Edisi I Tahun XVII November 2017
Manunggal
1
Salam Redaksi Hidup pers mahasiswa! Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya kami tim Tabloid LPM Manunggal tahun 2017 telah menunaikan salah satu hajat besar terhadap sivitas akademika Undip. Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahnya Tabloid LPM Manunggal Edisi I tahun XVII April 2017 telah terbit dan dapat hadir di hadapan para pembaca sekalian. Dengan terbitnya produk Tabloid pertama kami di tahun ini, LPM Manunggal berharap dapat terus memberikan informasi teraktual seputar kampus dan sekitarnya yang akan selalu kami sajikan kepada para pembaca. Sebagai salah satu kampus terbesar di Indonesia, Undip memiliki kewajiban dan wewenang un-
tuk mencetak generasi penerus bangsa yang tidak hanya peka, namun juga tanggap dalam berba gai macam permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini, mahasiswa sebagai seorang akademisi memiliki kewajiban untuk mengamalkan tiga pilar perguruan tinggi, utamanya dalam poin ke-3 mengenai pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, untuk menyambut edisi pertama pada tahun ini LPM Manunggal menyuguhkan sajian utama mengenai peran mahasiswa dalam permasalahan sosial di masyarakat. Dalam penelusurannya, selain menerapkan sistem KKN setiap tahunnya untuk menerjunkan langsung para mahasiswanya dalam permasalahan di masyarakat, Undip juga terus giat melakukan upaya-upaya dalam mencetak generasi yang tidak hanya kritis, namun juga solutif
dan pro aktif dalam bentuk permasalahan sosial di masyarakat sekitar. Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal UniDalam upaya meningversitas Diponegoro katkan kualitas pendidikan Pelindung: tersebut, tersirat kabar Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum., mengenai pembangunan Penasihat: gedung baru Fakultas Psi- Prof. Dr. Ir. M. Zainuri, DEA., Dr. Darsono, S.E., MBA., Akt., Dr. kologi yang tengah ber- Budi Setiyono, S.Sos., M. Pol. Admin., Prof. Dr. Ir. Ambariyanto, langsung tahun ini. Proyek M.Sc., Dr. Adi Nugroho pembangungan gedung Pemimpin Umum: tujuh lantai tersebut seFaqih Sulthan. lain untuk meningkatan kualitas pendidikan mahaSekretaris Umum: siswa, juga dilakukan unSuryaningrum Ayu I. tuk memberikan fasilitas Pemimpin Redaksi: baru dan yang dirasa kuPutri Rachmawati. rang pada gedung sebelumnya. Pemimpin Litbang: Terakhir tapi tidak kaLilis Sujianto. lah penting, pembaca sePemimpin Perusahaan: tia LPM Manunggal yang Anissa Dyah P. tertarik dengan wisata yang menyuguhkan iklim Wakil Pemimpin Redaksi: edukasi bisa berkunjung Aryo Aji A. Redaktur Pelaksana Tabloid : Moch. Fajrin Ardhi P. ke museum Patiayam di Staf Redaksi Tabloid : Usaina Mutmutya Arba, Amalia Nur Pati, Jawa Tengah yang Intan P., Iga Tikah Rilanti. menyuguhkan keunikan Redaktur Fotografi: Normawati Susanto. fosil-fosil wilayah pantura Staf Fotografi: Verensia Audre S., Nur Chamidah. zaman purbakala. Lebih Redaktur Design: Fatma Khosiah. Staf Artistik: Ika Octaviani. lengkapnya, silahkan lihat Staf Layout: Annisa Zafira, Ayu Muntiah. di rubrik Perjalanan! Akhir Redaktur Pelaksana Cyber News : Jazaak Firdaus Syafaat . kata, selamat asyik mem- Reporter Cyber News : Kadek Delia Arisani., Dana Yuli Agustibaca! na., Rahmat Septiandendi.
Surat Pembaca Undip: Kurang Penerangan, Kurang Ramah Sebagai mahasiswa baru, saya merasakan bagaimana berbagai fasilitas di Undip sebenarnya sudah cukup lengkap dan memadai. Sayangnya, beberapa tempat di Undip saya rasa masih terlalu gelap saat malam tiba, dalam artian kurang penerangan sehingga rawan menimbulkan tindakan kejahatan. Di samping itu, beberapa karyawan yang bertugas juga kurang ramah saat melayani mahasiswa, sehingga tak jarang membuat mahasiswa merasa takut untuk bersuara. Terkhusus untuk para mahasiswa baru seperti saya yang notabene masih dalam proses adaptasi, hal tersebut tentu tak membuat saya merasa nyaman. Dwi Agustina Fakultas Kesehatan Masyarakat
Redaktur Pelaksana Joglo Pos : Dinda Sukma A. Reporter Joglo Pos : Ulfa Mawaddah A., Yana Laras W. A., Rivan Triardhana P. Redaktur Pelaksana Majalah : Amalia Safira Ashidiqi. Reporter Majalah : Sri Wilda A., Diah Fatimatuzzahra., Irfan Lukmanulhakim. Kadiv Kaderisasi: Yunita Mahda Sari. Staf Kaderisasi: Verawati Meidiana., Annisa Rachmawati., Desmonda Fara W. Kadiv Data dan Informasi: Fini Septiani Staf Data dan Informasi: Dimas Indrapermana, Deni Sanjaya Kadiv Jaringan Kerjasama: Hamid Safrijal Staf Jaringan Kerjasama: Anastia Afika R., Nanik Nurhana Manajer Rumah Tangga: Safira Irfani M. Manajer Produksi Distribusi dan Iklan: Ma’ruf Hidayat. Staf Produksi Distribusi dan Iklan: Diyah Ayu C., Dyah Ayu Laras P. Manajer EO: Dwi Harti P Staf EO: Mutia Larasati., Tsaqifa Zaina T., Naufal Afif. Alamat Redaksi, Iklan dan Sirkulasi: Sekretariat LPM Manunggal Student Centre Universitas Diponegoro Jalan Prof Soedarto SH, Tembalang Semarang 50275 Email: persmanunggal@yahoo.com Website: www.manunggal.undip.ac.id
GONG
komik: Fira/Manunggal
Implementasi Peran Mahasiswa Terhadap Masyarakat Semoga bisa mengurangi ya, bukan malah menambah masalah~ Psikologi Dirikan Gedung Baru 7 Lantai Kualitas pendidikan juga harus ditingkatkan! Ojek Online Masuk Undip Wah, ada “penghijauan�!
Redaksi menerima tulisan berupa opini, esai, puisi, cerpen, surat pembaca dan akademika. Tulisan diketik rapi dengan spasi 2,dan maksimal 3 folio. Redaksi berhak melakukan penyuntingan naskah seperlunya. Tulisan dapat dikirim melalui e-mail ke redaksi@manunggal.undip.ac.id atau persmanunggal@yahoo.com
2
Manunggal
Edisi I Tahun XVII November 2017
Pemuda dan Masa Depan Bangsa Oleh: Anissa Dyah Pertiwi* Berbicara tentang pemuda dan masa depan bangsa, hal yang langsung terbayang di benak adalah mahasiswa dan peranannya dalam masyarakat. Bila dilihat dari tingkatan pendidikan, mahasiswa berada pada tingkatan tertinggi setelah melewati jenjang SD, SMP, dan SMA. Berada di posisi tertinggi bukan berarti mahasiswa lantas berbangga diri dan melupakan tuntutan yang sebenarnya melekat padanya bersamaan dengan status yang disandangnya. Mengutip petuah Ben Parker kepada Peter Parker dalam film Spiderman 3, with great power comes great responsibility yang bermakna bahwa semakin tinggi tingkatan seseorang, semakin banyak pula tanggung jawab yang diembannya. Power di sini meliputi banyak hal, tidak hanya dari segi keilmuan, namun juga termasuk diantaranya kedewasaan dan kemampuan berpikir kritis yang diharapkan masyarakat dapat memunculkan ide-ide segar maupun solusi atas permasalahan bangsa di kemudian hari. Kemudian mucul pertanyaan, apa saja peranan yang harus dipahami kita sebagai mahasiswa?
Peran mahasiswa, menilik dari Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi tiga hal, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pendidikan memiliki makna yang luas. Tidak hanya me- nyangkut proses pembelajaran di dalam ruang kuliah, namun juga di luar ruang kuliah. Mahasiswa dalam menjalankan perannya dalam hal pendidikan diharapkan mampu pro aktif dan memiliki semangat serta daya juang untuk memperkaya wawasan, sehingga ilmu yang diserap di perguruan tinggi dapat menjadi maksimal dan menjadi manfaat. Tidak perlu mengambil contoh yang rumit-rumit. Berangkat dari contoh yang paling sederhana saja, yakni menumbuhkan kebiasaan baik untuk senang membaca. Seperti kata Bung Hatta, “Aku rela dipenjara asal bersama buku.� Bila makanan dapat dicerna menjadi energi untuk tubuh, maka buku akan menjadi nutrisi sehat bagi otak. Selanjutnya adalah penelitian. Inovasi dan kreasi adalah produk unggulan dari akal. Mahasiswa diharapkan mampu menjangkau ranah-ranah penelitian yang khususnya membawa kebermanfaatan bagi masyarakat dan kemajuan untuk bangsa. Banyak
wadah yang dapat dimanfaatkan mahasiswa untuk meningkatkan kapasitasnya. Mencari solusi atas permasalahan yang ada menjadi goal dalam bidang penelitian. Sudah saatnya mahasiswa mengambil peranannya dalam upaya meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian. Yang ketiga adalah peran mahasiswa dalam pengabdian masyarakat. Masyarakat secara tidak langsung menaruh harapan besar pada mahasiswa dan menantikan adanya perubahan kearah yang lebih baik dalam setiap sendi-sendi kehidupan. misalnya melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Program KKN yang diselenggarakan perguruan tinggi dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai ajang pembelajaran bagi mahasiswa untuk melebur dan berkerjasama dengan masyarakat untuk memecahkan persoalan yang ada. Pengabdian masyarakat tidak terbatas pada program KKN saja. Banyak komunitas sosial di luar kampus yang bisa diikuti mahasiswa untuk menumbuhkan dan meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap sekitar. Yang perlu digaris bawahi ada-
lah bahwa inti dari pengabdian masyarakat bukanlah bagaimana mahasiswa menjadi sosok yang hebat dan diagung-agungkan dalam masyarakat, namun lebih kearah bagaimana mahasiswa mampu diterima dan membawa kebermanfaatan dalam bermasyarakat. Ketiga poin dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut diharapkan menjadi kesatuan yang harmonis dalam pribadi mahasiswa, bukan dipisah dan dibeda-bedakan antara satu dengan yang lain. Sehingga, apa yang diharapkan oleh masyarakat terhadap mahasiswa diharapkan dapat terwujud. Terakhir, siapkah kita sebagai mahasiswa membantu menjawab tuntutan yang ada dan berusaha mewujudkan masa depan yang lebih baik? Ataukah kita hanya akan sibuk dengan kesenangan pribadi dan menjadi apatis terhadap perubahan? *) Pemimpin Perusahaan LPM Manunggal Universitas Diponegoro
OPINI Mahasiswa dalam Bingkai Permasalahan Sosial Oleh: Kholidin S.Kom. M.Kom*
permasalahan di masyarakat, di antaranya membentengi diri dengan perilaku yang bertentangan dengan masyarakat sekitar. Kehidupan pergaulan antar mahasiswa dan masyarakat perlu disinergikan, baik menyangkut kebebasan perilaku sosial maupun agama agar tercipta suatu kondisi yang harmonis dan kondusif. Di lain sisi, dalam penggunaan teknologi informasi, perlu ada upaya membatasi dan me nyaring informasi, khususnya yang dapat memperkeruh kondisi tidak baik dalam bersosial dan bernegara. Penyalahgunaan teknologi tersebut mampu memicu kebebasan penggunaan dan pembelian obat-obat terlarang yang semakin hari semakin mudah didapatkan melalui pasar yang ada, sehingga seolah-olah tak ada batasan dalam penggunaan obat-obatan yang bersifat merusak. Perlu ada kekritisan dan upaya mahasiswa untuk memberikan solusi, saran, dan masukan berdasarkan data-data dan informa-
Edisi I Tahun XVII November 2017
si yang relevan dan akurat. Selain itu, luangnya waktu setelah melakukan proses pembelajaran di kampus dapat diisi dengan terjun aktif ke masyarakat sebagai bentuk kecerdasan sosial dengan mencoba mendekati regulasi pemerintahan dan swasta sebagai upaya pengembangan kecerdasan individu. Perubahan pola pikir mahasiswa yang dapat berperan aktif dalam upaya dan keikutsertaan di masyarakat, didukung dengan sifat dan sikap kritis sebagai agen perubahan sosial, mampu digunakan mengkritisi bentuk kebijakan negara yang terkadang kurang pro rakyat. Andil dari para mahasiswa memiliki pengaruh yang terbilang cukup signifikan dalam menyelesaikan bentuk permasalahan sosial di masyarakat. Karakter mahasiswa yang cenderung ingin tampil aktif dan idealis dapat mendorong kreativitas dalam mengubah atau sedikit mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sehingga terdapat
kontrol yang berkesinambungan dengan lembaga-lembaga lain. Program-program pengabdian terhadap masyarakat yang dilakukan mahasiswa sebagai bagian dari proses belajar mengajar atau pembelajaran dapat menjadi wadah untuk mengaktualisasikan diri dalam bidang ilmuilmu yang ditekuni di kampus dan dari dosen-dosen yang memiliki kompetensi yang selaras. *) Dosen Manajemen Perusahaan Sekolah Vokasi Foto : Dokumen Pribadi
Perkembangan teknologi semakin membuat sifat individualis muncul dan menjadikan adanya kesenjangan dalam pergaulan di masyarakat. Peran serta mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa sangat diperlukan. Hal tersebut berkaitan dengan salah satu peran dalam Tridharma Perguruan Tinggi berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Perguruan Tinggi yang memiliki peran strategis untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional. Mahasiswa sebagai seorang individu dalam proses mendewasakan diri, baik dalam segi akademik maupan sosial kemasyarakatan membutuhkan wadah sebagai bagian dari bentuk pola pembelajaran serta peran dalam bermasyarakat. Kondisi atmosfer dalam pendidikan akademik pada praktiknya tak jauh berbeda dengan pola kehidupan di masyarakat luas. Terdapat beberapa peran penting yang dapat mahasiswa lakukan dalam menyelesaikan
Manunggal
3
Implementasi Peran Mahasiswa terhadap Masyarakat Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 1 Ayat 9, Tridharma adalah kewajiban perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
