2018
indonesian undergraduate geophysics competition
O R G A N I Z E D BY :
M E D I A PA R T N E R :
S U P P O R T E D BY :
S p o n s o r E D BY :
instagram @laterremagz Find fresh photographs, trivias, and teasers on this lane
issuu
volume
11
Jalan Ganesha no. 10
laterre.magazine Our magazine is freely to access through this account
youtube laterre.magazine Watch insightful videos about geophysics
Sekretariat HIMA TG “TERRA� ITB
Gd. Energi ITB
inside.laterremagz@gmail. com
line @la_terre
2 | La Terre vol.11
Stay up-to-date with our publications with trivias and teasers.
redaksi
Penulis
Layout
Penerjemah
Yohanes Nuwara Rafif Abdus Salam Niken Dyah Arum Sari Irfani Sakinah Fara Yuniar Latifah Adisa Putri Utami Moh Hasyim Taufik Dzaky Irfansyah Dinda Putri P Azarine Nurfairuz K Defiska Andang N Laurent Juliani M Nabiel Husein Shihab
Tabina Joebhaar Karya S. Hendra Fatimah Az Zahra Arivia Dian Pertiwi Rizka Amalia Dimas Zulfikar Bagas Arya Regina Nathasa Jefri Bambang Andrian Martasuta
Suci Farissa Mahendra Dwi S Azhar Harisandi Tabina Joebhaar Tara Annisa Pangestu Soekarno Raisha Pradisti
3 | La Terre vol.11
Penanggung Jawab Dr. rer. nat Rachmat Sule S.T., M.T.
Editor in Chief Yohanes Nuwara
Pimpinan Redaksi Silvia Ayu Agatha
Ketua Tim Layout Dimas M. Zulfikar Ketua Tim Penerjemah Diya Tabina Joebhaar
Publikasi
Fotografi dan Videografi
Najla Insyirah Firadila Ainunnisa Giovanni Pierre Jefri Bambang
M. Ardhya W Kevyn Augusta Giovanni Piere Dimas M. Zulfikar M. Ababil Akram M. Hafiyyan Fikri M. Devandra Ridho Pratama Z Nabiel Husein Shihab
4 | La Terre vol.11
editor’s word
Yohanes Nuwara
5 | La Terre vol.11
Sangat senang bahwa La Terre telah sampai pada edisi ke-11. Sudah selesaikah kamu membaca edisi sebelumnya? Setiap edisi majalah ini punya warna tersendiri. Ketika edisi kemarin baru saja selesai, terjadi gempa besar di Palu. Gempa ini terjadi cukup cepat namun meluluhlantakan wilayah Palu dan Donggala. Apa yang terjadi? Teman-teman pembaca yang penasaran dapat melihat ulasannya di dalam. Dalam edisi ini kami juga menyajikan ulasan tentang Urban Geophysics. Patut dibaca karena Urban Geophysics adalah geofisika yang "kekinian", dimana akan diperkenalkan salah satu tempat wisata yang sangat indah di Yunani dan bagaimana geofisika berperan. Berbagai pertanyaan juga kerap muncul, seperti pernahkah ada megatsunami yang terjadi di Indonesia pada masa purba, atau memangnya karbondioksida bisa ditangkap kembali ke dalam bumi sehingga global warming dapat diatasi? Semua hal ini tentu dapat dijawab dengan geofisika. Selamat membaca, semoga wawasan teman-teman terus bertambah.
CON TENT INDEX
PAGE
Vibroseismic Impact Technology
7
Paleotsunami Indonesia
11
Urban Geophysics
21
Gempa Palu Donggala
25
Semua Tentang Satelit Geofisika
31
Puncak Nusantara
41
Geo-modelling
45
Carbon Capture and Storage Gundih
53
Vibroseis truck generate the sound waves for the seismic survey
VIBRO SEISMIC IMPACT TECHNOLOGY oleh : Yohanes Nuwara dan Mohammad Hasyim 7 | La Terre vol.11
V
SIT adalah kepanjangan dari Vibroseis Seismic Impact Technology, yang merupakan metode yang sering digunakan pada tahap Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan laju degassing akibat penambahan energi berupa getaran. Metode VSIT diterapkan dengan berdasar pada teori dasar dari kegunaan energi getaran untuk menggetarkan tanah dan membantu fluida bermigrasi. Aplikasi VSIT juga disebut sebagai hydrodynamical washing terhadap lapisan adhesif dan butiran minyak pada dinding pori dengan gerakan sirkular vibroseismik yang melibatkan minyak dalam aliran
8 | La Terre vol.11
. makrodinamik. Kenapa VSIT? VSIT adalah langkah krusial untuk meningkatkan produksi EOR dan secara signifikan meningkatkan rasio minyak terhadap air yang diproduksi. Secara ekonomis penggunaan VSIT tidak akan berdampak besar ditinjau dari kegunaan vibroseis pada akhir akhir ini sudah umum digunakan. Poin–poin penting dari VSIT adalah posisi sumber/vibroseis, frekuensi dari sumber, dan durasi stimulasi.
Sejarah VSIT Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh O.L. Kouznetsov dkk pada tahun 1998. Selama masa penelitian di laboratorium, VSIT menunjukkan hasil dan korelasi yang baik dengan hipotesis dalam meningkatkan proses EOR. Metode ini memiliki batasan seperti dipaparkan oleh tabel disamping ini.
Dimanakah contoh lapangan yang diterapkan VSIT? Penemuan ini diaplikasikan di lapangan minyak Jirnovsky, Rusia.
VSIT di Indonesia Meskipon EOR belum diimplementasikan secara umum di Indonesia, VSIT pertama kali dilakukan oleh PT. Medco Energi Internasional. VSIT juga diaplikasikan dalma kasus lain seperti Marebau Trend dan Lapangan Minyak Jene (2005). VSIT di Indonesia juga diaplikasikan pada reservoir yang mengalami water coning (Eko Rukmono dkk., 2007).
