Edisi Laporan Utama OPAK Krisis Pengenalan 2016 di Ajang Perkenalan
Laporan Utama
Wawancara
Alokasi Dana OPAK Universitas Jadi Sorotan
Yusron: Penerapan PBAK Belum Optimal
Hal 2
Hal 3
Hal 5
NEWSLETTER lpminstitut
LPM INSTITUT - UIN JAKARTA
@lpminstitut
Foto: UKM KSR UIN
Nasib Malang Dana Kesehatan
Tim kesehatan OPAK melakukan pertolongan pertama pada mahasiswa baru yang sakit ketika mengikuti upacara OPAK universitas di Lapangan Triguna, Rabu (24/8). Tim kesehatan tersebut dikoordinatori oleh UKM KSR-PMI UIN Jakarta.
Atik Zuliati & Dewi Sholeha
D
ivisi kesehatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) tingkat universitas tak mendapatkan anggaran dalam acara OPAK 2016 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahkan, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR-PMI) UIN Jakarta sebagai koordinator divisi kesehatan OPAK universitas harus menggunakan obat-obatan yang tersedia di sekretariat KSR-PMI untuk mengobati mahasiswa baru (maba) yang sakit.
Ketua UKM KSR-PMI UIN Jakarta, Istianto Hari Pratama mengungkapkan, untuk pembelian obat-obatan KSR-PMI menggunakan anggaran kegiatan lembaga kemahasiswaan milik KSR. Selain itu mereka juga menggunakan dana upah tim kesehatan yang bertugas ke luar kampus dan acara donor darah. “Dana kesehatan dicoret kalau kata pihak Dema Universitas (Dema-U). Jadi, untuk membeli obat kita memakai dana yang dimiliki KSR,” ujarnya, Rabu (24/8). Sekretaris UKM KSR-PMI, Iffa Iffatunnufus pun menyayangkan ketiadaan dana kesehatan. Menurutnya, dana kesehatan penting melihat banyaknya peserta OPAK yang sakit ketika acara berlangsung. Selain itu, obat-obatan yang dimiliki oleh UKM
KSR-PMI hanya bersifat umum, halnya obat pusing, mag, dan asma.
seperti
Ketidaklengkapan obat yang ada di posko kesehatan akhirnya menyebabkan beberapa maba yang sakit dirujuk ke Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. Seperti salah satu peserta OPAK yang menderita cidera persendian. “Rumah Sakit Syarif Hidayatullah menyediakan obat-obatan penyakit yang lebih serius, seperti paru-paru dan mag akut, ” tambah Iffa, Kamis (25/8).
Tak hanya itu, ketiadaan dana pun berpengaruh pada fasilitas yang terdapat di posko kesehatan. Istianto mengungkapkan, pihak universitas hanya menyediakan tempat. Sedangkan fasilitas lain seperti karpet, banner, tenda, bahkan air minum tidak disediakan dan KSR-PMI yang menyediakannya sendiri. “Padahal saya sudah kasih tahu itu ke grup WhatsApp panitia OPAK universitas dan minta tanggung jawab, namun tak ada tanggapan,” keluhnya. Pada acara geladi resik OPAK, Selasa (23/8), divisi kesehatan OPAK universitas mendirikan tiga posko kesehatan, dua posko di Lapangan Triguna dan satu posko di Auditorium Harun Nasution. Bersambung ke halaman 5 kolom 2
www.lpminstitut.com
EDITORIAL Krisis Perbaikan Pengenalan akademik menjadi ajang yang harus dilalui mahasiswa dan mahasiswi baru (maba), tak terkecuali di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Entah terbingkai dengan nama Orientasi Akademik dan Kemahasiswaan (OAK), Program Pengenalan Studi dan Almamater (Propesa), Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK), Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) dan sekarang berganti menjadi Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK), acara dari tahun ke tahun tetap sama. Stagnan. Mulai dari konsep acara, materi untuk peserta, hingga kinerja panitia PBAK pun patut dipertanyakan, di mana perbaikannya? Kompetensi pengenalan akademik UIN Jakarta, pengenalan akademik fakultas, pengenalan kemahasiswaan dan kepribadian sebagai materi untuk maba yang tertera jelas pada tata tertib pelaksanaan OPAK sesuai ketetapan Senat Mahasiswa UIN Jakarta Nomor: 07/TAP/Sema-U/ VIII/2016 malah ditiadakan. Lantas, di mana peran OPAK sebagai ajang perkenalan kampus? Apakah OPAK hanya menjadi nomenklatur? Kalau benar demikian, sangat wajar tak ada perubahan antara OPAK dan PBAK. Padahal ada beberapa hari, minggu, dan bulan dalam setahun untuk mempersiapkan OPAK—sekarang PBAK—bagi para panitia agar maksimal. Tidak cukupkah waktu 12 bulan untuk memaksimalkan persiapan PBAK agar kekurangan-kekurangan sebelumnya tak terulang. Dan, sedemikian komplekskah persoalan PBAK sehingga semua elemen yang terlibat dalam pelaksanaan tak mampu menyelesaikannya?
