Tabloid edisi ii tahun xiv januari 2015

Page 1

FORUM MAHASISWA

Edisi II Tahun XIV Januari 2015

Sajian Utama Rektor Terpilih Jadi Menteri, Undip Butuh Pengganti

Fokus Mahasiswa FT Kelola Lahan Parkir Sendiri

Liputan Khusus Burjo Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015


FORUM SALAMMAHASISWA REDAKSI

Salam Pers Mahasiswa! PUJI syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Tabloid Manunggal 2014 edisi kedua kembali hadir. Terbitnya Tabloid Manunggal edisi kedua ini bertepatan dengan pasca pemilihan rektor (pilrek)Undip beberapa waktu silam. Seperti yang kita ketahui, masa jabatan Prof. Sudharto P. Hadi, MES., Ph.D. berakhir pada Desember 2014. Untuk itu, proses pilrek sudah dimulai beberapa bulan sebelum masa jabatan Prof. Sudharto habis. Kami mengangkat tema tersebut pada rubrik Sajut mulai dari tahap penja-

ringan, penyaringan, hingga terpilihnya rektor baru yang kemudian diangkat menjadi menteri dalam Kabinet Kerja Presiden Jokowi. Para pembaca juga dapat melihat cermin sivitas akademika Undip dalam mengawal pilrek dalam polling yang dikelola oleh Tim Litbang Manunggal. Kami juga mengangkat satu hal unik yang ada di lingkungan kampus Undip, yakni pengelolaan lahan parkir FT yang dilakukan oleh mahasiswa sendiri. Pihak dekanat FT membiarkan hal tersebut sebagai sarana belajar manajemen. Info selengkapnya dapat dilihat pada rub-

Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal Universitas Diponegoro Pelindung: Prof Drs. Sudharto P. Hadi, MES., Ph.D. Penasihat: Prof. Dr. dr. Hertanto W. Subagio, M.S., Sp.GK., Dr. Mohammad Chabachib, M.Si, Akt, Drs. Warsito, S.U., Prof. dr. Sultana, Ph.D., Dr Adi Nugroho, Rini Handayaningsih Pemimpin Umum: Dila Naharikra W. Sekretaris Umum: Indraswari Nur I. Pemimpin Redaksi: Nur Ainina Razan Pemimpin Litbang: Zulfa Ayu A. Pemimpin Perusahaan: Fikri Maulana Sekretaris Redaksi: M. Iqbal Tawakal Redaktur Pelaksana Tabloid: Klaudia Molasiarani Staf Redaksi Tabloid: Fathur Albaani, Gina Mardani C., Rr. Selli Nisrina F. Redaktur Fotografi: Fadhila Kusumaningrum Reporter Fotografi: Agung Prasetyo, Sekardwita R. Redaktur Artistik: Febrianna Chadijah Staf Artistik: Rachmat Saleh, Rosyida Noor A. Redaktur Pelaksana Cyber News: Rifqi Aditya U. Reporter Cyber News: Ririn Wulansari, Ahmad K. Nuzuli, Kalista V. Redaktur Pelaksana Joglo Pos: Shela Kusumaningtyas Reporter Joglo Pos: Anisah Novitarani, Faiz Balya M., Nigitha Joszy Redaktur Pelaksana Majalah: M. Irzal Adiakurnia Reporter Majalah: Rindu Rescuemha, Maya Nirmala T., Merina Wulandari, Manajer Rumah Tangga: Regita Andriani Manajer Produksi dan distribusi: Rodhiyah Nur A. Produksi dan distribusi: Dewi Komala Kadiv Kaderisasi: Vina Putri W. Staf Kaderisasi: Najah Anindya A. Kadiv Jaringan Kerjasama: Eka Puspita A. P. Staf Jaringan Kerjasama: Nurdinda J. Kadiv Data dan Informasi: Saveratul A. Staf Data dan Informasi: M. Fuad Manajer EO: Asep Virgo Staf EO: Haqqi I., Mizan Ikhlasul R. Alamat Redaksi, Iklan dan Sirkulasi: Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Joglo Universitas Diponegoro Jln. Imam Bardjo, SH No.2 Semarang 50241 Telp: (024) 8446003 Email: persmanunggal@ yahoo.com Website: www.manunggal.undip.ac.id

GONG

rik Fokus. Adapun rubrik Lipsus yang mengupas gaya hidup mahasiswa yang akrab dengan tempat makan bernama Burjo. Kedekatan mahasiswa dengan tempat makan yang relatif murah ini, membuat burjo makin menjamur di lingkungan kampus. Tidak hanya info seputar kampus, Tim Tabloid Manunggal juga melakukan plesir ke Magelang dan Yogyakarta. Di Magelang, ada kesenian yang pernah tampil pada pembukaan PIMNas beberapa waktu lalu di Undip, yakni Kesenian Soreng. Liputan Soreng ini berbicara tentang karakter tarian yang dibawakan oleh para penari Soreng yang terkesan kasar. Simak liputan lengkapnya dalam rubrik Sastra Budaya. Tak tanggung-tanggung, Tim Tabloid memutuskan untuk meneruskan liputan ke Yogyakarta. Di sana, kami menemukan objek wisata alam yang dapat

dikatakan baru. Bagi para pembaca yang memiliki minat travelling, objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran bisa jadi referensi saat berlibur. Pasalnya, para pengunjung bisa melakukan tracking, camping, outbond, live-in, dan sebagainya. Penasaran? Simak liputannya dalam rubrik Perjalanan. Bagi yang memiliki passion berwirausaha, rubrik Pojok Usaha mempunyai liputan menarik tentang dua mahasiswa Undip yang berwirausaha. Liputan ini mengulas perjuangan mereka dalam merintis usaha yang mereka geluti hingga sekarang. Adapun liputan tentang mahasiswa dan dosen yang memiliki pengalaman di bidang tertentu dan membuahkan hasil. Simak liputan lengkapnya dalam rubrik Sosok. Akhir kata, Selamat membaca!

SURAT PEMBACA

Sarana Prasarana Undip untuk Siapa? SEBAGAI mahasiswa Undip, mengapa begitu rumit untuk mengurus peminjaman fasilitas kampus? Mulai dari peminjaman bus, sepeda, hingga peminjaman gedung dan tempat lainnya untuk kegiatan kemahasiswaan tampak dipersulit oleh birokrasi. Sebagai bagian dari Undip, saya

berharap agar kampus dapat memberikan prosedur yang lebih mudah dipahami oleh mahasiswa. Birokrat pun seyogianya lebih ramah terhadap mahasiswa, bukan malah mempersulit. Terima kasih. Jayalah Diponegoro Universitasku! IDN Fakultas Sains dan Matematika Oleh: Febrianna/Manunggal

Mahasiswa Tidak Kenal Calon Rektornya Sosialisasinya kurang gencar atau mahasiswanya apatis? Rektor Terpilih Diangkat Menjadi Menteri Semoga amanah dan sivitas akademika tetap mengawal pilrek selanjutnya Aktivis Mahasiswa Gulirkan Aksi Saat Pilrek Asal tetap junjung tinggi etika berpendapat dan paham aturan. Mahasiswa FT Kelola Lahan Parkir Sendiri Mahasiswa kok ya turun tangan urus parkir?. Redaksi menerima tulisan berupa opini, esai, puisi, cerpen, surat pembaca, dan akademika. Tulisan diketik rapi dengan spasi 2, maksimal 3 folio. Redaksi berhak melakukan penyuntingan naskah seperlunya. Tulisan dapat dikirim melalui email ke persmanunggal@yahoo.com.

2

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015


FORUMGAUNG MAHASISWA

Sinergisme Pemimpin dengan Masyarakat dalam Keberagaman Ide Oleh: Dila Naharikra Winengku* TAHUN ini, Indonesia menggarap sebuah hajatan yang akan menjadi penentu nasib orang banyak dalam beberapa tahun ke depan. Hajatan tersebut begitu digembor-gemborkan karena menyangkut pencarian seorang sosok pemimpin. Bangsa kita mencari sosok pemimpin yang sesuai dengan harapan ke depan. Semua hal itu nampak dalam pergulatan pemilihan pemimpin, mulai dari tingkat desa, kecamatan, kota, provinsi, hingga lingkup nasional. Kampanye di setiap waktu dan tempat serta perang kalimat antarpendukung sangat gencar dilakukan demi terpilihnya sosok yang mampu merepresentasikan pemikiran dan gagasan mereka. Senada dengan pencarian sosok pemimpin negara, Undip turut melakukan hal yang sama untuk menentukan

pemegang estafet kepemimpinan kampus selanjutnya. Persiapan yang tak kalah menguras pikiran pun mewarnai tahaptahap pemilihan pimpinan Undip ini. Berbeda dengan sistem pemilihan pada umumnya, dalam pemilihan rektor, mahasiswa tidak terlibat memberikan suara. Hak suara dalam pemilihan rektor hanya dimiliki Senat Universitas. Hal ini sesuai dengan peraturan yang tertera dalam Peraturan Kemendikbud No. 33 tahun 2012. Para calon rektor dengan kualitas terbaik akan disaring sesuai dengan syarat dan aturan yang berlaku. Tak sekadar memimpin, seorang pemimpin nantinya harus memiliki tindakan dan pengaruh yang didasarkan pada akal dan logika serta inspirasi dan gairah. Selain itu, pemimpin juga sebaiknya memiliki keterampilan konseptual, interpersonal

skill, serta keterampilan teknis. Seorang pemimpin juga harus mampu membedakan kapan menggunakan kekuasaan dan kapan menggunakan wewenang, mampu memberi perubahan positif dalam budaya organisasi yang sudah ada, serta mampu mengambil keputusan di tengah keberagaman yang muncul. Keberagaman tersebut muncul dari berbagai ide kreatif setiap individu yang ada di dalamnya, yang kemudian oleh rektor terpilih nanti akan diambil sebuah keputusan yang baik untuk dijalani bersama. Lembaga pendidikan, khususnya universitas, memerlukan pemimpin dengan karisma positif yang berorientasi kekuasaan sosial. Pemimpin harus menekankan internalisasi dari nilai-nilai, bukan identifikasi pribadi. Di samping itu, banyak hal yang perlu diperhatikan seorang pemimpin, yakni otoritas didelegasikan hingga batas

yang cukup besar, informasi dibagikan secara terbuka, partisipasi didorong dalam keputusan, dan penghargaan digunakan untuk menguatkan perilaku yang konsisten dengan misi dan sasaran kampus. Akan tetapi, semua kembali pada masing-masing individu di dalamnya. Sebagai masyarakat Undip, siapkah kita bersatu-padu mewujudkan perubahan ke arah yang lebih baik bersama rektor selanjutnya? Ataukah kita hanya duduk tenang tanpa berani maju? *) Pemimpin Umum LPM Manunggal Universitas Diponegoro

OPINI

Rektor Terpilih dan Pola Ilmiah Pokok Undip Oleh: Ir Suryono, MSc* HARI Senin (29/9) lalu, tahap putaran kedua pemilihan rektor Undip telah usai. Mengacu pada statuta Undip sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terbesar di Jawa Tengah, maka pemungutan suara dalam pemilihan rektor diperoleh dari oleh 65% (126 suara) anggota Senat Universitas dan 35% (72 suara) dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Beberapa kalangan sering menyoal mengapa seorang menteri harus ikut menentukan layak tidaknya seseorang untuk memimpin sebuah universitasnya sendiri. Aturan birokrasi yang ada memang dibuat demikian karena Undip adalah PTN milik pemerintah, sehingga pemerintah harus ikut menentukan sosok pemimpin yang akan mengelola aset miliknya tersebut. Untuk itu, sivitas akademika Undip hendaknya memahami aturan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 33 Tahun 2012 ini. Tidak hanya aturan, sivitas akademika juga perlu memahami statuta Undip untuk mewujudkan proses demokrasi kampus agar berlangsung dengan aman, tertib, dan lancar. Dengan total 198 suara dalam pemilihan rektor silam, anggota senat dan perwakilan Mendikbud secara sah telah menjatuhkan pilihan. Maka, keluarlah Prof Drs Muhammad Nasir MSi Akt

PhD sebagai rektor terpilih periode 20142018 dengan perolehan suara sebesar 148 suara, disusul Prof Dr Muchamad Syafrudin MSi Akt 36 suara, dan Prof Dr Ir Purwanto DEA 14 suara. Sivitas akademika hendaknya mendukung rektor terpilih untuk dapat menjalankan visi dan misinya serta mengeksekusi program kerjanya untuk menjadikan Undip sebagai universitas riset bertaraf internasional. Strategi Undip sebagai universitas riset tahun 20152020 adalah untuk meningkatkan daya saing regional, fase IV awal sebagai universitas riset. Keunggulan kompetitif yang bisa dipakai sebagai daya ungkit Undip sebagai universitas riset adalah letak geografisnya yang berada tepat di ibukota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang. Kota pesisir yang berada tepat di tengah Pantura Barat dan Pantura Timur Jawa Tengah ini memiliki keanekaragaman hayati pesisir dan pulau-pulau kecil. Undip memiliki kampus seluas 51,5 Ha, dengan bangunan kampus seluas 5.780 m2, bangunan empat blok tingkat asrama, serta 46 rumah mess dosen, peneliti, dan karyawan di Marine Station Teluk Awur, berada persis di depan Pulau Panjang yang ditetapkan Bupati Jepara sebagai Kawasan Pencadangan Konservasi Laut Daerah bernama Taman Pulau Kecil Pulau Panjang serta Taman Nasional

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

Kepulauan Karimunjawa sebagai destinasi wisata bahari alternatif setelah Bali dan Lombok. Program kerja rektor terpilih, seyogianya kembali pada keberanian mengeksekusi Pola Ilmiah Pokok (PIP) Undip, yaitu “Tropical Coastal Ecoregion Development� untuk menjadikan Undip unggul sebagai Centre of Excellence di bidang ke maritiman. Program ini sama seperti program yang dicanangkan Prof Dr dr Moelyono Trastotenojo, Rektor Undip beberapa waktu silam. Kini, saatnya Undip kembali ke jati dirinya sebagai universitas yang berorientasi pada bidang kepesisiran. Program yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan Marine Station sebagai tempat berkumpul dan bertemunya para ahli kelautan se-Indonesia dengan menjadikan Pusat Antar Universitas (PAU) Kelautan. Seraya menunggu realisasi program tersebut, penataan konsep master plan pengembangan kampus Marine Station perlu direalisasikan dalam rangka penataan kampus yang lebih terencana dan visioner, sejalan dengan PIP Undip. Semua program studi yang ada harus merasa memiliki dan memanfaatkan Marine Station sebagai rumahnya. Eduwisata adalah alternatif pemanfaatan aset infrastruktur dan sumber daya manusia yang dimiliki, dengan memadukan

edukasi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat) serta pariwisata sebagai sektor yang dapat dijadikan Revenue Generating Unit (RGU), pusat bisnis Undip yang berwawasan lingkungan di kawasan pesisir. Semoga ekonomi biru Indonesia dengan poros maritimnya, dapat terwujud dengan PIP Undip di bawah kepemimpinan presiden terpilih, Jokowi dan Rektor Undip terpilih, Prof Nasir. Selamat Prof Nasir, sukses! *) Ketua Marine Station Teluk Awur, Jepara Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

