TABLOID INSTITUT EDISI 43

Page 1

Edisi XLIII / Mei 2016 | Terbit 16 Halaman

Email: redaksi.institut@gmail.com

Laporan utama

Gonta-ganti Pengelola Parkir

Laporan khusus

Pencairan Beasiswa DIPA Terhambat

Hal. 2

lpminstitut

Telepon Redaksi: 085892180540 / 085722423074

LPM INSTITUT - UIN JAKARTA

wawancara

Pertanyakan Kelanjutan Beasiswa DIPA

Hal. 4

@lpminstitut

Hal. 11

www.lpminstitut.com

Ketika Tarif Parkir Naik Zainuddin Lubis Menciptakan parkir aman dan nyaman menjadi impian Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Tarif parkir pun dinaikkan demi mewujudkannya.

Rapor Merah Parkir UIN Jakarta

Tidak mudah meninggalkan kebiasaan lama, apalagi jika terpaksa harus mengeluarkan uang dua kali lipat lebih banyak dari biasanya. Hari itu, Abdullah Mahfud tengah sibuk mencari uang Rp500 di saku celana yang ia kenakan demi menggenapkan Rp1000 sebagai tarif parkir baru. Deru mesin Satria Fu miliknya berhenti tepat di depan loket pintu keluar UIN Jakarta, Jumat (13/5). Awalnya, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) ini berpikir, kenaikan tarif parkir akan berdampak pada keamanan dan kenyamanan parkiran. Tapi, ia terpaksa harus mengubur harapannya lantaran tak jua ada perubahan. Deretan kendaraan yang berbaris tak beraturan sepanjang Student Center (SC) dan sepanjang ruas jalan depan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) selalu menjadi pemandangan harian di kampus ini. ”Parkir masih terlihat semrawut, tak ada beda dengan sebelumnya” ujar Mahfud, Jumat (13/5). Tak hanya Mahfud, Roosna Sari Mauludina pun ikut mengeluhkan kenaikan tarif. Menurutnya, terhitung tiga bulan sejak Maret lalu Gerbang Berkah (GB) Parking mengelola parkir UIN Jakarta, hingga kini belum optimal karena keadaan parkir di UIN tak jauh beda dari sebelumnya. Lebih lanjut, Mahasiswi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) FITK ini mengatakan, kamera pengawas untuk mengawasi kendaraan yang masuk dan keluar di kampus UIN Jakarta belum terealisasi. Padahal, keberadaan kamera pengawas penting karena menjadi alat keamanan kendaraan yang memasuki kampus. ”Terlebih, sistem keamanan menjadi daya jual GB Parking,” ujarnya, Selasa (10/5). Selain itu, antrean parkir panjang di loket keluar kampus menambah peliknya permasalahan sistem parkir.

Kondisi itu membuat para pengguna kendaraan yang ingin ke luar kampus terjebak macet di sepanjang jalan. Kenaikan tarif parkir tak menambah keamanan di lahan parkir, hal ini terjadi pada Mahasiswa Jurusan Akidah Filsafat (AF) Fakultas Ushuluddin (FU) Reynaldi Akbar. Ketika tengah kembali ke rumah usai kuliah, ia mendapati helmnya tak ada di motor Vario miliknya, Aldi, biasa ia disapa, pada Senin (9/4) lalu menaruh helm KYT di motor Vario hitam yang terparkir di lantai empat gedung perpustakaan dan parkir. ”Kalau dengar dari temanteman sih memang banyak kehilangan helm di sini,” ujarnya, Rabu (11/4). Selain itu, Kepala Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian (AUK) Reti Indarsih mengaku, kondisi lahan parkir yang semrawut menjadi alasan berubahnya pengelola parkir UIN Jakarta. Tapi, sambung Reti, meski pengelola parkir UIN telah berganti, kinerja GB Parking belum memuaskan. Reti menyayangkan pihak GB Parking yang hanya bisa menjaga kerapihan parkir sampai pukul 10.00 WIB. “Setelah itu kesemrawutan motor kembali terjadi,” ujarnya, Kamis (12/5). Kurang optimalnya kinerja GB Parking juga turut diamini Kepala Bagian (Kabag) Umum Suhendro Tri Anggono. Dalam catatan yang ia terima dari beberapa fakultas, terdapat 20 poin yang perlu dievaluasi. Kata Hendro, beberapa catatan seperti scan karcis terkadang tak berfungsi, para pegawai yang kurang ramah, dan seringnya kehilangan helm di area parkir. Terkait fasilitas di lahan parkir yang belum terealisasi, Hendro berdalih, itu disebabkan pembangunan lahan parkir di kampus dua dan tiga Bersambung ke halaman 15 kolom 2


Laporan Utama

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

|2

Salam Redaksi

Gonta-ganti Pengelola Parkir

Sejumlah pengendara terlihat masuk dan keluar dari kampus dua UIN Jakarta, Jumat (13/5). Pengelola baru GB Parking mulai beroOperasi sejak awal Maret 2016 tepatnya awal perkuliahan semester genap.

Foto: Eli/Ins

Foto: Eli/Ins

Salam Mahasiswa, Setelah libur selama sepekan dari garapan Tabloid Institut ke43, suasana di sekretariat Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta kembali normal. Persiapan penerbitan Tabloid Institut yang ke43 ini sudah dimulai Jumat, (29/5) sebagai tanggung jawab insan pers. Di sela kesibukan kegiatan kuliah, kami kembali hadirkan Tabloid Institut ke-43 di hadapan pembaca budiman. Sebulan yang lalu, kami hadirkan Tabloid Institut ke-42 dengan tema besar cita-cita UIN Jakarta menjadi Universitas Riset. Pada kali ini, Tabloid Institut menghadirkan informasi terkait pergantian pengelolaan parkir di kampus tercinta ini. Sejak Maret 2016, pengelolaan parkir di kampus satu UIN Jakarta diambil alih oleh Gerbang Berkah (GB) Parking. Pengelolaan parkir baru yang diikuti dengan kenaikan tarif Rp1000 untuk sepeda motor dan Rp2 ribu untuk mobil dalam sekali masuk mendapat penolakan dari beberapa mahasiswa. Beberapa kali mahasiswa menggelar aksi untuk menolak sistem baru pengelolaan parkir, namun pengelolaan parkir baru oleh GB Parking tetap diterapkan. Pada Headline kami membahas terkait rapor merah GB Parking selama mengelola perparkiran UIN Jakarta. Pada rubrik Laporan Utama, kami menghadirkan informasi terkait fasilitas yang diberikan GB Parking. Beberapa mahasiswa merasa fasilitas yang diberikan GB Parking tidak ada bedanya dengan UIN Parking, kecuali pada sistem online-nya. Selain itu, semrawutnya lahan parkir di UIN Jakarta juga masih menjadi pemandangan setelah tiga bulan pengelolaan dipegang oleh GB Parking. Selanjutnya, kami memberikan informasi terkait kerjasama antara UIN Jakarta dengan GB Parking. Pada laporan khusus kami membahas terkait Beasiswa DIPA yang tak kunjung turun. Mahasiswa yang terdaftar Beasiswa DIPA pada Desember 2015 sampai sekarang belum mendapatkan cairan dana. Beberapa mahasiswa mengeluhkan uang DIPA yang tak kunjung cair. Kabarnya, beasiswa DIPA saat ini diganti dengan Beasiswa Berprestasi dengan syarat mahasiswa harus mendapat IPK minimal 3,5 untuk mendapatkan Beasiswa Berprestasi. Tabloid Institut menjadi salah satu bentuk wujud bakti kami terhadap kampus tercinta dan demi mewujudkan cita-cita kampus. kami juga mengajak pembaca budiman untuk turut mewujudkan cita-cita itu. Salam mahasiswa, mari baca, tulis, dan lawan!

Eli Murtiana Berulang kali pengelolaan sistem parkir di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta berubah. Namun, tak satupun dianggap menjadi solusi terbaik. Sudah dua bulan umur pengelola parkir baru, Gerbang Berkah (GB) Parking di UIN Jakarta. Berbagai kontroversi telah beredar di kalangan sivitas akademika mulai dari demonstrasi yang mengatasnamakan mahasiswa serta penulisan petisi yang terjadi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), April lalu. Pengelola swasta dinilai tidak memberikan wajah baru bagi perparkiran UIN Jakarta. Pemberlakuan peraturan baru oleh pihak pengelola GB Parking yaitu menaikkan tarif menjadi Rp1000 untuk motor yang sebelumnya Rp500 dan tarif parkir mobil dari Rp1000 menjadi Rp2 ribu. Kepala Bagian (Kabag) Umum UIN Jakarta, Suhendro Tri Anggono menerangkan, kenaikan tarif parkir dikarenakan adanya asuransi untuk setiap kendaraan yang parkir di UIN Jakarta, Rabu (4/5). Sehingga jika nanti ada kendaraan hilang di dalam kampus, pemilik kendaraan berhak mendapat uang ganti 100%. Namun, terkait peraturan baru yang menjamin adanya asuransi, Direktur Bisnis GB Parking, Nindya Nazara menyanggah, penggantian harga kendaraan motor menyesuaikan dengan harga pasar. “Misalnya, saat Motor Ninja harganya Rp30 juta hilang, tapi sudah dipakai dua tahun ya bukan Rp30 juta lagi yang digantikan,” ujarnya, Senin (9/5). Saat ini, karyawan GB Parking yang bekerja di UIN Jakarta terdiri dari mantan karyawan UIN Parking dan pekerja tambahan dari Perusahaan GB Parking. Di kampus satu, karyawan lapangan berjumlah 19 orang serta ditambah empat staf GB Parking. Keempat staf tersebut ialah satu orang manajer, dua orang supervisor, dan satu orang administrasi keuangan. Lalu beberapa karyawan juga ditempatkan di kampus dua sehingga total karyawan GB Parking kurang lebih ada 30 orang. Jumlah karyawan tersebut masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang parkir di dalam UIN Jakarta. Setiap harinya (Senin-Jumat) terdapat kurang lebih 6000 unit kendaraan yang masuk ke kampus. Sementara itu, jam kerja karyawan GB Parking dimulai dari pukul 06.00 hingga 22.00 WIB. Jam kerja tersebut terbagi menjadi dua sif. Sif pertama, pukul 06.00 sampai 14.00 WIB sedangkan sif kedua pukul 14.00 hingga 22.00 WIB. Setelah jam kerja karyawan GB Parking selesai, pengamanan parkir diserahkan kepada Satuan Pengamanan

(Satpam) UIN Jakarta. Pada sif pertama, 12 orang karyawan GB Parking disiagakan di sembilan titik area, yaitu dua orang karyawan di gedung parkir baru, satu orang karyawan di loket masuk, satu orang karyawan di depan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Arkadia, serta dua orang di halaman parkir Student Center (SC). Selanjutnya, di basement Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom), Fakultas Sains dan Teknologi (FST), dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) masing-masing dijaga oleh satu orang karyawan GB Parking. Kemudian di area Bank Mandiri dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) terdapat satu orang karyawan yang berjaga. “Sisa dua, yang satu di gedung Pusat Perpustakaan satunya lagi untuk stand by di lapangan,” papar Manajer GB Parking, Ahmad Alvi, Sabtu (7/5). Jumlah karyawan yang bertugas pada sif dua nyatanya tidak sebanyak sif satu. Pada sif dua, empat karyawan ditempatkan di loket keluar dan tiga lainnya masing-masing bersiaga di loket masuk, halaman parkir SC, dan FITK. Meskipun demikian, ternyata pengelolaan parkir oleh GB Parking belum menunjukkan adanya sistem keamanan yang lebih baik. Masih terdapat beberapa kasus kehilangan helm yang sering terjadi di lahan parkir. Hal tersebut dibenarkan oleh Suhendro, “Ada laporan kehilangan berupa helm dari Satpam, tetapi tidak secara tertulis,” sambungnya. Selain itu, Supervisor GB Parking, Yandi mengiyakan kurangnya keterampilan pekerja dalam pengoperasian sistem baru berbasis teknologi. Sehingga menyebabkan adanya antrean panjang di loket keluar (depan Bank Mandiri), Jumat (13/5). Yandi juga mengatakan, karyawan GB Parking memang masih perlu adaptasi. Salah satu mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) FITK, Jajang Nurzaman mengeluhkan antrean panjang menuju loket keluar. Ia berpendapat, antrean panjang ini tidak terjadi sebelum adanya pengelola sitem parkir baru. “Sekarang bisa antre sampai halaman parkir SC,” ucap mahasiswa semester delapan ini, Jumat (13/5). Sama halnya yang dirasakan oleh Kepala Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FITK Makyun Subuki. Menurut Makyun, ketika dirinya ingin keluar kampus cukup me-

makan waktu lama, sebab banyak kendaraan yang mengantre. “Kalau mau keluar kampus sekarang jadi lama,” katanya, Rabu (11/5). Menanggapi hal itu, Kepala Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian, Reti Indarsih menjelaskan, terkait parkir yang masih terbilang semrawut dan antrean panjang pada loket keluar memang menjadi bahan evaluasi tersendiri bagi GB Parking. Melihat standar keberhasilan kerja, pengelola parkir baru, masih belum memuaskan. “Tapi, saya masih tetap optimis pada GB Parking,” tandasnya, Kamis (12/5). Swasta Lagi Pada perjalanannya, UIN Jakarta telah me n g a l a m i beberapa kali bongkar pasang pengelolaan parkir. Sebelum 2009, parkir UIN Jakarta sempat dikelola satpam dan tidak dikenakan tarif parkir. Lalu, pada 2009, Commanditaire Vennootschap (CV) Dum Parking mengambil alih pengelolaan parkir dan menentukan tarif Rp500 untuk sepeda motor dan Rp1000 untuk mobil. Namun, sistem ini hanya bertahan selama tiga tahun. Pengelolaan parkir oleh CV. Dumparking sempat terhenti karena pihaknya melanggar perjanjian dengan UIN Jakarta. Saat itu CV. Dumparking terlambat membayar uang sewa, sehingga pengelolaan parkir UIN Jakarta pun dikelola oleh UIN sendiri atas nama UIN Parking. ”Awalnya dikasih peringatan dulu akhirnya baru punishment” ungkap Staf Rumah Tangga Bagian Umum (dulu Koordinator UIN Parking) Rahmat Hidayat, Rabu (4/5). Ketika dikelola oleh UIN Parking, suasana parkir saat itu dinilai semrawut dan mendapat banyak komentar negatif dari para tamu tentang kondisi parkir di UIN Jakarta. Reti menambahkan, berpindahnya pengelolaan parkir dari UIN Parking kepada GB Parking ini disebabkan adanya temuan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap pengelolaan parkir sebelumnya. Agar tidak terhenti di tengah jalan layaknya CV. Dumparking, Suhendro memaparkan, GB Parking telah melalui proses seleksi. “Dari segi presentasi, fasilitas dan kesiapan, GB Parking lebih profesional. Jadi, pilihan jatuh pada GB Parking” katanya, Kamis (12/5).

