Tabloid Mini 2012 - INKLUSIF

Page 1

#1 ISSUE / 22 DESEMBER 2012

CEPAT, TEPAT, MENYELURUH

LEBIH DEKAT DENGAN JAM MALAM ASRAMA TPB Kontroversi Higienitas Makanan Kantin Sekitar Asrama

Kontroversi Higienitas Makanan Kantin Sekitar Asrama

hotline 085729884372

f

facebook/inklusif

@inklusifipb


INKLUSIF

CREW

PENANGGUNG JAWAB

MEILATI LIGAR DINI MANGGALA

KONTEN 1

BERITA UTAMA

JAM MALAM ASRAMA TPB

PIMPINAN REDAKSI 3

NAHDAH FARA RUBY NENENG MURNASIH SITI KURNIA RONA FAUZAN AHMAD HAFIDZ

2

PERTANIAN

4

INTERMEZZO

6

KONTROVERSI HIGIENITAS MAKANAN KANTIN SEKITAR ASRAMA

FUAD CHALIM

REPORTER

KAMPUS

OPINI

KUPU-KUPU, SMA KELAS 4, DAN APATISME

REPORT

5

GALERI

Program Diversifikasi sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan

FOTO-FOTO

FOTOGRAFER NUN KARINDITA

KARTUNIS FUAD CHALIM

LAYOUTER MUHAMMAD ASAD

KOMIK “INJURY TIME”

Segores Tinta Inklusif Hyaaa!!! Sungguh Bahagia, akhirnya tabloid inklusif dapat diterbitkan juga. Tabloid ‘tugas’ anakan Korpus ini (Thank to Korpus who has give us the chance berisikan berita seputar TPB. Dimulai dari Kebijakan Asrama, Kantin asrama, aktivitas mahasiswa di asrama dan banyak lainnya. O ya, di dalamnya juga ada kiat sukses dari mapres FEMA 2012 lho! Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berpartisipasi mengisi rubrik-rubrik dalam tabloid ini dan telah membantu kelancaran terbitnya tabloid inklusif ini. Oleh : Siti Kurnia


BERITA UTAMA

INKLUSIF

PAGE 1

JAM MALAM ASRAMA TPB

BOGOR - Kehidupan asrama sarat akan segala peraturan. Mulai dari penggunaan pakaian, penggunaan alat elektronik hingga waktu maksimal untuk masuk ke asrama. Ini semua diberlakukan demi kedisiplinan para mahasiswa penghuni asrama. Jadi asrama ini bukan hanya merupakan tempat untuk tinggal mahasiswa namun juga merupakan sarana pelatihan kedisiplinan para penghuni asrama.

Kebijakan seperti ini memang di desain untuk melatih kedisiplinan para penghuni mahasiswa. Seperti jam malam yang merupakan salah satu kebijakannya. Jam malam diberlakukan pada pukul 21:00 WIB. Jadi para mahasiswa diharapkan telah memasuki asrama sebelum waktu yang telah ditetapkan tersebut. Apabila terjadi pelanggaran yang dilakuka oleh para penghuni asrama, maka diberlakukan pemberian hukuman atau sanksi dari perbuatannya itu. Hukuman yang diterima biasanya berbeda sesuai keterlambatan kedatangan penghuni asrama. “Jam malam diberlakukan

pada jam sembilan malam” ujar kepala BPA, pak Irmansyah. “Namun tetap diberikan kesempatan bagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan melewati jam Sembilan tersebut dalam bentuk permohonan izin yang apabila kegiatan tersebut dari departemen, permohonan izin tersebut berasal dari departemen masing-masing. Apabila kegiatan tersebut dari kelembagaan, maka permohonan izin berasal dari Pembina kelembagaan tersebut” beliau menambahkan. Namun saat diadakannya pergelaran akbar yaitu GENUS (Gebyar Nusantara) terjadi suatu permasalahan tentang jam malam.