3


SAJIAN UTAMA FORUM MAHASISWA

Pemaparan Visi Misi Bakal Calon Rektor Undip 2014-2018 Bersamaan dengan Hari Aktif Kuliah Pemaparan Visi, Misi Bakal Calon Rektor Undip 2014-2018 diadakan pada Rabu, 10 September 2014 bertempat di Gedung Prof, Sudhartoto. Adapun jumlah mahasiswa yang hadir dalam acara Pemaparan Visi dan Misi Bakal Calon Rektor Undip 2014-2018 sangat sedikit jika dibandingkan dengan kuota undangan yang disediakan. Padahal, perhelatan akbar ini perlu dukungan dari seluruh civitas akademika termasuk mahasiswa untuk mengawal pemilihan rektor 2014. foto: Fadhila/Manunggal

UNTUK itu, Sekretaris Senat Universitas Diponegoro, Prof. Sunarso, memaparkan, sebelumnya pihak senat te-lah mendistribusikan surat undangan ke fakultas-fakultas melalui BEMKM, BEM Fakultas, dan pihak terkait yang berkunjung ke Sekretariat Senat Undip. “Kami juga menyampaikan informasi lewat pers mahasiswa yang datang ke sini. Bagi yang tidak membawa undangan pun tetap diperbolehkan untuk hadir,” ujarnya. Sosialisasi Pilrek yang kurang gencar Sunarso menambahkan, sepinya peserta pada acara tersebut terjadi karena masih ada kaitannya dengan waktu libur panjang semester. Proses pemilihan rektor berlangsung pada minggu pertama mahasiswa memulai aktivitas perkuliahan setelah libur semester, dan rangkaian acara Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNas) ke-27. Pada minggu pertama pun, Undip juga sedang menjalani rangkaian acara Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). “Sosialiasi pilrek memang sempat dilakukan ketika mahasiswa libur jadi mahasiswa kurang mendapat informasi,”tambah Sunarso. Sunarso menganggap, banyak hal yang bisa menjadi faktor penyebab. Hal ini bisa karena mahasiswa yang apatis, sosialisasi yang kurang, atau karena figur-figur calon rektor kurang dekat dengan mahasiswa. Pihaknya mengakui, sosialisasi yang dilakukan memang kurang gencar. Banyak keterbatasan yang menjadi kendala, misalnya penggunaan space baliho di pintu masuk Undip, Tembalang, yang harus bergantian dengan baliho dari kegiatan yang juga sedang berlangsung. Baliho pemilihan rektor memang baru dipasang setelah PIMNas usai. Aksi mahasiswa Dalam acara pemaparan visi dan misi, sempat pula bergulir aksi dari kelompok mahasiswa yang menamakan diri mereka Aliansi Suara Undip (A.S.U). Kelompok A.S.U ini mengeluarkan tiga pernyataan dalam spanduk putih yang dibentangkan di lantai dua Gedung Prof. Sudharto. Tiga tuntutan tersebut yakni: 1. Mahasiswa = Anak Tiri 2. Panjenengan Sinten Pak? 3. Mendadak Rektor . Kelompok A.S.U mempertanyakan mengapa di acara sepenting itu mahasiswa tidak diliburkan agar mereka dapat terlibat secara penuh. Mereka mengeluhkan sistem rapat senat terbuka yang kurang mampu merangkul seluruh sivitas akademika yang tampak dari minimnya partisipasi mahasiswa yang hadir dalam rapat senat tersebut. Menanggapi hal itu, Sunarso mengatakan, panitia telah menyediakan kuota kursi sebanyak kurang lebih 2000 kursi,

4

Beberapa aktivis mahasiswa yang menamai diri mereka Aliansi Suara Undip (A.S.U.) menggulirkan aksi pada tahap pemilihan rektor bersama Mendikbud, Senin (29/9) di depan Gedung Prof. Sudharto. namun karena terhalang oleh kegiatan kuliah, banyak yang tidak dapat hadir. Salah satu anggota kelompok A.S.U, Dinar Fitra menyatakan, aksi tersebut muncul karena menurutnya, agenda pilrek Undip kurang transparan. Dia juga menambahkan, visi misi bakal calon hanya didapat mahasiswa pada satu hari sebelum penyampaian visi misi. Hal lain yang menjadi pemicu timbulnya aksi pada acara tersebut adalah pernyataan panitia pilrek yang menekankan kepada mahasiswa bahwa mereka akan menyediakan tempat untuk bertemu dengan bakal calon, namun tidak diungkapkan secara jelas mengenai waktu penyelenggaraannya. Sementara dua poin lainnya yang dinyatakan, yakni “Panjenengan sinten, pak?” dan “Mendadak Rektor” mengandung pengertian akan rasa praktis pada mekanisme pemilihan. “Proses pemilihan sungguh sangat tidak terbuka. Selain ketidaktransparannya terkait visi misi tadi, evaluasi rektor yang lama pun juga tidak ada, sehingga pengertian ‘mendadak’ terasa kental,”kata Dinar. Isu Pilrek Sempat beredar pula isu mengenai persyaratan khusus bagi calon rektor yang berbunyi ‘Calon rektor tidak sedang menjalani hukum pidana’. Persyaratan tersebut dinilai lebih longgar dibanding pemilihan dekan yang berbunyi ‘Calon

dekan tidak pernah menjalani hukum pidana.’ Mengenai hal itu, Sunarso menegaskan bahwa peraturan rektor dan dekan sama-sama mengacu pada Keputusan Rektor No. 2 tahun 2014 yang juga meliputi peraturan pemilihan pembantu rektor dan dekan. Salah satu anggota senat, Prof FX. Sugiyanto mengatakan, tidak sedang atau tidak pernah menjalani hukum pidana adalah problem moral. “Menurut saya, seorang calon rektor sebaiknya tidak pernah karena persoalannya kita sedang mencari pemimpin yang sebetulnya tidak tuna moral begitu, jadi itu (tidak pernah menjalani hukum pidana, red) jauh lebih penting untuk dilakukan.” Adapun tuntutan aktivis mahasiswa yang menginginkan adanya transparansi kekayaan, menurut Sugiyanto memang penting dan perlu. Persoalannya apakah hal tersebut ditetapkan dalam peraturan atau tidak. “Setuju itu bukan berarti aturannya ada, kan? Persoalannya kan bagaimana senat mengangkatnya sebagai sebuah code of conduct. Tapi sebagai pribadi dan anggota senat saya setuju,”pungkasnya. Prof. Lazarus tersisihkan Seusai pemaparan visi, misi, dan program kerja oleh para bakal calon rektor, acara dilanjutkan dengan rapat senat tertutup yang hanya boleh dihadiri oleh Senat Undip. Adapun jumlah anggota Senat Undip yang hadir pada waktu itu berjumlah 123 dari 133 anggota yang ak-

tif. Sepuluh anggota senat berhalangan hadir karena sedang bertugas di luar negeri dan beberapa lainnya sakit. Hasil perolehan suara seusai rapat senat tertutup, Prof. M. Syafruddin memeroleh 22 suara, Prof. M. Nasir 87 suara, Prof. Lazarus Tri Setyawanta 1 suara, dan prof. Purwanto memeroleh 13 suara. Berdasarkan hasil ini, Prof. Lazarus tidak memiliki kesempatan untuk maju menjadi calon rektor. Prof. Nasir menjadi rektor terpilih Kemudian, pada tanggal 29 September 2014 salah satu dari tiga calon tersebut akan terpilih menjadi rektor. Pemilihan rektor pada hari tersebut dilakukan oleh Senat Undip bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Adapun anggota senat yang hadir berjumlah 126 orang. Sementara suara Mendikbud diwakilkan oleh Sekretaris Ditjen Dikti Kemdikbud, Dr Ir. Patdono Suwignyo, MEngSC sebanyak 72 suara atau 35 persen dari total suara Senat Undip. Sehingga total suara secara keseluruhan berjumlah 198 suara. Berdasarkan hasil pemungutan suara, Prof. M. Nasir memeroleh suara terbanyak berjumlah 148 suara, disusul dengan Prof. Syafruddin 48 suara, dan Prof. Purwanto 14 suara. Dengan begitu, Prof M. Nasir adalah rektor terpilih Undip periode 2014-2018. (Selli, Klaudia)

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015


SAJIAN UTAMA FORUM MAHASISWA

Rektor Terpilih Jadi Menteri, Undip Butuh Pengganti Rektor Undip terpilih, Prof Drs H Muhammad Nasir MSi Akt PhD diangkat Presiden RI Joko Widodo untuk menduduki kursi Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) pada 27 Oktober lalu. Padahal, mantan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) tersebut baru akan dilantik pada 18 Desember mendatang. Hingga kini, Undip belum juga menemukan rektor pengganti Prof Nasir. Banyak pihak menganggap pemilihan rektor ulang memiliki tingkat urgensi yang tinggi. DIANGKATNYA Prof Nasir sebagai Menristek Dikti membuat dilema sivitas akademika Undip. Ada kebanggaan bagi Undip karena salah satu guru besarnya dipilih menjadi menteri. Di sisi lain, ada kekecewaan karena Prof Nasir baru saja memenangkan pemilihan rektor yang belum lama digelar. Hal ini diungkapkan banyak pihak, baik secara lisan maupun tulisan yang menghiasi halaman suratkabar lokal. Sekretaris Senat Undip, Prof Dr Ir Sunarso MS, mengaku terkejut dan senang mendengar kabar Prof Natsir diangkat Jokowi menjadi Menristek Dikti. Di sisi lain, ketua panitia pemilihan Rektor Undip tersebut juga mengaku sedih karena menurutnya, menjadi panitia pemilihan rektor itu tidak mudah dan memakan waktu yang tidak sedikit. Senada dengan Prof Sunarso, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Undip, Taufik Aulia Rahmat, juga mengaku senang sekaligus

Prof Lazarus

Tahun 2015, Undip Baru Berupa Embrio Universitas Riset Yang jadi masalah kan kita ingin menjadi universitas riset tapi berkelas dunia. World Class University itu sebenarnya sudah kita lalui, sudah kita jalani, terbukti dengan adanya mahasiswa asing di sini. Itu berarti kita sudah dikenal di kancah internasional. Masalahnya, Universitas Riset 2020 itu sebenarnya realistis nggak sih ? Menurut saya belum realistis. Untuk mencapai kesana, strategi pengembangannya perlu diubah. Perlu ada perombakan atau penyesuaian terhadap pengembangan lima tahun itu supaya kita benar-benar realistis menjadi Universitas Riset yang unggul bukan di tahun 2020, melainkan 2030. (Klaudia)

sedih ketika mendengar kabar tersebut. Dia mengatakan, meski bangga karena Prof Natsir terpilih menjadi menteri, dia mewaspadai adanya kekosongan kepemimpinan di Undip. Menanggapi hal tersebut, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Undip, Drs Warsito SU menuturkan, sivitas akademika harus melepas Prof Nasir yang mendapat tugas lebih besar untuk kepentingan negara. Baginya, kecewa karena Prof Nasir lebih memilih menjadi menteri dibanding rektor merupakan hal yang wajar. “Undip punya banyak sumber daya manusia yang jauh lebih dari Prof Nasir sehingga diangkatnya Prof Nasir sebagai menteri tidak perlu menjadi beban. Tapi, jangan terjebak pada euforia berkepanjangan agar tidak terjadi kekecewaan di kemudian hari,” ujarnya.

lih sebagai menteri tak pelak membuat banyak pihak menuntut Undip untuk segera mencari pengganti Prof Nasir. Namun, menurut Prof Sunarso, hal tersebut tidak dapat dilakukan dengan serta-merta. Dia menerangkan, sistem pemilihan rektor Undip akan dibahas Senat Universitas setelah pihaknya menerima surat dari Kementerian Ristek dan Dikti. Sembari menunggu surat tersebut, masa jabatan Rektor Undip periode 2010-2014, Prof Sudharto Pranata Hadi MES PhD, diperpanjang. “Perpanjangan tersebut berakhir hingga calon rektor yang baru sudah terjaring. Saat ini kami berkoordinasi dengan dekan tiap fakultas untuk melakukan penjaringan bakal calon rektor. Saya harap pendaftarnya akan lebih banyak. Saya tidak tahu mengapa pada pemilihan rektor lalu hanya sedikit yang mendaftar, mungkin karena banyak yang takut kaTeka-Teki Rektor Pengganti lah saing dengan Prof Nasir,” tuturnya Ditetapkannya Rektor Undip terpi- diakhiri tawa.

Prof Nasir

Prof Purwanto

Undip Jadi Leader

Undip Siapkan Strategi Hadapi Tantangan Globalisasi

Dalam pemaparan visi, misi, dan program kerjanya pada Rabu, (10/9) silam, Nasir ingin mewujudkan perbaikan budaya menuju Good University Governance yang menunjukan adanya transparency, fairness, accountability, dan responsibility.”Keempat poin tersebut sangat penting bagi para stakeholder,” kataNasir. Dengan mengacu pada visi Undip untuk menjadi World Class, program kerja yang Ia tawarkan pun juga mengarah pada peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM). Dia mengatakan, apabila ingin mencapai visi tersebut, cara yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan kualitas dosen dan para pegawai. “Kalau dosen dan pegawai memiliki kualitas yang baik, maka implikasinya kepada mahasiswa akan menjadi lebih baik,” kata Nasir menjelaskan. (Klaudia)

Isu-isu pendidikan yang menurutnya mesti mendapat perhatian adalah isu internasionalisasi. Begitu juga persoalan link and match antara perguruan tinggi dengan pengguna lulusan, baik industri, lembaga pemerintahan dan swasta serta masyarakat selalu menjadi topik perbincangan. Dalam menjawab semua isu tersebut, Purwanto menawarkan rencana program yang meliputi empat (4) bidang, yakni pengembangan kurikulum program studi berdasarkan standar untuk meningkatkan kompetensi lulusan; peningkatan mutu administrasi dan keuangan yang lebih akuntabel dan transparan; pengembangan unit kegiatan mahasiswa berbasis riset; dan pengembangan mutu kerja sama universitas dengan institusi lain untuk menjawab tantangan global. (Klaudia)

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

Surat dari Kementerian Ristek dan Dikti akhirnya diterima Senat Universitas pada awal Desember lalu, yang memerintahkan Undip untuk segera menggelar pemilihan rektor ulang. Oleh karena itu, Senat Universitas mengadakan rapat untuk menyusun kepanitiaan pemilihan rektor. Namun, hal tersebut dipertanyaan calon rektor sebelumnya yang memeroleh suara terbanyak kedua, Prof Dr Muchamad Syafruddin MSi Akt. Menurut Prof Syafruddin, sesuai dengan peraturan pemilihan rektor, dia terpilih secara aklamasi menjadi Rektor Undip menggantikan Prof Nasir. Dia menerangkan, jika dia kembali mendaftarkan diri sebagai rektor, dia akan melanggar aturan. Untuk itu, Prof Syafruddin, melalui kantor pengacara Elza Syarief, melayangkan somasi pada Prof Sudharto. Menanggapi hal tersebut, Prof Sunarso mengatakan, Senat Universitas hanya menjalankan perintah dari kementerian. (Nina)

foto: Fadhila/Manunggal

Prof Syafrudin

Membangun, Mengembangkan, dan Memperkokoh Dalam pemaparan visi, misi, dan program kerjanya, Syafruddin menyoroti masalah organisasi. Menurutnya, masalah organisasi yang paling penting adalah sumber daya manusia (SDM). Selain SDM, keamanan kampus pun tak luput dari perhatiannya. Sebagai anggota BAN PT, Syafruddin juga menyatakan akan membantu program studi (prodi) maupun jurusan dalam urusan akreditasi. Hal lain yang menjadi perhatiannya antara lain sistem pendidikan dan jurnal internasional. Untuk merealisasikan program kerjanya, Syafruddin menggunakan tiga istilah yang merepresentasikan programprogram tersebut, yakni membangun, mengembangkan, dan memperkokoh. (Klaudia)

