Dialektika Mei 2012

Page 1

EDISI MEI 2012

DIALEKTIKA KSM EKA PRASETYA UI

REFLEKSI HARI

PENDIDIKAN NASIONAL

KSM UI


KSM UI

Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya Universitas Indonesia

EDITORIAL “Nilai suatu bangsa tidak sepenuhnya terukur dari berapa banyak harta dan kekayaan yang dimilikinya , melainkan dari berapa banyak orang yang terdidik di dalamnya� (Kahlil Gibran) Melalui lembaran hari di tahun 2012 mengingatkan kita, umur republik ini yang semakin tua. Perjuangan para pahlawan kita di masa lalu untuk menaikkan harkat dan martabat bangsa ini seharusnya menjadi renungan saat ini. Sudah sejauh mana kita menempa diri untuk menjadi bernilai sebagai manusia. Sudah berapa lama kita berjuang untuk membuktikan bahwa bangsa ini sama bernilainya dengan bangsa-bangsa lain. Kontribusi kaum intelektual dalam memberi bangsa ini sebuah nilai sudah sepatutnya dievaluasi. Momen peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) bulan Mei ini diharapkan menjadi cermin besar untuk berkaca sesempurna apa usaha yang telah dilakukan dalam menempa generasi Indonesia menjadi generasi terdidik.

Redaksi


Penanggung Jawab Berly Martawardaya, M.Sc. Pemimpin Umum Ibnu Budiman Pemimpin Redaksi Novita Eliana Wakil Pemimpin Redaksi Muhammad Adityo Haryadi Redaktur Pelaksana Fathu Rohmah Editor Perdana Putri Desain dan Layouting Rindang Muharza

KSM Eka Prasetya Universitas Indonesia merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa berstatus Badan Otonom (BO) yang secara khusus bergerak di bidang penalaran dan keilmuan. Berdiri sejak 1983 berdasarkan SK Rektor UI No.051/SK/R/UI/1983. KSM Eka Prasetya UI terdiri atas Departemen Kajian, Departemen Penelitian, Departemen Penulisan, Biro Kewirausahaan, Biro Hubungan Masyarakatan, Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia, serta Biro Kesekretariatan. KSM Eka Prasetya UI berfokus sebagai wadah gerakan intelektual dan perjuangan dalam bernalar dan berpikir kritis.

DAFTAR ISI

4 6 9 10 11

OTONOMI: PELEPASAN TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI KEJELASAN SEMBOYAN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA KRIDA PENELITIAN: HOW TO START A RESEARCH TIMBUL DEPARTEMEN PENELITIAN PELUNCURAN JURNAL MAKARA WIRATAMA VOL.2

KUNJUNGAN FORUM KAJIAN ILMU SYARIAH (FOKIS) IAIN SUMATERA UTARA KUNJUNGAN KOMUNITAS RISET DAN PENALARAN UNY

12 13

PENDIDIKAN LATIHAN DASAR XXV KSM EKA PRASETYA UI 2012 NARRATION 2012 LAUNCHING THINK IDEA KSM EP UI

14

KSM UI Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) Eka Prasetya Universitas Indonesia. Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (Pusgiwa) Lantai 2 UI Depok, 16424. Website : ksm.ui.ac.id / ksmepui.blogspot.com ; twitter : @ksmepui ; facebook: Ksm Eka Prasetya Ui; Narahubung: 085216024081 (Aditiyo)


Dialektika Utama

Foto: Internet

Otonomi: Pelepasan Tangguna Jawab Negara Terhadap Pendidikan Tinggi Oleh: Abdul Hafiz Syukri

P

emerintah, dalam hal ini Kemendikbud, melalui direktorat jenderal pendidikan tinggi merencanakan adanya otonomi dalam pendidikan tinggi di Indonesia. Otonomi yang dimaksud adalah otonomi dalam bidang akademik dan non-akademik. Dengan otonomi tersebut, maka perguruan tinggi yang berstatus otonom akan diberikan keleluasaan dalam mengatur masalah akademik dan non-akademik tanpa campur tangan dari pemerintah. Otonomi di bidang akademik merupakan sebuah keharusan yang diberikan oleh negara kepada perguruan tinggi. Dengan otonomi di bidang akademik, setiap institusi bebas melakukan pengembangan ilmu pengetahuan untuk

