Kunjungi kami di http://www.manunggal.undip.ac.id
Polemik UKT Semester 9 Belum Usai Foto:Dokumen Istimewa Uang Kuliah Tunggal (UKT) memunculkan perdebatan di kalangan mahasiswa khususnya angkatan 2013. Mahasiswa mengeluarkan tuntutan keberatan membayar UKT semester 9 secara penuh. Meskipun begitu, pihak Undip tidak akan mengubah peraturan yang sudah ditetapkan negara. Permasalahan mengenai UKT penuh yang dibebankan kepada mahasiswa regu- ler semester 9 tersebut dibenarkan oleh Prof. Muhammad Zainuri, Wakil Rektor (Warek) 1. Dia mengatakan UKT semester 9 untuk mahasiswa biasa sudah menjadi ketetapan. “Kalau untuk mahasiswa reguler kan sudah tidak ada pertanyaan lagi, karena memang di kontraknya begitu. Paket yang dilaksanakan dalam SKS itu dilakukan untuk memberikan suatu pelayanan sesuai dengan kemampuan mahasiswa dibagi dalam semester. Jadi kalau dia (mahasiswa-red) semisalnya lewat dari semester delapan, bayarnya tetap sama,” jelas Prof. Zain. Namun, peraturan tersebut dirasa memberatkan mahasiswa. “Alasan keberatan yang dialami mahasiswa semester 9 angkatan 2013 disebabkan mata kuliah tugas akhir yang hanya diambil mahasiswa di semester tersebut,” jelas Muhammad Burhanudin, Kepala Bidang Kesejahteraan Mahasiswa (Kesma) BEM FT Undip. Sebelumnya, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik (FT) telah melakukan survei kepada 471 responden mahasiswa terkait UKT semester 9. Hasil dari survei tersebut menunjukkan banyak mahasiswa merasa keberatan dengan kebijakan membayar UKT secara penuh bagi mahasiswa S1 semester 8 ke atas dan D3 semester 6 ke atas. “Dari hasil kemarin yang didapatkan memang 98 koma sekian persen mahasiswa enggak setuju. Alasannya sih macam-macam tapi kami (Kesma BEM FT Undip, red) menarik kesimpulan memang kebanyakan enggak setujunya karena mereka hanya mengambil TA saja atau mata kuliah tugas akhir yang hanya empat SKS,” jelas Burhanudin. Tuntutan Pemotongan Biaya UKT Pada Mei lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik (FT) Undip mengada-
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik Undip mengadakan diskusi terbuka mengenai Uang Kuliah Tunggal (UKT) Semester 9 di pelataran GKB FT Undip, Sabtu (10/6).
kan diskusi terbuka. Mengangkat tema “Pendidikan Tingkat Tinggi”, fokus utama diskusi tersebut untuk membahas kesejahteraan mahasiswa serta UKT penuh yang diembankan kepada angkatan 2013 di semester 9. Menanggapi berbagai tuntutan mahasiswa, Prof. Zain mengatakan tidak ada pemotongan UKT semester 9. “UKT itu adalah peraturan yang diberikan oleh pemerintah. Bahwa UKT itu berdasarkan kepada BKT. BKT itu anggaran yang ditetapkan oleh pemerintah. Jadi pemerintah masih memberikan subsidi. Pemerintah saja masih memberikan subsidi, apalagi yang mau dipotong?” ungkapnya. Lebih lanjut, Prof Zain menegaskan UKT yang dikenakan kepada mahasiswa sudah tergolong murah. “Mahasiswa tahun 2013 termasuk angkatan yang beruntung. Kalau sebelumnya sewaktu belum diberlakukan UKT, itu bayarannya malah lebih mahal. Kan ada empat komponen itu dulu. Ada SPP, ada PRKP, ada sumbangan pengembangan institusi (SPI) dan SPMP. Sekarang cuma jadi satu dan lebih murah,” jelasnya. Menurut Prof. Zain, biaya UKT tidak hanya sebagai bagian Satuan kredit semester (SKS) yang wajib dibayarkan, melainkan juga akumulasi biaya umum seperti gaji dosen pembimbing. “Coba cek standar biaya umum. Berapa biaya seorang pembimbing itu, berapa kali dia bimbingan, itu dikalikan. Alokasinya itu 700 ribu/jam. Mahasiswa itu kalau dalam 16 minggu konsultasi terus, itu berarti 1 hari 1 jam totalnya menjadi 16 jam dikali 700, berapa jumlahnya. Masih ada pembimbing satu
EDISI II/TAHUN XVII/12 Juni - 12 Juli 2017
