Vol. 22 Oct - Nov 2011 Road to Wealth
Alex P Chandra
Bekerja & Bersyukur Notes From The Guru
Hermawan Kartajaya
Women is the "New" Men High Level Command Responsibility, Find Out.. How to Respon it on
Growth Strategy
Para Srikandi
Tanah Dewata ISSN: 2087-5975
Rp. 25.000,w w w. m o n e y- a n d - i . co m
Tangguh, konsisten dan pantang menyerah, inilah kisah para perempuan yang berhasil eksis dan mengaktualisasikan dirinya. Bagaimana cerita mereka?
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
3
Editor Notes Srikandi MANAGE M E N T PUBLISHER
Alex P. Chandra MARKETING COMMUNICATION
I Putu Agus Ariawan PUBLIC RELATION
Wahyu Sari Pande EDITOR I A L
EDITOR IN CHIEF Arif Rahman CONTRIBUTORS Alex P Chandra Hermawan Kartajaya Pribadi Budiono I Made Wenten B Suzanna Chandra REPORTER Nila Putri MANAGING EDITOR
Kinan Setya DESIGN & LAY OUT
Made Dwipayana CIRCULATION
Puji Supported By :
Alamat Redaksi: PT. BPR SRI ARTHA LESTARI Jl. Teuku Umar 110 Denpasar T. (0361) 246706 F. (0361) 246705 E. redaksi@money-and-i.com marcomm@bprlestari.com Direct Sales & Marketing for Advertisement T. 0361 7843244 www.money-and-i.com
4
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
Y
udistira menggelengkan kepala menyatakan keengganannya, demikian pula dengan Arjuna dan Bima. Sementara Nakula dan Sahadewa masih terlalu belia, belum cukup mahir dan tangguh untuk melawan Bisma, begawan yang sangat dihormati oleh para pangeran Pandawa. Padahal, Kurusetra, perang paling bersejarah dalam cerita pewayangan Mahabrata, mungkin hanya bisa mereka menangkan dengan menaklukan Bisma. Namun di hari kesepuluh, sebuah anak panah melesat menembus tubuh Bisma. Sang begawan sakti itupun tersungkur! Anak panah itu bukan milik para Pandawa, namun sang pemilik busur penakluk Bisma itu bernama Srikandi. Sejak jaman pewayangan, peran perempuan sudah mendapatkan ruang aktualisasi yang tinggi. Namun mungkin RA Kartinilah yang mengawalinya lewat sekumpulan suratnya memperjuangkan hak perempuan Indonesia, yang terangkum dalam bukunya Door Duisternis tot Licht – habis gelap terbitlah terang. Saat ini, peran perempuan sudah tidak diragukan lagi kiprahnya, mereka menunjukkan kedewasaan yang matang dalam beraktifitas. Bahkan bagi ibu-ibu rumah tangga sekalipun tanpa harus mengorbankan kodratnya. Dinamika pergulatan mereka inilah yang kian hari menjadi sorotan, dan bahkan diyakini menjadi salah satu dari tiga pilar penting pergeseran peta global. Net, Youth & Woman! Lalu bagaimana dengan kiprah wanita dari tanah dewata? Bali ternyata melahirkan begitu banyak perempuan yang mampu berprestasi bahkan dibisnis laki-laki sekalipun. Data Iwapi Bali menyebutkan telah bergabung lebih dari 300 orang pengusaha wanita. Lihat bagaimana Factory Store Mama & Leon yang saat ini berskala global, atau merek sepatu Nilou yang menembus lebih dari 20 negara. Bahkan Festival setaraf Ubud Writer & Reader Festival itu memiliki Community Development Manager seorang perempuan. Merekalah para Srikandi Bali yang tidak kenal menyerah, ulet, kerja keras, pandai membagi waktu dan berani menerima tantangan. Dan karena alasan itu pula kami dari redaksi mengangkat tema “Para Srikandi Tanah Dewata” pada volume kali ini. Keberhasilan mereka bisa menjadi salah satu role model yang layak untuk ditiru. Ikuti rekam jejak mereka meniti karirnya. Dan jika Anda perempuan, bukan tidak mungkin jika Anda menjadi salah satunya nanti. Semoga inspiratif dan selamat membaca! Jabat Erat, Arif Rahman Editor in Chief
Send your letter to PT BPR Sri Artha Lestari, Jl. Teuku Umar 110 Denpasar or mail to M&I Magazine redaksi@money-and-i.com
CONTENTS
Oct - Nov 2011 I Volume 22
30
Contributors
Interview
Giselle Bundchen dan Julia Robert adalah customernya, dan banyak lagi para desainer internasional yang takjub pada karyanya. Bahkan merek sepatu Nilou pernah menembus lebih dari 20 negara. Namun mengapa brand tersebut dilikuidasinya? Niluh Djelantik buka kartu dirubrik ini.
16
10 Alex P Chandra Road To Wealth Bekerja dan Bersyukur 14 I Made Wenten B Growth Strategies Nyen Nunden?
Special Feature
Perempuan bercerita, itu biasa.. rame dan heboh! Tapi bagaimana jika perempuan berwiraswasta, berkarir atau eksis layaknya pria. Ini baru cerita, disini kisahnya ...
28 Hermawan Kartajaya Notes from the Guru Woman is "the New" Man 36 Pribadi Budiono Literature Think Different 40 Suzanna Chandra Smart Family While You Are Sleeping 48 Alex P Chandra Notes From a Friend Capital Adequacy Ratio
Outlook
Business Profile
06 Entreprenuer in Training 08 Raja Oleh-Oleh Khas Bali
12 Kedai Digital 34 Niluh Djelantik
Front of Mind
Special Report
38 Kevin Ham
44 46
Sneak Peak 43 Company Man
UWRF 2011 Plakat untuk Obama Interview with Andrea Hirata
Cover : Niluh Djelantik [Courtesy Jakarta Post] Ni Kadek Purnami [Photo by Roberto A.P] Santy Sastra [Dokumentasi Santy Sastra]
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
5
Outlook Hunian hotel turun 0.05 %
S
elama bulan Agustus tahun 2011 kemarin, tingkat hunian hotel berbintang dipulau Bali menurun dibanding bulan sebelumnya. Para wisatawan yang biasanya menginap di hotel–hotel tersebut memilih untuk mengalihkannya di wisma atau villa yang menawarkan fasilitas seperti hotel berbintang yang di dukung oleh panorama alam pedesaan. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Bali, tingkat hunian tertinggi pada hotel berbintang di wilayah kabupaten Badung tercatat sebanyak 64,90 persen, sedikit menurun dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 73,07 persen. Hal inilah yang kemudian menstimulasi suburnya villa atau bungalow, yang memang lebih diminati oleh wisatawan saat ini. Diperkirakan wisatawan mulai memilih tempat rekreasi yang berbeda karena alasan lebih private, dan juga faktor kejenuhan akan tawaran hotel yang selama ini tidak banyak menawarkan hal baru.
Denpasar, peringkat 2 FFD
T
im kreatif pemerintah kota Denpasar berhasil menjadi juara kedua pada Festival Film Dokumenter tingkat nasional yang diadakan kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Film dokumenter tersebut dibuat oleh tim kreatif yang terdiri dari warga Desa Pakraman Renon dan Gede Mantra visual dengan mengangkat tema tari Baris Cina. Selain bercerita tentang tari Baris Cina, film yang berdurasi selama 26 menit itu juga mengangkat cerita mengenai tarian khas yang berasal dari pulau Bali. Keberhasilan pemerintah kota Denpasar dalam Festival Film Dokumenter di tingkat nasional ini merupakan hal yang belum pernah diraih sebelumnya. Pagelaran sejenis pun pada dasarnya relatif tidak banyak ada. Namun semoga di tahun berikutnya tim kreatif pemerintah kota Denpasar bisa mencapai hasil lebih baik lagi dibidang sinematografi dan bidang lainnya. Serta tidak berhenti untuk berkarya dan produktif.
Completed Trilogy of Entrepreneur in Training
T
rilogi Entrepreneur in Training pada tanggal 22 Oktober lalu lengkap sudah. Pada seri terakhir training kewirausahaan yang digelar di kampus Unud ini ditutup dengan kaya konsep dan materi, selain Alex P Chandra selaku fasilitator dan pembicara utama, dihadirkan pula Gusti Ngurah Anom pemilik Cok Konveksi dan Krisna retail oleh-oleh yang saat ini mencapai 7 cabang, dan pemilik toko oleh-oleh dan pabrik kata-kata Joger yang sering dipanggil pak Joger. Kombinasi ketiga pembicara yang kaya pengalaman bisnis ini menjadikan seminar berdurasi 4 jam itu tidak lagi cukup, antusiasme peserta juga terlihat dengan hampir terpenuhinya semua kapasitas aula. Pembicara Alex P Chandra menyampaikan entrepreneur modelnya, melanjutkan training sebelumnya yang bertajuk 3 hours MBA, dimana materi pada training tersebut memfokuskan pada 4 hal bagi seseorang untuk terjun sebagai usahawan. Pertama memahami pilihan sebagai seorang entrepenuer, memulainya dari pengalaman bekerja, kemudian start up dengan visi dan misi serta membangun leverage agar usaha menjadi besar. Sementara diseri pamungkas, CEO BPR Lestari ini menyampaikan bagaimana sebuah perusahaan bertahan [Sustuin] bahkan kian membesar [Getting Bigger], melalu proses debirokrasi, yakni fokus pada kegiatan yang create a result, menghasilkan sesutu yang pasti dan tidak terjebak pada hal-hal birokratis. Kemudian Developing the Breadwiners of Tomorrow dengan terus melanjutkan program development agar tidak tertinggal oleh kompetitor. Dan terakhir lakukan inovasi, dan implementasikan dipasar, karena inovasi tidak ditemukan di laboratorium. Krisna oleh-oleh merupakan salah satu role model yang tepat sebagai refleksi kesuksesan membangun bisnis. Karena itulah secara khusus kami sajikan perjalanan bisnis Krisna dimajalah edisi ini.
6
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
7
Event
Raja Oleh-Oleh Khas Bali
How to Sustain Big & Getting Bigger
P
rofilnya sudah ditampilkan oleh banyak media, sebagai sosok pebisnis sukses tidak terkecuali oleh majalah ini pada volume 14 lalu. Namun peluncuran buku dan grand opening salah satu cabangnya yang terbaru menyita banyak perhatian publik lebih luas, menampilkan artis ibukota, mulai dari Tri Utami sampai the Virgin. Salah satu opening ceremony terbesar untuk sebuah usaha yang core bisnisnya “kulaan� kaos dan oleh-oleh khas Bali. Pencapaian spektakuler ini bahkan diraih hanya dalam rentang 10 tahun saja. Dalam penuturannya di kampus Unud dalam Entreprenuer in Training, pria rendah hati
8
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
ini menyampaikan proses perjalanannya dari seorang karyawan diperusahaan sablon kaos, hingga memiliki 8 cabang Krisna dengan jumlah omzet yang mengagumkan. Prinsip-prinsip dasar bertumbuhnya Krisna menjadi toko oleh-oleh merupakan representasi successful entreprenuer model dari materi trilogy entreprenuer in training. Sebuah model yang dapat ditiru oleh para calon pebisnis untuk sukses.
Role Modeling : The fastest to become who you wanna be Hanya ada 4% dari 1000 start up business yang sukses, sisanya gagal. Itu artinya hanya 40 usaha yang survive, dan dari 40 tersebut, hanya 2 saja yang pada akhirnya berhasil tumbuh menjadi bisnis yang besar. Namun rasio ini bisa diperkecil jika para start up bisnis memiliki pengalaman. Karena pada dasarnya bisnis yang gagal berkembang dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki experienced. Dan fase ini bisa didapatkan ketika seseorang memiliki referensi kerja. Gusti Ngurah Anom, atau yang biasa dipanggil pak Cok, memulai karirnya sebagai karyawan di perusahaan Sidharta Kaos. Berbagai pekerjaan dilakoninya, mulai memotong hingga menyablon. Setelah 3 tahun pak Cok memberanikan diri untuk mandiri, mendirikan Cok Konveksi yang awalnya bekerja sama dengan Sidharta. Cok Konveksi menjual sementara Sidharta memasok produknya. Namun setelah melihat Erlangga dan Joger lah pak Cok memutuskan untuk mencoba mendirikan bisnis oleh-oleh khas Bali dengan produk pionernya kaos. Peluang yang dilihatnya setelah mengamati permintaan akan kaos Bali yang tinggi sementara supply yang selama ini ada di Sukawati tidak akomodatif, lahirlah Krisna cabang pertama pada tahun 2006 Growth Happened in Stages : What’s get you here, won’t gets you there! Namun fase awal merupakan periode perjuangan bagi pak Cok, diawal pembukaan meraih omzet 4 juta sempat melegakannya, namun seiring waktu justru omzet tersebut kian turun bahkan hanya puluhan ribu saja per hari. Hal ini kemudian mendorong pak Cok untuk kos selama 2 bulan di Gilimanuk beserta seorang karyawannya untuk membagikan brosur, baru kemudian perlahan upaya ini membuahkan sedikit hasil. Omzet Krisna mulai bertambah bahkan target satu M tercapai dari satu cabangnya itu. Dari sinilah kemudian pak Cok memberanikan diri membuka cabang kedua ditahun 2008 di jalan Nusakambangan. Namun akses jalan yang sempit dilokasi tersebut kemudian membuat pak Cok membuka cabang ketiga tahun 2009 di Sunset Road. Dan cabang dengan luas parkir mencapai 8000 meter persegi tersebut menjadikan Krisna sebagai toko oleholeh khas Bali terbesar. Dan setelah melihat jumlah pengunjung yang datang hingga malam hari
termasuk night life di daerah Kuta yang demikian hidup, maka setahun kemudian dibukalah Krisna cabang ke 4 di Jalan Raya Tuban yang beroperasi 24 jam. Apa yang dilakukan pak Cok, memberikan sebuah gambaran bahwa perjalanan sebuah bisnis memiliki tahapan, dan setiap tahapan mempunyai ciri-ciri dan tantangan tersendiri. Yesterday skills, solves yesterday problem. Itu sebabnya setiap pengusaha harus terus menerus meningkatkan kapasitas dirinya dan terus menerus menambah keterampilannya. Developing The Breadwiners of Tomorrow : Scan over the next horizon Lalu bagaimana caranya untuk bisa bertahan dengan pencapaian yang sudah diraih, bahkan mencapai yang lebih jauh lagi? Lanscape dan peta bisnis selalu berubah itu sebabnya cara sukses dulu, belum tentu berhasil dilakukan sekarang dan tentu saja cara sukses sekarang belum tentu berhasil diwaktu mendatang. Itu sebabnya sebuah perusahaan harus flexible dan sanggup systemize reborn. Melahirkan kembali sistemnya. Inilah yang tidak terjadi di Sukawati dan inilah yang kemudian ditangkap sebagai peluang besar oleh Krisna. Membuat sistem ala mall dengan konsep layaknya pasar tradisional di Sukawati. Dan seorang pemilik bisnis harus menyadari bahwa produk yang laku sekarang, mungkin tidak akan bertahan selamanya. Hal ini disadari betul oleh pak Cok. Itu sebabnya mulai Krisna cabang ke 5 dan 6 akan menjual produk yang berbeda, yakni kuliner khusus makanan tradisional khas Bali. Sementara cabang lainnya di Jalan Diponegoro akan menjadi Galeri Art yang menyasar segmentasi pasar kelas menengah atas. To Be Force of Good for Bali Pak Cok juga telah menunjukkan integritas dan karakternya dengan memprioritaskan merekrut tenaga kerja dari panti asuhan dan memberikan banjar-banjar setempat disemua cabang Krisna untuk mengelola parkirannya. He grow with character, dan sangat menyadari bahwa business is more than just making money. Sebuah bisnis akan survive dalam jangka waktu yang panjang jika ia melayani kepentingan yang lebih tinggi daripada sekedar mengejar uang. Krisna juga dipastikan tidak akan menambah cabang lagi di Bali yang domainnya oleh-oleh, hal ini dilakukannya setelah omzet dipasar Sukawati mengalami penurunan hampir 50% sejak Krisna di buka. Atas dasar kepentingan yang lebih tinggi dan berbagi rejeki itu pula maka Pak Cok kedepan akan fokus pada ekspansi di luar Bali. Dan ini sudah dilakukannya pada cabang Krisna ke 8 di Sumerecon Serpong Jawa Barat. Bahkan tawaran lainnya pun saat ini sudah antri, termasuk salah satunya dari real estate terkemuka seperti Lippo Karawaci di Tanggerang. Toko oleh-oleh Krisna menjadi contoh nyata bagaimana pak Cok sebagai pendirinya dengan pendidikan terakhir hanya SMP, namun dengan tekad, keberanian dan ulet mampu membawa usahanya Go National. Semua prinsip succesull entreprenuer model dijalaninya. He grow with character and be the force of good for Bali! Are you ready to be the next one? Nantikan seri seminar kami lainnya diwaktu mendatang and lets grow together with us!
