Lepas Arah Zine Vol. 5

Page 1

INI VOLUME 5


Kata Pembuka Wiedersehen para pembaca Zine yang alakadarnya ini mhehe Kembali lagi mencuat setelah beberapa bulan yang lalu melewati beberapa fenomena lumayan banyaklah yang mengasikan, mengenaskan, menyakitkan dan membahagiakan, entah itu permasalahan hati, pertemanan, ataupun kenakalan sesaat sambil menikmati masa muda yang ingin aku kemas semenarik mungkin dan menjadi kenangan yang bahagia. Aku selalu ingin mengukir setiap riwayat kejadian yang pernah ku alami untuk menjadi history yang abadi agar anak cucu aku, kamu ataupun kalian bisa mempelajari dari setiap kesalahan yang pernah dibuat pada masaku ataupun masa kalian yang hidup berbarengan bersamaku saat ini. Namun sepertinya tak dapat ku ceritakan semuanya karena terlalu pelik untuk dikisahkan secara lantang namun aku terkadang kelepasan hehe, anjir ini masuk kategori puitis gak sih? Terserah deh mau mengkategorikan apa ini itu dan lainnya. Perjalananku terkadang tak sesuai dengan rencanaku namun memang tak dapat dipungkiri semuanya itu bisa saja terjadi dengan sendirinya yaa jalani saja semuanya dengan baik dengan usaha yang kau bisa dan ilmu yang kau miliki lalu amalkan semua hal baik yang kau punya agar terjadi kemaslahatan untuk semesta duuh resep nulis nukarieu teh tapi dibalik kata‐kata inipun terdapat kepusingan dan menulis inipun dalam kondisi belum makan. Nah untuk kali ini di Lepas Arah Zine vol. 5 bakal random sih gak terlalu memfokuskan pada satu titik pembahasan atau satu hilir yang sama, namun bakal ada perkenalan gitu dari beberapa Artworker di Tasikmalaya sama Band juga ada. Jadi buka aja setiap halamannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua yaa, jangan lupa beritakan pada khalayak ramai bahwa vol. 5 udah mencuat. Redaksi, Hilmi Isnaeni Zain Tasikmalaya,2018.


Daftar Menu 1. Apa sih ajig! 2. Menu Lawas 3. Dikira Rumah Makan 4. Kan itu Daftar Menu 5. Itu Cuma Ngasal 6. Oh, Ngasal? 7. Iya ajig! 8. Sebenernya tanpa Daftar Isi 9. Kenapa? 10.Soalnya Ribet ah 11.Tapi harus dicoba 12.Biar apa? 13.Biar terstruktur 14.Dinamislah asal Sistematikanya aman aja 15.Ih ajig yang rapih dong 16.Iyalah nanti masih awam nih 17.Awas loh 18.Ada apa? 19.Anjing Galak! 20.Anjir serem 21.Tapi Bo’ong 22.Ajig 23.Udah ah ayo 24.Ya udah ayo 25.Mau kemana?? 26.TERSERAH!


Katanya Kau Maha Pendengar Oleh: Agdya Pratami Putri Yogandari

Tuhan, Kalo memang ke Surga butuh tenaga apakah memang harus semasif ini. Benar. Ini “hanya” masalah meninggalkan dan ditinggalkan. Tapi ini juga membuatku tersadar bahwa semua ini fana. Tapi Tuhan, jantung ini, begitu pula dengan kapiler – kapiler yang juga fana, terasa sakit. Jika memang hidup di dunia ini hanya sementara, mengapa kau menganugerah kan kami rasa sakit. Apakah Kau berpikir, dengan mengenalkan rasa sakit, kami jadi memaknai saat kami berbahagia. Tapi saat ini aku sakit tuhan. Aku sakit melihat laki – laki setengah jiwaku bersama orang yang mengaku setengah jiwanya (juga) Aneh bukan. Permainan macam apa yang kau berikan Tuhan? Tak cukupkah semua untaian doaku selama ini? Atau apakah sujudku kurang? Apakah ketenanganku mengusikMu? Oh aku tau..Engkau ingin aku lebih menggedor pintu langitmu? Kau berkonsep bahwa setiap kesakitan akan membawaku kembali padaMu? Itu yang kau mau? Baik. Aku akan kembali padaMu. Dengan segala kesakitanku.


Глобализация/WorkArt/Ahmad Sulton


Berubah atau Tertinggal dan Mati Oleh: Abdul Basith Zaki (Lampung)

Ketika mobil bertenaga bensin menggantikan kereta bertenaga kuda pada awl abad ke‐20, dunia perlahan‐perlahan menyaksikan semakin pudarnya benkel kereta kayu dan peternak kuda. Kereta kuda beralih menjadi kereta besi bermesin peminum bensin. Pada saat bersamaan, bengkel otomotif, perusahaan jasa asuransi, dan pompa bensin hadir dalam kehidupan manusia. Demikian pla dengan sifat [ekerjaan, dari yang sebelumnya sangat dekat dengan alam dan tanpe mesin, tanpa polusi, tanpa kursus, berubah menjadi sangat mekanis, berbasis keterampilan kursus. Di seluruh dunia, manusia menyaksikan suatu peralihan: masyarakat pertanian‐peternakan menjadi masyarakat indrustri dan jasa. Suatu ketika saat peralihan terjadi, kita akan selalu menemukan kelompok orang yang tak siap dan menolak perubahan. Pengangguran menjadi suatu yang tak terelakan. Namun, masa peralihan itu juga membuat manusia mulai berfikir tentang pentingnya sekolah dan keterampilan. Kini dunia tengah menyaksikan perpindahan dari mobil bertenaga bensinke self‐ driving car yang dikendalikan teknologi informasi melalui smartphone dan juga beralih ke mobil bertenaga listrik. Petugas bengkel bukan lagi seorang montir yang dikenal pada abad‐ 20, melainkan para ahli IT yang bekerja dengan perangkat lunak. Suka tidak suka, internet of Things membentuk kita mulai hari ini. Dunia juga tengah menyaksikan teknik baru dalam pengobatan yang kelak akan menubah wajah rumah sakit, perusahaan asuransi, dan profesi tertentu. Munculnya telemedia dan wearable mengubah cara dan tentu saja model bisnis layanan kesehatan. Klinik‐klinik spesialis yang hadir sedekat mungkin dengan pasien melahirkan jasa‐jasa kesehatan baru yang berkualitas dengan harga semakin murah. Berkualitas, tetapi harganya lebih dan semakinmurah. Bagaimana ini bisa? Itulah distruption. Anda bisa temukan kasus‐kasus kesehatan, diantaranya klinik‐klinik cuci darah yang melayani segmen low‐end di Jakarta dan empat ratus titik lainnya melalui e‐midical center. jangan kaget. Suatu hari nanti pemimpin dan pemilik klinik seperti itu, bukanlah lagi dokter, melainkan para ahli IT. Dunia tengah menyaksikan runtuhnya perusahaan‐perusahaan besar, pemilik brand yang sepuluh hingga tiga puluh tahun lalu begitu memesona dan berkibar. Tumbang di sana‐ sini, seperti yang dialami Kodak dan Nokia. Keadaan yang lebih parah terjadi pada perusahaan atau institusi yang tak pernah menejembatani lintas‐generasi. Mereka mulai berguguran karena tidak tau musuh‐musuhnya dan dimanakah dia. Semua indrustri tengah bertarung menghadapi lawan‐lawan baru yang masuk tanpa mengikuti pola yang selama ini kita kenal. Merekaa bahkan tak terlihat, tetapi tahu‐tahu menjadi sedemikian besar. Bahkan amat‐sangat besar. Mereka langsung mauk ke rumah‐ rumah konsumen, dan pintu ke pintu, secara online, melalui telepon pintar. Para pemain tak bisa mendeksi karena lawan‐lawan berada di luar jangkauan radar mereka.


Saat dunia berubah, industry lama pun terdisrupsi tanpa bisa mengelak lagi. Mereka tak berdaya, banyak orang lama memilih untuk tidak menghadapinya. Mereka memilih untuk bertarung di dalam, bertengkar dengan sesame mereka sendiri, ketimbang berfikir dan berinovasi menghadapi lawan baru di luar sana. Ujian industry in sama berat dengan isu pertumbuahan ekonomi yang melambat, ancaman kelahan dalam kopetisi global, dan serangan (atau merasa terserang dengan adanya buruh‐buruh migran atau produk dan turis China). Ujian ini memang terkesan berat bagi siapa saja yang menghadapinya. Jangan berfikir hal itu hanya terjadi dalam industry jasa angkutan darat yang mengakibatkan perusahaan‐perusahaan penyedia layanan taksi seperti black cab di London, blue bird di Indonesia, yellow cab di New York, hal ini juga terjadi di dunia maritime, yang mengakibatkan raksasa maritime seprti hanjin Shipping dan Mitsui O.S.K Lines tersungkur. Sebaliknya Djakarta Lloyd yang sudah divonis mati tiba‐tiba bangkit dan hidup kembali. Ini saja sudah bisa membangkitkan amarah orang‐orang lama yang tak percaya, tau bisa saja mereka menganggap bahwa hal ini adalah suatu keniscayaan. Mungkin hal ini masih belum terlalu dini untuk diperdebatkan, tetapi begitulah dilema awal distrupsi. Dalam dunia keuangan, dunia dikejutkan dengan fenomena blockchain yang akan merubah sistem pembayaran dunia. Kaum muda membuat sebuah perubahan besar dan menerapkan sharing economic dalam alur kerjanya. Distrupsi menelan beberapa profesi dan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Sistem koperasi bisa menjadikannya ini sebagai solusi dan sebuah ancaman.


Dulu Kami Miskin, Sekarang Belum Kaya Juga Oleh: Fahmi Saputra (Amay)

Ayah baru pulang Kebun Lada Hitam milik kami baru saja panen Kebun kami tak luas Tak seluas harap dan impian Ayah Saat itu aku baru akan masuk SMP Adikku pun akan masuk SD Pengeluaran besar akan terjadi Namun lebih besar dari harapan Ibu Menjelang malam Pluto, anjing kampung warna coklat milik kami Gonggongannya keras, lapar minta makan Terlalu keras untuk hidup seekor anjing Dari sedikit hasil panen, kami sudah sedikit kenyang Gonggongan Pluto lelah dan ia menggerutu lalu tidur Malam ini kami berlima masih beristirahat di rumah papan kecil ini Namun tak sekecil asa Ayah dan Ibu untuk berjuang Supaya si kecil tak lagi bertanya dibelakang mereka “Kakak, kenapa kita miskin?”


Cheers/WorkArt/Gilang Permana


Aku kembali dalam tulisan ini Oleh: Irwansyah

Hati ku bimbang semakin tak menentu, karana aku bingung ingin apa dan mau apa diriku ini. Lagi‐lagi aku melamun dan berfikir......................................................................................................................................... ya akhirnya aku temukan ingin apa. Aku ingin menyeruput kopi yang sudah aku buat hampir 15 menit yang lalu, mudah‐mudahan kopi itu masih hangat. Nikmatnya kopi ini. Walaupun airnya aku panaskan dari dispenser yang airnya aku ambil dari bak mandi. Bukannya aku tak mampu tuk membeli air galon, tapi aku malas tuk membelinya. Hahahahahahahah aku kembali dengan sekian tadi aku menghilang dari layar komputer ini, tapi sebenarnya aku tidak menghilang melainkan aku berada di atas karpet untuk berdiskusi dengan teman ku hingga akhirnya aku lupa untuk melanjutkan hanca menulis ini, hahahahahah. Tapi tetap aku bingung sekarang igin menulis apa. Sekarang aku sudah membuat kopi lagi yang masih tetap airnya dari bak mandi wc belakang. Sekarang aku ingin lebay dalam tulisan ku ini, dear diary hari ini hati ku campur aduk, bahkan dari hari kemarin pun hati ku campur aduk. Tak tau kenapa hati ku campur sari begini mungkin ini tingkat penyesuaian iklim yang ada di daerah batujajar bandung barat atau karena aku kangen sama pacar ku yang cantik bahkan miss world pun kalah cantik. Tapi aku belum menemukan jawaban apa dan kenapa hati ku campur sari begini. Diary, sebenarnya aku tidak suka menulis dan aku pun tidak suka lebay. Tapi kenapa sekarang aku ingin menulis dengan kata‐kata lebay yang menurut ku lebay. Sekarang sudah malam dan sekarang sudah jam 00.57 tapi mata ku belum mengantuk. Oia dari kemarin aku melihat komputer ini seperti monster yang mempunya tembakan penghancur mata, karna semakin aku melihat komputer ini semakin buram mata ku. teman jika kau tau tempat membeli perisai mata tolong beri tau aku ya, karna aku ingin membeli perisai mata itu agar aku bisa melawan monster ini “hahahahahahah”. Sekarang di ruangan ini ada dua suara, yaitu suara lagu dari komputer ini dan suara petikan gitar. Tapi aku tetap fokus pada suara lagu yang berada di komputer ini. Lagu yang aku dengar semuanya lagu luar negri indonesia, dan menurut ku itu lagu sedih karna aku sedih tidak bisa mengartikan apa arti lagu itu, karna semuanya berbahasa inggris. Tapi aku tetap konsisten ingin mendengar lagu sedih ini. Dear diary udah dulu ya, soalnya aku ingin mengistirahatkan mata ku yang dari tadi terus‐ terusan kena serangan monster ini. Makasih ya diary dah mau denger curhatan ku.


