Martani Edisi 2

Page 1

artani Menebar Inspirasi dan Informasi Petani

Strategi Pembangunan Pertanian E d i s i

2 ,

M e i

2 0 1 7

Warta Desa

Pemuda dan Pembangunan Desa

Sekolah Inovasi Tani Indonesia

Averroes Serahkan Hasil Penelitian Kepada Pemerintah Kabupaten Pasuruan

Laporan Utama

Analisis Potensi Pertanian, Langkah Awal Temukan Strategi Perbaikan


artani

Salam Redaksi

Menebar Inspirasi dan Informasi Petani

Redaksi Martani Penanggungjawab: Sutomo Redaktur: Edi Purwanto Redaktur Pelaksana: Nasrun Annahar Anggota Tim Redaksi: L. Riansyah Fahrul Ulum M. Mujtabah Kontributor: Moh. Aris Fahmi Tri Wahyu Widarto Noor Zuhdiyaty Very Yudha Lesmana Naila Kamalya Puji Tarseno M. Abdul Fatah Editor: Nasrun Annahar Tata Letak: Dwi Purbo Yuwono Fotografer: Rachmad Mardi Hartanto Diterbitkan Oleh:

Didukung Oleh:

D'Wiga Regency A3-12, Kelurahan Mojolangu, Kota Malang (65142) (0341) 3039081 info@averroes.or.id www.averroes.or.id www.padi.averroes.or.id

f

@KomunitasAverroes @averroes.or.id @avecom

Berbagai Pilihan Cara dalam Membangun Pertanian

P

emerintah Republik Indonesia menyadari betul bahwa pembangunan sektor pertanian masih menghadapi banyak tantangan. Menyempitnya luasan lahan pertanian, instabilitas harga komoditas, dukungan benih dan pupuk yang kurang memadai, buruknya infrastruktur jalan dan irigasi, buruknya pendataan potensi pertanian hingga buruknya regenerasi petani muda adalah sederet permasalahan yang menyelimuti pembangunan sektor pertanian. Dalam upaya mengatasi masalah-masalah tersebut, Pemerintah Republik Indonesia berusaha mendorong pengembangan komoditas strategis di masing-masing wilayah. Pemerintah berharap bahwa pembangunan pertanian di berbagai daerah dilakukan dengan cara clustering sesuai dengan karakter dan potensi masing-masing. Upaya ini diniatkan agar pemerintah daerah dapat bekerja dengan lebih fokus demi efektivitas pembangunan. Apakah masalah-masalah tersebut juga terjadi di desa-desa di Kabupaten Pasuruan? Apakah strategi yang digagas oleh pemerintah pusat juga mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang dialami oleh para petani di Pasuruan? Dalam rubrik Laporan Utama yang berjudul “Analisis Potensi Pertanian, Langkah Awal Temukan Strategi Perbaikan,� Nasrun Annahar mengilustrasikan sebuah praktik baik yang terjadi di Desa Jatiarjo dan Desa Kalipucang. Dua desa ini berusaha fokus untuk memandang ke dalam. Memandang segala potensi pertanian yang dimilikinya. Mengawali upaya pembangunan pertanian dengan cara mendata semua potensi desa telah membuat dua desa ini menemukan berbagai inspirasi strategi pembangunan. Beberapa potensi yang selama ini tidak disadari kekuatannya kemudian diintegrasikan ke dalam sebuah rencana pembangunan yang menyeluruh. Sadar akan potensi kopi dan sumber daya manusia yang berpengalaman di bidang wisata, akhirnya membawa desa ini menuju upaya membangun image Jatiarjo sebagai “Wisata Kampung Kopi�. Demikian pula dengan Kalipucang. Desa ini juga melakukan aktivitas pendataan potensi desa. Dari aktivitas diskusi pendataan potensi, masyarakat akhirnya memulai untuk memanfaatkan limbah biogas (slurry) sebagai pupuk dan media tanam.


Daftar Isi Laporan Utama Analisis Potensi Pertanian, Langkah Awal Temukan Strategi Perbaikan

Kesadaran akan besarnya potensi tanaman pisang kemudian mendorong masyarakat untuk memanfaatkan bonggol pisang sebagai bahan baku Mikro Organisme Lokal (MOL). Dengan dua pupuk alami yang diperoleh dari bahan-bahan yang melimpah di desanya ini, masyarakat Kalipucang terbebas dari ketergantungan pada pupuk kimia. Pada rubrik Tokoh Tani Inspiratif, diuraikan pula kisah Jamroni. Warga Desa Wonosari ini berusaha melestarikan komoditas pertanian warisan leluhur. Dengan tekad dan kemampuan yang dimiliknya ia membuka usaha pengolahan salak. Upaya ini ia lakukan untuk memotivasi warga lainnya agar tetap menanam salak dan tidak mengalihfungsikan lahannya menjadi bangunan atau areal industri. Pentingnya regenerasi petani menjadi pembahasan yang tak kalah menarik. Aris Fahmi melalui tulisannya yang berjudul “Pemuda dan Pembangunan Desa” mengulas seputar kesuksesan pemuda Desa Jatiarjo dalam berkontribusi pada pembangunan pertanian. Memajukan pertanian dengan cara, minat dan kemampuan pemuda adalah langkah terbaik untuk menarik minat mereka. Sekecil apapun kemampuan pemuda, ia tetap bisa digerakkan menjadi langkah konkret dalam membangun pertanian. Tak lupa, rubrik wawancara juga turut hadir di hadapan anda. Martani berkesempatan untuk membincang seputar strategi pembangunan pertanian dengan Arief Lukman Hakim, praktisi pemberdayaan petani sekaligus dosen di Fakultas Pertanian Universitas Raden Rahmat Malang. Melalui wawancara ini, ia mengungkapkan sebuah ilustrasi sederhana. Bahwa kesejahteraan petani akan terjamin manakala tersedia lahan, ilmu pengetahuan dan pasar bagi hasil panen mereka. Akhir kata, semoga kehadiran Martani bisa menjadi sarana berdiskusi mengenai strategi dan praktik baik pembangunan pertanian. Selamat Membaca.

1

4

Warta Desa Pemuda dan Pembangunan Desa

8

Biogas Desa Kalipucang, Wujud Kemandirian Pangan dan Energi

17

Sekolah Inovasi Tani Indonesia Averroes Serahkan Hasil Penelitian Kepada Pemerintah Kabupaten Pasuruan

9

Pemetaan Potensi Desa Jatiarjo Tetapkan Dua Komoditas Utama

11

Mimpi Petani Kalipucang dalam Membangun Desanya

13

Merumuskan Strategi Pengembangan Komoditas Salak Wonosari

15

Tokoh Tani Inspiratif Jamroni, Sarjana Rantau di Bidang Pengolahan Salak

Inilah Cara Yayuk Mengintegrasikan 19 Usaha Keripik Pisang dan Ternak Sapi Perah Refleksi Pengetahuan Perut, Kayu, dan Biogas: Kajian Ekofeminisme di Desa Kalipucang

21

Petani Jatiarjo Mengidentifikasi Sembilan Aset dan Potensi Desanya

23

Mengawali Munculnya Partisipasi

30

Wawancara Technical Domain Kuat, Analisis Data Kuat, Petani Kuat Opini BUM Desa Membangun(kan) Ekonomi Perdesaan?

35

26

Resensi Buku Menjadikan Lahan Kering Seperti Lahan Subur

33


1

Laporan Utama

Strategi Pembangunan Pertanian

Analisis Potensi Pertanian, Langkah Awal Temukan Strategi Perbaikan Dalam upaya percepatan pembangunan pertanian, Pemerintah Republik Indonesia berusaha mendorong pengembangan komoditas strategis di masing-masing wilayah. Pemerintah berharap pembangunan pertanian bisa dilakukan dengan cara clustering sesuai dengan karakter dan potensi masingmasing daerah.

S

trategi pemerintah pusat tersebut kiranya tidak hanya relevan di level daerah, namun juga cocok untuk diterapkan di level desa. Jika dilakukan pemetaan potensi, tentu akan ditemukan komoditas unggulan yang dimiliki setiap desa. Dengan berfokus pada pengembangan komoditas unggulan desa, seluruh elemen stakeholder pertanian di tingkat desa bisa menjalankan upaya pembangunan secara lebih fokus, cepat dan efektif. Pemilihan fokus pengembangan pada komoditas unggulan dirasa menjadi cara terbaik untuk pembangunan pertanian. Komoditas unggulan yang ada di tengah kehidupan masyarakat desa menunjukkan ketahanan dan kecocokan sebuah komoditas dengan kondisi geograďŹ s desa. Selain itu, bertahannya sebuah komoditas menjadi bukti bahwa komoditas tersebut juga cocok dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat desa.


Laporan Utama

Strategi Pembangunan Pertanian

Selama bulan Januari, Desa Jatiarjo, Kecamatan Prigen, Desa Wonosari Kecamatan Gondangwetan dan Desa Kalipucang, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan telah melakukan analisis potensi dan aset desa. Dari proses selama sebulan tersebut, ketiga desa telah menetapkan komoditas unggulan yang akan menjadi prioritas pembangunan pertanian. Kondisi geografis di lereng Gunung Arjuno dan potensi pasar wisata yang besar mendorong masyarakat Jatiarjo untuk menetapkan kopi sebagai komoditas prioritas. Demikian pula dengan Desa Kalipucang, karena kondisi alam yang berada di lereng pegunungan serta kedekatannya dengan wisata Gunung Bromo, akhirnya masyarakat menetapkan kopi dan pisang sebagai komoditas prioritas. Lain halnya dengan Desa Wonosari, Desa ini bertekad untuk tetap melestarikan salak sebagai komoditas warisan nenek moyang. Letak strategis desa di dekat wilayah kota diyakini akan memudahkan proses pemasaran.

Memanfaatkan Potensi, Perkuat Komunikasi menuju Wisata Kampung Kopi Membincang Jatiarjo sebagai desa pertanian, selama ini Jatiarjo merupakan desa dengan sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani. Namun demikian, produk pertanian yang dijual masyarakat masih sebatas produk mentah bukan olahan. Masyarakat desa ini berharap desanya terkenal sebagai desa pertanian dengan kopi sebagai komoditas unggulannya. “Paling tidak harus muncul branding teko Jatiarjo. Entah produk pertanian apa yang jelas itu milik dan khas Jatiarjo,” ujar Syamsuri, tokoh petani muda saat ditemui di kediamannya di Dusun Tonggowa. Melalui forum-forum yang intens diadakan selama bulan Januari, masyarakat menyepakati sebuah

2

“Saya berpikir kalau masyarakat sejahtera, mereka tidak akan merusak hutan. Jadi kami berpikir bagaimana caranya membuat sebuah produk dari dari hasil panen petani hutan ini. Produk olahan pasca penennya itu bisa bermanfaat bagi masyarakat dan juga buat hutan. Jadi memberdayakan masyarakat dengan (penjualan) produk itu, meningkatkan kapasitasnya dan prinsip-prinsip konservasi tetap dilakukan,” ujar Renza.

cita-cita bersama yakni menjadikan Jatiarjo sebagai desa wisata kopi. Sebenarnya embrio wisata berbasis masyarakat sudah ada di desa ini. Kelompok Tani Sumber Makmur Abadi telah memiliki kebun sayur organik yang juga menjadi destinasi wisata edukasi bagi siswa dari berbagai sekolah. Kelompok pemuda yang tergabung dalam merek Kopi Tjap Djaran juga telah memulai usaha wisata tour kopi. Munculnya dua inisiatif tersebut berkaitan erat dengan optimisme terhadap potensi internal desa Jatiarjo. Kemunculan ide untuk membuat konsep wisata tour kopi terinspirasi dari para petani sepuh yang telah berjuang mengawali penanaman kopi di lahan hutan. Para petani tersebut telah membangun jalan menuju lahan kopi di hutan selama tiga belas tahun. Waktu, tenaga dan biaya untuk membangun tersebut ditanggung secara swadaya oleh masyarakat sendiri. Beberapa orang bahkan rela tinggal di hutan agar bisa memadamkan kebakaran hutan setiap saat. Renza Saputra, inisiator wisata tour kebun kopi sekaligus pemilik merek Kopi Tjap Djaran mengaku terdorong untuk mengabdi kepada masyarakat karena melihat kegigihan para petani untuk menjaga hutan. Akhirnya, ia bersama beberapa pemuda lain bertekad untuk turut menjaga kelestarian hutan dan menyejahterakan masyarakat. Konsep wisata tour kebun kopi menjadi sebuah solusi yang

mempertemukan dua kepentingan tersebut. Berbekal pengalaman di bidang usaha wisata, mereka belajar tentang ilmu pengolahan kopi kemudian mengintegrasikannya dengan konsep wisata. Wisatawan yang datang diajak berjalan menuju kebun kopi di tengah hutan. Di sana, para wisatawan ini diajak menjalani kehidupan sebagai petani kopi. Setiap sesi wisata wajib diakhiri penanaman pohon sebagai wujud nyata kepedulian terhadap hutan. “Petani yang kebetulan ditempati kegiatan wisata mendapat bagian merawat pohon kopi yang telah ditanam oleh wisatawan. Dengan begitu petani akan menjaga hutan. Nah si wisatawan akan kami hubungi saat kopi yang ditanamnya di kemudian hari besar berbuah. Dengan begitu, mereka akan menjadi pengunjung yang selalu kembali berwisata ke sini,” ucapnya sambil terkekeh. Embrio wisata kopi yang telah dimulai oleh Renza beserta rekan-rekannya akan semakin dikembangkan dalam sebuah konsep wisata kampung kopi. Untuk menyongsongnya, para pemuda desa berusaha memanfaatkan semua aset dan potensi yang ada di desanya. “Ibarate wes duwe asset pasar deso misale. Bangunane kan onok. Yok opo kinare ngemase. Tapi kudu disiapno disek produke. Nek pasar deso iki nanti hanya jualan seperti pasar tradisional, maka konsumennya hanya orang lokal. Lha kebutuhan mereka kan cuma sembako dan sebagainya. Kalau bikin pasar wisata tidak hanya produk khas Jatiarjo yang harus


3

Laporan Utama

disiapkan tapi juga masyarakatnya harus siap,” ujar Syamsri. Perlu kolaborasi serius antara masyarakat dan pemerintah desa untuk menyiapkan konsep kampung wisata kopi ini. Untuk itu, para pemuda Desa Jatiarjo akan segera mengajak Badan Permusyawaratan Desa dan perangkat desa untuk menyelenggarakan musyawarah desa terkait persiapan wisata kampung kopi. “Pokoke saiki ayo dibangun komikasine kabeh seng ono neng deso iki,” tukasnya.