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
9
Road to Wealth
Bekerja & Bersyukur Ada satu paradox yang sulit saya pahami. Teori motivasi barat mengajarkan kita untuk selalu terus menerus keluar dari comfort zone. Bahwa comfort zone is the most dangerous zone a man can have. Set a new standar adalah mantra yang diajarkan guru motivasi dunia Toni Robbins. Make a bar higher and higher. Demand to yourself more. Andree Wongso mengatakan jika kita keras terhadap diri kita, dunia akan lembut. Namun sebaliknya jika kita lembut terhadap diri kita, dunia akan keras terhadap kita.
10
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
By. Alex P. Chandra Direktur Utama BPR Lestari
A
lhasil kita terus menerus dipacu, there is no limit. Terus menerus… terus menerus. There is always a mountain to climb. Namun setiap kali kita memaksa diri keluar dari comfort zone, menciptakan tekanan-tekanan. Stress. Tidak damai. Filosofi timur (jawa) lebih banyak mengajarkan bersyukur. Bersyukur menciptakan ketenangan. Bahkan dalam kesulitan pun kita diajarkan untuk bersyukur. Namun filosofi ini walaupun menciptakan kedamaian, less stress, namun tidak mendorong pertumbuhan. Dalam bisnis, kalau kita tidak tumbuh, kita mati. You either grow or die.
sikap, melainkan disiplin. Sebuah disiplin tindakan yang membutuhkan latihan. Yang tidak terjadi dengan sendirinya. Kalau kita latih terus menerus, lama-lama otot bersyukur kita menjadi kuat, demikian katanya. Diajarkannya untuk mengucap syukur setiap hari. Pagi hari, bangun tidur, ucapkan terima kasih atas tidur yang nyenyak. Ucapkan selamat pagi kepada istri dan anak “selamat pagi yang indah”. Ucapkan syukur atas pagi yang indah, “terima kasih Tuhan, atas pagi yang indah”. Minumlah segelas air putih, namun jangan langsung diminum. Berterima kasih terlebih dahulu terhadap melimpahnya air yang sangat vital buat tubuh kita.
Jadi bagaimana ini ? Set a higher standard, keluar dari comfort zone mengakibatkan stress, kok seolah-olah tidak ada habisnya, serakah, tidak bersyukur. Mempraktekkan bersyukur, kok jadi loyo, tidak bertenaga. Tidak inspire, keliatannya menyia-nyiakan bakat dan kesempatan. Orang mengajarkan bahwa kita harus keduaduanya. Bekerja dan bersyukur katanya. Bekerja terus menerus seperti yang diajarkan oleh teori motivasi barat, memaksa selalu untuk keluar dari lingkaran nyaman, set a new standard, higher and higher. Namun pada saat yang bersamaan mensyukuri apa yang sudah didapat, apapun itu hasilnya. Hmm…easier said than done. Saya kesulitan untuk benar-benar mempraktekkan filosopi bekerja dan bersyukur itu. Walaupun saya meyakini kebenarannya, namun bagaimana aplikasinya membingungkan. Sampai pada suatu ketika, seorang teman di gym, mengajarkan kepada saya sesuatu yang menurut saya paling masuk akal. Pak Nyoman, teman saya itu mengajarkan, bahwa bersyukur perlu dilatih. Sama seperti kita melatih otot, setiap hari. Jadi bersyukur itu bukan hanya
Berterima kasihlah atas bangun pagi, berterima kasihlah atas kicau burung yang nyaring, terhadap sinar matahari pagi, terhadap udara yang bersih. Katanya, dengan demikian kita berlatih bersyukur. Bersyukur bukan sekedar diucapkan melainkan harus dilatih. Sebuah disiplin tindakan yang perlu dipraktekkan. Sama seperti para yogi mempraktekkan meditasi.
Lakukan setiap hari, walaupun pertama-tama sangat kaku. Anak saya mentertawakan ketika saya mempraktekkannya. Pagi-pagi bangun tidur saya kecup kening mereka, dan mengucapkan “selamat pagi yang indah, terima kasih ya Tuhan”. “Papa….apa-apa-an sih”, mereka tertawa. Berterima kasihlah atas bangun pagi, berterima kasihlah atas kicau burung yang nyaring, terhadap sinar matahari pagi, terhadap udara yang bersih. Katanya, dengan demikian kita berlatih bersyukur. Bersyukur bukan sekedar diucapkan melainkan harus dilatih. Sebuah disiplin tindakan yang perlu dipraktekkan. Sama seperti para yogi mempraktekkan meditasi. Salah satu latihan bersyukur lainnya, adalah dengan berlatih memberi. Sesedikit apapun yang bisa kita beri. Coba sesekali, berikan uang parkir lebih. Saya mencobanya setiap kali. Dan kadang tersentuh hati saya ketika ibu tukang parkir mengatakan “banyak amat pak, saya hanya bisa mendoa-kan ya Pak, semoga sehat terus dan banyak rejeki”. I felt blessed. I felt grateful. Bersyukur adalah tindakan. Bekerja dan bersyukur, sebuah konsep yang berdasarkan pemahaman saya, harus dilatih dan dilakukan setiap hari. Mudah-mudahan kita berhasil menemukan balance keduanya.
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
11
Business Profile
Business Profile
S
epuluh tahun lalu, mencetak produk promosi merupakan pekerjaan yang merepotkan, pekerjaan yang sebagian besar manual dengan hasil kerja yang tidak optimal. Penggunaan kerja dengan tangan dan tidak adanya alat ukur pasti menjadikan hasil dari produk tersebut tidak rapi dan mahal biaya, serta proses pengerjaan yang lama. Namun seiring perkembangan teknologi digital saat ini, maka banyak perangkat promosi yang bisa dihasilkan dalam waktu singkat, jumlah terbatas bahkan hanya dengan sekejap mata. Hasilnya pun sangat optimal. Dan lambat laun diversifikasi cetak digital ini pun kian luas, tidak hanya untuk keperluan publiser yang massal, namun juga pada produk sekelas merchandising kreatif yang bisa diolah lewat kombinasi peralatan sederhana dan seperangkat komputer saja. Kedai Digital, usaha jejaring waralaba ini adalah salah satu yang mempopulerkannya. Dimulai dari kelahirannya di Jogja kemudian merambat kebanyak daerah termasuk dua outletnya yang saat ini sudah berada di Bali. Adalah Putu Raida Desi, mantan mahasiswi UGM Jogja ini yang membawa usaha tersebut masuk ke pulau Dewata pada tahun 2005. Tidak tanggung-tanggung, saat ini sudah dua cabang yang dimilikinya, yakni outlet di Jl. Patimura no. 30 Denpasar dan di Jl. Blambangan no 2 C Kuta. Desain yang ditawarkan juga disesuaikan dengan target market utama Kedai Digital yaitu anak muda usia 15 – 25 tahun. Tapi ada juga beberapa desain yang dibuat untuk pasar anak-anak dan orang tua. Usaha ini terinspirasi ketika si pemegang lisensi yakni Saptu Ari, melihat artis dari Jakarta yang memiliki merchan-
12
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
dise untuk dijual kepada fans-fans mereka. Dari situlah ide untuk membuat produk kreatif muncul. Pada tahun 2005, berdirilah Kedai Digital, dengan modal yang seadanya lewat sebuah kios kecil yang berdiri sebagai cabang pertama. Ukuran kiosnya sekitar 2 x 7 meter berkonsep ‘Bikin Merchandise Pribadi’ dengan hasil karya pertama berupa Mug yang bisa diisi gambar dari foto kita atau apa saja. Tiga hari sejak dibuka, hanya 2 mug saja yang terjual. Namun seiring waktu tanggapan pasar mulai tampak, dalam waktu setahun respon dan dukungan dari banyak pihak mulai mengalir, hingga diliput media massa yang memandang bisnis merchandising ini unik, dan baru pertama kalinya ada di Jogja. Dua tahun kemudian produk yang ditawarkan bertambah banyak. Saat ini Kedai Digital sudah memiliki belasan produk mulai dari Mug, gantungan kunci, pulpen, poster, kalender, pin, keramik printing, jam dinding, tumbler, celengan, bantal, baju kaos, kartu nama hingga merchandising lainnya yang sarat untuk keperluan promosi. Pangsa pasar utamanya adalah anak muda dan juga perusahaan-perusahaan yang berkepen-tingan untuk memiliki atribut promosi. Hebatnya, semua produk bisa dipesan tanpa adanya batasan minimal, artinya untuk membuat kaos baju dengan gambar dari foto kita, bisa dipesan dan produksi walau hanya satu biji saja. Dan inilah yang kemudian menjadikan banyak anak muda merasa mudah untuk melakukan pemesanan. Ingin tampil narsis bareng teman-teman, tinggal jepret, bikin foto sendiri dan kirim ke Kedai Digital, nantinya bisa ditampilan dibarang yang sesuai keinginan, dibaju, mug atau mungkin jam dinding, bahkan bisa bikin kalender dengan foto-foto diri sendiri. So... siap tampil narsis?
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
13
Growth Strategies
P
Nyen Nunden?
elamar pekerjaan pada waktu ditanya kondisi pekerjaan seperti apa yang mereka inginkan, beberapa jawaban mereka selain gaji serta karir yang baik adalah pekerjaan yang tidak ada tekanannya dan pekerjaan yang bebannya sesuai dengan kemampuan mereka.
Respon favorit saya untuk mereka adalah cerita tentang iklan lowongan pekerjaan yang ada di koran harian Kompas. Saya meminta mereka menebak apa kalimat terakhir yang biasa ada di bagian kualifikasi lowongan-lowongan yang ada di Koran tersebut. Persyaratan yang hampir selalu ada di lowongan tersebut adalah “Bersedia bekerja dibawah tekanan�. Jadi tekanan dalam sebuah pekerjaan merupakan hal yang biasa. Dan mungkin tekanan itu di takdirkan untuk selalu ada dalam setiap pekerjaan : "Bersedia bekerja di bawah tekanan" 14
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
Tekanan dalam sebuah pekerjaan itu muncul karena sebagai karyawan kita secara langsung sudah berkomitmen untuk melaksanakan tanggung jawab dengan target jumlah, target waktu dan target kualitas yang telah ditetapkan. Dan kalau kita tidak berkomitmen tentu tidak mengambil pekerjaan itu bukan? Dan yang namanya target, secara psikologis pasti membuat kita tertekan. Dan target itu memiliki unsur komitmen, bahwa kita akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut dengan baik pada waktu yang telah ditetapkan.
By. I Made Wenten B Kabid Support & Operation BPR LEstari
Beban yang sesuai dengan kemampuan Banyak dari mereka mengharapkan sebuah pekerjaan dengan beban sesuai dengan kemampuan atau kalau bisa dibawah kemampuan mereka. Pertimbangannya tentu biar gak beban. Masalahnya adalah kita sendiri tidak tahu seberapa tinggikah kemampuan kita? Apakah kemampuan kita 8, 10, 15 atau berapa? Tidak seorangpun yang tahu. Pernah ada cerita dari seorang owner perusahaan yang sukses, tentang bagaimana cara dia untuk mengetahui potensi dan kapasitas maksimum karyawannya. Caranya adalah secara bertahap, dia akan meningkatkan tanggung jawab dan beban dari karyawannya. Dan sampai dimana karyawan tersebut kelenger dengan beban yang dipegang, berarti segitulah kapasitas maksimum karyawan tersebut. Ini mirip dengan apa yang kita lakukan di BPRLestari. Untuk mengetahui kemampuan seseorang kita lakukan melalui test dengan memberi dia sebuah tanggungjawab. Dari sana kemudian kita bisa menilai dan mengukur kemampuan dia. Dan juga kita gunakan untuk menentukan posisi yang pas buat dia. Pernah kita melakukan tes dengan cara yang sedikit kejam pada seorang karyawan baru fresh graduated yang masuk sebagai MT (manajemen trainee). Kita kasih satu tanggung jawab, beres. Kemudian kita tambahkan tanggung jawab lagi, beres juga. Kita tambahkan lagi tanggung jawabnya, eh ternyata beres juga. Kemudian manajemen menilai bahwa orang ini tidak perlu lagi untuk mengikuti program MT sampai selesai. Kita putuskan orang ini sudah memiliki level yang cukup untuk duduk di manajemen. Dan kemudian kita angkat dia untuk bertanggungjawab di level manajemen. Jadi kawan, kalau tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada anda semakin banyak dan berat itu kemungkinan besar adalah kabar baik. Kemungkinan anda sedang dalam incaran untuk diangkat ke tanggung jawab yang lebih tinggi, dan manajemen sedang ngetes anda! Nyen Nunden! Memang bekerja itu tidak lepas dari yang namanya beban, semakin tinggi tanggung jawab, semakin tinggi beban dan tingkat stessnya. Saya punya cerita bagaimana kita bisa melepaskan rasa stress kita terhadap beban dan masalah yang kita hadapi. Suatu saat teman satu ruangan saya bercerita kalau dia sedang stress karena ada masalah begini dan masalah begitu yang berhubungan dengan peker-
jaan. Dan dia cerita dengan nada emosional sedikit. Sewaktu dia cerita saya dengerin saja. Dan setelah semua cerita dan uneg-unegnya keluar, saya nyeletuk “Wak upah gaji gede, nyen nunden!! (Siapa nyuruh, pegang jabatan dengan gaji gede. Ya begini akibatnya!)â€?. Dia ngakak ketawa‌.. Setelah itu kalau saya sedikit berkeluh kesah tentang masalah pekerjaan, maka teman saya itu akan menunggu saya selesai cerita dan kemudian ngomong “Wak upah, nyen nundenâ€?. Ngakaklah saya ketawa, senjata makan tuan. Btw, ternyata celetukan ini sangat ampuh untuk membuat kita sadar dan lebih rileks. Bahwa ini konsekuensi positif dan negatif dari tanggung jawab yang dipegang. Dan kita harus menerima dua sisi tersebut, bukan hanya sisi enaknya saja. Kita juga harus menerima sisi tidak enaknya. Kata Bp Pribadi Budiono, direktur BPR Lestari, kita jangan menerima teteknya saja. Bengeknya juga harus kita terima. Kita terima satu paket, yaitu tetek bengek dari tanggung jawab itu. So kalau ada teman-teman sedang desperate, tertekan dan ingin berkeluh kesah. Silahkan datang ke lantai 3 kantor pusat lestari, kita akan mendengarkan uneg-uneg Anda sampai selesai. Dan kemudian akan kami sambut celetukan Anda dengan kata "Nyen Nunden?" Paragraph terakhir, just kidding-lah. Wak upah gaji gede, nyen nunden artinya: Siapa nyuruh, pegang jabatan dengan gaji gede. Ya begini akibatnya!