4

DIALEKTIKA Mei 2012

digunakan oleh semua orang. Sementara itu, otonomi di bidang non-akademik mengacu pada pemberian wewenang yang besar kepada institusi pendidikan dalam mengelola aset dan keuangan yang dimilikinya. Hasilnya adalah kebebasan pihak pengelola perguruan tinggi untuk melakukan pengelolaan sesuai dengan keinginannya. Tujuan dari otonomi pendidikan tinggi, menurut pemerintah, adalah untuk membiasakan perguruan tinggi menjadi institusi yang mandiri dan bisa bersaing di tingkat internasional. Otonomi dijadikan sebagai suatu syarat untuk menjadi perguruan tinggi kelas dunia. Dengan otonomi, diharapkan nantinya perguruan tinggi mampu menjalankan visi dan misinya tanpa terhalang


Dialektika Utama oleh rumitnya birokrasi pemerintahan. Jika sebuah perguruan tinggi telah diberikan otonomi dalam bidang non-akademik, maka perguruan tinggi tersebut tidak akan lagi menerima bantuan dana dari pemerintah. Pemerintah tidak lagi memiliki kewajiban dalam memberikan bantuan bagi kelangsungan kegiatan perguruan tinggi. Bantuan pemerintah tidak lagi bersifat rutin dan hanya akan diberikan dalam bentuk hibah. Jumlah bantuan yang diberikan juga tidak memiliki kepastian, artinya pemerintah dapat memberikan bantuan berapapun sesuai dengan keinginannya. Hilangnya peran pemerintah dengan adanya otonomi ini akan terlihat dalam sumber pendanaan kegiatan di perguruan tinggi. Sumber dana dari pemerintah tidak lagi menjadi sumber dana yang paling besar dalam pendapatan perguruan tinggi. Sumber pendapatan perguruan tinggi akan diisi oleh penerimaan dari mahasiswa, sumbangan dari pihak swasta, dan penerimaan dari hasil riset dan juga hasil usaha yang dikelola oleh perguruan tinggi tersebut. Ketika bantuan dana dari pemerintah berkurang terhadap perguruan tinggi, kemungkinan akan meningkatnya biaya kuliah akan semakin besar. Pendidikan tinggi nantinya hanya akan dinikmati oleh orang-orang yang mampu. Rakyat miskin tidak bisa menikmati pendidikan yang layak dan berkualitas. Padahal pendidikan itu sendiri sangat berperan dalam mobilisasi status sosial seseorang secara vertikal, yang akan berdampak pada berubahnya kondisi ekonomi suatu individu. Pemerintah dalam Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pendidikan. Dalam Kovenan Hak Ekonomi, Sosial,dan Budaya yang telah diratifikasi dalam UU No.11 tahun 2005 pasal 13 ayat 2 huruf c disebutkan bahwa : Pendidikan tinggi juga harus tersedia bagi semua orang secara merata atas dasar kemampuan, dengan segala cara yang layak, khususnya melalui pengadaan pendidikan cuma-cuma secara bertahap; Dengan demikian, sangat jelas bahwa negara menyatakan bahwa dirinya memiliki kewajiban dan tanggungjawab dalam kelangsungan pendidikan tinggi di Indonesia. Namun, hadirnya RUU Dikti secara jelas pemerintah berusaha untuk mengurangi tanggungjawabnya terhadap