5


LIPUTAN KHUSUS FORUM MAHASISWA

Burjo Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa Siapa tak kenal burjo? Tempat makan ini begitu familiar, khususnya bagi mahasiswa. Bahkan, burjo telah berubah menjadi gaya hidup. Apa yang membuat burjo begitu istimewa? foto: Agung/Manunggal

Burjo Motekar yang terletak di bilangan Baskoro merupakan salah satu warung burjo yang ramai dikunjungi mahasiswa. PARA pelaku usaha burjo memiliki cara tersendiri untuk menarikpara pelanggan. Burjo Motekar, misalnya. Burjo yang terletak di jalan Galang Sewu, Baskoro, ini menawarkan jasa antar pesanan ke tempat tujuan tanpa ongkos tambahan.Ini menyebabkan burjo tersebut kebanjiran pelanggan. Menurut Puzi, salah seorang pekerja di burjo Motekar, menu favorit pelanggan adalah Ayam Bali. Burjo yang telah buka sekitar empat tahun di Tembalang ini mampu menghabiskan lima belas hingga delapan belas kilogram ayam perharinya. “Makanannya enak,” begitu jawab pemuda asal Darma, Kuningan, Jawa Barat, saat ditanya keunggulan burjo Motekar. Salah satu pelanggan burjo Motekar, Sri Ayu Winda, mengaku lebih senang memesan menu burjo ketimbang memasak sendiri, padahal kosnya telah dilengkapi dengan fasilitas dapur. “Kan kalau pesen burjo enak, langsung dateng sendiri makanannya ke kos,” ungkap mahasiswa Undip yang bertempat tinggal di PerumdaTembalang itu. Meski demikian, menurut Winda, kekurangan dari burjo langganannya adalah waktu antar makanan yang cukup lama.“Tapi ngerti juga sih, kan si Aa (Sunda: panggilan kepada laki-laki yang dituakan, red) nungguin pelanggan lain juga, jadi

6

mereka nganter muter-muter”. Disadari atau tidak, konsumsi burjo seakan telah menjadi gaya hidup bagi mahasiswa di lingkungan kampus Undip. Praktis dan terjangkaunya harga membuat burjo cukup digemari. Hal senada juga diungkapkan oleh ‘Mas Londo’, pemilik Burjo Londo yang terletak di kawasan Baskoro.“Burjo memang identik dengan lingkungan kampus, anak kost khususnya,” ujarnya. Banyaknya Pesaing Menjamurnya burjo membuat semakin ketatnya persaingan di antara pengusaha warung burjo. Namun hal ini membuat Mas Londo tidak khawatir. Ia justru memandang hal itu sebagai sebuah tantangan untuk terus berinovasi agar warung burjonya tetap bertahan di tengah banyaknya kompetitor. “Rezeki sudah ada yang mengatur. Tinggal kita saja yang kreatif agar pelanggan tidak bosan,” ujarnya. Untuk menyiasati pelanggan agar tidak bosan, Mas Londo menambah ragam menu di Burjo Londo. Salah dua menu andalannya adalah Ayam Bali dan Mie Dok-Dok. Menu ini berbeda dari kebanyakan menu yang ada di burjo lain sekitar Undip, yang hanya menyediakan menu standar seperti mie instan, bubur kacang ijo, dan nasi omelet.Burjo Londo memang

terkenal dengan ayam balinya, seperti yang juga diungkapkan oleh pemiliknya.“Di sini, memang Ayam Bali yang paling laris,” kata Mas Londo. Karena Ayam Balinya, Mas Londo mengatakan bahwa semakin hari semakin banyak pelanggan berdatangan.Banyak pelanggannya yang memberikan komentar positif atas rasa masakan di Burjo Londo. Dari usaha yang berdiri sejak tahun 2010 ini, Mas Londo mendapat penghasilan sebesar sepuluh juta tiap bulannya. Sejarah Burjo Burjo berasal dari daerah Kuningan. Sampai sekarang, masih banyak burjo yang tumbuh subur di kawasan Jawa Barat tersebut. Konsep asli yang ditawarkan adalah warung sederhana yang menjual bubur kacang ijo dan mie instan. Menu-menu tersebut yang menjadi alasan mengapa warung jenis ini laris didatangi mahasiswa, khususnya anak kost, yang tidak memiliki cukup waktu untuk memasak dan lebih menggemari makanan praktis. Identik dengan Salah Satu Produk Mie Instan Mengenai interior warung burjo yang dipenuhi oleh spanduk-spanduk milik salah satu produk mie instan, Mas

Londo mengatakan bahwa burjo memang memiliki hubungan merger dengan produsen mie instan tersebut. Diakuinya bahwa burjo memiliki andil dalam memperkenalkan produk-produk mie instan itu. Sebagai timbal balik, setiap tahun sekali, perusahaan pemilik merek tersebut mengadakan mudik gratis, bazaar, dan kegiatan gathering bagi seluruh pengusaha warung burjo. Burjo Sebagai Gaya Hidup Kepraktisan dan menjamurnya burjo menjadikannya pilihan yang mudah dijangkau, baik dari segi harga maupun lokasi.Hampir semua menu di burjo ditarif dengan harga yang ramah dengan kantong mahasiswa. Ditambah lagi kebanyakan burjo menyediakan menu makanan ringan seperti gorengan dan snack. Tak heran, mayoritas mahasiswa memilih burjo sebagai tempat makan sehari-hari. Burjo telah terlihat lebih sebagai gaya hidup, tempat makan dan tempat nongkrong yang pas bagi mahasiswa.Di Tembalang, lokasi burjo hampir merata di semua tempat.Hal tersebut yang menjadi faktor ramainya pengunjung burjo selain harganya yang relatif murah dan jarak yang dekat dengan tempat tinggal mahasiswa. (Klaudia, Gina, Selli)

Manunggal Manunggal -- Edisi Edisi IIII tahun tahun XIV XIv Januari Januari 2015 2015


FOKUS

Mahasiswa FT Kelola Lahan Parkir Sendiri foto: Fadhila/Manunggal

Parkir merupakan hal yang cukup penting sebagai tempat menitipkan kendaraan. Sebagai universitas yang mempunyai ribuan mahasiswa, Universitas Diponegoro (Undip) perlu menyiapkan lahan yang cukup untuk kebutuhan parkir mahasiswa. Undip memiliki 13 fakultas, di mana sekitar 50% lebih mahasiswa merupakan pengendara sepeda motor dan sekitar 10% pengendara mobil. Itulah mengapa, lahan parkir yang cukup luas sangat diperlukan untuk menunjang aktivitas perkuliahan di lingkungan kampus Undip.

PENGELOLAAN parkir di setiap fakultas berbeda-beda. Hampir semua fakultas menyerahkan kebijakan mengenai pengelolaan parkir pada pihak fakultas. Hal ini berarti segala bentuk tata kelola, penjaga parkir, dan lain sebagainya menjadi wewenang fakultas. Sistem ini telah diterapkan Fakultas Sains dan Matematika, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Hukum, Fakultas Kedokteran, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Fakultas Pertanian dan Peternakan, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Berbeda dengan fakultas-fakultas tersebut, Fakultas Teknik (FT) tidak menyerahkan pengelolaan parkir kepada fakultas, melainkan mahasiswa sendiri. Hal ini dapat diartikan, segala bentuk pengelolaan parkir, seperti penjaga, pengaturan, dan sistem parkirnya diatur mahasiswa. Meski demikian, sistem parkir di FT sangat terstruktur. Ada koordinasi antarjurusan di Gedung Kuliah Bersama (GKB) yang tempat parkirnya menjadi satu. Kesejahteraan Mahasiswa Himpunan Mahasiswa (KesMa HM) yang memegang amanah tersebut. Adapun pembagian tugas untuk setiap jurusan adalah Jurusan Teknik Perkapalan sebagai koordinator produksi, Jurusan Teknik Lingkungan sebagai koordinator informasi dan jaringan komunikasi, Jurusan Teknik Geodesi sebagai koordinator keuangan, dan Jurusan Sistem Komputer sebagai

Penuh: Area parkir di samping Gedung Dekanat Fakultas Teknik dipenuhi kendaraan roda dua milik mahasiswa. koordinator desain kartu. Setiap tahunnya, mahasiswa dikenai biaya pembuatan kartu langganan sebesar Rp 50 ribu yang dibayar ke KesMa HM masing-masing jurusan. Kartu langganan ini adalah wujud bebas biaya parkir di FT. Dengan menunjukkan kartu langganan tersebut, mahasiswa dapat parkir secara gratis. Uang kartu langganan akan dikelola KesMa HM setiap jurusan untuk menggaji tukang parkir dan keperluan lainnya. Setiap tahunnya, KesMa HM memberikan Rp 325 ribu x 12 sebagai gaji tukang parkir, sedangkan sisanya akan dikelola KesMa menurut kebijakannya. Salah satu pengelolaannya adalah untuk merenovasi bagian tempat parkir yang sudah rusak, karena renovasi tersebut juga diserahkan kepada mahasiswa. “Setiap tahunnya, mahasiswa membayar Rp 50 ribu kepada KesMa HMnya masing-masing untuk mendapatkan kartu langganan bebas parkir, sedangkan yang belum mempunyai kartu akan dikenakan biaya Rp 5 ratus setiap parkirnya,” ujar Koordinator Parkir KesMa HM Perkapalan, Ridwan Redi Putra. Mengenai pengelolaan parkir yang diatur mahasiswa, Dekan Fakultas Teknik, Bambang Pudjianto menuturkan,

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

dekanat memang tidak mengatur parkir. Urusan tersebut diserahkan ke mahasiswa. Bambang juga berujar, pihak dekanat bahkan tidak mengetahui jika parkir di kampusnya berbayar. “Masalah parkir itu memang cukup banyak di kampus, seperti di (Fakultas, red) Hukum misalnya. Sedangkan di (Fakultas, red) Teknik, pihak dekanat hanya menyediakan tempat, sedangkan tukang parkir adalah mahasiswa yang mengadakan,” ujarnya. Paad, juru parkir di Fakultas Teknik mengatakan, parkir berbayar sudah ada sejak tahun 2003. Menurutnya, sudah ada SK dari dekanat bahwa pengelolaan parkir di semua gedung Teknik, kecuali D3, diserahkan kepada mahasiwa. Pernyataan tersebut mengindikasikan pihak dekanat hanya mengeluarkan SK, selebihnya mahasiswa yang mengatur pengelolaan parkirnya sendiri. Pengelolaan parkir oleh mahasiswa memberikan kelebihan dan kekurangan bagi mahasiswa sendiri. Secara tidak langsung, mahasiswa telah melakukan pembelajaran manajemen keuangan dengan terjun langsung ke lapangan. Hal ini telah dirasakan Ridwan. Dia mengatakan, dengan adanya pengelolaan parkir oleh mahasiswa, mereka bisa

mengontrol segala hal yang berkaitan dengan parkir dan bisa terjun langsung ke lapangan bekerjasama dengan tukang parkir untuk mengelola parkir di Fakultas Teknik. Senada dengan Ridwan, Hadi Maulana Rahmat, mahasiswa Jurusan Sistem Komputer mengatakan, sistem ini bisa membuat HM dapat berbagi keuntungan yang didapat dari biaya parkir tersebut. Akan tetapi, ada beberapa kekurangan yang dirasakan mahasiswa FT terhadap parkir GKB. Salahsatunya, menurut Hadi, sistem ini belum maksimal. “Buat mahasiswa baru belum bisa langsung pakai kartu parkir, tetapi masih pakai uang Rp 5 ratus buat bayar parkir. Kartu parkir juga cukup rawan saat kunci jatuh, motor dari kunci itu bisa dicari orang lain,” ujarnya. Karena masih ada kekurangan, maka perlu adanya jaringan komunikasi yang luas dan merata untuk semua jurusan yang ada di GKB agar tahu mengenai kartu langganan bebas parkir. (Selli, Fathur)

7


FORUM MAHASISWA

Rektor Harus Kompak Oleh : Nuryan Dimas Maulana* foto: Dokumen Pribadi

BANYAK hal yang bisa menjadi ba-han perbincangan menyoal sosok pemimpin. Mulai dari latar belakangnya, kiat suksesnya, kualitas kinerjanya, kriteria yang dimiliki, hasil nyata yang telah dicapai dalam ruang lingkup kepemimpinannya dan sebagainya. Pembahasan itu menjadi menarik ketika kita dapat mengembangkan dan memperluas cakupan diskusi soal kepemimpinan. Keberhasilan yang dicapai setiap

pemimpin dalam organisasi, kelompok, keluarga bahkan diri sendiri bersifat relatif. Tidak semua hal harus diselesaikan secara super tuntas dan luar biasa sempurna. Akan tetapi sebuah keberhasilan yang dicapai pemimpin harus dapat dirasakan secara nyata oleh setiap insan yang dipimpinnya. Kekurangan dan kelebihan dalam proses pencapaian adalah hal yang lumrah. Sempurna adalah indikator relatif dari setiap pemimpin yang memiliki target yang berbeda. Semua memiliki porsi masing-masing dalam mencapai kesempurnaan. Berusaha maksimal haruslah menjadi hal yang biasa bagi seorang pemimpin. Dalam pencapaiannya, dibutuhkan berbagai kriteria yang memang dapat menjadi indikator dan pendukung untuk mencapai tujuan dan keberhasilan, sehingga dapat dikatakan bahwa pemimpin yang berhasil dalam mencapai tujuannya adalah pemimpin yang punyakriteria. Apa saja kriteria itu? Menurutsaya, kriteria tersebut adalah KOMPAK. Apa itu KOMPAK? Kepemimpinan Kreatif, yaitu pemimpin yang berpikir, belajar, memahami dan bertindak atau berbuat dengan sesuatu yang baru. Baru bukan berarti mengikuti tuntutan kemutakhiran zaman, tetapi baru dalam artian berusaha memperbaiki dan mengembangkan se-

suatu sesuai dengan keadaan dan tujuan yang telah ditetapkan. Optimis dan Objektif, yaitu pemimpin berusaha untuk lebih percaya diri dengan sifat optimis yang dimiliki, karena keoptimisan akan memunculkan energi positif bagi setiap orang.Jika pemimpin memiliki rasa optimis yang tinggi maka energi positif akan lebih banyak teralirkan pada pihak yang dipimpin. Objektif diartikan bahwa seorang pemimpin mampu mengarahkan setiap orang yang dipimpin dengan baik dan benar. Mix Management is Good, yaitu pemimpin yang tidak hanya menerapkan satu cabang ilmu manajemen saja, tetapi dapat memadukan berbagai ilmu manajemen dengan baik dan benar sehingga dapat mengarahkan tujuan yang akan dicapai. Pemimpin juga harus mampu menetapkan Priority of Top, yaitu pemimpin yang dapat memilih dan menetukan dengan baik berbagai tujuan yang benar-benar menjadi prioritas dalam suatu organisasi kepemimpinan, karena dengan menentukan prioritas, maka suatu tujuan akan lebih mudah dicapai dan dilaksanakan sesuai dengan apa yang benar-benar menjadi tujuan selama kepemimpinannya berlangsung.

