1|Lep as Arah
Omong Kosong Assalamualaikum,. Puji serta syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT dan tak lupa shalawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah telah terselesaikannya proses demi proses sehingga Lepas Arah vol. 2 dapat mencuat kembali kepermukaan setelah sekian lama terpendam dalam hati yang ingin segera meluapkan kekecewaannya. Dengan mencuatnya Lepas Arah vol. 2 saya berharap dapat yaa setidacknya terhibur dan terheran-heran dengan melihat isi dari Zine ini karena didalamnya terdapat karya dari teman-teman kontributor yang mana ingin sekali saya ucapkan terimakasih dan mentraktir makan tapi belum sempat. Baru satu koma dalam halaman ini saya tambah dulu, yaa di omong kosong kali ini saya ingin sedikit curhat tentang wanita yang saat ini perlahan selalu terbayang ketika mau tidur, meskipun belum kenal cukup lama namun kita berada disatu atap yang sama telah lama. Masih menunggu waktu untuk bercengkrama dengannya, ingin rasanya mengirim pesan singkat namun ragu diselimuti takut yang akut. Sedikitlah curhatan itu dan selanjutnya saya ucapkan kembali terimakasih kepada para pendukung yang telah memberikan dukungan moril, semangat atau bahkan cacian yang membuat daya pacu semakin menggelora. Namun dalam Zine ini masih ada kamerad yang belum termasukan karena waktu yang memaksa, tapi waktu sebetulnya tak bisa disalahkan atau dipojokan toh kita setiap hari diperkosa oleh waktu namun kita pasrah saja, maaf teman. Zine ini mencuat dengan predikat super ngaret yang harus awal Agustus 2017 namun baru sekarang mencuat kepermukaan dengan alasan saya banyak kesibukan sehingga menyebabkan kelelahan yang super pula dan akhirnya terckavar. Sampai saat ini saya bangga dengan apa yang saya lakukan karena saya tak tau apa yang harus saya lakukan, sekian dan terimakasih. Salam cinta, salam damai, salam kemerdekaan.
Redaksi Hilmi Isnaeni Zain
2|Lep as Arah
nanya nilai supaya bisa di cek sebelum yudisium tapi kata dosen "kan belum yudisium kenapa nanya nilai?" , dan ditanya lagi setelah yudisium "lah kan udah yudisium ga bisa dirubah lagi atuh udah masuk upt-tik" dan akhirnya nilai mata kuliahnya kosong.
Kata M. Iqbal Irwansyah dengan kekecewaannya.
3|Lep as Arah
4|Lep as Arah
Kaktus yang Bercerita Perawakan tinggi tidak serta membuat lelaki itu selalu kuat. Gagah dan beraninya seakan luntur ketika ia kehilangan seorang wanita yang dikasihinya. Air matanya luruh dalam pandangan Sukta, sebuah pohon kaktus kecil yang disimpan lelaki itu di kamarnya. “Jika saja kau adalah manusia, kau tidak akan sebisu ini mendengar ceritaku,” ucapnya pada pohon kaktus yang ada di kamarnya. Sudah beberapa hari lelaki itu tampak murung. Cerita tentang kehidupannya kerap ia sampaikan pada pohon kaktus yang ada di kamarnya. Sampai suatu hari, ia membawa teman baru untuk pohon kaktusnya itu. *** Kaktus merasa senang “apa kau akan menjadi penghuni baru di kamar ini?” “Apa kau yang baru saja menyapaku? Sebuah pohon kaktus bontot?” “Iya Mawar, aku yang menyapamu,” jawab kaktus itu. Kaktus sangat senang. Tapi ia juga heran, kenapa seorang lelaki menyimpan mawar secantik ini di kamarnya. “Apa daya, aku mungkin terlalu membosankan sampai kau pun tak merasakan adanya kenyamanan denganku. Kau terlanjur pergi, aku tak bisa berkutik,” ucap seorang lelaki itu, sambil menyimpan handphone di antara dua penghuni lain di kamarnya.
5|Lep as Arah
Sudah dua hari, lelaki itu hanya berdiam diri di kamar. Seperti melihat matinya orang yang sedang hidup, tak ada yang dilakukannya. Hanya ke luar untuk sekadar mengambil makanan atau sesekali pergi ke wc untuk buang air kecil. Tampaknya sudah dua hari pula lelaki itu tidak mandi. Dengan baju lusuhnya ia terlihat sangat tidak bersemangat. Kegiatannya hanya melamun, memijati keyboard di ponselnya lalu menyimpannya lagi dengan wajah muram. Ia tak lagi bicara pada pohon kaktusnya, hanya sesekali memainkan mawar yang ia simpan di kamarnya. *** Mawar merasa bosan. Tak ada yang bisa ia pandangi di kamar itu. Ruangan yang agak luas namun dirasa sangat sesak jika ada di dalam ruangan itu. Di kamarnya hanya ada lemari, meja yang agak besar dengan beberapa tumpukan buku yang berantakan, tempat tidur, cermin, dan gantungan baju yang juga berantakan. “Aku sangat bosan di sini. Mengapa lelaki itu tak juga membuangku atau hanya sekedar membawaku ke luar untuk melihat sekitar,� ujar Mawar dengan nada kesal. Kaktus merasa kasihan melihatnya yang semakin layu dan tampak kegerahan, �Apa kau sedang kesal?� “Untuk apa lelaki itu membawaku kemari? Mengapa seorang lelaki membeli mawar lalu menyimpannya di kamar? Sesak sekali ruangan ini. Aku akan lebih
6|Lep as Arah
senang di pinggir jalan sampai kurus kering tapi bisa bebas, menghibur diri melihat orang berlalu-lalang,” nampaknya Mawar itu semakin kesal. ”Tak biasanya Zeean seperti ini.” “Zeean? Siapa dia?” tanya Mawar dengan penasaran. “Lelaki yang membawamu kemari, dia itu Zeean. Dia lelaki yang baik. Dua kali seminggu dia memandikanku, aku selalu diajaknya berbicara. Dia selalu menceritakan kegiatannya di luar padaku. Itu sebabnya, lebih dari dua tahun aku tak pernah bosan berada di kamar ini, karena Zeean selalu menceritakan kegiatannya sehingga aku tahu bagaimana keadaan di luar sana meskipun tidak aku saksikan langsung.” “Lalu?” Mawar memotong helaan nafas Kaktus. “Sejak membawamu kemari, dia berubah seperti ini,” jawab Kaktus. *** Malam itu, Zeean terlihat sangat gembira. Tak biasanya dia sebahagia itu, bersiul-siul sambil menyisir rambut yang sedikit gondrong sambil bercermin. “Ta, besok aku akan pergi bersama Laila. Aku harus terlihat tampan juga rapih, tak boleh aku kecewain dia, kali ini aku janji tak akan memperlakukannya
seperti
perlakuanku
kepada
sebelumnya,” ucapnya pada Si Sukta, pohon kaktusnya itu.
7|Lep as Arah
wanita-wanitaku
Udara terasa sangat dingin. Angin seperti ingin bertamu, mengetuk-ngetuk jendela kamarnya seperti ingin diajak masuk. Rumah Zeean sangat luas, dengan gaya klasik modern dan jendela-jendela model klasik membuat rumahnya nampak seperti rumah pada zaman Belanda. Jika sedang kesepian, Zeean selalu mengajak kaktusnya berbicara “Rumah ini terlalu luas untuk ditinggali empat orang saja.” Zeean adalah anak ke empat, dua kakaknya sudah menikah dan tidak tinggal serumah. Kakaknya yang satu lagi selalu ditugaskan oleh atasan di kantornya ke luar kota. Tak jarang, Zeean hanya tinggal bertiga di rumahnya. ** “Apa selama aku tidur, dia tak pernah lagi cerita?” tanya Mawar lagi. “Kau sendiri melihatnya, dua hari ini hanya seperti itu kegiatannya,” jawab Si Sukta. “Apa dia sedang patah hati? Melihatnya membeliku dari toko, aku kira dia akan memberikan aku kepada seorang gadis.” Kaktus baru ingat, pagi itu, tentang Laila, “Laila? apa dia yang membuat Zeean mejadi sayu?” “Laila? Siapa dia?” “Setelah putus dari pacarnya pada Desember tahun lau, Zeean dekat dengan gadis bernama Laila. Yang aku bisa tangkap dari obrolannya padaku seperti
8|Lep as Arah
itu. Sejak Maret dia sering menceritakan Laila padaku, Laila adalah teman pas SMAnya dulu,” Kaktus menjawabnya dengan nafas yang terengah-engah.
“Lalu, apa yang terjadi?” tanya Mawar.
“Entahlah, terakhir kali dia bercerita dengan bahagia tentang Laila yang akan diajaknya pergi. Hanya itu sebelum kau diajaknya ke sini, Mawar.” Handphone yang berada di antara Kaktus dan Mawar tiba-tiba menyala. “Maaf Ze, tapi Kevin lebih bisa mengerti aku daripada kamu, dan yang kamu lihat waktu itu adalah benar. Aku harap kamu bisa mengerti.” Sebuah pesan terlihat di layar pop up. Mawar dan Kaktus saling menatap dengan kuatnya. *** Zeean merasa sangat senang. Hari ini ia akan mengencani seorang perempuan yang akan ia jadikan sebagai kekasihnya. Sebelum bertemu ia pergi ke toko bunga terlebih dulu, untuk dijadikannya hadiah pada Laila. Siang itu, semburat cahaya mentari mampu menyilaukan semua benda, memberikan bayangan pada setiap benda yang berada dibawahnya, juga menjadi saksi lepasnya sebuah harapan ke ketinggian.