Analisis Potensi Temukan Pupuk Alami Berbeda dengan Jatiarjo, masyarakat Desa Kalipucang memilih untuk memperbaiki kondisi pertanian dari hulu. Jauh sebelum melakukan aktivitas pasca panen, mereka memilih untuk memperbaiki faktor-faktor penentu keberhasilan panen. Salah satu faktor utama penentu keberhasilan tersebut adalah ketersediaan pupuk. Untuk itu, masyarakat desa Kalipucang bersama dengan program PADI melakukan beberapa inisiatif penyediaan pupuk dari bahan-bahan yang mudah diperoleh di desa tersebut. Tri Wahyu, fasilitator program yang bertugas untuk mendampingi masyarakat Kalipucang berusaha mengajak masyarakat untuk memanfaatkan bio slurry (ampas biogas) agar tak terbuang sia-sia. Menurutnya, ketersediaan ampas bio slurry di desa ini masih sangat banyak. “Setelah melakukan analisis potensi, kita temukan ada potensi melimpah berupa slurry biogas. Lalu pada tanggal 17 Februari kemarin kita belajar memanfaatkan itu untuk media tanam di rumah maupun untuk di kebun,” ujar Tri. Bio slurry telah terbukti sebagai pupuk yang baik bagi tanaman. Kandungan organiknya bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah. Sebagai pupuk, bio slurry juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ikan. Beberapa warga desa Kalipucang telah membuktikan nilai lebih dari pemanfaatan bio slurry ini. Pemanfaatan bio slurry sebagai pupuk terbukti bisa membuat tanah lebih remah atau gembur. Selain itu, pupuk ini juga dapat mengikat air dan menghidupkan mikroba pada tanah. Wiwik dan Yusuf adalah sepasang suami istri yang menanam bawang dan cabai di pekarangan. Dengan memanfaatkan bio slurry, hasil panen yang mereka dapatkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan hasil panen dengan pupuk kimia. “Dua polyback tanaman bawang merah yang benihnya diambil dari sisa di dapur saja bisa menghasilkan 1 kilogram. Ini bukti bahwa bawang juga cocok ditanam di desa ini. Dengan pemanfaatan slurry sebagai media tanam tentunya,” lanjut Tri.

Strategi Pembangunan Pertanian

Proses produksi bio slurry pun cukup mudah. Kotoran sapi yang telah diproses oleh digester dan telah mengeluarkan gas metana kemudian menghasilkan limbah. Limbah sisa proses tersebut sudah menjadi bio slurry. Karena kemudahan proses pengolahan ini, bio slurry ini kemudian disadari oleh masyarakat lebih unggul dibandingkan dengan pupuk kompos. Selain pemanfaatan bio slurry, Tri dan masyarakat juga melakukan proses belajar mengenai pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) atau yang juga disebut Efektif Mikro (EM). Karena analisis potensi pula diperoleh kesadaran bahwa terdapat potensi pisang yang begitu melimpah. Sejauh ini pisang hanya dimanfaatkan buahnya adapun bonggolnya dibiarkan begitu saja.

“Karena di sini sumber dayanya pisang, maka kita menggunakan bonggolnya yang sudah busuk dengan sedikit perlakukan, maka itu sudah bisa menjadi mikro organisme yang digunakan untuk menyehatkan tanah,” ujar Tri menceritakan proses menemukan potensi tersebut. Sama dengan bio slurry, pembuatan Mikro Organisme Lokal dari bonggol pisang juga cukup mudah. 1 Kg. bonggol pisang dipotong-potong kecil lalu ditumbuk. 2 Ons gula merah diiris-iris lalu dimasukkan dalam 2 liter air cucian beras. Adonan air cucian beras dan bonggol pisang dicampur lalu dimasukkan dalam jerigen dengan tutup rapat. Setiap 2 hari tutup jerigen dibuka. Dalam waktu 15 hari MOL siap digunakan. “Setelah 15 hari ini cairan mikro organisme bisa disebar untuk menyehatkan tanah,” ujar pria yang telah berpengalaman dalam dunia pertanian organik tersebut. Dengan dua pupuk alami ini, masyarakat Desa Kalipucang berharap dapat meminimalisir pengeluaran. Selain itu, slurry dan MOL bonggol pisang akan didorong untuk diproduksi secara massal. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan hasil panen baik untuk komoditas susu, maupun kopi dan pisang yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan desa. [Nasrun]


Strategi Pembangunan Pertanian

Warta Desa

4

Pemuda dan Pembangunan Desa

B

icara masalah pemuda adalah bicara masa depan. Kedudukan dan peran pemuda sangatlah penting dalam setiap aspek pembangunan. Dengan jiwanya, pemuda tak hanya mempunyai mimpi, akan tetapi lebih dari itu, pemuda mempunyai semangat dan daya dobrak yang bisa diandalkan. Di tangan pemudalah cita-cita dan harapan bangsa digantungkan. Bung Karno pernah berkata “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia� (Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia)


5

Warta Desa

Darah yang mengalir pada jiwa muda memang selalu berkobar-kobar. Kobaran api ini sudah semestinya di manfaatkan dengan baik. Bila api yang sedang menyala dan berkobar-kobar digunakan untuk hal-hal positif sudah barang tentu akan memberi manfaat. Kita tahu setiap terjadinya gerakan revolusioner tak lain pemudalah yang menjadi aktor utamanya. Seperti yang sudah digambarkan di atas, Desa Jatiarjo adalah salah satu desa yang menjadi tuan rumah Program Pendidikan Agrobinisnis Desa Inovatif (PADI). Anak-anak mudanya mempunyai semangat yang luar biasa untuk membangun desanya. Hal ini terbentuk karena pemuda Desa Jatiarjo mempunyai mimpi dan harapan yang besar untuk kemajuan masyarakatnya. Mimpi dan harapan yang besar untuk memberikan kemaslahatan untuk lingkungannya. Dalam banyak hal di Desa Jatiarjo, pemudalah yang mempunyai antusiasme untuk menuju perubahan termasuk pada dunia pertanian. Mereka sadar bahwa mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan banyak inovasi di bidang pertanian. Pada setiap bidang kehidupan, pemuda Jatiarjo selalu hadir untuk menjadi perintis dan pelaku utama. Dalam bidang pertanian, terdapat Qusairi yang mempunyai kesempatan belajar pertanian dan live in di Jepang. Dalam bidang pelatihan dan outbond, ada Nuroso Adi yang menjadi penggeraknya. Dalam bidang seni dan budaya, ada Syamsuri Ali yang menekuni dunia seni membatik. Dalam bidang inovasi pertanian dan

EMUDA PEMUDA UDA PEMUDA MUDA PEMUDA MUDA EMUDA PEMUDA UDA PEMUDA MUDA PEMUDA MUDA PEMUDA MUDA PEMUDA EMUDA PEMUDA

Strategi Pembangunan Pertanian

pemasaran produk kopi, ada Renza Saputra sebagai pelaku dan ahlinya. Dalam bidang desain bangunan, ada Imam Bukhori sebagai pakarnya, dan masih banyak pemuda-pemuda lain yang memiliki kemampuan yang tak kalah hebatnya. Nuroso Adi, ketua kelas Sekolah Inovasi Tani menyadari betul betapa kayanya Desa Jatiarjo jika dilihat dari segi sumber daya manusia. “Sebenarnya kita mempunyai banyak aset, akan tetapi kita belum bisa bersatu. Untuk itu kita mencoba memulai perubahan untuk kemajuan desa melalui pemuda,” tuturnya. Dalam Program PADI, sebagian besar pesertanya adalah kawula muda yang ingin membangun desanya. Mereka mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan semangat yang tinggi untuk belajar. Mimpi dan harapan mereka sangat besar dan merekalah yang menggerakkan masyarakat selama ini. Suharno, Ketua BPD Desa Jatiarjo menyambut baik semangat anak-anak muda desa ini. Di tangan pemudalah pembangunan desa ini diteruskan. Dengan begitu harapan untuk kemajuan Desa Jatiarjo di masa depan semakin menemukan titik terangnya. “Anak-anak muda desa sini mempunyai semangat yang tinggi. Saya senang, seperti dengan keikutsertaan mereka dalam kegiatan PADI ini. Ini sangat bagus. Yang terpenting itu positif, daripada mereka terjebak dalam hal-hal yang tidak baik,” ungkap Suharno. [Aris]

PEMUDA PEMUDA PEMUDA PEMUDA PEMUDA PEMU PEMUDA PEMUDA PEMUDA PEMUDA PEMUDA PEMUDA PEMU PEMUDA PEMUDA PEMUDA PEMUDA PEMUDA PEMUDA


Produk-Produk Unggulan Desa Kalipucang, Kecamatan Tutur


Pemesanan Hubungi: 0819 4483 3115

- Dodol Pisang “Pancasona” - Sale Pisang “Pancasona” - Getuk Pisang “Pancasona” - Sari Pisang “Pancasona” - Stik Pisang “Pancasona” - Kerupuk Susu “Sakerah” - Keripik Pisang “Sido Lancar”

Kopi Hijau “Bintang 9” Kopi Robusta “Bintang 9” Kopi Arabica “Bintang 9” Kopi Robusta “Nikmat” Kopi Arabica “Nikmat” -


Strategi Pembangunan Pertanian

Warta Desa

8

Biogas Desa Kalipucang, Wujud Kemandirian Pangan dan Energi

U

dara dingin dan embun pagi, mengawali keramaian suasana Desa Kalipucang. Desa yang terletak di wilayah lereng Gunung Bromo, Pasuruan, Jawa Timur. Setiap pagi antara pukul 05.30 sampai dengan jam 06.00, warga desa ini mengantarkan susu segar hasil perahan ke penampungan susu milik Koperasi Susu Setia Kawan (KPSP) yang tersebar di empat penjuru desa. Besarnya populasi sapi perah yang ada menjadikan desa ini sebagai salah satu sentra penghasil susu segar. Susu segar hasil perahan warga ini kemudian dikelola oleh koperasi susu Setia Kawan Nongkojajar. Berdasarkan data desa tahun 2016, populasi sapi di Desa Kalipucang sebanyak 2.046 ekor, dengan jumlah peternak sebanyak 1178 orang. Satu hal yang sangat menarik dari peternakan sapi perah di desa ini adalah pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan biogas. Biogas yang dihasilkan dari pemanfaatan kotoran sapi segar ini, dimanfaatkan warga sebagai sumber energi untuk memasak sekaligus menggantikan liquid Petrolium Gas (LPG). Berdasarkan keterangan Wiwin, salah satu warga Desa Kalipucang, pemanfaatan biogas cukup membantu mengurangi pengeluaran rumah tangga. Ia menyatakan bahwa sebelum menggunakan biogas, dia dengan anggota keluarga sebanyak 3 orang menghabiskan 3 tabung gas LPG ukuran 5 kg per bulan. Ditambahkan oleh Wiwin, dia dan keluarganya juga memanfaatkan limbah biogas (slurry biogas) sebagai pupuk dan media tanam untuk beberapa jenis tanaman dan sayuran di pekarangan rumah. Berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan antara lain bawang merah, cabe, daun bawang, kubis, selada, dan beberapa jenis empon-empon. Dari hasil kebun pekarangan ini, kebutuhan sayuran dan beberapa jenis bumbu dapur dapat terpenuhi.

“Kadang, juga kami menjual hasil kebun pekarangan kepada pedagang sayur,� ujar Wiwin. Berdasarkan keterangan Kumanan, Kaur Pemerintahan Desa Kalipucang dan mantan

anggota badan pengawas Koperasi Susu Setia Kawan, biogas di Desa Kalipucang dimulai pada tahun 2009. Penyediaan instalasi biogas merupakan hasil kerjasama antara Koperasi Setia Kawan, pemerintah desa dan sebuah lembaga swadaya masyarakat internasional. Pemasangan instalasi biogas dilakukan dengan sistem subsidi dan kredit lunak. Setiap keluarga memiliki instalasi biogas ukuran 6 kubik hingga 12 kubik, tergantung kebutuhan keluarga peternak.