Pemimpin Umum: Erika Hidayanti | Sekretaris: Syah Rizal | Bendahara Umum: Triana Sugesti | Pemimpin Redaksi: Arini Nurfadilah | Redaktur Online & Web Master: M. Rizky Rakhmansyah | Pemimpin Litbang: Yasir Arafat | Riset dan Dokumentasi: Ika Puspitasari Pemimpin Perusahaan: Jeannita Kirana Anggota: Aisyah Nursyamsi, Dicky Prastya, Eko Ramdani, Eli Murtiana, Jannah Arijah, Lia Esdwi Yani Syam Arif, Yayang Zulkarnaen, dan Zainuddin Lubis Koordinator Liputan: Zainuddin Lubis | Reporter: Aisyah Nursyamsi, Dicky Prastya, Eko Ramdani, Eli Murtiana, Jannah Arijah, Lia Esdwi Yani Syam Arif, Yayang Zulkarnaen, dan Zainuddin Lubis Editor: Arini Nurfadilah, Erika Hidayanti, Ika Puspitasari, Jeannita Kirana, M. Rizky Rakhmansyah, Syah Rizal, Triana Sugesti, Yasir Arafat | Fotografer: Instituters Desain Visual & Tata Letak: Eko Ramdani, Syah Rizal | Ilustrator: Eko Ramdani | Karikaturis: Aisyah Nursyamsi | Editor Bahasa: Jannah Arijah Alamat Redaksi: Gedung Student Center Lantai 3 Ruang 307 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Djuanda No.95 Ciputat, Tangerang Selatan 15412 Telepon: 085722423074 | Email: lpm.institut@yahoo.com / redaksi.institut@gmail.com | Website: www.lpminstitut.com ~~~Setiap reporter INSTITUT dibekali tanda pengenal serta tidak dibenarkan memberikan insentif dalam bentuk apapun kepada reporter INSTITUT yang sedang bertugas~~~


Laporan Utama

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

Foto: Aisyah/Ins

Mengapa Harus GB Parking?

Aisyah Nursyamsi

Dua pengendara motor tengah membayar di loket parkir Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Minggu (15/5). GB Parking dihadirkan dengan tujuan untuk menertibkan kendaraan di UIN Jakarta.

Kerjasama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Gerbang Berkah (GB) Parking dilakukan demi memperbaiki pengelolaan parkir. Hingga kini belum ada perubahan berarti. Hampir tiga bulan GB Parking berada di UI N Jakar ta.Hadir nya GB Parking memang diharapkan dapat mener tibkan dan mengamankan kendaraan bermotor di lingk ungan kampus. Namun sayang, sampai sekarang banyak pula mahasiswa yang belum mengetahui kejelasan proses kerja sama keduanya. Manejer GB Parking Ahmad A lvi memaparkan, sebenar nya sebelum diterapkan di kampus sat u UI N Jakar ta, GB Parking sudah lebih dulu diuji coba di Rumah Sakit (RS) dan Wisma UI N Jakar ta pada 20 Ag ust us 2015 lalu. Setelah dinilai baik, alhasil mulai awal Maret kampus

sat u pun mengg unakan jasa GB Parking. Sat u bulan kemudian, kampus dua dan tiga UI N Jakarta juga ik ut menerapkan sistem pengelolaan parkir bar u ini. Unt uk perizinan, lanjut A lvi, pihak nya juga sudah mendapat izin dari Dinas Perhubungan (Dishub) Tangerang Selatan (Tangsel) unt uk mengelola parkir di kampus. A kan tetapi, saat ditanya perihal lamanya kontrak GB Parking di UI N Jakar ta, ia tidak bersedia berkomentar. “Kalau ur usan kontrak saya gak bisa sebutin beberapa, karena saya di sini cuma megang lapangan aja,” ujar nya, Sabt u (7/5). Selain it u, ia pun menemui

beberapa kondisi yang tidak sesuai dengan perkiraan pengelola. Seper ti jumlah keselur uhan pengendara motor, awalnya ia mendata hanya ada sekitar 5000 pengendara. Tapi nyatanya, di lapangan bisa sampai 6000 lebih pengendara. Sedangkan unt uk kamera pengawas, GB Parking hanya menyediakan di pint u otomatis masuk dan keluar saja. Sedangkan pemasangan kamera pengawas di dalam gedung parkir it u langsung difasilitasi oleh UI N Jakar ta. Kepala Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian (AU K) Reti Indarsih menut urkan, pergantian pengelolaan

Dinamika Beasiswa DIPA 2015

parkir berawal dari UI N Jakarta menginginkan per parkiran dikelola oleh per usahaan profesional. Kemudian, dimulailah pendaf taran terbuka bagi per usahaan parkir swasta yang ingin mengelola parkir di kampus ini. Walhasil, terseleksilah tiga per usahaan swasta yak ni Maharani Parking, NIS Parking, dan GB Parking. Ter pilihnya GB Parking, lanjut Reti, atas dasar kesediaan GB Parking ingin memperbaiki sistem parkir, menambah fasilitas, ser ta menjamin asuransi dan keamanan. Hanya saja, unt uk menduk ung it u semua GB Parking meminta kampus menaikan tarif parkir dari Rp500 menjadi Rp1000 (motor) dan Rp1000 menjadi Rp2000 (mobil). Oleh sebab it u, UI N Jakar ta ak hir nya memut uskan beker ja sama dengan per usahaan swasta tersebut. Ia meng ungkapkan, fasilitas yang semestinya disediakan GB Parking ber upa sarana dan prasarana. Seper ti kamera pengawas, loket keluar otomatis, komputer, hingga loket karcis. Menyoal asuransi, kata Reti, GB Parking akan memberikan asuransi penuh bila ada ker usakan apa lagi kehilangan kendaraan. Senada dengan Reti, Kepala Bagian (Kabag) Umum, Suhendro Tri Anggono mengak ui, kesepakatan ker ja sama dengan GB Parking disesuaikan dengan kenaikan tarif parkir dan juga nominal penyewaan lahan parkir. “Dari tiga per usahaan yang presentasi, GB parking it u paling masuk akal dari segi harga dan fasilitas yang ditawarkan,” terangnya, Rabu (9/5). Kendati demikian, Suhendro justr u menyayangkan sistem parkir saat ini belum mengalami per ubahan signif ikan, terutama dari sisi keamanan dan keter tiban. Hal it u terbukti dengan masih adanya mahasiswa yang kehilangan helm. Fasilitas keamanan semisal kamera pengawas juga belum ter pasang. Lebih lagi, kini tiap jam pulang

|3

perk uliahan sering kali ter jadi antrean panjang di pint u keluar otomatis kampus. Sementara it u, saat dihubungi Institut melalui telepon seluler unt uk menanyakan ker jasama UI N Jakar ta dengan GB Parking. Wakil Rektor ( Warek II) bidang Administrasi Umum Abdul Hamid memberikan jawaban, “Saya hanya berkoordinasi saja, langsung tanyakan saja kepada Kabag Umum, Kepala Biro AU K dan Kabag ker jasama,” jelasnya, Rabu (11/5). Di sat u sisi, A lvi juga mengeluhkan k urangnya pet ugas dan lahan parkir membuat banyak kendaraan belum bisa ter tata rapi. Ia menilai banyak faktor yang menyebabkan antrean panjang di pint u keluar otomatis parkir. Antara lain, aplikasi dalam komputer loker karcis bermasalah. Kemudian, masih adanya pengendara yang berlangganan kar t u parkir mengambil karcis di loker. “Apalagi kalau abis hujan, pasti macet. Orang nungg u reda dulu, jadi bareng-bareng keluar nya,” katanya, Sabt u (7/5) Hendro menimpali, belum ter pasangnya kamera pengawas dan antrean panjang di palang keluar otomatis mer upakan hal yang biasa. Belum maksimalnya kiner ja GB Parking, menur utnya masih dalam batas kewajaran. Terlebih lagi, ditiap harinya akan selalu ada pengawasan dari kampus. Bila ter jadi kesalahan, tambahnya, langsung ada dievaluasi. Direkt ur Bisnis GB Parking Nindya Nazara mengatakan, pihak nya sudah memberikan solusi unt uk mengatasi antrean panjang pint u keluar otomatis. Per tama dengan tek nik jemput bola, yak ni menar uh dua pet ugas di depan pos, lalu melak ukan pembayaran parkir secara kolektif. Kedua, alter natif lain ialah membuat empat loket tambahan sehinga pengendara bermotor tidak menumpuk.“Tapi usulan tersebut masih diper timbangkan rektorat,” t ut upnya, Senin (9/5).

Infografis

Desain Visual: Dicky Prastya


Laporan Khusus

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

Pencairan Beasiswa DIPA Terhambat

|4

Beberapa mahasiswa masih menunggu kejelasan cairnya beasiswa DIPA 2015. Hingga saat ini, beasiswa tersebut tak kunjung turun. Sudah hampir satu semester, Fitrotul Azizah menunggu kepastian turunnya Beasiswa Miskin Berprestasi atau DIPA. Mahasiswi Fakultas Ushuluddin (FU) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini sudah kali ketiga mendaftar beasiswa DIPA. Sebelumnya, ia sudah menerima dua kali uang beasiswa DIPA, sedangkan kali ini ia belum dapat kejelasan kapan turunnya beasiswa tersebut. Mahasiswi semester enam ini mengatakan, beasiswa DIPA sangat bermanfaat dalam membantu biaya perkuliahannya. Selama ini, Fitro membayar biaya kuliahnya sendiri tanpa bantuan orangtuanya. “Saya belum kerja dan hanya sambilan menjadi Guru Taman Pendidikan Alquran (TPA), jadi kalau beasiswa DIPA enggak turun, mau tak mau saya minta dari orangtua,” tuturnya, Kamis (5/5). Senada dengan Fitro, Mahasiswa semester empat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Achmad Achsan juga menanti cairnya beasiswa DIPA. Awalnya Achsan sempat mendaftar beasiswa Bidikmisi, tetapi dialihkan ke beasiswa DIPA oleh pihak kemahasiswaan. Sehingga ini kali pertama Achsan mendaftar DIPA.

Guna melengkapi persyaratan, Achsan harus pulang pergi dari Jakarta ke Cilacap untuk mengambil berkas yang dibutuhkan. Sayangnya, status pencairan beasiswa ini tak kunjung temui titik terang. Padahal, ia juga sering menanyakan kejelasan ke pihak kemahasiswaan. Namun sampai saat ini, Achsan masih belum mendapat info lanjut terkait beasiswa DIPA. Lain Achsan, lain juga Siti Nurjanah. Mahasiswi FITK semester delapan ini mengaku terbiasa menunggu pencairan DIPA yang berlarut-larut. Sebab, Janah sudah mendaftar DIPA sejak semester dua lalu. “Saya mendapat dana DIPA sebesar Rp1,2 juta,” ujarnya, Kamis (12/5). Senasib dengan Achsan, Janah juga harus pulang pergi dari Jakarta ke Cirebon demi memenuhi pemberkasan yang harus dilengkapi. Dengan biaya dari DIPA, ia bermaksud untuk meringankan beban orangtuanya. Terlebih, ia memiliki adik yang juga mengenyam bangku perkuliahan. Mau tak mau, ia memilih beasiswa DIPA untuk membayar biaya kuliahnnya. Berdasarkan Laporan Hasil Pelaksanaan Beasiswa Mahasiswa Miskin dan Berprestasi yang didapat dari kemahasiswaan, kuota DIPA 2015 berjumlah

3.714 serta dibagi menjadi tiga tahap. Pada tahap pertama, 2008 mahasiswa mendaftar lewat jalur online. Dari 2008 pendaftar, hanya 1.739 mahasiswa yang mengumpulkan berkas. Setelah melewati tahap seleksi, hanya 1.498 pendaftar yang memenuhi syarat. Pada tahap kedua, penerima beasiswa DIPA berjumlah 413 mahasiswa. Sedangkan tahap ketiga, ada 471 mahasiswa. Namun, pihak kemahasiswaan memberi kesempatan pada aktivis lembaga kemahasiswaan untuk mendaftarkan diri pada beasiswa DIPA. Jika dijumlahkan, penerima DIPA 2015 sebanyak 2.648 mahasiswa. Pada tahap ketiga terjadi kendala terkait pencairan dana DIPA. Menanggapi hal tersebut, Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama (Kabiro AAKK) Zaenal Arfin menjelaskan, permasalahan DIPA 2015 terdapat pada sulitnya pemberkasan. Menurutnya, banyak keluhan dari mahasiswa semisal Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang harus meminta dari Rukun Tetangga (RT) masing-masing. “Dulu, mahasiswa masih belum malu untuk mengajukan SKTM, sekarang kondisinya terbalik,” katanya, Selasa (10/5). Zaenal menambahkan, mahasiswa yang mendaftar DIPA belum memenuhi target kuota yang sudah di-

Dokumen Pribadi

Dicky Prastya

Puluhan mahasiwa di Gedung Kemahasiswaan sedang mengantre untuk pembuatan surat rekomendasi rekening BRI yang menjadi salah satu syarat daftar Beasiswa DIPA, Senin (11/02) 2013 lalu. Pada 2016, Pihak Kemahasiswaan mengalihkan Beasiswa DIPA menjadi Beasiswa Berprestasi.

tentukan. Belum lagi, ada salah satu berkas mahasiswa yang tak sesuai. Ia menilai, jika salah satu data ada yang salah maka berpengaruh pada data lainnya. Hal itu menjadi salah satu penyebab dana DIPA tidak turun. Sama halnya dengan Zaenal, Kepala Sub Bagian Administrasi Kemahasiswaan Budi Purwanti mengakui adanya masalah di pemberkasan. Salah satunya yakni adanya nomor rekening mahasiswa yang tak sesuai. “Ini terlihat saat kita memeriksa lebih lanjut ke bank. Terpaksa, kami harus mengembalikan dananya ke pemerintah,” paparnya, Jumat (13/5). Pada 2016 ini, pihak kemaha-

siswaan mengalihkan beasiswa DIPA menjadi beasiswa berprestasi. Sebelumnya, beasiswa berprestasi sudah ada dengan syarat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa mencapai 4,00. Zaenal memaparkan, IPK tertinggi mahasiswa UIN Jakarta hanya 3,99. Sehingga, syarat beasiswa berprestasi diturunkan dari 4,00 menjadi 3,50. Terkait beasiswa DIPA, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Yusron Razak membenarkan kekurangan pegawai di bagian beasiswa. “Tak adanya sosialisasi dari kami menimbulkan kesalahpahaman di mata mahasiswa,” pungkasnya, Jumat (13/5).

Foto: Yayang/Ins

Biaya Tak Sampai, Inventaris Terbengkalai

Tiga mobil inventaris Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terparkir di samping Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Minggu (15/5). Mobil tersebut tak berfungsi lagi karena mengalami kerusakan.