Pada acara ini telah diinformasikan bahwa adanya perizinan untuk memundurkan jam malam hingga pukul sepul u h

malah dari acara lain. Oleh karena itu ia ditahan dalam bentuk itu”. “Hal tersebut yang perlu diklarifikasi. Dari direktorat sendiri sudah diberikan perizinan akan pemunduran jam malam ini” beliau menambahkan lagi. Di acara lain yaitu Bedah Film sebagai Pembentukan Karakter Mahasiswa diberikan juga perizinan untuk pemunduran jam malam. Ini karena kegiatannya berlangsung melebihi jam malam yang telah diberlakukan. Namun pada acara ini tidak tejadi masalah seperti di acara sebelumnya yaitu GENUS dimana para mahasiswanya sempat ditahan. Pada acara Bedah Film ini para mahasiswa penghuni asrama diizinkan masuk dengan menunjukkan tiket acara tersebut. Itulah segilintir permasalahan yang terkait akan jam mala mini. Intinya jam malam ini memang dibentuk untuk pendisiplinan para mahasiswa. Jadi manfaat akan kedisiplinan ini akan dirasakan oleh para penghuni asrama nantinya. Pak Irmansyah berpesan “ Jam malam dibuat untuk kebaikan mahasiswa, apabila tidak dilakukan seperti itu malah bisa macam-macam nantinya. Kita pilih jam sembilan karena kegiatan IPB sendiri maksimal hingga jam sepuluh malam.”

“Jam malam dibuat untuk kebaikan mahasiswa, apabila tidak dilakukan seperti itu malah bisa macammacam nantinya.”

malam. Namun pada kenyataannya para mahasiswa khususnya terjadi pada penghuni asrama putrid, mereka ditahan digerbang karena dianggap telah melewati jam malam yang telah ditentukan. Pak Irmasnyah selaku kepala BPA mengungkapkan, “Hal seperti perlu adanya pengkomunikasian, kita tidak tahu apakah dia memang dari GENUS atau

Oleh : Ahmad Hafidz

SR : Sudah ada Toleransi Jam Salah seorang Senior Residence (SR) yang bernama Elvira Yunita (Biokimia 46), yang akrab dipanggil Kak Nita, menuturkan prosedur permohonan toleransi jam malam. Kak Nita menuturkan,pada dasarnya jam malam asrama tetap pukul 21.00 kecuali ada kegiatan-kegiatan tertentu yang sudah dilegalkan oleh Badan Pengelola Asrama, di-ACC oleh Pak Irmansyah (kepala BPA) barulah ada toleransi, seperti acara Genus (Gebyar Nusantara) beberapa waktu lalu yang diberi toleransi sampai pukul 22.15.

Kak Nita juga menuturkan bahwa sebenarnya yang menentukan jam malam saat Genus adalah panitia Genus yang notabene adalah dari pihak Ditmawa, bukannya murni keputusan Badan Pengelola Asrama. Kak Nita mewakili para SR menyatakan bahwa tidak ada sedikitpun niatan untuk mengikat, mengekang kreativitas, dan mengekang kebebasan mahasiswa TPB karena jam malam diadakan untuk keamanan bersama. “Aku punya adek, namanya Fara. Lalu kemudian, aku pengen ngejagain Fara. Tapi ternyata Fara-nya nggak pengen dijagain,”

beber Kak Nita ketika ditanya penulis tentang perasaannya terhadap kejadian penerobosan gerbang Asrama Putri saat Genus. “Saat itu, beratus-ratus orang lewat begitu saja tanpa mengindahkan adanya petugas di sana, baik satpam, Gugus Disiplin Asrama, maupun dari Senior Residence yang saat itu sedang berjaga. Kecewanya di situ aja, sih. Meski di satu sisi kami paham bahwa temanteman TPB ingin mengikuti acara itu hingga selesai,” beber Kak Nita lagi.


PAGE 2

KAMPUS

INKLUSIF

Kontroversi Higienitas Makanan Kantin Sekitar Asrama BOGOR-Kantin sehat, bersih, murah dan nyaman di IPB merupakan dambaan bagi setiap mahasiswa IPB. Namun mendengar berbagai keluhan mahasiswa tentang kotornya wilayah kantin, makanan tak layak jual, hingga konon terdapat binatang kecil di dalam makanan, seakan memberi kesan bahwa di IPB sulit ditemukan kantin yang bersih dan sehat.