Tak sampai di situ, berbagai pelanggaran pun banyak dijumpai saat PBAK berlangsung, sebut saja pemakaian atribut yang tak sesuai dengan kesepakatan yang terdapat dalam tata tertib pelaksanaan OPAK. Bukan hanya dilanggar para pesertanya, ketidaksesuaian atribut sesuai yang tercantum dalam tata tertib pun banyak kita jumpai pada atribut panitia PBAK. Pantas, kalau maba melanggar tata tertib yang berlaku, mereka pasti berkaca dari kakak senior. Meminjam peribahasa, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Melihat kejadian ini, agaknya para panitia PBAK perlu melihat secara jeli apa yang harus dibenahi dan bukan hanya sekadar menjadi panitia baru tanpa konsep yang baru. Sederhananya jika dilakukan dengan bersungguh-sungguh tentu kekurangan OPAK tahun lalu takkan terulang. Jadi, secara logika, hanya satu persoalannya: tak bersungguh-sungguh.
Edisi O PA K
Laporan Utama
2 2016
Krisis Pengenalan di Ajang Perkenalan
SALAM REDAKSI Salam Mahasiswa!
S
alam sejahtera bagi seluruh civitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah lama menikmati libur perkuliahan yang cukup melelahkan, kini kami para jurnalis kampus kembali hadir untuk memberikan beragam informasi bernapas kebenaran, keadilan, dan kejujuran.
Mengakhiri Agustus pada tahun ini, para wakil mahasiswa yang tergabung dalam Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (Dema-U), Senat Eksekutif Mahasiswa Universitas (Sema-U), dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tengah serius membimbing para mahasiswa baru atau akrab disapa maba mengenal UIN Jakarta. Pertemuan maba di kampus kita tercinta ini diawali dengan hegemoni Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK). Untuk itu, marilah kita kawal bersama perjalanan OPAK sekarang ini dengan saksama dan lapang dada. Coba kita cermati lebih dalam, keberadaan Badan Pengawas OPAK (Banwaspak) tak ubahnya seperti buah leci di atas kue tar, yang hanya menjadi pelengkap dari manisnya adonan anggaran kampus.
Lebih lagi, persoalan tak transparannya pengelolaan anggaran kembali terulang. Pembagian dana dari Dema-U kepada lembaga kemahasiswaan serta divisi lainnya tidak merata. Puncaknya Divisi Kesehatan OPAK pun luput dari anggaran. Walhasil, maba yang berjatuhan karena kondisi kesehatan yang menurun hanya bisa ditangani dengan obat-obatan seadanya.
Sejak lalu sampai sekarang bahkan di masa mendatang OPAK pasti kan terus terlaksana. Hanya saja, di sepanjang pelaksanaannya, apakah kinerja para pembimbing maba mengalami perubahan? ataukah sama saja? ataukah biarkan saja waktu yang menjawab? Ingat! Buat para wakil mahasiswa yang dipercaya mahasiswa. Cukup sudah kampus ini dibingungkan dengan aturan kelembagaan yang pelik. Jangan pula kampus ini disibukkan dengan persoalan harta, takhta, apalagi bendera. Mari jernihkan hati, satukan pikiran dengan menjunjung kepentingan mahasiswa bersama untuk memajukan UIN Jakarta.
Hiduplah dengan asa kebenaran, keberanian, keadilan, hingga kejujuran. Hidup manusia! Selamat membaca.
Foto: Panca Prasetya
Hai mahasiswa! Liburan telah usai, sudahilah euforia bertamasya, berbelanja, serta foyafoya. Sekarang ini, fokuskan tenaga dan pikiran untuk melanjutkan pendidikan di kampus yang berkomitmen menciptakan lulusan yang cerdas, kreatif, dam inovatif.
Mahasiswa baru FITK, FU, dan FSH tengah mendengarkan materi kebangsaan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, Rabu (25/8) di Auditorium Harun Nasution. Acara ini merupakan salah satu materi dalam OPAK 2016.
Fahmi Fauzi Abdillah & Nindya Putri R
O
rientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK)—tahun ini dikenal Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK)—merupakan sarana bagi mahasiswa baru untuk mengenal kampus, mulai dari sarana prasarana, lembaga kemahasiswaan, hingga akademik. Sayang, tujuan tersebut tak tercermin dalam pelaksanaannya.
Pasalnya, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) dan Fakultas Ushulludin (FU) tidak mendapat materi keuniversitasan yang di dalamnya terdapat pengenalan Lembaga Kemahasiswaan (LK). Sedangkan, materi kebangsaan tak didapat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Sains dan Teknologi (FST) dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom) pada hari yang sama, Rabu (24/8). Padahal, pengenalan kampus bisa didapat melalui materi yang diberikan. Lagi pula, materi tersebut sudah tertera jelas dalam Tata Tertib Pelaksanaan OPAK Nomor 07/TAP/SEMA-U/ VIII/2016 sebagai materi OPAK 2016.