Yayang Zulkarnaen Beberapa fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar tak tersedia dan rusak. Anggaran menjadi kendalanya. Terhitung minggu ke empat perkuliahan, Ilham Octaviansyah dan teman kelasnya mendapat tambahan mata kuliah. Saat itu di ruang 601 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dosen hendak menyampaikan materi teori ekonomi menggunakan proyektor. Nahas, proyektor tak kunjung menyala meski sudah diotak-atik mahasiswa. Akhirnya, dosen memupuskan tujuannya untuk belajar menggunakan slide show. Mahasiswa Jurusan Manajemen FEB ini telah mengadukan keluhannya ke office boy agar proyektor di ruang

601 yang rusak segera diperbaiki. Namun, setelah dua minggu ia melapor, proyektor di ruang tersebut tak kunjung diperbaiki. Alhasil, ia dan teman kelasnya terpaksa mencari kelas lain lantaran ingin menggunakan slide show. Tak hanya di ruang kuliah, Ilham juga mengeluhkan keadaan laboratorium komputer di fakultasnya. Ia memaparkan, dari total 30 komputer masih terdapat beberapa yang rusak. “Ada sekitar sepuluh buah,” ungkapnya, Jumat (13/5). Oleh sebab itu, tak jarang ia menggunakan satu komputer berdua dengan temannya. “Harusnya satu mahasiswa pegang satu komputer,” saran-

nya. Hal yang sama pun dirasakan Edra Aditya. Mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi (FST) ini mengaku beberapa bahan kimia tak tersedia di laboratorium. Seperti, bahan kimia tiosianat (SCN) dan hydrogen sulfide (H2S). Terbukti, beberapa bahan kimia yang tertulis di modul tak tersedia di ruang praktikum. “Kalau prakteknya menggunakan bahan yang sama, kita tahunya cuma itu aja,” katanya, Jumat (13/5). Edra juga menyayangkan, tak tersedianya tempat pembuangan limbah bahan kimia di UIN Jakarta. Sehingga setelah melakukan praktikum, limbah bahan kimia dibuang di taman samping laboratorium. Padahal, jika membuang limbah

kimia secara sembarangan dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup yang ada di sekitar. Untuk kerusakan barang, Kepala Bagian (Kabag) Umum UIN Jakarta Suhendro Tri Anggono mengatakan, pihak fakultas bisa melaporkannya ke kabag fakultas untuk kemudian diperiksa teknisi rektorat. Kemudian, teknisi akan memeriksa kerusakan yang terjadi, jika membutuhkan onderdil baru maka bisa menghubungi pihak fakultas. “Karena anggaran untuk pemeliharaan barang di tiap fakultas pasti ada,” ungkapnya saat ditemui di ruangannya, Rabu (4/5). Kepala Sub Bagian (Kasubag) Rumah Tangga, Elsomari mengucapkan, fakultas harus membuat surat laporan jika terjadi kerusakan barang. Kemudian, Surat tersebut diserahkan ke Kabag Umum UIN Jakarta dan dipindahkan langsung ke teknisi rektorat. Teknisi rektorat akan memeriksa seberapa parah kerusakan barang tersebut. Kondisi barang yang rusak menentukan pengelola perbaikan. Somari menjelaskan, jika masih tergolong ringan biasanya langsung ditangani oleh teknisi. Tapi jika teknisi sudah tidak bisa menangani kerusakan tersebut, maka perbaikan akan dilakukan oleh vendor. “Biayanya pun akan diambil dari anggaran pemeliharaan,” katanya, Kamis (12/5). Untuk pembelian barang baru, Hendro mengakui tahun ini UIN Jakarta tidak memiliki anggaran lantaran harus menunggu persetujuan dari Kementerian Agama (Kemenag). Sekretaris Unit Layanan Pengadaan (ULP), Tata Tafta Djani membenarkan

tidak adanya anggaran pembelian barang tahun ini. “Kita sudah mengajukan daftar anggaran ke Kemenag, namun hingga saat ini anggaran yang diajukan belum juga ada,” paparnya, Rabu (4/5). Akan tetapi, anggaran untuk pembelian buku sudah disetujui oleh Kemenag. Kemenag, sambung Tata, memiliki prioritas dalam mengeluarkan anggaran yang ia miliki. Tata memaparkan, untuk pembelian barang baru, Bagian Perencanaan UIN Jakarta harus mengajukan dana terlebih dahulu ke Kemenag. Setelah itu, Kemenag segera memprosesnya ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu). “Jika disetujui Kemenkeu, baru kita bisa membeli barang baru,” ucapnya. Di samping itu, Tata mengungkapkan, pengajuan dana ke Kemenag sama sulitnya dengan penghapusan barang. Hal tersebut dibenarkan Sub bagian Akuntansi Instansi Simak (AIS) Barang Milik Negara (BMN) Ummu Baroat. Ia menuturkan, penghapusan barang dilakukan karena sudah mengalami kerusakan dan sudah tidak digunakan lagi. “Proses penghapusan dinilai dari usia dan kondisi barang tersebut,” jelasnya, Jumat (13/5). Ummu menambahkan, biaya pemeliharaan sudah tak berlaku bagi barang yang sudah masuk penghapusan Simak BMN karena sudah tidak masuk barang milik UIN Jakarta. Selain itu, untuk barang yang dicuri pun itu harus dimasukan ke Simak BMN dengan melampirkan surat berita kehilangan dari kepolisian. “Yah kalau tidak dilaporkan, nanti pas Badan Pemeriksa Keuangan check kita bingung jawabnya,” tandasnya.


Kampusiana

Foto: Lia/Ins

Tukar Pikiran Lewat Kopi

Beberapa mahasiswa sedang nongkrong sambil meminum kopi di Ruang Terbuka Hijau (RTH), Rabu (12/5). Aktivitas nongkrong mahasiswa ikut diselingi diskusi ringan saat waktu lenggang.

Lia Esdwi Yani Syam Arif Belajar tak selamanya harus di dalam kelas. Sambil nongkrong dan minum kopi pun bisa jadi ajang tukar pikiran dan wawasan. Sudah menjadi aktivitas wajib bagi banyak mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk nongkrong sambil minum kopi di Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan di sekitar Student Center (SC). Bukan hanya nongkrong, mahasiswa-mahasiswa tersebut biasanya berkumpul membentuk setengah lingkaran sambil berdiskusi ringan ataupun menunggu jam kuliah selanjutnya. Kondisi tersebut dirasakan salah

seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Muhammad Fajri Nova Riezky. Ia mengungkapkan, tradisi nongkrong sambil minum kopi memang menjadi kegiatan yang menyenangkan di sela-sela waktu istirahat kuliah.Selain nongkrong, berkumpul dengan teman juga menjadi ajang tukar pikiran dan wawasan. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) semester 4 ini juga menambahkan, dia dan teman-teman-

nya biasa memilih tempat minum kopi di sekitar RTH. Hal itu ia pilih agar bisa mengopi sambil merokok. “Kalau ngopi di RTH bisa sambil merokok. Jadi kami tidak kena marah dan bisa menghormati peraturan di fakultas juga,” paparnya, Rabu (4/5). Akan tetapi, Fajri menyayangkan penutupan Koperasi FITK yang menyebabkan mereka harus berjalan lebih jauh saat membeli kopi dan jajanan lainnya. Selain itu, ia pun mengeluh-

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016 kan pembelian kopi di Koperasi Mahasiswa(Kopma) yang ramai dan rumit lantaran harus membeli kupon terlebih dahulu. Sama halnya dengan Fajri, mahasiswa Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Muhammad Zalfa kerap nongkrong di pelantaran gedung SC. Ia mengungkapkan, dirinya memang hobi nongkrong sambil ditemani segelas kopi hangat. Bagi mahasiswa semester 4 ini, dengan nongkrong ia bisa melahirkan banyak pemikran baru dan solusi-solusi masalah seputar perkuliahan. Zalfa sapaan akrabnya, menuturkan dirinya dulu lebih sering nongkrong disekitar lobi fakultasnya. Namun, sejak adanya larangan merokok di fakultas, ia lebih memilih untuk nongkrong di sekitar SC. “Banyak enaknya ngopi di pelantaran SC. Gue bisa ngopi sekaligus mendapatkan sinyal wifi yang lebih kencang daripada di fakultas dan tentunya bisa sambil merokok,” jelasnya Rabu (4/5). Lain Zalfa lain pula Rizki Haman, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum ini lebih banyak menghabiskan secangkir kopinya di RTH belakang FSH. Menurutnya, meminum kopi di RTH menjadi kesenangan tersendiri. “Apalagi kalau lagi nunggu jam kuliah selanjutnya paling enak duduk sambil minum kopi untuk beristirahat,” katanya Rabu (4/6). Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum semester 2 ini juga mengungkapkan, dirinya sedikit miris karena banyak gelas-gelas sisa kopi tidak langsung dibuang ke tempat sampah. “Padahal RTH kan enak kalau bersih. Di sini malah banyak gelas kopi yang tidak

|5

dibereskan dan membuat kotor RTH,” keluhnya. Meski ada beberapa mahasiswa yang gemar ngopi di lingkungan RTH dan sekitaran SC, tetapi masih sedikit mahasiswa yang sadar untuk membersihkan sampahnya. Hal tersebut menyebabkan banyak gelas dan tumpukan kopi yang tidak dibiarkan begitu saja. salah seorang petugas kebersihan di area SC, Mutia Sari Dewi menceritakan, dirinya harus membersihkan sampah di tiap sudut tempat nongkrong pada sore hari. Beberapa kali juga ia harus membersihkan tumpahan kopi-kopi di lantai SC. “Seharusnya mahasiswa bisa tangung jawab kalau abis makan ataupun minum kopi,” ujarnya, Selasa (3/5). Menyikapi mahasiwa nongkrong sambil meminum kopi di RTH dan sekitaran SC yang berada di area UIN Jakarta, Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan, Yusron Razak menjelaskan hal itu terjadi karena keterbatasan ruang berdiskusi dan tempat beristirahat bagi mahasiswa setelah selesai kuliah atau menunggu jam kuliah selanjutnya. Yusron menambahkan, untuk penggunaaan RTH, SC dan tempat umum di area kampus lainnya sebagai tempat nongkrong mahasiswa dapat dimaklumi sejauh tidak merusak lingkungan dan dapat memelihara ketertiban dan kebersihan. “Kalau perlu dibentuk tim khusus dari mahasiswa sebagai volunteer ketertiban kampus dan lingkungan,” jelasnya, Jumat (6/5).

Berwisata Sejarah ke Bumi Bengkulu

Perjalanan

Lia Esdwi Yani Syam Arif

Tidak lengkap rasanya bila pergi ke Bengkulu tanpa mampir ke Benteng Marlborough. Cagar budaya yang berada di pesisir pantai Tapak Paderi Bengkulu ini mengajarkan nilai-nilai sejarah, para pengunjung juga akan dimanjakan dengan pemandangan Samudra Hindia yang terhampar biru. Meski secara geografis benteng peninggalan Inggris ini terletak di pinggir kota, para pengunjung tak perlu khawatir tersesat karena akses menuju kawasan ini terbilang cukup ramah. Hanya dengan menaiki angkutan E3 dari Bandara Fatmawati Bengkulu, pengunjung akan diantar sampai Panorama. Untuk melanjutkan perjalanan, pengunjung harus menaiki angkutan C3 yang nanti akan berhenti tepat di Benteng Fort Marlborough. Bangunan yang didirikan oleh warga negara Inggris pada 1714 tergolong benteng terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan lebar bangunan mencapai 120,5 meter dan panjang 180 meter. Selain itu, benteng yang didirikan di atas bukit buatan ini terkenal dengan corak arsitektur Inggris pada abad ke-18 yang megah dan kokoh. Saat pertama memasuki Benteng, para pengunjung akan melewati sebuah jembatan kayu yang terbuat dari rantai besi. Menurut salah satu Penjaga Benteng Marlborough Fatmawati, Nur Hayati, jembatan 10 meter ini berbeda dari pada jembatan pada umumnya secara fungsional. “Dulu, jembatan ini bisa dinaikan dan di-

turunkan dalam situasi darurat pada zaman Inggris,” jelasnya, Kamis (28/4). Semakin jauh mengelilingi benteng, pengunjung akan menemui bangunan tak beratap. Di sana, berjajar peninggalan Inggris berupa meriam yang sudah berkarat dimakan waktu karena sering terkena hujan dan panas. Di antara bilik-bilik benteng, salah satunya terdapat sebuah tempat yang bertuliskan ruang interogasi Soekarno. Konon, tepat pada 1938 hingga 1942, Presiden Indonesia pertama ini sempat diasingkan di Bengkulu. “Walaupun ada ruangan yang bertuliskan ruang interogasi Soekarno tetapi sekarang belum ada data dan dokumen yang kuat membuktikan kebenarannya,” papar Pemandu Wisata Benteng Marlbourgh Muhammad Hamdi, Kamis (28/4). Selepas puas berkeliling bagian bawah Benteng, pengunjung bisa menaiki tangga yang terletak di sudut kanan dan kiri benteng. Pada bagian atas benteng ditumbuhi rerumputan hijau. Sambil berjalan menaiki anak tangga, Hamdi bercerita, tujuan pembangunan benteng ini sebagai tempat pertahanan Inggris, kantor dan penjara. Karena itu, pada bangunan utama terdapat beberapa ruangan yang dipasangi dengan jeruji besi. Kala masyarakat Inggris masih di Bengkulu, tak sedikit perlawanan yang dilakukan rakyat Bengkulu untuk mengambil ahli fungsi Benteng

Foto: Lia/Ins

Melancong bumi Bengkulu menjadi destinasi menarik. Selain wisata, belajar sejarah kian menjadi poin tambahan.

Marlborough. Kejadian pembakaran benteng pertahanan pun pernah terjadi sekitar tahun 1724. Setelah sempat dikuasai masyarakat pribumi, benteng ini kembali dikuasai Inggris. Selepas kemerdekaan Indonesia, sambung Hamdi, benteng ini berhasil direbut dengan Indonesia dan sempat menjadi markas kepolisian dan Tentara Negera Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU). Baru setelah tahun 1997, benteng diserahkan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk dijadikan cagar budaya Provinsi Bengkulu. Benteng yang terletak di Kebung Keling, Teluk Segara, Kota Bengkulu ini memang tak pernah sepi didatangi pengunjung. “Bahkan, mencapai 4 sampai 5 bus datang berkunjung pada hari libur,” ujar Fatmawati selaku Penjaga

Benteng Marlborough Untuk berlibur bersama keluarga, wisata sejarah Benteng Marlborough merupakan salah satu tempat wisata yang tak pernah membosankan. Keindahan pemandangan di benteng menjadikan pengunjung ingin berkunjung kembali ke sana. Selain melihat peninggalan sejarah, berfoto dengan latar pantai yang indah juga turut menjadi salah satu kegemaran yang tak pernah tinggalkan. Berwisata ke Benteng Marlborough tidak harus mengeluarkan biaya mahal. Untuk sekali masuk, tiap pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp5 ribu. Tempat ini sangat disarankan untuk wisata keluarga karena selain murah-meriah anak-anak bisa dikenalkan dengan pengetahuan sejarah zaman dahulu. Foto: Lia/Ins


Survei

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

|6

GB Parking Masuk Kampus Dua Pandangan berbeda terlihat di kampus dua dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Gerbang utama yang biasanya tertutup dan tak digunakan, sekarang digunakan sebagai pintu masuk kendaraan roda dua atau empat. Mulai 12 April 2016, pengelolaan parkir di FKIK mulai dikelola oleh Gerbang Berkah (GB) Parking. Sejak Maret 2016, pengelolaan parkir di kampus satu UIN Jakarta dilakukan GB Parking. Baru-ba-

ru ini GB Parking juga mengelola parkir di FKIK. Masuknya GB Parking di FKIK yang sebelumnya tak dipungut biaya tentu mendapat penolakan dari beberapa mahasiswa. Selain itu, mahasiswa FKIK menolak masuknya GB Parking ke FKIK lantaran tak ada sosialisasi yang jelas dari pihak dekanat FKIK. Bahkan pada 13 April 2016, terhitung 366 mahasiswa menulis petisi dan survei terkait penolakan sistem parkir di www.change.org. Menanggapi penolakan tersebut,

pengawas GB Parking area kampus dua dan FKIK, Rouf mengatakan, GB Parking telah sah untuk mengelola parkir di FKIK. Menurutnya, ia telah mendapatkan persetujuan dari bagian umum fakultas. Tak hanya itu, GB Parking telah melakukan pertemuan dengan pihak kampus dan wali mahasiswa FKIK untuk mensosialisasikan pegelolaan parkir yang baru. Sehingga GB Parking tidak mempermasalahkan jika ada mahasiswa yang menolak atas dasar kurangnya sosialisasi.

Manajemen parkir oleh GB Parking menggunakan sistem online ini diikuti tarif parkir. Tarif Rp1000 yang ditarif GB Parking UIN Jakarta untuk sepeda motor dan Rp2000 untuk mobil. Namun tarif yang ditentukan GB Parking di kampus satu dan kampus dua belum berlaku wajib untuk FKIK. Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian, Reti Indarsih mengungkapkan, tujuan dari berubahnya pengelolaan parkir UIN Jakarta ini agar kondisi parkir tidak semrawut lagi. Hal tersebut ia lakukan

karena mendapat banyak komentar negatif dari tamu yang mengeluhkan kondisi parkir di UIN Jakarta. “Kami ingin menertibkan dan mengamankan kendaraan bermotor yang masuk,� ungkap wanita yang akrab disapa Reti ini, Kamis (17/3). Bukan hanya sebagai cara untuk menertibkan parkir, tambah Reti, berpindahnya pengelolaan parkir dari UIN parking kepada GB Parking ini disebabkan adanya temuan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap pengelolaan parkir sebelumnya (UIN Parking).