pendidikan tinggi melalui otonomi yang diberikan kepada pihak pengelola perguruan tinggi. Dengan otonomi, nantinya tanggungjawab pemerintah dalam pengawasan terhadap perguruan tinggi akan berkurang. Berkurangnya pengawasan akan menyebabkan munculnya hal-hal yang dapat merugikan bagi banyak pihak. Peluang untuk terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan pendidikan sangat tinggi, walapun pemerintah mengatakan bahwa pengelola harus bertanggungjawab terhadap masyarakat melalui laporan yang disampaikan ke ranah publik. Namun, tetap saja otonomi akan memberikan keleluasaan untuk menghindari dan menutupi kesalahan pengelolaan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan proses pelaksanaan kegiatan di perguruan tinggi tidak lagi melibatkan pemerintah. Otonomi akan menjadikan perguruan tinggi seperti perusahaan-perusahaan yang akan mencari dana untuk meningkatkan penerimaannya. Komersialisasi akan menjadi jalan untuk mencapai semua itu. Dampaknya sudah sangat jelas akan dirasakan oleh pihak-pihak dengan kondisi ekonomi lemah yang akan menjalani atau sedang menjalani proses pendidikan di perguruan tinggi. Akan sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas dikarenakan oleh biaya yang mahal. Untuk membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing tinggi, maka pemerintah harus terlibat dalam proses investsi di bidang pendidikan, termasuk di pendidikan tinggi. Otonomi seharusnya hanya diberikan dalam bidang akademik saja, dan dibidang non-akademik pemerintah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar masyarakat yang memiliki kesulitan dalam mengakses pendidikan tinggi dapat menikmati kemudahan yang seharusnya ada. Dengan demikian, pemerintah dapat menciptakan generasi masa depan yang memiliki daya saing dan juga masyarakat yang maju dan berpendidikan.

DIALEKTIKA Mei 2012

5


Dialektika Utama

Kejelasan Semboyan Sistem Pendidikan Indonesia Oleh : Langitantyo Tri Gezar “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. -- “Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan”.

D

emikianlah semboyan di dalam sistem pendidikan Indonesia yang dicetuskan oleh Soewardi Soejaningrat alias. Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia. Terlihat jika beliau sebagai founding father sistem pendidikan Indonesia, sekaligus Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia yang pertama, berpandangan bahwa pendidikan Indonesia merupakan kunci untuk menciptakan peradaban Indonesia yang lebih maju, dan pentingnya pendidikan bagi bangsa Indonesia juga dilihat oleh founding fathers kita seperti Soekarno dan lain-lain. Oleh sebab itu, konstitusi Indonesia mencantumkan kata “mencerdaskan” dan “pendidikan” sebagai salah satu hal utama (Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 31 UUD 1945). Walau terdapat bias etnis Jawa dalam semboyan tersebut, saya rasa hal itu tidak perlu terlalu diperdebatkan, karena lebih baik kita menggunakan energi kita untuk mengkawal isu pengesahan RUU DIKTI pada tanggal 10 Maret lalu di Senayan. Saya memang berasal dari etnis Jawa, tetapi saya memandang semboyan ini memiliki nilai-nilai universal mengenai pendidikan karakter dan kepemimpinan, yang idealnya memang perlu ditekankan pada sistem pendidikan Indonesia secara holistik. Pendidikan terdiri dari jenjang-jenjang yang berkesinambungan. Oleh sebab itu, semboyan yang saya sebutkan di atas tidak sepatutnya hanya diterapkan pada pendidikan dasar, tetapi juga pendidikan tinggi. Saya juga melihat, nilai-nilai semboyan tersebut sudah tereduksi sedemikian rupa. Mungkin banyak akademisi yang tidak ingat sama sekali dengan semboyan di atas, mungkin juga sama halnya dengan orang-orang di Kementrian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud).

6

DIALEKTIKA Mei 2012

Terkait dengan isu ini, saya mencoba mengurangi pembahasan draft RUU DIKTI per klausulnya, karena selain sudah banyak kritik mengenai itu, saya mencoba melihat substansi dan tujuan awal pendidikan Indonesia itu sendiri, disertai dengan benturan kontemporernya terhadap liberalisasi pendidikan dan tuntutan persaingan bebas dewasa ini. Pendidikan adalah sektor yang sangat penting karena menyangkut keberlangsungan dan kemajuan negara. Oleh karena sifatnya yang penting itu, penyelenggaraan pendidikan menjadi kewajiban negara dan merupakan hak bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali. Dalam kajian RUU DIKTI, terdapat perdebatan tentang konsep Perguruan Tinggi (PT) yang “bebas” dan Perguruan Tinggi yang “tidak bebas” dengan konsekuensinya konsep masing-masing. Gambaran awamnya, jika memilih menjadi PT yang “bebas”, maka pihak PT dapat lebih fleksibel dalam penyelenggaraan kegiatan akademik, non-akademik, dan pendanaan. Namun dengan konsekuensi komersialisasi yang berimplikasi pada mahalnya biaya operasional pendidikan (BOP), seperti halnya yang terjadi di UI sebagai BHMN yang berusia 12 tahun. Untuk opsi kedua, jika memilih menjadi PT yang “tidak bebas”, yakni sebagai Badan Layanan Umum (BLU), memang sesuai dengan amanat