9|Lep as Arah
“Ketika dia sudah beranjak dari kasir, dia langsung pergi membawaku. Tapi langkahnya sempat terhenti, entah kenapa tapi dia juga menekuk tubuhku. Aku memekik kesakitan, tapi dia tak mendengarnya,” kata Mawar. “Lalu bagaimana?” “Ketika aku melihat arah tatapannya, aku melihat seorang wanita dengan perawakan sedang, kulitnya langsat, dengan rambut yang terurai. Wanita itu digandeng seorang lelaki setelah keluar dari cafe. Lelakinya lumayan sih, gak beda jauh sama dia.”
“Apa mungkin itu Laila?”
“Entahlah. Aku juga sempat melihat wanita itu menengok ke arahnya sebelum ia masuk mobil. Setelah wanita itu pergi, dia langsung melemparku ke dalam mobil. Kampret sekali, rasanya tulangku patah semua,” Mawar terlihat kesal etika itu.
“Tapi ke. . .,”
“Diam kau, aku belum selesai bicara. Dia mengendarai mobilnya sangat kencang, hampir menabrak trotoar juga. Tapi, dia sempat berhenti dan pergi
10 | L e p a s A r a h
keluar. Entah kemana, aku ditinggalkannya di mobil. Namun setelah masuk lagi ke mobil, dia berteriak seperti orang gila ‘Brengsek! Sialan kau. Ketika aku benar-benar mencintai seorang wanita, kau malah menyakitiku, membuangku, kau memperlakukanku seperti tai’ dia berkata begitu. Sampai dia ketiduran di mobilnya itu.” “Oke aku mengerti sekarang. Usia Zeean juga tak lagi muda, dia selalu bercerita tentang wanita-wanitanya yang selalu ia ajak pergi bisa dibilang mereka adalah kekasihnya. Tapi Zee tidak pernah mencintai mereka, hanya dijadikannya pelampiasan kesepiannya yang dianggapnya tak pantas jika dijadikan pendamping hidupnya. Ketika ia benar-benar mencintai seorang wanita, lalu berniat menjadikannya sebagai teman hidup dia malah dikhianati cewek itu. Aku hanya bertanya, apa kesedihannya itu merupakan renungannya karena telah menyakiti beberapa wanita semasa hidupnya atau karena ia baru saja kehilangan calon kekasihnya?” Senin, 15 Agustus. Zee sudah bersiap untuk pergi ke kantor. Kesedihannya berhasil sembunyi dibalik bibirnya yang melengkung. “Ta, aku akan minta maaf.” Diletakkannya kaktus itu sedikit menjauh dari Mawar yang sudah meninggal.
Hani Hanifah, 12 Juli 2017 11 | L e p a s A r a h
DWITARUNG Tanah sengit heningkan segala. Kita musuh yang saling bisu. Hanya ada ke mana langkah bertahan pun laju setelah. Aku menyalangkan mata ke arah rana menilik langkah sena penuh waspada tiap jejak selalu punya tanya. Ada dua jaran lihai berkinja. Yang tak bisa pulang itu piadah di garis muka. Adapula sang penentu yang kaku berlaju satu-satu juga bahadur di sisinya, ia megak yang menyerang hingga sudut paksina pun daksina sana, tembok pembatas langkah-langkah sena. Laju maju kesatria membega berhala raja. Kekalahan mendekat tertanda pada ketuk gelisah telunjuk di atas meja.
Adri Lubis, 2017
12 | L e p a s A r a h
Mereka Terlalu Oleh: Penghuni Luka Kali ini umurku kurang lebih 19 tahun disaat nulis tulisan ini sambil merokok didepan layar komputer yang bukan milikku ini, selama 19 tahun lebih aku hidup dan beberapa tahun hiduku tak kusadari sepenuhnya apa yang terjadi dalam hidupku ini. Okelah mari kita melangkah sedikit demi sedikit pada tulisan yang awalnya kurencanakan telah lama ini yang mana lahir dari keresahan yang kualami dalam hidup yang kusadari ( dibaca: Hese gening hirup teh ), tapi yaa namanya juga hidup kalau kata Soe Hok Gie pernah bilang “seorang filsuf Yunani pernah menulis; nasib terbaik adalah tidak dilahirkan,yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah yang berumur tua” itulah jadi bagi kalian yang mati muda bersyukurlah dan bagi kalian yang berumur tua maka ah kalian pikirkan sendiri saja hhehehe Ku terlahir dari keluarga yang alakadarnya, hidup dikampung yang tentram dan dikelilingi tetangga yang sungguh baik. Umur 15 tahunan ku mulai hidup dikota karena pekerjaan orang tua sebagai guru (dibaca: tak diperhatikan oleh negara) sangat beda bila dibandingkan dengan kampungku, kota sangat penuh dengan orang-orang yang aneh, baju yang mereka pakai juga sangat minim anjirrr udelnya keliatan mana udelnya dosol, tali kutang dibiarkan keliatan sama orang lain, cowonya berambut gaya koza mana pake warna merah kuning hijau kulit hitam sungguh keren, itulah yang kulihat dikota itu. Tapi dilain ruang kota itu masih ada yang berpakaian dan berpenampilan wajar juga. Menginjak bangku kuliah ku mulai sering main meng-explore sektor mencekam yang masih terbilang sanggup ku menjalankannya dan kembali ku lihat orang-orang disekitarku makin aneh, ketika itu ku makan disebuah tempat makan yang terbilang ku belum sanggup untuk jajan disitu (dibaca: mahal hhehe) kenapa bisa ku makan disitu hhaha karena ku nge-kost lumayan ada teman kuliahku ngejajanin jadi yang namanya rezeki masa sih ditolak dan kulihat disekitar ada beberapa orang yang pergi karena mungkin makannya telah selesai tapi kulihat dimejanya masih lumayan banyak tersisa ‘anjir’ kataku dalam hati ‘itu lumayan bisa buat makan anak kost 2 kamar yang didalemnya 2 orang’ sungguh orang aneh padahal diluar sana masih banyak... ah kalianpun tau Gaya hidup dizaman yang semakin maju (dibaca: katjau) memanglah banyak transformasi yang cukup signifikan dalam kehidupan peradaban manusia yang makin tak beradab malah makin biadab seperti fitnah merajalela, hoax yang dianggap benar, dan kebenaran dianggap hoax, sudahlah itu semua tergantung kalian, kalian yang menyimpulkan, kalian yang mengambil resiko, kalian yang menanggung semua itu. Benar yang dikatakan oleh siapa ku tak tau namanya bahwa “kesalahan yang berulang-ulang suatu saat akan menjadi kebenaran” Perjalanan ku cukup aneh karena ku juga berpikiran yang aneh dan tak pernah ingin untuk menjadi manusia yang aman nyaman ditempat tidur dengan selimut da kesel euy kitu kitu wae teh, jadi ku mah suka kemana-mana we jalan-jalan teu puguh nyimpang diwarung saukur kenalan jeung tukang warung biar jajan kadinya deui teh bisa kasbon hela mun teu mawa duit ( bahasa Indonesia-nya : jadi aku tuh suka kemana-mana aja jalan – jalan gak karuan mampir diwarunk sekedar kenalan sama yang jualannya biar jajan kesitu lagi bisa kasbon dulu kalo gak bawa uang ). Sakapeung mah sok ngahayal kumaha lamun urang bisa boga kabogoh geulis tapi da sabenerna mah teu bisa tapi geuslah sakieu heula ( bahasa Indonesia-nya : Seketika ku suka menghayal gimana kalau ku bisa punya pacar cantik tapi sebenernya gak bisa tapi sudahlah segini dulu aja ) Shalom :) hhehehe
13 | L e p a s A r a h
Hanya Sampai Besok, Namun Setiap Hari Terima kasih teh hangatnya. Kau hanya perlu bergeming beberapa masa, duduklah, dinda. Aku tak tahan akan beberapa hal. Aku tak tahan untuk tahan. Sebentar, itu make up paling buruk, untuk wanita senatural kamu. Bercanda. Kau berhasil membuatku tidak nyaman, lagi-lagi, kau membuatku tidak nyaman bila tak melihatmu. Senyum pertamamu tadi jelek sekali, sampai hati aku terpesona lebih dari wajar. Bahkan alis naikmu membosankan, sampai diri kau buat ketagihan. Bola matamu tidak begitu indah, cuma bisa sampai membuatku ingin kau milikku. Hingga di sebuah penghujung aspal, terpaksa aku menerima takdir. Aku bukan satu-satunya lelaki pengagum. Kau terlalu menyulitkan. Menyerah bukan tipeku, sedang berhasil pun bukan yang kau tawarkan. Kabulan doa Tuhan sudah terlanjur kujadikan ujung harapan semuanya. Percaya saja padaku jangan banyak mengapa. Aku peluk kau di setiap doa. Sayangnya janganlah kau percaya siapapun, dan lebih sayangnya lagi aku tetap menjanji. Jangan percaya, aku cinta kau di setiap pagi. Jangan percaya, aku rindu kau di setiap kantuk. Jangan percaya, nadiku nyaman di tanganmu. Jangan percaya, bahwa aku berjanji. Usah kau ketahui, aku bukan pengarang cerita yang baik, kau takkan dapat cerita cinta yang indah denganku. Aku bukan detektif yang detail, kau tak mungkin mendapat perhatian manis dariku. Aku bahkan bukan teman hidup yang ideal, kau tak akan pernah menerima pelukan hangat dariku. Aku hanyalah tengkorak berisi akal serta rusuk berisi rasa yang mencintaimu hingga esok, namun setiap hari. Hingga pada sebuah hari aku mati, aku mencintainu hingga esok. Sehingga tak kujumpai hari tanpa mencintaimu. Aku hanya mencintaimu hingga esok, namun kulakukan setiap hari. Terima kasih teh dinginnya, sempat hangat, dinda. Oleh: Sugih Bhakti Ar. 14 | L e p a s A r a h