Survei ini dilakukan oeh Litbang Institut dari 4-7 Mei 2016 kepada 100 responden dari tiga fakultas yaitu Psikologi, FISIP, dan FKIK. metode pengambilan sampel yang digunakan dalam survei ini adalah Propotionated Stratified Random sampling. Hasil survei ini tidak dimaksudkan untuk mengealuasi GB Parking namun hanya sebagai gambaran

Desain Visual: Eko & Yayang

Redaksi LPM Institut

Menerima: Tulisan berupa opini, puisi, dan cerpen. Opini dan cerpen: 3500 karakter. Puisi 2000 karakter. Kami berhak mengedit tulisan yang dimuat tanpa mengurangi maksudnya. Tulisan dikirim melalui email: redaksi.institut@gmail.com Kirimkan juga keluhan Anda terkait Kampus UIN Jakarta ke nomor 085693706311 Pesan singkat Anda akan dimuat dalam Surat Pembaca Tabloid INSTITUT berikutnya.


Berita foto

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

|7

Foto: Ika/Ins

Foto: Aisyah/Ins

Foto: Yayang/Ins

Seorang mahasiswi tengah memerhatikan spanduk yang terpasang di depan pintu masuk Pesanggrahan, Minggu (15/5). Spanduk tersebut memberitahukan, pintu kecil menuju Pesanggrahan tak dibuka kembali mulai Rabu 18 Mei 2016.

Beberapa mahasiswa tengah membersihkan sampah di sekitar Situ Gintung. Kegiatan ini dilakukan KPA Arkadia dalam rangka memperingati Hari Kartini dan Bumi, Sabtu (23/4).

KILAS

KILAS

KILAS

Bagian kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) bekerjasama dengan LP2M mengadakan pelatihan riset mahasiswa di Diorama, Sabtu (30/5). Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah publikasi jurnal hasil penelitian dari mahasiswa.

KILAS

KILAS

KILAS

Semarak Milad UIN Jakarta ke-59

Alih Fungsi Lantai Tiga Kafe Cangkir

Semarak milad ke-59 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dimulai sejak 29 April hingga 1 Juni mendatang. Acara tersebut terselenggara atas dasar inisiasi langsung Rektor UIN Jakarta, Dede Rosyada. Tim acara milad, Andi Kristanto mengatakan Rektor UIN Jakarta menginginkan milad tahun ini diadakan lebih kreatif dan berwarna. Untuk itu, semua lembaga kemahasiswaan dilibatkan dalam rangkaian acara. Rangkaian acara milad terdiri dari dua kategori, yaitu akademik dan non-akademik. Untuk kategori akademik, tim acara mengadakan seminar dan diskusi. Sedangkan non-akademik, mereka menyelenggarakan perlombaan cerpen, cipta lagu islami, festival seni budaya dan lain-lain. Puncak acara diselenggarakan pada 1 Juni di Auditorium Harun Nasution. Pada acara puncak, UIN Jakarta akan memberi penganugerahan kepada tokoh masyarakat dan mitra kegiatan. “Nanti, UIN juga mengundang orang-orang yang berjasa dalam peralihan nama IAIN menjadi UIN,” ujar Andi, Selasa (3/5). (Jannah Arijah)

Setelah satu tahun digunakan sebagai Kantor Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, kini lantai tiga Kafe Cangkir beralih fungsi menjadi Kafe Dharma Wanita (DW) Cendani. Koordinator Kafe Cangkir lantai 1 Dwi Lestari mengungkapkan, Kafe DW Cendani dibuka atas permintaan langsung Rektor UIN Jakarta kepada pihak Dharma Wanita. Tujuannya, agar lantai tiga Kafe Cangkir dapat digunakan untuk keperluan universitas. Rektor UIN Jakarta, Dede Rosyada menginginkan Kafe DW Cendani dapat digunakan pihak rektorat untuk rapat-rapat kecil, seminar-seminar kecil, dan acaraacara kecil lainnya. “Tak hanya itu, mahasiswa pun boleh menggunakannya untuk acara,” ungkap Dwi, Rabu (4/5). (Jannah Arijah)

Visit www.lpminstitut.com UPDATE TERUS BERITA KAMPUS


Opini

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

|8

Disrupsi Parkir dan Wisuda ke-100 Oleh Jonathan Alfrendy* Salah satu fenomena terhangat yang menyedot perhatian warga kampus sepanjang April ini adalah pengelolaan parkir yang tak kunjung rapi dan pendaftaran wisuda secara online yang bukan membantu justru merumitkan. Dimensi kedua peristiwa kali ini ini mengandung bobot konfliktual bersifat laten, menyusul terjadinya perubahan tata kelola birokrasi yang terkesan menimbulkan masalah baru. Pengelolaan parkir dengan menggunakan sistem mutakhir pada awalnya menjanjikan harapan baru dengan membangun gedung parkir khusus yang dibarengi dengan model karcis lekas menjelma menjadi slogan kosong. Gedung parkir baru yang digadang mampu menjadi fasilitas untuk merapikan ribuan kendaraan justru kenyataannya semakin mengundang kepadatan pengendara. Hampir di segala lini kampus satu kini dipadati deretan mobil dan motor, bahkan lahan terbuka hijau yang dulu ada di sudut kampus, telah beralih fungsi menjadi lahan parkir. Dampak positifnya, warga kampus merasakan sauna gratis di kala siang datang. Terik matahari begitu terasa panas ke ubun hingga sumsum tatkala rimbunan pohon tak dibiarkan tumbuh lagi, tergantikan oleh atap seng dan beton yang menjulang. Sistem karcis yang disangka akan melancarkan sirkulasi perparkiran, dalam perjalanannya justru semakin memperpanjang barisan antrian pengendara bermotor saat memasuki pintu keluar, melebihi antrian saat tarif lama masih digunakan. Kampus kita sepertinya tak pernah tuntas mengkaji perkara kecil seperti kelola parkir yang selalu menjadi sengkarut tak berujung. Padahal pepatah sakti dari

orang suci selalu mengingatkan: setialah jauh lebih rumit dan membingungkan. pada perkara-perkara kecil, setelah itu Penerapan pendaftaran wisuda model akan diberikan tanggung jawab pada baru ini memang terobosan baru yang perkara besar. Untuk meraih misi sebagai dilakukan rektorat dalam melihat realiWorld Class University, sebaiknya UIN tas perubahan zaman, meski kebijakan Jakarta harus memulainya dengan hal yang agak sedikit telat. Dari segi mokecil, fokus menata hal remeh macam mentum, pelaksanaan wisuda ke-100 perparkiran. Sulit meraih predikat luhur Mei mendatang adalah momen spesial tersebut tanpa membereskan sistem per- karena bersamaan dengan hari ulang parkiran. Sudah semestinya birokrat kampus kita menyadari bahwa mereka menanggung beban citra yang besar untuk segera dilunasi agar UIN Jakarta tak mendapat label kampus kumuh oleh para tamu dan publik ketika berkunjung. Kita hanya bisa berharap dan menanti dengan cemas birokrat kampus kita bersama Gerbang Berkah (GB) Parking memiliki terbosan baru yang inovatif dalam menyelesaikan persoalan kusut parkir. Terobosan yang tidak hanya memikirkan profit dengan membabat habis lahan hijau bagi berteduhnya burung, tempat kongkow dan aktivitas mahasiswa, namun yang kita butuhkan tata kelola yang tertata, Sumber: Internet tersistem sekaligus ramah lingkungan. tahun UIN Jakarta, dan itu sebabnya Dimensi lain yang menambah rasa pendaftaran wisuda berbasis online mercemas bagi kalangan calon wisudawan upakan simbol perubahan kreatif (creative sepanjang bulan ini adalah pendaftaran disruption) bagi birokrasi kampus. Artinpeserta wisuda ke-100 secara online. Ken- ya, setiap tren lama yang dihancurkan dati pada prinsipnya, model baru tersebut akan tergantikan oleh cara baru yang perlu diapresiasi karena sebagai simbol lebih baik. perubahan dan bagian dari proses memUntuk mendaftar wisuda, misalnya, permudah birokrasi dan mahasiswa, dulu calon wisudawan harus melengkadalam perjalanannya kerap mampat di pi ragam berkas persyaratan dan memberbagai tikungan. Meski berbasis online, bawanya ke petugas di fakultas untuk namun jujur saja, dalam pelaksanaannya dikoreksi, jika berkas lengkap tentu tak

ada masalah, lanjut terus. Akan menjadi nelangsa jika harus mondar-mandir berhari-hari ke fakultas untuk melengkapi berkas yang kurang. Kini, calon wisudawan/ti tak perlu lagi repot menggunakan cara lama seperti di atas. Sejak awal April, sudah diberlakukan pendaftaran wisuda secara online, pokoknya dijamin tak rumit, begitulah kesan awal ketika muncul gebrakan baru ini. Alih-alih merevolusi model pelayanan, gebrakan baru tersebut ternyata tidak diikuti oleh percepatan sistem administrasi akademik, Academic Information System (AIS), dan mentalitas sekaligus kesiagapan birokrasi yang melayani pendaftaran wisuda. Dalam banyak kasus ditemukan, calon wisudawan mengikuti alur pendaftaran secara runtut lewat petunjuk yang ada, namun seringkali berlawanan dengan petunjuk yang diberikan oleh para birokrat. Yang sering terjadi begini. Ketika hendak mengurus bebas pustaka, sesuai petunjuk baku si mahasiswa harus ke perpustakaan utama, fakultas, prodi dahulu, baru bayar wisuda kemudian. Tapi itu fiksi. Kenyataannya, terbalik. Petugas perpustakaan justru menyalahkan si mahasiswa karena belum melunasi biaya wisuda terlebih dahulu, mirip seperti pimpong, harus kesana-kesini dulu meski berbeda dengan petunjuk baku. Jelas banyak mahasiswa yang jengkel dan kebingungan, karena pada praktiknya pendaftaran wisuda online justru semakin rumit dan melelahkan. Harus diakui pula perilaku birokrat di kampus kita sangat menggelisahkan.

Maaf, pegawai akademik di fakultas tempat saya kuliah bisa jadi contoh. Mulai efektif kerja kantor biasanya jam delapan lewat, bahkan bisa satu jam kemudian mereka baru hadir. Mereka mungkin sengaja menempatkan siswa magang untuk hadir tepat waktu untuk membuka loket. Bila tiba jam istirahat, para birokrat tersebut dengan cepat bergegas untuk beristrahat dengan tepat waktu tak peduli bila ada mahasiswa/i yang ingin minta pelayanan administrasi. Saat jam pulang kantor, mereka sangat on time, tidak boleh terlewat semenitpun. Bila dihitung secara kasar, para amtenar kampus kita hanya bekerja efektif sekitar 6 jam. Dalam lemahnya etos kerja, birokrasi kampus kita telah disesaki onggokan amtenar berjiwa inlander, ketimbang sebagai subyek yang produktif. Pada titik inilah titik genting pertaruhan birokrasi kampus kita untuk kedepannya. Hadirnya pendaftaran wisuda secara online bisa diartikan sebagai disrupsi. Momentum yang pas untuk membenahi sistem pelayanan akademik dan memperbaiki kinerja birokrasi kampus agar semakin menggunakan teknologi canggih kedepannya. Disrupsi ini sudah semestinya disandingkan dengan menggenjot reproduksi kegiatan riset dan penelitian. Jangan sampai kampus kita menelurkan ribuan sarjana saban tahun dengan meninggalkan riset yang miskin isi, miskin judul dan hampa kreativitas. Kegiatan riset seperti Skripsi, Tesis, atau Disertasi, jangan berhenti sebagai kertas laporan penelitian tanpa kemampuan membangun budaya riset. *Mahasiswa Jurusan P.IPS, FITK

Urgensi Penguasaan Bahasa Asing

Sumber: Internet

Oleh Adi Fadilah*

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki cita-cita menjadi universitas riset kelas dunia. Akhir-akhir ini gaung tersebut sering terdengar oleh beberapa elemen kampus, seperti mahasiswa, dosen, juga para pegawai kampus. Ini merupakan angin segar bagi kemajuan perguruan tinggi Islam. Karenanya, semua upaya yang sedang dilakukan pihak kampus untuk mewujudkan cita-cita

tersebut harus didukung sepenuhnya. Universitas riset dalam standar World Class University (WCU) harus memenuhi beberapa syarat. Di antara syarat yang paling penting adalah akses produksi jurnal internasional. Tujuannya agar perkembangan wacana ilmiah yang menjadi perbincangan sarjana internasional bisa diikuti. Apa isu-isu yang hangat, bagaimana mereka menyajikan isu-isu tersebut, dan apa manfaat

yang bisa diterapkan untuk pengembangan akademik UIN Jakarta. Jika bicara jurnal kelas dunia, tentu tidak akan lepas dari penggunaan berbagai bahasa asing dalam tulisan-tulisan yang disajikannya. Para sarjana internasional dalam berbagai disiplin ilmu umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa standar internasional. Namun beberapa bahasa lainnya juga sering dipakai seperti bahasa Arab, Belanda, Perancis, dan Jerman. Melihat fakta seperti itu seharusnya UIN Jakarta melakukan upaya penguatan kemampuan bahasa asing bagi para dosen dan mahasiswa. Pada tingkat pertama perkuliahan di setiap jurusan -selain jurusan yang fokus di bidang sastra atau pendidikan bahasa Inggris dan Arabmemang mahasiswa sudah diberikan mata kuliah dua bahasa asing tersebut. Langkah itu belum cukup karena tidak diproyeksikan penguatan bahasa asing untuk memahami dan menulis jurnal internasional. Pemberian mata kuliah bahasa as-

ing idealnya sampai delapan semester. Sampai mahasiswa dan dosen terbiasa bersentuhan dengan teks-teks bahasa asing, salah satunya tulisan dalam jurnal internasional. Langkah lain yang bisa diupayakan adalah pengoptimalan Pusat Bahasa UIN Jakarta. Pusat Bahasa seharusnya memiliki peranan penting dalam merancang program penguatan bahasa asing yang bersinergi dengan seluruh fakultas. Selama ini, beberapa program yang disediakan oleh Pusat Bahasa hanya dinikmati oleh sebagian mahasiswa saja yang datang menyambangi Gedung Pusat Bahasa di kampus dua. Namun, jika program tersebut dirancang merata bagi semua mahasiswa disetiap fakultas akan lebih bermanfaat. Dalam menilai urgensi penguasaan bahasa asing, Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI) melalui Mora Scholarship telah membiayai program pelatihan super intensif empat bahasa asing selama enam bulan. Program tersebut dimulai sejak 2015 lalu dan akan berakhir awal Juni 2016. Ratusan peserta yang terdiri dari dosen dan alumni dari berbagai perguruan tinggi Islam negeri dan swasta di Indonesia berhasil mendapatkan beasiswa tersebut. Langkah itu merupakan upaya nyata Kemenag RI dalam

mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan di perguruan tinggi Islam. Selain bahasa Arab yang bertempat di UIN Malang dan bahasa Inggris di Surabaya dan Bali, Mora Scholarship juga membiayai pelatihan super intensif bahasa Prancis yang ditangani oleh Institut Francais di Indonesie (IFI) di kampus dua UIN Jakarta dan bahasa Belanda yang ditangani oleh Lembaga Bahasa Internasional (LBI) Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Indonesia. Dua bahasa yang disebutkan terakhir tidak kalah penting untuk dipelajari. Baik itu kemampuan membaca dan memahami juga menulis. Penguasaan bahasa Prancis misalnya sangat berguna untuk mempelajari teksteks sastra dan filsafat abad pertengahan yang berkembang di negara tersebut. Sedangkan bahasa Belanda berguna untuk mempelajari teks-teks sejarah masa kolonial Hindia Belanda hingga post kolonial. Terutama yang kerkaitan dengan rekam jejak Islam Nusantara di masa lalu. Para sarjana Belanda banyak menulis kajian tersebut. Sebut saja di antaranya C. Snouck Hurgronje dari Universiteit Leiden yang karya-karyanya banyak merekam konsep Islam dan adat di Nusantara pada abad ke 19. *Alumni Fakultas Ushuluddin