dan pembimbing dua. Kemudian ada panel ujian. Jadi kalau dijumlahkan jauh lebih tinggi daripada UKT,” jelasnya. Tanggapan Mahasiswa Melihat polemik UKT tersebut, salah satu mahasiswa angakatan 2013 mengungkapkan pendapatnya tentang ketidakseragaman fakultas dalam mengeluarkan kebijakan. “Ada fakultas yang kemudian membuka banding, ada pula yang tidak. Jika memang momen kali ini dirasa prematur, harapannya ke depan dapat diadakan kajian dan sosialisasi mengenai transparansi dana universitas sehingga masyarakat kampus paham mengenai kebijakan yg dipilih Undip,” ujar Gina, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia. Sependapat dengan Gina, mahasiswa angkatan 2013 lainnya pun menyatakan bahwa polemik UKT semester 9 ini seharusnya segera ditindaklanjuti oleh pimpinan universitas. “ Harus ada yang bisa memahami situasi dan pimpinan universitaslah yang seharusnya memahami,” ujar Nesa, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional. Selain itu, tambah Nesa, kebijakan mengenai UKT semester 9 pun seharusnya sudah diputuskan dengan pertimbangan aspirasi dari mahasiswa.“Kebijakan yang sudah ditetapkan masih bisa diubah, jika pimpinan universitas menghendaki. Tetapi, pihak universitas belum mau berpihak pada mahasiswa,” jelasnya. (Ulfa)
1
Salam dari Joglo
Problematika Perguruan Tinggi
Polemik tentang Uang Kuliah Tunggal (UKT) seakan tidak pernah berakhir. Jika dulu mahasiswa menuntut untuk mahasiswa baru angkatan 2016 yang dikenai Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI), saat ini mahasiswa menuntut untuk mahasiswa tingkat akhir, yaitu mahasiswa yang ada di semester 9 ke atas. Mahasiswa menginginkan adanya perubahan kebijakan mengenai sistem UKT yang dibayarkan oleh mahasiswa semester 9. Di satu sisi, mahasiswa yang hanya mengambil beberapa mata kuliah Satuan Kredit Semester (SKS) merasa keberatan jika harus membayar UKT secara penuh dalam satu semester, dalih mereka karena UKT yang dibayarkan sesuai dengan kebutuhan mereka menjalankan kuliah di kampus. Namun di sisi lain, pihak rektorat mengatakan UKT yang dibayarkan tersebut tidak hanya untuk per SKS yang diambil saja, melainkan juga untuk membiayai biaya secara umum seperti biaya dosen pembimbing dan panel ujian. Lebih lanjut, peraturan mengenai UKT me-
rupakan peraturan yang sudah ditetapkan oleh Kemenristekdikti sehingga, pihak rektorat tidak bisa mengubahnya. Melihat banyaknya tuntutan serta keluhan dari mahasiswa, pihak rektorat mendirikan suatu tempat khusus untuk menampung keluhan. Hal itu diwujudkan dengan adanya Complain Center, sesuai dengan namanya bahwa program ini merupakan pusat pengaduan dari mahasiswa. Di mana mahasiswa dapat menyampaikan keluh kesahnya terkait dengan masalah – masalah di Undip dan sekitarnya. Complain Center ini pun dimaksudkan agar adanya wadah untuk mahasiswa dalam menyampaikan keluhannya, sehingga tidak perlu diunggah di media sosial yang nantinya dapat menimbulkan masalah baru. Di tengah lika – liku mahasiswa yang menuntut akan adanya kebijakan mengenai UKT semester sembilan, Undip pun tetap melebarkan sayapnya dengan mengadakan International Undergraduate Programme (IUP). Memang IUP ini bukanlah hal yang
baru lagi di tahun ini, karena program tersebut sudah ada sejak tahun lalu namun hanya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Tidak cukup hanya di FEB, Undip pun membuka IUP di Fakultas Teknik (FT) dengan program studi chemical engineering. Meski sudah mengajukan program tersebut sejak awal tahun 2015, namun hal itu baru dapat terwujud pada tahun 2017 ini. Dengan begitu, IUP kini sudah memiliki empat program studi, di antaranya accounting, finance and bussiness, economic, dan chemical engineering. Dengan adanya kelas internasional ini diharapkan mahasiswanya memiliki wawasan Internasional selain dari bidang ilmu yang dipelajari dari kelas tersebut. Dengan demikian mahasiswa pun mampu bersaing di ranah internasional. Semoga dengan rangkaian berita Joglo Pos, mahasiswa Undip semakin mengenal isu-isu dan kebijakan baru di kampus serta berinisiatif membenahi kampus tercinta ini. (Redaksi)
Susul FEB, Teknik Kimia Buka Kelas Internasional Foto:Chami/Manunggal
Dengan pengakuan ASEAN University Network (AUN), program studi (prodi) di Undip dapat membuka Kelas Internasional yang dapat menampung mahasiswa dari luar Indonesia yang ingin berkuliah di Indonesia dengan tingkat kurikulum yang sama dengan beberapa Universitas yang menjadi mitra.