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
15
S P ECIAL FEATURE
q the most powerful woman
Ulet, Lugas dan Pantang Menyerah mereka ..
Bukan Perempuan Biasa Sebagai anak, seorang ibu dan juga istri. Perempuan mengemban banyak pekerjaan yang menyita waktu. Peran mereka hanya tampak di acara arisan atau PKK, bahkan 'satire joke' mengenalkan istilah akan pola kehidupan perempuan yang tidak jauh dari 'dapur, sumur dan kasur'. Namun ‌ itu dulu!
16
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
P
erkembangan teknologi dan pengenalan budaya baru ternyata memberikan dampak signifikan pada eksistensi kaum hawa, saat ini mereka tidak hanya dikendalikan, namun juga sebagai pemegang kendali. Dalam dunia bisnis misalkan, sebagian dari mereka mungkin memulainya dari cobacoba atau iseng semata, namun belakangan menjadi termotivasi untuk mengembangkan, bahkan ketika ada tantangan dalam bisnisnya, mereka tangguh untuk melawan. Namun banyak pula perempuan yang justru terhenti aktivitasnya ketika sudah berkeluarga, menikah atau mempunyai anak yang kemudian menjadi fase yang menghambat laju mereka. Ada juga yang justru kian eksis, terlecut semangatnya dengan kehadiran momongan, semakin termotivasi untuk meraih yang lebih tinggi sekalipun dengan status sebagai ibu rumah tangga. Dari data Iwapi [Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia], saat ini diperkirakan anggotanya mencapai 18.000 orang dimana 85% nya adalah pengusaha skala UMKM. Sisanya usaha menengah dan hanya 2% yang termasuk skala besar seperi Martha Tilaar dan Mustika Ratu. Sementara perkembangan wanita berbisnis di Bali oleh Luh Putu Haryani, kepala badan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak pada sebuah acara di Kuta disampaikan bahwa persentase wanita pengusaha di Bali jumlahnya lebih dari 45% dari keseluruhan total Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) , sebuah angka yang signifikan. Banyak yang menilai bahwa perempuan dan laki-laki pada dasarnya sama saja, yang membedakan cuma jenis kelaminnya saja seperi pendapat Pramoedya. Namun bagi John Gray Phd, penulis buku Men Are from Mars, Woman are from Venus justru menyampaikan hal yang berbeda. Menurutnya, pria dan wanita berasal dari planet yang berbeda,
sehingga memiliki kepribadian dan karakter yang juga tidak sama. Hal inilah yang menjadikan pria dan wanita cenderung memiliki sikap yang berbeda dalam banyak hal, termasuk dalam mengambil sikap dan keputusan dalam hal apapun, tak terkecuali bisnis. Perempuan dinilai lebih bijak, terencana dan jauh lebih detil ketimbang para pria, sehingga ketika memulai dan menjalankan bisnisnya, perempuan bisa menjadi sangat kalkulatif dalam perencanaannya, sehingga visi bisnisnya pun pada akhirnya dapat tercapai. Wanita juga dinilai lebih baik dalam manajemen waktu dan sudah terbiasa berbagi tugas. Bahkan ada pula yang menyebutkan dalam hal yang sifatnya administratif terkadang perempuan lebih mudah. Mereka juga lebih menjual. Bahkan jika tolak ukurnya biologis, maka perempuan dinilai lebih kuat berdiri dan tahan panas. Dan khusus untuk di Indonesia, perempuan mendapatkan respek yang lebih ketimbang di negara lain. Dan ketika bisnis yang terus berubah seperti saat ini dimana dulunya lebih bersifat transaksional, dan sekarang lebih ke relationship, maka perempuan memiliki keunggulan dalam hal tersebut. Mereka lebih baik dalam menjaga hubungan. Pendapat lainnya juga menyebutkan bahwa perempuan lebih loyal dan mau mengerjakan pekerjaan kecil ketimbang laki-laki yang cenderung selektif. Mereka lebih kuat dalam menahan diri pada hal-hal tertentu. Dengan segala keunggulan tersebut maka tidak salah jika lambat laun semakin banyak perempuan yang berbisnis dan berhasil. Terbiasanya para wanita memainkan peran jamak, menjadikan mereka secara management lebih tertempa, pandai membagi waktu untuk rumah tangga tanpa harus kehilangan kesempatan berwirausaha. Jadi selama ini, hanya cara pandang sajalah yang menjadikan perempuan kesulitan mengaktualisasikan dirinya.
Advantage Factor, Woman in Business > Perempuan dinilai lebih bijak, terencana dan jauh lebih detil > Perempuan bisa menjadi sangat kalkulatif dan lebih terencana > Lebih baik dalam manajemen waktu dan sudah terbiasa berbagi tugas. > Mereka lebih menjual > Secara biologis, perempuan lebih kuat berdiri dan tahan panas. > Di Indonesia, perempuan mendapatkan respek yang lebih daripada di negara lain. > Perempuan memiliki keunggulan dalam menjaga relationship > Perempuan sudah terbiasa memainkan peran jamak
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
17
S P ECIAL FEATURE
q the most powerful woman
54% wanita yakin bahwa bisnisnya akan tumbuh lebih dari 10% pada satu tahun mendatang
S
ebuah konsultan bisnis di Amerika pernah melakukan penelitian tentang wanita pebisnis , penelitian ini untuk mengukur profil risiko wanita pengusaha, struktur manajemen wanita pemilik bisnis, serta akses mereka kepada modal utang dan modal saham. Survei yang dilakukan terhadap 650 responden di 35 negara tersebut menunjukkan beberapa hasil yang menggembirakan. Banyak hal menunjukkan kekuatan yang dimiliki wanita untuk mendorong kesuksesan. Inilah sedikit dari hasil survery tersebut yang telah dipublikasikan luas. Dapatkah perempuan menikah, memiliki anak dan menjadi pengusaha sukses? 68% wanita pemilik bisnis yang disurvei telah menikah dimana 67% nya telah memiliki anak. Dan terdapat korelasi antara pendidikan dan kewirausahaan, dengan 40% wanita pebisnis yang disurvei telah menyelesaikan post-graduate mereka. Lebih dari 60% wanita pebisnis telah beroperasi 6 tahun atau lebih. Dan hampir 40% dengan pendapatan bisnis relatif tinggi (lebih dari US$6 juta). Apa tujuan utama memulai bisnis? 83% responden dari kelas bisnis kecil memiliki tujuan mendapatkan pendapatan yang cukup untuk menyediakan kehidupan yang nya-
18
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
man. Demikian pula dengan 40% dari kelas bisnis pendapatan terbesar memilih hal serupa. Seberapa banyak risiko telah diambil untuk memulai dan memperluas bisnis? 95% menjawab sampai dengan menggunakan simpanan pribadi dan menggunakan rumah sebagai jaminannya. Apa yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan? 39% dari responden bersandar pada informasi berdasarkan fakta, 21% bersandar pada intuisi. Optimisme? 85% responden setuju bahwa wanita pebisnis percaya diri dengan kemampuan mereka untuk sukses. Dan 54% mengharapkan bahwa bisnis mereka akan tumbuh lebih dari 10% pada satu tahun mendatang.
Komunitas Bundainbizz.com
Halo.. ;-) Bila anda seorang bunda yang berminat dan punya mimpi bisa beraktualisasi dari rumah, atau sukses membangun karir dan bisnis dari Home Sweet Home. Daaan.. bisa lebih leluasa meluangkan waktu serta memberikan yang terbaik untuk sang buah hati serta keluarga tercinta ... Yuk gabung! di : http://komunitas.bundainbiz.com
I
tulah salam pembuka di website komunitas bunda in biz, sebuah komunitas yang jumlah anggotanya diperkirakan sudah mencapai lebih dari 1000 orang. Sebuah komunitas yang dibentuk dengan memperhatikan aspirasi kebanyakan ibu yang ingin sukses berbisnis dan bekerja dari rumah tanpa harus sering meninggalkan rumah dan buah hati mereka. Dalam komunitas ini, para ibu rumah tangga bisa saling curhat dan belajar soal bisnis, bahkan saling berjualan satu sama lain. Inilah komunitas yang saat ini mendapat respon besar dari para ibu, yang memang selama ini merasa bahwa diri mereka yang perempuan adalah kendala untuk mengaktualisasikan dirinya. Komunitas sejenis pun saat ini kemudian semakin banyak dan marak, bahkan tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya kopi darat alias bertemu, atau membuat sebuah seminar, workshop atau pelatihan lain yang sanggup meningkatkan kompetensi antar mereka. Walaupun isu mompreneurship bukanlah hal baru, namun harus diakui hingga saat ini dibeberapa daerah masih banyak kendala yang dihadapi kaum perempuan, mulai dari tingkat buta huruf yang tinggi atau pemberdayaan mereka yang tidak optimal. Itulah sebabnya mengapa komunitas-komunitas seperti ini layak ada dan mendapat bantuan atau support, mungkin dari sinilah nantinya akan muncul para momprenuer baru yang sukses dan turut berkontribusi pada perkembangan ekonomi yang lebih baik.
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
19
Courtesy Kapan Lagi
The Most Powerful Woman in Bali Erlina Kang Adiguna, Mama & Leon Indonesia punya Martha Tilaar dan Sari Ayu, dua brand besar dengan produk kecantikannya. Namun Bali, punya Erlina Kang Adiguna, wanita kelahiran Baturiti, Tabanan. Tidak berlebihan rasanya untuk mengatakan bahwa cikal bakal pergulatan kaum perempuan dalam mengembangkan bisnisnya di Bali dimulai oleh dirinya. Saat ini lebih dikenal dengan nama Mama & Leon. Perjalanan hidupnya dalam membesarkan nama Mama & Leon adalah sebuah panutan, dengan latar belakang pendidikan yang tidak tamat SD, namun mampu membawa produknya menembus manca negara dengan memperkenalkan bordir (Balinese lace) yang jadi ciri khasnya keseluruh dunia. Saat ini, bukan hanya garmen yang menjadi inti usahanya, namun juga properti termasuk salah satunya Kraton Hotel & Resort Bali. Nama Mama & Leon sendiri bermula dari panggilan namanya dari para tamu yakni Mama, sementara Leon adalah nama suaminya. Bisnisnya dimulai dari profesinya sebagai penjahit yang dipelajarinya secara otodidak, tiga tahun kemudian mulai menjadi pengepul dan menerima
20
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
order menjahit dari garmen besar. Saat itu bekerjasama dengan Cipta Tailor yang memiliki pelanggan orang asing. Pada akhir tahun 70-an ketika Bali mulai dikunjungi banyak wisatawan, dengan modal terbatas dan bahkan kemampuan bahasa Inggris yang tidak ada, wanita ini kemudian memberanikan diri menawarkan desain dan pola menjahitnya langsung kekonsumen. Maka pada tahun 1981, berdirilah Mama & Leon, mengontrak tanah seluas 10 are di Sanur, yang belakangan tanah tersebut dibelinya. Itu sebabnya produk Mama & Leon lebih dulu dikenal di luar negeri dan ekspor. Bahkan ketika tahun 1984 berpameran di Jerman, permintaan ekspor menjadi bartambah sampai tidak sanggup ditangani. Fokus ekspor inilah yang membuat penawaran untuk pasar lokal terhambat. Dan baru pada tahun 1994, Mama & Leon mulai memproduksi untuk pasar nasional. Produksi Mama & Leon dilakukan atas permintaan pemesan, hal itulah yang kemudian memperkenalkan Balinesse Lace [Bordiran Bali] dengan bahan belacu dan katun ke pasar internasional. Namun saat ini produknya kian beragam, seperti kain tenun, crepe dan masih banyak produk lain yang berhiaskan bordir halus yang digemari turis.
Ni Ketut Aryshanti - Canggu Kids Anda mungkin sudah tidak asing dengan merek seperti Bubble Girl, yang memproduksi baju-baju gadis cilik yang ceria, lucu, sekaligus modis. Atau merek Sofie Kids, koleksi busana anak rancangan desainer Sofie. Sementara dalam industri fashion batik, Alleira Batik dan Batik Keris rutin meluncurkan koleksi busana anak. Dan saat ini, dari pulau Bali, muncul koleksi baru busana anak bernama Canggu Kids yang juga mulai menjadi buah bibir. Pemilik merek dan perancangnya adalah Ni Ketut Aryshanti, yang saat ini produk tersebut sudah merambah pasar mancanegara. Padahal awalnya, produk ini hanya dipasarkan di Carrefour Jawa-Bali, kini sudah di seluruh Indonesia. Canggu Kids juga masuk di Hypermart. Selain baju, sekarang juga ada sepatu dan aksesori yang bermerek sama. Padahal, busana anak termasuk karya yang tidak mudah untuk dirancang, karena harus dapat diterima si anak, sekaligus orang tua sebagai pembuat keputusan untuk anak usia 4-10 tahun. Namun Aryshanti, yang kemudian menjadi pemenang Entrepenuer Femina tahun 2009 ini mampu membuktikan bahwa produk lokal tak kalah dengan produk impor.
Ni Kadek Citrawati, - Alus Bali Perubahan gaya hidup dewasa ini khususnya di Bali ternyata membawa berkah bagi usaha Bali Alus milik Ni Kadek Citrawati. Usaha yang dikenal sebagai produsen untuk produk spa, aroma terapi, dan kecantikan, yang bahan bakunya dari rempah-rempah. Dan saat ini sudah lebih dari dari 15 jenis produk spa dan kecantikan dihasilkan Bali Alus, padahal awalnya hanya 3 jenis produk saja.
Padahal, usaha ini dikerjakan dengan skala rumahan, namun tidak kurang dari Rp375 juta per tahun bisa dibukukan perusahaan ini. Kadek Citrawati mengawali usahanya dengan modal Rp 10 juta, hasil dari tabungannya semasa bekerja di perusahaan swasta serta bantuan bahan baku dari orang tuanya yang memang juga bergelut dibisnis yang hampir sama. Namun diawal periodenya, usaha ini nyaris bangkrut, baru ketika mendapat tambahan modal dari bank pada tahun 2007, usaha ini mulai kembali bersinar. Bali Alus menjadi salah satu produsen kelas rumahan yang sanggup bersaing dipasar yang ketat dengan para produsen kelas kakap, dan sejauh ini toh masih mampu dimenangkan oleh Kadek Citrawati dengan terus melakukan inovasi.