“Manusia itu sama misteriusnya dengan alam, tapi kalau kau bisa menggenggam hatinya, mereka akan mengikutimu.� -Haji Oemar Said (HOS) Cokroaminoto-


Kolom

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

|9

Mengebiri

Editorial

Oleh Muawwan Daelami

Menakar Kode Etik Mahasiswa Lambannya implementasi penegakan hukum yang tertuang dalam buku Kode Etik Mahasiswa membuat kasus pencurian di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta semakin marak. Keberlangsungan suatu kampus ada di tangan anak muda, maka sudah semestinya mahasiswa (yang dalam hal ini termasuk anak muda) sebagai agen perubahan harus dijaga dan dibina dari kerusakan moral dan pelanggaran lainnya. Melihat kasus pencurian yang telah terjadi beberapa minggu lalu, mengisahkan seorang mahasiswa berinisial AS yang mencuri sebuah perangkat komputer (CPU dan monitor) menjadi salah satu contoh pelanggaran yang dilakukan mahasiswa. Dalam buku Kode Etik Mahasiswa UIN Jakarta di pasal 27 tentang Mencuri poin 1 tertera pelanggaran terhadap pasal 10 poin 16 (Bab VI tentang Jenis Pelanggaran: Mencuri) dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 6 huruf C dan D (Bab IV tentang Jenis Tindakan Disiplin dan Sanksi ) disebutkan bahwa larangan mengikuti semua kegiatan di UIN Jakarta untuk jangka waktu tertentu atau skors dan membayar denda dengan jumlah tertentu sesuai pelanggarannya. Artinya, UIN sadar akan larangan kriminalitas yang dilakukan oleh mahasiswa. Di tengah penyelesaian kasus AS di kepolisian, seharusnya tak menjadikan kampus lepas tangan terkait kasus ini. Mengapa terlihat lepas tangan? Terhitung dua minggu sejak kejadiannya pada awal Mei 2016, hingga kini AS belum juga dikenakan sanksi sesuai buku Kode Etik Mahasiswa. Akan sangat menarik jika kampus sudah merencanakan kapan AS akan ditindaklanjuti. Karena terkait denda yang harus dibayarkan AS atau waktu mulai skors belum sama sekali dibahas oleh pihak kampus. Begitu kata pihak fakultas yang bersangkutan. Mestinya, sanksi yang sudah diatur dalam buku Kode Etik Mahasiswa Mahasiswa segera diimplementasikan. Tidakkah pihak kampus memikirkan matang-matang dampak dari lambannya respons terhadap kasus ini? Berkaca dari kasus ini, tak heran jika UIN masih banyak kehilangan inventarisnya. Khawatir, ke depan akan banyak berbagai pelanggaran yang dilakukan mahasiswa. Ditambah lagi, sanksi yang tertuang dalam buku Kode Etik Mahasiswa masih samar. Untuk kasus pencurian, mahasiswa akan dikenakan denda, namun tak dituliskan berapa besaran denda yang harus dibayarkan mahasiswa yang mencuri. Karena itu, pihak kampus harus kembali direpotkan saat ada kasus pencurian. Di sana jelas tertera disesuaikan dengan pelanggaran, padahal sudah jelas pelanggaran yang dilakukan yaitu mencuri. Bila perlu, agar pihak kampus tak perlu bingung-bingung mencari waktu untuk membahas besaran denda, penting klasifikasi jenis pencurian beserta sanksinya dituliskan dalam buku mungil tersebut. Selain klasifikasi jenis dan sanksi pencurian, buku Kode Etik Mahasiswa juga perlu mencantumkan waktu tindak lanjut pihak kampus merespons pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan mahasiswa. Lemahnya hukum yang berlaku di UIN Jakarta menjadi salah satu penyumbat peningkatan moral mahasiswanya. Memang, membahas moral atau perilaku tentu berkaitan dengan individunya. Tapi, apa salahnya menegakkan hukum yang sudah tertulis dalam buku Kode Etik Mahasiswa. Mengamputasi jajaran yang terbukti gagal menunjukkan kinerja mungkin menjadi opsi yang tidak terhindarkan. Apapun yang dilakukan kampus, semoga tak hanya menjadi wish list semata.

Setau saya, ribut-ribut isu penutupan Pintu Doraemon sudah dimulai sejak 2014 silam. Ini setau saya loh ya. Dan betul saja, tak lama setelah itu, selebaran soal peraturan jam operasional pintu pun tertempel di sisi-sisinya. Selebaran surat edaran itu dikeluarkan dan disetujui bagian Biro AUK UIN Jakarta. Oleh karena surat edaran itu, blas, mahasiswa pun tak bisa menikmati Pintu Doraemon secara kaffah. Sebab, tepat jam tujuh malam, pintu itu harus buru-buru ditutup oleh petugas. Padahal, di jam-jam tersebut, aktivitas mahasiswa di kampus masih begitu ramai. Dari kabar yang saya dapat waktu itu, pemberlakuan jam operasional Pintu Doraemon ini memang diinisiasi oleh satuan pengamanan (satpam) dan disetujui oleh pihak terkait. Alasannya, untuk menjaga keamanan kampus dari serintilan anak kampung sini (akamsi) dan aktivitas yamg mencurigakan lainnya. Alasan lain yang juga tak kalah menggelikan buat saya waktu itu, adalah pernyataan salah petugas satpam yang ngomong, keberadaan Pintu Doraemon itu memang ditujukan untuk kepentingan satpam bukan mahasiswa. Hellow! Barangkali, Pak Satpam ini lupa bahwa hal apa pun yang menyangkut aktivitas sosial kemasyarakatan, itu menjadi fasilitas publik dan sedianya memang perlu di-

adakan oleh pihak terkait: kampus. Jadi, jelaslah bahwa Pintu Doraemon ini bukan fasilitas privat milik Pak Satpam tetapi menjadi fasilitas milik publik. Belum tudung luka lama, luka baru kembali menjedul. Terhitung mulai Rabu, 18 Mei, pihak kampus akan kembali memberlakukan penutupan Pintu Doraemon. Kali ini lebih parah lagi. Pintu tidak difungsikan sama sekali. Dibiarkan njedog begitu saja. Setidaknya, dari pemberlakuan penutupan pintu ini, hal yang amat bikin saya pengen nyubit adalah tidak adanya dialog dari pihak kampus dengan mahasiswa. Mahasiswa lagi-lagi tidak dilibatkan. Padahal, harusnya praktik dialog sebangsa ini, turut difasilitasi oleh kampus sebagai wadah pendidikan demokrasi di negara yang konon demokratis ini. Lantas kalau tak ada dialog dan tuna mediasi begini, saya jadi ingin tahu, sebenarnya seperti apa para pejabat tinggi kampus memosisikan entitas mahasiswa di universitas ini? Duhilah. Barangkali, dipikirnya, dialog hanya buang-buang waktu dan energi. Boleh jadi, mahasiswa tidak lagi dianggap sebagai bagian penting untuk turut memberi kontribusi positif dan tawaran yang solutif. Bukankah, untuk menghasilkan keputusan yang bijak dan arif itu berangkat dari hasil musyawarah

mufakat? Secara telanjang, para pejabat kampus mempertontonkan lakon-lakon pengebirian terhadap hak-hak demokratis mahasiswa di kampus ini. Makanya, jangan pangling, kalau kebijakan penutupan Pintu Doraemon ini kemudian direspons dengan tanggapan-tanggapan reaktif dari mahasiswa. Seperti yang terjadi di depan gedung rektorat hari ini. Lha bagaimana nggak reaktif, wong salah satu sumber “kebahagiaan” mahasiswa berupa Pintu Doraemon ini direcoki pimpinan kampus jeh. Mahasiswa itu kadung pusing dengan aktivitas akademis di kelas. Ini rektorat malah tiba-tiba menutupnya dengan alasan; keamanan, ketertiban dan kenyamanan. Mestinya, pihak kampus ini memahami bahwa struktur sosial mahasiswa UIN Jakarta itu sebagian besar dipenuhi manusia menengah kelas ke bawah yang terbiasa kongkow-kongkow di warung kopi bukan di cafe. Jikapun maksud dari penutupan ini, pihak kampus ingin mengarahkan mahasiswanya agar demen jajan di dalam kampus, saya kira, pihak kampus perlu sekali-kali jajan Cilok Indramayu yang di Pesanggrahan. Dijamin, canggih. *Pemimpin Redaksi LPM Institut periode 2014-2015

AKHIRNYA LULUS JUGA...

Muawwan Daelami, S.S. Pemimpin Redaksi LPM Institut Periode 2014-2015

Ralat TABLOID INSTITUT EDISI XXXXIII halaman 4 kolom pertama tertulis” Occupational Healty and Safety Information” seharusnya tertulis “Occupational Health and Safety Assesment Series (OHSAS).” TABLOID INSTITUT EDISI XXXXIII halaman 6 kolom survei tertulis “ 16,40% mahasiswa yang mengetahui website UIN Jakarta dan 83,60% mahasiswa yang tidak mengetahui website UIN Jakarta” seharusnya tertulis “83,60% yang mengetahui dan 16,40% yang tidak mengetahui.”


Tustel

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

| 10

Tuntutan Tak Berujung di Hari Buruh Foto dan Teks: Eko Ramdani 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh Internasional. Di berbagai belahan dunia digelar beragam aksi menyuarakan tuntutan kepada pemerintah. Tak ketinggalan, buruh di Indonesia pun turut merayakan May Day. Salah satu aksi digelar di depan Istana Negara. Pekerja pabrik, penjaga toko, sampai petani tumpah ruah. Berbagai tuntutan mereka sampaikan di atas spanduk, kain, kertas karton, bahkan orasi yang membangkitkan semangat. Tahun ini, penghapusan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan penghapusan kerja kontrak menjadi sebagian kecil tuntutan para buruh kepada pemerintah. Dengan dijaga ketat pihak keamanan, buruh-buruh menyampaikan harapan mereka. Ribuan pihak keamanan dikerahkan guna mengawal aksi tersebut. Kawat berduri direntangkan, senjata api di tangan, mobil baracuda siap digunakan untuk mensterilkan Istana Negara. Semua petugas siap mengahadapi semua kemungkinan yang terjadi. Di setiap sudut pintu masuk Monumen Nasional (Monas) pada hari itu padat oleh buruh. Datang dengan berbagai kendaraan, mulai dari sepeda motor hingga bus besar membuat area dalam Monas tak ketinggalan padat. Namun, semua buruh tersebut hanya berfokus di satu titik, depan Istana Negara.

Protes

Foto bersama

Pegang tangan

Mengibarkan Bendera

Bendera aksi

Berjaga


Wawancara

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

Pertanyakan Kelanjutan Beasiswa DIPA

| 11

Hingga kini, kelanjutan Beasiswa Miskin Berprestasi/DIPA masih dipertanyakan. Belum jelas, beasiswa tersebut malah ditutup. Tahun 2016, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta membuka pendaftaran Beasiswa Prestasi. Namun, di saat beasiswa ini diluncurkan, banyak mahasiswa yang menanyakan Beasiswa Miskin Berprestasi atau lebih dikenal dengan nama DIPA. Beasiswa tahap III DIPA hingga kini belum cair dananya. Di awal kehadirannya, banyak mahasiswa yang berminat untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Terlebih, beasiswa ini dibuka dengan salah satu syaratnya adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,5. Lalu, apa yang menjadi latar belakang munculnya Beasiswa Prestasi tersebut dan meniadakan Beasiswa DIPA. Berikut hasil wawancara reporter Institut Eko Ramdani dengan Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama (AAKK) UIN Jakarta Zaenal Arifin di ruang kerjanya lantai dua Gedung Rektorat, Selasa (10/5). Apa alasan Beasiswa Miskin Berprestasi diganti dengan Beasiswa Prestasi?

Bagaimana peminat Beasiswa Prestasi di kalangan mahasiswa? Cukup banyak peminat dari Beasiswa Prestasi ini, sehingga kami membatasi kuotanya sampai 453 orang saja. Banyaknya peminat Beasiswa Prestasi kemungkinan karena di antara syaratnya adalah minimal IPK 3,5 dan tanpa SKTM. Antusianya mahasiswa UIN Jakarta untuk mendaftar Beasiswa Prestasi terbukti banyak peserta yang IPK minimal 3,5. Dari seluruh pendaftar, IPK paling tinggi mencapai 3,99, ini adalah hampir sempurna.

total menjadi 906 juta rupiah. Jumlah tersebut sama seperti Beasiswa Miskin Berprestasi dahulu. Akan tetapi, anggaran ini terkadang tidak sama tiap tahunnya, tergantung dari pemerintah. Setiap tahun anggaran untuk UIN Jakarta semakin turun, tidak menentu. Semisal beasiswa yang tidak banyak peminatnya, maka anggarannya pun semakin turun. Kami juga ingin beasiswa ini tepat kepada mahasiswa yang kurang mampu. Jika beasiswa miskin peminatnya semakin sedikit, berarti perekonomian mahasiwa semakin baik.

banyak atau lebih sedikit. Dalam Beasiswa Prestasi, penyeleksian peserta murni berdasarkan nilai. Kami mengurutkan nilai mahasiswa dari terbesar hingga terkecil untuk penyeleksiannya.

Seperti apa pembagian kuota Beasiswa Prestasi untuk mahasiswa?

Pada Desember lalu memang angg a -

Kuota Beasiswa Prestasi berbeda dengan Beasiswa Pendidikan Miskin Berprestasi (Bidikmisi). Jika Bidikmisi dijatah setiap fakultas, tetapi Beasiswa Prestasi tidak. Tidak ada fakultas tertentu yang mendapatkan jatah Beasiswa Prestasi y a n g lebi h

Berapa anggaran yang disiapkan untuk Beasiswa Prestasi? Terkait masalah dana, Beasiswa Prestasi menganggarkan 2 juta per mahasiswa. Dengan kuota 453 orang,

Dokumen Pribadi

Harga Murah Kualitas Tinggi Laptop, notebook atau komputer anda sedang rusak? Bingung cari tempat servis yang terpercaya? Atau anda sedang mencari laptop dengan berbagai spesifikasi PC rakitan, dan build up? Tak perlu bingung dan khawatir lagi

Dana Beasiswa Miskin Berprestasi pada bulan Desember 2015 hingga saat ini belum cair, sedangkan kini beasiswa tersebut sudah tidak ada. Lalu bagaimana kelanjutannya?

ran untuk Beasiswa Miskin Berprestasi tidak diberikan kepada mahasiswa. Hal tersebut karena ada salah satu peserta yang salah dalam memberikan data dirinya. Akibatnya, kesalahan tersebut mempengaruhi yang lainnya. Pada saat itu salah satu peserta salah memberikan nomor rekening. Dalam mengatasi kesalahan rekening tersebut, kami sudah berusaha mencari mahasiswa yang bersangkutan untuk melakukan konfirmasi. Tetapi, hingga batas waktu yang diberikan tidak ada kabar. Maka dari itu, kami tidak mencairkan dana beasiswa untuk keseluruhannya. Kini dana tersebut sudah d i ke m ba l i k a n kepada pemerintah dan tidak dapat digunakan lagi.

s n I / o k E :o t o F

Ada beberapa beasiswa di UIN Jakarta, di antaranya ialah Beasiswa Prestasi dan Beasiswa Miskin Berprestasi. Namun, Beasiswa Prestasi ini kurang diminati karena mempu-

nyai syarat IPK 4. Pihak UIN Jakarta telah mencari mahasiswa yang memenuhi kriteria tersebut tetapi tidak ditemukan. Jika ada kami akan cari mahasiswa itu. Sedangkan Beasiswa Miskin Berprestasi syarat IPK 2,7 dengan melampirkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari domisilinya masing-masing. Akan tetapi, semakin ke sini banyak mahasiswa yang merasa malu untuk meminta SKTM. Kami juga tidak ingin mahasiswa UIN Jakarta menjadi orang miskin.