Direktur Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LP2MP), Prof Edy Rianto mengatakan dengan adanya pengakuan Asean University Network (AUN), Teknik Kimia dapat membuka Kelas Internasional atau Internasional Undergraduate Program (IUP) seperti yang terdapat pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB). “2015 awal, kita mengajukan tiga program studi (prodi), yaitu teknik kimia, teknik mesin, ilmu kesehatan masyarakat. Ketiga prodi tersebut mendapat pengakuan AUN,” ujar Prof. Edy saat ditemui tim Joglo Pos pada Rabu (17/5) di kantor LP2MP. Dari Kelas Internasional tersebut, mahasiswa mendapat gelar single degree atau double degree dengan universitas yang menjadi mitra. “Kami punya kerjasama double degree dengan The Hague University, NTUSA Taiwan kemudian ada rencana lagi dengan Inggris,” ujar Ketua Departemen Teknik Kimia, Siswo Sumardiono. Sebelum Kelas Internasional dibuka, Siswo mengatakan ada seleksi dari mahasiswa reguler sebanyak 20 orang untuk dijadikan satu kelas. “Kami sudah menginisiasi setahun sebelumnya, sehingga kami mengambil dari mahasiswa reguler 20 orang dan dosen sudah kita plot untuk menyiapkan diri setahun sebelumnya,” jelas Siswo.
Teknik Kimia merupakan salah satu prodi yang telah mendapatkan pengakuan ASEAN University Network (AUN) sehingga dapat membuka kelas internasional, Rabu (7/6). (Chami/Manunggal)
“Dari pihak jurusan membuka open recruitment (oprec) ada berkas yang harus disampaikan kemudian kita mengajukan diri setelah itu dipilih sekitar 20 orang dari seleksi berkas dan peringkat nilai Indeks Prestasi Komulatif (IPK),” ujar Herlambang, salah satu mahasiswa yang lolos dan berkesempatan masuk dalam kelas tersebut. Tenaga Pengajar Ahli Menurut Prof. Edy, Teknik Kimia telah memiliki banyak tenaga pengajar ahli sehingga dirasa sudah cukup siap untuk melakukan pembelajaran berbasis internasional “Profesor-profesor muda yang berasal dari Teknik Kimia banyak, hal tersebut menunjukkan bahwa mereka para pejuang di bidang keilmuan,” jelas Prof. Edy. Sependapat dengan Prof Edy, Herlambang mengatakan dosen yang mengajar dapat mudah beradaptasi dengan pengajaran berbasis internasional. “Beliau sudah memiliki basic,
EDISI II/TAHUN XVII/12 Juni - 12 Juli 2017
ada yang lulusan dari Malaysia, lulusan dari Jerman, jadi beliau-beliau sudah cakap,” jelas Herlambang. Pendaftaran Kelas Internasional atau IUP ini dilaksanakan oleh Undip dengan adanya jalur penerimaan khusus IUP yang terintegrasi dengan IUP lainnya yang ada di Undip. “Universitas menyelenggarakan jalur penerimaan khusus IUP, ada di FEB dengan program studi accounting, finance and bussiness, kemudian economic ditambah chemical engineering, jadi empat program studi itu seleksinya satu pintu dibawah LP2MP,” jelas Siswo. Prof. Edy berharap lulusan dari Kelas Internasional memiliki wawasan internasional selain dari bidang ilmu yang dipelajari dari kelas tersebut. “Yang jelas mereka bahasa Inggrisnya matang jadi siap untuk berkomunikasi dengan mitranya dari seluruh penjuru dunia tutupnya. (Rivan)