Ni Putu Santy Sastra - SS Production Wanita ini adalah Direktur di Radio Duta FM dan pemilik Santy Sastra Production yang kerap kali menggelar pelatihan, workshop atau seminar-seminar yang berkaitan dengan bisnis dan public speaking. Pada tahun 2009 lalu, wanita bernama lengkap Ni Putu Suprapti Santy Sastra ini memimpin Forum Perempuan Lintas Partai (FPLP) Provinsi Bali. Yang memiliki salah satu agenda yakni diskusi politik. Perempuan yang pernah menjadi finalis Ibu Teladan se-Bali Tahun 2005 itu, memiliki banyak aktivitas lain. Mulai dari pelatihan MC dan penyiar tiga bulan sekali dan public speaking sebulan sekali. Kegiatan yang sudah dilakukannya sejak tahun 2004 ini sudah melahirkan lebih dari 1150 peserta yang telah dilatihnya. Dan bukti bahwa wanita turut memberikan kontribusi besar pada peningkatan kompetensi masyarakat Bali.
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
21
S PECIAL FEATURE
q the mos t powerful woman
Ni Kadek Purnami a writer, an entreprenuer
Photo by Roberto Aria Putra
N
amanya mungkin tidak asing dikalangan pecinta sastra khususnya di Bali, wajar saja karena pemilik nama lengkap Ni Made Sri Purnami ini, merupakan salah satu orang yang sudah terlibat sejak awal di Ubud Writers & Readers Festival, sebuah festival sastra bertaraf Internasional yang sejak tahun 2004 di gelar di Ubud. Jabatan kerjanya saat ini sebagai Community Development Manager. Diluar aktivitas utamanya, Ia membantu keluarga dalam mengelola bisnis penginapan. Sering terlibat dalam menyelenggarakan pameran-pameran seni rupa, instalasi dan video (2005 -2006) bahkan pernah membuat sebuah program TV “Jejak Niaga�, yang mengulas kisah profil sukses yang ditayangkan di TVRI Bali (2003-2004). Diluar jam kerjanya, ia mengisi waktunya untuk melukis, menulis cerita pendek dan puisi yang sesekali diterbitkan media cetak lokal. Kini ia menetap di desa kelahirannya di Ubud.
22
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
Bagaimana awalnya terlibat dalam kegiatan UWRF? Saya terlibat di UWRF sejak festival pertama tahun 2004. Diawali pada tahun 2003 saat membentuk Yayasan Mudra Swari Saraswati yang menaungi UWRF, saya di daulat menduduki posisi sebagai sekretaris yayasan. Masa awal 2 tahun berlangsungnya UWRF hampir seluruhnya bekerja sukarelawan dengan mengoptimalkan potensi diri masing-masing. Beberapa pemikir, budayawan dan sastrawan Internasional, Nasional dan Bali terlibat dalam pembuatan konsep, tujuan, visi dan misi festival. Selain para konseptor kami juga melibatkan komunitas dan masyarakat. Saya sendiri lebih terlibat untuk melibatkan komunitas dan masyarakat di dalam festival melalui program-program pementasan, mengirim beberapa pembicara ke universitas, komunitas sastra dan masyarakat untuk berdialog dan berdiskusi sehingga merekapun merasakan adanya festival. Pada masa itu kami memang bekerja multitasking dengan segala keterbatasan dan satu tujuan festival terselenggara dengan baik. Apa yang mendorong sehingga memberikan perhatian lebih pada sastra? Festival ini memang lebih memberikan perhatian pada sastra dan hal-hal yang berkaitan dengan penulisan kreatif lainnya, dengan beberapa pertimbangan. Misalkan melalui Sastra kami percaya bahwa akan mampu membantu meningkatkan kualitas berpikir manusia secara luas sehingga berdampak pada kualitas hidup. Di Bali ataupun Indonesia sendiri belum banyak ada festival sastra yang bersifat internasional. Satu hal sederhana lagi, karena pendiri yayasan dan festival ini Janet de Neefee memang penulis buku kuliner “ Fragrant rice� yang suka membaca buku, dan sering menghadiri berbagai festival sastra internasional di berbagai Negara. Tentu hal itu menginspirasi dia untuk membuat festival sastra dengan cita rasa khas budaya Bali. Saya juga melihat ada kegiatan lain bernama Bali Emerging Writers Festival ( BEWF) Itu merupakan festival sastra bagian dari UWRF dengan lingkup yang lebih fokus pada penulis muda Bali dan Indonesia. Dengan kegiatan diskusi, workshop, dan pementasan. Yang dilibatkan dalam BEWF adalah mereka yang berkarya dalam bidang penulisan puisi, cerpen, novel, essai, blogger, film, musik serta komunitas, sehingga mereka mampu memberikan inspirasi positif bagi anak muda lainnya. UWRF melihat potensi-potensi tersebut sehingga mewadahi mereka untuk tampil dan berkreasi ala anak muda. Sudah cukup produktifkah menurut Anda kegiatan anak muda di Bali saat ini? Saya senang melihat anak muda sekarang ini. Mereka tergolong produktif. Dengan adanya fasilitas teknologi mereka bisa dengan cepat mengakses informasi atau menunjukkan diri melalui karya-karya mereka. Anak muda sekarang ini jauh lebih berani mengekspresikan dirinya dan fokus. Dan tentu kita harus tetap optimis terhadap generasi muda sebagai penerus bangsa. Dan apakah minat generasi muda pada dunia sastra semakin baik setiap tahunnya atau sebaliknya? Saya rasa semakin baik setiap tahunnya, satu hal yang bisa saya pakai sebagai tolak ukur adalah data aplikasi penulis Indonesia yang mengirimkan
karya untuk di seleksi di UWRF semakin meningkat setiap tahunnya. Sehingga selalu memunculkan nama-nama baru. Program apa saja yang hendak dikembangkan dalam waktu kedepan? Kami ingin membuat fasilitas learning center, residensi penulis di Bali maupun di luar negeri, penerbitan buku, menyediakan jaringan editor dan penerbitan. Bagaimana eksistensi kaum perempuan saat ini, khususnya dalam bidang wirausaha ? Peran perempuan saat ini sangat berkembang dalam banyak bidang usaha. Baik berupa usaha kecil maupun menengah. Ukuran usaha saya kira bukan segalanya, yang terpenting adalah berani mengambil kesempatan dan mengembangkan diri. Saya selalu kagum dan menghormati perempuan yang mandiri. Mereka berani memulai, percaya diri, mau berusaha dan menantang diri sendiri untuk menerobos bidang-bidang usaha tertentu. Sehingga mampu mengaktualisasikan diri dalam perannya menjadi sosok yang khas. Sukses bukan segalanya. Tapi berani mencoba berusaha adalah langkah awal. Deskripsikan hal-hal yang menurut Anda cukup penting dan inspiratif bagi perkembangan khususnya generasi muda dibali? Satu hal yang cukup penting bagi saya dan mendasar adalah mereka mengenal dirinya sendiri dengan baik. Dimana kelebihan dan kekurangannya serta menggali potensi diri , bakat dan minat untuk kemudian fokus mengembangkan dirinya sehingga bisa dikatakan jadi. Mereka juga perlu sadar realita agar tak terbuai dengan sebuah ilusi tentang sesuatu yang instan. Semisal melihat kesuksesan seseorang tanpa melihat perjuangan atau kisah pencapaian diri dibaliknya. Bahwa segala sesuatu harus diraih dengan ketekunan dan proses. Sehingga tidak patah semangat dengah jalan dan kehilangan arah. Berkarya dan kembangkan diri dan tekuni bidang apapun sampai suatu hari menemukan yang benar-benar pas. Saya kira ketika anak muda sudah berani memulai dan mau berbuat untuk diri serta lingkup yang lebih luas kita sudah harus menghargainya. Masalah bagus dan tidak itu adalah proses yang harus dilalui dalam pembelajaran diri.
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
23
Courtesy kedai Digital Bali
a girlpreneur
Ni Putu Raida Desi Muda, energik dan entrepenuer, aktivitasnya pun padat. Namun bagi Ni Putu Raida Desi Panmasari, wanita kelahiran Denpasar, 14 Desember 1985 ini ternyata merasa semua yang dilakukannya ini adalah passion dan hal yang menyenangkan untuk terus dikerjakan. Pemilik dua outlet Kedai Digital dan Owner and Founder di Fireworks Event Organizer ini bercerita untuk redaksi M&I
Ceritakan kegiatan saat ini dan bagaimana awalnya terjun sebagai pengusaha? Saat ini di bisnis printing, MC, EO dan property. Awalnya terjun sebagai pengusaha karena saya merasa jiwa saya ada di dunia itu. Dari sekolah saya sudah bekerja sebagai penyiar radio dan MC. Ketika kuliah saya juga bekerja sebagai penyiar radio, MC, presenter, EO dan marketing di radio tempat saya bekerja. Pekerjaan saya itu membuat saya bertemu banyak entrepreneur yang menginspirasi saya untuk mencoba menjadi pengusaha. Akhirnya begitu lulus dengan berbekal keberanian dan keterbatasan pengalaman, saya putuskan menjadi pengusaha dengan membeli franchise. Saya memilih membeli bisnis franchise dengan alasan karena sistemnya sudah teruji, pasarnya sudah teruji, dan team di franchise tersebut bisa menjadi mentor saya untuk belajar lebih banyak tentang bisnis.
24
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
Apa yang mendorong kamu sehingga memberikan perhatian lebih pada entreprenuership? Kebebasan waktu, penghasilan yang punya kemungkinan ditingkatkan terus menerus, dan bisa membuka lapangan pekerjaan. Sudah cukup produktifkan menurut kamu kegiatan anak muda di Bali saat ini? Kalau dibandingkan dengan waktu saya masih sekolah dulu, kegiatan anak muda sekarang jauh lebih produktif. Dulu belum banyak sekolah yang bisa membuat pensi besar yang sampai mengundang artis nasional seperti sekarang. Saya tahu mereka punya acara karena sering menjadi sponsor pensi sekolah. Kegiatan ini buat saya bukan kegiatan buang-buang duit atau hura-hura, tapi dari kegiatan ini mereka bisa belajar banyak tentang bagaimana mengelola event yang baik.
Apakah minat generasi muda pada usaha semakin baik setiap tahunnya atau sebaliknya? Perkembangannya kearah yang semakin baik. Karena saya mengetahui ada beberapa distro, butik, bisnis handphone, pulsa, dan banyak lagi yang dikelola oleh mahasiswa yang join bersama teman-temannya. Mungkin beberapa tahun ke belakang sudah ada tapi belum sebanyak sekarang. Dunia usaha semakin diminati karena semakin banyak seminar yang dibuat dikampus-kampus yang membahas tentang dunia pengusaha. Selain itu sejak beberapa tahun yang lalu di masing-masing jurusan sudah terdapat mata kuliah kewirausahaan yang bisa menginspirasi anak muda yang punya jiwa wirausaha untuk semakin memantapkan langkahnya lewat pengetahuan teoritis. Saya sempat mengisi kelas kuliah bareng praktisi mata kuliah kewirausahaan di salah satu kampus di Bali, ternyata di dalam kelas tersebut sudah terdapat beberapa mahasiswa yang sudah menjadi pengusaha. Saya sempat juga memantau beberapa lomba tentang dunia usaha dan anak muda yang ikut serta itu lumayan banyak. Itu bisa dijadikan indikator bahwa dunia usaha semakin diminati anak muda Bali.
Deskripsikan hal-hal yang menurut kamu cukup penting dan inspiratif bagi perkembangan khususnya generasi muda dibali? Generasi sekarang punya kemauan yang tinggi. Punya ide-ide yang kreatif. Mungkin yang perlu dikembangkan adalah networkingnya. Karena bisnis tidak bisa lepas dari bantuan networking. Terkadang, atau mungkin hanya pengamatan sepintas saya saja, saya merasa generasi muda saat ini lebih nyaman bergaul dengan sesama anak yang ada di Bali saja. Padahal untuk mengembangkan usaha sampai keluar pulau atau bahkan ke luar negeri kita butuh networking. Jadi, dimanapun ada kesempatan untuk berkenalan dengan orang baru, pergunakanlah kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Program apa saja yang hendak dikembangkan dalam waktu kedepan? Lebih kepada maintenance customer melalui newsletter product-product baru setiap bulan, atau paket promo. Ada rencana untuk mengembangkan program membership, tapi masih ada sistem yang harus diperbaiki dulu. Mudah-mudahan lancar.
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
25
26
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
financial
p lanning
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
27
Note From the Guru
Woman is the "New" Men Gelombang horiontalisasi terus terjadi di banyak lini. Termasuk dalam perihal kesetaraan gender. Perempuan semakin menunjukkan supremasinya, tidak hanya di keluarga, tapi juga dalam ranah lebih luas, seperti bisnis dan politik. Perempuan menjadi salah satu subkultur yang dominan mempengaruhi dunia sekarang di samping orang muda dan netizen. Tampaknya, perempuan ini semakin menggeser peran laki-laki. Boleh dibilang women is the “new� man.
28
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
By. Hermawan Kartajaya Asia's Leading Marketing Strategiest & CEO of Markplus Inc
A
pa yang dimaksud dengan menggeser "men"? Jika sebelumnya segala keputusan pembelian seluruhnya dilakukan oleh "men". Para pria ini dianggap menjadi penentu setiap keputusan terutama untuk keluarga. Ternyata saat ini, peranan tersebut bergeser pada Women (perempuan, selanjutnya akan digunakan istilah ini untuk menyebutkan Women). Perempuan dianggap berbeda dari pria tidak hanya karena faktor gender semata. Perbedaan ini juga meluas ke wilayah karakter, perilaku, keinginan, dan sifat yang dimiliki. Secara umum, baik perempuan maupun pria memiliki karakteristik masing-masing. Karena menariknya perempuan, banyak sekali literatur yang membahas mengenai perempuan tidak hanya untuk memahami karakter dan kepribadiannya. Ada juga yang membahas perempuan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginannya. Beberapa literatur yang membahas mengenai perempuan dan pola konsumsi, di antaranya Women Want More: How to Capture Your Share of The World’s Largest, Fastest-Growing Market yang ditulis oleh Michael J. Silverstein dan Kate Syre. Buku ini membahas mengenai apa yang diinginkan oleh perempuan pada umumnya. Melalui riset yang dilakukan secara online dibuat suatu segmentasi terhadap perempuan di Amerika Serikat berdasarkan kebutuhan dan keinginan mereka. Nilai-nilai penting bagi perempuan secara umum dapat dikatakan terkait dengan kebutuhan akan perhatian dan cinta; kesehatan; kejujuran; dan kesejahteraan secara emosional. Mereka membagi perempuan dalam 6 archetype yaitu fast tracker, pressure cooker, Relationship-Focused, Fulfilled Empty Nesters, Managing on Her Own dan Making Ends Meet. Segmentasi ini didasarkan pada dua dimensi, yaitu status perkawinan dan kondisi ekonomi perempuan tersebut. Apakah segmentasi ini cocok diterapkan di semua negara? Jika dilihat dari karakter dasar, pembagian ini mungkin sedikit banyak mendekati sifat dan perilaku perempuan pada umumnya. Meskipun perbedaan wilayah akan berdampak pada perbedaan kebutuhan dan juga keinginan. Bagaimana memahami
kebutuhan, juga tampaknya tidak sesederhana memetakan segmentasi dan kemudian mengidentifikasi keinginan dan kebutuhannya, langsung dikatakan memahami perempuan. Banyak produk yang difokuskan bagi pria, yang mencoba melakukan product extension untuk menarik perempuan supaya lebih tertarik menggunakan produk tersebut. Menurut Bridget Brennan dalam “Why She Buys : The New Strategy for Reaching The world’s Most Powerful Consumers� , terdapat dua kesalahan saat membuat produk bagi perempuan. Pertama, membuat versi berwarna merah muda/pink dari produk yang sudah beredar di pasar. Kedua, memasarkan produk yang ada tanpa mengetahui secara baik kebutuhan mereka. Asosiasi warna terhadap perempuan sejak dulu memang identik dengan pink yang dianggap mewakili kelembutan dan kecantikan, namun munculnya berbagai tren warna menyebabkan pandangan perempuan terhadap warna menjadi lebih luas. Sebagai gender yang dianggap berperan penting dan mendominasi pasar, perempuan memiliki kekuatan pembelian, kemampuan mempengaruhi orang lain dalam pemilihan produk, merekomendasikan produk, dan bahkan dapat meningkatkan pencitraan produk. Memfokuskan diri pada konsumen perempuan bisa dikatakan memiliki lebih banyak efek positif bagi seluruh konsumen karena perempuan bisa mempengaruhi pria secara langsung maupun tidak langsung.