“Keberadaan biogas di desa Kalipucang sampai dengan tahun 2017 adalah sebanyak 104 unit,� tutur Kumanan. Selama ternak sapi masih ada dan dipelihara warga desa, maka potensi energi yang dapat dihasilkan sangatlah besar. Energi yang dihasilkan dari biogas ini dapat mengurangi ketergantungan warga pada kayu bakar dan LPG. Hal ini masih ditambah dengan limbah reaktor biogas (slurry) yang langsung dapat digunakan sebagai pupuk maupun media tanam. Kerja sama yang baik antara pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat dalam pengembangan biogas seperti di Desa Kalipucang dapat dijadikan acuan daerah lain. Pengembangan sektor peternakan yang terintegrasi dengan pengelolaan limbah kotoran ternak, di satu sisi mendukung tercapainya kemandirian energi, juga meningkatkan kemandirian pangan secara bersamaan. Cukup ironis kiranya Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris, dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar namun selalu bermasalah dalam penyediaan energi dan pangan. Contoh kecil dan sederhana dari Desa Kalipucang ini kiranya dapat dijadikan bahan perenungan. [Tri]


9

Sekolah Inovasi Tani Indonesia

Strategi Pembangunan Pertanian

Averroes Serahkan Hasil Penelitian Kepada Pemerintah Kabupaten Pasuruan

K

abupaten Pasuruan menjadi sasaran Program Pendidikan Agrobisnis Desa Inovatif (PADI). Untuk mengawali pelaksanaan program ini, Komunitas Averroes menyelenggarakan sosialisasi yang dihadiri berbagai stakeholder pertanian Kabupaten Pasuruan. Bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) kantor pemerintah Kabupaten Pasuruan pada Rabu (18/01/2017), sosialisasi diikuti oleh 72 orang perwakilan kelompok tani dan PKK dari tiga desa di Kabupaten Pasuruan. Tiga desa tersebut adalah Wonosari, Kecamatan Gondangwetan, Jatiarjo, Kecamatan Prigen dan Kalipucang, Kecamatan Tutur. Sosialisasi ini juga dihadiri oleh camat dan para kepala desa. Ihwan, Kepala Dinas Pertanian yang saat itu mewakili bupati, dalam sambutannya mengatakan bahwa pemerintah kabupaten merasa senang dan siap membatu menyukseskan program PADI.

“Kami mencari kaum muda yang aktif seperti ini. Kami akan dukung penuh program PADI,� paparnya. Sosialisasi PADI dibuka pukul 10.00 dengan menyanyikan lagu Indonesia raya. Selanjutnya sebagai Manajer Program PADI, Edi Purwanto menjelaskan mengapa dan bagaimana Program PADI akan dilaksanakan. Dalam penyampaiannya Edi Purwanto menggarisbawahi bahwa Program PADI diarahkan untuk membentuk kemandirian petani.

“Dulu petani berpikirnya kapan petani mendapatkan bantuan, maka sekarang kita ubah bahwa petani mampu menciptakan kemandiriannya sendiri,� tutur Edi.

Para peserta terlihat antusias dalam mengikuti sosialisasi. Mereka mendapatkan kesempatan bertanya dan berdiskusi seputar program PADI. Tidak hanya dari kelompok tani, para perwakilan dari pemerintah desa pun turut larut berdiskusi dalam kesempatan sosialisasi tersebut. Acara sosialisasi ditutup dengan penyerahan laporan hasil assessment (penelitian pra-program) oleh Averroes kepada pemerintah Kabupaten Pasuruan. Sebagai gantinya, pemerintah kabupaten secara simbolik menyerahkan peserta PADI kepada pihak Averroes untuk diajak belajar bersama. Diharapkan bahwa hasil penelitian yang dilaksanakan selama satu bulan di tiga desa sasaran tersebut bisa menjadi referensi bagi pemerintah kabupaten untuk menentukan kebijakan pertanian di Kabupaten Pasuruan. [Seno]


Dari kiri: Sutomo (Ketua Averroes), Muhammad Rokhimin (Sampoerna Untuk Indonesia), Ihwan (Kepala Dinas Pertanian Kab. Pasuruan)


11

Sekolah Inovasi Tani Indonesia

Pemetaan Potensi Desa Jatiarjo Tetapkan Dua Komoditas Utama

M

asyarakat Desa Jatiarjo tetapkan kopi dan nangka sebagai komoditas unggulan untuk dikembangkan. Keputusan tersebut merupakan hasil forum Analisis Potensi Pertanian, Senin (13/02/2017). Dua komoditas ini dipilih karena dinilai paling berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat Desa Jatiarjo. Selain karena kuantitas panen yang paling banyak, dua komoditas ini merupakan komoditas khas Jatiarjo yang tidak dimiliki oleh desa-desa lainnya. Penetapan dua komoditas ini penting untuk menentukan langkah pembangunan desa agar lebih efektif dan efisien.

Nuroso, ketua kelas Sekolah Inovasi Tani Indonesia (SITI) Jatiarjo mengungkapkan bahwa sebenarnya komoditas buahbuahan yang tumbuh di Jatiarjo banyak sekali. Namun seiring berjalannya waktu, komoditas buah-buahan tersebut mengalami penurunan jumlah produksi. “Dulu yang paling terkenal itu

\\

ada empat, nangka, jambu, sama nanas dan alpukat. Sekarang tinggal nangka. Itu (nangka) pun sudah mulai berkurang,” tuturnya saat diwawancarai di sela aktivitas forum analisis potensi pertanian. Teknik penanaman dan perawatan yang kurang baik disinyalir menjadi penyebab menurunnya kuantitas dan kualitas panen buah nangka. Berdasarkan pengamatan Nuroso, Saat ini mulai banyak buah nangka yang masak tidak sempurna dan cepat busuk. Buah yang busuk atau rusak tentunya tidak masuk dalam hitungan jumlah panen. “Ada beberapa yang memang punya pohonnya, tapi ketika pohon tidak ditata dengan baik sehingga setiap panen tidak berhasil. Contohnya, ketika musim hujan kalau tidak di disonggro, dikemuli, diblongso semacam itu akhire waktu panen jadi busuk,” tutur Adi, sapaan akrab Nuroso. Jumlah produksi memang berbanding lurus dengan jumlah tanaman. Saat ini jumlah

Strategi Pembangunan Pertanian

tanaman nangka di Jatiarjo semakin menipis, sehingga jumlah produksi juga semakin menurun. Menurunnya jumlah tanaman nangka tidak lain disebabkan oleh penebangan pohon. Beberapa pohon nangka ditebang untuk dimanfaatkan kayunya sebagai bahan dasar pembuatan furniture. Kayu nangka dianggap kuat dan bagus digunakan sebagai bahan furniture atau mebel rumahan. Selain itu pohon nangka banyak berkurang karena lahan tempat pohon nangka dibeli para investor, pohon-pohon akhirnya ditebang. “Rata-rata kan nangka di ladang kita masing-masing, nah lahan kita itu banyak yang dibeli oleh investor entah dibuat apa, wisata dan sebagainya. Ini yang namanya berkurangnya pohon nangka untuk orang lokal itu sendiri. Hanya orang-orang tertentu sekarang yang punya. Kalau dulu ya, di musim panen nangka, orang-orang ngomong sampe gak laku karena saking banyaknya. Nah kalau ini kebalik, sekarang ini berkurang,” imbuhnya.


Strategi Pembangunan Pertanian

Strategi Pengembangan Komoditas Nangka Meski banyak tantangan dan sedang mengalami penurunan jumlah panen, masyarakat tetap optimis untuk terus menggenjot produktivitas nangka. Masyarakat bertekat untuk mempertahankan nangka sebagai ciri khas Desa Jatiarjo. Beberapa strategi dijelaskan oleh Adi sebagai upaya pengembangan nangka. Salah satu teknik meningkatkan produktivitas nangka adalah “pengerdilan”. Teknik pengerdilan ini terinspirasi dari semakin berkurangnya luas lahan tanam nangka. Karena canopy (tutupan) tanaman yang lebar, satu tanaman nangka memerlukan lahan yang luas untuk menanamnya. Mengurangi ukuran pohon dengan “pengerdilan” dapat meminimalisir kebutuhan lahan. Pada akhirnya petani dapat menanam banyak pohon nangka dengan lahan yang tidak terlalu luas. “Lahan-lahan untuk kebun sudah dijual. Jadi kami membuat satu pengerdilan pohon nangka meskipun lahannya gak banyak tapi bisa memproduksi banyak. Kalau tidak dikerdilkan pohonnya kan besar, kalau dikerdilkan pohon bisa ditanam lebih banyak, dan biar nama Jatiarjo untuk desa nangka balik lagi. Pingine ada satu icon seperti gawelah patung nangka,” Ujar pria yang berprofesi sebagai penyiar radio tersebut.

Merencanakan Wisata Edukasi Kopi Selain nangka, komoditas unggulan lainnya adalah kopi. Berbagai varietas kopi dimiliki oleh Desa Jatiarjo. Jenis kopi robusta, arabika dan liberica bisa tumbuh di desa ini. Adi menjelaskan bahwa, kopi di desa ini merupakan kopi terbaik, hal itu diakui sejak zaman penjajahan Belanda. “Sedangkan untuk kopinya memang mayoritas di sini mulai dari nenek moyang saya dulu. Di sini adalah lahan kopi yang terbaik mulai jaman Belanda. Dan orang sini juga suka minum kopi. Kopinya juga macem-macem,” ungkap Adi. Melihat potensi dan sejarah kopi, warga bertekad mewujudkan Jatiarjo sebagai desa wisata kopi. Wisata berbasis edukasi kopi tersebut akan menyuguhkan praktik-praktik keilmuan budi daya kopi, mulai dari pembibitan, teknik budi daya, proses pengolahan kopi hingga display pemasaran kopi. Desa wisata

Sekolah Inovasi Tani Indonesia

12

kopi merupakan bentuk strategi masyarakat Jatiarjo dalam pengembangan pertanian sektor kopi. “Jadi katakanlah kalau misalnya kita punya tempat 10 kali 10 (meter) dibuat model edukasi pertanian, mulai dari benih sampai menjadi bibit, sampai pasca panen. Nah, nanti juga ada tempat sendiri kayak ibarat kopi mulai dari proses yang tradisional, kalau yang tradisional kan lagi in juga. Minimal ada dua contoh, jadi ada ini yang tradisional, (ada juga) ini yang modern. Jadi ada dua jenis pembuatan pasca panen untuk menjadi bubuk,” papar Adi. Selain edukasi pembelajaran kopi, para pengunjung juga akan dimanjakan lidahnya untuk menikmati kopi asli khas Jatiarjo. Sehingga diharapkan nantinya ada kenyamanan pengunjung ketika memasuki wisata kopi. “Biar lebih menyentuh dibuatlah tempat minumnya juga. Artinya yo opo orang-orang ke sana itu tidak hanya sekedar belajar, tapi juga ngopine pisan, dikei plus wifi gampanganne,” ujar Adi. Wisata edukasi kopi rencananya akan bertempat di salah satu dusun di Desa Jatiarjo guna memudahkan akses saat kunjungan. Dengan demikian para pengunjung yang ingin belajar dan melihat proses pembuatan kopi tidak perlu susah payah ke hutan. “Ke depannya ada satu komunitas dari kelompok ini (kelompok tani Jatiarjo) yang akan membuat satu tempat khusus sebagai tempat edukasinya. Jadi kita tidak perlu ke hutan karena lahannya ada di sini (di tengah desa),” terang Adi. Sementara itu, di sektor pemasaran masyarakat tidak mengalami banyak kesulitan. Masyarakat mengaku sudah berpengalaman dalam hal pemasaran serta promosi terkait produk kopi. [Diyah]

“Untuk pemasaran Insyaallah di Jatiarjo ini sudah cukup bagus karena kebetulan kayak Kopi Djaran (salah satu produk masyarakat) sudah sampai ke luar negeri,” tukas Adi.


13

Sekolah Inovasi Tani Indonesia

Strategi Pembangunan Pertanian

Mimpi Petani Kalipucang dalam

Membangun Desanya “Mimpi di siang bolong� adalah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan aktivitas warga Desa Kalipucang, Kecamatan Prigen, Pasuruan pada Selasa (14/02/2017). Mimpi di siang hari tersebut bukan mimpi tanpa arti. Para Warga, yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan peternak ini merumuskan mimpi atau visi pembangunan desa pertanian.