“Gue shock banget waktu makan siang di kantin sekitar kampus, ternyata disisa terakhir gue makan, gue liat kancing di dalam nasi yang gue makan. Gue juga ngerasa kalau di sekitar kantin, lingkungannya kurang bersih,banyak lalat , kucing juga dibiakan berkeliaran begitu aja,” keluh Dwi Reztiani, mahasiswa TPB 49. Pengalaman serupa

pernah dialami oleh Lurah A4. “Sewaktu saya masih di tingkat matrikulasi, saya pernah menemukan belatung di dalam sayur kacang panjang yang saya makan,” ungkap Siti Lailatul Fauziyah, yang akrab di panggil Zee. Beberapa saat setelah peristiwa tersebut terjadi, ternyata kejadian serupa berulang pada teman Zee sendiri. “Tidak habis pikir. Saya melihat lagi secara langsung ketika saya dan teman saya makan malam di sekitar asrama. Ternyata ditemukan ulat kecil dan belatung dari dalam makanan (ayam goreng) teman saya. Maka, setelah dua kejadian ini saya langsung melaporkan hal tersebut kepada BPA (Badan Pengelola Asrama),” kata Zee. Mendengar laporan tersebut, BPA tidak lantas berdiam diri. Mereka langsung menindaklanjuti hal tersebut dengan cara menyampaikan keluhan dan bukti kejadian tersebut kepada Direktorat Kemitraan dan Bisnis. “Keluhan ini memang sudah terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya. Kami

sebagai pihak asrama bersama BPA selalu mengupayakan yang terbaik bagi seluruh penghuni asrama. Dalam menanggapi masalah kebersihan kantin ini, kami mengupayakan penyelesaiannya dengan berkoordinasi langsung kepada pihak berwenang yaitu Direktorat Kemitraan dan Bisnis IPB agar masalah ini cepat terselesaikan. Sebaiknya juga para penghuni asrama lebih selektif lagi dalam memilih makanan,” Ujar Kak Firman Kurniawan (SR C2) sebagai perwakilan kepala BPA ketika ditemui di kantor BPA Selasa Pagi (18/12/2012). Disisi lain para pedagang berkata bahwa mereka sendiri membutuhkan adanya fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus) disekitar kantin yang belum terdapat fasilitas tersebut, serta menutut perbaikan oleh pihak terkait mengenai buruknya sanitasi dan kebersihan sekitar kantin. Mereka juga mengeluhkan tingginya biaya retribusi yang memberatkan mereka, sehingga tentu saja mereka harus berputar otak untuk mendapatkan keuntungan maksimum dengan

modal yang maksimum. Ditanya seberapa sering pihak Dibeka (Direktorat Bisnis dan Kemitraan) melakukan pengecekan makanan di sekitar asrama, 35,71 persen pedagang sekitar asrama menyatakan 3 bulan sekali, 21,44 persen menyatakan pengecekan dilakukan 6 bulan sekali, 35,71 persen menyatakan tidak tentu, dan 7,14 persen tidak tahu. Sementara pihak Dibeka yaitu Rahmi sebagai pengawas jaminan mutu dari Direktorat Bisnis dan Kemitraan, mengatakan bahwa pemeriksaan terhadap higienitas, sanitasi dan keamanan pangan dilakukan rutin sekali dalam sebulan dimulai dari september lalu. Dibeka menyatakan selalu mengadakan program rutin pelatihan kepada para pedagang yang berjualan di IPB. Target dari pemeriksaan ini adalah menciptakan rasa aman bagi para mahasiswa untuk makan di kantin-kantin yang berada di IPB. Beliau berpesan untuk tidak ragu menghubungi Dibeka melalui nomor 085691560578 (mbak Rahmi) untuk penanganan Oleh : Neneng Murnasih & Rona Fauzan

CP : Indraji Prayogo (0857 8963 0225)