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
29
Interview Agak sulit bagi redaksi Money & I untuk bisa bertemu langsung dengan pemilik fashion outlet Niluh Djelantik. Mail dari kami dibalasnya dari Prancis, dan menyatakan baru pulang ke Bali akhir bulan. Mail kedua kami dibalasnya dari Bangkok ketika wanita mantan marketing director Paul Ropp ini tengah menjalin kerjasama dengan perusahaan fashion di negeri gajah putih tersebut. Baru akhirnya disela-sela waktunya yang padat itu, wanita yang membidani lahirnya sepatu merek Nilou yang mengglobal itu berhasil kami temui di pabriknya dikawasan Seminyak. Pemilik nama Niluh Ary Pertami ini kemudian menceritakan mengapa merek sepatunya Nilou yang telah dikenal secara internasional itu justru di likuidasinya. Lho.. bukankah nama itu yang melambungkannya, mengapa dia melakukan hal tersebut? Kepada Arif Rahman wanita ini menuturkannya.
Niluh Djelantik
.... Its all started with love 30
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
Kapan dan bagaimana bisa terjun di bisnis ini? Kita memulainya dari tahun 2003, waktu itu kita mulai memproduksi untuk koleksi tahun 2004. Cuma waktu itu peranku sebagai desainer saja, produksinya dikerjakan orang lain. Namun karena usaha ini masih baru, kita masih meraba-raba jadi masih banyak kesalahan yang terjadi, kualitas yang tidak bagus dan sebagainya. Karena itulah kita kemudian mau coba untuk menangani hingga proses produksinya. Pada tahun 2004, kita beranikan diri untuk sewa tempat yang sebelum kita renovasi sekitar 5x8 meter berlokasi di Jalan Raya Kerobokan No. 144. Dan pada tahun itu daerahnya masih sepi nggak seperti sekarang. Daerah itukan baru mulai booming ramainya ditahun 2007, dan saat itu kamilah yang pertama membuka outlet didaerah tersebut. Karyawannya baru 2 orang saja waktu itu. Sudah memproduksi sepatu seperti yang sekarang ini? Belum, masih belum di high heel, kita memilih ke etnik, yang kental nuansa Indonesia. Namun ditahun 2004 itu kita sudah mulai masuk ke Prancis, kemudian Australia dengan merek Nilou. Saat itu retail masih belum ada, kita hanya menawarkan untuk pembuatan 1-2 pasang saja waktu itu. Kemudian perlahan kita mulai kerjasama dengan beberapa desainer baju ternama di beberapa negara, kita buatkan konsep sepatunya yang sesuai, kalau tema bajunya rock & roll, maka sepatunya juga bertema sama yang agak metalmetal gitu, kalau feminim ya.. harus girly, jadi setiap desain harus punya ciri khas tersendiri. Baru belakangan kemudian kami mencoba membuat untuk koleksi, yang saat ini misalkan kita sudah selesai untuk koleksi summer 2012. Berarti sudah tahu trend kedepan seperti apa? Prediksi dari kita sendiri, kita cari info misalkan trend warna tahun 2012 dan banyak pula website yang sudah memberikan informasi akan gambaran fashion tahun depan, namun semua balik lagi ke insting kita. Pernah meleset? Belum, karena selama ini warna yang kita pilih memang warna yang cukup komersial dan netral untuk dikenakan dengan padanan busana berbagai warna. Bagiku, sepatu itu adalah pelengkap, misalkan seorang wanita menyukai warna merah maka akan dengan mudah memilih jenis dan warna sepatu yang diinginkan agar serasi dengan busana yang dikenakannya. Sepatu itukan produk yang sangat umum, apa yang membedakan antara sepatu Nilou dengan yang lainnya. Betul, misalkan model sepatu pekerja dari hak 3 cm sampai 5 cm dimanamana dijual. Namun yang kita buat disini memiliki detil yang berbeda, yang kalau ditiru orang costnya mahal. Bahan dasarnya 100% kulit, itupun kualitas kulit yang halus, makanya harga kita lebih mahal, namun harga itu jujur. Lifetime service, jadi digaransi seumur hidup, kalau misalkan ada hak yang lepas, kapanpun itu bawa saja kemari, semuanya akan kita perbaiki lagi. Hal yang paling penting disini adalah kenyamanan bagi si konsumen, itu sebabnya sepatu belasan juta yang kita beli dari Italia, disini kita bongkar, kita ingin tahu bagaimana sepatu itu bisa nyaman, tapi kita nggak pernah ambil modelnya. Kita cuma mau belajar bagaimana sebuah produk yang bagus itu bisa dijual, dan dari Italia adalah tempat yang tepat untuk itu. Itu sebabnya dari
Courtesy Jakarta Post
100 orang yang datang ke outlet kami, mungkin cuma 10 orang yang yang jadi pelanggan, namun 10 orang itu akan jadi pelanggan kita untuk jangka panjang. Bahkan dikesempatan yang lain mereka bisa balik lagi bersama keluarganya, temannya atau koleganya. Buatku, kenyamanan yang paling penting dan sepatu disini, kami buat dengan cinta. Dari cara inilah kami berkembang. Dan itu pula alasannya mengapa kami saat ini sudah tidak lagi menggunakan merek Nilou Lho..bukannya nama itu sudah begitu dikenal dimancanegara? Sepatu dari kita dipasarkan lewat dua jalur, yang pertama dengan merek kita sendiri, dan lainnya dengan merek dari agen yang ingin menggunakan brand mereka sendiri. Sepatu yang kita pasarkan dengan merek sendiri yakni Nilou, dipasarkan oleh agen kita di Australia, namun sejak tahun 2007 mereka mau menjual produk lain seperti pernak-pernik yang menggunakan brand Nilou, tapi itu semua bukan produksi dari kita, tapi diproduksi diluar. Mereka memberikan penawaran sebagai pemegang saham. Tapi kemudian aku tolak, karena menurutku itu kurang etis. Produknya bukan dari kita, dan juga tidak diproduksi didalam negeri, tapi menggunakan nama kita. So..aku nggak mau yang seperti itu. Semua produksi dari sini, dibuat dengan cinta, dan buat anak-anak juga [karyawan.red], sehingga hasilnya semua menikmati. Kalau aku pakai business way, maka tawaran itu aku terima dan nama Nilou akan melejit cepat, tapi sekali lagi aku nggak mau yang seperti itu. Akhirnya aku minta nama kita balik dan putuskan untuk menutup
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
31
Courtesy Niluh Djelantik
nama Nilou tersebut. Sebagai gantinya maka aku keluarkan nama baru, cuma masukan dari customer mereka tetap meminta agar merek sepatunya dengan namaku, akhirnya pilihannya adalah nama keluarga yakni Djelantik. Dan menjadikan ini sebagai trade mark kami yang baru. Apa tidak sebaiknya nama itu dipertahankan, dan kerjasama dengan agen yang dihentikan? Sebenarnya bisa saja, walaupun oleh agen kita itu nama Nilou sudah didaftarkan petennya, kita bisa saja mengklaim lagi karena nama Nilou kan sudah kita gunakan dari tahun 2003, dan produknya pun ada, kalau itu semua kita tunjukkan, maka bisa jadi bukti bahwa kitalah pemilik nama Nilou itu. Tapi semuanya bakal repot ngurusnya, dari hal ini kita juga belajar, makanya nama Niluh Djelantik juga sudah kita patenkan. Untuk pasar di Australia pun saat ini kita stop. Sekarang kita re-branding dengan konsep yang baru, namun tetap dengan desain yang sama, bahkan lebih bagus. Gimana kondisinya sejak re branding, apakah ada dampaknya? Tetap tidak ada masalah, kita sudah punya basis klien yang kuat. Misalkan untuk di Spanyol, Belgia dan Belanda itu nama merek Niluh Djelantik sekarang sudah ada. Kita bahkan masuk fortune bulan April lalu. Dan tahun ini kita masuk di Forbes, tentang life story dari sisi fashion. Kita juga masuk 50 global brand dari SWA, kemudian entrepenuer kreatif, femina woman of the year, serta majalah-majalah lainnya seperti Tempo dan Gatra. Saya dengar juga Gisele Bundchen [top model internasional.red] kemarin mampir ke outletnya? 32
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
Gisele adalah salah satu pelanggan yang langsung berbelanja dibutik kita di Kerobokan, selain itu Julia Roberts juga memakai sepatu kita dalam filmnya Eat Pray and Love pada saat berada di Bali, awalnya dari kedatangan sang Stylish Manager yang bertugas untuk memilihkan beberapa outfit untuk dipakai oleh Julia Roberts, saat syuting Eat Pray and Love, sang stylish kemudian membeli beberapa model sepatu Niluh Djelantik, beberapa kru film EPL ternyata menyukai sepatusepatu tersebut dan kemudian membeli dan memesan langsung dibutik kita. Apakah desain dan model sepatunya ada yang pernah ditiru? Pernah, bahkan oleh desainer ternama, sekitar 3-4 tahun lalu ada desain kita ditahun 2004, yang tiga tahun kemudian menjadi salah satu koleksi dari desainer yang terkenal. Kita tahu setelah sepatu tersebut dipublish di satu majalah trend Perancis, salah satu desainer dari brand tersebut ternyata pernah datang ke toko kita beberapa tahun sebelumnya dan mungkin terinspirasi dengan salah satu model yang kita miliki. Untuk model kita yang ditiru oleh perusahaan lain juga tidak sedikit, namun yang terpenting bagiku adalah
tetap berkarya untuk melahirkan kreasi-kreasi yang lebih indah karena tidak ada gunanya dan hanya akan menghabiskan waktu saja jika kita terpaku pada hal-hal seperti penjiplakan model dan produk yang pernah kita buat. Bagaimana dengan rencana kedepan? Saat ini regenerasi sudah ada, kedepan saya hanya ingin menjadi desainer saja, cuma kendalanya masih belum ketemu partner kerja yang tepat untuk menutup pekerjaanku yang lain. Kemarin aku sudah hire seorang manajer dan asisten supaya delegasi bisa dilakukan. Ya, mungkin bisa seperti Giargio Armani, sekalipun sudah tua namun karyanya tetap ada Giorgio Armani memulai semuanya dari nol, hingga mencapai puncaknya dan kini dikelilingi oleh puluhan desainer yang mewujudkan desain beliau sesuai dengan nafas Armani yaitu desain yang klasik dan elegan. Salah satu contoh desainer lain yang juga sudah menjadi global brand adalah Ralph Laurent Oh ya.. bukankah dulu pernah bekerja di Paul Ropp? Aku mulai terjun dalam bidang penjualan secara profesional sejak bekerja di Jakarta, dimulai dari Account Executive di tahun 2000, awalnya sejak tahun 1995, aku memulai dari posisi terendah pada sebuah perusahaan tekstil sebagai receptionist dan hingga akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke Bali di tahun 2002, aku berhasil menempati posisi sebagai Account Manager pada salah satu perusahaan IT terkemuka. Alasanku kembali ke Bali adalah untuk memenuhi permintaan Ibu, sehingga aku menerima tawaran Paul Ropp, perusahaan fashion Amerika yang berbasis di Bali, jabatanku saat sebagai Marketing Director. Pertumbuhan Paul Ropp dengan expansi yang kita mulai sejak tahun 2002 mencapai 330% dalam waktu 10 bulan. Di saat itu pula, Ibu sempat menawarkan aku untuk mengakuisisi salah satu pabrik alas kaki di Bali yang bangkrut karena Ibu sangat paham dengan kecintaanku terhadap sepatu, akan tetapi permintaan tersebut kutolak, dalam hal pekerjaan aku memiliki prinsip yang kuat, aku tidak pernah melakukan hal yang dapat mengakibatkan conflict of interest dengan tempatku bekerja, prinsip inilah yang hingga kini tetap mendampingiku dalam menjalankan usaha. Perjalanan karirnya terus naik kelevel yang lebih baik, tapi kenapa kemudian ditinggalkan? Aku termasuk workaholic, di bulan November 2002, sekembalinya dari New York untuk memasarkan produk Paul Ropp, aku mengalami sakit yang cukup serius dan harus menjalani operasi. Padahal saat itu aku sudah menyiapkan diri untuk pindah ke New York untuk melanjutkan expansi perusahaan. Selama menjalani perawatan salah satu pantangan yang aku jalani adalah tidak boleh melakukan perjalanan jauh selama beberapa bulan, sehingga impianku untuk mengembangkan usaha Paul Ropp terhenti. Terakhir, kenapa memilih sepatu? Karena aku cinta sepatu, aku berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Sewaktu kecil, tinggal di 2 kamar sewaan yang kita tempati bersama Nenek Ibu, Paman, Bibi, dan sepupusepupuku. Dulu, Ibuku selalu membelikan sepatu yang ukurannya lebih besar, supaya bisa dipakai dalam waktu lama. Aku juga ikut membantu ibu berjualan di pasar Kumbasari. Hobi berjualan ini berlanjut hingga aku duduk dibangku sekolah dimana aku menjual baju kaos dengan motif sablon dari grup- grup band yang terkenal di masa itu, jadi dapat dikatakan berjualan adalah bagian dari keseharianku. Setelah meninggalkan Paul Ropp, aku bertemu dengan seseorang yang kemudian membuka pintu kesempatan bagiku untuk memulai usaha yang kucintai ini, yaitu sepatu. Sehingga lahirlah Nilou yang saat ini menjadi Niluh Djelantik. Setiap hambatan dalam hidup akan melahirkan hikmah yang tak pernah kita duga sebelumnya. - Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
33
Business Profile
Dikenal ke mancanegara lewat Personal Touch Courtesy Niluh Djelantik
Sebentar lagi, outlet keduanya akan dibuka, melengkapi outlet pertamanya yang sudah berdiri di Jalan Raya Kerobokan sejak tahun 2003. Persis ditikungan dari arah Legian, outlet itu tampak elegan menawarkan sepatu berkelas dengan merek Niluh Djelantik. Padahal, ketika awal berdirinya, oulet itu tidak kurang dari 5x8 meter saja luasnya. Namun pelan tapi pasti, perkembangan yang siginifikan dirasakannya. Sepatunya mulai dipasarkan di Prancis kemudian Australia dan mendapatkan respon yang positif. Mulailah pengerjaan sepatu yang awalnya hanya dilakukan oleh 2 orang karyawan ini, dan untuk kalangan terbatas, diproduksi dengan kapasitas lebih besar. Sejak tahun 2004 mulai mengerjakan koleksi untuk summer, namun kebutuhan fashion 2 musim di Prancis masih belum mampu dipenuhinya [Summer & Winter].