“Apakah anda dapat mengangkat minyak di bawah permukaan hanya dengan hentakan kaki??� Apakah anda dapat mengangkat minyak di bawah permukaan hanya dengan hentakan kaki? Persediaan minyak global sekarang ini sudah mulai menurun, sehingga teknologi yang bernama Enhanced Oil Recovery sangat berguna untuk mengangkat setiap tetes minyak yang terperangkap di dalam bumi, perusahaan menggunakan steam flooding, water flooding, dan injeksi CO2, namun salah satu ide yang paling menarik berasal dari para ahli geofisika. "Bagaimana seseorang dapat menggunakan gelombang seismik untuk mengangkat minyak?" VSIT sudah ditemukan sejak lama oleh ilmuwan Rusia. Tetapi teknologi ini kemudian dipopulerkan oleh Prof. Tutuka Ariadji, dosen teknik
9 | La Terre vol.11
Vibroseismic Seismic Impact Technology mempunyai keterbatasan. perminyakan Institut Teknologi Bandung, beliau merupakan salah satu profesor yang mengembangkan VSIT di Indonesia. Sekarang apakah yang sebenarnya terjadi dalam VSIT? Sebenarnya prinsip di balik VSIT cukup sederhana, analogi yang baik untuk menggambarkan poses tersebut adalah peristiwa jarum yang mengapung di atas larutan sabun. larutan sabun memiliki tegangan permukaan yang cukup untuk menahan jarum untuk tidak tenggelam, namun apakah kita dapat memecah tegangan permukaan tersebut? Jawabannya adalah tentu saja, cukup berikan dorongan atau gangguan untuk membuat jarum tenggelam, dan kunci dari VSIT itu sendiri juga sama seperti analogi di atas, yaitu gangguan. Gelombang seismik merupakan salah satu contoh gangguan. Saat gelombang seismik menjalar di dalam lapisan batuan, gelombang tersebut akan mengganggu sifat mekanik dari
Cara Kerja VSIT Source : petroleum-uir
Prof. Tutuka Ariadji from Bandung Institute of Technology
batuan tersebut. Jika batuan tersebut mengandung minyak di dalamnya, gelombang tersebut juga akan mengganggu molekul minyak yang tersimpan dan dalam kondisi tertentu akan menyebabkan minyak tersebut untuk bergerak. Di lapangan, praktek VSIT dilakukan dengan sumber yang berasal dari Vibroseis yang biasanya digunakan dalam akuisisi data seismik
10 | La Terre vol.11
untuk mencitrakan bawah permukaan. Sekarang kita tahu bahwa gelombang seismik tidak hanya dapat digunakan untuk mencitrakan bawah permukaan, tetapi dapat digunakan juga untuk membantu mengangkat minyak yang terperangkap di bawah permukaan.
Paleotsunami Indonesia oleh DWI JULIANTI dan DZAKY IRFANSYAH
Gempa dan tsunami yang melanda wilayah Palu dan Donggala pada tanggal 28 September lalu, termasuk dalam rangkaian bencana alam yang terjadi di Indonesia sejak tahun 416. Badan sains Amerika Serikat, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mencatat, bahwa ada 246 kejadian tsunami sejak tahun 416 hingga 2018 di Indonesia. Kawasan selatan Jawa menyimpan sejarah tsunami sejak berabad lampau, menurut pakar paleotsunami dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto. Dalam risetnya di Lebak, Banten, deposit yang diduga bekas tempat terjadinya tsunami menunjukkan usia 331 tahun dan 293 tahun, atau dengan kata lain tsunami pernah terjadi pada tahun 1685 dan 1723. Di Kawasan selatan Jawa hingga Bali terdapat lapisan sedimen yang diduga bekas tsunami dari waktu yang berbeda. Semuanya berasal dari interval perulangan setiap 675 tahun. Peristiwa itu tercatat dalam katalog Arthur Wichmann yang berjudul “Die Erdbeben Des Archipelos� atau Gempa Bumi di Kepulauan Hindia Belanda, yang mengumpulkan cerita 61 gempa bumi dan 36 tsunami di Indonesia antara tahun 1538 hingga 1877. Menurut Rahmat Triyono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Indonesia memiliki 18.000 skenario tsunami. Dari tsunami yang pernah terjadi, 90% diakibatkan oleh gempa yang terjadi di laut. Dalam catatan NOAA, tsunami yang tercatat
11 | La Terre vol.11
pertama kali pada tahun 416, terjadi di sekitar Laut Jawa. Kemudian pada tahun 1608 hingga 1690 tsunami terjadi selama 13 kali, dengan salah satu event pada 1674 di sekitar Laut Banda dengan ketinggian gelombang tsunami hingga mencapai 100 meter. Tsunami yang diakibatkan oleh erupsi vulkanik yang cukup terkenal disebabkan oleh erupsi Gunung Krakatau pada tahun 1883 yang menghasilkan tsunami berketinggian 41 meter. Erupsi Krakatau juga menye-
babkan tsunami pada tahun 1930 dengan ketinggian mencapai 500 meter dan menjadi tsunami tertinggi yang tercatat di Indonesia. Loncat ke abad 20, sejak 1992 hingga 2018, peristiwa tsunami yang tercatat sebanyak 37 kali. Contoh peristiwa tsunami yang terjadi yaitu tsunami Flores pada 1992 dengan ketinggian gelombang 26 meter, tsunami Aceh 2004 dengan ketinggian gelombang 51 meter, dan yang terbaru tsunami Palu-Donggala.
12 | La Terre vol.11
Seorang lelaki berdiri di atas sebuah mobil yang hancur ketika ia melihat puing-puing dan puing-puing bangunan yang hancur setelah gempa bumi, pada 2 Oktober 2018, di Palu, Indonesia. Foto oleh Carl Court/Getty IMage
Lalu, bagaimana peristiwa tsunami yang lampau dapat diketahui? Fokus utama riset paleo-tsunami adalah lapisan sedimen di sekitar pantai. Ini berdasarkan asumsi bahwa tiap gelombang tsunami akan meninggalkan deposit material. Seperti jejak fosil, endapan tsunami dapat diteliti untuk mengungkap berbagai data. Misalnya dari ketebalan sedimen, besar gelombang tsunami relatif dapat diprediksi. Rekonstruksi peristiwa tsunami dapat mencakup ketinggian gelombang, estimasi magnitude gempa, serta luas daerah yang dijangkau tsunami sesuai dengan banyaknya data yang terungkap. Menurut Eko Yulianto, dari data-data tersebut dapat diprediksi daerah-daerah yang berpotensi tsunami di kemudian hari. Paleo tsunami memiliki kontribusi penting untuk keperluan mitigasi bencana, terutama untuk area-area yang tidak memiliki informasi sejarah gempa. Namun, diperlukan ketelitian tinggi untuk riset paleotsunami. Salah satu problem utama pada studi paleo-tsunami adalah identifikasi material. Apakah material akibat badai, banjir, dan
tsunami cenderung sulit dibedakan. Namun, perkembangan terkini sudah dapat mengatasi hal tersebut. Deposit material dari tsunami, dipastikan memiliki fosil laut dalam jumlah cukup banyak. Sebaran endapan paleo-tsunami juga lebih luas dan merata ketimbang endapan banjir atau badai. Setelah identifikasi endapan paleo-tsunami, studi paleo-tsunami dapat mencatat periode tsunami di masa lampau, termasuk interval antar kejadian. Dalam menentukan umur deposit, digunakan metode radiocarbon, seperti teknik penanggalan permukaan dengan thermoluminescence atau penanggalan chlorine-36. Meski begitu, paleo-tsunami tidak serta merta dapat dijadikan tool untuk memprediksi secara presisi tentang perulangan tsunami. Statistik satu hingga empat kali tsunami, misalnya, tidak dapat dijadikan pijakan untuk meramal tsunami di masa depan. Kalaupun prediksi waktu dapat dilakukan, galat dalam prediksi mencapai plus minus sekitar lima hingga sepuluh tahun.