Menunggu Pemimpin Undip yang “Tidak Biasa”

Selain itu, pemimpin juga bertindak sebagai Analisator, yaitu pemimpin yang berusaha untuk selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak, atau berusaha menganalisis sesuatu yang menjadi tujuan utama dalam kepemimpinannya. Kerja ikhlas. Dalam kepemimpinan, seorang pemimpin sudah selayaknya kerja keras, tetapi sedikit yang menanamkan kerja ikhlas dalam periode kepemimpinannya. Kerja Ikhlas berarti selalu berusaha menghargai besar kecil usaha yang dilakukan, berusaha berpikir lebih sabar dan mensyukuri besar maupun kecil hasil yang dicapai dari apa yang diusahakan, selalu berusaha memperbaiki diri terlebih dahulu dan tidak sering menyalahkan orang lain atas apa yang dilakukan. Dari pembahasan diatas, diharapkan dengan kriteria KOMPAK, seorang pemimpin dapat menghasilkan sesuatu yang nyata dalam penerapanya, dapat diterima oleh berbagai pihak, serta dapat dijadikan teladan dalam kepemimpinan berikutnya.

*)Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekononomi dan Bisnis

foto: Dokumen Pribadi

Oleh: Faiz Balya Marwan* TAHUN 2014 Undip merayakan pesta demokrasi. Namun, sudahkah Undip menjadi salah satu universitas riset yang unggul dan terkemuka di Indonesia, sesuai visi yang dicanangkan hingga 2014 ini? Beberapa tahun terakhir, Undip menorehkan prestasi yang luar biasa. Diantaranya, Kementerian Keuangan RI menobatkan Undip sebagai Satuan Kerja yang memiliki kinerja Badan Layanan Umum terbaik kedua di Indonesia untuk kategori perguruan tinggi tahun 2012. Selain itu, Undip menempati rangking 47 di dunia dan rangking tiga nasional kampus terhijau yang dirilis Green Matric (okezone.com). Meski demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seluruh sivitas akademika Undip, khususnya oleh rektor terpilih. Pertama, menginjak usia ke-57 tahun (berdiri 1957), Undip telah memiliki 1.675 tenaga pengajar. Dari jumlah tersebut, ada 267 dosen (16 persen) bergelar Doktor dan 122 lainnya (7,4 persen) berpangkat Guru Besar. Persentase ini, kemudian dibandingkan dengan PTN lain yang memiliki beberapa kesamaan dengan Un-

8

dip, diantaranya letak geografis dan tahun berdirinya, yakni Universitas Padjadjaran (Unpad). Kedua, Undip pun masih dalam proses menuju PTN Berbadan Hukum (PTN BH). Mereka memiliki 576 dosen bergelar Doktor dan 130 dosen berpangkat Guru Besar dari 1.700-an jumlah tenaga pengajar yang dimiliki (data tahun 2013). Di bidang ini, Undip cukup ketinggalan dengan Unpad. Jumlah tenaga pengajar di kedua Universitas tersebut berbanding terbalik dengan jumlah mahasiswa aktifnya. Undip mempunyai mahasiswa yang lebih banyak yakni 47.580 mahasiswa sedangkan Unpad sebanyak 41.743 mahasiswa. Kedua, iklim penelitian dan penulisan di kalangan mahasiswa Undip, khususnya fakultas yang notabenenya sosial, masih belum begitu kentara. Data Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) tahun 2013 menunjukan, dari 44.752 proposal yang diusulkan ke Dikti, Undip menyumbang 1307 proposal (2,9 persen) dan 231 proposal (3,2 persen) yang diantaranya didanai Dikti dari jumlah total 7300 proposal yang didanai. Selanjutnya, ada 13 tim PKM mahasiswa Undip yang dapat maju ke laga

PIMNas 27 dengan jumlah 440 tim yang berlaga di PIMNas secara keseluruhan. Harapannya, iklim ilmiah dapat terbentuk karena ini merupakan salah satu indikator yang sering dilihat guna menilai kemajuan sebuah Universitas. Ketiga, kemampuan ICT dalam menangani masalah keamanan masih belum optimal, sehingga website Undip beserta domain di bawahnya sering mengalami gangguan karena diretas. Tak heran, berdasarkan 100 besar peringkat PTN/PTS se-Indonesia pada 2013 yang dirilis www.4icu.org, Unpad berada di urutan ke-6 sedangkan Undip berada di urutan ke-8. Situs tersebut adalah situs yang melakukan pemeringkatan universitas-universitas di dunia. Sementara itu, www.topuniversities.com melansir, Undip dan Unpad berada pada urutan yang hampir sama, yakni antara 701-750. Sedangkan berdasarkan akreditasi BAN-PT, Undip berada lima peringkat di bawah Unpad yang mendapat nilai 366, yakni 361. Melihat berbagai fakta itu, dengan meminjam istilah mantan Presiden RI, Soeharto, maka mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus segera melakukan ak-

selerasi secara progresif dengan menambah speed yang tinggi untuk mengejar ketertinggalan. Jika kita tidak mampu menyamai universitas yang sudah menjadi PTN BH, minimal kita dapat menjadi Universitas terbaik di Jawa Tengah. Untuk itu, kita tidak bisa lagi memiliki pemimpin yang “biasa-biasa” saja, namun kita harus memiliki pemimpin yang “tidak biasa” yang sanggup bekerja keras di atas rata-rata, dan menjadikan kelemahan-kelemahan menjadi kekuatan dan ancaman-ancaman menjadi peluang.

*)Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Undip Angkatan 2012

Manunggal Manunggal - - Edisi Edisi IIII tahun tahun XIV XIv Januari Januari 2015 2015


PENELITIAN FORUM MAHASISWA

g n a s i P h a p Pele sebagai Antibakteri Pencuci Tangan foto: Dokumen Istimewa SEBAGAI salah satu negara tropis, Indonesia menjadi tempat tumbuh yang baik bagi tanaman pisang. Melihat potensi tersebut, Umi Ardiningsih, Razzaq Alhanif Islamudin, Hamas Musyaddad Abdul Aziz, Kinanti Fajar Cahyaningtyas, dan Laelatul Hikmah memanfaatkan tumbuhan bernama latin Musa Paradisiaca tersebut sebagai alternatif cairan pembersih untuk mencuci tangan atau biasa dikenal dengan istilah hand sanitizer. Mengadopsi ide pemanfaatan pelepah pisang, tim yang diketuai Umi itu lantas menggagas ide tersebut ke dalam proposal Pekan Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) dan terdaftar sebagai peserta PIMNas ke-27 yang berlangsung di Undip, Agustus lalu. Ide memanfaatkan pelepah pisang sebagai hand sanitizer muncul ketika mereka menemukan referensi pelepah pisang mengandung senyawa saponin, tanin, dan flafanoid. Saponin dan tanin merupakan senyawa kimia yang bermanfaat sebagai antiseptik alami, sedangkan flafanoid merupakan senyawa yang baik untuk kulit karena bisa melembutkan kulit. Tim pun kemudian menguji keabsahan senyawa di Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undip. Setelah diyakini senyawa dalam pelepah pisang bisa membantu menghilangkan bakteri, mereka kemudian mengujinya dengan cara menambahkan aroma. Melalui percobaan ini, akan diketahui apakah senyawa-senyawa penghilang bakteri tetap akan bekerja walaupun ditambahkan aroma. Setelah melakukan serangkaian tes, termasuk uji desinfektan dan uji efektivitas, hasil membuktikan zat penghilang bakteri yang terkandung dalam pelepah pisang masih berfungsi dengan baik. Setelah itu, mereka mengemasnya menjadi sebuah produk hand sanitizer berbahan dasar pelepah pisang yang kemudian dinamakan Handsang. Sebagai hand sanitizer yang terbuat dari bahan alami, bahan baku produk sangat bergantung pada alam. Pasokan pelepah pisang mereka peroleh dari Desa Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Menurut tim, Desa Rowosari memiliki potensi yang sangat menunjang bagi PKM mereka dari segi sumber daya alam.“Rowosari sendiri kan sering disebut rowobana, rowo banana,” ujar salah seorang anggota tim yang ditunjuk sebagai juru bicara, Razzaq Alhanif Islamudin. Tidak hanya melihat potensi Rowosari dari segi sumber penyedia bahan baku, Umi dan kawan-kawan juga memanfaatkan sumber daya manusia di Desa Rowosari yang mayoritas bekerja sebagai buruh tani dan ibu rumah tangga. “Ibu rumah tangga kebanyakan ti-

Handsang : Produk Hand Santitizer dari pelepah pisang. dak mendapatkan penghasilan, sehingga (berpenghasilan, red) nol rupiah, kecuali dari suaminya. Kemudian, buruh tani di sana kebanyakan tidak memiliki lahan sendiri, bila tidak panen mereka tidak dapat penghasilan,” jelas Razzaq. Berdasarkan data monografi Desa Rowosari tahun 2012, Tim PKM Handsang menjelaskan 47% masyarakat Rowosari masih berpendidikan rendah. Hal tersebut menjadi alasan minimnya inovasi yang diciptakan masyarakat desa tersebut. Kedua dasar itulah yang kemudian dijadikan landasan Umi dan kawankawan untuk melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Rowosari. Sebagai projek PKM-M, Umi dan timnya membutuhkan masyarakat Desa Rowosari sebagai partisipan. Pada awalnya, tim sempat mengalami kendala, seperti rendahnya tingkat keaktifan masyarakat. Mereka sadar, mengumpulkan warga untuk berperan aktif dalam program mereka bukan hal yang sederhana. Umi dan kawan-kawan lantas mencari cara untuk menarik simpati masyarakat Rowosari dengan mengadakan tumpengan. “Selain kita kenalkan hand sanitizer itu apa, kita kenalkan juga sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Kita juga makan bersama warga, sehingga masyarakat bisa senang,” kata Razzaq. Tidak berhenti sampai disitu, selanjutnya mereka melakukan pendampingan sebanyak tiga kali. Pendampingan pertama dilakukan untuk

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

mengenalkan masyarakat Rowosari mengenai bahan, alat, serta cara pembuatan hand sanitizer. Lalu, masyarakat diajak berperan aktif dalam melaksanakan program tersebut. Setelah itu, masyarakat dibentuk dalam Kelompok Usaha Wanita “Rowobana Makmur”, sebuah program rintisan menuju Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Kini, Rowobana Makmur sudah terdaftar secara resmi menjadi UMKM binaan pemerintah Kota Semarang. Berkat dukungan pemerintah Kota Semarang, merek hasil produksi Handsang rencananya akan didaftarkan pada 2015. Meski demikian, produk Handsang masih boleh dijualbelikan. Namun, pembinaan dan perizinan untuk mematenkan merek dagang tetap akan dilakukan selama kurang lebih setahun. Selama ini, masyarakat telah berhasil menjual sebanyak 820 botol dari total 921 Handsang yang diproduksi. Pemasaran dilakukan secara personal, melalui pemesanan, dan menjalin mitra ke beberapa toko di Rowosari dan Tembalang. Harga tertinggi yang dipatok dalam penjualan Handsang per botol sebesar lima ribu rupiah. Meski terbilang murah, keuntungan masyarakat lumayan tinggi. Penghasilan bersih mereka sekitar satu juta rupiah. Selain itu, mereka juga ditunjang dengan modal awal dan fasilitas dari Tim PKM. Razzaq menjelaskan, keunggulan Handsang dibandingkan dengan hand sanitizer pada umumnya terletak pada

kealamian bahannya. “Jika hand sanitizer di pasaran itu menggunakan alkohol, sedangkan Handsang ini mengandung sedikit sekali alkohol. Alkohol yang terkandung dalam Handsang tetap ada karena kita menggunakan etanol sebagai pelarut,” ujar mahasiswa FKM angkatan 2012 itu. Menurut Razzaq, usaha yang mereka lakukan telah berhasil. Sebab, awalnya dalam proposal, mereka hanya mengajukan rintisan UMKM, tapi ternyata terbentuk UMKM di Desa Rowosari. Sekitar 30 orang terlibat dalam program usaha produksi Handsang. “Program ini dilaksanakan di RT 05 RW 04 Kelurahan Rowosari, Tembalang. Setelah terbentuk kelompok usaha, RT satu hingga RT empat tertarik untuk membuat usaha yang sama,” kata mahasiswa asal Solo ini. Lebih lanjut, Razzaq mengatakan, dukungan pemerintah seperti pendampingan dan pelatihan adalah penting. Melalui pelatihan, masyarakat dapat memasarkan produk, membagi hasil dan memproduksi dengan lebih baik lagi. Pelepah pisang telah mengantarkan Tim PKM yang seluruh anggotanya mahasiswa FKM itu sebagai juara satu kategori poster pada PIMNAS ke-27. PKM-M yang mereka garap nyatanya mampu menyumbang emas bagi Undip dalam kategori poster di PIMNas tahun ini. (Gina)

9


POLLING POLLING

Sivitas Akademika Undip Belum Kenal Calon Rektor PADA tahun ini, Undip kembali menghelat pemilihan rektor. Adapun tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai informasi ini sebesar 93,09%, sementara mayoritas dosen dan karyawan yang tahu mengenai informasi ini sebesar 99,98%. Hal ini menunjukkan gencarnya publikasi dari pihak rektorat mengenai pemilihan rektor Undip periode 2014-2018. Hasil jajak pendapat dari LPM Manunggal memperlihatkan sumber informasi terbesar responden, sebesar 47%,

adalah media massa. Hal ini menunjukkan media massa mempunyai pengaruh besar dalam memberikan informasi mengenai pemilihan rektor, baik media massa intra maupun ekstra kampus. Berikutnya, secara berurutan, 28% informasi yang diterima responden berasal dari teman kampus, 7% dari surat pengumuman universitas, 6% dari dosen atau staf akademik, dan 12% berasal dari sumber informasi lainnya, seperti pamflet, spanduk, dan baliho. Dari hasil di atas, dapat diketahui penggunaan kampanye dialogis terbuka, menurut 51% responden, dirasa efektif agar kandidat dapat

bertatap muka secara langsung dengan seluruh sivitas akademika. Namun, sebanyak 41,6% responden juga menginginkan model kampanye melalui debat antarcalon. Hal ini diperlukan karena semua calon rektor dapat memaparkan prioritas yang akan dicapai. Adapun responden yang menyetujui model kampanye tertutup hanya sebesar 1,6%. Sisanya, sebesar 5,7%, memiliki jawaban lainnya. Mereka memilih model kampanye keliling di setiap fakultas yang ada di Undip karena dianggap lebih efektif. Sistem pemilihan rektor oleh senat universitas tidak disetujui 63% responden yang sebagian besar maha-

10

siswa. Sedangkan 20% lainnya menyetujui hal tersebut dengan alasan lebih cepat dan sudah mewakili sivitas akademika Undip. Sisanya, sebanyak 17% responden, tidak tahu mekanisme pemilihan rektor seperti

apa yang harus diterapkan. Begitu juga untuk peningkatan akses, layanan, dan birokrasi yang menjadi prioritas utama program calon rektor terhadap jajak pendapat menurut responden. Dari hasil survei, terdapat 29,6% responden yang menjawab masih sulitnya akses pelayanan birokrasi, baik pihak universitas maupun fakultas. Kemudian, prioritas untuk meningkatkan sarana dan infrastruktur memeroleh suara sebesar 25,8%. Sedangkan 18,7% responden memilih peningkatan dan penjaminan mutu, 16 % mengutamakan perbaikan SDM , dan 9,9% lainnya.