34
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
P
ada tahun 2006, merek Nilou mendapat tawaran untuk diproduksi secara masal di China, biaya produksi yang lebih murah dan koleksi yang lebih banyak. Namun tawaran ini ditolaknya, pertimbangannya, ciri khas Nilou akan kualitas dan ekslusifitasnya akan hilang, sekalipun mungkin tingkat keuntungan yang diraihnya bisa saja lebih besar. Keep it small & exclusive, begitu Niluh menjelaskan alasannya menolak tawaran tersebut. Alasan yang sama dikemukakannya saat mendapat tawaran setahun berikutnya untuk memasarkan produk non sepatu oleh agennya di Australia dengan merek namanya, kompensasinya adalah hak sebagai pemegang saham. Namun hal inipun ditolaknya, bahkan menjadikan brand Nilou kemudian dilikuidasinya, dan sejak tahun 2008 mengenalkan merek baru Niluh Djelantik [baca : interview its all started with love.red]. Hebatnya, rebranding ini tidak serta merta merubah peta pasarnya. Merek baru Niluh Djelantik tetap saja menjadi incaran dari customernya yang mungkin berjumlah tidak banyak namun fanatik. Perlahan nama merek baru inipun akhirnya hadir di Spanyol, Belanda dan Belgia. Dan semua ini bisa berkembang bahkan tanpa peran e-commerce sekalipun. Artinya, merek sepatunya melanglang buana hanya berbekal informasi word of mouth. Niluh sendiri menyatakan tidak mau di interview oleh media sejak 2006, dan mempublikasikan sepatunya lewat jalur media tersebut. Baginya, sepatunya sendirilah yang nantinya akan berbicara secara langsung. Baru selama beberapa waktu terakhir dirinya bersedia terbuka untuk publisitas.
gitu wanita yang semasa kecilnya ini membantu orang tuanya berjualan di pasar menjelaskan akan jiwa dagangnya yang sudah tumbuh sejak belia. Namun pada akhirnya terjun di e-commerce mulai dilakukannya, bermula ketika Forbes hendak mengangkat profilnya, dan menanyakan bagaimana merek sepatunya bisa dikenal lebih luas lagi jika dilakukan tanpa e-commerce. Akhirnya strategi inipun dilakukannya sejak beberapa bulan terakhir dengan meluncurkan websitenya Niluh Djelantik. Dan penawaran on line shopping yang selama ini di pending, sudah mulai bisa diprosesnya. Difersifikasi pun sudah mulai dijajakinya sejak beberapa tahun terakhir, dengan membuat tas, ikat pinggang atau dompet, semua produk yang berkaitan dengan kulit. Respon pasar justru sangat tinggi, beberapa produk seperti dompet dijadikannya souvenir atau hadiah kepada pelanggannya, namun justru hadiah yang ditawarkan tersebut malah hendak dibeli oleh customer. Saat ini produksi non sepatu rasionya sekitar 1 : 10, artinya dari 10 pasang sepatu yang diproduksi, maka dibuat 1 pcs produk non sepatu. Saat ini, total karyawan di Niluh Djelantik mencapai 13 orang, plus 17 orang shoe maker yang bermarkas di factory-nya, total terdapat sekitar 30-an team work, termasuk koki yang bertugas menyiapkan semua masakan dipabrik sehingga karyawan sudah tidak lagi perlu memikirkan makan siang mereka. Pelan tapi pasti, bisnis ini akhirnya bertumbuh, disemai dengan humble dan cinta!
Minimnya peran e-commerce tersebut dikonversinya dengan personal touch yang kuat pada produk dan customer. “Aku tetap menempatkan diri sebagai marketing,� be-
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
35
Literature
Inside Steve's Brain
Apple = Steve Jobs, Steve Jobs = Think Different mengeluarkan karya yang berbeda dari kompetitornya dan sesuai dengan motto Apple “Think Different”.
Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading. Manusia mati, meninggalkan karya. Itu dapat disematkan kepada “Steve Jobs” pendiri Apple. Steve Jobs meninggalkan karya yang fenomenal seperti iPod, iPhone dan iPadnya.
P
ada hari Rabu tanggal 05 Oktober 2011 Apple Inc dan dunia dikejutkan dengan berita duka yaitu kematian seorang pendiri dan mantan CEO Apple Inc, Steve Jobs. Tidak hanya keluarga Apple yang kehilangan sosok Steve Jobs, bahkan dunia merasa kehilangan seorang jenius yang visionaris dan kreatif. Berita duka langsung menyebar keseluruh pelosok dunia termasuk Indonesia melalui jejaring sosial twitter dan facebook. Steve Jobs meninggal pada usia 56 tahun karena kanker yang diderita sejak tahun 2004. Sebelumnya, Steve Jobs secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO Apple dan menunjuk Tim Cook sebagai penerusnya pada tanggal 24 Agustus 2011. Steve Jobs meninggalkan perusahaan yang dibangun “Apple”. Steve Jobs, selalu mengedepankan bagaimana 36
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
Apa yang berbeda dari Apple? Steve Jobs dan keberaniannya adalah kunci dari keberhasilan inovasi Apple. Semua inovasi yang dinikmati oleh konsumennya dan membuat produk-produk Apple laris manis adalah hasil keputusan berani dari Steve Jobs. Diperlukan keberanian untuk memangkas ratusan produk hanya untuk menjadi puluhan produk saja seperti yang dilakukan Steve Jobs di 1998. Dibutuhkan keberanian untuk menggantikan keyboard dengan layar sentuh di smartphone seperti pada iPhone. Dibutuhkan keberanian untuk meluncurkan tablet layar sentuh (iPad) ketika market untuk tablet belum menunjukkan tanda-tanda potensinya. Juga dibutuhkan keberanian untuk hanya meluncurkan sedikit produk dalam setahun, sementara kompetitor meluncurkan banyak produk. Motto Steve Jobs adalah Think different, berpikir berbeda. Untuk selalu berbeda dengan kompetitor, apa yang harus dilakukan? INOVASI. Apple selalu mengedepankan Inovasi. Inovasi membutuhkkan keberanian untuk meluncurkannya. Karena market belum tentu menunjukkan tanda-tanda potensinya, bahkan hasil riset menunjukkan bahwa calon konsumen belum dapat menerima tanda-tanda potensinya atau market belum dapat menerima hal baru. Disinilah peran keberanian untuk mengambil resiko yang bisa menghasilkan keputusan yang tepat, walaupun juga beresiko gagal. Inovasi membedakan seorang pemimpin dari pengikut, ini yang selalu Steve Jobs terapkan. Saat ini Apple sebagai pemimpin digital musik dengan iTunenya, smartphone dengan iPhonenya serta komputer tablet dengan iPadnya. Sedangkan yang lain akan mengikuti sukses apple dari belakang dan tidak akan pernah bisa mengejarnya. Dalam meluncurkan setiap produknya, Steve Jobs selalu melakukannya sendiri dan gayanya selalu menjadi inspirasi orang lain. Presentasi Steve Jobs selalu Mengetarkan Steve Jobs tidak hanya visioner yang cerdas menciptakan produk-produk revolusioner, namun juga dikenal sebagai komunikator dan presenter ulung. Cara Steve Jobs menyampaikan materi presentasi selalu menggetarkan dan sering menjadi inspirasi orang lain dan menjadi contoh bagi banyak orang. Tidak jarang beberapa penonton yang ada di event peluncuran tersebut terkesima luar biasa sampai-sampai tidak keberatan untuk memberikan
By. Pribadi Budiono Direktur BPR Lestari
standing applause yang cukup lama layaknya mereka sedang berada di acara penyerahan hadiah nobel. Luar biasa...! Setiap kali menjelaskan produk terbaru Apple, Steve Jobs tahu persis apa produk yang dijelaskan ke audience sehingga sesuatu yang kompleks menjadi mudah dicerna. Apapun yang dikatakan Steve Jobs di akhir presentasi, semua orang yang hadir seperti terbius dan ingin segera memiliki produk yang baru diceritakannya. Tidak hanya itu, pidato Steve Jobs juga selalu penuh makna. Salah satu pidatonya yang menggetarkan banyak orang adalah saat Steve Jobs tampil di Stanford University, AS tahun 2005. Di dalam pidatonya itu, Steve Jobs menyampaikan bagaimana seharusnya filosofi hidup manusia. Dia katakan, "hiduplah seolah-olah besok adalah hari kematian sehingga hari ini harus melakukan yang terbaik”. Banyak orang yang terinspirasi Steve Jobs, seseorang dengan passion yang kuat dan perfectionist. Salah satu semboyan yang berkesan dari Steve Jobs adalah, "Stay hungry, stay foolish!" Jangan pernah berhenti belajar dan terus berkembang terus menambah ilmu seolah-olah selalu kekurangan. Steve Jobs telah tiada, namun warisan semangatnya tetap membara. Namun ada satu hal yang menjadi pertanyaan banyak orang. Yakni apa yang akan terjadi pada (saham) Apple setelah Steve Jobs tiada? Apple merupakan perusahaan teknologi yang mempunyai kapitalisasi pasar terbesar setelah menggungguli Microsoft pada tahun 1999. Nilai pasar Apple mencapai USD 362 miliar, peringkat kedua adalah IBM dengan USD 208,84 miliar dan Microsoft sebesar USD 208,54 miliar. Ketika Steve Jobs mundur dari Apple, saham perusahaan ini tidak terlalu terpengaruh dan justru menciptakan rekor baru. Namun dalam beberapa minggu kemudian, menjelang peluncuran iPhone 4S, saham Apple terpuruk, ketiadaan Steve Jobs pun terasa, kinerja saham Apple bisa menunjukkan pengaruh “Steve Jobs” luar biasa besar. Pada 20 Desember 1996, saat Steve Jobs kembali masuk ke Apple, harga saham Apple hanya USD 3 per saham. Steve Jobs pun memangkas lini-lini usaha yang lesu, memperkenalkan iMac dan mengambil langkah-langkah lain untuk mengembalikan keuntungan Apple. Nilai saham Apple meroket seiring dengan image bahwa setiap produk Apple harus dimiliki. Saat Jobs mundur sebagai CEO, akhir Agustus lalu, saham Apple sebesar USD 376,18 dan pada saat Steve Jobs meninggal, saham Apple ditutup pada USD 378,25 per saham. "Steve Jobs telah meningkatkan nilai saham Apple lebih dari seratus kali lipat. Reputasi yang Steve Jobs bangun tak ternilai harganya". Selain iMac, iPod, iPhone dan IPad, Steve Job juga meninggalkan warisan lainnya.
Steve Jobs: Tinggalkan “Warisan” di Dunia Fashion Meskipun Steve Jobs bukan merupakan fashion icon yang diperbincangkan di dunia fashion, namun tak disangka selepas kepergiannya, seluruh atribut pakaian yang dikenakannya dari kepala hingga kaki menjadi hot items yang paling dicari. Gaya Steve Jobs yang sangat khas semasa hidupnya, dan selalu dipakai pada saat peluncuran setiap karyanya yaitu turtleneck hitam lengan panjang, celana jeans, serta sepatu keds menjadi pusat perhatian masyarakat dunia yang fanatik terhadap dirinya. Brand turtleneck hitam yang digemari Steve Jobs, St. Croix mengalami penjualan yang meningkat hingga 2 kali lipat. Selain turtleneck hitam, Steve selalu mengenakan bawahan jeans keluaran Levis, Levis 501. Blue Jeans menjadi jeans favorit Steve yang dipakai sehari-hari. Sepatu New Balance 991 yang selalu dikenakan Steve kemana pun ia melangkah juga menjadi pelengkap gayanya yang minimalis dan sederhana. Gaya berbusana yang sederhana dan rapi dari Steve Jobs rupanya mencerminkan semua produk penemuannya untuk Apple, warna warna monokromatis dengan desain yang minimalis. Maka tak heran jika penggemar Steve Jobs menunjukan antusiasme mereka terhadap "real iCon of Apple" ini dengan cara meniru gayanya. Mereka ingin mengabadikan gaya berpakaian orang yang telah menjadi inspirasinya selama ini lewat cara tersebut. Mungkin Anda adalah salah satunya? Kita dapat mengetahui pemikiran-pemikiran pendiri Apple “Steve Jobs” melalui buku karya Leander Kahney yang berjudul “ Inside Steve’s Brain”. Buku ini memberi Anda kesempatan untuk mengetahui bagian dalam otak Steve Jobs dan bahkan mungkin mengajarkan Anda sesuatu tentang cara membangun budaya inovasi milik Anda sendiri. Selamat membaca, semoga terinspirasi.
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
37
King of Virtual Real Estate
T
umbuh besar di Vancouver, Kanada dan berhasil menyandang gelar dokter pada tahun 1998 setelah menempuh pendidikan di University of British Columbia. Namun tidak seperti dokter pada umumnya, Kevin adalah sosok yang unik, di sela-sela pekerjaannya berpraktek di rumah sakit di Ontario, dia memuaskan ketertarikannya pada dunia internet yang tengah tumbuh luar biasa saat itu, bahkan Kevin pun memutuskan untuk belajar membuat situs dan bahasa pemrograman Perl.
Kevin Ham Sektor properti, tengah memasuki masa keemasannya di Indonesia, khususnya Bali. Dimana harga aset tetap ini terus mengalami kenaikan. Dan tidak terhitung sudah berapa banyak nama orang-orang sukses yang mencapai wealth-nya lewat investasi di properti. Namun mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa dijagat maya, ada satu nama yang dikenal sebagai rajanya virtual real estate. Namanya Kevin Ham, dan yang mengejutkan, dia adalah seorang dokter. Bagaimana pria keturunan Korea ini mencapainya?