“Keajaiban� Masjid Baiturrahman di Aceh yang tetap berdiri kokoh setelah terkena tsunami gambar dari bebaslepas.com
Karakteristik Sedimen Paleotsunami: Studi Kasus di Cilacap dan Pangandaran Daerah Pantai, Jawa, Indonesia. Daerah Cilacap dan Pangandaran pernah mengalami tsunami pada 17 Juli 2006 dan kerusakannya paling parah dibanding daerah lain. Di Cilacap ditemukan lapisan pasir besi yang terdapat fragmen antropogenik. Di lapisan pasir besi daerah Bunton, Cilacap terdapat fragmen antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia bercampur dengan sedimen. Berdasar analisis ukuran butir terdapat perubahan tiba-tiba dari energy transportasi sedimennya dan tidak ditemukan fossil dalam lapisan. Ciri tersebut bukan merupakan karakteriktik deposit dari tsunami, oleh karena itu endapan sedimen di Cilacap bukan termasuk endapan tsunami tapi dari endapan proses lainnya. Di Pangandaran ditemukan dua lapisan sedimen. Dari hasil analisis besar butir serta fosil Plankton dan Foraminifera yang ditemukan disana didapatkan bahwa singkapan sedimen yang ditemukan di Pangandaran adalah endapan tsunami 2006 dengan ketebalan 5-6 cm di bagian atas dan endapan paleotsunami di bagian bawah dengan tebalnya 5-10 cm.
14 | La Terre vol.11
Gambar 1
What’s Next?
Gambar 2
Gambar 1. Sedimen pada endapan di Cilacap Gambar 2. Stratigrafi lapisan pada deposit tsunami di Karapyak, Pangandaran. (sumber: Yudhicara, Zaim Y dkk. 2013. Characteristics of Paleotsunami Sediments, A Case Study in Cilacap and Pangandaran Coastal Areas, Jawa, Indonesia)
Riset Paleotsunami di Barat Laut Aceh i provinsi Aceh bagian barat laut terdapat beberapa gua pantai dimana endapan sedimen ditemukan bersama dengan kotoran dari kelelawar yang lebih dikenal dengan guano. Endapan sedimen tersebut dipercaya berasal dari usia Holosen. Studi yang dilakukan oleh Dura dkk (2011) dan Grand Pre dkk (2012) mendokumentasikan adanya perubahan tinggi muka air laut secara mendadak yang berasosiasi dengan genangan yang disebabkan oleh tsunami. Studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa perubahan tinggi muka air laut secara mendadak hanya dapat dibuktikan jika ada rekaman tinggi muka air laut yang konstan dalam waktu yang lama. Mereka menemukan tiga kejadian gempa tsunamigenik (gempa yang menyebabkan tsunami) yang terjadi antara 4.5 dan 7 ribu tahun yang lalu dengan interval rata-rata seribu tahun. Penyelidikan lebih lanjut terhadap litologi dan kumpulan fosil mikro dan makro yang dilakukan oleh Dura dkk (2011), Kelsey dkk (2011), dan Horton (2005) menunjukkan kurangnya pelestarian stratigrafi pada masa Holosen yang dimulai dari 4.5 ribu tahun yang lalu bertepatan pada masa dimana bagian barat laut dari Sumatra terbentuk. Sehingga, riset-riset selanjutnya lebih difokuskan pada gua-gua pantai sebagai alternatif untuk merekonstruksi rekaman kejadian paleoseismik secara lengkap pada masa Holosen yang terjadi karena subduksi Sunda. Sebagai hasilnya, riset-riset ini dapat melestarikan sedimen tsunamigenik yang terletak di dalam gua pantai yang terlindungi.
16 | La Terre vol.11
(a) Peta lokasi dua kejadian gempa besar tanggal 26 Desember 2004 dan 28 Maret 2005 yang terjadi akibat patahan megathrust Sunda dan lokasi gua pantai (Subarya dkk, 2006) dan vektor pergerakan lempeng oleh Bock dkk (2003). (b) Peta lokasi gua pantai dan situs studi-studi sebelumnya oleh Grand Pre dkk (2012). Sumber: Gebco, NOAA, National Geographic, DeLome, dan ESRI oleh www.earthobservatory.org
Apakah Kamu Tahu ? Sungai Amazon bermula di suatu titik sekitar 100 mil dari arah Barat Samudera Pasifik, namun, sungai ini mengalir ke arah timur, membuat suatu jalan sepanjang lebih dari 4000 mil sebelum berakhir di Samudera Atlantik. Beberapa anak sungai dari Sungai Amazon memiliki panjang lebih dari 1000 mil dan sungai ini memiliki anak sungai paling banyak diantara semua sungai di dunia. Diestimasikan sekitar 20% dari semua air yang dibawa oleh sungai-sungai di dunia mengalir ke laut.
Apakah Kamu Tahu ? Great Barrier Reef melingkupi area yang lebih besar dari gabungan pulau Jawa dan Sulawesi. Titik terdekatnya dengan benua australia sekitar 5 mil, walaupun tidak kontinu, great Aarrier reef terus memanjang sampai mendekati Papua Nugini. Karena terbuat dari sisa-sisa karang yang telah mati, great barrier reef merupakan struktur terbesar yang dibentuk oleh organisme di bumi. total area
348,700 KM2
Urban Geophyics Cabang Ilmu Geofisika yang Kekinian! Oleh Yohanes Nuwara dan Azarine
T
iga ribu tahun yang lalu sebuah peradaban kuno yang sangat jaya dan gemilang bernam Sangat bernilai sejarah, bukan? Namun, bukan hanya sebagai situs pariwisata, Pulau Crete jugalah sebuah kota. Disana pertunjukan musik tradisional dan makanan khas Yunani menjadi pemanja lidah penduduk desa Rethymno, Hersonissos, Heraklion, dan lain-lain! Tertarik untuk mengunjungi disana? Eit tunggu sebentar, pada artikel ini kami tidak membahas mengenai pariwisatanya. Kami akan membahas tentang geofisika urban (Urban Geophysics). Sebagai sebuah kota, kelestariannya harus dipertahankan karena seiring dengan bertambahnya populasi dan usia kota yang semakin bertambah tua, kota bisa menjadi sangat rentan dengan kerusakan. Tidak ingin kan sebuah kota yang bernilai sejarah mengalami degradasi? Nah ternyata geofisika berperan lho dalam mengkonservasi sebuah kota. Inilah yang dinamakan Urban Geophysics. Berikut akan dibahas sebuah studi menarik tentang Urban Geophysics di Pulau Crete.
Metode Electrical Tomography
Electrical Resistivity Tomography di situs Rethymnot
Electrical Resistivity Tomography di situs Heraklion
Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur stratigrafi subsoil pada kedalaman yang bervariasi, mulai dari 10 hingga 50 km. Pengukuran dilakukan di kota Crete, Chania, Rethymno, dan Herakleio, dengan melakukan penetrasi langsung elektroda besi ke tanah atau induksi arus elektrik ke ground secara tidak langsung dengan material-material yang sangat konduktif. Pengolahan dan interpretasi data mengunakan algoritma inversi dari Constable, et al (1987).