Dialektika Utama

Foto: Internet

konstitusi, tetapi konsekuensinya kita akan kembali seperti pada masa Orde Baru, dimana PT akan terikat dengan birokrasi dan terbatasnya ruang gerak PT beserta mahasiswa. Konsekuensikonsekuensi ini sudah dicoba dihalau melalui keterangan-keterangan teknis di bawahnya seperti pinjaman pendidikan, kuota, dan lain-lain, yang sayangnya hanya dipenuhi dengan janji manis. Berdasarkan diskusi-diskusi RUU DIKTI yang saya telah ikuti, terlihat bahwa legislatif memiliki tendensi untuk mendukung konsep PT “bebas� yang sejalan dengan liberalisasi pendidikan, dengan pendanaan pendidikan tinggi bersumber pada pasar, sehingga APBN di 12 sektor

pendidikan tinggi dapat ditekan. Tendensi yang berdasarkan pada paradigma sempit ini─pikiranpikiran untuk menekan APBN di sektor pendidikan tinggi─ merupakan ancaman dan bahaya bagi pendidikan itu sendiri. Tendensi dan paradigma di atas memperkuat kecurigaan saya bahwa para legislatif pembuat RUU DIKTI tidak meresapi makna dari pendidikan yang tertuang di konstitusi dan semboyannya sendiri. Lewat liberalisasi pendidikan dan paradigma sempit ini, kebebasan menyelenggarakan kegiatan akademik seakan menjadi sia-sia. Negara yang enggan mendanai pendidikan rakyatnya membuat institusi pendidikan mencari dananya

DIALEKTIKA Mei 2012

7


Dialektika Utama sendiri. Mau tidak mau, mereka akan berpegang pada konsep ekonomi pasar dimana lahirnya komersialisasi PT dan biaya pendidikan mahal seperti yang telah disebutkan di atas. Biaya pendidikan yang mahal membuat tidak semua warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk meraih pendidikan tinggi karena keterbatasan ekonomi yang mereka hadapi. Kesempatan yang tidak sama ini menjadi pelanggaran atas hak untuk mendapatkan pendidikan yang seluas-luasnya, sehingga membuat RUU DIKTI ini secara langsung bersifat inkonstitusional. Saya, sebagai mahasiswa, memang memiliki kewajaran untuk menuntut biaya operasional pendidikan yang murah. Para pegawai perguruan tinggi pun memiliki kewajaran untuk menuntut penerimaan gaji yang layak. Begitu juga dengan pihak legislatif (DPR-RI dan Komisi X) yang memiliki kewajaran untuk menekan APBN dan mencari keuntungan dari APBN tersebut. Namun yang seharusnya menjadi paradigma bersama ─semangat bersama─ adalah bahwa pendidikan merupakan hak seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tujuan Negara, dan pendidikan harus dapat menciptakan individuindividu yang memberi contoh, menyemangati, dan mendorong seperti dalam semboyan cetusan Ki Hadjar Dewantara .

8

Foto: Internet

DIALEKTIKA Mei 2012


Dinamika

Krida Penelitian:

How to Start a Research? Oleh: Lady Hafidaty R. Utami Putri Manvi

S

elama bulan April 2012, Departemen Penelitian KSM Eka Prasetya UI mengadakan krida (kajian) yang membahas “How to start a research “. Krida pertama ini mendatangkan Dr. Rita Damayanti, MSPH dari Center For Health Research Universitas Indonesia. Dalam kegiatan tersebut, Ibu Rita menjelaskan syarat ... tidak ada batasan untuk melakukan penelitian maksimal untuk bentuk adalah memiliki pengetahuan tentang metodologi penelitian yang dapat penelitian dan statistic dilakukan. Oleh karena juga mempunyai dasar pendidikan yang relevan itu, marilah berkarya dengan bidang yang ingin sebanyak-banyaknya! diteliti (prior knowledge). Hal lain yang dibutuhkan adalah dana dan skill serta kemampuan menyusun SPJ yang baik (apabila penelitian dibiayai oleh instansi tertentu). Ibu Rita juga menjelaskan sumber data dari sebuah penelitian berasal dari field study (lapangan, laboratorium), literature ilmiah dan data statistic. Data juga dapat diperoleh dari kebijakan, hukum dan atau peraturan pemerintah. Sedangkan untuk cara pengolahan data, data primer maupun sekunder tetap sama tergantung pada desain yang digunakan, durasi waktu seperti crosssectional (pengambilan data dilakukan 1x) atau longitudinal study (pengambilan data dilakukan beberapa kali secara berkala dalam periode tertentu). Untuk S1 tidak ada batasan maksimal untuk bentuk penelitian yang dapat dilakukan. Oleh karena itu, marilah berkarya sebanyak-banyaknya!