Tentu, ketiadaan materi ini menimbulkan kekecewaan mahasiswa baru (maba), sebut saja Muhammad Riski Firmansyah. Mahasiswa Muamalat FSH ini mengatakan, seharusnya bisa mengenal lebih jauh lingkungan kampus yang ia pilih. “Saya agak kecewa, harusnya bisa dikenalkan sarana prasarana dan UKM-UKM UIN Jakarta,” tutur Riski. Kekecewaan pun turut dirasakan Nur Indah Pertiwi. Menurutnya, OPAK adalah ajang
perkenalan kampus dan isinya. “Anak UIN kok enggak kenal organisasi kampusnya sendiri?,” kata mahasiswi Ilmu Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin (FU) ini.
Sementara, mahasiswa Manajemen Dakwah Ainun Nasihin menyayangkan tidak adanya materi kebangsaan di Fidikom. “Sayang sekali, sebenarnya itu kan kegiatan yang termasuk materi, tapi kita tidak dapat,” ujarnya. Bahkan, salah satu mahasiswi Ekonomi Syariah FEB Ninda Aulia Faradhilla mengaku tidak tahu sama sekali adanya materi kebangsaan. Terkait ditiadakannya salah satu materi, Ketua Panitia Pelaksana OPAK Zaenal Arifin berdalih, bukan ditiadakan, tapi diganti dengan materi kebangsaan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). “UIN tidak memiliki tempat yang luas untuk menampung semua maba saat Menpora memberikan materi kebangsaan, maka beberapa fakultas terpaksa tak menerima materi tersebut karena harus berada di tempat berbeda,” ujar Zaenal, Kamis (25/8). Zaenal menjelaskan, beberapa materi yang hilang karena pergeseran jadwal. “Kedatangan Menpora yang diperkirakan pukul 09.15 WIB tapi baru tiba sekitar pukul 15.30 WIB,” tuturnya.
Sedangkan, Ketua Pelaksana OPAK Muhammad Arafat pun hingga saat ini masih sulit ditemui dan menjelaskan perihal materi tersebut. Sama halnya dengan Ketua Pelaksana OPAK, Koordinator Divisi Acara OPAK Ahmad Khotib pun hingga berita ini diterbitkan enggan memberikan penjelasan saat dimintai
NEWSLETTER Pemimpin Umum: Erika Hidayanti | Sekretaris Umum: Syah Rizal | Bendahara Umum: Triana Sugesti | Pemimpin Redaksi: Arini Nurfadilah | Redaktur Online: M. Rizky Rakhmansyah | Pemimpin Perusahaan: Jeannita Kirana | Pemimpin Litbang: Yasir Arafat | Riset & Dokumentasi : Ika Puspitasari Anggota: Aisyah Nursyamsi, Dicky Prastya, Eko Ramdani, Eli Murtiana, Jannah Arijah, Lia Esdwi Yani Syam Arif, Yayang Zulkarnaen, Zainuddin Lubis
Koordinator Liputan: Alfarisi Maulana | Reporter: A. Khabibul Kirom, Alfarisi Maulana, Atik Zuliati, Dewi Sholeha Maisaroh, Fahmi Fauzi Abdillah, M. Ubaidillah, Nindya Putri R, Panca Prasetya Fotografer & Editor: INSTITUTER | Desain Visual & Tata Letak: Eko Ramdani | Editor Bahasa: Arini Nurfadilah Alamat Redaksi: Gedung Student Center Lantai 3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jalan Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Tangerang Selatan redaksi.institut@gmail.com | 085722423074 www.lpminstitut.com
Laporan Utama
Foto: A. Khabibul Kirom
3
Edisi O PA K 2016
Tampak stand Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dipenuhi oleh motor, Jumat (26/8). Pada hari pertama OPAK, di tempat tersebut UKM menampilkan hasil karya kepada mahasiswa baru.
Alokasi Dana OPAK Universitas Jadi Sorotan A. Khabibul Kirom & Panca Prasetya
D
ewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (Dema-U) kembali menjadi panitia pelaksana Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) 2016 tingkat universitas yang berlangsung selama tiga hari mulai dari 24-26 Agustus. Adapun tahun ini, universitas telah mengalokasikan dana untuk OPAK sebesar Rp515 juta. Terlebih, alokasi dana dari universitas terbagi lagi ke dalam dua bagian, yakni 20% atau Rp103 juta diserahkan ke panitia OPAK universitas dan 80% atau Rp412 juta untuk seluruh fakultas di UIN Jakarta. Kondisi tersebut dibenarkan salah satu anggota Divisi Pelayanan Keuangan OPAK Joko Maryono. Ia bercerita, dari Rp103 juta yang dialokasikan, Dema-U hanya menerima Rp50 juta yang diperuntukkan keperluan teknis. Sedangkan, kata Joko, sisanya—Rp53 juta—dipegang oleh bagian Keuangan UIN Jakarta untuk membayar honor narasumber termasuk menteri. Ia menambahkan, kemahasiswaan hanya menerima Rencana Belanja Anggaran (RBA). “Awalnya Dema-U mengajukan dana Rp120 juta. Namun, karena melebihi RBA maka harus dikurangi,” ujarnya, Kamis (24/8). Di satu sisi, pembagian alokasi dana OPAK universitas kepada seluruh pihak terkait dinilai tidak merata. Salah satu
pihak yang tak mendapatkan alokasi dana ialah Lembaga Kemahasiswaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Padahal UKM sendiri terlibat aktif sebagai pengisi acara dengan membuat stan dan demo UKM. Selain UKM, nasib serupa dialami pula tim Marching Band dan Korps Suka Rela (KSR) sebagai Koordinator Divisi kesehatan yang juga tidak diberikan anggaran dana oleh Dema-U. Pelaksana Tugas (PLT) Forum UKM Abdullah Mahfud membenarkan bahwa tidak ada alokasi dana dari Dema-U untuk UKM. Ia pun sempat menanyakan perihal anggaran dana tersebut. Namun sayang, pihak Dema-U justru menyarankannya bertanya ke Biro Akademik UIN Jakarta. “Kita udah bolak balik kesana kemari tapi enggak ada hasil,” keluhnya, Rabu (24/8).