2
BREAK
Masukan agenda Anda lewat twitter: @LPM_Manunggal
Perlunya Peningkatan Kepemimpinan Diri Bagi Pemuda Himpunan Mahasiswa Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) bidang Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (PSDM) mengadakan Inspirative Leadership Forum dengan tema “Membangun Kualitas Pemuda sebagai Penerus Bangsa” yang diselenggarakan pada Minggu (21/5) di Aula FISIP Undip, Tembalang. Acara tersebut mengundang Prof. Sudharto dan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gajah Mada (UGM), Alfath Bagus Panuntun El Nur Indonesia, sebagai pembicara. “Untuk menjadi pemimpin yang berkualitas bukan hanya kecerdasan akal tapi kecerdasan hati dan kecerdasan spiritual,” ujar Alfath. Dalam pemaparannya, Prof Sudharto mengatakan pemimpin diibaratkan dengan filosofi Jawa, yaitu Hasta Brata yang dari bumi, matahari, bulan, samudra, bintang, angin, api, dan air. “Dari sifat-sifat tersebut, pilihlah orang yang terbaik di antara kamu untuk menjadi pemimpin karena dia akan menjadi duta
kamu di depan Tuhan,” ujar Prof. Sudharto. Dalam pengembangan kepemimpinan seseorang, tambah Prof Sudharto, dibutuhkan hardskill dan softskill untuk mengembangkan diri seseorang untuk menjadi pemimpin yang baik. “Pintar dengan ilmu yang seperti ini biasa, tetapi untuk menjadi pemimpin tidak cukup, ini yang dinamakan softskill, ada kemampuan berkoordinasi, kemampuan menyampaikan pendapat, kemampuan bekerja sama,” kata Prof Sudharto. Selain itu, menurut Alfath, ada empat karakter kepemimpinan, yaitu integritas, cendekia, transformatif, dan melayani. “Poin yang kedua, ketiga, dan keempat enggak akan menjadi apa-apa kalau misal integritas enggak jalan, kedua cendekia, kemampuan membaca di lapangan, transformatif bisa memanfaatkan dari teori, dan terakhir melayani masyarakat,” papar Alfath. (Rivan)
Agenda Beasiswa BCA Finance Pendaftaran 20 Mei-31 Juli 2017. Untuk pendaftaran dan info selengkapnya : http://www.bcafinance.co.id/ beasiswa/index2.aspx
Pembac a menyam yang ingin paikan komentar, kelu h saran se an, kritik, atau putar pe rs Undip d apat me oalan di ngirimk pesan l an ewat sm s ke nom 089681 o r 074061
Redaksi Menerima tulisan berupa opini, esai, cerpen, surat pembaca, maupun liputan kegiatan. Tulisan dapat dikirim melalui email ke redaksi@manunggal.undip.ac.id. Redaksi berhak melakukan penyuntingan seperlunya.
