE) (KMIL x GE) X

KMIL x GE merupakan kegiatan yang dapat terlaksana berkat CSR (Corporate Social Responsibility) dari PT. General Electric Nusantara Turbine Service. Sederhananya CSR adalah konsep serta tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan sebagai rasa tanggung jawab terhadap sosial serta lingkungan, sehingga KMIL hanya pelaksana saja. Kegiatan ini dilatar belakangi karena Indonesia memproduksi 65 juta ton sampah per tahun (Greenpeace Indonesia). Kemudian akses air bersih di Indonesia yang mencapai 72% pada akhir tahun 2018 (Kementerian PUPR). Serta pentingnya pendidikan sanitasi sejak dini. Dari latar belakang tersebut, KMIL berkolaborasi dengan PT. General Electric Nusantara Turbine Service mengadakan pengabdian masyarakat untuk mengurangi permasalahan tersebut sekaligus menyemarakkan kegiatan World Clean Up Day (WCD) 2019 yang jatuh pada tanggal 21 September

56

2019. Lokasi terpilih yaitu SDN 005 dan SDN 009 Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bentuk kegiatan yang dilakukan ada dua, yakni proyek infrastruktur dan proyek sosial, antara lain: 1. Proyek Infrastruktur • Perbaikan talang air • Pengadaan drum dan tempat sampah • Pengadaan wastafel • Pembersihan area sekolah • Pembersihan area kamar mandi 2. Proyek Sosial Sosialisasi perilaku hidup sehat untuk warga sekolah Kegiatan ini dilakukan supaya semua yang sudah diedukasikan pada saat sosialisasi dapat diimplementasikan melalui infrastruktur yang sudah ada.




Goes Coy 2.0 Surakarta - Yogyakarta 12 - 15 Desember 2019 Goes Coy 2.0 merupakan salah satu program kerja dari Direktorat Ekstrakampus dibawah Direktorat Jenderal Eksternal KMIL ITB yang bertujuan untuk menambah pengetahuan terhadap keprofesian yang ada di program studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan (RIL). Kegiatan Goes Coy 2.0 mencakup kuliah lapangan dari beberapa mata kuliah terkait dengan keprofesian Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, diantaranya: • IPAL Semanggi, Surakarta untuk keilmuan air limbah • PDAM Tirta Marta, Yogyakarta untuk keilmuan air bersih • TPS 3R Brama Muda, Yogyakarta untuk keilmuan persampahan Selain mengadakan kuliah lapangan, Goes Coy 2.0 juga engadakan studi banding ke HMTL UPN Veteran Yogyakarta.



Environmental Heroez! (ENVRZ!) Environmental Heroez! (ENVRZ!) pada kepengurusan tahun 2019/2020 kali ini dilaksanakan di Cigolontang, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Dalam acara yang diselenggarakan oleh Badan Semi Otonom (BSO) ENRZ! Keluarga Mahasiswa Infrastruktur Lingkungan (KMIL) ITB, kita diajak untuk membuka mata mengenai isu lingkungan terutama terhadap kebutuhan air bersih di suatu daerah dengan tujuan mengurangi beban masyarakat terkait pengaksesan air bersih. Dari tujuan tersebut, ENVRZ! menyelenggarakan suatu bentuk pengabdian masyarakat dengan membangun sistem transmisi air dimana pipa sepanjang kurang lebih 40 meter menyalurkan air dari sumber menuju reservoir yang diletakkan di daerah permukiman. Aliran tersebut dioperasikan dengan pompa yang terhubung sehingga air dapat mengalir dari bawah menuju atas. Aksi yang melatarbelakangi pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut dibuktikan dengan sulitnya akses mendapatkan air, terlebih jika musim kemarau tiba membuat air semakin sulit diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menunjang aktivitas sehari-hari. Hanya sebagian rumah yang memiliki sumur sebagai