Bukan sekadar visi, Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi mahasiswa adalah sebuah tanggung jawab yang idealnya wajib untuk dilaksanakan. Peran dosen dan sivitas akademika juga sangat diperlukan dalam implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut. Terdapat tiga poin yang tertera dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Poin pertama menjelaskan bagaimana perguruan tinggi menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, menyusun kurikulum dengan memerhatikan kepentingan dan keunggulan komparatif serta perkemba- ngan ilmu pengetahuan dan tek- nologi. Selanjutnya, poin kedua menjelaskan sebuah penelitian sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman serta pengujian suatu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan poin ketiga, memberikan penjelasan mengenai kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Ketiga poin ini saling berkaitan satu sama lain. Dengan kata lain, apabila terdapat salah satu poin yang tidak berjalan dengan baik, maka poin yang lain pun tidak akan mampu berjalan dengan lancar. Wawasan serta ilmu yang diperoleh dari poin pertama yakni pendidikan, nantinya akan digunakan untuk kebutuhan poin kedua yaitu penelitian. Adapun, dengan ilmu yang dikembangkan melalui penelitian pada akhirnya akan dimanfaatkan dalam pengabdian di masyarakat. Apabila terlaksana dengan baik, ketiga poin yang berkesinambungan ini akan membawa perubahan pada masyarakat yang lebih maju dan sejahtera. Berbicara mengenai pengabdian masyarakat, terdapat beberapa pemahaman bagaimana pengabdian masyarakat seharusnya diimplementasikan oleh ma-
4
Manunggal
hasiswa dalam kehidupan masyarakat. Pengabdian masyarakat oleh mahasiswa dapat dipahami sebagaimana mahasiswa berperan sebagai penyambung lidah rakyat atau penghubung antara masyarakat dengan pemerintah. Mahasiswa memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah, mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil, serta membela kepentingan rakyat dengan menjunjung tinggi moral dan etika pendidikan. Mahasiswa juga memiliki andil besar terhadap masyarakat dalam menghadapi berbagai isu maupun persoalan sosial. Berbagai persoalan dalam keseharian masyarakat sejatinya memerlukan pemikiran kritis mahasiswa sebagai salah satu bentuk upaya penyelesaian masalah. Tak hanya itu, mahasiswa dapat dikatakan pula sebagai salah satu agent of change yang mana merupakan istilah yang merujuk kepada mahasiswa sebagai pembawa perubahan terhadap dinamisasi permasalahan dalam kehidupan sosial di masyarakat. Mahasiswa tidak bisa lepas dari masyarakat. Setidaknya, dalam satu hari mahasiswa akan berinteraksi dengan masyarakat, bahkan turut berperan dalam interaksi sosial di masyarakat. “Mahasiswa berperan sebagai agen perubahan di masyarakat sekitar, bisa bermanfaat di masyarakat. Tidak perlu muluk-muluk menyelesaikan masalah yang sangat luas di Indonesia, tetapi coba selesaikan permasalahan di masyarakat sekitar. Banyak permasalahan sosial yang terjadi di masayarakat yang belum terselesaikan,” ujar Sigit Widi Prasetyo, mahasiswa Fakultas Hukum 2014 yang juga berperan sebagai Ketua UKM Peduli Sosial. Selain itu, seorang mahasiswa harus memiliki rasa empati terhadap permasalahan sosial di masyarakat. Sigit mengungkapkan kalau hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah maupun non-pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat, hal tersebut dirasa masih kurang. “Mahasiswa harus ikut bergerak menyelesaikan permasalahan sosial tersebut kare-
na mahasiswa berperan sebagai kaum intelektual muda harus mampu kritis, solutif, dan tanggap dalam menangani permasalahan tersebut,” jelas Sigit. KKN sebagai Bentuk Pengabdian Masyarakat Pemahaman lain berkenaan dengan pengabdian masyarakat adalah lebih kepada praktik sosial dengan terjun langsung dalam masyarakat. Wujud nyata dari praktik tersebut dapat dilakukan melalui sosialisasi, bakti sosial, mengabdi sebagai pengajar di daerah-daerah terpencil, maupun dengan menyelenggarakan acara-acara lainnya yang mampu memberikan manfaat dalam kesejahteraan masyarakat. Pemahaman akan pengabdian masyarakat dengan terjun langsung ke dalam masyarakat inilah yang paling sering dilakukan oleh mahasiswa dewasa ini. Berbicara mengenai pelaksanaan pengabdian di masyarakat, Universitas Diponegoro (Undip) telah mengatur hak dan kewajiban mahasiswa dalam Peraturan Akademik (Perak). Di dalam Perak tersebut diatur mengenai pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Di mana pada poin ketiga Tri dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Pada prakteknya, Undip mewajibkan setiap mahasiswa yang mengambil program Strata 1 (S1) untuk melakukan Kerja Kuliah Nyata (KKN). Tujuan diadakannya hal tersebut untuk memberikan pengalaman dan wadah kepada para mahasiswa dalam menangani permasalahan sosial, ekonomi, dan sebagainya yang terjadi di lokasi KKN. Lebih dari itu, Undip tidak mewajibkan mahasiswanya untuk melakukan aktivitas pengabdian masyarakat dalam bentuk lainnya. Padahal, salah satu peran mahasiswa sebagai agen perubahan seharusnya bisa lebih ditonjolkan di dalam praktik pengabdian masyarakat. Hal ini juga berlaku dalam isu-isu umum yang terjadi di masyarakat. Prof. Muhammad Zainuri, Wakil Rektor I, menjelaskan KKN merupakan implementasi keilmuan dan teknologi yang diperoleh dari
kurikulum dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). KKN juga sebagai kegiatan mahasiswa yang bersifat pengembangan karakter kepribadian mahasiswa itu sendiri. “Untuk mahasiswa, poin ketiga Tri dharma Perguruan Tinggi dijabarkan dalam bentuk akademik, yaitu dalam bentuk KKN dan kegiatan mahasiswa, yaitu berupa UKM,” jelas Prof. Zainuri. Selain itu, melalui program KKN tersebut mahasiswa juga dapat menjadi pemerhati dinamika masyarakat. KKN juga merupakan wadah untuk pengembangan kompetensi keilmuan. Sigit mengungkapkan berdasarkan data terakhir, pengabdian masyarakat di Undip menduduki peringkat satu se-Indonesia. “Antusiasme masyarakat Undip untuk melakukan pengabdian sudah tinggi,” ungkapnya saat ditemui reporter Tabloid LPM Manunggal di sekretariat UKM Peduli Sosial. Hal tersebut juga diungkapkan Prof. Zainuri bahwa pengabdian mahasiswa Undip terhadap masyarakat dinilai sudah sangat baik. “Setiap UKM mendapatkan pendanaan, izin penelitian, dan jadwal. Mulai dari lomba yang bersifat prestatif, pembentukan kepribadian, karakter, semua diberikan kesempatan yang sama,” ujar Prof. Zainuri. Meskipun Undip menempati peringkat pertama dalam pengab dian masyarakat, tidak dipungkiri bahwa masih ada mahasiswa yang kurang memiliki rasa empati terhadap permasalahan sosial di masyarakat. Salah satu penyebab kurangnya rasa empati mahasiswa adalah pribadi mahasiswa itu sendiri yang tidak sadar dengan lingkungan sekitarnya. “Tergantung pribadi masing-masing. Contohnya saja masih ada mahasiswa yang merokok sembarangan di SC (Student Center) dan fakultas-fakultas. Padahal di SC dan beberapa fakultas, mahasiswa sudah dilarang untuk merokok sembarangan,” ungkap Sigit. Menanggapi kondisi tersebut, Sigit berpendapat agar mahasiswa yang sudah sering melakukan pengabdian masyarakat dapat mengadakan kegiatan-kegiatan sosial dan memberikan contoh kepada mahasiswa agar lebih mengasah kepekaan terha-
Edisi I Tahun XVII November 2017
dap permasalahan sosial di masyarakat. Sedangkan, menurut Prof. Zainuri meningkatkan rasa empati mahasiswa terhadap permasalahan sosial tetap disesuaikan dengan proporsi kurikulum. “Berdasarkan standar lama terdapat mata kuliah pembentukan kepribadian dan aplikasi teknologi masyarakat. Kalau mahasiswa masih merasa kurang, ada organi sasi kemahasiswaan dan mimbar akademik. Tergantung dengan inisiatif mahasiswa sendiri,” jelasnya. Mahasiswa yang peduli terhadap permasalahan sosial dan melakukan pengabdian masyarakat memang tidak mendapatkan bentuk imbalan secara fisik. Namun, tambah Sigit, dengan berempati terhadap permasalahan sosial di masyarakat, mahasiswa dapat meningkatkan jiwa sosial dan kepekaan terhadap lingkungan di sekitarnya. Peran Mahasiswa Terhadap Masyarakat Mahasiswa merupakan garda terdepan dalam perubahan bangsa. Dalam upaya mencapai cita-cita suatu bangsa, peran pemuda diharapkan dapat menjadi karakteristik yang baik bagi Indonesia. Ada pun kriteria yang harus dimiliki oleh mahasiswa adalah berperan aktif dalam ma-
syarakat. Seperti banyaknya permasalahan sosial di mayarakat yang masih belum terselesaikan, hal tersebut terjadi lantaran kurangnya keikutsertaan mahasiswa yang seharusnya dapat lebih banyak berkontribusi dalam penanganan atau memberi dukungan kepada masyarakat. Menanggapi hal tersebut, mahasiswa jurusan Sastra Jepang 2014, Ichsan Gifari mengatakan bahwa mahasiswa sebagai agent of change dan generasi penerus bangsa, memiliki pengaruh yang signifikan sebagai solusi untuk masalah dalam masyarakat. “Mahasiswa bisa menjadi solusi untuk masalah yang ada. Namun, ketika sumber daya ini tidak dilatih sebaik mungkin maka output-nya pun tidak akan maksimal. Oleh karena itu, alangkah baiknya kesempatan yang telah diberikan oleh Tuhan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh mahasiswa untuk mencari ilmu dan berbagi ilmu kepada orang-orang di sekitar kita maupun dunia,” ungkap Gifar. Meskipun demikian, adanya kendala yang dialami oleh sebagian besar mahasiswa dalam pengabdiannya kepada masyarakat dapat dikatakan sama. Gifar mengatakan ketika melakukan pengabdian di lingkungan masyarakat, mahasiswa hanya melakukan apa yang ingin dilakukan tanpa memahami masalah
yang sebetulnya harus dilakukan. “Oleh karena itu, sangat dibutuhkannya Focus Group Discussion untuk mengkritisisasi suatu program agar dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan kebutuhan di daerah tujuan. Karenanya, diperlukan komunikasi yang baik antara anggota tim maupun dengan warga daerah setempat,” tutur Gifar yang pernah menjadi pengendali Internal BEM FIB Undip. Untuk mencapai keadaan sosial yang seimbang, mahasiswa perlu turun tangan untuk membantu memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut. Artinya, mahasiswa dituntut untuk peka dengan apa yang akan terjadi dan apa yang sedang terjadi pada masyarakat. Pengalaman tersebut dirasakan oleh salah satu mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Rizki Nursistian 2014. “Jadi, yang harus dilakukan pertama kali oleh mahasiswa yaitu peka terhadap segala hal yang sedang terjadi di masyarakat. Renungkan dan diskusikan dengan mereka serta mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Baru kemudian melakukan aksi yang benar-benar berpihak kepada mereka.Diharapkan mahasiswa mampu membantu masyarakat serta sebagai agen penggerak dalam perubahan bangsa,” jelas Rizki.
Mahasiswa dapat bertindak sesuai kapasitasnya dalam meng hadapi berbagai permasalahan sosial yang ada di dalam masyarakat, tidak perlu harus mengorbankan identitasnya sebagai mahasiswa, akan tetapi me ngoptimalkan perannya sebagai mahasiswa itu sendiri. Menurut Gifar, ada banyak sekali isu-isu yang terjadi di masyarakat mulai dari yang kecil hingga berskala global yang membutuhkan sumbangsih tenaga dan pikiran mahasiswa sehingga dapat membantu menyelesaikan akar permasalahan yang terjadi. “Menurut saya, dalam mengab di tidak ada kata peran mahasiswa yang ideal, karena dalam penerapan pengabdian itu sendiri setiap orang melakukannya dengan caranya masing-masing. Dalam lingkup kecil maupun besar. Membantu seorang individu ataupun masyarakat. Mengabdi sendiri tidak terbatas hanya di dalam negeri saja. Menjadi perwakilan universitas dan Indonesia dalam ajang perlombaan maupun cultural exchange merupakan sebuah upaya mahasiswa untuk mengabdi kepada negaranya.” tutur Gifar. (Iga, Amal, Mutya)
Selamat dan Sukses! Redaktur Desain 2016
Atina Maria, S.Si
Redaktur Pelaksana Majalah 2015
Edisi I Tahun XVII November 2017
Destri Dela, S.Hum
Slamet Adi Nurrokhim, A.Md
Staf Artistik 2015
Manunggal
5
Kemudahan Berkendara yang Dipilih Mahasiswa Kemudahan transportasi merupakan salah satu faktor penting yang dicari oleh mahasiswa, terutama untuk mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Hadirnya ojek online yang memiliki akses cepat dan mudah menjadikan mayoritas mahasiswa mulai menggunakan alternatif kendaraan lain menuju kampus.
Foto : Norma/Manunggal Para driver ojek online sedang menunggu para penumpang di kompleks Universitas Diponegoro (Norma)
Maraknya fenomena ojek online ini bermula ketika aplikasi transportasi umum berbasis ojek motor diperkenalkan ke publik. Beberapa aplikasi untuk transportasi kini marak digunakan, seperti Gojek dan GrabBike, kian mendominasi di berbagai sudut kampus Undip. Mulai dari mahasiswa, dosen, hingga masyarakat umum tanpa terkecuali kerap menjadikan aplikasi sekali pesan jalan ini menjadi alternatif berkendara, baik itu untuk berpergian ke kampus maupun untuk melakukan pesan antar barang. Reporter Tabloid melakukan penelusuran ke beberapa driver Gojek dan GrabBike yang tersebar di berbagai wilayah Undip guna mencari tahu respons para driver terhadap maraknya penggunaan aplikasi ojek online di kampus. Agus Setiawan (29), seorang driver Gojek yang telah berkecimpung di usaha gojek online selama kurang lebih 8 bulan, mengatakan selama kurun waktu kurang dari setahun, pesanan ojek online deng-an animo terbanyak berasal dari wilayah sekitar Undip.