Hasil dari model resistivitas menunjukkan bahwa bagian tengah kota Crete tetutup dengan lapisan tipis sedimen alluvial neogen, dengan pada bagian atasnya terdapat lapisan cohesive yellow marl sampai marly limestone. Pada kedalaman kurang dari 30 km terdapat lapisan marly limestrone, serta di Kastil Forteza (utara dari kota), karbonat muncul di dekat permukaan
Di kota Herakleio permukaan tertutup oleh sedimen alluvial dan material antropologi. di bagian utara yang dekat dengan garis pantai, ditemukan instrusi air. Di kota Chania, terdapat geologi yang lebih kompleks. Lapisan penutup terdiri dari sedimen kuaterner, bahan antropogenik dan pasir. Di bawah lapisan penutup itu, cohesive marles dan marly limestone hadir.
Metode Seismic Prospection
Perbandingan hasil tomografi dari geoelectrical tomography (atas) dan sesmik refraksi (bawah). Keduanya menunjukkan hasil yang sesuai.
Untuk interpretasi dari set data yang dipilih, setiap kedatangan terkait dengan lapisan di mana pembiasan terdalam dari gelombang seismik telah direkam. Dengan demikian, kedatangan per-tama (dekat dengan sumber) berhubungan dengan gelombang langsung yang memberikan in-formasi tentang kecepatan lapisan pertama (superfisial). Gelombang refraksi pertama sesuai dengan lapisan kedua. Prosedur yang sama diterapkan untuk lapisan yang lebih dalam. Yang pertama, lapisan kecepatan sedang (957m / detik), sesuai dengan formasi sedimen kuantitatif quaternary. Lapisan kedua muncul dengan kecepatan yang
Lokasi Pengambilan data di kota Chania, Rethimo, dan Heraklion Lokasi oleh google maps
23 | La Terre vol.11
jauh lebih tinggi (5395m / s) dan sesuai dengan karstifikasi limestone masif dan mungkin.
Untuk interpretasi dari set data yang dipilih, setiap kedatangan terkait dengan lapisan di mana pembiasan terdalam dari gelombang seismik telah direkam. Dengan demikian, kedatangan per-tama (dekat dengan sumber) berhubungan dengan gelombang langsung yang memberikan in-formasi tentang kecepatan lapisan pertama (superfisial). Gelombang refraksi pertama sesuai dengan lapisan kedua. Prosedur yang sama diterapkan untuk lapisan yang lebih dalam. Yang pertama, lapisan kecepatan sedang (957m / detik), sesuai dengan formasi sedimen kuantitatif quaternary. Lapisan kedua muncul dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi (5395m / s) dan sesuai dengan karstifikasi limestone masif dan mungkin.
Hasil Struktur Geofisika di Kota Herakleion
Metode Ambient Noise Measurements Salah satu pendekatan alternatif dalam mengkarakterisasi respon dari suatu lokasi dengan ting-kat seismisitas rendah adalah dengan menggunakan perbandingan spektral horizontal terhadap vertikal dari rekaman ambient noise. Ambient noise merupakan getaran beramplitudo rendah dari tanah yang disebabkan oleh gangguan secara alamiah. Perbandingan ini umumnya menun-jukkan frekuensi dasar dari lokasi penelitian tersebut. Kota Chania memiliki rentang frekuensi dasar eigen 0.20 hingga 0.50 Hz. Hal ini mengindikasikan adanya kontras seismik antara ba-tugamping marly dan batugamping pada kedalaman sekitar 300 meter di tempat-tempat tertentu.
Lain halnya dengan hasil pengukuran di Kota Rethymno dan Heralkleion, dimana data yang didapatkan cenderung menyebar sehingga tidak ada hasil yang bisa disimpulkan. Data-data tersebut diintegrasikan dengan informasi terkait lingkungan, topografis, dan statistik pada kerangka EMERIC-I. Diseminasi data terealisasikan melalui ketersediaan laporan yang menjelaskan tentang metodologi, instrumentasi, serta hasil dari pengukuran tersebut. Kompilasi dari informasi kebumian—pengukuran di lapangan, peta geologi, maupun data historis dan statistik—yang berkaitan dengan konteks perkotaan sangat penting untuk aplikasi dalam spek-trum yang luas. Selain itu, pengukuran-pengukuran ini dapat berkontribusi secara signifikan terhadap perencanaan wilayah dan kota serta pengembangan dari kota-kota utama di Crete, teru-tama dalam bidang manajemen kebencanaan atau bahaya geologi di lingkungan perkotaan.
24 | La Terre vol.11
Peta persebaran nilai frekuensi dasar eigen di Kota Chania
Kejutan dari Tuhan Untuk Ulang Tahun ke-40 Kota Palu oleh : Irfani Sakinah dan Nabiel Husein Shihab
Tanjung Pinang, Indonesia Diambil oleh Yulia Agnis
Palu, yang diperkirakan memiliki populasi lebih dari 370.000 penduduk. Kota yang indah ini sedang merayakan ulang tahun yang ke-40 dengan mengadakan Festival Pesona Palu Nomoni 3 Tahun 2018 ketika gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi melanda. Gempa besar dengan magnitudo 7.5 dan tsunami menghantam Pulau Sulawesi pada tanggal 28 September 2018. Tanggal ulang tahun kota ini sekarang akan diingat untuk kematian dan kerusakannya.
Tatanan Tektonik Dari sudut pandang tektonik, Sulawesi terletak di dalam triple junction Lempeng Australia, Filipina, dan Sunda serta mengakomodasi konvergensi fragmen kontinen dengan batas lempeng Sunda. Secara spesifik, bagian barat daya Blok Manado dan pertengahan Blok Sula Utara bergerak menuju NNW dan berotasi searah jarum jam; Sulawesi Timur terjepit antara Sula Utara dan Blok Makassar.
Tatanan tektonik Lempeng Sunda-Australia-Filipina-Pasifik. Panah menggambarkan kecepatan lempeng relatif terhadap Eurasia. Gambar diambil dari Socquet, dkk. (2006)
Distribusi aftershock (lingkaran berwarna) dalam empat hari setelah gempa Palu. Kedalaman hiposenter dan magnitudo ditunjukkan masing-masing dengan skala warna dan ukuran lingkaran. Sesar Palu-Koro ditandai dengan garis hitam. Gambar diambil dari Global Earthquake Monitoring Processing Analysis (GEMPA).