sarana pengaksesan air, sisanya mengandalkan air yang didapatkan di bawah permukiman, tepatnya di sebuah lebak dengan akses jalan yang cukup curam. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena masyarakat harus bejuang untuk mendapatkan air untuk aktivitas mandi cuci kakus. ENVRZ! beserta masyarakat bersinergi membangun infrastruktur, dan saling bergotong-royong. Dengan pembangunan yang dilaksanakan selama enam hari, diharapkan dapat memudahkan masyarakat agar tidak lagi harus turun ke bawah untuk mengambil air melainkan mereka bisa mendapatkannya dari reservoir (toren) yang diletakkan di daerah permukiman masyarakat. Selain kegiatan pembangunan, ENVRZ! juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial supaya lebih dekat dengan masyarakat sekitar, terutama kepada anak-anak. Adapaun kegiatan rutin selama di Cigalontang seperti: pengajian tiap malam, bermain dan olahraga setiap sore, lomba-lomba, menggambar dan memberi edukasi cuci tangan menggunakan sabun yang baik dan benar, serta mengambil sampah yang berserakan di sekitar daerah tersebut.




GAUNG

INSPIRASI


Pada Selasa (11/2), telah dilaksanakan Gaung Inspirasi yang diinisiasi oleh Direktorat Implementasi dibawah Direktorat Jenderal Keilmuan KMIL ITB. Acara yang berlangsung di sekretariat KMIL ini mengusung tema “Pengelolaan Persampahan di Kampus ITB Jatinangor� dan dihadiri oleh beberapa himpunan mahasiswa jurusan yang ada di ITB Kampus Jatinangor. Timbulan sampah ITB Kampus Jatinangor yang besarnya mencapai 274 kg/ hari dirasa perlu penanganan yang baik dengan tujuan terkelolanya sampah yang ditimbulkan sehingga tidak ada pencemaran yang terjadi, baik pencemaran tanah, air maupun udara. Proses pengelolaan sampah ini memerlukan keterlibatan banyak pihak agar berjalan secara optimal, mulai dari sumber timbulan, pengumpulan dan pemrosesan akhir. HMTB ‘Rinuva’ yang pada kesempatan ini ikut serta

berkolaborasi mengusulkan beberapa teknologi pengolahan sampah, diantaranya insinerator, pyrolysis, gasifikasi, dan anaerobic digester. Namun untuk memanfaatkan teknologi tersebut, perlu adanya pre-treatment terhadap sampah yang ditimbulkan dimulai dari pewadahan yang perlu menyediakan prasarana pewadahan sampah yang mewadahi dan merata. Pada pewadahan ini sampah sudah terpilah menjadi beberapa kategori sesuai dengan potensi pemanfaatannya, yang terdiri dari biodegradable, recyclable, B3 dan residu. Kemudian proses pengumpulan yang masih memiliki masalah sampah yang berserakan di tempat pengumpulan yang diakibatkan oleh kucing-kucing yang berkeliaran sehingga proses pengumpulan menjadi relative lebih lama. Masalah ini dapat ditangani dengan menggunakan trashbag pada pewadahan sehingga pengumpulan menjadi lebih efektif. Alternatif pemrosesan akhir sampah yang dilaksan-

65

akan di Kampus ITB Jatinangor adalah composting dan anaerobic digester yang belum optimal pada keberjalanannya. Hasil kompos yang masih belum termanfaatkan menjadikan perlu adanya kerjasama dengan pihak luar agar kompos menjadi lebih bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis. Belum optimalnya pemilahan sampah, terutama sampah organic yang menjadi feed anaerobic digester menjadi permasalahan terhadap jumlah feed yang mengakibatkan operasional anaerobic digester kurang optimal. Harapan dari adanya Gaung Inspirasi ini adalah adanya sistem pengelolaan persampahan yang lebih tertata dan adanya nilai positif dari ITB Kampus Jatinangor terkait pengelolaan sampahnya, tidak menutup kemungkinan ITB Kampus Jatinangor menjadi pusat edukasi pengelolaan sampah bagi sekitar, Indonesia bahkan hingga penjuru dunia.