Dibalik Kota Oleh: Aji Santoso

sore menemui malamnya dimana pria muda tampak seperti tikus yang terkena jerat tak tentu arah melangkah sunyi sepi menggulung asa diantara riuh jalan kota malam menjemput paginya kardus membalut tubuh kecil meringkuk tajam menghempas dingin seolah menagih bukankahTuhan maha pengasih ?

Here’s One Example/Comic/James Spooner/Los Angeles


DIALEKTIKA HIP-HOP Oleh: Wildan Fka

Berbicara tentang hip‐hop mungkin semua orang yang mendengarnya berfikir bahwa hip‐hop adalah salah satu musik berkelas,hanya untuk kaum borjuis,mereka yang bergerak di dalamnya harus terlihat blink‐blink (menggunakan kalung,cincin,jam tangan mewah,atau aksesoris lainya yang terbuat dari emas atau bahan berkilauan lainya yang bernilai tinggi). Berada sebaliknya musik hip‐hop lahir dalam suasana yang sangat sesak,kultur berupa diamond

muncul

dari

tumpukan

abu.

Pengalaman

pahit

kekerasan,pembunuhan,penindasan,menjauhkan mereka dari leluhur dan tanah kelahiran. Hip‐hop muncul sebagai harapan ditengah kebisingan serta rutinitas membuat jemu. Keterdesakan mereka tidak melumpuhkan akal untuk menggali budaya,tak banyak musisi yang independen melakukan perorganisiran dan memuntahkan gagasan‐gagasan. Deretan lirik mereka bersenandung dalam gang‐gang kumuh di Kota New York tentang alienasi mereka sebagai manusia yang harus bekerja dalam apresiasi rendah. Namun naas,pada era sekarang ini banyak para Emcee yang kurang paham pada kulturnya sendiri. Mereka hanya memikirkan antara popularitas dan uang yang menguntungkan diri mereka,dan ada pula yang berkata “Fuck Hip‐hop” setelah puas mendapat keuntungan dari musik Rap itu sendiri. Harus diketahui juga, bahwa Hip‐hop yang sebenarnya adalah tradisi, Hip‐hop yang berada di TV dan berkata bahwa memasuki musik rap akan membuat kita keren dan bergelimang harta itu sebuah kebohongan. Atau jika terlalu dimakan kapitalis dengan menekan kebutuhan untuk komersil itupun palsu. Dan juga satu hal,bahwa hip‐hop dan rap itu berbeda tapi sama,jadi? Hip‐hop merupakan suatu kultur gerakan,ketika kamu berbicara Rap,DJ‐ing,Beatbox,Breakdancing,dan Graffiti adalah sebagian dari kultur hip‐hop. Seperti salah satu MC yaitu KRS‐One mengatakan bahwa “Rap music is something we do, but Hip‐hop is something we live”. Hip‐hop sendiri lahir dan mulai tumbuh sekitar tahun 1970’an di The Bronx,New York dan terus berkembang pesat hingga ke seluruh dunia. Pada awal mulanya, pelaku hip‐hop hanyalah dari kalangan kulit hitam, karena pada saat itu musik seperti jazz,pop dan musik yang berkembang lainya hanya dapat di nikmati oleh kalangan kulit putih. Maka dari itu Hip‐ hop terutama musik rap digunakan untuk melawan rasisme dan menjadikan hip‐hop sebuah ruang ekspresi mereka


Irama Lara Oleh: Pabrik Kata

Suara derita menggema Materi tak pernah merata Nalar tak kunjung berjumpa Tertawanya tak bahagia Habis keringat surga Mempelajari irama lara Tanah dan air hatinya Benih ditebar dimana ‐ mana Api angkara senyawa Campai lestari bahagia


Teman, Usia Bukan Batasan Oleh: Tamzis Alma

2002 Yang ku ingat ketika aku mengenalnya saat aku berusia sembilan tahun. Dia sedikit lebih tua dari ku, dua tahun diatas ku. Tapi aku tidak begitu dekat dengannya, hanya beberapa temanku yang seumuran dengannya cukup dekat. Dia menganggapku hanya seorang bocah ingusan yang belum tahu apa ‐ apa. Karena memang pada saat itu aku tidak tahu apa ‐ apa. Tetapi jika teman ‐ temannya sedang berkumpul aku pun selalu ikut bergabung untuk berkumpul. Walaupun beberapa yang berkumpul semua diatas umurku dan aku hanya beberapa dari sedikit yang paling muda. Lebih muda dan lebih kecil memang selalu menjadi santapan bahan olokan atau bully dan menjadi pesuruh. Semuanya kupanggil Aa (kakak). Aku tidak berani memanggil langsung dengan namanya, karena aku takut mereka marah karena aku masih bocah ingusan dan kupikir juga tidak sopan yang lebih tua harus dipanggilnya kakak ini lah atau kakak itu lah. Tapi, ini sudah menjadi budaya. 2004 Saat aku berusia dua belas tahun aku masih bermain dengan teman ‐ temannya termasuk dia. Aku masih termasuk yang paling muda dari beberapa temannya. Pernah ku ingat teman ‐ teman seumurannya mengajakku berenang termasuk dia. Menuju tempat kolam renang dengan berjalan kaki dengan jarak 1km. Kulihat wajahnya berjerawat, tapi sepertinya bukan jerawat biasa. Seperti bisul yang besar dan tumbuh di hidung dan itu memang sangat ingin membuat ku tertawa. Makin tertawanya lagi saat bisul itu pun pecah saat berenang. Semua teman ‐ teman bertanya ‐ tanya, kenapa, dan hanya sedikit yang mentertawakannya termasuk aku yang tertawa. Kejadian yang unik tentang jerawat yang besar seperti bisul. Sungguh jika teringat kembali, itu membuatku tersenyum. 2008 Menginjak menengah ke atas usiaku sudah lima belas tahun dan dia sudah menginjak awal perkuliahan. Hanya beberapa kali bertemu dengannya dan itu pun selalu bertemu di hari jumat. Ketika bertemu kembali, seperti biasa awal kalimat “kemana aja?” Sedikit pembicaraan tentang musik dia mengajak ku bermain ke rumahnya. Sangat berbeda sekali ketika umur sudah mulai menuju remaja. Banyak hal yang ingin dilakukan serta rasa keingintahuan yang tinggi. Rasanya dia sudah tidak menganggapku sebagai bocah kecil yang ingusan di beberapa tahun kebelakang dan ini hanya anggapan ku saja. Mungkin saja dia mengerti apa yang akan aku lakukan ketika remaja. Banyak pembicaraan perihal musik yang belum aku ketahui. Ada banyak beberapa lagu atau album ‐ album yang aku copy. Menyenangkan rasanya ada banyak pelajaran baru yang kudapat darinya, rasa ingin tahu ku seputar musik punk pun terjawab dan dia menunjukan sebuah band yang dia miliki kudengar lagunya begitu menarik dan sedikit tersenyum karena dari judul lagunya yang lucu.


Lama berbincang seputar teman ‐ temannya yang suka berkumpul dan perihal tetang musik dia pun menawarkan sebuah kaos dan hoodie untuk ku beli. Cukup begitu menarik dengan desain yang terbilang unik dan sederhana. Dengan uang yang ku punya terbilang kurang aku sangat ingin membelinya. Dan dia pun berkata “udah ambil aja dulu kurangnya nanti gampang”, aku cukup terkejut dia berkata seperti itu. Ini membuatku penasaran kenapa dia baik sekali? Padahal aku tidak begitu dekat dengannya. Saat beberapa tahun ke belakang pun aku tak pernah berbicara panjang lebar dengannya. Dari sini aku mulai percaya bahwa dia ini adalah seorang teman yang baik dan mudah menerima. Untuk pertama kalinya aku berbicara panjang lebar dengannya. Selama beberapa tahun ke belakang aku salah menilainya, setiap bertemu pun hanya menyapa saja dan tak pernah mengajaknya berbicara. Aku kira untuk bisa menjadi seorang teman yang baik harus dekat terlebih dahulu tapi, ternyata tidak. Dari sini lah aku mulai belajar apa itu pertemanan. Dari sini juga aku sudah tidak pernah memanggilnya dengan awalan Aa (kakak), mungkin karena aku merasa cukup akrab dengannya dan langsung memanggil namanya. 2010 Usiaku sudah menginjak tujuh belas tahun kehidupan baruku dimulai dengan perkuliahan. Cukup lama tidak pernah bertemu dan mengobrol lagi dengannya. Hanya beberapa kali saja bertemu dan seperti biasa menyapa saja mengobrol sebentar karena kesibukan masing ‐ masing beberapa tahun ke belakang. Apa kabar tentangnya kini? Kudengar band yang dia miliki sedang gencar ‐ gencarnya. Kulihat beberapa stiker banyak menempel di beberapa helem motor dan stiker itu seperti yang ku kenal. Ternyata itu stiker band temanku ini. Saat perkuliahan berlangsung aku bertemu dengan Sandi yang ternyata teman dekat dia dan bahkan begitu dekat. Banyak cerita yang kudapat tentangnya seputar dia ini. Senang ‐ senang, ugal ‐ ugalan, dan masih banyak hal gila yang Sandi ceritakan tentang dia. Dari sini aku mulai banyak mendatangi dia karena rasa keingintahuanku. Sampai akhirnya aku bertemu kembali dengannya. Kembali mengobrol panjang lebar seputar musik. Ada banyak musik baru atau genre ‐ genre yang makin meluas yang kudapat. Dan untuk kedua kalinya dia menawarkan sebuah kaos dengan desain lebih menarik lagi, seperti biasa dia bilang “ambil aja dulu, kurangnya nanti gampang”. Tak segan aku langsung mengambilnya. 2011 Bertambah satu tahun aku diajak olehnya backpack ke kota Daerah Istimewa. Pengalaman yang sangat menarik menonton sebuah gigs yang unik dan kreatif. Perjalanan yang lelah karena harus menempuh jarak sekitar 7‐10km dengan berjalan kaki untuk menonton sebuah gigs itu. Sesampainya di gigs dia bertemu temannya dari kota ini. Dia ini memang memiliki koneksi, datang dari jauh pun masih bisa sempat bertemu dengan teman lainnya. Maklum dia ini orangnya mudah bergaul.


2015 05/04/2015 tanggal, bulan, dan tahun yang menyebalkan serta menghibur. Dimana saat itu aku meminta bantuannya untuk mengedit sebuah majalah seadanya atau biasa disebut Zine. Saat mengedit, listrik di rumahnya mati, ternyata memang sedang ada pemadaman listrik. Butuh waktu sekitar empat jam untuk mengedit zine dan tak sempat untuk di save terlebih dahulu. Memang lama sekali untuk mengedit zine ini, aku dan dia memang sedang sama ‐ sama belajar. Bagaimana membuat sebuah majalah lalu mengatur ini dan itu yang harus diterapkan. 12/04/2015 tanggal, bulan, dan tahun yang berakhir ceria. Karena, zine yang kita buat bersama ‐ sama akhirnya terbit juga. 2016 Ada banyak sekali kebersamaan di tahun ini. Dia selalu mengajak ku untuk mengantarkan dia belanja album ‐ album musik indie terbaru sampai underground. Aku sudah lupa berapa kali mengantarkan dia belanja album musik, karena memang sudah beberapa kali hingga aku lupa. Sering juga dia bersamaku berdua mengendarai motor untuk datang ke acara pernikahan teman ‐ teman, karena dia ini memang paling rajin untuk ke pernikahan teman ‐ temannya, jarak jauh pun masih mau untuk ditempuh. Dia ini memang tidak pernah lupa pada temannya yang akan menikah. Dan 14 Desember 2016 tidak akan pernah aku lupa sekali saja, aku sangat ingin berterima kasih sekali lagi pada dia. Ayah ku pergi selamanya dan membuatku jatuh, sedih, dan pedih. Di hari itu pun dia datang pagi ‐ pagi ke rumahku dan ikut membantuku. Dia terlihat berbeda dengan badan yang kurus dan wajah yang pucat, nampak kurang sehat. Tapi, dia memaksakan untuk terus membantuku dan memberikan semangat. Rasanya sedih sekali di 2016 ini jika mengingatnya kembali. Masih banyak kebersamaan dengannya yang tak pernah aku lupakan dan masih banyak cerita menarik yang ingin aku sampaikan. Hanya saja aku tidak kuat menahan kesedihan. 2017 Ganjar Pamungkas seorang teman yang baik, yang pandai bergaul, game maker, tak ada batasan untuk mengenalnya. Kedekatannya denganku biasa saja. Tapi, aku merasakan adanya ikatan pertemanan yang kuat. Terima kasih teman, kakak atau guru sudah banyak memberikan arti apa itu pertemanan. Tanpa dirimu mungkin aku sudah menjadi orang yang sangat ego. Senyum, canda dan tawa yang dulu pernah ku lihat. Kini telah tiada dalam catatan harian ku. Dariku untukmu Jar! Aku tahu kau sedang tersenyum dan partai records akan terus mengudara.


WonderfulBasic/PenArt/Egi Fatah/Banjar


PUISI-PUISI Yang uhuy!