karena semua permasalahan anda akan terjawab di sini, ya, Excellent Comp jawabannya. Dengan berkunjung ke Excellent Comp yang terletak di Jl. Legoso Raya no. 06 (seberang Mahad Ali). Lokasinya strate-

gis dan mudah dijangkau. Excellent Comp hadir dengan berbagai keunggulan. Serta menawarkan barang yang berkualitas tinggi apalagi dengan harganya yang pas di kantong mahasiswa dan tentunya bergaransi. Ini yang membeda-

kan Excellent Comp dengan tempat servis lain. Selain itu, Excellent Comp mampu memberikan pelayanan servis yang beraneka ragam. Servis recovery operating system mulai dari Windows XP, Windows 7 sampai Windows 10. Lalu penghapusan virus bahkan instalisasi program lengkap semua bisa di sini. Kamu yang panik karena laptop, notebook tersiram air jadinya mati total? Excellent Comp bisa juga loh menanganinya. Lalu servis lainnya seperti cleaning fan prosesor dan pembersihan komponen internal bagi laptop yang sering nge-hang/overheat. Excellent Comp melayani penggantian komponen seperti LCD, keyboard, dan charger bahkan baterai. Bagi anda yang ingin mencari aksesoris seperti f lashdisk, modem, dan aksesori lainnya juga ada di sini. Excellent Comp menerima komplain pelanggan dengan syarat dan ketentuan berlaku. Patut diingat Excellent Comp melakukan itu semua dengan kualitas terbaik untuk PC, laptop,

Rekomendasi juga aksesorisnya dan soal harga bisa bersaing deh. 4 tahun sudah Excellent Comp berdiri dan pada Maret 2016 lalu, Excellent Comp mengadakan undian berhadiah utama Laptop Asus sebagai bentuk apresiasi kepada pelanggan setia. Pemenang Hadiah utama Laptop Asus X453 SA adalah M. Raf li dari Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Syariah, dan ada 4 pemenang lainnya yang mendapatkan hadiah-hadiah menarik seperti Printer HP 1010, HDD Eksternal Toshiba Canvio 1 TB, dll. Foto-foto pemenang dan proses Undian serta promo produk tiap bulan dapat dilihat di FB: Excellent Comp. Setiap bulan Excellent Comp memberikan diskon khusus untuk aksesoris tertentu seperti f lashdisk atau modem. Khusus bulan Mei 2016 ini, Promo Excellent Comp adalah FD SANDISK 16 GB ori, garansi resmi 1 Tahun hanya Rp. 50,000 saja. Terbatas untuk 500 Unit Flashdisk saja Jadi, mulai sekarang anda tak perlu bingung untuk membeli ataupun memperbaiki gadget kesayangan anda. Excellent Comp kini melayani delivery order dengan belanja minimal Rp 100.000, biaya ongkir Rp 2.500 per item. Pertanyaan dan pemesanan bisa menghubungi Wahyu (085697509054).


Resensi

Sutan Sjahrir adalah sosok yang berperan besar dalam terbentuknya negara dan demokrasi di Indonesia. Salah satu upayanya dalam mewujudkan demokrasi ialah dengan mengusulkan pendirian partai politik sebagai penyalur aspirasi rakyat. ucapnya. (hal. 59 buku Sutan Sjahrir: Pemikiran & Kiprah Sang Pejuang Bangsa) Dalam memperjuangkan kemerdekaan, Sjahrir lebih dekat dengan golongan muda dengan paham sosialisme yang dianutnya. Menurut Sjahrir, sosialisme adalah menjunjung tinggi derajat kemanusiaan dengan mengakui dan menjunjung persamaan derajat setiap manusia. Dengan paham sosialisme ini, ia berharap, akan terbentuknya pemerintahan yang melibatkan rakyat. Saat awal diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, Sjahrir merupakan salah seorang yang belum puas dengan kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, kemerdekaan bukanlah akhir dari sebuah perjuangan, tujuan akhir perjuangan adalah lahirnya pemerintahan yang menampung aspirasi rakyat. Salah satu perbuatan yang Sjahrir lakukan untuk terwujudnya demokrasi di Indonesia adalah membuat maklumat tentang usulan untuk mengubah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) menjadi lembaga yang memiliki kewenangan legislatif. Hal ini juga diamini oleh anggota KNIP. 7 Oktober 1945 silam, 40 anggota KNIP menandatangani petisi yang berisi tuntutan agar KNIP menjadi badan legislatif, bukan pembantu presiden. Setelah itu, Sjahrir pun mengisi jabatan sebagai ketua Badan Pelaksana KNIP (BP-

KNIP). Ia beserta anggota BP-KNIP mengemban tugas untuk membentuk partai-partai politik sebagai bentuk penyaluran aspirasi rakyat. Tenggang waktu antara November dan Desember, para pemimpin rakyat sibuk untuk membentuk partai politik. Tidak ketinggalan Sjahrir pun ikut membentuk Partai Sosialis Indonesia (PSI). Sjahrir berharap, PSI dapat menjadi partai yang konsekuen memperjuangkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Selain itu, ia juga berharap tujuan perjuangan PSI bukan untuk kepentingan golongan atau nama besar. PSI yang dipimpin oleh Sjahrir memang menjadi partai berbasis pendidikan politik dan kesadaran sosial. Namun sayang, PSI yang memegang konsep pendidikan politik kurang mendapat tanggapan masyarakat yang notabene belum berpendidikan dan belum memahami sistem sosialisme yang dianut oleh Sjahrir. Selain itu, penyebab lain PSI kurang mendapat perhatian adalah kondisi kehidupan di Indonesia yang saat itu sedang merosot, Perekonomian hancur, inflasi membumbung tinggi, kerusakan moral, dan korupsi di mana-mana. Ditambah terjadinya bentrokan antar kelompok yang makin mempertegang situasi. Mulanya, konflik terjadi lantaran banyak daerah yang mempertanyakan pembagian belanja negara yang dianggap tidak adil. Kemudian

Sjahrir mengirimkan utusannya ke daerah-daerah (meski Sjahrir sudah tak memimpin) untuk bermusyawarah dan mencari jalan damai. Pada puncaknya, PSI yang dipimpin Sjahrir dibubarkan pada pertengahan tahun 1962. Sjahrir ditangkap dan diasingkan. Ia didakwa terlibat dalam pemberontakan daerah dan percobaan pembunuhan terhadap presiden di Makassar. Padahal kenyataannya, Sjahrir pergi ke daerah-daerah tersebut untuk bermusyawarah dengan kepala daerah agar tidak melakukan pemberontakan ke negara. Buku Sutan Sjahrir: Pemikiran dan

banya di pintu utama San Jose, mereka berganti kendaraan dengan truk khusus penambang. Tak terasa satu jam berlalu, perjalanan buruh tambang terhenti di kedalaman 2.300 kaki di bawah permukaan bumi. Kemudian, mereka pun terbagi dalam dua kelompok, kelompok pertama dipimpin Luncho dan kelompok kedua oleh Alex Vega (Mario Casas). Teringat akan guncangan yang terjadi sebelumnya, Lucho segera memeriksa struktur lereng gua. Alangkah terkejutnya mendapati atap dan dinding gua sudah retak tidak beraturan. Nahas, tak lama berselang terdengar suara gemuruh disusul satu persatu bongkahan batu mulai berjatuhan dari atap gua. Dengan sigap Lucho menghindar, lalu ia bersama penambang lain pergi memacu cepat mobilnya menuju pintu keluar. Tak disangka, batu besar seberat 700 ribu ton telah menutup rapat gua. Seketika teriakan meminta tolong pun menggema menghiasi gua. Tidak kunjung mendapat pertolongan, akhirnya mereka mengamankan diri di ruang penampungan berukuran 5x5 meter yang berada 700 meter dari mulut gua.

Tiga hari terperangkap dalam gua, tepatnya 8 Agustus 2010 Lucho, Mario Sepulveda (Antonio Banderas), Bolivia (Carlos Mamani), dan Alex Vega terus berusaha berkomunikasi dengan orang di luar gua. Termasuk pula membuat kebisingan dan mencari radio di ruang medis. Tapi sayang, radio dan tangga darurat yang ditemukan tidak berfungsi. Beruntung, dalam ruang penampungan terdapat peti yang berisi roti dan 18 kaleng ikan tuna seberat 165 gram. Dengan sisa persediaan makanan itu mereka bertahan hidup selama di bawah Padang Pasir Atacama, Chili. Sementara itu, di luar gua, berita tentang runtuhnya tambang San Jose sampai kepada awak media. Pemberitaan yang gencar di televisi, surat kabar, dan radio membuat Presiden Chili, Sebastian Pinera memanggil Menteri Pertambangan, Laurance Golborne (Rodrigo Santoro) ke Istana Kepresidenan La Moneda. Dalam pertemuan singkat itu, Laurance ditugaskan untuk mengevakuasi para korban rerutuhan tambang San Jose. Dua hari kemudian, giliran Andre Sougarret (Gabriel Byrne) seorang ahli pertambangan diperintahkan presiden untuk membantu Laurance. Pada 9 Agustus, usaha penyelamatan para penambang dimulai. Beberapa mesin bor didatangkan untuk membantu penyelamatan. Tim penyelamat yang dipimpin Saurgarret bekerja 24 jam tanpa henti. Dengan cemas dan perasaan was-was, keluarga korban menunggu di tenda penampungan. Secercah harapan muncul, pada 17 Agustus tim Sourgarret berhasil menembus batu besar yang menghalangi gua. Suara mesin bor juga terdengar di telinga para penambang di dalam gua. Namun sayang, mata bor masih menyimpang dari titik berkumpulnya penambang San Jose.

Sumber: Internet

Siapa yang tak mengenal Sutan Sjahrir? Pria yang lahir tanggal 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatera Barat merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ia akrab disapa Bung Kecil oleh keluarganya. Demikian gambaran sekilas sosok Sutan Sjahrir di mata keluarganya. Sejak di Algemeene Middelbere School (AMS)—sekolah menengah atas zaman Hindia Belanda—Sjahrir terkenal sebagai anak muda yang memiliki kepandaian di atas rata-rata. Kepandaiannya terlihat dari nilai yang ia dapat selama menjalani kegiatan belajar di kelas. Saat mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam, Leiden, kepintaran Sjahrir masih tetap terlihat. Terbukti, saat membahas konsep persatuan negara bersama teman-temannya, ia malah bertanya di saat teman-temannya sibuk berdebat. “Kalian bicara persatuan, tapi tanpa suatu tindakan penjiwaan terhadap persatuan itu mana bisa? Persatuan itu bukan sekadar konsep untuk menyatukan sebuah perjuangan, tapi ia sebuah gagasan baru, sebuah zaman baru. Dan lebih besar lagi, persatuan itu adalah sebuah peradaban baru. Bisa tidak kalian membuat sebuah peradaban baru bernama Indonesia, sebuah peradaban yang bisa seagung peradaban Yunani, peradaban Romawi atau peradaban Eropa Barat? Itulah tujuan dari persatuan,”

Perjuangan Buruh Tambang Berbuah Manis Zainuddin Lubis Tak kurang 69 hari 33 buruh tambang tertimbun dalam perut bumi. Pelbagai upaya mereka lakukan agar lolos dari ancaman kematian. Seorang lelaki paruh baya bernama Castillo (Kate Del Castillo), tengah asyik menyaksikan siaran televisi dalam ruang kerjanya yang juga berdekatan dengan lokasi pertambangan emas (San Jose) di Capiapo, Chili. Sesaat kemudian, ia dikejutkan oleh kedatangan Don Lucho (Lou Diamond Phillips) ketua buruh tambang San Jose. Lucho sengaja datang lantaran Castillo merupakan pemilik saham terbesar San Jose. Ia melapor telah terjadi guncangan bumi yang mengakibatkan terbentuknya banyak garis retakan dalam tambang. Ia khawatir, guncangan tersebut dapat meruntuhkan tambang. Namun, kekha-

watiran Lucho berbalas acuh Castilllo. Castillo beranggapan guncangan tersebut merupakan hal biasa sebab usia tambang yang sudah tua. Ia juga memprediksi pertambangan San Jose dapat bertahan hingga 20 tahun lagi. Sontak, Lucho menolak prediksi Castillo, ia pun kembali mengingatkan bahwa mereka harus memeriksa lereng gunung. Bukannya mendengarkan Lucho, dengan lantang Castillo menyuruh Lucho untuk fokus bekerja. Siang itu, 5 Agustus 2010 matahari begitu terik menyinari Chili, 33 buruh tambang San Jose sedang melintasi padang pasir Atacama, menggunakan bus. Seti-

Sumber: Internet

Yayang Zulkarnaen

Sumber: Intern

Demokrasi di Mata Sjahrir

| 12

et

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

Pengarang : Lukam Santoso Az. Penerbit : Palapa Tebal : 278 Editor : Ahmad Bi l Wahid Tahun terbit: 2014

Kiprah Sang Pejuang Bangsa, mengungkap bagaimana sosok Sutan Sjahrir mulai dari anak-anak hingga remaja. Termasuk saat ia aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tak lupa pula dengan pemikiran yang ia gagas demi terlaksananya demokrasi di Indonesia. Dalam buku ini, penulis terlalu mengagungkan sosok yang ia tulis tanpa membandingkan dengan cendekiawan lainnya. Selain itu, banyak pula diksi yang sulit dipahami secara langsung hingga terasa menyulitkan saat membaca.

Tak pelak, keadaan tersebut membuat para penambang tertunduk lemas serta hilang harapan. Ditambah lagi, persediaan makanan kian menipis hanya menyisakan empat kaleng ikan tuna. Hal itu kian membuat Alex putus asa, ia pun sempat mencoba bunuh diri dengan melompat ke jurang. Untung saja ada Mario, ia menghalangi niat buruk Alex dan kembali memupuk harapan serta menyemangatinya. Kondisi serupa dirasakan pula oleh Sougarret, pasalnya sembilan lubang yang digali untuk menemukan para penambang tidak membuahkan hasil. Bak gayung bersambut, di lubang kesepuluh, tepat 22 Agustus, mata bor tim penyelamat berhasil menembus ruang penampungan tambang. Puncaknya 13 Oktober 2010, perjuangan bertahan hidup selama 69 hari dalam gua telah usai. Sebanyak 33 buruh tambang berhasil dikeluarkan satu demi satu dari perut bumi menggunakan kapsul penyelamat Phoenix (Fénix 2). Dalam hitungan detik kabar selamatnya para penambang tersebar ke seluruh Chili. “The 33” merupakan film yang diangkat dari kisah nyata kecelakaan pertambangan San Jose di Chipiapo, Chili. Dengan keadaan penuh tekanan mental dan fisik, tergambar jelas aksi 33 buruh tambang berjuang bertahan hidup dalam gua. Terlebih lagi, melalui karakter Mario dan Lucho, film ini menyuguhkan sosok pemimpin bijaksana. Dalam tiap kesempatan keduanya selalu memberikan arahan para penambang lain agar tak putus asa.

Judul: The 33 Genre: Drama n atricia Rigge Sutradara: P enit Durasi: 120 m Tahun: 2015


Sosok

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

Kekurangan Tak Halangi Gapai Prestasi

| 13

Aisyah Nursyamsi Merasa lelah, jenuh dan kecewa merupakan hal yang biasa. Membarui dan percaya pada diri sendiri, merupakan motto bagi Ahmad Hamdani.