6
Manunggal
“Banyak Mas, banyak sekali malahan. Meskipun jalannya deket, gitu mesti pada naik, atau enggak pada males keluar nyari makan mereka (mahasiswa Undip, red) pesan transportasi online. Untuk di Undip ini sebenarnya saya baru beberapa bulan. Seharinya bisa dapet sekitar 14 orang,” ujar Agus. Agus menerangkan bahwa pekerjaannya sebagai seorang ojek online bukanlah pekerjaan utamanya. Pada survey dan wawancara yang telah dilakukan oleh Reporter Tabloid, mayoritas pengendara ojek online di Undip menjadikan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan sampingan pengisi waktu luang. Bertambahnya homogenitas ojek online di Undip, tidak lain juga dipengaruhi oleh makin mudahnya akses informasi saat ini di mana pengguna cukup memesan melalui aplikasi yang bisa diunduh di PlayStore. Mayoritas pengguna ojek online Undip, utamanya para mahasiswa berpendapat bahwa kelengkapan fitur ojek online yang variatif dan tarif yang terjangkau dan mam-
pu bersaing dengan transportasi umum lainnya menyebabkan penggunaan transportasi modern ini digandrungi oleh masyarakat. Tata, mahasiswa jurusan Administrasi Bisnis Undip yang sering menggunakan aplikasi ojek online, mengatakan sangat nyaman menggunakan transportasi tersebut guna mengantarkannya kuliah sehari-sehari. Selain dinilai murah, Tata beranggapan bahwa ojek online lebih mudah diandalkan daripada transportasi umum lainnya. “Aku dari rumah naik BRT, naik gojek-nya baru dari halte sampai kampus, karena kalau dari halte naik angkot selisih ongkos seribu terus nunggunya juga lama. Biasa, orang kan sukanya yang murah dan instan,” ujar Tata. Tak hanya menggunakan ojek online untuk keperluan antar-jemput ke kampus, Tata dan kebanyakan mahasiswa pengguna ojek online juga memanfaatkan aplikasi tersebut untuk melakukan pemesanan makanan dan kebutuhan lainnya. Keterjangkauan ojek online yang tidak hanya memenuhi kebutuhan ojek
semata, namun juga mencakup ketersediaan layanan multifungsi menjadi salah satu indikator tingginya minat masyarakat menggunakan layanan ojek online. Tak pelak, hal tersebut mendorong usaha serupa lainnya layaknya angkutan umum turut mengalami persaingan dalam mencari penumpang. Berdasarkan pengalaman di lapangan tersebut, Jatmiko (48) selaku, driver GrabBike, mengatakan setiap usaha di lapangan tidak pernah terhindar dari bentuk persaingan, baik itu antar sesama pengguna layanan yang sama maupun dengan jenis layanan transportasi umum yang berbeda. “Lha wong kita (driver ojek online, red) kerja juga mengikuti perkembangan zaman Mas. Sekarang itu semuanya serba digital, jadi mau enggak mau kita juga harus bisa beradaptasi sama teknologi sekarang. Semua rezeki udah ada yang ngatur. Alhamdulillah, selama jadi driver di sini (Undip, red) kami enggak pernah ada masalah sama supir angkutan umum lain,” terang Jatmiko.(Fajrin)
Edisi I Tahun XVII November 2017
Tingkatkan Kualitas Pengajaran, Psikologi Dirikan Gedung Baru Fakultas Psikologi akan melakukan pengembangan gedung pada 2018 guna meningkatkan kualitas pengajaran dan persiapan untuk pembukaan jenjang studi S2 & S3.
Foto : Norma/Manunggal Seorang mahasiswa berjalan ke luar dari gedung Fakultas Psikologi Undip Prodi S1 Psikologi berdiri berdasarkan SK DIKTI No.362/DIKTI/Kep/1995 dengan menginduk kepada Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Pada tahun 1996, Prodi S1 Psikologi mulai menerima mahasiswa baru dan pada 15 Maret 2007 program studi ini menjadi sebuah fakultas berdasarkan persetujuan dari Senat Universitas. Meskipun demikian, Fakultas Psikologi sampai dengan 20 tahun bedirinya belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Beberapa sarana tersebut meliputi perpustakaan, laboratorium, ruang seminar, dan ruang jasa layanan psikologi terpadu. Direktorat Aset dan Pengemba ngan Undip, Hery Suliantoro, mengungkapkan bahwa kekurangan aset dan fasilitas di gedung Fakultas Psikologi dinilai sangat signifikan sehingga dalam 2018, pembangunan gedung psikologi akan segera dilaksanakan di lokasi yang baru. Pada 25 Januari 2017, Rapat Persiapan Sayembara Perencanaan Pembangunan Gedung Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro dilaksanakan guna membahas pembangunan gedung baru Fakultas Psikologi. Dalam rapat tersebut, didapatkan beberapa hasil di antaranya yaitu diskusi mengenai jadwal sayembara pembangunan gedung psikologi, tahapan sayembara, dan tahapan pembangunan gedung. Sayembara tersebut diselenggarakan oleh Direktorat Aset dan Pengembangan Universitas Diponegoro yang bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Jawa Tengah selaku Panitia Pelaksana Penyelenggaraan Sayembara. Edy mengatakan sayembara dilakukan dari awal Februari hingga Maret. “Sayembaranya itu satu bulan, nah tanggal 8 Maret itu sudah ada penetapan pemenang. Sekitar ada 40 (karya sayembara) yang masuk. Jadi, kontrak dengan konsultan detail engineering-nya itu bulan April untuk merancang detail engineering design (DED),� jelas Edy. Pada perancangan DED yang dimenangkan oleh PT. ALCO, rancangan gedung psikologi telah dibuat dengan menghasilkan
Edisi I Tahun XVII November 2017
total tujuh lantai pada pembangunan gedung yang baru lengkap dengan basement. Memiliki luas 17.164 m2, gedung baru fakultas Psikologi memiliki dua jenis bangunan yang menyatu berlokasi di belakang Widya Puraya. Edy mengonfirmasi bahwa pembangunan gedung akan mulai dilaksanakan tahun 2017 pada bulan Agustus hingga Desember setelah melakukan lelang konstruksi. Terdapat beberapa fasilitas area public untuk mahasiswa yang akan dibangun, seperti rest area dan taman. Selain itu, juga akan terdapat fasilitas-fasilitas baru yang sebelumnya kurang memadai yang akan diadakan, meliputi perpustakaan, Laboratorium Komputer, Laboratorium Psikodiagnostik, Laboratorium Eksperimen, serta ruang observasi dan interview/konseling, ruang dosen, ruang pusat jasa, ruang kegiatan mahasiswa, dan aula. Pembangunan gedung fakultas Psikologi dilaksanakan menggunakan anggaran internal Undip yang telah melakukan persetu-
juan anggaran dari 2016. Total biaya yang dikeluarkan oleh Undip untuk pembangunan gedung baru Psikologi adalah Rp588,725 juta dan sumber dana seluruh pekerjaan perencanaan dibebankan pada DIPA Universitas Diponegoro Tahun 2017. Hingga sekarang, proses pembangunan sudah memasuki tahap penyelesaian tahap tambahan oleh konsultan DED. Edy mengungkapkan belum terdapat permasalahan signifikan yang ditemukan dalam pelaksanaan program pembangunan. “Kalau di DED-nya, itu lama dalam menyusun kebutuhan ruangnya, untuk layout. Paling waktu ya, kita terdesak sama kebutuhan waktu konsultan selama 6 bulan,� ujar Edy. (Fajrin)
Manunggal
7
Peranan Mahasiswa ke Masyarakat Oleh : Tegar Satriani* Dalam ajaran “Sangkan Paraning Dumadi” pada kisah pewayangan Brotoseno, di perjalanannya mencari ilmu dan makna kehidupan, bahwa sejauh manapun seseorang menempuh sebuah tempat, pada akhirnya ia akan kembali pada tempat asal muasalnya. Singkatnya, seseorang harus kembali pada asal muasal untuk mendapatkan kesempurnaan dalam mencari ilmu. Masyarakat adalah asal muasal dari mahasiswa, dan mestinya mahasiswa dapat kembali ke masyarakat untuk menerapkan ilmu yang didapatnya. Namun kondisi yang ada dari kiprah mahasiswa sekarang telah diperparah dengan kenyataan-kenyataan yang menyudutkan, sehingga mengutip tulisan Dea Tantyo, “Banyak yang membesar di kampus, tapi mengecil di masyarakat. Menjadi jagoan di kampus, tapi menjadi sandera di masyarakat.” Sebenarnya apabila kita mengacu pada prinsip akademis, tugas dari mahasiswa adalah belajar agar kelak dapat berkontribusi pada pembangunan di tengah masyarakat. Salah satu hal yang sering dilupakan adalah mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Mahasiswa kini telah menjadi kelompok dimensi yang memisahkan
diri dari aktivitas masyarakat yang hidup di sekitarnya. Fenomena tersebut semakin membesar seiring dengan tujuan proses pendidikan yang juga semakin mengarah ke kutub pragmatisme, dimana suatu tindakan hanya dinilai dari kegunaan praktis, dan keuntungan menjadi pertimbangan utama dari suatu kegiatan. Padahal, peran mahasiswa harusnya sangatlah penting sebagai kaum intelektual yang mengawal isuisu atau permasalahan yang ada di masyarakat. Selain itu, pengabdian masyarakat menjadi salah satu butir Tri Dharma Perguruan Tinggi, dan otomatis menjadi salah satu fungsi mahasiswa sebagai subyek utama pendidikan. Mungkin sekarang kita begitu sering mendengar kata “pengabdian” masyarakat. Prof. Koesnadi Hardjasoemantri mungkin juga berfikir kala mencetuskan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 1971, bahwa peranan mahasiswa dalam berbagai kegiatan telah mmberikan bukti-bukti serta memperkaya akan arti dan peran mahasiswa sebagai tenaga kerja terdidik dalam berbagai aspek kegiatan pembangunan. Hal tersebut juga dipertegas dengan amanat Presiden Soeharto pada perayaan Dies Natalies UGM Bulan Februari 1971 kala
itu, bahwa :”…agar setiap mahasiswa belajar di Desa dalam jangka waktu tertentu. Tinggal dan bekerja membantu masyarakat pedesaan. Memecahkan persoalan pembangunan sebagai bahan dari kurikulumnya.” Sayangnya tidak semua Mahasiswa tertarik dengan pengabdian. Pengabdian menuntut kehadiran langsung ke tengah masyarakat serta membutuhkan dorongan yang lebih kuat untuk bergerak dan melakukan sesuatu daripada berfikir dan menganalisa suatu hal. Banyak mahasiswa yang memperlakukan KKN bukan sebagai kesempatan untuk melatih diri dalam memecahkan permasalahan yang sebenarnya di masyarakat, namun hanya sekedar formalitas untuk memenuhi kewajiban akademis. Di lingkup yang lebih sederhana, bahkan hubungan mahasiswa dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kampus pun tak ubahnya seperti rantai ekonomi yang berputar dalam poros yang tetap. Keduanya menunjukkan ruang kosmis yang sempit, nyaris tak ada perbincangan, keakraban atau guyonan. Masyarakat menyewakan tempat tinggal, menyediakan warung untuk makan sehari-hari, dan menyediakan barang dan jasa lain yang dibutuhkan mahasiswa.