Saat ditemui Institut di stan UKM tepat di seberang sekretariat Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U), Bendahara OPAK Universitas Putri Ayu Silmi Afifah enggan memberikan jawaban yang jelas. Bukan cuma itu, saat ia kembali dihubungi melalui aplikasi telepon seluler ia menuliskan bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk menjawab. Bagi Ayu, ia hanya menjalankan teknis pelaksanaan anggaran OPAK. Sedangkan untuk informasi detail terpusat di ketua Organizing Commit (OC) dan Steering Commit (SC). Ketika
ingin
dikonfirmasi
kepada
Ketua Dema-U Ahmad Al-darda, sejak Kamis pagi sampai malam hari yang bersangkutan belum bersedia ditemui . Tak berselang lama, ia baru bisa dihubungi lewat pesan singkat, Darda menyebutkan bahwa dalam OPAK kali ini ia hanya bertindak sebagai anggota pengarah. “Yang lebih berwenang adalah Ketua OC dan SC,” tulisnya, Kamis (25/8). Darda menambahkan, tidak adanya dana untuk lembaga kemahasiswaan seperti UKM dikarenakan agenda UKM hanya mendemonstrasikan pemutaran video profil saja. Namun faktanya, Dema-U menyetujui pengadaan stan UKM di seberang sekretariat Sema-U.
Serupa dengan Darda, Ketua Pelaksana OPAK Muhammad Arafat hingga Kamis malam (25/8) tidak bisa ditemui. “Nomor hp? Setahu saya sih hpnya ilang jadi enggak bisa dihubungi,” cetus Koordinator Divisi Acara OPAK Ahmad Khotib, Kamis (28/8). Ia juga menjelaskan, sekarang ini Arafat sedang tidak berada di kampus. Sebab yang bersangkutan tengah melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Ihwal anggaran dana OPAK universitas, Sekretaris Panitia Pengarah OPAK Bambang Prihono mengatakan, pembuatan rincian dana OPAK itu merupakan kebijakan Dema-U. Bambang pun menekankan, bila ingin menanyakan transparansi dana hendaknya bertanya langsung kepada Dema-U. “Jangan setelah ada masalah lapor ke sini, lacaknya ke Dema,” tegasnya, Rabu (25/8).
Edisi O PA K
4 2016
Menagih Janji Masa Orientasi
Opini
Oleh Erika Hidayanti*
O
rientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) atau yang sekarang telah berganti nomenklatur menjadi Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) sudah menjadi hajat rutin di UIN Jakarta. Tapi, apa sebnernya yang diinginkan dari adanya masa orientasi ini? Mahasiswa seperti apa yang ingin dicetak kampus, ditentukan dari sini. Tentu dilihat dari nama yang mana pun masa orientasi seharusnya menjadi ajang mahasiswa baru untuk mengenal kampus. Mulai dari hal-hal akademik hingga kegiatan kemahasiswaan. Kesemua hal tersebut tentu harus diramu secara singkat karena masa orientasi hanya berlangsung selama empat hari. Sekarang mari kita lihat pelaksanaan masa orientasi tahun ini yang mengusung tema Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Agama Sebagai Tiang Pembangun Bangsa. Apakah tema ini sudah mewakili apa yang diharapkan dari masa orientasi? Baiklah saya akui, tema ini cukup baik dan bertujuan cukup mulia dengan ingin mengenalkan integrasi ilmu pengetahuan dan agama pada mahasiswa baru. Hal ini memang merupakan ciri khas kampus UIN Jakarta.
Sayangnya, tema cantik belum tentu akan sebanding dengan pelaksanaan yang cantik pula. Mari kita runut satu-satu, jika mengacu pada buku pedoman dan susunan acara maka hutang pengenalan akademik dan kemahasiswaan sudah cukup lunas saat hari pertama pembukaan masa orientasi. Hari ituu, mahasiswa baru dijejali dengan materi akademik mulai dari perpustakaan hingga pusat bahasa. Serta diperkenalkan dengan 17 lembaga kemahasiswaan tingkat universitas.