Dokumen Pribadi

Yakin dengan segala usaha dan tak pernah berhenti bersyukur, membuat Ahmad Hamdani menjadi mahasiswa yang memiliki segudang prestasi. Tak hanya Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI), mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga pernah menjuarai lomba pidato dan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional. Sebelumnya, Hamdani tak pernah menyadari kemampuannya dalam menulis. Ketika masih di bangku sekolah, laki-laki kelahiran satu September ini sering mengikuti perlombaan seperti olimpiade matematika dan sains, namun belum sampai dunia tulis menulis. Dari pertemuannya dengan sesama penerima Bidikmisi yang pernah mengikuti Lomba Karya Tulis Sejarah (LKTS), Hamdani berniat untuk mengikuti lomba yang serupa. Sebelum mengikuti LKTS tingkat nasional, laki-laki asli Serang ini mencoba peruntungannya dengan mengikuti lomba yang diadakan oleh Forum Mahasiswa Bidikmisi (Formabi). “Ada lomba nulis esai untuk anak Bidikmisi se-UIN Jakarta, jadi saya coba aja. Allhamdulillah, dapat juara pertama,” katanya, Selasa (3/05). Menjadi yang terbaik se-UIN Jakarta, tak lekas membuatnya berpuas hati. Hamdani kembali mengikuti lomba karya tulis tingkat nasional yang diadakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Negara (BKKBN). Bertemakan Lomba Kepenulisan Kreatif Kepen-

dudukan BKKBN, Hamdani berhasil meraih juara tiga dengan menyisihkan puluhan peserta dari beberapa kampus di Indonesia. Berkat kemenangannya tersebut, Hamdani mendapat pengalaman berkesan yaitu diundang Presiden Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mengikuti upacara kemerdekaan Indonesia ke-69. “Sampai sekarang surat undangan dari Pak Presiden masih saya simpan. Ja ra ng-ja ra ng ada kesempatan kayak gini. Kapan lagi bisa dapat undangan yang serupa,” katanya sambil tersenyum. Hamdani juga punya pengalaman yang tak terlupakan lainnya yaitu pernah mengikuti tiga perlombaan secara bersamaan di bulan Agustus 2015. Pertama, ia mengikuti lomba MTQ Mahasiswa Nasional ke-14 yang diadakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), di Universitas Indonesia, Depok. Setelahnya, laki-laki yang mengenakan kacamata

ini, langsung berangkat ke Semarang untuk mengikuti LKTS bertemakan Pekan Nasional Cinta Negara 2015. Dalam perlombaan ini dirinya berhasil meraih juara tiga. Selanjutnya, ia sudah harus bersiap-siap mengikuti lomba pidato tingkat nasional BKKB N dan berhasil masuk sepuluh besar. Selain menjalani kesibukannya sebagai mahasiswa semester enam, Hamdani saat ini juga mengajar karya tulis ilmiah di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ia pun menjadi salah satu dari 24 orang yang tergabung dalam Tim Fasilitasi BKKBN setelah melewati seleksi ketat. Di sana ia melakukan peny uluhan kepada masyarakat mengenai isu-isu kependudukan. Anggota Tim Fasilitasi BKKBN diwajibkan membuat tulisan sebulan sekali mengenai kependudukan. Kemudian, Hamdani juga mengikuti pembinaan demi menghadapi MTQ tingkat nasional yang akan diadakan pada 27 Juli-7 Agustus 2016

Aksi Nyata Komunitas Untuk Negeri

Beberapa pengurus Komunitas Untuk Negeri (KUN) tengah melakukan foto bersama anak-anak Kampung Pemulung di Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), Sabtu (12/12). Kegiatan ini berlangsung dalam rangka sosialisasi kesehatan mulut sekaligus berbagi jus.

Dicky Prastya Tugas manusia adalah memanusiakan manusia. Belajar peduli kiat menjadi solusi. Berawal dari perbincangan santai di Kedai Sahabat Kopi, Muhammad Wahyu Azhari dan keenam temannya tengah membahas permasalahan sosial yang ada di masyarakat, terutama yang tinggal di daerah terpencil. Kemudian, mereka pun

berencana untuk mendirikan suatu perkumpulan dengan tujuan pengabdian. Dari sanalah, ketujuh mahasiswa ini mendirikan Komunitas Untuk Negeri (KUN) yang berfokus di bidang sosial dan pendidikan. Wahyu bercerita, masalah kesenjangan sosial di masyarakat tak bisa dilakukan secara sepihak. Problematika tersebut membutuhkan kerjasama antar elemen, seperti mahasiswa, masyarakat umum, dan pemerintah. Ia juga menilai pengabdian mahasiswa saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) di pedesaan dirasa belum

efektif. “Dari sinilah KUN resmi berdiri, tepat pada 13 Februari 2015 lalu,” kenang mahasiswa yang menjabat sebagai Ketua KUN periode 2016, Minggu (7/5). Untuk tahun ini, KUN tengah menjalankan empat program kerja (proker), yakni Cukurin, Berbagi Jus, Senyum Lebak, dan Banten Mengajar. Cukurin merupakan proker KUN memangkas rambut anak-anak di panti asuhan Yayasan Amal Wanita, Ciputat. Dalam pelaksanaannya, relawan yang memiliki kemampuan memotong rambut sangat berperan.

mendatang di Nusa Tenggara Barat (NTB). Semua prestasi yang Hamdani raih bukanlah semata-mata karena usahanya sendiri. Menurutnya, kedua orang tua, pembina, guru, dan para sahabat adalah orang-orang yang selalu ada di saat suka dan duka, serta membimbing dan mendo-

Dokumen Pribadi

akannya selama ini. Baginya, orang tua adalah motivasi terbesar. Walaupun latar belakang perekonomian keluarganya yang kurang mampu, hal ini tidak membuatnya merasa minder dan cepat menyerah. “Saya sering merasa jenuh dan capek karena kesibukan di kampus dan perlombaan. Tapi kalau ingat orangtua saya jadi semangat lagi. Malu sama orangtua yang sudah menitipkan harapan besar Selanjutnya, Berbagi Jus merupakan kegiatan mengajar sekaligus sharing ke penghuni Kampung Pemulung yang bertempat di belakang Pom Bensin Ciputat. Setelahnya, KUN memberi jus secara gratis kepada penghuni Kampung Pemulung. Kedua proker ini menjadi kegiatan rutin anggota KUN tiap dua minggu sekali. Saat ini, KUN lebih menfokuskan diri pada Banten Mengajar. Bermula dari evaluasi di rapat kerja pengurus KUN 2015, aktivitas yang dilakukan sebelumnya dinilai masih belum efektif. “Istilahnya sih ‘kick and run’, hanya sekadar menjalankan, setelah itu dibiarkan,” tegas Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Sebenarnya, lanjut Wahyu, Banten Mengajar bermaksud untuk mengisi kekosongan kegiatan mahasiswa saat libur semester. Menurutnya, waktu luang tersebut lebih baik digunakan untuk hal yang bermanfaat. Alhasil, Banten Mengajar dilakukan selagi mahasiswa liburan dan dilaksanakan selama tiga tahun berturut-turut. Dalam pelaksanaannya, Banten Mengajar dibagi menjadi enam sesi. Sesi pertama dimulai saat Februari 2016 lalu. Saat itu, relawan KUN melakukan survei ke Desa Kutakarang I, II, dan III, Kecamatan Cibitung, Banten. Ketiganya dipilih karena masalah pendidikan di sana masih kurang. “Penduduk desanya cenderung memilih menikah usia dini yakni setelah lulus Sekolah Dasar (SD),” kata Wahyu. Selain pola pikir penduduk, ia juga menyayangkan sarana dan prasana di desa tersebut yang masih buruk, dilihat dari jalan utama yang masih belum juga teraspal. Masalah semakin runyam saat hujan mulai mem-

pada saya,” kata laki-laki itu. Ketika ditanya ingin jadi apa di masa depan, Hamdani berkata sewaktu duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), ia bercita-cita ingin menjadi seorang guru dan jurnalis. “Yang jelas, saya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi Strata 2 (S2) ke luar negeri. Selanjutnya, saya ingin naik haji bersama orang tua, doakan saja,”katanya.

Komunitas basahi desa itu. Akibatnya, jalan menjadi becek dan sulit dilewati kendaraan. Guna melancarkan kegiatannya, KUN mencari donasi selama seminggu sekali. Sumbangan tersebut didapat melalui event semisal Car Free Day di sekitar Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan kerjasama dengan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), semacam Filantropi Pendidikan, Turun Tangan Tangerang Raya, juga Sekolah Guru Indonesia. Dari kerjasama tersebut, KUN mendapat bantuan berupa dana, buku, serta relawan pengajar. Hingga saat ini, KUN memiliki relawan sebanyak 500 orang. Relawan tersebut menyebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, (Jabodetabek), Medan, dan Palembang. Wahyu menyebut, relawan ini juga tak hanya dari mahasiswa saja, tetapi ada juga yang sudah bekerja. Sementara itu, pengurus KUN sendiri berjumlah sekitar 30 orang. Ia menjelaskan, persyaratan menjadi pengurus harus mengikuti beberapa kegiatan yang ada di KUN. “Mereka harus tahu visi dan misi dari komunitas ini terlebih dahulu,” paparnya. Salah satu anggota, Rizkika Utami menyebutkan, KUN sangat membantu dirinya untuk mewadahi minat di bidang sosial dan pendidikan. Selain itu, komunitas ini juga berjasa dalam meningkatkan kemampuannya di bidang promosi. “Kami diajari bagaimana cara mengajak orang untuk berdonasi dan membuat orang tertarik untuk bergabung,” ungkapMahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom), Minggu (7/5).


Sastra

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

Ayat-ayat Binatang

| 14

Cerpen

Oleh: Uus Mustar* Aku tak punya alasan untuk hobiku yang sekarang. Sering kali istriku marah-marah melihat perubahan yang terjadi pada diriku. Katanya, belakangan ini sikapku banyak berbeda, tidak perhatian lagi seperti biasanya, sekarang dingin dan lebih cuek. Berulangkali kubilang padanya, itu karena suamimu ini adalah manusia. Dan sebagai manusia waras, tentu harus memerhatikan banyak hal selain istrinya. Alam sekitar, sosial, lingkungan hidup, termasuk binatang-binatang kudu pula mendapat perhatian. “Kasian mereka, sayang. Kalau bukan kita manusia, siapa lagi?” “Terserah!” Istriku memang kurang suka binatang, alergi katanya, terlebih pada kucing. Padahal Ia doyang banget makan ayam di KFC, dikira ayam bukan sejenis binatang, barangkali?Dan, hal itu jelas kontras dengan kepribadianku yang penyuka binatang, apa pun sepesiesnya. Tak jarang, perbedaan itu memantik konflik antara aku dan istriku, namun dengan piawai aku segera meredamnya, sehingga semua aman terkendali, kami pun tetap harmonis dalam perbedaan kegemaran. Akan tetapi, perlahan-lahan dengan penuh kesabaran, kuberi ia penjelasan-penjelasan akan pentingnya menyayangi binatang. “Mamih, Nabi kita adalah penyuka kucing, Sayang..! dan kucing adalah binatang.” “Papih peliharalah kucing kalau begitu, mamih mau belajar merawatnya” “Dengan senang hati, biar papih seperti Abu Hafsin ya, sayang” Tidak ada hasil yang menghianati kesabaran, begitu pun buah kesabaranku dalam memberi pengertian pada istriku.Tentu saja perubahan istriku itu bukan sepenuhnya buah usahaku, melainkan dibantu ustadz Azwin, pengisi kajian rutin sabtuan di masjid komplek rumahku. Aku berbisik kepadanya, karena istriku adalah jama’ah setia pengajiannya. Dari itu, dalam setiap wejangannya, Ustadz Azwin selalu menyisipkan pesan perihal perikebinatangan, tentu saja dari sudut pandang

agama.Belakangan, istriku pun mulai menerima kehadiran binatang-binatang koleksi peliharaanku di rumah. Memenuhi keinginan istriku, aku memelihara seekor kucing.Bukan kucing Persia asal iran, juga bukanHimalayan, atau pun Russian blue, bukan! Bukan pula Turkish Anggora, atau Miane Coon si kucing tertua di dunia asal negeri paman sam itu yang kuadopsi, melainkan kucing domestik atau kucing kampung liar yang kutangkap di gang belakang dan membawanya ke rumah, karena bagiku tak perlu mahal untuk sebuah niatan baik. “Kenapa tidak himalayan, Pih? Hasil persilangan Siam dan Persia, bentuknya unik dan lucu. Bulunya tebal, halus dan menggemaskan. Unyu-unyu, Pih!” melihat apa yang kubawa, istriku bertanya. Dari pertanyaannya, kutahu ia banyak mencari-cari referensi dan belajar mengenal kucing. Kalau tidak, darimana Ia tahu himalayan? “Hidungnya pesek” jawabku. “Papih juga pesek, mamih suka.” “Tapi dia pilih-pilih makanan, gak suka.” “Papih juga pilih-pilih menu makan kalau pesan di restoran” “Tapi papih bukan kucing, mih! Beda lah..” “Sama kok, papih pesek” “Emang mamih mancung?” “Enggak!” “sudahlah, mih! Tak usah diperdebatkan. Karena, pesek ditambah pesek sama dengan anak-anak banyak yang pesek” “he.he, Papih bisa aja!” Kemudian aku mulai menjelaskan kepadanya. Aku katakan kepada istriku bahwa kucing kampung memiliki banyak kelebihan. Pertama, ia tidak kalah terkenal dari kucing-kucing luar lainnya di dunia. Kedua, ia memiliki karakter dan sifat bawaan yang cukup baik, seperti mandiri, ingatan yang tajam, fisik yang kuat, energik, aktif, liar, pemburu dan tidak manja, itu yang penting. Dan terakhir, ia mudah dijinakan dan bisa menjadi sahabat yang baik. “Karakter liar dan naluri pembu-

runya dapat membantu kita menjaga simpanan padi dari serangan tikus di gudang, Mih” istriku pun mengangguk tanda sepakat. Entah kenapa alergi akutnya seketika hilang, aku tak tahu. Mungkin wejangan-wejangan ustadz Azwin setiap sabtu memiliki efek menyembuhkan penyakit alergi yang diidapnya selama ini. “Bom bom?” istriku berkdip mata kepadaku. “Nama yang bagus” aku balas megedip sebelah mata, setuju. Bombom, Tak dinyana istriku sangat menyukainya. Kehadirannya kini menjadi pelengkap koleksi peliharaanku lainnya di rumah. Sebelumnya aku sudah banyak memelihara binatang, dan kebanyakan ‘out of the box’ atau tidak biasa. Diantarnya aku memelihara, Bearded Dragon, semacam iguana asal Australia, tarantula, burung macaw asal Amerika, landak mini, kecoa madagaskar, Sugar Glider yang mirip tupai terbang, kura-kura air, dan Leopard Geckoatau tokek macan tutul. Kesemuanya aku merawatnya sendiri, kecuali bombom, biar istriku yang akan merawatnya. Semenjak ada bombom, istriku jadi suka semua binatang, dan padi di gudang aman dari tikus. Bukan hanya itu, ketertarikannya pada binatang membuat ia giat mempelajari dan mengenal berbagai watak dan karakter binatang-binatang lainnya. Selain arisan dan kajian sabtuan, kini ia pun aktif dengan komunitas-komunitas pencinta binatang. Sesekali, kalau ada waktu luang dan uang, kami jalanjalan ke kebun binatang, baik di dalam ataupun di luar negeri. Lagi-lagi, perubahan kebiasaan isteriku itu tidak lepas dari campur tangan ustadz Azwin. Rupanya, beliau masih intens menyuarakan peri kebinatangan dalam setiap kajiannya. Perihal itu, aku mengetahuinya sendiri. Sabtu yang lalu, kebetulan aku sedang berada di rumah, off day. Seperti biasa, sekitar jam delapan pagi, istriku berangkat mengaji. Letak rumahku yang tak jauh dari masjid komplek membuat ceramah Ustadz Azwin ter-

dengar jelas. Suaranya lantang dan menggebu-gebu keluar dari corong speaker masjid, terbawa angin dan masuk ke telingaku. Begitulah memang gaya ceramah beliau. “Takbir!” Tampaknya Ustadz Azwin tengah menyeru jama’ah yang hadir di masjid untuk mengagungkan Tuhan. “Allahu Akbar!” susul para jama’ah. “Takbir!” sekali lagi. “Allahu Akbar!” seruan Ustadz Azwin dan jawaban para jama’ah bertautan, begitu berulang tiga kali. Lalu terdengar beliau melanjutkan materi ceramahnya. “Hadirin, yang dirahmati Allah! Bahwasanya Ayat-ayat Allah ada dua. Pertama, ayat yang tersurat, yang tak lain adalah Al-Quran. Kedua, ayat yang tersirat, yakni alam semesta ini, bumi, langit dan seisinya, termasuk binatang!” Jelasnya. Beliau lanjut bicara. “Secara tidak sadar manusia telah menjadi binatang. mereka tidak sadar, sifat kebinatangan tengah melekat pada diri mereka, kenapa? Tanya beliau, lalu menjawab sendiri pertanyaannya. “Karena, manusia tidak mau mengenal binatang! Mereka tidak mau mengkaji binatang! Sehingga banyak dari mereka yang gelap mata, buta, dan tak tau apa-apa saja sifat binatang! karena kebodohannya itu, tanpa sadar mereka mengadopsi sifat-sifat kebinatangan itu sehari-hari, betul apa betul, Ibu-Ibu?!” bernada orasi, menggebu-gebu, Ustadz Azwin bertanya kepada jama’ahnya. Namun tak terdengar satu pun suara yang menjawab, jama’ah hening. Barangkali, semua yang hadir tersihir oleh retorika dan kajian Public Speaking Ustadz Azwin yang mumpuni. “Binatang itu tidak shalat! Yang suka menindas yang lemah? macan namanya! Para pemalas yang tidur diwaktu kerja di kantor? persis koala di dahan pohon! Yang suka menjilat para atasan? itu kucing garong! Yang rakus dan perebut hak yang lain? Monyet! Para binatang saling membunuh demi menjadi yang terkuat di hutan rimba!