DIALEKTIKA Mei 2012

9


Dinamika

Team Building Berbasis Observasi

J

ika selama ini team building terkesan penuh tawa , Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) Eka Prasetya menawarkan kesan yang berbeda. Departemen Penelitian KSM mengikuti team buiding yang terkesan serius dan butuh kerja keras. Team building kali ini mengharuskan Dept.Penelitian berkunjung ke Pasar Asemka, untuk meneliti “Pengaruh Perbedaan Jenis Kelamin Penjual Terhadap Tingkat Penjualan Mainan Anak di Pasar Asemka,� dengan menggunakan studi observasi dan eksperimental. Tujuan penelitian “singkat� ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil penjualan antara laki-laki dan perempuan. Objek penelitian dibagi menjadi tiga: kelompok 1 yakni

10

sebagai kontrol, kelompok 2 dan kelompok 3, sebagai kelompok yang bukan kontrol. Kelompok kontrol yakni toko grosir mainan yang oleh penjual asli. Kelompok bukan kontrol ialah kelompok 2 (toko yang dibantu laki-laki), dan kelompok 3 (toko yang dibantu tim departemen penelitian berjenis kelamin perempuan) untuk menjual dagangan. Kelompok kontrol hanya berfungsi sebagai kelompok yang netral. Observasi menunjukkan pada kelompok 1 (kontrol) hanya mendapatkan satu calon pembeli tetapi tidak jadi membeli, serta tidak memiliki inisiatif menarik pembeli. Studi eksperimental didapat melalui kelompok 2 dan kelompok 3 dimana melakukan intervensi terhadap penjual, dengan

DIALEKTIKA Mei 2012

cara membantu menjajakan dagangan (ditunjukkan kelompok 2 dan kelompok 3). Setelah 30 menit berlalu, terlihat bahwa pada kedua kelompok tersebut terjadi peningkatan jumlah pembeli. Pada kelompok 2 (lakilaki) dalam 30 menit terdapat 28 pembeli yang masing-masing membeli dua atau lebih mainan. Pada kelompok 3 (perempuan) terdapat 10 calon pembeli, tetapi yang membeli hanya 4 orang. Hal ini disebabkan keaktifan mempromosikan barang, public service yang baik, dan teknik interpersonal yang bagus.


Dinamika

KSM Eka Prasetya UI

Luncurkan Jurnal Ilmiah Kamis, 22 Maret 2012, bertempat di Auditorium Gedung Komunikasi, Kampus FISIP UI Depok, Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya (KSM EP) Universitas Indonesia meluncurkan Jurnal Mahasiswa Makara Wiratama Volume 2 yang bertema “Kontribusi Mahasiswa Menuju Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia”. Kategori tulisan dikategorikan ke dalam dua rumpun ilmu yakni rumpun sains-teknologi dan kesehatan serta rumpun sosial-humaniora. Jurnal ini merupakan jurnal ilmiah mahasiswa KSM Eka Prasetya UI di mana memuat jurnal ilmiah karya mahasiswa Universitas Indonesia. Karya ini dihimpun melalui proses Call for Paper yang dilakukan hingga Oktober 2011 dan diseleksi oleh dewan redaksi yang ahli pada masing-masing disiplin ilmu. Proses ini menyisihkan banyak paper ilmiah yang masuk ke panitia jurnal hingga batas akhir pengumpulan paper. Paper terpilih berhak dimuat dalam Jurnal Makara Wiratama Vol.2 dan berhak atas uang tunai sebesar Rp 500.000,00 (Lima Ratus Ribu Rupiah). Sementara itu, peluncuran Jurnal Makara Wiratama Volum 2 diramaikan dengan seminar bertajuk “Kewajiban Menulis Ilmiah bagi Mahasiswa” dengan pembicara Prof. Dr. Ikrar Nusa Bhakti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dra. Desmelita, M.Sc sebagai perwakilan dari Kasubdit Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Dikti, dan Khaira Al Hafi sebagai perwakilan dari Departemen P&K BEM UI 2012. Masing-masing pembicara membahas pentingnya menulis jurnal ilmiah dari perspektif pihak yang mereka wakili, yaitu pemerintah, lembaga peneliti, dan mahasiswa. Selain itu, pembicara mengapresiasi KSM EP UI yang berada di front line dalam menumbuhkan semangat keilmuan di kalangan mahasiswa UI. Goresan Pena Merah