Namun, apakah kemudian acara tersebut menjamin mahasiswa baru paham? Saya rasa belum tentu. Kita tak bisa menyimpulkan terlalu cepat. Apalagi waktu pengenalan sangatlah terbatas. Hanya 120 menit untuk keseluruhan materi. Meski pada akhirnya untuk materi pengenalan akademik, mahasiswa baru akan tahu dengan sendirinya ketika mereka mulai memasuki kuliah. Setelah itu, acara apa lagi yang digelar? Di hari yang sama, digelar pula seminar bertajuk anti narkoba dan radikalisme serta training motivasi. Entah untuk melunasi hutang yang mana, namun, kedua materi ini masih belum begitu menggambarkan tema yang diusung masa orientasi tahun 2016 ini.
Masa orientasi tahun ini pun mengundang Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrowi untuk mengisi ceramah kebangsaan yang pada akhirnya mengorbankan waktu pengenalan lembaga kemahasiswaan serta akademik pada sesi kedua. Saya belum tahu lagi materi ini untuk melunasi hutang yang mana, namun, terpenting bagi yang sudah mengundang Pak Menteri tentu harus dihormati dan diberi kesempatan untuk berbicara di depan ribuan mahasiswa baru itu. Jika ditelaah lagi mungkin saya belum bisa begitu menemukan korelasi antar tema dan materi-materi yang diberikan kepada mahasiswa baru. Belum lagi, kegiatan di luar materi-materi itu yang bahkan tak bisa dikontrol oleh panitia di tingkat universitas sekali pun. Contohnya saja ketika mahasiswa baru disepakati untuk langsung pulang ke rumah masingmasing setelah geladi resik, nyatanya panitia di fakultas tetap mengadakan mentoring setelah acara itu bahkan hingga sore. Padahal, katanya, kegiatan mentoring tahun ini sudah tidak diperbolehkan
Selamat Wisuda Pemimpin Redaksi LPM Institut 2013
Rahmat Kamaruddin, S.Th.I
karena rawan perploncoan, entahlah yang mana yang benar.
Mentoring, setahu saya memang dari tahun ke tahun tak begitu banyak mengenalkan kampus apalagi mengenalkan budaya akademik dan kemahasiswaan. Sebagian besar isinya hanya sebagai ajang bagi para senior untuk unjuk gigi di depan juniornya. Ajang mereka untuk menarik simpati. Ajang pamer pihak masing-masing. Ya, masih bersyukurlah jika memang di sela-sela mentoring itu ada ilmu baru yang didapat keluarga baru kampus. Apapun itu namanya masa orientasi saya hanya berharap bisa memenuhi janji-janjinya yang tertuang pada nama dan tema yang diusung. Bisa mencetak generasi kampus berikutnya yang lebih baik dan tentu cinta kampus, bukan hanya cinta golongan tertentu saja.
Saya rasa, pelaksanaan masa orientasi dengan lebih banyak menampilkan kegiatan kampus dan akademik yang dibuat peragaannya mulai dari universitas hingga jurusan bisa sedikit lebih menarik. Buku saku bagi mahasiswa pun yang lebih lengkap mengenai kegiatan akademik, kemahasiswaan, serta berbagai kebutuhan mereka di kampus akan menjadi pelengkap masa orientasi itu. Mungkin, bisa dipertimbangkan di kemudian hari. Semoga masa orientasi ini tak hanya menjadi empat hari yang melelahkan dan sia-sia tapi mampu mencetak mahasiswa baru yang lebih baik dari para seniornya. Semoga saja. *Penulis adalah mahasiswa Masyarakat ,FKIK UIN Jakarta
Kesehatan
Selamat Menempuh Hidup Baru Aam dan Kurniawan
Edisi O PA K
52016
Yusron: Penerapan PBAK Belum Optimal
Wawancara untuk memunculkan nuansa materi budaya akademik (academic atmosphere) dalam pengenalan kampus. Jadi selama ini, apakah OPAK UIN tidak mengacu budaya akademik?
Menurut saya, OPAK UIN selama ini kurang mengacu budaya akademik. Dalam prakteknya masih terdapat penyimpangan, tahun lalu materi OPAK UIN Jakarta yang diperdebatkan karena tidak sesuai dengan budaya akademik seperti PBAK. Saya lupa materi itu, tapi yang jelas materi yang disampaikan di PBAK lebih jelas dan terarah, semuanya berkaitan dengan budaya akademik.
Foto: Alfarisi Maulana
Budaya akademik tidak terlepas dari kepanitian. Dalam aspek penyelenggara, UIN sudah membuat kepanitian orientasi yang mengandung elemen pimpinan perguruan tinggi, dosen, karyawan, dan melibatkan mahasiswa. Dalam konteks ini, mahasiswa tidak bisa menjadi leader sepenuhnya, hal ini dilakukan agar kegiatan orientasi ini tidak keluar dari budaya akademik. Dalam pandangan Anda, apa urgensi dari PBAK?
