Kebaktian Minggu, 24 Maret 2013 BaPos GKI Taman Yasmin – Hamba Pembawa Damai Yes 50:4-9a; Mzm. 31:9-16; Flp. 2:5-11; Luk. 19:28-40 Pdt. Stephen Suleeman Baru-baru ini Kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Buenos Aires terpilih menjadi Paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma. Ia memilih sebuah nama yang unik, yang tidak pernah dipakai oleh paus manapun juga, yaitu Fransiskus I. Mengapa Fransiskus? Fransiskus yang mana yang dimaksudkan beliau? Sebab dalam sejarah gereja ada beberapa tokoh penting yang bernama Fransiskus. Apakah ini Fransiskus Xaverius, salah seorang pendiri ordo Yesuit, ordo asal Kardinal Bergoglio? Ternyata menurut beliau sendiri, nama Fransikus yang dipilihnya itu berasal dari nama St. Fransiskus dari Asisi, seorang tokoh gereja terkemuka yang giat melayani orang miskin. Fransiskus meninggalkan kehidupannya yang serba berkecukupan untuk mengabdikan diri kepada orang miskin. Fransiskus dari Asisi juga terkenal karena doanya yang berbunyi: Tuhan, jadikanlah aku alat perdamaian-Mu. Di mana ada kebencian, biarlah aku menaburkan kasih; Di mana ada luka, pengampunan, Di mana ada keraguan, iman, Di mana ada keputusasaan, pengharapan; Di mana ada kegelapan, terang; Dan di mana ada kesedihan, sukacita.
1
O Guru Ilahi, janganlah aku terutama berusaha untuk dihiburkan, melainkan menghibur dipahami, melainkan memahami; dikasihi, melainkan mengasihi. Karena dengan memberi kita akan menerima; Dengan mengampuni kita akan diampuni; Dan dalam kematian kita dilahirkan kembali ke dalam kehidupan kekal. Hari ini tema kita adalah “Hamba Pembawa Damai�. Ini bersamaan dengan perayaan puncak dalam Kalender gereja kita pada masa-masa Pra-Paskah ini. Minggu-minggu Pra-Paskah berpuncak pada Minggu Palma, yaitu hari Minggu ketika Yesus masuk ke kota Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai. Hari Jumat mendatang kita akan memperingati hari Jumat Agung, yaitu hari ketika Tuhan Yesus disalibkan dan mati. Tuhan Yesus dengan sengaja memilih menunggang seekor keledai, dan bukan kuda seperti seorang perwira yang menang perang masuk ke dalam kota. Tidak! Ia memilih keledai supaya jelas bahwa Ia masuk ke Yerusalem dengan misi yang lain, yaitu misi perdamaian. Yesus sengaja merujuk kepada kata-kata nabi Zakharia Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersoraksorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. (9:9) Kedatangan Yesus ini disambut dengan kemeriahan yang luar biasa oleh orang banyak. Orang berseru-seru, “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!�
2
Barangkali banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa sambutan orang banyak kepada Yesus ini tidaklah seperti apa yang Yesus harapkan. Orang banyak menyambut Yesus masuk ke Yerusalem tanpa memperhatikan lambang keledai yang Yesus pilih. Mereka sudah terlalu lama muak dengan penjajah Romawi, dan merasa sudah tibalah saatnya bagi bangsa Yahudi bangkit melawan pemerintah kolonial Romawi. Bagi orang banyak yang melihat Yesus masuk ke Yerusalem, ini adalah kesempatan yang sangat berharga untuk memulai perlawanan terhadap Roma. Sebagian dari para murid juga tampaknya berpikir demikian. Mereka mungkin merasa bahwa sambutan yang begitu meriah di Yerusalem justru merupakan petunjuk bahwa saatnya telah tiba bagi Yesus untuk memulai sebuah revolusi besar untuk menumbangkan kekuasaan Roma.
Bagaimana mestinya kita menafsirkan kedatangan Yesus ke Yerusalem ini? Tidak tahukah Yesus apa yang menantikan-Nya di Yerusalem? Jelas Ia tahu. Sudah beberapa kali Yesus berbicara tentang kematian-Nya, dan kini tibalah saatnya baginya untuk menempuhnya. 3
Tapi, apakah Yesus tahu bagaimana reaksi pemerintah Roma terhadap kedatangan-Nya di Yerusalem itu? Sudah tentu Yesus tahu. Bahwa kedatangan-Nya akan disambut oleh orang banyak, dan bahwa penyambutan itu akan mengundang risiko gerakan massa di Yerusalem – itu semua adalah risiko yang sudah diperhitungkan-Nya. Tetapi Yesus tetap menjalani semua itu. Yesus tidak menghindar dari Yerusalem. Yesus paham betul bahwa kedatangan-Nya ke kota Yerusalem tidak dapat Ia batalkan. Mengapa demikian? Karena pemerintah Roma harus tahu bahwa ada kekuatan lain yang lebih berkuasa di atasnya. Ada penguasa lain yang lebih menentukan segalanya, sehingga tidak ada suatu kekuatan pun yang dapat menghentikannya. Bahkan, bila murid-murid Yesus menutup mulut, “maka batu ini akan berteriak,” kata Yesus. Yesus menantang kekuasaan yang berlaku saat itu, tetapi Ia tidak melakukan kekerasan apapun. Ia ingin menunjukkan penguasa pada saat itu bahwa kekuasaan mereka tidak mutlak. Apa yang Tuhan Yesus lakukan adalah pasifisme. Kata “pasifisme” seringkali dipahami secara keliru. Pasifisme diartikan sebagai sikap pasif dan tidak mau bertindak apapun. Pasifisme dianggap sebagai kesediaan berpasrah diri dan menerima apa saja yang terjadi di dalam hidup kita. Tidak demikian halnya dengan Tuhan Yesus. Pasifisme yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus adalah pasifisme yang tenang tetapi dengan tegas melawan penguasa. Kalau Yesus berpasrah diri, Ia tidak akan masuk ke kota Yerusalem dan akan lebih suka menghindarkan diri dari konflik. Tidak! Yesus menghadapi konflik itu, bahkan Ia mengangkat konflik itu ke permukaan, sehingga para penguasa Roma disadarkan bahwa mereka tidak menghadapi sebuah bangsa yang pasrah dan menyerah.