Gempa Bumi Getaran utama terjadi pada Sesar Palu-Koro yang berjenis lateral mengiri, yang merupakan struktur paling aktif di Sulawesi. Episenter gempa terletak pada jarak 27 kilometer timur laut Donggala, pada kedalaman 10 km. Dengan memperhatikan distribusi aftershock dalam empat hari setelah event 7.5 Mw, dapat diperkirakan retakan meluas dari beberapa kilometer ke utara episenter hingga 200 km ke selatan. Daerah kerusakan kurang lebih seluas 200x20 km, terutama terletak di selatan hiposenter dan berakhir di Kota Palu. Sesar Palu-Koro dengan pergerakan lateral mengiri adalah struktur aktif utama di Sulawesi. Sesar ini membagi dua pulau dan terhubung ke Palung Minahassa, di mana
27 | La Terre vol.11
subduksi terjadi. Zona Sesar Palu-Koro mengakomodasi pergerakan 42 mm/tahun dan menunjukkan perilaku transtensive yang kompleks. Deformasi ini kemungkinan besar dapat dijelaskan dengan kehadiran struktur pemisah yang terlokalisasi di sekitar daerah Palu.
Tsunami Dr. Hamzah Latief menerangkan tentang fakta-fakta tsunami yang terjadi di Palu. Berdasarkan hasil analisisnya, kemungkinan besar kejadian tsunami di Teluk Palu tersebut dibangkitkan oleh longsoran sedimen di laut karena gempa. Berdasaran data rekaman Stasiun Pasang Surut (Pasut) BIG, tsunami terjadi pada saat pasang tinggi dengan tinggi
gelombang tsunami (dari puncak ke lembah) sekitar 4 meter, sehingga memberikan dampak yang cukup besar. Tsunami ini beresonansi di Teluk Palu yang berukuran panjang sekitar 30 km dan lebar 7 km dengan kedalaman teluk mencapai 600 sampai dengan 800 meter. Beliau menambahkan, kesimpulan sementara yang dapat disampaikan yakni, tinggi tsunami hasil pengukuran berkisar 3-4 meter di atas muka laut namun cepat meluruh setelah pecah. Ini menandakan bahwa panjang gelombang tsunami relatif pendek. Selain itu, deformasi akibat gempa bumi dikatakan Dr. Hamzah tidak mampu membangkitkan tsunami setinggi hasil pengukuran sehingga kemungkinan besar akibat
28 | La Terre vol.11
longsoran. Hal itu ditandai dengan tsunami yang tinggi dengan sifat sangat lokal. Paling tidak ia menyebut ada empat lokasi yang diidentifikasi terjadinya longsoran yaitu Talise, Tondo- Taipa, Donggala dan Balaesang.
Likuifikasi Penyebab lain dari kematian dan kerusakan yang terjadi adalah suatu fenomena yang disebut likuifaksi. Likuifaksi terjadi ketika tanah dan lanau, yang tersaturasi oleh air dan diguncang oleh gempa bumi, bertindak seperti likuida (cairan), menurut situs web United States Geological Survey (USGS). Di lingkungan Balaroa, Palu, sekitar 1700 rumah “tertelan� ketika tanah dimana mereka membangun rumah di atasnya berubah menjadi
(a)
(b)
(c)
(d)
(a) Petobo sebelum likuifikasi; (b) Petobo setelah likuifikasi; (c) Balaroa sebelum likuifikasi; (d) Balaroa setelah likuifikasi Gambar satelit dari Planet Labs
lumpur cair, kata badan pertolongan nasional. Citra satelit daerah Petobo, sebelah selatan dari bandara Palu, menunjukkan area luas lainnya dari bangunan – bangunan yang tampaknya telah musnah. “Ketika gempa melanda, lapisan di bawah permukaan bumi menjadi berlumpur dan gembur,” kata Sutopo Purwo Nugroho juru bicara Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB). “Lumpur dengan volume yang besar seperti itu menenggelamkan dan menyeret kompleks perumahan di Petobo sehingga hampir semua bangunan menjadi seolah-olah terserap. Kami memperkirakan ada 744 unit rumah di sana.” Citra
29 | La Terre vol.11
dari Balaroa dan Petobo memperlihatkan skala kerusakan yang terjadi. “Kami tidak tahu berapa banyak korban yang dapat terkubur di sana, diperkirakan ratusan,” kata Sutopo Purwo Nugroho. Para ahli mengatakan bahwa likuifaksi pada umumnya terjadi saat gempa bumi. Likuifaksi terjadi pada gempa besar Jepang dengan magnitudo 9.0 pada tahun 2011 dan telah menjadi fitur dari beberapa gempa lainnya pada negara ini dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini juga telah dilaporkan pada beberapa gempa bumi di Indonesia.
Pulau Sombori, Sulawesi Tengah Diambil oleh ig : @dzh_hrp
Jurnal La Terre
semua tentang satelit geofisika Yohanes Nuwara, Suci Farissa, Laurent Juliani
Satelit untuk pengambilan citra bumi dalam ilmu geofisika Gambar dari Frogtech Geoscience
Bayangkan sebuah satelit luar angkasa mengelilingi bumi dan mengumpulkan banyak citra bumi yang luar biasa. Seringkali melalui citra satelit, kita melihat hal-hal yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Coba lihat gambar di bawah ini. Ini adalah foto bumi yang diambil oleh satelit berkebangsaan Rusia bernama Elektro-L No. 1. Bukan hanya bumi “biru dan hijau” seperti yang kita lihat biasanya, namun warna merah yang sangat indah. Bagaimana dengan gambar di bawah ini? Ini adalah citra satelit yang menampilkan “kolam minyak bumi” yang berada jauh di bawah permukaan bumi di bawah suatu lokasi. Selama ini satelit hanya mengumpulkan semua informasi di atas permukaan bumi, misalnya gurun, hutan, dan pemukiman. Kok bisa minyak bumi yang berada jauh di bawah permukaan bumi terlihat dengan satelit luar angkasa? Bukan sulap dan bukan sihir, bahwa teknologi ini memang sedang dikembangkan oleh sebuah perusahaan yang bernama Terra Energy & Resource Technologies, Inc. Pada hari Kamis, 23 Oktober 2018, sebagai wartawan majalah La Terre, kami bertiga menghadiri kuliah tamu “STeP (Sub-Terrain Prospecting: Advanced Satellite-Based Technology)” diadakan oleh Society of Exploration Geophysicist Student Chapter Institut Teknologi Bandung (SEG ITB SC). Pada kuliah tamu tersebut, Prof. George Barber yang merupakan Country Manager dari perusahaan Terra Energy & Resource Technologies, Inc. datang sebagai pembicara kehormatan. Ia adalah seorang ahli dalam bidang hidrografi lulusan Royal Navy Hydrographic School di Inggris. Presentasi yang dibawakan oleh Prof. George Barber menginspirasi para audiensi. Kini berdiri sebagai pembicara, George Barber memperkenalkan teknologi STeP®. Seperti apa teknologi ini? Teknologi yang dinamakan Sub Terrain Prospecting atau STeP® adalah teknologi penginderaan jarak jauh yang mampu mengolah dan menginterpretasi fenomena dan manifestasi dari bawah permukaan bumi. Aplikasi dari teknologi STeP ini cukup luas, termasuk untuk prospek geologi minyak dan gas bumi, geotermal, serta eksplorasi mineral. Selama ini, kita mengenal teknologi gayaberat untuk mendelineasi cekungan sedimen yang berprospek minyak bumi. Namun, teknologi gayaberat ini tidak dapat mengidentiikasi minyak bumi yang terkandung di dalamnya. Eksplorasi migas dengan metode seismik juga tergolong mahal. Risikonya tinggi dan banyak asumsi yang perlu diperhatikan. Makanya, risiko dan hasil terkadang tidak sebanding. Selain itu, metode magnetotelurik yang biasa dilakukan untuk geothermal belum bisa
33 | La Terre vol.11
Citra satelit Elektro-L no. 1 milik Rusia pada tahun 2012 yang menggambarkan keberadaan minyak bumi.