Singkatnya, mahasiswa hanya cukup datang, tinggal, membayar, dan berkuliah. Banyak mahasiswa yang masih buta sosial terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya. Kita tak mungkin mengulang sejarah atau meniru persis apa yang telah dilakukan mahasiswa di masa lalu dalam simbol perwakilannya terhadap masyarakat. Namun, dimulai dengan hal-hal yang sederhana, seperti lebih mengenali dinamika dan hiruk pikuk masyarakat di sekitar kita atau dengan lebih peka terhadap isu/permasalahan yang tengah melanda serta tergerak untuk mencoba menyumbangkan pikiran & tenaga untuk menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan kapasitas mahasiswa. Dengan begitu, mahasiswa dapat menjadi lakon dalam sebuah proses sosial yang luar biasa untuk menerapkan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi di Indonesia. *Mahasiswa S1-PWK 2013
KKN: OASE DI TENGAH-TENGAH MASYARAKAT
Foto: Dokumen Pribadi Masih terasa hangat suasana Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2017 di benak para mahasiswa. Pelaksanaan yang berawal dari 9 Juli hingga 21 Agustus lalu bukanlah waktu yang sebentar. Tentu, KKN bukanlah seremonial belaka yang hanya dilaksanakan pada setiap semester. Tujuan KKN sendiri ialah untuk menerjunkan mahasiswa ke masyarakat sekaligus mengatasi permasalahan yang ada maupun memanfaatkan potensi masyarakat. Berbagai program telah dilakukan para mahasiswa pada setiap desanya. Sebagai contoh, Tim KKN Desa Tambakrejo mengata-
8
Manunggal
si masalah sampah kendati masih banyak masyarakat yang masih kerap sekali buang sampah sembarangan. Lain halnya dengan Desa Luwang di Pati. Mahasiswa memberikan penyuluhan program TKI mulai dari pendaftaran, pemberangkatan hingga pemulangan. Memang perlu diingat-ingat kembali bahwa mahasiswa lahir dari masyarakat dan sudah sepatutnya mahasiswa berperan aktif di dalam membela kepentingan masyarakat untuk lebih maju. PP No. 30 Tentang Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu yaitu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pe ngetahuan, teknologi, dan/atau kesenian. Harapannya, ilmu yang telah didapatkan oleh mahasiswa tidak hanya digunakan sendiri maupun digunakan di kala-
ngan-kalangan tertentu. Namun masyarakat perlu dibimbing, diabdikan dengan ilmu-ilmu yang telah didapatkan mahasiswa selama masa perkuliahannya untuk mencapai sosial yang lebih baik. Untuk itulah mahasiswa ada. Mereka harus menjadi pemicu terbentuknya peradaban yang maju dengan pengabdian melalui pemberdayaan masyarakat sebagai awalannya karena pengab dian merupakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Selain itu, tuntutan akal dan etika juga akan membuat mahasiswa sadar akan kewajibannya sebagai kaum intelektual. KKN menjadi salah satu wadah yang tepat untuk merealisasikannya. Oleh karena itu, KKN sangat penting karena mahasiswa dapat berinteraksi dengan masyarakat, terutama masyarakat desa yang notabenenya belum seterbuka orang-orang kota. Mereka perlu diajak maju, maka dibutuhkan pembuatan program untuk menuju ke arah yang lebih baik. Entah itu memanfaatkan potensi yang ada di desa, menanggulangi permasalahan yang ada di desa,
maupun permasalahan lainnya yang sekiranya dapat dibantu oleh mahasiswa. Tentunya banyak komponen yang merasakan manfaatnya. Bagaikan oase, KKN penghilang dahaga bagi ma syarakat yang menunggu-nunggu perubahan besar. Tentu tidak sedikit suka duka yang disimpan, namun itu jelas sangat sebanding dengan pengalaman yang mengenang sekaligus membuka mata bahwa mahasiswa dan masyarakat seperti dua sisi mata uang. Mereka sama-sama penting dan memiliki peran yang besar, tidak bisa terlepaskan. KKN telah menghasilkan mahasiswa yang berani mengabdi, masyarakat yang bahagia, pemerintah yang merasa terbantu dan tentu saja masih banyak pihak lain yang merasa diuntungkan. Pengabdian pada masyarakat tidak hanya sampai sini.Mahasiswa, teruslah mengab di. Rakyat masih membutuhkanmu! *Afifah Andan Darmawan D III Bahasa Inggris 2015 Forum mahasiswa
Edisi I Tahun XVII November 2017
Kembangkan Daging Ayam Bebas Residu Antibiotik dengan Ekstrak Daun Sirsak
Foto : Dokumen Pribadi Isu harga daging sapi yang terus meningkat membuat masyarakat beralih ke daging ayam untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Namun, mencuat sebuah isu bahwa di dalam daging ayam ditemukan adanya residu antibiotik yang apabila dikonsumsi secara terus menerus dapat menimbulkan kanker. Menanggapi isu tersebut, mahasiswa dari Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Undip, Dwi Priono, ingin membuat daging ayam berkualitas tanpa residu dengan proses pemeliharaan ayam tanpa antibiotik atau vaksin. Bersama dengan tiga rekannya yaitu Tri Budi Yudawan, Ali Muhajirin, dan Anwar Solakhudin serta di bawah bimbingan Dr. Ir. Wiludjeng Roessali, dia membuat sebuah Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) bernama Ayam Kampus Seksi (Ayam Kampung Super Sehat dengan Ekstrak Daun Sirsak). Tim PKM yang beranggotakan empat orang dengan Dwi Priono sebagai CEO Akassi (Ayam Kampung Seksi), Anwar Solakhudin sebagai Manajer Keuangan, Ali Muhajirin sebagai Manajer Produksi, dan Tri Budi Yudawan sebagai Manajer Pemasaran memulai PKM Akassi ini pada awal tahun 2015. Pada proyek PKM yang masuk lima Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbaik regional Semarang ini, Dwi dan tim memilih ayam kampung super dan ekstrak daun sirsak. “Ayam kampung super dipilih karena cenderung lebih kuat dan lebih sehat daripada
ayam broiler yang resistan terhadap panas, terlebih dengan cuaca di Tembalang,” jelas Anwar. Di samping itu, pemeliharaan ayam kampung super ini terbilang lebih singkat pemeliharannya dibandingkan dengan ayam kampung biasa, yaitu hanya dua bulan. Alasan masyarakat yang cenderung memilih ayam kampung karena rasanya yang lebih enak serta ingin membuat suatu produk baru juga menjadi alasan tim Dwi membuat PKM ini. Ekstrak daun sirsak dalam proyek PKM ini berfungsi sebagai pengganti antibiotik yang biasa digunakan oleh peternakan komersil. “Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak daun sirsak mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan,” ujar Anwar. Selain flavonoid, ekstrak daun sirsak ini juga mengandung zat aktif alkaloid, tanin, saponin, dan kandungan lainnya yang memiliki fungsi kerja yang sama dengan antibiotik sintetis. Seperti yang telah diketahui, penggunaan antibiotik sintetis atau kimia dapat meninggalkan residu yang menyebabkan kanker dan terdapat sebuah studi yang menyatakan bahwa daging ayam yang beredar di Semarang sebagian besar mengandung residu antibiotik. Efek dari pemberian ekstrak daun sirsak inilah yang menghasilkan daging ayam yang bebas dari residu antibiotik. Hal tersebut telah diuji di Balai Pelayanan Kesehatan Masyarakat Veteriner Boyolali bahwa daging ayam mereka bebas dari residu antibiotik. “Tentu saja, daging ayam ini akan lebih aman dikon-
Edisi I Tahun XVII November 2017
sumsi oleh masyarakat karena ayam ini bebas dari bahan-bahan atau senyawa kimia. Selain itu , nutrisi-nutrisi yang diserap juga lebih baik saat berada di pencernaan,” jelas Anwar. Selama pembuatan daging ayam bebas residu antibiotik ini, Dwi dan kawan-kawan membutuhkan 1000 ekor DOC (anak ayam) yang dipesan di PT. JAPFA Comfeed Indonesia Grobogan, Semarang untuk dua periode. Proses pengembangbiakan ayam ini juga tidak sembarangan, khususnya dalam pemberian pakan. Pemberian pakan terhadap ayam ini dibedakan berdasarkan umur ayam itu sendiri. Ayam yang berumur satu bulan diberi pakan dua kali sehari, sedangkan ayam yang berumur lebih dari satu bulan diberi pakan sebanyak tiga kali sehari. Sedangkan, bentuk dari ekstrak daun sirsak ini ada dua yaitu dalam bentuk tepung dan cair. Akan tetapi, pada proyek PKM ini, Dwi dan tim menggunakan ekstrak daun sirsak yang berbentuk cair agar lebih mudah diaplikasikan. Ekstrak daun sirsak berbentuk cair ini diaplikasikan ke dalam air minum ayam kampung super dengan dosis 5% dari air minum. Pemberian ekstrak daun sirsak ini pun juga tidak setiap hari, melainkan seminggu sekali. Setelah dua bulan, ayam yang dipelihara di tiga kandang yang terletak di belakang Gedung E FPP ini siap dipanen. “Hasil panen ayam ini ada dua bentuk, yaitu dalam kondisi karkas dan dijual hidup. Ayam dalam kondisi hidup dijual ke pengepul atau tengkulak, sedangkan dalam
bentuk karkas disembelih terlebih dahulu di Rumah Pemotongan Ayam (RPA) lalu dikemas,” tutur Anwar. Meskipun demikian, PKM yang pernah diikutkan ke dalam acara Indonesia Marketing Festival 2015 ini juga mengalami beberapa kendala, seperti kurangnya waktu, sumber daya manusia, kondisi kandang yang kurang sesuai, dan cuaca di Tembalang yang tidak mendukung proyek Akassi ini. Anwar mengungkapkan dalam proyek PKM yang hanya beranggotakan empat orang dan masih berstatus mahasiswa mengalami kesulitan dalam membagi waktu. Dwi dan tim harus pintar-pintar membagi waktu antara kuliah, tugas, praktikum, dan proyek PKM tersebut. Dia juga menambahkan, atap kandang untuk proyek PKM yang terbuat dari seng dianggap kurang sesuai. Seperti yang telah diketahui, cuaca di Tembalang yang panas dan atap yang terbuat dari seng membuat kandang menjadi panas. Menghadapi kendala-kendala tersebut, Anwar menuturkan kepada Tim Tabloid LPM Manunggal, mereka mengatasi kendala-kendala di atas dengan membuat jadwal piket dan memberi kipas angin di kandang agar hawa kandang tetap sejuk. Ke depannya, proyek PKM yang mendapat Juara 3 Perunggu, Kategori Poster di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2015 ini akan terus berlanjut mengingat produk daging ayam ini telah mendapatkan hak paten dan faktor ekonomis. (Amal)
Manunggal
9
Peran Mahasiswa dalam Menanggapi Permasalahan Sosial di Masyarakat Sebagai seorang pelajar yang bergelar ‘maha’, setiap mahasiswa dituntut memiliki peran sebagaimana yang terkandung dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat. Sebagai seorang akademisi, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mampu memajukan bangsa melalui bidang ilmu terkait, namun juga harus berimbang dengan kepedulian terhadap masalah sosial di masyarakat. Berikut hasil jajak pendapat mahasiswa Undip dalam menanggapi permasalahan sosial di masyarakat. Jajak pendapat ini menggunakan metode random sampling dengan derajat kesalahan sebesar 10%. Responden merupakan mahasiswa Universitas Diponegoro dari berbagai fakultas. Hasilnya, dari sebanyak 100 responden, 93% menyatakan sudah mengetahui tentang Tri Dharma Perguruan Tinggi dan sebanyak 3% menyatakan tidak tahu. Adapun, mengenai pengama lan Tri Dharma Perguruan Tinggi poin ketiga tentang pengabdian kepada masyarakat, 56% mahasiswa menyatakan sudah mengamalkan dan sebanyak 44% menyatakan belum melaksanakan poin ketiga Tri
Dharma Perguruan Tinggi tersebut. Sementara itu, responden yang belum mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi poin ketiga tentang pengabdian kepada masyarakat disertai dengan alasan. 34% mahasiswa mengatakan kurangnya wadah/ fasilitas di kampus membuat mereka kurang mampu melaksanakan pengabdian langsung kepada masyarakat, 30% menyatakan bahwa rendahnya minat mereka untuk melaksanakan pengabdian dikarenakan kurangnya informasi, 26% dari mahasiswa menyatakan kurang tertarik melaksanakan pengabdian kepada ma syarakat, 8% tidak tertarik, dan sisanya berpendapat bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi seperti kurangnya sosialisasi, birokrasi kampus yang sulit, dll. Selain itu, pada survei yang dilakukan telah ditemukan data mengenai peran mahasiswa dalam me-
ngamalkan poin ketiga Tri Dharma Perguruan Tinggi tentang pengabdian kepada masyarakat. Sebanyak 62% mahasiswa menyatakan bahwa bentuk pengabdian sosial yang pada umumnya dilakukan untuk masyarakat adalah berupa pengabdian langsung di lapangan. Sementara itu, 27% lainnya memiliki pendapat bahwa dengan mendonasikan uang ke masyarakat merupakan bentuk pengabdian langsung kepada masyarakat, dan 11% berpendapat pengabdian kepada masyarakat dapat dilakukan dengan mengikuti aksi. Sejatinya, pengetahuan mahasiswa akan Tri Dharma Perguruan Tinggi, utamanya mengenai poin pengabdian kepada masyarakat sangat penting untuk dilaksanakan. Peran mahasiswa sebagai agent of change harus dipupuk sejak dini, terutama ketika berada pada lingkungan kampus yang mana merupakan
Tahu
Tidak Tahu
Pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi Poin Ketiga (Pengabdian kepada Masyarakat
Sudah Belum
Peran Mahasiswa dalam Mengamalkan poin ketiga Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pengabdian kepada Masyarakat)
laboratorium pembelajaran mahasiswa yang menjadi tempat mencari ilmu sebelum nantinya melebur bersama masyarakat. Harapannya, dengan mengkaji dan mengamalkan poin ketiga Tri Dharma Perguruan Tinggi tentang pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa dapat lebih peka terhadap permasalahan sosial dan memberikan solusi serta inovasi dari masing-masing disiplin ilmu yang dipelajari selama di kampus. (Litbang)
Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Tri Dharma Perguruan Tinggi
Pengabdian Lapangan Mendonasikan Materi (Uang, Buku, dan lainlain) Mengikuti Aksi
Kurang Informasi Kurang Tertarik Alasan Mahasiswa Belum mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi Poin ketiga (Pengabdian Masyarakat
Tidak Tertarik Kurangnya Fasilitas/ Wadah Lain-lain ( Birokrasi yang sulit dan kurangnya sosialisasi
1010 Manunggal Manunggal
Edisi EdisiI ITahun TahunXVII XVIINovember November2017 2017
Situs Purbakala Patiayam, Kekayaan Cagar Budaya di Rute Pantura
Foto:Chami/Manunggal
Situs Purbakala Patiayam ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah sejak 22 September 2005. Museum Purbakala Patiayam terletak di Dukuh Kancilan, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Minimalis, bersih, dan tertata rapi, begitulah kesan pertama tim Tabloid ketika pertama kali menginjakkan kaki di museum yang diresmikan akhir November 2014 silam. Sangat mudah untuk menuju lokasi Museum ini. Dari pusat kota Kudus, anda dapat mengambil arah Pati atau Surabaya. Setelah memasuki Kecamatan Jekulo, kurangi kecepatan kendaraan dan perhatikan sisi kiri jalan terdapat papan reklame Situs Patiayam, kemudian masuk ke pertigaan kira-kira 300 meter dari jalan raya Kudus-Pati. Lokasi museum Purbakala tersebut berada di kiri jalan. Pertama kali masuk ke dalam museum, pengunjung langsung disambut hangat oleh pemandu yang juga merupakan penduduk asli desa Terban yaitu Siti Asmah. Selanjutnya, terlihat berbagai jenis fosil yang kebanyakan berasal dari zaman Plestosen. Fosil gajah purba jenis Stegodon banyak dijumpai dalam museum yang tampak begitu minimalis tersebut. Terdapat hampir 4000 fosil dari zaman Plestosen ditemukan di situs yang letaknya masih merupakan bagian dari Gunung Mu-
ria tersebut. Situs Patiayam memiliki luas 2.902,2 hektare meliputi wilayah Kudus dan beberapa kecamatan di Pati. Museum tersebut terdiri dari dua lantai. Lantai pertama terdapat koleksi-koleksi fosil, sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat konservasi baru. Jika diamati, museum dua lantai tersebut tergolong kecil daripada museum pada umumnya. Kondisi tanah yang belum sepenuhnya hak milik pemerintah menjadi pemicu terhambatnya perluasan ukuran museum. Beruntung, pada tahun 2017 ini pemerintah tengah berencana memperluas dan menambah koleksi yang ada dalam Museum Situs Patiayam. Semua koleksi yang terdapat di museum tersebut asli. Namun, memang terdapat beberapa replika yang digunakan untuk merekonstruksi fosil. Misalnya, pada replika fosil Stegodon dan patung manusia yang memang pernah ditemukan di situs tersebut. Kebanyakan fosil yang ada ditemukan oleh masyarakat sekitar yang sudah diberi bekal mengenai cara menggali fosil yang mereka temukan.Selanjutnya, para arkeo log yang bertugas meneliti dan mengekskavasi fosil tersebut. Lokasi ditemukannya berbagai fosil yang kini disimpan dalam museum dinamakan Gardu Pandang. Lokasi situs yang merupakan hak milik Perhutani disosialisasikan warga untuk menggarap dan bercocok tanam untuk kemudian hasilnya dapat mereka ambil. Lokasi Gardu Pandang
Edisi Edisi II Tahun Tahun XVII XVII November November 2017 2017
tersebut terletak di area yang dijadikan ladang oleh masyarakat setempat. Di Gardu Pandang, anda akan disuguhkan panorama pegunungan yang khas, serta dapat kita lihat fosil gajah Stegodon dalam kondisi yang masih belum diangkat. Hal ini dikarenakan fosil tersebut merupakan salah satu temuan istimewa, yakni fosil ditemukan dalam kondisi cukup lengkap. Siti mengatakan fosil tersebut sengaja tidak diambil demi keutuhan fosil itu sendiri, sekaligus untuk memperlihatkan pada pengunjung gambaran proses ekskavasi fosil yang ditemukan di area Situs Patiayam. Tanpa Biaya Masuk Untuk masuk ke dalam kawasan Situs Patiayam dan museumnya tidak dipungut biaya. Hal tersebut dikarenakan Situs Patiayam dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, serta masih dalam tahap pengenalan. Namun, untuk ke depannya pemerintah sendiri sudah memiliki rencana mengenai harga tiket masuk. Sejak tahun 2017 ini, Situs Patiayam buka 24 jam dari yang sebelumnya hanya dari pukul 08.00-16.00 WIB. Sayangnya, museum Situs Patiayam ini belum memiliki satpam yang standby menjaga, sehingga dalam hal ini sistem kerja karyawan di Situs Patiayam masih menerapkan shift bergilir. Tercatat, rata-rata pengunjung Situs Patiayam per bulan berkisar 2000 orang dan terus meningkat. “Untuk hari-
hari biasa memang pengunjung tergolong sedikit dengan jumlah 10-15 orang. Sedangkan, untuk akhir pekan (Sabtu-Minggu) bisa mencapai 200-300 pengunjung,� ujar Siti. Museum Situs Patiayam memang sudah memiliki cukup banyak koleksi. Namun menurut Siti Asmah, museum Situs Patiayam dinilai belum layak disebut sebagai museum. Hal tersebut mengingat kecilnya ukuran gedung dan jika diperhatikan dari luar bangunan lebih tampak seperti rumah. Namun menurut Siti Asmah, bangunan tersebut jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Berbagai fosil yang ditemukan oleh para penduduk awalnya dikumpulkan di rumah Siti. Kala itu, pemerintah kurang memiliki perhatian mengenai temuan fosil-fosil yang ada di dukuh Kancilan tersebut. “Kemudian, setelah mendapat perhatian dari pemerintah, fosil-fosil dipindahkan ke sebuah bangunan kecil yang saat ini menjadi Taman Kanak-Kanak. Itu pun lebih tidak layak daripada bangunan yang sekarang. Tak jarang pengunjung merasa kecewa dengan ruangan yang kecil, padahal Situs Patiayam sudah diresmikan sebagai salah satu benda cagar budaya yang harus dilindungi,� jelas Siti. Apabila terus dikembangkan, museum Situs Purbakala Patiayam sangat berpotensi untuk menjadi salah satu tempat wisata edukatif. (Iga)
Manunggal Manunggal
11
Lestarikan Budaya Berbusana Wanita Jawa dengan Cara Berbeda Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya. Setiap daerah memiliki budaya khas yang mencerminkan daerah tersebut. Salah satunya adalah kebaya dan kain yang merupakan ciri khas pakaian adat Jawa. Namun pada era sekarang, banyak masyarakat Indonesia, khususnya kaum pemuda yang mulai melupakan budaya ini.