Bubble in the air / ArtWork / by: Fakeart21_ / Tasikmalaya 15 | L e p a s A r a h
Berhijab belum tentu beradab Berpeci belum tentu suci Oleh: Anonim Dengan kemajuan zaman (dibaca: kekatjauwan yang saat ini terjadi) dari zaman Jāhilīyyah/Kegelapan sampai saat ini zaman yang terang benerang dimana koruptor terangterangan korupsi, anak muda terang-terangan mesum, aparat terang-terangan menindas rakyat, penguasa terang-terangan menciptakan tirani didalam negeri yang ngeri ini, hhaha urang asa nu enya we Okeh sekarang ku akan meluapkan keresahanku tentang mereka yang berhijab tapi masih belum tau (dibaca: masih lupa) arti berhijab meskipun urang gesarua teu apal tapi hanya tau sedikitlah, terkadang ku heran dengan mereka yang kulihat di media sosial aplikasinya itu Instagram tatkala mereka yang berhijab tapi masih bergaya dengan pacar yang ganteng posenya tuh dirangkul atau bahkan bersandar dipundak sang pacar yang empuk bagaikan diisian kapuk(isian bantal) apalagi ketika mereka memakai efek kuping hidung lidah mereka terlihat bagaikan binatang, kalian itu sudah dianugerahi paras wajah yang cantik tapi kenapa kalian pakai hal hina macam itu? Biar lucu/yaa pengen we/dan jawaban lainnya yang pernah ku dengar. Teman ku pernah berkata ‘kumaha sih foto-fotona teh ieu mah pake hijab nu ieu mah henteu labil pisan’(gimana sih foto foto tuh ini mah pake hijab tapi yang ini mah engga labil banget) sambut tawaku karena logat unik bicaranya hhahaahaha pernah ku mendengar kata ‘yang memilik 1000 alasan untuk tidak menutup aurat, hanya satu yang mampu MENGALAHKANNYA . . . MATI...’ Mungkin diatas terlalu menyudutkan salah satu gender tak ingin ku sepert itu, tapi ga cukup sampai disitu kaum berpecipun tak luput dari perhatian perjalanan ku ini yang dimana mereka duduk dikursi parlemen yang sangat dihormati masih saja melakukan hal yang tak patut dengan menggunakan peci agar terlihat suci, apakah yang mereka pakai hanya dijadikan sebagai tameng agar mereka terlihat baik? Entahlah soalna urang can pernah panggih jadi can kaburu nanya, di DM di Instagram da tara dibaralesan Cukuplah ku terlihat seperti orang aneh yang menulis kata demi kata diatas yang memang itu lahir dari jendela keresahanku tak dapat ku tahan lagi ingin segera ku luapkan dalam barisan kata tak karuan, hahaha moal teu keren eta bahasa. Gitulah keresahan ku selama ini dan mungkin kalian sedang lupa atau masih lupa ku hanya bisa berharap semoga lupa itu tak berkelanjutan dan tak lepas dari lupa ku pun tentunya sering lupa, ku hanya menyampaikan keresahan ku ini istilahna mah curhat mungkin da curhat mah tak selamanya tentang cinta, bener teu?
See you next moment... Salam gaya hijab bu pejabat nu masih kaciri rambutna :)
16 | L e p a s A r a h
17 | L e p a s A r a h
jangan tanyakan apa yang dapat NEGARA berikan padamu
tapi tanyakan apa yang telah NEGARA lakukan padamu - Erwin 1434 -
18 | L e p a s A r a h
Apa Kabar Dunia? oleh: Multatuti “Seorang ekonom harus merupakan ahli matematika, sejarawan, negarawan, dan filsuf sekaligus..pada duanya dan mulia seperti seniman, namuntetap mampu membumi seperti politikus” -John Maynard Keynes ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~~~~ “Apa kabar dunia?” kata ini kadang kita lupakan, apakah dalam keadaan baik-baik saja atau hanya berpura-pura baik. Dalam pemberitaan di media hanya menampilkan keberhasilkan sistem ekonomi kaptalis dan tidak menengok ke samping dampak dari sistem kapitalis ini. Tahun 1959, jebolnya tembok berlin adalah tanda runtuhnya komunis. Peristwa ini dianggap sebuah kemenangan kapitalisme. Tapi di abad-20 ini banyak permasalah yang sangat mengkhawatirkan di dunia. Sebagai manusia dan mahasiwa kita tidak mengetahui keadaan ini, dan kadang yang sudah mengetahui diam membisu seakan-akan tidak mengetahui. Berikut ini fakta-fakta yang ini kumpulkan oleh Anup Shah dari Global Issues bisa membantu menjawab pertanyaan tersebut: 1.
Setengah dari penduduk dunia (sekitar tiga miliar orang) hidup dengan uang di bawah $2 atau sekitar Rp. 18.000 sehari. 1
1 Juga perlu di catat beberapa hal di bawah ini sebagaimana yang telah disebutkan oleh World Bank, dipertanyakan dan dikritik oleh berbagai pihak. World Bank telah dikritik karena menggunakan definisi kemiskinan adalah hidup di bawah $1 per hari (yang mereka katakan berjumlah sekitar 1,3 miliar orang). Gambaran itu dan tentang pemilihan definisi itu dikritik oleh banyak kalangan, salah satunya adalah dari Universitas Ottawa Kanada yaitu Pof. Michael Chossudovsky. Sebagai tambahan juga perlu juga dicatat bahwa Amerika Serikat misalnya, menyatakan batas kemiskinan adalah $11 per hari. Karena, menurut mereka, batasan satu dollar tidak manusiawi. Kritik lebih mendasar dari itu misalnya adalah kritik dari Columbia University, dalam laporan yang berjudul “how not to Count the Poor”. Laporan ini menggambarkan bahwa cacat definis dari
lemah
kemiskinan, pengukuran yang tidak akurat dari paritas daya beli, dan tingkat presisi yang sebagai tiga titik lemah yang akan mengarahkan pada “penyederhanaan yang luas dari masalah kemiskinan global dan ketidaktepatan informasi dan fakta. Hal ini membuat seolah-olah Bank Dunia alat mengatakan bahwa “dunia baik-baik saja” dalam rangka strategi pengurangan kemiskian, dan memberikan penghargaan “sukses” pada desain dan implementasi dari kebijakan yang “baik” dan “lebih baik” yang sudah Bank Dunia lakukan. Tidak hanya itu, bahkan statistik di atas juga diperkuat oleh pernyataan beberapa orang terkemuka di Dunia: New York Times alam satu qoute of day selection untuk 1 Juli 2001 mengatakan: “Dunia yang dimana setengahnya menikmati kenyamanan dan kemelimpahan, sementara setengah ras manusia yang lain hidup dengan hanya $2 per hari, sangat tidak stabil.” (Goerge Walker Bush). Lihat juga James Wolfensohn dalam The Other Crisis World, World Bank menggatakan “Hari ini, di seluruh dunia, 1.3 miliar orang hidup dengan dibawah $1 per hari, 3 miliar dengan dibawah $2 per hari, 1.3 miliar orang kesulitan air bersih, 3 miliar orang kekurangan sanitasi yang memadai, 2 miliar orang tiak menikmati listrik,” Koffi Anan, Sekjen PBB 2001-2006, dalam pidato hari Internasional untuk Perang melawan Kemiskinan pada 17 Oktober 2000, mengatakan, “Hampir setengah dari populasi dunia hidup dengan dibawah $2 perhari, bahkan ini belum termasuk penindasan manusia, ketidakberdayaan dan kekuasaan yang brutal yang menjadi keseharian kaum miskin,”
19 | L e p a s A r a h
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
11.
12. 13. 14. 15. 16.