Strategi Pembangunan Pertanian

A

cara yang secara formal bertajuk Analisis Potensi Desa Tahap ke Dua ini diselenggarakan di Balai Desa Kalipucang. Pada kesempatan tersebut, berbagai macam harapan pembangunan desa disampaikan secara bergantian oleh warga desa. Tidak ada batasan bagi mereka dalam menyampaikan mimpinya guna memajukan desa. Meski demikian, mereka juga harus tetap realistis menetapkan visi atau mimpinya. Mimpi-mimpi yang mereka sampaikan tidak serta merta muncul begitu saja. Hasil analisis potensi dan aset desa pada pertemuan sebelumnya digunakan sebagi bahan bagi warga dalam menyusun visi yang mereka inginkan. Dengan demikian mereka sebenarnya memiliki landasan kuat dalam memikirkan pembangunan desa di masa mendatang. Tri Wahyu Widarto, fasilitator yang ditunjuk untuk mendampingi warga Desa Kalipucang membimbing warga untuk mendeskripsikan mimpi-mimpi tersebut dalam bentuk ilustrasi gambar. Gambar tersebut selanjutnya di presentasikan di depan kelas oleh masing-masing perwakilan kelompok. Menurut pria asal Yogyakarta ini, warga sangat termotivasi dalam menyusun mimpi mereka lima sampai sepuluh tahun ke depan. “Warga mulai melihat potensi-potensi yang ada di sekelilingnya dan potensi yang bisa dikembangkan bersama-sama di masa mendatang,” tuturnya sambil menikmati kopi asli dari Kalipucang. Tri menjelaskan bahwa mimpi warga Kalipucang tak lepas dari sektor pertanian, peternakan dan perikanan yang telah mereka lakukan selama ini. Meski bermacam-macam, semua mimpi bermuara pada peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. “Secara garis besar yang mereka mimpikan bahwa Desa Kalipucang semakin maju dalam pembangunan dan ekonomi. Sektor pertanian, peternakan dan perikanan dapat berkembang dengan baik dan semakin maju,” jelasnya usai menunaikan tugasnya sebagai fasilitator. Dinda, sebagai perwakilan warga desa memaparkan mimpi yang telah disusun bersamasama. Ada enam poin pokok tentang gambaran mimpi-mimpi tersebut:

Pertama, tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memberikan perhatian lebih terhadap pendidikan. Ada kepercayaan bahwa segala upaya pembangunan tidak akan berhasil ketika tidak didukung oleh Sumber Daya Manusia

Sekolah Inovasi Tani Indonesia

14

(SDM) yang mumpuni. Maka pendidikan diyakini sebagai satu-satunya jalan untuk menciptakan SDM yang berkualitas. Kedua, adanya usaha pengolahan hasil pertanian sebagai upaya meningkatkan nilai tambah bagi para petani. Hasil pertanian terutama pisang sangat melimpah. Meski demikian, pisang tersebut hanya dijual dalam bentuk primer. Pengolahan pisang menjadi keripik, selai dan tepung pisang diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi para petani. Sehingga dengan menjual produk-produk olahan para petani mampu mendapatkan keuntungan lebih. Ketiga, terciptanya manajemen pemasaran produk yang baik. Termasuk tersedianya produk yang kompetitif di pasaran. Dengan demikian proses produksi akan dapat berjalan berkelanjutan. Empat, kembali hidupnya pertanian kopi di Desa Kalipucang sebagai branding desa yang membanggakan. Desa akan dijadikan tempat wisata edukasi komoditas kopi. Lima, berkembangnya sektor perikanan desa. Banyak rumah warga yang memiliki pekarangan yang luas. Potensi lahan ini bisa dimanfaatkan sebagai kolam budi daya ikan lele atau ikan mujair. Enam, membangun kampung susu sebagai wahana wisata edukasi pengolahan susu. Hampir setiap warga Desa Kalipucang memiliki sapi perah. potensi tersebut sudah dilirik untuk mencoba mengembangkan desa wisata edukasi pengolahan susu. Wisata edukasi inilah yang nantinya bisa memunculkan citra Desa Kalipucang sebagai desa penghasil susu di wilayah Kabupaten Pasuruan. Selain enam poin tersebut, Dinda juga menyampaikan bahwa pembangunan infrastruktur sangat penting dalam menunjang aktivitas warga. “Bukan hanya jalan yang harus segera diperbaiki, ketersediaan jaringan internet akan membantu dalam membangun pertanian. Kita bisa jual hasil pertanian lewat online,” pungkasnya. [Seno]


15

Sekolah Inovasi Tani Indonesia

“

Strategi Pembangunan Pertanian

Merumuskan Strategi Pengembangan Komoditas Salak Wonosari

P

ara petani Desa Wonosari membincang strategi pembangunan pertanian di desanya. Itulah yang terjadi di kelas Sekolah Inovasi Tani Indonesia (SITI) pada Selasa (15/02/2017). Mulai dari analisis potensi desa, strategi pengembangan potensi, hingga tantangan yang kemungkinan terjadi, semua ditulis dan didiskusikan dalam suatu kerangka pemetaan yang lengkap dan rinci. Lilik Handayani, salah seorang warga yang juga menjadi peserta SITI mengaku terkejut setelah dilangsungkannya forum ini. Ia baru menyadari bahwa desanya memiliki keragaman dan kekayaan potensi yang sangat melimpah. Ia menyatakan bahwa masyarakat belum menyadari potensi komoditas pertanian yang mereka hasilkan sendiri. Selama ini para petani hanya terpaku pada budi daya saja. Setelah panen, hasil pertanian langsung dijual kepada tengkulak. Padahal banyak potensi desa yang bisa saling dihubungkan untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Baginya, petani tidak hanya bisa menjual salak dalam bentuk buah. “Salak ini bisa dibuat beraneka macam olahan seperti jenang, sirup atau keripik,� tuturnya pada saat presentasi hasil analisis potensi. Melalui forum ini, ditemukan pula potensi yang bisa mendukung upaya pembangunan sektor pertanian. Potensi-potensi yang sekilas tidak memiliki keterkaitan dengan sektor pertanian justru bisa dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan sektor ini. Potensi sumber daya manusia misalnya, warga yang tidak memiliki lahan salak namun hobi memasak bisa memproduksi makanan berbahan baku salak. Warga yang berprofesi sebagai pedagang pun bisa ambil bagian untuk menjual aneka makanan olahan salak. Selain potensi sumber daya manusia, masyarakat juga menemukan potensi lain terkait dengan lokasi desa yang strategis. Lokasi Wonosari yang berdekatan dengan wilayah kota sekaligus menjadi jalur wisata menuju Gunung Bromo, dinilai sangat menguntungkan untuk menjual produk oleh-oleh wisata.

Pertama, pembekalan masyarakat desa terkait ilmu budi daya. Ia menjelaskan bahwa petani memang sudah berpengalaman dalam menanam salak. Namun demikian, jika hasil panennya dihitung secara serius maka akan diketahui bahwa hasil panen salak di desa ini tergolong masih rendah. “Untuk dijadikan (bahan baku) olahan pangan masih saja kurang. Petani juga butuh ilmu budi daya yang baik dan benar, agar hasil panen juga Tiga Poin Strategi Pembangunan semakin baik,� tutur ibu dari dua orang anak ini. Pertanian Di dalam presentasi tugas kelompoknya, Lilik juga Selain ilmu budi daya, keterampilan mengolah buah salak menjadi produk bentuk lain juga harus menyampaikan tiga poin penting dalam strategi diberikan. Menurutnya, dengan mengolah buah pembangunan pertanian yang disusunnya salak menjadi jajanan, petani bisa mendapatkan bersama warga lain. keuntungan lebih.


Strategi Pembangunan Pertanian

Sekolah Inovasi Tani Indonesia

16

“Kita harus mencoba, karena kita tidak tahu sebelum kita mencoba,” tandasnya dengan penuh semangat.

Memulai Usaha Olahan Salak Sebagai contoh sekaligus bahan refleksi, Lilik mencontohkan upayanya dalam memulai bisnis pengolahan salak. Meskipun sedang mandek karena kendala kekurangan bahan baku, ia sempat mengolah salak menjadi jenang. Usaha itu dijalaninya pada tahun 2014 hingga tahun 2015. Ia menyayangkan ketika usahanya terpaksa ia hentikan. Meski sedang tidak berproduksi, ia masih optimis untuk melanjutkan usaha ini lagi. Menurutnya usaha olahan salak memiliki peluang besar di pasaran. “Pasar untuk produk-produk olahan salak ini banyak sebenarnya. Pasuruan punya banyak tempat wisata seperti Pandaan dan Prigen. Kita bisa titip di toko-toko di pinggir-pinggir itu,” jelas perempuan yang juga menggeluti profesi sebagai pengrajin batik ini.

Tantangan yang Harus Dilalui

Kedua, petani membutuhkan peralatan dan perlengkapan dalam rangka menyokong aktivitas produksi. Alat-alat produksi menjadi hal utama dalam bisnis olahan makanan. Peralatan semacam facum frying dinilai oleh para petani desa ini sebagai barang yang terlalu mahal untuk dibeli. “Harganya dua puluh juta, terus yo opo?” ungkapnya sambal tertawa bersama rekan-rekan kelompoknya. Pada poin ketiga, Lilik mencoba menggarisbawahi tentang pembentukan karakter gotong royong dan mental bisnis. Baginya, masyarakat cenderung takut untuk memulai bisnis baru. Mengenai hal ini, Lilik mencoba untuk memotivasi rekan-rekannya.

Tantangan yang dialami Lilik dalam menjalankan usahanya berada pada ranah produksi dan pemasaran. Dari segi produksi, ia merasa kesulitan untuk mempertahankan kontinuitas pasokan bahan baku salak. Hal tersebut tidak terlepas dari sifat salak yang hanya berbuah dua kali dalam satu tahun. “Salak berbuah dua kali setahun. Nah yok opo carane nak lagi gak panen produksi ini tetep jalan,” katanya memancing ide dari rekanrekannya. Dalam hal pemasaran, selama ini juga masih menjadi tantangan nyata bagi usaha pengolahan salak. Lilik menyadari bahwa banyak sekali saingan di pasar yang menjual produk yang sama, dan itulah tantangan yang harus dilalui. Sebagai ketua PKK, Lilik berharap, dengan berkembangnya produksi olahan salak nantinya mampu memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga petani. dengan demikian secara ekonomi, kesejahteraan masyarakat bisa ditingkatkan. [Seno]


17

Tokoh Tani Inspiratif

Strategi Pembangunan Pertanian

//

Jamroni, Sarjana Rantau di Bidang Pengolahan Salak

Badannya tinggi tegap, sorot matanya tajam, cara bicaranya menggunakan bahasa Jawa dengan sedikit terbata-bata. Dialah Jamroni, pria kelahiran Cirebon yang kini menjadi warga Desa Wonosari, Gondangwetan, Pasuruan. Setelah menikah dengan Lilik Handayani, teman semasa kuliahnya, ia memutuskan untuk menetap di Wonosari.


Strategi Pembangunan Pertanian

S

ebagai orang baru, tentu Jamroni harus menyesuaikan dengan kultur sosial masyarakat Wonosari. Mulanya ia merasa kesulitan karena ia bekerja di pabrik dan jarang berada di rumah. Lambat laun kegiatan keagamaan ia gunakan sebagai media untuk melakukan pendekatan dan penyesuaian dengan masyarakat lainnya. “Saya masuk (berinteraksi) lewat pengajian dan jamaah di masjid. Dengan itu saya bisa masuk berkumpul dengan warga Desa Wonosari,” ungkap bapak dari dua anak ini. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu ia ingin memberikan kontribusi positif bagi lingkungannya. Bertahun-tahun tinggal di Wonosari membuatnya sadar akan potensi pertanian yang ada di sana. Lahan kebun salak warisan turun-temurun dari orang tua mendorong munculnya ide untuk menyejahterakan masyarakat. Ia melihat bahwa potensi salak belum digarap dengan maksimal. Ia begitu prihatin melihat harga satu panci salak di pasaran sebesar 20-30 ribu. Karena latar belakang itu, alumnus Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya ini pun berinisiatif untuk mengolah salak menjadi jenang dan berbagai jenis makanan lainnya. Ia berharap, buah salak yang harganya sering anjlok pada masa panen ditampung dengan harga normal. Proses pembuatan jenang salak yang sederhana, menurutnya dapat dilakukan oleh siapa pun untuk menambah nilai jualnya. Karena itu, ia tidak pelit untuk berbagi ilmu. Ia bahkan mengizinkan Martani untuk mendokumentasikan dan memublikasikan proses pembuatan jenang salak. “Pembuatan jenang salak sangat minimalis, Mas. Cukup dengan peralatan menggoreng yang ada di dapur sudah bisa menghasilkan jenang salak. Semua orang bisa membuat,” ucapnya. Awalnya, usaha pembuatan jenang salak ia lakukan berdua bersama istri. Lama-kelamaan, usaha tersebut mulai masif dan mampu membuka lapangan pekerjaan baru, khususnya untuk para tetangga. ”Ya hanya berdua bersama istri saya dan dipasarkan melalui media online seperti Facebook, itu pun ke teman-teman dekat saja Mas,” ujar pria yang akrab dipanggil Roni ini. Dari aktivitas tersebut, sang istri tergerak untuk mengikuti pelatihan bersama PKK. Berawal dari pelatihan tersebut, kini usahanya telah mendapatkan SIUP (Surat Izin Usaha Pertanian). Sayangnya, biaya pengurusan perizinan ia rasakan masih menjadi hambatan. “Mahal, Mas. Harus ngurus Industri Rumah Tangga (IRT) hampir 1-2 juta,” keluhnya. Selain pengolahan jenang salak, Roni juga memaparkan bahwa ia berkeinginan untuk membuat keripik dari salak. Menurutnya,

Tokoh Tani Inspiratif

18

pembuatan keripik salak tidaklah sulit seperti yang dibayangkan banyak orang. Hanya saja, sekali lagi, ia menemui ganjalan kebutuhan alat yang harganya mahal. “Mudah kok membuatnya, saya bisa, Mas. Dengan catatan kalau ada vacuum frying. Saya bisa memproduksi keripik salak,” tandas pria yang genap berusia 40 tahun ini. Roni menuturkan bahwa alam (potensi pertanian) y a n g a d a d i Wo n o s a r i s e c a r a b e r a n g s u r membentuk pola pikirnya untuk kreatif dan mandiri. Dengan perangkat ilmu yang didapat semasa kuliah, berbagai hal yang inovatif terus ia usahakan. Ia berharap keberadaan Pendidikan Agrobisnis Desa Inovatif yang diselenggarakan oleh Komunitas Averroes dapat memberikan ilmu yang bermanfaat, khususnya tentang pengolahan pasca panen salak. Sejauh ini ia telah merasakan dampak positif dari program tersebut. Tidak hanya mempertemukan warga, program ini ia rasa mampu memunculkan semangat belajar masyarakat. Mulanya masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui aset dan potensi desanya. Dengan hadirnya program ini masyarakat kemudian mengetahui dan optimis untuk menggerakkan potensi dalam pembangunan desa. [Very]

“Saya merasakan banyak manfaat positif. Meskipun di awal dulu masih blank. Contoh manfaat itu seperti tabel analisis potensi desa. Gak gampang lo Mas membuat pendataan seperti itu. Saya berharap bisa terus dapat ilmu dan pengetahuan baru. Dengan ini (masyarakat) dapat saling berbagi pengetahuan,” tuturnya.