National Water and Sanitation Festival (NWSF) Pada Sabtu (15/2) telah dilaksanakan main event dari National Water and Sanitation Festival atau disingkat NWSF yang mencakup rangkaian kegiatan seperti expo dan talkshow dari berbagai pembicara yang bergerak dalam lingkup air bersih dan sanitasi yang dapat dikunjungi oleh umum. Selain itu, juga terdapat acara pre event berupa kompetisi yang dilakukan beberapa bulan sebelumnya dan dapat diikuti oleh mahasiswa dan siswa SMA/sederajat seIndonesia. Kompetisi yang diadakan oleh NWSF diantaranya yaitu kompetisi Esai dan Infografis dengan tema “Membangun Indonesia dengan Akses Air Bersih Universal dan Bersanitasi Baik”, serta kompetisi Video Jurnalisme yang membahas mengenai “Masalah dan Solusi Akses Air Bersih dan Sanitasi di Indonesia”. Kompetisi Esai dan Infografis yang hanya dapat diikuti oleh mahasiswa dimenangkan oleh Soap Net dari ITB sebagai juara 1, ENVOSCENT dari UPN Veteran Yogyakarta sebagai juara 2, DPJ_STK dari IPB sebagai juara 3, dan Gesit Pondasi dari Poltekkes Kemenkes Yogyakarta sebagai juara favorit. Lalu

untuk kompetisi video jurnalisme dengan kategori mahasiswa dimenangkan oleh Banyu Bening dari UGM sebagai juara 1, Karangwaru dari UGM sebagai juara 2, UPR dari Universitas Palangkaraya, dan Fourpoint dari UNJ sebagai juara favorit. Sedangkan untuk kategori siswa SMA/sederajat dimenangkan oleh SMAN 5 Kota Bogor sebagai juara 1, Youth Ananta dari SMAN 1 Giri sebagai juara 2, KR Studio dari SMAN 29 Jakarta sebagai juara 3, dan QnR Beraksi dari SMA Alexandria Islamic School sebagai juara favorit. Acara talkshow yang merupakan bagian dari main event NWSF terbagi menjadi dua sesi. Pada sesi pertama mengusung tema yaitu “Air dan Sanitasi sebagai Penentu Kesejahteraan Manusia”, sedangkan pada sesi kedua bertema tentang “Membangun Indonesia dengan Akses Air Bersih Universal dan Bersanitasi Baik”. Talkshow yang berlangsung di Aula Barat ITB ini mengundang beberapa pembicara dari berbagai lembaga mulai dari lingkup pemerintah seperti Kementerian PUPR dan Kementerian PPN/Bappenas, lingkup kewiraswastaan

66

seperti Waste4Change dan Parongpong Recycle and Waste Management, sampai dari lingkup Non-Governmental Organization (NGO) seperti UNICEF. Di waktu yang sama, dilaksanakan expo di Lapangan CC Barat ITB. Untuk kegiatan expo sendiri menampilkan berbagai teknologi maupun pergerakan dari berbagai lembaga yang bergerak di bidang air dan sanitasi. Selain itu, kegiatan ini juga dimeriahkan oleh penampilan musik dari Fossil and The Sanitarians serta pembagian doorprize. “Keberlangsungan rangkaian kegiatan NWSF ini diharapkan dapat menimbulkan sinergisasi antara KMIL dengan program studi RIL, menciptakan wadah aplikatif bagi mahasiswa KMIL, serta menjalin hubungan baik antara KMIL dengan pihak luar. Dengan meningkatnya eksistensi KMIL di mata masyarakat, semoga berpengaruh terhadap peningkatan kesadaran terkait isu-isu lingkungan yang diangkat oleh KMIL, dan diharapkan dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat,” ucap Sena Moses Satria, Ketua NWSF tahun ini.



karya massa



Pembangunan Infrastruktur dan Manfaatnya Bagi Masyarakat Infrastruktur: Apakah melulu tentang jembatan, jalan tol dan gedung pencakar langit? Oleh: Fadillah Muna’azat

A

pa yang kalian pikirkan ketika ditanya, infrastruktur apa yang perlu ditingkatkan dalam mencapai kesejahteraan dan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat? Pasti banyak dari kita yang akan menjawab tentang pembangunan jembatan yang memudahkan akses orang lain untuk pergi dari suatu tempat ke tempat lain atau jalan tol yang mampu meningkatkan efisiensi waktu dalam bepergian. Namun, adakah hal-hal lain terkait pembangunan infrastruktur yang bisa saja itu menjadi hal penting juga bagi masyarakat? Jika kita telaah secara mengakar dari pemaknaan infrastruktur, kita akan mendapatkan makna berupa prasarana. Prasarana seperti apa yang dimaksudkan? Beberapa ahli menyebutkan bahwa infrastruktur berarti wujud modal publik yang terdiri dari jalan umum, jembatan, sistem saluran pembuangan dan lainnya sebagai investasi yang dilakukan oleh pemerintah (Gregory, 2003). Dari pengertian dan pendapat tersebut maka sudah seharusnya masyarakat tersadar bahwa pemaknaan terhadap infrastruktur itu