Berawal dari rasa keprihatinan bahwa Indonesia memiliki budaya yang perlu dilestarikan, terbentuk sebuah komunitas bernama Komunitas Diajeng Semarang. Komunitas Diajeng Semarang (KDS) adalah sebuah komunitas para wanita dari wanita dewasa, remaja, ibu rumah tangga, maupun anak-anak yang memiliki kecintaan yang sama yaitu berkain dan berkebaya. Nama Diajeng diambil sebagai nama komunitas ini karena identik dengan kelemah-lembutan dan keeleganan seorang wanita yang mencerminkan nilai-nilai wanita Jawa. Sebelum adanya Denok Kenang, di Semarang juga ada Dimas dan Diajeng. Diajeng ini merupakan panggilan untuk seorang perempuan. Komunitas yang mulai terbentuk sejak 15 November 2016 ini memiliki visi dan misi nguri-uri kabudayaan Jawi atau melestarikan budaya Jawa dalam hal berbusana. “Selama ini masyarakat melihat orang berkebaya hanya sekadar tahu bahwa dia memakai kebaya, bahwa dia terlihat cantik saat memakai kebaya. Namun, ketika dibuat sebuah komunitas berkebaya dan eksis, maka orang akan memandang bahwa Indonesia memiliki budaya ini,” ujar pendiri sekaligus Ketua Komunitas Diajeng Semarang, Maya. Bentuk kegiatan komunitas yang bersekretariat di Bukit Wahid Regency, Aster 1 Nomor 17, Manyaran, Semarang ini cukup beragam. Mulai dari photo hunting di objek wisata Semarang, memberikan tutorial cara berkain dengan cepat dan mudah, memberikan edukasi ke anak-anak tentang belajar batik dan membaca batik. Kegiatan-kegiatan tersebut juga dilakukan di berbagai tempat, seperti di rumah anggota KDS, hotel, dan objek wisata di Semarang. Salah satu kegiatan KDS yakni membaca batik yang berarti belajar motif batik. Di sini, Maya dan anggota KDS lainnya memelajari
12
Manunggal
Foto: Dokumen Istimewa corak-corak batik yang beragam, seperti corak sogan Solo, pesisiran, lasem, dan lain sebagainya. Maya mengungkapkan dari belajar membaca motif batik tersebut akan tumbuh rasa cinta dan kekaguman pada leluhur bangsa Indonesia, khususnya pada pemikiran atau masterpiece para leluhur yang di luar pemikiran generasi saat ini. “Batik itu penuh dengan makna filosofis. Batik ibarat prasasti yang memiliki pesan-pesan tersembunyi dari para leluhur ke kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia,” ujar Maya saat ditemui Tim Tabloid LPM Manunggal di sekretariat KDS. Selain kegiatan membaca batik, kegiatan-kegiatan KDS yang lain juga memiliki fungsi yang strategis. Salah satunya adalah photo hunting. Dalam kegiatan ini, KDS membantu Dinas Pariwisata mengenalkan objek-objek wisata Semarang, seperti Sam Po Kong, Kota Lama, Maerokoco, dan lain sebagainya. Sehingga, selain mengenalkan budaya Jawa, KDS juga mengenalkan objek-objek wisata di Semarang ke publik. Mengenai permasalahan klaim budaya yang sering membuat Indonesia ‘kebakaran jenggot’, Maya berpendapat bahwa bangsa Indonesia seharusnya mawas diri, apakah selama ini warisan budaya leluhur bangsa Indonesia sudah dijaga dan tidak langsung menyalahkan
pihak yang mengklaim budaya tersebut. Sama halnya dengan budaya berbusana. Pada era sekarang, khususnya para generasi bangsa Indonesia, budaya berkain dan berkebaya semakin hari semakin dilupakan. Hal ini sama saja dengan tidak menjaga warisan budaya dari leluhur bangsa Indonesia Pada dasarnya, sikap apatisme pemuda menjadi salah satu faktor mengapa budaya bangsa Indonesia banyak diklaim oleh bangsa lain. Maya juga mengungkapkan, dahulu kain dan kebaya merupakan pakaian sehari-hari. “Tapi sekarang hanya dijadikan sebagai lambang perayaan hari Kartini. Kain dan kebaya tidak hanya sebagai lambang perayaan hari Kartini, tapi juga lambang sebuah kesederhanaan, lambang wanita Jawa, dan lambang sebuah perjuangan,” ujar Maya. Maya menuturkan, generasi penerus bangsa perlu diberikan edukasi mengenai berkain dan berkaya. Anak muda harus tahu bahwa kain dan kebaya bukan sesuatu hal yang memalukan, ribet, mahal, dan kuno. Kain dan kebaya dapat dimodifikasi sedemikian rupa dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Wanita yang berkebaya, menurut Maya, memiliki penilaian khusus mengenai cara pandang terhadap dia berpakaian. Maya mengungkapkan bahwa setelah membiasakan diri memakai kebaya dan berkain, dia dan ang-
gota KDS lainnya mengalami transformasi cara pandang pada diri sendiri. “Ngadi busana, ngadi saliro. Ada filosofinya tersendiri, semacam ada rasa tanggung jawab saat memakai kebaya,” tuturnya. Komunitas yang diresmikan pada tanggal 5 Maret 2017 oleh Walikota Semarang dan istrinya ini mendapatkan respons yang sangat positif dari masyarakat. Maya menuturkan, 95% agenda KDS ini berupa undangan untuk mengisi talkshow, fashion show, memberikan tutorial cara berkain, dan lain sebagainya. Komunitas yang terbilang masih baru ini juga pernah diundang ke acara talkshow di stasiun TVRI dan radio RRI Semarang. KDS memiliki jumlah anggota yang hampir mencapai 70 orang dengan anggota tertua 61 tahun dan termuda 6 tahun. Meski telah dikenal banyak orang, KDS akan tetap mengambil langkah pasti dengan inovasi-inovasi terbaru untuk mengajak anak muda memakai kebaya dan berkain, salah satunya adalah bekerja sama dengan instansi-instansi pendidikan, di samping PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga). Maya berharap dapat mengenalkan KDS ke acara-acara instansi pendidikan, seperti classmeeting. Dia menuturkan bahwa ini adalah salah satu bentuk edukasi. “Tak kenal maka tak sayang. Melihat saja sudah bentuk dari edukasi,” ujarnya. (Amal)
Edisi I Tahun XVII November 2017
BB Group, Wirausaha untuk Mengembangkan Diri BB Group merupakan salah satu bisnis yang dipelopori mahasiswa Undip. Kantor usaha ini bertempat di Jalan Tanjung Sari VII No. 7B Sumurboto, Banyumanik, Semarang. Sebelumnya, pendiri usaha ini, Baiquni telah mencoba berbagai usaha hingga akhirnya terbentuk BB Group yang ditekuni hingga saat ini. Tanggal 5 Oktober 2015 merupakan hari yang bersejarah untuk berdirinya BB Group. Awalnya, usaha ini hanya terdiri dari empat orang laki-laki, yaitu M. Agung Baiquni, Falah I Yazidulhaq, Septian Dewi Yulianto, dan Ulul Albab. Kemudian, anggota tim bertambah lagi yaitu Fana Nanda Dhevy dan Herni Afriyanti. Semua anggota tim sudah terintegrasi sesuai dengan job-nya masing-masing. Usaha ini berupa penyewaan berbagai alat seperti proyektor dan layar yang semuanya tanpa modal di awal, sebab alat-alat tersebut di dapat dari tim atau hasil pinjaman. Seiring berjalannya usaha, keuntungan yang didapat digunakan untuk membeli alat-alat lain. Kini, BB Group memilki lima unit usaha yaitu; 1) Bee Foundation, merupakan kegiatan sosial yang dibuat oleh BB Group yang berwujud school entrepreneurship, kunjungan ke panti asuhan, dan kegiatan sosial lainnya; 2) Bee Rental, merupa-
Foto : Dokumen Pribadi kan penyewaan alat-alat event; 3) Bee Media, merupakan media informasi yang diberi nama “Info Kampusku” sebagai media partner, 4) Bee Desain Grafis, merupakan jasa pelayanan membuat berbagai macam desain; 5) Bee Service Computer merupakan jasa servis untuk laptop. BB Group telah meraih berbagai macam prestasi, antara lain lolos Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), pemenang lomba pemasaran Astra se-Jateng dan
DIY yang mewakili Undip dalam babak 6 besar. Salah satu kunci berjalannya usaha ini adalah setiap pemasukan yang didapat selalu digunakan untuk membeli alat-alat baru untuk menambah investasi, bukan langsung masuk ke kantong para tim. “Ketika berbisnis ya kita bisnis, beda dengan orang dagang. Kalau orang dagang, kalian pernah lihat tidak dari zaman SD hingga SMA melihat orang jualan berubah kehidupannya?
Pasti tidak. Karena itu prinsip orang dagang, beda dengan prinsip orang bisnis. Uang yang dihasilkan selalu diputarkan,” jelas Baiquni. Setiap keuntungan usaha yang tadinya 100% dibagi menjadi tiga bagian, yakni 10 % untuk sedekah, 10% untuk kas, dan 80% untuk gaji setiap tim. Omzet yang didapat antara Rp 4-13 juta tiap tahunnya. Menurut Baiquni, BB Group tidak hanya mencari uang melainkan juga fokus pada siapa saja yang ingin mengembangkan diri. Oleh karena itu, BB Group memiliki program unggulan secara gratis, yaitu konsultasi wirausaha berupa konsultasi keuangan, pemasaran, manajemen sumber daya, dan operasional. “Dalam berwirausaha yang paling penting yaitu mencari teman bisnis bukan teman dekat, mencari orang yang saling pengertian, dan jangan mencari orang yang memliki kemampuan yang sama,” tambah Baiquni. (Mutia)
Dolmie86, Tetap Eksis dalam Ketatnya Persaingan Bersama sang kakak, pada tahun 2015 Vanny Fajryanti atau yang lebih akrab disapa Vanny mulai merintis usaha kulinernya yang diberi nama Dolmie86. Nama tersebut diambil dari kata “dodol-mi” (dalam bahasa Jawa) yang artinya berjualan mi, sedangkan angka 86 menurutnya identik dengan simbol kesiapan. dari Rp50 juta rupiah perbulan. Guna meningkatkan omzet serta mengenalkan Dolmie86 ke masyarakat secara lebih luas, promosi ia lakukan dengan memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan Line. Strategi Dolmie86 Goes to Campus juga baru-baru ini dijalankan, yaitu dengan membuka stan di kantin-kantin kampus yang dimulai dari kantin Fakultas Kedokteran Undip di Tembalang. Pencapaian yang telah ia raih saat ini bukan berarti tanpa kendala. Kala musim hujan tiba, warungnya seringkali sepi pembeli. Maraknya usaha serupa yang mulai bermunculan juga otomatis menjadi saingan Dolmie86. Namun, Vanny meyakini bahwa rezeki setiap orang sudah ada yang mengatur. Ia juga tetap memikirkan cara untuk mempertahankan usahanya agar tetap eksis. Kritik dan saran yang ditujukan padanya juga ditanggapi Vanny dengan terbuka.