19

Tokoh Tani Inspiratif

Strategi Pembangunan Pertanian

Inilah Cara Yayuk Mengintegrasikan Usaha Keripik Pisang dan Ternak Sapi Perah

B

erkunjung ke rumahnya yang masuk dalam wilayah Dusun Dodogan, Desa Kalipucang, memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Nyaman dan tenang adalah kesan pertama yang didapat saat sampai di rumah besar yang ada di tengah kebun, jauh dari rumah-rumah lainnya. Di rumah besar itulah, Yayuk dan suaminya tinggal berdua. Anakanaknya telah melanjutkan sekolah di luar daerah. Meski sepi, rumah ini terlihat sibuk. Tiga orang pegawai nampak sedang konsentrasi memproduksi keripik pisang. Berdasarkan keterangan Yayuk, pekerjaan sebagai pembuat keripik pisang sudah ia lakoni selama 18 tahun. Semula ia hanya bekerja sendiri. Seiring meningkatnya permintaan, ia kemudian mempekerjakan tiga orang karyawan. Setiap hari Yayuk menghabiskan lima curung (tandan) pisang. Pisang ini sebagian besar dibudidayakan sendiri oleh sang suami di kebun tak jauh dari tempat tinggal mereka. “Suami menanam pisang (secara) tumpang sari. Pisang itu juga jadi tanaman pagar kebun kopi. Jenis pisang yang dibudidayakan antara lain rojo molo, pisang candi, dan pisang santen. Ya tiga jenis pisang ini yang paling enak bila dibikin keripik pisang,” ujar Yayuk. Yayuk mampu memproduksi pisang dengan total omzet sebesar 250 ribu per hari. Sejauh ini, produk keripik tersebut dijual tanpa label. Keripik hanya dikemas dengan menggunakan plastik kiloan. Menurut penuturannya, produk dengan kemasan berlabel, baru diujicobakan di Sekolah Inovasi Tani Indonesia (SITI). Selain uji coba pengemasan, dalam forum tersebut, Yayuk juga mencoba membuat formulasi keripik pisang rasa cokelat.

Di dapur tempat produksi keripik pisang, juga terdapat kopi bubuk dalam wadah-wadah stoples. Kopi ini merupakan olahan dari hasil kebun mereka sendiri. Setelah panen dari kebunnya, kopi tersebut dijemur kering. Yayuk kemudian membawanya ke penggilingan kopi di dekat rumahnya. Ia menjual kopinya dengan harga 50 ribu rupiah untuk setiap satu kilogram kopi arabika berasan (kopi roasting bersih tanpa kulit). Untuk kopi robusta giling kulit, Yayuk menjualnya dengan harga 50 ribu tiap kilogram. Sejauh ini, Yayuk menjual produk keripik pisang dan kopinya di wilayah Kecamatan Tutur. Dalam pemasaran ini, peran sang suami sangat diandalkannya. Keripik pisang yang sudah siap edar akan dibawa suaminya ke warung-warung sembari mencari rumput pakan ternak sapi. Rupanya, sepasang suami istri ini masih sempat memelihara lima ekor sapi, di samping usaha produksi keripik dan kopi.

“Opo ae dadi duit, kulo tandangi, waton halal lan barokah mas,” tegas Yayuk dalam bahasa Jawa Timuran. Dari cerita perjalanan usaha keripik pisang Yayuk, banyak pelajaran yang dapat dipetik. Keuletan Yayuk dan suaminya dalam menjalankan usaha keripik pisang selama 18 tahun, tentu membutuhkan ketahanan yang luar biasa. Kerja sama dan dukungan dari keluarga menjadi hal yang mutlak, sehingga usaha keripik pisang Yayuk dapat tetap bertahan dan terus berjalan hingga saat ini. Hal lain yang tidak kalah penting adalah manajemen waktu dan keuangan yang baik. Di tangan Yayuk dan suami, keripik pisang menjadi usaha yang tak terpisahkan dari peternakan sapi perah. Limbah kulit pisang dijadikan pakan bagi sapi perah yang mereka pelihara. Perjalanan selama mencari rumput juga dimanfaatkan untuk memasarkan keripik pisang mereka. Dengan cara-cara tersebut mereka benar-benar menerapkan apa yang dikatakan pepatah sebagai “sekali dayung dua sampai tiga pulau terlampaui”. Hal lain yang tak kalah menarik adalah kemampuan Yayuk dalam melihat dan membaca daya dukung sumber daya bahan baku yang ada di sekitarnya. Pisang, kopi dan sapi perah terus dipelihara untuk saling mendukung satu sama lain. Sebagai usaha rumah tangga, usaha keripik milik Yayuk merupakan bentuk nyata perekonomian rakyat. Perekonomian keluarga yang terintegrasi antara sektor pertanian, peternakan dan produksi pangan. Usaha kecil yang patut dijadikan contoh dan direplikasi. [Tri]


Produk-Produk Unggulan Desa Wonosari, Kecamatan Gondangwetan

- Jenang Salak - Sari Buah Salak - Sirup Salak - Selai Salak - Keripik Pisang - Jamur crispy - Ikan Asin - Jamu Tradisional - Sale Pisang - Keripik Bentoel - Bolen Salak - Kerupuk Baduwi

Pemesanan Hubungi: 0821-4256-6285 0822-3011-7043


21

Reeksi Pengetahuan

Strategi Pembangunan Pertanian

Perut, Kayu, dan Biogas: Kajian Ekofeminisme di Desa Kalipucang

S

eperti biasa, memastikan anggota keluarga berperut kenyang adalah tugas wajib yang diemban oleh perempuan. Karena kultur patriarki masih melekat pada masyarakat Indonesia, hal-hal semacam itu sering dijumpai utamanya di pedesaan. Wiwin adalah salah satu ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Kalipucang, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, tugas utama Wiwin adalah menyiapkan dan memastikan ketersediaan makanan. Untuk memenuhi tugasnya itu, tentu ia harus menyiapkan berbagai kebutuhan memasak termasuk bahan bakar. Dahulu, ia dan ibu rumah tangga lain selalu menggunakan kayu untuk memasak. Menurut penuturannya, pada masa silam, masyarakat Desa Kalipucang selalu mencari kayu sebagai bahan bakar memasak. Tidak hanya ranting yang sudah lepas dari pohonnya saja, masyarakat juga menebang kayukayu di hutan. Fenomena di Desa Kalipucang ini adalah wujud nyata keterkaitan antara kebutuhan manusia dengan elemen alam. Kayu, sebentuk elemen alam yang menjadikan perut manusia kenyang.

Nasib Kayu dan Hutan Kita Meski bisa membuat perut kenyang, tebangmenebang kayu bukanlah kegiatan yang patut dilanjutkan. Perubahan iklim global yang terjadi saat ini merupakan fenomena yang salah satunya disebabkan oleh pepohonan yang terus berkurang. Jika pohon-pohon berkurang tentu suhu bumi akan terus meningkat. Peningkatan suhu 3-4 derajat celcius saja bisa menyebabkan 350 juta orang di dunia kehilangan tempat tinggal akibat banjir (Hunga, 2013). Selain banjir, peningkatan suhu juga berakibat pada kekeringan lahan pertanian. Jika petani gagal panen, maka ketersediaan pangan akan berkurang. Jika pun petani berhasil panen dalam kondisi kekeringan, maka harga kebutuhan pangan akan melambung tinggi. Lagi-lagi persoalan perut yang akan terancam. Petugas pengisi perut tentu menjadi sosok yang dirugikan. Mereka harus memutar otak agar makanan di rumah tetap tersedia. Mereka harus memikirkan bagaimana anak-anaknya memiliki gizi yang cukup. Mereka juga dipaksa untuk berpikir cara membantu rekan hidupnya untuk


Refleksi Pengetahuan

Strategi Pembangunan Pertanian

mencari uang. Bahkan, tidak jarang mereka juga menyisihkan makanan pada keadaan terbatas hanya untuk mengisi perut anakanak dan sang rekan hidup. Petugas Pengisi Perut yang Dirugikan Adalah perempuan, yang menjadi garda depan penjamin ketahanan pangan. Dalam kondisi kekeringan, perempuan akan kesulitan menemukan air bersih. Pada saat yang sama, mereka dituntut untuk menyiapkan makan, minum dan baju bersih bagi seluruh keluarga. Eksploitasi bumi melalui fenomena penebangan kayu demi perut yang kenyang akan memperpanjang penderitaan perempuan. Terlihat bahwa eksploitasi pada bumi, paralel dengan eksploitasi terhadap perempuan. Manusia lupa bahwa kehidupan dan perut kenyang adalah hutang kepada alam yang belum terbayar. Spretnak (1990) yang dikutip dari Candraningrum (2013) menyatakan bahwa krisis dan kehancuran bumi merupakan suara dari penurunan nilai bumi sekaligus penurunan nilai perempuan. Dalam revolusi sains, bumi mendapat atribut kelamin perempuan. Atribusi pada bumi dan alam semesta sebagai makhluk berkelamin perempuan yang mudah dikendalikan akan berdampak pada kerusakan dan berujung pada kelaparan manusia. Sumber:

22

bawang merah, daun bawang dan pepaya adalah sederet kebutuhan Apakah gas elpiji menjadi solusi? makanan yang dapat dipenuhi Jawabannya adalah bukan. sendiri oleh Wiwin. Bagaimana bisa kayu yang gratis “Nanam cabe di tanah biasa itu digantikan dengan gas elpiji sama di ampasnya biogas itu berbayar. Mari tengok dapur beda. Lebih subur dan cepat Wiwin. Ada yang berbeda dari tumbuh pakek ampas biogas,” kebanyakan dapur. Tidak ada gas elpiji maupun minyak tanah, terang Wiwin atas hasil eksperimennya. Wiwin memasak menggunakan “kotoran” sapi-sapi perahnya. Hal terpenting yang perlu menjadi Inovasi dan Solusi

Kebanyakan masyarakat Desa Kalipucang termasuk keluarga Wiwin adalah peternak sapi perah. Dari situlah gagasan Pemerintah Kabupaten Pasuruan untuk menggantikan kayu dengan kotoran sapi perah itu muncul. Bahan bakar memasak pengganti kayu itu bukanlah kotoran sapi biasa. Kotoran sapi diproses sedemikian rupa hingga menjadi biogas. Biogas kemudian bisa dijadikan bahan bakar untuk mengolah makanan. “Bener, Mbak. Biogas mbantu banget jadi lebih irit” ujar Wiwin. Selain lebih irit, kotoran sapi yang semula dibuang sia-sia atau hanya berakhir sebagai pupuk dengan harga yang murah, ternyata bisa membantu ketahanan pangan keluarga. Ampas dari biogas justru sangat membantu kesuburan tanaman. Wiwin memanfaatkan ampas biogas sebagai media tanam tumbuhan bahan makanan. Tidak disangka, hal tersebut secara signifikan membantu mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan pangan. Cabai,

refleksi atas pembahasan di atas adalah “jangan egois dengan alam”. Wiwin telah membuktikan bahwa ketahanan pangan di keluarganya begitu kuat walaupun harga cabai melambung tinggi. Dengan upayanya, ia pun telah berkontribusi dalam melestarikan eksistensi pepohonan di hutan. Kesuksesan Wiwin dapat terwujud karena ia berani mengganti kayu dengan kotoran sapi yang semula tidak memiliki nilai ekonomis. Akhir kata, segala yang bersumber dari alam akan membantu keberlangsungan kehidupan kita, perut kita, kebahagiaan ibu kita dan kebahagiaan anak cucu kita. Maka, perlakukanlah alam dengan adil. Perlu komitmen bersama dalam gerakan sosial partisipatif yang konsepnya bersumber dari pengalaman masyarakat dalam memanfaatkan potensi di sekitarnya. Upaya pencegahan sangat diperlukan sebelum bumi menyuguhkan kekeringan pada peradaban manusia utamanya perempuan. [Naila]

Wawancara dengan Wiwin warga desa Kalipucang, 14 Februari 2016 Hunga, Arianti Ina. (2013). Ekofeminisme, Krisis Ekologis dan Pembangunan Berkelanjutan. Ekofeminisme, Dalam Tafsir Agama, Pendidikan, Ekonomi, dan Budaya. Jakarta: Jalasutra Candraningrum, Dewi. (2013). Amanat Al-Insan dalam Krisis Lingkungan: Kajian Ekofeminisme Islam. Ekofeminisme, Dalam Tafsir Agama, Pendidikan, Ekonomi, dan Budaya (pp. 3-13). Jakarta: Jalasutra


23

Refleksi Pengetahuan

Strategi Pembangunan Pertanian

Petani Jatiarjo Mengidentifikasi Sembilan Aset dan Potensi Desanya

S

ebuah masyarakat dapat dikatakan sukses apabila memiliki karakter mandiri dan mampu menggerakkan segenap potensi yang mereka miliki. Kemampuan masyarakat dalam menjalankan proses pembangunan yang didukung oleh semua unsur sumber daya, potensi dan aset yang mereka miliki pada akhirnya akan menjadi kunci bagi proses perbaikan kesejahteraan mereka. Pembahasan mengenai aset dan potensi menjadi perhatian publik karena hal ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat maupun pemerintah desa. Jika dikelola dengan baik, aset dan potensi desa dapat menjadi salah satu alternatif sumber pendapatan desa yang pada ujungnya digunakan sebagai pendanaan pembangunan oleh pemerintah desa. Di sisi lain, penggerakan aset dan potensi desa mampu membuka kesempatan bekerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam memulai proses penggerakan aset dan potensi desa, diperlukan pola pikir yang positif dalam memandang kondisi masyarakat. Untuk menstimulus munculnya pandangan positif tersebut, para peserta Sekolah Inovasi Tani (SITI) diminta menceritakan arti kesuksesan yang pernah dialami selama menjalani kehidupan baik secara individu maupun dalam posisinya sebagai bagian dari masyarakat. Secara bergantian, para peserta SITI pertemuan pertama pada Rabu (30/01/2017) menceritakan kisah sukses kehidupan rekanrekannya. L. Riansyah, fasilitator program Pendidikan Agrobisnis Desa Inovatif (PADI) mengungkapkan bahwa perlu pikiran positif dan optimisme untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.