CINTA ADALAH Oleh : Nur Aziz Fadilah / 31 - 10 – 2018

Cinta menembus logika yang tidak bisa dipahami Oleh pengertian debu Yang menempel di jendela kampus Lalu terhibas angin, Melayang jatuh kasat mata. Cinta tidak bisa disidik dengan kata Sekalipun dengan sabda Ia tetap tidak dapat diterjemahkan Memanipulasi suara pun Ia enggan menjelma Dalam gesekan dahan dan ranting. Cinta adalah ruang senyap yang beraqidahkan kedap. Cinta adalah tindakan Yang bernyalikan sikap.


Rasakan Berbagi Oleh: Rizky Fuldya

Aku cinta dari segala rasa Bukan hanya fiktif belaka Tidak cuma kasat mata Tak sekedar guratan pena Aku ini perasa Lebih dari panjang jalan raya Ragaku tidak semu Jiwaku juga tak menjemu jemu Sambutlah aku, Rayakan dengan keputusasaan Agar kau tau kegundahan Cicipi dengan segala cara Telan dalam‐dalam rasanya


Waktu Menua

Semakin lama membesar Semakin juga liar Tak lagi ada waktu Jarum jam yang menggebu Sudah tak punya suara Obrolan tanpa kata‐kata Cerita terus berlalu Tanpa jiwa dan kaki Biar waktu mengokang Selaras semua menghilang Hingga menuju utara Dan merayap sampai menua


ANAKMU KECEWA BU Oleh: Riva Sandi

Kami anak bangsa kecewa Kami anak bangsa menangis Kami anak bangsa muak bu Ibu pertiwi di gilir oleh penguasa terkutuk Mereka terapkan sistem bodoh Mereka terapkan ekonomi goblok Mereka terapkan pola hidup edan Yang tak bisa kita jalani Kalian banding bandingkan kami dengan bangsa lain Menerapkan sistem yang tak sesuai dengan kami Dan membentuk bangsat bangsat di sekolahan Kau tak berpikir kah? Tikus tikus kau teduhkan Rakyat kecil kau terik kan Suara suara kau bungkam Kritik kritik kau anggap makar Kami kecewa bu dengan penguasa Kami dianggap anak tiri mu bu Padahal kami lahir di tanah air ini Kami sedih dengan prilaku mereka Negri ini susah payah di bentuk Dan kau rusak dengan pembangunan Kau kemas perusakan itu dengan sembohyan Kerja kerja kerja


Relung Sukma Berlapis Kasar

Ini kata orang tua beruban hitam Aku tak tua dalam sukma ku Mungkin tubuh ku lemah sahaya Matamu terkadang menipu anak muda Relung sukma selalu berapi api Dalam setiap detik ia berlari Sehingga angin menerjang api itu Tambahlah besar api tersebut Berkelahi dengan waktu Meski sudah tau siapa pemenangnya Setidaknya aku membututi kemajuan Hingga akhirnya aku hidup yang benar benar hidup


Riskan Oleh: Christhoper Rosady

Mencintaimu ialah suatu resiko Aku bukanlah gigolo Yang dipelihara seorang wanita Menjadi pasangan berdansa Menurutmu setia itu berbahaya Bosan merasakan seleranya Hidupmu seperti sirkus Jiwamu terbakar hangus Daku bersiteguh Tuk menjauh Sekali salah tetaplah salah Kamu menang, aku kalah Diriku ingin menjadi mutan Segalanya persetan Menyesal mengenalmu Esok kau tidak akan menjadi ibu


Nyenyat Firasat kalbu terus membisik Tak salah merenung kepada langit Meminta pada‐Nya jalan terbaik Agar hidup tak selamanya pahit Kupegang kepalaku Penuh perasaan hening dan sepi Raga ini semakin membeku Tak sanggup diriku berlari Kuelus dadaku Sabar menjadi alasan Biar waktu yang kutunggu Menunggu datangnya kesenyapan Masa bodoh dengan masa depan Tak peduli dengan omongan orang Iringi langkah perlahan‐lahan Semoga tak terperosok ke jurang


Ruwat Oleh: Pouldian (Pecinta Selangkangan)

Mengapa serumit bahasan mayapada ini datar atau bulat? Mengapa tidak bisa sesederhana satu ditambah satu sama dengan dua? Bisakah kita sejenak benar‐benar menikmati Hingga tidak ada yang mengganjal atau pun membuat ingin mati Bisakah dengan sebuah tarikan napas duga bongak itu pergi? Seperti meniup seekor semut yang merayap di kaki Ah, barangkali jalannya memang harus begini Bahwa acuh tentunya akan berakhir pelik Tiba pada terminasi untuk segera memilih Melantas, atau henti berbatas di sini


Purnama Paling Terang Oleh: Iftihal Muslim Rahman

Merantai erat dalam dekap Kau rebahkan aku dengan mantap Duka ku adalah kelemahanmu Sajak tak berarti pada rintihan getirmu Ayah.. Betapa sunggu sebagai lelaki Hanya engkau yang tak pernah melukai Justru lebih sering mencemburuiku Sebagai gadis yang menjadi permatamu Untukmu bergema hari demi hariku Berharap tumbuh merekah menjadi hebat Terima kasih bijaksana lelaki terhebat Sebab enggan menjadi duri dalam kenestapaanku Sebab selalu jadi penenang dan yakinkan aku Bahwa purnama kedua belas itu benar‐benar nyata Sempurna, utuh, pertama dan terakhir Ayah. Tasikmalaya, 12 November 2018


Dasar,rindu. Oleh: Farhan

Rindumu Sadistis Buat detak ini kritis Jiwa kian terkikis Empat mata memang manis Tapi,dua mata itu kronis Mungkin aku ini fatalis Pasrah, lemah, kecewa Kenapa jauh‐jauh ke sana? Disini gundah gulana Semuanya sia‐sia Penantian terlampau lama Jenuh, keluh, pilu, Kesah jadi satu Hatimu pun tak tau malu Jadikan aku tersipu dulu Lalu pergi tak ingin di ganggu.


Bacot is The Key/Collage/Zikra/Jakarta


Heroes Oleh: : Bagus Aji Pambudi

Deskripsi : "Heroes" pahlawan menurut saya pahlawan bukan hanya mereka yg menumpahkan darah nya pada era perjuangan saja, itu dulu.. namun sekarang saat beberapa orang mengklaim kita telah merdeka, siapa pahlawan di era saat ini ? Apa esensi kemerdakaan saat ini, ketika untuk memerdekakan diri sendiri saja kita tidak mampu, masih banyak ketakutan yang menutup pandangan kita akan makna kebebasan, kebebasan untuk berekspresi, kebebasan untuk memilih, kebebasan untuk perduli ke sesama. Menurut saya pahlawan saat ini adalah mereka yg masih mencoba untuk mewariskan kebebasannya dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, seperti halnya kebudayaan yg terwariskan seharusnya kebabasan pun musti sedemikian pula, dilihat dari beberapa sosok yg tampil pada illustrasi heroes pada poster ini mereka adalah tokoh pejuang kemerdekaan yg terus mencoba untuk mengapresiasi dan mewariskan kebudayaan dari waktu ke waktu, karena sesungguhnya tolok ukur maju atau tidaknya sebuah negara juga bisa dinilai dari seberapa tinggi mereka menghargai kebudayaanya, menghargai tidak hanya cukup untuk sekedar tau saja, tapi juga mengerti makna yg mereka tampilkan pada setiap gerakan nya, Reog, Hudoq, Cendrawasih Warrior, shang hyang balinese dance, adalah salah satu yg tercipta dari wujud rasa syukur mereka atas cerita bagaimana mereka bisa bertahan di masa lalu menurut kepercayaan masyarakat adat setempatnya, salah satu tokoh yg paling saya miriskan adalah karakter reog yang menjadi komposisi penyeimbang diatas illustrasi saya. Masyarakat saat ini lebih mengenal reog sebagai salah satu budaya yang pernah di klaim oleh negeri tetangga ketimbang nilai reog sendiri yang di ciptakan untuk menceritakan kisah perjuangan masyarakat ponorogo yg kala itu sedang dirundung oleh pemerintahan kerajaan yg sangat korup, masyarakat ponorogo kala itu pun menciptakan kesenian ini sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap fenomena itu. Tidak hanya itu beberapa karakter yang lain pun memiliki kemiripan tentang bagaimana kesenian itu tercipta, saya mengkomposisikan mereka berempat dari daerah yg berbeda karena saya ingin merajut sebuah cerita yg harusnya masyarakat sudah paham tapi saya nilai kurang dalam pengaplikasian kehidupan sehari ‐ hari, yaitu bahwa di waktu yg sama moment yg sama, tempat yg berbeda indonesia berdiri tidak haya di satu tempat atau hanya pulau jawa saja.. indonesia bisa ada karna kita memiliki keberagaman, indonesia juga berada di perdalaman hutan kalimantan yg lebat, indonesia juga terdiri dari pesisiran pantai bali yg indah, indonesia juga terdiri dari kecantikan sumber daya alam papua kaya raya. Mari mulai saat ini kita lebih menghargai keberagaman, menghidarkan indonesia dari sudut pandang yg memecah belah kita sendiri, hargai pendapat orang lain, hargai aspirasi yg bermunculan.. No. Hp : 085733374628 Ig : @bagusportofolio Email : bagusadjipambudi@gmail.com


Â


Spongebob dan kritik: Episode koran kraby Oleh: Yuga Know

Kita tentu sangat familiar dengan film kartun Spongebob, film besutan Nickelodeon menurut saya tidak hanya film hiburan yang tersaji begitu saja, terlebih untuk anak‐anak. Didalamnya mengandung banyak kritik terhadap lingkungan maupun kondisi kekinian baik di Amerika hingga global. Kita mungkin ingat dengan episode Spongebob Squarepants dimana Mr. Krabs mulai tertarik dengan bisnis koran dan media informasi dikarenakan keuntungan yang menjanjikan. Ide awal tersebut tercetus ketika mr. Krabs membuka iklan krusty krab di koran dengan tujuan mendapatkan pelanggan baru. Namun, tak ada satupun pelanggan baru yang datang dan mr. Krabs mencari tahu penyebabnya. Ternyata koran yang dijadikan sarana promosi oleh mr. Krabs kurang laku dan kalah bersaing dengan koran pesaingnya. Hal ini dikarenakan berita yang dibawakan koran tersebut kaku dan membosankan (membicarakan tentang fakta), sementara koran pesaing justru laku besar karena memberitakan mengenai sesuatu tetapi diberi ‘bumbu’ agar orang lebih tertarik untuk membeli dan membacanya. Al hasil mr. Krabs berinisiatif untuk membuka bisnis koran dan media informasi untuk mendapatkan keuntungan berlipat dengan cara yang jauh lebih liar. Ke esokan harinya Spongebob ditugaskan oleh mr. Krabs menjadi pimpinan redaksi dan jurnalis koran Kraby. Spongebob ditugaskan untuk mencari berita yang ‘menarik’ oleh mr. Krabs. Dan ketika tiba di lapangan tempat dia bekerja mencari berita, Spongebob menemui Patrick yang sedang menunggu Bus. Dan menurut Spongebob itu adalah berita yang menarik, kemudian mewawancarainya dan membawa berita itu pulang untuk kemudian dijadikan topik utama dalam koran tersebut. Keesokan harinya, mr. Krabs dengan bangga dan rasa optimis datang ke Krusty Krabs untuk memastikan korannya laku terjual. Namun ternyata belum satupun koran yang terjual. Mr. Krabs membaca koran tersebut dan menurutnya berita yang menginformasikan mengenai kebenaran dengan judul ‘Patrick menunggu Bus dekat tiang’ merupakan berita bodoh. Masyarakat tidak akan tertarik dengan berita seperti itu, lalu mr. Krabs mengganti judul berita dengan “Patrick menikahi tiang” dan dalam sekejap berita tersebut laris manis. Dalam hal ini kita dapat melihat kritik film Spongebob terhadap bagaimana media informasi saling berlomba untuk memenangkan persaingan dengan cara yang licik. Berita bohong atau fakta yang dipelesetkan merupakan cara yang paling ampuh dalam meraih keuntungan dan memenangkan persaingan. Film spongebob mungkin tidak mengadili salah satu media, namun menceritakan fakta saat ini bahwa tujuan utama media informasi bukan lagi mengenai kemurnian informasi melainkan rating atau perluasan pangsa pasar dengan cara menyebarkan hoax sekalipun.


Setelah bagian itu kemudian ada bagian lainnya dengan alur yang masih serupa. Seperti, Berita bohong mengenai Larry si lobster hingga berita bohong mengenai Sandy si tupai. Yang seluruh berita tersebut tentunya merugikan pihak yang dijadikan objek pemberitaan. Namun, episode ini pada akhirnya ditutup dengan sangat cantik. Ketika Spongebob telah kehabisan berita karena telah memberitakan semua kebohongan warga Bikini Bottom dan mr. Krabs masih haus akan keuntungan dan uang yang telah bertumpuk, Spongebob masih juga diminta untuk mencari berita—berita yang lebih liar. Dan Spongebob pun akhirnya memiliki ide untuk memberitakan kisah hidupnya sendiri, dimana berita itu diberi judul “Jurnalis Yang dipaksa Kerja tanpa diberi Upah”. Dan keesokan harinya warga kota datang mengerumuni Krusty Krab untuk menuntut mr. Krab mengenai ketidakadilan yang dilakukannya kepada Spongebob dan bisnisnya pun bangkrut. Ini merupakan suatu bentuk perlawanan pekerja kepada perusahaan, atau kaum tertindas kepada penindas. Film Spongebob Squarepants hampir disetiap episodenya memiliki kritik yang cukup berisi, namun dengan pembawaan yang ringan dan mengundang gelak tawa sehingga ia tersamarkan.