PAGE 3 OPINI Kupu-kupu, SMA Kelas 4 dan Apatisme

INKLUSIF Sering mendengar ‘istilah’ dari kakak kelas atau siapapun yang telah menempuh jenjang kuliah yaitu, ‘kupu-kupu’ alias kuliah-pulang-kuliah-pulang? Maksud dari ini dapat diinterpretasikan oleh masing-masing mahasiswa. Sebagai penjelas secara umum, kupu-kupu adalah istilah bagi mereka yang sebagai seorang mahasiswa, mereka hanya kuliah saja. Khususnya untuk mahasiswa TPB, mereka yang kupu-kupu adalah mereka yang menghadiri kelas/ perkuliahan di CCR, dansetelah kelas itu mereka langsung kembali ke asrama. Hal ini bukankah sama saja dengan sekolah tetapi di tingkat yang berbeda? Istilah kupu-kupu ini rupanya sangat populer di kalangan mahasiswa TPB, karena memang pada kenyataannya kebanyakan mahasiswa memegang ‘prinsip’ ini.Sebenarnya apa alasan para pemegang prinsip ini? Sederhana saja, ingin kuliah kemudian cepat lulus agar tidak membebani orangtua terlalu lama. Ini niat yang baik, sangat baik. Tetapi banyak sekali waktu luang selain kuliah dan mengerjakan tugas yang dapat digunakan mahasiswa untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Tengoklah media center, dan student center, di sana adalah tempat konkrit di mana maha-

siswa dapat memperoleh informasi dan juga mengembangkan soft skill. Sebenarnya mereka tahu ini, tetapi karena prinsip kupukupu, mereka menjadi acuh tak acuh. Pada akhirnya tak hanya kupu-kupu, apatisme juga merebak bagaikan debu yang berterbangan di antara mahasiswa TPB. Apatis, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sikap acuh tidak acuh, tidak peduli atau masa bodoh. Perilaku apatis tentunya tidak hanya diberikan pada mereka yang tidak peduli politik di pemerintahan Indonesia. Apapun yang berkaitan dengan sikap tidak peduli dan lainnya itu disebut apatis. Contoh kecilnya adalah mereka yang tak sengaja menemukan sampah tergeletak di jalan, mereka tidak mengambil sampah itu dan membuangnya ke tempat sampah. Contoh untuk kita mahasiswa adalah tentunya mereka yang hanya melihat kuliah hanya kuliah, menutup mata dan telinga untuk hal yang lain. Memang belum ada survey resmi yang menyebutkan berapa presentase apatisme mahasiswa. Selain karena hal tersebut susah dilakukan, tidak ada pengukuran yang tepat tentang apatisme. Hal ini membuat diskusi tentang apatisme mahasiswa seperti sebuah keabstrakan. Tetapi agar membuat hal ini jelas, lihat saja di lingkungan Anda masing-

masing. Sebagai penekanan kembali, menjadi mahasiswa itu tidak sekadar kuliah. Kita bisa mengembangkan soft skill lewat organisasi, tak sekadar soft skill, kita dapat menambah pengetahuan melalui mengikuti seminar, diskusi, perlombaan dan lain-lain. Prinsip kupu-kupu membuat mahasiswa ‘tidak bisa melihat hal itu’. “Ternyata MPM KM mau dibekukan,” “Terus apa urusan gue? MPM KM mau ada kek atau enggak, gue tetep hidup kan?” respon acuh tak acuh dan masa bodo seperti ini sudah sangat umum. Selain apatis dalam pengembangan soft skill, mahasiswa TPB cenderung tertutup dengan hal yang tidak berkaitan dengan perkuliahan. Inilah wujud yang benar-benar nyata tentang apatisme, yaitu menutup mata dan telinga tentang perpolitikan. Politik ada ketika di situ ada pemerintahan. Begitu juga dengan IPB, selain rektor dan atributnya, pemerintahan di IPB juga terdapat pemerintahan yang diisi oleh mahasiswanya. Contoh bentuk apatisme mereka adalah dengan tidak peduli siapapun rektor yang terpilih, kemudian tak peduli gejolak-gejolak yang terjadi antara KM dengan SUPERNOVA akhir-akhir ini. Dampak utama yang merugikan dari sikap apatis memang tidak secara nyata atau