“Untuk membaca dan melihat itu semua (aset dan potensi pertanian) kita harus membangun paradigma positif, membangun khusnudzon, membangun mata batin yang jernih untuk melihat apa saja hal positif untuk melihat kekuatan apa saja yang bisa dikembangkan di desa,” ungkap Rian. Kisah kehidupan yang telah diceritakan ini setidaknya dapat menggali potensi sumber daya manusia yang tertanam dalam setiap diri para peserta. Setelah mengetahui potensi sumber daya manusia dan muncul optimisme terhadap kemampuan setiap individu, barulah proses pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan identifikasi aset dan potensi yang lainnya. Mengenai aset dan potensi desa, Edi Purwanto menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya tahu bahwa mereka memiliki potensi namun sering kali tidak mengetahui aset dan potensi tersebut secara terperinci. Lebih jauh, pola pembangunan dan pemberdayaan konvensional yang ditanamkan kepada masyarakat selama ini masih terpaku pada analisis masalah. Hal ini kemudian mengalihkan perhatian masyarakat sehingga selalu tertuju pada masalah-masalah yang mereka hadapi. “Potensi yang kita miliki dan dalam keseharian memberikan kemanfaatan yang luar biasa, tidak pernah kita perhatikan. Misalnya begini, kita setiap hari berangkat ke sawah atau ke tegal, kita melewati jalan dengan pepohonan di sekelilingnya. Apakah kita menyadari berapa meter jalan yang kita lewati, berapa jumlah pepohonan yang ada di sekeliling jalan itu tadi. Pernahkah kita memikirkan pemanfaatan potensi jalan dan pepohonan itu tadi?” paparnya dalam ilustrasi yang sederhana.


Reeksi Pengetahuan

Strategi Pembangunan Pertanian

24

Dalam konteks pembangunan masyarakat pertanian, para peserta pelatihan yang dihelat di Balai Desa Jatiarjo ini menetapkan sembilan aset dan potensi desa. Berikut rincian dari Sembilan aset dan potensi tersebut:

1. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia adalah keahlian yang dimiliki masyarakat. Pada dasarnya keahlian ini dimiliki oleh perorangan. Meski demikian, mengetahui potensi keahlian masyarakat sebuah secara menyeluruh dapat mendorong masyarakat untuk saling bertukar informasi dan tenaga dalam membangun kesejahteraan bersama.

2. Komoditas Pertanian Segala bentuk tumbuhan yang tumbuh di desa baik yang dibudidayakan atau tidak perlu diketahui oleh masyarakat. Mengetahui berbagai komoditas potensial akan memberikan gambaran prospek usaha pertanian yang mungkin dilakukan.

3. Sumber Daya Alam Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan desa baik yang terkait dengan udara, tanah dan air. Sumber daya ala mini ada secara alami dan memberikan kehidupan bagi masyarakat. Dengan mengetahui semua kandungan sumber daya alam di desanya, masyarakat bisa merumuskan optimalisasi pemanfaatannya untuk kesejahteraan bersama.

4. Kelembagaan Aset dan Potensi kelembagaan bisa berbentuk pemerintah atau organisasi-organisasi lain yang terkait langsung dengan masyarakat. Dalam kaitannya dengan pembangunan sektor pertanian, potensi kelembagaan ini bisa berbentuk kelompok tani, Badan Usaha Milik Desa, koperasi, Himpunan Petani Pemakai Air dan sebagainya. Organisasi-organisasi ini bisa jadi masuk dalam kategori aset dan potensi sosial manakala diprakarsai dan diinisiasi oleh masyarakat sendiri. Jika diprakarsai atau disponsori oleh pemerintah, organisasiorganisasi ini dikategorikan ke dalam kelompok kelembagaan.

5. Sosial Organisasi-organisasi yang diinisiasi masyarakat yang tidak mendapatkan dana/ anggaran dari pemerintah atau sponsor dikategorikan sebagai aset dan potensi sosial. Contoh dari kategori ini adalah organisasi masyarakat seperti NU, Muhammadiyah, Muslimat perkumpulan jamaah tahlil dan banyak lagi yang lainnya.


25

Reeksi Pengetahuan

Strategi Pembangunan Pertanian

6. Budaya dan Spiritual Potensi spiritual budaya terkait dengan praktik, nilai dan norma sosial yang penting dan menggairahkan kehidupan petani seperti nilai keimanan, kerelaan untuk berbagi, gotong-royong dan saling mendoakan. Praktik semacam selamatan desa untuk mensyukuri nikmat hasil panen yang diberikan oleh Tuhan juga termasuk dalam kekayaan yang dimiliki masyarakat yang tak bisa dinilai harganya.

7. Finansial Potensi ďŹ nansial adalah segala sesuatu yang terkait dengan keuangan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber permodalan usaha petani. Segala sesuatu yang bisa dijual dan dimanfaatkan untuk usaha masyarakat bisa pula digolongkan dalam kelompok ini. Sumber-sumber keuangan seperti arisan petani, pendapatan asli desa (PADes) dan dana transfer adalah sebagian kecil contoh dari kelompok ini.

8. Fisik/ Infrastruktur Aset dan potensi ďŹ sik terkait dengan sarana maupun prasarana yang dapat mendukung usaha pertanian. Wujud nyatanya bisa berupa sarana produksi (Saprodi) pertanian, alat transportasi, jalan desa dan balai pertemuan warga. Aset ďŹ sik dapat juga disebut sebagai infrastruktur dasar (baik berupa transportasi, shelter, air, energi, komunikasi).

9. Sumber Daya Informasi dan Jaringan Kelompok aset dan potensi ini dapat terkait dengan alat (benda), lembaga atau perseorangan yang potensial sebagai media pertukaran informasi dan pengetahuan petani. Contoh dari kelompok ini adalah papan informasi, jaringan dan peralatan internet, dinas pertanian, lembaga swadaya masyarakat yang memiliki program pemberdayaan petani serta organisasi bisnis pertanian.

Segenap aset dan potensi yang menyelimuti kehidupan petani tersebut memiliki posisi yang sama dalam mendorong pencapaian cita-cita kesejahteraan petani. Aset dan potensi petani tidak akan berguna dan berkembang apabila tidak diketahui dan tidak digerakkan. Karakter kolektivisme petani yang bermukim di desa menjadi modal awal untuk aktivitas identiďŹ kasi dan pemanfaatan potensi. [Diyah]


Refleksi Pengetahuan

Strategi Pembangunan Pertanian

“Pertanian itu sangat seksi, bukan hanya masalah on farm-nya, namun lebih kepada bagaimana menjadikan para petani berdaya.”

26

Mengawali Munculnya Partisipasi

B

kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.

“Dapat dilihat sendiri sekarang setiap ada majalah pertanian selalu memuat upaya pemberdayaan petani, ini menunjukkan bahwa perhatian ke sana akhir-akhir ini dapat dikatakan lebih-lebih,” lanjutnya.

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa menjelaskan “pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.”

egitu penilaian Willy Bayu Kurniawan, mantan fasilitator Program Upaya Khusus (Upsus) Swasembada Pangan Kementerian Pertanian, terhadap dinamika pertanian Indonesia dalam sebuah obrolan santai. Ia mencoba menggambarkan upaya pemberdayaan petani yang semakin gencar dilakukan oleh beberapa lembaga dan pemerintah beberapa tahun terakhir.

Pemberdayaan menurut Simon (1993), merupakan suatu aktivitas refleksi, suatu proses yang mampu diinisiasikan dan dipertahankan oleh agen atau subyek yang mencari kekuatan atau penentuan diri sendiri (self-determination). Selanjutnya, Sulistiyani (2004) menjelaskan lebih rinci bahwa pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari dua pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat tani tidak dapat dicapai dengan hanya dengan mengandalkan pengetahuan atau pengalaman dari lembaga atau perintis program. Justru, tingkat partisipasi petani dalam memberdayakan dirinya sendirilah yang menjadi kunci kesuksesan suatu program pemberdayaan petani. Berpijak pada pandangan di atas, Pendidikan Agrobisnis Desa Inovatif (PADI) berupaya menerapkan prinsip partisipasi, keterbukaan dan


27

Refleksi Pengetahuan

inklusi, serta menempatkan setiap orang sebagai sumber belajar berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Setiap orang adalah sumber ilmu, dan sangat penting partisipasinya dalam proses pemberdayaan terlepas apapun dan bagaimanapun status orang tersebut.

Mengapa Partisipasi Masyarakat Menjadi Sangat Penting? Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dijelaskan bahwa fungsi dari pengaturan desa adalah untuk mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama. Sekali lagi partisipasi masyarakat desa dalam mengembangkan potensi dan aset desa dipandang sangat penting untuk menimbulkan dampak kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa. Conyers (1991) menjelaskan terdapat tiga alasan yang membuat mengapa partisipasi masyarakat penting dalam proses pembangunan. Tiga alasan itu sebagai berikut:

1. Partisipasi masyarakat dapat menjadi “telinga” untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, permasalahan dan kebutuhan masyarakat. 2. Efektivitas dan efisiensi dari program atau proyek pembangunan akan lebih mudah dicapai, apalagi dalam kondisi kontribusi masyarakat dapat mengurangi beban biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu implementasi pembangunan. 3. Partisipasi secara etik-moral merupakan hak demokrasi bagi rakyat, sehingga dengan partisipasi yang maksimal pemerintah sudah otomatis meredam potensi resistensi dan proses sosial bagi efek-efek samping pembangunan.

Strategi Pembangunan Pertanian Melibatkan masyarakat secara aktif dan partisipatif dalam upaya pemberdayaan merupakan praktik yang “gampang-gampang susah”. Kendala utama yang umumnya menghalangi tercapainya sebuah masyarakat yang aktif dan partisipatif adalah pola komunikasi di awal program. Fasilitator harus bisa memilah dan menentukan metode pendekatan dalam menjaring partisipasi masyarakat. Fasilitator harus piawai mengajak masyarakat untuk mau dan mampu menyampaikan apa yang ada di dalam benak pemikiran mereka. Pada saat sosialisasi Program PADI, para fasilitator mencoba untuk memancing agar para peserta (yang kebanyakan adalah warga desa dan merupakan petani) untuk mengungkapkan strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang) dan treat (ancaman) dari desa masing-masing. Melalui proses dengar pemikiran ini, Jamroni, warga Desa Wonosari mengungkapkan bahwa, potensi Desa Wonosari terletak pada komoditas buah-buahan terutama salak, nangka dan pisang. Sebagai warga pendatang, Ia pernah berinisiatif untuk mengolah salak menjadi jenang salak namun usahanya terkendala oleh bahan baku, modal, peralatan dan pemasaran yang tidak luas. Teknik lain untuk mengetahui keinginan dan harapan para petani adalah dengan meminta para peserta menulis harapannya pada selembar kertas. Cara ini dilakukan untuk “manambal” kekurangan penggalian gagasan dengan metode komunikasi oral. Kertas tersebut digunakan sebagai alat untuk menyampaikan keinginan, aspirasi dan harapan para peserta terhadap Program PADI. Selain berpegang pada hasil penelitian assessment yang telah dilakukan selama satu bulan, Program PADI juga berpegang pada aspirasi masyarakat yang digali melalui forum sosialisasi ini. [Seno]


Desa Jatiarjo, Kecamatan Prigen Pemesanan Hubungi: 085815566071


Tingting Jahe Keripik Bote Keripik Singkong Keripik Ketela Keripik Gathem -

- Carang Mas - Kerupuk Samiler - Keripik Gandung - Kopi Tjap Djaran - Kopi Kreweng Butani


Wawancara

Strategi Pembangunan Pertanian

30

Technical Domain Kuat, Analisis Data Kuat, Petani Kuat

“Untuk menyelesaikan permasalahan, sebenarnya petani hanya membutuhkan tiga hal yaitu lahan, ilmu pengetahuan, dan pasar yang jelas. Jika petani tidak punya lahan, maka seluruh hidupnya akan diabdikan menjadi buruh. Jika pun seorang petani punya lahan tetapi tidak punya ilmu, maka ia hanya akan menjadi buruhnya ilmu, mereka beli pupuk, beli “ini-itu” tanpa tahu manfaatnya. Terakhir, petani punya tanah dan ilmu, tapi tidak menguasai pasar, maka hanya akan menjadi budak pasar.”