GDP (Gross Domestic Product) atau pendapatan domestik Bruto dari 48 negara termiskin di dunia (kira-kira seperempat jumlah negara dunia) tidak lebih sejahtera dari tiga negara terkaya di dunia. Hampir satu miliar orang memasuki abad 21 tanpa bisa membaca atau menandatangi nama mereka sendiri. Kurang dari 1% yang dunia habiskan untuk senjata cukup untuk membiayai sekolah setiap anak sampai tahun 2000.2 51% lembaga terkaya di dunia adalah perusahaan. Negara terkaya di dunia adalah negara yang sekaligus juga mempunyai jarak terlebar antara si miskin dan kaya. Semakin miskin suatu negara, maka pembayaran utangnya diambil dari orang-orang yang tidak pernah menerima uang itu sama sekali. 3 20% dari populasi di negara maju, mengkonsumsi 86% dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan di seluruh dunia. Lima teratas orang kaya di dunia menikmati 82% peningkatan ekspor dan 68% investasi langsung luar negeri (foreign direct invesment) untuk negara berkembang tidak sampai 1%-nya. Pada tahun 1960, 20% orang di negara-negara terkaya mempunyai 30 kali pendapatan dibanding dengan 20% penduduk termiskin – namun pada 1997, perbandingan menjadi 74 kali lipat. Sebuah analisis tren jangka panjang menunjukkan bahwa anatara negara kaya dan miskin adalah: 3 banding 1 pada tahun 1820. 11 banding 1 pada tahun 1913. 35 banding 1 pada tahun 1950. 44 banding 1 pada tahun 1973. 72 banding 1 pada tahun 1992. “Hidup 1.7 miliar anak memprihatinkan di tahun 2000 karena pemerintahan gagal mengurangi angka kemiskinan. Negara miskin kini menghabiskan $13 pada utang untuk setiap $1 bantuan yang mereka terima.4 Beberapa ratus miliarder sekarang mempunyai kekayaan yang serupa dengan 2,5 miliar penduduk termiskin di dunia. “48 negara termiskin di dunia mencatat 0,4% dari ekspor global. 5 “kombinasi kekayaan 200 orang terkaya di dunia mencapai $1 trilion (hampir sama engan Rp. 10.000 triliun) pada 1999; kombinasi pendapatan 582 juta orang hidup paa 43 negara paling miskin adalah $146 miliar (Rp. 1.460 triliun). 6 2
Ignacio Ramonet, The Politics of Hunger, Le Monde Diplomatique, November 1998. Debt – The Facts, penerbitan 312-Mei 1999, New Internationalist. Global Development Finance, World Bank, 1000 5 Human Development Repost 2000, halaman 82, United Nations Development Programme. 6 ibid. Halaman 82. 3 4
20 | L e p a s A r a h
17. “Dari hak asasi manusia hari ini, sebagai besar masalah ekonomi dan sosialnya paling mempengaruhi jumlah terbesar dan paling tersebar di seluruh dunia.” 18. “Sekitar 790 juta orang di negara berkembang masih dalam kekurangan makanan yang kayak dan hampir dua pertiga tinggal di Asia dan Pasifik”. 19. Menurut UNICEF, 30.000 anak-anak mengiggal setiap hari karena kemiskinan. Dan mereka “meninggal dalam sunyi di desa-desa termiskin, Far removed dari perhatian dan kesadaran dunia. Pasrah dan lemah dalam hidup membuat sekarat massal lebih tidak terlihat dibanding kematian” sama dengan 210.000 anak-anak setiap minggu atau hampir 11 juta anak-anak di bawah lima tahun setiap tahunnya. 20. Untuk pertumbuhan ekonomi dan hampir seluruh indikator perekonomian, dalam 20 tahun terakhir (periode globalisasi 1980-2000) telah menunjukkan penurunan yang sangat jelas dalam perkembangan dengan periode sebelumnya, yaitu antara 1960 – 1980. Dalam setiap indikator, semua negara dibagi dalam 5 kelompok yang sama, sesuai dengan pada level pencapaian negara itu pada perioe 1960 atau 1980. Berikut ini adalah temuannya:7 Pertumbuhan kejatuhan ekonomi terjadi pada seluruh kelompok negara. Tingkat harapan hidup:perkembangan tingkat harapan hidup juga menurun di 4 dari 5 negara kelompok negara, dengan perkecualian kelompok negaranegara terkaya (tingkat harapan hidup 69-76 tahun). Kematian bayi dan anak: perkembangan usaha penurunan kematian bayi dan anak juga menurun selama periode globalisi dibaningkan dua dekade yang lalu. Pendidikan dan tingkat melek huruf: perkembangan pendidikan juga menurun selama globalisasi. 21. “Sekarang ini, di seluruh dunia, 1,3 miliar orang hidup dengan urang kurang dari $1 perhari; 3 miliar hidup dengan $2 perhari; 1,3 miliar orang tidak punya akses kepada air bersih; 3 miliar tidak memiliki sanitasi yang memadai; 2 miliar tidak punyaakses listrik”. 22. 50 orang terkaya di Eropa dan Amerika Utara mempunyai penghasilan yang sama dengan 2,7 miliar miskin di dunia. “potongan kue diambil oleh 1% orang sama dengan 57% orang paling msikin.” 23. 497 orang terkaya di dunia pada tahun 2001 tercacat memiliki kekayaan $1.54 rrilion (Rp. 15.400 triliun), melebihi kombinasi Pendapatan setengah dari seluruh manusia miskin di dunia. 24. Kira-kira 12% populasi dunia menggunakan 85 persen air, dan 12% ini tidak hidup di dunia ketiga. 25. Coba perhatikan pengeluaran dan konsumsi global berikut ini 8
7 The Scorecard on Globalization 1980-2000: Twenty Years of Diminished Progres, oleh Mark Weisbrot, Dean Baker, Egor Kraev dan Juy Chen, Center for Economics Policy and Research, August 2001. 88 Consumerism, Volunteer Now!, (undead)
21 | L e p a s A r a h
Prioritas Global US$ Billion Kosmetik di Amerika Serikat Es Krim di Eropa Parfum di Eropa dan Amerika Serikat Makanan hewan di Eropa dan Amerika Serikat Penjamuan bisnis di Jepang Rokok di Eropa Minuman Berakolhol di Eropa Obat-Obatan Narkotika di seluruh Dunia Belanja militer di seluruh dunia
8 11 12 17 35 50 105 400 780
26. Dan bandingkan dengan biaya tambahan untuk mencapai akses universal dalam penyediaan pelayaan sosial dasar dalam negara berkembang 9: Prioritas Global US$ Billion Pendidikan 6 Air dan sanitasi untuk semua 9 Kesehatan reproduki bagisemua wanita 12 Kesehatan dasar dan nutrisi 13 Jumlah anak-anak di seluruh dunia adalah 2,2 miliar dengan jumlah anak-anak miskin sebanyak 1 miliar orang. Untuk 1,9 miliar anak dari negara-negara berkembang, diantaranya  10,6 juta meninggal tahun 2003 sebelum mereka berumur 5 tahun (sama dengan populasi anak-anak di Prancis, Jerman, Yunani dan Italia)  1,4 juta meninggal setiap tahun karena kekurangan air minum yang maan dan sanitasi yang menukupi. 27. Total kekayaan 8,3 juta orang terkaya di seluruh dunia mengkat 8,2% menjadi $30,8 rilion pada tahun 2004, memberi mereka kendali atas seperempat dari total asse keuangan dunia. Dengan kata lain, sekitar 0,13% dari populasi dunia dikendalikan oleh 25%aset dunia pada tahun 2004. Fakta di atas tidak kita sadari, kapitalisme telah membunuh kita semua. Kita perlu solusi dari semua permasalahan ini, dan jika dibiarkan maka dapat dipastikan akan terus terjadi permasalah-permasalah baru yang terjadi.
9
State of the World’s Children. 2005, UNICEF.
22 | L e p a s A r a h
Apakah Bullying Melanggar Hukum? Mengingat video rekaman atas kasus Bullying yang belum lama ini terjadi di salah satu Universitas Swasta di Indonesia. Saya pribadi, tertarik untuk memikirkan dan menelaah secara hukum, dan membayangkan sikap-sikap pun pola pikir para ‘jagoan-jagoan’ itu–para pelaku pem-bully-an–baik sebelum atau sesudah mereka ‘bersenang-senang’. Saya tak habis pikir, bahwa ternyata yang mereka rundung (bully) adalah seorang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Ntah apa yang ada di dalam pikiran mereka saat itu, saya rasa (mungkin) untuk bersenang-senang. Apapun itu alasannya, tindakan mereka adalah tindakan yang tak pantas untuk diteruskan. Perundungan atau Bullying, haruslah ditindak-lanjuti, diberi sanksi tegas yang memiliki efek jera secara umum, bukan hanya secara individu atau kelompok pelaku. Sedikit mengingatkan kronologi yang ada di dalam video itu. Dalam video yang berdurasi 15 detik itu, terlihat seorang ‘jagoan’ sedang menarik-narik tas seorang mahasiswa yang dikenal dengan inisial MF. Di dalam rekaman itu, terlihat MF sedang berusaha ingin melepaskan dirinya dari gangguan para ‘jagoan-jagoan’ yang menghadangnya, ia berusaha melawan mereka dengan kemampuan yang ia punya. MF hanya berusaha untuk menjadi manusia yang merdeka saat itu. Tapi apa daya MF, ia hanya sendirian melawan para ‘jagoan-jagoan’ itu. Belum lagi ditambah mereka yang hanya bisa menonton saja di sekitar itu, tertawa dan bertepuk tangan pula. Tak adakah satu dari mereka yang mampu membantu MF untuk keluar dari pem-bully-an itu? MF, jika hatimu bisa bicara kepada mereka saat itu, kira-kira apa yang akan hatimu katakan kepada mereka? Hingga akhirnya ketika MF mampu membebaskan dirinya dari hadangan itu, amarahnya tercurah pada tempat sampah yang ia lemparkan ke arah para jagoan-jagoan itu. Lebih lanjut, apakah Bullying melanggar hukum? 23 | L e p a s A r a h
Bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan melibatkan adanya ketidakseimbangan kekuasaan atau kekuatan antara para pelaku dan korban. Pelaku Bullying sudah hampir pasti memiliki kekuasaan lebih, baik itu kekuatan atau jumlah, dibanding korban yang biasanya adalah individu yang cenderung memilik kelemahan, atau sesuatu yang sangat menonjol, yang mana dengan itu bisa dijadikan bahan hinaan atau pelecehan, baik fisik atau psikis. Bullying terjadi biasanya ketika seseorang dijadikan target perilaku negatif oleh seseorang atau beberapa orang dalam lingkungan tertentu. Hal itu biasanya terjadi secara berulang-ulang selama beberapa waktu. Menurut Jonna Damanik, salah seorang pegiat Gerakan Masyarakat Peduli Hak-Hak Penyandang Disabilitas, ia berharap agar para pelaku kekerasan tersebut diberikan sanksi sosial dan penyadaran tentang hak-hak penyandang disabilitas, hukuman sanksi sosial tersebut adalah 5 tahun berturut-turut mengikuti kegiatan penyandang disabilitas. “Orang-orang dengan disabilitas adalah manusia juga, bukan makhluk aneh,” kata Jonna kepada BBC Indonesia, Senin (17/07). (BBC Indonesia) Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait di Kantor Komnas PA, Jakarta Timur, “Itu perbuatan kejahatan yang sangat luar biasa. Karena itu dilakukan oleh kalangan intelektual, calon-calon pemimpin. Dan itu korbannya adalah, anak berkebutuhan khusus yang harus dilindungi,” (17/07) Beliau juga melanjutkan, bahwa Komnas PA telah mengirim Investigator Komnas PA untuk bertemu dengan pihak keluarga korban, dan mendukung pelaporan yang akan diajukan ke Polres Depok. (Detik News) Sejalan dengan itu, Irwan Bastian, selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunadarma, Beliau menegaskan “Dan pastinya kita akan tindak lanjuti dengan peraturan yang berlaku. Untuk sementara ini tiga, tapi tetap akan kita selidiki siapa-siapa saja yang melakukan hal ini,” (Merdeka) 24 | L e p a s A r a h
Dari beberapa pendapat atau pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan perundungan atau bullying adalah suatu tindakan yang patut diberi sanksi, baik secara hukum atau juga sosial. Apabila dilihat dari kacamata hukum, jelas bahwa tindakan bullying adalah tindakan yang melanggar hukum dan dengan itu berarti patut diberikan sanksi pidana. Saya coba menjabarkan beberapa pasal yang berkaitan dengan tindak pidana ini secara singkat berdasarkan jenis delik (n Huk: perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang; tindak pidana.) Untuk bentuk Bullying kategori Fisik: • Perampasan Kemerdekaan (Pasal 333 KUHP) • Penganiayaan (Pasal 351 KUHP) • Penyerangan Dengan Tenaga Bersama • Terhadap Orang atau Barang (Pasal 170 KUHP) • Pemerasan (Pasal 368 KUHP) • Menjual/Memberikan Minuman Memabukkan (Pasal 300 KUHP) • Memaksa Orang Melakukan/ • Membiarkan Perbuatan Cabul (Pasal 289 KUHP)
Untuk bentuk Bullying kategori Verbal & Psikis: • Pengancaman (Pasal 369 KUHP) • Perbuatann Tidak Menyenangkan (Pasal 335 KUHP) • Pengancaman di Muka Umum Dilakukan Bersama (Pasal 336 KUHP)
25 | L e p a s A r a h
Dari beberapa pasal di atas, saya sendiri belum bisa memastikan pasal mana yang akan diberikan oleh penegak hukum (jika kasus ini berlajut lewat jalan hukum), dan mana yang layak/tepat diterima sebagai sanksi pidana kepada pelaku tindak pem-bully-an tersebut. Tapi menurut saya sendiri, pelaku-pelaku itu bisa saja dikenakan Pasal 170 KUHP ayat 1, yaitu berbunyi: “Barangsiapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.” Unsur-unsur Pasal 170 ayat (1) KUHP: • Barangsiapa; • Terang-terangan; • Dengan tenaga bersama; • Mengggunakan kekerasan; • Terhadap orang atau barang.