Makna Filosofis Lambang Jurnal Makara Wiratama Lambang Jurnal Makara Wiratama memiliki nama Tri Paksa Makara yang berarti tiga sayap makara yang dibentuk dari tiga goresan pena membentuk sayap makara yang dapat mengangkat peradaban bangsa Indonesia.

representasi keberanian mengeksekusi gagasan dalam bentuk tulisan

Goresan Pena Putih

representasi ketulusan menuangkan ide untuk memajukan bangsa

Goresan Pena Emas JURNAL MAHASISWA

Makara Wiratama

representasi produktivitas ide yang dituangkan dalam memajukan peradaban bangsa Indonesia

KSM Eka Prasetya Universitas Indonesia

DIALEKTIKA Mei 2012

11


Dinamika

Foto: Redaksi

Penerimaan Kunjungan Forum Kajian Ilmu Syariah (Fokis) IAIN Sumatera Utara

S

enin, 13 Februari 2012 KSM Eka Prasetya UI mendapat kunjungan dari Forum Kajian Ilmu Syariah (Fokis) IAIN Sumatera Utara. Bertempat di Sekretariat KSM Eka Prasetya UI, Gedung Pusgiwa UI Depok, kegiatan ini diawali pukul 12:40 WIB. Penerimaan kunjungan ini menjadi luar biasa bagi KSM Eka Prasetya UI. Selain jarak yang ditempuh tamu kunjungan yang jauh, kunjungan ini merupakan penerimaan kunjungan pertama di tahun 2012. Dalam pertemuan ini, turut dihadiri oleh 5 orang fungsionaris Fokis. Kegiatan ini diawali dengan perkenalan perwakilan dari Fokis dan perkenalan organisasi Fokis. Fauzan Al-Rasyid, Ketua Fokis IAIN-SU 2012 mengatakan kunjungan ini dilaksanakan dalam rangka studi banding Fokis kepada KSM karena KSM dinilai cukup berpengalaman dalam bidang pengkajian multidisiplin dan terbukti selama 28 tahun.

12

DIALEKTIKA Mei 2012

Fauzan berharap kunjungan ini dapat memberikan pengalaman bagi fungsionaris. Mengingat usia Fokis yang belum genap satu tahun, kunjungan ke KSM diharapkan dapat memberi pengalaman mengenai pengkadersisasi anggotanya. Selain itu, Fokis berharap bahwa keberadaan Foksis mendorong kegiatan keilmuan multidisipliner di kampus IAIN Sumatera Utara, karena selama ini, baru Fokis satu-satunya organisasi keilmuan mahasiswa di IAIN-SU. Oleh karena itu, dalam rangka melebarkan kegiatan keilmuan di kampus IAIN, Fokis berharap dapat menjajaki kerja sama dengan KSM dalam berbagai kegiatan, terutama dalam penumbuhan minat mahasiswa di bidang keilmuan. Bincang hangat antara Fokis dan KSM akhirnya ditutup dengan saling bertukar cindera mata antar kedua organisasi.


Dinamika

KSM EP UI terima kunjungan Kristal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

R

abu, 25 April 2012 KSM Eka Prasetya UI menerima kunjungan dari Unit Kegiatan mahasiswa (UKM) Kristal Fakultas Ekonomi UNY di Aula Setyaningrum Pusat Kegiatan Mahasiswa, Kampus UI Depok. Penerimaan kunjungan kali ini merupakan kunjungan UKM fakultas kedua bagi KSM Eka Prasetya UI di tahun 2012, setelah kunjungan dari Fokis IAIN Sumatera Utara. Kunjungan ini dimaksudkan sebagai studi banding pelaksanaan organisasi keilmuann kampus atas pertimbangan KSM yang dinilai sudah cukup berpengalaman dalam mengorganisasi minat penalaran mahasiswa tingkat universitas.