Sejumlah 33% responden menginginkan calon rektor terpilih bisa responsif terhadap aspirasi seluruh sivitas akademika, meliputi mahasiswa, dosen, dan karyawan. Disusul dengan 12% responden yang mengharapkan calon rektor demokratis, 9,9% jujur, 9,7% beriman, 8,5% berpengalaman, 6,7% tegas, 5,8% berpendidikan tinggi, 4,2% berjiwa enterpreneur, dan 10% lainnya, seperti adil dan bertanggungjawab. Berdasarkan kriteria golongan, 32,4% responden setuju calon rektor minimal menduduki jabatan lektor kepala, 17% berpendapat tidak setuju, dan sisanya 50,6% menjawab tidak tahu. Dari jajak pendapat ini, 47% responden tidak menjawab siapa calon rektor terpilih menurut mereka. Sedangkan 34% responden memilih Prof. Drs. Mohammad Nasir, M.Si. Akt., Ph.D, 14% memilih Prof. Dr. Ir. Purwanto, DEA, dan 5% memilih Prof. Dr. Mochamad Syafruddin, M.Si., Akt. Nilai persentase ketidaktahuan dalam memilih calon rektor cukup tinggi. Hal ini menunjukkan sivitas akademika Undip belum terlalu mengenal profil para calon rektor. Pengumpulan data dalam polling

Jika dijabarkan, jajak ini diperoleh dari pendapat mengenai 1.271 responden yang merupaprioritas program calon kan sivitas akademika Undip, terdiri rektor ke depan menurut madari mahasiswa, dosen, dan karyawan di hasiswa, dosen dan karyawan adalah wilayah Undip. Jajak pendapat dilakukan sebagai berikut:

Kriteria Calon Rektor

pada 14-31 September dengan wawancara langsung. Penarikan sampel dengan metode Simple Random Sampling (Proportionale) dengan penentuan jumlah responden secara proporsional. Tingkat kepercayaan survei ini sebesar 95% dan sampling error kurang lebih sebesar 1,7% dengan tidak menutup kemungkinan adanya non-sampling error. (Litbang)

Manunggal - Edisi I tahun Juni 2014 Manunggal - Edisi II tahun XIvXIII Januari 2015


FORUM MAHASISWA PERJALANAN foto: Agung/Manunggal

Menyapa Langit di Puncak Gunung Api Purba Nglanggeran Perjalanan panjang, udara berdebu, dan sengatan matahari yang menemani Tim Tabloid Manunggal selama hampir lima jam terbayar sudah. Dalam radius beberapa meter, anggota tim yang bermotor dari Kota Semarang dapat melihat keindahan sebuah kawasan ekowisata Yogyakarta. Gunung Api Purba Nglanggeran, itulah namanya, nampak begitu hijau dan menyejukkan pandangan.

Suasana pintu masuk objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran. SEJATINYA, Gunung Api Purba Nglanggeran bukan destinasi wisata yang baru. Kawasan ini telah dikelola sejak 1999 yang mulanya lebih fokus digunakan untuk kegiatan konservasi. Pada 2013, Nglanggeran baru mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Pemerintah Desa Nglanggeran untuk dikelola sebagai kawasan ekowisata. Sebagai kawasan ekowisata, Nglanggeran memusatkan perhatiannya pada pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, kawasan ini dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Taruna Purba Mandiri yang anggotanya tinggal di sekitar lokasi. Nglanggeran merupakan gunung api yang sempat aktif 60 juta tahun yang lalu, terdiri dari material-material vulkanik tua yang menjulang dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Gunung Api Purba Nglanggeran adalah salah satu atraksi wisata Desa Wisata Nglanggeran, yang terletak di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya Gunung Api Purba, desa wisata ini juga menawarkan atraksi-atraksi wisata lain, seperti Embung Kebun Buah Nglanggeran dan Sumber Mata Air Comberan. Lebih Dekat dengan Nglanggeran Untuk dapat memasuki kawasan Gunung Api Purba, pengunjung dikenai biaya masuk sebesar Rp 7 ribu. Selama pendakian ke puncak, Tim Tabloid Manunggal melihat beberapa orang mendirikan tenda-tenda di ketinggian tertentu. Pengelola ekowisata bagian promosi, Aris Budiyono, mengatakan Gunung Api Purba ini kerap dijadikan lokasi Malam Keakraban (Makrab) para mahasiswa atau murid sekolah. “Selain mereka mendirikan tenda sendiri, kita sebenarnya juga menyediakan home stay bagi pengunjung,” ujarnya. Terdapat 80 home stay dengan kapasitas tampungan mencapai 400 orang dengan kisaran tarif sebesar Rp 80 ribu-Rp 100 ribu per orang. Aris menjelaskan, konsep home stay yang ditawarkan Gunung Api Purba Nglanggeran berbeda dengan konsep penginapan biasanya. Pengunjung menginap sebagai tamu di rumah-rumah warga sekitar. Induk semang pun menyediakan transportasi untuk tamu yang menginap. Tidak tanggung-tanggung, manajemen Gunung Api Purba Nglanggeran juga

menyediakan berbagai paket wisata, seperti “Live-In” dan “Wisata Pelajar”. Paket “LiveIn” dikemas dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengunjung bersama masyarakat lokal, seperti belajar serba-serbi pertanian dan membajak sawah serta workshop kerajinan tangan dan olahan kuliner. Kegiatan ini bertujuan untuk mengangkat semua potensi yang dimiliki masyarakat lokal. Dengan demikian, perekonomian warga di sekitar Nglanggeran mampu terangkat. Sedangkan paket “Wisata Pelajar” menawarkan belajar menanam tanaman obat sebagai salah satu kegiatannya. Ada yang menarik dari cerita yang beredar seputar Gunung Api Purba Nglanggeran. Di salah satu puncak gunung ini, terdapat sebuah kawasan yang hanya boleh dihuni tujuh kepala keluarga. Kawasan tersebut disebut Dusun Tlogo Mardidho. Masyarakat percaya, jika keluarga di Tlogo Mardidho kurang atau lebih dari tujuh, maka hal-hal buruk akan terjadi. Sesuai dengan pesan dari sesepuh pepunden Tlogo Mardidho, Eyang Iro Dikromo, lokasi itu hanya boleh dihuni Mpu Pitu, yakni kelompok tujuh atau tujuh kepala keluarga. Jika anak-anak mereka sudah berkeluarga, keluarga baru itu harus

meninggalkan Dusun Tlogo Mardidho.

oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Menuju Puncak Karena terbatasnya waktu, Tim Tabloid Manunggal memilih untuk hanya tracking ke puncak. Perjalanan kami memakan waktu tempuh sekitar satu jam. Semakin tinggi medan yang kami lewati, semakin terjal medan tersebut. Di ketinggian tertentu, kami melewati celah yang cukup sempit dengan lebar sekitar 50 cm yang merupakan satu-satunya jalan menuju puncak. Terdapat bongkahan batu kapur yang besar di bagian atas ujung celah yang hampir menutup jalan keluar, sehingga pengunjung harus menundukkan kepala untuk melewatinya. Gunung Nglanggeran memiliki beberapa puncak, yaitu Gunung Gede, Gunung Lima Jari, Gunung Wayang, dan Gunung Kelir. Di penghujung tracking, kami tiba di salah satu puncak yang menghadap Embung Kebun Buah Nglanggeran yang serupa kolam telaga. Selain dari puncak Gunung Nglanggeran, Embung juga menjadi lokasi favorit untuk menyaksikan matahari terbenam di langit Yogyakarta. Meski berbeda kawasan, Embung masih dinaungi manajemen yang sama dengan pengelola Gunung Api Purba Nglanggeran. Embung merupakan waduk tampungan air buatan yang berada kurang lebih 1,5 km dari Gunung Nglanggeran. Pembangunan embung bertujuan untuk pengairan kebun buah di sekitarnya. Peresmiannya dilakukan pada 2013

Akhir Perjalanan Dari berbagai atraksi wisata yang dimiliki, Gunung Nglanggeran adalah objek yang paling sering diteliti. Jurusan Geologi, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) pernah bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul untuk meneliti bebatuan yang membentuk Gunung Nglanggeran. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa bebatuan tersebut foto: Agung/Manunggal

foto: Agung/Manunggal

Perjalanan menuju puncak Gunung Api Purba Nglanggeran melewati dinding sempit.

Pemandangan dari atas Gunung Api Purba Nglanggeran dapat melihat Embung di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

berasal dari jenis batuan andesit vulkanik yang merupakan bekas muntahan gunung berapi aktif. Dengan begitu, gunung ini dinyatakan pernah aktif dengan durasi 3060 juta tahun yang lalu. Memang di sepanjang pendakian, kami disuguhi pemandangan bukit batu di sisi kiri dan kanan jalan. Aris sempat bercerita, terdapat bekas kawah aktif di salah satu puncak gunung. Namun, karena telah dipenuhi tumbuhan, bekas kawah itu tidak lagi menyerupai bentuk selayaknya kawah. Pendakian kami selama kurang lebih satu jam terbayar dengan indahnya bentangan alam dan bergugus-gugus awan yang berarak di ketinggian. Rasanya, dengan harga tiket masuk, waktu pendakian, dan pemandangan yang bisa didapat, semuanya sangat sepadan. (Selli)

11


FORUMPROFIL MAHASISWA

Srikandhi, dari Sebuah Kompetisi Lahirkan Aksi Peduli Berawal dari kisah lima orang mahasiswa yang memiliki minat di bidang yang sama, Syahadah Rizka (Polines), Putranto Adhi (Udinus), Hidayah Cahyani (Polines), Infra Ranisetya (Undip), dan Febriyudha Utama (Undip) mengikuti sebuah kompetisi proyek yang bergerak di bidang sosial. Tak pelak, kelompok mereka berhasil menyabet juara kedua. Tak berhenti di situ, hasil usaha kompetisi yang telah mereka lombakan membuat mereka lebih bersemangat untuk mengembangkan proyek tersebut menjadi sebuah komunitas yang bergerak di bidang sosial lingkungan, yakni komunitas Bank Sampah Srikandhi. foto: Dokumen Pribadi

Filosofi Nama Komunitas NAMA Srikandhi tentunya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita. Pasalnya, Srikandhi adalah salah satu tokoh pewayangan yang anggun, kuat, dan suka menolong sesama. Tokoh ini dapat digambarkan sebagai sosok perempuan, namun juga bisa sebagai sosok lelaki. Begitulah kira-kira komunitas ini menamai dirinya, dengan harapan agar komunitas Bank Sampah ini tidak hanya sekadar komunitas yang hanya diberi nama, namun juga dapat mengambil filosofi dari tokoh pewayangan tersebut. Dengan mengusung visi misi lingkungan, komunitas ini memunyai harapan agar setiap orang memiliki rasa peduli untuk menjaga lingkungannya. Beberapa Proyek Srikandhi Ketua komunitas Bank Sampah Srikandhi, Enjang Murwanto, menjelaskan, proyek awal Srikandhi yang dilombakan adalah pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Tandang. “Di sana kita membuat semacam bank sampah dengan anggota masyarakat. Terus membuat pelatihan dan membuat barang dari bahan yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang bernilai ekonomis,” kata mahasiswa Unissula ini. Proyek tersebut berawal dari se-

12

Sampah Srikandhi pernah menjadi Top 10 Aksi Sosial Terbaik Indonesia 2013 dalam program Klik Hati yang diselenggarakan oleh PT. Merck Tbk. Program Klik Hati merupakan Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT. Merck Tbk yang setiap setahun sekali memberikan apresiasi dan dukungan kepada gerakan sosial dari komunitas se-Indonesia. Ketika itu, Co-Founder Srikandhi, Infra Ranisetya, Febriyudha Utama, dan Syahadah Rizka mengikutsertakan proyek Bank Sampah Srikandhi dalam kompetisi yang diselenggarakan PT. Merck Tbk. Mereka bersaing dengan sekitar 200 komunitas/proyek se-Indonesia melalui beberapa tahapan, seperti pelatihan dengan mentor dari Indonesia Berkebun. “Terus kita ditantang buat bikin proyek yang kasih impact ke banyak orang dan juga memanfaatkan sosmed (sosial media, red),” kata Infra menjelaskan. Adapun proyek yang mereka ikut sertakan adalah Green Campaign yang mereka buat di acara Car Free Day (CFD) Simpang Lima. “Kita kolaborasi sama Nutrifood buat ajak masyarakat di Semarang buang sampah yang berserakan di sepanjang kawasan CFD ke booth Bank Sampah kita,” jelas Infra. Sampah yang dibawa tersebut, kata dia, akan ditukar dengan minuman Nutrisari dari Nutrifood. Tak tanggung-tanggung, mereka juga mendatangkan lima anak muda dari Jerman, Slovakia, dan Mesir untuk bergabung di proyek yang mereka buat. “Dari berbagai proses itu, kita terpilih

buah kompetisi yang diselenggarakan oleh AIESEC pada akhir 2012 silam. Setelah kompetisi berakhir, kelima mahasiswa tadi melanjutkan karyanya dengan membentuk komunitas yang berdiri tepat pada tanggal 22 Desember 2012. Selain membuat pelatihan mengenai barang daur ulang di tahun 2013, ko- foto: Dokumen Pribadi munitas Bank Sampah Srikandhi juga pernah mengadakan Green Campaign. Di tahun 2014, komunitas ini terus melejit dengan menjadi penyelenggara aksi Earth Hour bersama Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip sebagai wujud peringatan Hari Bumi. Aksi ini secara konkrit dilakukan dengan mematikan listrik selama kurang lebih satu jam. Enjang mengatakan, Pemkot Semarang sangat antusias mendukung aksi ini. Tak heran, acara ini pun ramai dikunjungi oleh banyak masyarakat. Akhir-akhir ini, mereka juga baru saja mengadakan penyuluhan di beberapa SMA di Semarang tentang lingkungan. Komunitas yang terdiri dari berbagai mahasiswa di Kota Semarang ini juga membuat kompetisi untuk mereka. “Kami mengajak mereka untuk berlomba membuat barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang bernilai ekonomis,” kata Enjang menjelaskan. Sebagai komunitas muda, Bank

jadi Top 10 aksi sosial terbaik se-Indonesia,” jelas Infra. Keanggotaan Srikandhi Hingga kini, keanggotaan Srikandhi terdiri dari mahasiswa dari berbagai universitas di Semarang, seperti Undip, Unissula, Polines, dan Udinus. “Kita nggak membatasi bagi siapa aja yang mau gabung. Mau mahasiswa, pelajar, ibu-ibu rumah tangga, yuk kolaborasi bareng,”kata Enjang. Komunitas ini memiliki dua cara perekrutan anggota. Pertama, perekrutan tahunan. Komunitas akan menyebar pengumuman perekrutan terbuka melalui media-media sosial dan pamflet. “Bagi yang minat bisa langsung daftar,” imbuhnya. Selain itu, calon anggota juga bisa menjadi relawan di acara yang mereka buat. Para relawan diharapkan bisa menilai bagaimana cara kerja Srikandhi. “Nah, bagi relawan yang ikut acara kita, dia kan bisa nilai tuh gimana kita. Kalau dia minat, ya ayo aja join bareng,” kata mahasiswa Jurusan Teknik Sipil 2012 ini. Lebih eksis Enjang berharap, Komunitas Bank Sampah Srikandhi bisa membuat kegiatan-kegiatan sosial yang lebih menarik dan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan. Tentunya, dia juga berharap agar Srikandhi bisa lebih eksis. Lebih lanjut, Enjang mengatakan, Srikandhi juga ingin konsen ke dunia bisnis. “Ke depannya, kita juga mau lebih konsen ke bisnis. Membuat dan menjual barang hasil kreasi sampah,”ujarnya. (Klaudia)