38
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
Awalnya Kevin membuat direktori online yang diberi nama Hostglobal.com. yang berisi tentang penyedia jasa web hosting. Enam bulan setelah Hostglobal.com diluncurkan Kevin mendapat US$ 60 ribu dari hasil penjualan iklan di situsnya. salah seorang pelanggan iklannya yang berbisnis di penjualan registrasi domain bercerita bahwa iklan tunggal (single ad) bisa menghasilkan sekitar US$ 1.500 setiap bulan. Tentu saja cerita dari pelanggannya tersebut membuat Kevin tergelitik. Dalam benaknya, orang yang berbelanja untuk jasa hosting sering sekali tertarik memberi URL (alamat situs) yang catchy, sehingga Kevin pun memutuskan untuk meluncurkan direktori online kedua yang di beri nama DNSindex.com. Situs ini memberikan layanan buat pelanggan untuk mendaftarkan nama domainnya, dimana Kevin menambahkan fitur yang amat diinginkan orang tersebut seperti daftar mingguan nama domain yang tersedia dan bisa digunakan. Dalam situs ini, beberapa nama yang ada dalam daftar dia gratiskan dan beberapa nama lagi dia patok seharga US$ 50 untuk tiap nama. Tanpa di duga bisnis ini melesat, dan pada bulan Juni tahun 2000, pelang-
Front of Mind
gan ‘DNSindex.com’ telah mencapai 5 ribu orang lebih dalam hitungan bulan. Bahkan dari situs Hostglobal.com dan DNSindex.com diperkirakan menghasilkan US$ 40 ribu/bulan, jumlah yang jauh lebih banyak dari pada saat Kevin praktik di rumah sakit. Hal itu membuat Kevin memutuskan untuk meninggalkan profesinya sebagai dokter dan kembali ke Vancouver untuk menjadi penguasa di dunia maya. Keputusan inipun ternyata tidak sia-sia, ketika ‘dotcom’ jatuh dan membuat para investor lari dari dunia web. Ratusan hingga ribuan domain yang bermunculan, mendadak menjadi tidak berarti, jatuh atau habis masa registrasinya. Kevin pun ibarat ketiban durian, dia memborong domain-domain tersebut untuk bergabung di situs yang dia buat. Yang Kevin perlukan adalah ketahanan untuk menyeleksi satu demi satu nama–nama situs tersebut. Belakangan, Kevin mencoba menghubungkan domain-domain miliknya dengan iklan, hal ini dilakukannya setelah melihat Franck Schilling yang bereksperimen dengan GoTo.com yang menghubungkan domain dengan iklan. Kevin meluangkan waktu seminggu untuk mencari tahu berapa banyak traffic pada situs-situs miliknya. Hasilnya mengejutkan, Kevin melihat 8 ribu pengunjung perhari pada situs yang dia miliki. Hal itu membuat Kevin mengikuti jejak Franck untuk menandatangani kerja sama dengan GoTo [yang kemudian dibeli oleh Yahoo]. Dan dihari pertama saja, Kevin mendapatkan US$ 1.500 dari iklan yang terhubung ke domain-domain miliknya. Kejeliannya tidak berhenti disitu, Kevin memiliki pemikiran bahwa tidak selamanya orang-orang menggunakan Yahoo atau Google untuk mencari situs yang mereka inginkan, terkadang seseorang langsung mengetikkan nama situs ditoolbar, seperti untuk mencari info kesehatan, maka seseorang akan mengetikkan tulisan Healthcare.com. Kevin melihat ada banyak sekali orang yang salah ketik misalkan “com”
menjadi “cm”. Kevin kemudian bekerjasama dengan pemerintah Kamerun selaku pemilik kode “cm” [seperti Indonesia yang berkode “id”]. Caranya dengan menghubungkan domain-doman yang belum teregistrasi ke server di Kamerun dengan server milik Kevin di Vancouver, dan pemerintah Kamerun menyisihkan sejumlah uang untuk Kevin. Dan hal ini juga kemudian hendak dilakukannya dengan pemerintah Kolombia [pemilik kode .co] Oman [.om], Niger [.ne] dan Ethiopia [.et]. Hal ini kemudian memunculkan kontroversi dan dianggap mampu mencoreng citra dan penyalahgunaan trademark. Namun bagaimanapun juga, dari pola kerjanya ini, Kevin diperkirakan mendapatkan sedikitnya US$ 1 juta mengalir ke kantongnya lewat model bisnis semacam ini, yang belakangan dikenal dengan istilah pay per click. Kevin pun tetap berburu domain, dalam sehari bisa mencapai 30-100 nama dibelinya dan bahkan rasionya setiap dua detik, satu nama bergabung. Apa yang dilakukannya ini sekarang telah ditiru banyak orang, terlebih ketika internet semakin berkembang, maka mereka yang berprofesi sebagai “makelar” domain ini kian menjamur. Namun dari semua itu Kevin Ham-lah yang mempeloporinya, dan rasanya tidak berlebihan untuk menasbihkannya sebagai King of Domain!
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
39
Smart Family
Ka Ching .. Ka Ching ... [suara mesin penghitung uang]
While You Are Sleeping "Targetnya adalah membangun dan pindah kerumah baru dengan lingkungan baru, ranjang yang baru, furniture dan aksesoris baru setiap 7 tahun. Kecuali istri yang tetap sama, selain itu semua baru. Ini sudah rumah yang ke 5, berarti kami sudah membangun segala sesuatunya dari awal selama 5 kali."
40
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
D
ialog disamping, adalah perbincangan saya dengan salah seorang teman yang cukup senior, beliau adalah seorang dosen arsitektur terkenal yang juga seorang business man. Kebetulan, beliau juga sama-sama anggota Rotary Club of Bali Denpasar. Karena penasaran, saya tanya.... "darimana datangnya angka 7 tahun itu dan apa alasannya?" Karena biasanya, seseorang pada saat sudah betah disuatu lokasi, tidak mau lagi berpindah-pindah. Beliau menjelaskan bahwa angka 7 itu dari bible dimana Tuhan menciptakan dunia kita ini dalam 7 hari. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan memulai lagi sesuatu yang baru, dalam hal ini adalah membangun rumah dilokasi yang baru, tetangga baru dan beli perabotan baru, aksesoris dan sebagainya, memberikan rasa semangat dan "excitement" plus ketidaknya-
By. Suzana Chandra Managing Director - Lestari Living
manan" yang semuanya itu mendorong beliau untuk terus berkarya. Lebih lanjut saya tanyakan, kemudian apa yang dilakukan dengan rumahrumah yang sudah dibangun?.....dengan enteng beliau menjawab, "ya disewakan saja, nanti buat bekal anak-anak". Bapak/Ibu sekalian, untuk saya hal ini sangat menarik. Ini adalah kombinasi "growth theory" (teori pertumbuhan) dan "passive income" (penghasilan yang kita dapatkan pada saat kita tidur). Sama dengan halnya otot kita, pada saat kita ingin membentuk otot, kita harus melatih otototot tersebut sehingga menjadi apa yang kita mau. Bicaranya sih gampang, berlatihlah, angkat beban, cardio, minum supplement, diet dan lain-lain. Tetapi proses pencapaian tersebut menciptakan ketidaknyamanan yang luarbiasa. Rasa pegal, malas, lapar, frustrasi, merasa Tuhan tidak adil karena tidak dikaruniai dengan otot yang bagus, menyertai rasa 'excitement' pada saat otototot kita mulai terbentuk dna terlihat hasilnya. Ini yang dikatakan dengan teori pertumbuhan. Ketidaknyamanan "harus dilalui" untuk menciptakan pertumbuhan. Melalui ketidaknyamanan inilah, kita mengasah diri kita menjadi semakin efisien, bijaksana dan berpengalaman. Teman saya tersebut berusia diatas 60 tahun, tetapi tampak seperti masih 50-an, berbadan tegap dan berjiwa muda. Ternyata, rahasianya adalah bikin dan pindah rumah setiap 7 tahun. Nah, rumah-rumah yang sudah dibangun menciptakan income karena disewakan. Ini yang disebut sebagai passive income. Istilahnya, lagi tidurpun....uang tetap datang. Ka….. ching……. Ka….Ching…… duh...senangnya. Bagaimana mulainya supaya bisa memiliki kombinasi "growth" dan "passive income?"
Bapak/Ibu sekalian,.......kita harus menciptakan "ketidaknyamanan" tersebut. Investasi bagi kebanyakan orang seperti kata-kata "taboo". Bahwa kita baru bisa berinvestasi kalau sudah kaya. Ya, kebalik.... justru INVESTASI adalah kendaraan untuk menjadi kaya. Kali ini saya akan bicara sedikit mengenai investasi di property. Ada dua hal yang harus diperhitungkan pada saat kita berinvestasi property. Pertama adalah "cash flow return" yaitu berapa cash flow yang kita dapatkan dari investasi tersebut. Kedua adalah "capital return" dari property yang dibeli. Satu hal yang menarik dengan investasi property adalah bahwa bank "senang" mendanai pembelian properties. Dengan imbalan bunga tentunya. Nah, banyak juga orang salah kaprah dengan "bunga". Biasanya kita langsung tidak senang saja kalau dikenakan bunga. Menurut saya, selama "cash flow" dari properties tersebut dapat membayar seluruh atau sebagian besar dari "biaya bunga", pakai saja uang bank. Pada tahun-tahun pertama investasi, biasanya memang kalo pembiayaan pembelian property hampir fully finance (dibiayai sepenuhnya) dari bank, maka ada masa-masa kita harus "nombok" bunga. Tapi properties yang dikelola dengan bagus, akan melenyapkan gap bunga ini dalam beberapa tahun. Nah, pada saat rental yang didapat dari properties tersebut sama atau lebih besar dari biaya bunga, maka bisa disebut bahwa anda SUDAH memiliki PASSIVE INCOME. Ini yang kita sebut "indahnya penggunaan dana orang lain" (dalam konotasi yang bagus yaaa) - the beauty of using other's people money. Capital return biasanya berasal dari nilai properti yang meningkat. Didaerah yang bagus, secara theory harga tanah menjadi double dalam jangka waktu 5 sampai 8 tahun. Bali merupakan suatu kasus luar biasa, dimana dibeberapa lokasi (lihat artikel Mau punya Villa di Bali...siapa takuut), pertambahan nilai tanah bergerak dalam hitungan bulan. Okay... silahkan pilih. Mau pakai theorynya teman saya dengan jurus membangun dan pindah ke rumah baru setiap 7 tahun, atau mau mencoba berinvestasi property (rumah, villa, ruko atau condotel) untuk menciptakan passive income. Satu hal yang pasti.....adalah bahwa anda akan mengalami "ketidaknyamanan". Jangan takut...itu artinya "anda bertumbuh" - you are growing! Ayo.. bertumbuh!
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
41
42
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
Sneak Peak
A
merika, negara dengan pondasi kapitalis yang kokoh itu, ternyata goyah dan memasuki era resesi hebat saat ini. Sejak kiris global tahun 2008 lalu, kondisi perekonomian negara adidaya tersebut tak kunjung membaik bahkan sentimen negatif terus bermunculan dibanyak negara. Fenomena ini pada akhirnya diangkat oleh banyak sineas Hollywood. Dua diantaranya lewat film Up In The Air dan the Company Men. Dua film yang menceritakan bagaimana situasi krisis ini berdampak pada sektor makro di negara tersebut, yang berimbas pada pemutusan hubungan kerja banyak perusahaan-perusahaan kepada karyawannya. Dalam film Up in the Air, Bingham [George Clooney] seorang eksekutif yang bekerja diperusahaan agency yang khusus bertugas untuk melakukan pemecatan. Bingham sendiri harus keliling negara-negara bagian di Amerika untuk memecat karyawan dari perusahaan-perusahaan yang menyewa jasanya, perusahaan-perusahaan yang tidak cukup berani untuk memecat karyawannya sendiri dan membutuhkan bantuan agency lain. Beragam ekspresi dan reaksi ditunjukkan oleh banyak pekerja yang harus kehilangan sumber penghasilannya. Sementara di film the Company Men, Bobby Walker (Ben Affleck) adalah seorang executive pada sebuah perusahaan raksasa yang memiliki gaya hidup berkelas. Namun tidak pernah mengira bahwa dirinya akan berada diujung tanduk karir cemerlangnya. Semula Bobby mengira bahwa posisinya di dalam perusahaan aman. Ia tidak mungkin diberhentikan karena prestasinya yang mentereng bahkan dengan predikat the best employee. Namun perusahaan menilai berbeda, dengan mengurangi karyawan akibat kondisi keuangan yang memburuk. Upaya Bobby untuk bangkit dengan melamar pekerjaan di tempat lain, disambut dengan berbagai penolakan, tidak ada perusahaan yang sanggup untuk memberi gaji setinggi bayaran diperusahaan sebelumnya. Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu seperti itu, sulit untuk Bobby bisa mendapatkan pekerjaan yang layak
dalam waktu singkat, sementara di saat yang sama, ia juga masih punya banyak tanggungan. Walaupun bukan pilihan terbaik, namun Bobby memutuskan untuk menerima tawaran Jack Dolan (Kevin Costner), saudara iparnya sebagai pekerja kasar untuk melanjutkan hidupnya. Film Up in The Air menonjolkan pemecatan dari sisi perusahaan, konflik batin seorang eksekutif yang harus memberhentikan dan memutus pekerjaan. Sementara The Company Men adalah film yang memperlihatkan dari sisi karyawan yang mengalami pemecatan, dan bagaimana mereka berusaha bangkit dari keterpurukan setelah mendapat kedudukan tinggi dan kehidupan jetset, namun terhempas ke posisi terbawah. Film ini menggambarkan perusahaan - perusahaan besar yang harus bertahan dengan melakukan perampingan ditengah kondisi krisis. Kedua film ini merupakan gambaran nyata tentang kehidupan seorang pekerja yang menjadi korban PHK. Film ini juga menjadi kritik, bahwa karir harus bisa dibangun dari tingkatan mana saja, bahkan ketika harus mengulangi sebuah fase awal setelah bertahun-tahun mendapatkan kenikmatan diposisi puncak. Seperti yang disampaikan Bingham dalam Up in The Air, bahwa semua orang sukses pernah berada pada periode kegagalan, dan karena itulah mereka menjadi tangguh, besar dan pada akhirnya sukses.
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
43
Special Reports
Ubud Writers & Readers Festival
Among the Top Six Literary Festival in The Worlds Tahun ini UWRF, memasuki tahun yang ke 8, menghadirkan sekitar 130 penulis dari 25 negara. Mempersembahkan sekitar 168 acara dalam 6 hari dengan 57 tempat acara. Kegiatan berupa Diskusi, workshop, pementasan, children & youth program, kegiatan komunitas dan peluncuran buku. Sebuah festival yang menjadi agenda rutin bagi para pecinta sastra dunia. Kegiatan Ubud Writers & Readers Festival merupakan sebuah festival sastra tingkat internasional yang melibatkan para penulis & pembaca dari berbagai negara. Festival ini dilaksanakan setiap tahun sebagai salah satu program dari aktivitas Yayasan Mudra Swari Saraswati yang bergerak di bidang sastra, seni dan budaya.