Edisi I Tahun XVII November 2017
Foto : Dokumen Pribadi
Ide usaha tersebut bermula dari keinginan Vanny menciptakan usaha kuliner yang belum pernah ada di Semarang dengan harga menu terjangkau. Akhirnya, ia memutuskan untuk mendirikan warung pertamanya dengan berbagai menu kreasi dari bahan baku mi instan sebagai menu utamanya. Kawasan Pleburan dipilih sebagai lokasi penjualan karena menurutnya selain dekat dengan kampus, di sana juga masih termasuk kawasan perkotaan yang ramai. Dua tahun lalu, Vanny langsung terjun untuk memasak dan melayani para pembeli nya. Namun, kini ia telah mampu mempekerjakan enam orang karyawan. Untuk saat ini, mahasiswa Administrasi Bisnis Undip tersebut lebih sering mengunjungi warungnya untuk sekadar mengawasi keadaan di sana. Meskipun masih berupa warung tenda, usahanya tersebut mampu meraup omzet hingga lebih
Inovasi-inovasi sebagai upaya untuk membedakan usahanya dengan usaha lain juga selalu dilakukan. Hal ini terbukti dengan setidaknya terdapat 30 menu varian mi instan yang ditawarkan. Selain itu, ada juga berbagai menu nasi, camilan, dan minuman dengan harga yang terjangkau bagi kalangan mahasiswa. Baginya, berani berinovasi merupakan kunci agar usahanya
tetap eksis di tengah ketatnya persaingan. Sebagai rencana ke depan, Vanny akan mengembangkan strategi Dolmie86 Goes to Campus. Ia juga berharap nantinya mampu membuka banyak cabang di kota-kota lain di seluruh Indonesia. Untuk mengetahui informasi tentang menu atau promosi, kita dapat melihat akun Instagram @Dolmie86. (Tata)
Manunggal
13
Temukan Passion Wirausaha Melalui Masakan Kecintaannya terhadap dunia memasak telah ditekuni Amalia Nur Afifah (22) sejak kecil. Hal tersebut dipelajarinya bersama dengan sang nenek yang mengajarinya memasak saat dia masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Berawal dari sana lah, Afi, panggilan akrab gadis ini, terus mengembangkan minatnya dalam dunia memasak. Afi sudah cukup lihai dalam mengreasikan berbagai macam makanan seperti nasi tumpeng dan sebagainya. Selain olahan makanan berat seperti nasi, dia juga sering membuat cake tart dan cupcake dalam berbagai bentuk. Kecintaan dalam dunia memasak, membuat Afi memilih untuk menempuh pendidikan di SMK Negeri 6 Semarang jurusan Tata Boga. Selama menempuh pendidikan SMK, Afi pernah bekerja sebagai hot kitchen di sebuah hotel. Berbekal pengalamannya tersebut, Afi membulatkan niatnya untuk menekuni passionnya dan mendirikan usaha catering. Dengan berbekal keyakinan dan uang saku sebagai modal per tamanya, mahasiswa D3 Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip)
tersebut memulai usahanya pada tahun 2014 yang dia beri nama “Dapur Chef Afi”. Dikenal karena kemampuannya dalam mengolah makanan, teman-teman Afi di kampus pun memanggilnya dengan sebutan Chef Afi. “Aku enggak masalah kalau temantemanku memanggilku chef, aku malah mengamini panggilan itu. Semoga nantinya aku bisa jadi chef di restoran atau malah bisa jadi chef selebriti,” harapnya. Tak jarang sosoknya muncul di berbagai media. Di samping hal tersebut, dunia memasak juga memberikan Afi ruang kreatif. “Aku suka memasak, karena memasak itu berhubungan dengan seni,” tutur gadis kelahiran Semarang, 12 Januari 1995 tersebut. Berbagai prestasi telah dia peroleh diantaranya juara dua lomba memasak kreasi ayam dan pisang Rohis Undip, juara dua lomba kreasi masakan mi kota Semarang, dan masih banyak lagi. Afi pernah berkesempatan menjadi juri tunggal dalam perlombaan memasak yang diselenggarakan oleh mahasiswa KKN Universitas PGRI Semarang di Kelurahan Rejosari Semarang. Selain itu, dia juga sempat mengikuti pelatihan bisnis makanan
dan baking class di Sriboga Flour Mill Semarang. Ketertarikannya terhadap dunia memasak tidak menutup kemungkinan bagi Afi untuk tidak mencoba hal baru dalam mengembangkan minat dan bakatnya. Selain berpengalaman di dunia memasak, perempuan asal Kecamatan Pedurungan, Semarang ini juga menorehkan berbagai pretasi di bidang lain. Mulai dari hal kerohanian, kecantikan, hingga olahraga. Sebagai seorang mahasiswa aktif dan wirausahawan, tentu bukan hal yang mudah bagi Afi dalam hal mengatur waktu untuk tugas kuliah dengan usahanya. Menurut Afi, belajar tetap menjadi prioritas utamanya. “Jika keduanya berbarengan, aku kerjakan tugas kuliah dulu setelah itu baru kemudian orderan, kecuali kalau ada UAS aku skip semua orderan buat fokus ujian atau UAS,” imbuhnya. Hingga saat ini, jumlah pelanggan Afi cukup banyak. Mayoritas dari mereka merupakan siswa sekolah, mahasiswa, dan masyarakat umum. Apabila pesanan tidak banyak, maka Afi mampu mengerjakannya sendiri. Namun, apabila pesanan cukup banyak
Afi biasa dibantu oleh sang Ibu. Terkadang, Afi harus turun sendiri mengantar pesanan menggunakan motor kepada pelanggan. Keuntungan yang diperoleh Afi dari usahanya tersebut mencapai Rp 500ribu hingga Rp 1 juta setiap bulan. Afi berencana akan membuka sebuah toko dan sekolah memasak. Dia mengatakan bahwa dia ingin berbagi ilmu serta memberikan dorongan kepada mahasiswa yang ingin berwirausaha seperti dirinya. “Harapannya, fokuslah dengan passion yang kamu miliki, berani mencoba hal baru dan jangan lupa berdoa,” jelasnya. (Mutya)
Foto : Dokumen Pribadi
Semangat Mengajar di Tengah Keterbatasan Semangat Sri Budi Lestari begitu luar biasa. Di tengah keterbatasan fisik akibat terserang penyakit langka yang menyebabkan pahanya mengecil, Bu Ayie, demikianlah ia akrab disapa, tetap menjalankan kewajibannya sebagai dosen di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Undip. Sempat mengalami masa-masa sulit, Ayie tetap mengajar dan beraktivitas layaknya dosen pada umumnya. Penyakit langka yang mengharuskannya berjalan menggunakan tripod beroda tak menyurutkan semangatnya dalam mengajar. Sepanjang aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan semangat, kekurangan tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti bagi Ayie. Perempuan kelahiran Jakarta, 22 Mei 1955 tersebut divonis penyakit langka robeknya selubung mielin pada neuron, atau dalam istilah medis disebut Demielinisasi. “Saya divonis tahun 2010, waktu itu pasca operasi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) di kaki
14
Manunggal
kiri saya. Kemudian, saya bertanya pada dokter kaki kanan saya kok lemes, apa ini efek dari operasinya. Ternyata tidak ada kaitannya antara kaki kiri dan kanan. Kaki kanan ternyata waktu dideteksi saraf pangkal paha saya tidak berfungsi,” ujar Ayie memaparkan kronologi penyakit yang ia derita. Demielinisasi menyerang oorang yang terlalu sering duduk, olahraga, mengangkat barang berat, dan bekerja terlalu keras yang menyebabkan saraf terjepit. Ketika dikonfirmasi, Ayie mengungkapkan bahwa selama ini ia tidak pernah merasa melakukan semua hal tersebut. “Salah satu penyebabnya saat dideteksi ternyata karena saya pernah ditabrak cukup keras dari belakang waktu saya naik motor setelah pulang kuliah. Saya jatuh tersungkur terseret dengan motornya”, ujar Ayie. Sempat Alami Masa Sulit Ayie sempat terpuruk akibat penyakit yang dia derita. Terlebih, kala itu ia masih menempuh pendidikan S3 di UGM. Ibu 3 anak tersebut, melanjutkan S3 di UGM
pada tahun 2008. Ayie yang kala itu sudah menyelesaikan ujian proposal, tiba-tiba divonis dokter terkena penyakit Demielinisasi. Ia sempat berniat mengajukan cuti karena merasa ragu-ragu, bahkan sempat membuat keputusan untuk mengundurkan diri. Niatnya untuk mengundurkan diri terganjal restu dari sang promotor, Prof Suhartono Wiryopranoto yang mendorong Ayie untuk tetap melanjutkan pendidikannya. “Waktu mau mengajukan cuti itu promotor saya bilang, sesuatu yang dijalani itu harus diselesaikan sampai finish. Tidak perlu mundur, pasti ada jalan. Kemudian ya saya tahu dia ingin memberi semangat, tapi kan saya waktu itu merasa kecil, mampu atau tidak,” ujar Ayie menuturkan. Namun, dorongan dari keluargalah yang semakin meyakinkan Ayie untuk menyelesaikan pendidikan doktornya tersebut. Ketika pertama kali masuk ke kampus dengan kondisi tersebut, orang-orang justru merasa salut. Ayie juga selalu difasilitasi ruang di lantai satu, perlakuan khusus dari sesama dosen, hingga pen-
jemputan oleh mahasiswanya sebelum proses mengajar di kelas dimulai. Di tengah penyakit yang membuatnya sulit untuk berjalan, Ayie tetap semangat menyelesaikan pendidikan doktor dan teguh memenuhi tanggung jawab sebagai dosen. “Kalau kita cari kesibukan, ada aktivitas seperti biasa itu nggak terasa. Dan kadang saya tidak merasa sakit, karena semua aktivitas tetap berjalan. Yang dapat saya petik dari kejadian ini, tentunya Allah memberikan satu ujian, pasti memberi satu solusi juga untuk menyelesaikan,” ujar Ayie. (Iga)
Foto : Dokumen Pribadi
Edisi I Tahun XVII November 2017
Gamelawan, Go Internasional Bersama Gamelan Alunan lagu See You Again yang dipopulerkan oleh Wiz Khalifa terdengar begitu berbeda ketika dinyanyikan dengan lirik berbahasa Jawa oleh salah satu musisi muda Indonesia, Gamelawan. Aransemen lagu yang dikemas apik dengan alat musik tradisional gamelan khas Jawa tersebut sukses menghadirkan perpaduan musik Jawa dan modern yang memukau.
Foto : Dokumen Istimewa Kholis Kurniawan yang akrab disapa Awan, adalah pemuda kreatif yang dikenal piawai menyulap lagu-lagu mancanegara menjadi lagu yang kental dengan musik gamelan. Pria kelahiran Lamongan, 13 Oktober 1990 itu menggunakan nama Gamelawan bukan tanpa alasan. Awan memperkenalkan musik gamelan versinya yang bisa disebut “Gamelannya Awan” dan mengakronimkan namanya menjadi “Gamelawan”. Di tengah kegemaran anak muda zaman sekarang dengan lagu-lagu modern, Gamelawan hadir dengan tekad untuk membawa budaya Indonesia, khususnya Jawa, ke kancah internasional. Ide tersebut bermula dari respons Awan terhadap musik tradisional Jawa yang semakin tergeser oleh musik-musik barat. “Saya ingin menjaga agar musik gamelan tetap bisa dinikmati kancah muda, muncullah ide menyulap lagu barat dengan rasa Jawa,” ujarnya saat diwawancara tim Tabloid Manunggal via email. Gamelawan mulai dibentuk sejak akhir November 2015 silam. Dalam mengaransemen lagu, Awan melakukannya seorang diri. Namun berbeda halnya dengan lagu duet, terkadang dia membagi tugas denga rekannya. “Untuk mengaransemen butuh waktu satu hari, mixing mastering satu hari, membuat lirik paling lambat
satu minggu, shooting paling cepat satu hari, editing video paling cepat satu hari,” jelas Awan. Berbicara mengenai komposisi, saat ini Gamelawan terdiri dari enam musisi, empat crew panggung, serta beberapa orang tim di balik layar. “Saya memilih tim gamelan dari keluarga, kemudian teman dekat. Mayoritas dari desa saya Sendangagung, ada yang dari luar kota (Jakarta) ada juga yang dari kecamatan lain dalam satu kota (Lamongan),” ujar Awan. Alat gamelan yang biasa Gamelawan gunakan sangat beragam, meliputi saron, bonang peking, kendang, demung, slenthem, siter, gong, namun kadang juga pakai gender, gambang, dan suling. Tentu tidak semua alat musik tersebut dibawa untuk live perform di atas panggung, beberapa mereka sajikan dalam bentuk sequencer atau backing track. Selain itu, Awan juga menggunakan teknologi komputer untuk menambahkan efek suara yang khas. Dalam mengkover lagu, tak jarang Awan menghadapi beberapa kendala. “Saat penentuan nada dasar itu tidak bisa leluasa menyesuaikan range nada vokal saya, karena kita menggunakan nada asli pelog yang artinya kita tidak bisa menaikkan menurunkan nada suka-suka, namun terbatas hanya pada nada pelog
Edisi I Tahun XVII November 2017
yang tersedia, sehingga hasilnya kurang maksimal bagi saya,” tutur Awan. Tak hanya mengkover lagu, saat ini Awan juga memproduksi lagu ciptaan pribadi yang berjudul “Awak Gering” atau dalam bahasa Indonesia berarti badan kurus. “Insya Allah akan segera menyusul single ke-2. Jo lali ndunga (jangan lupa berdoa),” tambah Awan. Duta Budaya Lamongan Sebagai salah satu grup musik yang bisa dibilang unik dan kaya akan kreativitas, Gamelawan sudah mengantongi beberapa prestasi. Salah satunya diundang di acara televisi nasional. “Alhamdulillah, menurut saya Gamelawan bisa dikenal lebih luas di Indonesia melalui televisi nasional itu adalah sebuah prestasi. Gamelawan sudah pernah diundang di Hitam Putih (Trans 7), Indonesian Morning Show (Net TV) , DAMI Jogja (Indosiar), Inbox (SCTV), dan di TV lainnya sebagai salah satu topik menarik yang diangkat,” ujar Awan. Tak sampai di situ, Gamelawan juga pernah berkolaborasi dengan putra bungsu Presiden RI Joko Widodo, yakni Kaesang Pangarep yang sempat menjadi perbincangan hangat di hampir seluruh televisi nasional. Atas beberapa pencapaian tersebut, Awan mendapat kepercayaan
menjadi duta budaya Kota Lamongan. Mampu Go Internasional Kehadiran Gamelawan menjadi salah satu bukti bahwa masih ada generasi muda yang mempertahankan budaya asli Indonesia dengan berkarya. Sesuai dengan tekad awal untuk membawa budaya Jawa di kancah dunia, terselip harapan-harapan besar bagi Gamelawan. ”Kami sangat berharap bisa go-internasional dengan diundang show di luar negeri atau bisa berkolaborasi dengan musisi dunia. Kami sangat berharap bisa membawa dan mengharumkan nama Indonesia di dunia,” ujar Awan. Tak hanya gemar, Gamelawan memiliki kreativitas untuk membawa budaya tradisional Indonesia lebih dikenal dunia. Tentu saja hal ini menjadi salah satu panutan bagi para pemuda Indonesia yang lain untuk lebih mencintai dan menjaga kebudayaan tradisional dari negeri sendiri. Pemuda dengan ciri khas mengenakan blangkon di kepalanya tersebut juga berpesan, “untuk seluruh pemuda Indonesia, jangan sia-siakan waktumu, manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk diri sendiri dan orang lain. Lakukan kebiasan positif, selalu positive thinking, optimis, semangat bekerja dan terus berkarya,” ujar Awan. (Iga)
Manunggal
15
Pembebasan Makna dalam ‘Skema’ Lagu Letto Oleh: Iga Tikah Rilanti* Selama ini, Letto dikenal dengan karya-karya mereka yang diminati oleh masyarakat dari segala usia. Lirik yang mendalam dipadukan dengan suara merdu sang vokalis menjadi ciri khas Letto. Sabrang Mowo Damar Panuluh alias Noe lah sosok di balik lagu-lagu yang sukses di pasaran tersebut. Hampir semua lagu-lagu Letto merupakan hasil ide dari putra budayawan tanah air, Emha Ainun Najib atau yang akrab disapa Cak Nun.