TPB Harus Bisa!!! TPB Bisa!! Bisa apa? Bisa kah? Bisa gak ya? Bisa..... Ya, dari TPB ini lah kita sudah disemangati dengan jargon “Bisa!!” Dari jargon ini kita memulai kehidupan di IPB. Namun, apakah “Bisa !!” hanya sebatas jargon? Atau hanya sebagai identitas mahasiswa TPB? Kata “Bisa!!” mampu memberikan sugesti tersendiri bagi diri kita. Sugesti yang akan menuntun kita ke jalan kesuksesan. Lalu apakah sukses itu akan datang dengan sendirinya? Tentu tidak. Kak Intan Islamia, Mapres FEMA 2012 punya cerita. Mahasiswa IKK ’45 yang tengah menunggu ‘pemasangan toga’ ini akan menjadi se-

orang sarjana muda di usia 19 tahun. WOW!! Mapres-Sarjana muda  . Mahasiswi yang pernah menjadi Senior Resident Asrama Putri TPB ini memiliki beberapa kiat sukses, dan semua berawal dari TPB. Disaat TPB, ia mulai menuliskan planning dan impian kedepan dan mulai mencoba untuk meraih satu persatu. Dengan adanya mimpi dan niat yang lurus untuk mewujudkannya kita dapat mengawali sebuah kesuksesan. Hadapi semua rintangan dengan tenang. Take it easy and enjoy your life. Mahasiswi yang pernah mengikuti dua kali program akselerasi ini juga mengatakan

langsung. Apatisme lebih kepada pemikiran, pandangan dan wawasan. Orang apatis cenderung berpikir sempit. Padahal, terdapat banyak keuntungan ketika kita dapat membuka cakrawala kita. Tidak usah luas-luas, sedikit saja. Asal tahu dan mempunyai pendapat soal isu tertentu, maka Anda bukanlah orang apatis. Kemudian apatis juga berdasarkan inisiatif atau partisipasi. Kalau Anda sedikit saja keluar dari zona nyaman prinsip kupu-kupu, berarti Anda bukanlah termasuk dari mereka yang apatis.Kalau saja apatisme dapat berkurang di kalangan mahasiswa, tak terbayangkan bagaimana partisipasi oleh semua individu, yang akhirnya berdampak pada IPB yang lebih baik. Selain itu, mahasiswa menjadi lebih terbuka pandangannya dan soft skill pun berkembang. Definisi kupu-kupu dan apatisme memang tidak sama. Tetapi keduanya saling memengaruhi. Mereka yang kupu-kupu cenderung apatis. Mereka yang apatis, dapat ditebak mereka adalah pemegang prinsip kupu-kupu. Tidaklah buruk menjadi apatis dan pemegang prinsip kupu-kupu. Anda kuliah di IPB, kemudian Anda dapat lulus dengan cepat dari IPB. Dari sini Anda dapat mengambil kesimpulan sendiri, dan pilihan terdapat di tangan Anda. Mau Oleh :Nahdah

bahwa aktif berorganisasi juga mampu menjadi awal langkah kesuksesan. Terbukti, point keaktifan di organisasi menjadi point tertinggi dalam penilaian mahasiswa berprestasi. Dengan mampu membagi waktu yang baik antara akademik dan ektrakurikuler , kak Intan mampu mempertahankan dan meningkatkan IPK-nya hingga akhir tahun perkuliahan. Terakhir mahasiswi asal lampung ini berujar bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak Yang Kuasa. Tugas kita adalah berusaha, berdoa, dan mensyukuri segala sesuatu yang kita dapatkan. Oleh : Siti Kurnia