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015


FORUM MAHASISWA POJOK USAHA

Inovatif dan Kreatif, Senjata Ampuh Kembangkan Usaha Terinspirasi dari perjalanan ke sebuah kota di ujung pulau Jawa, yaitu Tangerang, seorang mahasiswa Undip memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri. Dia adalah Muhammad Riski Ibrahim, sosok anak muda yang mencoba menerapkan cara berpikir out of the box. MESKI sudah lama berniat untuk membuka usaha, laki-laki yang akrab disapa Ibam ini belum menemukan usaha apa yang cocok untuk dikembangkan. Akhirnya, pada April lalu, Ibam membuka usaha minuman yang dia beri nama Sop Duren EsRadja. Keberanian Ibam dalam mendirikan usaha ini didasari kepandaiannya untuk melihat peluang. Saat itu, belum ada warung minuman duren di Tembalang. Ibam sengaja memberi nama Sop Duren EsRadja, karena warung minuman yang didirikannya ini menyajikan inovasi minuman dengan buah durian. Mengapa duren, bukan durian? Kata duren dipakai karena orang Jawa sering menyebut durian dengan nama tersebut. “Rajanya buah itu ya duren. Oleh karena itu, kami beri nama EsRadja,” ujar mahasiswa Jurusan Teknik Mesin 2010 ini. Keinginan untuk mandiri menjadi motivasi utama Ibam. Selain itu, ketatnya persaingan dan harapan memiliki usaha sebelum lulus kuliah menjadi alasan Ibam untuk lebih giat menggeluti usahanya. Dalam mengembangkan usahanya, Ibam ditemani tiga orang temannya yang memiliki semangat dan motivasi yang sama. Mereka adalah Nova Geri Jordan, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin 2010 yang bertugas di bagian produksi, Ismail Nurhidayat, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin 2010 yang bertugas di bagian publikasi, Yoki Reza Ramadhan, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin 2011 bagian yang

foto: Fadhila/Manunggal

bertugas di pengembangan, dan Ibam bertugas di bagian marketing. Dengan modal patungan senilai Rp 10 juta sampai Rp 15 juta, Ibam dan kawan-kawan memulai usaha ini. Ibam dan kawan-kawan memulai promosi dengan menggunakan media sosial online sebagai media utama untuk promosi. Mereka juga membuka kuis online dengan tema pengetahuan. Selain sebagai ajang promosi, kuis online ini juga dapat menambah pengetahuan para netizen yang mengikuti. Untuk lebih menarik perhatian netizen, Ibam dan kawan-kawan pun menyediakan diskon dari produk-pro-

duk EsRadja. Apa yang dilakukan Ibam dan kawan-kawan tak lepas dari kendala. Meski sudah mencoba melakukan perbandingan dengan usaha-usaha lain yang sejenis, kendala tetap ada. Kendala utamanya adalah konsep. Setelah konsep dimatangkan, konsep tersebut belum tentu bisa berjalan mulus. Biaya produksi, tempat, keterbatasan waktu, bahan baku durian, cuaca, strategi marketing, dan lahan parkir menjadi kendala tersendiri dalam menjalankan usaha ini. Namun, diskusi dan menjalin kekompakan satu sama lain

menjadi modal utama untuk menjaga usahanya tetap berkembang. Pada mula didirikan, warung ini berlokasi di Timoho, Bulusan, Tembalang. Karena dinilai kurang strategis dan sepi pengunjung, mereka mencari lokasi yang lebih strategis. Kini, warung EsRadja dengan menu utama sop buah duren ini berlokasi di Jalan Banjarsari Selatan, Tembalang, belakang komplek BQ Square. Hingga kini, warung EsRadja memliliki empat orang karyawan yang dibagi dua shift, yaitu siang dan malam. Dengan omset penjualan yang lumayan, mereka bisa menghidupi diri sendiri dari usaha bersama ini. Warung EsRadja tidak hanya menyajikan menu Sop Duren Original. Ibam menambahkan ragam pilihan, seperti Sop Duren Kacang Ijo, Sop Duren Kurma, Lumpia Duren, Roti Bakar Duren, Indomie Kuah Susu Keju, dan masih banyak lagi. Selain menu yang inovatif dengan bahan dasar durian yang berkualitas, warung EsRadja juga menawarkan harga terjangkau bagi saku mahasiswa. Meski usahanya telah dikenal banyak orang, mereka berharap agar usahanya dapat berkembang lebih baik lagi. Tentunya, dengan segala upaya perbaikan dan pembenahan dari berbagai sisi. “Mudah-mudahan ke depannya, kami bisa lebih maju lagi dan tetap melakukan inovasi-inovasi terbaru demi perkembangan usaha kami ini,” kata Ibam. (Asep)

Pengalaman Jatuh, Bekal Berwirausaha foto: Fadhila/Manunggal

Niat belajar yang tinggi akan dunia kewirausahaan, membuat Norman Ardiansyah bersedia untuk meneruskan bisnis sang ayah yang sempat hampir tutup karena putusnya hubungan kerja sama. Sempat muncul dilema antara mengalihtangankan kontrak atau menyerahkan seluruh bisnisnya pada Norman, mengingat sang ayah adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Namun, niat belajar ala Norman membuatnya berani untuk mengupayakan kepercayaan sang ayah hingga berdirilah warung makan di lingkungan kampus Undip bernama Geole. AWALNYA, usaha ini hanyalah usaha warung makan kecil. Norman berkisah bisnis ini merupakan hasil kerja sama antara ayahnya dan temannya yang sudah memiliki usaha warung makan. Pada saat itu, ayah Norman diajak bermitra sebagai pemodal penuh. Namun dalam

perjalanannya, hubungan kerja sama ini kurang berjalan lancar sehingga membuat kerja sama itu tidak dapat berlanjut. Norman mengaku, menjalani dunia wirausaha warung makan adalah sebuah kejadian yang tak direncanakan. Menurutnya, sangat disayangkan jika usaha ini harus berhenti. Keadaan tersebut mendesak Norman untuk mengambil peran penuh. Dengan niatan belajar, akhirnya dia berani mengambil risiko dan menerima tawaran sang ayah. “Lha dari niat belajar itu, tetap saya beranikan dan upayakan. Alhamdulilah sekarang sudah mulai jalan,” imbuhnya. Dengan berbekal niat belajar, sampailah Norman pada sebuah bisnis tempat makan bernama Geole. Usaha ini berdiri sekitar Agustus 2012. Nama Geole terbilang cukup unik. Nama tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan nama atau jenis makanan apapun. Norman menuturkan, nama ini dia pakai karena sang ayah adalah seorang PNS di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). “Geole itu bahasa Perancis buat penjara, karena orang Perancis membacanya jeil atau jail dalam bahasa Inggris,” imbuhnya.

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

Hadirnya Geole di tengah ramainya usaha warung makan menggelitik Norman untuk menyajikan menu lain yang bisa menjadikan warung makannya berbeda, seperti ayam rica, balado, ayam kecap, ayam opor, ikan bumbu bali, bahkan soto. Selain sajian menu yang berbeda, konsep tata ruang yang ada di warung makan ini pun dibuat lesehan. “Lesehan itu supaya lebih santai. dan teralis di jendelanya itu yang mengesankan penjaranya,” kata mahasiswa Jurusan Manajemen ini.

Meski banyak warung makan yang didirikan di sekitar kampus Undip, Norman tidak merasakan hal itu sebagai kendala. Justru kendala utama yang harus dia hadapi adalah ketika musim libur semester tiba. Kini Norman bisa sedikit berbangga diri. Usaha yang dirintisnya telah berkembang cukup pesat. Tak tanggungtanggung, dalam sebulan, Norman bisa meraup untung sekitar Rp 80-90 juta dalam sebulan. (Klaudia)

13


SOSOK FORUM MAHASISWA

Tinggalkan Zona Nyaman Demi Wujudkan Impian Keinginan kuat untuk mengenal dunia, menambah wawasan, dan melihat cakrawala kehidupan untuk menyadari hidup ini tidak monoton, membuat perempuan kelahiran 21 Maret 1982 ini tidak berhenti belajar meski sudah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tak heran, berkat keinginan kuat serta usaha yang tak kenal lelah, dalam usianya yang terbilang muda, Ika Riswanti Putranttelah mendapat gelar doktor dari Universitas Ferrara, Italia. IKA, begitulah perempuan ini sering disapa. Semangatnya untuk terus belajar tanpa mengenal batas ruang dan waktu, berhasil membawanya ke negeri orang. Pada awalnya, dosen yang mengajar di Jurusan Hubungan Internasional (HI) FISIP Undip ini tidak pernah bercita-cita untuk belajar ke Eropa, melainkan ke Jepang. “Seiring berjalannya waktu, saya mengikuti garis hidup saya,” ujarnya menjelaskan. Sebelum berangkat ke Italia, Ika memang sudah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemerintah Daerah Yogyakarta. Namun, keinginan kuat untuk terus belajar membuat Ika ingin meninggalkan zona nyamannya tersebut dengan mendaftar beasiswa doktor. Ika melamar beasiswa tersebut secara langsung melalui jalur mandiri ke universitas yang sedang membuka kesempatan. Adapun universitas tersebut adalah Universitas Ferrara, Italia, yang

merupakan universitas tua berusia 600 tahun. Saat itu, Universitas Ferrara sedang membuka lamaran beasiswa untuk mahasiswa doktor dan menawarkan lima posisi untuk mahasiswa asing untuk mendapatkan beasiswa. Ketika mengawali cerita mengenai pengalamannya melamar beasiswa, Ika mengatakan banyak kendala dan tantangan, tetapi bukan tidak mungkin untuk dilalui. Menurutnya, yakin dan tidak putus asa adalah hal yang paling penting. Ika bercerita, ada dua tantangan yang menurutnya berat, yakni proyek dan bahasa. Proyek yang Ika kerjakan harus berfokus pada ekonomi, perdagangan, food law, dan hukum kontrak. “Jadi kita harus menyesuaikan dengan fokus riset yang ada disitu. Kalau tidak, biasanya akan sulit diterima,” kata dia menambahkan. Begitu juga dalam hal bahasa, Ika merasa tertantang ketika harus menguasai bahasa lokal. Meski dalam keseharian di lingkungan akademis menggunakan Bahasa Inggris, dia merasa perlu untuk menguasai bahasa lokal untuk keperluan lain. Di Universitas Ferrara, Ika adalah satu-satunya mahasiwa doktor yang berasal dari Indonesia. Dia sangat sering berdiskusi dengan mahasiswa asing yang berasal dari Afrika, Timur Tengah, Amerika, Asia Timur, dan tentunya Eropa mengenai kebudayaan, sosial, politik, serta ekonomi di negara masing-masing.

Ika semakin bersyukur saat mendengar cerita teman-teman negara lain seperti dari Syria, Palestina, Pakistan, dan Afganistan, di mana konflik dan sistem pemerintahan di sana begitu keras. “Tentu saja kita tidak bisa mengharapkan sesuatu yang sempurna. Namun paling tidak, dengan kita melihat negara lain, kita juga melihat proses negara kita yang perlahan-lahan berubah,” kata perempuan yang memiliki hobi menonton film dokumenter dan membaca novel ini. Kecintaan Ika terhadap Indonesia semakin nyata ketika dia mengerjakan disertasi. Saat itu, disertasi Ika berfokus

pada Hukum Uni-Eropa. Sayangnya, profesor yang mendampingi disertasinya tidak menyetujui hal tersebut. Meski demikian, hal itu tidak menyurutkan semangat Ika terhadap penelitiannya. Terbukti, pada April lalu, Ika mendapat penghargaan sebagai The Best Dissertation Cycle XV Universita Degli studi di Ferrara. Uniknya, dia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang mendapat penghargaan tersebut. Ika berpesan kepada mahasiswa ”Lakukan dahulu seperti kata Nelson Mandela, ‘It seems impossible until it’s done!’ ujarnya. (Klaudia) foto: Dokumen Pribadi

Foto tengah

Bangga Promosikan Pariwisata Semarang Bukan rahasia umum jika Indonesia memiliki keindahan alam yang memesona Salah satu anugerah keindahan alam di Indonesia dibuktikan dengan banyaknya objek wisata. Negeri ini pun dikenal mancanegara melalui sektor pariwisatanya. Menurut Zeanita Tiffany Spallanzani, tanggung jawab mengenalkan pariwisata Indonesia ke dunia bukan hanya menjadi tugas pemerintah dan duta wisata, melainkan juga semua orang. TAHUN 2013 lalu, Zeanita Tiffany Spallan- 3 Duta Wisata Kabupaten Semarang. zani yang akrab disapa Fafa, meraih Juara Saat ditanya alasannya mengikuti ajang pemilihan duta wisata, mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip ini mengaku sering melakukan travelling sejak kecil. Kedua orang tua Fafa yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan sering bepergian keliling Kabupaten Semarang selalu membawakannya cendera mata. Bahkan, dia juga kerap diajak orangtuanya untuk mengunjungi daerah-daerah tersebut. Kebiasaan inilah yang kemudian membuat mahasiswa kelahiran Kabupaten Semarang, 10 Januari 1994 ini mengenal sektor pariwisata tempat kelahirannya itu. Hobi travelling dan minat di bidang kuliner membuat Fafa ingin berkontribusi di bidang pariwisata. Baginya, gelar duta wisata yang pernah diraihnya adalah tanggung jawab moral pada masyarakat. “Sebenarnya, gelarnya (duta wisata, red) itu enggak penting ya, karena setiap foto: Dokumen Pribadi orang diharuskan dan diwajibkan untuk