44
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
P
ertama kali dimulai sejak tahun 2004, yang ditujukan untuk mengembalikan kondisi pariwisata di Bali paska terjadinya tragedi bom Bali pada Oktober 2003, dimana penggagas festival ini adalah Janet De Neefe bersama suaminya Drs. Ketut Suardana yang juga merupakan pendiri Yayasan Mudra Swari Saraswati. Dalam perjalanannya, festival ini terus berkembang bahkan telah mendapatkan predikat sebagai “One of the World’s Great Book Festival oleh Conde Nast Travel and Leisure, “Among the Top Six Literary Festival in the World’s” oleh Harper’s Bazzar, serta The Best Art Event 2006 oleh The Beat Magazine Festival ini menawarkan potensi besar untuk menanamkan pemahaman lintas budaya serta membangun hubungan yang lebih kuat di kalangan penulis Indonesia dan negara lainnya. Serta menciptakan kesempatan bagi penulis-penulis Indonesia muda maupun yang senior untuk menampilkan karya mereka, dan berpartisipasi dalam pertukaran lintas budaya dalam wadah internasional. Tentunya semua ini akan menjadi peluang aktivi-
tas untuk para generasi muda dalam pengelolaan acara tingkat internasional. Pada tahun ini, tema yang diangkat adalah “Nandurin Karang Awak” diinspirasi oleh salah satu kalimat dalam gaguritan Salampah Laku, puisi panjang tradisional yang ditulis oleh Kawi-Wiku (pendeta-sastrawan) Ida Pedanda Made Sidemen. Dalam geguritan itu Ida Pedanda Made Sidemen menyatakan,”…idep belinemangkin, makinkin mayasa lacur, tong ngelah karang sawah, karang awake tandurin…” (kehendak kakanda sekarang, mulai melakukan tapa kesederhanaan, tidak memiliki tanah sawah, maka tubuh diri-lah yang ditanami). Mengolah diri sendiri sebagaimana mengolah sawah---menyebarkan benih kebajikan, memotong rumput-rumput keinginan, serta memanen dengan seksama agar hanya biji budi terbaik yang dihasilkan---- merupakan konsep filosofis penting dalam tataran spiritual Bali. Festival kali ini juga akan mengambil sekitar 50 lokasi yang bertempat di beberapa restoran, hotel dan balai budaya yang tersebar di Ubud, dan beberapa tempat di Denpasar, Seminyak, dan Jimbaran. Ubud adalah tempat sebagian besar berlangsungnya festival. Beberapa programnya meliputi kegiatan diskusi panel yang melibatkan seluruh undangan penulis yang mengangkat beberapa topik diskusi tertentu. Kemudian Special Event, yang seperti namanya merupakan acara special yang melibatkan penulis-penulis yang memenangkan perhargaan sastra. Sebuah acara perbincangan eksklusif antara penulis dan penggemarnya. Workshop, yang menampilkan berbagai rangkaian workshop kepenulisan kreatif, puisi, cerpen, novel, travel, blog dan penerbitan. Serta workshop budaya seperti kelas memasak, membatik dan lingkungan. Peluncuran Buku, Disediakan tempat khusus bagi penulis maupun penerbit yang ingin meluncurkan buku karya mereka untuk memperkenalkannya kepada khalayak sastra. Hingga Art & Performance, acara ini merupakan pementasan teater, musik, pembacaan puisi dan apresiasi sastra lainnya. Disamping itu juga merupakan acar pameran lukisan, fotografi maupun instalasi. Sastrawan dan penulis Putu Wijaya, penulis tetralogi populer "Laskar Pelangi" Andrea Hirata, penulis novel perjalanan Trinity, penulis dan tokoh politik kiri Tariq Ali, peraih penghargaan Whitbread Proze dan Man Booker Prizer, DBC Pierre, sampai penulis sastra Salena Godden ikut serta dalam festival kali ini. Festival ini diharapkan menjadi ajang merenung, berdiskusi, dan mencipta bagi para penulis lokal dan internasional untuk menghidupi tema yang dipilih tahun ini. Nandurin Karang Awak!
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
45
Special Reports
B
Plakat untuk Obama
anyak orang yang mengenal sosok Barack Obama, presiden Amerika Serikat saat ini yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Jakarta. Namun mungkin hanya sedikit orang yang tahu bahwa setelah dewasa, Obama pernah kembali ke Indonesia dan bermukim di Bali. Pada Tahun 1993, Barack Obama menghabiskan waktu berbulan-bulan di Ubud, Bali. Anggota keluarganya mengkonfirmasi bahwa Obama, yang saat itu baru menikah dengan istrinya, Michelle, menyelesaikan buku pertamanya “Dreams From My Father� di Ubud dan terinspirasi oleh ketenangan dan suasana spiritual di tempat ini. Banyak orang menilai, buku tersebut adalah faktor penting yang membantu Obama memenangkan pemilihan presiden di tahun 2008. Atas pengalaman ini, masyarakat Ubud merasa sangat dekat dengan Obama. Sejumlah tokoh di Ubud pun memutuskan untuk mempersembahkan plakat perunggu yang menandakan keterikatan antara Obama, Bali, dan sastra.
Peresmian plakat yang menjadi bagian dari rangkaian Ubud Writers and Readers Festival 2011 diselenggarakan di Casa Luna Restaurant Ubud. Plakat perunggu ini nantinnya akan ditempatkan di sebuah lokasi strategis yang akan ditentukan kemudian agar bisa dilihat para wisatawan atau tamu yang datang ke Ubud. Plakat ini diberikan oleh pembawa acara televisi Metro TV, Dalton Tanonaka, dan ketua organisasi non-profit Friends of Obama, Ron Muller. Dalam buku tersebut Presiden kulit hitam pertama Amerika Serikat ini bercerita de-
Andrea Hirata :
".. Saya mau berhenti menulis .." Andrea Hirata, bersama Arif Rahman, tim redaksi M&I menjelang gala Opening Ubud Writers & Readers Festival di Casa Luna Restaurant
T
ujuh karyanya fenomenal, dimulai dari tetralogi Laskar Pelangi pada tahun 2005, sekuelnya Sang Pemimpi 2006, Edensor 2007, Maryamah Karpov 2008, Padang Bulan 2010, Cinta di dalam gelas 2010 dan karya terakhirnya Sebelas Patriot pada awal tahun ini. Laskar pelangi sendiri sudah diterjemahkan kedalam 18 bahasa dan menjadi salah satu karya best seller yang sudah dipentaskan dalam theater di Jakarta dan Singapura. Andrea Hirata, yang ditemui redaksi M&I selepas press converence diacara Ubud Writers & Readers Festival ini meluangkan sedikit waktunya dan membocorkan proyek barunya dengan Laskar Pelangi. Berikut petikan wawancaranya. Bagaimana menurut Anda tentang festival ini [Ubud writers & Readers Festival. red]?
46
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
ngan gamblang mengenai perpisahan orangtuanya dan perjalanan ayahnya ke Harvard, dan mengungkapkan minimnya pengetahuan dirinya tentang sang ayah, yang kemudian meninggal dalam kecelakaan. Obama pun menceritakan tentang kehidupan keluarganya setelah ibunya memutuskan menikah lagi dengan pria Indonesia bernama Lolo Soetoro hingga kemudian perjalanannya kembali ke Amerika Serikat. Romantika hubungan antarras juga menjadi topik yang menonjol dalam buku tersebut.
Buku Dream from my Father, yang di tulis Obama di desa Ubud Gianyar Bali. Salah satu bagian dari perjalanan hidupnya sebelum ke gedung putih
Festival ini fantastik, saya juga melihat bahwa UWRF terkenal di seluruh dunia. Ini menyediakan kesempatan bagi para penulis Indonesia. Saya sendiri tak hanya berusaha mengenalkan pekerjaan saya di sini, tapi juga belajar jadi penulis. Ini acara yang begitu besar, skala internasional dan sangat terkenal diluar negeri, orang dari luar berlomba-lomba untuk datang ke festival ini, namun sayangnya responnya dari dalam negeri sangat sedikit sekali. Sangat disayangkan karena ini adalah tempat yang tepat untuk belajar, khususnya bagi anak-anak muda di Indonesia. Tapi justru banyak yang melewatkan kesempatan ini. Mungkinkah karena taraf festival ini internasional dan pembicaranya sebagian besar orang asing? Justru itu, ini kesempatan besar untuk belajar dengan orang-orang hebat, saya sendiri walaupun terbatas kemampuan bahasa asing namun berusaha tetap belajar bagaimana supaya bisa menimba ilmu dari orang-orang sukses. Kamu tahu Alexander Mc Call Smith , penulis buku Ladies Detective Agency itu, juga akan datang kemari. Dia adalah orang dengan karya besar, kita harus belajar dengan mereka supaya tambah maju dan berkembang. Saya setuju, lalu apa proyek setelah sebelas patriot? Sementara ... saya mau berhenti menulis dulu, saya masih fokus pada laskar pelangi yang sebentar lagi akan ditayangkan di televisi Sinetron..? Bukan, tapi serial. Setelah berhasil dengan pertunjukan theather laskar pelangi di Jakarta dan kemudian 3 kali show di Singapura dan semuanya sold out. Sekarang kita akan bawa laskar pelangi ke format
serial, nantinya akan ditayangkan oleh SCTV. Kalau kemudian berhenti menulis, apa aktivitas sekarang? Saya sekarang fokus pada pengembangan bakat-bakat muda untuk menulis, sharing dan berbagi dengan mereka. Banyak sekali penulis yang mengirimkan cerpennya ke mail saya, dan banyak diantara mereka yang tulisannya sangat bagus-bagus sekali. Karenanya saya ingin meluangkan banyak waktu dengan mereka. Terakhir, bagaimana perempuan bisa menjadi penulis yang hebat? Sebagai pekerja seni harus konsisten, saat mood bagus maka harus nulis dan pandaipandai membagi waktu. Dewi lestari yang ibu rumah tangga saja bisa jadi penulis yang bagus, padahal beliau ibu rumah tangga yang punya banyak keterbatasan. Lebih jelasnya nanti datang saja ke acara saya, akan saya ceritakan semua disana [Andrea Hirata dijadwalkan menjadi pembicara di salah acara pada festival ini bersama Putu Wijaya] Ok, terima kasih atas waktunya. Sama-sama! - Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
47
Alex P Chandra
Notes from a friend
By. Publisher of Money & I Magazine
48
Capital Adequacy Ratio
C
apital Adequacy Ratio, disingkat CAR, adalah perbandingan antara modal sebuah bank relatif terhadap assetnya (yang dibobot berdasarkan resikonya). Bank Indonesia mensyaratkan minimal sebuah bank mempertahankan CAR-nya 8%. Artinya apa ? Artinya, share holder harus menyediakan minimal 8% modal sendiri dari total Assetnya (yang dibobot berdasarkan resikonya). Misalnya terhadap persediaan cash yang likuid, resikonya 0%. Jadi Bank tidak perlu menyiapkan modal terhadap persediaan cashnya.
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
Pinjaman KPR karena resikonya dinilai kecil, resikonya dibobot 40% saja. Jadi kalau BPR Lestari mempunyai 100 Milyar pinjaman jenis KPR, maka minimal harus menyiapkan modal sendiri 8% x 100M x 40% = 3.2 Milyar. Pinjaman komersial, karena resikonya lebih besar dibobot 100%. Jadi kalau BPR Lestari memberikan pinjaman komersial 100M, maka minimal modal sendirinya adalah 8 M. Demikian seterusnya dihitung. Artinya terhadap setiap penambahan asset bank, harus diback-up dengan kecukupan modal (capital adequacy ratio). CAR ini cukup terkenal oleh masyarakat awam, karena sering disebutsebut di media.
Dan setiap bank yang jatuh kemudian dikaitkan dengan CAR yang jelek. Dan seolah-olah menjadi common wisdom, pemahaman bersama, bahwa bank yang baik, CAR-nya harus tinggi. Harus menyiapkan modal sendiri yang cukup besar. Logikanya adalah kalau-kalau kredit yang dilepas oleh bank tersebut menjadi gagal bayar (default), maka bank mempunyai cadangan modal untuk menalanginya. Dengan demikian, kalau sebuah bank memiliki kecukupan modal yang baik, maka bank tersebut akan semakin tahan terhadap resiko. Semakin tinggi semakin baik. The higher the better. Saya sudah lebih dari 18 tahun berkarir di perbankan. Dan sampai sekarang masih sulit memahami logic-nya. Atau at least kesulitan memahami common wisdom, bahwa bank itu harus memiliki CAR yang tinggi supaya sehat. Saya setuju-setuju saja bahwa komponen CAR adalah sebuah ratio yang harus diwaspadai oleh setiap banker, walaupun gagal memahami kepentingannya. Bank itu gagal karena 2 hal. Yang pertama adalah kegagalan atas kreditnya. Artinya banyak sekali kredit yang gagal bayar Kemudian karena biasanya terjadi conflict of interest. Banknya tidak bisa menyelesaikan loan-problemnya. Saking tidak terkontrolnya loan-problem bank tersebut, pendapatannya terus berkurang sehingga banknya merugi. Kerugiannya tidak bisa ditutupi oleh kemampuan modalnya. Menurut saya, bank itu sehat kalau kreditnya sehat. Ini harusnya yang menjadi fokus setiap banker. Non Performing Loan adalah indikator utamanya. Berapa besar kreditnya yang tidak perform dibandingkan relative dengan keseluruhan portofolionya. Berapapun besarnya CAR sebuah bank, tidak akan mampu menjamin ‘kemampuan’ sebuah bank mengatasi masalah jika loan problemnya sudah tidak terkontrol. Penyebab kegagalan kedua sebuah bank adalah likuiditas problem. Yaitu jika sebuah bank tidak atau kurang menyiapkan dana yang cukup untuk melayani penarikan dana deposan-deposannya. Jika karena suatu hal bank itu gagal bayar, maka kepercayaan, yang menjadi pondasi sebuah bank, menjadi runtuh. Bank-nya akan diserbu oleh para deposan lain yang panik. Terjadi rush. Tidak ada bank yang bisa survive jika terjadi rush. Berapapun besarnya CAR sebuah bank (kecuali mencapai 100%; namun kalau 100% bukannya Bank karena tidak memutar dana orang lain) tidak akan sanggup menolong sebuah bank yang di-rush. Jadi CAR sebagai sebuah indicator kesehatan sebuah bank adalah sebuah ratio yang terlalu dibesar-besarkan kegunaannya. Prakteknya, hampir tidak ada kegunaannya. Jika loan problem yang menjadi masalah sebuah bank, ditambah modalnya, diganti pengurusnya kalau ternyata tidak competence, dimasukkan penjara pengurus dan pemiliknya jika ada indikasi pidana-nya. Setelah kredit macetnya di-hapus-buku-kan, bank nya akan sehat kembali, dan bisa
beroperasi seperti sedia kala. Bank Century termasuk yang seperti ini. Sekarang Bank Mutiara beroperasi sebagai bank yang sehat. Jika liquidity problem yang terjadi, dan bank-nya sehat, Bank Indonesia harus step in, bertindak sebagai back up penyedia dana, lender of the last resort. Bank Indonesia memberikan pinjaman dengan jaminan seluruh asset bank tersebut, dan akan dibayar kembali jika rush-nya mereda. Capital Adequacy Ratio tidak menjawab 2 masalah besar yang terpenting yang dihadapi oleh sebuah bank. Problemnya dengan menerapkan capital adequacy ratio diatas segalanya, adalah bank yang sehat, kemudian dibatasi pertumbuhannya (kecuali menambah modalnya). Bank yang sehat dan tumbuh harus dipenalti dengan kewajiban menambah modalnya. Barubaru ini saya membaca artikelnya Steve Hanke di majalah Global. Dia kurang lebih mengatakan hal yang sama. Bahwa pemahaman bahwa perbankan harus menyiapkan modal sendiri yang cukup besar terhadap assetnya, membuat commercial bank fly from risk. Bank-bank harus menata portofolio assetnya, mengalihkannya ke asset-asset yang mempunyai bobot resiko lebih kecil. Misalnya mengurangi commercial loan, dan mengalihkannya ke Treasury Secutiries (karena rasio risknya lebih kecil dibandingkan dengan commercial loan). Menghimpun cash lebih banyak (karena rasio risknya 0%). Menghindari commercial loan yang produktif dengan masuk lebih banyak ke real estate loan (KPR) yang konsumtif. Alhasil, jumlah uang beredar menciut drastis, dan pinjaman komersial yang produktif, mengering. Banknya kuat, ekonominya melemah. Ditenggarai oleh Steve Hanke, ini salah satu penyebab krisis yang tengah terjadi di Eropa dan Amerika. Bagaimana pendapat Anda?
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
49
50
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1
- Vo l. 2 1 S e p - O c t 2011
51
52
- Vol. 22 O c t - Nov 2 0 1 1