Foto oleh : Siti Kurnia


PAGE 4

PERTANIAN

INKLUSIF

Program Diversifikasi sebagai upaya mewujudkan ketahanan

Pangan Merupakan kebutuhan primer yang paling penting bagi kehidupan manusia. Pangan dalam arti luas berarti segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari serta melangsungkan kehidupan. UU RI nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan menyebutkan bahwa pangan merupakan hak asasi bagi setiap individu di Indonesia. Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan dan ketahanan pangan di Indonesia merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Ketergantungan Indonesia terhadap beras menyebabkan sulitnya bangsa Indonesia untuk mempertahankan ketahanan pangan. Mengapa? Mari kita ingat-ingat berita yang beberapa waktu lalu sering muncul di televisi perihal pengrajin tahu dan tempe yang melakukan aksi mogok besar-besaran untuk menolak memproduksi tahu dan tempe. Penyebab dari masalah sebenarnya adalah harga kedelai yang terlalu tinggi akibat kurangnya pasokan dari Negara pengimpor kedelai. Berkaca dari masalah tersebut, kekurangan bahan pangan non-pokok seperti kedelai saja sudah dapat menciptakan kekacauan dan kekhawatiran yang cukup bersar bagi masyarakat. Bagaimana jika hal itu

terjadi pada beras? Indonesia sendiri masih menjadi Negara pengimpor beras. Namun parahnya, sudah banyak Negara yang menahan ekspor stok pangannya ke luar negeri untuk kepentingan domestik seperti China, Rusia, dan India. Bahkan, Vietnam dan Thailand kabarnya sudah mulai membatasi ekspor berasnya keluar. Ketergantungan Indonesia akan beras pun juga masih tergolong tinggi. Badan Pusat statistic menunjukkan bahwa angka konsumsi beras di Indonesia mencapai 139kg per kapita per tahun. Disaat permintaan lebih sedikit dari penawaran, maka bukan lagi tidak ada kemungkinan bagi Indonesia untuk terjadi kasus yang sama pada beras seperti sektor kedelai. Diversifikasi pangan merupakan salah satu jalan keluar yang dianggap paling baik saat ini dalam memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan pangan serta keluar dari ketergantungan terhadap beras. Diversifikasi adalah upaya penganekaragaman pangan untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam pangan non beras dengan prinsip gizi seimbang. Prinsip gizi seimbang berarti mengandung cukup karbohidrat, protein, lemak, dan mencukupi kebutuhan kalori sesuai standar kebutuhan hidup

sehat. Pelaksanaan program diversifikasi yang tepat adalah dengan cara menggunakan bahan-bahan makanan yang beragam dan terdapat di daerah yang bersangkutan sehingga dapat tepenuhi ketersediaan bahan pangan yang cukup di setiap daerah yang aman dikonsumsi dan mudah diperoleh. Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai upaya diversifikasi pangan. Salah satu yang paling klasik adalah mengembangkan pertumbuhan industri makanan berbasis sumber daya alam lokal di luar beras sebagai alternatif pengganti bahan pokok beras seperti jagung, sagu, atau umbi-umbian. Selain itu, cara lain yang dapat dilakukan adalah mengolah dan memproduksi bahan pangan non beras seperti beras analog (produk pangan mirip beras), Jagung Instan Nixtamalisasi, Beras Jagung, dan lain-lain. Dengan didukung pengembangan bahan pangan non-beras , program diversifikasi pangan harus didukung dengan merubah kebiasaan memakan nasi sehingga kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap beras per kapitanya dapat berkurang dan menciptakan ketahanan pangan dengan beragam sumber karbohidrat yang aman dikonsumsi serta mudah diperoleh dari hasil bumi sendiri.


INKLUSIF

GALERI

NEED ADS? CALL US ON : 085729884372

PAGE 5


PAGE 7

INTERMEZZO

INKLUSIF

Oleh : Fuad Chalim

ILUSTRASI MAPRES FEMA

Oleh : Fuad Chalim

UGD UNIT GRAPHIC D ES IG N Contact Person :

085729884372

MENERIMA PASIEN : - T-SHIRT - PRINT A3 - MUG - X-BANNER

- PIN - JAKET - STIKER - DLL

“Kami tidak menjamin apa yang akan terjadi pada pesanan Anda”


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.