T
ahun ajaran 2016, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta resmi mengganti Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswan (OPAK) menjadi Pengenalan Budaya Akademik (PBAK). Pergantian ini berdasarkan Surat Edaran (SE) Kementerian Agama Nomor 3032.A/D1.1./ PP.09/07/2016 tentang Pengenalan Budaya Akademik bagi mahasiswa baru. Namun, PBAK tak sepenuhnya menggantikan OPAK sebagai kegiatan pengenalan lingkungan kampus. Terbukti, beberapa fakultas sudah ada yang menggunakan PBAK. Ternyata rektorat pun tak serta-merta mengubah nomenklatur itu.
Berikut hasil wawancara reporter Institut, Alfarisi Maulana dengan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Yusron Razak, yang juga menjadi penasihat dalam kepanitiaan PBAK 2016, Kamis (25/8). Sejauh ini, apa yang menjadi substansial dari PBAK?
Sebenarnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaran orientasi mahasiswa baru yaitu aspek nomenklatur, aspek substansi kegiatan dan yang terakhir aspek penyelenggara. Dari ketiganya, aspek
Sambungan Nasib Malang Dana Kesehatan sedangkan pada pembukaan OPAK universitas didirikan tiga posko, dua di lapangan UIN Jakarta dan satu posko di Aula Madya. Selama kegiatan tersebut mereka menangani kurang lebih 70 maba yang sakit. Menanggapi persoalan tersebut, Bendahara Pengeluaran Pembantu Kemahasiswaan Joko Maryono menjelaskan, dalam pengajuan Rencana Belanja Anggaran (RBA) pertama Dema-U, terdapat anggaran dana untuk pembelian obat-obatan. Namun, setelah ada perubahan RBA, tidak ada dana untuk pembelian obat. “Awalnya dalam RBA, anggaran kesehatan OPAK Universitas sebesar Rp785 ribu,” ungkap Joko, Kamis (25/8).
nomenklatur yang paling berbeda.
Menurut saya, UIN Jakarta sekarang ini dalam masa transisi. Turunnya SE itu tidak dapat langsung menggantikan OPAK menjadi PBAK. Pertimbangan itu dilihat dari sisi pragmatis di lapangan. Walaupun, dalam SE menyebutkan bahwa OPAK sudah tidak digunakan lagi sebagai nama kegiatan pengenalan kampus.
Apa yang membedakan OPAK dengan PBAK? Terlihat jelas dari perubahan nama kegiatannya, hurufnya sudah berbeda. OPAK dalam struktur bahasa memunculkan kerancuan. Lalu, dua huruf “O&P” menjelaskan “Orientasi” dan “Pengenalan”. Seharusnya pengenalan saja sudah cukup untuk menjelaskan maksud dari dua kata yang sama. Selain itu, PBAK lebih menekankan budaya akademik sesuai namanya. Kegiatan OPAK banyak yang tidak sesuai dengan budaya akademik, semisal, aturan botol dalam kacang hijau yang dijadikan panitia sebagai bagian OPAK. Mahasiswa baru disuruh panitia untuk menghitung jumlahnya. Halhal seperti ini yang menyebabkan PBAK hadir
Joko juga menjelaskan, penghapusan dana kesehatan yang dilakukan oleh pihak Dema-U, karena jumlah anggaran untuk OPAK yang diajukan Dema-U melebihi anggaran yang disiapkan oleh pihak rektorat. Dalam pengajuan pertama, Dema-U mengajukan anggaran dana sebanyak Rp120 juta, sedangkan anggaran dari universitas sebanyak Rp103 juta.
Saat dihubungi, Bendahara OPAK universitas Putri Ayu Silmi Afifah tidak berkenan untuk diwawancara. Ia enggan memberikan keterangan terkait tidak adanya dana kesehatan ketika dimintai konfirmasi oleh reporter Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut lewat telepon, Kamis (25/8).
Perubahan nama dari OPAK menjadi PBAK menekankan pada budaya akademik. Sikap dan sifat yang berkaitan dengan budaya akademik diharapkan dapat terwujud dalam kegiatan ini. Harapannya maba memiliki sikap analogis, kritis, dan argumentatif. Sehingga dalam pelaksanaanya diharapkan juga terbebas dari kegiatan perploncoan atau bullying.
Hemat saya, PBAK adalah kegiatan yang pure academic. Tujuannya mampu mengembangkan kemampuan intelektual, emosional dan spiritual maba. Sehingga mereka punya semangat untuk berbudaya akademik. Menurut Anda, ke depannya bagaimana implementasi PBAK?
UIN akan mengimplementasikan secara menyeluruh di tahun yang akan datang. Karena akan ada aturan dan pedoman lanjutan untuk mempertegas PBAK. Saya menilai, sekarang ini penerapan PBAK belum optimal. Hal ini karena kendala dari kita sendiri.
Kendala itu berupa kesenjangan dari pimpinan dan panitia di lapangan. Harapan saya, kesenjangan itu seharusnya dipersempit sehingga ke depannya penyelenggara pengenalan lingkungan kampus memiliki Sedangkan, Ketua Dema-U Ahmad Al-Darda mengaku tidak tahu-menahu mengenai peniadaan dana kesehatan. Menurutnya, ketua OPAK telah mencantumkan dana kesehatan dalam pengajuan RBA dan selebihnya disetujui oleh pihak keuangan pusat. “Yang punya hak mengesahkan RBA itu keuangan pusat,” tambah Darda, Kamis (25/8).