B

egitulah beberapa lontaran petuah dari Arief Lukman Hakim (Agroforestry and Conservation Spesialist pada Yayasan FIELD Indonesia). Beberapa pengetahuan tentang strategi pembangunan pertanian juga ia tularkan melalui sesi diskusi dan wawancara yang dilakukan oleh Martani pada Selasa (28/02/2017). Bagaimana tanggapan anda mengenai penyempitan lahan pertanian yang sedang terjadi di Kabupaten Pasuruan? Secara biofisik, Sumber Daya Alam di Kabupaten Pasuruan sangat mewah. Karena ada dua sistem pegunungan (Bromo, Tengger, Semeru dan Arjuno, Welirang) yang berkontribusi terhadap kesuburan tanah Pasuruan. Kalau dalam pengamanan pangan, pemerintah sebenarnya sudah mengesahkan undang-undang Nomor 41 tahun 2009 Tentang Lahan Pangan Berkelanjutan yang mengatur (agar) setiap kabupaten dan wilayah wajib mencadangkan lahan produksi pangan berkelanjutan. Pokoknya lahan (yang dicadangkan) ini harus digunakan untuk produksi pangan. Cuman, provinsi atau kabupaten (termasuk Pasuruan) sudah melakukannya atau belum saya kurang tahu. Seharusnya ada konsekuensi hukumnya.


31

Wawancara

Konversi lahan memang hal yang tidak bisa dihindari. Maka saya sangat senang ketika munculnya Undang-Undang Perlindungan Lahan, setidaknya (Undang-Undang) itu dapat mengurangi laju konversi lahan. Kalau berbicara bagaimana agar petani tidak menjual lahannya, itu juga permasalahan yang rumit. Karena kebutuhan petani tidak bisa kita cegah. Masalah lainnya mengenai lahan adalah, kita sangat lemah dalam database. Saya pernah menghitung luas lahan ternyata luas lahan pertanian itu malah melebihi luas pulaunya, ini kan aneh. Kemudian ada juga lahan yang dibagi-bagi, misalnya punya lahan lima hektar, kemudian punya anak empat, maka lahan harus dibagikan ke anak-anaknya, segmentasi lahan istilahnya. Bagaimana mengenai instabilitas harga komoditi pertanian? Kalau berharap kepada pemerintah ya berat. Menurut saya pribadi petani harus pinter-pinter dalam berorganisasi. Contoh yang sederhana, di Lampung kami memfasilitasi tempat (gudang penyimpanan) saja. Ketika panen mendapatkan hasil banyak, oleh petani (hasil panen) dimasukkan ke gudang, karena waktu panen raya harga pasti jatuh. Kemudian setelah satu atau dua bulan harganya naik, tentu saja yang tidak punya lumbung akan rugi besar. Nah itu (lumbung) salah satu solusi yang kemudian kami bentuk menjadi koperasi. Input benih dan pupuk? Pupuk sekarang sudah mudah aksesnya. Yang terjadi justru pemborosan penggunaan pupuk. Rekomendasi penggunaan pupuk itu sama rata begitu saja tanpa mengidentiďŹ kasi keperluan tanah. Padahal tanah di Aceh, tanah di Kota Batu, tanah Madura itu beda kesuburannya. Jika tanah yang subur di pupuk banyak, itu pemborosan yang sangat luar biasa. Input yang lain? Sebenarnya tidak hanya mengenai tanah, kalau mereka tidak memiliki bibit ya petani akan mati. Mangkanya penting sekali technical domain untuk dikuasai para petani, agar mereka bisa memproduksi benih yang bagus, pupuk yang bagus, dan itu mudah sekali, karena bahan-bahan untuk melakukan hal tersebut ada di sekitar mereka. Bagaimana dengan ketersediaan dan keadaan infrastruktur ďŹ sik? Irigasi di Pasuruan saya kira sudah bagus. Ketersediaan akses jalan juga relatif bagus jika dibandingkan dengan daerah-daerah luar Jawa. Kemudian listrik juga saya kira sudah tersedia baik, sehingga jika petani memerlukan energi untuk pengolahan, post harvest processing misalnya, itu sudah bisa. Saya malah agak berharap dengan teknologi informasi dan media, jadi informasi itu lebih cepat sampai (ke petani) termasuk informasi pasar.

Strategi Pembangunan Pertanian Menurut anda, bagaimana sikap kita menanggapi turunnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian? Mindset generasi muda tentang pertanian agak memprihatinkan. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di negara-negara lain juga seperti itu. Dunia pertanian itu saya ibaratkan seperti kapal tenggelam. Semua orang itu pengen cepet-cepet pindah, keluar (dari pertanian) entah jadi tukang ojek entah jadi apa. Itu yang menurut saya perlu ditata kembali. Terus terang saja nilai tukar pertanian kurang kompetitif. Hampir tidak ada jaminan dari sistem yang bisa menjamin. Kalau saya punya lahan sekian-sekian, saya bisa berproduksi sekian ton, hasilnya akan sekian, itu tidak bisa. Gamblingnya terlalu tinggi. Itu mungkin yang membuat ketertarikan kaum-kaum muda itu berkurang, dirasa pendapatan tidak jelas. Penyediaan modal untuk petani ada atau tidak? Petani itu rawannya ketika mau cocok tanam, mereka gak ada modal. Kalau untuk petani besar (dengan luas lahan besar) bank banyak yang mau mendanai, kalau petani-petani kecil bank gak mau. Ya, mau gak mau kita tekankan seperti di Indramayu, anda (petani) harus mengorganisasikan diri. Seperti kelompok tani yang kami dampingi mengadakan semacam koperasi dan itu cukup berhasil. Saat mereka membutuhkan sarana produksi mereka (petani) bisa pinjam ke koperasi, ketika mereka panen, mereka juga bekerja sama dengan koperasi untuk menghindari jatuhnya harga. Itu sistemnya seperti apa pak? Koperasi yang kami terapkan itu sangat ketat. Tidak semua orang bisa menjadi anggota koperasi. Yang ingin menjadi anggota koperasi harus mengikuti pendidikan koperasi terlebih dahulu. Itu sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran dan pengetahuan calon anggota tentang koperasi. Kami siapkan dana sendiri untuk keperluan pendidikan calon anggota. Setelah dinyatakan lolos pendidikan, baru mereka bisa bergabung menjadi anggota koperasi. Kok bisa muncul ide bahwa koperasi adalah solusi? Dulu ketika saya kecil petani yang sukses itu pasti mempunyai lumbung. Kenapa lumbung hilang? Karena ada kebijakan uang cash yang lebih cepat. Jadi begitu panen langsung jual, langsung cash lebih enak. Nah itu adalah perubahan budaya yang terlalu cepat dan tidak diantisipasi dengan matang. Bagaimana dengan upaya pemerintah dalam menjamin kehidupan petani? Sebenarnya upaya pemerintah sudah cukup bagus dengan proteksi, membatasi impor. Saya bukan ahli tata niaga, namun (saya berpendapat bahwa) kepastian harga jual itu harus dijamin.


Strategi Pembangunan Pertanian Mungkin dengan zonasi. Misalnya “Sudahlah petani kamu produksi ini (komoditas pertanian), masalah harga saya yang jamin”. Kalau di Thailand itu ada subsidi bahwa beras itu akan dibeli oleh pemerintah, seperti (fungsi) Bulog. Namun problemnya di sini adalah Bulog menerapkan kebijakan harga floor price dan ceiling price, seringnya floor price menjadi celing price di tingkat petani. Dulu itu pemerintah sebenarnya ada program LUEP (Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan), ada upaya membangun lumbung-lumbung. Namun itu kemudian disalahartikan sebagai bentuk fisik tanpa membenahi konsepnya. Seharusnya konsep lumbung itu yang lebih di tekankan. Tapi ini tidak hanya terjadi di Pasuruan, namun hampir secara keseluruhan. Ada juga saya pernah dengar itu asuransi petani (dari) JICA (Japan International Cooperation Agency), namun tidak masuk Pasuruan. Bagaimana jika itu coba diterapkan di Pasuruan bagaimana? Kalau secara wilayah, kayaknya belum ada pengaturan dari pemerintah lokal. Hanya di tingkat provinsi saja yang cukup bagus. Pak Dhe Karwo itu menolak beras dan sayuran impor. Nampaknya juga cukup berhasil. Artinya inisiasi-inisiasi itu sudah mulai ada. Sekarang tinggal bagaimana cara kita mengefektifkan itu. Kalau dalam skala kabupaten saya kira juga tidak efektif karena arus barang terutama komoditas pertanian bisa sangat cepat. Untuk komoditas sayuran dan komoditi pertanian yang mobilitas tinggi itu memang susah untuk mengurusnya. Bagaimana dengan penerapan-penerapan strategi pembangunan hingga saat ini? Contohnya gini ya, di Pasuruan kan ada beberapa daerah penghasil susu. kenapa koperasi itu yang berkembang adalah koperasi susu? Sementara KUD-KUD pertanian lainnya itu tidak berkembang? Karena seperti susu itu harus bekerja sama. Jika susu telat disetor ke koperasi untuk disimpan lebih lanjut sehari saja maka akan rusak. Mau tidak mau peternak harus bekerja sama. Ada sesuatu hal yang sangat kuat untuk mendorong petani berorganisasi. Salah satu manfaatnya adalah penerapan harga tertutup sehingga petani itu bisa mengira-ngira dengan modal sekian dia (petani) akan mendapatkan (keuntungan) sekian. Hal itu yang tidak ada dalam sektor pertanian lain seperti pada sayuran. Sementara kebijakan-kebijakan, misalnya penyaluran pupuk semua dianggap sama. Karena asas yang dipakai adalah pemerataan. Kenapa kebijakannya tidak diarahkan pada pemenuhan kebutuhan pupuk oleh petani itu sendiri. Bahan baku pupuk organik cukup melimpah di pedesaan dan hingga saat ini terbuang percuma. Kenapa kebijakannya tidak diarahkan pada pemenuhan kebutuhan benih sendiri oleh petani. Tentu ini butuh penguatan petani dalam hal technical domain. Bukan menjadikan petani sebagai konsumen sarana dan prasarana pertanian. [Seno]

Wawancara

32

Profil Narasumber Nama : Arief Lukman Hakim TTL : Sampang 18 April 1967 Jabatan : Dosen Agroteknologi Universitas Islam Raden Rahmat Malang : Project Manager USAID (United States Agency For International Development) – IWINS (Iniatives for Wastsan Improvement Through Networking Support) Pendidikan : S1 Pertanian Universitas Brawijaya Malang (lulus 1991) : Institute for Training and Development (ITD) Amherst Massachussets USA 1998 : Goethe Institut Freiburg im Breisgau Jerman 1999 : Agriculture Science and Resource Management in the Tropics and Sub Tropics (ARTs) S2 Rheinische Friedrich-WilheimsUniversitat Bonn Jerman (lulus 2002) Karier : · Reaserch Asistant United Nations Food and Agriculture Organization (1992-1995) · Training Manager FIELD Indonesia (2003-2005) · Agroforestry-Agric Development Specialist ESP-USAID (20052011) · Community Climate Change Response (CCCR) Program Manager (2010-Sekarang) · Executive Secretary FIELD Indonesia (2012-Sekarang) · Dosen Hama-Penyakit Agroteknologi Universitas Raden Rahmat Malang (2014-Sekarang) · Independent Consultant: Dezenvolve Agriculture Comunitaria (DAC) Republik Democratic Timor Leste, Pengembangan Kurikulum Pemuliaan Benih untuk Petani di Thailand: Thai Education Foundation Chiang Mai Thailand, Locally Intensified Farming Enterprise Project (LIFE) CARE Bangladesh dan di beberapa negara Asia dan Ethiopia.


33

Strategi Pembangunan Pertanian

Opini

Desa harus jadi kekuatan ekonomi agar warganya tak hijrah ke kota. Sepinya desa adalah modal utama untuk bekerja dan mengembangkan diri. Walau lahan sudah menjadi milik kota, bukan berarti desa lemah tak berdaya. Desa adalah kekuatan sejati, negara harus berpihak pada para petani (Iwan Fals).

|

BUM Desa Membangun(kan) Ekonomi Perdesaan?