Nightmare Oleh : Bagus Aji Pambudi

Deskripsi : "Nightmare" mimpi buruk, berawal dari rasa takut, siapa mahkluk yg tidak mempunyai rasa takut pada setiap dirinya masing ‐ masing ? Apakah sesungguhnya rasa takut ? Rasa takut berawal dari setiap pengalaman perbuatan atau rasa penolakan dari dalam diri setiap individu yg tidak sanggup dihapinya, seringkali rasa takut ini menjelma menjadi mimpi buruk yg menghantui dan semakin sukar untuk dihadapi karena kefanaanya dalam mimpi, namun dari rasa takut dan mimpi buruk pula kita belajar untuk menjalani hidup berdasarkan pengalaman rasa takut sebelumnya yg telah berhasil dikalahkan, di situlah kita bisa mencapai mimpi ‐ mimpi yang sebelumnya dirasa tidak mungkin, di dalam ilustrasi saya kali ini saya mencoba untuk menceritakan hal yg paling sukar untuk saya hadapi, dengan semakin banyak penolakan yg saya berikan kepadanya seiring itu pula dia berubah menjadi mimpi buruk, meliar, berterbangan, mengintai, dan siap menangkap kita kapan saja dengan kekuatan besarnya yg dikonsumsinya dari penolakan yg kita berikan, seolah telah mengambil sebagian ruang gerak dalam hidup yg kian hari kian mencekam ini, disitulah saya belajar pola untuk menangkapnya dan mengkomunikasikan menjadi sebuah visual 2 dimensi yang empiris, bisa kita amati dan pelajari bersama, dan ini salah satu upaya saya untuk menghadapi rasa takut itu sendiri. Semoga dari deskripsi saya mengenai mimpi buruk bisa menjadi pembelajaran kita bersama untuk saling memanusiakan manusia No. Hp : 085733374628 Ig : @bagusportofolio Email : bagusadjipambudi@gmail.com


Â


Mawar, Doa & Laut Oleh: Kell Allan

Mati itu ilusi. Manusia adalah para pengembara yang berkelana dari satu dunia ke dunia lainnya. Dan waktu adalah Tuhan. Dari sudut matanya, sungai kesedihan mengalir melewati pipi ke dagu hingga jatuh ke bumi dan menghilang. Isakan itu menyayat malam, membuat para kelewar terdiam dan anjing‐ anjing bungkam. Bahkan ngengat pun teralihkan dari kilauan cahaya neon yang terus menggoda menjadi serangga‐serangga dungu yang mencintai kegelapan. Perpisahan itu kejam. “Dunia memang penuh kejutan,” ujar perempuan itu. Kulitnya berkerut dan rambut tipisnya bersinar terkena cipratan cahaya. Tangannya liar mengulak‐alik pandan kering, silang‐ menyilang membentuk tikar dengan warna‐warna pastel. “Tadi pagi kau tertawa seolah tak mengenal sedih, dan sekarang kau menangis seolah tak mengenal kasih.” Rintik‐rintik air mata patuh pada gravitasi, menghujam lantai diiringi melodi tangis yang menyayat hati. Berkali‐kali tangannya diusap ke wajah, mencegah emosi itu menguap, berkali‐kali juga usaha itu gagal. Tanggul malu tak kuat membendung badai emosi yang mulai mengamuk. Emosi itu seperti alkohol, mampu membuat manusia lupa diri menjadi tolol. “Aku ingin ibu pulang,” ujar gadis itu. Kata‐katanya terdengar manja, tapi pengucapannya tegas, seolah ada kedewasaan yang ikut ambil alih di jiwa kekanak‐kanakan itu. “Ibu mestinya sudah ada di rumah saat ini. Ibu akan marah melihat kamarku berantakan. Ibu akan marah saat aku menolak makan. Tapi itu tak apa. Yang penting Ibu ada di sini. Rindu telah membuat ingatan marah Ibu menjadi terdengar selembut lagu.” Neneknya mengangguk maklum. Tangannya masih sibuk bergaul dengan lipatan pandan. Ada rawa kesedihan yang keras dia coba sembunyikan. Ketegaran palsu yang dia kira akan menjadi pelajaran besar bagi cucunya. “Takdir berkata lain, dan kamu harus mengerti. Semua yang ada akan selalu menghilang. Entah bagaimana caranya. Dan nyatanya, rumah bukanlah satu‐satunya tempat untuk pulang.” Kata‐kata itu tak cukup tajam untuk menembus telinga si gadis. Tangisannya makin menggema dan malam pun menjadi hening, seolah segan untuk mengganggu sedihnya. “Tapi kenapa begini?” “Lalu harus bagaimana lagi?” “Kenapa Aku?” “Kenapa harus orang lain?” Gadis itu tak bisa merespons. Dia kesal. Kesal yang bercampur sedih. Kesal yang membuat semua warna pudar menjadi kelabu. Kesal yang membuat malam menjadi begitu sepi, seolah


rumahnya di bangun di ujung dunia, tak bertetangga, tak berjendela. Dan kala isakannya terhenti, senyap membuatnya takut. “Tidurlah,” ujar Neneknya. Kini tangannya telah terkapar di atas satu pahanya, membiarkan pandan‐pandan itu jatuh mencium bumi. “Besok pagi‐pagi kita akan memetik mawar di belakang. Yang merah yang penuh cinta, yang putih yang penuh cita, dan yang merah muda yang selalu berduka. Kita penuhi keranjang bambu kita dengan kelopak‐kelopaknya hingga penuh untuk dibawa ke muara sungai. Bersamanya, kita tabur sedihmu. Biar ia pergi jauh meninggalkanmu, menyampaikan betapa besar kasihmu kepada mereka yang menunggu di dasar laut. Lalu, tak ada lagi hambatan bagimu untuk terus maju.” “Aku tak bisa mengendalikan air mataku,” ujar Gadis itu. “Tak perlu dikendalikan. Air mata punya jiwanya sendiri. Dia tahu kapan semestinya datang dan kapan harus pergi. Seperti hujan, biarkan dia turun. Biarkan dia membasahi harimu yang panas. Dan ketika dia pergi, akan ada pelangi yang mewarnai harimu.” Gadis itu bangkit dan memeluk neneknya. Setelah mengecup satu pipi, dia pamit dan masuk ke kamarnya. Pintu tertutup rapat dan bantalnya ditindih hangat. Kepalanya yang berat oleh beban pikiran kini terasa ringan oleh mimpinya. Saat ia terbangun keesokan harinya, senyuman Nenek yang begitu tulus menyambutnya, lengkap bersama sekeranjang kelopak mawar tiga warna. Berdua, berpayungkan selendang hitam berumbai putih, mereka melangkah menelusuri setepak berbatu. Semilir angin yang menyenggol dedaunan, menyanyi mengiringi bayangan mereka hingga sampai di pinggir sungai. Sedikit demi sedikit, kelopak itu dihamburkan ke aliran air. Beberapa ikan mungil mencuat, seolah menikmati hujan mawar sambil menduga‐ duga apa gerangan. “Tidak semua yang mati terbang ke langit,” ujar Sang Nenek. Tak lagi tersisa mawar di keranjangnya, dan kini tangannya sibuk mengelus lembut rambut cucunya. “Ada juga arwah yang berenang di laut. Menari mengiringi hiu, dan menyanyi bersama paus. Itulah surga bagi mereka yang dikutuk ketinggian.” Setetes air mata kembali muncul di mata gadis itu. Tapi kali ini, ikut terpampang semiang senyum di bibirnya. Lekukan yang terlihat rindang di bawah teriknya mentari. “Lemparkan doamu,” ujar Nenek. “Itulah satu‐satunya cara menyampaikan rindumu. Di aliran sungai, mereka akan menjelma menjadi ikan‐ikan kecil penuh warna, berenang terus ke muara, dan menyatu dengan samudra. Dan ketahuilah, pesanmu akan selalu disambut dengan senyum. Karena laut selalu mencintaimu.” Email: Mikellallan@gmail.com Ig: @Contraesque Whatsapp: 089657283947 Blog: Kellallanblog.wordpress.com


James Spooner (Comic Creator) Thankyou Mr.James for your contribusion. Dia berasal dari Los Angeles


WorkArt by Moon Disappear


PERLAWANAN YANG MERUNDUK Oleh: Azmy Rancu

Ada sebuah pepatah Ethiopia yang sebaiknya dibaca oleh orang‐orang yang sedang berkuasa “Bila yang dipertuan agung lewat, petani yang bijak pun membungkuk dalam‐dalam – dan dengan diam‐diam mereka kentut”. Kentut : suara tak kentara yang meletup dari perut dengan bau yang naudzubillah dan sangat tak sopan itu ternyata adalah cara para “petani” sebagai representasi “rakyat” orang‐ orang yang ditundukkan untuk menyelamatkan harga diri. Dan itu adalah contoh yang paling gamblang bagaimana orang‐orang yang tak berdaya menyanggah secara bersembunyi mereka yang kuat dan kuasa. Itu adalah contoh a hidden transcript, untuk meminjam istilah istilah James C. Scott : suatu ungkapan yang tak segera diketahui, ketika yang menindas bertemu dengan yang ditindas, sebagian dari kontak antara si tertindas dan si kuasa berlangsung diatas sebuah panggung yang resmi, sebuah panggung sandiwara Di panggung itulah suatu teater berlangsung, berdasarkan atas suatu naskah sandiwara yang disusun untuk konsumsi publik. Dalam naskah ini sang dipertuan agung harus lewat dengan barisan iring‐iringan sebagai aksesori keagungan dan dalam naskah ini juga si rakyat harus menyambut layaknya kedatangan juru selamat dari negeri antah berantah, terbungkuk‐bungkuk. Dan tanpa kentut. Jelas, bahwa naskah yang disusun oleh penguasa ini ingin memproyeksikan sosok kaum elit yang bertahta menurut citra yang mereka kehendaki. Dan untuk itu maka penting sekali untuk pintar “omong” walau hanya “doang” dengan cara dan nada meyakinkan adalah sebuah keharusan juga tidak lupa untuk berpenampilan yang impresif. Adolf Hitler di masa kejayaannya sering menyelenggarakan parade Nazi yang megah gemuruh, dan mendirikan bangunan‐bangunan gedung Nazi yang menjulang. Ia tahu, bahwa orang tak bisa memerintah hanya dengan kekuatan. “Memang, kekuatan sangat menentukan,: kata sang diktator “tapi sama pentingnya dengan itu adalah mempunyai sesuatu yang bersifat psikologis, yang juga dibutuhkan oleh seorang pelatih hewan untuk bisa menguasai binatang yang dilatihnya. Mereka harus diyakinkan bahwa kitalah sang pemenang.” Ditambah lagi dengan perkataan Menteri propagandanya Joseph Goebbels “Sebarkan kebohongan berulang‐ulang ke publik nanti publik jadi percaya”. Tahun 2018 adalah tahunnya Pilkada serentak, yang namanya pemilu, menjelang dan selama masa pemilu, nama ”rakyat” selalu ramai disebut, dibicarakan, diwacanakan, ditulis, dinarasikan, ditampilkan, dan ditayangkan di ruang‐ruang komunikasi politik. Eksistensi ”rakyat” kini begitu penting dibandingkan hari‐hari biasa. Aneka bentuk narasi, cerita, rencana, visi, dan program yang diwacanakan melalui aneka komunikasi politik, semuanya disampaikan ”atas nama rakyat”. Rakyat kini menjadi figur sentral retorika politik. Meski nama "rakyat" sering disebut dalam setiap pesta demokrasi, tak berarti mereka secara substansial memainkan peran sentral dalam proses demokrasi. kata "rakyat" memang dieksploitasi dalam aneka wacana politik, tetapi eksistensi mereka sesungguhnya dikerdilkan