Darda juga menambahkan, dalam pengajuan RBA tidak ada dana untuk kesehatan OPAK universitas disebabkan adanya kerja sama antar kampus dengan Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. “Hasil rapat di kemahasiswaan menyepakati masalah kesehatan dipercayakan ke pihak Rumah Sakit Syarif Hidayatullah,” ungkap Darda.
6
Edisi O PA K 2016
Laporan Utama
Potret Buram Kinerja Banwaspak Kegiatan tersebut tak ditindaklanjuti Banwaspak. Salah seorang penanggung jawab acara OPAK yang juga Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) FSH Muhammad Fawwazul Haqie menuturkan, tidak ada teguran dari Banwaspak terkait kegiatan itu. “Tidak ada teguran, mereka (Banwaspak) cuma minta rundown FSH aja,” tegas Fawaz, Jumat (26/08).
Foto: Alfarisi Maulana
Terkait kegiatan pelaksanaan OPAK, ia berdalih, acara tersebut merupakan tradisi dari setahun lalu. Terlebih, apabila dilaksanakan Selasa (23/08) waktunya tak cukup. “Kasihan maba capek,” ujarnya.
Anggota Banwaspak sedang melakukan penyortiran kuisioner OPAK tingkat fakultas. Jumat (26/8) di sekretarian SEMA UIN Jakarta. Kuisioner tersebut sebagai bahan evaluasi.
Muhammad Ubaidillah
K
inerja Banwaspak (Badan Pengawas OPAK) dinilai kurang maksimal, lantaran terdapat pelanggaran yang luput dari pengawasan. Tak hanya itu,tata tertib OPAK yang menjadi landasan menindak pelanggaran kurang spesifik. Walhasil, terdapat beberapa pelanggaran yang masih bisa disangkal.
Terhitung sejak SK Rektor Pengangkatan Banwaspak ditetapkan tanggal 8 Agustus, merekamulai bekerja. Rincian tugas dan wewenang Banwaspak dijelaskan dalam Tata Tertib Pelaksanaan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) 2016 Nomor 07/TAP/SEMA-U/VIII/2016 yang ditetapkan oleh Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U).Salah satu tugas dan wewenang Banwaspak adalah mengawasi panitia menjalankan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Akan tetapi, mahasiswa baru Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) lebih dulu melakukan kegiatan persiapan OPAK di Hall Student Center (SC), Kamis (18/8). Padahal dalam jadwal, geladi OPAK baru berlangsung pada 23 Agustus 2016.
Berdasarkan Pasal 12 Huruf O, Ketetapan Senat Mahasiswa (SEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta, No. 07/TAP/ SEMA-U/ VIII/2016 tentang Tata Tertib Pelaksanaan OPAK 2016 tertulis, panitia pelaksana mempunyai kewajiban untuk tidak melakukan kegiatan di luar jadwal yang sudah disepakati. Pelanggaran kembali terjadi saat geladi OPAK, Rabu (23/8). Salah seorang Pengarah Banwaspak yang juga Ketua SEMA-U Abdul Wahid Hasyim mengatakan,saat geladi OPAK, Rabu (23/08) masih terdapat panitia OPAK fakultas yang menyelenggarakan kegiatan melebihi waktu yang telah ditentukan.
Hal tersebut terjadi di Fakultas Adab dan Humaniora (FAH). Kegiatan yang seharusnya selesai pada pukul 12.00 WIB, molor hingga pukul 15.30 WIB. Wakil Dekan (Wadek) III Bidang Kemahasiswaan FAH Zubairmengatakan, Panitia OPAK FAH membuat jadwal sendiri lantaran rundown acara OPAK belum dapat dipastikan hingga Senin (22/08). “Saya nanya Pak Warek III, rapat belum ada hasilnya,” tuturnya, Kamis (25/08). Selain di FAH, molornya waktu kegiatan OPAK terjadi di FSH, dan Fakultas Psikologi (Fpsi).
Tak hanya molornya waktu, pelanggaran penggunaan atribut juga terjadi di FAH. Saat Geladi OPAK, para peserta diwajibkan memakai topi pramuka berwarn a kuning oleh panitia.
Zubair membenarkan adanya pelaporan dari Banwaspak terkait penggunaan atribut OPAK yang terjadi di FAH.Menurutnya, Selasa (23/8) merupakan geladi resik, oleh karena itu atribut yang digunakan masih bebas. Tetapi, supaya tetap rapi maka dibuatlah aturan.Saat diminta pendapat ia mengatakan dirinya tidak melarang tapi tidak juga menyuruh. “Selagi tidak memberatkan dan masih wajar,” Ujarnya saat dihubungi melalui whatsapp, jumat (26/08).
Pelanggaran penggunaan atribut juga terjadi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).Akan tetapi, Wadek III FITK Fauzan sudah terlebih dulu menegur panitia yang melanggar tata tertib atribut panitia lantaran tidak mengenakan kemeja/baju kerah, sebelum Banwaspak melaporkan pelanggaran yang terjadi. “Banwaspak memang melaporkan pelanggaran yang terjadi di FITK, akan tetapi terlambat,” tandasnya, Rabu (24/08).