70

lebih luas. Dalam keberjalanannya selama tahun 2015-2019, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, memiliki berbagai misi terkait pembangunan infrastruktur dan membaginya ke beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut terdiri dari pembangunan sumber daya air yang termasuk sumber daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan dan kedaulatan energi. Selain itu ada juga pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung konektivitas guna meningkatkan produktivitas, efisiensi dan pelayanan sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan maritim, kemudian infrastruktr permukiman dan perumahan rakyat yang diharapkan mampu mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia serta yang terakhir ialah infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang secara terpadu dari pinggiran didukung industri konstruksi yang berkualitas untuk kes-


eimbangan pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal yang ingin penulis soroti dalam artikel ini ialah pembahasan mengenai infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat. Apa yang dimaksud dengan infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat? Apa saja bagian yang termasuk ke dalamnya? Alasan tersebut penulis dapatkan karena erat kaitannya dengan posisi saat ini sebagai mahasiswa Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkunagn di salah satu universitas di Jawa Barat dan sudah sewajarnya memiliki harapan untuk pembangunan infrastruktur terkait menjadi lebih baik. Infrastruktur permukiman dan perumahan rakyat erat kaitannya dengan akses air minum yang layak, penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan serta sanitasi dan persampahan. Indonesia pernah memiliki suatu target capaian dalam program 100-0-100 yang terdiri dari 100% akses air minum layak, 0% kawasan permukiman

kumuh dan 100% akses sanitasi layak. Namun pada kenyataannya, di tahun 2019 yang menjadi tahun terakhir dalam program tersebut, masih menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Merujuk kepada laporan yang dikeluarkan oleh WHO dan UNICEF, Indonesia pernah menduduki peringkat kedua (setelah India) dengan sanitasi terburuk di dunia. Jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di Asia Tenggara, hal tersebut masih sangat jauh untuk dibandingkan karena kualitas mereka lebih baik seperti di Singapura dan Malaysia. Padahal sebenarnya, jika kita semua menyadari, salah satu akibat adanya sanitasi yang buruk ini bisa menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya ialah diare. WHO juga pernah melaporkan ditahun 2012, penyakit diare menjadi penyebab kematian terbesar balita yang mencapai angka 31.200 balita saat itu. Berbagai realita nyata terkait minimnya akses sanitasi dan air minum layak di Indonesia pernah penulis alami saat dua kali melakukan kegiatan live in atau menetap atau tinggal bersama masyarakat selama beberapa minggu di sebuah

71

Kabupaten di Jawa Barat. Hal yang penulis soroti dari kegiatan ini ialah minimnya akses sanitasi terutama masalah buang air besar yang layak dan juga persampahannya. Pada dusun pertama, disalah satu rumah, penulis hanya menemukan sebuah lubang kecil sebagai tempat untuk buang air besar dan langsung ‘bermuara’ pada sebuah kolam ikan. Dari 10 rumah yang ada, hanya sekitar 2 rumah yang memiliki toilet dengan pengolahan sendiri. Selain itu, dari aspek persampahannya, masyarakat di desa tersebut cenderung untuk membakar sampah yang mereka anggap sudah tidak berguna. Untuk sampah-sampah yang dianggap masih berguna seperti sisa tanaman dan sebagainya, mereka jadikan pupuk untuk menambah pendapatan masing-masing. Pada dusun kedua, saat itu penulis tinggal di sebuah pesantren yang dekat dengan salah satu rumah tokoh masyarakat di sana. Kondisi sanitasi di sini lebih disayangkan. Saat penulis ingin membuang air besar, memang sudah terdapat toilet yang cukup baik, namun pengolahannya belum baik. Saluran pem-