L

irik yang dibuat pada 2004 ini sebenarnya hendak menyentil pemerintah terkait keadilan pembangunan. Pada masa Orde Baru, orientasi pembangunan hanya terkonsentrasi di kota. Sementara, desa sebagai kantong kemiskinan dan ketertinggalan luput dari perhatian pemerintah. Para petani, kelompok perempuan, difabel dan masyarakat marjinal juga belum banyak menerima manfaat. Pasca reformasi, pemerintah sudah dua kali menyusun perundang-undangan yang berkaitan dengan desa, yaitu UU Nomor 22 tahun 1999 dan UU Nomor 32 tahun 2004. Walaupun hanya disebutkan secara umum, namun kedua UU tersebut memberikan implikasi terkait dengan sistem pengelolaan pemerintah desa. Kedua UU tersebut telah memberikan ruang pada desa dengan memberikan pengakuan akan adanya hukum adat beserta asal usulnya. UU Otonomi Daerah seharusnya bisa mendorong percepatan pembangunan di

Oleh: Edi Purwanto

desa. Keran kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah nyatanya tidak difungsikan untuk membangun kemandirian desa. Pemerintah daerah justru menciptakan ketergantungan yang akut. Desa dipaksa untuk mengikuti apa yang menjadi kemauan pemerintah kabupaten/kota. Apabila desa tidak tunduk dan patuh pada keinginan pemerintah daerah, maka bisa dipastikan tidak akan ada proyek pembangunan masuk desa. Desa lebih diposisikan sebagai objek pembangunan, sehingga desa tidak memiliki ruang untuk berekspresi, berinovasi dan berkreasi untuk mengelola pelbagai potensi ekonomi yang ada di desa. Posisi seperti inilah yang menjadikan perekonomian di desa tertidur pulas dan menunggu dibangun(kan). Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 menjadi arus balik pembangunan dari desa. Selain mandat kewenangan, desa juga mendapatkan dana desa. Dengan demikian, peluang untuk pembangunan perekonomian desa bisa lebih


Strategi Pembangunan Pertanian

cepat. Desa tidak lagi menjadi objek perubahan, namun lebih diposisikan sebagai subyek pembangunan. Dengan demikian, desa memiliki kewenangan penuh dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Pelbagai sumber daya yang ada di desa bisa dipergunakan semaksimal mungkin untuk mempercepat pembangunan. Perlu digarisbawahi bahwa dalam mengembangkan perekonomian perdesaan, tidaklah cukup hanya membangun infrastruktur. Aspek paling penting dalam pembangunan adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas, punya semangat, kreatif dan inovatif akan mendorong percepatan pembangunan perekonomian di desa. Masyarakat desa harus bangun dari tidur panjang. Mereka harus merumuskan rencanarencana strategis dalam membangun desa. Desa harus mengungkit kembali gotong royong yang mulai redup, jiwa kerelawanan yang mulai menguap, dan kerukunan yang mulai tercerai berai. Semua stakeholder desa harus bahu-membahu mengerahkan tenaga, pikiran dan waktu untuk merajut modal sosial ini guna membangun(kan) perekonomian desa. Tidak Harus BUM Desa Pasca UU Desa disahkan, semua desa hampir latah mendirikan BUM Desa. Seolah BUM Desa menjadi satu satunya solusi paling mujarab untuk mendorong pengembangan perekonomian desa. Desa belum dianggap sesuai dengan misi UU Desa sebelum mendirikan BUM Desa. Bahkan pemerintah desa dianggap gagal jika belum memiliki usaha desa. Pelbagai upaya dilakukan oleh pemerintah guna mendorong terwujudnya 5.000 BUM Desa sebagai janji politik pemerintahan Jokowi. Regulasi dalam bentuk peraturan menteri hingga peraturan bupati/walikota terus didorong guna mewujudkan janji ini. Pendamping Desa sebagai ujung tombak Kementrian Desa juga diarahkan untuk membimbing desa mendirikan usaha desa. Jika terus dipaksakan, tentu ini akan bertentangan dengan asas rekognisi dan subsidiaritas yang merupakan substansi dari UU Desa. Tidak mengherankan bila anggaran desa mulai bermunculan untuk studi banding pendirian BUM Desa. Sontak saja, desa-desa yang telah berhasil mendirikan usaha desa dibanjiri tamu untuk belajar. Sayangnya semangat pendirian, analisa potensi pasar,

Opini

34

inovasi dan kreativitas tidak banyak menjadi pembelajaran. Akhirnya yang terjadi adalah meniru BUM Desa yang sudah jalan tanpa menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi desa yang dimiliki. Jika demikian, bukan tidak mungkin BUM Desa ini akan bernasib seperti UPK ataupun KUD. Ingatan kita tentu belum hilang dari KUD ataupun UPK yang dibuat secara terstruktur, sistematis dan masif di seluruh desa. KUD ataupun UPK ini memiliki usaha yang seragam se-Indonesia. Kita tentu tidak ingin BUM Desa hanya sebagai pelengkap administratif implementasi UU Desa. BUM Desa harus menjadi usaha desa yang memiliki karakteristik sesuai potensi dan kebutuhan desa. Selain itu, prakarsa dan partisipasi masyarakat menjadi syarat mutlak guna keberlangsungan usaha. Dalam mengembangkan perekonomian perdesaan memang tidak semuanya harus terkanalisasi pada BUM Desa. Ada banyak usaha di desa yang sudah berjalan, baik itu milik perseorangan, kelompok ataupun pihak swasta. Usaha usaha itu bisa dalam bentuk Usaha Kecil Menengah (UKM), Koperasi, Kelompok Usaha Bersama (Kube), kelompok tani, toko kelontong, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ataupun yang lainnya. Usahausaha yang ada ini harus tetap ada sepanjang memiliki kemanfaatan bagi masyarakat. Pemerintah desa bisa memfasilitasi agar pelbagai usaha tersebut bisa saling menopang untuk kebangkitan ekonomi desa.

Dalam membangun(kan) ekonomi perdesaan memang tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Butuh sentuhansentuhan dan kolaborasi dari pelbagai pihak seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi, pihak swasta dan kelompok peduli lainnya. Jika semua komponen ini berkolaborasi secara apik, bukan tidak mungkin desa menjadi kekuatan sejati dalam membangun perekonomian negeri ini, seperti bait lagunya Iwan Fals di atas. Semoga.


35

Resensi Buku

Strategi Pembangunan Pertanian

Menjadikan Lahan Kering Seperti Lahan Subur

I

ndonesia sejak jaman dahulu sudah dikenal sebagai negara agraris. Para saudagar asing hingga penjajah datang ke negeri ini karena faktor kesuburan tanahnya. Kesuburan itulah yang membuat kekayaan hasil bumi Indonesia melimpah. Pada tahun 1984, di masa pemerintahan Presiden Suharto, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Kesuksesan tersebut akhirnya menuai penghargaan dari Food and Agriculture Organization (FAO), organisasi bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang secara khusus menangani masalah pangan dunia. Hingga kini, sebagian besar masyarakat Indonesia mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Dalam mengembangkan usaha pertanian, ternyata tidak semua lahan pertanian mudah ditanami. Salah satu hal yang cukup dikhawatirkan petani dalam bercocok tanam adalah kondisi lahan yang kering. Bambang Guritno memaknai lahan kering sebagai lahan yang tidak memungkinkan untuk diusahakan tanpa melalui usaha-usaha rehabilitasi. Diperkirakan, luas lahan kering di Indonesia mencapai 51 juta hektar. Sementara itu, luas lahan kering di Pulau Jawa mencapai 6,1 Juta hektar (63,5 persen) dari 9,6 juta hektar lahan pertanian dan perkebunan di Jawa(hal. 20). Masalah utama lahan kering adalah pada kondisi ďŹ sik lahan yang sudah rusak atau mempunyai potensi besar untuk rusak dan terancam menjadi lahan kritis. Sementara itu, lahan kritis adalah lahan yang tidak dapat digunakan sama sekali. Hal ini diakibatkan dari kontaminasi pupuk kimia yang berlebihan. Erosi tanah dalam kurun waktu yang lama juga turut mengubah lahan kering menjadi lahan kritis. Bambang Guritno memperkirakan 6,8 juta Ha atau 10,7% dari 63,4 juta Ha pada 42 Daerah Aliran Sungai (DAS) Indonesia dalam kondisi kritis (hal. 21). Jika dibiarkan tanpa penanganan yang serius, jumlah area lahan kritis itu dipastikan akan terus bertambah. Kondisi tersebut tentunya akan mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani.

Pola Tanam di Lahan Kering Seperti yang dipaparkan di atas, lahan kering menjadi persoalan tersendiri dalam pengembangan pertanian dan perkebunan. Tentunya, kondisi tersebut akan mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, utamanya bagi para petani. Dalam menanggulangi lahan kering dan ancaman lahan kritis akibat kondisi cuaca yang tidak bersahabat, perlu adanya peranan pohon untuk mencegah erosi dan menjaga kesuburan tanah. Namun, penanaman tanaman pangan harus tetap diusahakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Bambang Guritno, melalui bukunya yang berjudul Pola Tanam di Lahan Kering ini mengemukakan bahwa, pola tanam tumpang sari cocok sebagai solusi penanaman pada lahan kering. Pola tanam tumpang sari adalah pola penanaman yang pada umumnya dilakukan dengan penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budi daya. Dalam studi kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping. Berikut adalah tujuh macam pola tanam tumpeng sari: Talun, adalah pola penanaman dengan cara menanam berbagai jenis tanaman. Tanaman yang paling rendah, merambat dan pohon diatur sedemikian rupa hingga permukaannya dapat tertutup rapat. Tanaman dengan pola semacam ini dapat dipanen setiap saat dan cocok untuk lahan dengan kemiringan 15-45 derajat. Tegal Pekarangan, pola penanaman untuk mendapatkan hasil dari tanaman semusim tanpa meninggalkan tanaman tahunan/ keras. Tanaman semusim adalah tanaman yang berkecambah, tumbuh, berbunga, menghasilkan biji, dan mati hanya dalam setahun atau bahkan kurang dari setahun. Sedangkan tanaman keras menghasilkan buah atau kayu dalam waktu lebih dari satu tahun. Pola ini cocok diterapkan pada lahan dengan kemiringan kurang dari 15 derajat.


Resensi Buku

Strategi Pembangunan Pertanian

Budi Daya Lorong, merupakan kombinasi antara teknik penanaman berbaris dan beralur. Tanaman pangan ditanam pada lorong (alley) di antara barisan tanaman pagar. Pangkasan dari tanaman pagar digunakan sebagai mulsa yang diharapkan dapat menyumbangkan hara terutama nitrogen kepada tanaman lorong. Tanaman yang digunakan untuk tanaman pagar antara lain adalah lamtoro atau kaliandra. Agroforestry, pola tanam ini dilakukan dengan mengombinasikan tanaman kayu (kehutanan) dengan tanaman berbuah musiman secara bersamaan dan berurutan. Keberadaan dua jenis tanaman pada sistem taman tersebut dapat berpengaruh positif dan negatif. Positif karena terdapat tambahan dan seresah yang berasal dari guguran dedaunan pohon. Dampak negatifnya pada tanaman yang berbuah musiman, karena terhalang oleh sinar matahari langsung. Begitu juga dengan perebutan penyerapan unsur hara dan air antara tanaman kayu dan tanaman berbuah musiman. Meski memiliki beberapa dampak negatif, pola penanaman ini masih dipandang lebih baik daripada penanaman secara parsial, misalnya dengan menanam tanaman kayu atau tanaman berbuah musiman saja. Konservasi Tanam Terpadu, pola tanam yang dilakukan dengan mengombinasikan antara tanaman berbuah musiman dengan tahunan yang berbuah tahuan. Lebih diutamakan jika pemupukannya menggunakan pupuk kandang agar dapat menyuburkan tanah sepanjang tahun. Pola Tanam Bertingkat, pola tanam ini dilakukan dengan dimensi vertikal. Posisi tajuk tanaman di atas tanah dan di bawah terdapat pertumbuhan akar. Lapisan tanaman yang di atas akhirnya menaungi tanaman yang di bawah. Keanekaragaman tanaman pada pola ini dapat mengurangi kegagalan panen. Jadi, jika salah satu tanaman gagal panen atau harganya merosot, petani masih bisa mengandalkan tanaman lain. Pioner, pola tanam ini dilakukan untuk merehabilitasi kesuburan tanah pada lahan kritis yang didominasi alang-alang. Penanaman pada pola ini dilakukan dengan menggantikan posisi tanaman pioner lalu ditanami tanaman berbuah musiman. Sementara tanaman penutup tanah (legum cover crops) dapat dimanfaatkan untuk mengembalikan kesuburan tanah.

36

Sebagai ulasan akhir, buku yang ditulis oleh dosen pertanian pada Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya (UB) Malang ini, menjadi jawaban atas kekhawatiran para petani dalam menghadapi musim kemarau. Mengingat sering kali pada saat musim kemarau, di belahan wilayah Indonesia terjadi kekeringan lahan. Dengan hadirnya buku terbitan UB Press ini, segala persoalan terkait bagaimana pola tanam pada lahan kering dapat dipecahkan. Gaya penulisan yang ilmiah pada buku tersebut menjadi nilai lebih. Hal ini karena beberapa ulasannya menyertakan data-data hasil penelitian. Utamanya pada penelitian lahan kering yang dilakukan oleh FP UB di Lampung tahun 2011. Namun, kekurangan buku ini adalah pada pengulasan pola-pola tanam yang menurut hemat penulis kurang rinci. Hal ini penting bagi petani atau praktisi bergerak di bidang pertanian atau perkebunan yang akan mempraktikkan buku ini.

||

Nama penulis : Bambang Guritno Judul : Pola Tanam di Lahan Kering Penerbit : UB Press Tahun terbit : 2011 Tebal : 70 Halaman ISBN : 978-602-203-028-7 Peresensi : M. Abdul Fatah


artani Menebar Inspirasi dan Informasi Petani

ALAMAT REDAKSI: D'Wiga Regency A3-12, Kelurahan Mojolangu, Kota Malang (65142)

f

(0341) 3039081

info@averroes.or.id

www.averroes.or.id www.padi.averroes.or.id

@KomunitasAverroes

@averroes.or.id

@avecom


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.