karena rakyat dalam sistem demokrasi hanya sekedar "penyumbang suara" pada "pesta demokrasi". Sebagai ”pesta demokrasi”, pemilu diramaikan suasana pesta: pidato, hiburan, arak‐ arakan, tari‐tarian, karnaval, berbalas pantun, bahkan perang puisi, untuk mengiringi rakyat memilih para pemimpin. Akan tetapi, ini pesta siapa? Apakah ini pesta rakyat sebagai manifestasi kedaulatan rakyat? Sayangnya, pesta demokrasi kini bukan pesta perayaan kekuasaan rakyat, melainkan kekuasaan kapital yang dikerahkan untuk memanipulasi kesadaran dan ketaksadaran rakyat demi mendapatkan suara mereka. Begitupun di Ciamis dengan Pilkada tahun 2018 bisa dibilang berbeda dengan Pilkada Ciamis tahun‐tahun sebelumnya. Pasalnya, meski tahapan pilkada belum dimulai, namun aroma pertarungan politik sudah terasa kentara dalam setahun terakhir ini. Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Ciamis menetapkan dua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Ciamis dalam Pilbup Ciamis 2018, Senin, 12 Februari 2018. Dua pasangan yang ditetapkan dalam Pilbup Ciamis, yakni Iing Syam Arifin‐Oih Burhandudin dan Herdiat Sunarya‐Yana D Putera. Rapat penetapan yang berlangsung di Sekretariat KPU jalan Jenderal Soedirman Ciamis berlangsung di bawah pengamanan ketat aparat kepolisian. Anggota pengamanan tampak berada di sekitar lokasi. Sementara itu rapat penetapan hanya dihadiri tim pemenangan dan relawan kedua pasangan calon. Pasangan nomor satu Iing Syam Arifin – Oih Burhanuddin adalah pasangan petahana sedangkan nomor 2 Herdiat – Yana adalah penantangnya yang menggembar‐gemborkan jargon “Asli Ciamis Pisan” karena tidak seperti pasangan pertama yang Bupatinya bukan kelahiran Ciamis melainkan Tasikmalaya, pasangan kedua merasa punya dalih lebih besar untuk bisa menguasai Ciamis hanya karena asli putra Daerah. Seperti diketahui dalam porses tahapan Pilkada 2018, kedua pasangan mendaftar di KPU Ciamis pada tangga 10 Januari 2018. Pasangan Iing Syam Arifin‐Oih Burhandin (IO) yang merupakan petahana Bupati dan Wakil Bupati Ciamis, diusung lima partai, yakni PDI P, Golkar, PPP, PKB dan Hanura. Sedangkan pasangan Herdiat Sunarya‐Yana D Putera (HY) yang merupakan mantan Sekda Ciamis dan Wakil Ketua DPRD Ciamis diusung enam partai yakni PKS, Gerindra, Demokrat, PBB, Nasdem dan PAN. Sumber anggaran Pilkada Serentak 2018 tidak hanya dari APBD Kabupaten Ciamis, tetapi juga sharing dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Anggaran dari APBD Ciamis sebesar Rp 26,665 miliar, sedangkan APBD Jawa Barat sebesar Rp 29,841 miliar. Biaya itu untuk menanggung biaya logistik kampanye sejak berlangsungnya masa kampanye pada tanggal 15 Februari, alat peraga dan bahan kampanye sudah tersedia. Saat ini pengadaan tersebut masih dalam perencanaan lelang, dengan demikian, kebijakan tersebut tidak hanya mengurangi beban biaya calon tetapi juga meringankan pekerjaan calon, kebutuhan APK dan bahan kampanye. Selanjunya KPU yang mengadakan. Selain modal finansial besar yang telah saya beberkan diatas, yang dilakukan dua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Ciamis bukan hanya itu, untuk meyakinkan bahwa “kitalah sang pemenang”, kekuasaan tak Cuma lahir dari ujung bedil, sebagaimana dikatakan Mao, tapi juga hidup dari berisik ideologi. Gembar‐gembor ideologis inilah yang memberikan


dalih – dan juga tampak psikologis – bahwa yang berkuasa memang layak berkuasa, didalam kampanye layaknya jargon tukang obat berdiploma mereka berbicara, sang penantang yaitu Herdiat‐Yana yang “Asli Ciamis Pisan” layak jadi penguasa Ciamis terlepas dari apa kepentingannya berbeda dengan Iing‐Oih sang petahana yang berusaha meyakinkan para calon pemilih bahwa rezim‐nya adalah “idola” masyarakat dan layak di”lanjutkan” untuk bisa menyelesaikan pembangunan dan program kerja yang terbengkalai terlepas dari akan terbengkalai lagi atau tidak Saya tidak pernah peduli siapapun nanti yang akan menjadi Bupati Ciamis karena toh kehidupan kita tak akan pernah berubah, jika merujuk pada suatu ayat dalam kitab suci Al‐ Qur’an yang berbunyi : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar‐Ra’d:11) Jadi bahwa sesungguhnya perubahan nasib ada di tangan kita sendiri sepenuhnya, bukan dibawah telunjuk titah pemerintah, iya bukan ? Tapi bisakah itu tercapai ? Bisakah, tercapai sepenuhnya ? Kesalahan para penguasa dan juga sebagian ahli ilmu politik ialah bahwa mereka cuma memfokuskan pandangan pada naskah publik : apa yang nampak di panggung. Mereka melihat bahwa bila di suatu daerah seperti Ciamis ini yang tidak nampak ada oposisi , tidak nampak ada pers yang berani tidak nampak protes atau keluhan keras, maka itu berarti golongan yang berkuasa telah berhasil : mereka berhasil menciptakan stabilitas masyarakat, atau mereka berhasil melahirkan orang‐ orang terutama pers yang pengecut dan cepat puas. Dalam suasana itu terjadilah apa yang disebut Antonio Gramsci sebagai “hegemoni”. Kemampuan golongan yang menguasi untuk meyakinkan golongan yang dikuasai, bahwa membangkang adalah suatu dosa besar. Tapi kesimpulan semacam itu tak berdasarkan gambaran yang lengkap. Kita harus juga melihat yang disebut sebagai “infrapolitik” yang dijalankan oleh kelompok‐kelompk yang tertindas. Kita akhirnya akan melihat bahwa hanya di sel‐sel penjara tertentu bisa berlangsung suatu kekuasaan yang sama sekali tanpa pembangkangan. Sebab “infrapolitik” tak lain adalah bentuk perlawanan yang merunduk, yang tersamar dan tak mau menyandang nama, yang melintas di depan umum tetapi dibuat sedemikian rupa sehingga punya makna ganda – dan sebab itu tak dengan segera dibabat mati. Di Ciamis, orang mungkin akan menyebut “infrapolitik” yang tak mau konfrontatif dan terang‐terangan itu sebagai “Cara Santun”, tapi kenyataan yang terjadi kita saksikan sehari‐hari dalam skala nasional di negeri ini yang terjadi justru adalah metode sebaliknya yang bisa kita saksikan dimana‐mana : sosial media, media mainstream dll. mereka melawan dengan cara menebarkan kebencian, tidak santun, dan cenderung kotor, sungguh sontoloyo (versi saya sendiri bukan jokowi) Melawan dengan cara santun atau “infrapolitik” contohnya adalah seperti para hamba yang menjalankan titah dengan mengulur waktu, para buruh yang menuntut upahnya dinaikan, para pemuda yang melakukan aksi vandalisme di tembok‐tembok kota, para


seniman yang membuat ruang alternatif kreasi sendiri daripada apa yang ditawarkan pemerintah, para pedagang kaki lima yang tetap berdagang di trotoar dan bahu jalan meski telah dilarang PERDA, para gelandangan yang menduduki tanah sebagai penghuni liar, para petani yang mendiami dan menggarap hutan lindung dengan ilegal, para pemakai jalan yang tidak berdisiplin lalu lintas – agaknya itulah contoh‐contoh “infrapolitik” yang sering tak disadari sebagai “politik‐nya” orang‐orang terpinggirkan yang merasa tak punya hak karena hak politiknya hanya direduksi tidak lebih hanya sebagai pengisi kotak suara, bagi masyarakat kebanyakan, yang biasanya tuan temui di tiap blusukan kampanye, pemerintah tidak berarti banyak selain upah yang lebih baik dan jam kerja yang lebih pendek dan bahwa tak ada orang yang menyuruh ini dan itu. Sebab itu agaknya para penguasa perlu merenungkan ucapan Vaclav Havel, saksi mata yang menyaksikan secara langsung bagaimana sebuah kekuasaan yang nampaknya kukuh mendadak tumbang di Cekoslovakia, dia bilang “Masyarakat adalah seekor hewan yang sangat misterius … tak seorang pun diantara kita yang tahu akan semua kemungkinan yang tidur lelap dalam roh penduduknya.” “Bila di suatu negeri tak tampak ada oposisi, tak tampak ada pers yang berani, tak tampak protes atau keluhan keras, maka berarti golongan yang berkuasa telah berhasil menipu masyarakat atau membohongi masyarakat” – Goenawan Muhammad Dan di Ciamis ini selain banyaknya publik yang sedang lelap bermimpi dalam tidurnya dan berangan‐angan akan datangnya perubahan pasca Pilkada usai, namun disisi lain ada juga segelintir masyarakat yang masih setia dengan “infrapolitiknya”, walaupun hanya sedikit sekali jumlahnya tetapi mereka ada “saeutik tapi aya”, diantaranya adalah mereka yang membaca zine terkutuk ini atau mungkin tidak ? ohh jikalau memang hanya saya seorang pun tak apa karena seperti yang Gramsci bilang “Individu juga punya andil dalam lapisan masyarakat untuk bisa membawa perubahan besar dalam kilatan sejarah” “Untuk menegakkan pemerintahannya, ia harus mencoba seperti semua kepala Negara, untuk menguasai kehidupan massa yang ada dibawah kuasanya, menjaga mereka tetap bodoh agar mereka tetap diam, dan secara perlahan merendahkan derajat mereka sehingga ia dapat menguasai mereka dari takhta yang tertinggi” – Mikhail Bakunin


[Ngiklan] Sono Distribution

Mendistribusikan rekaman baik dalam bentuk kaset pita, compact disc (cd), dan piringan hitam. Juga mendistribusikan zine, merchandise band, maupun merchandise artist. Kita pun ber‐afiliasi bersama teman‐teman kolektif kkkumsiii untuk menggelar gigs‐gigs kecil non sponsor. Kita pun membangun jaringan pertemanan dengan beberapa kolektif dari beberapa kota. Jika kamu ingin mengadakan sebuah tour kesini atau hanya ingin main‐main ke tasik. Bisa langsung kontak kita di instagram @sono.dist


Harde Paddestoelen/Digital Collage/Ilhamraya/Pangandaran


Perempuan dan Gigs Oleh: Anils

Seringkah kalian datang ke gigs musik keras? dan melihat seorang perempuan ada disana? Apa yang akan kalian pikirkan ketika ternyata di sebuah gigs itu ada perempuan? Perempuan tidak baik? Itukah? Saya adalah perempuan yang suka datang ke gigs dan ketika saya datang ke sebuah gigs selalu saja sindiran atau bahkan cap ‘CEWE TIDAK BENAR’ auto menempel di tubuh saya. Lebih dari pergi ke gigs saja, ketika saya pergi ke sebuah gigs selalu saja alkohol menjadi jamuan. Lalu, apakah saya minum alkohol? Jawaban nya Ya. Ketika saya meminum alkohol semua hal yang tidak benar jelas menempal di saya, orang bilang saya adalah cewe punk,tukang ngamen, anak jalanan, cewe tidak benar, perokok, pemabuk, dan yang lebih parah lagi mereka kata saya adalah perempuan yang bisa melakukan seks dengan gampang. What the fuck???? Cuy, ketika mereka datang ke gigs bukan berarti mereka adalah perempuan yang tidak benar, kalo memang mereka suka dengan jenis musik seperti itu, kalian bisa apa hah?! Apakah gigs hanya identik dengan laki‐laki? Apakah alkohol hanya untuk konsumsi laki‐laki dan menjadi haram ketika perempuan melakukan hal tersebut? Persetan dengan pemikiran konservatif kalian!! Persetan tentang perspektif moralis kalian yang menyebutkan saya adalah perempuan yang tidak baik, perempuan gampangan, karena melihat saya hanya datang ke sebuah gigs dan meminum alkohol! Pendek kali pikiran kau!! Seringkali ketika saya datang ke sebuah gigs, lebih parahnya itu, saya menjadi korban tangan tangan gatal nan bajingan, ketika sedang melihat band yang tampil disana kerapkali ada tangan yang meremas bokong bahkan payudara sekalipun. Pernah saya datang ke sebuah gigs, dan dengan jelas NO SEXIEST tertera disana.


Dan dengan sadar saya merasa bokong saya telah di pegang, dan sebelumnya saya melihat laki‐laki itu meremas payudara perempuan lain. Dan saya menjadi geram ketika saya dan bahkan perempuan yang lain mengalami kejadian seperti saya. Padahal dengan jelas “no sexiest” tertera disana. Apa guna no seksist ketika saya perempuan dan saya masih saja menjadi korban pelecahan. Jika hanya sebuah pajangan maka lepaskan saja!! Bahkan, meski ada yang bersuara perihal kasus pelecehan seksual di suatu tempat, alih alih meminta tindakan tegas dari orang‐orang di sekitar malahan yang terjadi hanyalah pembiaran terhadap kasus pelecehan seksual. Nah ini yang menjadi bahaya, pembiaran pembiaran seperti ini hanya akan menjadikan pelaku pelecahan semakin menjadi. Dengan dalih takut menjadi ribut dan menjadi berkepanjangan, mereka memilih pembiaran saja. Bagiku lebih baik menjadi ribut daripada semakin banyak korban. Jika ada teman yang menjadi korban pelecehan, lakukan sesuatu yang bisa membuat pelaku menjadi kapok untuk melakukan kembali, dua tiga pukulan layangan saja terhadap pelaku. HAJAR HAJAR HAJAR!!! Kejadian pelecehan seksual seringkali terjadi di sebuah gigs musik, itu menjadi keresahan saya dan mungkin sebagian perempuan lainnya. Maka para perempuanku, meleklah kalian karena pelecahan seksual bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Jadilah perempuan kuat dan berani dalam menyuarakan hal‐hal seperti ini. Maka yang harus kalian lakukan ketika kalian menjadi korban pelecahan, adalah LAWAN!!!