buangan dari toilet tersebut langsung diarahkan menuju kebun pisang dan tanaman lain yang berada tidak jauh dari lokasi buang air besar. Setelahnya, kotoran tersebut akan mengalir ke sungai yang berada tidak jauh dari lokasi buang air besar. Hal ini sangat disayangkan, karena masyarakat di sana banyak menggunakan sungai tersebut untuk menunjang aktivitas sehari-hari seperti mencuci baju, piring, bahkan untuk mandi sekalipun. Kondisi di desa ini juga hampir sama, hanya 2 dari 7 rumah yang memiliki toilet yang layak dengan pengolahannya yang masih tidak baik. Untuk masalah persampahannya pun lebih memprihatinkan. Masyarakat di sana lebih banyak yang memilih membakar sampah-sampah mereka di pekarangan rumah serta ke sungai dikarenakan tidak adanya proses pengolahan dan sistem pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah setempat. Alhasil sungai nya pun tercemar dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Untuk air bersih juga masih kurang baik. Selama ini, masyarakat sekitar hanya mengandalkan aliran air dari mata air atau sumber-sumber lainnya yang bisa dijadikan air baku, tanpa pengolahan terlebih dahulu. Cerita lainnya terkait minimnya infrastruktur air bersih dan sanitasi penulis dapatkan saat kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di Sekolah Dasar hingga Sekolah

72

Menengah Atas. Pada kegiatan yang dilakukan di SD, permasalahan yang terjadi ialah banyak murid-murid yang terkena diare karena kebersihan toilet yang tidak terjaga, perilaku hidup bersih dan sehat yang tidak dibiasakan serta minimnya peningkatan kualitas akses sanitasi yang lainnya. Kejadian serupa pun terjadi di SMA yang penulis kunjungi. Banyak siswa yang enggan untuk pergi ke toilet sekolah dikarenakan jorok dan tidak layaknya kondisi yang ada. Untuk pengelolaan persampahan, pihak sekolah juga mengatakan bahwa minimnya kegiatan tersebut dikarenakan kurangnya sinergitas antara pihak sekolah dengan pemerintahan setempat yang menyebabkan sampah kegiatan dibuang pada pekarangan sekolah dan dibakar. Setelah mengetahui cerita-cerita tersebut, masihkah kita merasa pembangunan infrastruktur terpenting ialah jalan raya atau jembatan saja? Penulis rasa tidak! Pembangunan infrastruktur pemukiman tersebut harus tetap menjadi sorotan utama dalam pembangunan. Hal yang menyebabkan masih minimnya pembangunan infrastruktur tersebut di masyarakat ialah karena beberapa hal, seperti kurangnya dana yang dialokasikan pemerintah atau dana swadaya dari masyarakat dan juga kurangnya perhatian pemerintah terhadap hal-hal tersebut. Masalah lain yang menye-


babkan pembangunan infrastruktur pemukiman bukan hal yang dianggap penting ialah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap akes sanitasi yang layak. Pemerataan edukasi yang dilakukan tidak menyentuh kepada masyarakat yang memang berada pada kawasan-kawasan pedesaan yang jauh dari pusat kota. Minimnya pendidikan yang ditempuh masyarakat juga menjadi hal-hal yang menyebabkan terciptanya masalah tersebut. Oleh karena itu, sudah sewajarnya sebagai insan akademis yang merupakan bagian juga dari masayarakat, penulis memiliki banyak harapan dalam pembangunan infrastruktur pemukiman dan perumahan. Adapun beberapa langkah-langkah yang penulis sarankan adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya kerja sama yang lebih intens dari kementerian terkait dengan masyarakat sekitar terkait pembangunan yang lebih berkelanjutan. Jika memang masih memebutuhkan bantuan sumber daya manusia, kementerian terkait bisa mengadakan dan menggencarkan pengabdian-pengabdian dengan menyentuh masyarakat lain untuk membantu permasalahan tersebut. Bisa saja melalui mahasiswa ataupun masyarakat umum. 2. Mengadakan program pengumpulan dana perusahaan yang dapat dialokasikan untuk kegiatan