Ia juga mengatakan seharusnya koordinasi Banwaspak dengan dekanat dipercepat, sehingga pelanggaran yang terjadi dapat segera ditindak. Meskipun nanti mekanisme dan alur pelaporannya harus tertulis, itu tak masalah. “Agar lebih efektif langsung lapor saja ke saya,” sarannya saat ditemui di depan gedung SC, Rabu (24/08). Menanggapi hal tersebut, Ketua Banwaspak Retno Yuliati mengatakan pihaknya sudah memiliki petunjuk dan aturan sendiri terkait alur pelaporan. “Petunjuknya sudah ada di Petunjuk Teknis (Juknis), jadi kita mengikuti aja,” katanya, Rabu (24/08). Ia melanjutkan, Banwaspak mendapatkan surat pertanggungjawaban dari Wadek III atas pelanggaran yang terjadi.
“Ini loh buktinya, bahwa Wadek bertanggung jawab,” ucapnya. Setelah itu, surat pernyataan dilaporkan ke Wakil Rektor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan. Untuk memudahkan koordinasi dan laporan, lanjut Retno, tiap fakultas sudah dibentuk Panwaspak (Panitia Pengawas OPAK).
Info Grafis
Anggaran Dana OPAK UIN Jakarta 2016 FISIP
Rincian Dana Fakultas
FITK
Pembagian Dana OPAK UIN Jakarta 2016
FITK : Rp 75.867.000
FKIK
FAH : Rp40.649.000
FU : Rp27.951.000 FSH : Rp34.899.000
FST
FDK : Rp54.225.000 FAH
FDI : RP11.103.000 F.Psi : Rp14.614.000 FEB : Rp 40.090.000 FST : Rp60.853.000 FKIK : Rp30.666.000
FEB F.Psi
FSH FDI FDK
Sumber: Kemahasiswaan UIN Jakarta
Universitas Rp103.000.000
Fakultas Rp412.000.000
Info Grafis: Alfarisi Maulana
FISIP : Rp21.083.000 FU
Edisi O PA K
Kata Mereka
7 2016
Ahmad Syafa’at Junaidi, Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora
Aldi Alfaruk, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dian Cahya, Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
“Awalnya saya tidak berminat untuk mengikuti OPAK. Akan tetapi, saya tahu kalau acara ini seru karena saya bertemu teman-teman dari daerah lainnya.”
“Menurut saya OPAK itu asyik dan menambah pengalaman. Akan tetapi, waktu pelaksanaan OPAK kurang terkontrol dan terlalu lama,”
“Banyak yang saya dapat di OPAK dibandingkan saat SMA. Tapi saya capek saat upacara dan tak sedikit peserta lain jatuh sakit.”
Illya Adista Pratiwi Kesdu,Fakultas Psikologi
Maulana Subakti, Ekonomi dan Bisnis
Fakultas
Raja Khairunnisa, Ahwal Syakhsiyyah, Fakultas Syariah dan Hukum
“OPAK itu memberikan pengalaman tersendiri. Namun, rangkaian acaranya agak membosankan, sebab kami lebih banyak mendengarkan.”
“Menurut saya acara OPAK ini cukup bagus. Di dalamnya terjalin hubungan baik antara senior dengan junior.”
“Kakak-kakak panitia OPAK juga bisa mengatur jalannya acara dengan baik. Namun terkadang saya merasa capek dengan kegiatan yang terlalu padat”
Zulhilmi Amrullah, Fakultas Dirasat Islamiyah
Salsabila Al Azizah, Ilmu Quran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin
Umum Khairunnisa, Sosiologi, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
“Ternyata tidak ada perploncoan dalam OPAK. OPAK di UIN Jakarta memanusiakan manusia.”
“Saya sangat bangga masuk FU, kegiatan OPAK asyik sekali. Panitia antusias mengajarkan mahasiswa. Ushuluddin tidak ada perpeloncoan seperti yang saya bayangkan sebelumnya.”
“OPAK tahun ini seru dan asyik. Saya juga jadi kenal dengan teman-teman sejurusan dan sefakultas. Di samping itu, panitianya pun memperlakukan kami dengan baik.”
Hanif Aulia Fikri, Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi
Babuccarr Jassey, Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Ismail Bakok, Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Kegiatan OPAK lancar dan menyenangkan. Tapi saya sedikit kecewa dengan OPAK Universitas yang membuat jadwal pulang tidak tepat waktu.
“OPAK menyenangkan tapi agak melelahkan. Karena kita duduk dari pagi hari sampai sore. Kemudian kita dipaksa berkonsentrasi seharian.”
“OPAK memberikan pengalaman tentang lingkungan kampus, Selain itu, saya bertemu teman baru yang beda budaya bahkan beda negara. “
Manajemen,
Segenap Pengurus, Anggota dan Caang LPM INSTITUT mengucapkan selamat datang kepada mahasiswa baru UIN Jakarta