Pada unsur “terang-terangan”, R. Soesilo dalam; KUHP Serta komentarkomentarnya lengkap pasal demi pasal, ’96, hal. 147 “Kekerasan itu harus dilakukan ‘di muka umum’, karena kejahatan ini memang dimasukkan ke dalam golongan ketertiban umum. ‘Di muka umum’ artinya di tempat publik dapat melihatnya.” Selanjutnya pada unsur “Dengan tenaga bersama”, Beliau menyatakan, “Kekerasan itu harus dilakukan ‘bersama-sama’, artinya oleh sedikit-dikitnya ‘dua orang atau lebih’. Orang-orang yang hanya mengikuti dan tidak benarbenar turut melakukan kekerasan, tidak dapat turut dikenakan pasal ini.” “Menggunakan kekerasan”, Prof. Mr. T.J. Noyon – Prof. Mr. G.E. Langemeijer, telah mengartikan bahwa kekerasan itu sebagai tindakan dengan 26 | L e p a s A r a h
mempergunakan kekuatan atau tenaga, jadi bukan bertindak secara biasa, akan tetapi penggunaan kekuatan atau tenaga yang tidak begitu kuat pun dapat dimasukkan ke dalam pengertiannya. Tapi itu hanya pendapat saya berdasarkan video berdurasi 15 detik yang beredar di sosial media, lalu coba saya analisis secara personal. Mungkin ada yang bertanya, “Apakah ada tindak kekerasan fisik pada kasus itu? Menurut saya, ada. Di mana kekerasan fisik itu terjadi? Menurut Mohammad Mahpur dalam “Membebaskan Lingkungan Sosial Anak dari Bullying”, 25 Oktober 2010, Beliau mengutarakan macam bentuk bullying, yaitu 2 di antaranya: • Secara Fisik: Seperti menarik rambut, meninju, memukul, mendorong, menusuk, dan lainnya; • Secara Emosional: Meneror, mengisolasi atau menjauhkan, memeras, memfitnah, menghina, dan diskriminasi, dan lainnya; Dari apa yang yang tertera, mendorong adalah tindakan yang termasuk ke dalam tindak Bullying secara fisik. Maka bagaimana dengan “menarik”? Menurut saya, tindakan ‘menarik-menarik tas yang melekat di tubuh korban’ adalah bentuk kekerasan, di mana korban oleh sebab itu menjadi kesulitan untuk berjalan maju dan harus melakukan pemberontakan sehingga korban mampu membebaskan dirinya dari tarikan si pelaku. Sampai di sini, semoga apa yang saya tulis ini bisa bermanfaat, baik untuk saya, kalian, para korban, atau pelaku sekalipun. Sejujurnya, saya sedikit gerah dengan keadaan kita sebagai pengguna sosial media ini, terlebih untuk mereka yang hanya bisa berkomentar buruk, katakata yang tak pantas diucapkan, atau bahkan sumpah serapah yang 27 | L e p a s A r a h
dilontarkan dalam kolom-kolom komentar itu, “Apalah arti komentar tanpa jalan keluar?” Saya tak mengatakan bahwa komentar-komentar terhadap kasus ini yang dilontarkan oleh pemuda-pemuda pengguna sosial media tak berguna. Bagi saya itu tetap ada gunanya, “Bukankah setiap konflik membutuhkan perananperanan pendukung untuk membesarkan konflik tersebut?” Ya, tanpa itu, konflik bisa saja tak terlihat, atau perlahan-lahan tenggelam. Lagian, apalah guna kau menyumpahi pelaku-pelaku kejahatan? Tidakkah mereka–orang-orang yang menyumpahi itu–sama saja seolah mengharapkan/mendoakan bahwa kejadian yang sama/kejahatan apa saja, akan terulang di masa-masa yang akan datang? Ya, cukup. Semoga ke depannya, kita–penerus bangsa–bisa memanfaatkan isi kepala kita dengan baik dan benar, untuk tujuan yang baik dan benar, juga untuk kepentingan-kepentingan yang bermanfaat bagi orang banyak. Jika ada kesalahan atau kekeliruan dalam tulisan ini, mohon dimaafkan, karena saya pun selaku pelajar, masih membutuhkan lebih banyak ilmu untuk menganalisa suatu hal. Dan semoga kasus ini (saya harapkan) bisa ditindak-lanjuti oleh penegak hukum seadil-adilnya. Juga semoga kedepannya tak ada lagi kejadian yang serupa.
Adri Lubis Medan 2017 28 | L e p a s A r a h
29 | L e p a s A r a h
Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali. Tan Malaka 1897 – 1949 30 | L e p a s A r a h
Obrolan Para Uang Dalam Dompet “Pluk.” Sekarang aku terdampar di sini, petualanganku di dompet lain dimulai sekarang. “Halo, selamat datang.” Ada yang menyapa, sebuah uang kumal kertas 500 Rupiah yang bergambar Orang Utan. Serius? Di dunia ini masih ada orang yang punya uang jenis ini? “Ah mungkin kamu heran ternyata uang jenisku masih ada, ya memang keajaiban. Panggil saja aku Otan, aku sebenarnya sudah tidak dipakai lagi sebagai uang, hanya saja pemilik dompet ini menganggapku jimat, alhasil aku masih ada di dompetnya sampai detik ini.” “Ah, terima kasih sambutannya, Pak Otan,” kataku kaku, aku sengaja memanggilnya ‘Pak’. Aku pikir Otan pastilah uang tua, karena mungkin saja jenis seperti itu sudah tidak diproduksi lagi. “Kamu punya nama?” Seumur hidup aku jadi uang, barupertama kalinya aku ditanya apakah aku punya nama. “Aku pikir tidak ada.” Aku menjawab dengan sangat jujur, lagi pula bagi sejenis uang apa gunanya nama? “Tidak masalah. Memang jarang sekali ada uang yang punya nama.” Perkataan Pak Otan seakan-akan memuji dirinya sendiri. “Ngomong-ngomong kamu lahir tahun berapa?” tanya Pak Otan. Istilah lahir adalah istilah yang kami gunakan untuk tahun produksi kami. “2015. Aku masih muda.” “Wow. Rasanya saya sudah tua sekali mendengar ada anak baru kelahiran 2015.” “Pak, bolehkah saya berbincang-bincang dengan yang lain? Sebagai uang baru saya ingin mencari informasi dari uang lain yang lebih tua.” “Silakan saja. Tapi jika boleh Bapak beri saran, jangan ajak ngobrol uang 100.000–an itu, mereka selalu sombong.” “Er … ya terima kasih sarannya, Pak. Saya pamit dulu,” kataku terbata mencoba sesopan mungkin padanya.