Keberadaan minyak bumi dapat tergambarkan oleh satelit. Gambar dari Terra Energy & Resource Technologies, Inc.
Citra bawah permukaan yang terlihat seperti es krim
mencitrakan apa yang ada di bawah batuan penutup (caprock). Dengan satelit, semua itu dapat dilakukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa STeP® adalah temuan yang sangat radikal karena bisa diprediksi menyaingi teknologi-teknologi lain yang sudah well-established seperti seismik, gayaberat, maupun magnetotelurik. Lalu apa saja yang dapat dilakukan oleh teknologi ini? Pada dasarnya, setiap batuan memiliki nilai densitas, bentuk gelombang dan komposisi batuan yang unik. Ketiga karakteristik ini menghasilkan pola. Pola-pola ini ditangkap oleh satelit dalam bentuk gelombang cahaya, dilihat dari perbedaan panjang dan spektrum warna gelombang cahaya. Singkatnya, beda batuan menandakan beda gelombang cahaya, berarti beda pola. Metode untuk mendeteksi perbedaan pola yang dihasilkan dari perbedaan batuan ini disebut Pattern Recognition. STeP® memanfaatkan peluang tersebut untuk menandai perbedaan litologi pada peta satelit. Hasilnya adalah peta daerah potensial sumber daya alam yang mirip es krim atau “ice cream cones”. Hal yang tidak kalah penting adalah teknik pengambilan foto udara. Sebab kita ingin menghasilkan citra yang akurat dan resolusi tinggi. Jadi, apakah kita potret dari pesawat udara atau satelit? Ada perbandingan menarik mengenai pengunaan LiDAR (Light Detection and Ranging dengan pesawat udara) dan Satellite Imaginary (foto satelit). Keduanya memakai prinsip Light Detection and Ranging dan menghasilkan model terrain digital (MDT). Namun, ada satu keunggulan; Satellite Imaginary lebih akurat 10 cm dibanding LiDAR. Sehingga, teknologi STeP® menggunakan Satelite Imaginary dengan data satelit multispektral diambil dari remote 1.0 (data awan) dan remote 2.0 (data refleksi gelombang cahaya). Hal terlihat pada gambar di samping. Hanya dengan satelit, pencitraan bawah permukaan langsung menampilkan sebaran akumulasi minyak dan gas bumi. Sehingga, eksplorasi dikerjakan tanpa harus mengebor atau pergi ke lapangan survei. Seluruh proses pengambilan data dilakukan dari angkasa. Ini artinya, biaya murah, waktu data akuisisi cepat, bahkan kemampuan pencitraan permukaan bumi baik dan resolusi citra tinggi. Nantinya, hasil ini dapat mendeteksi potensi sumber daya alama terpendam, perubahan densitas dan permeabilitas batuan, apalagi kedalaman sesuai target yang dicapai. Dengan semua keuntungan ini, Teknologi STeP® pastinya merupakan gebrakan baru dan solusi tepat untuk mempermudah dan menyenangkan para eksplorasi sumber daya alam.
34 | La Terre vol.11
Perbandingan LiDAR (Light Detection and Ranging dengan pesawat udara) dan Satellite Imaginary (foto satelit)
Apakah Kamu Tahu ? Terdapat tempat yang dikenal dengan nama Cape Three Point di dekat Teluk Guinea yang juga dikenal dengan sebutan "tempat yang paling dekat dengan antah berantah". Maksud dari sebutan unik ini adalah bahwa tempat tersebut merupakan daratan yang paling dekat dengan laut di mana garis ekuator, 0 derajat garis lintang, bertemu dengan 0 derajat garis bujur. Dengan kata lain, penandaan koordinat di tempat ini adalah 0 derajat dengan 0 derajat
Apakah Kamu Tahu ? Danau terbesar di dunia adalah danau air asin yang dikenal dengan nama Laut Kaspia. Danau tersebut memiliki luas 143.000 mil persegi, dimana luas tersebut lebih besar empat kali dibandingkan danau terbesar kedua di dunia, Danau Superior, yang memiliki luas sekitar 32.000 mil persegi.
Apakah Kamu Tahu ? Dalam menjadi yang tertinggi (dalam konteks ketinggian di atas permukaan laut), Gunung Everest adalah pemenangnya. Namun karena bentuk bumi yang cenderung lonjong pada garis ekuatornya, Gunung Chimborazo di Ekuador merupakan yang paling dekat dengan bulan. Dengan ketinggian 6.263 mdpl (20.458 kaki), Gunung Chimborazo merupakan gunung tertinggi di Ekuador. Chimborazo merupakan titik tertinggi di sekitar ekuator. Walaupun bukan yang tertinggi dari permukaan laut, berkat adanya 'tonjolan' di sekitar garis ekuator, puncak Chimborazo memiliki jarak terjauh dari inti bumi.
43 | La Terre vol.11
45 | La Terre vol.11
46 | La Terre vol.11
hon-pohon yang lebat dan tinggi. Karena hari sudah mulai gelap, kami memutuskan untuk bermalam di pos 2. Esoknya kami melanjutkan pendakian sekitar pukul tujuh pagi dan kami meninggalkan barang-barang kami di tenda. Karena beban bawaan kami jauh lebih ringan dari sebelumnya, kami tiba di pos 3 dengan sangat cepat. Untuk mencapai pos 4 ternyata jalur yang dilalui sangat curam, tetapi untungnya rasa lelah kami saat mendaki ke pos 4 terbayar dengan pemandangan di sana yang sangat memukau. Kami pun melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tiba di puncak sekitar pukul 12 siang. Cuaca kala itu sangat cerah dan panas, sehingga kami tidak berlama-lama di puncak dan langsung menuju warung untuk beristirahat. Setelah kami beristirahat dan mengisi perut, kami pun turun ke pos 2 tempat kami mendirikan kemah semalam. Kami segera membereskan barang kami dan bersiap untuk turun gunung.