Puisi Sepertiga Habis di Dua Mei

Ciputat, 28/04/2016 15.55 WIB * Uus Mustar, Pegiat Madrasah Qohwah; Ciputat Cultural Studies, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab.

Pasang Iklan Komersil

Restu Semesta

Oleh: Muhammad Faris Azkiya

Oleh: Ahmad Fauzi

Rima suka cita, sahutan gembira atas dasar merayakan. Tak memberi apa-apa melainkan upacara tarian mengingatkan Izrail mendekat. Kata syukur dan doa semakin mengamini usia, yang memenggal waktu, mengamputasi kesempatan, menyisakan sisa jatah helaan nafas. Pencapaian di benak semakin merongrong saja. Tak digubris malah menguap, geraknya senyap menggurat dipermukaan hati. Ku coba pandangi sore hari di jeda hujan dan reda. Tetes air sisa yang turun dari atap kayu jatuh bersambung menggenangi lubang jalanan. Mengingatkan doa orangtua, cita cita dan harapan panjang. Sepertiga perjalanan ku habiskan tuk mungkin setengah lagi janjikan keajaiban. Lantas, tak perlu diperdebatkan, ulang tahun memang guyonan sarat pesan. Entah siapa yang memulai, aku tak paham.

Cinta makin dikomersialisasikan harga rindu dinaikan kasih sayang inflasi tinggi tapi biarlah aku mencari yang tercecer

Gemetar dinding ini menantimu.

aku hanya penikmat receh dan sisa tau apa tentang rasa merah sendu rona bibir hanya sebatas impian halus residu bedak tak pernah terkecup

Setiap kali kita hendak pergi, aku menantimu di halte sekaligus jurang tempat nyawaku habis.

*Mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Dirasat Islamiyah semester 4

Mereka tidak peduli bahwa status mereka pada hakikatnya sama, binatang!” Tambahnya tegas. Sebenarnya ceramah Ustadz Azwin panjang dan lebar. Tetapi aku ketiduran. Sampai di situ saja yang aku dengar dari rumah. Dan, Aku baru kembali terbangun setelah memasuki sesi tanya jawab. “Maaf, Ustadz! saya mau tanya!” terdengar kembali suara dari corong speaker masjid, kali ini perempuan. Aku kenal betul suara itu, Ia istriku. Hendak bertanya apa gerangan istriku itu. “Boleh, silahkan! Silahkan! Ibu Rahmiwati, silahkan!” jawab Ustadz Azwin bijak. “Binatang kecil yang banyak itu tempatnya di mana ya, Ustadz” tanya istriku. “Tentu saja di bumi, Bu! Bumi adalah tempat aneka binatang hidup” Jawab beliau, Jelas, singkat dan padat. “Salah, ustadz!” Sanggah isteriku. “Lho?” Kuyakin Ustadz Azwin terheran-heran. Aku yang mendengar dari rumah, pun tak habis pikir. Tak lama istriku kembali bicara. “Yang benar, Binatang kecil itu adanya di langit yang biru, tadz! Kan ada lagunya: “Binatang kecil dilangit yang biru, amat banyak menghias angkasa, Aku ingin terbang dan menari, jauh tinggi di tempat kau berada.... syalala la la la la.” Ustadz Azwin: “Allahu Akbar..” sedih. Istriku: “Takbir, tadz!” senang. “Oaalaah...! Sekarepmu, Bu!” Gumam Ustadz Azwin dalam hati.

biarlah aku jadi kaum bawah yang hanya tau wanginya ikan busuk bukan aroma perawan desa deflasi manipulasi rasa manjadi kumpalan keputusasaan akan hakikat cinta cinta semakin mahal yang murah hanya rayu bual dari ocehan ammoral mari sama-sama kita dekonstruksi arti cinta, rindu, sayang menjadi khayal

Oleh: Alif Waisal

Tempatmu setiap pagi menunggu bus tidak tepat waktu.

Kau selalu datang membawa keterlambatan, bahkan tak datang sama sekali. Hari telah mengutuk kita menjadi pria dan perempuan benci menyapa. Semacam keengganan bertemu atau tidak ada restu dari semesta. * FAH/BSA

Sejak didirikan 30 tahun silam, LPM Institut selalu konsisten mengembangkan perwajahan pada produk-produknya, semisal Tabloid Institut, Majalah Institut, dan beberapa tahun ini secara continue mempercantik portal www.lpminstitut.com. Space iklan menjadi salah satu yang terus dikembangkan LPM Institut. Oleh sebab itu, yuk beriklan di ketiga produk kami! Kenapa? Ini alasannya: Tabloid Institut Terbit 4000 eksemplar setiap bulan Pendistribusian Tabloid Institut ke seluruh universitas besar se-Indonesia dan instansi pemerintahan (Kemenpora, Kemenag dan Kemendikbud) Institut Online Memiliki portal online dengan sajian berita seputar kampus dan nasional terbaru dengan kunjungan 800-1000 per hari Majalah Institut Sajian berita bercorak investigatif dan terbit per semester.

*Penggiat Komunitas Sastra Pinggiran di FIDIKOM

CP: Jeannita Kirana No HP: 0857 1528 9106


Seni Budaya

Tabloid INSTITUT Edisi XLIII / MEI 2016

| 15

Foto: Jannah/Ins

Kritik Sosial Seni Patung

Enam buah kebaya yang terbuat dari besi,serat gelas, baja, dan kawat dipamerkan dalam pameran patung kontemporer yang bertema “Kait Kelindan” di Salihara, Sabtu (6/5). Kebaya tersebut merupakan patung kontemporer karya Octora.

Jannah Arijah Selain sebagai bentuk keindahan, karya seni dapat dikaitkan dengan kehidupan sosial. Melalui seni patung, para pematung kontemporer ini menyisipkan pesan-pesan kehidupan. Dua buah miniatur bangku berwarna hijau-hitam, diletakkan dekat pintu masuk galeri lantai dua Salihara. Satu bangku dibuat tanpa alas duduk, sedangkan bangku lainnya dibuat tanpa sandaran. Ketika masuk lebih dalam, terlihat miniatur tangga, skop pasir, bahkan kamar mandi. Namun ketika sekali lagi dilihat, ada yang berbeda dari semua miniatur tersebut. Jika sebuah tangga biasanya dibuat dengan tiang lurus, di sana dibuat dengan tiang melengkung dan bengkok. Skop pasir yang lazim dengan gagang silinder, di sana dibuat dengan gagang persegi. Begitu pun dengan kamar mandi yang didesain seperti ruang tamu dengan jam dinding dan tangga di dalamya. Barang-barang abstrak terse-

but merupakan patung kontemporer karya Faisal Habibi. Melalui karyanya, Faisal ingin membawa pengunjung pada suatu imaji objek yang baru. Ia sengaja membuat barang-barang yang terlihat umum dan wajar menjadi objek yang terlihat abstrak dan kaya penafsiran. Selain itu, Faisal mengajak pengunjung untuk tidak tunduk pada penafsiran umum suatu objek. Ia ingin mengarahkan pengunjung untuk menjelajah lebih jauh tentang esensi benda-benda di lingkungan sekitar. Sekitar dua langkah dari patung-patung karya Faisal, terlihat jejeran kebaya dan kemeja wanita yang terbuat dari serat gelas, kawat, besi, dan baja. Kebaya dan kemeja wanita

yang tergantung pada tali baja itu terlihat kokoh dan kuat. Jejeran kemeja wanita itu berwarna hitam, sedangkan jejeran kebaya memiliki warna merah, jingga, abuabu, dan putih-hitam. Motif-motif kebaya itu bervariasi, ada yang bermotif bunga, kotak-kotak hingga gambar karikatur wanita. Kemeja wanita dan kebaya karya Octora ini menyampaikan berbagai pesan tentang wanita, kekerasan, dan penindasan. Kebaya dan kemeja wanita yang terbuat dari benda-benda keras menggambarkan keteguhan wanita di setiap penindasan dan kekerasan. Dari karyanya, Octora terlihat memberi kritik keadilan untuk kaum-kaum feminis yang kerap mendapat diskriminasi dan dianggap sebagai kaum lemah. Tak jauh dari patung kontemporer karya Octora, terdapat patung-patung Budha berwarna kuning emas

yang terbuat dari plastik. Patung yang berjumlah tiga buah itu terdiri dari dua buah patung berukuran sekitar gumpalan tangan orang dewasa dan satu buah sekitar besar seorang anak balita . Di depan tempat patung plastik itu, terdapat mesin cetak sederhana yang terbuat dari serat gelas, plastik, kayu, dan logam. Di dekat mesin cetak, terdapat alat-alat untuk menggambar patung, seperti pensil, penggaris, penghapus, dan sebuah kertas. Patung Budha dan mesin cetak sederhana tersebut merupakan patung kontemporer karya Budi Adi Nugroho. Melalui karyanya, Budi menyampaikan sindiran kepada produk seni karya industri yang hanya mengandalkan kecanggihan teknologi tanpa menggunakan keahlian khusus. Budi menegaskan, pada zaman yang serba digital ini, semua orang dapat menjadi seniman patung.

Menurutnya, jika dahulu karya seni patung hanya dapat dibuat melalui pahat baja, kini patung dapat dibuat menggunakan komputer dan percetakan. Karya-karya pematung kontemporer tersebut ditunjukkan pada pameran patung kontemporer yang bertema “Kait Kelindan” di Galeri Salihara. Tema kait kelindan dipilih karena kaitan antara karya seni dan pesan sosial yang disampaikan seperti kait kelindan. Ketiga pematung tersebut merupakan pemenang dari kompetisi Karya Trimatra Nasional Salihara 2013. Pameran ini adalah cara untuk melihat kematangan teknik, gagasan, dan keterampilan para seniman setelah tiga bulan melakukan pelatihan di Jerman. “Pelatihan tersebut pun merupakan penghargaan dari kompetisi Trimatra,” ujar Asisten Galeri, Nasya Anestia, Sabtu, (6/5).

Sengketa Internal GB Parking resmi menjadi pengelola parkir baru UIN Jakarta berdasarkan surat edaran rektor 1 Maret 2016. Sejak itu pula GB Parking mulai menerapkan sistemnya yang masuk pada masa uji coba– awal Maret hingga akhir– kemudian, pada 1 April barulah tarif Rp1000 untuk motor dan Rp2 ribu untuk mobil diterapkan. Sebelum GB Parking, sistem pengelolaan parkir di UIN Jakarta dikelola oleh UIN Parking. Menjelang akhir 2015 silam, terjadi perubahan pengelola karena ditemu-

kannya dana ilegal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tiap harinya, UIN Parking memungut dana mahasiswa tanpa membayarkan uang sewa lahan pada kampus. Ditambah, parkir bukan bagian dari tugas pokok dan fungsi tridharma perguruan tinggi: pendidikan, pengabdian, dan penelitian. Sebagai pihak swasta yang masuk ke lahan milik negara (UIN), Nindya Nazara mengatakan, pihaknya harus membayar sewa lahan sebesar Rp25 juta. Lebihnya, uang yang didapat dari parkir UIN Jakarta digunakan untuk menggaji pegawainya sebanyak 23 orang.

”Gaji mereka sesuai Upah Minimum Regional (UMR) Tangerang Selatan (Tangsel),” ungkapnya, Senin (9/5). Namun, saat Institut menanyakan Supervisor GB Parking Yandi, ia membantah jumlah gaji yang sesuai dengan UMR Tangsel. “Gaji pegawai parkir hanya Rp1,6 juta. Kalau UMR Tangsel kan di atas Rp3 juta,” ujar Yandi, Jumat (13/5). Terkait pendapatan GB Parking per bulan, Nindya enggan menjawab. “Kita enggak bisa beri tahu. Intinya cukup untuk menggaji karyawan, dan operasional,” ungkapnya, Senin, (9/5).

Sambungan dari Ketika Tarif Parkir Naik ...

yang belum selesai. “Terakhir kali bertemu petinggi GB Parking mereka bilang seperti itu. Saat ini masih tahap pembangunan,“ jelasnya, Kamis (12/5). Direktur Bisnis GB Parking Nindya Nezara menanggapi keluhan terkait kesemrawutan di lahan parkir. Menurutnya, jumlah motor yang masuk tak sesuai dengan lahan parkir yang tersedia. Dalam data GB Parking kawasan lahan UIN Jakarta hanya mampu menampung 3000 motor. Sedangkan setiap hari motor yang masuk sekitar 6000 motor. Berdasarkan perhitungan Hen-

dro, jumlah motor masuk kampus satu sepanjang April dan Mei sekitar 6000 per hari. Sedangkan data mobil masuk selama April lalu sekitar 500 mobil per hari. Data itu belum termasuk kampus dua dan tiga karena masih dalam proses pembangunan. Ia menambahkan, terkait fasilitas kamera pengawas yang belum terealisasi disebabkan karena ruangan khusus server belum disediakan oleh pihak UIN. Selain itu, pembangunan lahan parkir di kampus dua dan tiga hingga kini belum selesai. “Nanti menunggu pembangunan selesai,” ujarnya, Senin (9/5).

Surat Pembaca Saya mahasiswa Sosiologi, FISIP, mengeluhkan koleksi buku yang berada di Perpustakaan FISIP UIN Jakarta. Banyak bukunya dan bagus-bagus tapi kok tidak bisa dipinjam. 081316180xxx Saya mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam, Fidikom, semoga aspirasi saya didengar oleh para pemangku jabatan bahwa tempat wudhu atau masjid UIN Jakarta agar lebih diperhatikan lagi kebersihannya. Fasilitas tersebut banyak digunakan oleh mahasiswa bahkan tamu dari luar dan kondisinya sangat memalukan. 083897530XXX Saya mahasiswa Ekonomi Syariah, FEB, mengeluhkan kondisi Pusat Perpustakaan yang sangat tidak nyaman untuk membaca bahkan mengerjakan tugas kuliah. Komputernya masih jadul, koneksi wifi yang ilang-ilangan, AC ruangan tidak dingin juga. 085680768xxx


Keluarga Besar LPM Institut mengucapkan:

SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU

Lilis & Dholay


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.