31 | L e p a s A r a h
Aku mencari-cari uang lainnya, lalu aku bertemu dengan uang 2000–an yang sangat kucel. Uang ini padahal jenis uang baru, tetapi kenapa dia sudah sangat kumal? Uang yang bertampang Pangeran Antasari benar-benar tidak terlihat seperti pangeran yang dalam dongeng selalu rupawan. “Hai, Selamat datang! Kau uang baru?” tanyanya. “Begitulah,” kataku sambil tersenyum. “Tadi diajak ngobrol Pak Otan?” “Iya, dia sangat baik, dan sangat tua, hahaha,” candaku. “Aku tak terlalu kenal dengannya, aku terlalu sering keluar masuk dompet orang-orang, masih untung di dompet, biasanya uang sehargaku sering hanya berada di saku kantong saja.” “Ya, nasib jadi uang memang berbeda-beda.” “Tapi, jangan salah. Aku sudah pernah keliling Indonesia!” Dia berkata dengan bangganya. “Serius?” “Benar-benar serius! Aku sampai paham semua bahasa lokal yang digunakan manusia di seluruh Pulau Nusantara.” “Bagaimana caramu melakukannya?” Aku penasaran, Indonesia setahuku merupakan negara yang luas, sangat susah untuk uang seperti kami bisa mengelilingi Indonesia. “Dengan bantuan tukang parkir, atau pedagang eceran. Uang kecil sepertiku selalu jadi pilihan pertama dalam jual-beli barang-barang murah. Dan dalam hal parkirmemarkir, aku adalah satu-satunya alat tukar. Nasib memang. Hahaha.” “Hahaha, mungkin itu adalah harga yang harus dibayar dari keliling Indonesia.” “Tapi untunglah, aku selalu selamat dari para alay yang menuliskan pin BB mereka di uang, atau menuliskan curhatan-curhatan tak jelas mereka, teman-teman sehargaku sudah banyak yang kotor karena hal itu.” “Hahaha, aku yakin kau cukup bersih untuk hargamu.” “Begitulah, anak baru.” Saat dia bicara, tiba-tiba saja ada tangan yang mengambilnya.
32 | L e p a s A r a h
“Sepertinya aku akan pergi, selamat tinggal, anak baru!” katanya sambil melambaikan tangannya. “Ah tidak! Tukang parkir lagi! Aku lebih memilih pedagang jengkol daripada mereka!” Aku pergi lagi, mencari teman bicara yang lain. Cerita tadi cukup membuatku terhibur, uang yang kecil selamanya akan bepergian dengan caranya sendiri. Mereka akan pindah dari tangan ke tangan begitu mudahnya. Uang petualang. “Hei, kau anak baru?” Mampus! Aku bertemu dengan uang 100.000-an, aku mengingat saran Pak Otan, mereka biasanya sombong. “Ah ya, salam kenal,” ucapku dengan lagak sok baik. “Kemarilah, mari kita bicara!” katanya. Aku menghampirinya dengan enggan, aku tak terlalu suka sesuatu yang sombong. Kulihat dia sangat rapih, mungkin selama hidupku baru kali ini aku melihat uang serapih dia. “Kamu tahu? Aku ini sangat sering pindah ke dompet para artis. Aku pernah diam di dompet Raisa, Nabila JKT48, bahkan Julia Perez. Siapa artis favoritmu? Pasti aku pernah diam di dompetnya!” katanya dengan bangga. “Ya, er … Aku tak punya artis favorit.” Aku kebingungan harus menjawab apa, benar apa kata Pak Otan, dia sombong sekali. Bahkan saat pertama berjumpa, dia sudah menyombongkan dirinya. “Atau politisi favorit? Orang penting di Indonesia? Sebutkan saja sebutkan! Aku pernah ada dalam dompet SBY, Puan Maharani, bahkan menteri yang sedang hits seperti Susi pun pernah!” Dia terus mengoceh, uang dengan wajah Soekarno dan Hatta yang merupakan panutan banyak orang ini bertingkah menjijikkan dan tak patut dicontoh. “Apakah Anda pernah dipakai suap atau pernah menjadi uang hasil korupsi?” tanyaku dengan nada sarkastik. “Di antara semua orang kaya dan orang penting di negeri ini pasti banyak yang melakukan hal itu.” “Keparat! Pergi kamu! Uang baru tak tahu diri!” Sial, aku diusir karena perkataanku, secepat mungkin aku pergi dari tempatnya, bagiku semakin cepat aku menjauh darinya semakin baguslah. Benar kata Pak Otan, uang-uang besar memang sombong. Mereka selalu bertingkah seakan mereka adalah yang terhebat. Nilai mereka memang yang paling tinggi, tetapi mereka membuat seakan-akan nilai mereka itu tak terhingga. Aku harap mereka masuk neraka jika sudah tidak hidup lagi sebagai uang.
33 | L e p a s A r a h
Aku terus berlari menjauh dari uang berwarna merah itu. Sampai aku tak sadar aku sudah menabrak uang lainnya. “Maaf, Pak, Maaf.” Aku menatap uang itu, uang berwarna biru bergambar kolonel TNI, Gusti Ngurah Rai. Lagi-lagi aku harus bertemu uang besar! “Tidak masalah. Kenapa kamu lari-larian?” tanyanya sambil menengok ke belakang. “Berusaha kabur dari si merah? Mereka memang sombong, mohon dimaafkan. Tapi tak semua uang besar sesombong mereka.” “Ya, terima kasih. Aku tadi membuat dia marah sampai dia mengusirku, Itu yang membuaku lari-larian, sekali lagi maaf.” “Tidak masalah, anak muda. Kau uang baru?” “Begitulah.” “Ingin berbagi cerita denganku?” tawarnya. Aku pikir uang ini tidak sombong seperti yang tadi. Aku harap semua uang besar sepertinya. “Dengan senang hati,” jawabku. “Oh ya, ngomong-ngomong, sejak masuk tadi aku tak melihat uang receh, ke mana mereka?” tanyaku sambil menatap sekitar, takut aku salah melihat. “Mereka jarang ada di dompet ini, Pak Otan bilang pemilik dompet ini selalu menabungkan uang kecilnya di celengan.” “Manusia yang baik,” jawabku. “Jika ingin tahu bagaimana pemilik dompet ini, lihatlah Pak Otan, mereka mirip.” “Dia monyet?” tanyaku. “Bukan! Maksudku, mereka mirip secara sifat. Pak Otan sudah berada dengannya lama sekali jadi sifatnya akan menyerupai sifat pemilik dompet ini. Jangan bicarakan manusia, mereka itu pemilik kita. Tak seharusnya kita bicarakan!” “Baiklah, hm … Aku penasaran kenapa bapak tidak sesombong uang 100.000? Padahal kalian sama-sama uang besar.” Uang biru itu terdiam mendengar pertanyaanku. “Ah, maaf, pertanyaan yang lancang,” ujarku merasa diriku tak sopan. “Tak apa, anak muda. Aku memang tak sesombong dia karena aku lebih sering berkeliling di kehidupan orang-orang biasa. Seperti dari ibu ke anak, dari suami ke istri, pedagang ke pembeli, pembeli ke pelanggan. Mungkin itu mempengaruhiku untuk tidak sombong!”
34 | L e p a s A r a h
Aku hanya diam, aku menatap wajah TNI–nya, dia terlihat akan membicarakan sebuah kisah yang patut aku dengarkan. “Aku sering menjadi alat bohong anak-anak SMA dan mahasiswa kepada orang tua mereka, mereka bilang uang untuk tugas, untuk ujian padahal dipakai foyafoya. Dan yang lebih kejam, para remaja membayar nafsu birahi mereka dengan uang sehargaku.” Lalu uang itu menangis, untuk wajah TNI terkenal seperti Ngurah Rai, menangis membuat dia terlihat aneh. Tiba-tiba uang itu terangkat ke atas, dia dibawa oleh tangan manusia. Dia masih menatap ke arahku, masih menangis. “Hidup ini memang menjijikkan, Nak! Ketahuilah!” teriaknya padaku. Aku termenung, kehidupan uang besar tidak selamanya seperti yang aku bayangkan beberapa detik lalu. Dia menjalani perjalanan yang pahit di sela-sela kehidupan biasa yang selalu aku lihat. Uang itu adalah saksi kejahatan yang sering terjadi, kebejatan yang terlalu lumrah di masyarakat. Uang itu selamanya akan menderita dalam selokan-selokan kehidupan masyarakat yang selalu kotor padahal seharusnya bersih dan terawat. “Pluk.” Aku mendengar suara uang jatuh di sekitarku, aku langsung menghampiri tempatnya jatuh, berharap dia punya cerita banyak yang bisa dibagikan denganku. Uang itu adalah uang 10.000–an, terlihat termenung dan meneteskan air mata. Uang yang bergambar Sultan dari Palembang ini terlihat aneh saat menangis dengan kumisnya yang lebat. “Kenapa kamu menangis?” tanyaku. Dia menatapku dengan seksama, lalu akhirnya melanjutkan tangisannya. “Aku sedih. Anak pemulung itu tak sengaja menjatuhkanku saat dia akan membeli makanan.” Aku tetap diam, aku sedikit tak paham apa yang akan dia ceritakan. “Anak itu baru berumur 8 tahun, tapi dia sudah jadi pemulung. Seharusnya dia sekolah, bukan mencari-cari rongsokan seperti tadi. Dia tak punya dompet, jangankan dompet untuk rumah uangnya, rumah untuk dirinya sendiri pun tak punya. Lalu dia menemukanku, dan berlari untuk membeli makanan. Sepertinya dia sudah berhari-hari tak makan. Tapi dia malah menjatuhkanku. Lalu pemilik dompet ini menemukanku dan memasukannya dalam dompet.” Dia bercerita sambil menangis. Melihat dari tangisannya, aku yakin dia sangat sedih. Aku terdiam, tak ada yang bisa aku katakan. Aku tak bisa sedikit pun menghibur uang yang baru kutemui ini. Aku merasakan kepahitan yang dia ceritakan. Uang jenis rendah seperti 10.000–an mungkin sering merasakan hal-hal pahit seperti itu.