P
ada Senin malam tanggal 30 Juli, tujuh orang anggota COI Caldera TERRA memulai perjalanan untuk mendaki Gunung Ciremai. Gunung yang notabene merupakan puncak tertinggi di Jawa Barat ini terletak di desa Linggarjati, Kuningan. Caldera TERRA memulai perjalanan untuk mendaki Gunung Ciremai. Gunung yang notabene merupakan puncak tertinggi di Jawa Barat ini terletak di desa Linggarjati, Kuningan. Dalam usaha kami menaklukkan gunung ini, perjalanan kami dimulai pada dini hari. Untuk menuju jalur pendakian kami harus melalui medan yang sulit dan berkelok-kelok dengan menggunakan truk pick-up. Setibanya di basecamp kami beristirahat sembari menunggu matahari terbit. Sekitar pukul 9 pagi, kami memulai perjalanan naik yang cukup melelahkan. Selama perjalanan hawa dingin dan medan yang cukup menantang sempat membuat beberapa dari kami hampir menyerah, namun
47 | La Terre vol.11
menyerah, namun akhirnya setelah beberapa jam mendaki kami tiba juga di pos lima dan akhirnya kami memutuskan untuk membuat camp di sana karena hari sudah malam. Saat beristirahat kami harus bergantian untuk berjaga karena banyak babi hutan yang berkeliaran dan mengganggu istirahat kami. Bahkan tenda milik pendaki di sebelah tenda kami sampai sempat diseruduk oleh sekumpulan babi hutan. Sekitar pukul 3 pagi, kami memulai perjalanan kamu menuju ke puncak gunung Ciremai. Medan yang kami lalui untuk menuju puncak jauh lebih sulit dibandingkan
medan yang sebelumnya kami tempuh. Udara yang dingin dan debu yang cukup tebal sepanjang perjalanan cukup mengganggu kami, untungnya view bintang pada malam itu dapat mendistraksi kami dari segala gangguan. Kami kembali mendaki sekitar 2.5 jam sebelum akhirnya kami tiba di puncak. Setibanya di puncak, segala rasa lelah kami pun terbayar melihat indahnya sunrise di puncak Ciremai. Setelah kami puas menikmati view di puncak Ciremai, dengan berat hati kami pun memutuskan untuk memulai perjalanan turun untuk kembali ke pos lima
48 | La Terre vol.11
untuk membereskan tenda sebelum kami bergegas untuk pulang.
GEOMODELLING PADUAN SENI DAN GEOFISIKA oleh Rafif A.S dan Defiska A.N eomodelling adalah ilmu terapan yang menciptakan representasi terkomputerisasi bagian dari kerak bumi berdasarkan pengamatan geofisika dan geologi yang dibuat terkait gambaran bawah permukaan bumi. Geomodelling dapat mengintegrasikan subdisiplin ilmu geologi struktural, sedimentologi, stratigrafi, maupun paleoklimatologi. Dalam 2 dimensi (2D), model geologi dibatasi oleh poligon.
Dalam model geologi 3 dimensi (3D) digunakan mesh triangulasi, setara dengan poligon pada unit geologi yang sepenuhnya tertutup. Untuk tujuan pemodelan cairan, volume ini dapat dipisahkan lebih lanjut ke dalam susunan sel, yang sering disebut sebagai voxel (elemen volumetrik). Grid-grid 3D ini setara dengan grid 2D yang digunakan untuk mengekspresikan properti dari permukaan tunggal.
Subsurface Mapping and Spatial Geomodeling Laboratory gambar dari www. galaxy.agh.edu.pl
49 | La Terre vol.11
Geomodelling pada awalnya berkembang pada 1970-an, yang masih terbatas pada teknik kartografi 2D otomatis seperti contouring dengan FORTRAN. Munculnya workstation dengan kemampuan grafis 3D selama tahun 1980-an melahirkan generasi baru perangkat lunak geomodelling dengan antarmuka pengguna grafis yang semakin berkembang selama tahun 1990-an. Geomodelling umumnya digunakan untuk mengelola sumber daya alam, mengidentifikasi bahaya alam, dan mengukur proses geologis, dengan aplikasi utama untuk lapangan minyak dan gas, akuifer air tanah, dan deposit bijih. Sebagai contoh, dalam industri minyak dan gas, model geologi diperlukan
50 | La Terre vol.11
sebagai masukan untuk program simulator reservoir, yang memprediksi perilaku batuan di bawah berbagai skenario pemulihan hidrokarbon. Suatu reservoir hanya dapat dikembangkan dan diproduksi sekali. Oleh karena itu, membuat kesalahan dengan memilih situs untuk pembangunan akan mengakibatkan kerugian. Menggunakan model geologi dan simulasi reservoir memungkinkan untuk mengidentifikasi opsi mana yang menawarkan rencana pembangunan paling aman dan paling ekonomis, efisien, dan efektif.
Dalam geomodelling data mentah dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu data spasial dan data properti. Data spasial berguna untuk membuat model geometri 3D sedangkan data properti digunakan untuk membuat model prediktif. Pemodelan geometri dilakukan dalam dua tahap. Pertama pembuatan framework geologi atau gambaran geologi dibawah permukaan contohnya pembuatan perlapisan batuan, ketidakselarasan dan sesar. Kemudian dilanjutkan dengan membagi tubuh batuan pada framework tersebut menjadi satuan lebih kecil (discretization) yang akan digunakan dalam komputasi model prediktif. Pemodelan prediktif diawali dengan menetapkan properti batuan yang akan ditinjau, kemudian dilakukan perhitungan analisis dalam model numerik pada model geometri yang telah dibagi menjadi satuan kecil. Hubungan antara perhitungan analisis dan discretization ditunjukkan dengan hubungan panah horizontal pada diagram alir. Hasil dari pemodelan prediktif ini adalah visualisasi dari bawah permukaan baik geometri maupun properti batuan. Geomodelling biasa dilakukan oleh seorang ahli geologi dalam suatu perusahaan. Dari awalnya hanya dapat menampilkan model dua dimensi sampai akhirnya berkembang menjadi tiga dimensi dengan berbagai user interface baru yang memudahkan. Perkembangan dalam profesi ini didukung oleh industri minyak dan gas, karena geomodelling sangat dibutuhkan dalam industri tersebut.
Seismic Attribute Analysis and Quantitative Interpretation gambar dari www.geomodelling.com
Ilustrasi produksi gas Pertamina EP Gundih di Blora, Jawa Tengah. Sumber : Antara Foto/Zabur Karuru
carbon capture and
Apa itu Carbon Capture and Storage? Carbon Capture and Storage (CCS) adalah proses menangkap limbah CO2 dari suatu sumber seperti pembangkit listrik berbahan bakar fosil (termasuk dari aktifitas produksi gas alam) dan meyimpannya di sebuah formasi geologi bawah tanah agar dak memasuki atmosfer. Penggunaan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi perhatian Indonesia
53 | La Terre vol.11
diantaranya menjadikan lapangan Gundih sebagai pilot project pengebangan CCS. Proyek ini bermula dari proposal yang diajukan oleh salah satu dosen Teknik Geofisika ITB, Dr.rer.nat. R. Mohammad Rachmat Sule, ST, MT untuk riset SATREPS (Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development). “Dulu saya yang buat proposal dibantu Pak Fatkhan, Bu Santi dan Bu Ningsih. Idenya dari para senior di Teknik Geofisika ITB, Pak Djoko dan Pak Wawan, serta Prof. Toshifumi Matsuoka dari Kyoto University� ungkap beliau.
d storage Oleh: Niken Dyah Arum Sari
Indonesia berencana untuk mengurangi emisi CO2 sebesar 26% pada tahun 2020. Namun, CO2 terus bertambah setiap hari akibat proses produksi. Masalah ini dapat diatasi dengan menciptakan sistem untuk menangkap dan menyimpan CO2 atau yang biasa disebut Carbon Capture and Storage atau CCS .