Letto merupakan grup musik Indonesia yang dibentuk tahun 2004 silam. Grup asal Yogyakarta ini beranggotakan Noe sebagai vokalis, Patub sebagai gitaris, Arian sebagai basis, dan Dhedhot sebagai drummer. Album pertama mereka “Truth, Cry, and Lie” pada akhir 2005 silam terjual sebanyak 510 ribu kopi. Album ini pun menjadi awal dari kesuksesan Letto di blantika musik Indonesia. Sempat diisukan bubar, Letto masih aktif hingga sekarang. Buktinya, mereka beberapa kali melakukan tur dan terakhir sempat mengisi original soundtrack film Bid’ah Cinta pada bulan Maret 2017.
Ilustrasi : Ika/Manunggal sity of Alberta Kanada tersebut adalah tipe pencipta lagu yang membebaskan pendengarnya untuk menginterpretasikan makna dari setiap lagunya. Dalam sebuah acara, Noe menjelaskan bahwa apa yang dia lakukan sebelum menulis lirik adalah dengan memunculkan gagasan terlebih dahulu. Noe menggali setiap gagasan yang muncul, mulai dari objeknya, subjeknya, sudut pandang, hingga seberaBerbeda dengan pencipta lagu pa luas gagasan tersebut dapat kebanyakan, pria lulusan Univer- diaplikasikan pada lagunya. De-
TENTANG TIADA
ngan kata lain, sebagai pencipta lagu, Noe lebih banyak menghabiskan waktunya untuk memperdalam gagasan. Baru setelah itu, pria berambut gondrong tersebut mulai menulis lirik lagu. Menurutnya, lirik akan dengan mudah mengikuti apabila konsep dan gagasan pada setiap karyanya jauh lebih matang. Noe juga mengungkapkan bahwa dalam membuat lagu, dia tidak pernah mengisahkan tentang potret suatu kejadian, tetapi Noe selalu menuliskannya dalam wujud skema. Menurutnya, dalam sebuah potret kejadian, subjek dan objeknya tidak bisa diubah sehingga pendengar hanya bisa memaknai lagu Letto sesuai dengan kejadian tersebut. Akan tetapi, jika yang disuguhkan adalah sebuah skema, pende ngar bebas memaknai lagu tersebut. Apabila subjek dan objeknya diganti “aku” dan “kamu”, maka akan menjadi sebuah lagu tentang sepasang kekasih. Jika subjek dan objeknya “aku” dan “Tuhan”, maka akan menjadi sebuah lagu tentang kecintaan terhadap Tuhan, begitu seterusnya. Letto tidak membatasi pendengarnya untuk memaknai setiap lagu-lagunya. Karena hal tersebut pula,
EPOS UNGGUN
menenggelamkan impian Di dasar kepedihan Langit pun membawa harapan Di puncak kekosongan
Kucantumkan tubuhmu dengan aroma hutan yang samar ketika terdengar ladang yang lenyap ke sebuah lanskap
Tiada... Tiada ombak menggeliat Tiada awan bergerak, mati Dan kosong baru saja menghantui
Tak ada yang tahu-menahu tentang salju Termasuk kau yang tunduk pada mimpi pagi dan ketakutan musim semi
Rasakan, nikmatilah liangmu Nikmatilah kekosongan yang sendu Rebahkan impian dan harapan Kelam baru saja mngambilmu
Setidaknya dingin belum berakhir danpohon-pohonmasihmenyembunyikandiri begitu kita catat adegan-adegan di sebuah dongeng
Tatap semua raga, tertawalah Dunia kekal menunjukmu cepat bersua Dan dunia? Hanya omong kosong belaka Begitupula cinta...
Barangkali akan ada angin yang panjang yang bersandar pada sebuah kayu bakar ketika gelap mulai tersimpan di sini tak ada yang akan dilakukan lagi
Iswara Iskandar Administrasi Bisnis FISIP 2016
Tegar Satriani PWK/Teknik 2013
16
Manunggal
karya-karya Letto bisa dikatakan lebih bersifat universal dan dapat diaplikasikan dengan kejadian apa pun sesuai yang dialami pendengar. Karya yang mampu dimaknai secara universal tersebut dapat ditemui di hampir semua lagulagu Letto. Lagu yang berjudul Permintaan Hati misalnya, jika dipandang dari sudut pandang hubungan antarmanusia, lagu ini bisa kita maknai sebagai seseorang yang menginginkan orang yang dicintainya kembali. Namun jika kita menafsirkan dari sisi hubungan manusia dengan Tuhannya, lagu ini memiliki makna manusia yang seringkali lalai dengan kewajibannya kepada Tuhan karena terbuai dengan nikmat duniawi. Di dalamnya juga seolah mengisahkan permohonan seorang hamba agar mendapat hidayah untuk tidak semakin jauh kepada sang pencipta karena tanpa Tuhan manusia bukanlah apa-apa. Lagu terbaru mereka, Kasih Tak Memilih juga tak kalah memberikan makna universal bagi para pendengarnya. Lagu ini menggambarkan bagaimana sebuah cinta kasih tidak akan memilih. Perbuatan saling menyanyangi, menghargai, tolong menolong dilakukan tanpa pandang bulu seperti yang diajarkan setiap agama. Inilah yang membedakan Noe, dengan pencipta lagu keba nyakan. Pria berzodiak Gemini tersebut tidak memonopoli makna dari setiap lagunya. Lirik yang sarat makna dan terkesan sufistik itulah yang akan kita temukan dalam setiap lagu yang ia tulis dan aransemen. Sehingga yang dimunculkan adalah banyak dimensi, berbagai tafsir, serta perbedaan sudut pandang. Noe sukses menciptakan skema yang apik, menjadikan setiap karyanya kaya akan pemaknaan. Letto dan Noe adalah gambaran grup musik dan musisi idealis Indonesia. Mereka tetap mempertahankan idealismenya hingga saat ini tanpa tergoda kondisi pasar. Lirik yang penuh dengan kias namun sarat makna, gagasan yang matang, serta aransemen lagu yang unik menjadi kekuatan tersendiri bagi Letto. *Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Edisi I Tahun XVII November 2017
Tetap Berkarya Di Usia Senja Biodata Di usia senja, sosok sang novelis tidak sama dengan orang tua lain yang tinggal di panti jompo. Apabila para lansia lainnya dititipkan, Nh. Dini menitipkan diri sendiri. Alasannya tidak lain adalah ia tak ingin merepotkan orang lain. Kali ini, Reporter Manunggal Mutya Arba berkesempatan mewawancarai Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau yang lebih akrab disapa Nh. Dini yang merupakan sastrawan, novelis, dan humanis Indonesia. Di tengah usianya yang sudah menginjak kepala-8, salah satu sastrawan legendaris di Indonesia ini masih membimbing skripsi, mengisi acara seminar, bahkan bolak-balik ke Jakarta setiap ada undangan seni di Taman Ismail Marzuki. Usia senja tak menghalanginya naik pesawat dan bepergian sendiri. Jika butuh bantuan, dia sendiri lah yang menghubungi maskapai untuk meminta kursi roda. 1. Bu Dini telah menghasilkan banyak karya, apakah Bu Dini masih menulis hingga saat ini? Masih, saya masih punya tabungan yang saya sebut tabungan bahan untuk satu novel lagi. Kalau ini yang terakhir, dulu saya menyebutnya “Cerita Kenangan” itu yang ke 14, ini yang ke 15.Dari Yayasan Ahmad Bakrie menyeleksi banyak karya setiap tanggal 17 Agustus yang akan mendapatkan Hadiah Sastra untuk menghargai kesusastraan, sastrawan, dan penulis. Nah, dari situ saya tahu bahwa mereka menyebut saya pengarang novel autobiografis. Karya yang sekarang ini sedang saya edit, sudah jadi tetapi saya baca lagi berulang-ulang, tidak terburu-buru. Rencananya akan terbit saat ulang tahun saya yang akan datang, bulan Februari tahun ini. 2. Apa yang membuat Bu Dini masih terus semangat untuk menulis? Saya semangat karena kehadiran saya rupanya sangat dicermati oleh beberapa pengagum, penggemar. Saudara yang terkadang bertanya, “Ibu sedang nulis apa?”, “Saya baca ulang pada sebuah kapal, karya kamu betul-betul meyakinkan”. Sejak dulu saya hidup selalu bergantung pada diri sendiri. Saya teringat adik sepupu saya sekarang yang sedang sakit, dulu pernah
Nurhayati Srihardini Siti Nukatin (Nh. Dini) Semarang, 29 Februari 1936. Sastrawan, novelis, dan feminis Indonesia yang karyanya sudah mendunia.
Foto : Dokumen istimewa bekerja dengan pak Ali Sadikin. Jadi, sekarang kalau ada rezeki saya ingatnya dengan adik sepupu saya itu. Karena ayahnya dia, paman saya dulu yang merawat kami, merawat ibu saya.
Lorong di Kotaku” itu saya dedikasikan untuk ibu saya. Nah, jadi setiap karya yang saya tulis punya riwayatnya masing-masing. 5. Selama lebih dari 60 tahun berada dalam dunia kesusastraan, adakah penghargaan yang paling ibu banggakan dan karya yang paling Bu Dini sukai selama menjadi seorang novelis? Ada, penghargaan dari Yayasan pak Ahmad Backrie karena karya dan jasa saya di bidang Sastra Indonesia. Ini saya tekankan penghargaan untuk sastrawan di Malaysia, bagaimanapun jeleknya pemerintahan itu, tetapi dapat memberikan penghargaan berupa gelar sastrawan negara untuk Nh. Dini. Mendapat tunjangan berupa uang kesehatan, tunjangan hari raya, kegiatan kerohanian dan sebagainya. Saya mendapatkan penghargaan berupa pemberian Hadiah Sastra. Pilihan saya selalu novel yang berjudul “Hati Yang Damai”, itu bermacam-macam alasannya. Novel tersebut saya tulis sebelum saya keluar negeri, saya menulisnya sebelum saya menikah, sebelum saya menjalani hidup berumah tangga. Tetapi kalau sekarang saya membaca ulang, jadi seperti nyata. Seolah-olah berbagai peristiwa, pengalaman yang dulu belum pernah saya alami itu sudah tertulis dalam novel “Hati Yang Damai”. Jadi itu sebuah karunia dari Tuhan. Lalu novel yang kedua berjudul “Jalan Bandungan”, itu juga berdasarkan pengalaman saya sendiri maupun pengalaman teman-teman saya. Namun porsinya lebih banyak dari pada novel yang berjudul “Pada Sebuah Kapal” karena banyak pengalaman yang saya masukkan di situ.