35 | L e p a s A r a h
Mereka yang biasa berlari-lari dari tangan ke tangan orang-orang kaya. Tetapi, malah dianggap sangat penting oleh orang-orang miskin. Mereka seperti punya dua kepribadian, satu sebagai uang kecil bagi para orang kaya, yang satu lagi sebagai uang besar dan sangat berharga oleh orang-orang tak mampu. Tiba-tiba aku terangkat, tangan ini membawaku keluar dari dompet. Argh! Aku belum puas berada di dompet ini! Aku bahkan belum mengucapkan katakata perpisahan pada Pak Otan dan yang lainnya, aku pun belum menghibur uang yang menangis itu. Oh tidak! Aku akan menjalani kehidupan di dompet lain, dengan orangorang seperti apa aku akan hidup? Apakah aku akan berpetualang mengelilingi kehidupan dengan singkat dibantu oleh tangan-tangan manusia? Apakah aku akan hidup bersama mereka yang kaya dan sombong serta sering kali melakukan kelicikan uang? Ataukah mereka yang biasa saja dan berada di kalangan bukan atas, bukan juga bawah? Atau aku akan akan hidup di antara manusia-manusia miskin yang selalu menghujat orang kaya padahal selalu berdoa pada Tuhannya agar menjadikannya kaya?
Jein Menulis ini saat sedang sensitif masalah uang. 36 | L e p a s A r a h
Ocehan Abang Dungu Adikku sudah besar. Kenapa cepat sekali, dik? Baru kemarin sore abang mengantarmu ke sekolah untuk MOS. Baru kemarin sore abang mengantarmu pramuka ke sekolah, rasanya. Ah, nampaknya abang terlalu sibuk kuli(ah), tahu-tahu adikku sudah besar. Hari ini kau sudah lulus saja. Bahkan kau sedang bingung memilih pendidikan tinggi untuk mencari ilmu (lagi). Mencari ilmu, benarkah? Sini, dik, abang mau bercerita. Dengarkan saja jangan banyak bicara. Siapa tahu kau mau ngikutin abang. Begini, soal sekolah tinggi, atau mungkin guru BP-mu menyebutnya kuliah, jangan bingung-bingung. Sama saja seperti SMA kemarin di kampung, bedanya cuma kuliah kau tak usah mengenakan seragam. Kau bebas pakai baju sesukamu, sesekali berkerah sedikit boleh lah, penciteraan di depan dosen galak. Soal gaya berpakaian kau cuek saja jangan mau yang mahal-mahal. Pakai saja celana jins robek macam abang ini, biar kau kerenan dikit, dan sangar. Asal masih pakai sepatu saja. Yang penting kau bergaya sesuai isi dompet (emak)-mu. Kalau bosan kau boleh sedikit munafik pura-pura banyak duit, biar temanmu banyakan dikit. Kuliah itu sama saja dengan SMA, dik. Sama-sama (pura-pura) mendengarkan dosen bermateri-ria di depan kelas. Beneran materi, ya? Sama-sama banyak tugas, ya tapi sama juga tinggal lihat punya teman, bahkan kuliah lebih enak tugasnya tinggal copy-paste. Kuliah jangan terlalu pintar, dik. Asal kau punya teman pintar kau bakal lulus enak kok. Kau bisa suruh teman pintarmu itu untuk mengajarkan mata kuliah yang susah, bisa kau minta bantuan padanya untuk bantu tugasmu. Bahkan kalau kau beruntung kau bisa dibantunya saat ujian. Urusan bisa atau enggak belakangan lah, yang penting transkrip nilaimu nanti laku di pasar pekerja untuk digaji bos. Kuliah saja yang wajar, perbanyak teman dan minum teh. Jangan ragu untuk kuliah di kota, dik. Nanti kau bisa cari kamar kost yang enak. Kuliah di kota yang jauh dari rumah itu enak. Tiap bulan kau dapat duit, kau mau main ke mana saja tidak ada yang melarang, pulang subuh tidak ada yang marah. Kalau sedang main jauh dan emak nelpon, bilang saja sedang kerja kelompok dengan teman, bohong sedikit mungkin Tuhan tak marah. Semoga. Bahkan dengan berbohong bisa melatih lidahmu pandai bersiul. Tidak jenius tak apa yang penting lidahmu terampil mengoceh dan menjilat. Percaya saja sama abang, dunia sekarang lebih suka ocehan merdu dibandingkan otak jenius. Dunia sekarang sudah tidak butuh orang semacam Bima ataupun Yudistira apalagi Gatot Kaca, dunia lebih mencari manusia macam Dorna yang punya lidah sejuta seperti kata Iwan Fals. Soal fakultas yang akan kau ambil, abang sarankan kau ambil Fakultas Angpau. Banyak yang mau masuk fakultas ini, perempuannya cantik-cantik pula. Di sana nanti kau akan dididik menjadi seorang kapitalis. Kau akan diajarkan jadi seorang penguasa. Di sana juga diajarkan mengambil setiap kesempatan sekalipun itu milik orang lain. Seorang ‘Dorna’ akan cocok belajar di sana. Sudah pandai mengoceh, pandai berkuasa pula. Oh, ya. Satu lagi. Belilah seekor bunglon di pasar. Kau pelihara dia dan belajarlah darinya. Dia pandai menjadi sesuai dengan apapun. Dia juga punya lidah panjang untuk ‘menjilat’ apapun. Jadilah seperti bunglon itu, jadilah warga dunia dan hiduplah di manapun kau mau. Hiduplah sewarna dengan apapun dan tetap tenang memangsa, siapapun. Kelak kau menjadi, adikku seorang ‘Dorna’ lulusan Fakultas Angpau, seorang bunglon yang berkuasa, SEMPURNA!
Oleh: Sugih Bhakti Ar.
37 | L e p a s A r a h
Oleh: Alif Zaka D Hal Menakjubkan Romansa Perjuangan Serpihan Keluhan Menenggelamkan Ujian Kadang Memilukan Sungguh menyakitkan Selalu diberi tuntutan Tanpa sedikit belas kasihan Menjadi sorotan Ini hanya rasa syukuran Tanpa Imbalan Tapi melulu pusat perhatian Berada di titik kejenuhan meski tak ada yg merasakan batin meminta tuk menyuarakan Birokrasi itu tidak riskan Cukup Hargai aturan Yang amat diusahakan mencapai keadilan tak mengharap dibenarkan Hei Kalian Boleh beri Kritikan tapi tolong selalu ingatkan kami hanya menginvestasikan masa muda dengan pengabdian bukan kalian teriakkan dengan makian atau cacian bermanfaat bukan memanfaatkan belajar dari kesalahan jadikan pelajaran tuk acuan berbaik sangka dalam setiap kecurigaan maafkan ini hanya peringatan tak bermakud ingin dibenarkan tapi tolong sedikit beri penghargaan dengan dukungan
38 | L e p a s A r a h
“DIONTROG DAN DIRIUNG OLEH FRONT PEMBELA ISLAM”
Oleh : Azmy Rancu aturfrekuensi@gmail.com
Pengalaman ini adalah pengalaman yang paling mendebarkan sekaligus konyol yang pernah saya alami dalam hidup ini. Mendebarkan karena ini pertama kalinya saya berhadapan langsung dengan sesuatu yang selama ini saya tentang dari belakang. Ya, saya berhadapan dengan 5 orang anggota FPI, Yaa FPI (Front Pembela Islam) Ormas Fasis dengan label Agama yang lebih cocok dibilang ormas preman-preman berjubah kiyai, yaa begitulah kenyataannya bagi saya yang pernah berhadapan langsung dengan mereka wkwkwk. Jadi ceritanya saya menuliskan opini reaktif di sosmed sekaligus protes saya terhadap FPI secara tersirat dan khususnya tersurat pada 2 orang anggota mereka yang terang-terangan membuat postingan di Facebook yang berisi ancaman pembunuhan dan penolakan kedatangan Bupati Purwakarta (Dedi Mulyadi) yang pada saat pertengahan bulan Juli akan datang ke daerah saya dan berita itu disorot banyak media nasional, Rancah Ciamis. Singkat cerita, gara-gara tulisan itu saya “diontrog” atau didatangi ke rumah lalu diajak bicara baik-baik di Masjid Agung Rancah. Awalnya saya menolak untuk datang, tapi bapak saya berpikiran lain, beliau menyuruh saya untuk berani bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan dan tenanglah katanya nanti Bapak nyusul dengan Bissmillah pergilah saya ke Masjid pada saat itu kira-kira pukul 18.25 WIB . Setelah sampai di Masjid saya disambut oleh riungan melingkar yang belum lengkap karena sudah disediakan tempat untuk saya duduk, dihadapan saya pada saat itu nampaklah 5 orang, dengan 4 diantaranya sosok berpakaian jubah layaknya Kiyai. Salah satunya adalah orang yang mengancam membunuh Bupati tadi layaknya orang tingkat keimanan angkasa saja dan satu diantara mereka berbaju biasa yang ternyata adalah kuasa hukum FPI, dan dialog pun dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan bertubi-tubi yang mereka lontarkan ke saya, kebanyakan dari pertanyaan itu sungguh konyol ditelinga saya seperti : “BENER ENTE YANG NULIS POSTINGAN INI ? ENTE DIBAYAR OLEH SIAPA ?!!!”
39 | L e p a s A r a h
Sungguh konyol mengingat tulisan saya dibuat atas dasar pandangan dan keinginan sendiri tanpa unsur apapun dari luar apalagi ada yang bayar. Saya jamin tidak akan ada yang sudi setidaknya belum wkwk dan sebenarnya pertanyaan itu harusnya saya lontarkan balik kepada mereka, “FPI dibayar oleh siapa ? Dan "Ente dibayar oleh siapa? Nanya saya dibayar oleh siapa ?” Seandainya saya berani.