14

menjadi duta wisata suatu tempat,” ujar Fafa. Sebagai pemuda yang pernah diamanahi menjadi Duta Wisata Kabupaten Semarang, dia merasa memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan pariwisata di kabupaten yang memiliki 19 kecamatan ini. Menurut Fafa, belum banyak orang yang mengetahui objek wisata di Kabupaten Semarang. Selama ini, kata dia, Kota Semarang lebih banyak dikenal masyarakat disbanding Kabupaten Semarang. “Sebenarnya, tempat wisatanya lebih banyak di kabupatennya daripada di Kota Semarang, karena Kabupaten Semarang letaknya di pegununungan,” katanya. Fafa juga menjelaskan, objek wisata yang terletak di Kabupaten Semarang juga memiliki dampak yang sangat baik dari segi ekonomi bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu, kini, lanjut Fafa, semakin banyak objek dan desa wisata yang dikembangkan, salahsatunya objek wisata Air Terjun Klenting Kuning yang

terletak di Desa Kemawi, Kecamatan Sumowono. Bagi Fafa, wisata adalah suatu destinasi yang diperuntukkan bagi masyarakat untuk dinikmati keindahannya. Sebagai duta wisata, dia tidak memungkiri masih banyak kekurangan yang dimiliki objek wisata di Kabupaten Semarang. “Memang banyak sekali kekurangan tempat wisata kita yang belum banyak diekspos sehingga kita harus mempresentasikan dan promosikan (pada, red) mereka (masyarakat, red),” ujarnya. Salah satu cara Fafa mengenalkan objek wisata di Kabupaten Semarang adalah melalui organisasi yang diikutinya, yakni Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (AIESEC). Lewat organisasi tersebut, dia mengajak mahasiswa pertukaran pelajar dari luar negeri untuk mengunjungi berbagai objek wisata di Kabupaten Semarang. (Gina)

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015


FORUM MAHASISWA SASTRA BUDAYA

Soreng, Kesenian Rakyat Berjiwa Pemberontak foto: Agung/Manunggal

Setelah melewati kelokan di sepanjang perjalanan dengan disambut kesejukan udara pegunungan yang dikelilingi pohon pinus, tibalah Tim Tabloid di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Di tempat inilah, kesenian rakyat bernama Soreng dikembangkan dalam komunitas bernama Padhepokan Warga Budhaya. SETIBANYA di kediaman Pembina Kesenian Soreng, Riyadi, mata Tim Tabloid dimanjakan dengan pesona kesenian yang terpancar melalui lukisan-lukisan, pernak-pernik, serta sanggar tempat berlatih Soreng. Kesenian Soreng adalah kesenian rakyat yang asal-muasalnya belum diketahui secara pasti, tetapi telah ada sejak 1970-an. Konon, kesenian ini berkembang di wilayah Gunung Merbabu, sebelah barat Magelang. Riyadi menjelaskan, kelompok Soreng yang dibinanya ini merupakan perkembangan dari Kesenian Soreng di Dusun Babadan, Desa Banyusidi. Riyadi mendalami dan menekuni Kesenian Soreng untuk pertama kali di dusun tersebut sekitar tahun 2000. Tiga tahun kemudian, kesenian ini juga muncul dari dusun lain, yakni Dusun Keditan. Meski bernama Soreng juga, keduanya tidak sama. Perbedaan tersebut tampak dari gerakan, formasi, dan musiknya. Munculnya berbagai Kesenian Soreng dari dusun-dusun yang berbeda di Desa Banyusidi, membuat Kesenian Soreng semakin berkembang. Alkisah, Tari Soreng menceritakan sejarah prajurit Arya Penangsang yang merupakan adipati Jipang Panolan yang berperang memperebutkan kekuasaan dengan Hadi Wijoyo, penguasa Pajang. “Soreng itu sendiri nama prajurit dari Arya Penangsang. Kalau istilah sekarang sih kopasus-kopasusnya,” ujar Riyadi. Makna di Balik Tarian Dalam praktiknya, karakter Tari Soreng memancarkan watak-watak yang secara umum dimiliki sosok seorang prajurit, karena tarian ini memang mencitrakan tarian prajurit atau tentara. “Nggak mungkin kalau tentara itu klemar-klemer, dia harus keras,” ucap Riyadi.

Pendopo tempat latihan Kesenian Soreng di kediaman Riyadi. Di balik karakternya yang terbilang keras, ada beberapa faktor yang secara tidak langsung memengaruhi terbentuknya karakter itu, salahsatunya letak geografis Gunung Merbabu. Kontur tanah yang miring membuat masyarakat di sekitar lereng Mebabu terbiasa beraktivitas dengan berjalan kaki naik turun gunung. Apalagi, sebagian besar dari mereka bermatapencaharian sebagai petani. “Pagi, sore, siang harus naik turun gunung. Entah itu mencangkul, cari rumput, itu kan membentuk karakter sendiri,” kata Riyadi sambil mengepulkan asap rokoknya. Keadaan daerah di sini, kata Riyadi, memiliki posisi yang miring, sehingga komunikasi yang terjalin biasanya dengan berteriak-teriak. Hal ini berdampak pada terbentuknya vokal yang tidak halus Bagaimanapun, letak geografis dan mata pencaharian di daerah Gunung Merbabu sangat memengaruhi karakter yang muncul dalam kesenian ini. Selain faktor geografis, sejarah terbentuknya kesenian ini juga berlatarbelakang sifat pemberontak dari prajurit Arya Penangsang. Sempat menjadi pertanyaan, ketika hal yang diangkat untuk dilestarikan dalam kesenian adalah sosok pemberontak yang kalah. Riyadi mengatakan, belum mengetahui secara pasti mengenai hal tersebut. Menurutnya, banyak kemungkinan yang bisa mendasari hal itu. Salahsatunya ketika Arya Penangsang kalah dalam perang melawan Pajang.

Saat itu, ada prajurit yang melarikan diri ke Gunung Merbabu. Prajurit tersebut memilih Gunung Merbabu sebagai tempat persembunyiannya dengan berbagai pertimbangan. Selain aman untuk bersembunyi, kesuburan wilayah di daerah Gunung Merbabu sangat tepat untuk dijadikan tempat bertahan hidup. Berawal dari situ, Kesenian Soreng berkembang sebagai kesenian yang mencirikan karakter pemberontak. Meski demikian, nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian ini relevan untuk diterapkan dalam kehidupan. Jika dilihat dari gerakannya, kesenian ini menggambarkan sebuah perjuangan masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Merbabu. Perjuangan yang dimaksud dalam hal ini, kata Riyadi, bukan kembali pada perjuangan pada zaman Arya Penangsang, melainkan bagaimana masyarakat berjuang untuk selalu hidup. Sepak Terjang Komunitas Seni Selain mengembangkan berbagai kesenian,

Padhepokan Warga Budhaya juga aktif melakukan kegiatan rutin tahunan yang disebut Ritual Sungkem Telompak. Kegiatan ini merupakan tradisi tahunan di mana warga masyarakat melakukan kirab menyusuri jalan utama Dusun Gejayan menuju dasar Jurang Telompak hingga tiba di dekat mata air yang ada di dasar jurang. Sebelum tiba di mata air yang berjarak kurang lebih 1,5 meter ke arah barat Dusun Gejayan, mereka meminta izin dengan juru kunci yang bernama Purwo Sugito. “Waktu Indonesia belum merdeka, sekitar tahun 1932, Kecamatan Pakis pada saat itu mengalami masa-masa paceklik, tidak ada yang dipanen. Kemudian sesepuh di sana mengadakan acara ritual, meditasi, semedi hingga bisa berkomunikasi dengan penunggu mata air yang dikenal sebagai Prabu Singobarong. Apa yang diminta oleh masyarakat akan dikabulkan dengan syarat setiap lebaran tanggal lima, harus ada kesenian yang ditampilkan di depan sumber mata air itu,” kata Riyadi menjelaskan. Ritual semacam ini, menurut Riyadi, memiliki dampak yang positif terhadap lingkungan di daerah Gunung Merbabu. Pasalnya, dengan adanya sumber mata air yang sakral di daerah itu, pohon-pohon dan tanaman yang ada di situ tidak akan berani ditebang oleh siapapun. Kembali ke Kesenian Soreng, Riyadi optimistis, kesenian ini akan terus eksis. “Soreng tidak akan krisis penerus karena sudah menjadi ciri khas dari lereng Merbabu sendiri. Kami juga punya acara Festival Lima Gunung yang menjadi media dan tempat untuk berapresiasi, berekspresi untuk bisa selalu eksis,” kata Riyadi. Lebih lanjut, Riyadi juga menambahkan, eksis tidak sekadar menari dan pentas, melainkan kita juga harus berpikir bagaimana kesenian bisa menghibur penonton, yakni dengan cara melakukan penyesuaian dengan keadaan zaman. (Klaudia)

foto: Agung/Manunggal

Mengucapkan:

Ilustrasi: Febrianna/Manunggal

Selamat Mengemban Amanah Prof. Drs. H M. Nasir MSi. Akt. PhD sebagai Menristek Dikti

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

15


FORUM MAHASISWA KOLOM

Politik Kampus sebagai Miniatur Pemerintahan Negara Oleh: Regita Andriani* KEHIDUPAN di dunia ini memang tidak pernah terlepas dari pilihan, karena hidup ini memang pilihan. Begitu juga dengan pemilihan umum (pemilu) yang merupakan perwujudan kedaulatan rakyat untuk menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Pemilu dalam sebuah negara demokrasi seperti Indonesia merupakan ajang pemilihan sosok pemimpin yang dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan konstitusi. Prinsip-prinsip demokrasi tersebut ditandai dengan keaktifan warga negara dalam setiap proses pengambilan keputusan kenegaraan. Sebuah negara berbentuk republik memiliki sistem pemerintahan yang tidak pernah lepas dari pengawasan rakyatnya. Demokrasi pun digambarkan sebagai sebuah bentuk pemerintahan yang terbentuk karena kemauan rakyat dan bertujuan memenuhi kepentingan rakyat itu sendiri. Berbeda dengan negara monarki yang menjadikan garis keturunan sebagai landasan untuk memilih pemimpin, pada republik demokrasi diterapkan azas kesamaan di mana setiap orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin dapat menjadi pemimpin apabila ia disukai sebagian besar rakyat. Dalam sebuah republik demokrasi, kontrak sosial atau perjanjian antara pemerintah dengan rakyatnya diwujudkan dalam pemilu. Sebagai miniatur negara, sudah seharusnya pemilihan pemimpin dalam organisasi kampus, seperti Badan Ekse-

ilustrasi: Rosyida/Manunggal

kutif Mahasiswa (BEM) memiliki sistem pemilihan yang demokratis. Ketua BEM selaku pimpinan tertinggi organisasi kampus dipilih langsung oleh mahasiswa dengan mekanisme pemilu yang jujur dan adil. Ada yang berpendapat, kampus adalah miniatur sebuah negara. Awalnya saya kurang paham mengenai pernyataan tersebut, karena mungkin hanya segelintir hal yang terlihat. Misalnya, pembagian pimpinan organisasi dalam kabinet berdasarkan struktur atau jenjang yang nyata. Menurut hemat saya, kampus memang bertindak sebagai miniatur pemerintahan negara. Adapun hal yang mendukung pernyataan di atas ini tampak dari bentuk

Namun, hal yang tercermin dalam kehidupan kampus, hanya mencakup fungsi eksekutif dan legislatif. Selain itu, iklim politik dalam organisasi kampus turut mencerminkan sebuah miniatur negara. Dalam pemilihan raya (pemira), mahasiswa berhak memberikan suaranya untuk menentukan siapa pemimimpinnya kelak. Proses ini dimulai dari pendaftaran calon, verifikasi berkas, sosialiasi atau kampanye, masa tenang, hingga pemilihan sebagai puncak kegiatan. Aura politik berhembus kencang saat kampanye terjadi. Calon diusung beberapa organisasi eksternal yang menjadi partai mahasiswa sebagai kendaraan politiknya. Ketegangan pun kerap terjadi untuk memperebutkan kursi pemerintahan. Adanya organisasi mahasiswa merupakan bukti nyata bahwa mahasiswa dapat mengelola kegiatan pengembangan diri di luar bidang akademis. Rektorat, fakultas, dan jurusan berperan sebagai pengawas dan fasilitator beragam kegiatan mahasiswa. Sistem tersebut sangat mencerminkan kampus sebagai media pembelajaran politik dan sosial yang nyata. Mahasiswa dapat bertindak sebagai pemerintah sekaligus masyarakat dalam kampus. Maka, tak heran jika kampus layak disebut sebagai miniatur sebuah negara.

kepemimpinan yang terbagi atas beberapa residen. Indonesia menerapkan sistem demokrasi dan pembagian kepala pemerintahan berdasarkan trias politica. Artinya, struktur pemerintahan yang ada dibagi menjadi tiga kelembagaan, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sebagai media pembelajaran politik dan ketatanegaraan, kampus pun menerapkan hal yang sama. Dalam eksekutif, mahasiswa bertindak sebagai pihak yang menjalankan roda pemerintahan mahasiswa melalui program kegiatan. Selanjutnya adalah pihak legislatif. Tak *) Manajer Rumah Tangga LPM ubahnya bentuk pemerintahan di Indonesia, kampus memiliki lembaga legis- Manunggal latif untuk menjadi pihak controller yang mengawasi jalannya roda pemerintahan.

PUISI

Untuk Negeri Senja sore ini ribuan bintang mengantri untuk menunjukkan diri serupa kita yang masih berdampingan sama sisi ribuan langkah penerus generasi untuk negeri mau berhenti atau terus menjalani untuk melanjutkan apa yang pernah diperjuangkan. Enam puluh sembilan tahun sudah mendeklarasikan diri Dengan tetes darah dan perjuangan yang tanpa henti

Jalanmu adalah Mimpi Jika mata bukan jendela Maka hati adalah lilin yang bercahaya Jika mata melihat dalam terang Maka hati berkelana dalam gulita Setapak hilang karena hujan Jejak pun berbekas karena pemilik Gontai tak berarti kalah Kalah bukanlah kegagagalan Mimpi Bermimpi Mengimpikan Mereka satu dari nurani

Semoga segalanya tidak berhenti sampai di sini Untuk negeri dimana kita memulai bermimpi Haruskan kita masih berdiam diri? Menyombongkan apa yang sudah dimiliki Hingga lupa sebagian telah hilang dan pergi

Ketika kau haus akan kepercayaan Maka menolehlah ke dalam hatimu Ketika kau takut tak dipercaya Maka menoleh pulalah ke dalam hatimu

Untuk negeri yang penuh pengharapan Dari yang pernah memperjuangkan Tugas kita, melanjutkan

Sinar yang menerangi siang adalah mentari Namun sinar hidupmu adalah hati yang suci Bulan setia akan malam yang begitu sepi Kau patut setia pada janji dan mimpi

Belenggu Bila ini waktunya, bolehkah aku melihatmu Di saat aku masih di perempat jalan Masihkah hati ini bergejolak merasakan indahnya dunia perkuliahan Apakah ini waktu yang tepat untuk berbalik?....menatap ke arahmu, Berdoa di tepi danau harapan Agar semua kembali terencana Namun keterlambatan merupakan alasan paling berat Yang telah usai menyapu semua bintang di langit Aku tak sekuat beringin yang tetap kokoh tumbuh diterpa hujan dan petir Dan tak sekuat pohon kelapa yang berdiri tegap diterpa angin Karena tulang punggung keluarga rasanya tak kuat berjalan dan terus berjalan Dan sanggupkah diri ini, menengok kembali ke belakang Melihat sang Rembulan bekerja keras untuk tidak redup Masih tetap berjuang memberikan sinarnya

Terima kasih, pahlawan Dan selamat meneruskan perjuangan

Irlina Farah Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

16

Fitri Nengsih Chaniago Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Widya Wahyuni Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015


WANSUS FORUM MAHASISWA

Ray Sahetapy, Berakting Menuntut Kreativitas foto: Dokumen Istimewa

Ferene Raymond Sahetapy atau yang dikenal dengan nama Ray Sahetapy adalah aktor kawakan asal Indonesia. Puluhan film layar lebar telah dibintangi lelaki yang sempat berkali-kali dinominasikan sebagai Aktor Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia ini.