“Jangan biarkan siapapun merenggut kebebasanmu, lakukan apa yang kau mau lakukan. Karena, hidup itu adalah sebuah pillihan. Maka, hiduplah dalam pilihanmu. Dan kau telah mendapatkan kebebasan atas dirimu sendiri. Jadilah, tuan atas dirimu sendiri.” - Anila -


DIRTY VICTORY Kenapa milih nama band itu? Ceritanya lucu emang lucu pisan dulu mah namanya belum ini, di waktu seminggu “oh namanya ini aja” gatau lupa dulu teh apa namanya, seminggu lagi mau manggung h‐2 lah, “nama ini udah ada di Indonesia” yang nama gatau itu teh, dan pada akhirnya dari awal semut sampe dinosaurus disebutan dari A‐Z nama binatang disebutan, terus ada 1 bahasa barudak, kalau dulu itu ada bahasa Rujit Jaya, “apa bahasa inggrisnya?” Dirty Victory, kalau liat situasi sekarang secara global, orang‐orang yang ingin mendapatkan suatu kemenangan teh melakukannya dengan cara yang kotor, karena memang sudah tidak aneh fenomena seperti itu, gak sengaja tapi beuki, Rujit Jaya tuh dari Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia‐nya itu kemenangan yang kotor. Personil sekarang ada: Wahab (gitar) Izal (bass) Bogel (vocal) Memang bongkar pasang, awalnya pemain gitar ganti

5x, bass 1x, untuk drum masih belum menemukan jadi masih additional. Awal terbentuknya bertemu disuatu komunitas musik Anggil(Bogel) bertemu dengan Wahab, dan mulailah pencarian personil, awal manggung lupa sih nama acaranya tapi awal manggung itu di gor GGM Tasik 2012. Kalo buat kesibukan setiap personil ada Wahab suka jadi Sound Engginer dibeberapa band kadang dievent juga, terus Bogel ngegambar dan mendesign, aktif juga diorganisasi, kalo Izal itu kerja. Kalo buat genre atau aliran sih Hardcore metal karena kebanyakan influence dari band metal sih, Terus buat pengalaman paling menyebalkan pas kami manggung, kami mah enjoy‐enjoy saja sih dalam keadaan apapun, rencana mah berencana tapi gatau hasilnya, tapi ada beberapa yang menyebalkan, bukan menyebalkan sih tapi gak asik, ‘aing ditonton tapi ngaharuleng gak ada interaksi tapi yaa enjoy aja’ jelas Bogel, dan ada beberapa pas lagi main kan Hardcore


sangat kental dengan Stage Dive, adakala saya Stage Dive ke penonton dan ternyata penonton eta teh security dan security‐nya kakarekeunlah ka acara Hardcore, dan pas nutug(dibaca: terjun) kahandap keuna manehannana, pas hudang aing diteunggeul anjir ngajepret peureupna tah sagede beungeut urang nepikeun ka ngocor getih, tapi urng tidak menyesal da eta merupakan keasikan, dan pernah main di Tanggerang acaranya tuh dicafe dan ternyata band yang teuasnya teh Dirty Victory hungkul dan aing didieu merasa aneh, paingan asa teu nyambung jadi aneh we kitu jadi kurang asik, dibanding urang maen di gigs poppunk saya mending main di acara pensi, dulu pernah main di pensi sekolah kesehatan tapi rame tuh sampe raribut dan gurunya gak marah ada yang ribut muridnya tuh,

oh berarti sukses ieu acara aya nu ribut ieu sukses acara sok lanjutin aja kalian bagus kalian udah ngeributin berarti sukses kata gurunya teh, heueuh ceuk saya teh da kahayangna ieuh, tapi no problem enjoy‐ enjoy saja, dan kalau mau dibayar atau gak dibayarpun kalau acara kolektif gak apa‐ apa gak dibayar juga its fine, kecuali kalau berhubungan dengan korporasi. Perlu diingat music adalah suara dari rakyat, sampaikanlah suara itu hingga menghancurkan gendang telinganya.


MARKAMERAH “Nama Markamerah tuh inspirasi awalnya setelah kita manggung pertama kali di acara kolektifan, acaranya Local Affair, gig pertama belum ada nama band dan pas manggung ternyata orang‐orang responnya bagus, terus pas perjalanan pulang saya liat tanda jalan (marka) tengah‐tengah jalan dan marka diambil dari situ, dan dari situ disambungkan sama warna, disambunglah sama warna merah dan disitu saya mikir bahwa di warna merah banyak mengartikan simbol dan si merah diambil dari si tanda bahaya dari situlah saya berharap ketika orang nonton Markamerah akan teringatkan bahwa didepan kalian tuh sedang ada bahaya, bahaya macam apa? Bahaya apapun, yaa pada intinya untuk mengingatkan penonton bahwa sedang ada bahaya dihadapan kalian” jelas Bimo (vokalis) Personil: Bimo (gitar/vokalis) Upi (bass) Ewink (drum) Kudik (gitar) Sebenernya di gig pertama itu ada beberapa hal yang kompleks sehingga bareng‐barenglah sama temen‐temen buat manggung, waktu itu main di Local Affair di Loving Youth, Citapen. Buat genre orang‐orang bilang Indie Rock disebut Pop bisa juga, bahkan diawal Markamerah pengen bikin semacam Maybe She Will, pengennya sih Post Rock tapi yaa dirasa‐rasa lagi mending divokalin aja dan yaa ternyata lanjut sampai sekarangpun masih berjalan. Buat kesibukan personil selain ngeband atau bermusik Bimo sambil bisnis biji kopi main konveksi juga, terus Upi dikopi juga, kalo Kudik bermusik sih banyaknya dan Ewink editing video sama dokumentasi event gitu.


buat pengalaman paling menyebalkan, suara fals emm sebenarnya itu saya membenci diri sendiri yaa haha kadang fals dan merasa bersalah itu sih atau monitor kadang gak kedengeran pas teknis terus sama lupa part, kadang harusnya part ini tapi loncat, kalo engga senar putus, lalu dari eksternal band enggak ada sih memang kalo diliat penonton selama ini orang support kita, orang mau dengerin, kadang lagi manggung suka liatin tuh penonton ada yang nikmatin atau ada yang antusias, ada yang ngangguk‐ngangguk ada yang nunduk, se‐enggak‐nya itu memberi energi buat kita sih, kalo dari pengada acara yaa paling juga ngaret pernah tuh nunggu sejam setengah, pernah juga tuh satu hari manggung 2x harus dateng jam segini eh ternyata mainnya jam segini, gitu aja sih. Dan buat yang baru mulai atau yang sedang merintis hayu kita bareng‐bareng jalan, kamu bikin karya, aku bikin karya, dan harapan saya mah bikin lagu yang bener‐ bener apa yang kamu pengen sampaikan jadi saya juga dalam bikin lagu gak mau bikin sesuatu yang kopong karena dalam suatu hari ketika saya meninggal dan mendengarkan lagu saya semoga aja bisa menjadi sebuah makna yang bermanfaat. buat lagu itu yang pertama Lagu Bias, itu tentang akhir hidup seseorang, lalu… Sebarkan Terang itu buat memberi tahu orang lain kehidupan ini yang benar‐ benar yaa benar, Terakhir buat semuanya, Intinya satu hayu berkarya bareng‐bareng tunjukin ke mereka bahwa kita bisa menuangkan sebuah gagasan pada lagu dan ketiga kolaborasi juga bisa jadi sesuatu yang bisa kita lakuin untuk kedepan mau kolaborasi sama apapun jadi kita bisa maju bareng‐bareng.


SUPERCHARGER Kenapa memilih nama itu? namanya sebenernya nama band yang paling waduhlah atau untuk nama sebuah band itu sebenernya engga banget, dipilih karena memang lagi suka‐ sukanya sama band dari Amerika dulu tuh namanya itu Machine Head, nah karena lagi suka sama satu band dan kebetulan lagi cinta sama albumnya yang bertajuk Supercharger dari Machine Head band metal dari Amerika jadilah nama band‐nya itu. Awal terbentuk band Supercharger? Sebenernya kita tuh dulu konsentrasinya di band yang memang lebih mengacu kepada industri mainstream terus ada temen pegawai bank, temen satu lagi dia juga pegawai salah satu instansi swasta, dianggap buat hura‐hura aja sih awalnya, nah kenapa sekarang ada lagi? karena memang ingin menyemarakkan lah.. *anying apa yaa bullshit* ingin membentuk kembali eh memunculkan kembali gairah senang‐senangya itu karena sebelumnya ngeband itu terlalu apa ya.. bisa dibilang emosional terlalu dibawa hati‐lah kayak pacaran, nah Supercharger yang sekarang mah gak kayak pacaran antar personilnya, tapi lebih ke sesuai pos‐nya masing‐masing lah, intinya buat hura‐hura aja lah, jadi masing‐masing personilnya dulu sudah saling kenal nah di versi kedua yang udah aktif berkarya dan udah mengeluarkan mini album. Buat Personil ada: ‐ ‐ ‐ ‐

Abay gitar/song writer Aldi (kudik) Drum Lutfi (upi) Bass Prabu (bubu) Vokalis

Kesibukan setiap personil selain bermusik atau ngeband itu ya Abay lebih ke berdagang sama hura‐hura‐lah mencoba mewujudkan harapan bagaimana caranya biar Tasik bisa menjadi


sesuatu yang berpotensi baik dimata nasional, terus kalo Upi sama berdagang dan juga melakukan kegiatan yang sama yaitu memasarkan nama Tasik lewat event‐event‐nya, Kudik biasanya di industri wedding music player juga, dan Prabu bisa dibilang freelance tetap. Buat Genre pengennya metal namun dengan adanya penuaan atau bertambahnya usia haha mungkin yaa si kuping dan daya rasa juga ingin sedikit diperhalus jadi rock, entah yang denger itu nyebutnya metal, mau apa itu terserahlah kita gak mau mengotak‐ ngotakan lah kadang bisa juga besok lusa bikin lagu yang sangat sangat ngepop atau bahkan sangat‐sangat pelan atau bahkan eksperimental dengan menggabungkan suara‐suara jangkrik atau keran air atau suara angin dari gunung galunggung karena musik adalah bahasa komunikasi jadi bebaslah gimana yang menerimanya aja. Buat pengalaman paling menyebalkan, sebenernya kalo macam kami‐kan belum dianggap sebagai dari pada public figure yang memang sudah dikenal secara nasional pasti problem teknis atau non‐teknis‐pun selalu ada karena yaa tau sendiri kapasitas di event untuk band local atau band yang sedang rising yang sedang mencoba naik tangga dikasih alat se‐ada‐adanya gimana kita memaksimalkan, sebenernya gak terlalu banyak yaa paling sebel‐sebel dikit sound gak enak itu mah standar sih itu mah gak ada yang jadi cerita atau sesuatu yang menarik beda sih kalau secara team itu yang dialami pasti sama kalau gak permasalahan sound system yaa permasalahan dari jadwal naik panggung atau malah dipanggung harusnya 30 menit malah jadi 1 jam paling begitu sih bukan masalah, ngaret juga karena kita dianggap band yang bisa dianggap mendadak direquest karena mungkin orang rata‐rata taunya basic‐nya entah itu main diwedding atau regular di cafe jadi kadang‐kadang


harusnya durasi 30 menit panitia minta nambah jadi 45 menit atau engga se‐ jam jadi harusnya 4 atau 5 lagu malah jadi 9 lagu dan masalahnya budget gak nambah haha kalau nambah mah itu bukan pengalaman menarik karena gak nambah jadi penglamanan menarik hahaha, kalau dari lupa grip kadang miss itu pasti aja ada 1 atau 2 miss cuma kadang itu di notice sama penonton kadang itu yang tau cuma personil aja dan saya sudah difase salah chord sekali atau 2 kali dianggap wajar karena ini memang live show, cuma yaa selama ini salah chord masih dianggap toleransi, karena toh yang pernah liat kita dipanggung kita gapernah diem maennya, kalau kitanya diem mulu salah chord nah itu baru bego karena kita muih‐muih(muter‐muter) loncat‐loncat, kadang bisa kita kontrol kadang lagi gumasep(so ganteng) atau lagi mamaceuhna(seneng‐ senengnya) terlalu over kadang secara teknis bisa lupa gitu.. Pesan buat band yang baru merintis yaa latihan dulu yang bener terus briefing lagi ngumpul orientasinya mau kemana, mau jadi band industri istilahnya industri yang bisa dikonsumsi oleh tv atau radio yang doyannya muter lagu itu‐itu aja atau orientasinya yang penting berkarya kesitu aja sih, karena band‐band jaman sekarang harusnya dengan sangat mudah dapat mengakses secara produksi ataupun distribusi dengan media digital yang mempermudah segala sesuatu aaahh yang penting mah latihan sing jarago hela intina mah.


KOSONGIN AH BIAR PAS


SARKAS Jadi dulu teh mau nerusin band tapi akhirnya gajadi dan bikin baru lagi, nah disitu mengenal Decay dan menanyakan untuk agenda latihan pas bergabung dalam band Refusal namun karena beberapa kendala jadi membuat lagi dari awal dengan nama Sarkas yang digawangi Decay tapi tidak jadi dan akhirnya dipake sama Sandi buat jadi nama band yang ingin dibuat sejak lama. Mulai menggarapnya tuh tahun 2012. Buat personil awalnya banyak dan bergantian dan yang asli tinggal nyisa 2 itu Sandi vocal, Decay drum, buat gitar masih ngambil additional dan sementara ini ada Ryan buat gitar. Kesibukan selain bermusik dan ngeband untuk saat ini ketiganya berkesibukan di bidang sandang Decay disablon, kalo Ryan sama juga sablon dan Sandi masih dibidang sandang. Buat aliran atau genre bisa Power Violance itu sub dari Hardcore Punk dan buat influencer yaa dari band Hardcore Punk tahun 80an. Tentang lagu ada Demonstrans yang lebih menceritakan ke demonstrasi mereka yang memperjuangkan hak hidup atau hak buruh.