3. Apa motivasi ibu masih melakukan aktivitas menulis di usia Bu Dini yang sudah memasuki kepala delapan? Karena saya tidak bisa menganggur, mbak. Terutama karena didikan dari ibu saya. Ibu saya selalu membatik untuk dirinya sendiri di usia tuanya untuk mengisi kesibukan. Saya pikir, menulis ini merupakan karunia dari Tuhan. Jadi saya ini merasa mapan, mengapa tidak diteruskan? Passion atau gairah itu dapat diatur, yang paling utama itu motivasi. Jadi dulu tujuan utama saya itu mencari uang melalui sajak yang saya tulis di RRI. Saat ibu saya masih hidup, dia pasti bertanya kalau saya tidak siaran, menanyakan tulisan terbaru. Lalu yang paling membakar semangat saya itu waktu Radio Purwokerto, Radio Yogyakarta, Radio Semarang, dan Radio Surakarta mengadakan lomba sandiwara radio. Setiap minggu ibu saya mendengarkan, mengikuti saat kelompok saya yang bernama Kuncup Berseri sedang siaran. Ibu saya bilang kalau naskah saya itu paling bagus, dan ternyata benar saya menang. Saya berangkat ke Jogja untuk menerima hadiahnya. Ibu saya itu sangat perhatian, dan itu motivasi terbesar. Bagi saya nomor satu itu uang, untuk menyenangkan Ibu saya. Cerita kenangan yang saya sebut mulanya Ibu saya yang menyarankan untuk ditulis. Apa yang dulu saya dan Ibu saya lakukan, seiring waktu zaman akan berubah. Saat dulu kita pergi ke desa naik dokar, menyeberang kali, 4. Mengapa Bu Dini memilih besok sudah tidak akan ada lagi. wisma sebagai rumah ibu untuk Buku Cerita Kenangan perta- melakukan aktivitas sehari-hari? ma saya yang berjudul “Sebuah Karena ini pilihan saya. Alasan
Edisi I Tahun XVII November 2017
Prestasi • 1988 Memenangkan hadiah pertama se-Indonesia “Lomba Menulis Cerita dalam Bahasa Perancis” yang diselenggarakan oleh koran Le Monde. • 1989 Menerima “Hadiah Seni untuk Sastra” dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. • 1991 Menerima penghargaan Bhakti Upapradana (bidang sastra) dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. • 2000 Mendapat Hadiah Seni dari Dewan Kesenian Jawa Tengah bersama Gesang dan ahli waris Ki Narto Sabdo • 2002 Menjadi anggota Akademi Jakarta. • 2003 Menerima Penghargaan bagi pengarang se-ASEAN (Sea Writers Awards) di Bangkok, Thailand. • 2008 Menerima Hadiah Francophonie dari negara-negara yang menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa resmi kedua. • 2011 Mendapat Penghargaan Ahmad Bakrie karna karya dan jasanya di bidang sastra Indonesia. pertama mengapa saya memilih tinggal di Wisma Lansia adalah karena saya sudah bosan mengurus rumah tangga. Punya rumah sudah berusia lanjut memerlukan bantuan untuk bersih-bersih dan lain-lain. Padahal, di zaman sekarang sulit cari pembantu. Anak-anak muda, baik yang sudah kawin atau yang masih bujangan memilih bekerja di pabrik. Anak asuh tidak mau tinggal di rumah-rumah induk semang atau asuh. Saudara-saudara atau kemanakan hidup pas-pasan, rumah mereka berdesakan. Saya tidak ingin merepotkan mereka. Maka jalan keluarnya adalah mondok di suatu tempat mirip hotel. Wisma Lansia ini lumayan karena ada perawat, dibersihkan cukup rutin. Walaupun makanan sudah bosan, itu bisa disikapi secara pribadi.
Manunggal
17
1
Kecanduan Yang Berlebihan Terhadap Media Sosial
Bermain sosial media merupakan kegemaran yang selalu saya lakukan berjam- jam setiap harinya. Saking seringnya, saya bahkan sering menunda-nunda pekerjaan dan kewajiban demi update status dan berita kekinian. Apa yang harus saya lakukan untuk mengurangi kecanduan saya? (Dwi) Kecanduan akan sosial media biasa kita sebut Nomophobia atau FOMO (Fear of Missing Out). Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecanduan akan penggunaan media sosial yang berlebih, salah satunya dengan menghapus dan memblokir beberapa media sosial untuk sementara, membatasi penggunaan dalam batas wajar, dan cari aktifitas lain yang lebih bermanfaat.
2 Tidak Mampu Meyakinkan Diri Usia saya 21 tahun, dan saya seringkali tidak percaya dengan diri sendiri. Ketika sudah memutuskan sesuatu, saya cenderung tidak mampu meyakinkan diri akan keputusan yang telah saya ambil. Bagaimana cara mengatasi permasalahan saya? (Annisa) Halo Annisa. Permasalahan yang anda hadapi dapat terjadi karena pada dasarnya anda belum memiliki keyakinan atau landasan pasti sebelum melakukan sesuatu. Percaya diri dapat dipupuk sedini mungkin dengan terus meningkatkan pengetahuan dan mencoba melebur dengan organisasi sesuai minat dan bakat. Selain menambah pengalaman dan wawasan, dengan bergabung dengan organisasi, kita akan terbiasa berhadapan dengan masalah dan tanggung jawab yang secara tidak langsung akan meningkatkan rasa percaya diri kita akan suatu hal.
3
Fobia Terhadap Ketinggian
Saya merupakan seseorang yang memiliki fobia dengan ketinggian. Ketakutan yang berlebihan akan objek-objek yang tinggi dan berdiri di tempat tinggi seringkali menyulitkan saya dalam beberapa aktivitas. Apakah fobia dapat disembuhkan? Dan bagaimana langkah penanganannya? (Ando) Fobia merupakan rasa takut yang berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu dan tentu saja dapat disembuhkan. Pada beberapa kasus, penderita fobia umumnya disembuhkan dengan melakukan terapi perilaku kognitif yang dikombinasikan terapi pemaparan atau desentisisasi. Terapi ini dilakukan dengan meningkatkan frekuensi paparan objek secara berkesinambungan untuk mengurangi rasa takut pasien terhadap objek atau situasi secara perlahan-lahan.
Ilustrasi : Ika/Manunggal
18
Manunggal
Diasuh oleh: Dra. Endang Sri Indrawati, M.Si. Psikolog dan Dosen Psikologi, Undip
Edisi I Tahun XVII November 2017
Split, Berpetualang bersama 23 Kepribadian yang Berbeda
Sutradara malan Genre
Foto : Dokumen Istimewa
Judul Film Pemain
: Split : James McA voy, Anya Tay lor-Joy, Haley Lu Richardson, Jessica Sula, Betty Buckley, Izzie Coffey, Brad William Henke, Sebas tian Arcelus. : M. Night Shya : Horror, Thriller
Dennis berusaha membohongi Dr Flecther dengan mengatakan bahwa Barry yang selama ini menemuinya. Sementara itu, Dokter Fletcher menaruh curiga kepada Barry karena menilai bahwa bukan Barry yang sedang menguasai tubuh Kevin, melainkan Dennis. Ketiga gadis yang diculik tentu saja panik dengan situasi asing yang mereka alami. Berkali-kali Casey, Claire, dan Marcia mencoba meloloskan diri, tetapi tetap saja Dennis selalu mencegahnya. Dennis memperingatkan pada mereka bahwa akan ada sosok monster menyeramkan yang akan menyantap mereka. Casey, seorang gadis mendiam yang cerdas, memanfaatkan karakter Hedwig agar bisa keluar dari tempat yang ia sendiri tidak tahu dimana karena tidak terdapat jendela di dalam ruang tersebut. Usaha tersebut nyatanya gagal karena Hedwig mengetahui bahwa Casey, Claire, dan Marcia akan melarikan diri. Lalu, bagaimana nasib Casey, Claire dan Marcia dan apakah mereka dapat bertahan hidup? Apakah kepribadian Kevin yang ke 24 akan benar-benar muncul? Split menjadi ajang yang sukses bagi M. Night Shyamalan. Sutradara ini mampu mengangkat tema kepribadian ganda de ngan menegangkan. Penggunaan efek close up membuat ketakutan Casey, Claire, Marcia dan Kevin terasa begitu nyata bagi penonton. Apalagi ada pergerakan kamera yang secara perlahan-lahan membuat penonton ikut deg-degan saat adegan menegangkan. Untuk Anda yang ingin menonton film ini, pastikan Anda memiliki pemahaman yang lebih. Pasalnya, hingga akhir film, cerita yang dihadirkan tetap sulit untuk ditebak dan cukup diluar dugaan. Split tidak akan sukses tanpa akting keren dari McAvoy. Ia mampu memainkan karakter Kevin yang berbeda-beda dalam hitungan detik saja. (Desmonda, dari berbagai sumber)
Edisi I Tahun XVII November 2017
Judul Buku Pengarang Tebal Penerbit
: Dari Ngalian ke Sendowo : Nh. Dini : 268 halaman : Gramedia Pustaka Utama
Nurhayati Sri Hardini, atau lebih dikenal dengan nama Nh. Dini merupakan sastrawan wanita yang cukup populer sebagai seorang pengarang sejak tahun 80-an. Beberapa buku ataupun novel telah terbit berkat kreativitasnya dalam mengarang, seperti Lorong di Kotaku (1986), Padang Ilalang di Belakang Rumah (1987), Sekayu (1988) Langit, dan Bumi Sahabat Kami (1988). Menjadi seorang pengarang tidak menjadikan Nh. Dini memiliki kehidupan yang nyaman layaknya kebanyakan orang pikirkan. Di dalam buku ini, diceritakan secara lengkap tentang kisah hidup seorang Nh. Dini di masa tuanya. Selain menceritakan kehidupannya sebagai seorang penulis, buku tersebut juga menyajikan berbagai kisah yang dramatis yang dapat membangkitkan emosi pembaca.
Foto : Dokumen istimewa
Bagaimana jika Anda sedang bersama dengan seseorang yang memiliki 23 kepribadian yang berbeda? Film terbaru berjudul Split yang digarap oleh sutradara sekaligus penulis skenario M Night Shyamalan menghadirkan film bertema psychological thriller. Sejak awal kariernya, sutradara yang juga menggarap film The Happening (2008) ini konsisten menghadirkan film bertema supernatural yang penuh twist. Film dibuka dengan aksi penculikan oleh seorang pria kepada tiga orang gadis bernama Casey (Anya Taylor-Joy), Claire (Haley Lu Richardson), dan Marcia (Jessica Sula) yang pada saat itu menunggu ayahnya di mobil. Pria tersebut membawa ketiga gadis yang diculiknya ke sebuah gudang tua. Setiap harinya, pria ini sering berganti pakaian yang berbeda-beda. Setiap kali berganti pakaian, tingkah lakunya pun berbeda-beda seolah bukan seseorang yang sama. Terkadang dia menjadi seorang wanita dingin bernama Patricia, pria dengan obsessive-compulsive disorder bernama Dennis, pria kemayu yang suka dengan fashion bernama Barry, dan juga menjadi anak kecil berumur 9 tahunbernama Hedwig. Rupanya pria tersebut memang memiliki kelainan jiwa, yang memaksanya untuk berubah-ubah lantaran di dalam di rinya memiliki 23 macam kepri badian. Kepribadian aslinya yang bernama Kevin (James McAvoy) sangat jarang muncul karena selalu tertahan dengan kepribadian yang mendominasi. Kevin sudah mengaku kepada Dr Flecther (Betty Buckley), seorang psikiater, bahwa di dalam dirinya memiliki 23 kepribadian dan akan muncul kepribadian ke 24 yang sangat buas. Hal ini disebabkan oleh trauma masa kecil Kevin yang dimana mengalami kekerasan pada ibu kandungnya sendiri. Dari trauma tersebut, muncul kepribadian-kepribadian yang dikenal dengan istilah dissociative identity disorder. Melalui perantara karakter Barry, Kevin berinteraksi dengan Dr Flecther.
Alur Hidup Sastrawan Sejati
Ketertarikan seorang Nh. Dini terhadap dunia tulis-menulis di mulai ketika ia mengenyam pendidikan di jenjang SMP. Pada waktu itu, karyanya yang biasanya berbentuk sajak dimuat dalam beberapa majalah ternama. Puncaknya adalah ketika cerpen pertamanya yang berjudul “Pendurhaka� dimuat di halaman utama majalah Kisah. Terlebih lagi, karyanya disorot oleh seorang HB Jassin. Kala itu HB Jassin merupakan pengarang yang terkemuka di Indonesia. Selepas itu, ia semakin memantapkan dirinya di dunia kepengarangan. Tanpa ragu, ia melanjutkan pendidikanya di SMU jurusan sastra. Sebagai seseorang yang total dalam dunia tulis menulis, Nh. Dini tidak hanya aktif menciptakan karya. Di rumahnya yang terletak di Ngaliyan, Semarang
Nh. Dini juga mendirikan pondok baca. Di pondok baca tersebut tersedia berbagai jenis buku, mulai dari buku sastra hingga buku pengetahuan umum. Tentunya, dalam mengelola pondok baca, Nh Dini tidak sendiri dalam hal pendanaanya. Beberapa teman dan saudaranya, terutama di Rotary Club Semarang Kunthi atau biasa disingkat RCSK yang turut membantu Dini untuk mengoperasikan pondok baca agar tetap hidup. Setelah cukup lama tinggal di Ngaliyan, pada tahun 2002 Nh. Dini pindah ke Yogyakarta tepatnya di Yayasan Wredha Mulya di daerah Sendowo. Tempat itu merupakan perumahan yang dikhususkan untuk para lansia yang masih sanggup memenuhi kebutuhanya sendiri. Kepindahannya bukan tanpa alasan. Tubuhnya yang semakin lemah menyebabkan dia merasa kewalahan mengurusi rumah besarnya yang berada di Ngalian. Rumah yang besar juga memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam perawatannya. Setahun setelah kepindahanya ke Sendowo, Nh. Dini mendapat suatu penghargaan besar di tingkat Asia Tenggara. Berkat kepiawaianya dalam menulis, ia menjadi salah satu orang yang mendapatkan anugrah sebagai Southeast Asia Writers Award di Bangkok, Thailand. Penghargaan tersebut merupakan penghargaan yang diberikan oleh kerajaan Thailand, khususnya Ratu Sirikit yang merupakan penggemar karya sastra kepada penulis di Asia Tenggara. Selain Southeast Asia Writers Award, pada tahun 2000, Nh. Dini juga menerima Hadiah Seni dari Dewan Kesenian Jawa Tengah. Melalui kisahnya, Nh. Dini mengajarkan agar tidak menyerah dalam menjalani kehidupan ini betapapun sulitnya. Di samping itu, penulis juga menyeru untuk senantiasa menghargai waktu dan memberi toleransi. Dalam buku ini, penulis menggunakan struktur bahasa yang sederhana yang mudah untuk dipahami. Namun, terdapat beberapa kata bahasa Jawa yang digunakan tanpa ada penjelasan maknanya sehingga sebagian pembaca harus menerka sendiri maksud yang ingin disampaikan penulis. (Anastia, dari berbagai sumber)
Manunggal
19
20
Manunggal
Edisi I Tahun XVII November 2017