Foto: Redaksi

P

Kunjungan dimulai pada pukul 12:30 WIB dan diisi dengan presentasi dari departemen-departemen di KSM Eka Prasetya UI dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Tak ketinggalan, tamu kunjungan turut mempresentasikan program kerja dan selayang pandang organisasi yang belum lama berdiri ini. Kegiatan penerimaan kunjungan ini berakhir pada pukul 4 sore. Setelah bertukar cendera mata, kegiatan ini diakhiri dengan kegiatan tur mengunjungi perpustakaan pusat UI dan mengelilingi kampus.

Foto: Redaksi

Pendidikan Latihan Dasar XXV KSM Eka Prasetya UI 2012

ada Maret 2012, KSM Eka Prasetya UI menggelar Pendidikan Latihan Dasar (PLD) KSM Eka Prasetya UI angkatan XXV. Rangkaian PLD ini merupakan rangkaian dari perekrutan terbuka KSM Eka Prasetya UI 2012 yang diikuti oleh seluruh pendaftar perekrutan terbuka tahun ini. Rangkaian acara PLD dimulai dengan rangkaian pembukaan PLD. Kegiatan inti berlangsung selama 3 hari di Pusat Kegiatan Mahasiswa UI Depok. Pada kegiatan tersebut, seluruh peserta

diberikan pelatihan di bidang pengkajian, penulisan, dan penelitian ilmiah yang membekali kehidupan anggota KSM EP UI. Pada rangkaian tersebut, peserta juga ditantang untuk membuat rancangan penelitian dengan tema yang ditentukan oleh panitia. Setelah bedah panel rancangan penelitian, acara ditutup dengan pengumuman peserta terbaik dan rancangan penelitian terbaik.

DIALEKTIKA Mei 2012

13


Agenda

Narration 2012

S

etelah sukses penyelenggaraan pada tahun lalu, KSM Eka Prasetya UI kembali menggelar Narration 2012 (National Research and Scholarship Exhibition 2012). Narration pada tahun ini akan digelar pada September 2012 dan diramaikan dengan kompetisi riset tingkat nasional, seminar, dan pameran beasiswa dan lowongan magang untuk mahasiswa. Tema yang diangkat Narration tahun ini adalah Action Research yang dimaksudkan menantang mahasiswa di Indonesia untuk menciptakan riset yang applicable dan menyalurkan riset tersebut untuk diwujudkan melalui kolab-

orasi academic, business, and government. Widio Wize Ananda Zen, Project Officer Narration 2012 – yang juga anggota KSM Eka Prasetya UI PLD XXIV – berharap kompetisi riset dalam penyelenggaraan Narration kali ini dapat diwujudkan melalui kolaborasi ABG tersebut dan memecahkan masalah-masalah masyarakat saat ini. Rangkaian acara Narration dimulai sejak Februari 2012, di mana pendaftaran kompetisi riset tingkat nasional dibuka hingga Juni 2012 ini. Jadi, tunggu apa lagi, buat proyek riset mu sekarang!, Research yout passion and do action!.

Think Idea KSM Eka Prasetya UI

B

iro Kewirausahaan KSM Eka Prasetya UI 2012 membentuk unit usaha di dalam KSM Eka Prasetya UI yang akan mendukung salah satu pendanaan kegiatan KSM EP UI, Think Idea. Logo think idea KSM Eka Prasetya UI berangkat dari filosofi lahir dan bergerak yang direpresentasikan melalui telur yang melahirkan roda bergerigi sebagai representasi makna pergerakan. Dengan dimulainya aktivitas think idea pada tahun ini, diharapkan KSM Eka Prasetya UI mandiri dalam pendanaan kegiatan-kegiatannya tanpa sangat bergantung pada sumber pendanaan eksternal.

14

DIALEKTIKA Mei 2012



“Almost always, the creative dedicated minority has made the world better.” Martin Luther King

KSM UI

KELOMPOK STUDI MAHASISWA EKA PRASETYA UNIVERSITAS INDONESIA


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.