Pengalaman paling menyebalkan pas manggung, disetiap hal pasti ada tapi balik lagi bagaimana kita membuat hal itu menjadi hal yang menyenangkan dan tujuan dari ngeband sendiri adalah untuk senang‐senang bukan buat mata pencaharian, dari senin sampe jumat ya dudunya, kerja, usaha itu ini dan bikin band buat akhir pekan yaa senang‐senang, Hardcore akhir pekanlah sebisa‐ bisa jangan sampe ada masalah, enjoy saja bagaimana caranya untuk menanggulangi hal‐hal yang menyebalkan selama ini baik‐baik saja Cuma buat teknis sih paling dari alat tapi ya buat enjoy aja sih pada akhirnya buat bersenang‐senang, perihal penonton yang menabrak sound atau ngabadug pemain gitar dan ketika Crow Died justru itu menjadi hal yang menyenangkan. Pesen buat band baru atau yang lagi merintis, yaa dilandasi basic personil dan band dari bidang sandang jadi yaa Sandang, Pangan, Punk‐Punk‐an.


X History of Life

Kenapa namanya X History of Life biar lebih terlihat Hardcore aja sih, kalo engga yaa kayak anak sejarah pisan gitu tapi ada sebagian yang Straight Edge. Kenapa diberi nama X History of Life? dulu itu ada perundingan bahwa nama band itu harus ada unsur kehidupan, pernah nyoba Spirit of Life tapi ternyata ada, lalu Struggle to Life ada juga, ketika History of Life ada juga sih tapi beda genre dan band itu udah vacum lama, dilihat dari terakhir posting sekitar tahun 2000 berapa gitu, jadi kesepakatan History of Life, oke siap disetujuilah. Pada intinya kita ingin mengangkat tentang kehidupan. Pertama kali manggung diacara Secret Show, kebetulan ada band Jerman yang lagi tour ke Indonesia di Scream Studio tahun 2013 bulan September acaranya itu. Buat personil awalnya inisiatif dari Eka dan Sahrul, awal terbentuknya itu 2013 awal, Sahrul punya temen namanya Ayi Akbar, terus Arham, dan cobalah buat latihan setelah sekian waktu ketemulah sama Boogie jadi vokalis berdua sama Sahrul terus ada lagi Angga, jadi ada 6 orang awalnya History of Life tuh, pas tahun 2015 udah mulai ada yang cabut karena beberapa hal, dan 2015 itu vacum dulu, ditahun sekarang mulai lagi merintis dari nol, dari materi, konsep baru, dan tentunya personil baru, sekarang yang ada itu Eka sebgai vocalis, Sahrul sebagai Bassis, Ryan sebagai gitaris, Koko sebagai drummer. Buat perkembangan band sekarang khususnya di Tasik, kalau kami liat sebetulnya di Tasik itu banyak potensinya, luas dan bisa melebarkan sayap para musisi Tasik, cuma yang kami rasakan ketika pertama bikin band bedalah kalo disandingkan sama Bandung mah, kalo Bandung itu ada band baru tuh disupportnya lumayan dinaik‐naikinnya mantap, tapi di Tasik mah terkadang masih ada siklus saling sikut, padahal bisa disebarluaskan tapi ya itu‐itu aja, gitaris itu beberapa band mainnya, bassis itu beberapa band mainnya, jadi kelompok itu‐itu aja yang mainnya, ruang lingkupnya itu‐itu aja untuk di Tasik tuh.


Kalo buat genre lebih ke Hardcore Punk bisa, Youth Crew bisa, masuk ke Old School bisa, buat lagu dari awal pernah nge‐ record 4 lagu dari beberapa materi, sekitar 8 materi waktu itu. Tapi Kalo buat sekarang yang personil 4 orang ini belum ada yang direcord tapi udah bikin beberapa materi baru yang Inshaa Allah secepatnya rilis mudah‐mudahan bisa langsung ke album gitu, tahun sekarang proseslah. Suka duka lebih ke pengalaman keseluruhan ya, perjalanan misalkan dari perjalanan kitakan gak punya kendaraan pribadi, gak punya mobil dan alat juga dulu tuh gapunya jadi pas main tuh kayak yang bukan mau ngeband kayak yang mau momotoran aja, gak bawa apa‐apa paling stik drum aja itu juga suka pinjem alat‐alat tuh, kalo buat main selagi bisa dijangkau ya hayulah meskipun kadang dibayar ya kita yang malu kita main belum maksimal tapi kita udah dibayar hhaha. Lebih banyak suka sih daripada duka, sukanya lebih ke kebersamaan paling pas salah jalan malah ketawa‐ ketawa aja. Sukanya mah banyak pisan. Kesibukan setiap personil dari Eka itu clothing kecil‐kecilan, kalo Ryan kerja digudang sepatu, Koko sama kerja juga kesibukan lainnya bikin gambar, Sahrul juga kerja diluar kerjaannya dia kuliah. Saran untuk regenarasi mungkin yaa ngambil pelajaran dari History ketika kita menciptakan sebuah keinginan yaitu buat band, pembuatan karya juga, tanyakan dulu kenapa sih kita pengen bikin karya? manfaatnya apa ketika kita bikin karya? ya mungkin lebih mendalami dalam profesi kita, lebih ke menjiwai dalam sebuah liriknya tuh emang sampai ke masyarakat jadi apa? meskipun musik keras setidaknya harus bisa bertanggung jawab, kalo buat bikin lirik apa yang kita rasa tulis aja, pada intinya dengan proses maju aja. Untuk regenerasi itu perlu ditanamkan semangat dulu kalo misalkan ada apa‐apa hayu aja sharing sama History. Hayulah babarengan. Dan kalau bikin band alasannya yang jelas dengan alasan yang jelas ketika kita punya isi, ada yang nanyapun kita enak menjelaskannya.


Ryan Pratama a.k.a Memorandum Tasikmalaya Buat nickname saya Memorandum, dari karya‐ karya saya memang nyambung sama nickname Memorandum tersebut, kalo ditanya kenapa milih nama Memorandum? karena kalo ditarik yaa ketika saya berkarya tapi tidak menjadi apa‐apa yaa buat apa berkarya? gitu, yaa sebisa mungkin karya saya teh bisa jadi apa‐apa buat orang, jadi kata dari Memorandum tersebut teh sebagai peringatan bahwa disetiap karya saya teh ada nilai‐nilai ataupun makna didalam‐nya dan orang lain teh ngeuh gitu tah wah bener oge euy tapi dengan lewat gambar, ilustrasi khususnya. Aliran atau genre saya lebih ke Point Tilism, lebih ke Black and White artwork jadi rute‐nya dari musik dulu kan musiknya hardcore punk terus menyesuaikan nah disesuaikan dengan rute dari musik tersebut. Kenapa memilih menggambar, karena menggambar itu mungkin dari kecil ya emang suka gambar cuma belum berkarakter terus ya emang ada nilai kepuasan tersendiri dari gambar tersebut, ya mulai serius 2014 awal sampai sekarang mulai diseriusin dalam ilustrasi. Karya saya sejauh ini udah sampe luar kota ya sampe Jakarta Alhamdulillah gitu ada band Horor Punk namanya Kelelawar, untuk saat ini baru nyampe luar kota Jakarta sih kebanyakan local. Pengalaman suka duka menggambar, sukanya ketika karya kita khususnya dipajang gitu dipameran atau exhibition terus ya diliatin sama pengunjung khususnya dipotoin terus diupload tah ieu karya urang tah ieu teh karya maneh kitu tah, itu sih sukanya, kalo dukanya pernah dulu ada si pulan jadi pesen logo sama artwork jadi sok we bikin hela cenah masalah financial mah gampang ketika nanti sudah dicetak nah langsung royalti turun, okeh bereslah gambar teh dibikin terus dikirimin sama si pulan teh ternyata gambar dan logo sudah dicetak nah financial tidak turun‐turun jadi aduh naha jadi kieu, kan menyesuaikan karya saya mah ya dengan karakter dari konsumen karakternya pengen gini, misal karakter teh cuma tengkorak ataupun logo gitu nya paling sekitarlah haha Kiat‐kiatnya ngadoa hahaha terus temen‐temen pengen memulai buat ngegambar ataupun berilustrasi gitu ya mulai aja dulu gak usah takut ‘aduh urang mah teu bisa euy nyieun kieu teh’ kan belum juga dicoba gitu ya udah nyerah duluan kan itu teh suatu kesalahan terbesar, mulai aja dulu kalo misalkan ‘anjir butut euy’ sabutut‐bututna nya eta karya kamu, lebih dalem lagi lah nyari referensi terus belajar, jadi dalam sehari tuh ada‐lah bikin sketching ada curat‐coret minimal terus ya memperdalam lagi anatomi dan jangan lupa semangat terus.



Sandi Permana a.k.a WarAss Tasikmalaya War Ass, kebanyakan orang bacanya Waras. Lebih ter‐inspirasi dan emang pergertian awalnya Waras. Ada Toko namanya Toko Sumber Waras seakan‐akan toko itu menjual kewarasan, karena keadaan sekarang orang‐ orang tuh banyak yang teu areling diluar nalar, tapi sebenernya toko itu toko apa? saya harap sih itu toko yang menjual kewarasan, tapi saya bikin lagi coba di susun lagi menjadi War Ass tapi orang‐orang bacanya Waras yaa gak masalah sih, perang pantat kalau di bahasa Inggris. Memang dari kecil suka ngegambar dari SD, SMP jarang nyatet jadi buku tuh penuh gambar tapi ngegambarnya juga penuh makna bukan asal. Buat karya seringnya dipake sendiri, kalau buat mata pencaharian sih belum, tapi yaa per‐ bulan ada aja yang dibeli soalnya yang menjadikan itu menjadi sebuah mata pencaharian susah juga jadi yaa kita harus punya rating kalo mau gitu, apalagi Tasik pasarnya susah, beda dengan luar kota yang yaa katakan bisa dijadikan sebuah mata pencaharian memang betul‐ betul dihargai. Buat aliran atau genre lebih seneng Teknik Dotting, tapi lebih baik tidak mempunyai karakter jadi mengikuti kebutuhan pasar aja, tapi kembali lagi ke rating kalau misalkan udah punya rating kita mau buat dengan teknik apapun atau memang karakter sendiri yaa tidak menjadi masalah. Dan buat saat ini saya manual drawing. Duka menggambar, Tawar murah. Kalo sukanya sih kita bisa ngelampiasin emosi atau mood kita digambar. Pesan aja sih buat semuanya, Seni itu mahal, kalian aja yang nawarnya murah


Â


Ayu Pratiwi a.k.a PRTW Tasikmalaya Nama artist atau nickname yaitu PRTW, kenapa milih nama itu asal muasalnya dari kepanjangan nama aku kan Pratiwi aku singkat aja jadi huruf konsonan aja P,R,T sama W Kenapa menggambar atau bikin wordart atau lettering karena dari dulu suka gambar aja cuma makin kesini‐kesini keliatan bakat aku yang bikin tulisan indah gitu yaa meskipun pas awal‐awal gambar atau tulisan aku gak terlalu indah‐indah banget sih cuma yaa lumayan makin kesini makin gituulah haha, teruskan ada yang lumayan minat sama hasil karya aku. Genre atau aliran aku sih lebih ke lettering sama modern kaligrafi soalnya akukan basicnya emang tulisan lebih ketulisan sih yang indah gitu. Terus sukanya aku tuh lebih banyak dikenal sama orang, ketemu orang baru kalo lagi diacara atau ada yang order juga tulisan aku yaa lumayankan buat nambah jajan uang saku hhehe Lalu dukanya kan gini yaa suatu hari tuh ada orang yang minta dibikinin tulisan yang kayak gitu tapi dia tuh pengennya gratis gituloh, padahal akukan beli alat gambarnya tuh kan gak gratis, aku ngeluangin waktu buat bikin yang kayak gituan kan, kalo misalkan dibikinin yang kayak gitu tapi cuma dikasih ucapan terimakasih doangkan gak ada benefitnya buat aku gituloh hehe bolehkan gitu? Bolehlah yaa hahahaha Intinya sih jangan ngeremehin apa yang dilakuin sama oranglah, hargailah mereka yang berkarya gituloh supaya mereka bisa semangat lagi kalo misalkan bikin karya‐karya selanjutnya ada apresiasilah dari mereka yang menikmati seni aku gitu. Buat yang bikin genre kayak aku yang baru memulai gitu lebih ke belajar aja yang tekun harus menekuni apa yang dilakukan harus lebih semngat jangan males yaa walaupun kadang‐ kadang suka males gitukan yaa minimal lah kita tuh ada karya buat dinikmatin sama orang orang banyak. Satu lagi dari aku kalo misalkan mau bikin yang kayak gitu mah bahannya gak usah yang mahal dulu aja, yang biasa aja dulu buat bikin yang dari pensil kayak sketsa gitu, okey? Gitu aja dari aku tengkyuw, semangats.