sosial dengan masyaraat yang membutuhkan. Program tersebut bisa berbasis website yang memudahkan masyarakat untuk menceritakan kondisi sanitasi dan akses air minum yang layak bagi mereka serta menarik perhatian perusahaan yang akan memberikan bantuan. 3. Menaikkan anggaran terkait pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan tersebut agar lebih menjangkau masyarakat di daerah terpencil. 4. Meningkatkan progam sanitasi berbasis masyarakat agar terciptanya teknologi dalam penyelesaian masalah yang tepat guna. Penulis berharap, dengan artikel ini, masyarakat tersadar bahwa infrastruktur tidak melulu tentang pembangunan jalan, jembatan ataupun gedung pencakar langit. Tetapi infrastruktur lebih dari itu, menyentuh kebutuhan-kebutuhan dasar bagi masyarakat agar kesejahteraan dan kualitas hidup meningkat. Upaya ini juga sejalan dengan salah satu poin pencapaian pada Sustainable Development Goals yang secara spesifik menyebutkan tentang air bersih dan sanitasi. Semoga artikel ini mampu menjadi pemantik kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi yang layak sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara yang memang menciptakan keadilan bagi rakyatnya.

73


rekomendasi



Seven Wonders Of The Industrial World: The Sewer King

Bercerita tentang masalah yang dapat menewaskan ribuan orang dalam serangkaian epidemi yang diakibatkan karena sanitasi yang buruk selama berabad-abad. Untuk mengatasi masalah tersebut, seorang insinyur bernama Sir Joseph William Bazalgette membuat sebuah terobosan yaitu suatu konstruksi saluran pembuangan air yang sangat besar. Masalah yang timbul selama proses pembangunan tidak menghalangi keberhasilan proyek tersebut.

Deranged (2012)

Korea Selatan dikagetkan oleh sebuah penemuan mayat mengenaskan yang mengapung di Sungai Han. Semakin hari, mayat yang ditemukan semakin banyak. Ternyata, hal tersebut diakibatkan oleh sejenis cacing parasit bernama ‘yeongasi’ yang telah bermutasi, membuat orang-orang yang terjangkit akan bertambah nafsu makan dan rasa haus yang kemudian berakhir pada keinginan untuk menceburkan diri ke sungai atau kolam terdekat.

76

The Flu (2014)

Dimulai dari sekelompok orang yang menyelundupkan imigran gelap ke Korea Selatan melalui kapal pengiriman barang. Salah satu dari mereka membawa suatu wabah penyakit menular dan mematikan. Para imigran tersebut akhirnya mati dalam perjalanan menuju Korea. Saat dilakukan pemeriksaan oleh pihak penyelundup, salah satu dari mereka terinfeksi secara tidak sengaja. Kemudian menyebar sehingga satu Kota Bundang terjangkiti wabah dan kota diisolasi.


Trashed (2012)

Trashed dalah sebuah film dokumenter lingkungan. Dengan partisipasi Jeremy Irons, film ini melihatkan risiko limbah terhadap rantai makanan dan lingkungan melalui polusi udara, darat dan laut. Film ini mengungkapkan kebenaran mengejutkan tentang bahaya yang sangat langsung dan kuat bagi kesehatan manusia.

A Plastic Ocean (2016)

A Plastic Ocean merpakan film dokumenter yang dimulai saat jurnalis Craig Leeson mencari paus biru, namun bukan pasu biru yang ia temukan melainkan limbah plastik di samudera. Bersama penyelam bebas Tanya Streeter dan ilmuwan serta para peneliti menjelajahi dua puluh tempat dalam empat tahun untuk mengetahui sebab dan akibat dari limbah plastik serta solusinya.

77

The Ghost Map: The Story of London’s Most Terrifying Epidemic and How It Changed Science, Cities, and the Modern World

Buku yang ditulis oleh Steven Berlin Johnson ini bercerita tentang upaya dokter bernama John Snow dan Henry Whitehead dalam memecahkan teka-teki dan membuktikan teorinya bagaimana penyakit kolera yang terjadi pada tahun 1854 dapat menyebabkan epidemi di Kota London. Namun dalam upaya pembuktian teorinya, Snow harus melawan komunitas ilmiah yang percaya bahwa semua penyakit disebabkan oleh ‘Miasma’ atau pembusukan udara.


Merchandise KMIL



Labtek 1B Lantai 1, ITB Kampus Jatinangor Jl. Let. Jend. Purn. (HC) Mashudi No. 1, Sayang Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Jawa Barat 80


81


Majalah dari KMIL ITB 2019/2020

kmil_itb@km.itb.ac.id

@kmil_itb

@kmil_itb

KMIL ITB


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.