Perkembangan Media Sosial, Netizen Harus Miliki Etika Melihat maraknya penggunaan media sosial yang tidak terkontrol, LPM OPINI FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik) mengadakan diskusi dalam sebuah seminar dan talk show yang bertajuk “Etika dan Netizen dalam Etalase Media Sosial” pada Sabtu (27/5) di Auditorium FISIP Undip. Pembicara pertama, Muhammad Roffiuddin, Anggota Komisioner KPUD Jawa Tengah 2017-2020, memaparkan perkembangan media sosial yang begitu dinamis dimana fungsi media sebagai alat penyebar informasi dulu dan sekarang berbeda. “Media sekarang luar biasa dimana semua orang bisa terhubung, dulu berita keluar dari media mainstream seperti TV, radio,” papar Roffiudin. Fenomena tersebut, lanjut Roffiudin, membuat siapa saja bisa menjadi wartawan atau disebut dengan jurnalisme warga. “Esensi dari kenyataan ini berarti kita bisa memproduksi informasi dimana informasi tersebut dapat dinikmati orang lain. Secara umum tujuan sosial media ada tiga yaitu menceritakan diri sendiri seperti selfie, menceritakan lingkungan ruang diskusi, alat kritik,” jelas Roffiudin. Sedangkan pembicara kedua, Wisnu Prasetya Utomo, Peneliti Media Remotivi, men-
jelaskan fenomena peningkatan pengguna media sosial di Indonesia. “Data dari penyelenggara Jasa Internet Indonesia 2015 seba nyak 88 juta pengguna internet di Indonesia, dan di tahun 2017 sekarang sudah mencapai 132 juta pengguna. Sehingga dapat dikatakan 50 % lebih penduduk Indonesia sudah menggunakan internet,” papar Wisnu. Lebih lanjut, Wisnu menuturkan populasi pengguna yang begitu besar membuat media sosial membentuk lingkungan sendiri yang terkotak-kotak dalam ruang-ruang yang berbeda, atau sering disebut dengan bilik gema (Eco Chamber). “Lingkungan yang membentuk bilik tersendiri ini bisa terbentuk atas dasar kesamaan kepentingan, suku, ras, bahkan agama sehingga menyebabkan fenomena hoaks cepat tersebar luas,” jelas Wisnu Dalam etika penggunaan media sosial, tambah Wisnu, harus mencatumkan sumber yang jelas dan fakta yang relevan agar tidak terkena pidana UU ITE. “UU ITE membatasi gerak kita, kecenderungan pengguna meningkat tapi kita punya masalah seperti hoaks dan regulasi yang tidak melindungi kebebasan berekspresi,” jelas Wisnu. (Yana)
Aspal jalan bunderan Undip tolong diperbaiki, terutama yang arah LPPU/ Rusun/ waduk, karena pengerasan aspal yang tersisa kurang dari satu meter, sehingga motor yang mau ke arah jalan tersebut rebutan lewat situ dan bunderan menjadi macet. 08961195xxxx Banyak sekali aksi kumpul-kumpul anak ABG dengan motor modifikasi di Jalan LPPU menuju Rusunawa. Mereka seringkali kebut-kebutan dan mengganggu pejalan kaki. Selain itu, suasana lebih mencekam saat malam karena kurangnya lampu jalan. Teman saya pernah mengalami penjambretan di jalan tersebut juga. Kadang ada patroli dari Polisi, namun saat polisi ada para ABG tersebut kebanyakan seperti hilang. Mohon dari pihak Undip untuk ditertibkan karena mahasiswa di rusunawa khususnya, merasa terganggu dan terancam. 08586971xxxx
Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal Universitas Diponegoro Pelindung: Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum., Penasihat: Prof. Dr. Ir. M. Zainuri, DEA., Dr. Darsono, S.E., MBA., Akt., Dr. Budi Setiyono, S.Sos., M. Pol. Admin., Prof. Dr. Ir. Ambariyanto, M.Sc., Dr. Adi Nugroho Pemimpin Umum: Faqih Sulthan. Sekretaris Umum: Suryaningrum Ayu I. Pemimpin Redaksi: Putri Rachmawati. Pemimpin Litbang: Lilis Sujianto. Pemimpin Perusahaan: Anissa Dyah P. Wakil Pemimpin Redaksi: Aryo Aji A.. Redaktur Pelaksana: Dinda Sukma A. Staf Redaksi: Ulfa Mawaddah A., Yana Laras W. A., Rivan Triardhana P. Redaktur Fotografi: Normawati Susanto. Staf Fotografi: Verensia Audre S., Nur Chamidah. Redaktur Design: Fatma Khosiah. Staf Artistik: Ika Octaviani. Staf Layout: Annisa Zafira, Ayu Muntiah. Manajer Rumah Tangga: Safira Irfani M. Manajer Produksi Distribusi dan Iklan: Ma’ruf Hidayat. Staf Produksi Distribusi dan Iklan: Diyah Ayu C., Dyah Ayu Laras P. Alamat Redaksi, Iklan dan Sirkulasi: Sekretariat LPM Manunggal Student Centre Universitas Diponegoro Jalan Prof Soedarto SH, Tembalang Semarang 50275 Email: persmanunggal@yahoo.com Website: www.manunggal.undip.ac.id