“ENTE IKUTAN PAGUYUBAN PASUNDAN HAH ?!!!” Apa hubungannya sih? Kasihan Paguyuban Pasundan Ciamis dituduh terlibat karena saya yang sama sekali tidak mengenal apalagi jadi anggotanya. Dan seterusnya salah satu dari mereka yang adalah pengancam Dedi Mulyadi melontarkan pernyataan-pernyataan yang sungguh konyol kepalang diantaranya : “KARENA POSTINGAN DAN TULISAN ENTE DI SOSMED ITU, ENTE BISA DIHUKUM DIJERAT OLEH PASAL IT DAN PERLAKUAN TIDAK MENYENANGKAN !” Oke-oke.. wait, tulisan saya yang begituan saja bisa kena pasal lalu dihukum, nah kalau yang bikin postingan tulisan ancaman pembunuhan terhadap seseorang apalagi Bupati kaya kamu hey gimana yahh ? Heelloowww Hellloww hayooh mabok siah ! “YEUH ENTE TAU GA ? BAPAK SAYA ADALAH KETURUNAN RADEN KIAN SANTANG DAN IBU SAYA ADALAH KETURUNAN RARA SANTANG ? Walaupun notabene kedua nama tadi adalah tokoh ulama tapi keturunan siliwangi juga dan padahal di postingannya secara gamblang si kehed FPI ini menulis “WAHAI DEDI MULYADI SI RAJA MUSYRIK YANG MENGAKU-NGAKU KETURUNAN SILIWANGI DAN SUAMI DARI NYI RORO KIDUL ?” WTF ? Siapa yang sebenarnya mengaku-ngaku keturunan siapa haduhh ?!!! Dan akhirnya Adzan Isya’ berkumandang dialog berakhir dengan damai dan islah (padahal saya dendam asli) saya hanya bisa bersikap diam dan meng-iyakan apapun yang mereka katakan karena takut dengan ancaman Hukuman juga pasal-pasal tadi. Karena sikap saya itu, pada saat pulang saya dimarahi Bapak karena katanya saya tidak bisa mempertahankan pendirian. Maklumlah, saya berani datang sendiri dan berhadapan dengan 5 orang saja sudah bagus kan? Saya bukan manusia super loh. Karena kasus ini, teman saya mengenalkan saya dengan seorang temannya lagi di Ciamis yang temannya itu (aduh lieur) sebut saja Anggrek lah, karena Mawar untuk perempuan, pernah juga mengalami kasus yang sama dengan saya tapi lebih parah karena Anggrek sampai pada tahap diancam akan dibunuh karena beliau menulis postingan tentang Anggota FPI Ciamis yang melakukan sweeping orang yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan. Padahal si kehed anggota FPI itu juga ada yang melihat tidak berpuasa juga. Bahkan konon katanya tanpa bukti yang jelas si anggota FPI yang melakukan sweeping itu sedang dalam keadaan mabuk “teler”. Saya sempat berbincang dengan Anggrek. Menurut Anggrek ada banyak teori konspirasi tentang siapa pembentuk FPI sebenarnya, ada yang bilang FPI itu sayap Golkar ada juga yang lebih parah bahwa FPI itu bentukan Illuminati hahaha dan ada yang bilang juga FPI itu bentukan militer dll. Mungkin teman-teman bertanya (kalo engga juga gak apa sih) seperti apakah postingan/tulisan yang menyebabkan saya disered FPI daerah saya ? berikut tulisannya yang menurut banyak
40 | L e p a s A r a h
teman terlalu tendensius hahaha silahkan dibaca : Rancah adalah salah satu kecamatan di Utara Kabupaten Ciamis, tidak ada yang spesial dari daerah ini kecuali alamnya yang masih asri, suasana tenang, aman, tentram dan tentu masyaraktnya yang dikenal ramah juga religius menghasilkan corak kehidupan yang indah bersahaja dan mungkin hal-hal itulah yang membuat orang-orang yang datang ke Rancah senang tinggal berlama-lama atau bahkan menetap disini, maka tidak salah atau bahkan tepat sekali jika banyak yang menyanjung tanah kelahiran kedua Orang Tua Saya ini dengan slogan "Rancah
Betah" yaa itulah kalimat sakral yang kerap diucapkan pejabat dan Ulama-Ulama setempat diselipkan di pidato dan ceramah-ceramahnya, bagai makanan sehari-hari. Rancah dalam seminggu terakhir ini agak sedikit dihebohkan dengan berita bahwa daerahnya akan kedatangan orang nomor satu di Kabupaten Purwakarta ya siapa tidak kenal Bapak Dedi Mulyadi, pemimpin nyentrik dengan ciri khas pakaian pangsi dan iket yang selalu ia pakai kemana-mana dan yang paling penting adalah fanatismenya pada budaya khususnya budaya Sunda bisa dilihat dari program-program yang sifatnya melestarikan budaya Sunda selama kepemimpinannya di Purwakarta hingga saat ini membuat Kang Dedi amat Populer di Indonesia khususnya Jawa Barat bahkan karenanya konon di Rancah ke-populerannya melampaui Bupati Ciamis itu sendiri, beliau diundang di acara pentas kebudayaan sunda yang diadakan masyarakat setempat tepatnya di Desa Dadiharja Kecamatan Rancah yang rencananya diadakan Sabtu malam, 16 Juli 2016. Masyarakat Kabupaten Ciamis patut bersenang hati khususnya Kecamatan Rancah bisa kedatangan orang populer semacam beliau terlepas dari sumbangsih atau dampak yang akan ditimbulkan nantinya saya yakin masyarakat Rancah akan menyambut dengan keramah-tamahannya sehingga "Rancah Betah" itu bisa dirasakan oleh Bupati Purwakarta dan membawa cerita dan kesan bagus apalagi pasti akan banyak media nasional yang menyorot hal ini. Tapi ternyata semua itu telah jelas-jelas dinodai oleh ulah dua orang oknum ulama, padahal saya sendiri sebagai warga setempat baru tau loh dari banyak Alim Ulama setempat yang saya hormati ternyata ada beliau berdua yang mengaku ulama berpengaruh di Kecamatan Rancah katanya, tapi kok rasa-rasanya secuilpun saya tidak terkena "pengaruhnya" itu dan salah satu dari beliau berdua mengaku sebagai pimpinan sebuah padepokan yang namanya mengandung kode angka 212 identik dengan tulisan di dada dan kampak milik pendekar silat fiksi (Wiro Sableng), dengan ke"sableng"annya beliau berdua mengancam dengan terang-terangan lewat postingan di akun facebook masing-masing bahwa akan membunuh Pak Dedi Mulyadi jika bersikukuh menginjakan kakinya di Rancah, alasannya adalah Dedi Mulyadi dianggap sebagai sosok kelewat musyrik yang suka membangun patung di tiap perempatan di Purwakarta tapi yang saya heran kenapa di postingannya ulama ini tetap mencantumkan kata "Tanah Galuh" diambil dari nama kerajaan "Galuh" yang telah lama runtuh dan notebenenya adalah Kerajaan Hindu yang menyembah patung atau benda mati yang dalam Agama saya disebut "Musyrik" tapi ah sudahlah terlalu jauh ... inti dari tulisan saya ini adalah janganlah merusak nama baik Rancah yang akan ditimbulkan nantinya apalagi mengatasnamakan umat islam dengan ulah seperti itu dan sungguh amit-amit bila ancaman mereka benar-benar terjadi akan memalukan masyarakat Kabupaten Ciamis khususnya Rancah bahkan semua orang menjadi dipermalukan bahkan jika sadar dirinya sendiri pun dibikin malu begitu tidak mencerminkan alim ulama melainkan tukang teror murni alias teroris.
41 | L e p a s A r a h
Waktu Oleh: Vebyya Duyung
Waktu adalah nasib tak menentu. Sesuka hati ia bermain-main dengan kehidupan manusia. Ia serupa bom atom, suatu saat akan meledak dan mengubah dunia seseorang. Ia bisa menjelma belati atau bunga melati. Jika mau, ia akan menjadi racun yang mematikan atau obat yang menyembuhkan. Yang perlu disadari, waktu adalah pemasok segala jenis rasa. Bahagia, duka, gelisah, dan rasa-rasa manusia yang belum dinamai. Kadang ia datang memberi bait-bait luka yang sukar diselesaikan, kadang ia datang membawa gelagak tawa yang tak ingin disudahi. Ia tak pernah merasa bersalah setelah memberi setumpuk risalah. Ia tak pernah merasa berjasa setelah memberi seikat bahagia. Berlalu dan berganti adalah hal-hal yang selalu ia suguhkan tanpa diminta. Selalu dengan kediamannya, ia akan memberi jalan bagi seseorang untuk singgah, lalu ia akan mengantar seseorang yang ingin pergi. Bahkan, tak pernah ia berpikir untuk pamit setelah sebelumnya datang tanpa permisi. Waktu, ia selalu begitu. membuat yang utuh menjadi rapuh, yang jatuh menjadi tangguh. 42 | L e p a s A r a h
Awalnya Awalnya, Ku bertanya-tanya Siapa namanya
Awalnya, Ku menerka-nerka Bagaimana sifatnya
Awalnya, Ku mendengar kata ‘galak’ Terucap dari temannya Penasaran menyelimuti hari-hariku Ingin rasanya berkenalan dengannya Ingin rasanya menyapa padanya Ingin rasanya memanggil namanya Akhirnya, berakhir. . .
43 | L e p a s A r a h
44 | L e p a s A r a h
The Other Way. Dengan nyalang, berikrar jiwaku pada tanah kubur nan gulana; tak lelah kusumpah di hening malam yang dikuduskan untuk mencintainya hingga ajal tiba tak menggigil aku melawan himpitan mautnya tak 'kan, tak 'kan kuanggap kecil teka-teki tunggal itu Demikianlah, kubuhul sudah diriku dengan tali kematian HĂślderlin "The Death of Empedocles"
Catatan. Kurnia Ngayuga Wibowo From Photo Series “The Other Way� Email : Kurniangayuga@gmail.com Website : www.yugaknow.wixsite.com/photo
45 | L e p a s A r a h
Inilah edisi super ngaret yang penuh dengan ungkapan entah itu tentang apapun. Bilamana kalian ingin terdaftar sebagai KONTRIBUTOR Dapat menghubungi kontak dibawah ini . . - WA 089-646-671-771 - hilmitampan (line) 46 | L e p a s A r a h