4
Jemaat Tuhan Yesus Kristus, GKI Taman Yasmin adalah sebuah jemaat yang telah lama saya kenal lewat pemberitaan media. Sungguh saya merasa bersuka cita karena akhirnya saya mendapatkan undangan yang istimewa ini untuk hadir bersama-sama Saudara sekalian dan ikut berbagi firman Tuhan di sini. Saya mengikuti dari kejauhan apa yang sudah lama berlangsung di jemaat ini. Saya juga mengikuti setiap bagian perjuangan Saudara-saudara sekalian untuk menuntut pengakuan keberadaan jemaat ini dan gedung gerejanya. Karena itu saya ikut prihatin ketika BPMS GKI menyatakan bahwa GKI Taman Yasmin tidak boleh lagi mengadakan ibadah di depan istana. Mengapa? Karena ibadah yang benar harus dilangsungkan di dalam gereja. Karena Tuhan Yesus pernah berkata, kalau kita berdoa, jangan pergi ke persimpangan-persimpangan jalan tetapi masuklah ke dalam kamar dan kuncilah pintu lalu berdoa di dalamnya. Kata-kata Tuhan Yesus itu semuanya benar. Tetapi kata-kata itu pun harus dibaca dalam konteksnya masing-masing. Apabila GKI Taman Yasmin beribadah di depan istana, maka sesungguhnya itu adalah hal yang sama seperti yang Tuhan Yesus lakukan dengan masuk ke kota Yerusalem dan menunjukkan kepada penguasa Roma bahwa gerakan Yesus benar-benar eksis. Bahwa gerakan Yesus bukan semata-mata sebuah perkumpulan segelintir orang yang takut menghadapi penguasa besar negara. Bahwa gerakan Yesus tidak pasif, nrimo saja, melainkan pasifis dalam arti menolak kekerasan.
5
Saudara-saudara jemaat yang dikasihi Kristus, Tema kita hari ini adalah “Hamba Pembawa Damai”. Damai seringkali hanya ditafsirkan sebagai “tidak ada perang”, “suasana tenang, tenteram”. Tetapi, seperti yang pernah dikatakan oleh Carl Friedrich von Weizsäcker, seorang filsuf Jerman dan kakak laki-laki almarhum presiden Jerman, Richard von Weizsäcker (1984-1994), “tidak ada perdamaian tanpa keadilan”. Artinya, untuk menghadirkan perdamaian, kita harus pertamatama mengerjakan keadilan. Saya setuju sekali dengan hal ini. Bagaimana mungkin perdamaian di Papua bisa tercapai apabila rakyat di sana tidak diperlakukan dengan adil? Bagaimana mungkin umat beragama di Indonesia bisa hidup dengan damai apabila tidak ada keadilan bahkan untuk menyelenggarakan sebuah ibadah sekalipun? Semalam kita semua mungkin sudah mendengar bahwa sebuah gereja lagi di daerah Tambora, Jakarta Barat, diancam akan dibongkar. Padahal gereja itu sudah ada di sana sejak tahun 1963. Pertanyaannya, mengapa gereja ini tidak kunjung bisa mendapatkan izinnya bahkan setelah 50 tahun berada di negara ini? Hal yang sama terjadi juga dengan HKBP Setu di Bekasi yang dihancurkan bupati Bekasi pada hari Kamis 21 Maret lalu.
6
Kalau proses mengurus IMB saja membutuhkan waktu hingga 50 tahun, maka jelaslah ada yang tidak beres dengan negara ini. Kalau IMB tidak bisa keluar walaupun warga sekitar tidak ada satupun yang keberatan, jelas ada yang tidak beres dengan negara ini. Kalau IMB sebuah rumah ibadah jauh lebih sulit memintanya daripada IMB sebuah tempat hiburan, karaoke, dan panti pijat, pasti ada yang tidak beres dengan negara ini. Karena itulah saya mendukung penuh ibadah di depan istana oleh GKI Taman Yasmin. Saya mendukung penuh sejauh hal ini dilakukan dengan cara-cara damai dan saya melihat hal ini sama dengan kedatangan Yesus ke kota Yerusalem untuk menunjukkan bahwa gerakan Yesus tetap hidup dan siap menunjukkan keberadaannya. Marilah kita teruskan perjuangan ini. Marilah kita buktikan bahwa gereja Kristen memang hadir di negara ini dan kita hadir untuk menghadirkan perdamaian. Biarlah doa St. Fransiskus dari Asisi tetap menjadi pegangan kita dalam setiap perjuangan kita: Tuhan, jadikanlah aku alat perdamaian-Mu. Di mana ada kebencian, biarlah aku menaburkan kasih; Di mana ada luka, pengampunan, Di mana ada keraguan, iman, Di mana ada keputusasaan, pengharapan; Di mana ada kegelapan, terang; Dan di mana ada kesedihan, sukacita. Amin.
7
8