EDISI II/TAHUN XVII/12 Juni - 12 Juli 2017
3
Sorotan
Tampung Keluhan, Undip Dirikan Complain Center Ilustrasi: Ika/Manunggal
Oleh : Yana Widya Astuti
Pihak rektorat bekerjasama dengan BEM Undip akan mendirikan Complain Center yang digunakan sebagai wadah untuk menampung berbagai keluhan yang ada di Undip. Complain Center tersebut rencananya akan diresmikan sebelum pengumuman Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2017 Pagi itu ketika ditemui tim Joglo Pos di ruangan Rektor pada Senin (29/5), Prof Yos Johan Utama, Rektor Undip, mengatakan akan mendirikan unit pengaduan di Undip yang bernama Complain Center. Alasannya, karena banyaknya pertanyaan yang datang terutama terkait mahasiswa baru dengan berbagai keluhannya. “Idealnya sebuah institusi pelayanan harus memiliki unit pengaduan. Hal ini merupakan bagian dari “Good Governence” atau tata kelola yang baik,” ungkap Prof Yos. Artika Nanda, Menteri Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM Undip, mengatakan ide mendirikan sebuah tempat khusus untuk mengadu tersebut muncul ketika audiensi BEM Undip ke rektorat sejak Februari hingga Aprl 2017. “Awalnya complain center ini, kita dari BEM mengaudiensikan ke rektor terkait permasalahan banding UKT yang tidak bisa dilakukan melalui website untuk tahun ini, sebelumnya kita ke WR (Wakil Rektor) II, namun karena keputusannya tidak berubah, kita naik banding ke Pak Rektor,” ujar Artika kepada tim Joglo Pos. Lebih lanjut, Artika mengatakan audiensi tersebut membahas aduan-aduan dari ma-
hasiswa mengenai kesalahan penggolongan UKT, pungutan liar yang dilakukan dosen kepada mahasiswanya, sampai tindakan asusila yang ada di lingkungan Undip. “Sebenarnya permasalahan tidak hanya tentang UKT, Prof Yos juga mengatakan punya masalah yang sama, seperti pelecehan seksual yang pernah terjadi di Undip,” tambah Artika. Sehingga dari alasan tersebut, disepakati terbentuknya Complain Center untuk mewadahi keluhan-keluhan yang ada agar segera mendapatkan tindak lanjut terutama dari pihak rektorat. Kantor Complain Center sendiri direncanakan akan ditempatkan di gedung Undip Career Center (UCC), namun karena beberapa pertimbangan sampai sekarang belum ada kejelasan gedung yang akan digunakan untuk Complain Center. “Untuk tempat sendiri awalnya direncanakan di UCC lantai 2, namun kami dan Prof Anis selaku penanggung jawab yang ditunjuk Prof Yos masih mencari tempat yang lebih layak dari sebelumnya,” jelas Artika. Mekanisme Pengajuan Keluhan Artika menjelaskan terdapat dua cara pengajuan pelaporan keluhan yaitu langsung datang ke kantor pusat Complain Center atau melalui email yang disediakan di web undip. “Cara pelaaporan keluhan sebenarnya ada dua nantinya yaitu melalui kantor Complain Center dan email yang ada di website Undip,” jelas Artika. Ketika ditanya mengenai penanganan pelaporan, Prof Yos mengatakan bahwa segala keluhan yang datang akan ditampung di Complain Center. “Ada orang yang melapor di situ langsung report kepada saya, kalau nggk bisa diselesaikan oleh pihak Complain Center saya yang akan langsung turun tangan,” jelas Prof Yos. Hal tersebut, lanjut Prof Yos, dilakukan
EDISI II/TAHUN XVII/12 Juni - 12 Juli 2017
agar pelaporan juga cepat ditangani sehingga permasalahan keluhan segera mendapatkan solusi. Untuk pelayanan awal, Complain Center masih akan berfokus pada mahasiswa baru. “Diharapkan mahasiswa maupun sivitas akademika Undip memiliki wadah yang jelas untuk menampung keluh kesah mereka, dan tidak menuangkannya ke dalam media yang salah yang justru akan menimbulkan propaganda yang dapat memunculkan permasalahan baru,” papar Artika.
Bang Jo Polemik UKT 9 Belum Usai Mau sampai season berapa? Susul FEB, Teknik Kimia Buka Kelas Internasional
Semoga lebih baik, tidak hanya sekedar menyusul Tampung Keluhan, Undip Dirikan Complain Center
Jangan cuma ditampung
4