Anggil Sukma a.k.a Terrasvck Tasikmalaya Terrasvck, tadinya dari kata Svck Art. Sebenernya berasal dari nama saya Sukma yaa diganti jadi Terrasvck berasal dari kata Rasuk, kenapa Terrasvk? Rasuk itu kan bukan berarti kerasukan, ini tuh sebuah target dari saya menggambar yang dapat dikatakan merasuki orang yang melihat gambar saya dan dapat suatu pembelajaran, dapat suatu imajinasi dan juga pesan yang merasuk pada dirinya dan menjadi langkah baik untuk dirinya. Pertama ngegambar untuk kepentingan band, yaa dulu band‐band‐nan jaman SMA kelas 3, dari SD sampe SMA tuh gak fokus untuk menggambar, tapi yaa tersalurkan pas ngeband kita perlu identitas visual seminimalnya kita harus punya logo untuk identitas band saya karena memang band harus punya suatu identitas. Buat aliran atau genre dari dulu suka gunta‐ganti awalnya tengkorak lalu sempet masuk ke visual hardcore atau underground tapi kalo sekarang lebih ke surealis fantasi science fiction, yaa memang terpengaruh sama film starwars sama star track dan juga ada influencer dian roger, karena memang menurut saya unik bisa membuat objek yang nyata tapi bisa kita fantasikan sendiri. Dulu pernah bikin logo buat Band Post Hardcore dari Australia yang nama daerahnya tuh Queens Land, terus pernah juga bikin order dari USA sama U.K Sukanya menggambar yaa ketika seseorang mendapatkan suatu pembelajaran dan mendapatkan suatu pesan dari apa yang dia lihat, apa yang dia maknai dari gambar saya tanpa saya kasih tau dan terkadang saya bikin secret code itu sih yang paling kabungah(dibaca: kebanggaan) saya tuh itu, apalagi yaa si orang itu memaknai terus berubah atau merubah sesuatu. Dukanya, gimana yaa kalo misalkan ada orderan hilang dan kadang hasil kreativitas saya tuh gak dihargai apalagi di Indonesia dan itu memang ternyata tugas saya untuk mengedukasi masyarakat karena memang menggambar tuh bukan main‐main karena membutuhkan kreativitas yang tinggi itu sih, kalo duka sih itu masyarakat belum melong ke menggambar atau berkesenian, tidak menjanjikanlah kalau kata kolot(dibaca: orang tua) mah tapi yaa dari situ menjadi pemicu saya pengen membuktikan bahwa dengan saya menggambar tuh saya bisa melakukan apa saja, memberi pesan, memenuhi kebutuhan, menghidupi juga bisa, gak sesempit yang mereka kira. Pesan buat yang baca atau yang baru memulai menggambar, Intinya mah kita gak boleh bilang gak bisa, yaa bikin aja, bilang aja bisa dulu, jadi enjoy your proses dan terus berprogres dan juga evaluasi.



Rizki Ginanjar a.k.a Kokomixxx Tasikmalaya Kokomixxx, kenapa ngambil Kokomixxx karena Koko itu memang panggilan saya dari dulu, jadi memang dari SD influencer Koko itu salah satunya Tatang S dan Dragon Ball itu yang menginspirasi Koko buat ngegambar dan cita‐cita Koko pengen jadi Komikus sebetulnya namun karena kurangnya fasilitas jadi tertundalah, sekarang di Tasik dipertemukan sama temen‐temen yang se‐ hobi dan disitu terangsang kembali untuk mengembangkan potensi yang dulu dijalani, jadilah komixxx biar komik gitu, kenapa x‐nya 3 ? gatau juga sih yaa biar keren aja sih hhaha Buat Genre, kalo dibilang genre kurang tau juga yaa bebaslah cuman kalo alasan menggambar memang apa yang aku lihat sehari‐hari dan apa yang aku rasakan sehari‐hari jadi yang aku gambar itu sesuai dengan lingkungan, memang inpirasi dari kehidupan sehari‐harilah yang dirasakan karena memang itu daya rangsang anu bisa memunculkan giroh untuk semangat menggambar Kenapa milih menggambar mungkin yaa belum ingin mendalami yang lain dan selain menggambar aku belum bisa menumpahkan keresahan yang dirasakan oleh hati selain menggambar, adapun alasan lain yaitu bisa bertemu orang hebat diluar sana seperti Bode Riswandi, Vudu Abdul Rahman, Inggri Dwi Rahesi dan kawan‐kawan Galeri Jalanan. Ada hal yang bikin aku drop jadi mengambil keputusan untuk berhenti dulu menggambar dan saat di Bandung ketika bekerja aku dipertemukan dengan illustrator‐illustrator hebat salah satunya Ken Teror terus ada beberapa kawan‐kawan yang bergerak digambar dari situlah cukup intens dalam bersharing, lalu ke Tasik lagi sekitar tahun 2014. Kalo buat serius menggambar itu mulai dari 2015 awal, kalo buat ngegambar saya seringnya manual tapi yaa sedang belajar digital untuk mengembangkan juga. Suka duka selama menggambar sukanya yaa paling bisa sharing antar illustrator, bisa berbagi ilmu, bisa mengembangkan potensi bersama dan Alhamdulillah teman‐teman yang di bidang illustrator ga ada yang pelit ilmu dan saling berbagi aja gitu, Kalo duka sih gak ada mungkin yaa tapi kalo kritik banyak dan aku suka, kritik terbaik yang pernah aku terima tuh dari Rifky, kan saya tuh mem‐visualisasikan dari cerpen salah satu penulis di Tasik, dan yang paling mengkritik habis‐habisan itu Rifky dan kalo aku liat orang‐ orang di Tasik itu belum siap untuk saling mengkritik, tapi aku seneng kalo ada yang mengkritik berarti ada yang memperhatikan aku, yang mana kritik itu menjadi sebuah evaluasi pribadi.


Pesan dari aku, berkarya yaa berkarya aja meskipun kata orang lain jelek tapi itu karya kamu karakter kamu, bila belum menemukan karakter kamu asah terus aja nanti juga ketemu seiring berjalannya waktu. Oh iya tambahan dari aku, di Tasik itu belum siap saling mengkritik, adapun yang mengkritik tapi tidak berlandaskan alasan, jadi cobalah berbicara ketika kamu berbicara benar katakanlah dengan alasannya dan ketika berkata salahpun harus ada alasan karena kita berjalan diata alasan bukan bualan.


SEBUAH ALTERNATIVE UNIVERSE : AKU YANG MENILANG POLISI ! Oleh: Azmy Rancu

Di suatu minggu pagi kurang lebih sebulan setelah saya dipecat dari tempat dimana tadinya saya bekerja dan alasan bos saya adalah katanya kinerja saya bodoh dan malas‐ malasan, praktis honor tidak seberapa yaitu 250 ribu rupiah yang biasanya saya terima perbulannya kini tiada lagi saya jumpai dan otomatis dompet saya kering hanya ada lembaran STNK, SIM, KTP, 3 Kartu Anggota Perpustakaan, dan 2 Kartu ATM yang sudah dua semester saldonya adalah 0 Rupiah. Di hari yang cerah itu saya berencana mengunjungi Perpustakaan dimana saya berkuliah bersama seorang kawan yang saya bonceng, singkat cerita berangkatlah saya dengan sepeda motor dan ketika hendak melewati jalan di depan Pendopo Kabupaten Ciamis ada belasan Polisi dari Polres Ciamis sedang melakukan Razia rutin dalam rangka operasi zebra, lalu dengan modal percaya diri saya melaju tanpa ragu ke arah gerombolan berseragam coklat dan rompi hijau itu namun ternyata saya diberhentikan dan disuruh ke pinggir jalan dengan isyarat tangan mereka yang menjengkelkan itu. Ternyata saya lupa, kawan yang sedari tadi saya bonceng itu tidak mengenakan helm pantas saja padahal sebelum‐sebelumnya jika ada Razia seperti itu saya bisa melewatinya dengan lancar jaya tanpa diberhentikan, singkat cerita 2 orang polisi menghampiri saya, yang pertama kelihatan polisi baru dan masih muda sedangkan yang lainnya adalah atasannya dengan wajah tua yang menjengkelkan dan kawan saya hanya bisa melongo. Si polisi muda berkata “coba saya lihat SIM dan STNK saudara !” lalu saya buka dompet dan menyerahkan apa yang dia minta dan mencoba berkata dengan nada pembelaan “pak saya lupa teman saya ini gak pake helm biasanya juga saya mah taat aturan gak pernah ditilang nih surat2 motor saya lengkap !” lalu si polisi muda berkata “terus apa urusannya dengan saya ?” mulai jengkel lalu saya berkata “tolonglah pak kebijaksanannya” dan dia berkata “tidak ada urusan, kamu saya tilang !” ketika dia membaca SIM dan STNK saya si polisi merasa familiar dengan alamat rumah saya lalu berkata “kamu rumah di desa ini ? disana ada paman saya namanya ( lupa )” ingin saya berkata “terus apa urusannya dengan saya ?” tapi karena tidak berani semua kalimat rekaan tadi hanya saya simpan dalam hati, akhirnya saya


hanya diam pura‐pura tidak mendengar dan si polisi tua hanya memperhatikan saya dengan mata menuding dan wajahnya yang menjengkelkan itu. Lalu si polisi muda menunjukan sebuah buku pada saya entah buku apa tapi isinya adalah kolom pasal‐pasal pelanggaran lalu lintas beserta sanksinya, dia tunjukan satu kolom dengan telunjuknya pada saya lalu berkata “nah ini pelanggaran yang kamu lakukan” tak dinyana si polisi tua memotong pembicaraan lalu berkata “bukan yang itu tapi yang ini nih !” dengan telunjuknya mengoreksi kesalahan si polisi muda dengan nada bicara cukup tinggi dia berkata lagi “sudah cepat tilang dia !” si polisi muda kelihatannya kebingunan menentukan pasal yang tepat untuk menjerat saya, terlihat dari wajahnya yang seakan memancarkan nuansa kebodohan ditambah lengan kanan yang menyeka keringat pada keningnya menambah kesan canggung tidak cakap dan saya rada‐rada yakin si polisi tua tadi tidak jauh berbeda kebodohannya ketika masih menjadi polisi muda, dia bisa memarahi si polisi muda hanya karena sudah menjadi atasannya juga dengan masa kerja yang sudah lama membuat ia hafal pasal‐pasal sialan itu diluar kepala, yaa sudahlah mereka hanya mengerjakan tugasnya, namun di sisi lain entah kenapa setiap kali saya melihat polisi muda selalu saja terbayang akan orang tuanya yang menjual atau menggadaikan mobil, tanah, dan sawah, entah kenapa. Akhirnya STNK saya disita dan sebagai gantinya surat tilang saya terima dengan terpaksa, si polisi bodoh berkata “besok kamu tinggal ke kantor Polres Ciamis keputusannya disana bisa langsung ambil atau harus disidang dulu”, dalam benak saya teringat cerita kawan saya yang membayar sanksi tilang 100 ribu rupiah dan apa daya saya yang bokek saat ini, akhirnya dengan uang pinjaman dari kawan saya yang lupa menggunakan helm itu saya bisa mengambil kembali STNK di kantor Polres esok harinya. Maka, menurut saya mungkin bahwa solusinya bukan terletak pada aksi disiplin tilang‐ menilang, tapi dalam keyakinan bahwa tanpa menahan STNK, denda sanksi dan razia yang meliar, sebagian orang toh pada akhirnya akan melakukan pelanggaran juga. Saya jamin bagi mereka yang belum melakukan pelanggaran itu hanya dikarenakan tidak adanya kesempatan dan atau memang belum ketahuan saja, semua akan ditilang pada waktunya dan kena pada gilirannya masing‐masing, layaknya orang antre di depan loket bioskop.


Orang‐orang hanya akan patuh dan tidak melanggar hukum jika ada rasa terjamin bahwa hukum adalah mekanisme untuk menyelesaikan konflik dan institusi juga aparat kepolisian yang menopang hukum itu adalah sebuah wadah yang melindungi bukan seakan mengancam. Tidakkah persepsi “mengancam dna menakutkan” dan bukannya “melayani dan melindungi” itu telah bertahun‐tahun mengendap dalam kepala kita itulah yang melahirkan perilaku abai terhadap hukum ? iya menurut saya memang begitu, dan itu sebabnya aparat kepolisian lalu lintas dengan senjata undang‐undang lalu lintas mencoba membuat jalan raya menjadi lebih beradab, kini ditanggapi masyarakat dengan rasa takut ditilang dan cemas diperas … ah ingin hati berada di sebuah alternative universe dimana aku yang menilang polisi !, terakhir sampai cerita ini diturunkan saya sedang lihat‐lihat story di WA seorang kawan perempuan yang sedang ditilang namun berhasil lolos karena “uang damai” 30 ribu masuk ke kantong pak polisi sebuah video singkat yang diakhiri dengan kalimat dari kawan saya itu “Euh si bapak mah meuni teu nuhun‐nuhun acan ih !”. Apa sebenarnya hukum itu? Bhaskar mendefinisikannya sebagai cara bertindak dari hal‐ ihwal (things). Memahami hukum sebagai cara bertindak dari halihwal mengandaikan bahwa hal‐ihwal

memiliki

kapasitas

(powers) yang diwujudkan dalam cara

bertindaknya.

Tetapi

tindakan hal‐ihwal ini tidak mesti mewujud dalam hasil tertentu, sehingga cara bertindak itu harus dianalisa dan “Ada dua jenis pengrusakan : 1. Ketika orang tidak lagi memperhatikan hukum dan 2. Ketika hukum yang merusak mereka” – Montesque


Pengen -

Bunuh

Diri


Â


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.