Proposal riset SATREPS (Science and technology Research Partnership for Sustainable Development) ini dibuat untuk pertama kali pada tahun 2010 dan kemudian disubmit ke Ristek, kemudian di Ristek diseleksi 6 proposal terbaik untuk diteruskan ke JICA. Tujuan dari riset tersebut adalah: 1. Menentukan lokasi terbaik untuk menginjeksikan CO2 ke dalam bumi. 2. Melakukan monitoring CO2 yang diinjeksikan seperti ke mana larinya CO2 tersebut di dalam bumi dan apakah terjadi kebocoran ke atas permukaan.
54 | La Terre vol.11
Pada tahun 2011 riset ini diumumkan sebagai pemenang kompetisi SATREPS. Setelah itu pada tahun 2012 proyek ini dimulai, Pak Rachmat Sule mengangkat dirinya sebagai project manager. “Saya jadi seksi paling sibuk, terus mengangkat diri sendiri jadi project manager, sedangkan project director-nya Pak Wawan, Pak Djoko jadi head of advisory board. Pokoknya sih biar rada keren saja� kata beliau sambil bercanda. Pak Rachmat Sule mengungkapkan bahwa tugas utama dari project manager adalah untuk menjaga agar proyek ini
tetap sustainable. Meskipun dana dari SATREPS project ini besar sekali yaitu sampai dengan 300 juta Yen untuk 5 tahun. Uang tersebut hanya untuk ITB saja sedangkan Kyoto University mendapat 200 juta Yen untuk 5 tahun. Tapi uang tersebut tidak boleh digunakan untuk memberi honor pengurus dan peneliti proyek. Jadi harus mencari dana tambahan untuk accompanying funding jalannya penelitian ini. “Makanya saya sering pergi dalam rangka memperluas network. Project ini boleh dibilang didanai 95% dari Luar Negeri, sedangkan 5% dr Dalam Negeri terutama dana riset dari Ristekdikti.� Selain menjadi project manager Pak Rachmat Sule juga menjadi bagian dari Tim Geofisika bersama beberapa dosen Teknik Geofisika ITB lainnya. Pada awalnya Pak Rachmat Sule mengira porsi Teknik Geofisika dalam proyek CCS ini akan lebih dominan. Namun ternyata setelah dijalankan proyek ini perlu integrasi dengan bidang-bidang lain terutama Teknik Reservoir, Teknik Kimia dan Teknik Produksi. Jadi bukan hanya Teknik Geofisika saja yang berperan dalam proyek ini.
Apakah CCS menjadi solusi utama dari pengurangan emisi karbon? Apakah proyek CCS mendapat dukungan penuh dari pemerintah? Menurut Pak Rachmat Sule pengurangan emisi karbon di Indonesia dari forestry atau kehutanan adalah yang paling utama. Dari sektor energi, konservasi energi dan renewable energy yang utama, akan tetapi presentasenya tetap kecil. Meskipun proyek CCS ini bisa mengangkat Indonesia sebagai negara yang peduli pengurangan emisi karbon dari sektor energi sayangnya pemerintah tidak bisa membantu pendanaan pembangunan pilot project, karena komitmen negara untuk mengurangi emisi karbon sampai dengan 29% pada tahun 2030 bukan dari CCS. CCS termasuk katagori komitmen negara kita dalam pengurangan emisi karbon, jika ada international support. Jadi, meskipun sekarang Gundih CCS Pilot Project menjadi proyek nasional
Dr.rer.nat. R. Mohammad Rachmat Sule ST,MT
akan tetapi negara tidak bisa membiayainya. Tentu saja pemerintah sangat mendukung CCS, selama tidak membebani harga jual energi fosil. Perlu diketahui bahwa CCS hanya menambah cost saja. Negara kita memperbolehkan dirty coal power plant untuk tetap beroperasi tidak perlu dikombinasikan dengan CCS. Pak Rachmat Sule juga mengungkapkan bahwa kemungkinan CO2 Enhanced Oil Recovery yang akan menarik di Indonesia, karena injeksi CO2 ke dalam reservoir untuk pressure maintenance sekaligus menarik oil in place yang sulit dipompa. CO2 yang bercampur dengan oil ternyata membuat oil tersebut lebih mudah diangkat ke permukaan bumi. Saat ini organisasi di ITB diakui sebagai National CoE (Center of Excellence) of Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), yang juga bertugas untuk mempromosikan CCS dan CCUS di Indonesia. Bahkan saat ini sedang dipromosikan menjadi Asean CoE of CCS and CCUS. Pak Rachmat Sule menambahkan bahwa dari point of view subsurface tidak ada yang terlalu istimewa dengan Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Prosesnya mirip seperti eksplorasi di oil and gas. Tapi memberi jaminan tidak ada kebocoran selama injeksi adalah tantangan utama, jika gagal tidak ada artinya
56 | La Terre vol.11
usaha CCS ini. Menurut beliau untuk bidang drilling, Teknik Material, dan Teknik Kimia, justru ini bidang yang sangat menantang, karena bermain dengan teknik-teknik terbaru yang penguasaan teknologinya di Indonesia masih jauh tertinggal. “Kalo buat saya, tantangan terbesar ialah bagaimana memberdayakan SDM di ITB semaksimal mungkin, yang terdiri dari berbagai disiplin keilmuan. Buat saya, bisa bekerja sama dengan experts dari Teknik Kimia, Teknik Mesin, Teknik Perminyakan, Teknik Geologi, Teknik Sipil , Ilmu Komunikasi, dan Ilmu Hukum dalam satu proyek terintegrasi adalah pengalaman langka yang berharga banget.� Pilot project berhasil dioperasikan di lapangan Gundih untuk CCS dan mungkin satu pilot project lainnya tentang CCUS di Beringin atau Sukowati. Full scale dari proyek CCUS di Lapangan Sukowati akan dimulai pada tahun 2028 oleh Pertamina, akan tetapi pilot project di lapangan tersebut sekitar tahun 2022. Setelahnya banyak project CCUS yang beroperasi di Indonesia, sehingga kita bisa mempertahankan produksi minyak sekaligus mengurangi emisi karbon. Pada saat tersebut, teknologi capture seharusnya sudah dikuasai sebagian sehingga cost lebih bisa ditekan dan ketergantungan akan teknologi asing semakin berkurang.
VOLUME XI