BIODATA Nama Ferene Raymond Sahetapy Nama Beken Ray Sahetapy Tempat, Tanggal Lahir Donggala, Sulawesi Tengah, 1 Januari 1957 Pendidikan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Riwayat Pekerjaan Ketua Perhimpunan Seniman Nusantara Istri Dewi Yull (penyanyi, 16 Juni 1981 - 24 Agt 2004), Sri Respatini Kusumastuti (a.k.a Iin, sejak Oktober 2004) Anak Gizca Puteri Agustina Sahetapy (almh), Rama Putra, Panji Surya, Mohammad Raya Sahetapy Videografi Film: 67 contents Sinetron: 1 contents

SETELAH beraksi dalam film Curi-Curi Kesempatan yang dirilis tahun 1990, Ray sempat menghilang dari dunia perfilman Tanah Air. Pria lulusan Institut Kesenian Jakarta ini kemudian muncul kembali pada pertengahan 2006 lewat film Dunia Mereka, garapan sutradara Lasja Fauzia. Tahun ini, Ray kembali hadir dengan film teranyarnya, Mantan Terindah, besutan Marcella Zalianty. Simak petikan wawancara khusus reporter Manunggal, Selli Nisrina Faradila, bersama Ray Sahetapy usai Roadshow Film Mantan Terindah di Fakultas Teknik Sipil Undip beberapa waktu lalu. Untuk mendalami peran, apa yang biasanya Anda lakukan? Apa yang membuat Anda menyukai Saya biasa membaca tokoh itu sedunia teater? jauh mungkin. Seolah-olah saya berusaItu berjalan mengalir saja. ha mendekati tokoh tersebut, mengajakAwalnya, saya diminta oleh beberapa nya diskusi, kemudian berkembang berteman untuk ikut dalam pementasan samanya sehingga tokoh yang diciptakan drama di Jakarta. Setelah pementasan, itu muncul dalam diri saya. Jika orangsutradara drama itu entah tertarik orang di sekitar saya melihat saya sudah atau bagaimana dengan akting saya, mulai berbeda, artinya tokoh itu sudah sehingga menyarankan saya untuk se- memproses dirinya di dalam diri saya. kolah seni peran di IKJ. Akhirnya, saya ke sana atas saran sutradara tersebut. Apakah Anda selektif dalam memilih Beliau adalah Almarhum Bambang BS. peran? Dari beliau dan IKJ pula saya banyak Tidak juga. Semua peranbagi saya mendapat ilmu tentang dunia keaktoran unik. Meskipun terkadang ada tokoh dan penyutradaraan. yang tidak memberikan banyak informasi, namun di situlah momen di mana Dari banyak peran yang pernah dib- kreativitas seorang aktor diuji. Sebagai awakan, adakahperanyang memen- aktor, saya harus mampu menerjemahgaruhi kepribadian Anda? kan tokoh yang akan saya perankan. Saat Sebenarnya bukan memengaruhi, Anda, orang lain, atau saya membaca tapi lebih tepatnya mengembangkan sebuah tokoh, pasti akan berbeda. Ketika pribadi saya. Karena dari macam-macam aktor membaca sebuah peran, kata-kata peran yang saya bawakan, semisal peran itu seakan-akan muncul jadi orang. Seomenjadi presiden, profesor, semuanya rang aktor memerankan tokoh itu berarti membuat pribadi saya menjadi berkem- ia menciptakan sebuah kehidupan. Perlu bang. emosi dan improvisasi. Misalkan dalam

Reandy Indrayana , S. Kel Kadiv Kaderisasi 2012

Selamat dan sukses atas kelulusan alumni LPM Manunggal Undip Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

mengatakan “Tidak� saja ada berbagai macam caranya. Menurut Anda, bagaimana perkembangan dunia perfilman di Indonesia? Film Indonesia akan berkembang dan lebih maju. Tinggal persoalan bagaimana mengisi nilai-nilai yang sesuai dengan kehidupan di bumi Nusantara ini lewat film. Apa genre film favorit Anda? Saya menyukai film apa saja asal digarap dengan serius dan ada nilai-nilai kehidupannya. Menurut Anda, apa fungsi lain dari sebuah film selain menjadi hiburan? Film harus bisa menghibur sekaligus mendidik. Film harus bisa menjadi tempat untuk mengembangkan pikiran dan menggali kerohanian kita. Dan yang terpenting, film harus bisa membangun kesadaran terhadap sesuatu. Intinya, memberikan pengetahuan baru kepada penontonnya. Kalau perlu, memberikan realitas kehidupan yang baru.

Devy Dwioktaviani , S. Hum Kadiv Data dan Informasi 2013

Adkha Iriani , S. Hum Sekretaris Umum 2013

17


KONSULTASI FORUM MAHASISWA Diasuh oleh: Dra. Endang Sri Indrawati, M.Si. Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi, Undip

1

Hubungan dengan Ibu Tiri Hingga Pernikahan Ayah saya yang ketiga telah berlangsung selama tujuh tahun. ba kini, saya masih sering bertengkar dengan ibu tiri saya. Saya selalu menco ana Bagaim i. terjad selalu nnya membuka hati, namun pertengkaran denga seharusnya saya menyikapinya? Shafira

Cara menyikapinya adalah Anda harus meningkatkan Spiritual Quotion (SQ). Jika mempunyai SQ yang tinggi, maka tidak akan mudah membuat kita down, galau, dan plin-plan. SQ bisa ditingkatkan dengan cara sering membayangkan jika diri Anda menjadi ibu tiri. Menjadi ibu tiri bukanlah hal yang mudah dan bukan merupakan idaman setiap wanita. Jika hal tersebut menimpa Anda, apakah Anda bisa lebih baik dari ibu tiri Anda sekarang? Jika Anda merasa tidak akan bisa lebih baik dari ibu tiri Anda, sebaiknya berdamailah dengannya. Anda boleh berbeda pendapat, tapi Anda harus menghormatinya. Berpikirlah bahwa dia adalah istri dan takdir ayah Anda. Anggaplah kehadirannya sebagai rezeki.

ilustrasi: Rosyida/Manunggal

Susah Percaya Laki-laki Saya memiliki pengalaman buruk ketika menjalin hubungan. Pacar saya yang dulu telah dua kali berselingkuh. Dan kini saya menjadi ragu untuk menjalin hubungan kembali dengan laki-laki. Bagaimana seharusnya saya bersikap dan apa tips untuk memilih lelaki setia? Adis

2

Usia 20 tahun memungkinkan setiap individu untuk jatuh cinta berkali-kali, apalagi laki-laki itu berjiwa poligam. Hal tersebut wajar, jadi Anda tidak perlu trauma atau menyalahkan diri sendiri. Cobalah untuk berpikir realistis dan meningkatkan pesona serta kualitas diri Anda. Semua orang yang bermain cinta berarti siap bermain api. Jika Anda tidak siap, maka jangan bermain api. Jika Anda kembali berpacaran, usahakan untuk menjaga diri baik-baik supaya ketika dia selingkuh, Anda tidak menyesal atau merugi. Saya sarankan berpacaranlah dengan harga diri yang tinggi. Artinya, tidak menjadi pengemis cinta dan terlalu agresif atau proaktif. Dengan begitu, Anda tetap bisa menjaga harga diri dan identitas sebagai wanita yang sangat menjaga kehormatan diri.

ilustrasi: Rosyida/Manunggal

3

Trauma Masa Kecil Akibatnya, Ketika saya kecil, saya sangat nakal dan sering dihukum orang tua saya. ana kini saya merasa saya sangat sulit bergaul dan sulit bersikap tegas. Bagaim Frida saya? diri solusi untuk mengurangi rasa trauma dalam

Perlu diketahui, hasil pengalaman tersebutlah yang memberikan isi nilai dan asumsi yang membuat Anda minder, takut bergaul, tidak percaya diri, dan takut mengambil keputusan. Anda bisa disembuhkan, tetapi harus dilakukan dengan sabar karena membutuhkan waktu yang lama. Dukungan dari lingkungan sosial bisa membantu menyembuhkan, tetapi jika tidak ada, butuh seorang profesional untuk menolong Anda. Sebaiknya, rajin konseling untuk menjalani terapi kognitif atau hipnoterapi yang akan membantu mengurai ‘benang ruwet’ dari pikiran maupun kenangan buruk Anda. Seringlah berkonsultasi ke psikolog di Biro Konsultasi Mahasiswa Fakultas (BKMF) yang ada di fakultas masing-masing. ilustrasi: Rosyida/Manunggal

18

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015


RESENSI FORUM MAHASISWA

Terus Menunggu Bersama Norman Erickson Pasaribu f

Judul : Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu Terbit : April 2014 Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Pengarang : Norman Erickson Pasaribu Tebal : 176 halaman Harga : Rp 48.000,ISBN : 978-602-03-0448-9

“MUNGKIN kamu belum tahu bahwa di suatu tempat ada seseorang yang tengah menunggumu. Dan hanya kamu yang tahu berapa lama lagi ia harus menunggu.” (hlm 2) Buku kumpulan cerita pendek (kumcer) dengan judul amat panjang ini dibuka dengan cerita dari sudut pandang orang kedua, menempatkan si “kamu” sebagai sosok tak kasat mata yang mengetahui segala tindak tanduk tokoh sentral. Berjudul Tentang Mengganti Seprai dan Sarung Bantal, cerpen pertama dalam kumcer debut karya Norman Erickson Pasaribu ini berkisah tentang seorang laki-laki kesepian yang mempertanyakan banyak hal, termasuk bolehkah kita menikahi bantal kita saja? Bantal yang “...menyangga kepala kita setiap malam, yang mengusir demam, menjauhkan kuntilanak dari mimpi, mengamini doa-doa, merindukan kita di siang hari, menyimpan aroma sampo yang kita sukai, menyerap keringat, liur, air mata, tumpahan kopi tanpa sekalipun protes apa---apa...” Salah satu cerpen lainnya

berjudul Garpu mengisahkan tentang tiga orang sahabat yang diibaratkan seperti tiga tusuk pada ujung garpu dan saling silang perasaan di antara mereka. Karya Norman ini terbilang unik. Kita dapat merasakan nuansa cerita dengan baik berkat gaya tutur cerita Norman yang santai tapi penuh kejutan, tanpa harus meledak-ledak penuh emosi. Fatamorgana di Meja Makan, Novelis Terkutuk, Tulang Rusuk yang Hilang, hanya sebagian dari berbagai macam emosi yang akan kita rasakan begitu mengikuti tiap cerita yang dibuat Norman. Kita akan ikut menangis, ikut marah, ikut menyesal, ikut merindu, ikut menunggu. Nama Norman sebagai pengarangnya boleh menjadi jaminan. Ia digadang-gadang sebagai sastrawan muda yang telah membawa aroma segar dalam dunia literatur Indonesia. Triyanto Triwikromo pun memuji karya-karyanya. Buku setebal 176 halaman ini dikemas dengan cerita-cerita yang sangat menarik sehingga waktu yang berjalan seiring kita membuka lembar demi lembarnya jadi tidak terasa. Membaca isinya akan menghanyutkan kita ke dalam lika-liku pikiran sang penulis, rumit tapi tetap menghibur. (Selli)

The Naked Traveler: Anthology Judul Berat Penerbit Penyunting Tebal Harga ISBN

SETELAH sukses mengajak para penikmat traveling dengan keempat buku The Naked Traveler, kini Trinity kembali mengeluarkan buku terbarunya, yaitu The Naked Traveler: Anthology. Buku ini merupakan kumpulan tulisan para pembaca blog naked-traveler.com yang dimuat pada laman khusus, yaitu -anthology pada 2009 hingga 2011. Uniknya, para penulis dalam buku ini memiliki latar belakang profesi yang berbeda, mulai dari wartawan, penulis novel, peneliti, hingga polisi. Oleh karena itu,cerita dalam buku ini dikemas dengan gaya bahasa yang ala kadarnya. Pada edisi kali ini, pembaca dapat menemukan pengalaman-pengalaman menarik para traveler Indonesia. Setiap

: The Naked Traveler Anthology : 200 gram : B First (@BentangPustaka) : IkhdahHenny : 236 halaman : Rp 44.000,: 978-602-1246-05-4

bab juga diberi ilustrasi, sehingga dapat membawa para pembaca larut ke dalam cerita. Dua orang traveler ‘penumpang haram’ menceritakan perjalanannya dari Jakarta-Surabaya. Uniknya, mereka menghabiskan waktu 36 jam untuk sampai ke Surabaya hanya karena ingin biaya murah, dan memberikan sebutan diri mereka sendiri sebagai penumpang haram. Salah satu bab pada buku ini juga mengisahkan seorang traveler yang kesulitan mencari air minum di Amerika, serta baru mengetahui air adalah fasilitas mewah di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pengalaman menarik lainnya muncul dari seorang polisi yang menemukan tempat wisata favoritnya, ternyata lokasi terkenal untuk bunuh diri. Kisah lainnya adalah mengenai pengalaman traveler yang memiliki phobia transportasi udara. Para penulis memberikan inspirasi untuk mengetahui lebih jelas mengenai apa saja yang dapat terjadi di perjalanan. Berbeda dengan buku traveling lainnya, buku ini ditulis dalam bahasa yang ringan, tapi tetap membuat para pembaca tertawa dengan cerita yang tak terduga dari para traveler. (Najah)

Selamat dan sukses atas kelulusan alumni LPM Manunggal Undip Yuyun Octaviani B., S. Ikom Kadiv Jarkem 2013

Ifadah Vellayati W., S. Ikom Redpel Fotografi 2013

Manunggal - Edisi II tahun XIV Januari 2015

Dian Ayu N. Ihsani , S. Si Redpel Artistik 2013

Johanes Ricky B., S. IP Manajer Dispro 2013

19


Harmoni Tari Tradisional Indonesia

Tari merupakan salah satu nesia yang mulai terlupaka Nusantara yang dipraksarai Bangsa Indonesia, tarian nu nalkan kepada masyarakat lu ma Harmoni Negeri Melalui di Taman Budaya Raden Sal

FORUM MAHASISWA

Fotografer: Agung

Narasi: Agung/M

Proses Make Up Penari

Menunggu Giliran Tampil

Tari merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang mulai terlupakan. Melalui Gelar Seni Nusantara yang dipraksarai Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia, tarian nusantara kembali disajikan pada masyarakat luas. Acara bertema Harmoni Negeri Melalui Seni ini diselenggarakan di Taman Budaya Raden Saleh, Sabtu (20/12). Fotografer: Agung/Manunggal Naskah: Agung/Manunggal

Perbincangan Sesama Penari

Pemakaian Kostum Penari

Penampilan Tari

Pemasangan Aksesoris Penari

Manunggal - Edisi II tahun XIv Januari 2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.